MECHANIC DEVELOPMENT
PT PAMAPERSADA NUSANTARA
2004
K A T A P E N G A N T A R 00 - 1 - 4
Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, Sehingga dapat tersusun buku “
UNDERCARRIAGE “ Buku ini disusun untuk melengkapi bahan pelatihan di lingkungan PT
Pamapersada Nusantara khususnya Plant Departement.
Buku ini disajikan dalam bentuk yang sederhana, dengan harapan dalam pemahamannya akan lebih
mudah, khususnya bagi Calon Mekanik atau Junior Mekanik dibidang Alat-alat Berat.
Dengan segala kerendahan hati penyusun menyadari bahwa buku ini masih jauh dari sempurna,
maka dengan keterbatasan yang ada penyusun sangat mengharap kritik dan saran dari para
pembaca untuk meningkatkan kesempurnaan buku ini sehingga tidak terjadi salah persepsi untuk
pemahaman dari isi dan makna terhadap buku ini.
Akhirnya penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga
terselesaikannya buku ini.
Penyusun
Mechanic Development
D A F T A R I S I 00 - 2 - 4
KATA PENGANTAR
PENDAHULUAN
DAFTAR ISI
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
D A F T A R I S I 00 - 3 - 4
BAB III.MEASUREMENT
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
D A F T A R I S I 00 - 4 - 4
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
P E N D A H U L U A N 01 – 1 - 1
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
F I N A L D R I V E BAB I
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
F I N A L D R I V E I – 1 - 10
Susunan roda gigi penggerak akhir adalah pengurang kecepatan yang biasanya diperlengkapi dengan satu atau dua set
roda gigi lurus dan pinion boss roda gigi penggerak akhir.
Prinsip yang dipergunakan pada transmisi dimana kecepatan rotasi dikurangi dan momen puntir ( torque ) ditambah
oleh sejumlah roda gigi yang dipergunakan pada penggerak akhir.
Masing-masing bak penggerak akhir ( final drive case ) dipasang melebar keluar dari bak roda gigi tirus ( bevel gear
case ) pada masing-masing sisi. Dengan memilih perbandingan kecepatan yang tepat momen puntir ( Torque )
sebelum ke penggerak akhir ( final drive ) dapat diperkecil. Dengan demikian, transmisi yang sama, poros roda tirus
( bevel gear shaft ) dan lain-lain dapat dipergunakan yang sama pada berbagai jenis model mesin.
Roda gigi penggerak akhir ( final Drive gears ) dapat dihadapkan pada tekanan permukaan yang besar disebabkan oleh
beban goncangan dan benturan ( shock and impact loads ), yang mana memerlukan perhatian ekstra untuk seleksi oli
pelumas dan mencegah masuknya benda asing ke dalam bak penggerak akhir ( final drive cases ).
Perbandingan reduksi normal berada diantara 1/9 sampai 1/12 untuk perbandingan reduksi yang lebih kecil
dipergunakan sistem reduksi tunggal ( single reduction system ). Untuk perbandingan reduksi yang besar
dipergunakan sistem reduksi ganda atau sistem roda gigi planet. (Double reduction system or planetary gear system).
1. Single reduction final drive shaft ikut berputar ( D31A - 17, D31Q - 17 ).
2. Single reduction fixed final drive shaft ( D20S - 1,2,3 s/n 7 - 478 ).
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
F I N A L D R I V E I – 2 - 10
1. Sprocket
2. Steering case
3. Final drive case
4. Cover
6. Hub
7. Nut
8. Dowel pin
9. Nut
1. Collar
2. Bearing Cage
3. Bearing
4. Collar
5. Washer
6. Nut
7. Cover
8. Bushing
9. Floating seal
10. ring
11. Nut
12. Hub
13. Sprocket
14. Cover
15. Final drive case
16. Cover
17. Primary pinion
18. Bolt
19. Final drive gear
20. Lock
21. Nut
22. Flange
23. Sprocket shaft
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
F I N A L D R I V E I – 4 - 10
C. DOUBLE REDUCTION
(D50/D53, D60/D65,
D75S - 5, D80/D85,
D150/D155 ).
Berhubung karena konstruksinya, dimana secondary gear dibautkan pada final drive hub ( 27 ) ke dalam sprocket boss ( 11 )
dipresskan dalam bentuk taper spline ( alur tirus ), rotasi dari secondary gear berputar menjadi putaran sprocket boss.
Final drive case ( 38 ) berfungsi sebagai tanki oli pelumas untuk masing-masing gear. Bagian - bagian yang berputar meluncur
dari sprocket diperlengkapi dengan floating seals ( 19 ) dan ( 22 ) untuk mencegah kemasukan debu atau lumpur dan oil bocor.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
F I N A L D R I V E I – 5 - 10
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
F I N A L D R I V E I – 6 - 10
1. Cover
2. Support
3. Snap ring
4. Carrier
5. Planetary pinion
6. Ring gear
7. Planetary gear shaft
8. Flange
9. Case cover
10. Anchor
11. Final drive pinion
12. Bearing cage
13. Pinion hub
14. Sprocket shaft
15. Steering case
16. Hub
17. Final drive gear
18. Guard
19. Shaft
20. Guard
21. Floating seal
22. Drum
23. Sprocket
24. Sun gear
25. Bearing cage
26. Floating seal
27. Bush
28. Collar
29. Nut
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
F I N A L D R I V E I – 7 - 10
Penjelasan Umum.
Sistem reduksi satu tingkat yang mempergunakan roda gigi lurus ( spur gears ) dan yang lain mempergunakan
roda gigi planet ( planetary gears ). Sistem pelumasannya mempergunakan roda gigi untuk membilaskan oli di
dalam bak penggerak akhir untuk melumasi seluruh bagian dalam dari bak penggerak akhir.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
F I N A L D R I V E I – 8 - 10
Bagian-bagian yang berotasi dan meluncur dari sprocket memiliki floating seals ( penyekat ngambang ) ( 20 ) untuk
mencegah kotoran masuk ke dalam dari sebelah luar dan mencegah oli bocor.
Diantara inner body ( tubuh dalam ) ( 16 ) dan outer body ( tubuh luar ) ( 14 ) dari sprocket dan sprocket boss ( 12 ),
di sana terdapat rubber bushing (13) dipasang dengan jarak yang sama sekeliling lingkaran pada 10 tempat dimasing-
masing sisi. Rubber bushing ini berbentuk silinder dengan konstruksi terdiri dari dua lapis yang dibuat dari logam dan
karet. Rubber bushing berubah bentuk ketika mendapat gaya dari luar misalnya gaya impact atau tarikan drawbar
ketika sedang beroperasi. Hal ini mengurangi beban pada komponen penggerak akhir (final drive). Sebagai tambahan,
seal ( penyekat ) ( 15 ) dipasang untuk memisahkan rubber bushing ( 13 ) sepenuhnya dari sisi luar untuk mencegah
masuknya kotoran atau air dari sebelah luar.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
F I N A L D R I V E I – 9 - 10
1. Bearing cage
2. Final drive case
3. No. 1 pinion (20 teeth)
4. No. 1 gear hub
5. No- 1 gear (79 teeth)
6. Cover
7. Ring gear (68 teeth)
8. Planet gear (26 teeth)
9. Cover
10. Sun gear (16 teeth)
11. Sprocket teeth
12. Sprocket boss
13. Rubber bushing
14. Outer body
15. Seal
16. Inner body
17. Cover
18. Hub
19. Carrier
20. Floating seal
21. Wear guard
22. Shaft
23. Boss
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
F I N A L D R I V E I – 10 - 10
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
UNDER CARRIAGE BAB II
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
UNDER CARRIAGE I – 1 - 44
Unit type rantai ( Crawler type ) digunakan untuk berbagai macam kerja mendorong (Bulldozer), membawa beban
(Dozer Shovel) dan banyak pekerjaan yang lain dengan jenis perlengkapan yang berbeda.
1. Rigid Type.
Type kerangka bawah ini front idler tidak dilengkapi rubber pad, final drive tidak memakai rubber bushing dan
equalizing beam hanya duduk di atas frame utama ( main frame ).
1. Sprocket cover
2. Sprocket
3. Recoil spring cover
4. Carrier roller
5. Track shoe
6. Idler
7. Track frame
8. Track roller
9. Guiding guard
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
UNDER CARRIAGE I – 2 - 44
Type kerangka bawah ini pada komponen sprocket diperlengkapi dengan rubber bushing dan front idler dilengkapi
rubber pad dan equalizing beam dilock dengan pin pada frame utama ( main frame ).
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
UNDER CARRIAGE I – 3 - 44
3. Bogey Type.
Type kerangka bawah ini track rollernya dapat bergerak flexible ( Bogey ) Contoh unit : D 375A -3, D 375A 3A, D
375A – 5.
Bagian bawah dari crawler tractors yang berfungsi untuk bergerak maju, mundur, belok kiri dan kanan.
Bagian bawah yang menahan dan meneruskan berat dari tractors ke landasan.
Bagian bawah dari crawler tractors yang berfungsi sebagai pembawa dan pendukung unit.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
UNDER CARRIAGE I – 4 - 44
1. Track frame.
2. Roller.
3. Idler.
4. Recoil spring.
5. Sprocket.
6. Track link.
7. Track shoe.
8. Equalizing.
9. Guard.
1. Track Frame.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
UNDER CARRIAGE I – 5 - 44
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
UNDER CARRIAGE I – 6 - 44
Catatan : Perubahan
kelurusan pada kondisi
idler dilihat dari sprocket. Gbr. II - 6. Pengukuran Toe in dan Toe out.
Posisi ( pitch ) track roller yang dalam pemasangannya tidak memperhatikan ketentuan - ketentuan skala
gambar.
Terjadinya benturan antara batu dengan permukaan bawah diagonal brace yang dapat merusak fisik diagonal
brace.
Unit yang sudah beroperasi dalam waktu lama sehingga dengan variasi beban dapat menyebabkan perubahan
kelurusan track frame.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
UNDER CARRIAGE I – 7 - 44
2. Roller.
Track roller .
Carrier roller.
a. Track roller .
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
UNDER CARRIAGE I – 8 - 44
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
UNDER CARRIAGE I – 9 - 44
1. Track roller
2. Bushing
3. Collar
4. Floating seal
5. Shaft
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
UNDER CARRIAGE I – 10 - 44
1. Snap ring
2. Thrust key
3-1. Seal ring
3-2. O-ring
3-3. Bracket
4. Snap ring
5-1. Seal ring
5-2. O-ring
5-3. Bracket
6. Bolt
7. Spring washer
8-1. Seal ring
8-2. O-ring
8-3. Bushing
8-4. Dowel pin
8-5. O-ring
8-6. Bearing
9. Bolt
10. Spring washer
11-1. O-ring
11-2. O-ring
11-3. Shaft
11-4. Seal ring
11-5. O-ring
11-6. Bushing
11-7. Dowel pin
11-8. O-ring
11-9. Bearing Gbr II - 11. Track Roller.
12. Roller
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
UNDER CARRIAGE I – 11 - 44
Jumlah track roller yang dipasang pada dozer tergantung dari panjang track pada permukaan tanah (jarak antara idler
dengan sprocket ).
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
UNDER CARRIAGE I – 12 - 44
D 95 S - 1 7 S D S D S D S
D 150 A - 1 7 D D D S D D S
D 155 A - 1 7 D D D S D D S
D 155 S, C - 1 8 D S D S D S D S
D 355 A - 3 7 D D D S D D S
D 355 C - 3 8 D S D S D S D S
D 455 A - 1 7 D D S D S D S
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
UNDER CARRIAGE I – 13 - 44
1. Rubber mount.
2. Track roller.
3. Inner bogie.
4. Outer bogie.
5. Cartridge pin.
6. Floating seal
7. Bushing
8. Plug
9. Bogie mount cap
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
UNDER CARRIAGE I – 14 - 44
Carrier Roller.
1. Bolt 6-2.
2. Spring washer
3-1. Cover
3-2. O-ring
4. Snap ring
5. Nut
6-1. Snap ring
6-2. O-ring
6-3. Shaft
7-1. Seat
7-2. O-ring
7-3. O-ring
7-4. Seal ring
7-5. Seal ring
7-6. O-ring
7-7. Seal
7-8. Dowel pin
7-9. Bearing
8-1. Bearing
8-2. Bearing
8-3. Carrier roller Gbr II - 14. Carrier Roller
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
UNDER CARRIAGE I – 15 - 44
Flanged type.
Drum type.
Jumlah carrier roller yang dipasang pada unit tergantung dari panjang track, pada umumnya antara 1 buah dan 2 buah
tiap sisinya.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
UNDER CARRIAGE I – 16 - 44
3. Front Idler.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
UNDER CARRIAGE I – 17 - 44
Gbr III - 18. Hubungan antara front idler dan recoil spring.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
UNDER CARRIAGE I – 18 - 44
1. Idler
2. Bushing
3. Shaft
4. Cover
5. Floating seal
6. Support
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
UNDER CARRIAGE I – 19 - 44
Komponen-komponen Idler.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
UNDER CARRIAGE I – 20 - 44
4. Recoil Spring.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
UNDER CARRIAGE I – 21 - 44
Track adjuster berfungsi untuk mengatur kekencangan track. Untuk mengencangkan track dengan cara grease dipompakan masuk ke
ruangan dalam cylinder ( 3 ) melalui grease fitting ( 16 ). Sehingga cylinder ( 3 ) akan bergerak keluar ( ), sedangkan untuk
mengendorkan track dengan cara grease harus dikeluarkaan dari ruangan pada cylinder ( 3 ) melalui plug ( 17 ).
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
UNDER CARRIAGE I – 22 - 44
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
UNDER CARRIAGE I – 23 - 44
Adapun bentuk atau konstruksi lain dari recoil spring adalah sebagai berikut ( Diambil dari D 85 ESS - 2 ).
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
UNDER CARRIAGE I – 24 - 44
Ketika track kendor, check ketegangan track dengan menempatkan unit di tempat yang rata, letakkan mistar lurus
di atas track shoe diantara front idler dan front carrier. ( Lihat gambar dan tabel di bawah ini ).
Standard 20 ~ 30 ~
20 ~ 30 mm 30 ~ 40 mm 40mm
clearance 40mm
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
UNDER CARRIAGE I – 25 - 44
5. Sprocket.
Type Sprocket.
Segment type
Solid type
Segment Type.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
UNDER CARRIAGE I – 26 - 44
Solid Type.
Pada solid type sprocket, apabila teethnya sudah aus maka pada waktu penggantiannya, harus banyak yang dilepas
dan solid type sprocket harus dipotong, kemudian diganti dengan sprocket rim yang baru dan di las.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
UNDER CARRIAGE I – 27 - 44
6. Track Link.
8
1. Link
2. Nut
3. Bolt
4. Master pin
5. Dust seal
6. Shoe
7. Regular pin
8. Bushing
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
UNDER CARRIAGE I – 28 - 44
P i n.
Gbr II - 29. P i n.
Pin berfungsi untuk menghubungkan dan memutuskan link satu dengan link berikutnya disamping juga sebagai
tempat kedudukan bushing, seal ass’y, plug dan spacer.
Struktur pada pin di bagian permukaannya diproses panas ( Heat treatment ) yang tujuannya agar didapatkan bahan
dengan kekerasan tertentu sehingga proses keausan karena gesekan terjadi lebih lama.
Regular pin.
Master pin.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
UNDER CARRIAGE I – 29 - 44
L i n k.
Center Bore
Gbr II - 31. L i n k.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
UNDER CARRIAGE I – 30 - 44
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
UNDER CARRIAGE I – 31 - 44
Bushing.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
UNDER CARRIAGE I – 32 - 44
Struktur pada bushing di bagian ID dan OD juga diproses panas ( Heat treatment ) yang tujuannya agar didapatkan
bahan dengan kekerasan tertentu sehingga proses keausan karena gesekan terjadi lebih lama.
Seal yang terpasang di bushing ada beberaoa macam sesuai dengan fungsinya
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
UNDER CARRIAGE I – 33 - 44
Lubricated.
Digunakan pada bushing yang memerlukan lubrikasi. Fungsinya untuk mencegah terjadinya kebocoran oli, serta
masuknya debu.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
UNDER CARRIAGE I – 34 - 44
Seal Assembly.
Seal assembly berfungsi untuk mencegah terjadinya kebocoran oil dan juga mencegah masuknya debu dari luar ke
dalam clearance antara bushing dan pin.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
UNDER CARRIAGE I – 35 - 44
Dust Seal.
Berfungsi untuk mencegah masuknya debu dari luar ke dalam clearance antara bushing dan pin.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
UNDER CARRIAGE I – 36 - 44
7. Track Shoe.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
UNDER CARRIAGE I – 37 - 44
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
UNDER CARRIAGE I – 38 - 44
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
UNDER CARRIAGE I – 39 - 44
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
UNDER CARRIAGE I – 40 - 44
Rib
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
UNDER CARRIAGE I – 41 - 44
8. Equalizing Beam.
Equalizing beam berfungsi untuk menahan bagian depan unit ( bulldozer, dozer shovel ) yang diteruskan ke track
frame tersebut dengan ditahan oleh bracket.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
UNDER CARRIAGE I – 42 - 44
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
UNDER CARRIAGE I – 43 - 44
9. Guard.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
UNDER CARRIAGE I – 44 - 44
Wear Guard.
Wear guard berfungsi untuk melindungi final drive case dari terjadinya keausan akibat gesekan dengan benda-
benda luar.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
M E A S U R E M E N T BAB III
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
M E A S U R E M E N T III – 1 - 18
Index No.
Outer diameter of
Outer diameter of
Outer diameter of
Items
Grouser height
Part No.
Flange width
Flange width
Tread depth
Treat depth
Tool Kit ( No. 791 - 502 -
Link height
Tool width
Link pitch
bushing
1001 ). Instrument
roller
roller
(1) Track Measuring Tool 1. 790 - 502 - 1011 Multi - Scale O O O O O O O O O
Kit (Tool No. 791-502 -
1001).
2. 790 - 502 - 1021 Adapter O
3. 790 - 502 - 1030 Adapter O
Other tools :
4. 790 - 301 - 1410 Convex rule (2 ml) O
To remove mud, the 5. 790 - 502 - 1061 Outside caliper (300 mm) O
following auxiliary tools
are also required : 6. 790 - 502 - 1071 Thickness gauge O
7. 790 - 502 - 1080 Scale (300 mm) O O
a. 1 m Pinch Bar
b. Scoop. 8. 790 - 502 - 1090 Scale (150 mm) O O
9. 790 - 502 - 1210 Test Hammer O
10. 790 - 502 - 1220 Pin O O
11. 790 - 502 - 1230 Wire brush For removing mad
12. 790 - 502 - 1011 Pinch bar (400 mm) For removing mud
14. 790 - 502 - 1011 Steel case For carrying measuring instruments
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
M E A S U R E M E N T III – 2 - 18
1. Multi Scale.
Ketinggian komponen
Panjang, lebar, tebal suatu komponen.
Diameter komponen
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
M E A S U R E M E N T III – 2 - 18
1. Multi Scale.
Ketinggian komponen
Panjang, lebar, tebal suatu komponen.
Diameter komponen
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
M E A S U R E M E N T III – 3 - 18
Pembacaan antara regular dengan 1st vernier. Apabila menggunakan skala pada regular scale dengan 1st
vernier, maka tingkat ketelitian pembacaan sampai 1/20 mm.
Baca skala pada reguler scale yang ditunjuk oleh angka 0 pada 1st vernier. Pada contoh di atas angka 0 pada 1st
vernier terletak antara angka 41 dan 42 pada reguler scale.
Selanjutnya perhatikan garis-garis skala pada reguler scale dan 1st vernier yang saling berhubungan, kemudian
baca angka skala pada 1st vernier lurus berhubungan dengan garis skala pada reguler scale.
Pembacaan tersebut di atas dipakai pada saat pengukuran ketebalan, diameter luar, kedalaman atau ketinggian.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
M E A S U R E M E N T III – 4 - 18
Pembacaan antara 1st vernier dengan 2nd vernier. Dipakai untuk pengukuran O.D ( outside diameter )
dari track roller.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
M E A S U R E M E N T III – 5 - 18
Geser 2nd vernier, sampai groove pada 2nd vernier tepat pada pointer adaptor.
Baca scale antara 1st vernier dengan 2nd vernier yang saling berhubungan ( menjadi satu garis ).
Hasil pembacaan ini menunjukkan diameter luar dari track roller.
Cara pembacaan 1st vernier dengan 2nd vernier. Tingkat ketelitian pembacaan ini adalah 1/5 mm.
Baca skala pada 1st vernier yang ditunjuk oleh angka 0 pada 2nd vernier menunjukkan angka antara 254 - 256
mm.
Selanjutnya perhatikan garis skala pada 1st vernier dengan 2nd vernier yang saling berhubungan ( menjadi satu
garis ), kemudian baca angka skala pada 1st vernier.
Berarti pembacaannya adalah : 254 + 1.6 = 255.6 mm
Pada pengukuran track roller outside diameter ( Diameter luar track roller ).
Posisikan titik tengah track roller pada bagian tengah link.
Jangan melaksanakan pengukuran pada shoe yang bengkok.
Posisikan unit ( machine ) pada tempat yang rata sehingga antara link dan track roller terjadi contact ( rapat
tidak ada celah ).
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
M E A S U R E M E N T III – 6 - 18
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
M E A S U R E M E N T III – 7 - 18
Ketika menggunakan wear gauge, posisi bawah harus tepat satu garis dengan standar line pada sprocket wear gauge.
Wear gauge di pasang diantara dua gigi sprocket, maka akan didapatkan lokasi yang mengalami keausan yaitu di sisi
kiri, kanan dan ditengah-tengah antara dua gigi sprocket tersebut.
Dimana untuk sprocket yang bertipe solid, menentukan standar line tidak jelas. Untuk itu jumlah keausan gigi sprocket
dapat diperkirakan dari segi pandang kesetimbangan untuk segala bentuk.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
M E A S U R E M E N T III – 8 - 18
B. METODE PENGUKURAN.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
M E A S U R E M E N T III – 9 - 18
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
M E A S U R E M E N T III – 10 - 18
C. PEMERIKSAAN
Pemeriksaan ialah meneliti bagian – bagian yang telah aus dari komponen undercarriage, sehingga dapat diketahui sudah berapa ( % )
keausan itu terjadi dan masih berapa lama dapat dipakai. Di samping itu, dapat menentukan apakah komponen undercarriage tersebut
harus diremajakan ( rebuilding ) atau diganti ( replacement ).
Tetapi kalau tidak dilakukan pemeriksaan maka komponen tersebut akan rusak secara total sehingga tidak dapat diperbaiki, dengan kata
lain dapat merugikan kita. Jadi kalau pada waktu pemeriksaan diketahui keausan sudah mencapai service limit, maka cepat – cepatlah
diganti sebelum fatal.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
M E A S U R E M E N T III – 11 - 18
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
M E A S U R E M E N T III – 12 - 18
Contoh :
Penyelesaian :
Maka :
135 – 131,4
Worn = X 100 %
135 - 127
3.6
= X 100 %
8
= 45 %.
Dari percent worn chart atau dari perhitungan selanjutnya dipakai untuk menentukan sampai berapa lama lagi
komponen kerangka bawah / undercarriage masih dapat dipakai.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
M E A S U R E M E N T III – 13 - 18
Contoh :
Penyelesaian :
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
M E A S U R E M E N T III – 14 - 18
Catatan :
1. Selalu pergunakan hour left chart yang sesuai dengan komponen untuk model dan serial number yang cocok.
2. Wear rate diperoleh dari hasil pengukuran yang selanjutnya dimasukkan ke percent worn chart, maka angka wear rate ( % worn ) akan
diperoleh dari percent worn chart tersebut.
Langkah – langkah dalam membaca hour left chart.
Tarik garis ke arah atas dari angka 1600 operating hours ( service meter ).
Buat titik A pada pertemuan dari garis 1600 jam dan 70 %.
Tarik garis yang paling dekat terhadap titik A berdasarkan HM kelipatannya, sampai garis tersebut memotong garis wear rate 100 %
( atau titikB ).
Selanjutnya dari titik B tarik garis ke bawah sehinga memotong garis operation hour ( titik C ) diperoleh operating hoursnya
adalah 2000 jam.
Titik C atau 2000 jam merupakan service limit dari idler tread step.
Maka idler tread step masih dapat dipakai lagi selama 2000 - 1600 = 400 jam, dari waktu saat pengukuran.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
M E A S U R E M E N T III – 15 - 18
Service limit dapat dihitung dengan memakai perhitungan, tingkat ketelitian dengan memakai perhitungan lebih
akurat jika dibandingkan dengan memakai hour left chart. Persamaan yang dipakai sebagai berikut :
y = a.xk
Mengambil contoh diatas dari point B, dimana dari percent worn chart diperoleh keausan 70 % pada sercvice meter
1600 jam, sehingga :
y1 = a1 . x1k
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
M E A S U R E M E N T III – 16 - 18
Dimana : y1 = 70 %
x1 = 1600 jam
k = ( untuk idler tread step )
70 = a.16001.8
70
a1 =
16001.8
a1 = 0,000119586
y2 = a2 . x2k
Dimana: a1 = a2
x2 = 836214,96
x2 = 1950,64.
x dibulatkan menjadi 1950 jam maka idler tread step masih dapat dipakai lagi selama 1950 - 1600 = 350 jam, dari
waktu pada saat pengukuran.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
M E A S U R E M E N T III – 17 - 18
Rebuild di undercarriage adalah suatu perlakuan terhadap komponen undercarriage, dimana kondisi keausannya
sudah mencapai 100%. Perlakuan yang dilakukan terhadap komponen tersebut adalah dengan cara menambal
(menambah daging) pada bagian yang aus, penambalan yang dimaksud adalah dengan pengelasan. Contoh-contoh
komponen undercarriage yang direbuild adalah sebagai berikut :
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
M E A S U R E M E N T III – 18 - 18
Sedangkan Replace adalah penggantian komponen undercarriage dengan yang baru, dikarenakan kompenen tersebut
sudah aus sampai 120 %.
Kedua istilah tersebut dia atas berdasarkan ketebalan Hardened Surface dari komponen. Di shop manual (Maintenance
Standard) kondisi repair limit adalah untuk replace ( 120 % ), sedangkan kondisi rebuild-nya bisa ditentukan.
Namun demikian, ada juga shop manual yang mengatakan behwa repair limit dimaintenance standard dapat
diperlakukan Rebuild atau Replace. Dengan demikian untuk lebih amanya dalam menentukan rebuild atau replace
adalah dengan berpedoman pada shop manual unit masing – masing.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
WEAR RATE & OPERATING HOURS BAB IV
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
WEAR RATE & OPERATING HOURS IV – 1 - 5
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
WEAR RATE & OPERATING HOURS IV – 2 - 5
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
WEAR RATE & OPERATING HOURS IV – 3 - 5
C. GROUSER HEIGHT.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
WEAR RATE & OPERATING HOURS IV – 4 - 5
D. IDLER.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
WEAR RATE & OPERATING HOURS IV – 5 - 5
E. TRACK ROLLER.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
PERCENT WORN TABLE BAB V
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
PERCENT WORN TABLE V–1-9
A. D 85 ESS – 2.
Serial No. 3001 – up.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
PERCENT WORN TABLE V–2-9
20 0 168 0 73 0
21 10 165.8 10 72.45 10
22 20 163.6 20 71.9 20
23 30 161.4 30 71.35 30
24 40 159.2 40 70.8 40
25 50 157 50 70.25 50
26 60 154.8 60 69.7 60
27 70 152.6 70 69.15 70
28 80 150.4 80 68.6 80
29 90 148.2 90 68.05 90
30 100 146 100 67.5 100
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
PERCENT WORN TABLE V–3-9
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
PERCENT WORN TABLE V–4-9
B. D 85 ESS – 1.
Serial No. 1001 – up.
Link Pitch
Grouser height Track roller
mm Worn (%)
mm Worn (%) mm Worn (%)
216.45 0
72 0 222 0
216.93 10
67.3 10 219.6 10
217.41 20
62.6 20 217.2 20
217.89 30
57.9 30 214.8 30
218.37 40
53.2 40 212.4 40
218.85 50
48.5 50 210 50
219.33 60
43.8 60 207.6 60
219.81 70
39.1 70 205.2 70
220.29 80
34.4 80 202.8 80
220.77 90
29.7 90 200.4 90
221.25 100
25 100 198 100
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
PERCENT WORN TABLE V–5-9
22 0 185 0 74.3 0
22.75 10 183.1 10 73.8 10
23.5 20 181.2 20 73.3 20
24.25 30 179.3 30 72.8 30
25 40 177.4 40 72.3 40
25.75 50 175.5 50 71.8 50
26.5 60 173.6 60 71.3 60
27.25 70 171.7 70 70.8 70
28 80 169.8 80 70.3 80
28.75 90 167.9 90 69.8 90
29.5 100 166 100 69.3 100
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
PERCENT WORN TABLE V–6-9
74.3 0 129 0 0 0
74 10 127.8 10 0.2913 10
73.7 20 126.6 20 0.5823 20
73.4 30 125.4 30 0.8739 30
73.1 40 124.2 40 1.1652 40
72.8 50 123 50 1.4565 50
72.5 60 121.8 60 1.7478 60
72.2 70 120.6 70 2.03914 70
71.9 80 119.4 80 2.3304 80
71.6 90 118.2 90 2.6217 90
71.3 100 117 100 2.913 100
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
PERCENT WORN TABLE V–7-9
C. PC200LC – 2.
Serial No. 80001 – up.
190.15 0 26 0 156 0
190.65 10 25 10 154.8 10
191.05 20 24 20 153.6 20
191.45 30 23 30 152.4 30
191.85 40 22 40 151.2 40
192.25 50 21 50 150 50
192.65 60 20 60 148.8 60
193.05 70 19 70 147.6 70
193.45 80 18 80 146.4 80
193.85 90 17 90 145.2 90
194.25 100 16 100 144 100
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
PERCENT WORN TABLE V–8-9
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
PERCENT WORN TABLE V–9-9
Tabel keausan diatas adalah contoh beberapa komponen dari jenis unit yang sesuai dengan serial numbernya. Untuk
lebih praktisnya pergunakanlah rumus keausan ( Worn ), yaitu :
Catatan :
Standard value = Ukuran komponen ketika dalam kondisi baru ( dari Shop Manual “ Maintenance Standard “ )
Repair Limit= Ukuran komponen setelah ia mengalami keausan 100 % ( dari Shop Manual di kolom repair limit
Maintenance Standard “ ).
Catatan :
Pada kondisi Rebuild, tetapi juga shop manual yang menyebutkan bahwa angka yang tertera dalam kolom repair limit
adalah untuk kondisi Rebuild dan Replace.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
SPECIAL TOOLS BAB VI
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
SPECIAL TOOLS VI – 1 - 10
Beberapa special tools untuk assembly and disassembly pada komponen penggerak akhir kerangka bawah antara lain :
A. MEMBUKA SPROCKET.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
SPECIAL TOOLS VI – 2 - 10
Cara penggunaannya :
• Pasang GUIDE ( 12 ) pada sprocket shaft.
• Pasang SLEEVE ( 5 ) pada sprocket hub dan ikat dengan baut.
• Pasang T TYPE ADAPTER ( 2 ) pada sprocket.
• Pasang HYDRAULIC CYLINDER 70 ton dan hubungkan dengan ARM ( 1 ) kemudian pasang PIN ( 3 ).
• Pasang EXTENSION ( 10 ) pada HYDRAULIC CYLINDER.
Cara kerja :
• Keluarkan Rod Hydraulic Cylinder untuk mendorong PLUG ( 4 ) kemudian diteruskan mendorongh SLEEVE ( 5 )
dan selanjutnya mendorong Sprocket Hub, maka Sprocket akan ketarik keluar secara perlahan – lahan dan
perhatikan kelurusan antara Hydraulic Cylinder dan Sleevenya.
• Bila sprocket sudah ketarik keluar maka masukkan kembali rod hydraulic cylindernya sampai habis dan lepaskan
tools yang masih berhubungan satu sama lainnya.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
SPECIAL TOOLS VI – 3 - 10
B. MEMASANG SPROCKET.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
SPECIAL TOOLS VI – 4 - 10
Cara penggunaannya :
• Pasang SPACER ( 7 ) pada sprocket hub ikat dan kencangkan dengan baut.
• Pasang COUPLING ( 2 ) pada HYDRAULIC CYLINDER.
• Pasang PUSHER ( 1 ) dan hubungkan dengan WASHER ( 5 ) untuk mendorong Sprocket Hub.
• Keluarkan ROD HYDRAULIC CYLINDER dan hubungkan PADA SLEEVE ( 7 ) dan pasanglah PIN ( 3 ) untuk
mengikatnya.
Cara kerja :
• Masukkan Rod Hydraulic Cylinder, maka rod akan menarik sleeve yang diikat pada sprocket hub maka pusher
akan mendorong sprocket secara perlahan - lahan dan bacalah tekanan pada pressure gauge berapa ton tekanan
yang diizinkan..
• Bila sprocket sudah terpasang dengan baik, maka Rod Hydrauliuc Cylinder keluarkan kembali untuk melepaskan
special tools yang berhubungan dan bila sudah terlepas semua maka Rod Hydraulic Cylinder masukkan kembali.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
SPECIAL TOOLS VI – 5 - 10
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
SPECIAL TOOLS VI – 6 - 10
Cara penggunaannya :
• Pasang ARM ( 9 ) pada PULLER ( 2 ) dan hubungkan dengan HYDRAULIC CYLINDER dan pasang pin ( 5 ).
Cara kerja :
• Keluarkan Rod Hydraulic Cylinder dan perhatikan kelurusan dari pada extensionnya, maka rod hydaraulic
cylinder akan mendorong Extension yang ditahan oleh sprocket shaft, maka puller yang diikat pada sprocket
hub akan ketarik keluar.
• Dalam menggunakan tools ini harus diperhatikan betul dalam keselamatan kerja.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
SPECIAL TOOLS VI – 7 - 10
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
SPECIAL TOOLS VI – 8 - 10
Cara penggunaannya :
Cara kerja :
• Keluarkan Rod dari PULLER untuk mendorong PLUG ( 6 ) dan diteruskan ke SLEEVE ( 7 ) kemudian mendorong
sprocket hub, karena PULLER ditahan oleh sprocket shaft yang dihubungkanmelalui COUPLING ( 3 ) dan SCREW
( 4 ) kemudian diikat NUT ( 5 ).
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
SPECIAL TOOLS VI – 9 - 10
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
SPECIAL TOOLS VI – 10 - 10
Cara penggunaannya :
Catatan :
• Untuk membuka dan memasang prinsip kerjanya sama.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara