Anda di halaman 1dari 23

BAB I

DASAR LISTRIK

A. TEORI LISTRIK
Elektron adalah bagian terkecil dari suatu atom. Sifatnya ringan dan selalu
mengorbit pada inti (proton). Lihat gambar berikut ini :

Gambar 1. Elektron dan proton


Atom yang sederhana adalah atom hidrogen. Atom ini mempunyai satu elektron
yang mengorbit pada satu inti (proton). Atom yang elektronnya lebih banyak adalah
atom uranium. Atom ini mempunyai 92 elektron dan 92 proton. Setiap atom
mempunyai struktur sendiri–sendiri. Tetapi pada umunya setiap atom mempunyai
jumlah proton dan elektron yang sama (sebanding). Atom–atom tersebut menyebar
dalam lintasan yang terdapat pada atom tersebut.
Menurut Paulli, banyaknya elektron maksimum yang dapat menempati tiap kulit
dirumuskan dengan :

ev= 2 n2

(n = nomor lintasan kulit atom)


Simbol kulit dalam banyaknya elektron maksimum dalam setiap kulit adalah :
K = (n – 1 ) = 2 x (1)2 = 2 elektron
L = (n – 2 ) = 2 x (2)2 = 8 elektron
M = (n – 3 ) = 2 x (3)2 = 18 elektron

Basic Mechanic Course 1


Training Center Department - PT Kalimantan Prima Persada
N = (n – 4 ) = 2 x (4)2 = 32 elektron
O = (n – 5 ) = 2 x (5)2 = 50 elektron
P = (n – 6 ) = 2 x (6)2 = 72 elektron
Elektron yang terdapat pada kulit terluar disebut Valensi.
Contoh :

Nama Atom (NA) Tembaga (NA:29) Silikon (NA: 14) Sulfur (NA: 16)
Gambar

Pengisian Kulit Tembaga (Cu) Silikon ( Si ) Sulfur (S )


NA = 29 NA = 14 NA = 16
K=2 K=2 K=2
L=8 L=8 L=8
M = 18 M = 4 (ev) M = 6 (ev)
N = 1 (ev)

Valensi 1 4 6
Konduktivitas Konduktor Semi konduktor Isolator

Gambar 2. Atom dan lintasan elektron konduktor, semikonduktor, dan isolator


Contoh di atas menunjukkan macam-macam bahan berdasarkan nomor atom dan
sifat kemudahan menghantar arus listrik (konduktivitas).
Berdasarkan jumlah valensi atau jumlah elektron pada kulit atom terluar suatu bahan
dapat dikategorikan sebagai konduktor, semi konduktor dan isolator.
1. Konduktor
Konduktor adalah bahan yang dapat menghantarkan arus listrik. Konduktor juga
merupakan bahan yang atom–atomnya mempunyai jumlah elektron lebih kecil
dari 4 pada lintasan (kulit) terluar.
2. Semi konduktor
Semi konduktor adalah bahan yang dapat menghantarkan arus listrik (konduktor)
tapi juga dapat menjadi bahan yang tidak dapat menghantarkan arus listrik

Basic Mechanic Course 2


Training Center Department - PT Kalimantan Prima Persada
(isolator). Semi konduktor merupakan bahan yang atom-atomnya mempunyai
jumlah elektron sebanyak 4 elektron pada lintasan (kulit) terluar.
3. Isolator
Isolator adalah bahan yang tidak dapat menghantarkan arus listrik. Isolator
merupakan bahan yang atom–atomnya mempunyai lebih dari 4 elektron pada
lintasan (kulit) terluar.

Proton dan elektron dalam atom mempunyai gaya potensial :


1. Proton mempunyai muatan positif (+)
2. Elektron mempunyai muatan negatif (-)

Inti (proton) menarik elektron dan mempertahankan dalam lintasannya dan pada saat
muatan positif (proton) sebanding dengan muatan negatif (elektron), maka atom
menjadi netral.
Meskipun demikian, muatan atom dapat berubah dari netral menjadi bermuatan
positif (+) jika elektron terluarnya ada yang terlepas atau negatif jika mendapat
tambahan elektron dari atom lain pada kulit terluarnya.

1. Tegangan (Voltage)
Tegangan adalah beda potensial yang menimbulkan gaya yang mengakibatkan
mengalirnya arus listrik (perpindahan elektron). Tegangan dapat dianalogikan
sebagai perbedaan ketinggian air pada dua buah tabung air apabila dihubungkan
dengan sebuah pipa sehingga air mengalir dari level yang tinggi ke level yang
rendah. Kemudian tidak mengalir setelah ketinggian (beda potensial) sama.

Gambar 3. Perbedaan 2 level air

Basic Mechanic Course 3


Training Center Department - PT Kalimantan Prima Persada
Tegangan dapat juga didefinisikan sebagai perbedaan potensial yang diperlukan
untuk mengalirkan 1 Ampere arus melalui 1 Ohm hambatan. Satuan tegangan
listrik disebut “Volt“ dan disimbolkan “V“.

2. Arus
Ketika dua konduktor (A) dan (B) diisi muatan positif dan negatif yang
dihubungkan dengan kawat penghantar (C). Elektron–elektron bebas yang
berada pada konduktor (B) akan berpindah ke konduktor (A) melalui penghantar
(C). Hal ini akan menyebabkan terjadinya arus elektron dari konduktor (B) yang
bermuatan negatif ke konduktor (A) yang bermuatan positif.

Gambar 4. Hubungan antara arus listrik dan arus elektron


Arus adalah jumlah muatan listrik yang mengalir melalui suatu titik tertentu
selama satu detik.
Arus dirumuskan dengan :

Q
I= Coloumb/second
t

Dimana : I = Arus (Current) [Ampere]


Q = Muatan listrik [Coloumb]
t = Waktu [second]
Satuan dasar arus listrik adalah Ampere (A). Satu (1) Ampere didefinisikan
sebagai aliran satu (1) Coulomb muatan listrik dalam 1 detik.
Coloumb (Q) adalah banyaknya muatan listrik (elektron) yang mengalir melalui
suatu titik pada penghantar.
1 Q = 6,28 x 1018 elektron.
6 280 000 000 000 000 000 / sec. = 1 ampere

Basic Mechanic Course 4


Training Center Department - PT Kalimantan Prima Persada
3. Hambatan
Setiap obyek atau unsur memiliki nilai hambatan, hambatan ini melawan atau
menghambat aliran arus listrik. Besarnya hambatan dalam rangkaian listrik
menentukan jumlah arus yang mengalir dalam rangkaian pada setiap tegangan
sumbernya. Satuan hambatan adalah Ohm (Ω), jumlah hambatan yang
meloloskan arus 1 Ampere ketika dipasang pada tegangan 1 volt (pada
temperatur konstan). Singkatan yang baku untuk hambat listrik adalah Resistan
(R).
Kawat tembaga pada umumnya digunakan untuk menghantarkan arus llistrik
karena kawat tembaga, hambatan terhadap aliran listriknya kecil. Lihat gambar
berikut :

Gambar 5. Hambatan listrik dalam konduktor


Gambar 5, merupakan gambaran umum hambatan listrik dalam konduktor.
Ketika elektron bebas berjalan melalui sebuah logam, elektron–elektron itu
melambung melawan molekul, yang akan memperlambat kecepatan jalannya.
Perlambatan kecepatan ini disebut dengan “Electric Resistance“ atau “Hambatan
Listrik“.
Adapun nilai hambatan pada sebuah penghantar dipengaruhi oleh bahan
penghantar, luas penampang penghantar, panjang penghantar, serta temperatur.
Besarnya harga hambatan dapat dihitung dengan rumus :
ρ
R= ×L
Α

Dimana : R = Hambatan [Ohm/Ω]


ρ = Tahanan jenis [ohm/ Ω meter]
L = Panjang kawat [meter]
A = Luas penampang kawat [m2]

Basic Mechanic Course 5


Training Center Department - PT Kalimantan Prima Persada
Gambar 6. Konduktor/penghantar

Tahanan jenis setiap material berbeda–beda. Beberapa diantaranya adalah


sebagai berikut :

Tabel 1. Jenis material dan hambatan jenisnya.

B. HUKUM OHM
Hukum Ohm menyatakan bahwa banyaknya arus (I) yang mengalir melalui
konduktor adalah berbanding lurus dengan tegangannya (V), dan berbanding terbalik
dengan hambatannya (R).
Kalau dirumuskan :

V=IXR

Dimana : I = Arus yang mengalir [Ampere]


V = Tegangan [Volt]
R = Hambatan [Ohm]

Basic Mechanic Course 6


Training Center Department - PT Kalimantan Prima Persada
Berikut adalah contoh rangkaian percobaan untuk membuktikan hukum ohm.
Komponen yang dibutuhkan adalah sumber tegangan 12 V, potensiometer 10
KOhm, resistor 0,5 KOhm, Amperemeter, Voltmeter, dan Switch.

Gambar 7. Rangkaian Menguji Hukum Ohm

Jika switch SW dihubungkan, maka arus yang mengalir pada rangkaian akan dapat
terukur, begitu juga tegangan pada masing-masing resistor dapat juga diukur dengan
menggunakan Voltmeter.
Jika resistansi pada potensiometer diperkecil maka arus akan besar, sebaliknya jika
resistansi pada potensiometer diperbesar maka arus akan kecil.

C. ARUS SEARAH DAN ARUS BOLAK–BALIK


1. Arus Searah (Direct Current)
Arus searah atau Direct Current (DC) adalah arus yang mengalir dalam arah yang
tetap (konstan). Arus searah dapat diilustrasikan sebagai berikut :

Gambar 8. Ilustrasi Arus Searah

Basic Mechanic Course 7


Training Center Department - PT Kalimantan Prima Persada
Generator adalah salah satu alat yang dapat membuat beda potensial. Putaran
engine akan menciptakan beda potensial antara kedua polaritas.
Masing–masing terminal selalu tetap polaritasnya. Misalkan sebagai kutub (+)
selalu menghasilkan polaritas positif begitu pula sebaliknya. Beberapa contoh
sumber arus searah (DC) adalah battery, accu, dinamo, generator DC.

Gambar 9. Dasar Sumber Arus Searah

Bentuk gelombang tersebut adalah gelombang tegangan, jika bentuk gelombang


tegangan hanya dalam satu arah saja (arah positif) maka akan menghasilkan arus
yang searah. Arus yang demikian disebut Direct Current (DC).

2. Arus Bolak-balik (Alternating Current).


Arus bolak-balik atau Alternating Current (AC) adalah arus yang mengalir
dengan polaritas yang selalu berubah-ubah. Arus bolak-balik dapat
diilustrasikan :

Gambar 10. Islustrasi Arus Bolak-Balik

Basic Mechanic Course 8


Training Center Department - PT Kalimantan Prima Persada
Putaran engine membuat beda potensial yang berubah-ubah sehingga arus akan
mengalir dengan arah yang berubah-ubah.
Pada masing-masing sumber arus bolak-balik, polaritasnya selalu bergantian.
Contoh sumber arus bolak-balik adalah : Alternator (AC generator), listrik
rumah tangga dari Perusahaan Listrik Negara (PLN).

Gambar 11. Dasar Sumber Arus Bolak-Balik


Arus bolak-balik dari alternator akan berbentuk gelombang yang berubah-ubah
dari positif ke negatif dalam waktu tertentu. Seperti terlihat pada gambar di atas.
Arus yang demikian ini disebut Alternating Current (AC). Polaritas yang
berubah-ubah ini terjadi secara terus-menerus dalam tiap detiknya sehingga
disebut frekwensi. Frekwensi adalah banyaknya gelombang dalam tiap detik.

D. TENAGA LISTRIK

1. Sumber Tenaga Listrik


Sumber tenaga listrik adalah alat yang dapat men-suplai energi listrik ke
peralatan elektronika (beban). Contoh : Generator Set (genset), Battery, Accu.

Gambar 12. Generator set

Basic Mechanic Course 9


Training Center Department - PT Kalimantan Prima Persada
Tenaga listrik adalah jumlah dari usaha listrik yang dihasilkan selama periode
waktu satu detik. Pembangkit tenaga listrik ini berfungsi untuk mensuplai
kebutuhan tenaga listrik dari beban.
Horse power (HP) digunakan sebagai satuan tenaga mekanis, jika dikonversikan
ke tenaga listrik :
1 HP = 745.6999 [W] (Foot Pound HP)
1 PS = 735.4988 [W] (Metric Horse Power = PferdeStarke)
Tenaga ini disediakan oleh generator. Kemudian tenaga yang dihasilkan oleh
generator dapat disimbolkan P.

P = V.I (W)

(kerugian dalam generator dan sirkuit dianggap nol).

2. Tenaga Listrik yang diserap


Tenaga listrik yang diserap adalah tenaga yang diubah dalam bentuk lain selama
periode waktu satu detik. Tenaga ini merupakan tenaga yang dibutuhkan oleh
beban atau yang disuplai oleh sumber tenaga listrik. Contoh lampu, motor,
pendingin, pemanas, dan lain-lain. Sebagai contoh lihat gambar berikut ini :

Gambar 13. Pembebanan Pada Battery


Sebuah battery menghasilkan tegangan V melewati beban R (Ω) untuk
menghasilkan arus I [Ampere] melalui beban R (lampu), maka tenaga (P) adalah
:

P =V.I [Watt]
=R.I.I [Watt]
= R . I2 [Watt]

Basic Mechanic Course 10


Training Center Department - PT Kalimantan Prima Persada
Dimana : P = Tenaga listrik [watt]
V = Tegangan [Volt]
I = Arus [Ampere]

Satuan tenaga listrik adalah watt disingkat (W). Satu (1) watt menunjukkan
tenaga yang membutuhkan arus sebesar 1 A, pada tegangan 1 V dalam setiap
detik.
Jika sebuah lampu bertuliskan 24 W/12 V, berarti lampu tersebut menyerap daya
24 W jika dipasang pada tegangan 12 volt. Maka daya yang diserap lampu
tersebut adalah:
P V 2
I= R= P=I ×R
V I
2
24 [W ] 12 [V ] =2 ×6
= =
12 [V ] 2 [ A] = 24 [W ]
= 2 [ A] = 6 [ Ω]
Jadi daya yang diserap lampu adalah 24 W. Sesuai dengan daya yang tertulis
pada lampu.
3. Energi Listrik
Energi listrik adalah jumlah dari kemampuan kerja listrik dalam setiap satuan
waktu (detik). Jumlah tenaga listrik diartikan salah satu jumlah usaha listrik yang
dihasilkan atau ditetapkan dalam periode tertentu.
Satuan energi listrik adalah watt second disingkat dengan (WS) atau joule (J) jika
jumlah pengukuran besar satuan yang digunakan (Wh) Watt–hour.

W = V . I . t [Joule]

Dimana : V = Tegangan [Volt]


I = Arus [Ampere]
t = waktu [second]
4. Panas Joule
Joule menemukan bahwa tenaga listrik yang dipakai dalam sebuah hambatan
berubah semuanya menjadi panas. Penemuan ini disebut Hukum Joule Panas
yang dihasilkan berasal dari aliran listrik dalam sebuah hambatan dan disebut
Panas Joule dan 1 (WS) = 1 joule.
Basic Mechanic Course 11
Training Center Department - PT Kalimantan Prima Persada
E. JENIS-JENIS RANGKAIAN LISTRIK

1. Rangkaian Seri

Gambar 14. Rangkaian Resistor Seri


a. Tegangan (Voltage)
Tegangan kalau diseri akan berlaku rumus :

Vt = V1 + V2 + V3 + ... Vn
Dimana: Vt = Voltage total seri.
V1 .. Vn = Voltage masing–masing resistor.
b. Hambatan (Resistance)
Hambatan dirangkaikan seri akan berlaku rumus :

Rt = R1 + R2 + R3 + ... Rn
Dimana : Rt = Hambatan total seri.
Rt .. Rn = Hambatan masing–masing resistor.
c. Arus (Current)
Arus listrik yang mengalir dalam rangkaian seri dirumuskan dengan :

It = I1 = I2 = I3 = ... In
Dimana : It = Arus total.
I1 .. In = Arus masing–masing yang mengalir pada
rangkaian.
Basic Mechanic Course 12
Training Center Department - PT Kalimantan Prima Persada
2. Rangkaian Paralel

Gambar 15. Rangkaian Resistor Paralel

a. Tegangan (Voltage)
Tegangan sumber dirangkai paralel berlaku rumus :

Vt = V1 = V2 = V3 = ... Vn

Dimana : Vt = Tegangan total paralel


V1 ... Vn = Tegangan masing-masing resistor

b. Hambatan (Resistance)
Hambatan dirangkaikan secara paralel akan berlaku rumus :

1 1 1 1 1
= + + + ....
RT R1 R2 R3 Rn

Dimana : Rt = Hambatan total paralel


R1 ... Rn = Hambatan masing-masing resistor
c. Arus (Current)
Arus listrik yang mengalir dalam rangkaian paralel dirumuskan dengan :

It = I1 + I2 + I3 …. In

Dimana : It = Arus total paralel


I1 ... In = Arus yang masing-masing rangkaian

Basic Mechanic Course 13


Training Center Department - PT Kalimantan Prima Persada
3. Rangkaian Seri-Paralel

Gambar 16. Rangkaian Resistor Seri-Paralel

a. Tegangan (Voltage)
Tegangan sumber dirangkai seri-paralel berlaku rumus :

VRp = V2 + V3
Vt = V1 + VRp

Dimana : Vt = Tegangan total seri-paralel


VRp = Tegangan pengganti paralel

b. Hambatan (Resistance)
Hambatan dirangkaikan secara seri-paralel akan berlaku rumus :

1 1 1 1
= + + ....
R P R1 R2 Rn
Rt = R1 + R P

Dimana : Rt = Hambatan total seri-paralel


R1 ... Rn = Hambatan masing-masing resistor

Basic Mechanic Course 14


Training Center Department - PT Kalimantan Prima Persada
c. Arus (Current)
Arus listrik yang mengalir dalam rangkaian seri-paralel dirumuskan dengan :

I t = I1 = I 2 + I 3
R3
I2 = × I1
( R 2 + R3 )
R2
I3 = × I1
( R 2 + R3 )

Dimana : It = Arus total paralel.


I1 ... In = Arus yang masing-masing rangkaian.

Contoh :
1. Dari rangkaian seri berikut :

Gambar 17. Rangkaian Lampu Seri

Diketahui : Sebuah sumber 12 volt dihubungkan seri dengan dua buah lampu
masing–masing 24 W/12V dan 12 W/12V.
Hitung : a. Arus total (It) ?
b. Voltage drop (Vd1 dan Vd2)?
c. Power (P1 dan P2) ?
Jawab :

Lampu 1 :
Arus yang diminta : IL1 = WL1÷VL1 = 24÷12 = 2 [A]
Hambatan lampu 1 : RL1 = VL1÷IL1 = 12÷2 = 6 [Ω]
Lampu 2 :
Arus yang diminta : IL2 = WL2÷VL2 = 12÷12 = 1 [A]
Basic Mechanic Course 15
Training Center Department - PT Kalimantan Prima Persada
Hambatan lampu 2 : RL2 = VL2÷IL2 = 12÷1 = 12 [Ω]
Rt = RL1 + RL2 = 6 + 12 = 18 [Ω]
a. It = V÷Rt = 12÷18 = 0.66 [A]
b. Vd1 = I1 x R1 = 0.66 [A] x 6 [Ω] = 3.96 [V]
Vd2 = I2 x R2 = 0.66 [A] x 12 [Ω] = 7.92 [V]
Besarnya voltage drop pada hambatan yang dihubungkan seri adalah
tergantung besarnya arus yang mengalir dan besarnya hambatannya.
c. Tenaganya adalah :
P1 = ( It )2 x RL1 P2 = ( It )2 x RL1
= ( 0.66 )2 x 6 = ( 0.66 )2 x 12
= 2.6 Watt = 5.2 Watt

2. Dari rangkaian paralel berikut :

Gambar 18. Rangkaian Lampu Paralel


Diketahui : Sebuah sumber 12 volt dihubungkan paralel dengan dua buah
lampu masing–masing 24 W/12 V dan 12 W/12 V.
Hitung : a. Arus total (It) ?
b. Arus (IL1 dan IL2) ?
c. Power (P1 dan P2) ?
Jawab :
Lampu 1 :
Arus yang diminta : IL1 = WL1 ÷ VL1 = 24÷12 = 2 [A]
Habatan lampu 1 : RL1 = VL1 ÷ IL1 = 12÷2 = 6 [Ω]
Lampu 2 :
Arus yang diminta : IL2 = WL2 ÷ VL2 = 12÷12 = 1 [A]

Basic Mechanic Course 16


Training Center Department - PT Kalimantan Prima Persada
Hambatan lampu 2 : RL2 = VL2 ÷ IL2 = 12÷1 = 12 [Ω]
(1÷Rt ) = (1÷6) + (1÷12) = (2÷12) + (1÷12) = 3÷12
Rt = 12÷3 = 4 [Ω]
a. It = Vt ÷ Rt = 12÷4 = 3 [A]
b. IL1 = It x R2 ÷ (R1+R2)
IL2 = It x R1 ÷ (R1+R2)
IL1 = 3 x 12÷18 = 2 [A]
IL2 = 3 x 6÷18 = 1 [A]
c. Tenaga pada :
Lampu 1 : Lampu 2 :
P1 = ( IL2 )2 x R1 P2 = ( IL2 )2 x R2
= 22 x 6 = 12 x 12
P1 = 24 [W] P2 = 12 [W]

3. Dari rangkaian seri-paralel berikut :

Gambar 19. Rangkaian Lampu Seri-Paralel

Diketahui : Sebuah sumber 12 volt dihubungkan dengan 3 buah lampu,


dan dirangkai seperti gambar di atas.

Hitung : a. Arus total (It) ?


b. Arus (IL1, IL2, dan IL3) ?
c. Voltage drop (Vd1, Vd2 dan Vd3) ?
d. Power ( P1, P2, dan P3)?

Basic Mechanic Course 17


Training Center Department - PT Kalimantan Prima Persada
Jawab :
Lampu 1 :
Arus yang diminta : IL1 = WL1 ÷ VL1 = 12÷12 = 1 [A]
Hambatan lampu 1 : RL1 = VL1 ÷ IL1 = 12÷1 = 12 [Ω]
Lampu 2 :
Arus yang diminta : IL2 = WL2 ÷ VL2 = 24÷12 = 2 [A]
Hambatan lampu 2 : RL2 = VL2 ÷ IL2 = 12÷2 = 6 [Ω]
Lampu 3 :
Arus yang diminta : IL3 = WL3 ÷ VL3 = 24÷12 = 2 [A]
Hambatan lampu 3 : RL3 = VL3 ÷ IL3 = 12÷2 = 6 [Ω]

(1÷R2,3)= (1÷6) + (1÷6) = 2÷6


R2,3 = 6÷2 = 3 [Ω]
Rt = R1 + R2,3 = 12 + 3 = 15 [Ω]
a. It = Vt ÷ Rt = 12÷15 = 0.8 [A]
b. IL1 = It x R2 ÷ (R1+R2)
IL2 = It x R1 ÷ (R1+R2)
I2 = 0.8 x 6÷12 = 0.4 [A]
I3 = 0.8 x 6÷12 = 0.4 [A]

c. Voltage drop pada R1 :


Vd1 = It x R1 = 0.8 x 12 = 9.6 [V]
Vd2,3 = It x R2,3 = 0.8 x 3 = 2.4 [V]
d. Tenaga yang diserap :
Lampu 1 : Lampu 2 : Lampu 3 :
2 2
P1 = (IL1) x R1 P2 = (IL2) x R2 P3 = (IL3)2 x R3
= 0.82 x 12 = 0.42 x 6 = 0.42 x 6
P1 = 7.68 [W] P2 = 0.96 [W] P3 = 0.96 [W]

Basic Mechanic Course 18


Training Center Department - PT Kalimantan Prima Persada
Besarnya voltage drop pada hambatan yang dihubungkan paralel adalah sama
meskipun hambatan yang diparalelkan berbeda-beda.

F. AVOMETER

Avometer adalah alat ukur yang multi guna untuk mengukur (Ampere, Volt, Ohm)
atau dikenal dengan Multi Tester.
1. Bentuk dan Bagian-bagian Avometer

Pointer
Skala
Zero-point volt-ampere
Adjusment Screw Zero-point ohm
Rotary Adjustment Screw
Switch
Measuring terminal
(+) Measuring terminal
(-)

Lead

Grip
Test Pin

Gambar 20. Avometer dan Bagian-bagiannya

2. Mengukur Arus (Amperemeter)


 Mengetahui kira-kira besarnya arus yang akan diukur.
 Mengetahui sumber tegangannya DC atau AC. Bila sumbernya adalah DC
maka harus diketahui kutub (+) atau kutub (-). Pada umumnya Avometer
hanya untuk mengukur arus DC yang kecil (0 - 500 mA).
 Posisikan selektor (rotary switch) pada skala Ampere.
 Set pointer pada posisi 0 (nol) dengan menyetel zero point adjusting screw.
 Pasang Ampere meter seri dengan sirkuit yang akan diukur.

Basic Mechanic Course 19


Training Center Department - PT Kalimantan Prima Persada
 Pembacaan besarnya arus yang akan diukur adalah sesuai dengan skala pada
selektor (rotary switch).

Gambar 21. Mengukur Arus

3. Mengukur Tegangan (Voltmeter)


 Mengetahui kira-kira besarnya tegangan yang akan diukur.
 Mengetahui sumber tegangannya DC atau AC. Bila sumbernya adalah DC
maka harus diketahui kutub (+) atau kutub (-).
 Posisikan selektor (rotary switch) pada skala volt (DC volt atau AC volt).
 Posisikan skala selektor di atas atau lebih besar dari tegangan yang akan
diukur.
 Set pointer pada posisi 0 (nol) dengan menyetel zero point adjusting screw.
 Pasang volt meter paralel dengan sirkuit yang akan diukur.
 Pembacaan besarnya tegangan yang akan diukur adalah sesuai dengan skala
pada selektor (rotary switch).

Basic Mechanic Course 20


Training Center Department - PT Kalimantan Prima Persada
Gambar 22. Mengukur Tegangan

Contoh cara mengukur arus dan tegangan :

Gambar 23. Mengukur Arus dan Tegangan


4. Mengukur Hambatan/Tahanan (Ohm Meter)
 Pastikan bahwa hambatan yang akan diukur tidak dialiri arus dan tidak
mempunyai hubungan dengan hambatan yang lain.
 Posisikan selektor (rotary switch) pada skala Ohm.
 Hubungkan kedua test pin dan set pointer pada posisi 0 (nol) pada skala ohm
dengan menyetel zero ohm adjuster.
 Pasang Ohm meter paralel dengan hambatan yang akan diukur.
 Pembacaan besarnya hambatan yang diukur adalah sesuai dengan penunjukan
pada pointer dikalikan dengan faktor pengali selector switch-nya.

Basic Mechanic Course 21


Training Center Department - PT Kalimantan Prima Persada
Gambar 24. Mengukur Hambatan R3
5. Cara setting pointer 0
 Posisikan rotary switch ke - x 10 Ω.
 Hubungkan kedua test pin.
 Lihat penunjukan skala, atur zero point adjustment screw supaya
penunjukkan 0 Ω. Jika setelah diatur tetap tidak bisa 0 Ω, maka ganti battery
dalam AVO.

Gambar 25. Setting Multi Meter

Gambar 26. Konstuksi Dalam Avometer Analog

6. Penggunaan/Perawatan
 Memilih batas ukur yang tepat untuk menambah keakuratan/ketepatan.
Gunakanlah batas ukur yang nilainya terdekat dengan nilai yang sedang

Basic Mechanic Course 22


Training Center Department - PT Kalimantan Prima Persada
diperiksa. Sebagai contoh untuk mengukur tegangan battery kering 1.5 volt,
gunakan batas ukur DC 2.5 V.
 Mengukur nilai yang tidak diketahui.
Mulailah dengan memilih batas ukur yang tertinggi. Jika tidak terbaca,
turunkan batas ukur dengan memilih batas ukur yang menghasilkan
penununjukkan kira-kira ½ kali batas ukur, untuk membaca/mengukur lebih
akurat.
 Perlindungan dari tester.
Tester adalah instrumen presisi, guncangan atau getaran yang kuat harus
dihindari. Jangan membiarkan terlalu lama pada tempat yang bertemperatur
atau kelembaban tinggi.
 Penggantian battery di dalam AVO.
Jika penyetelan 0 Ω tidak bisa dilakukan, maka ganti battery dalam AVO.

Basic Mechanic Course 23


Training Center Department - PT Kalimantan Prima Persada

Anda mungkin juga menyukai