Anda di halaman 1dari 100

MENGATASI GANGGUAN

SEDERHANA
Untuk Lingkungan Sendiri

MECHANIC DEVELOPMENT
PT PAMAPERSADA NUSANTARA
2004
KATA PE N GAN TAR

Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, Sehingga dapat
tersusun buku “ MENGATASI GANGGUAN SEDERHANA “ Buku ini
disusun untuk melengkapi bahan pelatihan di lingkungan PT Pamapersada
Nusantara khususnya Plant Departement.

Buku ini disajikan dalam bentuk yang sederhana, dengan harapan dalam
pemahamannya akan lebih mudah, khususnya bagi Calon Mekanik atau Junior
Mekanik dibidang Alat-alat Berat.

Dengan segala kerendahan hati penyusun menyadari bahwa buku ini masih
jauh dari sempurna, maka dengan keterbatasan yang ada penyusun sangat
mengharap kritik dan saran dari para pembaca untuk meningkatkan
kesempurnaan buku ini sehingga tidak terjadi salah persepsi untuk pemahaman
dari isi dan makna terhadap buku ini.

Akhirnya penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu sehingga terselesaikannya buku ini.

Jakarta, Januari 2004

Penyusun
Mechanic Development

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
DAFTAR I S I

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI

BAB I. MENGATASI GANGGUAN


A. PENGERTIAN UMUM…………………………………. I - 1 - 8
B. CARA PEMBACAAN TROUBLE SHOOTING……….. I - 2 - 8

BAB II. E N G I N E
A. ENGINE LOUBRICATION SYSTEM………………….. II - 1 - 23
B. COOLING SYSTEM…………………..…………………II - 2 - 23
C. FUEL SYSTEM………………………..…………………II - 4 - 23
D. AIR INTAKE SYSTEM…………………………………. II - 6 - 23
E. CHART SYSTEM…..…………………………………….II - 7 - 23
1. Lubrication System Chart…………………………….. II - 7 - 23
2. Fuel System Chart.……………………………………..II - 8 - 23
3. Cooling System Chart…………………………………. II - 9 - 23

BAB III. SISTIM PEMINDAH HIDROLIS


A. MENGATASI GANGGUAN…………………………… III - 1 - 9
B. TORQFLOW HYDRAULIC CIRCUIT DIAGRAM
D 75 S – 5……………….……………………………… III - 6 - 9
C. D 80, D 85 A – 18. …………………………………….. III - 7 - 9
D. TORQFLOW HYDRAULIC CIRCUIT DIAGRAM
D 85 ESS – 1…………………………………….…….. III - 8 - 9
E. TORQFLOW HYDRAULIC CIRCUIT D 155 A – 1… III - 9 - 9

BAB IV. SISTIM PEMINDAH MEKANIS


A. MAIN CLUTCH ( D 80 A – 12 )………………………. IV - 1 - 6
1. Kopeling Utama ( D 80 A – 12 )……………………… IV - 1 - 6
2. Penyetelan Kopeling Utama ………………………….. IV - 2 - 6
B. INERTIA BRAKE ( D 80 – 12 )………………………. IV - 3 - 6
1. Lubrication of Main Clutch and P.T.O……………….. IV - 4 - 6
2. Main Clutch Slip……………….………………………IV - 6 - 6

BAB V. SISTIM KEMUDI DAN REM


A. STEERING SYSTEM.………………………………… V - 1 - 11
1. Sistim Stir ( Pengendalian / Kemudi )………………V - 1 - 11
2. Kopeling Stir………………………………………….. V - 2 - 11
3. Penyetelan Handel Kopeling Stir……………………V - 2 - 11
4. Rem Kopeling Stir…………………………………….. V - 2 - 11
5. Penyetelan…………………………………………….. V - 3 - 11
B. STEERING HYDRAULIC CIRCUIT DIAGRAM
( D 75 S – 5 )………..…………………………………. V - 7 - 11
C. STEERING HYDRAULIC CIRCUIT DIAGRAM
( D 85 SS – 1 )………………………………………… V - 10 - 11

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
DAFTAR I S I

D. STEERING HYDRAULIC CIRCUIT DIAGRAM


( D 155 – 1 )…..………………………………………… V - 11 - 11

BAB VI. UNDERCARRIAGE


A. PENYETELAN TEGANGAN RANTAI………………. VI - 1 - 4
B. PENYETELAN FRONT IDLER………………………. VI - 2 - 4
C. BAUT SEPATU RANTAI………………………………. VI - 2 - 4
D. FLOATING SEALS……….……………………………. VI - 2 - 4
E. FINAL DRIVE…….……….……………………………. VI - 3 - 4
F. KERANGKA BAWAH…….……………………………. VI - 4 - 4

BAB VII.SISTIM HIDROLIK


A. STRAIGHT TILTDOZER……………..………………. VII - 5 - 17
B. STRAIGHT TILTDOZER WITH RIPPER
( D60A – E – 8, D65A – E – 8 )………………………. VII - 7 - 17
C. HYDRAULIC CIRCUIT DIAGRAM…………………… VII - 8 - 17
D. D80A – E – 18 AND D85A.E.P – 18…………………. VII - 9 - 17
1. Straight Tilt Dozer with Ripper……………………….. VII - 9 - 17
2. Servo Valve Hydraulic System……………………….. VII - 11 - 17

BAB VIII.SISTIM LISTRIK


A. INSTRUKSI UMUM DAN PENCEGAHAN…..………. VIII- 1 - 10
B. RANGKAIAN PENGISIAN BATTERY………………. VIII- 1 - 10
C. RANGKAIAN LISTRIK UNTUK MENGHIDUPKAN
MESIN………………………………………………….. VIII- 3 - 10
D. BUS PIJAR……………………………..……………….VIII- 3 - 10
E. SIRKUIT STARTING DAN CHARGING….…………. VIII- 6 - 10

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
MENGATASI GANGGUAN BAB I

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
MENGATASI GANGGUAN I-1-8

A. PENGERTIAN UMUM.

Mengatasi gangguan berarti melokalisasi berbagai kemungkinan penyebab


gangguan, serta melaksanakan perbaikannya dan mencegah bahwa gangguan
tersebut tidak akan terjadi lagi.
Dalam pelaksanaan mengatasi gangguan, struktur dan fungsi, merupakan hal
yang penting untuk dipahami terlebih dahulu, disamping hat hat tersebut diatas,
juga informasi melokalisasi dari berbagai kemungkinan - kemungkinan
penyebab gangguan :

Tuntunan dalam mengatasi gangguan ( trouble shooting ).


1. Jangan terburu langsung membongkar komponen, karena apabila hal ini di
lakukan, mungkin bisa gagal karena bagian - bagian yang tidak ada
hubungan dan tidak penting kemungkinan ikut terbongkar yang justru akan
menimbulkan kesulitan dalam melokalisasi dan juga menyebabkan waktu
terbuang percuma, biaya menjadi besar, karena harus mengganti part, oil,
grease yang semestinya tak perlu diganti, sehingga dapat mengakibatkan
kehilangan kepercayaan dari operator dan user ( customer ).
Agar hal ini tidak terjadi make dalam menangani trouble shooting, sangatlah
penting untuk mendapatkan informasi terlebih dahulu.

2. Tanyakan kepada user atau operator mengenai


a. Apakah ada gangguan lain, selain gangguan yang telah dilaporkan.
b. Apakah ada keanehan ( kelainan ) sebelum gangguan terjadi.
c. Apakah gangguan tersebut terjadi mendadak atau secara perlahan-lahan.
d. Bagaimana dengan kondisi sebelumnya, sebelum gangguan itu terjadi.
e. Apakah sudah pernah ada perbaikan sebelum gangguan ini terjadi.
f. Apakah sudah pernah terjadi gangguan yang sama sebelumnya.
g. Lain - lain yang dapat membantu melengkapi informasi sehingga
pelaksanaan trouble shooting menjadt lebih mudah.

3. Sebelum mengatasi gangguan, penting diperiksa.


a. Oil level den air.
b. Kemungkinan kebocoran - kebocoran pada bagian luar dan pips-pipe.
c. Adjustment ( langkah ) dari masing-masinbg control lever/pedal.
d. Hal - hal yang berhubungan dengan perawatan berkala secara visual.

4. Memastikan gangguan.
Periksa tingkat gangguan, untuk lebih menyakinkan mengenai gangguan
yang terjadi dengan jalan mengoperasikan unit atau melaksanakan
pengukuran ( sewaktu mengoperasikan unit atau melaksanakan pengukuran,
hati - hati jangan sampai menambah gangguan ).

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
MENGATASI GANGGUAN I-2-8

5. Mengatasi gangguan.
Dari hasil pertanyaan – pertanyaan dan pemeriksaan pada item 2 s/d 4, kita
telah memilikil catatan / data – data untuk melakukan analisa, selanjutnya
ikuti trouble shooting chart untuk melokalisasi kemungkinan penyebab
ganggaun.

Prosedur untuk mengatasi gangguan :


a. Mulai dari yang paling simpel.
b. Mulai dari yang paling simpel.
c. Teliti juga part yang terkait.

6. Tindakan perbaikan penyebab gangguan.


Sekalipun ganggau telah diatasi, namun apabila penyebab awala gangguan
tidak diperbaiki, maka gangguan yang sama akan timbul lagi, untuk
mengatasi hal ini, maka harus diselidiki ganggauan tersebut terjadi.

B. CARA PEMBACAAN TROUBLE SHOOTING

Trouble shooting chart ini dibagi menjadi tiga bagian, yaitu :

1. Question ( pertanyaan ).
Bagian A + B pada chart, merupakan jawaban yang diperoleh dari pemakai
( operator ), bagian B, merupakan jawaban dari pemakai yang mempunyai
level pengetahuan lebih tinggi

2. Check item ( hal – hal yang harus diperiksa ).


Bagian C merupakan tugas mekanik untuk merlaksanakan pemeriksaan
sederehana, agar kemungkinana – kemungkinan penyebab menjadi lebih
terfokus. Mekanik dapat mempertajam kemungkinan – kemungkinan
penyebab dari informasi bagian A ( yang dipeorleh dari operator ), sedangkan
bagian C dapat dari hasil peneriksaan mekanik sendiri.

3. Trouble shooting ( mencari dan mengatasi gangguan ).


Trouble shooting adalah urutan kemungkinan, mulai dengan penyebab yang
diberi tanda yang mempunyai kemungkinan tertinggi dari informasi ( question
dari check items )

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
MENGATASI GANGGUAN I-3-8

~ Cara Dasar membaca trouble shooting chart adalah sebagai berikut :


Daftar hal – hal untuk bagian question dan bagian check items yang
mempunyai hubungan dengan hal – hal penyebab diberi tanda “ O “, dan
kemungkinan penyebab paling tinggi diberi tanda “ o “.

setiap pengecheckan dari bagian question dan check items dan tanda “ O “
atau “ o “ dalam chart untuk hal – hal dimana mendekati problem.
Kolom vertikal ( cause ) yang mempunyai titik tertinggi adalah penyebab
kemungkinan terbesar, sehingga trouble shooting mulai dari hal itu membuat
tindakan akhir dari penyebab.

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
MENGATASI GANGGUAN I-4-8

1. Untuk bagian ( Confirm Recent Repair


History ) pada bagian ( Question ), tanya
pada pemakai dan diberi tanda  pada
bagiab causes yang digunakan sebagai
pedoman lokasi penyebab kerusakan.
Bagaimanapun tanda  ini tidak
digunakan saat membuat perhitungan
pada lajur bawah.

2. Tanda  pada kolom causes sebagai


pedoman tingkat kerusakaan ( operation
for long periode ) dalam bagian question.
Tanda  ini bukan untuk menentukan
lokasi causes, tetapi dapat termasuk bila
menentukan trouble shooting.

TINDAKAN SAAT MELAKSANAKAN TROUBLE SHOOTING

Saat melakukan testing dan adjusting atau trouble shooting, stop unit pada
tempat yang datar, pasang safety pim, block wheel dan gunakan parking
brake.

Saat melakukan pekerjaan dengan dua atau lebih serviceman, gunakan


selalu tanda dan tidak memberi ijin siapapun mendekati unit.

Saat mengecheck water level, bila cap radiator dibuka saat engine masih
panas, uap air akan menyembur keluar, jadi tunggu engine dalam keadaan
dingin saat melakukan pengecheckan water level.

Hati – hati, jangan pegang beberapa parts yang masih panas.

Hati – hati, jangan pegang fan atau beberapa parts yang berputar.

Saat membuka plug atau cap dari hydraulic pressure, water pressure, air
pressure, pertama – tama buanglah lebih dahulu internal pressure.
Pasang measuring tools dengan baik sebelum melaksanakan testing,
adjusting atau trouble shooting.

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
MENGATASI GANGGUAN I-5-8

~ Cara menggunakan tabel testing, adjusting dan trouble shooting.


bila menggunakan table standard dalam melakukan testing, adjusting atau
trouble shooting, dapat mengikuti beberapa petunjuk dibawah ini :

• Nilai standard dari unit baru dalam tabel standard adalah nilai pedoman
dari unit baru dan standard unit pabrik. Tabel standard dapat digunakan
untuk menemukan estimasi keausan selama unit operasi atau target bila
akan dilakukan repair.
• Nilai standard yang rendah dalam tabel standard digunakan estimasi nilai
dasar pada hasil dari berabagai test dan sesuai niali standarad unit dari
pabrik. Nilai ini digunakan untuk pedoman repair dan operasi dari unit.
• Jangan menggunakan nilai satndard ini sebagai satndard untuk
mengajukan claim.

Contoh Trouble Shooting :


Bila exhaust gas berwarna hitam.
Penyebab dari exhaust gas berwarna diakibatkan dari air cleaner
buntu ( Clogged Air Cleaner ). Ada tiga gejala – gejala penyebab yang
berhubungan dengan problem tersebut.
- Exhaust gas slowly become back.
- Power slowly become weaker.
- Dust indicator is red.

Bila kita melihat dari tiga gejala – gejala penentuan penyebab, disana kita akan
menemukan sebuah hubungan fdengan lima penyebab ( five causes ).
Kami jelasakan disini cara menggunakan hubungan sebab akibat ini sebagai
kunci utama penyebab kemungkinan yang besar.

Keterangan :
Step 1 : Menjelaaskan hubungan antara tiga gejala – gejala dalam bagian
question dan check items dengan hal – hal lima penyebab ( five
causes ) dalam bagian causes pada kolom vertikal.
Step 2 : Jumlahkan tanda “ O “ dan “ o “ secara mendatar ( horisontal ) dari
three simptons dan memotong kolom vertikal dari kolom causes
• Clogged air cleaner element : O
• Air leakage between turbocharger and head : O O
• Clogged, seized injection nozzle : O
• Defective contact of valve, valve seat : O
• Worm piston ring, cylinder : O
Step 3 : Perhitungan dalam step 2 memperlihatkan bahwa “ clogged air
cleaner element “ mempunyai nilai yang besar.
Ikuti lajur koom ini ke bawah pada bagian trouble shooting dimana
didapatkan tanda .
Dijelaskan bahwa air cleaner harus dibersihkan ( clean ) dan exhaust
gas kembali nomal.

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
MENGATASI GANGGUAN I-6-8

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
MENGATASI GANGGUAN I-7-8

HAL – HAL YANG PERLU DIINGAT SAAT TROUBLE SHOOTING

Tujuan menentukan trouble shooting adalah dasar penyebab timbulnya


kerusakaan dan diperlukan tindakan – tindakan cepat yang memastikan untuk
melakukan perbaikan dengan segera agar tidak terjadi kerusakan yang lain lagi.

Saat yang menentukan trouble shooting, tentunya yang paling penting terlebih
dahulu harus mengerti structure dan function, supaya dalam menentukan
trouble shooting dapat berhasil dengan baik.

Salah satu cara yang cepat dalam melakukan trouble shooting, sebaiknya
dibicarakan dengan operator masalah – masalah yang timbulnya kerusakan
yang berguna sebagai petunjuk untuk menentukan penyebab.
• Jangan langsung melakukan disasssembly unit bila terjadi kerusakan.
Bila unit langsung di-disassembly bila terjadi kerusakan maka akan
mengakibatkan :
- Bagian – bagian yang tidak ada hubungannya akan ikut di-disassembly.
- akan sulit menentukan penyebab dari kerusakan.
Dalam hal ini maksudnya bukan hanya pemborosan waktu dan dana
penggantian spare parts, oil dan grease, tetapi akan mengakibatkan pula
kehilangan kepercayaan dari pihak pemakai / operator.
Oleh karena itu sangat penting melakukan trouble shooting pada
pemeriksaan secara cermat dan teliti sebelum mengatasi masalah trouble
shooting yang sesungguhnya.

• Ajukan pertanyaan – pertanyaan pada pemakai / operator antara lain :


- Apakah masalahnya sudah dilaporkan ?
- Apakah terdapat suara – suara / kejadian yang aneh sebelum terjadinya
kerusakan ?
- Apakah kerusakannya terjadi secara tiba – tiba atau kondisi unit kurang
baik sebelum terjadinya kerusakan ?
- Bagaimana kondisi unit saat terjadi kerusakan ?
- Apakah pernah dilakukan beberapa perbaikan sebelum terjadinya
kerusakan ?
- Apakah sebelumnya pernah mengalamai kerusakan yang sama ?

• Pengecheckan sebelum trouble shooting.


- Check oil level.
- Check kebocoran oil pada pipig hydraulic.
- Check control level travel
- Check langkah spool pada control valve.
- Hal – hal lainnya mengenai maintenance dapat juga dilaksanakan secara
visual, karena dapat juga hal tersebut membantu sebagai pertimbangan -
pertimbangan.

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
MENGATASI GANGGUAN I-8-8

• Memutuskan kerusakan.
Check tingkat problem secara pasti bila ternyata ada kerusakan atau ada
beberapa problem yang perlu ditangani atau dapat juga dari operasinya unit.
- Saat mengoperasikan unit dan mengulangi kembali kesalahan, secara
pasti dapat dilaksanakan melalui pemeriksaan atau pengukuran agar tidak
membuat kesalahan yang lebih jelek.

• Trouble shooting.
Kerusakan yang ada pada lajur ke bawah pada bagian causes di dapat dari
hasil pemeriksaan dan hal – hal pengecheckan dari No. 2 sampai No. 4, ikuti
lajur ke bawah pada trouble shooting chart pada kolom kerusakan ( failure ).
Prosedur untuk trouble shooting :
- Mulai dari bagian yang mudah.
- Tentukan bagian problem dengan pasti.
- Tentukan juga komponen – komponen kerusakan parts.

• Pelaksanaan penyebab kerusakan.


Bila hasil kerusakan telah direpair, serta penyebab yang sesungguhnya tidak
direpair maka akan menimbulkan kerusakan yang sama. Guna mencegah hal
tersebut dibutuhkan penyelidikan mengapa kerusakan terjadi dan cari sumber
penyebab yang kerusakan.

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
ENGINE BAB II

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
ENGINE II - 1 - 23

A. ENGINE LUBRICATING SYSTEM ( SISTIM PELUMASAN ).

1. Pompa roda gigi 3. Saluran utama oli


2. Saringan oli full flow 4. Saringan by pass

Pakailah selalu oli yang bersih dari jenis kwalitet yang tepat untuk pelumasan
motor diesel, hal ini akan menambah daya guna, ekonomis penggunaannya
serta memperpanjang umur dari seluruh bagian mesin yang bergerak.

Yang berikut ini adalah instruksi – instruksi umu yang harus diikuti / dilakukan :
• Pergunakanlah pelumas yang tingkat dan jenisnya sesuai dengab yang
dianjurkan pada tabel rekomendasi oli.
• Cegah dan awasi supaya air dan kotoran – kotoran tidak masuk ke dalam oli.
• Usahakanlah supaya permukaan oli pada karter mesin tetap pada ukuran
yang seharusnya.
• Tukarlah elemen saringan tepat pada waktunya sesuai dengkan jadwal
penggantiannya.
• Periksalah selalu meter tekanan oli untuk mengetahui apakah meter
berfungsi atau tidak, hal ini perlu sebab jarum meter harus senantiasa
menunjuk pada daerah sedang operasi pada meter, ketika mesin hidup.

Segera setelah mesin yang dingin dihidupkan tekanan oli akan naik tinggi,
tetapi tidak perlu dikhawatirkan sebab tekanan oli akan turun lagi bila olinya
sudah panas. Sewaktu motor mulai hidup secara normal, biarkanlah motor
hidup selama lima (5) menit dalam keadaan tanpa beban, sambil
memperhatikan semua meter untuk mengetahui apakah segala sesuatu
berjalan balk.

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
ENGINE II - 2 - 23

1. Saringan Oli.

Pada sistem pelumasan terdapat due macam saringan yakni “ full flow " dan
“ by pass ". Saringan "full flow" menyingkirkan semua partikel kotoran -
kotoran yang besar pada oli yang mengalir dalam mesin. Sedangkan
saringan “ by pass " menyingkirkan partikel kotoran halus yang dapat
merusak bagian - bagian mesin. Dengan menyalurkan sebagian dari oli
yang dipompakan ke seluruh bagian mesin melalui saringan “ by pass " maka
elemen saringan “ by pass " menyingkirkan partikel kotoran - kotoran halus
yang tak dapat disingkirkan oleh saringan “ full flow ". Saringan - saringan ini
menghasilkan oli yang dingin dan bertekanan ke seluruh bagian sebelah
dalam dari motor.

2. Petunjuk Tekanan oli.

Tekanan minyak pelumas pada mesin tetap stabil karena diatur klep pengatur
tekanan oli pada mesin dan hal ini dapat diawasi pada meter tekanan oli yang
terletak pada “ Instrument panel ".

B. COOLING SYSTEM ( SISTEM PENDINGINAN ).

1 2 3

1. Pipa ( saluran ) air 4. Saringan oli mesin


2. Termostat ( klep pengatur aliran air ) 5. Pendingin oli mesin
3. Radiator 6. Pendingin oli troque converter

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
ENGINE II - 3 - 23

Mesin didinginkan dengan cara meng-sirkulasikan air melalui block silinder dan
kepala silinder dan radiator seperti terlihat pada gambar, karena temperatur
mesin dapat diatur pada temperatur dimana mesin dapat beroperasi secara
effisien untuk setiap kecepatan unit dan keadaan operasi.

Sirkulasi air sistim pendingin diatur supaya temperatur tetap berada antara 75
derajat sampai 85 derajat Celcius ( 167 derajat sampai 185 derajat F ) oleh
termostat yang terletak pada saluran pipa keluar diatas kepala silinder. Air
pendingin harus bersih dan lunak atau air yang sudah disaring untuk menjamin
supaya air sistim pendingin bebas dari endapan bahan - bahan mineral Motor
terlalu panes dapat disebabkan oleh kegagalan sistim pendingin yang ternyata
dari kurangnya air pada sistim pendingin, termostat tidak bekerja, endapan
kotoran - kotoran debu yang mengeras antara pipe radiator dan lain lain. Bila
mesin mulai menunjukkan tanda-tanda jadi terlalu panes, matikanlah motor
untuk memeriksa dan mengetahui sebab-sebabnya. Sewaktu air pendingin
pada motor masih panes, tutup radiator jangan dibuka sebab jika dibuka airnya
akan menyembur keluar dan mengenai tangan anda.

1. Zat Anti Karat ( Corrosion Resistor ).

Oleh karena mantel air yang bersih adalah syarat utama untuk pengendalian
panes motor yang effektif, zat anti karat - mekanisme zat kimia yang mudah
bereaksi - diikut sertakan dalam sistim pendingin sedemikian rupa sehingga
air yang bersirkulasi tetap akan lewat melaluinya, dengan demikian
melindungi permukaan mantel air dari kerusakan yang disebabkan oleh karat.

2. Valve Mechanism ( Mekanisme Klep Motor )

Spelling ( kerenggangan ) yang tepat dari klep mesin adalah penting,


sehubungan dengan tekanan kompressi yang tinggi yang diperlukan oleh
mesin diesel. Spelling yang terlalu besar antara rocker arm ( stang penyentuh
klep ) dan batang klep akan mengakibatkan mesin bersuara bising,
teristimewanya sewaktu mesin dalam keadaan putaran lambat. Spelling yang
terlalu kecil akan mengakibatkan hilangnya kompressi, silinder tak terbakar
( pincang ), lama kelamaan akan mengakibatkan terbakernya klep dan
dudukan klep.

Handel dekompressi memberi kemungkinan untuk membuka klep masuk


setiap silinder, yang memungkinkan mesin diesel mudah diengkol / start.

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
ENGINE II - 4 - 23

C. FUEL SYSTEM ( SISTIM BAHAN BAKAR ).

1. Pengabut bahan bakar 5. Saringan bahan bakar


2. Pipa kembali 6. MVS governor - mechanica vari
3. Tangki bahan bakar able.
4. Tangki apung Speed governor ( pengatur
kecepatan mekanis ).
7. PT Pump - pompa bahan bakar.

Perlu rasanya ditekankan disini mengenal pentingnya pengabutan jumlah bahan


bakar yang tepat den pada saat yang tepat kedalam ruangan pembakaran,
karena injector bekerja dalam tekanan yang tinggi dari ruangan pembakar,
maka supaya dapat beroperasi dengan effisien, semua bagian dari injektor
harus dirawat dengan bersih den dalam kondisi yang selalu'baik setiap saat.

Hal ini mengharuskan pemakaian “ BAHAN BAKAR YANG BERSIH " untuk
injektor clan perlu pengukuran bahan bakar yang tepat oleh injektor.

PERHATIAN :
Tidak ada penyetelan yang dapat dilakukan pada injektor dilapangan.
Hubungilah selalu distributor Komatsu setempat untuk melakukan servisnya
Setiap bagian atau komponen dari sistim bahan bakar telah distel dengan hati -
hati dan tepat sebagai berikut sebelum di-assembling / dipasang.

~ Setiap nozzle ( pengabut ) dari injektor sudah ditest ( diuji ) mengenai jumlah
bahan bakar yang dikabutkan dan bentuk dari pengabutan dengan
mempergunakan alat pengetes / penguji.

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
ENGINE II - 5 - 23

~ PT Pump ( pompa bahan bakar ) sudah distel dengan teliti dengan


mempergunakan pesawat pengetest clan lalu disegel.
~ Governor pengatur putaran mesin sudah distel untuk keadaan tertentu,
sedemikian rupa, sehingga tidak dipengaruhi oleh beban.
~ Fuel injection timing ( waktu pengabutan bahan bakar ) telah distel dengan
teliti sekali.

Peringatan dan instruksi-instruksi yang berikut ini harus dipatuhi.

~ Jangan sekali - kali mencoba untuk menyetel sistim pengabutan dari bahan
baker.
~ Gantilah elemen saringan bahan bakar sesuai dengan jadwal yang sudah
ditentukan.
~ Berhati - hatilah sewaktu mengisi tangki bahan bakar jangan sampai kotoran,
debu atau benda-benda lainnya masuk kedalam tangki.

CARA MEMBUANG UDARA DART SISTIM BAHAN BAKAR.


Jika udara masuk ke dalam saluran sistim bahan bakar, sistim bahan bakar
akan tertahan oleh udara yang akan mengakibatkan mesin susah distart.
Oleh karena itu, sesudah mengisi sistim bahan bakar yang tadinya kosong
sama sekali maka perlu membuka rumah elemen saringan bahan bakar
sebelum dipasang kembali seperti semula.

1. PT Pump ( Pompa Bahan Bakar ).


Jika dicurigai bahaa PT PUMP tidak bekerja sebagaimana mestinya, maka
hubungilah distributor KOMATSU setempat untuk menservis PT Pump
tersebut. PT Pump dapat dibuka sebagai berikut

a. Tutuplah kran tangki bahan bakar.


b. Bukalah sambungan pipa ( 1 ), ( 2 ) dan ( 3 ).
c. Bukalah pen ( 4 ) yang menghubungkan batang penghubung dengan
handel.
d. Bukalah mur pengikat ( 5 ).

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
ENGINE II - 6 - 23

D. AIR INTAKE SYSTEM ( SISTIM PEMASUKKAN UDARA ).

1. Elemen saringan udara sebelah luar 3. Rumah saringan udara


2. Elemen saringan udara sebelah dalam 4. Indikator ( petunjuk debu )

Udara yang kotor adalah sumber utama dari keausan pada silinder ruangan
pembakar, torak, cincin torak dan klep. Keeffektifan dari saringan udara
dalam menghindari kotoran masuk kedalam motor berpengaruh besar sekali
pada motor. Sistim saluran pemasukan udara mempergunakan plat pengisap
dan dua elemen saringan. Sebelum udara memasuki elemen saringan,
sebagian besar dari kotoran yang masuk sudah disingkirkan dan ditampung
dimangkok penampung debu, ketika udara berputar memasuki plat pengisap.
Aliran udara yang dipisahkan dari debu dipaksakan masuk kedalam silinder
ruangan pembakar melalui elemen saringan udara luar dan dalam untuk
menghasilkan pembakaran yang effisien. Periksalah saringan udara pada
waktunya dengan teratur untuk menegetahui kondisi elemen.

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
ENGINE II - 7 - 23

E. CHART SYSTEM.

1. Lubricating System Chart.

1. Oil strainer 8. Safety valve 14. Intake and exhaust


2. Oil pump 9. Crankshaft valve
3. Oil cooler 10. Camshaft 15. Fuel injection pump
4. Oil filter 11. Piston 16. Turbocharger
5. Main relief valve 12. Piston cooling ( S6D125-1 )
6. Thermostat nozzle ( S6D125-1) 17. Timing gear
7. Regulator valve 13. Rocker arm 18. Adapter

W : Cooling water

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
ENGINE II - 8 - 23

2. Fuel System Chart.

1. Fuel tank 4. Fuel filter


2. Feed pump 5. Fuel injection nozzle
3. Fuel injection pump 6. Governor

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
ENGINE II - 9 - 23

3. Cooling System Chart.

1. Radiator 8. Cylinder liner


2. Thermostat 9. Piston
3. Water pump 10. Cylinder block
4. Water temperature gauge 11. Oil cooler
5. Water manifold 12. Air compressor ( GD705R-3
6. Corrosion resistor ( if equipped ) GD705A-4 )
7. Cylinder head A. Lubrication oil

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
ENGINE II - 10 - 23

1. Engine berputar, tapi tidak mengeluarkan gas buang.


( Fuel tidak disemprotkan ).

Penyebab umum :
~ Supply fuel tidak ada.
~ Supply fuel terlalu kecil.
~ Pemilihan fuel tidak tepat ( terutama
pada daerah dingin ).

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
ENGINE II - 11 - 23

2. Engine mengeluarkan gas buang tetapi tidak bisa hidup.


( Fuel sudah disemprotkan ).

Penyebab umum :
~ Putaran engine kurang dari semes
tinya, electrical system lemah.
~ Kurangnya supply fuel.
~ Kurangnya udara masuk.
~ Pemilihan fuel tidak tepat.

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
ENGINE II - 12 - 23

3. Kenaikan tenaga engine tidak lancar


( kenaikannya jelek, terlambat ).

Penyebab umum :
~ Kurangnya udara masuk.
~ Kurangnya supply fuel.
~ Kondisi RIP tidak balk.
~ Penggunaan fuel tidak baik.

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
ENGINE II - 13 - 23

4. Pusaran engine tidak lancar ( Housing )

Penyebab Umum :
~ Udara dalam fuel sistem.
~ Mechanisme governor tidak balk.
~ Mekanisme electric control tidak baik.
( Electrical control throttle type )
* Bila tidak housing seat rod throttle
control electric di lepas maka lihat
trouble shooting pada electrical
system.

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
ENGINE II - 14 - 23

5. Engine kurang tenaga ( tidak ada tenaga ).

Penyebab umum :
~ Kurangnya pemasukan udara
~ Kurangnya fuel supply
~ Kondisi fuel injection tidak baik
~ Penggunaan fuel tidak balk
( Penggunaan fuel tidak masuk dalam
spesifikasi )
* Bila terjadi overheating, tenaga akan
berkurang, cari trouble shooting
penyebab overheating.

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
ENGINE II - 15 - 23

6. Warna gas buang hitam.


( Pembakaran tidak sempurna )

Penyebab umum :
~ Kurang pemasukan udara.
~ Kondisi FIP tidak balk
~ Terlalu banyak fuel disemprotkan.

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
ENGINE II - 16 - 23

7. Pemakaian oil berlebihan.


( Warna gas buang ke biru - biruan ).
* Jangan menghidupkan engine pada
posisi idle lebih dare 20 menit
secara terus - menerus.
( Baik low idle maupun height idle).

Penyebab umum :
~ Pembakaran oil tidak normal.
~ Kebocoran oil keluar.
~ Pemakaian system pelumasan
terlalu lama.

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
ENGINE II - 17 - 23

8. Oil cepat tercemar ( cepat kotor ).

Penyebab umum :
~ Exhaust gas terhisap intake karena
keausan didalam.
~ Penyumbatan pada saluran pelumasan.
~ Pembakaran tidak tepat.
~ Penggunaan oil tidak tepat.
~ Operas! dengan beban berlebihan.

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
ENGINE II - 18 - 23

9. Pemakaian fuel berlebihan.

Penyebab umum :
~ Kebocoran fuel system
~ Kondisi FIP tidak baik
~ Fuel disemprotkan berlebihan.

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
ENGINE II - 19 - 23

10. Oil bercampur air atau air bercampur


oil atau batas air berkurang.

Penyebab umum :
~ Kebocoran di dalam pada sistem
pelumasan.
~ Kebocoran di dalam pada sistem
pendinginan.

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
ENGINE II - 20 - 23

11. Lampu indikator oil pressure menyala.


( oil pressure rendah ).
~ Pressure control oil kurang
~ Penggunaan oil tidak tepat
( Kekentalan oil tidak sesuai )
~ Kerusakan oil karena overheating

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
ENGINE II - 21 - 23

12. Temperatur air menunjukkan tinggi


( Over heating ).

Penyebab umum :
~ Air pada sistem pendinginan kurang
( Perubahan,kerusakanfan )
~ Effisiensy penyerapan panas kurang
~ Sirkulasi system pendinginan kurang baik.
~ Temperatur oil power train tinggi.

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
ENGINE II - 22 - 23

13. Timbul suara tidak normal.


Pastikan suara tersebut timbul dari
bagian dalam atau bagian luar.

Penyebab umum :
~ Kerusakan parts tidak normal
~ Suara pembakaran tidak normal
~ Sistem pemasukan udara

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
ENGINE II - 23 - 23

14. Getaran yang berlebihan.


Bila timbul suara tidak normal bersama
dengan getaran, lihat trouble shooting
“ timbul suara tidak normal ".

Penyebab umum :
~ Kerusakan dari bagian-bagian parts.
( Pemakaian tidak normal, patah )
~ Kelurusan tidak balk
~ Pembakaran tidak normal.

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
SISTIM PEMINDAH HIDROLIS BAB III

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
SISTIM PEMINDAH HIDROLIS III - 1 - 9

Unit ini mengkombinasikan sebuah “ Torque converter " dan transmisi “ Torque
converter “ ini merobah kecepatan dan daya putar secara otomatis menurut beban
yang sedang dihadapi oleh mesin.

Kedua - duanya yakni “ Torque converter " dan transmisi bekerja dengan olie mesin
yang sama, oleh karena itu harus cocok untuk kedua unit. Permukaan olie pada bak
“ Torque converter " dan transmisi harus senantiasa berada pada ukuran yang
seharusnya. Jika ada hal yang tidak biasa / gangguan pada kondisi kerja dari
“ Torque converter " akan mengakibatkan temperatur olie dan tekanan olienya akan
naik, oleh karena itu sewaktu operasi perhatikanlah hal yang berikut ini :

~ Jika meter temperatur dari torque converter menunjuk melewati daerah putih,
kurangilah beban mesin.
~ Jika meter tekanan olie dari “ torque converter " menunjukkan tekanan yang
melewati daerah putih dan memasuki daerah hitam sebelah kanan atas jika
meter tekanan olie transmisi menunjukkan tekanan yang melewati daerah putih
hubungilah distributor KOMATSU setempat untuk diperiksa.

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
SISTIM PEMINDAH HIDROLIS III - 2 - 9

A. MENGATASI GANGGUAN.

1. Temperature oli di dalam torque


converter naik.
~ Tanyakan pada operator.
Apakah kenaikan temperatur oli
akibat dari torque converter stall.
Ya --> Torque converter wajar.
Didalam case torque
converter tidak
memperlihatkan penyebab
kerusakan.
~ Check sebelum mengatasi
gangguan.
Apakah isi di dalam transmisi
case atau steering case cukup ?
~ Test akibat penyebabnya.
Jika temperatur oli di dalam
torque converter case cukup dan
gauge melebihi garis / ring hijau
maka gauge temperature oli tidak
normal.

Berikut simbol yang digunkan untuk menentukan/ Jika penyebab yang lain sudah
lokasi penyebab yang ini. dikerjakan baru memperhatikan
X : ganti /mengerjakan penyebab ini
A : shire/adjuster
 : perbaiki
C : bersihkan

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
SISTIM PEMINDAH HIDROLIS III - 3 - 9

2. Unit tidak bisa bergerak.


Tanyakan operator.
~ Apakah unit tiba-tiba mati /
berhenti kerusakan didalam
part.
~ Terdapat getaran tinggi dari
unit kerusakan part.

Check sebelum mengatasi gang –


guan.
~ Apakah jumlah olie transmissi
& steering sesuai ?
~ Apakah pergerakan spool untuk
control valve transmisi sesuai ?
~ Apakah ada kerusakan di
universal joint ?
~ Apakah rem steering
mengunci ?

Keterangan :
X : ganti
A : shire/adjuster
 : perbaiki
C : bersihkan

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
SISTIM PEMINDAH HIDROLIS III - 4 - 9

3. Daya tarik kurang &


kecepatan gerak rendah.

Tanyakan ke operator
~ Bagaimana operasi sebelumnya ?
~ Bagaimana mengetahui
dayanya kurang ?
• Bandingkan dengan
sebelumnya
--> Unit perhatikan
ketidak wajarannya.
• Bandingkan dengan yg
lain
--> Unit yang normal.
• Check sebelum
mengatasi gangguan.
--> Apakah jumlah olie
transmisi & steering
normal ?
--> Apakah ada
kebocoran oli dari
pipe, tanki valve ?
--> Apakah rem steering
mengunci ?
--> Apakah
kekencangan rantai
normal ?

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
SISTIM PEMINDAH HIDROLIS III - 5 - 9

4. Saat gear shifting terlambat.


Check selalu gangguan
~ Apakah isi oli transmisi den steering
case normal.
~ Apakah ada kebocoran oli dari pipe
antara case den valve ?

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
SISTIM PEMINDAH HIDROLIS III - 6 - 9

B. TORQFLOW HYDRAULIC CIRCUIT DIAGRAM D 75 S – 5.

1. Transmission case 11. Torq.conv. relief valve


2. Oil strainer 12. Torque converter
3. TORQFLOW pump 13. Torq.conv.regualtor valve
4. Oil filter 14. Oil cooler
5. Modulating relief valve 15. Oil cooler regulator
6. Quick return valve 16. Lubricating relief valve
7. Reducing valve 17. Transmission lubrication
8. Speed valve 18. PTO lubrication
9. Inching valve 19. Flywheel case
10. Forward Reverse valve 20. Oil strainer
21. Scavenging pump
A. Top for torq.cony.relief B. Top for torq.conv.regulator
pressure ( PT 1/8 ) pressure ( PT 1/8 )
C. Adaptorfor torq. conv. Oil D. Tor for trans. clutch
temperature pressure ( PT 1 /8 )

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
SISTIM PEMINDAH HIDROLIS III - 7 - 9

C. D 80, D 85 A – 18.

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
SISTIM PEMINDAH HIDROLIS III - 8 - 9

D. TORQFLOW HYDRAULIC CIRCUIT DIAGRAM D 85 ESS – 1.

1. Transmission case 11. Torq. conv. relief valve


2. Transmission oil strainer 12. Torque converter
3. Transmission pump 13. Torq. conv. regualtor valve
4. Transmission oil filter 14. Oil cooler
5. Modulating valve 15. Oil cooler
6. Quick return valve 16. Lubricating relief valve
7. Reducing valve 17. Transmission lubrication
8. Speed valve 18. PTO lubrication
9. F - R valve 19. Flywheel case
10. Torq.conv.relief valve 20. Oil strainer
21. Scavenging pump
A. Top for torq. conv. relief B. Top for torq. conv. regulator
pressure ( PT 1/8 ) pressure (PT 1 /8)
C. Adaptor for torq. conv. oil D. Tor for trans. clutch pres
temperature sure (PT 1/8)

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
SISTIM PEMINDAH HIDROLIS III - 9 - 9

E. TORQFLOW HYDRAULIC CIRCUIT D 155 A – 1.

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
SISTIM PEMINDAH MEKANIS BAB IV

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
SISTIM PEMINDAH MEKANIS IV - 1 - 6

A. MAIN CLUTCH ( D 80 A – 12 ).

1. Kopeling Utama ( D 80 A – 12 ).

1. Adjusting ring
2. Lock plate
3. Lock nut
4. Brake lever
5. Set bolt
6. Adjusting screw
7. Clutch shaft
8. Disc
9. Pressure plate
10. Flywheel cover
11. Release yoke
12. Brake lining
13. Brake drum

1. Cincin penyetel
2. Plat pengunci
3. Mur pengunci
4. Handel rem
5. Baut pengatur
6. Baut penyetel
7. Poros kopeling
8. Piring kopeling
9. Plat penekan
10. Tutup roda giia
( Roda gaya )
11. Yoke pembebas
12. Ferodo ( Plat baja
dilapisi tembaga )
13. Teromol rem

Kopeling utama adalah kopeling sistim basah yang diperlengkapi dengan


booster hidrolis. Olie pada bak kopeling utama dialirkan kepiring kopeling
dengan tekanan dari sebuah pompa roda gigi untuk melindungi kopeling
supaya jangan panas, sewaktu sedang beroperasi dan pompa roda gigi yang
sama memompakan olie dari bak kopeling utama pada booster untuk
membantu memperingan dalam mengendalikan handel booster dan bagian
lainnya yang membutuhkan pelumasan.

“ JAGALAH SELALU SUPAYA OLIE PADA BAK KOPELING UTAMA BERADA


TETAP PADA JUMLAH YANG SEHARUSNYA “

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
SISTIM PEMINDAH MEKANIS IV - 2 - 6

Kekurangan oil pada bak kopeling utama ataupun pemakaian oli yang tidak
baik kwalitetnya akan mengakibatkan ausnya piring kopeling utama, gigi akan
bergesekan dan gangguan sejenis lainnnya.
• Pada cuaca dingin, sewaktu temperatur olie rendah kopeling utama tidak
mudah melepaskan hubungannya. Tetapi hal ini tidak perlu menjadi
perhatian anda, sebab sewaktu mesin mencapai temperatur operasinya
maka hal ini akan hilang dengan sendirinya.

2. Penyetelan Kopeling Utama.

Untuk mengetahui penyetelan kopeling utama benar / tidaknya dapat


dilakukan sebagai berikut :

“ Biarkan mesin berputar dengan putaran penuh, pinclahkanlah handel


transmisi pada posisi gigi lima clan pijaklah rem sepenuhnya. Kemudian
tariklah handel kopeling utama sepenuhnya untuk menghubungkannya,
mesin akan terpaksa berhenti. Penyetelan kopeling utama adalah baik, jika
mesin berhenti dalam waktu dua detik “.

Jika menghadapi persoalan kopeling utama slip, penyetelan harus dilakukan


sebagai berikut :

“ Bukalah tutup tempat pemeriksaan, putarlah roda gila mesin sampai mur
pengunci ( 2 ) naik ketas. Lepaskanlah mur pengunci tersebut ( mur
pengunci ada di dua tempat dengan jarak 180 derajat antara yang satu
dengan yang lainnya ). menahan plat pengunci ( 3 ) pada tempatnya.
Dengan mempergunakan kunci pas pada ring pemberat, putarlah ring
penyetel ( 1 ) kesalah satu arah sampai pada penyetelan yang benar.

3. Rem Inersi.

Sewaktu handel kopeling utama didorong jauh kedepan, poros kopeling


utama harus berhenti dalam tempo tiga detik. Hal ini hanya berlaku setelah
mesin mencapai temperatur kerja. Untuk menyetelnya lakukanlah yang
berikut ini :

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
SISTIM PEMINDAH MEKANIS IV - 3 - 6

“ Longgarkan mur pengunci dan putar masuk baut penyetel ( 6 ) sampai


ferodo ( 12 ) berhubungan dengan tromol rem ( 13 ). Dari posisi tersebut,
putarlah baut penyetel ( 6 ) kembali ( balik pada posisi membuka ) 1.2
putaran dan lalu kuncilah mur pengunci dengan kuat.

Catatan :

“ Jika ferodo sudah aus diluar batas yakni 2.3 mm (0.08 inci) maka gantilah
dengan yang baru “

B. INERTIA BRAKE ( D 80 – 12 ).

Untuk mengetahui penyetelan kopeling utama benar / tidaknya dapat inertia


brake D 80 - 12

1. Return lever 5. Brake lever


2. Adjust screw6. Adjust screw
3. Bolt 7. Brake drum
4. Lever 8. Brake lining

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
SISTIM PEMINDAH MEKANIS IV - 4 - 6

1. Lubrication of Main Clutch and P.T.O.

1. Oil cooler 5. Steering control valve


2. Engine 6. Strainer
3. Main clutch pump 7. Steering oil filter
4. Transmission 8. Steering clutch oil pump

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
SISTIM PEMINDAH HIDROLIS IV - 5 - 6

* Main clutch tidak dapat disengaged se


cara sempurna.
( masih terdapat sisa putaran )

Check sebelum trouble shooting.


~ Check level oil main clutch.

Check untuk ketidak normalan


~ Pressure relief
~ Waktu clutch berhenti

Keterangan :
X : ganti
A : shire/adjuster
 : perbaiki
C : bersihkan

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
SISTIM PEMINDAH MEKANIS IV - 6 - 6

2. Main Clutch Slip.

Check sebelum trouble shooting.


~ Sudah tepatkah langkah dan pergerakkan pedal clutch.
• Check sesuai mulai spesifikasinya.
Jika benar, salah satu penyebabnya main clutch slip adalah sebagai
berikut :

No Penyebab Action

1. Susah mengunci, penyetelan tidak sempurna X

2. Gigi Aus X

3. Gigi aus ( release bearing ) X

4. Poros, spline aus X

3. Gigi Transmisi Susah Masuk.

No Penyebab Action

1. Susah mengunci, penyetelan tidak sempurna X

2. Gigi Aus X

3. Gigi aus ( release bearing ) X

4. Poros, spline aus X

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
SISTIM KEMUDI DAN REM BAB V

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
SISTIM KEMUDI DAN REM V - 1 - 11

A. STEERING SYSTEM.

1. Sistim Stir ( Pengendalian / Kemudi )

1. Tutup 4. Plat penekan


2. Baut penyetel 5. Tromol rem
3. Kain rem 6. Piring kopeling

Pengendalian dari mesin dilakukan dengan menarik ke belakang handel stir


pada arah yang clikehenclaki untuk memutar dengan tajam, perlu memijak
pedal rem pada sisi yang sama jauh kedepan sambil menarik handel pada
sisi yang sama sepenuhnya. Bak kopeling stir diisi dengan olie motor sampai
pada ukurannya, sebab kopeling stir adalah model basah.

Klep pengontrol stir clipergunakan dalam sistim stir untuk membantu supaya
mudah mengendalikan handel kopeling stir. Klep ini setelah disetel dipabrik,
tidak memerlukan lagi seterusnya.
• Pergunakanlah olie motor yang kwalitetnya terkenal. Berhati - hatilah
sewaktu mengisi bak kopeling stir, jangan sampai masuk kotoran - kotoran
ke dalam bak tersebut.
* Bersihkanlah saringan olienya dan saringan magnetisnya secara periodik.

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
SISTIM KEMUDI DAN REM V - 2 - 11

2. Kopeling Stir.

Kopeling stir berhubungan / melepaskan hubungannya secara hidrolis dan


tidak perlu penyetelannya.

3. Penyetelan Handel Kopeling Stir.

Langkah handel kopeling stir harus antara 125 mm dan 130 mm ( 4.9 dan 5.1
inci ). Jika diperlukan untuk menyetel langkah dari handel kopeling stir maka
lakukanlah sebagai berikut :
“ Tariklah handel kopeling stir yang bersangkutan perlahan - lahan kearah
tempat duduk operator sampai terasa berat tarikannya pada handel. Tetap
pegang posisi tersebut, longgarkanlah mur pengunci ( 9 ) dan putarlah
baut penyetel ( 10 ) sampai penahan ( 8 ) menyentuh stang ( 7 ) dan dari
posisi itu putarlah baut ( 10 ) satu putaran lagi. Kemudian kuncilah mur
pengunci ( 9 ) kembali “.

Tetapi, bila setelah penyetelan, jika dengan menarik salah satu handel,
traktor masih tidak mau membelok atau bahkan berhenti, hal ini disebabkan
oleh plat kopeling stir aus atau rusak. Hubungilah distributor KOMATSU
setempat untuk perbaikannya.

4. Rem Kopeling Stir.

Rem kopeling stir adalah model lingkaran luar yang dapat dikecilkan dan di
besarkan. Jika ferodo aus terlalu banyak, maka langkah pedal rem akan
bertambah. Dalam hal ini harus dilakukan penyetelan mengenai spelling
antara tromol kopeling stir clan lingkaran ban rem. Langkah standar dari
pedal rem adalah 90 sampai 130 mm ( 3.5 sampai 5.1 inci ) dari bagian
sebelah atas pedal rem.

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
SISTIM KEMUDI DAN REM V - 3 - 11

Rem kopeling stir adalah model lingkaran luar yang dapat dikecilkan dan di
besarkan. Jika ferodo aus terlalu banyak, maka langkah pedal rem akan
bertambah. Dalam hal ini harus dilakukan penyetelan mengenai spelling
antara tromol kopeling stir clan lingkaran ban rem. Langkah standar dari
pedal rem adalah 90 sampai 130 mm ( 3.5 sampai 5.1 inci ) dari bagian
sebelah atas pedal rem

5. Penyetelan.

Bukalah tutup yang terletak dibagian belakang mesin. Bukalah tutup ( 1 ) dan
putarlah baut pnyetel ( 2 ) sampai ferodo merapat pada tromol dari kopeling
stir ( merapatnya ferodo dengan tromol dapat dirasa dengan menginjak pe
dal rem ). Kemudian putarlah baut penyetel ( 2 ) kembali ( kearah membuka )
1.5 sampai 2 putaran untuk mendapatkan spelling jarak sprei ) yang tepat
antara ferodo clan tromol kopeling stir. Setelah penyetelan, tinggi “ A " yang
diperlihatkan pada gambar harus antara 89 clan 68 mm. Jika kurang dari
56 mm, hubungilah distributor Komatsu setempat untuk diservis.

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
SISTIM KEMUDI DAN REM V - 4 - 11

1. Steering Clutch tidak bisa disengaged.


~ Tanyakan ke operator point-point berikut.
• Apakah steering clutch tiba - tiba tidak bisa
disengaged ?
Yes = komponen aus atau rusak.
• Apakah ada suara tak normal saat ini
terjadi ?
Yes = Komponen patah

~ Check sebelum mengatasi gangguan.

Keterangan :
X : ganti
A : shire/adjuster
 : perbaiki
C : bersihkan

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
SISTIM KEMUDI DAN REM V - 5 - 11

~ Tanyakan ke operator point-point berikut.


• Apakah clutch tiba - tiba mulai slip?
Yes = komponen aus atau rusak.
• Apakah ada suara tak normal saat ini
terjadi ?
Yes = Komponen patah

~ Check sebelum mengatasi gangguan.


• Apakah isi oli ditransmisi dan steering sudah benar ?
• Apakah langkah dari spoll valve sudah benar ?
• Apakah penyetelan link steering control sudah
benar ?

Keterangan :
X : ganti
A : shire/adjuster
 : perbaiki
C : bersihkan
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
SISTIM KEMUDI DAN REM V - 6 - 11

~ Tanyakan ke operator point-point berikut.


• Apakah steering brake tiba - tiba berhenti
bekerja ?
Yes = komponen aus atau rusak.
• Apakah ada suara tak normal saat ini
terjadi ?

~ Check sebelum mengatasi gangguan.


• Apakah isi oli ditransmisi dan steering case
sudah benar ?
• Apakah penyetelan toleransi lining brake
sudah benar ?
• Apakah penyetelan link steering control
sudah benar ?

Keterangan :
X : ganti
A Mechanic
: shire/adjuster
Development.
 PT :Pamapersada
perbaiki Nusantara
SISTIM KEMUDI DAN REM V - 7 - 11

B. STEERING HYDRAULIC CIRCUIT DIAGRAM ( D 75 S – 5 ).

1. Oil strainer 7. Steering valve


2. Steering pump 8. Brake booster
3. Oil filter 9. Steering clutch (L.H)
4. Main relief valve 10. Steering clutch (R.H)
5. Oil cooler bypass valve 11. Steering case

A. Pressure tap for main relief pressure ( PT 1/8 )


B. Pressure tap for L.H clutch pressure ( PT 1/8 )
C. Pressure tap for F.H clutch pressure ( PT 1/8 )
D. Pressure tap for Bypass valve pressure ( PT 1/8 )

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
SISTIM KEMUDI DAN REM V - 8 - 11

Steering Case.

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
SISTIM KEMUDI DAN REM V - 9 - 11

L.H clutch “ OFF “


R.H clutch “ OFF “

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
SISTIM KEMUDI DAN REM V - 10 - 11

C. STEERING HYDRAULIC CIRCUIT DIAGRAM ( D 85 SS – 1 ).

1. Steering oil strainer. 7. Steering control valve


2. Steering pump 8. Brake control valve
3. Steering oil filter 9. Brake booster
4. Steering main relief valve 10. Left steering clutch
5. Oil cooler by pass valve 11. Right steering clutch
6. Oil cooler 12. Steering case

A. Plug for relief valve pressure


B. Plug for left steering clutch pressure
D. Plug for right steering clutch pressure
E. Plug for right brake booster pressure
F. Plug for by pass valve setting pressure

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
SISTIM KEMUDI DAN REM V - 11 - 11

D. STEERING HYDRAULIC CIRCUIT DIAGRAM ( D 155 – 1 ).

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
UNDERCARRIAGE BAB VI

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
UNDERCARRIAGE VI - 1 - 4

Tegangan rantai dapat disetel dengan cara memajukan dan memundurkan front
idler seperlunya. Rantai faktor harus senantiasa dalam keadaan tegang yang harus
senantiasa dalam keadaan tegang yang sesaui menurut ukuran yang telah
diberikan. Rantai yang terialu tegang dapat mengakibatkan ausnya dengan cepat
dari track links, pin can bushings. Rantai yang terlalu longgar dapat mengakibatkan
rantai terlepas sewaktu membelok yang mengakibatkan bertambahnya tahanan
pada daya gerak dari mesin. Jika penyetelan kedua rantai tidak rata, yang sebelah
lebih tegang dari yang satunya lagi, mesin akan lebih tegang, bila seharusnya mesin
jalan lurus.

A. PENYETELAN TEGANGAN RANTAI.

Untuk menambah tegangan rantai, bukalah tutup yang terletak disebelah bawah
dari carrier roller bagian depan dan isilah minyak gemuk melalui pentil gemuk
( 1 ) kedalam silinder gemuk dengan pompa minyak gemuk. Untuk mengurangi
tegangan rantai, longgarkanlah baut penyumbat ( 2 ) satu putaran maka minyak
gemuk akan keluar melalui lobang pada baut penyumbat ( 2 ). Setelah
beroperasi dalam waktu yang lama, bushing dan pins dari track akan aus
perlahan - lahan mengakibatkan track bertambah panjangnya. Jika jarak “ S "
yang terlihat pada gambar, diukur lebih dari 215 mm ( 8.5 inci ) hubungilah
distributor KOMATSU setempat untuk penggantian pins dan bushing dengan
yang baru.

PERHATIAN :

JANGAN MEMUTAR BAUT PENUTUP ( 2 ) LEBIH DARI DUA PUTARAN.

Jika minyak gemuk yang keluar dari silinder penyetel kurang banyak untuk
mengurangi tegangan rantai, maka gerakanlah mesin mundur maju dengan
motor hidup untuk memudahkan minyak gemuk keluar.

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
UNDERCARRIAGE VI - 2 - 4

B. PENYETELAN FRONT IDLER.

Front idler digunakan untuk menahan rantai dan mengatur tegangan rantai
seperti semestinya. Front idler duduk diatas yoke yang dibentuk untuk
memungkinkan idler assembly untuk bergerak maju clan mundur pada track
frame “ Guide pawl " ( 3 ) mencegah idler slip keluar dari rangka track. Sewaktu
“ guide pawl " mulai aus, idler tidak sejajar lagi ataupun rantai condong lari
kesamping.

Tempatkan traktor pada permukaan yang datar. Periksa spelling ( A ) antara


track frame ( 5 ) dan “ Guide pawl " ( 3 ) ( sebelah dalam atau luar dari kedua
sisi ) untuk melihat apakah ada spelling 1 mm pada kedua buah sisi. Jika ada
bagian yang ausnya lebih dari 4 mm maka keluarkanlah shims ( 4 ) sampai
penyetelan yang tepat. Tetapi jangan sampai spellingnya kurang dari 0.6 mm.
Satu shim tebalnya 1 mm.

C. BAUT SEPATU RANTAI.

Baut sepatu rantai ini disepuh dan mempunyai kekuatan yang luar biasa untuk
menahan goncangan dan tegangan sewaktu mesin bekerja. Periksalah baut
baut ini dan jika kedapatan longgar, ikatlah dengan kuat.

D. FLOATING SEALS.

Hubungan meluncur dari roller, idler dan lobang sprocket dan poros - porosnya
dilumasi dengan minyak gerdang ( gigi ) yang dilindungi dengan ketat dari
kebocoran dengan mempergunakan floating seals. Oleh karena itu bagian ini
tidak membutuhkan pelumasan kembali sampai dioverhaul untuk keperluan
recondition. Pemeriksaan secara visuil dari floating seals untuk mengetahui
apakah bocor atau tidak, adalah bagian dari perawatan harian dan harus
dilakukan dengan teliti. Jika diketahui bagian ini bocor, hubungilah distributor
KOMATSU

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
UNDERCARRIAGE VI - 3 - 4

E. FINAL DRIVE.

Tanda - Tanda Penyebab Mengatasi

~ Terdengar suara ~ Reamur bolt kendor ~ Torque sesuai


ribut pada final standar
drive ~ Bearing rusak ~ Buka, ganti dan
perbaiki
~ Viscosing oil sudah rusak ~ Ganti oli yang baru
sesuaikan dengan
standar

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
UNDERCARRIAGE VI - 4 - 4

F. KERANGKA BAWAH.

Tanda - Tanda Penyebab Mengatasi

1. Keausan tidak normal ~ Keausan pada link pitch ~ Putar /ganti pin &
bushing
~ Track frame dan sprocket ~ Luruskan posisinya
tidak lurus posisinya
~ Adjusment dari idler guide ~ Perbaiki
plate salah clearancenya
~ Rantai terlalu kendor ~ Buka dan perbaiki

2. Track sering lepas ~ Rantai terlalu kendor ~ Adjust sesuai ukuran


~ idler tidak lurus lagi ~ Perbaiki
~ Recoil spring patah, ~ Buka dan perbaiki
sehingga rantai kendor
~ Flange dari roller aus ~ Ganti roller
~ Operasi yang kurang baik ~ Perbaiki

3. Terdengar suara ribut ~ Bolt rantai kendor ~ Kencangkan


pada undercarriage ~ Bolt dari roller shaft ~ Kencangkan
bracket kendor
~ Bolt dari roller shaft ~ Buka dan perbaiki
bushing kendor
~ Rantai kendor ~ Adjust track ass’y
sesuai standar atau
ganti baru bila track
ass’y sudah rusak

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
SISTIM HIDROLIK BAB VII

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
SISTIM HIDROLIK VII - 1 - 17

Pada D 85 Tiltdozer, pisau diletakkan pada posisi “ Right Tilt " ( miring ke kanan ),
Left Tilt ( miring ke kiri ) dan pada posisi Hold ( tahan ) dengan menggerakkan
klep pengontrol didalam tangki, yakni dengan mengontrol handel pengontrol pisau
dozer. Sewaktu klep pengontrol digerakkan kekanan pada posisi miring, piston
silinder akan memanjang untuk memungkinkan pisau dozer terangkat pada posisi
sebelah kiri. Sewaktu alat pengontrol digeser pada posisi miring ke sebelah kiri
Piston Tilt Cylinder ( silinder pemiring ) akan memendek untuk memungkinkan pisau
dozer turun pada ujung sebelah kiri.

Pada posisi “ Hold " ( tahan ), pisau dozer akan ditahan pada posisi miring. Tekanan
yang terlalu rendah pada sistim hidrolis akan 'mengakibatkan kesukaran dalam hal
mengangkat clan menurunkan pisau dozer. Tekanan terlambat tinggi pada sistim
hidrolis akan mengakibatkan cepat rusaknya gasket dan slang hidrolis.

Catatan :

~ Semua pekerjaan servis pada sistim hidrolis harus dilaksanakan oleh distributor
KOMATSU setempat.
~ Pergunakanlah olie yang sesuai mutunya seperti yang dianjurkan.
~ Sewaktu menuang olie kedalam tangki hidrolis perhatikanlah supaya jangan
kemasukan kotoran clan air kedalamnya. Lumpur clan kerak karat akan
berkumpul didalam tangki yang mengakibatkan tangki rusak.
~ Sewaktu penggantian olie hidrolis atau sesudah sistim hidrolis baru diperbaiki,
buanglah udara dari sistim hidrolis dengan memanjangkan dan memendekkan
piston hidrolis beberapa kali dengan mesin hidup dengan kecepatan sedang.
Disamping itu buanglah udara dari rumah elemen saringan hidrolis ( Lihatlah
operasi "1000 Jam Servis" untuk pembuangan udara dari saringan oli
hidrolis ).

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
SISTIM HIDROLIK VII - 2 - 17

Gaya angkat blade kurang dan kecepatannya rendah


~ Check sebelum mengatasi gangguan
• Apakah isi oli hidrolik di tank netral
• Apakah langkah dari hidrolik control lever
dan valve spoll normal
~ Check gangguan.

Keterangan :
X : ganti
A : shire/adjuster
 : perbaiki
C : bersihkan

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
SISTIM HIDROLIK VII - 3 - 17

Hydrolik drift di lift cylinder besar


~ Tanyakan ke operator :
• Apakah hidrolik drift pada lift cylinder tiba – tiba besar
 Ada kotoran dalam valve atau part rusak

• Apakah terjadinya hidrolik drift berangsur / bertahap


 Part aus / hangus

~ Check sebelum mengatasi gangguan.


• Jika rod control lever dilepas dari control valve spool, apakah hidrolik driftnya
normal ?
 Rod bengkok atau rod aus atau bushing rod aus, atau kesalahan pada
servo oil circuit.
• Apakah ada kebocoran dari pipa antara control valve dan lift cylinder head ?

Keterangan :
X : ganti
A : shire/adjuster
 : perbaiki
C : bersihkan

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
SISTIM HIDROLIK VII - 4 - 17

Gaya Untuk Mengoperasikan Blade Berat.


Check kerusakan dengan sesuai trouble
pada tabel berikut.

Keterangan :
X : ganti
A : shire/adjuster
 : perbaiki
C : bersihkan

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
SISTIM HIDROLIK VII - 5 - 17

A. STRAIGHT TILTDOZER ( Neutral ).

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
SISTIM HIDROLIK VII - 6 - 17

1. Hydraulic tank 7. Blade tilt cylinder


2. Hydraulic pump 8. Suction valve for raise
3. Main relief valve 9. Suction valve for lower
4. Blade tilt valve 10. Check valve for lift
5. Blade tilt valve 11. Tilt cylinder
6. Oil filter 12. Check valve

A. Tap for main relief valve pressure

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
SISTIM HIDROLIK VII - 7 - 17

B. STRAIGHT TILTDOZER WITH RIPPER ( D60A – E – 8, D65A – E – 8 ).

1. Engine running, two blade control levers are in “ HOLD “ position.

Blade Lift Blade Tilt Ripper


1. Raise A. Left tilt D. Raise
2. Hold B. Hold E. Hold
3. Lower C. Right tilt F. Lower
4. Float

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
SISTIM HIDROLIK VII - 8 - 17

C. HYDRAULIC CIRCUIT DIAGRAM.

1. Straight Tilt Dozer with Ripper ( D60A – E – 8, D65A – E – 8 ).

1. Hydraulic pump 11. Check valve


2. Main relief valve 12. Ripper control valve spool
3. Flow control valve 13. Ripper cylinder
4. Tilt control valve spool 14. Safety valve for ripper head
5. Tilt cylinder 15. Suction valve for ripper bottom
6. Check valve 16. Suction valve for ripper head
7. Blade lift control valve 17. Safety valve for ripper bottom
spool 18. Hydraulic filter
8. Blade lift cylinder 19. Hydraulic tank
9. Suction valve for lift cylinder head A. Tap for main relief valve
10. Suction valve for lift cylinder bottom pressure

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
SISTIM HIDROLIK VII - 9 - 17

D. D80A – E – 18 and D85A.E.P – 18 ).

1. Straight Tilt Dozer with Ripper

1. Hydraulic oil tank 7. Oil filter 13. Flow check valve


2. Hydraulic pump 8. Blade lift cylinder 14. Ripper cylinder
3. Main relief valve 9. Quick drop valve ( only A )
4. Blade lift valve 10. Suction valve 15. Check valve
5. Blade tilt valve 11. Check valve 16. Suction valve
6. Ripper valve 12. Blade tilt cylinder 17. Ripper safety valve

A. Main relief pressure output plug

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
SISTIM HIDROLIK VII - 10 - 17

D150A 8421 and up


D155A 17001 to 25000

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
SISTIM HIDROLIK VII - 11 - 17

2. Servo Valve Hydraulic System.

1. Strainer
2. Steering pump
3. Steering filter
4. Rotary servo valve (For blade
lift operation)
5. Rotary servo valve (For blade
tilt operation)
6. Rotary servo blade (For
ripper operation) (Only A).
7. Blade control valve
8. Ripper control valve
9. Float divider
10. Steering main relief valve
11. Steering case

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
SISTIM HIDROLIK VII - 12 - 17

HYDRAULIC CIRCUIT DIAGRAM.

D150A 8421 and up


D155A 17001 to 25000
Neutral

1. Hydraulic tank 12. Suction valve (raise) 23. Oil filter


2. Hydraulic pump (PAL200) 13. Suction valve (lower) 24. Steering case
3. Main relief valve 14. Safety valve (raise) 25. Transmission pump
4. Check valve 15. Selector valve (D155 FAR 080)
5. Lift spool 16. Ripper lift cylinder Steering pump
6. Suction valve (raise) 17. Pilot valve (D150 FAR 100)
7. Suction valve (lower) 18. Tilt safety valve 26. Lift servo valve
8. Quick drop valve 19. Ripper tilt cylinder 27. Ripper servo valve
9. Blade lift cylinder 20. Flow check valve 28. Tilt servo valve
10. Check valve 21. Tilt spool 29. Pin puller valve
11. Ripper spool 22. Blade tilt cylinder 30. Magnet strainer
31. Oil filter 32. Main relief pressure pick up (PT 1/8)

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
SISTIM HIDROLIK VII - 13 - 17

D155A – 1 25000 and up

1. Strainer
2. Steering pump
3. Oil filter
4. Rotary servo valve (for blade
lift operation)
5. Rotary servo valve (for ripper
operation)
6. Rotary servo valve (for blade
tilt operation)
7. Blade lift and ripper control
valve
8. Blade tilt control valve
9. Steering main relief valve
10. Steering case

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
SISTIM HIDROLIK VII - 14 - 17

D155A – 1 25000 and up

1. Strainer
2. Steering pump
3. Oil filter
4. Steering main relief valve
5. Pin puller valve
6. Pin puller cylinder
7. Pilot valve
8. Selector valve
9. Pilot check valve
10. Steering case

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
SISTIM HIDROLIK VII - 15 - 17

n. D 75 S – 5.

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
SISTIM HIDROLIK VII - 16 - 17

HYDRAULIC CIRCUIT DIAGRAM.


D 75 S – 1.

1. Hydraulic tank 10. Oil cooler


2. Hydraulic pump 11. Lift cylinder
3. Oil filter 12. Lift side suction valve
4. Main relief valve 13. Lower side suction valve
5. Dump side check valve 14. Dump cylinder
6. Dump valve 15. Dump side suction valve
7. Lift side check valve 16. Dump side safety valve
8. Lift valve 17. Tilt side safety valve
9. Oil cooler relief valve A. Main relief pressure inspection plug

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
SISTIM HIDROLIK VII - 17 - 17

HYDRAULIC CIRCUIT DIAGRAM.


D 85 ESS – 1.

1. Winch case (function as hydraulic tank) 11. Lubrication and cooling of clutch
2. Strainer 12. Lubrication of transfer
3. Oil pump A. Tap for main relief pressure and
4. Inching valve inching pressure
5. Relief valve B. Tap for brake case pilot pressure
6. Clutch valve C. Tap for clutch pressure (Reverse)
7. Brake valve D. Tap for clutch pressure (Over
8. Clutch (Reverse) winding)
9. Clutch (Over winding) E. Tap for brake pressure
10. Brake cylinder

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
SISTIM LISTRIK BAB VIII

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
SISTIM LISTRIK VIII - 1 - 10

A. INSTRUKSI UMUM DAN PENCEGAHAN.

Hal yang perlu mendapat perhatian setiap harinya dengan sungguh – sungguh
adalah sebagai berikut ini :

~ Periksalah kabel – kabel listrik untuk mengetahui keadaannya. Kabel listrik


tidak boleh menunjukkan tanda terkelupas pembungkusnya bengkokkan
yang menyiku, terpelintir atau kerusakan lain.
~ Sebelum mengganti kawat atau komponen sistem listrik lainnya perhatikanlah
supaya kunci kontak dari starter dibuka supaya aman. Juga kunci atau
perkakas lainnya dilarang ditaruh diatas baterai menghindari terjadinya
hubungan singkat.
~ Kabel sewaktu dilepaskan dari transmisi supaya ditandai dan tentukan
tempat duduk dan lokasinya, supaya dapat dipasang kembali ke tempat
semula.

PERHATIAN :
Semua pekerjaan servis pada,generator starter motor, regulator dan relays
harus dilakukan oleh distributor KOMATSU.

B. RANGKAIAN PENGISIAN BATERAI.

1. Unit Regulator.

Unit regulator ferdiri dari 2 unit pengatur tegangan dan pengatur arus.
Pengatur tegangan mencegah voltage meningkat naik dari jumlah yang
sudah ditentukan, tanpa menghiraukan voltage yang dihasilkan oleh
generator, dengan begitu melindungi baterai dan bagian lainnya dari sistim
listrik. Pengatur arus listrik bekerja, sewaktu generator memberikan arus
yang meningkat melewati batas keamanan maximum untuk mencegah
generator melewati batasnya.

2. Generator.
Ingatlah bahwa memakai arang commutator yang sudah sangat aus akan
menyebabkan keluarnya bunga api sepanjang kontak gesekannya dan akan
merusak commutator.

3. Baterai.
Kesanggupan mengengkol dari starter motor tergantung sebahagian besar
dari kondisi baterai. Sehubungan dengan itu adalah sangat penting untuk
merawatnya baik - baik, teristimewa pada cuaca dimana temperatur
sekitarnya sangat dingin.

INGATLAH SELALU BAHWA BATERAI YANG KOSONG- MUATANNYA AKAN


MENGAKIBATKAN MOTOR SUSAN DISTART ATAU MERUSAK PLAT CELL
DARI BATERAI.

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
SISTIM LISTRIK VIII - 2 - 10

Usahakanlah untuk merawat baterai supaya tetap dalam keadaan bermuatan


setiap saat. Pemeriksaan periodik mengenai permukaan elektrolit pada
baterai jangan sampai dilupakan. Daftar yang terdapat dibawah ini dapat
menunjukkan secara tepat untuk menentukan tingkat muatan dari baterai.

JANGAN SEKALI - KALI MEMPERGUNAKAN BATERAI YANG KONDISI


MUATANNYA DI BAWAH 70 %.
Atmospheric temperature
Charge Rate 20 C 0C -10 C
68F 32 F 14 F
100 % 1.28 1.29 1.30
90 % 1.26 1.27 1.28
80 % 1.24 1.25 1.26
75 % 1.23 1.24 1.25
70 % 1.22 1.23 1.24

Atmospheric temperature
Keadaan
Chas dlm % 20 C 0C -10 C
68 F 32 F 14 F
100 % 1.28 1.29 1.30
90 % 1.26 1.27 1.28
80 % 1.24 1.25 1.26
75 % 1.23 1.24 1.25
70 % 1.22 1.23 1.24

Kepala baterai dan penghubungnya harus dicegah dari karat dengan cara
membersihkan klem dari kabel dan kepalanya secara terpisah dengan
mempergunakan ampelas ukuran senang. Sesudah dibersihkan berilah
sedikit vaselin ( minyak gemuk ). Penghubung baterai harus bebas dari air
dan kotoran. Sebelum menyimpan baterai, isilah aki zuurnya sedikit diatas
batas normal dan mulailah sepenuhnya. Pilih tempat yang kering dan dingin
untuk menyimpan baterai.

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
SISTIM LISTRIK VIII - 3 - 10

C. RANGKAIAN LISTRIK UNTUK MENGHIDUPKAN MESIN.

Sewaktu kunci kontak starter diputar kepisisi “ HEAT " ( PANAS) ( terminal R1 )
untuk pemanasan pendahuluan saluran pemasuk, busi pijar pada rangkaian
pemanasan pendahuluan akan menjacli pijar. Sewaktu kunci diputar pada posisi
“ Start " ( terminal 112 ) arus dari baterai memberi arus listrik pada kontak
kombinasi, yang mengoperasikan pinion penggerak dari starter motor untuk
berhubungan dengan gigi cincin dari roda gila, dengan demikian memutar
mesin. Pinion penggerak secara otomatis melepaskan hubungan sesaat motor
hidup dengan normal, maka pemutaran kunci pada posisi start tidak akan
memberi arus listrik pada starter motor, karena berfungsinya relay pengaman.

D. BUST PIJAR.

Busi pijar dipergunakan untuk pemanasan pendahuluan dari udara yang masuk
melalui saluran pemasuk untuk memudahkan start pada cuaca dingin. Jika di
curigai bahwa busi pijar tidak membantu start sebagimana mestinya. Periksalah
sebab - sebabnya pada sistim rangkaian listrik dare busi pijar. Untuk memeriksa
kondisi busi pijar, bukalah tutup ( 2 ) yang terletak disisi busi pijar ( 1 ) untuk
melihat gulugan kawat pemanas. Jika tidak ada kerusakan pada busi pijar,
periksalah kawat-kawatnya, kontak “ tarik " dan “ dorong " dari pemanas udara
pendahuluan dan resistor untuk mengetahui kondisi.

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
SISTIM LISTRIK VIII - 4 - 10

1. Engine tidak bisa hidup karena kesalahan


pada electrical system.
( check circuit starting system ).

Pengecheckan :
~ Apakah electrolite level battery atau spesific
gravity rendah ?
~ Check sirkuit starting ada yang putus atau
kabel terlepas, terminals kendor atau short
circuit.
Battery --> Safety relay --> Starting switch -->
Battery relay switch.
~ Pernah dilakukan perbaikan, kesalahan
pemasangan connector.

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
SISTIM LISTRIK VIII - 5 - 10

2. Battery tidak charge.


( Check charging system ).

Sebelumnya, tanya pada operator apakah


batterynya sudah lama ( 2 tahun lebih ).
Periksa apa ada short sirkuit.

Pengecheckan :
~ Apakah V bolt alternator atau dimana kendor
~ Check putusnya starting sirkuit atau
putusnya sirkuit.
Battery --> starting switch --> ameter -->
regulator --> starting masuk --> alternator -->
battery relay.
~ Indikator lamp charge menyala terus, seat
engine stop, ameter menunjuk satu sisi.
~ Hubungan wire salah.

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
SISTIM LISTRIK VIII - 6 - 10

E. SIRKUIT STARTING DAN CHARGING.

Sirkuit starting dan charging diatas dapat membantu mengatasi apabila pada
mesin terjadi kesulitan ( trouble ) yaitu
1. Tidak dapat start
2. Tidak dapat charging

Untuk lebih jelasnya kita bahas satu demi satu. .

1. Tidak Dapat Start.

~ Lihat sirkuit “ Starting ".


Catatan : Pada sirkuit Gbr diatas itu bahwa “ main switch " dan “ starting
switch " adalah terpisah. Ketika switch utama posisi “ ON ", arus mengalir
melalui battery relay. Sehingga terjadi hubungan di dalam battery relay
yaitu terminal E dan -b yang merupakan ground untuk terminal negative
( - ) battery.

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
SISTIM LISTRIK VIII - 7 - 10

Untuk kunci starting switch posisi on, arus mengalir melalui safety relay
( terminal SW ) ke ground. Hubungan didalam pada safety relay yaitu
terminal B dan C, yang mana arus yang melalui terminal C starting motor
melalui terminal B dan C pada safety relay.
Ketika arus mengalir ke terminal C starting motor, starting motor mulai
berputar pelan ( slowly ). Dalam waktu yang singkat pinion dan ring gear
( fly wheel ) berputar sangat cepat ( hubungan gear pinion dan ring gear
adalah mesh ) dan engine start.
Dalam waktu tertentu alternator juga melalui bergerak, ketika engine
mencapai 400 rpm. Arus yang dihasilkan oleh alternator ( alirannya
terminal N safety relay melalui terminal N regulator dan terminal N
alternator ) akan membesar sehingga cukup untuk membuka kontek pada
safety relay, jadi arus yang ke starting motor diputus dan secara otomatis
starting motor ( pinion ) merenggang setelah engine hidup.
Jika engine tidak berhasil distart, alternator akan selalu menghasilkan arus
selama starting motor memutar fly wheel oleh karena gaya inertia. Arus ini
mengalir ke terminal C safety relay kemudian membuka sirkuit dari
terminal SW safety relay ke ground. Jadi dalam waktu yang bersamaan
jika starting switch key diputar posisi start, arus tidak dapat mengalir ke
ground dan starting motor tidak dapat start.
Dari prinsip kerja sistim start diatas dapat untuk menentukan beberapa
kemungkinan apabila mesin tidak bisa distart. Seperti misalnya
penyebabnya adalah kabel salah sambung, battery tidak kuat, safety relay
rusak dan lain - lain.

2. Tidak Dapat Charging.

~ Lihat sirkuit “ charging ".


Alternator berputar bersama dengan engine menimbulkan arus listrik pada
terminal B alternator yang telah disearahkan oleh rectifying diode. Pada
saat engine speed tinggi, arus yang akan mengalir lebih besar dari
terminal N alternator ke terminal N regulator. Kemudian besar kecilnya
arus diatur oleh regulator dan mengalir ke field coil melalui terminal F
alternator.

Dari prinsip kerja sistem charging diatas dapat untuk menentukan


beberapa kemungkinan apabila mesin dalam kondisi kerja tapi tidak dapat
charging. Seperti misalnya penyebabnya adalah regulator rusak,
sambungan kabel putus dan lain - lain.

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
SISTIM LISTRIK VIII - 8 - 10

ELECTRICAL SYSTEM
D 80 A – 12

DESCRIPTION

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
SISTIM LISTRIK VIII - 9 - 10

DIAGRAM LISTRIK D 85 ESS - 1

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
SISTIM LISTRIK VIII - 10 - 10

DIAGRAM LISTRIK D 155 A – 1

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara

Anda mungkin juga menyukai