Anda di halaman 1dari 14

SISTEM HIDROLIK IMPLEMENT ALAT BERAT

A. Capaian Pembelajaran
Setelah menyelesaikan kuliah pada materi ini, mahasiswa mampu
menganalisis kerja serta mendiagnosis kerusakan berbagai jenis sistem implement
hidrolik serta melaporkan hasilnya melalui pemikiran logis, kritis, sistematis dan
inovatif secara bertanggungjawab dengan menunjukkan sikap religius.

B. Pokok Materi
1. Sirkuit dasar sistem hidrolik
2. Sistem hidrolik fix displacement system
3. Sistem hidrolik pressure compensated
4. Sistem hidrolik load sensing pressure compensated
5. Aplikasi sistem kontrol hidrolik pada alat berat
6. Diagnosis Sistem Hidrolik Alat Berat

C. Uraian Materi

Sistem kelengkapan alat berat kebanyakan menggunakan sistem hidrolik


untuk mendapatkan fleksibilitas fungsi dan kemampuan yang dibutuhkan. Seperti
yang dijelaskan pada Bab sebelumnya, sistem hidrolik pada umumnya memiliki
berbagai konfigurasi dari berbagai jenis komponen-komponen hidrolik untuk
menunjang fungsi implement alat beratnya. Sebagai contoh pada unit excavator,
terdapat beberapa implemen hidrolik seperti motor swing, silinder boom, silinder
arm, silinder bucket, bahkan travel motor yang digunakan untuk melakukan
gerakan maju dan mundur pada alat berat tersebut. Masing-masing konfigurasi
gerakan aktuator tersebut terjadi karena kerja dari sistem hidrolik secara
keseluruhan. Sistem hidrolik tersebut dapat digambarkan dalam bentuk sirkuit
hidrolik. Ada banyak macam jenis sirkuit hidrolik yang digunakan sesuai dengan
karakteristik mesin alat berat, sehingga untuk memahaminya Anda dapat
mempelajarinya dari yang sederhana sampai kompleks.
1. Sirkuit dasar sistem hidrolik
Sirkuit hidrolik pada alat berat tersusun dari komponen-komponen yang
digambarkan dengan simbol-simbol hidrolik. Sebagai contoh sirkuit hidrolik
sederhana berikut merupakan sirkuit yang diaplikasikan pada unit alat berat
bulldozer sederhana.

Gambar 26. Sirkuit hidrolik sederhana alat berat


(Sumber: United Tractors Indonesia: 2000)

Sirkuit di atas tersusun dari satu buah sistem aktuator berupa silinder
hidrolik. Untuk melakukan kerjanya, sistem hidrolik di atas didukung oleh tangki
hidrolik, pompa hidrolik jenis fix displacement, serta beberapa katup kontrol.
Katup kontrol pertama adalah katup pengatur tekanan (pressure control valve)
yang disetting 140 kg/cm2. Katup tersebut merupakan katup relief valve yang
membatasi tekanan maksimum pada sistem, sehingga mempengaruhi kapasitas
pembebanan sistem hidroliknya. Katup yang ditunjukkan nomor 2 adalah katup
pengatur arah aliran (Directional Control Valve) yang memiliki 4 posisi kerja,
yaitu raise, hold, lower, dan float. Katup pengatur arah merupakan katup yang
diatur secara mekanik dengan tuas. Katup kontrol lainnya adalah katup pengatur
aliran, yang disebut dengan throttle valve (nomor 4). Katup tersebut terdiri atas
check valve yang mengalirkan fluida hidrolik satu arah (dari bawah ke atas untuk
gerakan silinder naik), sedangkan kembalinya fluida dari atas ke bawah (silinder
bergerak turun) hanya melewati orifice, sedangkan check valve tertutup. Katup
kontrol lainnya adalah safety valve yang merupakan pressure limiter untuk beban
(nomor 5). Katup ini membatasi tekanan maksimum pada area jalur beban ketika
katup kontrol arah dalam posisi hold.
a. Cara kerja sirkuit
1) Saat posisi hold/netral
Saat posisi ini, katup pengatur arah mengalirkan minyak hidrolik dari
pompa ke katup kontrol, dan langsung menuju kembali ke tangki, karena sistem
ini menggunakan open center. Akibatnya, aliran terjadi maksimal dengan tekanan
yang sangat rendah. Pada sisi beban, masing-masing jalur silinder tertutup oleh
katup pengatur arah, sehingga tidak ada perubahan posisi aktuator.
2) Saat posisi raise
Ketika posisi katup kontrol arah diposisikan pada raise, maka akan terjadi
aliran fluida yang tadinya dari katup langsung mengalir ke tangki, pada posisi ini
dialirkan menuju ke silinder kerja. Sebelum sampai pada silinder, aliran fluida
melewati katup throttle dan check valve yang sama-sama terbuka sehingga
mengalirkan fluida dengan normal. Akibatnya, silinder kerja akan bergerak sesuai
dengan aliran fluida yang diatur oleh katup kontrol. Fluida hidrolik pada sisi yang
lain, karena terdesak oleh gerakan piston silinder, maka akan mengalir ke kembali
ke tangki melalui katup pengatur arah aliran.
3) Saat posisi lower
Kerja sistem hidrolik pada posisi lower hampir sama ketika raise. Pada
kondisi ini mengatur gerakan silinder untuk turun. Yang membedakan adalah
aliran dari silinder sebelum menuju ke tangki dilewatkan pada throttle valve dan
check valve yang bekerjanya tidak sama dengan saat posisi raise. Saat posisi
lower, check valve tertutup, sehingga aliran hidrolik mengalir hanya melewati
orifice yang ada. Akibatnya terjadi penurunan aliran fluida yang berakibat pada
melambatnya gerakan silinder ketika bergerak turun. Kondisi ini ditujukan untuk
menghambat gerakan penurunan blade pada dozer agar aman.
4) Saat posisi float
Pada posisi float, terlihat bahwa katup kontrol arah memungkinkan fluida
hidrolik pada semua jalur pompa maupun jalur silinder berhubungan langsung
dengan tangki hidrolik. Dengan demikian, tekanan hidrolik pada semua sisi akan
rendah. Selain itu, kondisi ini juga memungkinkan silinder dalam kondisi bebas.
Jika ada gaya ke atas, maka silinder akan bergerak ke atas, jika tidak ada beban,
maka silinder akan cenderung turun karena bebannya sendiri.
Contoh lain sirkuit hidrolik alat berat dapat dilihat pada gambar di bawah
ini. Sirkuit ini digunakan pada alat berat dozar shovel, di mana terdapat dua sistem
aktuator, yaitu lift cylinder dan tilt cylinder. Lift cylinder digunakan untuk
mengangkat bucket sesuai dengan kebutuhan, sedangkan tilt cylinder digunakan
untuk memungkinkan bucket dapat bergerak tilting untuk kepentingan loading
atau melepaskan muatan.

Gambar 27. Sistem hidrolik alat berat pada dozer shovel


(Sumber: United Tractors Indonesia: 2000)
Gambar rangkaian hidrolik di atas terlihat sedikit lebih kompleks dengan
skema hidrolik sebelumnya. Gambar di atas memperlihatkan dua buah aktuator
yang dikontrol oleh masing-masing directional control valve yang dirangkai
secara seri/berurutan, sehingga katup pengatur lift cylinder akan dipengaruhi oleh
katup pengatur tilt cylinder. Selain itu, terlihat pula bahwa pada skema hidrolik di
atas terdapat beberapa katup pengontrol lainnya, seperti relief valve (2), bypass
valve (4), load check valve (5), safety valve (6), dan make up valve.

2. Sistem hidrolik fix displacement system


sistem hidrolik jenis ini merupakan sistem hidrolik konvensional yang
relatif sangat sederhana. sistem ini melakukan kerja hidrolik dengan tanpa adanya
kompensasi tekanan-tekanan atau aliran minyak fluida pada kerjanya. Secara
sederhana, sistem ini dapat dilihat pada gambar di bawah.

Gambar 28. Sistem hidrolik sederhana fix displacement system


(Sumber: Thiess Training Center: 2015)

Gambar di atas menunjukkan beberapa komponen yang terangkai menjadi


sebuat skema hidrolik jenis fix displacement system. pada sistem tersebut, aliran
dari pompa hidrolik secara langsung dikendalikan oleh katup kontrol untuk
menuju ke masing-masing aktuator hidrolik. Coba kita perhatikan, ketika pompa
bekerja lamabat, maka aliran yang dihasilkan juga kecil, sehingga pergerakan
aktuator juga akan lambat, pengoperasian oleh operator juga cenderung mudah.
Saat putaran engine naik, maka kerja pompa juga semakin cepat, debit yang
dihasilkan besar. Ini berakibat pada aliran yang melewati katup kontrol hidrolik
juga besar. Dampaknya, gerakan aktuator semakin cepat. Ini juga akan terjadi
ketika beban kerja rendah/ringan. Saat beban kerja semakin berat, maka tekanan
yang timbul juga akan semakin tinggi. Tekanan ini juga akan dialirkan ke katup
kontrol. Dengan demikian, maka saat pompa terus bekerja, maka ketika katup
kontrol terbuka tersebut menghasilkan aliran yang cenderung terus menerus. Hal
ini akan menyulitkan operator ketika ingin menghentikan aliran. Dengan derasnya
aliran yang mengalir melewati katup kontrol karena kinerja pompa, maka gaya
pengoperasian oleh operator semakin berat. dengan demikian, pada fix
displacement hydraulic system, gerakan aktuator tidak hanya diatur oleh
pengoperasian katup, namun juga dipengaruhi oleh debit yang dihasilkan pompa,
serta beban kerja.

3. Sistem hidrolik pressure compensated


Pada sistem fix displacement, kecepatan gerakan aktuator sangat
bergantung pada kecepatan pompa hidrolik, serta beban kerja. Semakin berat
beban kerja, maka kecepatan gerakan aktuator semakin lambat. Selain itu,
pengoperasian katup kontrol juga semakin berat. Sistem hidrolik pressure
compensated merupakan pengembangan dari sistem hidrolik yang memperbaiki
kelemahan pada sistem hidrolik fix displacement. Gambar skema sederhana dari
sistem pressure compensator dapat dilihat pada gambar.
Gambar 28. Skema hidrolik sistem compensator
(Sumber: Thiess Training Center: 2015)

Gambar di atas, menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang jelas dengan


sistem pada fix dispacement system. Pada sistem tersebut, terlihat pemasangan
pressure reducing valve yang dipasang sebelum katup pengatur arah. Reducing
valve ini berfungsi untuk mengatur tekanan minyak hidrolik yang memasuki katup
kontrol arah melalui sensing dari tekanan beban hidrolik. Pegas sebesar 50 psi
dipasang pada reducing valve. Katup ini normally open. Ketika katup kontrol arah
digerakkan dari posisi netral ke arah gerak kerja (up/down), maka suplai minyak
dari pompa akan menuju katup kontrol dan ke silinder. Saat silinder terbebani,
maka tekanan minyak hidrolik pada beban akan meningkat. Sinyal tekanan ini
akan memberikan sinyal pada pressure reducing valve melalui double check
valve. Double check valve memungkinkan tekanan yang lebih tinggi dari kedua
sisi silinder akan menuju ke pressure reducing valve. Sebagai contoh, ketika
tekanan ini sebesar 1000 psi, maka tekanan yang dibutuhkan untuk menutup
pressure reducing valve sebesar 1050 psi (tekanan kerja + tekanan pegas). Dengan
demikian, ketika tekanan hidrolik pada bagian input katup kontrol sudah mencapai
1050 psi, maka katup pressure reducing valve akan menutup dan menjaga agar
tetap 1050 psi. Ketika beban berubah, sebagai contoh beban meningkat, sehingga
tekanan kerja menjadi 1500 psi, maka tekanan hidrolik pada sisi input katup
kontrol arah akan meningkat seiring dengan suplai minyak hidrolik dari pompa.
Namun, aliran tersebut akan dihentikan oleh pressure reducing valve ketika
tekanan pada sisi input katup kontrol melebihi 1550 psi, karena tekanan tersebut
mampu melawan tekanan pegas pressure reducing valve dan tekanan beban.
Berdasarkan cara kerja tersebut, maka dengan beban yang berubah-ubah
perbedaan tekanan antara sisi input katup kontrol dengan sisi output katup kontrol
arah selalu sama, yaitu 50 psi. Dengan demikian jika perbedaan tekanan yang
sama, dan ukuran lubang katup yang sama, maka debit aliran yang mengalir akan
tetap, serta sesuai dengan keingingan operator. Selain itu, juga berefek pada
ringannya pengoperasian katup kontrol pengarah. Namun, demikian, sistem ini
masih memiliki kelemahan, yaitu dengan dihentikannya aliran yang mengarah ke
katup kontrol oleh pressure reducing valve, maka tekanan yang terjadi pada sisi
output pompa akan meningkat secara drastis sampai katup relief selalu membuka.
Hal ini tentunya menjadi kerugian karena kerja pompa menjadi dalam posisi
maksimum yang berdampak pula pada panas yang terjadi dan konsumsi bahan
bakar penggerak pompa menjadi tinggi. Dengan demikian, yang dimaksud dengan
sistem hidrolik pressure compensated adalah sistem hidrolik yang menjaga agar
tekanan pada sisi input dan output katup pengontrol selalu memiliki selisih yang
sama pada setiap kondisi pembebanan maupun putaran pompa.

4. Sistem hidrolik load sensing pressure compensated


Seperti yang dijelaskan mengenai sistem hidrolik pressure compensated,
ternyata masih terdapat beberapa kelemahan dan kerugian. Sistem hidrolik load
sensing pressure compensated ini memperbaiki kelemahan pada sistem sebelunya
dengan pemasangan unloading valve berupa flow control valve. Susunan
rangkaiannya dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 29. Sistem hidrolik jenis load sensing pressure compensated
(Sumber: Thiess Training Center: 2015)

Gambar di atas menunjukkan bahwa sistem hidrolik tersebut dipasangkan


flow control valve yang menghubungkan jalur minyak hidrolik utama (output
pompa) dengan tangki. Pada katup tersebut dipasangkan pegas sebesar 200 psi.
dengan demikian, ketika tidak ada tekanan hidrolik, maka katup akan menutup
(normally closed) karena tertekan oleh pegas. Ketika operasi kerja, maka akan
terjadi peningkatan tekanan hidrolik dari sisi beban. Sebagai contoh, jika Anda
memberikan beban hidrolik yang mengakibatkan tekanan hidrolik pada beban
sebesar 1000 psi, maka katup unloading akan tetap menutup, sampai tekanan
hidrolik di sisi output pompa meningkat sampai tekanan yang mampu membuka
unloading valve. Tekanan yang dibutuhkan berarti tekanan beban ditambah
dengan tekanan pegas, yaitu 1200 psi. Ketika beban meningkat, maka kebutuhan
untuk pembukaan unloading valve akan meningkat pula. Oleh karena itu, sistem
ini akan menjaga tekanan output pompa hidrolik selalu 200 psi di atas tekanan
beban. Jika tidak ada pembebanan pada silinder atau diasumsikan tekanannya 0
psi, maka tekanan yang ada pada jalur hidrolik output sebesar 200 psi. Dengan
demikian, maka katup relief tidak terbuka. Karakteristik ini menjadikan sistem ini
memungkinkan sistem hidrolik menjadi lebih efisien dibanding dengan sistem
hidrolik pressure compensated. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa sistem
load sensing pressure compensated hydraulic system adalah sistem hidrolik yang
memungkinkan pengaturan tekanan dan aliran pada sistem sesuai dengan beban
kerja serta mengatur tekanan inisiasi untuk meningkatkan efisiensi kerja sistem
hidrolik nya.

5. Aplikasi sistem kontrol hidrolik pada alat berat


Setelah mengetahui berbagai jenis dan contoh sistem hidrolik yang
diaplikasikan pada alat berat, berikut ini ditampilkan contoh skema rangkaian
hidrolik yang digunakan pada produk wheel loader Caterpillar 928G.

Gambar 30. Sistem hidrolik pada Wheel loader Caterpillar 928G


(Sumber: Manual book caterpillar 928 G)

Berdasarkan gambar di atas, gambar berwarna hijau merupakan simbol


warna untuk jalur bertekanan rendah. Warna kuning untuk simbol komponen dan
jalur bertekanan sedang. Sedangkan warna merah adalah simbol untuk tekanan
tinggi. Sistem hidrolik yang digunakan pada unit wheel loader di atas, terlihat
terdapat 3 implement yang diatur, yaitu auxliliary implement (perangkat
tambahan), tilt cylinder, dan lift cylinder. Masing-masing silinder diatur oleh
katup kontrol arah 6/3 dengan jenis pengontrol pilot system, yaitu katup pengatur
arah yang dikontrol secara hidrolik oleh katur pengatur lainnya. Masing-masing
katup pengatur arah utama disusun secara seri dan menggunakan jenis open
center. Yaitu ketika semua katup dalam posisi netral, minyak hidrolik dari pompa
langsung terhubung dan terbuang ke tangki hidrolik. Jalur utama sistem hidrolik
yang digunakan untuk mensuplai silinder berasal dari suplai dari pompa hidrolik
jenis fix displacement pump yang tekanan outputnya dibatasi oleh main relief
valve.
Dilihat dari sistem pendukungnya, pilot control valve diatur oleh operator
secara mekanik melalui tuas-tuas pengatur yang diletakkan pada kabin operator.
Dengan tekanan rendah pada sistem pilotnya, maka gaya yang dibutuhkan oleh
operator relatif rendah dan ringan. Jalur hidrolik pada sistem pilotnya diatur oleh
pilot shut off valve yang digunakan untuk mengaktifkan sistem kontrol hidrolik.
Jalur sistem kendali pilot disuplai dari pompa hidrolik jenis variable displacement
yang beroperasi sesuai dengan kebutuhan sistem hidrolik secara presisi. Selain itu,
untuk meredam adanya fluktuasi-fluktuasi tekanan dipasanglah akumulator pada
pilot linenya. Pressure reducing valve yang dapat disetel dipasang pada pilot line
untuk mengatur tekanan kerja sistem pilot yang berpengaruh terhadap tingkat
sensitifitas pengendalian sistem hidrolik.
Diagram sirkuit sistem hidrolik pada wheel loader di atas juga
menunjukkan beberapa komponen pendukung, seperti lowering valve, safety
valve, load check valve, dan make up valve. Lowering valve digunakan untuk
memungkinkan penurunan implement ketika terjadi kegagalan sistem hidrolik,
sehingga implement tetap dapat diturunkan agar tidak membahayakan. Safety
valve yang berupa pressure control valve terpasang pada masing-masing jalur
hidrolik pada beban memungkinkan terjadinya pembuangan minyak hidrolik
menuju tangki ketika katup kontrol posisi dalam kondisi hold.
D. Rangkuman

Setelah dipelajarinya sistem hidrolik pada implement alat berat, dapat kita
rangkum bahwa:
1. Sistem hidrolik pada implement alat berat tersusun dari komponen-
komponen hidrolik yang dirangkai sesuai dengan skema hidrolik pada alat
berat tersebut.
2. Ditinjau dari pengoperasiannya, sistem hidrolik dapat digolongkan
menjadi beberapa jenis pengoperasian, yaitu sistem pengontrol mekanik,
pilot system, dan pneumatic control, dan electrohydraulic control.
3. Ditinjau dari karakteristik operasinya, sistem hidrolik alat berat dapat
diklasifikasikan menjadi: fix displacement system, pressure compensated
hydraulic system, load sensing hydraulic system.
4. Fix displacement system merupakan sistem hidrolik yang kecepatan
implemennya selain dipengaruhi dari pengoperasian, juga dipengaruhi
oleh besarnya beban hidrolik. Semakin besar bebannya, maka
kecepatannya semakin rendah.
5. Pressure compensated hydraulic system adalah sistem hidrolik yang
menggunakan kompensator tekanan dengan selalu menjaga selisih tekanan
pada katup pengontrol tetap meskipun pembebanannya berubah-ubah,
sehingga kecepatan aktuasi hanya dipengaruhi pengoperasian sistem
hidrolik oleh operator.
6. Load sensing hydraulic system adalah sistem hidrolik yang menggunakan
sensing beban sistem implemen hidrolik untuk melakukan pengendalian
debit sistem hidrolik output pompa hidrolik.
REFERENSI

Ahmad Kholil. (2012). Alat Berat. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Anonim. (2005). Caterpillar service training D10T Track type tractor.


Caterpillar.Inc.

Anonim. (2001). Caterpillar service training 320C Hydraulic excavator


Hydraulic system. Caterpillar.Inc.

Anonim. (2002). Shop manual Komatsu D85E-SS-2A.. Tokyo: Komatsu.

Anonim. (2003). Shop manual Komatsu PC27MRX. Tokyo: Komatsu.

Dharmawan Arumkusumo. (2015). Hydraulic Components and System.


Balikpapan: PT Thiess Contractors Indonesia.

Herbert E. Merritt. (1967). Hydraulic Control Systems. London: John Wiley &
Sons, Inc.

Robert Huzij, dkk. (2014). Modern Diesel Technology: Heavy Equipment.


Delmar: Cengage Learning.

Anda mungkin juga menyukai