Anda di halaman 1dari 7

BAB V

CHARGING SYSTEM

Charging System digunakan untuk mengembalikan kondisi battery agar selalu siap
digunakan. Hal ini disebabkan kapasitas battery tidak mungkin digunakan secara terus–
menerus.
Sistem pengisian ini, pada produk-produk KOMATSU dapat diklasifikasikan menjadi
empat, yaitu :
1. Sistem pengisian dengan DC Generator dan Tirril Regulator.
2. Sistem pengisian dengan Alternator dan Tirril Regulator.
3. Sistem pengisian dengan Alternator dan Semi Conductor Regulator.
4. Sistem pengisian dengan Alternator Brushless dan Semi Conductor Regulator.
Yang akan dibahas adalah point ke-3 dan 4, karena point ke-1 dan 2 sudah tidak
digunakan.

A. ALTERNATOR DENGAN SEMI KONDUKTOR REGULATOR

Tegangan yang dihasilkan alternator diatur oleh regulator sehingga sesuai dengan
karakteristik sistem kelistrikannya pada unitnya. Adapun arus yang masuk ke
battery (sebagai arus pengisian) dapat dimonitor melalui Amperemeter atau
charging lamp yang dihubungkan seri dengan terminal R alternator dan terminal
ACC starting switch.

Basic Mechanic Course 87


Training Center Department - PT Kalimantan Prima Persada
1. Alternator
Konstruksi dan prinsip kerja alternator jenis ini dapat dijelaskan sebagai berikut :

Gambar 118. Konstruksi dan Wirring Alternator

Prinsip kerjanya adalah :


a. Field coil (rotor coil) mendapat arus penguat sehingga pada rotor coil timbul
medan magnet.
b. Bila alternator diputar oleh engine, maka medan magnet pada rotor coil akan
dipotong oleh konduktor pada staror coil. Sehingga pada stator coil akan
timbul arus listrik.
c. Tegangan bolak–balik yang keluar dari stator kemudian diserahkan oleh diode
sehingga menjadi arus searah.

2. Semi Conductor Regulator


Fungsi semi conductor regulator adalah mengontrol arus penguat ke field coil
(rotor coil) sehingga tegangan yang dihasilkan alternator antara 27.5 s.d 29.5
volt. Prinsip kerja regulator adalah sebagai berikut :

Basic Mechanic Course 88


Training Center Department - PT Kalimantan Prima Persada
Gambar 119. Skematik Diagram Alternator Dan Semi Conductor Regulator

a. Bila starting switch posisi ON, maka arus dari battery akan mengalir ke rotor
coil. Jalannya arus penguat adalah :

Battery B - R - rotor coil - F - T1 - E

b. Setelah rotor coil menjadi magnet dan alternator diputar oleh engine, maka
dari alternator akan menghasilkan tegangan.
c. Bila output voltage dari alternator masih kecil maka arus yang keluar dari
alternator akan memperkuat medan magnet pada rotor coil, sehingga output
voltage dari alternator naik. Output voltage dari alternator adalah sebanding
dengan putaran dan kekuatan medan magnetnya.
d. Saat tegangan mencapai 29,5 volt maka voltage drop di V3 akan
menyebabkan zener diode mendapat reverse-voltage sehingga T2 akan ON
dan T1 akan OFF. Dengan demikian arus penguat ke rotor coil tidak
mendapat ground dan kemagnetan akan berkurang sehingga tegangan yang
dihasilkan alternator akan turun.

Basic Mechanic Course 89


Training Center Department - PT Kalimantan Prima Persada
Gambar 120. Tegangan Reverse Voltage pada Zener Diode

e. Bila output voltage turun mencapai 27,5 volt, maka T2 akan OFF dan T1
kembali ON (bekerja) dan field coil mendapat arus penguat kembali dan
output voltage alternator naik kembali.

Dengan demikian arus yang keluar dari alternator akan dijaga selalu pada
tengangan regulating yaitu 27,5 volt 29,5 volt.

B. ALTERNATOR BRUSHLESS DENGAN SEMI KONDUKTOR


REGULATOR

Pada prinsipnya sistem pengisian ini sama dengan seperti yang telah dijelaskan
diatas. Adapun perbedaannya terletak pada konstruksi alternator yang tidak
menggunakannya brush serta adanya sistem penguat yang disebut dengan
Darlington pada regulatornya.

Basic Mechanic Course 90


Training Center Department - PT Kalimantan Prima Persada
Gambar 121. Alternator Brushless dan Skematik Diagram Regulator

Basic Mechanic Course 91


Training Center Department - PT Kalimantan Prima Persada
1. Stator ass’y
Rear bracket ass’y
2. Bracket rear
3. Heat sink ass’y (+)
4. Heat sink ass’y (+)
5. Bolt
6. Support
7. Insulator
8. Bushing
9. Insulator
10. Bushing
11. Condenser
12. Bolt
13. Insulator
14. Bushing
15. Regulator ass’y
16. O-ring
17. Cover
18. Bearing, Ball
19. Cover
20. Coil ass’y
21. Rotor ass’y
Front bracket ass’y
22. Bracket
23. Seal, Oil
24. Bearing, Ball
25. O-ring
26. Cover
27. Bolt

Gambar 122. Komponen Brushless Alternator

Basic Mechanic Course 92


Training Center Department - PT Kalimantan Prima Persada
Rangkaian Darlington
Bila switch ON, Tr1 ON dengan demikian akan ada arus B2–E2, sehingga Tr2
akan ON.
Jadi :

IB2 = IB1 + IC1


Misal hfe Tr1 = Tr2 = 20
hfe = nilai penguatan (berarti penguatan yang
terjadi adalah 20 kali)
Bila :
IB1 = 1mA
IC1 = 20 mA
Berarti :
IB2 = IB1 + IC1
= 1 + 20
= 21 mA
Dengan demikian :
IC1 = 21 x 20
= 420 mA
Jadi dengan adanya rangkaian Darlington maka
penguatan yang terjadi dari arus sumber yang 1
mA menjadi 420 mA.

Gambar 123. Ilustrasi Darlington

Basic Mechanic Course 93


Training Center Department - PT Kalimantan Prima Persada

Anda mungkin juga menyukai