Anda di halaman 1dari 73

PRAKATA

Dengan mengucapkan alhamdulillah kepada Tuhan yang Maha Esa dengan telah
terselesaikannya penyusunan modul praktikum Sistem Kontrol Otomatis. Dengan
kemajuan teknologi pelayaran maka akan memengaruhi pula teknik kontrol automatik,
demikian juga kurikulum maupun silabusnya.

Modul praktikum buku ini mencakup teori kontrol konvensional sebagai dasar
pengembangan teori kontrol automatik modern. Pada bab awal dibahas tentang teori
pengukuran untuk berbagai keperluan, dan bab selanjutnya dibaha.s tentang teori
pengaturan itu sendiri.

Mata kuliah pengukuran dan pengaturan ini sangat berhubungan erat dengan mata kuliah
elektronika, matematika maupun fisika baik teori maupun laboratorium. sehingga para
taruna, diharapkan menguasai pelaJaran tersebut di atas. terlebih dahulu agar dapat dengan
mudah menguasai pelajaran teknik pengaturan (automatic control) secara mendalam. Materi
pelajaran kontrol otomatis adalah sangat kompleks. maka penyusun berusaha membatasi
berdasarkan tingkat perijazahan dan penggunaan khususnya di bldang pelayaran itu sendiri.
sehingga mudah dipahami Oleh para tarunanasts dan siswa.

Semoga dengan tersusunnya modul praktikum im akan memperlancar program pengajaran


dan Inenlpercepat para taruna dalam memaharm mata kuliah Teknik Kontrol Automatik.

Seperti kata pepatah "tak ada gadjng yang tak retak" meskipun buku ini dibuat dengan istilah
yang mudah dipahami, tentunya masih banyak kekurangan, kritik dan saran yang bersif
membangun sangat kanu harapkan terutama dart rekan-rekan alumni International Maritim
Transport Academv dari Den Helder Belanda.

Sorong, April 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

Prakata …………………………………………………………………………… i

Daftar isi…………………………………………………………………………. ii

Bab I. Pendahuluan………………………………………………………………. 1
1.1 Deskripsi Singkat………………………………………………………… 1
1.2 Standar Kompentensi……………………………………………………. 1
1.3 Kompentensi Dasar ..……………………………………………………. 1
Bab II. Keselamatan Kerja ……………………………………………………… 3
Bab III. Isi Modul………………………………………………………………... 4
3.1. Teknik Pengukuran………………………………………………………. 5
3.1.1 Sistim Pengukuran………………………………………………. 5
3.2 Teknik Pengukuran Kalibrasi……………………………………………. 14
3.2.1 Transceducer…………………………………………………….. 14
3.2.2 Transceducer untuk pengukuran temperature…………………… 16
3.3 Transceducer untuk mengukur strain (Tegangan)………………………. 17
3.3.1 Tranceducer untuk mendekteksi kejadian diskrit(perubahan)…... 19
3.3.2 Soal-soal………………………………………………………… 22
3.3.3 Tugas-Tugas…………………………………………………….. 23
3.4 Transcedure Pengukuran Perpindahan…………………………………. 24
3.4.1 Transcedure Untuk Pengukuran Perpindahan………………….. 24
3.5 Kalibrasi………………………………………………………………... 26
3.5.1 Tujuan Kalibrasi……………………………………………….. 26
3.5.2 Prosedur Kalibrasi……………………………………………… 27
3.5.3 Prinsip kalibrasi………………………………………………… 27
3.5.4 Syarat…………………………………………………………… 27
3.5.5 Jenis-Jenis Kalibrasi……………………………………………. 27

ii
3.5.6 Soal-Soal………………………………………………………... 28
3.6 Pengondisi sinyal………………………………………………………... 30
3.6.1 Tuas……………………………………………………………… 31
3.7 Tuas Optik……………………………………………………………….. 34
3.8 Rangkaian Roda Gigi……………………………………………………… 38
3.8.1 Kepingan yang Melilit…………………………………………….. 40
3.9 Jembatan Wheatstone……………………………………………………... 41
3.10 Potensiometer Penguat……………………………………………………. 44
3.10.1 Penguat……………………………………………………………. 47
3.10.2 Soal-soal…………………………………………………………... 48
3.10.3 Tugas-Tugas……………………………………………………….. 49
3.11 Unit Peraga………………………………………………………………… 50
3.11.1 Alat Peraga………………………………………………………… 50
3.11.2 Indikator Penujuk Skala…………………………………………… 51
3.12 Indiktor Tuas Optik & Perekam Grafik…………………………………… 56
3.12.1 Perekam Grafik……………………………………………………. 57
3.13 Perekam X -Y & Osiloskop……………………………………………….. 61
3.13.1 Osiloskop Sinar Katoda…………………………………………… 61
3.14 Peraga Digital & Soal-Soal……………………………………………….. 63
3.14.1 Peraga Digital…………………………………………………….. 63
3.14.2 Soal-Soal…………………………………………………………. 64
3.14.3 Tugas-Tugas……………………………………………………… 67
Glorosium………………………………………………………………………… 68
Daftar Singkatan………………………………………………………………….. 69
DaftarPustaka……………………………………………………………………… 70

iii
BAB I. PENDAHULUAN

1.1. Deskripsi Singkat

Modul praktikum adalah pembelajaran yang tnencakup tentang sistem kontrol automatisasi di
kapal. I)engan adanya modul ini para taruna/taruni mengikuti kegiatan praktik secara
sistematis dan terprogram.

1.2. Standar Kompetensi

Diharapkan setelah selesai melaksanakan kegiatan praktik, para taruna/taruni akan memiliki
pemahaman dan keterampilan terkait dengan sistem kontrol di kapal.

1.3. Kompetensi Dasar (TIK)

Modul ini tidak dirancang sebagai program belajar sendiri-sendiri, oleh karena itu pada
pelaksanaannya diberikan penjelasan atau bimbingan dari seorang dosen yang berpengalaman
dengan teori dan praktik di kapal. Walaupun demikian, aktivitas terbesar tetap dilakukan oleh
taruna/taruni, materi pengajaran praktik ini terdiri atas: dasar teori dan praktik, pada bagian
teori yang diperlukan untuk menunjang praktik.

Pembelajaran pada teori yang berhubungan langsung dengan kegiatan praktik pada
masingmasing yang berisikan panduan tahap-tahap dan peran yang harus diikuti atau
dilakukan taruna/taruni dan dilakukan diskusi, laporan praktikum yang telah dilakukan
setelah selesai mempelajari dan melaksanakan kegiatan praktikum sistem kontrol
automatisasi di kapal setiap taruna memiliki kemampuan berupa :
1. Mengenal jenis-jenis sistem atau subsistem permesinan di kapal.
2. Mengenal dengan baik jenis dan prinsip kerja transmitter, yaitu peralatan yang
membawa informasi dari sensor lokal ke pusat controller.
3. Mengenal dengan baik dan benar jenis dan kerja alat deteksi atau sensor (sensorin
element) atau alat ukur (measuring element atau transducer) yang menunjukkan hasil
proses dikendalikan (measured valve).
4. Mengenal jenis-jenis system control ditinjau dari segala aspeknya
a. System control aksi proportional (P)
b. System control propotional integral (PI), dan sebagainya.

iv
5. Mengenal dengan baik dan benar perdata (instrument) pengontrol (receiver) atau
actuator sebagai elemen terukur dalam system control yang dipergunakan untuk
melakukan korelen.

v
BAB II. KESELAMATAN KERJA

Semua praktikan harus ıncngiklll attıran yang İclal) dilcntuıkan scbagai berikuı:

1. pelaksanaan prak'likuıın adalah sclİap hari keçia dinıulai dari pukul sampai dengan
pukul17:00(istirahatpııkul12:00-13:00).Di luar waktu tersebut lidak dipcrkcnankan
ada kegiatan praktikunı.
2. Wajib memakai jas laboratorium/wearpack tanpa terkecuali.
3. Tidak dipcrkenankan datang terlambat (dispensasi 15 menit).
4. Selama praktikum tidak diperkenankan memakai sandal/alas kaki yang terbuka.
5. Selama praktikum tidak diperkenankan makan/minum.
6. Selama praktikum tidak diperkenankan merokok.
7. Tidak diperkenankan meninggalkan laboratorium dalam keadaan beroperasi.
8. Tidak diperkenankan meninggalkan laboratorium tanpa izin.
9. Peralatan/mesin setelah digunakan harus dalam keadaan bersih.
10. Simpan tas dan barang-barang lain yang tidak diperlukan pada tempat yang tela
disediakan.
11. Praktikan harus disiplin.
12. Bagi yang melanggar tata tertib, praktikan akan dikenakan sanksi.
13. Pembagian kelompok praktikum akan ditentukan pada saat jam pembelajaran.

vi
BAB III. ISI MODUL

Bab ini berisi modul-modul pembelajaran untuk kegiatan praktikum yan terdiri dari:

1. menjelaskan keterliban sistem kontrol pada permesinan di kapal;


2. menjelaskan perangkat kontrol posesi/permukaan cairan;
3. menjelaskan komponen sensor, menjelaskan komponen pengalih energi şetara
(transducer);
4. menjelaskan komponen aktual;
5. menjelaskan komponen keseimbangan mekanik;
6. menjelaskan karakteristik sistem kontrol proporsional, integral, derivatife Pİ, PID,
PD;
7. menjelaskan karakteristik kontrol (integral) dan aplikasinya;
8. menjelaskan diagram blok (transfer fungsi);
9. menjelaskan aljabar boolear, dan block dan fungsi alih transforman laplace;
10. menjelaskan sistem penguat searah jarak jauh (remote control);
11. menjelaskan sistem kontrol terpadu (integraled control system) di kamar meşin;
12. menjelaskan sistem monitoring kesalahan operasi (trouble shooting);
13. prinsip kerja meşin indük saat olah gerak;
14. praktik fundamental of system control aııtomatic;
15. measurement of level;
16. praktik measurement of temperature;
17. praktik measurement of pressııre;
18. praktik transmission of signal;
19. mid semester;
20. praktik demo electrical;
21. praktik transmitter;
22. praktik receiver;
23. praktik electrical servo motor;
24. praktik dan peragaan instrumen kontrol di kapal; dan
25. UAS

vii
MODUL/SKENARIO SISTEM
AUTOMATIK KONTROL Nama

POLITEKNIK PELAYARAN Laboratorium/Simulator

SORONG

1.1 SUBJECT 1.2 Teknik Pengukuran 1.3 Duration 1.4.2 Jam


1.5 Objektif
1.6 WEEK 1.7.1 1.8 Exercise 1.9.1
No

3.1. Teknik Pengukuran


Pada akhir bab ini diharapkan dapat:

1. mengetahui elemen-elemen dasar sistem pengukur;


2. menjelaskan istilah-istilah yang digunakan;
3. mengartikan spesifikasi yang terdapat pada katalog.
3.1.1. Sistem Pengukur

Gambar 1 memperlihatkan pengukur tekanan tabung Bourdon—suatu sistem untuk mengukur


tekanan. Tabung Bourdon adalah sebuah contoh dari transducer, di mana penambahan
tekanan menyebabkan tabung mengembang. Input tekanan diubah menjadİ perpindahan
mekanik dari tabung.

Di sini transducer menubah informasi tekanan menjadi informasi dalam bentuk perpindahan
mekanik. Transducer mengubah informasi dari suau bentuk ke bentuk lain.

Gambar 1. Pengukur Tekanan tabung Bourdon

viii
Infomasi tekanan transducer

informasi perpindahan

Perpindahan tabung relative cukup kecil sehingga harus diperbesar untuk peragaan dan
pembacaan. Hal ini dilakukan oleh roda gigi, yang berfungsi mengondisikan sinyal/signal
conditioner.

Pada umumnya mengondisika sinyal dari transducer menjadi bentk yang dapat diperagakan.
Tanpa roda gigi, maka output tabung. Bourdon terlalu kecil untuk dapat dibaca.

Gerak tabung pengondisi



sinyal gerak yang lebih besar dari pusat gigi.

Gerakan roda gigi menyebapkan penujukan/pointer bergerak pada skala. Penujukan dan skala
disebut dengan elemen perana.

Thermometer gelas air raksa adalah contoh lain system pengukur. Jika temperatur naik ,
volume air raksa bertambah, sehigga merkuri adalah sebuah tranducer.

Informasi temperature transducer



informasi volume.

Perubahan volme yang cukup kecil diubah menjadi perubahan Panjang yang dapat diukur
oleh air raksa di dalam tabung kapiler berdiameter kecil.

Perubahan volume pengondisi



sinyal perubahan Panjang

Nilai hasil pengukuran dipengaruhi dengan mengembang dan mengerutnya air raksa dalam
tabung kapiler dan ditunjukan oleh skala disampingnya.

Perubahan Panjang peraga



posisi bulatan air raksa terhadap skala

Secara umum, system pengukuran dapat dinyatakan mempunyai 3 elemen:

1. Elemen pendektesi disebut transducer yabg menghasilkan sinyal sebanding dengan


besaran yang dideteksi.
2. Pengondisi sinyal yang mengubah sinyal dari transducer ke dalam bentuk yang dapat
di peragakan.
3. Peraga atau elemen perekam yang memungkinkan sinyal untuk dibaca.

ix
Gambar 2 merepresentasikan sistcm pcngukuraan secara umum.

Gambar 2. Suatu sistem pengukur.

Masalahnya apakah dengan input yang sama, maka akan selalu diperoleh output yang
sama. lstilah repeatability digunakan untuk kemampuan sistem memperagakan output
yang samauntuk sejumlah sinyal input yang sama, jika selang waktu pengukuran relatif
singkat, Sedangkan istilah stability digunakan untuk hal yang sama, tetapi selang
pengukurannya panjang. lstilah constancy digunakan untuk kemampuan sistem
memperagakan pembacaan yang konstan sebagai respon dari input yang konstan juga.

lstilah reproducibility digunakan untuk kemampuan sistem memperagakan pembacaan


untuk suatu input tertentu, baik untuk input yang konstan atau hasil pengukuran yang
berulang kali.

lstilah-istilah repeatability, stability, dan constancy adalah suatu cara untuk menyatakan
reproducibility sistem terhadap kondisi input yang berbeda.

Sebuah galvanometer mempunyai sensitivity 17 mm/ μ A, artinya untuk input a1 μ A


maka pembacaan menunjukkan gerakan penunjuk 17 mm. Contoh Iain galvanometer
dengan sensitivity 43 mm untuk input I μ A, memberikan simpangan penunjuk 43 mm
untuk input I μ A. Untuk sensitivity lebih besar, maka simpangan penunjuk lebih besar
untuk input yang sama.

Sensitivity didefinisikan:

gerakan dari penujuk


sensitivity=
perubahan besaran yang menghasilkan gerkan

Jika instrumen dapat dibaca sampai 1 mm, maka jika sensitivity 17 mm/ A, perubahan arus
sebesar 1/17 μ A dapat dideteksi.

x
Timbangan automatik dengan sensitivity 1 vernier division/0.l mg, artinya penunjuk bergerak
sebesar 1 vernier division jika massa berubah sebesar 0.l mg. Jika bentuk input suatu sistem
sama dengan bentuk outputnya, istilah magnifikasi/pembesaran sering digunakan:

output
magnifikasi=
input

Penggunaan istilah magnifikasi sering ditemukan pada instrumen optik, misalnya mikroskop.
Istilah lainnya adalah penguatan/gain yang sering digunakan pada peralatan electronic:

output
gain=
input

Istilah-istilah di atas menyatakan hubungan input-output pada suatu sistem tertentu.

Jika sebuah grafik menggambarkan hubungan input dan output berbentuk garis Iurus
melewati titik awal, maka besarnya output sebanding dengan besarnya input dan sistem
dikatakan mempunyai respon yang linier.
Untuk sistem yang mengukur suatu besaran secara cepat atau lambat seringkali akurasinya
dibedakan antara akurasi dinamik dan statik.

Termometer air raksa mempunyai kesalahan maksimum 0,20C untuk perubahan


temperatur yang lambat, tetapi jika temperatur berubah cepat maka kesalahan yang terjadi
mungkin lebih besar dari 0,20C. Termometer tersebut tidak cepat merespon terhadap
perubahan temperatur, atau dikatakan waktu responnya tinggi karena waktu yang
dibutuhkan cukup lama untuk merespon perubahan temperatur.

Secara ideal suatu sistem pengukur akan memberikan hasil yang sama untuk pengukuran
suatu besaran yang bertambah besar dari harga yang kecil dan sebaliknya. Sebagai contoh
termometer air raksa yang mengukur temperatur 60 0C, akan memberikan hasil pengukuran
berlainan, setidaknya beberapa saat tertentu, jika pada mulanya termometer menunjuk
200C kemudian digunakan mengukur cairan 600C, atau juga mulanya 1000C kemudian
mengukur cairan yang sama. Gejala tersebut dinamakan histeresis.

xi
'
C
Gambar 3. (a) Nikel; (b) termistor catatan: skala logaritmis.

Suatu probe mempunyai elemen tahanan nikel diatur pada 200 C untuk akurasi
pembacaan sampai ± 0,25 0 C.

Kerugian dari elemen tahanan kawat adalah perubahan tahanannya cukup kecil, misalnya
elemen tahanan nikel di atas mempunyai koefisien temperatur tahanan ¿ 6 x 10−3 ℃−1,
sehingga untuk elemen dengan tahanan mula 1 Ω. Perubahan tahannya adalah
−3
6 x 10 tiap 1 ℃

Bahan semikondiktor memberikan perubahan tahanan yang lebih besar untuk perubahan
temperatur yang sama. Tahanan semikonduktor tersebut dinamai termistor.

Gambar 3 memperlihatkan bagaimana tahanan termistor dan tahanan kawat logam


berubah dengan perubahan temperatur.

Tahanan logam bertambah dengan temperatur, penambahan per 0C cukup kecil, sedangkan
tahanan termistor berkurang dengan kenaikan temperatur dan pengurangannya per 0C lebih
besar daripada logam.

Perbedaan lainnya, untuk logam perubahan tahanannya memberikan skala linier,


sedangkan termistor skala nonlinier.

Masalah lain untuk termistor ialah jika instrumen mengganti termistornya, maka
instrumen harus dikalibrasi lagi. Sedangkan keuntungannya, termistor mempunyai
resistivily lebih tinggi dari tahanan logam, sehingga dapat dibuat cukup kecil dengan
tahanannya tetap besar.

xii
Ukuran dan massa yang cukup kecil ini dapat digunakan untuk mengukur luas permukaan
yang sempit dan juga untuk perubahan temperatur cukup cepat.

Gambar 4. (a) Termometer bimetal; (b) lempengan bimetal,

Berikut ini spesifikasi termometer bimetal yang diambil dari suatu katalog.

Range dari instrumen:

300C s.d. 600C; O0C s.d. 1600C; 100C s.d. 1200C; 500C s.d. 2500C.

Kesalahan maksimum kurang dari 1% dari skala total. Kenaikan hampir


linier pada range tersebut.

Jika termometer digunakan pada range 10 OC s.d. 120 OC, kesalahan maksimum akan
kurang dari 10 dari range 120-10 = 100O; atau 1,1 OC . Setiap pembacaan aliran berada
diantara 1 OC dari hasil sebenarnya, atau = 1OC.

Tahanan suatu kawat logam tergantung pada temperatur sehingga. hal ini dapat
digonakan untuk pengukuran temperatur. Termometer jenis ini disebut termometer
tahanan dan dapat menggunakan kawat nikel.

Elemen tahanan dipasang pada ujung kawat dan untuk menentukan temperatur
permukaan, maka harus ditempel dan dipilih sedemikian rupa, sehingga kontak dengan
permukaan cukup baik.

Berikut ini spesifikasi suatu termometer tahanan.

Range temperatur:

xiii
1. -30 0 s.d. + 30 0C
2. 20 0 s.d. + 80 0C
3. 60 0 s.d. 1800C

Gambar 5 memperlihatkan beberapa bentuk termistor.

Gambar 5. Beberapa bentuk termistor.


Termokopel terdiri dari 2 gabungan konduktor listrik yang berlainan jika dua bahan
dihubungkan dalam satu rangkaian dengan instrumen pengukur, maka terdapat dua junction
dan jika terjadi beda temperatur antara junction tersebut, maka timbul electrocmotive force
yang sebanding dengan beda temperatur dan jenis bahan.
Untuk pemakaian dengan daerah temperatur -1000C sampai 4000C, biasanya digunakan
logam copper dan constantan. Iron dan constantan dipakai untuk range -100 0C sampai 3000C.
Campuran nikel-chromium (chromel) dan campuran nikel-aluminium (alumel) digunakan
pada range -200 0C sampai 1200 0C, sedangkan platinum dengan campuran platinum-
rhodium untuk range O OC sampai 16000C.

xiv
Gambar 6. Memperlihatkan bagaimana electromotive force berubah terhadap temperatur, jika
temperatur salah satu junction 0 0 C.

Gambar 7. (a) Transducer induktansi tipe jembatan; (b) Linear variable differential
transformer

Gambar 7 (b) memperlihatkan bentuk lain transducer induktansi, disebut dengan linear
variable differensial transformer (LVDT) dan mempunyai 3 kumparan, kedua kumparan yang
di luar di hubungkan satu sama lain. kumparan yang ditengah diberi arus bolak-balik yang

xv
menimbulkan induksi electromotive force pada kedua kumparan lainnya. Kumparan-
kumparan disambungkan sedemikian rupa hingga jika besar induksi electromotive force
masing-masing kumpuran sama rnaka aliran saling menghilangkan dan tidak ada beda
potensial resultante antara ke-2 kumparan. Jika electromotive force yang diinduksikan
berbeda maka baru timbul beda potensial. Hal ini terjadi jika inti berada lebih dekat pada
salah satu kumparan . inti besi tersebut dihubungkan dengan benda yang berubah-rubah
posisinya dan informasi posisi ini diubah menjadi informasi beda potensial.

xvi
MODUL/SKENARIO SISTEM
AUTOMATIK KONTROL Nama

POLITEKNIK PELAYARAN Laboratorium/Simulator

SORONG

1.1 SUBJECT 1.2 Teknik Pengukuran Kalibrasi 1.3 Duration 1.4.2 Jam
1.5 Objektif
1.6 WEEK 1.7.2 1.8 Exercise 1.9.2
No

3.2. Teknik Pengukuran Kalibrasi

Pada akhir bab ini diharapkan dapat :

1. Menielaskan fungsi transdueer


2. Menggatnbarkan prinsip ketja transducer-transducer untuk pengukuran temperatur
posisi, strain dan kejadian-kejadian diskrit.

3.2. l. Transducer

Istilah transducer digunakan untuk menyatakan benda yang dapat mengubah informasi
darisatu ke lain bentuk. Tujuannya adalah untuk memperoleh informasi yang mudah diukur.

Contoh: Suatu transducer sederhana adalah pegas. Jika pegas ditarik oleh suatu gaya (gambar
8), maka pegas akan meregang. Informasi gaya diubah menjadi informasi posisi pada ujung
pegas dan prinsip ini digunakan untuk mengukur gaya pada timbangan pegas sederhana.

peregangan

Gaya
Gambar 8. Pegas sebagai transducer

xvii
Gambar 9.Termokopel sebagai transducer

Perpindahan X = gaya F

Sering ditulis dalam bentuk:

F=k.x

Di mana k = konstanta

Termokopel (gambar 9) adalah transducer yang mengubah informasi perbedaan temperatur


menjadi informasi electromotive force. Pengukuran electromotive force dapat digunakan
untuk mengukur temperatur. Pada umumnya dua besaran ini tidak sebanding dan digunakan
grafik kalibrasi atau tabel tertentu. Berikut ini adalah tabel referensi untuk termokopel iron-
constantan.

Tabel I. Tabel referensi termokopel.

temperatur 0 10 20 30 40 50 60 ℃
electromotiv 0 50 102 154 206 250 311 microvol
e orce 0 0 0 0 0 0 t
Potensiometer adalah transducer yang mengubah putaran atau posisi menjadi perbedaan
potensial (gambar 10).

xviii
Gambar 10. Potensiometer sebagai transducer.
Terdiri dari tahanan memanjang dimana output beda potensial diperoleh dari satu ujung
tahanan dengan penggeser yang dapat bergerak sepanjang elemen tahanan. Posisi
penggeser pada elemen tahanan menentukan output beda potensial.
Jika gerakan penggeser memanjang pada tahanan maka informasi perpindahan diubah
menjadi informasi beda potensial dan outputnya dibuat sebanding dengan perpindahan.

Jika gerakan penggeser melingkar pada elemen tahanan berbentuk lingkaran maka informasi
putaran diubah menjadi beda potensial dan dibuat sebanding dengan putaran sudut.

Di atas adalah 3 buah contoh transducer dan berikut ini akan dijelaskan beberapa transducer
Iainnya.

3.2.2. Transducer untuk Pengukuran Temperatur

Perubahan temperatur suatu benda dapat mengakibatkan perubahan Iain, misalnya:

1. Perubahan dimensi, misalnya: ekspansi atau kontraksi cairan, gas, dan benda padat.
2. Perubahan tahanan listrik, umumnya pada logam dan semikonduktor.
3. Penggabungan termoelektrik electromotiveforce dua logam berbeda.
4. Perubahan intensitas dan warna radiasi yang dipancarkan benda panas.
Berdasarkan perubahan di atas terdapat beberapa jenis termometer. Gambar 4
memperlihatkan termometer yang bekerja berdasarkan ekspansi benda padat, yang berupa
lempengan bimetal.

Lempengan terdiri dua logam yang dilas atau ditempelkan sehingga menjadi satu. Kedua
metal/logam mempunyai koefisien ekspansi panas yang berbeda, sehingga lempengan akan
membengkok. Pada termometer, lempengan tersebut berbentuk lingkaran heliks sehingga
perubahan temperatur menyebabkan putaran pada ujung heliks dan menggerakkan jarum
penunjuk pada Skala.

xix
MODUL/SKENARIO SISTEM
AUTOMATIK KONTROL Nama

POLITEKNIK PELAYARAN Laboratorium/Simulator

SORONG

1.1 SUBJECT 1.2 Transduser Mengukur Strain 1.3 Duration 1.4.2 Jam
1.5 Objektif
1.6 WEEK 1.7.3 1.8 Exercise 1.9.
No

3.3. Transducer untuk Mcngukur Strain (Tegangan)

Jika sepotong kawat logam dircgangkan, tidak hanya memanjang atau memendek. Tetapi
juga tahanannya berubah. Makin besar strain maka makin besar harga tahanannya. Efek
adalah dasar dari pengukur strain tahanan berubah (strain gauge), perubahan panjang diubah
menjadi informasi perubahan tahanan.

Gambar Il menunjukkan dua bentuk dari strain gauge, yang satu terbuat dari lapisan logam,
yang lain dari kawat logam. Kedua elemen tahanannya dipasang pada bahan isolator,
sehingga jika ditempelkan pada permukaan logam akan terisolasi dari logam.

Gambar 1l. Strain gauge.


Pada penggunaannya strain gauge ditempel pada permukaan yang akan diukur dan haru
diperhatikan jangan terjadi slip dengan permukaannya. Biasanya pabrik pembuat menyertak
lem untuk menempel dan ditunggu sampai lem kering sebelum strain gauge digunakan.

Hubungan antara strain dan pembahan tahanan ∆ R diberikan oleh:

xx
∆R
=Gxstrain
R
Dimana: R=tahanan strain gauge
G=faktor gauge(konstanta) yang harganya sekitar 2 pada kebanyakan logam.
sebuah strain gauge dengan R = 100,0Ω dan G = 2.0, diberi strain sehingga perubahan
tahanan ∆ R = 0,004Ω . Berapa besarnya strain tersebut?

Gunakan persamaan di atas :


0,004
=2 ,0 x strain
100 ,0
Sehingga strain=2 x 10−5
Dari contoh terlihat besarnya perubahan tahanan sebanding dengan besarnya strain yang
diukur. Umumnya strain gauge sensitifjuga terhadap perubahan temperatur, yang seringkali
besarnya perubahan tahanan akibat perubahan temperatur ini sebanding dengan akibat
perubahan strain.
Pengaruh ini harus dihilangkan, cara yang biasa digunakan ialah dummy gauge, yang
mempunyai tahanan sama dengan strain gauge yang digunakan (gauge aktif) dan
dipasang pada bahan yang akan diukur..

Gambar 12. Strain gauge semikonduktor.

Gauge aktif dan dummy ini dihubungan sedemikian rupa dengan rangkaian pengukur,
sehingga efek temperatur kedua gauge saling menghilangkan dan tinggal perbedaan
akibat yang diukur.

xxi
Selain strain gauge yang disebut di atas, terdapat juga strain gauge dari bahan
semikonduktor (gambar 12) dengan faktor gauge antara 100 sampai 200.

Keuntungan lain bahan ini ialah mempunyai resistivity lebih tinggi dari logam, sehingga
dengan kedua keuntungan tersebut maka perubahan tahanannya pun lebih besar.

Selain itu kerugiannya adalah lebih sensitif/peka terhadap temperatur sehingga perlu sekali
mengompensasi fluktuasi temperatur tersebut.

Transducer yang digunakan untuk mengukur perubahan strain yang cukup cepat
berdasarkan pada efek piezo-electric. Beberapa la•istal tertentu misalnya kuartz, garam
rochel dan barium titanate, mempunyai sifat menimbulkan muatan elektrostatik pada
muka berlawanan dari kristal jika diberi strain sepanjang sumbunya. Akibatnya timbul
beda potensial. Efek ini juga digunakan pada kristal mesin piringan hitam. Bentuk
bergelombang pada alur piringan hitam menyebabkan ujung lempengan kristal melentur
sedangkan ujung lainnya tetap.

Beda potensial yang timbul berubah-ubah bergabung alur, kemudian diperkuat dan akhirnya
menghasilkan suara pada loudspeaker.

Besarnya beda potensial tergantung pada strain, makin besar strain maka beda potensial
makin besar. Jika beda potensial digunakan untuk menghasilkan arus pada rangkaian maka
besarnya beda potensial akan turun, meskipun besarnya strain tetap, kecuali bila strain
berubah cepat. Salah satu masalah penggunaan, transducer piezo-electric ini adalah mengukur
beda potensial tanpa menimbulkan arus. Karena itu transducer ini sering digunakan pada
strain yang berubah cepat

3.3.1. Transducer Untuk Mendeteksi Kejadian Diskrit (perubahan)

Sebuah roda gigi berputar-berapa jumlah gigi melalui suatu titik perdetik?
Berapa jumlah benda pada ban berjalan yang melalui suatu titik perdetik?

Dua contoh di atas memerlukan transducer tertentu untuk mendeteksi kejadian diskritnya.
Sistem demikian disebut sistem digital. Gambar 13 memperlihatkan sebuah transducer
digital sederhana yang merupakan kumparan kawat pada batang magnet. Jika bahan
bersifat besi mendekati magnet, maka dihasilkan pulsa arus sebagai akibat induksi
elekmagnetik sehingga dapat menggerakkan penghitung counter.

xxii
Jenis lainnya adalah dengan menyambungkan kumparan dengan counter, sedangkan magnet
dipasang pada obyek yang akan dihitung.
pada saat magnet melalui kumparan akan dihasilkan pulsa arus akibat induksi
elektromagnetik
dari kemudian menggerakkan counter.

Gambar 13. Transducer induktasi sederhana.


Gambar 14 memperlihatkan jenis lain transducer digital, yaitu transducer photo, elektrik.
Jika cahaya jatuh pada transducer dihalangi maka timbul pulsa arus yang dapat
menggerakkan counter.
Terdapat 3 tipe transducer photo elektrik:
1. Transducer photo-emissive.
2. Transducer photo-conductive.
3. Transducer photo-voltaic.

Pada transducer a) cahaya jatuh pada permukaan yang peka cahaya dan memancarkan
elektron. Elektron tertarik oleh elektroda bermuatan positif dan menghasilkan arus. Jika
cahaya dihalangi maka besarnya arus juga berubah.

Pada transducer b) cahaya jatuh pada permukaan peka cahaya yang menyebabkan tahanannya
berubah. Perubahan tahanan menimbulkan perubahan arus pada rangkaian.

ada transducer c) cahaya jatuh pada dua benda yang kontak satu dengan lain dan berbeda
jenisnya sehingga menghasilkan electromotive force Dengan menghalangi cahaya.
electromotive force berubah dan arus rangkaian juga berubah.

xxiii
Gambar 14. Transducer photo-elektrik.

1. Menghitung obyek dengan transducer.


2. Transducer photo-emissive.
3. Transducer photo-conductive.
4. Transducer photo-voltaic.
5. Transducer photo-emissive.
Informasi cahaya → informasi arus.
6. Transducer photo-conductive.
Informasi Cahaya → informasi tahanan.
7. Transducer photo-voltaic.
Informasi cahaya → informasi electromotive force.
selain untuk tujuan digital, transducer photo-elektrik dapat juga digunakan pada
sistem yang menerima infomasi berbentuk cahaya. Keuntungan transducer-transducer
ini adalah tidak berkontakan langsung dengan obyek yang dihitung, kecuali hanya
gangguan dari cahaya yang jatuh. Transducer juga dapat beroperasi dengan cahaya
tidak tampak yaitu radiasi infra-red.

xxiv
3.3.2. Soal-Soa1

1. Tentukan bentuk informasi input dan output sistem-sistem berikut:


a. Speedometer mobil.
b. Mesin piringan hitam.
c. Termokopel.
d. Hidrometer.
2. Gambarkan prinsip operasi sistem berikut:
a. Termistor untuk pengukuran temperatur.
b. Termometer bimetal.
c. Termokopel.
3. Gambarkan prinsip operasi transducer piezo-electric dan jelaskan kenapa lebih sering
digunakan untuk pengukuran dinamik daripada statik!
4. Gambarkan prinsip kerja strain gauge tahanan listrik!
5. Strain gauge tahanan listrik digunakan untuk pengukuran strain sebesar 0.1 %. Jika
faktor gauge = 2,1 dan tahanan = 1 80, berapa perubahan tahanan gauge?
6. Gambarkan prinsip kerja linear variable differential transformer (LVDT)!
7. Gambarkan prinsip kerja sistem berikut:
a. Photo-emissive cell.
b. Photo-conductive cell.
c. Photo-voltaic cell.
8. Tentukan transducer untuk perubahan-perubahan informasi berikut:
a. Informasi posisi —+ informasi beda potensial
b. Informasi strain informasi tahanan
c. Informasi temperatur —9 informasi tahanan
9. Jelaskan kriteria yang anda gunakan dalam pemilihan logam untuk termokopel.
Gunakan gambar 6 untuk menjelaskannya.
10. Gambar 14 tercantum pada katalog pabrik untuk sistem pengukur beban
menggunakan linier variable differential transformer. Spesifikasi gambar adalah
sebagai berikut:
a. Sel pengukur beban induktif.
b. Output kira-kira IV.
c. Linerity ± 1 % dari beban rata-rata.
11. Range temperatur -200C s.d. 900C. Pengaruh temperatur ± 0,05 % per0C pada
sensitivity. ± 0,08 % dari beban nominal per0C pada nol. Beban rata-rata dalam kg
100, 250, 500,1000, 3000, 5000, 10.000, 20.000, 30.000, 50.000.
a. Jelaskan kerja sel pengukur!
b. Berapa kesalahan maksimum karena non-linieritas, jika sel dirancang untuk
beban pada range 0-1000 kg?

xxv
Gambar 15. Sel pengukur beban induktif.
3.3.3. Tugas-Tugas
1. Tentukan faktor gauge untuk strain gauge contoh pada paket, Bagaimana
pcnyimpangan hasilnya dengan faktor gauge dari pabrik?
2. Selidiki sistem-sistem pengukuran pada proses industri dan tentukan transducer yang
dipakai. Faktor apa yang menentukan pemakaian transducer tersebut ?

xxvi
MODUL/SKENARIO SISTEM
AUTOMATIK KONTROL Nama

POLITEKNIK PELAYARAN Laboratorium/Simulator

SORONG

1.1 SUBJECT 1.2 Transducer Pengukuran 1.3 Duration 1.4.2 Jam


Perpindahan
1.5 Objektif
1.6 WEEK 1.7.4 1.8 ExerciseNo 1.9.4

3.4 transducer Pengukuran Perpindahan

Pemakasas termokopel memungkinkan pengukuran temperatur permukaan yang sempit dan


perubahan temperatur yang cepat, karena massanya cukup kecil. Gambar 16 memperlihatkan
instrumen yang tergantung pada radiasi yang dipancarkan suatu benda, disebut pirometer
filamen yang menghilang.

Gambar 16. Prinsip dari pirometer filamen yang menghilang.


Intensitas cahaya yang dipancarkan obyek yang panas dibandingkan dengan intensitas cahaya
filamen tungsten yang dibangkitkan oleh arus dari baterai. Intensitas dari obyek yang dilihat
hanya sebagaian kecil dari spektrum karena disaring dulu oleh filter. Arus listrik diatur oleh
tahanan berubah dan diatur sehingga kedua intensitas tadi sama besarnya. Jika hal ini terjadi,
filamen melebur di bagian belakang obyek dari kemudian menghilang. Arus kemudian
mengukur temperatur dan dikalibrasi dalam besaran temperatur.

ada saat menghilangnya filamen pirometer, informasi temperatur obyek disesuaikan dengan
formasi temperatur filamen, yang kemudian diubah menjadi informasi arus.

3.4.1. Transducer Untuk Pengukuran Perpindahan

Potensiometer sederhana yang dibicarakan sebelumnya (gambar 10) adalah contoh dari
franchicer posisi

Informasi perpindahan→informasi beda potensial

xxvii
Gambar 16 memperlihatkan contoh lainnya, yaitu komparator preumatik. Di sini perubahan
tinggi, h menyebahkan perubahan tekanan yang diukur oleh pengukur iekanan. Informasi
perpindahan informasi tekanan.

Udara dari sumber tekanan konatan mengalir melalui orifice dan keluar melalui nasle
Pengukur tekanan mengukur tekanan antara orifice dan mezzle Jika tidak terdapat bick
penghalang, maka tekanan antara orifler dan nozzle (x=tak berhingga) adalah sama dengan
tekanan almosfir

Jika nozzle ditutup (x=0), maka tekanan nama dengan tekanan sumber udara. Di sini, tekan
yang ditunjukkan meter tergantung pada hesamya harga X.

Gambar 17. (a) Bentuk dasar komparator pneumatik; (b) grafik kalibrai
Bentuk lain dari transducer posisi adalah transducer induktansi. Jika arus bolak-balik
mengalir pada kumparan, terjadi induksi electromotive force pada kumparan lainnya, disebut
dengan induksi elektromagnet. Besarnya induksi electromotive force ini tergantung pada
jarak kodus kumparan dan bahan magnetnya. Jika kedua kumparan dililitkan pada masing-
masing sisi inti besi, maka induksi electromotive force-nya lebih besar. Jika tanpa inti besi
(hanya udara) gambar 17 memperlihatkan dua bentuk transducer induktansi.

Gerakan plunger menyebabkan inti besi bergerak diantara kedua kumparan. Selanjutnya
kedua kumparan dihubungkan dengan rangkaian jembatan sehingga jika inti besi berada di
tengah- tengah kumparan, tidak ada tegangan ditunjukkan oleh voltmeter. Jika inti besi
berada pada salah satu kumparan maka voltmeter menunjukkan adanya tegangan. Informasi
posisi informasi beda potensial

xxviii
MODUL/SKENARIO
SISTEM AUTOMATIK Nama
KONTROL Laboratorium/Simulator
POLITEKNIK
PELAYARAN SORONG
1.1 SUBJECT 1.2 Kalibrasi 1.3 Duration 1.4.2 Jam
1.5 Objektif
1.6 WEEK 1.7.5 1.8 Exercise No 1.9.5

3.5. Kalibrasi

Kalibrasi adalah proses pengecekan dan pengaturan akurasi dari alat ukur dengan cara
membandingkannya dengan standar/tolak ukur. Kalibrasi diperlukan untuk memastikan
bahwa hasil pengukuran yang dilakukan akurat dan konsisten dengan instrumen lainnya.
Hasil pengukuran yang tidak konsisten akan berpengaruh langsung terhadap kualitas produk
Alat ukur warna yang paling mahal dan akurat juga dapat rusak atau melenceng setelah
dipakai dalam jangka waktu tertentu. Sangatlah penting bahwa alat ukur warna sepert
spectrophotometer atau chromameter dikalibrasi secara teratur dan mengikuti sistem
manajemen kualitas yang ada (contohnya ISO),

Kalibrasi juga dapat dilakukan secara rutin (setiap hari) atau setiap tahun. Kalibrasi yang
dilakukan setiap hari biasanya mudah dan gampang dilakukan oleh konsumen sendiri.
Sedangkan kalibrasi tahunan memerlukan konsumen untuk mengirimkan instrumennya ke
perusahaan kalibrasi yang sudah disertifikasi untuk melakukan servis.

3.5.1. Tujuan Kalibrasi

Ada beberapa tujuan yang akan Anda dapatkan dengan melakukan kalibrasi, diantaranya
adalah:
1. Untuk menentukan deviasi kebenaran yang ada pada suatu nilai konvensional. Nilai
tersebut didapatkan dari alat ukur yang sudah ditentukan sebelumnya.
2. Untuk menjamin hasil pengukuran, sehingga sesuai dengan standar yang berlaku. Jika
dilakukan pada suatu obyek, diharapkan obyek tersebut dapat dihitung secara
menyeluruh tanpa adanya kesalahan.
3. Untuk menjamin ketelitian, sehingga mendukung upaya untuk meningkatkan mutu
pelayanan atau obyek dalam jangka waktu mendatang.
4. Untuk mendukung sistem mutu yang diterapkan pada suatu obyek atau aktivitas dan
mengukur apakah sebuah alat masih layak pakai atau tidak
5. Untuk mencapai kondisi layak pakai, sehingga obyek bisa digunakan secara optimal
Dengan melakukan kalibrasi, maka dapat diketahui sejauh mana perbedaan yang
sedang terjadi menggunakan alat ukur yang sudah ditentukan.

xxix
3.5.2. Prosedur Kalibrasi

Setiap sistematika pengukuran membutuhkan prosedur yang tepat dalam penanganannya


supaya dapat terarah dan bersifat konstan. Kalibrasi memiliki prosedur yang diterapkan baik
dari segi prinsip dasar maupun persyaratannya diantaranya sebagai berikut.

3.5.3. Prinsip Dasar

Dalam menjalankan prosedur kalibrasi hal yang pertama harus diketahui adalah prinsip-
prinsip dasarnya yaitu:
1. Memperhatikan obyek ukur, standar ukur yang mengacu pada standar kalibena
internasional harus sudah teruji.
2. Memiliki operator atau teknisi yang bersertifikat resmi.
3. Lingkungan dengan kondisi baik.

3.5.4. Syarat

Tidak hanya prinsip dasar yang mengacu pada prosedur utama, aktivitas kalibrasi juga
memiliki persyaratan yang harus dipenuhi antara lain:
1. Standar acuan dapat ditelusuri sampai ke standar nasional atau internasional.
2. Metode kalibrasi yang digunakan telah diakui baik dalam skala nasional maupun
internasional
3. Memiliki personil kalibrasi yang terlatih, dengan dibuktikannya sertifikasi dari
laboratorium yang sudah terakreditasi
4. Didukung dengan alat kalibrasi yang sangat baik atau tidak mengalami kerusakan
5. Memiliki ruangan yang terkondisikan sebagai tempat berlangsungnya proses kalibrasi

3.5.5. Jenis-jenis Kalibrasi

Bagi yang bertanya-tanya tentang jenis kalibrasi yang populer di masyarakat, maka
penjelasan di bawah akan sangat membantu. Berikut jenis-jenis kalibrasi yang ditinjau dari
fungsi dan pengukurannya.

1. Kalibrasi tekanan.

Kalibrasi tekanan memiliki fungsi utama di berbagai industri yang mana peralatan
pengukuran digunakan untuk memantau kinerja dan keselamatan pada prosesnya, biasanya
digunakan untuk mengukur tekanan gas dan hidrolik. Beberapa contoh instrumen tekanan
yang dikalibrasi secara teratur adalah pengukur tekanan digital, indikator digital. transducer,
pemancar, pengukur tekanan analog, dan barometer.

2. Kalibrasi suhu

Dalam semua proses di mana pembacaan suhu memiliki peran penting, kalibrasi suhu dapat
dilakukan dalam lingkungan yang terkendali. Kalibrasi suhu hanya dapat dilakukan dengan
membandingkan standar yang diketahui, dalam lingkungan suhu yang stabil dengan probe
yang diuji. Beberapa contoh peralatan yang memerlukan kalibrasi suhu secara berkala adalah:
Sistem akuisisi data, termometer, termometer panggil, meteran inframerah, PRT dan
termistor, dan kamera termal.

xxx
3. Kalibrasi aliran.

Pengukur kalibrasi aliran (atau sensor aliran) adalah alat uji yang digunakan untuk mengukur
laju aliran linier, non-linier, massa, atau volumetrik dari cairan atau gas. Laju aliran mengacu
pada kecepatan dimana proses cairan bergerak melalui pipa, lubang, atau kapal pada waktu
tertentu. Empat jenis utama kalibrasi aliran atau flowmeter yang sering dibutuhkan adalah:
pengukur aliran massa termal, pengukur aliran laminar, rotometer-gas dan udara, dan
pengukur turbin

4. Kalibrasi pipet.

Untuk laboratorium pengujian yang sering menggunakan alat ukur ini, kalibrasi pipet sangat
penting dalam hasil pemipetan yang akurat dan presisi. Semua jenis pipet yang digunakan di
laboratorium antara lain pipet manual saluran tunggal, multisaluran, dan pipet elektronik
harus mengikuti beberapa aspek proses kalibrasi dan prosedurnya. Tujuan utama kalibrasi
pipet adalah untuk memastikan bahwa pengukuran dapat dilakukan dengan akurasi yang
diinginkan.

5.Kalibrasi lisrik

Kalibrasi listrik mengacu pada proses verifikasi kinerja instrumen apa pun yang mengukur
stau mengaji parameter listrik seperti tegangan, aros, resistansi, induktansi, kapasitari. waktu,
dan frekuensi Kalibrasi listrik memerhkan penggunaan perangkat atau kalibrator prosisi yang
mengevaluasi kinerja properti utama untuk perangkat lain yang disebut unit yang dugi
(UUT).

Instrumen yang sering digunakan untuk kalibrasi listrik adalah pencatat data, meteran listrik,
multi-meter, miloskop, penghitung frekuensi, penguji isolasi, dan penguji lingkaran.

6. Kalibrasi mekanis

Kalibrasi mekanis yaitu pengukuran yang dapat dilakukan dengan alat yang relatif sederhana
untuk mencatat perubahan dimensi suatu benda karena kerusakan atau keausan selama
penggunaan. Kalibrasi mekanis sangat dibutuhkan untuk penggunaan reguler. kejutan
mekanis, dan paparan terhadap berbagai kondisi atmosfer dan lingkungan.

Beberapa instrumen yang paling sering diuji untuk kalibrasi mekanis meliputi: akselerometer,
timbangan/saldo, muat sel dan pengukur kekuatan, mikrometer, vernier, pengukur tinggi,
kunci pas dan obeng torsi, dan set berat dan massa

3.5.6. Soal-soal
1. Definisikan istilah-istilah berikut: transducer, pengondisi sinyal, elemen peraga,
pengondisi sinyal dan peraga pada suatu sistem.
2. . Tentukan elemen-elemen transducer.
3. Hal yang sama dengan dua, untuk jam pendulum.
4. Definisikan istilah istilah.
a. Range
b. Akurasi
c. Constancy

xxxi
d. Reproducibility
e. Respon waktu.
f. Repeatability.
g. Sensitivity.
5. Termometer tekanan wap mempunyai range-15 sampai 35°C dan 30 sampai 120°C
dengan kesalahan maksimum 1% dari pembacaan skala penuh. Jika termometer
digunakan mengukur temperatur (a) 10°C dan (b) 60°C, diantara selang temperatur
berapa diharapkan pengukuran instrumen?
6. Termometer dengan kesalahan maksimum 0.4°C memberikan pembacaan 45.8°C.
Bagaimana tentang temperatur sebenarnya?
7. Hidrometer mempunyai range 600 sampai 700 kg/m² dan kesalahan maksimum 2
kg/m³, Jika instrumen menunjuk berat jenis sebesar 650 kg/m³, diantara selang
beberapa besarnya harga berat jenis sebenarnya? Catatan: Hidrometer digunakan
untuk mengukur berat jenis cairan
8. Sensitivity dua termokopel tercantum sebagai berikut:

Termokopel copper/constantan 0.03 millivolt C

Termokopel iron/constantan 0,05 millivolt C

Termokopel mana yang akan menghasilkan tegangan yang temperatur tertentu?


9. Sistem penguat pada osiloskop mempunyai sensitivity 0.1 V/cm. Berapa simpangan
layar untuk input 0.3 V?
10. Galvanometer mempunyai sensitivity 15 mm/u A. Panjang skala 160 mm dengan
satuan milimeter. Berapa arus paling besar yang dapat diukur instrumen?
11. Sistem pengukur mempunyai penguatan 10. Apa maksudnya?
12. Sebuah mikroskop mempunyai pembesaran 30. Apa maksudnya? (Catatan:
Pembesaran mikroskop sering dinyatakan x 30).

xxxii
MODUL/SKENARIO
SISTEM AUTOMATIK Nama
KONTROL Laboratorium/Simulator
POLITEKNIK
PELAYARAN SORONG
1.1 SUBJECT 1.2 Pengondisi sinyal 1.3 Duration 1.4.2 Jam
1.5 Objektif
1.6 WEEK 1.7.6 1.8 Exercise No 1.9.6

3.6. Pengondisi Sinyal

Pengondisi sinyal adalah bagaimana sistem pengukur yang mengubah sinyal dari transchicer
ke dalam bentuk yang dapat diperagakan. Banyak transducer menghasilkan sinyal yang kecil
dan juga bentuknya tidak sesuai untuk menggerakkan alat peraga.

Jika output transducer adalah sinyal listrik, pengondisi sinyalnya adalah sebuah penguat
amplifier yang membuat sinyal cukup besar untuk menggerakkan meter. Penguat adalah
mengkondisi sinyal yang menghasilkan output lebih besar dari input. Seringkali penguat ini
bersatu dengan unit peraganya, misalnya osiloskop tabung katoda. Perbandingan output
terhadap input penguat disebut dengan gair (Gambar 18 (a)).
output
Gain=
input

Gambar 18. Pengondisi sinyal: (a) Penguat; (b) Pengungkit/tuas


Tuas/pengungkit adalah pengondisi sinyal yang memperbesar posisi mekanik sebelum
peragaan. Gain atau pembesaran tuas dapat berubah-ubah tergantung posisi pivot dengan
sinyal dari transducer dan outpumya (Gambar 18 b).
output jarak pivot dengan output yang diambil
Gain= =
input jarak pivot dengan input

Jika jarak output dari pleet lebih besar dari jarak input ke pivot maka gainya lebih besar dari
satd

Perubahan tahanan dari termistor dapat diperagakan dengan mengalirkan arus listrik pada
suatu rangkaian seperti terlihat pada gambar 19. Rangkaian ini adalah pengondisi sinyal,
perubahan tahanan diganti menjadi perubahan arus

xxxiii
Gambar 19. Sistem pengukur temperatur.

3.6.1. Tuas

Gambar 18 (b) adalah contoh tuas sederhana. Jika jarak output-pivot 100 mm dan jarak input-
pivor 5 mm, maka pembesaran 100/5-20. Ini berarti untuk tiap mm gerakan input ujung akhir
output bergerak sepanjang 20 mm.

Gambar 20. Tuas sederhana

Gambar 20 memperlihatkan bentuk lain dari tuas. Di sini output dan input berada pada sisi
yang sama dari pivot dan rumus gainnya sama. Untuk jarak seperti pada gambar, gainnya =
15, sehingga gerakan 1 mm input menghasilkan gerakan 15 mm output.

Gambar 21 memperlihatkan sebuah extensometer sederhana. Jarak dari ujung penunjuk dari
pivot adalah 5 kali jarak titik kontak dengan specimen dari pivot, sehingga pembesarannya =
6. Dengan perpanjangan gauge 2 mm akan menimbulkan gerakan ujung penunjuk pada skala
sebesar 12 mm.

Gambar 21. Tuas Campuran

xxxiv
Gambar 22. Tuas campuran
Untuk menaikkan pembesarannya, jarak input dan pivot harus diperkecil atau jarak ujung
penunjuk dari pivot diperbesar atau juga keduanya.

Untuk pembesaran 10 maka jarak ujung penunjuk ke pivot harus 10 kali lebih besar jarak
input ke pivot. Cara lain menaikkan pembesaran ialah dengan menggunakan tuas campuran
seperti terlihat pada gambar 22.

Gerakan input menyebabkan 1 tuas berputar, sehingga input diperbesar pada ujung tuas
akibatnya tuas lainnya berputar juga dan menghasilkan output yang lebih diperbesar lagi. Jika
pembesaran tuas pertama 6 dan tuas ke dua 4, maka pembesaran totalnya 24.

Gambar 23 memperlihatkan barometer ancroid yang digunakan untuk memberikan respon


terhadap tekanan atmosfir. Transducer disimpan pada kapsul kosong. Jika tekanan atmosfir
berubah, kapsul mengembang atau mengempis tergantung perubahan tekanan pada
permukaannya. Gerakan ini ditransmisikan dan diperbesar menuju penunjuk. Pengondisi
sinyal adalah tuas campuran.

Gambar 23. Barometer ancroid


Pivot tuas pertama berada, pada bagian melingkar pegas dan input dari transducer ditujukan
pada pevor ini, kemudian outputnya diperbesar dan ditransmisikan pada tuas kedua yang
makin memperbesar gerakan Gambar 24 memperlihatkan extensometer Huggenberger yang
memberikan pembesaran sampai 2000, bahkan lebih.

Perpanjangan spesimen antara titik gange menghasilkan rotasi tuas pertama pada titik
pivotnya. Dapur nuas pertama cukup dekat dengan titik pivot dan outpumya berjarak cukup
jauh dari ujung lain tuas

Hasil pembesaran gerak input kemudian ditransmisikan ke tuas lain pada titik yang dekat
dengan pivomya. Hasilnya adalah gerak yang besar dari ujung penunjuk pada skala.

xxxv
Gambar 24. Extensometer Huggenberger.

Gambar 25 memperlihatkan komparator, sigma dengan pengondisi sinyalnya tuas campuran.


Y R
Pembesaran tuas pertama = y/x dan tuas kedua = R/r, sehingga pembesaran totalnya ¿ x
x γ
Pembesaran yang dapat dicapai 300 sampai 5000.

Gambar 25. Komparator Sigma

Gerakan plunger menyebabkan knife edge bergerak dan menghasilkan gerakan blok di ujung
tangan berbentuk y. Tangan ini berputar pada engsel dan menghasilkan gerakan diperbesar
pada ujung lain dari tangan. Gerakan ini mentransmisikan gerakan putar pada drum dengan
cara melilitkan pita phosphor bronze pada drum dan akhirnya menggerakkan penunjuk.

xxxvi
MODUL/SKENARIO
SISTEM AUTOMATIK Nama
KONTROL Laboratorium/Simulator
POLITEKNIK
PELAYARAN SORONG
1.1 SUBJECT 1.2 Tuas Optik 1.3 Duration 1.4.2 Jam
1.5 Objektif
1.6 WEEK 1.7.7 1.8 Exercise No 1.9.7

3.7. Tuas Optik

Seberkas cahaya jatuh pada kaca dengan sudut i akan dipantulkan dengan sudut pantul (sudut
datang (gambar 26)).

Gambar 26. (a) Tuas optik; (b) tuas optik dengan lensa collimating.

Jika kaca berputar dengan sudut O, maka sudut datang berubah menjadi (i+O) dan sudut
pantu juga (i+O). Sebelum kaca berputar sudut antar sinar datang dan pantul adalah 2 i dan
setela rotasi 2 (i+O).
Stadur antara smar datang dan pantul berubah sebesar 3 untuk polast where ac potar, maka
sinar pantul membelok sebesar dua kali südut putamya Poup ini dapat digunakan umuk
menghasilkan pembesaran, dua kali dari perubahan suskit

Gambar 26 (1) memperlihatkan prinsip yang sona dengan menggunakan lema, Sumber
cahaya diletakkan pada titik fokus loma kosuveks akan menghasilkan berkas cahaya paralet
dari kesa sehingga lesa disebut lensa collimaring

Jika berkas cabaya paralel tasdi jatuh pada kaca tegak harus permukaan (ushit dalang-O maka
cahaya dipuntulkan pada arah yang sama dengan cahaya datang. Tetapi jika như đường maka

xxxvii
hasilnya dapat dilihat pada 26 (1). Jika cahaya pantulan kembali pada lesa (sucdit pantul
sudut dataing) maka akan berbentuk bayangan pada tempat sumber cahaya, jika cahaya
pantul membuat sudut tertentu, maka bayangan terjadi pada posisi tertentu. Perpindahan
bayangan ini dari posisi semula adalah ukuran dari sudut dimana kaca diputar
y
=tan 2 ⊙
f

Untuk sudut & tertentu maka harga y yang besar diperoleh dengan membuat besar. Sebuah
lensa f=100 mm dan ⊙=1∘atau 0,018 radian, maka posisi y dari sumber adalah:
y
=2 x 0,018
100
Y=3.6mm

Mika hanya 50 m maka y hanya 1.8 mm, pembesaran yang tinggi diperoleh dengan harga f
ang panjang

arak reflektor (kaca) dengan lensa tidak memengaruhi pembesaran, hanya besar Esaja. Selain
sudut putaran lensa harus tidak begitu besar supaya cahaya pantul tidak menyimpang dari sa.
Faktor ini yang membatasi jarak antara kaca dan lensa

mbar 27 memperlihatkan auto-collimater yang dirancang untuk mengukur suhit dengan asip
diatas. Obyek yang diterangi dipasang pada fokus lensa collimating. Obyek dan bayangan
hasil pantulan diamati dari lensa mata yang diberi skals trup selang 0.5 menit (satu menit 1/60
x satu derajat)

Selain itu terdapat sepasang kawat dengan posisi dapat diatur dengan mikrometer pada selang
0.5 detik (satu detik 1/60 x satu menit).

Jika instrumen dipergunakan, sepasang kawat tadi dipindahkan sehingga membuka bayangan
obyek dan mikrometer melakukan pembacaan. Posisi bayangan obyek diambil kaca sebagai
keadaan mula dan setelah diputar, perbedaan dua pembaca ini dihubungkan dengan sudut
putaran kaca.

xxxviii
Gambar 27. Auto-collimator.

Gambar 28 memperlihatkan contoh penggunaan auto-collimator pada pengukuran kelurusan


suatu obyek. Reflektor dipasang pada braket dengan sudut kecil dan pembacaan oleh ando-
collimator diambil jika terdapat perbedaan posisi braket dengan permukaan.

Setiap deviasi dari lurusnya permukaan akan menghasilkan perubahan sudut reflektor dan
juga perubahan pembaca auto-collimator.

Gambar 28. Pengukuran kelurusan oleh auto-collimate

Gambar 28 memperlihatkan instrumen angle dekkor yang bekerja dengan prinsip yang sama

xxxix
Gambar 29. Angle dekkor

Suatu skala pada layar diterangi dan layar terletak pada bidang fokus lensa collimating
cahaya pantul dari reflektor difokuskan kembali pada layar, pada posisi dipindahkan dari
skala mula. Layar dimana bayangan pantul diterima mempunyai skala lain yang tegak lurus
pada skala bayangan pantul.
Perubahan bayangan di atas atau di bawah garis data dari skala tetap memberikan ukuran pe
rubahan sudut, reflektor pada satu arah, gerakan bayangan sepanjang skala tetap memberikan
ukuran perubahan sudut reflektor pada arah tegak lurus arah lainnya. Skala meningkat dalam
menit dan ada kemungkinan menduga sampai 0,2 menit. Instrumen ini tidak terlalu peka
dibandingkan dengan auto-collimator.

xl
MODUL/SKENARIO
SISTEM AUTOMATIK Nama
KONTROL Laboratorium/Simulator
POLITEKNIK
PELAYARAN SORONG
1.1 SUBJECT 1.2 Rangkaian Roda Gigi 1.3 Duration 1.4.2 Jam
1.5 Objektif
1.6 WEEK 1.7.8 1.8 Exercise No 1.9.8

3.8. Rangkaian Roda Gigi

Suatu rangkaian roda gigi sederhana dapat digunakan sebagai pengondisi sinyal seperti
diperlihatkan pada gambar 30, Disini output yang dihasilkan lebih besar daripada input.
Putaran roda gigi yang lebih besar menghasilkan putaran roda gigi yang kecil.

Gambar 30. Rangkaian roda gigi sederhana sebagai pengondisi sinyal.

Masing-masing gigi pada roda besar sesuai dengan roda kecil sehingga gerakan satu gigi roda
besar diikuti gigi berikutnya harus menghasilkan gerakan sama pada roda yang kecil.

Jika ada 36 gigi pada roda besar, maka untuk satu putaran penuh 36 ruang antara gigi harus
1
diputar, dan jika roda kedua mempunyai 24 gigi maka akan terjadi 36/24 1 putaran. Untuk
2
1
satu putaran penuh roda gigi yang lebih besar. Pembesarannya adalah 1 .
2

xli
Gambar 31. Rangkaian roda gigi campuran dengan prinsip roda gigi.
jumlah gigi roda gigi input
pembesaran=
jumlah gigi roda gigi output
Pengukur tekanan tabung Bourdon pada gambar I menggunakan prinsip roda gigi untuk
pembesarannya.

Rangkaian roda gigi campuran mempunyai roda gigi yang lebih banyak untuk menghasilkan
pembesaran yang lebih tinggi seperti diperlihatkan pada gambar 31.

Inpurnya melalui roda gigi A (48 gigi) yang memutar roda gigi B yang mempunyai 20 gigi.
sehingga pembesarannya 48/20=2.4. Roda gigi B dan C terletak pada satu poros sehingga 1
putaran B satu putaran C dan juga satu putaran A=2.4 putaran C. Gigi C mempunyai 36 gigi
dan memutar gigi D yang mempunyai 24 gigi sehingga 1 putaran C menghasilkan 36/24=1,5
putaran D atau 2,4 putaran C berarti 2,4 x 1,5 3,6 putaran D.

Gambar 32. Pengukur indikator putaran.

Pembesaran total rangkaian roda gigi tersebut adalah=3,6.

xlii
jumlah gigi A jumlah gigi C
pembesaran= x
jumlah gigi B jumlah gigi D
Gambar 32 memperlihatkan pengukur indikator putaran dimana pembesaran gerakan plunger
diperoleh dari penggunaan rack dan pinion serta rangkaian roda gigi. Gerakan linier plunger
ditranslasikan pada gerak putaran oleh rack dan pinion. Putaran itu kemudian diperbesar oleh
roda gigi.

3.8.1. Kepingan yang Melilit

Gambar 33 memperlihatkan prinsip dasar extensometer Johansson yang menggunakan


keping- an logam yang dililitkan. Perpanjangan pada contoh menghasilkan gerakan pada
mata pisau yang bebas berputar dan kepingannya tidak melilit. Kepingan yang tidak melilit
ini menggerakkan penunjuk pada skala dimana gerakkannya lebih besar daripada mata pisau.
Pembesarannya dapat mencapai 5000 kali.

Gambar 33. Extensometer Johansson.

xliii
MODUL/SKENARIO
SISTEM AUTOMATIK Nama
KONTROL Laboratorium/Simulator
POLITEKNIK
PELAYARAN SORONG
1.1 SUBJECT 1.2 Jembatan Wheatstone 1.3 Duration 1.4.2 Jam
1.5 Objektif
1.6 WEEK 1.7.9 1.8 Exercise No 1.9.9

3.9. Jembatan Wheatstone

Banyak transducer yang menghasilkan output dalam bentuk perubahan tahanan listrik,
misalnya: strain gauge tahanan listrik dan termometer tahanan listrik. Jika perubahan tahanan
cukup besar seperti pada termistor, rangkaian seperti gambar 19 cukup untuk memberikan
hasil yang kasar.

Tapi rangkaian tersebut tidak cocok untuk transducer dengan perubahan tahanan yang kecil
seperti misalnya strain gauge dengan R=100 Ω, G=2,0 dan diberi strain 2 x 10−5 sehingga
perubahan tahanan hanya 0.004 2.

Rangkaian yang sering digunakan untuk perubahan yang kecil tersebut adalah jembatan
wheatstone seperti yang diperlihatkan pada gambar 34.

P, Q, R, dan S adalah tahanan dimana P adalah transducer. Antara titik A dan C terdapat
baterai, antara titik B dan D dipasang galvanometer yang peka sehingga dapat mendeteksi ada
arus atau tidak.

Jika arus tidak mengalir melalui galvanometer, tidak ada beda potansial antara B dan D
sehingga beda potensial melalui P beda potensial melalui R atau beda potensial antara A - B
=beda potensial A-D.

I 1 P=I 2 S
I 1 dan I 2 = arus seperti pada gambar 33.
P dan R = harga tahanan P dan R
Dengan cara yang sama diperoleh :
I 1Q = I 2 S

Kodua persamaan di atas disederhanakan


I 2 QR
I 2=I 2 R=
S
QR
P=
S
Hubungan ini jika tidak ada arus melalui galvanometer. Dengan membuat R dan S tetap serta
harga Q berubah-ubah, maka tahanan transducer P dapat diketahui, Q diatur sampai harga
tertentu P sehingga tidak ada arus mengalir.

Jika tahanan transducer P berubah, maka Q diatur kembali sehingga tidak ada arus.

xliv
Misalkan tahanan S1000 x R, atau R/S 1/1000. Jika tidak ada arus mengalir, tahanan Q= 1000
x Patau PQ-1/1000. Jika P adalah strain gauge dengan tahanan 100 Ω, maka harga Q
=100.000 Ω dan jika diberi strain hingga tahanan P menjadi 100.004 Ω (perubahan tahanan
0.004 Ω), maka harga Q menjadi 100.004 Ω (perubahan tahanan Q = 4 Ω). Perubahan
tahanan ini dapat diatur secara mudah dengan kotak tahanan.

Jembatan wheatstone ini sangat peka dalam menentukan tahanannya oleh karena itu
digunakan galvanometer hanya untuk mendeteksi adanya arus, sedang besarnya arus tidak
penting. Metoda ini disebut metoda null.

Gambar 34. Jembatan Wheatstone.

Seringkali jembatan ini digunakan untuk kondisi ketidakseimbangan, dimana tahanan semua
tangan jembatan berharga sama.

Arus yang ditunjukkan galvanometer hampir sebanding dengan perubahan tahanan transducer
Pembacaan galvanometer dapat dikalibraai dengan memasang tahanan yang diketahui
harganya pada tangan jembatan. Cara ini menguntungkan karena tidak perlu mengatur salah
satu tahanannya untuk kesetimbangan dan memungkinkan penggunaan perekam grafik.
Kerugian cara ini ialah akurasi metoda nullnya berkurang dan kalibrasi tergantung besarnya
tegangan yang digunakan pada jembatan. Jika tegangan berubah, maka diperlukan kalibrasi
kembali.

Pada banyak transducer diperlukan kompensasi untuk perubahan temperatur seperti pada
strain gauge. Kompensasi ini dapat dilihat pada Gambar 34, dengan transducer P untuk
pengu- kuran strain dan R sebagai transducer kompensasi

Kedua transducer harus identik, perbedaannya ialah P berhubungan dengan perubahan strain
dan temperatur, sedangkan R hanya perubahan temperatur.

Perubahan tahanan P dan R akan sama, hanya jika perubahan P diakibatkan perubahan
temperatur saja sebagaimana juga R. Jika P diberi strain maka keseimbangan jembatan
tergganggu, dan dapat dikembalikan kepada keseimbangan dengan memberikan sejumlah
perubahan tahanan sebesar yang disebabkan oleh strain. Efek temperatur akhirnya dapat
dikompensasikan.

xlv
Gambar 35. Kantilever dengan 2 strain.

Alternatif lain penggunaan jembatan wheatstone dengan strain gauge yang memberikan
sensitivity lebih besar ialah menggunakan dua gauge, satu untuk tegangan tarik yang lain
untuk tegangan tekan. Keduanya dipasang pada sisi berlawanan dari balok melengkung
(Gambar 35 Jika satu gauge digunakan sebagai P, yang lain sebagai R maka perubahan
temperatur dikompensasi. Jika gauge yang satu bertambah tahanannya karena strain, yang
lain akan berkurang. Hasilnya akan jauh di luar kondisi keseimbangan daripada hanya
digunakan satu gauge saja. Bentuk demikian digunakan pada sel beban load cell dimana
output dikalibrasi oleh beban.

Gambar 36. Jembatan Wheatstone dengan strain gauge.

Kemudahan penggunaan jembatan wheatstone


1. Perbandingan Q/S dapat diatur.
2. Keseimbangan dicapai dengan tahanan berubah, misalnya tahanan geser.

Gambar 36 memperlihatkan rangkaian tersebut. Tahanan yang paralel dengan galvanometer


membuat instrumen kurang peka, sehingga jika jembatan disetimbangkan pertama kali,
galvanometer berada pada keadaan yang kurang peka. Jika jembatan disetimbangkan pada
sensitivity ini, maka sensitivity bertambah. Cara ini menghindari kerusakan galvanometer
terhadap arus yang besar.

xlvi
MODUL/SKENARIO
SISTEM AUTOMATIK Nama
KONTROL Laboratorium/Simulator
POLITEKNIK
PELAYARAN SORONG
1.1 SUBJECT 1.2 Potensiometer & penguat 1.3 Duration 1.4.2 Jam
1.5 Objektif
1.6 WEEK 1.7.10 1.8 Exercise No 1.9.10

3.10. Potensiometer Penguat

Beberapa transducer mempunyai output berbentuk electromotive force atau beda potensial,
beberapa lainnya mengubah outputnya dalam beda potensial. Penggunaan potensiometer
adalah salah satu cara untuk mentransformasi output demikian pada sinyal yang dapat
direkam atau diperagakan

Output berupa arus ditransformasi ke beda potensial dengan melakukan arus pada tahanan
dan mendapatkan beda potensialnya.

Gambar 37. Pemakaian potensiometer.

Potensiometer berdasarkan pada metode null dimana beda potensial yang satu dihilangkan
oleh yang lain sehingga tidak ada arus mengalir.

Beda potensial dihasilkan antara ujung-ujung tahanan, penggeser bergerak sepanjang tahanan
dan arus konstan mengalir pada tahanan.
Jika beda potensial ini dikenakan berlawanan dengan beda potensial yang diukur, arus tidak
mengalir jika keduanya mempunyai harga yang sama. Besarnya beda potensial yang
dihasilkan tergantung pada jarak penggeser sepanjang tahanan, sehingga beda potensial
diubah menjadi besarnya posisi

Jika potensiometer mempunyai tahanan konstan per millimeter panjangnya, maka posisi L.
dari slidir dari salah satu ujung akan sebanding dengan beda potensial

V α L atau V=kL Dimana k=konstanta.

xlvii
Jika beda potensial standard V s dan posisi Ls :

V s α L s atau V s =k Ls

V L
Sehingga =
V s Ls

Sel standar yang sering digunakan untuk jembatan ini adalah sel Weston, yang mempunyai
electromotive force. 1,01876 V pada 5^{\circ}C . Jika besarnya posisi L_{1}=452 dengan
menggunakan sel tersebut, berapa beda potensial pada keadaan keseimbangan dengan gerak
penggeser - 356 mm?

Keadaan keseimbangan:
V 356
=
1,01876 452
Dengan akurasi sampai 3 angka, sama dengan akurasi penggeser, maka diperoleh beda poten-
sial 0.802 V.

Akurasi potensiometer dapat diperbaiki jika beda potensial per millimeter posisi penggeser
diperbesar. Pada contoh di atas: 1,01876 V pada 452 mm, atau 0.00225 v/mm. Salah satu cara
memperbesar tegangan per millimeter ialah memperbesar panjang tahanan dimana penggeser
bergerak-gerak. Penambahan panjang tahanan dapat dilakukan dengan memasang tahanan
lain secara seri seperti diperlihatkan pada Gambar 38. Sehingga jika potensiometer
mempunyai tahanan seri sepanjang 2000 mm, maka:

Dengan sel standard 1,01876, keseimbangan dengan 2000mm+634mm

Beda beda potensial V, keseimbangan dengan 2000mm+235mm


V 2235
V 22235
=
1,01876 2634

Beda potensial per millimeter = 0,0004 V/mm

Gambar 38. Menambah akurasi potensiometer.

xlviii
Jika beda potensial lebih kecil dari sel standard (Gambar 38), tahanan yang dipanjangkan
tersebut masih dapat digunakan, tapi beda potensialnya diukur dari tahanan gesernya (gambar
39) Keadaan ini ditemukan pada termokopel dimana besarnya electromotive force adalah
microvolt per ° C.

Gambar 39. Menambah akurasi potensiometer.

Terdapat dua bentuk potensiometer untuk pengukuran:

1. Titik keseimbangan diperoleh dengan gerakan penggeser sepanjang tahanan.


2. Tiuk keseimbangan diperoleh sendiri dengan menggunakan motor, seperti padis garnhar 40

Gambar 40. Self-balancing pada potensiometer.

xlix
Perbedaan antara beda potensial diukur, melalui potensiometer dan penguat dimasukan ke
motor, Poros motor berputar dan menyebabkan penggeser potensiometer bergerak
potensiometer bergerak hingga tidak ada perbedaan potensial dan motor berhenti.

Posisi penggeser pada titik ini adalah ukuran beda potensial. Biasanya bentuk potensiomete
adalah kotak silinder dengan penggeser bergerak melingkar pada kawat tahanan.

Posisi penggeser ditunjukkan oleh penunjuk yang ditempel pada poros

Gambar 40 memperlihatkan prinsip potensiometer self-balancing pada perekam servo.

3.10.1. Penguat

Digunakan untuk memperkuat sinyal listrik. Misalnya:


1. Penguat tegangan: memperkuat sinyal tegangan.
2. Penguat arus memperbesar sinyal.
3. Penguat daya memperkuat daya.
Jika tidak dinyatakan apa-apa, maka biasanya adalah penguat tegangan. Penguat dapat berupa
penguat DC atau AC

Penguat DC→inputnya berupa tegangan konstan

Penguat AC →inputnya bolak-balik, misalnya tegangan yang berubah-ubah dari positif ke


negatif 50 kali per detik.

Sebuah penguat AC tidak akan beroperasi dengan sinyal DC, begitu juga sebaliknya.
Transducer piezo-electric terjadi loncatan muatan listrik sehingga, menimbulkan beda
potensial. Tapi jika voltmeter dihubungkan pada permukaan kristalnya terjadi kebocoran
muatan pada muatan sehingga tidak memungkinkan pembacaan tegangan. Meskipun
demikian hasil dapat diperoleh dengan menggunakan penguat muatan. Yang menghasilkan
output tegangan sebanding dengan muatan sebagai input.

Gambar 41. Penguat.

41 (a) Penguat tegangan.

41 (b) Penguat arus.

41 (c) Penguat daya.

41 (d) Penguat D.C.

41 (e) Penguat A.C.

l
41 (1) Penguat muatan.

Gambar 41 memperlihatkan sistem penguat. Semua penguat mempunyai bagian yang sama
yaitu mempunyai input dan output serba daya listrik

3.10.2. Soal-Soal
1. Sebutkan 3 contoh pengondisi sinyal dan gambarkan cara bekerjanya masing-masing!
2. Tuas panjang 100 mm digunakan untuk memperbesar posisi dengan faktor 20.
3. Dimana pivot tuas harus diletakkan jika sinyal inpur pada ujung yang satu dan osapur
pada ujung yang lain?
4. Bagaimana anda mengubah rancangan extensometer pada Gambar 21 jika
pembesaran menjadi 157
5. Jelaskan bagaimana memperoleh pembesaran imput posisi pada komparator sigma
pada Gambar 257
6. Jelaskan bagaimana memperoleh pembesaran pada extensometer pada Huggenberger
(gambar 24)!
7. Jelaskan bagaimana memperoleh pembesaran pada rangkaian roda gigi!
8. Pengukur tekanan tabung Bourdon (gambar 1) menggunakan sistem rack dan pinion
untuk menghasilkan pembesaran 30. Jelaskan!
9. Jelaskan cara kerja komparator Johansson (gambar 23)!
10. Jelaskan bagaimana penggunaan jembatan Wheatstone!
a. Dalam kondisi null.
b. Sebagai instrumen yang langsung dibaca
11. Hitang tahanan yang diperlukan untuk pembacaan null pada jembatan Wheatstone.
Notasi tahunan sama seperti pada gambar 34.
P Q R S
a 50Ω 100 Ω ? 100 Ω
b ? 50 Ω 50 Ω 100 Ω
c ? 200 Ω 200 Ω 400 Ω
d 100 Ω 20 Ω 40 Ω ?

12. Jembatan Wheatstone gambar 34 digunakan dengan strain gauge P dengan tahanan
120, 160, duruny gauge R dengan tahanan 120,3 2, tahanan tetap S dengan tahanan
1000 2 dan tahsnan bertambah
a. Berapa harga Q untuk kondisi null
b. Berapa perubahan tahanan Q jika P diberikan tahanan 0.01% dan faktor
gauge 2.1?
13. penggunaan strain gauge dry untuk mengompensasi perubahan temperatur.

li
Gambar 42. Mikrokator Johansson.
14. Jelaskan prinsip potensiometer jika digunakan pada kondisi null!
15. Label berikut memberikan harga electromotive force untuk sel standard weston pada
berbagai temperatur.
Temperature(℃ ) 10 15 20 25
Electromotive force (volt) 1,01888 1,01876 1,01858 1,01837
Bagaimana pengaruh terhadap potensiometer jika harga electromotive force, pada
15°C digunakan, untuk temperatur 20°C atau lebih tinggi?
16. Jelaskan penggunaan potensiometer sebagai instrumen yang langsung dibaca!
17. Tentukan bentuk sinyal input dan output untuk penguat berikut:
a. Penguat D.C.
b. Penguat arus.
c. Penguat muatan.
d. Penguat daya.
18. Gambar 41 (f) adalah spesifikasi suatu penguat muatan.
a. Berapa range pengukuran muatan?
b. Berapa akurasinya?
c. Berapa output yang mungkin?
d. Pada range temperatur berapa instrumen dapat digunakan?
e. Bagaimana pengaruh perubahan temperatur?
f. Berapa tegangan diperlukan untuk instrumen?

3.10.3. Tugas-Tugas

1. Tentukan pembesaran yang dihasilkan pengukuran indikator putar


2. Kalibrasi ketidakseimbangan jembatan wheatstone dengan 4 strain gauge yang identi
dalam besaran strain.
3. Rancang sebuah potensiometer untuk pengukur electromotive force termokop copper
constantan

lii
MODUL/SKENARIO
SISTEM AUTOMATIK Nama
KONTROL Laboratorium/Simulator
POLITEKNIK
PELAYARAN SORONG
1.1 SUBJECT 1.2 Unit Praga 1.3 Duration 1.4.2 Jam
1.5 Objektif
1.6 WEEK 1.7.11 1.8 Exercise No 1.9.11

3.11. Unit Peraga

Pada akhir bab diharapkan dapat:


1. Mengenal beberapa bentuk unit peraga dan menilai karakteristiknya.
2. Memilih unit peraga untuk tujuan tertentu.

3.11.1. Alat Peraga

Alat peraga adalah, alat yang mengubah sinyal instrumen dari bentuk yang satu ke bentuk
lain dan dirancang untuk dapat diamati oleh manusia.

Misalnya: meter kumparan (gambar 43), gerakan dari kumparan menyebabkan penunjuk
bergerak sepanjang skala. Sistem penunjuk skala adalah alat peraga yang dirancang untuk
menyatakan sinyal instrumen pada pengamat.

Gambar 43. Meter kumparan, suatu peraga analog.

liii
Gambar 44, Voltmeter digital, suatu peraga digital.

Pada voltmeter digital (gambar 44), outputnya dinyatakan dalam deretan angka-angka
bilangan-bilangan pada tabung indikator numerik. Dua bentuk peragaan ini disebut analog
dan digital

Peraga analog jika gerak perubahan penunjuk atau indikator menyatakan besarnya besaran
yang diukur, misalnya posisi analog dengan harga yang di ukur. Gerakan penunjuk sepanjang
skala adalah peraga analog, besarnya gerakan dihubungkan dengan besarnya input.

Peraga digital outpumya berupa deretan angka pada tabung, layar atau dicetak pada kertas.
Bagaimanapun bentuk alat peraga tersebut, harus diperhatikan interface antara sistem dan
pengamat, sehingga alat peraga harus dirancang untuk menghasilkan efisiensi operator
maksimum atau dirancang secara ergonomik.

3.11.2. Indikator Penunjuk Skala

Gambar 45 memperlihatkan indikator penunjuk skala, di mana posisi tertentu dari penunjuk
sesuai dengan besar sinyal input. Oleh karena itu skalanya harus dikalibrasi dalam besaran
input.

Posisi penunjuk analog dengan besarnya sinyal input sehingga disebut dengan alat peraga
analog.

liv
Gambar 45. Stopwatch, suatu peraga penunjuk skala.

Gambar 46. Bagian dalam stopwatch.

Indikator penunjuk skala ini memperbesar gerakan yang kecil pada gerakan yang besar
sehingga dapat menggerakkan ujung penunjuk pada skala.

Gerakan yang kecil tadi dikenakan pada penunjuk yang berjarak pendek dari sumbunya
(gambar 46) sehingga hasilnya gerakan yang besar pada ujung penunjuk. Besarnya
pembesaran adalah

jarak ujung penunjuk ke sumbuh


pembesaran=
gerakan kecil pada titik pakai sumbuh

Pembesaran yang tinggi dapat diperoleh dengan memberi gerakan kecil pada titik dekat
sumbu dan menggunakan penunjuk yang panjang.

lv
Masalah yang timbul adalah berat dari penunjuk yang panjang cukup besar sehingga waktu
responnya cukup besar juga. Hal ini dapat dianggap sebagai massa yang dipercepat, makin
besar massanya makin kecil percepatan untuk gaya tertentu dan makin lama waktu untuk
mencapai jarak tempuhnya,
Waktu responnya kira-kira 1/10 detik sampai beberapa detik tergantung sistem penunjuk
skalanya

Selain itu sistem ini tidak cepat responnya terhadap input yang berubah cepat. Spesifikasi dari
institut standarisasi di Inggris untuk peraga penunjuk skala ini adalah responnya harus 4 detik
atau lebih setelah sinyal input diubah cepat dari nol ke 2/3 skala penuh dan gerak peminjuk
tidak boleh lebih dari 1,5% dari skala penuh untuk pembacaan 2/3 yang benar.

Misalnya ammeter dengan skala penuh 100 mA, jika input berubah dari 9 sampai 2/3x100
mA =66 2/3 mA, maka setelah 4 detik atau lebih dari perubahan penunjuk harus berada
diantara 1.5 mA dari pembacaan 66 2/3 mA.

Sebuah multimeter, AVO model 8 MK S, mencantumkan spesifikasi berikut:

Waktu respon: 1 detik dari skala penuh, artinya jika instrumen digunakan pada tiap skalanya
akan memerlukan waktu 1 detik untuk mencapai skala penuh jika diberikan input pada harga
tersebut

Pertimbangan penting lainnya pada indikator jenis ini adalah rancangan skalanya. Standar
Inggris B.S 3693; Desain skala dan indeks' menyarankan sebagai berikut:
1. Skala datt angka-angkanya harus jelas.
2. Harus ada koordinasi yang baik antara penunjuk dan tanda-tanda pada skala serta
bilangan bilangannya
3. Jarak tanda-tanda skala dan tebalnya harus jelas dan mudah dibaca

Gambar 47 memperlihatkan bentuk skala yang disarankan pada BS 3693 Kesalahan


pengamatan maksimum dapat diterima jika 90 dari setiap 100 pengamatan, pembacaan skala
tidak menyimpang dari ±1% skala pembacaan penuh jika waktu pengamatan maksimum 2
detik dan skala cukup terang.

lvi
Gambar 47. Beberapa skala yang dianjurkan pada BS 3693.

Untuk ammeter yang dirancang dengan spesifikasi ini dengan skala pembacaan penuh 100
mA.
kesalahan pengamatan maksimum yang dapat diterima setelah 2 detik adalah ±1 mA. Faktor
lain yang penting ialah jarak antara pengamat dan skala. Hubungan pendekatan antara

panjang skala 1. dan jarak baca D untuk akurasi pengamatan ± 1% adalah; D-14.4 L.
Sehingga untuk pembacaan skala dari jarak 1 m, maka panjang skala harus 0.069 m.

Sebuah meter kumparan mempunyai skala sepanjang 127 mm, untuk akurasi pengamatan ±
1% maka jarak baca adalah 1,8 m.

Pada pengamatan posisi penunjuk pada skala dapat timbul kesalahan karena pembacaan
tergantung pada sudut berapa pengamat melihat skala (gambar 48). Kesalahan tersebut
dinamai paralaks. Kesalahan ini dapat dikurangi dengan cara:

1. Mengurangi jarak antara penunjuk dan bidang skala.

2. Memasang kaca didekat skala sehingga pembacaan dilakukan jika posisi penunjuk segaris
dengan bayangannya sendiri (gambar 49).

Hal ini memungkinkan pembacaan tegak lurus kaca dan sudut pandang yang sama setiap saat.

lvii
Gambar 48. Kesalahan paralaks.

Gambar 49. Penggunaan kaca untuk menghilangkan kesalahan paralaks.

lviii
MODUL/SKENARIO
SISTEM AUTOMATIK Nama
KONTROL Laboratorium/Simulator
POLITEKNIK
PELAYARAN SORONG
1.1 SUBJECT 1.2 Indikator Tuas Optik & Perekam 1.3 Duration 1.4.2 Jam
Grafik
1.5 Objektif
1.6 WEEK 1.7.12 1.8 Exercise No 1.9.12

3.12. Indikator Tuas Optik & Perekam Grafik

Kesulitan massa yang berat dan waktu respon yang lambat dari indikator penunjuk skala
dapat diatasi dengan menggunakan berkas cahaya sebagai indikator, seperti diperlihatkan
pada gambar 50.

Gerakan kecil yang dideteksi merubah sudut kaca dan menghasilkan perubahan berkas
cahaya yang dipantulkan cahaya. Cahaya pantulan ini berfungsi sebagai penunjuk. Jarak
skala dari kaca dapat dibuat sebesar mungkin, lebih besar dari panjang sebuah penunjuk.

Gambar 50. Tuas optik.


a) Sinyal menyebabkan kawat suspensi berputar dan menghasilkan gerakan titik cahaya
pada skala.
b) Gerakan plunger menyebabkan kaca berputar dan menghasilkan gerakan titik cahaya
pada skala

lix
Jika berkas cahaya membuat sudut i pada kaca (gambar 50) maka sudut pantul sama dengan i,
sudut datang = sudut pantul.

Jika kaca berputar sudut antara cahaya datang dan cahaya pantul2 i, setelah kaca berputar,
sudut tersebut menjadi 2(i+ θ ), juga sudut pantul (i+θ ).

Sebelum kaca perputar sudut antara cahaya datang dan cahaya pantul 2 i, setelah kaca
berputar, sudut tersebut menjadi 2(i+ θ )

Sudut antara cahaya datang dan pantul berubah sebesar 2 θ jika kaca berputar dengan sudut θ .

Gambar 51. Pantulan dari kaca yang berputar.

3.12.1. Perekam Grafik

Adalah alat untuk menghasilkan grafik analog langsung pada kertas dan menunjukkan
bagaimana suatu variabel bergantung pada lain variabel, kebanyakan sinyal input terhadap
waktu

Gambar 52. Galvanometer perekam gerakan

Sinyal input ditransformasi pada posisi kertas grafik dan mekanisme panandanya
menghasilkan rekaman pada grafik tersebut.

Gambar 52 memperlihatkan salah satu bentuk perekam grafik yang berdasarkan prinsip
galvanometer kumparan dengan ujung penunjang membawa penanda. Simpangan penunjuk
hasil dari arus melalui gerak galvanometer menyebabkan tanda pada kertas, ukuran
perpindahan tanda dari posisi nol menyatakan besarnya arus melalui gerakan galvanometer.

lx
Kertas grafik digerakkan oleh motor jam, sebuah roda gigi bergerak pada lubang sepanjang
pinggiran kertas dan kertas bergerak pada kecepatan konstan sehingga penggerakan: kertas
grafik sebanding dengan waktu.

Gerakan penunjuk galvanometer berbentuk busur, sehingga penanda pada ujung penunjuk
demikian sering dipakai pada kertas yang mempunyai garis kisi berbentuk kurva. Tetapi jika
simpangan penunjuk kecil, kertas dapat mempunyai garis kisi lurus. Untuk simpangan kecil
sin θ ℵ θ , sehingga simpangan R sin θ ℵ R θ(gambar 53). Beberapa perekam menggunakan
mekanisma untuk mengubah gerak putaran penunjang menjadi gerak garis lurus.

Gambar 53. Gerakan penunjuk galvanometer

Masalah lain pada penggunaan gerakan galvanometer ialah skala yang uniform. Lebih baik
mempunyai jarak sama antara garis kisi untuk menyatakan perubahan input yang sama. Ini
adalah pendekatan yang cukup baik untuk simpangan sudut yang kecil, sehingga kisi garis
lurus dan berjarak sama dapat didekati dengan gerakan galvanometer yang dibatasi oleh
gerakan sudut yang kecil.

Gambar 54. Perekam menggunakan radiasi ultraviolet.

Mekanisme penanda yang digunakan biasanya adalah pena yang dapat diganti jika habis, atau
pena yang mempunyai tinta cadangan, atau juga metoda tanpa menggunakan tinta yang
memerlukan kertas yang dilapisi khusus.

Bentuk lain perekam menggunakan radiasi ultraviolet dan kertas yang peka ultraviolet seperti
diperlihatkan pada Gambar 54, sebuah perekam UV.

lxi
Gambar 55 memperlihatkan bentuk lain yaitu perekam servo, yang berdasarkan gerak pena
pada motor. Jika terdapat input pada motors poros motor berputar dan menggerakkan pena
pada kertas grafik.

Gerakan pena menyebabkan penggeser bergerak sepanjang potensiometer linier dan


menghasilkan sayur beda potensial output ini dimasukkan.

Gambar 55. Perekam Servo

1. Gambaran sebuah perekam servo menggunakan potensiometer linier


2. Loop tertutup pada perekam servo.

Pada penguat yang juga menerima sinyal input dari perekam. Kedua input ini menghasilkan
output jika besarnya berbeda yang kemudian menggerakan motor dan juga pena pada kertas
Unutannya adalah sebagai berikut:
1. Input dari transducer.
2. Input ke penguat menghasilkan output.
3. Output menyebabkan motor bekerja.
4. Pada saat pena bergerak pada kertas grafik, penggeser bergerak juga pada
potensiometer dan menghasilkan input lain pada penguat
5. Kedua input pada penguat saling menghilangkan satu dengan yang lain.
6. Pena tetap bergerak dan menambah input dari potensiometer sampai kedua input
penguat saling menghilangkan kembali dan tidak ada output dari potensiometer serta
pena pun tidak bergerak.

Perekam servo di atas disebut dengan perekam servo lingkar tertutup, karena sinyal
mengikuti suatu lingkaran yang tertutup.
Input dari transducer ke penguat menghasilkan sinyal untuk motor, kemudian ke
potensiometer dan kembali lagi ke penguat untuk memodifikasi empunya

Rata-rata sebuah pena perekam servo membutuhkan waktu 0.4 detik untuk mencapai
simpangan skala penuh. Ini lebih lambat dari meter kumparan yang membutuhkan waktu 10
milidetik untuk simpangan yang sama. Kawat suspensinya (gambar 54) merespon lebih cepat
Penguat pada perekam servo harus memberikan arus yang cukup untuk membuat motor

lxii
bekerja dan terdapat arus minimum untuk bekerjanya motor tersebut karena adanya gesekan,
karena itu terdapat kesalahan tertentu disebabkan perekam tidak menunjuk untuk input yang
kecil dari transducer. Kesalahan tersebut dinamai daerah mati/deadband.

Berikut ini adalah spesifikasi sebuah perekam servo:

Grafik: lebar 120 mm, panjang 15 m

Sistem penandaan: mencetak dari pita tinta berwarna.

Range: 0-5 mV.

Gerakan grafik: listrik menghasilkan 5,10,20,30,60 dan 120 mm per jam.

Akurasi: ±1% dari span.

Daerah mati: ± 0,3% dari span.

Waktu respon maksimum: 2 detik

Pada kasus di atas, daerah mati adalah ± 0,3% dari span atau ± 0,015 mV.

Akurasinya adalah ± 1% atau ± 0,05 mV.

lxiii
MODUL/SKENARIO
SISTEM AUTOMATIK Nama
KONTROL Laboratorium/Simulator
POLITEKNIK
PELAYARAN SORONG
1.1 SUBJECT 1.2 Unit Praga 1.3 Duration 1.4.2 Jam
1.5 Objektif
1.6 WEEK 1.7.13 1.8 Exercise No 1.9.13

3.13. Perekam X - Y & Osiloskop

Beberapa sistem pengukur mempunyai 1 variabel output besarnya y, yang berubah-ubah


terhadap variabel lain, besaran x

Output sistem demikian memerlukan perekam yang akan memperlihatkan bagaimana y


berubah terhadap x. Perekam servo dapat digunakan untuk tujuan ini jika pena digerakkan
oleh 2 motor terpisah, 1motor mengatur gerakan pena arah x dan yang lain gerakan arah,
seperti diperlihatkan pada gambar 56.

Gambar 56. Perekam XY/L

3.13.1. Osiloskop Sinar Katoda

Alat ini akan memperagakan satu variabel, y yang berubah-ubah terhadap variabel lain, x dan
kebanyakan osiloskop memilih waktu sebagai variabel x

Osiloskop sinar katoda terdiri dari tabung yang dilalui berkas elektron. Pada ujung tabung
yang merupakan bagian peraga berkas menabrak layar berpijar menghasilkan berkas cahaya
yang kecil. Berkas elektron tadi dapat dibuat menyimpang pada arah x dan y oleh beda
potensial antara 2 pelat yang dilalui oleh berkas. Gambar 57 memperlihatkan bentuk
umumnya, dan gambar 58 adalah suatu tipe osiloskop sinar katoda.

Sinyal tertentu diberikan pada pelat x yang akan menghasilkan sinyal yang berubah konstan
terhadap waktu sehingga berkas elektron disapu pada layar dengan laji yang konstan. Setiap

lxiv
input pada pelat y yang berubah terhadap waktu akan ditandai pada layar dengan gerakan
berkas elektron.

Osiloskop ini dapat mempunyai kamera yang dipasang sehingga merekam semua sinyal yang
digambarkan pada layar. Bentuk osiloskop ini hampir semua dengan perekam grafik, hanya
responnya lebih cepat, sehingga osiloskop ini dapat merekam sinyal yang berubah cepat.
Waktu respon sebuah osiloskop sekitar beberapa nano detik (10−9 detik).

Gambar 57. Tabung sinar katoda bentuk elektroda bagian dalam

Gambar 58. Osiloskop sinar katoda

lxv
MODUL/SKENARIO
SISTEM AUTOMATIK Nama
KONTROL Laboratorium/Simulator
POLITEKNIK
PELAYARAN SORONG
1.1 SUBJECT 1.2 Praga Digital & Soal-soal 1.3 Duration 1.4.2 Jam
1.5 Objektif
1.6 WEEK 1.7.14 1.8 Exercise No 1.9.14

3.14. Peraga Digital & Soal-soal

3.14.1. Peraga Digital

Pada alat ini, output dari transducer diperagakan dalam bentuk sederetan angka pada tabung.
layar atau dicetak di atas kertas.

Gambar 44 memperlihatkan voltmeter digital yang memperagakan tegangan dalam sederetan


angka. Ada beberapa cara untuk memperagakannya: (gambar 59).
1. Tabung indikator angka.
2. Tabung berbentuk batang
3. Dioda semikonduktor/light-emitting diodes (LED).
4. Kristal cair.

Pada tabung indikator angka, peraga terjadi pada tabung yang diisi gas yang mempunyai 10
katoda berbentuk bilangan dan juga sebuah anoda

Jika beda potensial yang cukup tinggi diberikan antara anoda dan katoda, tampak sinar pada
katoda dan sinar ini yang membentuk peragaan.

Tabung berbentuk batang berisi sejumlah tabung yang langsung memancarkan cahaya, yaitu
batang yang membentuk angka. Tabung tersebut merupakan tabung yang berpijar sama
seperti yang digunakan untuk lampu penerangan dengan filamen berbentuk batang tidak
kumparan seperti pada lampu-lampu pijar biasa.

LED berisi sejumlah titik dimana masing-masing titik adalah 1 diodanya. Bilangan di bentuk
dengan melewatkan arus pada dioda-dioda tertentu sehingga bercahaya. Dioda-dioda
umumnya dibuat dari gallium phosphide stau gallium arsenide phosphide dimana
ditambahkan sejumlah impurity.

Warga cahaya yang dipancarkan tergantung bahan dioda yang digunakan dan juga jenis
impuritynya. Dioda adalah alat yang mempunyai tahanan yang besar terhadap arus yang me
ngalir pada satu arah tertentu dan sebaliknya pada arah arus yang lain, Cahaya dipancarkan
dari dioda jika dióda disambung sedemikian rupa sehingga dapat mengalirkan arus pada
tahanannya yang rendah,

Kristal cair terdiri atas lapisan tipis kristal cair yang disisipkan diantara dua elektroda yang
tembus pandang. Elektroda adalah lapisan tipis oksida timah pada pelat gelas dan bentuk

lxvi
lapisannya tergantung bentuk bilangannya.

Jika beda potensial diberikan diantara elektroda kristal cair antara elektroda tersebut dapat
menyebarkan cahaya, sehingga jika cahaya diarahkan pada kristal dari depan atau samping,
luas antara elektroda dengan beda potensial yang diberikan menjadi terang

Gambar 59. Beberapa bentuk peraga digital: (a) tabung indikator angka, (b) tabung berbentuk
batang; (e) dioda semikonduktor (LED), (d) kristal cair,
dan waktu yang diperlukan angka lain untuk dapat dibaca dengan jelas. Lampu dengan
filamen sangat lembut dalam merespon untuk perubahan kurva beberapa filamen panas yang
putih harus menjadi dingin sampai tidak memancarkan cahaya dan beberapa harus cukup
panas untuk memancarkan cahaya.

Lampu dioda semi konduktor dapat merespon dalam waktu sampai 50 nano detik (50x10−9
detik), sedangkan kristal cair lebih lambat yaitu 50 milidetik (50 x 10−3 detik).

Spesifikasi untuk unit peraga digital menggunakan istilah bit yaitu bentuk terkecil dari
informasi dan umumnya 1 masukan untuk satu unit peraga. Misalnya peraga mempunyai
kapasitas maksimum 9999 bit, maka alat akan menunjukkan masukkan antara 0 dan 9 dalam
4 kolom yaitu 0000 sampai 9999 atau juga 0000 sampai 9,999.

3.14.2. Soal-Soal

1. Sebuah jam adalah sistem pengukur untuk waktu. Bagaimana peragaan jam analog
berbeda dengan jam digital?
2. Sebutkan 3 bentuk alat pengukur yang menggunakan indikator penunjuk skala?
3. Sebutkan keuntungan dan kerugian jika penunjuk meter kumparan sangat panjang?
4. Skala yang dirancang pada BS 3693 mempunyai pembacaan skala penuh 250 mA.
Berapa kesalahan pengamatan maksimum (mA) untuk skala tersebut?

lxvii
5. Skala sebuah instrumen dibaca pada jarak 500 mm. Berapa panjang skala untuk
akurasi pengamatan ± 1%?
6. Jelaskan apa yang dimaksud kesalahan paralaks!
7. Rancang sebuah skala lurus untuk membaca 0 sampai 10 dalam setengah-setengah
dan dibaca pada jarak 1 m!
8. Kaca kecil dipasang pada kawat yang diregangkan seberkas cahaya diarahkan pada
kaca dan cahaya pantul jatuh pada skala (gambar 50 (a)). Jelaskan bagaimana
menghitung sudut gerakan pengamatan dan cahaya pantulan pada skala!

Gambar 60. Indikator analog.


9. Gambar 60 diambil dari katalog pabrik.
a. Indikator mana yang mempunyai akurasi paling kecil?
b. Indikator mana yang disarankan untuk pengukuran dengan akurasi ± 0.1%.
c. Bagaimana hubungan antara skala dan jumlah maksimum sub-division?

lxviii
Gambar 61. British plot.

10. Perekam grafik menentukan sebagai berikut: Gerakan kumparan, simpangan skala
penuh 1 mA, 6 kecepatan grafik yaitu 20 sampai 5400 mm/jam: pena siphon dengan
cadangan tinta terpisah; sistem linkage mengubah gerak kurva linier ke garis lurus.

lxix
a. Apa yang dimaksud dengan "gerakan kumparan"?
b. Berapa input arus maksimum?
c. Jika kecepatan grafik 20 mm/jam, berapa jauh 2 kejadian yang berlangsung
tiap 30 menit terpisah pada grafik? Berapa jarak kedua kejadian jika
kecepatan grafik 5400 mm/jam?
d. Mengapa sistem linkage digunakan dengan pena?

11. Perekam grafik mencantumkan sebagai berikut: Servo: 2 kecepatan grafik 10 dan 15
mm detik; range input 10 mV sampai 10 V yang dikalibrasi, pena nylon yang dapat
dibuang.
a. Jelaskan istilah servo disini!
b. Berapa jauh terpisah pada grafik pada masing-masing kecepatan untuk 2
kejadian yang berbeda 2 menit?

12. Perekam grafik mempunyai deadband ± 0.4% dari span maksimum. Maksimum
spannya adalah 10 mV.. Apa maksudnya deadband disini?
13. Gambar 61 memperlihatkan sebuah iklan perekam grafik. Jelaskan dengan kalimat
tentang kemampuan perekam, jika terdapat istilah teknik jelaskan anggap isinya akan
dibaca oleh orang non teknik.
14. Spesifikasi sebuah indikator digital adalah sebagai berikut: Jumlah maksimum bit 999
Akurasi yang melekat + 1 bit, cocok untuk akurasi sistem ± 0.1%.
a. Apa yang dimaksud dengan "bit"?
b. Apa akurasi yang melekat dalam istilah "persentasi pembacaan maksimum"?
15. Peraga tipe mana yang diperlukan jika anda memerlukan alat peraga yang akan
merespon terhadap input yang berubah cepat terhadap waktu?

3.14.3. Tugas-Tugas

1. Kalibrasi indikator-indikator: perekam grafik, meter, osiloskop sinar katoda. Jelaskan


pemakaian standar untuk kalibrasi!
2. Buat analisa kritis tentang readability dari beberapa skala pada instrumen. Rancang
sebuah penyelidikan untuk menentukan readabilitynya!
3. Buat analisa syarat-syarat readability dari skala-skala yang digunakan pada beberapa
sistem pengukuran dalam industri?

lxx
GLOSARIUM

Transducer : Suatu perangkat atau alat yang mengubah suatu bentuk energi
menjadi bentuk energi lainnya.

Termokopel: Suatu jenis transduser atau sensor suhu yang digunakan untuk
mengukur suhu dengan mengambil keuntungan dari efek
termoelektrik

Strain gauge: Jenis sensor yang digunakan untuk mengukur deformasi atau
strain pada suatu objek. Deformasi atau strain adalah perubahan
dalam dimensi suatu benda akibat beban mekanis, suhu, atau
gaya lainnya.

Dummy gauge: Komponen yang digunakan dalam kombinasi dengan strain


gauge (gauge aktif) untuk mengompensasi pengaruh suhu atau
variabel lain yang dapat memengaruhi pengukuran deformasi
yang akurat.

Pirometer filamen: Jenis pirometer yang digunakan untuk mengukur suhu benda
dengan mengukur panjang gelombang radiasi inframerah yang
dipancarkan oleh benda tersebut.

Kalibrasi: Kalibrasi adalah proses pengecekan dan pengaturan akurasi


dari alat ukur dengan cara membandingkannya dengan
standar/tolak ukur.

Rotometer: Rotameter adalah perangkat mekanis yang tidak memerlukan


daya untuk melakukan pengukuran aliran gas atau cairan.

lxxi
DAFTAR SINGKAT

PI : Proportional Integral.

LVDT : Lincar variable differential transformer.

EMF : Electromotive force.

UUT :Unit Under Test.

UV :Ultraviolet.

LED :Light Emitting Diode.

lxxii
DAFTAR PUSTAKA

Adi Oktavianto. Buku Ajaran Diktat Sistem Control.

Ahmad Muammar. Sistem Kontrol I/O dan Kontrol Suara pada PC Tanpa Programming
Memakai Aplikasi Freeware Syaraf Listrik

Anthony, Robert N, Dearder, John Varcil, Richard F. Management Control Systems TestCases
and Readings.

Boyd Gradon, Jackson Leslie, Reeds Marine Engineering and Technology Instrumentation
and Control System.

Den Helder, Holland, Instrumentation dan Control Systems Engineering Handbook (The
Editors of Instrumentation Technicians)

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek


Pengembangan Pendidikan Politeknik Pusat Pengembangan Pendidikan Ahli Teknik.
2014. Kontrol Otomatis, Bandung: PEDC Bandung.

G.T Bryan. Control System for Technicians.

Imam Robandi. Modern Power System Control.

Jacson Leslie. 1975. Instrumentation and Control Penerbit Reed. New Zealand.

K.W Bhandarkor. Control System on Merchant Ships.

Katsohito Ogata. System Kontrol Automatic.

Ogata, Katsuhino, Edi Leusono. 2014. Teknik Kontrol Automatik Sistem Pengaturan.

Supriyono, H. Navigasi Elektronika ntuk Mualim Pelayaran Niaga. Semarang: Penerbit


Politeknik Semarang.

lxxiii

Anda mungkin juga menyukai