Anda di halaman 1dari 109

SISTEM

FINAL DRIVE & UNDERCARRIAGE


Untuk Lingkungan Sendiri

MECHANIC DEVELOPMENT
PT PAMAPERSADA NUSANTARA
2004
K A T A P E N G A N T A R 00 - 1 - 4

Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, Sehingga dapat tersusun buku “
UNDERCARRIAGE “ Buku ini disusun untuk melengkapi bahan pelatihan di lingkungan PT
Pamapersada Nusantara khususnya Plant Departement.

Buku ini disajikan dalam bentuk yang sederhana, dengan harapan dalam pemahamannya akan lebih
mudah, khususnya bagi Calon Mekanik atau Junior Mekanik dibidang Alat-alat Berat.

Dengan segala kerendahan hati penyusun menyadari bahwa buku ini masih jauh dari sempurna,
maka dengan keterbatasan yang ada penyusun sangat mengharap kritik dan saran dari para
pembaca untuk meningkatkan kesempurnaan buku ini sehingga tidak terjadi salah persepsi untuk
pemahaman dari isi dan makna terhadap buku ini.

Akhirnya penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga
terselesaikannya buku ini.

Jakarta, October 2004

Penyusun
Mechanic Development
D A F T A R I S I 00 - 2 - 4

KATA PENGANTAR
PENDAHULUAN
DAFTAR ISI

BAB I. FINAL DRIVE

A. SINGLE REDUCTION ROTATED DRIVE SHAFT………. I - 2 - 9


B. SINGLE REDUCTION FIXED DRIVE SHAFT…………… I - 3 - 9
C. DOUBLE REDUCTION…………..….…………………….. I - 4 - 9
D. PLANETARY GEAR TYPE RIGID………………………… I - 6 - 9
E. PLANETARY GEAR TYPE SEMI RIGID…………………. I - 7 - 9

BAB II. UNDERCARRIAGE

A. KLASIFIKASI KERANGKA BAWAH…………….………. II - 1 - 33


B. KOMPONEN UTAMA UNDERCARRIAGE………………. II - 3 - 33
1. Track Frame………………………………………………. II - 3 - 33
2. Roller……………………………………………………… II - 6 - 33
3. Front Idler………………….……………………………… II - 14 - 33
4. Recoil Spring………………………..…………………….. II - 17 - 33
5. Sprocket…………………………………………………… II - 21 - 33
6. Track Link………………………………………………… II - 22 - 33
7. Track Shoe………………………………………………... II - 28 - 33
8. Equalizing Beam..………………………………………… II - 31 - 33
9. Guard……………………………………………………… II - 32 - 33

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
D A F T A R I S I 00 - 3 - 4

BAB III.MEASUREMENT

A. ALAT - ALAT UKUR KOMPONEN


UNDERCARRIAGE………….……………………………… III - 1 - 15
1. Multi Scale……………………………………………...… III - 2 - 15
2. Out Side Caliper………………………………………...… III - 5 - 15
3. Sprocket Wear Gauge.…………………………………….. III - 5 - 15
B. METODE PENGUKURAN…………………………………. III - 7 - 15
C. PEMERIKSAAN………………..…………………………… III - 9 - 15
1. Percent Worn Chart……………………………………….. III - 9 - 15
2. Hour Left Chart…………………………………………… III - 12 - 15
3. Perhitungan Tanpa Hour Left Chart………………………. III - 14 - 15
D. REBUILD DAN REPLACE ……..………………………….. III - 15 - 15

BAB IV. GRAFIK WEAR RATE DAN OPERATING HOURS

A. LINK PITCH DAN CARRIER ROLLER…………...……… III - 1 - 5

B. BUSHING OUTSIDE DIAMETER DAN LINK HEIGHT…. III - 2 - 5

C. GROUSER HEIGHT………………………………..……….. III - 3 - 5


D. IDLER………………………………………….…………….. III - 4 - 5
E. TRACK ROLLER……………………………………...……. III - 5 - 5
TABEL KEAUSAN
SPECIAL TOOLS
TROBLE SHOOTING

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
D A F T A R I S I 00 - 4 - 4

BAB V. PERCENT WORN TABLE


A. D 85 ESS – 2 ………………………………………………… V - 1 - 5
B. D 85 ESS – 1 ………………………………………………… V - 2 - 5
C. PC 200 LC – 2 ……………………………………………….. V - 4 - 5

BAB VI. SPECIAL TOOLS


A. MEMBUKA SPROCKET…………….…………………….. VI - 1 - 10
B. MEMASANG SPROCKET…………….…………………… VI - 3 - 10
C. MEMBUKA SPROCKET HUB…………….……………….. VI - 5 - 10
D. MEMASANG SPROCKET HUB…………….……………… VI - 7 - 10
E. MEMBUKA DAN MEMASANG TRACK.………………… VI - 9 - 10

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
P E N D A H U L U A N 01 – 1 - 1

Normalnya, komponen-komponen pada bulldozer yang mengalami


keausan yang besar adalah perlengkapan kerja dan kerangka
bawah.
Keausan pada bagian kerangka bawah dapat digolongkan dalam
komponen besar pada bulldozer yang mendapat perhatian besar
terhadap biaya perawatan. Hal terpenting bagaimana mengurangi
biaya yang dipergunakan akibat keausan bagian kerangka bawah
dan melakukan perawatan ataupun perbaikan, karena keausan pada
kerangka bawah tercatat besar bagiannya pada bulldozer dan biaya
perawatannya.

Gambar di samping menunjukkan biaya perbaikan kerangka bawah


tercatat 60% dari biaya total perbaikan unit bulldozer.

Gambar di samping menunjukkan biaya perbaikan kerangka bawah


tercatat lebih besar 45% dari biaya total perbaikan unit Excavator.
Jadi dengan mengurangi biaya perbaikan untuk kerangka bawah
banyak hal kemungkinan, yang jelas biaya perbaikan kerangka
bawah akan menjadi turun

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
F I N A L D R I V E BAB I

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
F I N A L D R I V E I – 1 - 10

Susunan roda gigi penggerak akhir adalah pengurang kecepatan yang biasanya diperlengkapi dengan satu atau dua set
roda gigi lurus dan pinion boss roda gigi penggerak akhir.
Prinsip yang dipergunakan pada transmisi dimana kecepatan rotasi dikurangi dan momen puntir ( torque ) ditambah
oleh sejumlah roda gigi yang dipergunakan pada penggerak akhir.

Masing-masing bak penggerak akhir ( final drive case ) dipasang melebar keluar dari bak roda gigi tirus ( bevel gear
case ) pada masing-masing sisi. Dengan memilih perbandingan kecepatan yang tepat momen puntir ( Torque )
sebelum ke penggerak akhir ( final drive ) dapat diperkecil. Dengan demikian, transmisi yang sama, poros roda tirus
( bevel gear shaft ) dan lain-lain dapat dipergunakan yang sama pada berbagai jenis model mesin.

Roda gigi penggerak akhir ( final Drive gears ) dapat dihadapkan pada tekanan permukaan yang besar disebabkan oleh
beban goncangan dan benturan ( shock and impact loads ), yang mana memerlukan perhatian ekstra untuk seleksi oli
pelumas dan mencegah masuknya benda asing ke dalam bak penggerak akhir ( final drive cases ).

Perbandingan reduksi normal berada diantara 1/9 sampai 1/12 untuk perbandingan reduksi yang lebih kecil
dipergunakan sistem reduksi tunggal ( single reduction system ). Untuk perbandingan reduksi yang besar
dipergunakan sistem reduksi ganda atau sistem roda gigi planet. (Double reduction system or planetary gear system).

Jenis-jenis penggerak akhir :

1. Single reduction final drive shaft ikut berputar ( D31A - 17, D31Q - 17 ).

2. Single reduction fixed final drive shaft ( D20S - 1,2,3 s/n 7 - 478 ).

3. Double reduction ( D50/53A - 17, D75S - 5, D80/85A - 21, D150/155A - 2 ).

4. Planetary gear type rigid ( D355A - 1, D455A - 1 ).

5. Planetary gear type semi rigid (D275A - 2, D375A - 2, D475A - 2 ).

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
F I N A L D R I V E I – 2 - 10

A. SINGLE REDUCTION ROTATED DRIVE


SHAFT ( D31S - 17 ).

1. Sprocket

2. Steering case
3. Final drive case
4. Cover
6. Hub

7. Nut

8. Dowel pin
9. Nut

10. Floating seal


11. Cover
12. Plane bearing
13. Pinion
14. Retainer
15. Flange
16. Nut
17. Oil seal
18. Nut
19. Driven gear
20. Final drive shaft

Penggerak akhir (final drive) tipe reduksi tunggal


(single reduction) dengan roda gigi lurus (spur gear)
tenaga penggeraknya dari kopling stir (steering
clutch), disalurkan ke pinion (13) melalut tromol rem
(brake drum) dan flange (15). Tenaga gerak
kemudian disalurkan ke sprocket (1) melalui pinion
(13), roda gigi pemutar (drive gear) (19), poros
penggerak akhir (final drive shaft) (20), dan. Hub (6)
demikianlah
Mechanic urutannya. Hub (6) dipress duduk poros
Development.
penggerak
PT Pamapersadaakhir (final drive shaft) (20).
Nusantara
F I N A L D R I V E I – 3 - 10

B. SINGLE REDUCTION FIXED


DRIVE SHAFT ( D20S - 1,2,3
s/n 7 - 478 ).

1. Collar

2. Bearing Cage
3. Bearing

4. Collar
5. Washer
6. Nut
7. Cover
8. Bushing
9. Floating seal
10. ring
11. Nut
12. Hub
13. Sprocket
14. Cover
15. Final drive case
16. Cover
17. Primary pinion
18. Bolt
19. Final drive gear
20. Lock
21. Nut
22. Flange
23. Sprocket shaft

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
F I N A L D R I V E I – 4 - 10

C. DOUBLE REDUCTION
(D50/D53, D60/D65,
D75S - 5, D80/D85,
D150/D155 ).

Model D150, 155 A


menggunakan metode reduksi
dua langkah dengan memakai
roda gigi lurus ( spur gears )
dan pelumasan bilas dengan
memanfaatkan rotasi dari roda
gigi. Tenaga dari poros steering
system disalurkan melalui clutch
outer drum (brake drum) ke
final drive flange ( 1 ), memutar
primary pinion ( 3 ). Pada flange
primary berhubungan dengan
primary gear ( 35 ), memutar
secondary pinion ( 34 ) pada
gear shaft tenaga disalurkan
lebih lanjut dari secondary
pinion. Dengan mempengaruhi
kecepatan reduksi pada saat
yang sama.

Berhubung karena konstruksinya, dimana secondary gear dibautkan pada final drive hub ( 27 ) ke dalam sprocket boss ( 11 )
dipresskan dalam bentuk taper spline ( alur tirus ), rotasi dari secondary gear berputar menjadi putaran sprocket boss.

Final drive case ( 38 ) berfungsi sebagai tanki oli pelumas untuk masing-masing gear. Bagian - bagian yang berputar meluncur
dari sprocket diperlengkapi dengan floating seals ( 19 ) dan ( 22 ) untuk mencegah kemasukan debu atau lumpur dan oil bocor.

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
F I N A L D R I V E I – 5 - 10

1. Final drive flange 35. Primary gear


2. Bearing 36. Plate
3. Primary pinion 37. Nut
4. Bearing 38. Cover
5. Cover 39. Secondary pinion
6. Bearing
7. Cover
8. Cover 39
9. Segment teeth
10. Nut
11. Sprocket boss
12. Stopper
13. Nut
14. Sprocket support
15. Cover
16. Nut
17. Washer
18. Bushing
19. Floating seal
20. Retainer
21. Bearing
22. Floating seal
23. Guard
24. Cover
25. Secondary gear (55 teeth)
26. Bolt
27. Sprocket hub
28. Bearing
29. Sprocket shaft
30. Nut
31. Lock
32. Bearing
33. Lock plate
34. Bolt

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
F I N A L D R I V E I – 6 - 10

D. PLANETARY GEAR TYPE RIGIT ( D355A - 1, D455A - 1 ).

1. Cover
2. Support
3. Snap ring
4. Carrier
5. Planetary pinion
6. Ring gear
7. Planetary gear shaft
8. Flange
9. Case cover
10. Anchor
11. Final drive pinion
12. Bearing cage
13. Pinion hub
14. Sprocket shaft
15. Steering case
16. Hub
17. Final drive gear
18. Guard
19. Shaft
20. Guard
21. Floating seal
22. Drum
23. Sprocket
24. Sun gear
25. Bearing cage
26. Floating seal
27. Bush
28. Collar
29. Nut

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
F I N A L D R I V E I – 7 - 10

E. PLANETARY GEAR TYPE SEMI RIGID ( D175A - 1, D275A - 2, D375A - 2, D475A - 2 ).

Penjelasan Umum.

Sistem reduksi satu tingkat yang mempergunakan roda gigi lurus ( spur gears ) dan yang lain mempergunakan
roda gigi planet ( planetary gears ). Sistem pelumasannya mempergunakan roda gigi untuk membilaskan oli di
dalam bak penggerak akhir untuk melumasi seluruh bagian dalam dari bak penggerak akhir.

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
F I N A L D R I V E I – 8 - 10

Bagian-bagian yang berotasi dan meluncur dari sprocket memiliki floating seals ( penyekat ngambang ) ( 20 ) untuk
mencegah kotoran masuk ke dalam dari sebelah luar dan mencegah oli bocor.

Diantara inner body ( tubuh dalam ) ( 16 ) dan outer body ( tubuh luar ) ( 14 ) dari sprocket dan sprocket boss ( 12 ),
di sana terdapat rubber bushing (13) dipasang dengan jarak yang sama sekeliling lingkaran pada 10 tempat dimasing-
masing sisi. Rubber bushing ini berbentuk silinder dengan konstruksi terdiri dari dua lapis yang dibuat dari logam dan
karet. Rubber bushing berubah bentuk ketika mendapat gaya dari luar misalnya gaya impact atau tarikan drawbar
ketika sedang beroperasi. Hal ini mengurangi beban pada komponen penggerak akhir (final drive). Sebagai tambahan,
seal ( penyekat ) ( 15 ) dipasang untuk memisahkan rubber bushing ( 13 ) sepenuhnya dari sisi luar untuk mencegah
masuknya kotoran atau air dari sebelah luar.

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
F I N A L D R I V E I – 9 - 10

1. Bearing cage
2. Final drive case
3. No. 1 pinion (20 teeth)
4. No. 1 gear hub
5. No- 1 gear (79 teeth)
6. Cover
7. Ring gear (68 teeth)
8. Planet gear (26 teeth)
9. Cover
10. Sun gear (16 teeth)
11. Sprocket teeth
12. Sprocket boss
13. Rubber bushing
14. Outer body
15. Seal
16. Inner body
17. Cover
18. Hub
19. Carrier
20. Floating seal
21. Wear guard
22. Shaft
23. Boss

Gbr I - 7. Planetary Gear Type Semi


Rigid.

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
F I N A L D R I V E I – 10 - 10

Pemindahan dari Gaya Gerak.

Gaya gerak dari bever gear shaft dan


steering clutch disalurkan ke primary pinion
(3). Kemudian disalurkan melalui primary
gear (5) dan primary gear hub (4) untuk
memutar sun gear (10).

Rotasi dari sun gear ( 10 ) disalurkan ke


planet gear ( 8 ). Sedangkan ring gear (7)
yang berhubungan dengan planet gear ( 8 )
berputar pada axis dan bergerak sepanjang
ring gear mengorbit sekeliling sun gear
(10). Rotasi dari sun gear ( 10 ) disalurkan
ke carrier ( 8 ) dan kemudian dipindahkan
melalui secondary hub (18) untuk memutar
inner body (16). Inner body berputar
dengan arah yang sama seperti sun gear
(10).

Rubber bushing ( 13 ) dipasang antara inner


body (16) dan outer body (14) pada
sprocket boss (12), dengan demikian
putaran dari inner body (16) disalurkan
melalui rubber bushing (13) ke outer body
(14), ke sprocket boss (12) dan sprocket
teeth (11).
Gbr I - 8. Cara Kerja Planetary System.

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
UNDER CARRIAGE BAB II

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
UNDER CARRIAGE I – 1 - 44

Unit type rantai ( Crawler type ) digunakan untuk berbagai macam kerja mendorong (Bulldozer), membawa beban
(Dozer Shovel) dan banyak pekerjaan yang lain dengan jenis perlengkapan yang berbeda.

A. KLASIFIKASI KERANGKA BAWAH.

1. Rigid Type.

Type kerangka bawah ini front idler tidak dilengkapi rubber pad, final drive tidak memakai rubber bushing dan
equalizing beam hanya duduk di atas frame utama ( main frame ).

Contoh : D80/85 A, D155 A, D355A-1, D455 A-1.

1. Sprocket cover
2. Sprocket
3. Recoil spring cover
4. Carrier roller
5. Track shoe
6. Idler
7. Track frame
8. Track roller
9. Guiding guard

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
UNDER CARRIAGE I – 2 - 44

2. Semi Rigid Type

Type kerangka bawah ini pada komponen sprocket diperlengkapi dengan rubber bushing dan front idler dilengkapi
rubber pad dan equalizing beam dilock dengan pin pada frame utama ( main frame ).

Contoh : D65E - 12, D 85 ESS -2, D275A -2, D375A - 2, D475A - 2.

Gbr II - 2. Semi Rigid Type.

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
UNDER CARRIAGE I – 3 - 44

3. Bogey Type.

Type kerangka bawah ini track rollernya dapat bergerak flexible ( Bogey ) Contoh unit : D 375A -3, D 375A 3A, D
375A – 5.

Gbr II - 3. Bogey Type.

KERANGKA BAWAH ( UNDERCARRIAGE ).

Kerangka bawah adalah :

 Bagian bawah dari crawler tractors yang berfungsi untuk bergerak maju, mundur, belok kiri dan kanan.
 Bagian bawah yang menahan dan meneruskan berat dari tractors ke landasan.
 Bagian bawah dari crawler tractors yang berfungsi sebagai pembawa dan pendukung unit.

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
UNDER CARRIAGE I – 4 - 44

B. KOMPONEN - KOMPONEN UTAMA UNDERCARRIAGE.

1. Track frame.
2. Roller.
3. Idler.
4. Recoil spring.
5. Sprocket.
6. Track link.
7. Track shoe.
8. Equalizing.
9. Guard.

1. Track Frame.

Struktur track frame :

1. Carrier roller bracket


2. Carrier Roller
3. Recoil spring cover
4. Sprocket cover
5. Diagonal brace
6. Track frame
7. Guiding guard Gbr II - 4. Track Frame dengan Diagonal
Brace.

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
UNDER CARRIAGE I – 5 - 44

Track frame merupakan tulang punggung


dari pada Undercarriage, sebagai tempat
kedudukan komponen – komponen under
carriage.

Track frame ( 6 ) merupakan gabungan baja


yang dibentuk menyerupai konstruksi box
yang saling menyilang dan dirakit dengan plat
baja yang dilas. Track frame khusus di design
mampu melawan beban kejut selama operasi
berat atau ringan dari kondisi kerja unit .

Pada setiap unit terdapat 2 buah track frame


yang dipasang pada sisi kiri dan kanan dari
crawler tractors. Bentuk dari track frame
seperti pada gambar II - 4, dipasang ke
frame crawler tractors bagian belakang
melalui diagonal brace (5).

Tipe lain dari track frame terlihat seperti


gambar di bawah ini.

Frame crawler tractors harus diperhatikan


kondisi kelurusannya, apabila crawler tractors
sudah dipakai operasi maka kemungkinan
posisi kelurusan dari frame berubah yang
menyebabkan toe out menjadi berubah pula.

Gbr II - 5. Track Frame tanpa Diagonal Brace.

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
UNDER CARRIAGE I – 6 - 44

Yang dimaksud toe in adalah


suatu keadaan perubahan
kelurusan track frame kiri dan
kanan ketika permukaan idler
menuju ke dalam mendekati “
Center line of tractors “.

Yang dimaksud toe out adalah


suatu keadaan perubahan
kelurusan track frame kiri dan
kanan ketika permukaan idler
menuju ke luar menjauhi “
Center line of tractors “.

Catatan : Perubahan
kelurusan pada kondisi
idler dilihat dari sprocket. Gbr. II - 6. Pengukuran Toe in dan Toe out.

Track frame mengalami toe in atau toe out disebabkan karena :

 Posisi ( pitch ) track roller yang dalam pemasangannya tidak memperhatikan ketentuan - ketentuan skala
gambar.

 Terjadinya benturan antara batu dengan permukaan bawah diagonal brace yang dapat merusak fisik diagonal
brace.

 Unit yang sudah beroperasi dalam waktu lama sehingga dengan variasi beban dapat menyebabkan perubahan
kelurusan track frame.

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
UNDER CARRIAGE I – 7 - 44

2. Roller.

Pada kerangka bawah ada 2 jenis roller yaitu :

 Track roller .
 Carrier roller.

a. Track roller .

Track roller berfungsi sebagai pembagi


berat dozer ke track.

Gbr II - 7. Track Roller

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
UNDER CARRIAGE I – 8 - 44

Track roller dibagi menjadi 2 macam tipe yaitu :

 Single flange roller.


 Double flange roller.

Single flange roller. Double flange roller.

Gbr II - 8. Single Flange Roller. Gbr II - 9. Double Flange Roller.

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
UNDER CARRIAGE I – 9 - 44

Track Roller dipasang pada Track Frame.

1. Track roller
2. Bushing
3. Collar
4. Floating seal
5. Shaft

Gbr II - 10. Track Roller.

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
UNDER CARRIAGE I – 10 - 44

1. Snap ring
2. Thrust key
3-1. Seal ring
3-2. O-ring
3-3. Bracket
4. Snap ring
5-1. Seal ring
5-2. O-ring
5-3. Bracket
6. Bolt
7. Spring washer
8-1. Seal ring
8-2. O-ring
8-3. Bushing
8-4. Dowel pin
8-5. O-ring
8-6. Bearing
9. Bolt
10. Spring washer
11-1. O-ring
11-2. O-ring
11-3. Shaft
11-4. Seal ring
11-5. O-ring
11-6. Bushing
11-7. Dowel pin
11-8. O-ring
11-9. Bearing Gbr II - 11. Track Roller.
12. Roller

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
UNDER CARRIAGE I – 11 - 44

Jumlah track roller yang dipasang pada dozer tergantung dari panjang track pada permukaan tanah (jarak antara idler
dengan sprocket ).

Gbr II - 12. Lokasi Track Roller.

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
UNDER CARRIAGE I – 12 - 44

Pada posisi ke satu dan terakhir,


Rollers Position
pada umumnya dipasang track Rollers Per Idler Sprocket
roller single flanged type, Model
side
1 2 3 4 5 6 7 8
tujuannya agar keausan dapat
dikurangi. Baik keausan pada D 10 A, S - 1 2 S S
track link maupun track roller itu D 20 A, P, S, Q - 3 5 S S S S S
D 21 A, P, S, Q - 3 5 S S S S S
sendiri. D 30 A, S, Q - 15 5 S S S S S
D 30 P - 15 6 S S S S S S
D 31 A, Q, S - 15, 16 5 S S S S S
Sebagai contoh, unit D85ESS - 2 D 31 P -15, -16 6 S S S S S S
punya susunan track roller S S D S D 40 A-1 5 S D S D S
D 40 P-1 6 S D S S D S
S D S S. Sedangkan untuk unit D D 45 A, S - 1 5 S D S D S
375 A - 3 punya susunan track D 45 P-1 6 S D S S D S
D 50 A, S - 15 5 S D S D S
roller dari beberapa model unit. D 50 P - 15 7 S D S D S D S
D 53 A, S - 15 5 S D S D S
D 55 S-3 5 S D S D S
D 57 S-1 6 S D S S D S
S: Single flanged roller D 60 A, S - 6 6 S D S S D S
D: Double flanged D 60 E, P - 6 7 S D S D S D S
D 65 A, S - 6 6 S D S S D S
D 65 E, P - 6 7 S D S D S D S
D 75 S - 2, - 3 7 S D S D S D S
D 80 A -12 6 S D S S D S
D 80 E - 12 7 S D S D S D S
D 85 A - 12 6 S D S S D S
D 85 E - 12 7 S D S D S D S

D 95 S - 1 7 S D S D S D S
D 150 A - 1 7 D D D S D D S
D 155 A - 1 7 D D D S D D S
D 155 S, C - 1 8 D S D S D S D S
D 355 A - 3 7 D D D S D D S
D 355 C - 3 8 D S D S D S D S
D 455 A - 1 7 D D S D S D S

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
UNDER CARRIAGE I – 13 - 44

Unit Komatsu baru ada yang


menggunakan track roller dengan tipe
BOGIE, unit - unit tersebut diantaranya
D 155 AX dan D375 - 3, D375 - 5, D475
- 3. Untuk selanjutnya, track roller yang
terikat secara tetap di track framenya
disebut dengan tipe RIGID. Dengan tipe 3 4
BOGIE, track rollernya dapat berosilasi
menyesuaikan permukaan tanah,
sehingga daya cengkeram tetap baik
walaupun bekerja dipermukaan tanah
yang tidak rata.

1. Rubber mount.
2. Track roller.
3. Inner bogie.
4. Outer bogie.
5. Cartridge pin.
6. Floating seal
7. Bushing
8. Plug
9. Bogie mount cap

Tiap track roller dipasang pada masing-


masing inner bogie (3) dan outer bogie
(4) untuk menjamin track roller dan
track link selalu bersentuhan. Rubber
mount (1) digunakan untuk menyerap
getaran yang disebabkan oleh
permukaan tanah. Gbr. II - 13. Track Roller Tipe Bogie.

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
UNDER CARRIAGE I – 14 - 44

Carrier Roller.

Carrier roller berfungsi untuk :


 Menahan berat gulungan atas dari
track shoe ass’y agar tidak
melentur.
 Menjaga gerakan track shoe antara
sprocket ke idler atau sebaliknya
tetap lurus.

1. Bolt 6-2.
2. Spring washer
3-1. Cover
3-2. O-ring
4. Snap ring
5. Nut
6-1. Snap ring
6-2. O-ring
6-3. Shaft
7-1. Seat
7-2. O-ring
7-3. O-ring
7-4. Seal ring
7-5. Seal ring
7-6. O-ring
7-7. Seal
7-8. Dowel pin
7-9. Bearing
8-1. Bearing
8-2. Bearing
8-3. Carrier roller Gbr II - 14. Carrier Roller

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
UNDER CARRIAGE I – 15 - 44

Carrier roller diklasifikasikan menjadi 2 macam tipe yaitu :

 Flanged type.
 Drum type.

Gbr II - 15. Flanged Type. Gbr II - 16. Drum Type.

Jumlah carrier roller yang dipasang pada unit tergantung dari panjang track, pada umumnya antara 1 buah dan 2 buah
tiap sisinya.

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
UNDER CARRIAGE I – 16 - 44

3. Front Idler.

Front idler berfungsi untuk membantu


menegangkan atau mengendorkan track dan
juga meredam kejutan.

Gbr III - 17. Front Idler.

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
UNDER CARRIAGE I – 17 - 44

 Kejutan yang diterima oleh front idler diteruskan ke recoil spring.

Gbr III - 18. Hubungan antara front idler dan recoil spring.

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
UNDER CARRIAGE I – 18 - 44

Gbr II - 19. Front Idler.

1. Idler
2. Bushing
3. Shaft
4. Cover
5. Floating seal
6. Support

Fungsi komponen-komponen antara lain :

 Cover ( 4 ) bersama dengan ketebalan shim ( B )


mengatur kelurusan idler antara guide plate dan
track frame . Jika clearance besar untuk
mengatur sesuai standard clearance ( 0.5 mm ~ 1.0
mm ) dengan cara mengurangi ketebalan shim.
Begitu sebaliknya jika clearance kecil untuk
mengaturnya dengan cara menambah shim sesuai
dengan ketebalan tertentu.

 Support ( 6 ) bersama dengan ketebalan shim (A)


mengatur kerataan sisi idler kiri dengan sisi idler
kanan.

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
UNDER CARRIAGE I – 19 - 44

Komponen-komponen Idler.

1. Bolt 21. Lock washer


2. Spring washer 22-1. Seal ring
3. Scraper ( L.H ) 22-2. O-ring
4. Bolt 22-3. Bearing
5. Spring washer 22-4. Dowel pin
6. Scraper ( R.H ) 22-5. O-ring
7. Bolt 22-6. bearing
8. Spring washer 23. Bolt
9. Yoke 24. Lock washer
10. Nut 25-1. Shaft
11. Spring washer 25-2. O-ring
12. Washer 25-3. O-ring
13. Bolt 25-4. Seal ring
14-1. Bolt 25-5. O-ring
14-2. Spring washer 25-6. Bearing
14-3. Guide plate 25-7. Dowel pin
14-4. Shim 25-8. O-ring
14-5. Bracket RH 25-9. Bearing
15. Seal ring 26. Idler
16. O-ring
17-1. Bolt
17-2. Spring washer
17-3. Guide plate
17-4. Shim
17-5. Bracket LH
18. Seal ring
19. O-ring
20. Bolt

Gbr II - 20. Komponen-komponen Front Idler.

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
UNDER CARRIAGE I – 20 - 44

4. Recoil Spring.

Gbr II - 21. Recoil Spring.

1. Yoke 7. Recoil Spring 13. Oil seal


2. Rod 8. Rear pilot 14. Wear ring
3. Cylinder 9. Nut 15. Packing
4. Piston 10. Cover 16. Grease fitting
5. Cover 11. Collar 17. Plug
6. Front pilot 12. Bushing

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
UNDER CARRIAGE I – 21 - 44

Recoil Spring berfungsi untuk meredam kejutan-kejutan dari front idler.

Track adjuster berfungsi untuk mengatur kekencangan track. Untuk mengencangkan track dengan cara grease dipompakan masuk ke
ruangan dalam cylinder ( 3 ) melalui grease fitting ( 16 ). Sehingga cylinder ( 3 ) akan bergerak keluar (  ), sedangkan untuk
mengendorkan track dengan cara grease harus dikeluarkaan dari ruangan pada cylinder ( 3 ) melalui plug ( 17 ).

Komponen-komponen Recoil Spring.


1. Bolt 8-5. Seal 10-1. Bolt
2. Spring washer 8-6. Seal 10-2. Spring washer
3. Cover 8-7. Piston 10-3. Lock
4. Gasket 9-1. Gasket 10-4. Nut
5. Bolt 9-2. Bolt 10-5. Rod
6. Spring washer 9-3. Spring washer 10-6. Stopper
7. Cylinder 9-4. Snap ring 10-7. Pilot
8-1. Ring 9-5. Bushing 10-8. Seat Gbr II - 22. Recoil Spring.
8-2. Ring 9-6. O-ring 10-9. Spring
8-3. Gasket 9-7. Cover
8-4. Back up ring 9-8. Cover

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
UNDER CARRIAGE I – 22 - 44

Bagian-bagian recoil spring dan fungsinya :

 Rod : Sebagai penerus tekanan ke yoke.


 Cylinder : Sebagai buangan tempat grease yang berfungsi sebagai penekan rod.
 Piston : Sebagai penerus tekanan rod ke arah spring (  ).
 Cover depan : Sebagai penahan spring dan tempat mengeluarkan spring.
 Pilot dan seat : Tempat kedudukan spring dan oil pelumas.
 Housing : Tempat susunan recoil spring dan menerima gaya.
 Spring : Sebagai peredam kejut.
 Bolt / Rod : Menegangkan tekanan spring dan meluruskan gaya.
 Cover belakang : Tempat checking kondisi recoil spring.

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
UNDER CARRIAGE I – 23 - 44

 Adapun bentuk atau konstruksi lain dari recoil spring adalah sebagai berikut ( Diambil dari D 85 ESS - 2 ).

Gbr II - 23. Recoil Spring D 85 ESS - 2.

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
UNDER CARRIAGE I – 24 - 44

Penyetelan Kekencangan Track :

 Ketika track kendor, check ketegangan track dengan menempatkan unit di tempat yang rata, letakkan mistar lurus
di atas track shoe diantara front idler dan front carrier. ( Lihat gambar dan tabel di bawah ini ).

Gbr II - 24. Penyetelan kekencangan track.

Model D20. D30. D40. D60. D80. D120. D150.


D50 D53 D55 D57 D75. D95 D355 D455
21 31 45 65 85 125 155

Standard 20 ~ 30 ~
20 ~ 30 mm 30 ~ 40 mm 40mm
clearance 40mm

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
UNDER CARRIAGE I – 25 - 44

5. Sprocket.

Sprocket berfungsi :  Meneruskan tenaga gerak ke track, melalui bushing.


 Merubah putaran menjadi gulungan pada track agar unit dapat bergerak.

Type Sprocket.

 Segment type
 Solid type

 Segment Type.

Pada segment type, pergantian segment Gbr II - 25. Sprocket.


tidak perlu melepas track link.

Gbr II - 26. Segment Type.

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
UNDER CARRIAGE I – 26 - 44

 Solid Type.

Gbr II - 27. Solid Type.

Pada solid type sprocket, apabila teethnya sudah aus maka pada waktu penggantiannya, harus banyak yang dilepas
dan solid type sprocket harus dipotong, kemudian diganti dengan sprocket rim yang baru dan di las.

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
UNDER CARRIAGE I – 27 - 44

6. Track Link.
8

1. Link
2. Nut
3. Bolt
4. Master pin
5. Dust seal
6. Shoe
7. Regular pin
8. Bushing

Gbr II - 28. Track Link.

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
UNDER CARRIAGE I – 28 - 44

Track link berfungsi untuk :


 Merubah gerakan putaran menjadi gerakan gulungan.
 Tempat tumpuan ( rel ) dari track roller sehingga memungkinkan crawler tractors dapat berjalan.

Komponen-komponen track link adalah :

 Pin  Seal ass’y


 Bushing  Plugs
 Spacer  Link

 P i n.

Gbr II - 29. P i n.
Pin berfungsi untuk menghubungkan dan memutuskan link satu dengan link berikutnya disamping juga sebagai
tempat kedudukan bushing, seal ass’y, plug dan spacer.
Struktur pada pin di bagian permukaannya diproses panas ( Heat treatment ) yang tujuannya agar didapatkan bahan
dengan kekerasan tertentu sehingga proses keausan karena gesekan terjadi lebih lama.

Tipe-tipe pin dibedakan atas 2 tipe yaitu :

 Regular pin.
 Master pin.

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
UNDER CARRIAGE I – 29 - 44

Gjbr. II - 30. Macam - macam


Regular pin. Master pin.
Tipe Pin

 L i n k.
Center Bore

Gbr II - 31. L i n k.

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
UNDER CARRIAGE I – 30 - 44

Link berfungsi untuk :

 Penumpu berat unit ke landasan.


 Tempat kedudukan pin, bushing dan track shoe.
 Tempat persinggungan dengan roller saat crawler tractors diam maupun bergerak.
 Menghubungkan dan memutuskan crawler ( hanya pada master link ).

Tipe-tipe master link adalah :

Gbr II - 32. Macam-Macam Tipe Master Link.

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
UNDER CARRIAGE I – 31 - 44

 Bushing.

Gbr II - 33. Bushing.

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
UNDER CARRIAGE I – 32 - 44

Bushing berfungsi untuk :


 Tempat persinggungan antara diameter luar bushing dengan permukaan gigi sprocket.
 Flexible daripada track saat bergerak menggulung.

Struktur pada bushing di bagian ID dan OD juga diproses panas ( Heat treatment ) yang tujuannya agar didapatkan
bahan dengan kekerasan tertentu sehingga proses keausan karena gesekan terjadi lebih lama.

Tipe-tipe bushing yang berfungsi sebagai flexible dari track adalah :

Gbr II - 34. Macam-Macam Tipe Bushing.

Seal yang terpasang di bushing ada beberaoa macam sesuai dengan fungsinya

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
UNDER CARRIAGE I – 33 - 44

 Lubricated.

Digunakan pada bushing yang memerlukan lubrikasi. Fungsinya untuk mencegah terjadinya kebocoran oli, serta
masuknya debu.

Gbr II - 35. Lubricated.

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
UNDER CARRIAGE I – 34 - 44

 Seal Assembly.

Gbr II - 36. Seal Assembly.

Seal assembly berfungsi untuk mencegah terjadinya kebocoran oil dan juga mencegah masuknya debu dari luar ke
dalam clearance antara bushing dan pin.

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
UNDER CARRIAGE I – 35 - 44

 Dust Seal.

Berfungsi untuk mencegah masuknya debu dari luar ke dalam clearance antara bushing dan pin.

Dust seal tipe E Dust seal tipe W

Dust seal tipe X


Item
Dust Seal Application Material

E Type Medium and large


Polyurethane rubber
bulldozers
W Type Small bulldozer Urethane rubber reinforced with teflon

X Type Large bulldozer Steed plate spring

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
UNDER CARRIAGE I – 36 - 44

7. Track Shoe.

1. Shoe bolt 4. Bushing


2. Dust seal 5. Shoe
3. Link 6. Pin

Track shoe adalah bagian dari undercarriage yang


berfungsi disamping tempat persinggungan dengan
tanah juga merupakan alas gerak crawler tractors.

Track shoe merupakan pembagi berat unit ke


permukaan tanah ( ground ).

Gbr II - 37. Track Shoe

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
UNDER CARRIAGE I – 37 - 44

Tipe - Tipe Track Shoe.

 Dipasang pada bulldozer untuk keperluan operasi di


daerah tanah biasa.

 Pada Semi Double Grouser, ketinggian satu grouser


berbeda dengan ketinggian dari grouser berikutnya.
Di pasang pada Dozer Shovel untuk keperluan
operasi di daerah tanah biasa.

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
UNDER CARRIAGE I – 38 - 44

 Dipasang pada Dozer Shovel untuk keperluan


operasi di medan operasi permukaan yang keras
juga tipe ini dipasang pada hydraulic excavator.

 Dipasang pada bulldozer untuk keperluan operasi di


daerah yang berbatu, sedangkan apabila
dioperasikan di daerah yang berpasir tingkat
keausannya cenderung lebih besar. Pada rock shoe,
dilengkapi dengan rib (5) tujuannya untuk
mengurangi geseran ke samping dan dilengkapi
dengan bolt guard ( 6 ) bertujuan untuk megurangi
kerusakan kepala bolt.

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
UNDER CARRIAGE I – 39 - 44

 Dipasang pada bulldozer untuk keperluan operasi di Heavy duty shoe /


daerah pasir bercampur batu yang sangat abrasif
bentuk shoe ini sama dengan single grouser shoe
akan tetapi ketebalannya dan kekuatan bahannya
berbeda.

 Dipasang pada unit untuk keperluan operasi di


daerah yang ber-rawa ( berlumpur ). Bentuk segitiga
pada Swamp shoe adalah grouser.

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
UNDER CARRIAGE I – 40 - 44

 Dipasang pada unit untuk keperluan beroperasi di


daerah bersalju. Agar pada saat bergerak, unit tidak
slip ke samping, maka pada snow shoe di pasang
step ( 19 ) dan rib ( 20 ). Step

Rib

 Dipasang pada unit untuk keperluan transportasi


agar tidak merusak jalan.

 Rubber pad dipasang pada shoe yang terpasang


pada unit apabila unit tersebut hendak dijalankan
pada jalan beraspal, agar permukaan jalan tidak
rusak.

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
UNDER CARRIAGE I – 41 - 44

8. Equalizing Beam.

Equalizing beam berfungsi untuk menahan bagian depan unit ( bulldozer, dozer shovel ) yang diteruskan ke track
frame tersebut dengan ditahan oleh bracket.

1. Sheet 6. Grease fitting


2. Pad 7. Bushing
3. Support 8. Dust seal
4. Equalizer bar 9. Bushing
5. Pad 10. Center pin

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
UNDER CARRIAGE I – 42 - 44

Gbr II - 39. Equalizing Beam untuk track frame tipe pivot.

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
UNDER CARRIAGE I – 43 - 44

9. Guard.

 Track Roller Guard

Track roller guard berfungsi untuk :


 Melindungi kerusakan track roller yang diakibatkan oleh benda-benda dari luar ( batu, kayu ).
 Mencegah lepasnya track link.

Type track roller guard :


Solid type.
Segment type.

Gbr II - 40. Wear Guard.

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
UNDER CARRIAGE I – 44 - 44

 Wear Guard.

Wear guard berfungsi untuk melindungi final drive case dari terjadinya keausan akibat gesekan dengan benda-
benda luar.

Gbr II - 40. Wear Guard.

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
M E A S U R E M E N T BAB III

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
M E A S U R E M E N T III – 1 - 18

A. ALAT-ALAT UKUR KOMPONEN UNDERCARRIAGE.


Shoe Link Carrier Track Front Spro-
Inspection
roller Roller Idler cket
Measuring

Index No.

Outer diameter of

Outer diameter of

Outer diameter of
Items

Gap on link face


Loose shoe bolt
Undercarriage Measuring

Grouser height
Part No.

Flange width

Flange width

Tread depth

Treat depth
Tool Kit ( No. 791 - 502 -

Link height

Tool width
Link pitch

bushing
1001 ). Instrument

roller

roller
(1) Track Measuring Tool 1. 790 - 502 - 1011 Multi - Scale O O O O O O O O O
Kit (Tool No. 791-502 -
1001).
2. 790 - 502 - 1021 Adapter O
3. 790 - 502 - 1030 Adapter O
Other tools :
4. 790 - 301 - 1410 Convex rule (2 ml) O
To remove mud, the 5. 790 - 502 - 1061 Outside caliper (300 mm) O
following auxiliary tools
are also required : 6. 790 - 502 - 1071 Thickness gauge O
7. 790 - 502 - 1080 Scale (300 mm) O O
a. 1 m Pinch Bar
b. Scoop. 8. 790 - 502 - 1090 Scale (150 mm) O O
9. 790 - 502 - 1210 Test Hammer O
10. 790 - 502 - 1220 Pin O O
11. 790 - 502 - 1230 Wire brush For removing mad

12. 790 - 502 - 1011 Pinch bar (400 mm) For removing mud

13. 790 - 502 - 1011 Binder For filling check sheets

14. 790 - 502 - 1011 Steel case For carrying measuring instruments

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
M E A S U R E M E N T III – 2 - 18

1. Multi Scale.

Gbr III - 1. Multi Scale dilengkapi dengan Adaptor.

Kegunaan multi scale yaitu dipakai untuk melaksanakan pengukuran :

 Ketinggian komponen
 Panjang, lebar, tebal suatu komponen.
 Diameter komponen

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
M E A S U R E M E N T III – 2 - 18

1. Multi Scale.

Gbr III - 1. Multi Scale dilengkapi dengan Adaptor.

Kegunaan multi scale yaitu dipakai untuk melaksanakan pengukuran :

 Ketinggian komponen
 Panjang, lebar, tebal suatu komponen.
 Diameter komponen

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
M E A S U R E M E N T III – 3 - 18

Cara pembacaan multi scale :

 Pembacaan antara regular dengan 1st vernier. Apabila menggunakan skala pada regular scale dengan 1st
vernier, maka tingkat ketelitian pembacaan sampai 1/20 mm.

Gbr III - 2. Cara pembacaan Multi Scale.

 Baca skala pada reguler scale yang ditunjuk oleh angka 0 pada 1st vernier. Pada contoh di atas angka 0 pada 1st
vernier terletak antara angka 41 dan 42 pada reguler scale.

 Selanjutnya perhatikan garis-garis skala pada reguler scale dan 1st vernier yang saling berhubungan, kemudian
baca angka skala pada 1st vernier lurus berhubungan dengan garis skala pada reguler scale.

 Berarti pembacaan adalah : 41 + 0.5 = 41.5 mm

Pembacaan tersebut di atas dipakai pada saat pengukuran ketebalan, diameter luar, kedalaman atau ketinggian.

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
M E A S U R E M E N T III – 4 - 18

Pembacaan antara 1st vernier dengan 2nd vernier. Dipakai untuk pengukuran O.D ( outside diameter )
dari track roller.

Langkah-langkahnya sebagai berikut :

 Ukur ketinggian link height seperti


gambar di bawah ini.

 Kemudian kunci dengan memutar


stopper, sehingga antara 1st vernier
dengan reguler scale tidak berubah /
bergeser.

 Pasang adaptor pada bolt yang


dipakai untuk plug lubrication pada
track roller.

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
M E A S U R E M E N T III – 5 - 18

 Geser 2nd vernier, sampai groove pada 2nd vernier tepat pada pointer adaptor.
 Baca scale antara 1st vernier dengan 2nd vernier yang saling berhubungan ( menjadi satu garis ).
 Hasil pembacaan ini menunjukkan diameter luar dari track roller.
 Cara pembacaan 1st vernier dengan 2nd vernier. Tingkat ketelitian pembacaan ini adalah 1/5 mm.

 Baca skala pada 1st vernier yang ditunjuk oleh angka 0 pada 2nd vernier menunjukkan angka antara 254 - 256
mm.
 Selanjutnya perhatikan garis skala pada 1st vernier dengan 2nd vernier yang saling berhubungan ( menjadi satu
garis ), kemudian baca angka skala pada 1st vernier.
Berarti pembacaannya adalah : 254 + 1.6 = 255.6 mm

Hal-hal yang harus diperhatikan pada saat penggunaan multi scale :

 Pada pengukuran link height ( ketinggian ).


 Pengukuran ketebalan link dilaksanakan pada bagian tengah link.
 Jangan melakasanakan pengukuran pada shoe yang bengkok.

 Pada pengukuran track roller outside diameter ( Diameter luar track roller ).
 Posisikan titik tengah track roller pada bagian tengah link.
 Jangan melaksanakan pengukuran pada shoe yang bengkok.
 Posisikan unit ( machine ) pada tempat yang rata sehingga antara link dan track roller terjadi contact ( rapat
tidak ada celah ).

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
M E A S U R E M E N T III – 6 - 18

2. Out Side Caliper.

3. Sprocket Wear Gauge.

Kegunaan sprocket wear gauge adalah untuk mengukur


keausan gigi sprocket, baik yang solid maupun segment type.

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
M E A S U R E M E N T III – 7 - 18

Cara penggunaan sprocket wear gauge :

Gbr III - 5. Cara penggunaan Sprocket Wear Gauge.

Ketika menggunakan wear gauge, posisi bawah harus tepat satu garis dengan standar line pada sprocket wear gauge.

Wear gauge di pasang diantara dua gigi sprocket, maka akan didapatkan lokasi yang mengalami keausan yaitu di sisi
kiri, kanan dan ditengah-tengah antara dua gigi sprocket tersebut.

Dimana untuk sprocket yang bertipe solid, menentukan standar line tidak jelas. Untuk itu jumlah keausan gigi sprocket
dapat diperkirakan dari segi pandang kesetimbangan untuk segala bentuk.

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
M E A S U R E M E N T III – 8 - 18
B. METODE PENGUKURAN.

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
M E A S U R E M E N T III – 9 - 18

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
M E A S U R E M E N T III – 10 - 18

C. PEMERIKSAAN

Pemeriksaan ialah meneliti bagian – bagian yang telah aus dari komponen undercarriage, sehingga dapat diketahui sudah berapa ( % )
keausan itu terjadi dan masih berapa lama dapat dipakai. Di samping itu, dapat menentukan apakah komponen undercarriage tersebut
harus diremajakan ( rebuilding ) atau diganti ( replacement ).
Tetapi kalau tidak dilakukan pemeriksaan maka komponen tersebut akan rusak secara total sehingga tidak dapat diperbaiki, dengan kata
lain dapat merugikan kita. Jadi kalau pada waktu pemeriksaan diketahui keausan sudah mencapai service limit, maka cepat – cepatlah
diganti sebelum fatal.

Arti pemeriksaan terhadap komponen undercarriage antara lain :


• Menjaga komponen atau bagian dari undercarriage agar dalam keadaan bersih dan baik, sehingga tidak mengganggu saat operasi.
• Memperhatikan pelumasan – pelumasan apa saja yang diperlukan, serta bagian – bagian mana yang memerlukan nya, dan
pemeriksaannya secara teratur agar selalu diketahui kondisinya.
• Memeriksa bagian bagian yang telah aus dan sudah berapa prosen keausannya serta sudah waktunya atau belum.
• Melakukan penyetelan / adjustment terhadap bagian - bagian yang memerlukannya.
• Mengadakan perawatan sebelum dan sesudah dipakai.

Tujuan diadakannya pemeriksaan terhadap komponen undercarriage antara lain :


• Akan memperpanjang umur komponen undercarriage.
• Mencegah keausan yang berlebihan, yang sebenarnya komponen tersebut masih dapat diperbaiki kembali. Tapi karena kurang
diperhatikan maka komponen hancur sama sekali sehingga tidak dapat diperbaiki lagi.
• Mencegah terjadinya keausan sebelum waktunya.

Kerugian bila tidak memperhatikan perawatan :


• Akan memperpendek umur dari komponen undercarriage.
• Pemborosan spare part.
• Menurunkan efisiensi kerja unit tersebut.

1. Percent Worn Chart.


Pengukuran keausan kerangka bawah/undercarriage sangat penting, agar dapat menentukan sampai berapa lama lagi komponen
undercarriage ini dapat dipakai.
Hasil pengukuran komponen kerangka bawah selanjutnya dimasukkan atau dibandingkan ke Percent Worn Chart untuk masing-masing
komponen, tipe unit dan serial number yang sama, sehingga diperoleh tingkat keausan (worn) dalam satuan persent (%). Dalam
Percent Worn Chart tingkat keausan dibagi menjadi : Normal & Impact

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
M E A S U R E M E N T III – 11 - 18

Tingkat keausan normal berarti unit ( machine ) dioperasikan


pada kondisi medan biasa.

Tingkat keausan impact berarti unit ( machine ) dioperasikan


pada kondisi medan yang sering mendapat beban kejut.

Tingkat keausan normal atau impact ditujukan terhadap


pengukuran bushing out side diameter ( Diameter luar bushing
), dan link pitch sedang untuk komponen kerangka bawah
lainnya tidak dibedakan tingkat keausan normal ataupun
impact ( hanya tercantum satu tingkat keausan ).

Contoh Bushing O.D untuk D20 - 6.

Apabila diperoleh dari hasil pengukuran bushing O.D diameter


39.1 mm, maka tingkat keausan untuk unit yang beroperasi di
daerah sering mendapat beban kejut adalah sudah mencapai
70% sedang apabila unit dipakai pada operasi medan biasa,
tingkat keausannya ( worn ) baru mencapai 42 %.

Apabila hasil pengukuran tidak tercantum dalam percent worn


chart maka keausan dapat dihitung dengan memakai
persamaan sebagai berikut :

Standard Value - Measured wear rate


Worn ( Wear Rate) = X 100 %
Standard Value - Repair limit

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
M E A S U R E M E N T III – 12 - 18

Contoh :

Track roller D20 - 6 s/n 6001 - up.


Hasil pengukuran 131.4mm.

Penyelesaian :

Dilihat dari percent worn chart, maka tingkat


keausannya tidak terlihat. Masukkan ke persamaan
seperti di atas.

Standard value 135,


Repair limit 127 mm,

Maka :

135 – 131,4
Worn = X 100 %
135 - 127

3.6
= X 100 %
8

= 45 %.

Dari percent worn chart atau dari perhitungan selanjutnya dipakai untuk menentukan sampai berapa lama lagi
komponen kerangka bawah / undercarriage masih dapat dipakai.

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
M E A S U R E M E N T III – 13 - 18

2. Hour Left Chart.

Hour left chart dipakai untuk mengestimasikan


sampai berapa lagi komponen-komponen kerangka
bawah / undercarriage masih dapat dipakai ( sampai
mencapai repair dan rebuild limit ).

Penggunaan hour left chart ini harus disesuaikan


dengan komponen kerangka bawah dan type unit.

Garis mendatar pada hour left chart menunjukkan


waktu operasi ( operating hours ), garis vertikal
menunjukkan tingkat keausan komponen (wear rate)

Contoh :

Pengukuran Front Idler D85 - 18

 Service meter menunjukkan 1600 jam.


 Hasil pengukuran pada idler tread step 27.3 mm.

Penyelesaian :

Langkah 1 : Dari percent worn chart tingkat keausan


pada idler tread step adalah 70 %.

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
M E A S U R E M E N T III – 14 - 18

Catatan :
1. Selalu pergunakan hour left chart yang sesuai dengan komponen untuk model dan serial number yang cocok.
2. Wear rate diperoleh dari hasil pengukuran yang selanjutnya dimasukkan ke percent worn chart, maka angka wear rate ( % worn ) akan
diperoleh dari percent worn chart tersebut.
Langkah – langkah dalam membaca hour left chart.
 Tarik garis ke arah atas dari angka 1600 operating hours ( service meter ).
 Buat titik A pada pertemuan dari garis 1600 jam dan 70 %.
 Tarik garis yang paling dekat terhadap titik A berdasarkan HM kelipatannya, sampai garis tersebut memotong garis wear rate 100 %
( atau titikB ).
 Selanjutnya dari titik B tarik garis ke bawah sehinga memotong garis operation hour ( titik C ) diperoleh operating hoursnya
adalah 2000 jam.
 Titik C atau 2000 jam merupakan service limit dari idler tread step.
 Maka idler tread step masih dapat dipakai lagi selama 2000 - 1600 = 400 jam, dari waktu saat pengukuran.

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
M E A S U R E M E N T III – 15 - 18

3. Perhitungan Tanpa Hour Left Chart.

Service limit dapat dihitung dengan memakai perhitungan, tingkat ketelitian dengan memakai perhitungan lebih
akurat jika dibandingkan dengan memakai hour left chart. Persamaan yang dipakai sebagai berikut :

y = a.xk

Dimana: y = Wear rate ( % )


x = Operation Hour ( jam )
k = Faktor ( untuk masing-masing komponen tidak sama )
a = Konstanta, yang harus dicari terlebih dahulu.

Mengambil contoh diatas dari point B, dimana dari percent worn chart diperoleh keausan 70 % pada sercvice meter
1600 jam, sehingga :

y1 = a1 . x1k

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
M E A S U R E M E N T III – 16 - 18

Dimana : y1 = 70 %
x1 = 1600 jam
k = ( untuk idler tread step )

70 = a.16001.8

70
a1 =
16001.8

a1 = 0,000119586

Apabila keausannya 100 % , maka x2 = operating hoursnya adalah sebagai berikut :

y2 = a2 . x2k

Dimana: a1 = a2

100 = 0,000119586 . X21,8


1.8

x2 = 836214,96

x2 = 1950,64.

x dibulatkan menjadi 1950 jam maka idler tread step masih dapat dipakai lagi selama 1950 - 1600 = 350 jam, dari
waktu pada saat pengukuran.

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
M E A S U R E M E N T III – 17 - 18

D. REBUILD DAN REPLACE.

Rebuild di undercarriage adalah suatu perlakuan terhadap komponen undercarriage, dimana kondisi keausannya
sudah mencapai 100%. Perlakuan yang dilakukan terhadap komponen tersebut adalah dengan cara menambal
(menambah daging) pada bagian yang aus, penambalan yang dimaksud adalah dengan pengelasan. Contoh-contoh
komponen undercarriage yang direbuild adalah sebagai berikut :

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
M E A S U R E M E N T III – 18 - 18

Sedangkan Replace adalah penggantian komponen undercarriage dengan yang baru, dikarenakan kompenen tersebut
sudah aus sampai 120 %.

Kedua istilah tersebut dia atas berdasarkan ketebalan Hardened Surface dari komponen. Di shop manual (Maintenance
Standard) kondisi repair limit adalah untuk replace ( 120 % ), sedangkan kondisi rebuild-nya bisa ditentukan.

Namun demikian, ada juga shop manual yang mengatakan behwa repair limit dimaintenance standard dapat
diperlakukan Rebuild atau Replace. Dengan demikian untuk lebih amanya dalam menentukan rebuild atau replace
adalah dengan berpedoman pada shop manual unit masing – masing.

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
WEAR RATE & OPERATING HOURS BAB IV

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
WEAR RATE & OPERATING HOURS IV – 1 - 5

A. LINK PITCH DAN CARRIER ROLLER.


GRAFIK WEAR RATE & OPERATING HOURS

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
WEAR RATE & OPERATING HOURS IV – 2 - 5

B. BUSHING OUTSIDE DIAMETER DAN LINK HEIGHT.

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
WEAR RATE & OPERATING HOURS IV – 3 - 5

C. GROUSER HEIGHT.

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
WEAR RATE & OPERATING HOURS IV – 4 - 5

D. IDLER.

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
WEAR RATE & OPERATING HOURS IV – 5 - 5

E. TRACK ROLLER.

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
PERCENT WORN TABLE BAB V

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
PERCENT WORN TABLE V–1-9

A. D 85 ESS – 2.
Serial No. 3001 – up.

Link pitch Grouser height Track roller


mm Worn (%) mm Worn (%) mm Worn (%)
203.45 0 65 0 210 0
203.751 10 61 10 206.4 10
204.052 20 57 20 202.8 20
204.353 30 53 30 199.2 30
204.654 40 49 40 195.6 40
204.955 50 45 50 192 50
205.256 60 41 60 188.4 60
205.858 70 37 70 184.8 70
205.557 80 33 80 181.2 80
206.159 90 29 90 177.6 90
206.46 100 25 100 174 100

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
PERCENT WORN TABLE V–2-9

Idler Carrier roller O.D Bushing ( light – duty )

mm Worn (%) mm Worn (%) mm Worn (%)

20 0 168 0 73 0
21 10 165.8 10 72.45 10
22 20 163.6 20 71.9 20
23 30 161.4 30 71.35 30
24 40 159.2 40 70.8 40
25 50 157 50 70.25 50
26 60 154.8 60 69.7 60
27 70 152.6 70 69.15 70
28 80 150.4 80 68.6 80
29 90 148.2 90 68.05 90
30 100 146 100 67.5 100

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
PERCENT WORN TABLE V–3-9

Height of link Sprocket


O.D. Bushing ( heavy – duty )
mm Worn (%) mm Worn (%)
mm Worn (%)
125 0 0 0
73 0
124 10 0.585 10
72.65 10
123 20 1.17 20
72.3 20
122 30 1.755 30
71.95 30
121 40 2.34 40
71.6 40
120 50 2.925 50
71.25 50
119 60 3.51 60
70.9 60
118 70 4.095 70
70.55 70
117 80 4.68 80
70.2 80
116 90 5.265 90
69.85 90
115 100 5.85 100
69.5 100

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
PERCENT WORN TABLE V–4-9

B. D 85 ESS – 1.
Serial No. 1001 – up.

Link Pitch
Grouser height Track roller
mm Worn (%)
mm Worn (%) mm Worn (%)
216.45 0
72 0 222 0
216.93 10
67.3 10 219.6 10
217.41 20
62.6 20 217.2 20
217.89 30
57.9 30 214.8 30
218.37 40
53.2 40 212.4 40
218.85 50
48.5 50 210 50
219.33 60
43.8 60 207.6 60
219.81 70
39.1 70 205.2 70
220.29 80
34.4 80 202.8 80
220.77 90
29.7 90 200.4 90
221.25 100
25 100 198 100

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
PERCENT WORN TABLE V–5-9

O.D. Bushing ( light


Idler Carrier roller – duty )

mm Worn (%) mm Worn (%) mm Worn (%)

22 0 185 0 74.3 0
22.75 10 183.1 10 73.8 10
23.5 20 181.2 20 73.3 20
24.25 30 179.3 30 72.8 30
25 40 177.4 40 72.3 40
25.75 50 175.5 50 71.8 50
26.5 60 173.6 60 71.3 60
27.25 70 171.7 70 70.8 70
28 80 169.8 80 70.3 80
28.75 90 167.9 90 69.8 90
29.5 100 166 100 69.3 100

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
PERCENT WORN TABLE V–6-9

O.D. Bushing Height of link Sprocket


( heavy – duty )

mm Worn (%) mm Worn (%) mm Worn (%)

74.3 0 129 0 0 0
74 10 127.8 10 0.2913 10
73.7 20 126.6 20 0.5823 20
73.4 30 125.4 30 0.8739 30
73.1 40 124.2 40 1.1652 40
72.8 50 123 50 1.4565 50
72.5 60 121.8 60 1.7478 60
72.2 70 120.6 70 2.03914 70
71.9 80 119.4 80 2.3304 80
71.6 90 118.2 90 2.6217 90
71.3 100 117 100 2.913 100

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
PERCENT WORN TABLE V–7-9

C. PC200LC – 2.
Serial No. 80001 – up.

Link pitch Grouser height Track roller

mm Worn (%) mm Worn (%) mm Worn (%)

190.15 0 26 0 156 0
190.65 10 25 10 154.8 10
191.05 20 24 20 153.6 20
191.45 30 23 30 152.4 30
191.85 40 22 40 151.2 40
192.25 50 21 50 150 50
192.65 60 20 60 148.8 60
193.05 70 19 70 147.6 70
193.45 80 18 80 146.4 80
193.85 90 17 90 145.2 90
194.25 100 16 100 144 100

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
PERCENT WORN TABLE V–8-9

Idler Carrier roller O.D Bushing Height of link

mm Worn (%) mm Worn (%) mm Worn (%) mm Worn (%)

20 0 140 0 59.3 0 129 0


20.6 10 139 10 58.8 10 127.8 10
21.2 20 138 20 58.3 20 126.6 20
21.8 30 137 30 57.8 30 125.4 30
22.4 40 136 40 57.3 40 124.2 40
23 50 135 50 26.8 50 123 50
23.6 60 134 60 26.3 60 121.8 60
24.2 70 133 70 55.8 70 120.6 70
24.8 80 132 80 55.3 80 119.4 80
25.4 90 131 90 54.8 90 118.2 90
26 100 130 100 54.3 100 117 100

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
PERCENT WORN TABLE V–9-9

Tabel keausan diatas adalah contoh beberapa komponen dari jenis unit yang sesuai dengan serial numbernya. Untuk
lebih praktisnya pergunakanlah rumus keausan ( Worn ), yaitu :

Standard value – Measured Wear Rate


Worn ( wear rate ) = x 100 %
Standard value – Repair limit

Catatan :

Wear rate = Angka keausan ( % ) yang kita cari.

Standard value = Ukuran komponen ketika dalam kondisi baru ( dari Shop Manual “ Maintenance Standard “ )

Measurement = Hasil pengukuran dari komponen.


Wear Rate

Repair Limit= Ukuran komponen setelah ia mengalami keausan 100 % ( dari Shop Manual di kolom repair limit
Maintenance Standard “ ).

Catatan :

Pada kondisi Rebuild, tetapi juga shop manual yang menyebutkan bahwa angka yang tertera dalam kolom repair limit
adalah untuk kondisi Rebuild dan Replace.

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
SPECIAL TOOLS BAB VI

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
SPECIAL TOOLS VI – 1 - 10

Beberapa special tools untuk assembly and disassembly pada komponen penggerak akhir kerangka bawah antara lain :

A. MEMBUKA SPROCKET.

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
SPECIAL TOOLS VI – 2 - 10

Cara penggunaannya :
• Pasang GUIDE ( 12 ) pada sprocket shaft.
• Pasang SLEEVE ( 5 ) pada sprocket hub dan ikat dengan baut.
• Pasang T TYPE ADAPTER ( 2 ) pada sprocket.

• Pasang YOKE ( 11 ) pada T TYPE ADAPTER ( 2 ).


• Pasang ARM ( 1 ) pada YOKE ( 11 ) dan masukkan PIN ( 3 ).

• Pasang HYDRAULIC CYLINDER 70 ton dan hubungkan dengan ARM ( 1 ) kemudian pasang PIN ( 3 ).
• Pasang EXTENSION ( 10 ) pada HYDRAULIC CYLINDER.

• Pasang PLUG ( 4 ) pada SLEEVE ( 5 ).


• Pasang EXTENSION ( 10 ) pada HYDRAULIC CYLINDER.

• Pasang HYDRAULIC PUMP pada HYDRAULIC CYLINDER.

Cara kerja :

• Keluarkan Rod Hydraulic Cylinder untuk mendorong PLUG ( 4 ) kemudian diteruskan mendorongh SLEEVE ( 5 )
dan selanjutnya mendorong Sprocket Hub, maka Sprocket akan ketarik keluar secara perlahan – lahan dan
perhatikan kelurusan antara Hydraulic Cylinder dan Sleevenya.

• Bila sprocket sudah ketarik keluar maka masukkan kembali rod hydraulic cylindernya sampai habis dan lepaskan
tools yang masih berhubungan satu sama lainnya.

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
SPECIAL TOOLS VI – 3 - 10

B. MEMASANG SPROCKET.

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
SPECIAL TOOLS VI – 4 - 10

Cara penggunaannya :

• Pasang GUIDE ( 9 ) pada sprocket shaft.

• Pasang SPACER ( 7 ) pada sprocket hub ikat dan kencangkan dengan baut.
• Pasang COUPLING ( 2 ) pada HYDRAULIC CYLINDER.

• Pasang PUSHER ( 1 ) dan hubungkan dengan WASHER ( 5 ) untuk mendorong Sprocket Hub.

• Pasang HEAD ( 4 ) pada HYDRAULIC CYLINDER dan pasang PIN.

• Keluarkan ROD HYDRAULIC CYLINDER dan hubungkan PADA SLEEVE ( 7 ) dan pasanglah PIN ( 3 ) untuk
mengikatnya.

• Pasang HYDRAULIC PUMP dan HYDRAULIC CYLINDER.

Cara kerja :

• Masukkan Rod Hydraulic Cylinder, maka rod akan menarik sleeve yang diikat pada sprocket hub maka pusher
akan mendorong sprocket secara perlahan - lahan dan bacalah tekanan pada pressure gauge berapa ton tekanan
yang diizinkan..

• Bila sprocket sudah terpasang dengan baik, maka Rod Hydrauliuc Cylinder keluarkan kembali untuk melepaskan
special tools yang berhubungan dan bila sudah terlepas semua maka Rod Hydraulic Cylinder masukkan kembali.

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
SPECIAL TOOLS VI – 5 - 10

C. MEMBUKA SPROCKET HUB.

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
SPECIAL TOOLS VI – 6 - 10

Cara penggunaannya :

• Pasang PULLER ( 2 ) pada sprocket hub dan ikat dengan bolt.

• Pasang ARM ( 9 ) pada PULLER ( 2 ) dan hubungkan dengan HYDRAULIC CYLINDER dan pasang pin ( 5 ).

• Pasang HYDRAULIC PUMP pada HYDRAULIC CYLINDER.

• Pasang EXTENSION ( 4 ) antara rod hydraulic cylinder dengan sprocket shaft.

Cara kerja :

• Keluarkan Rod Hydraulic Cylinder dan perhatikan kelurusan dari pada extensionnya, maka rod hydaraulic
cylinder akan mendorong Extension yang ditahan oleh sprocket shaft, maka puller yang diikat pada sprocket
hub akan ketarik keluar.

• Dalam menggunakan tools ini harus diperhatikan betul dalam keselamatan kerja.

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
SPECIAL TOOLS VI – 7 - 10

D. MEMASANG SPROCKET HUB.

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
SPECIAL TOOLS VI – 8 - 10

Cara penggunaannya :

• Pasang PLATE ( 1 ) untuk meluruskan bearing.

• Pasang GUIDE ( 2 ) pada sprocket shaft.

• Pasang COUPLING ( 3 ) pada sprocket shaft.

• Pasang SCREW ( 4 ) pada COULPLING ( 3 ).

• Pasang SLEEVE ( 7 ) pada sprocket hub.

• Pasang PLUG ( 6 ) pada SLEEVE ( 7 ).

• Pasang PULLER 30 ton dengan posisi rod menghadap ke PLUG ( 6 ).

• Pasang NUT ( 5 ) dan kencangkan.

• Pasang HYDRAULIC PUMP pada PULLER.

Cara kerja :

• Keluarkan Rod dari PULLER untuk mendorong PLUG ( 6 ) dan diteruskan ke SLEEVE ( 7 ) kemudian mendorong
sprocket hub, karena PULLER ditahan oleh sprocket shaft yang dihubungkanmelalui COUPLING ( 3 ) dan SCREW
( 4 ) kemudian diikat NUT ( 5 ).

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
SPECIAL TOOLS VI – 9 - 10

E. MEMBUKA DAN MEMASANG TRACK.

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
SPECIAL TOOLS VI – 10 - 10
Cara penggunaannya :

• Pasang SCREW ( 8 ) pada HYDRAULIC CYLINDER dan kencangkan.


• Pasang HYDRAULIC CYLINDER yang sudah dipasang SCREW ( 8 ) dan pasang pada FRAME (1) dan kencangkan NUT ( 7 ).
• Pasang pada Track Link.
• Pasang HOOK ( 5 ) untuk menahan dan meluruskan jalannya PIN, kemudian pasang SUPPORT ( 2 ) dan pasang SCREW ( 4 ) dan
NUT-nya ( 3 ).
• Pasang ADAPTER ( 11 ) untuk meluruskan / menahan .
• Pasang PIN PUSHER ( 15 ) untuk mendorong Master PIN.
• Pasang HYDARULIC CYLINDER-nya
• Perhatikan jalanya PIN PUSHER (15 ) harus lurus ( pas ).

Catatan :
• Untuk membuka dan memasang prinsip kerjanya sama.

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara

Anda mungkin juga menyukai