Anda di halaman 1dari 43

PRAKTIKUM

PERAWATAN DAN PERBAIKAN

Disusun Oleh :
ERWIN ADI PRASETYA : 3.31.14.0.14

Kelas : LT-3A

Program Studi Teknik Listrik


Jurusan Teknik Elekro
Politeknik Negeri Semarang
2016
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktikum Perawatan dan
Perbaikan Semester 5 Program studi Teknik Listrik, Jurusan Teknik Elektro, Politeknik
Negeri Semarang.
Dalam penyusunan Laporan Praktikum Perawatan dan Perbaikan Semester 5 ini penulis
ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Eko Widiarto dan Bapak Budi selaku Dosen pengampu mata kuliah Praktikum
Perawatan dan Perbaikan Semester 5.
2. Seluruh rekan-rekan kelas LT-3A.
3. Pihak-pihak lain yang mendukung yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini sangat jauh dari sempurna. Penulis
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang bersifat konstruktif. Penulis berharap agar
laporan resmi ini dapat bermanfaat sehingga dapat diambil hikmahnya oleh pembaca.

Semarang, 17 Oktober 2016

Penulis

DAFTAR ISI

Kelompok 4 –LT 3A Page 2


JUDUL DAN COVER………………………………………………………………. 1
KATA PENGANTAR……………………………………………………………….. 2
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………. 3
BAB I Merakit Panel Kontrol Mesin Penghembus Udara (Air Blast)
1.1 Tujuan Khusus ………………………………………………………….. 5
1.2 Dasar Teori………………………………………………………………. 5
1.3 Daftar Alat……………………………………………………………..... 6
1.4 Gambar Rangkaian……………………………………………………… 7
1.5 Langkah Kerja…………………………………………………………… 9
1.6 Diskripsi Kerja…………………………………………………………... 9
1.7 Kendala Praktek…………………………………………………………. 10
1.8 Pertanyaan dan Tugas………………………………………………….... 10
1.9 Kesimpulan…………………………………………………………….... 11

BAB II Memasang Instalasi Penerangan Rumah Sakit dengan Sistem Informasi


Lampu dan Bell
2.1 Tujuan Khusus…………………………………………………………... 12
2.2 Dasar Teori……………………………………………………………… 12
2.3 Daftar Alat…………………………………………………………......... 13
2.4 Gambar Rangkain……………………………………………………………… 14
2.5 Langkah Kerja…………………………………………………………... 17
2.6 Diskripsi Kerja………………………………………………………….. 17
2.7 Kendala Praktek……………………………………………………........ 18
2.8 Pertanyaan dan Tugas…………………………………………………… 18
2.9 Kesimpulan ……………………………………………………………... 19

BAB III Merakit Panel Kontrol Mesin Pemanas (Tanur Listrik)


1.1 Tujuan Khusus…………………………………………………………... 20
1.2 Dasar Teori…………………………………………………………........ 20
1.3 Daftar Alat………………………………………………………………. 21
1.4 Gambar Rangkaian…………………………………………………........ 22
1.5 Langkah Kerja…………………………………………………………... 26
1.6 Diskripsi Kerja…………………………………………………….......... 26
1.7 Kendala Praktek………………………………………………………… 27

Kelompok 4 –LT 3A Page 3


1.8 Pertanyaan dan Tugas……………………………………………........... 27
1.9 Kesimpulan………………………………………………………........... 27
BAB IV Mengukur Tahanan Pentanahan
4.1 Tujuan Khusus…………………………………………………………... 28
4.2 Dasar Teori……………………………………………………………… 28
4.3 Daftar Alat………………………………………………………………. 28
4.4 Hasil Pengukuran……………………………………………………...... 29
4.5 Analisa Perhitungan Tahanan Jenis Tanah…………………………….... 29
4.6 Kesimpulan…………………………………………………………….... 30

BAB V Merakit Panel Kontrol Mesin Penggiling (Milling)


5.1 Tujuan Khusus…………………………………………………………... 31
5.2 Dasar Teori……………………………………………………………… 31
5.3 Daftar Alat………………………………………………………………. 32
5.4 Gambar Rangkaian……………………………………………………… 33
5.5 Langkah Kerja…………………………………………………………... 36
5.6 Diskripsi Kerja………………………………………………………....... 36
5.7 Kendala Praktek…………………………………………………………. 37
5.8 Pertanyaan dan Tugas…………………………………………………… 37
5.9 Kesimpulan …………………………………………………………....... 37

BAB VI Analisa Perhitungan Arus Hubung Singkat dan Arus over Load Serta
Perhitungan Waktu Pengaman untuk Mengamankan Pada Switchgear
4.7 Tujuan Khusus…………………………………………………………... 38
4.8 Dasar Teori……………………………………………………………… 38
4.9 Daftar Alat dan Bahan………………………………………………....... 38
4.10 Hasil Pengamatan……………………………………………………......
39
4.11 Analisa Hasil Pengamatan……………………………………………….
41
4.12 Kesimpulan………………………………………………………………
42

Kelompok 4 –LT 3A Page 4


BAB I
Merakit Panel Kontrol Mesin Penghembus Udara (Air Blast)

1.1 Tujuan Khusus


Setelah melaksanakan paraktek kerja yang pertama mahasiswa diharapkan :
a. Membaca gambar rangkaian kontrol panel Mesin Air Blast.
b. Mengecek kondisi alat yang akan dipakai dalam kondisi baik atau rusak.
c. Merakit panel kontrol Mesin Air Blast.
d. Mengoperasikan panel kontrol Air Blast.
e. Mencari dan memperbaiki kerusakan pada panel kontrol.

1.2 Dasar Teori


Air blast sistem merupakan suatu proses transformasi dengan menggunakan
tenaga hembusan angin, mesin ini dapat difungsikan untuk pemindah bahan berupa
serbuk-serbuk atau biji-bijian seperti tepung, makanan ternak, atau semen.
Jika bahan yang ada di suatu tempat penimbunan akan dipindahkan ke tempat lain
untuk proses berikutnya. Maka proses pemindahan ini dapat menggunakan angin yang
dihembuskan dari Fan, dengan menggunakan sarana transformasi pipa saluran, maka
bahan yang berupa serbuk, semen, tepung biji-bijian tersebut dilewatkan pada pipa dan
dihembuskan angin dari fan sehungga bahan tersebut akan terbawa angin sehingga
sampai di suatu tempat yang ditentukan untuk proses selanjutnya semua proses
transportasi tersebut berada dalam lorong, pipa yang tertutup, sehingga tidak sampai
berhamburan.

Kelompok 4 –LT 3A Page 5


1.3 Daftar Alat dan Bahan
a. MCB 3 fasa 10 A 3 buah
b. MCB 1 fasa 6 A 1 buah
c. Kontaktor LC 1 D12/16, 220 V 4 buah
d. Kontak bantu LC -D09, 220 V 4 buah
e. TOLR LR 1- D09 4 buah
f. Relay 3x turn over cont 11pin, 220 V 4 buah
g. Timer Omron H3G 8C 5A 220V 5 buah
h. Push Button, momentary contact 2 buah
i. Push Button (off ) NC 2 buah
j. Sakelar Pembatas 220 V 1 buah
k. Emergency Switch 220 V 1 buah
l. Lampu Indikator 220 V Merah 4 buah
m. Lampu Indikator 220 V Hijau 4 buah
n. Line up terminal 10mm 40 buah
o. Box Panel lengkap 75x45x20 1 buah
p. Profil C Alumunium 660mm 1,5 m
q. Wire duct Plast 43x43 mm 2 lonjor
r. Kabel NYAF 1 mm 20 m
s. Kabel NYAF 4x1,5 mm 10 m
t. Soket relay K11, 11pin 8 buah

Kelompok 4 –LT 3A Page 6


1.4 Gambar Rangkaian

Kelompok 4 –LT 3A Page 7


Kelompok 4 –LT 3A Page 8
Kelompok 4 –LT 3A Page 9
1.5 Langkah Kerja
1. Memeriksa semua peralatan yang akan dipakai untuk apakah masih baik / sudah
rusak.
2. Mempelajari gambar diagram pengawatan dan diagram waktu dengan teliti.
3. Mempersiapkan penel beserta perlengkapan profit, dack panel dll.
4. Memasang peralatan panel, profit C, dack panel dll.
5. Memasang pengawatan pada peralatan dalam panel.
6. Memeriksa hubungan pengawatan apakah sudah baik, tidak ada hubung singkat.
7. Mengoperasikan panel dengan tegangan nominal.
8. Memasang panel pada tempat yang telah disediakan.
9. Menghubungkan panel dengan mesin.
10. Mengoperasikan untuk dioperasikan.
11. Jika ada kerusakan segera diperbaiki / diganti.

1.6 Diskripsi Kerja Rangkaian


Mesin Air blast bekerja dengan dua buah motor dalam pengoprasiannya, kedua
motor tersebut digunakan sebagai penghembus udara dan pengetar. Untuk fan
dikendalikan oleh kontaktor K7M (penghasutan segitiga) dan K8M (penghasutan
bintang), dan untuk penggetar dikendalikan oleh kontaktor K13M. Kedua motor
tersebut dikendalikan oleh panel kontrol dengan kontaktor utama K6M yang berfungsi
mengendalikan motor baik dalam operasi normal / perawatan melalui emergency switch
S6.
Pada Kondisi otomatis, Jika tombol Start ditekan akan terjadi pengasutan bintang
segitiga pada Motor Fan dimana ditunjukan K7M dan K8M bekerja, sensor aliran udara
akan menutup dan mengoperasikan motor penggetar. Dalam praktek disini sensor aliran
diwakilkan dengan penggunaan timer K11T. Setelah itu kontaktor K13M bekerja
menandakan mesin penggetar bekerja dan dahan, serbuk atau tepung karena digetarkan
maka akan jatuh terbawa angin sampai bak penampungan (silo) sampai silo terisi
penuh. Setelah bahan tepung penuh, maka detektor penuh akan memberi sinyal untuk
mematikan penggetar lebih dahulu (K13M) baru kemudian motor fan ikut berhenti
(K7M dan K8M), dan proses pengiriman bahan serbuk sudah selesai untuk proses
berikutnya.
Jika selector pada posisi manual, maka untuk menghidupkan dan mematikan
motor fan maupun motor penggetar dapat dilakukan dengan menekan tombol push

Kelompok 4 –LT 3A Page 10


button yang sudah ada dan ditentukan di pintu panel. Pertama-tama hidupkan mesin
dengan S6B, dimana fan penghasutan bintang bekerja (K8M) lalu timer K9T bekerja
dan setelah mencapai waktu yang telah disetting penghasutan segitiga bekerja (K7M).
Lalu, setelah K7M bekerja dia akan menyalakan timer K11T untuk selang waktu
pembawaan bahan. Untuk menyalakan mesin penggetar digunakan toggle S13 dan
setelah bak penampungan penuh mesin penggetar dapat dimatikan terlebih dahulu
menggunakan toggle S16. Setelah penggetar off, selanjutnya matikan fan dengan
menggunakan S6B dan S6 untuk mematikan mesin.

1.7 Kendala Praktek


Kendala yang ditemukan dalam praktik Mesin Air Blast ini adalah terdapat
penggunaan timer yang tidak sesuai pada gambar rangkaian. Timer yang digunakan
berbeda tipe dengan biasanya yang fungsinya bisa dalam satu komponen. Namun pada
praktek ini timer harus dibedakan dan kelompok kami sedikit mengubah penggunanaan
timer dan menambahkan rangkaian tambahan guna menyesuaikan tipe timer yang
dipakai.

1.8 Pertanyaan dan Tugas


a. Apabila mesin tidak dapat dioperasikan dari awal apa yang anda lakukan ?
Jawab : Apabila mesin tidak dapat dioperasikan dari awal percobaan, kemungkinan
yang terjadi adalah tidak adanya sumber yang masuk kedalam rangkaian selain itu
juga karena adanya sambungan rangkaian kontrol yang kurang benar. Maka yang
harus dilakukan pertama adalah mengecek adanya fasa pada kotak kontak yang
berasal dari sumber, jika ada kemudian cek fasa yang mengalir pada terminal yang
berfungsi sebagai sumber pada panel. Kemudian pastikan semua sambungan kabel
pada komponen dan terminal utama mendapatkan fasa dan kabel netral tersambung
dengan benar. Mengecek kebenaran rangkaian apakah sudah sesuai dengan gambar
rangkaian atau belum, setelah semua pengecekan dilakukan uji kembali mesin Air
Blast.
b. Jika mesin tiba-tiba berhenti dan tidak dapat di start lagi langkah apa yang anda
lakukan ?
Jawab : Apabila mesin tiba-tiba berhenti dan tidak dapat distart lagi tidak ada
pengaruhnya dalam rangkaian awal karena mesin sempat bekerja dengan benar,
maka kita harus memastikan semua fasa mendapat sumber, dan netral tersambung

Kelompok 4 –LT 3A Page 11


dengan terminal netral. Dan cek kembali fuse yang mungkin terputus atau kekuatan
dalam pengencangan kabel perlu diperhatikan. Tidak lupa pengesetan timer yang
untuk setiap modelnya memiliki tipe yang berbeda sehingga perlu dicoba dalam
beberapa kondisi.

1.9 Kesimpulan
Mekanisme kerja dari Mesin Air Blast memiliki tingkat pemahaman yang mudah,
yang perlu diperhatikan adalah mengenai ketelitian pembacaan rangkaian dan kekuatan
dalam pengencangan setiap sambungan kabel baik dalam komponen maupun di tiap
terminal. Dalam bab ini kita diharapkan dapat menguasai sistem kerja manual dan
otomatis dalam rangkaian kontrol panel yang di aplikasikan pada Mesin Air Blast
(Penghembus Udara).
Kerusakan atau trouble timbul akibat kurang teliti dalam penyambungan kabel,
alat yang kurang memadai, serta komponen baru yang perlu dipelajari lebih awal.
Koordinasi dan kerjasama antar anggota kelompok pun sangat mempengaruhi hasil
kerja dari perakitan Panel Kontrol Mesin Air Blast ini. Jadi, dalam hal efisien waktu
dan efisien kerja telah tercapai secara maksimal.

Kelompok 4 –LT 3A Page 12


BAB II

Memasang Instalasi Penerangan pada Rumah Sakit dengan


System Informasi Lampu dan Bell

2.1 Tujuan Khusus


Setelah melaksanakan praktek mahasiswa dapat:
a. Membaca Gambar Instalasi Penerangan pada Rumah Sakit dengan System
Informasi Lampu dan Bell.
b. Memeriksa kondisi peralatan yang akan dipakai pada Instalasi Penerangan dalam
kondisi baik atau rusak.
c. Memasang Penerangan pada Rumah Sakit dengan System Informasi Lampu dan
Bell.
d. Mencari bagian yang rusak dengan menggunakan Multitester dan Taspen.
e. Memperbaiki bagian yang rusak atau tidak berfungsi.

2.2 Dasar Teori


Instalasi penerangan banyak diterapkan pada bangunan-bangunan rumah tingkat,
kantor, pabrik dll. Pada prinsipnya system yang digunakan sama dan sama dalam
pengoperasiannya, namun ada beberapa sedikit perbedaan pada system penerangan
pada rumah sakit, terutama instalasi pada kamar pasien yang dilengkapi dengan lampu
tanda dan tanda panggil atau bell. Sarana pemanggilan ini sangat penting apabila
pasien memerlukan perawatan jaga, jika pasien dalam keadaan darurat. Pemasangan
sarana pemanggilan ini pada masing-masing berbeda tergantung banyak kamar yang
dihuni dan fungsi masing-masing kamar untuk pasien. Pemasangan lampu tanda
pemanggil biasanya diletakkan pada tiga (3) tempat, seperti pada tempat perawat ,
pintu blok, dan kamar pasien. Demikian pula dengan system alarm, hanya bedanya
satu alarm tergantung dipasang pada kamar pasien semua ini adalah untuk
memudahkan pasien jika akan memanggil perawat jaga atau sebaliknya jika perawat
memberi tanda pada pengunjung untuk segera meninggalkan tempat pasien karena
akan jam kunjungan sudah selesai.

Kelompok 4 –LT 3A Page 13


2.3 Alat dan bahan
a. Sakelar tekan dan lampu in plester 9 buah
b. Sakelar tekan in plester 4 buah
c. Sakelar tekan dan lampu 3 buah
d. Sakelar tekan on plester 3 buah
e. Sakelar tekan kecil 9 buah
f. Lampu 40W 220V 15 buah
g. Sakelar dua arah on plester 2 buah
h. Sakelar silang in plester 2 buah
i. Kotak hubung in plester 4 buah
j. Alarm 220V 9 buah
k. Staircase 220V 3 buah
l. MCB 6A 220V 3 buah
m. Fuse 10A 1 buah
n. Profil C 1,5 m
o. Kabel NYA 1,5 mm² secukupnya
p. Kabel NYM 3x1,5 mm² secukupnya
q. Multimeter 1 buah
r. Taspen 1 buah

Kelompok 4 –LT 3A Page 14


2.4 Gambar Rangkaian
a. Gambar tata letak lampu dan bell

Kelompok 4 –LT 3A Page 15


b. Gambar diagram pengawatan

Kelompok 4 –LT 3A Page 16


Kelompok 4 –LT 3A Page 17
2.5 Langkah Kerja
a. Mempersiapkan kabel NYA 1x1,5 mm² dan NYM 3x1,5 mm².
b. Memasangkan kabel ke dalam pipa-pipa sesuai dengan gambar pengawatan.
c. Melakukan pengecekan dan penyambungan pada kotak hubung.
d. Memasang impuls switch pada panel.
e. Memasang tombol tekan dan lampu di ruang jaga (luar ruangan).
f. Memasang saklar dan stop kontak.
g. Memasang bell.
h. Melakukan pengecekan.
i. Jika ada bagian yang tidak dapat dioperasikan maka segera dicari letak kerusakan
dan dibetulkan.

2.6 Diskripsi Kerja Rangkaian


a. Lampu A dapat dioperasikan dari Sakelar tukar dan silang A1, A2, dan A3.
b. Lampu B dapat dioperasikan dari Sakelar B1, B2, B3, dan PB (letak di ruang jaga).
c. Bell E dioperasikan dari tombol E yang terlekat di dalam ruang pasien dan tombol
PE yang berada di luar (ruang jaga).
d. Bell D di operasikan dari tombol D yang terletak di dalam ruangan pasien dan
tombol PD yang berada di luar (ruang jaga).
e. Bell C atau alarm dapat dioperasikan dari tombol C yang terletak di dalam ruangan
pasien dan tombol PC yang berada di luar.
f. Lampu F dioperasikan dari Sakelar Impuls yang berada di dalam panel penerangan
serta juga dapat di operasikan dari sakelar yang berada dalam lokasi yaitu sakelar
tunggal untuk menyalakan dari F1,F2,F3, dan PF (letak di ruang jaga).
g. Lampu K dioperasikan oleh impuls switch untuk menyalakan tekan tombol
K1,K2,K3, dan PK (letak di ruang jaga).
h. Bell C, D, E, G, H, I, L, M, N dioperasikan dari dua (2) tempat yaitu dari sakelar
yang berada di ruang pasien dan ruang jaga.

Kelompok 4 –LT 3A Page 18


2.7 Kendala Praktek
a. Peyambungan pada kotak hubung, dimana kabelnya sangat pendek.
b. Mencari titik percabangan pada kotak hubung.

2.8 Pertanyaan dan Tugas


a. Jelaskan fungsi dari saklar impuls ?
Jawab : Saklar impuls adalah suatu saklar yang bekerja berdasarkan prinsip kerja
magnet, dimana posisi saklarnya akan berubah setiap impuls bekerja. Lamanya
mengoperasikan dari kontak tekan tidak mempengaruhi sistem kerjanya. Saklar
ini mempunyai dua posisi kontak, “off” pada impuls kedua dan kontak “on” pada
posisi pertama. Dalam mengendalikan (on dan off) suatu lampu menggunakan push
button sebagai kontrol bantu, dipakai suatu saklar impuls yang bekerja oleh adanya
impuls (sinyal) yang diberikan dari push button.

b. Berapa tahanan isolasi pada instalasi penerangan?


Jawab : Sesuai ketentuan PUIL bahwa nilai resistansi minimum adalah 1 kilo ohm
untuk setiap 1 volt tegangan perencanaan, maka untuk teganggan 220V minimal
harus dipenuhi sebesar 220 Kohm atau 0,22 Mohm, sehingga nilai dibawah itu
dianggap instalasi tidak layak. Pengukuran resistansi isolasi ditampilkan dalam OL
(Over Load) diartikan nilai isolasinya sangat besar sehingga dikatakan memenuhi
syarat. Apabila menunjukkan angka dibaca dalam index MOhm. Istilah JMP dipakai
untuk menandai pengukuran yang tidak stabil dalam waktu yang cukup lama.

c. Bagaimana cara mengukur tahanan isolasi pada instalasi?


Jawab : Langkah pengukuran tahanan isolasi adalah sebagai berikut :
1) Lepaskan semua hubungan ke beban, ke jaringan, dan ke bumi (kecuali
penghantar pengaman) dan hubungan antara rel / terminal netral dan rel /
terminal pengaman (pembumian).
2) Bagian yang diukur tahanan isolasinya adalah antara penghantar fasa ke bumi,
penghantar netral ke bumi, dan penghantar fasa ke fasa.

Kelompok 4 –LT 3A Page 19


Bagian yang diukur tahanan isolasinya adalah sebagai berikut :
1) Antara penghantar fasa dengan penghantar nol, yaitu antara fase R dengan N,
fase S dengan N, dan fase T dengan N.
2) Antara penghantar fasa dengan fasa, yaitu antara fase R dengan fase S, fase R
dengan fase T, dan fase T dengan fase S.
3) Antara penghantar fase dengan penghantar pengaman (pembumi) yaitu antara
fase R dengan ground, fase S dengan ground, fase T dengan ground.
4) Antara penghantar nol (N) dengan penghantar pengaman (ground / G).

2.9 Kesimpulan
Instalasi penerangan pada rumah sakit dapat dioperasikan di tiga(3) tempat, supaya dapat
memudah kan pasien dengan perawat dalam berkomunikasi.

Kelompok 4 –LT 3A Page 20


BAB III

Merakit Panel Kontrol Mesin Pemanas (Tanur Listrik)

2.1 Tujuan Khusus


a. Membaca gambar rangkaian kontrol panel mesin pemanas listrik.
b. Memeriksa kondisi peralatan yang akan dipakai pada panel kontrol dalam kondisi
baik atau rusak.
c. Merakit panel kontrol mesin pemanas listrik.
d. Mengoperasikan panel kontrol mesin pemanas listrik.
e. Mencari penyebab kerusakan dan memperbaikinya panel kontrol.

2.2 Dasar Teori


Mesin pemanas listrik (Tanur Listrik) adalah semua mesin untuk memanaskan
bahan produksi. Tanur listrik ini bekerja berdasarkan dua tahapan pemanasan. Pertama
bahan dipanaskan sampai suhu 800 C tahap berikutnya dipanaskan dari 800°C sampai
820°C selama beberapa waktu yang telah ditentukan. Setelah selesai proses pemanasan
berhenti, heater mati dan pintu tanur membuka lengan mekanik akan mengambil bahan
yang telah dipanaskan ditaruh pada tempat tertentu, jatuhnya benda yang telah
dipanaskan tersebut mengenai sensor sehingga ban berjalan bergerak kembali untuk
membawa bahan yang akan dipanaskan masuk pada tanur listrik untuk dipanaskan,
proses ini akan berulang terus sampai bahan yang akan dipanaskan habis.

Kelompok 4 –LT 3A Page 21


2.3 Daftar Alat dan Bahan
a. MCB 3 fasa 10A 220V 3 buah
b. MCB 1 fasa 6 A 220V 1 buah
c. Kontaktor LC 1D 12/16 220V 4 buah
d. Kontak bantu LC 1D 09 220V 4 buah
e. TOLR LR 1D 09 2 buah
f. Timer Omron H3G8C 5 A 220V 2 buah
g. Push Botton (on) 2 buah
h. Push Botton (off) 2 buah
i. Sakelar Pembatas 1 buah
j. Emergenci switch 1 buah
k. Lampu Indicator 8 buah
l. Terminal 45 buah
m. Box Panel 75x45x20 1 buah
n. Profil C 1,5 m
o. Duck panel kabel 2 m
p. Siku Panel 4 buah
q. Kabel NYAF 1mm 15 m
r. Kabel NYAF 4x1,5 mm 10 m
s. Fitting Lampu 8 buah
t. Limit Switch 3 buah

Kelompok 4 –LT 3A Page 22


2.2 Gambar Rangkaian

Kelompok 4 –LT 3A Page 23


Kelompok 4 –LT 3A Page 24
Kelompok 4 –LT 3A Page 25
Kelompok 4 –LT 3A Page 26
2.3 Langkah Kerja
a. Memeriksa semua peralatan yang akan dipakai untuk apakah masih baik/sudah
rusak.
b. Mempelajari gambar diagram pengawatan dan diagram waktu dengan teliti.
c. Mempersiapkan panel beserta komponen rangkaian yang akan digunakan.
d. Memasang peralatan panel.
e. Memasang pengawatan pada peralatan dalam panel.
f. Memeriksa hubungan pengawatan apakah sudah baik tidak ada hubung singkat.
g. Mengoperasikan panel dengan sumber tegangan 220 VAC.
h. Memasang panel pada tempat yang telah disediakan.
i. Menghubungkan panel dengan mesin.
j. Mencoba untuk dioperasikan.
k. Mengujikan rangkaian kepada dosen pembimbing.
l. Membuat analisa dan kesimpulan rangkaian.

2.4 Deskripsi Kerja Rangkaian


Pada saat Push Button S11 ditekan, maka K11 akan bekerja sehingga Konveyor
Belt 1 akan berjalan membawa barang. Kemudian barang akan mengenai sensor S12AE
sehingga K13 bekerja. Karena K13 bekerja maka kontak NO dari K13 menjadi close
membuat K14M bekerja dan kontak NC dari K13 menjadi open sehingga K11M
berhenti bekerja. K14M bekerja menyebabkan Y15 bekerja dan valve 1 akan menutup.
Selanjutnya barang menyentuh limit switch S16 (LS1) sehingga Y16 bekerja dan valve
2 akan menutup. Kemudian barang menyentuh limit switch S17 (LS2) dan K17 akan
bekerja sehingga heater juga ikut bekerja memanaskan barang. Bersamaan dengan itu,
K18 (heater main contactor) dan K19 (heater contactor 3/3 P) juga ikut bekerja.
Kemudian saat suhu heater mencapai lebih dari 800° C maka S17AE1 akan open dan
K16 akan bekerja. Bersamaan dengan itu K19M (heater contactor 3/3 P) akan mati dan
K20M (heater contactor 1/3 P) akan bekerja dan menyalakan timer K21T. Saat setting
waktu timer K21T habis, maka K22 aka bekerja dan membuat K14, K16, K17, K18M,
K19M, K20M menjadi bekerja. Selain itu, Y15 (valve 1) dan Y16 (valve 2) juga akan
membuka. Kemudian barang akan menyentuh limit switch S23 (LS 3) dan
mengaktifkan Y24 (valve lengan robot). Kemudian lengan robot akan mengambil dan
memindahkan barang ke bak penampungan barang sesuai dengan setting timer K23T.
Saat setting waktu habis, maka Y24 akan berhenti bekerja dan barang menyentuh

Kelompok 4 –LT 3A Page 27


S25AE dan secara otomatis mesin akan mengulang proses dari awal secara terus
menerus hingga barang habis.

2.5 Kendala Praktek


Pada saat diuji timer tidak dapat mengubah kontak. Rangkaian dapat bekerja
dengan normal setelah timer diganti.

2.6 Pertanyaan Dan Jawaban


a. Apabila pemanas tidak mau berhenti secara otomatis, dimana terjadi kerusakan?
Jawab : Kerusakan bisa terletak pada relay K22 atau timer K21T, karena untuk
mematikan rangkaian heater secara otomatis relay K22 harus bekerja, sedangkan
kinerja relay K22 bergantung pada timer K21T.
b. Bagaimana cara merawat mesin pemanas agar tidak mudah terjadi kerusakan?
Jawab : Pada bagian heater harus selalu diperiksa, apabila ada kotoran ataupun
kerak segera dibersihkan. Kemudian sensor suhu harus dipastikan tidak rusak,
karena jika sensor suhu rusak maka akan memungkinkan terjadi overheat yang
menyebabkan heater dan komponen di sekitarnya menjadi rusak.

2.7 Kesimpulan
a. Sebelum praktek, alat dan bahan harus dipastikan dalam kondisi baik.
b. Dikarenakan praktek dilaksanakan secara berkelompok, maka sebelum praktek
harus dilakukan pembagian tugas agar pekerjaan bisa dikerjakan secara efektif dan
efisien.
c. Setiap terjadi trouble shooting maka harus dicatat dan dianalisa penyebab
kesalahannya.
d. Dalam praktek harus selalu mengingatkan apabila ada rekan praktek yang bertindak
dengan mengabaikan keselamatan kerja.

Kelompok 4 –LT 3A Page 28


BAB IV

Mengukur Tahanan Pentanahan

4.1 Tujuan Khusus


Setelah melakukan pengamatan Mahasiswa dapat :
 Mengetahui cara mengukur tahanan pentanahan.
 Menghitung besarnya tahanan jenis suatu tanah.

4.2 Dasar Teori


Sistem pentanahan atau biasa disebut sebagai grounding adalah sistem
pengamanan terhadap perangkat-perangkat yang mempergunakan listrik sebagai sumber
tenaga, dari lonjakan listrik, petir dll.
Tujuan utama dari adanya pentanahan adalah menciptakan jalur yang low-
impedance (tahanan rendah) terhadap permukaan bumi untuk gelombang listrik
dan transient voltage. Penerangan, arus listrik, circuit switching dan electrostatic
discharge adalah penyebab umum dari adanya sentakan listrik atau transient voltage.
Sistem pentanahan yang efektif akan meminimalkan efek tersebut.
Terdapat 4 alat pentanahan, yaitu :
1. Batang Pentanahan Tunggal (Single Grounding Rod).
2. Batang Pentanahan Ganda (Mulitiple Grounding Rod) terdiri dari beberapa batang
tunggal yang dihubungkan parallel.
3. Anyaman Pentanahan (Grounding Mesh), merupakan anyaman kawat tembaga.
4. Pelat Pentanahan (Grounding Plate), yaitu pelat tembaga.

4.3 Daftar Alat


a. Earthtester 1set
b. Alat Tulis

Kelompok 4 –LT 3A Page 29


4.4 Hasil Pengukuran
Didapat nilai Resistansi tanah yang berbeda-beda, dengan panjang dan jari-jari
sebagai berikut :

1. R = 8.6 ohm l= 6 m a = 0.019 m


2. R = 30.4 ohm l=6m a = 0.019 m
3. R = 10.9 ohm l=3m a = 0.019 m
4. R = 30.6 ohm l=2m a = 0.019 m

4.5 Analisa Perhitungan Tahanan Jenis Tanah

Diketahui:

R1= 8,24 R2=5,84 R3=9,7 d=2,5 inc


l1= 6m l2=6m l3=3m

Ditanya :

a) 1:....?
b) 2:.....?
c) 3:.....?

Jawab:

D = 2,5 inc . 2,54


= 6,35 cm

D= r = 3,175 cm

R1 =
1
2 π . l1[ln
4.l 1
a
−1
] R2 =
2
2 π . l2[ln
4.l 2
a
−1
] R3 =
3
2 π . l3[ln
4.l 3
a
−1
]
1 2 3
8,24 = 8,24 = 8,24 =
2.3 ,14.5 2.3 ,14.5 2.3 ,14. .10

[ ln
4.6
3 , 75
−1
] [ ln
4.6
3 , 75
−1
] [ ln
4.3
3,175
−1
]
2 3
8,24 = [ ln 2,6227−1 ] 8,24 = [ ln 3,7795−1 ]
31, 4 62 ,8

Kelompok 4 –LT 3A Page 30


1 2 1
8,24 = [ ln 2,6227−1 ] 8,24 = [ 1,0227 ] 8,24 = [ 0,3295 ]
31, 4 31, 4 62 ,8
1 31, 4 x 2 , 43 9 ,7 x 4 , 43
8,24 = [ 1,0227 ] 2 = 3 =
31, 4 1,0227 0,3295
31, 4 x 2 , 5 78 ,5 76302 42,971
1 = = = =
1,0227 1,0227 1,0227 0,3295
1 = 76,75760242 2 = 74,60838956 3 = 130,4127466

Tempat Tahanan (Ω) Panjang (meter) Tahanan Jenis Tanah (Ωm)


2,5 5 76,75760242
Halaman Utara
2,43 5 74,60838956
Bengkel Listrik
4,43 10 130,4127466
Tabel Hasil Perhitungan Tahanan Jenis Tanah

4.6 Kesimpulan
Suatu Elektroda tanah tahanannya lebih baik tidak melebihi 5 ohm agar dapat
menghantarkan arus dengan baik. Besarnya Tahanan elektroda Tanah bergantung pada
panjang elektroda, dan jari-jari elektroda apabila berbentuk batang. Serta jenis tanah
juga mempengaruhi berapakah panjang, dan jari-jari elektroda jika dipasang
ditempattersebut agar di dapat elektroda pentanahan dengan resistansi yang baik.

Kelompok 4 –LT 3A Page 31


BAB V
Merakit Panel Kontrol Mesin Penggiling ( Milling)

5.1 Tujuan Khusus


Setelah melaksanakan praktek, mahasiswa dapat :
a. Membaca gambar rangkaian kontrol panel mesin milling.
b. Memeriksa kondisi peralatan yang dapat dipakai pada panel kontrol dalam kondisi
baik atau rusak.
c. Merakit panel kontrol mesin milling.
d. Mengoperasikan panel kontrol mesin milling.
e. Mencari penyebab kerusakan dan memperbaikinya panel kontrol.

5.2 Dasar Teori


Mesin penggiling terdiri dari beberapa unit motor, antara lain :
a. Dua motor induksi fasa tiga untuk menjalankan ban berjalan (konveyor).
b. Satu motor rotor lilit dengan tiga step peghasutan (untuk mesin penggiling).
c. Satu motor induksi fasa tiga untuk penggetar.
d. Satu motor induksi fasa tiga untuk menggerakkan roda spiral.

Masing-masing motor bekerja berurutan. Jika mesin milling akan dioperasikan maka
yang pertama kali dihidupkan adalah motor konveyor 1, yang kedua motor milling,
ketiga motor konveyor 2, keempat motor penggerak roda spiral dan yang terakhir motor
penggetar. Jika mesin akan dimatikan maka harus dimulai dari motor penggetar, motor
roda spiral, motor konveyor 2, motor milling dan yang terakhir motor konveyor 1.

Kelompok 4 –LT 3A Page 32


5.3 Daftar Alat dan Bahan
a. MCB 3 fasa 10 A 220 V 3 buah
b. MCB 1 fasa 6A 220 V 1 buah
c. Kontaktor LC 1 D 12/16,220 V 8 buah
d. Kontak bantu LC 1 D 09220 V 2 buah
e. TOLR LR 1 D09 5 buah
f. Timer Omron H3G 8C 5A 220V 3 buah
g. Push button ( on ) 10 buah
h. Push button ( off ) 10 buah
i. Sakelar Pembatas 1 buah
j. Emergency Switch 1 buah
k. Lampu Indicator 8 buah
l. Terminal 45 buah
m. Box Panel 75x45x20 1 buah
n. Profil C 1,5 m
o. Duck kabel panel 2 lonjor
p. Siku panel 4 buah
q. Kabel NYAF 1 mm 15 m
r. Kabel NYAF 4x1,5 mm 10 m
s. Fitting Lampu 8 buah
t. Lampu Tanda 8 buah

Kelompok 4 –LT 3A Page 33


5.4 Gambar Rangkaian

Panel
Kontrol
2

LS
BAN BERJALAN 2
S19
PENGGETAR
M3

M5

M2

M4 BAN BERJALAN 1
PENG. FREK M1
RODA SPIRAL

Kelompok 4 –LT 3A Page 34


Kelompok 4 –LT 3A Page 35
Kelompok 4 –LT 3A Page 36
5.5 Langkah Kerja
a. Memeriksa semua peralatan yang akan dipakai, apakah masih baik / sudah rusak.
b. Mempelajari gambar diagram pengawaran dan diagram waktu dengan teliti.
c. Mempersiapkan panel beserta perlengkapannyaprofit,duck panel dll.
D. Memasang peralatan panel, profit c, dack panel dll.
e. Memasang pengawatan pada peralatan dalam panel.
f. Memeriksa hubungan pengawatan apakah sudah bauk tidak ada hubung singkat.
g. Mencoba panel dengan tegangan nominal.
h. Memasang panel pada tempatnya yang telah disediakan.
i. Menghubungkan panel dengan mesin.
j. Mencoba untuk dioperasikan.
k. Jika ada kerusakan segera diperbaiki.

5.6 Deskripsi Kerja Rangkaian


Mesin milling ini dilengkapi dengan selector operasi normal dan perawatan
(repair). Pada operasi normal ini motor bekerja secara berurutan. Untuk menstart awal
harus dimulai dengan menstart motor konveyor 1 dengan menekan S19A. Setelah
S19A ditekan, maka K19 (konveyor1) akan bekerja. Berikutnya menekan tombol start
motor milling (S21A). Pada motor ini akan terjadi proses pengasutan selama 3 tahan
yang dikendalikan oleh timer. setelah S21A ditekan, maka K21M akan bekeja,
menghidupkan timer K22T, timer K22T mati K23M bekerja menghidupkan timer
K24T, timer 24T mati, K25M bekerja, menghidupkan timer K26T, setelah K26 mati
maka K27 hidup. Setelah pengasutan selesai, K27 tetap mengunci dan motor konveyor
2 (K31M) dapat dihidupkan dengan menekan S31B. Setelah K31 mengunci,
kemudian motor roda spiral (K33M) dapat dihidupkan menggunakan S33A. S33M
mengunci maka motor penggetar dapat dihidupkan dengan memutar selector switch
S36B kemudian menekan S36A.
Sedangkan untuk menghentikan proses penggilingan maka untuk mematikan
harus dari motor untuk penggetar (S36B), motor roda spiral (S33), motor konveyor 2
(S31), motor penggiling (S21) dan yang terakhir motor konveyor 1 (S19). Ini semua
harus sesuai dengan urutan dan tidak dapat ditukar karena dapat mengganggu proses.
Sedangkan pada posisi perawatan setiap motor dapat dihidupkan dan dimatikan
sendiri sendiri dengan menggunakan ON OFF tiap mesin.

Kelompok 4 –LT 3A Page 37


5.7 Kendala Praktek
Dalam praktek merakit ini tidak mengalami kendala mengenai perakitan panel
kontrol. Prinsip kerjanya sudah sesuai dengan gambar rangkaian. Kendalanya hanya
pada peralatan yang sudah rusak yaitu pada salah kontaktor. Namun, dapat diatasi
dengan cara mengganti kontaktor tersebut dengan kontaktor yang baru dan rangkaian
dapat bekerja sesuai dengan prinsip kerjanya.

5.8 Pertanyaan dan Tugas


a. Jika motor rotor lilit pada mesin penggiling tidak dapat diasut, apa yang akan anda
lakukan?
Jawab : Apabila motor rotor lilit tidak dapat diasut maka dilakukan pengecekan
pada rangkaian, apakah sudah sesuai dengan gambar rangkaian yang benar atau
belum. Jika memang sudah benar, maka dilakukan pengecekan pada alat (motor).
Jika motor mengalami kerusakan maka dilakukan perbaikan pada motor. Dalam
praktikum ini perbaikan dilakukan dengan cara saklar S16 diposisikan pada kondisi
repair. Kemudian melakukan perbaikan pada motor milling. Setelah proses
perbaikan selesai maka dilakukan perngecekan dengan menghidupkan motor
milling melalui S21A. Apabila motor ternyata rusak dan tidak bisa diperbaiki, maka
dilakukan penggantian dengan motor yang baru.
b. Bagaimana cara melakukan perawatan pada panel kontrol? Sebutkan !
Jawab :
1) Membersihkan debu – debu yang ada pada panel kontrol.
2) Membersihkan kotoran atau benda – benda yang ada pada komponen panel
kontrol agar tidak mengganggu fungsi komponen.
3) Melakukan pengecekan kondisi komponen panel.
4) Setiap komponen harus memenuhi syarat-syarat berikut.
a. Jenis komponen harus sesuai dengan penggunaannya.
b. Kemampuan harus sesuai dengan keperluannya.

5.9 Kesimpulan
Pada praktek Panel Kontrol mesin penggiling ini dapat dioperasikan pada dua kondisi,
yaitu kondisi normal dan kondisi repair (perawatan). Pada kondisi normal, maka motor
akan bekerja secara berurutan, baik saat menstart maupun mematikan. Sedangkan pada
kondisi repair motor dapat dihidupkan darimana saja karena sistemnya tidak berurutan.

Kelompok 4 –LT 3A Page 38


BAB VI
Analisa Perhitungan Arus Hubung Singkat dan Arus over
Load Serta Perhitungan Waktu Pengaman untuk
Mengamankan Pada Switchgear

6.1 Tujuan Khusus

Setelah melakukan pengamatan Mahasiswa dapat :


 Mengetahui spesifikasi peralatan yang ada pada switchgear.
 Menghitung besarnya arus hubung singkat, arus overload dan waktu untuk
mengamankan berdasarkan nameplate setiap peralatan pada switchgear.

6.2 Dasar Teori


Switchgear adalah peralatan listrik yang berfungsi untuk memutuskan dan
menghubungkan rangkaian listrik tegangan tinggi dalam kondisi normal maupun ada
gangguan, disertai dengan peralatan proteksi, dan kontrol serta pengukuran tegangan,
arus, maupun daya.
Switchgear terdiri dari komponen peralatan-peralatan untuk memutuskan dan
menghubungkan, pengukuran tegangan, arus maupun daya, peralatan proteksi dan
kontrol.
Switchgear Panel 20 kV terdiri daro 3 macam bagian, yaitu :
1. Incoming Switch Gear
2. Matering Panel

3. Load break Switch

5.3 Daftar Alat


Bagian-bagian pada switchgear adalah sebagai berikut :
a. Busbar
b. Circuit Breaker
c. Load Breaker Switch
d. Disconecting Switch
e. Current Transformator

Kelompok 4 –LT 3A Page 39


f. Earthing Switch
g. Potential Transformator
h. Peralatan Ukur (AVO meter, kWh meter, dsb)
i. Relay Proteksi
j. Interlocking (control)

5.4 Hasil Pengamatan


a. Switch Gear
1) Bagian – bagian switch gear
a) CT
b) PT
c) VCB
d) Busbar
e) LBS (Load Breaking Switch)
f) KWh
g) Fuse
h) Switcher Maintenance
i) Relay Proteksi
j) Disconnecting System (DS)
k) Earthing
l) Peralatan ukur
m) Interlocking
n) isolator
2) Data
a) CT
 V = 24 kV
 Vw = 125 kV
 Isc = 14,5 kA – Isec
 In = 400 A
b) PT
 Vn = 24 kV
 Ith = 14,5 kA
 In = 100 A – 50/60 Hz

Kelompok 4 –LT 3A Page 40


 Uw = 125 kV
 Ima = 36,5 kA
 IEC = 298
c) Saklar pemutus Beban
 Vn = 24 kV
 Ith = 14,5 kA
 In = 400 – 50/60 Hz
 Uw = 125kV
 Ima = 36,5 kA
d) Pemutus Rangkaian
 Vn = 24 kV
 Ith = 14,5 kA
 In = 400 A – 50/60 Hz
 DM1
 Uw = 125 kV
 Ima = 56,5 kA
 IEC = 298
e) CB Vakum
 V = 24 kV
 Vw = 125 kV
 Isc = 14,5 kA – 1 Sec
 In = 400 A

Kelompok 4 –LT 3A Page 41


5.5 Analisa Hasil Pengamatan
Contoh Perhitungan
Dikerahui :
 Zhs = 2,75 %
 In = 400 A
Ditanyakan :
 T ……. ?
Jawab :
100
Ihs=¿ x
2 , 75
100
Ihs=400 x
2 , 75
Ihs=14545 A

Io1 = In x 1,2
Io1 = 400 x 1,2
Io1 = 480 A

I o 1 480
Setting Relay= = =32 A
CT 75 /5
1,4
T =0 , 4 x
¿¿
1,4
T =0 , 4 x
¿¿
T =7 , 83 ms=¿ 8 ms
Gambar Bentuk Kubikel

5.6 Kesimpulan

Switchgear terdiri dari beberapa bagian yang kerjanya saling terkoordinasi.


Besarnya Arus hubung singkat tiap komponen berbeda, tergantung besarnya In yang
tertera pada nameplate.

Kelompok 4 –LT 3A Page 43

Anda mungkin juga menyukai