POWER TRAIN
DAFTAR ISI
Glosarium ........................................................................................................................................ 3
BAB I CLUTCH
1. Prinsip Dasar ...................................................................................................................................... 5
2. Tipe Clutch ......................................................................................................................................... 7
3. Komponen Friction Clutch .................................................................................................................. 10
4. Main Clutch Spring ............................................................................................................................ 13
5. Sistem Kontrol Main Clutch ............................................................................................................... 16
BAB. II TRANSMISI MEKANIS
A. Prinsip dasar ……………….................................................................................................................... 27
B. Klasifikasi Transmisi ............................................................................................................................ 28
C. Sistem Kontrol Transmisi .................................................................................................................... 38
BAB III TORQFLOW TRANSMISI
1. Pendahuluan ......................................................................................................................................... 42
2. Damper ................................................................................................................................................. 48
3. Torque Converter ................................................................................................................................. 52
4. Torque Converter Valve ....................................................................................................................... 70
5. Sistem Planetery Gear ……………………………….................................................................................. 75
6. Transmisi Control Valve ....................................................................................................................... 85
7. Counter Shaft Transmisi ...................................................................................................................... 93
Engaged : Suatu kondisi dimana susunan disc dan plate dalam keadaan merapat.
Engine : Salah satu komponen utama pada sebuah alat berat yang berfungsi sebagai sumber tenaga.
Disengaged : Suatu kondisi dimana susunan disc dan plate dalam keadaan merenggang.
Clutch : Disc dan plate yang tersusun diantara inner drum dan outer drum
Attachment : Perlengkapan kerja yang digunakan pada sebuah alat berat, contohnya blade, ripper, bucket, dan
lain sebagainya.
Actuator : Sebuah komponen utama dari hydraulic system yang berfungsi untuk merubah tenaga hidrolik
menjadi tenaga mekanik.
Flow : Aliran fuida
Control valve : Sebuah komponen utama dari hydraulic system yang berfungsi untuk mengatur tekanan, jumlah
dan arah aliran oli yang terdapat dalam system.
Reciprocating : Gerakan bolak-balik
Rotary : Gerakan berputar
Orifice : Lubang kecil yang terdapat dalam pipa/saluran untuk mempersempit aliran zat cair/fluida.
Power train : Suatu sistem dan rangkaian komponen yang meneruskan tenaga dari engine, mulai dari torque
converter sampai final drive, menuju roda atau track.
Bab I : Clutch
1. FUNGSI DASAR
Clutch merupakan suatu komponen penghubung dalam rangkaian penerusan tenaga (power train) pada suatu
kendaraan. Clutch terletak diantara engine dan transmisi bertindak sebagai penghubung ataupun pemutus
daya/putaran dari engine ke transmisi.
Clutch sebagai bagian dari suatu sistem power train banyak digunakan dikendaraan, kecuali beberapa jenis
kendaraan yang sistem power trainnya menggunakan type hydraulic. Berkaitan dengan fungsinya dalam suatu
sistem power train, clutch harus dapat memenuhi persyaratan tertentu agar kendaraan dapat bergerak/berjalan
dengan baik dan pengoperasiannya juga tidak menyusahkan operator.
Syarat cutch yang baik adalah:
a. Harus bisa menghubungkan dan memutuskan (engaged/disengaged) dengan baik, sehingga memungkinkan untuk
meneruskan ataupun memutuskan tenaga dari engine ke transmisi.
b. Harus memiliki torque transmitting capacity (kemampuan meneruskan tenaga) yang cukup dan kemampuan tidak
boleh menurun akibat naiknya temperatur kerja.
c. Harus bisa melepaskan/memindahkan panas yang timbul dengan baik dan tidak terpengaruh oleh kenaikan
temperatur.
Keuntungan penggunaan clutch.
* K onstruksinya sederhana.
* Harganya tidak terlalu mahal.
* Effisiensi lebih tinggi (lebih kurang 95 %).
* Maintenance/perawatan lebih mudah.
* Kemungkinan timbulnya masalah karena adanya kebocoran oli lebih kecil.
2. Tipe Clutch
Clutch dapat dibedakan ke dalam beberapa tipe, clutch digolongkan berdasarkan prinsip kerja, sistem pendingin,
jumlah disc clutch dan cara kerjanya. Dibawah ini akan di bahas mengenai tipe-tipe dari main clutch tersebut.
A. Prinsip Kerja
Berdasarkan prinsip kerja main clutch digolongkan menjadi friction clutch dan fluid coupling.
1. Friction Clutch
Clutch jenis ini dalam penerusan tenaga/putaran adalah dengan cara menempelkan (engaged) dua bidang permukaan,
sehingga tenaga/putaran dari bidang permukaan yang satu dapat diterima oleh bidang permukaan yang lainnya.
Macam-macam type friction clutch adalah disc and plate type dan Cone type
a. Cone Clutch
Cone clutch friction drivenya logam dengan logam, mungkin logam-logam gesekan drive, tetapi biasanya pada
heavy duty friction material lining di ada tambahannya. Cone clutch awalnya di gunakan pada kendaraan ber
motor dan masih banyak di gunakan pada industry.
2. Fluid Coupling
Clutch jenis ini dalam penerusan tenaganya melalui media cairan/fluida. Secara umum clutch jenis ini dapat
dibedakan atas Torque converter (menggunakan stator) dan Fluid coupling (tidak menggunakan stator).
1. Disc
Bentuk dan jenis Disc tergantung pada tujuan penggunaan Clutch tersebut. Standar bentuk Disc dan penamaan
bagian-bagiannya (nomenclature) adalah sebagai berikut:
Pada disc dibuat dengan pola alur yang berbeda. Bentuk pola alur (pattern) sengaja dibuat pada permukaan
bidang gesek (facing material) dari disc dengan tujuan untuk pendinginan clutch, mengurangi kerugian gesek/slip
dan untuk memungkinkan oli terbebas/keluar pada saat engage.
Cara Kerja
• Main Clutch Posisi Engage
Main clutch posisi enganged terjadi ketika pedal main clutch dalam posisi tidak diinjak (depressed).
Pada kondisi tersebut spring (2) tidak dalam keadaan tertekan, hal ini mengakibatkan spring (2)
memanjang untuk kemudian menekan plunger (8), rod (17) dan shifter (12) ke arah ◄. Support (15)
yang menunjang lever (4) pada titik A bersinggungan dengan pressure plate (8) dan menekannya dimana rod
(17) tetap bersatu dengan release lever (4) pada titik B.
Dari kondisi diatas, ketika rod (17) bergerak ke arah ◄, Lever (4) pada titik B bergerak ke arah ◄ sedangkan
pada titik A bergerak berlawanan ke arah ►, maka release lever (4) akan menekan pressure plate (8)
sehingga disc dan plate pada posisi engage dan dapat meneruskan tenaga dari engine melalui flywheel menuju
main clutch shaft (1) yang diteruskan ke transmisi.
Main Clutch akan disenganged ketika pedal clutch pada posisi diinjak atau ditekan, pada kondisi ini
shifter (12), flange (18), dan rod (17) bergerak ke arah ► oleh lever (13) dengan menekan spring
(2). Pada titik A terdapat support (15) menunjang lever (4) yang bersinggungan dengan pressure
plate (8) dan pada titik B dimana lever (4) masih menyatu dengan rod (17).
Pada kondisi seperti diatas maka ketika rod digerakkan ke arah ►, titik B pada lever (4) juga
bergerak ke arah ► dan titik A ke arah ◄, sehingga tekanan pada pressure plate (8) berkurang
tetapi masih dapat menjaga kedudukan disc (6) dan platenya (7) dalam arti masih belum sepenuhnya
disenganged. Disc dan Plate akan disenganged dengan sempurna ketika spring (16) menarik pressure
plate (8) kearah ◄.
a. Mechanical Type.
Type pergerakkan / pengontrolan Mechanical ini banyak / umum digunakan di automobile, ciri-cirinya :
* Konstruksi sederhana.
* Pergerakan secara langsung dengan melalui linkage-linkage.
* Membutuhkan tenaga yang besar untuk mengoperasikannya, karena langsung melawan kekuatan dari
Clutch Spring.
b. Booster Type.
Untuk membantu meringankan injakan pedal supaya operator tidak cepat lelah harus melawan gaya
Spring pada Clutch, maka dibantu dengan Booster.
1. Spring Booster.
Booster Type ini menggunakan kekuatan Spring yang akan membantu operator ketika menekan Pedal untuk
men-disengage-kan Clutch.
2. Hydraulic Booster.
Booster type ini menggunakan Oli bertekanan ( Pressure Oil ) yang akan membantu operator ketika akan
men-disengagge-kan Clutch / menekan Pedal Clutch.
Type Booster yang dipakai untuk ini adalah Single Acting Type, dipakai pada Unit Bulldozer dan ada juga
double acting booster khususnya pada unit yang menggunakan main clutch over center ( lever operated )
32
Hydraulic Single Acting Type.
27.Main clutch booster body 31. Booster spring
28.Piston 32. Spring seat
29.Valve 33. Lever
30.Valve guide 34. Lever
Pada posisi enganged oli dialirkan oleh main clutch gear pump masuk melalui port A, aliran oli dapat
dilihat dari tanda panah pada gambar diatas. Oli yang keluar dari booster dialirkan menuju clutch .
shaft untuk pelumasan dan pendinginan yang selanjutnya akan turun kembali ke oil pan yang terletak
di bawah dari clutch case.
Pada saat pedal tidak diinjak, lever (33) bergerak sesuai dengan tanda panah gambar diatas menekan valve
(29) untuk menutup port B pada piston (28). Aliran oli dari gear pump terhambat sehingga menghasilkan tekanan
pada port A, tekanan tersebut akan terus meningkat sehingga mampu untuk mendorong piston (28). Pergerakan
piston akan mendorong lever (34) dan menggerakkan yoke untuk mendisengangedkan clutch.
Main clutch lever berfungsi untuk mengenganged dan mendisengangedkan main clutch. Pada saat
lever digerakkan maka akan menggerakkan spool double acting booster kearah ▼ seperti pada
gambar untuk mendisengangedkan main clutch. Ketika booster spool (1) bergerak ke arah ▼ maka oli
mengalir ke port A melalui celah ‘a’ dan mengisi port C serta menuju port E pada booster sleeve.
Oli yang bertekanan pada port C menekan booster sleeve (2) ke arah ▼ sehingga menggerakkan
main clutch yoke (3) ke arah ▼ untuk mendisengangedkan main clutch. Apabila booster sleeve (2)
bergerak kearah ▼, celah ‘a’ akan mengecil dan kebalikannya akan terbentuk celah ‘c’. Terbentuknya
celah ‘c’ membuat oli pada port E keluar melalui port C sehingga tidak ada oli yang akan mendorong
booster sleeve (2). Hal ini dijaga dengan menggerakkan kembali booster spool (1) kearah ▼.
Pergerakan booster spool (1) dan booster sleeve (2) akan saling bergantian sampai akhir langkahnya
(main clutch disenganged), pergerakan ini membuat proses disenganged lebih smooth.
Pemaparan diatas menggambarkan bahwa fungsi booster adalah untuk mengurangi tenaga yang
digunakan ketika menggerakkan lever main clutch, dimana ketika lever digerakkan kita hanya
menggerakkan booster spool (1) sedangkan booster yoke (3) yang disatukan dengan booster sleeve
(2) digerakkan oleh tenaga hidrolik sehingga dapat mendisengangedkan main clutch.
Pada main clutch hidraulic booster tipe double acting, lever harus digerakkan oleh operator untuk enganged
dan disenganged main clutchnya. Dengan menggerakkan lever dari posisi disenganged ke enganged maka booster
spool (1) akan bergerak ke arah ▲. Main clutch pump akan mengalirkan oli ke port B melalui celah ‘b’ menuju
port D dan masuk ke port F. Pada port F oli akan mendorong booster sleeve (2) ke arah ▲ dan menggerak
kan main clutch yoke (3) ke arah ▲ untuk mengengangedkan clutch.
Pergerakan booster sleeve (2) ke arah ▲ mengakibatkan celah ‘b’ semakin mengecil dan terbentuk celah ‘d’
pada sisi yang berlawanan. Pada kondisi ini oli pada port F akan keluar dari booster melalui port D dan celah
‘d’ sehingga tidak ada tekanan lagi untuk menggerakkan booster sleeve (2). Lever main clutch yang masih
digerakkan oleh operator akan menggerakkan spool kembali ke arah ▲ untuk mencegah terbentuknya celah ‘d’.
Pergerakan booster spool (1) dan booster sleeve (2) akan saling bergantian sampai akhir langkahnya
(main clutch enganged), pergerakan ini membuat proses enganged lebih smooth.
4. Servo Type
Pada type ini tidak hanya menggunakan tekanan Oli, tetapi juga memanfaatkan tekanan udara dari Compressor.
Komponen terdiri dari Master Cylinder dan Clutch Booster. Clutch Booster ini yag bertindak sebagai Actuator,
yang mana bekerjanya berdasarkan tekanan oli dan tekanan udara.
Ketika pedal clutch diinjak maka akan muncul hydraulic pressure yang akan menuju ke control valve
assembly. Karena adanya hydraulic pressure, valve udara pada control valve assembly akan terbuka
sehingga udara dari air reservoir akan menuju ke power cylinder assembly mendorong piston ke arah
► dan akan mendisengagedkan main clutch.
5. INERTIA BRAKE
Bulldozzer merupakan unit yang tidak dianjurkan untuk travel terlalu jauh, pada saat main clutch disenganged
dan transmisi pada kondisi netral maka unit akan berhenti karena main clutch output shaft tidak berputar. Ketika
engine dimatikan, main clutch shaft masih berputar karena adanya putaran sisa (inertia) begitu juga input
shaft transmisi yang terhubung dengan universal joint masih berputar. Pada saat perpindahan gigi transmisi
(gear shifting), input shaft transmisi masih berputar karena adanya sisa putaran. Hal ini akan mengakibatkan
beberapa kerusakan seperti rusaknya roda gigi transmisi dan suara yang berisik. Untuk mengantisipasi perma
salahan ini, unit dilengkapi dengan inertia brake dibelakang dari main clutchnya. Dibawah ini merupakan struktur
dari inertia brake:
Cara Kerja
Inertia brake digerakkan oleh lever main clutch pada operator seat, dengan menggerakkan main clutch lever
maka clutch akan disenganged, inertia brake akan aktif dan interlock device pada transmisi tidak akan mengunci.
Brake drum (11) yang fix dengan main clutch shaft (20) dikelilingi oleh brake band (32), inertia brake diaktifkan
dengan tertariknya brake lever dan diikuti brake band sehingga lining brake akan bersinggungan dengan brake
drum dan akan menghentikan putaran sisa.
Pada Transmisi Non Constant Mesh, roda gigi ( gear ) tidak saling berhubungan pada saat netral.
Pada kondisi ini ketika Input Shaft berputar maka hanya Counter Shaft dan Intermedite Shaf yang berputar,
sedang Main Shaft tidak berputar. Pada Non Constant Mesh ini Gear yang digunakan adalah Type gigi
lurus ( spur gear type). Sisi-sisi gigi pada pertemuan roda gigi yang berpasangan dibuat agak bulat / tidak
bersudut tajam ( Chamfer ). Maksud gigi tersebut diberi Chamfer adalah untuk mempermudah Mesh dan
mencegah agar sisi tidak mudah rusak. Supaya Gear dapat Sliding ( bergerak ), maka Main Shaft tersebut
dibuat ber-alur ( Spline ).
Posisi Netral
Salah satu unit yang menggunakan transmisi non constanmesh adalah D50A-16, transmisi ini terdiri
tiga shaft yaitu main shaft, countershaft dan intermediate shaft yang dilengkapi dengan gigi-gigi di
tiap shaftnya. Cara kerja saat netral
Pada saat gearshift lever posisi netral, sliding gear pada mainshaft tidak digerakkan sehingga tidak
berhubungan (mesh) dengan gigi yang lainnya. Tenaga dari engine diteruskan ke roda gigi A pada
mainshaft yang berhubungan dengan roda gigi F dan J sehingga countershaft dan intermediate shaft
ikut berputar, akan tetapi putaran tersebut tidak diteruskan ke luar dari transmisi.
Constantmesh Transmission
3. Synchromesh Transmission .
Pada dasarnya Synchromesh Transmission sama dengan Constant Mesh Transmisi. Apabila dibandingkan dengan
Transmisi Sliding dan Constant Mesh, Synchromesh Transmission mempunyai keuntungan yaitu dapat
memindahkan kecepatan, tanpa harus berhenti terlebih dahulu.
Synchromesh Transmission ini diklasifikasikan menjadi :
a. Key Type.
b. Pin Type.
a. Key Type.
b. Pin Type.
1. Disc 6. Clutch
2. Pin 7. Cone
3. Guide Pin 8. Hub
4. Ball 9. Main shaft
5. Spring 10. Sleeve
1. Disc 6. Clutch
2. Pin 7. Cone
3. Guide pin 8. Hub
4. Ball
5. Spring
Jika Shaft B berputar maka Gear S dan Gear T akan ikut berputar tapi Shaft A dihubungkan Clutch Hub dan
Clutch tidak terputar
Jika Clutch digerakkan ke arah > maka Cone akan bergeser ke arah yang sama mendekati Disk.
Dan memutar Clutch.
Begitu Clutch digerakkan ke arah > lebih jauh lagi Ball akan tertekan. Clutch akan menghubungkan Clutch Hub
dan Gear, melalui Spline bagian dalam Clutch.
2. Shifter Fork.
Shifter Fork berfungsi untuk :
Memindahkan atau menggeser roda gigi pada Transmisi Sliding Mesh.
Memindah atau menggeser Coupling Gear pada Transmisi Constant Mesh.
Memindah atau menggeser Clutch Hub Sleeve pada Transmisi Synchromesh.
Pada tipe ini, shifter fork shaft yang tidak dipakai akan dikunci oleh gate, sedangkan shifter fork shaft
yang akan digeser tidak terkunci oleh gate. Seperti terlihat pada gambar diatas shifter fork shaft A
dan C terkunci oleh gate, sedangkan shifter fork shaft B menjadi bebas. Sehingga gear shift lever
dapat menggerakkan shifter fork shaft B. Apabila hendak memindahkan kecepatan dimana shifter
fork terpasang pada shifter fork shaft A,maka shifter fork shaft B harus diposisikan netral, selanjutnya
gate dapat digeser dan akan mengunci shifter fork shaft B dan C pada posisi netral. Sedangkan
shifter fork shaft A menjadi bebas (tidak terkunci). Sehingga memungkinkan Gear Shift lever
menggerakkan shifter fork kepada posisi yang diinginkan.
b. Pin type
Tipe kedua DMPD yaitu dengan menggunakan pin untuk
mengunci shifter fork shaft supaya tidak terjadi dua buah
gigi kecepatan berhubungan (mesh). Mekanisme
pengunciannya dengan menggunakan groove rounding
pada ujung shifter fork shaft (A, B dan C) dengan
dilengkapi tiga pin (X, Y dan Z) seperti diilustrasikan
gambar disamping dimana shifter fork shaft A, B dan C
dalam posisi netral. Shifter fork shaft tidak terkunci oleh
pin sehingga dapat digerakkan.
4. Interlock Device
Transmisi harus dilengkapi dengan peralatan yang digunakan untuk menghindari lepasnya hubungan
gigi kecepatan karena pengaruh dari getaran. Peralatan tersebut disebut sebagai interlock device
yang dikontrol oleh suatu linkage-linkage yang berhubungan dengan main clutch dan inertia brake.
Torqflow system adalah pemindah tenaga dari engine ke power train dengan perantara zat cair ( dalam hal
ini digunakan oil ). Unit yang memakai sistem ini mempunyai daya dorong ( Tractive force ) yang lebih besar
dibandingkan dengan yang memakai direct drive. Disamping itu apabila mendapat beban yang berlebihan, engine
tidak mati. Masih banyak keuntungan lain dari torqflow system dibandingkan dengan direct drive, antara lain :
¤ Dapat meredam getaran dari engine ( torsional vibration ) pada saat akselerasi dan melindungi engine bila
terjadi perubahan beban.
¤ Daya dorong dan putaran engine diatur secara otomatis sesuai dengan beban .
¤ Perpindahan gigi dari transmisi halus, mudah dan dapat dilakukan dengan cepat tanpa unit berhenti.
Disamping mempunyai banyak keuntungan, torqflow system juga ada beberapa kelemahan. System ini tidak bisa
memindahkan tenaga engine secara penuh karena mengalami slip di torque converternya.
Kelemahan lain adalah terletak pada konstruksinya yang rumit dan harganya yang lebih mahal.
1. Engine (SAA12V140)
2. Output shaft
(SAR(4)180+180)
6. PTO
7. Torque converter
8. Transmission
12. Brake
13. Tire
Contoh unit yang memakinya : D45, D31, D41, GD505, GD605, GD655.
Contoh unit yang memakinya : D55, D65, D155-2, D355, GD705, WA180, WA300, WA400.
Contoh unit yang memakinya : D275, D375, D475, WS23, HD325, HD465, HD785.
D 375A-5
1. Engine 9. Steering clutch
8. Transmission
2. Damper
Damper dipasang pada flywheel engine untuk menaikkan reliability dan durability dari komponen-komponen
power train, yaitu dengan menyerap getaran-getaran puntir (twisting vibration) yang disebabkan karena adanya
perubahan torque engine pada saat akselerasi/deselerasi atau pada saat operasi dengan beban berat. Getaran
tersebut harus dihilangkan atau setidak-tidakya dikurangi, sehingga getaran tidak diteruskan ke power train dan
umur komponen power train bisa lebih lama.
Adapun prinsip kerja damper dapat dijelaskan sebagai berikut: Jika sebuah beban digantung pada ujung spring
(seperti terlihat pada gambar dibawah), kemudian apabila beban ditarik kebawah dan kemudian dilepas, beban
akan bergerak naik turun secara cepat. Gerakan naik turun dari beban akan sulit untuk berhenti atau bisa
digambarkan grafik dibawah.
Tetapi jika sebuah spring dipasang lagi pada beban tersebut dan diikatkan pada dinding (seperti terlihat pada
gambar dibawah), getaran yang terjadi dapat dikurangi
Tipe Damper
Ada dua macam damper yang digunakan di komatsu, untuk meredam getaran tersebut, yaitu :
1. Spring Damper
Damper ini menggunakan torsion spring untuk meredam getaran, dimana disc diikatkan pada flywheel sehingga
begitu engine hidup damper disc langsung berputar, berputarnya damper disini akan menarik torsion spring,
kemudian torsion spring akan membawa friction plate berputar sehingga splined hub juga ikut berputar memu
tarkan out put shaft. Unit yang memakai damper tipe ini seperti D85, D31 dan D41.
2.
R ubber Damper
Konstruksi seperti terlihat pada gambar dibawah, dimana outer body diikatkan ke flywheel. Shaft out put
terpasang pada inner body (splined), sedangkan antara outer body dan inner body dipasang rubber cushion.
4. Bearing
5. Bearing
Tenaga engine dipindah ke flywheel dan outer body (6), kemudian rubber cushion (7) meredam getaran engine.
Tenaga engine kemudian diteruskan melalui inner body (8) ke output shaft (2). Dari sini, tenaga engine
diteruskan melalui coupling ke torque converter. Damper tipe ini dipakai pada unit WA500, WA800, HD325,
HD785, D375 A -2, D475 A-2 dan sebagainya.
3. Torque Converter
Prinsip Kerja Penghubung Hidrolis
Torque converter adalah suatu komponen power train yang bekerjanya secara hidrolis. Fungsi utamanya tidak
jauh berbeda dengan main clutch (coupling), sehingga torque converter sering disebut juga fluid clutch. Untuk
menjelaskan bagaimana suatu torque converter bekerja, dibawah ini digambarkan suatu contoh kejadian yang
sangat erat hubungannya dengan prinsip kerja torque converter.
Sepotong slang (pipa karet) yang diletakkan melengkung diatas lantai dan salah satu ujungnya dibiarkan bebas
sedang ujung lainnya dihubungkan dengan pipa pompa air yang ditanam di dinding. Apabila ke dalam slang
tersebut kita alirkan air atau udara bertekanan, slang itu sendiri akan berusaha menjadi lurus. Pada bagian yang
melengkung, slang berusaha membelokkan arah aliran air agar mengalir mengikuti lengkungan slang itu sendiri.
Perubahan arah aliran air akan menghasilkan gaya reaksi pada sisi dalam lengkungan slang, sehingga slang
dipaksa lurus. Untuk mengadakan perubahan arah aliran, kecepatan atau jumlah aliran diperlukan suatu gaya.
Sebagai contoh, sepotong pipa yang melengkung seperti gambar dibawah. Apabila aliran oli melalui pipa
tersebut, maka kecepatan aliran oli pada bagian masuk dan keluar menjadi berbeda. Gaya yang bekerja pada
oli besarnya sebanding dengan gaya resultan antara kecepatan masuk dan keluar, dimana akan menimbulkan
gaya reaksi pada dinding pipa, sehingga mengakibatkan pipa terdorong kearah yang berlawanan arah kanan
(searah dengan gaya reaksi).
Besarnya gaya yang bekerja pada oli dan gaya reaksi yang timbul pada dinding pipa adalah sebanding dengan
besarnya aliran oli. Semakin besar aliran oli, semakin besar gaya reaksi yang dihasilkan.
Cara kerja fluid coupling (penghubung hidrolis) dapat dibanding kan dengan kerja dua buah kipas angin listrik
(gambar diatas) yang diletakkan berdekatan dan saling berhadapan satu sama lain. Bila salah satu kipas terse
but berputar karena dialiri arus, maka kipas yang lainnya juga akan berputar karena adanya tenaga dari angin
yang dihembuskan oleh kipas yang berputar. Pada fluid coupling, fluida bekerja sebagai angin pada antara
ke-dua kipas tadi. Seperti halnya pada kipas, tenaga fluida yang dialirkan oleh driving component (komponen
penggerak) merupakan tenaga yang di gunakan untuk menggerakkan driven component (komponen yang diger
akkan). Fluida memiliki massa yang lebih berat dibanding udara karenanya mampu memindahkan tenaga yang
lebih besar pula.
Pada putaran engine 2000 Rpm, putaran turbin lebih rendah, selanjutnya akan semakin lambat apabila torque
(beban) turbin bertambah. Jika beban berlebihan (overload), turbin akan dipaksa berhenti, sementara engine tetap
berputar. Sebagai contoh apabila unit sedang mendaki atau mendorong beban yang berat, dengan sendirinya
putaran turbin turun, menghasilkan kecepatan unit berkurang yang mana sebaliknya menambah gaya dorong unit
semakin besar.
Unit -unit yang memakai torque converter, enginenya tidak akan stall walaupun unit mendapat beban berlebihan,
tetapi torque converternya yang mengalami stall. Bila keadaan ini dibiarkan terlalu lama, oli torque converter
akan menjadi sangat panas (overheat). Dalam hal ini tenaga mekanis engine diubah menjadi energi panas.
Tenaga engine yang diserap oleh pump (impeller), tidak seluruhnya dapat dipindahkan ke out put shaft torque
converter, karena sebagian akan berubah menjadi energi panas yang mengakibatkan temperatur olinya panas,
sehingga perlu dipasang oil cooler pada sirkulasi olinya
Seperti digambarkan pada grafik diatas, semakin rendah putaran turbin semakin besar tenaga engine yang
berubah menjadi panas dan tenaga yang dipindahkan ke transmisi semakin berkurang.
Pump
Apa yang menimbulkan perubahan kecepatan aliran oli di dalam sudu pump adalah gaya yang bekerja pada
oli dalam sudu. Torque engine yang ada dalam impeller menghasilkan gaya sentrifugal pada oli sehingga
oli mengalir sepanjang sudu-sudu pump dan ini disebut “absorption torque of pump“ (besarnya torque engine
yang diserap oleh pump untuk memberikan gaya pada aliran oli melalui sudu-sudunya). Selanjutnya, jika pump
berputar lebih cepat, secara serempak menghasilkan aliran oli yang lebih besar sehingga absorption torque of
pump bertambah cepat. Engine harus dijalankan pada putaran tertentu, sehingga besarnya absorption torque of
pump seimbang dengan engine, yakni pada putaran dimana kurva absorption torque of pump dan kurva engine
torque berpotongan.
Dengan alasan ini, jika kecepatan engine diturunkan dengan mengurangi throttle, engine akan bekerja pada torque
yang rendah ( dilukiskan dengan garis putus - putus ) sehingga mengurangi gaya dorog ( tractive force ) unit.
Torque engine yang diserap oleh pump, berarti juga daya ( horse power )engine yang diserap oleh pump.
2.
T urbin (Runner)
Turbin dipasang pada out put shaft dan berfungsi merubah energi kinetis dari oli yang sedang diberikan pump
menjadi energi mekanis pada shaft out putnya. Perubahan arah dan kecepatan aliran oli dalam sudu-sudu
turbin menghasilkan gaya reaksi sehingga turbin berputar. Besarnya torque yang dihasilkan pada shaft turbin
adalah sebanding dengan resultan dua besaran yang diperoleh dari hasil perkalian kecepatan keliling aliran
pada bagian inlet dan outlet dengan masing-masing radius pada kedua ports. Torque turbin juga dipengaruhi
dengan jumlah aliran dari fluida.
Turbin
3. Stator ( Reactor )
Stator dipasang pada shaft yang tetap pada housing yang berfungsi mengarahkan oil flow dari sudu-sudu turbin
untuk masuk kembali ke sudu-sudu pump sesuai dengan arah putaran pump, sehingga oil flow yang masih
mempunyai tenaga kinetis akan membantu mendorong dan memperingan kerja pump dan selanjutnya akan mem
perbesar tenaga kinetis dari outlet pump berikutnya. Turbin berputar cepat hingga speed rationya mendekati
satu, maka arah (sudut aliran) oli akan berubah, sehingga oli yang keluar dari turbin akan memukul punggung
sudu-sudu stator. Keadaan yang demikian mengakibatkan aliran oli menjadi tidak beraturan dan efisiensi torque
converter akan menurun.
FREE WHEEL.
Free wheel atau sering disebut “ one way clutch “ dipasang pada stator, terletak antara stator dan shaft yang
berfungsi agar stator dapat berputar kesatu arah saja pada shaftnya, dimana akan ber -fungsi juga menaikkan
effisiensi dari torque converter.
Ada dua tipe dari free wheel :
1. Roller type.
2. Sprag type.
Konstruksi seperti ini terlihat pada gambar diatas, apabila stator diputar pada shaftnya kearah ( a ), roller
akan bergerak ke kanan kearah ruangan yang lebih sempit, stator akan terkunci dan diam. Apabila stator diputar
kearah ( b ), roller akan bergerak ke kiri pada ruangan ang lebih luas melawan spring, sehingga memungkinkan
stator dapat berputar lancar kearah ( b )
Pada sprag A, lebih panjang daripada B terlihat pada gambar ( C ). Apabila stator diputar kearah ( a ), sprag
akan bergeser ke kiri sesuai dengan arah anak panah, yang mana posisi ini A lebih panjang daripada jarak
antara stator dengan shaft, sehingga stator akan terkunci dan diam. Sebaliknya, apabila digunakan stator diputar
kearah ( b ) akan dapat berputar dengan lancar selama B lebih pendek dari pada jarak antara stator dengan
shaftnya.
Sprag type
* Stall : Suatu keadaan dimana kecepatan turbin sama dengan nol berhenti karena beban berlebihan,
sedangkan kecepatan pump masih ada sesuai dengan kecepatan engine.
* Elemen : Jumlah komponen utama dalam torque converter yang berhubungan dengan oil flow.
* Stage : Sesuatu yang berhubungan langsung dengan out put shaft, dalam hal ini adalah jumlah turbin.
* Phase : Perubahan kenaikan effisiensi dari torque converter ( perubahan fungsi dari stator ), berhubungan
* Stall Speed : Besarnya maksimum speed dari pump pada saat turbin berhenti,karena beban berlebihan.
* Speed Ratio : Perbandingan antara kecepatan turbin dengan kecepatan pump atau out put speed, dimana :
Speed turbin
Speed Ratio =
Speed pump
* Torque Ratio : Perbandingan antara torque turbin dengan torque pump, dimana :
Torque turbin
Torque Ratio =
Torque pump
* Efficiency : Perbandingan power out put (turbin / dengan power input ( pump / engine ) dalam persen.
Power turbin
η = x 100 %
Power pump
= e x t x 100 %.
Selanjutnya flow oil segera meninggalkan turbin dan masuk ke dalam sudu - sudu stator. Dalam sudu - sudu
startor, arah flow oil dirubah diarahkan kembali masuk ke dalam inlet sudu - sudu pump, karena flow oil ini
masih menyimpan energi kinetis, sehingga selanjtunya dapat membantu kerja pump dan menghasilkan tenaga
kinetis baru pada outlet yang mana selanjutnya akan diterima turbin, demikian dan seterusnya.
Dengan adanya aliran oli yang bertekanan maka pump, turbin dan stator masing - masing mendapat gaya
( F ) dan torque ( T ). Karena gaya yang menimbulkan torque adalah sama yaitu oli, maka berlalu hukum
keseimbangan.
Tp - Tt + Ts = 0 , atau
Tt = Tp + Ts
Tp = Torque pump.
Ts = Torque stator.
Kemampuan suatu torque converter, digambarkan oleh torque ratio dan effisiensi maksimumnya. Didalam unit
direct drive seluruh tenaga engine dapat dipindahkan oleh main clutch ke transmisi (kecuali slip), baik speed
ratio maupun torque ratio selalu sama dengan satu.
Atau : Effisiensi = Torque ratio x speed ratio x 100 %
= 1 x 1 x 100 %
Effisiensi = 100 %
Pada unit torqflow drive, tenaga engine tidak 100 % yang dapat dipindahkan oleh torque converter ke transmisi,
1.
S ingle Phase
Pada torque converter tipe single phase ini, apabila speed ratio naik mendekati 1 (satu) torque turbin akan
turun mendadak, semakin tinggi speed ratio semakin tinggi pula effisiensi torque converter dan akan mencapai
maksimum pada speed ratio = 0,7 (sebagai contoh). Beberapa tenaga engine yang tidak dapat dipindahkan
oleh torque converter adalah sebagai tenaga yang hilang (slip) yang kemudian akan berubah menjadi panas
pada oli dalam torque converter itu sendiri. Oleh sebab itu adalah sebagai alasan yang tepat kenapa torque
converter harus di lengkapi dengan oil cooler yang cukup besar untuk mencegah panas oli yang berlebihan
pada saat operasi.
2. Double Phase
3. Triple Phase
Pada torque converter tipe three phase, terdapat dua stator yang masing-masing dilengkapi dengan free wheel.
Pada permulaan effisiensi mulai menurun, stator satu (S1) akan berputar menghindari turunnya effisiensi, kemu
dian speed ratio dapat lebih tinggi yang selanjutnya effisiensi akan menurun lagi, tetapi stator dua (S2) mulai
berputar menyebabkan torque turbin tidak turun dan naiklah effisiensi yang kedua kalinya.
Pada suatu sirkuit hidrolik untuk torque comverter, kebutuhan akan adanya valve sudah pasti sangat dibutuhkan.
Dalam hal ini kita mengenal dua buah valve, yaitu : torque converter relief valve dan torque converter regulator
valve. Torque converter relief valve ditempatkan pada sisi inlet dari torque converter, dimana berfungsi untuk
membatasi tekanan maksimum yang akan masuk ke dalam torque converter Di dalam torque converter sebagian
dari tenaga engine berubah menjadi panas, dimana panas ini diambil oleh oli dan oli pun ikut panas. Oli
yang panas ini selanjutnya dialirkan ke oli cooler untuk didinginkan dan kembali lagi untuk bersikulasi.
Oli dalam torque converter jauh lebih tinggi tekanannya dibandingkan dengan tekanan udara luar. Jika didalam
torque converter terjadi gelembung - gelembung udara, maka akan menimbulkan busa. Jika hal ini benar - benar
terjadi akan mengakibatkan performancenya akan berkurang. Untuk mencegah hal ini, yaitu agar tidak terjadi
gelembung – gelembung udara dalam torque converter, maka oli yang dapat keluar dari torque converter
tekanannya dibatasi oleh regulator valve. Ada dua tipe regualtor valve yang kita kenal, yaitu :
1. Regulator valve variable type
SIRKUIT HIDROLIK.
Sirkuit hydraulic sederhana pada Torque converter
8. Turbine ( runner ).
Torqflow Transmission
Torqflow transmission adalah merupakan alat pemindah tenaga yang menggunakan fluida dalam hal ini oli sebagai
pengontrolnya. Torqflow transmission berfungsi untuk mengatur kecepatan gerak, maju, mundur dan pada alat alat
besar yang tak kalah pentingnya adalah untuk meningkatkan torsi dengan cara mereduksi putarannya melalui
perbandingan jumlah gigi - giginya pada transmisi.
Pemasangan Torqflow transmission biasanya dipasang bersama torque converter apabila tanpa torque converter
biasanya disebut hidroshift trasnmission. Torqflow transmission juga dinamakan powershift trasnmission.
Sedangkan keuntungan dari alat ini adalah untuk meningkatkan efektivitas pengoperasaian kenyamanan dan
lain - lain yang akhirnya akan mempengaruhi poduktivitas alat.
a. Sun gear
b. Carrier
c. Ring gear.
Apabila mencoba untuk memutarkan dua elemen dari ketiganya atau satu diputar sedangkan satu lagi ditahan
maka akan menghasilkan pu- taran yang bervariasi pada elemen outputnya, lebih cepat atau lebih lambat, maju
atau mundur. Speed ratio dari gear penggerak dengan gear yang digerakkan sangat tergantung jumlah gigi dari
masing - masing gear. Kebanyakan pemakaian dari planetary gear system terdapat pada transmission system
yang mana untuk kecepatan putar dan arah putar dari intput dapat diubah bervariasi dalam berbagai tingkatan
pada planetary gear sistem .
Dari gambar Input shaft dihubungakan dengan Planetary Carrier ( untuk lebih singkat selanjutnya disebut CARRIER
), sedangkan output shaft dihubungkan dengan Sun gear. Ketika kedua Ring gear ditahan diam tak berputar
( dengan cara meng-engage-kan clutch yaitu mengikat ring gear dengan case ). Maka sun gear yang selanjutnya
sebagai output akan mendapat tenaga putar dari input. Dikarenakan adanya perbedaaan jumlah gigi dari kedua
Sun gear ( lihat gambar ) maka apabila clutch untuk speed 2 di-engage-kan, output putarannya akan lebih
1. Single Pinion
2. Doble Pinion
Apabila Carrier ditahan, Ring gear akan berputar berlawanan arah terhadap Sun gear kalau sedang berputar.
Ini salah satu aplikasi pada planetary gear transmission untuk mendapatkan posisi gerak mundur ( Reverse ).
Yaitu dengan cara menahan carriernya, sebagai input adalah sun gear berputar ke kanan dan sebagai outputnya
ring gear maka ring gear akan beputar ke kiri.
S = Sun gear
C = Carrier
R = Ring Gear
Apabila sun gear diputar ke kanan (KA), carrier ditahan, maka arah ring gear adalah kekiri (KI) ( Berlawanan )
Caranya :
S , C & R segaris, sun gear (S) bergerak ke (KA) , C ditahan, tarik garis dari KA memotong C ketemu
garis vertikal dari R, sehingga ketemu KI yang berlawanan dengan S
Untuk mengetahui speed ratio pada planetry type type single Pinion digunakan rumus sebagai berikut :
S.Ns + R.Nr = ( S + R ) Nc
Dimana, S = Jumlah gigi pada sun gear.
Contoh perhitungan :
Apabila sumber diputar ke kanan sebesar 100 rpm dan carrier di stop.
39.100 + 78Nr = ( 39 + 78 ) . 0
78Nr = -3900
Nr = -3900/78
Nr = -50
Forward Drive
Pada gambar menunjukkan Dual, yang mana mempunyai 3 pasang pinion ( 6 buah ). Pada sistem ini apabila
carrier ditahan maka sun gear dan ring gear akan searah putarannya. Namun apabila ring gear yang ditahan
akibatnya carrier akan berlawan dengan sun gear. Aplikasi dari planetary gear system seperti digunakan untuk
gerak mundur ( reverse ). yaitu sun gear sebagai input putaran berputar ke kanan, carrier sebagai output
akan berputar ke kiri apabila ring gearnya ditahan.
Cara Menentukan Arah Putaran :
S = Sun gear,
C = Carrier
R = Ring gear
Apabila sun gear diputar kekanan (KA) , ring gear ditahan, maka arah carrier adalah kekiri (KI). Jadi putaran
input sun gear akan berlawanan dengan putaran output Carrier
Speed ratio untuk dual pinion type.
Rotary Clutch
Gambar dibawah menunjukkan salah satu type dari torqflow transmission yang mempuyai rotary clutch pada
clutch ke 5. Rotary clutch ini biasanya untuk kecepatan 1, yang selalu berputar bersama - sama dengan output
shaft tidak seperti clucth yang lainnya, sehingga oil pressure yang dikirim kepadanya ( melalui shaft untuk
kepentingan clutch ). Nantinya akan sulit untuk di drain kembali ke case oleh karena adanya gaya centrifugal.
Oleh sebab itu diciptakan BALL CHECK VALVE
D 375A-5
yang mau masuk ke sistem serta mengatur jumlah flow / aliran yang diperlukan oleh sistem hidrolik
Control valve adalah kombinasi dari beberapa valve yang ekerja pada fungsi masing - masing, antara lain :
1. Modulating Relief Valve, fungsinya :
* Mengatur dan membatasi maximum oil pressure yang akan digunakan oleh setiap transmission clutch.
* Bersama - sama dengan quick return valve memodulate pressure sehingga dapat mengurangi kejutan pada
clutch ( slow engage ) dan sock pada unit yang dapat memungkinkan panjang umur dari setiap
komponen.
* Mengatur ( waktu ) oil flow yang menuju ke torque converter.
2. Quick Return Valve, fungsinya :
* Mengatur langkah gerak dari sleeve dari modulating valve ( dengan mengatur flow oil ke sleeve dan ke
drain ) sehingga dapat terjadi cepat dalam disengage dan lambat / pelan - pelan dalam engage setia
transmission clutch.
* Sebagai penyelamat, jangan sampai unit bergerak ( maju / mundur ) sebelum dikehendaki operator
CARA KERJA
Ketika spool speed valve ( 28 ) dan spool directional valve ( 23 ) digerakkan untuk membuka sirkuit dari
torqflow pump, fluida mengisi ruangan antara pump dan clutch piston dan pada waktu yang sama pressure
mulai naik.Fluida dari pump mengalir melalui orifice ( a ) dari modulating valve ( 6 ), memasuki ruangan antara
piston ( 7 ) dan ( 9 ), hal ini menyebabkan modulating valve. ke <---- ( kiri ) sehingga membuka port ( h
) menghubungkan modulating valve dan modulating sleeve. ( 8 ).
Fluida yang mengalir orifice ( b ) dari quick return valve ( 13 ) menyebabkan pergerakkan quick return valve
ke -----> ( kanan ), sehingga menutup drain port ( c ). Fluida mengalir terus sehingga membangkitkan back
pressure pada modulating sleeve.
Kenaikan dari modualting pressure tersebut dapat digambarkan dalam grafik dibawah ini :
Reducing Valve.
Menurunkan tekanan yang menuju rotary clutch
Reducing valve ( 16 ) dipasangkan pada sirkuit antara modulating valve ( 6 ) dan speed valve ( 28 ) dan
menjaga pressure oil pada clutch 1 dibawah 12,5 kg/cm2. Pressure sistem semua diset oleh modulating relief
valve 20 kg/cm2 Ketika pressure pada clutch 1 naik, piston ( 15 ) digeser ke kanan oleh aliran fluida melalui
orifice ( g ) dari reducing valve, menyebabkan reducing valve bergerak ke kiri. Hal ini akan menyebabkan
pressure yang akan menuju ke speed clutch 1 menjadi terpelihara sebesar 12,5 kg/cm2.
Rotary clutch
Dari Reducing Valve
1. T ransmission Case 11. T orque Converter A. P lug for T/M Clutch Pressure
2.
T ransmission Oil Strainer 12. T orque Converter Regulator Valve B. P lug for 1st Clutch Pressure
3. T ransmission Pump 13. O il Cooler C. P lug for T/C Relief Pressure
4.
T ransmission Oil Filter 14. T ransmission Lubricating Valve D. P lug for T/C Pressure
5. M odulating Valve 15. T ransmission E. P lug for T/C Oil Temperature
6. Q uick Return Valve 16. P TO Lubrication
7. R educing Valve 17. T orque Converter Case
8. S peed Valve 18. O il Strainer
9. F -R Valve 19. S cavenging Pump
10. T orque Converter Relief Valve
9. Forward clutch 13. 1st Clutch 20. 2 nd clutch 17. Rear coupling
Countershaft Transmission
Countershaft transmission menggunakan clutch untuk memin¬dahkan tenaga melalui gear. Transmission jenis ini
menggunakan constant mesh spur gear tetapi tidak memiliki sliding collar. Kecepatan dan arah gerak machine
didapatkan dengan cara meng-engage-kan secara hidrolis berbagai clutch pack.
Keuntungan transmission jenis ini adalah komponennya lebih sedikit dan lebih ringan.
Gambar dibawah memperlihatkan komponen-komponen pada countershaft transmission saat posisi neutral. Terdapat
tiga buah shaft clutch yang utama. Low forward / high forward dan reverse / second shaft berhubungan secara
tetap dan digerakkan oleh input shaft. Reverse / second shaft berhubungan dengan dan menggerakkan third /
first shaft. Low forward / high forward shaft tidak berhubungan dengan third / first shaft.
Third/first shaft berhubungan dengan dan menggerakkan output shaft, yang akan menggerakkan drive axle depan
dan belakang. Saat transmission pada posisi neutral, tidak ada satupun clutch yang engage.
Torsi dari engine disalurkan melalui torque converter output shaft menuju transmission. Karena reverse clutch dan
forward clutch tidak ada yang engage maka tidak ada torsi yang disalur¬kan dari input shaft menuju output shaft.
a. POSISI ENGAGED
Oil dikirim dari transmission valve masuk melalui shaft ( 1 ) kemudian mendorong permukaan belakang
piston ( 6 ) dan menggerakkannya untuk menekan separator plate ( 2 ) dan clutch disc ( 3 ) sehingga
terikat menjadi satu hal ini akan menyebabkan gaya geraknya bisa disalurkan. Oli di drain lewat saluran
drain ( 5 ), namun oli drain ini tidak mempengaruhi kekuatan engaged-nya dikarenakan flow oli yang masuk
lebih besar daripada yang keluar lewat lobang ini.
a. POSISI DISENGAGED
Apabila aliran dari transmission valve dihentikan, pressure oil yang menekan piston akan menurun akibatnya
piston ( 6 akan kembali ke posisi semula dikarenakan gaya dorong dari valve spring ( 7 ). Hal ini menye
babkan shaft ( 1 ) dan clutch gear ( 4 ) terpisah kembali .