Anda di halaman 1dari 28

SELF LEARNING REMOVE AND INSTALL

SELF LEARNING REMOVE AND INSTALL


(TECHNICAL TERM)

ENGINE
Engine Low Idle
Putaran terendah engine tanpa beban

Engine High Idle


Putaran tertinggi engine tanpa beban

Endplay Of Crankshaft/Crankshaft End Clearence on Engine with Rubber Damper


Gerak bebas crankshaft dalam arah aksial (searah sumbu), diukur menggunakan dial gauge yang dipasang pada ujung
crankshaft lalu crankshaft tersebut diungkit menggunakan prybar kesalah satu sisi.

Engine Hunting
Kondisi dimana putaran engine tidak stabil pada satu kecepatan (turun – naik).
Penyebab : fuel system kemasukan udara, fuel system failure, suhu kerja engine masih rendah, dll.

Engine Overheat
Suatu kondisi dimana suhu kerja aktual engine melebihi suhu kerja maksimum
Penyebab : kerja unit overload, cooling system failure, fuel system failure, dll

Coating Material
Material berbentuk pasta yang diberikan pada bagian komponen dengan tujuan untuk merekat, menyekat, mengikat atau anti
karat.
Kategori coating material :
a. Adhesive Merekatkan permukaan dua komponen yang berbeda. Jenis :
Thread Kocking : mengunci bolt
Retaining : Mengunci bearing pada tempatnya
b. Sealant Mengisi atau menyekat celah untuk mencegah kebocoran Jenis : Pipe Sealant dan Liquid Gasket
c. Anti Seize / Anti friction Mencegah macetnya bolt dan nut akibat karat.

Detonasi
Fenomena naiknya tekanan pembakaran secara abnormal (tinggi sekali) sehingga menimbulkan suara selain suara
pembakaran di ruang bakar (engine knocking). Ini diakibatkan oleh terlalu panjangnya delay period sehingga volume fuel
yang menumpuk sebelum ignition point terlalu banyak. Penyebab :
- Timing injeksi tidak tepat (advance)
- Kualitas fuel kurang baik
- Problem pada fuel system

Engine overrunning
Putaran engine yang melebihi putaran high idlenya. Dapat mengakibatkan kerusakan engine. Penyebabnya :
- Fuel return line tersumbat
- FIP governor problem
- (engine on unit) salah dalam gear shifting

Alignment Prosedure
Prosedure pelurusan hubungan antara engine dengan transmisi, dimana perbedaan kelurusan antara keduanya tidak boleh
lebih dari 3 mm. Dimana bila lebih dari 3 mm akan mengakibatkan kerusakan pada bearing dan shaft.

2. POWERTRAIN MODULE
Torque Converter Stall
Kondisi dimana pump berputar bersama dengan engine sementara turbin tidak berputar karena beban berlebih. Putaran
engine yang terukur mendekati rated rpm (rpm engine saat hp tertinggi).

Shift Up dan Shift Down Point


Putaran input transmisi (putaran engine) saat shift up atau shift down berbeda saat power mode dengan saat braking mode.
Saat braking mode, shift up dan shift down point dinaikkan dengan tujuan agar tidak mudah shift up/shift down sehingga
putaran engine tetap tinggi untuk memaksimumkan flow oli brake cooling dan untuk efek engine brake.

Transmission Clutch Pressure


Oil pressure untuk men-engaged-kan clutch transmisi. Berpengaruh besar bagi transfer power di transmisi.

Full Stall
Merupakan gabungan antara torque converter stall dengan hydraulic stall. Rpm engine yang terukur hampir mendekati rpm
engine saat torque tertinggi.

Element, Stage dan Phasa


Element menyatakan jumlah komponen utama torque converter, yaitu pump, turbin dan stator
Stage menyatakan jumlah tubin torque converter
Phasa menyatakan tingkat kenaikan efisiensi

1
SELF LEARNING REMOVE AND INSTALL

Speed Ratio dan Torque Ratio


Speed ratio menyatakan perbandingan antara jumlah putaran output dengan jumlah putaran input.
Torque ratio menyatakan perbandingan antara besar torque output dengan besar torque input.
Speed ratio = 1 / torque ratio

3. CONTROL VALVE & HOIST, STEERING CYLINDER & TIE-ROD


Internal Leakage
Kebocoran yang terjadi didalam komponen itu sendiri dari sisi tekanan tinggi ke tekanan rendah. Penyebab :
Clearence yang terlalu besar akibat keausan, Sealing komponen failure, seperti : O-ring, oil seal, dll.

Spool Stroke
Panjang langkah spool (memiliki standard stroke). Spool stroke mempengaruhi flow oli yang ke attachment yang akhirnya
mempengaruhi kecepatan gerak attachment.

Snubber Valve
Menghambat flow oli yang kembali dari hoist cylinder menuju drain saat operasi hoist-up dengan tujuan untuk mencegah
dump body terjungkit akibat sisa muatan di ujung dump body.

4. HYDRAULIC PUMP
Internal Leakage Of Pump
Kebocoran oli yang terjadi di sisi discharge ke sisi suction, melewati :
Side Clearence : Clearence antara sisi gear dengan side plate
Top Clearence : Clearence antara puncak gear dengan housing
Backlash : Clearence antara gigi-gigi gear pump

Flow Rate
Jumlah aliran fluida (oli) yang dihasilkan oleh suatu sumber/source (pompa). Dihitung dalam satuan Liter Per Menit (LPM)
atau Gallon Per Menit (GPM).

Variable Aksial Piston Pump


Piston pump tipe aksial dimana susunan pistonnya searah sumbu pompa, dan volume discharge-nya dapat bervariasi setiap
putaran pompa, tergantung dari variasi besar sudut swashplate-nya.

5. FRONT AXLE WHEEL AND SUSPENSION


Run Out
Gerak menyimpang dalam arah radial (tegak lurus sumbu) atau aksial (searah sumbu, face run out) yang diukur dari ujung
sebuah shaft yang diputar. Menggunakan dial gauge.

Preload
Beban yang sengaja diberikan pada sebuah benda berputar yang ditumpu oleh cone bearing / taper roller bearing, dengan
tujuan mendapatkan bearing clearence. Preload pada masing-masing komponen mempunyai besar tertentu dalam satuan kg
atau kgm.
Preload terlalu kecil posisi komponen tidak kokoh
Preload terlalu besar bearing overheat, keausan bearing

Shock Absorber
Peredam kejutan

Charging Height
Tinggi rod suspensi yang diukur saat proses charging

Oiling Height
Tinggi rod suspensi yang diukur saat proses oiling

Oiling Prosedure
Prosedure pemasukan oli pada suspensi

Charging Prosedure
Prosedure pemasukan gas Nitrogen pada suspensi

6. REAR SUSPENSION
Hydropneumatic Suspension
Suspensi yang bekerja dengan memanfaatkan gaya hydraulic (Oli) dan pneumatic (gas nitrogen).
Fungsi hydropenumati suspensi : Sebagai spring dan menjamin semua roda kontak dengan tanah dan sebagai shock
absorber.

2
SELF LEARNING REMOVE AND INSTALL

Front Suspension sama dengan rear suspension

7. REAR AXLE AND WHEEL


Full Floating Type Rear Axle
Roda ditumpu oleh axle housing melalui dua wheel bearing pada
masing-masing sisinya. Beban unit hanya ditumpu oleh axle
housing. Sedangkan axle shaft hanya meneruskan putaran ke
roda, contoh : rear axle 530M & HD785-3/5.

Half Floating Type Rear Axle


Roda bertumpu langsung pada axle shaft. Axle shaft bertumpu
pada axle housing meneruskan putaran ke roda. Axle housing dan
shaft bersama-sama membagi beban unit sama besar.

¾ Floating Type
Merupakan gabungan antara half floating dengan full floating.
Tipe ini jarang digunakan.

Jack Bolt
Bolt yang digunakan sebagai dongkrak untuk melepas sub komponen dari komponen utama.

Multiple Disc Brake


Brake yang terdiri dari susunan disc dan plate yang berjumlah lebih dari satu.

Splash Type Lubrication


Pelumasan komponen dengan cara percikan , lawannya adalah Forced Type Lubrication, yaitu sistem pelumasan bertekanan.

Cone Bearing
Tipe bearing dimana rollernya berbentuk tirus (taperred roller) . Berfungsi menahan beban aksial dan radial sekaligus sambil
berputar.

Adjustment Free Bearing


Cone bearing yang langsung dapat dipasang tanpa memerlukan penyetelan preload lagi karena sudah factory adjusted.
Bearing tersebut disuplay dalam satu set bearing dengan racenya.

3
SELF LEARNING REMOVE AND INSTALL

8. ELECTRICAL SYSTEM
Continuitas
Kondisi putus hubungnya suatu sambungan elektrik, biasa diukur menggunakan Ohm-meter.
0 ohm kontinyu (terhubung)
Tak terhingga discontiue (terputus)

Grounding
Terjadinya kontak antara kabel power dengan chasis / ground, sehingga arus yang ke beban tidak full.
Diukur menggunakan ohm-meter antara kabel power dengan chasis (Power diputus)
Tahanan kecil grounding
Tahanan tak terhingga Good condition

Short Circuit
Terjadinya kontak antara kabel elektrik positip dengan kabel elektrik negatip , sehingga tidak ada arus yang sampai ke
beban . Diukur menggunakan ohm-meter antara kabel positip dengan negatip (Power diputus) :
0 ohm short circuit
Ada tahanan dengan nilai tertentu good condition

Resistansi
Nilai perlawanan suatu komponen atau rangkaian listrik terhadap aliran /arus listrik.
9. DUMP BODY
SWL(Safe Working Load)
Beban kerja aman, yaitu beban maksimum yang ditanggung oleh suatu alat angkat pada kondisi pemakaian tertentu.

Power Up Limit
Batas maksimum posisi dump body saat operasi hoist naik (power up). Posisi ini biasanya berada di bawah posisi dump body
saat hoist full stroke. Posisi ini dapat disetel dengan mengubah posisi relatif Hoist Up Limit switch terhadap magnet yang
menempel di dump body.

Power Down Limit


Posisi relatif dari Body position Switch terhadap megnet yang menempel di dump body saat dump body duduk di main frame.

Body Pivot
Tumpuan dump body (fulcrum) di main frame untuk operasi power up dan power down.

10. CABIN OPERATOR


Payload Meter
Sistem kalkulasi dan recording payload/beban secara otomatis yang terpasang di unit yang mengkonversi tekanan oli di
suspensi menjadi tonnase.

Winshield
Kaca depan unit yang berfungsi sebagai pelindung bagi operator dari terpaan angin saat unit berjal

Circuit Breaker
Suatu komponen elektrik yang bekerja memutus aliran listrik saat terjadi arus berlebih akibat terjadi beban lebih di satu sirkuit
elektrik. Arus berlebih itu menimbulkan panas yang membuat circuit breaker terbuka.

MOM (Maintenance & Operation Monitor)


Alat untuk memonitor kondisi unit untuk keperluan maintenance, troubleshooting dan operational unit. MOM menampilkan
data unit yang dikirimkan oleh PMC (Powertrain Management Controller).

ROPS
Roll Over Protecting Structure. Structure cabin (jadi satu dengan cabin atau tidak) yang melindungi bagian dalam kabin saat
unit terguling.

4
SELF LEARNING REMOVE AND INSTALL

SELF LEARNING REMOVE AND INSTALL


(STRUCTURE AND FUNCTION)

HYDRAULIC PUMP
Steering and Brake Pump
Hydraulic pump tipe aksial piston yang mensuplay oli ke
sirkuit steering and brake actuating circuit.

Pump Compensator Valve


Valve yang terpasang di steering and brake pump yang
menjaga suplay pressure ke steering and brake actuating
circuit sebesar 2750 Psi.

Hoist Pump
Eksternal gear type hydraulic pump (2 pompa tandem) yang
mensuplay oli ke hoist circuit, bila tidak digunakan oli
tersebut dialirkan ke circuit rear brake cooling.

Brake Cooling Pump


Eksternal gear type hydraulic pump (2 pompa tandem
front pump : rear brake cooling + rear pump : front brake
cooling ) yang mensuplay oli ke circuit brake cooling front
dan rear.

Transmission Pump
Eksternal gear type hydraulic pump yang mensuplay oli ke
circuit torque converter dan transmission.

REAR SUSPENSION
Discharging Valve
Valve untuk mengeluarkan gas Nitrogen dengan cara memutar body body valve berlawanan arah jarum jam hingga gas
Nitrogen keluar tapi tidak bersama oli. Jangan mengeluarkan gas Nitrogen dari charging valve karena akan merusak valve
core.

Charging Valve
Valve untuk memasukkan gas nitrogen ke dalam suspensi menggunakan charging tool. Didalam charging valve ada valve core
yang mencegah gas Nitrogen bocor keluar.

Pressure Sensor
Terpasang pada discharge valve masing-masing suspensi dan bekerja untuk mengukur pressure Nitrogen di susupensi.
Aplikasinya untuk automatic suspension dan payload meter. Perubahan pressure akan diubah menjadi perubahan tegangan
yang masuk ke suspension controller/payload meter.

3. REAR AXLE AND WHEEL


1. Bevel Gear
Berfungsi untuk mengubah arah putaran dan untuk
mereduksi putaran guna mendapatkan kenaikan torque.
Ada 3 jenis bevel gear :
Straight bevel gear : Bevel gear jenis roda gigi lurus, banyak
dipakai di industri.

Spiral bevel gear : shaft bevel pinion dan shaft bevel gear
segaris. Memiliki kelebihan : kontak yang smooth dan
tidak berisik dan kapasitas torque besar.

Hypoid Bevel Gear : Shaft bevel pinion dan shaft bevel gear
tidak segaris, memiliki pinion lebih besar dibanding spiral
bevel gear, sehingga lebih smooth dan kapasitas torque
lebih besar. Banyak digunakan di mobil dan kendaraan
berat.

5
SELF LEARNING REMOVE AND INSTALL

2. Differential
Differential assy dirancang untuk tenaga putar (torque) dari drive shaft ke roda kiri dan kanan. Terdri dari : reduction unit
(bevel gear assy) dan diffrential unit untuk membedakan putaran roda kiri dan kanan saat unit berbelok.

3. Planetary Gear
Planetary gear terdiri atas 1 sun gear, 1 ring gear dan beberapa
pinion gear yang diikat oleh carrier. Berfungsi untuk mengubah
arah dan kecepatan putar serta torsi.

4. Rear axle dan final drive assembly terpasang pada truck frame
menggunakan 4 links dengan spherical bearing pada masing-
masing ujungnya, sehingga memungkinkan axle untuk berosilasi
mengikuti permukaan tanah.

5. Parking brake calliper memiliki slack adjuster yang berfungsi untuk meng-adjust clearence antara parking brake disc dengan
padnya dengan cara memutar adjustment screwnya.

4. HOIST, STEERING CYLINDER AND TIE-ROD


Tie-Rod
Tie-rod berfungsi meneruskan gerakan dari satu knuckle arm ke knuckle arm yang lain dan mempertahankan jarak standard
antara kedua roda depan.
Note : Pada 530M dan HD785, toe-in maupun toe out = 0

Steering Cylinder
Merupakan tipe double acting cylinder, yaitu gerakan retracting dan extending piston rod karena tekanan oli. Rod-end
terpasang pada knuckle dan cylinder-end pada frame menggunakan spherical bearing dan pin.

Hoist Cylinder
Merupakan double acting cylinder jenis telescopic cylinder, yang tersusun atas beberapa cylinder sehingga dapat bergerak
memanjang.

6
SELF LEARNING REMOVE AND INSTALL

5. POWERTRAIN MODUL
Torque Converter
Komponen pemindah tenaga (torsi dan putaran) dari engine ke transmisi dengan media oli.
Kelebihan torque converter dibanding main clutch :
Meredam kejutan akibat perubahan torsi engine
Meningkatkan torsi engine
Dilengkapi lock up clutch system yang mengubah torqflow drive direct drive dengan menghubungkan secara mekanis
antara pump dengan turbin sehingga effisiensi 100 %.

2. Torqflow Transmission
Memiliki 7 speed forward dan 1 speed reverse, planetary gear, multiple disc clutch (7 clutch : M,H,L,3,2,1,R) dan
dioperasikan secara hidrolis. Pada transmission case terdapat transmission lubrication valve yang berfungsi membatasi
tekanan maksimum di sistem lubrikasi transmisi.

3. Torque Converter Control Valve


Terdiri dari 3 buah valve :
Main relief valve Membatasi tekanan maksimum di sirkuit torque converter dan transmisi
Torque converter relief valve Membatasi tekanan oli yang masuk ke torque converter
Torque converter regulator valve Membatasi tekanan oli didalam torque convereter

4. ECMV (Electronic Control Modulating Valve)


Berfungsi menaikkan tekanan oli di clutch transmisi secara
perlahan dan membatasi tekanan oli di clutch transmisi.
ECMV memiliki 2 valve : Pressure control valve dan Flow
sensor valve.
Pressure control valve memiliki sebuah proportional
solenoid yang mendapat arus dari transmission controller
dan pressure control valve mengubahnya menjadi hydraulic
pressure.
Flow sensor valve bekerja mensensor flow oli dan saat
clutch terisi penuh, flow sensor valve akan meng-ON-kan fill
switch yang selanjutnya mengirimkan sinyal “clutch full” ke
controller yang kamudian menaikkan clutch pressure.
Ada 8 buah ECMV di unit 530M : 7 ECMV untuk
pengoperasian clutch transmisi dan 1 ECMV untuk
pengoperasian Lock Up clutch.

5. Front And Rear Drive Shaft


Front dan rear drive shaft memiliki perbedaan dalam ukuran panjang dan designnya. Front drie shaft memiliki panjang tetap ,
kira-kira 47 cm. Rear drive shaft memiliki free-length = 101 cm dan installed-length = 96,1 cm (unit kosong) dan memiliki
sebuah slip joint yang memungkinkan final drive ber-osilasi (turun – naik).

6. DUMP BODY
Mud Flaps
Terbuat dari karet dan dipasang pada dump body dan berfungsi untuk melindungi komponen-komponen, hose-hose, dll. Dari
terpaan lumpur yang terlempar akibat putaran roda.

Rock Edjector
Dipasang diantara dua roda belakang untuk mencegah agar batu atau material lain tidak nyelip diantara dua roda tersebut
dan membuat rusak ban.

Body Up Retention Cable


Menahan dump body pada main frame saat posisi hoist up untuk safety.

Body Guide
Menahan dump body pada posisinya saat dump body duduk di frame. Memiliki body guide wear plug yang bila aus sehingga
gap antara body guide dengan wear plug-nya maks. 3 mm, maka wear plug-nya harus diganti.

Body Pad
Sebagai bantalan bagi dump body saat turun menyentuh main frame dan juga sebagai bantalan bagi dump body setelah
duduk di frame.

7
SELF LEARNING REMOVE AND INSTALL

7. ENGINE
1. Fan Clutch
Berfungsi menyetel kecepatan putar fan berdasarkan perubahan suhu engine coolant yang disensing oleh coolant temperature
sensor, yang selanjutnya akan mengirimkan arus listrik ke proportional solenoid yang akan mengirimkan oil pressure ke fan
clutch untuk mengengagedkan fan clutch tersebut secara proportional.
Untuk pendinginan fan clutch digunakan oli engine.

2. Step Timing Control (STC)


Merupakan sistem injecksi fuel secara variabel, yang mendapat input sinyal dari tekanan fuel dari PT pump (Fuel Rail
Pressure). STC akan memajukan timing injeksi saat starting dan beban ringan ; dan mengembalikan ke normal injeksi saat
beban berat. Tujuan utama dari STC ini adalah untuk mengurangi polusi gas buang. Selain itu juga berguna untuk
meningkatkan kualitas pembakaran dan mengurangi asap putih saat cuaca dingin, meningkatkan fuel effisiensi saat beban
ringan. Komponen utama STC system ini adalah STC injektor dan STC valve.
Saat rpm rendah (beban ringan) fuel rail pressure rendah, STC vakve akan mengalirkan engine oil pressure ke STC injektor
untuk memajukan timing injeksi.

3. Rubber Damper
Berfungsi sebagai peredam kejutan bagi komponen torque converter dan transmisi akibat perubahan torsi engine saat
akselerasi.

4. Multicyclone Precelaner / Komaclone type Precleaner (Komatsu)


Precleaner yang terdiri dari susunan tabung yang didalamnya ada sirip berbentuk spiral yang menimbulkan aliran udara
berbentuk siklon, sehingga melemparkan debu-debu yang dibawanya, untuk kemudian jatuh dan ditampung di mengkuk
precleaner.

8. CONTROL VALVE

1. Bleeddown Manifold
Bleeddown valve berfungsi meneruskan oli dari pompa ke steering accumulator, flow amplifier, steering control valve dan
steering cylinder, juga mensuplay oli ke brake circuit.
Bleeddown manifold secara otomatis membleeding oli di steering accumulator secara otomatis ke tangki saat kunci kontak
diposisikan dari ON ke OFF.

2. Flow Amplifier
Melipatgandakan flow oli yang dari steering control valve menuju steering cylinder menjadi 7 kali lipat.

3. Steering Control Valve


Disebut juga orbitroll valve karena cara kerjanya : satu spool valve bergerak berputar di dalam spool valve yang lain.
Berfungsi menakar jumlah oli dan mengarahkan aliran oli ke steering cylinder.

5. Accumulator
Steering accumulator berfungsi mensuplay oli hidrolik ke steering circuit saat terjadi lost pressure (for emergency steering)
dan menjaga kestabilan oil pressure di sirkuit steering sebesar 2750 Psi, sehingga operasi steering menjadi responsif.
Brake accumulator berfungsi kestabilan oil pressure di sirkuit brake sebesar 2750 Psi sehingga operasi brake menjadi
responsif.

6. Brake Valve
Brake system 530M adalah tipe Full Hydraulic , tidak menggunakan air pressure.
Brake valve disebut juga dual relay valve, dioperasikan secara mekanis (pedal brake) atau secara hidrolis saat automatic
emergency brake. Brake valve mengontrol pressure yang dikirimkan ke front brake relay valve dan rear brake dual relay valve.

7. Relay Valve
Relay valve mensuplay oil pressure ke masing-masing brake disc assembly berdasarkan input pressure dari service brake atau
retarder brake.

8. Retarder PPC Valve


Retarder PPC valve mengubah arus perintah dari RCM menjadi oil pressure yang akan diteruskan ke relay valve. RCM
menerima input sinyal dari retarder lever.

9. Hoist Pilot Valve


Hoist pilot valve terletak di brake cabinet. Hoist pilot valve spool posisi awalnya adalah di posisi HOLD. Hoist pilot valve
dikontrol langsung oleh operator melalui lever dan cable. Hoist pilot valve juga dilengkapi dengan power down relief valve
yang membatasi power down pressure sebesar 1500 Psi.

8
SELF LEARNING REMOVE AND INSTALL

10. Hoist Control Valve (Hasco Valve)


Terpasang di sisi luar dari frame sebelah kiri antara frame dengan hydraulic tank. Bekerja mengarahkan oli ke sisi bottom atau
sisi head dari hoist cylinder berdasarkan sinyal input berupa perbedaan pressure (differential pressure) yang dikirim oleh hoist
pilot valve. Hoist valve juga dilengkapi dengan power up relief valve yang membatasi power up pressure sebesar 2750 Psi.
Saat hoist tidak dioperasikan maka oli akan dikirimkan ke rear brake cooling circuit.

9. CABIN OPERATOR
Cabin operator 530M memiliki struktur ROPS yang terintegrasi dengan cabin tersebut.

10. FRONT AXLE, WHEEL & SUSPENSION


1. A-Frame
Frame berbentuk huruf A yang menghubungkan front suspension dengan main frame. Dengan adanya A-frame, maka jarak
roda dengan frame menjadi besar, sehingga turning radiusnya menjadi kecil (kelebihan Komatsu dibanding CAT).

2. Front Suspension, Charging Valve, Discharging Valve, Air Bleed Valve


Sama dengan rear suspension.

3. Front Brake Clutch


Tipe front brake adalah multiple disc brake. Front brake disc clutch didinginkan oleh oli. Brake cooling oil bertekanan rendah
(65 Psi) diisolasi terhadap brake oil pressure yang bertekanan tinggi. Front brake cooling di control oleh front BCV. Saat tidak
ada pengereman, 50 % oli brake cooling dikembalikan ke tangki. Selain untuk pendinginan, brake cooling oil pressure
mengembalikan piston saat brake tidak dioperasikan.
4. Tyre And Wheel
Tyre berdasar konstruksinya dibagi menjadi 2 type : bias tyre dan radial tyre. Pada bias tyre , lapisan-lapisan kain bannya
(Ply) saling menyilang membentuk sudut (diistilahkan bias). Pada radial tyre, lapisan-lapisan kain bannya (biasanya terbuat
dari nylon) tegak lurus dengan lingkaran bannya. Radial tyre memberikan keuntungan memberikan stabilitas maksimum bagi
kontak antara tread ban dengan permukaan jalan.
Struktur Ban :

Aspec ratio dinyatakan sebagai perbandingan antara tinggi ban dengan lebar ban dikali 100 %

11. ELECTRICAL SYSTEM


1. Starting Motor
Starting motor pada unit 530M berjumlah 2 buah dan salah satunya dilengkapi dengan Prelub pump untuk pelumasan awal
sesaat sebelum engine di start. Component Prelub system :
- Pump
- Pressure switch : Normally closed, terbuka saat ada oil pressure 2,5 Psi
- Check Valve : Mencegah aliran oli balik ke prelub pump saat engione hidup
- Timer solenoid : Mengontrol siklus prelub, mendapat power listrik dari starting switch dan grounded melalui pressure
switch.
Saat engine sudah hidup , pressure switch diatas mencegah engine dapat di start kembali.

9
SELF LEARNING REMOVE AND INSTALL

2. Alternator
Alternator berfungsi untuk men-charging battery di unit dan men-suplay arus listrik ke electrical system unit. Alternator yang
dipakai adalah 24 V dan arus maksimum 100 A. Memiliki elektronik regulator yang jadi satu dengan alternator. Memiliki 1
terminal B, 1 terminal R dan ground yang langsung ke bodinya.

3. Battery
Berfungsi mensuplay arus listrik ke starting motor untuk men-start engine. Unit menggunakan 24 volt untuk kebanyakan
sistem listriknya (beberapa komponen menggunakan 12 V yang diambil dari tengah-tengah sambungan serie 2 battery) yang
disuplay oleh 4 buah battery yang dihubung serie-parallel. Untuk memastikan seluruh battery di-charging dan di-discahrge
dengan seimbang, digunakan battery equalizer.

4. Controller
Terdapat 5 buah controller di unit 530M : ECM (Electronic Control Module) Centry , yang mengontrol power engine dengan
mengontrol suplay fuel ke injector. ECM Cense, yang memonitor kondisi engine saat operasi. RCM (Retard Control & Monitor),
yang mengontrol dan memonitor operasi retarder. ATC (Automatic Transmission Controller), yang mengontrol dan memonitor
operasi automatic hydroshift transmission. PMC (Powertrain Management Controller), yang memanage operasi seluruh
controller di unit yang outputnya ditampilkan di layar MOM (Maintenance & Operation Monitor).

5. Realy & Relay Board


Fungsi relay adalah sbb : dengan arus control yang kecil kita dapat melalukan arus yang besar untuk mengoperasikan sebuah
komponen. Ada banyak relay di unit 530M, yang dikumpulkan dalam sebuah relay board. Ada 6 buah relay board, 3
menggunakan circuit breaker (RB1, RB$, RB5) dan 3 lagi tidak menggunakan circuit breaker (RB6A, RB6B, RB6C).

6. Solenoid Valve
Adalah komponen elektromagnetik yang mengubah energi listrik menjadi energi mekanis (gerak maju mundur). Ada banyak
solenoid valve di 530, spt : Bleeddown solenoid, retarder solenoid, dll.
7. Sensor Switch
Adalah switch yang dioperasikan menggunakan sensor pressure, flow oli, leel oli, dll. Ada yang tipe NO (normally open) dan
NC (Normally closed).

SELF LEARNING REMOVE & INSTALL


(TOOLS)

1. Power Wrench
Untuk meringankan saat kita mengencangkan dengan torque tertentu atau melepas bolt/nut yang mempunyai kekuatan ikat besar.

2. Dial Gauge dan Magnetic Base


Alat untuk mengukur endplay, run out, kedalaman, diameter
dsb. Satuan : mm atau Inchi.
Keakuratan : 0.01 – 0,001 mm.

10
SELF LEARNING REMOVE AND INSTALL

3. Fernier Calliper
Alat untuk mengukur panjang, dan diameter luar suatu
komponen. Satuan : mm atau Inchi
Keakuratan : 0,05 mm

4. Torque Wrench
Alat untuk mengencangkan bolt dan nut dengan torque
tertentu. Satuan : Kgm, Lb ft.

5. Depth Gauge
Alat untuk mengukur kedalaman satu permukaan terhadap
permukaan yang lain pada suatu komponen.

6. Impact Wrench
Digunakan untuk mengencangkan atau mengendorkan bolt,
menggunakan power elektrik atau pneumatic. Electric impact
wrench untuk pekerjaan pengencangan ringan, sedang
pneumatic impact wrench untuk pekerjaan pengencangan
berat. Impact wrench ada yang adjustable, dapat disetel
sampai 5 level. Pneumatic impact wrench didesign bekerja
pada pressure engin 5 – 7 kg/cm2 .

7. Jack And Block


Jack berfungsi untuk mengankat unit pada ketinggian
tertentu untuk memudahkan akses saat repair . Jack ada
menggunakan tenaga hidrolik, kombinasi pneumatic dan
hidrolik, mekanikal. Seluruh jack mempunyai kapasitas angkat
maksimum yang disebut Safe Working Load (SWL) dalam
satuan ton.

11
SELF LEARNING REMOVE AND INSTALL

Block berfungsi untuk menahan posisi terangkat dari unit


setelah diangkat oleh jack.

7. Flexible Steel Wire rope sling


Wire rope dibuat dari sejumlah kawat yang dipilin bersama-sama membentuk untaian (strand), biasanya sebuah wire rope terdiri
dari 6 untaian yang berpilin mengelilingi sebuah inti (core) dari bahan fiber. Kemampuan angkat maksimum sebuah wire rope
ditentukan oleh SWL yang tertera pada label wire rope (satuan ton). Mengenai jenis pilinan pada wire rope ada 4 macam :
Regular lay : Z-lay (right lay), S-lay (left lay) ; dan Lang lay : Z-lay (right lay), S-lay (left lay).

8. Flat Webbing sling


Terbuat dari bahan Nylon atau Polyester. Digunakan untuk
mengangkat komponent ang beresiko rusak (lecet atau penyok)
akibat terjepit. Setiap flat webbing sling terdapat label SWL
(satuan ton).

10. Rantai (Chain)


Pada umumnya bobot rantai lebih berat dibanding wire rope untuk daya angkat yang sama. Akan tetapi rantai mempunyai daya
tahan lebih tinggi terhadap kondisi kerja dan tempat penyimpanan yang tidak memadai. Rantai harus dilengkapi dengan tag yang
memuat data manufature, grade, SWL dan aplikasi.

11. Shackle
Merupakan pelengkap untuk operasi pengangkatan. Ada 2 tipe utama shackle : D (Dee) shackle dan Bow shackle. Semua tipe
shackle yang digunakan untuk mengangkat harus bertanda WLL (Weight Load limit : kemampuan angkat maksimum untuk aplikasi
umum dalam ton)

12
SELF LEARNING REMOVE AND INSTALL

12. Eyebolt
Merupakan acessories untuk pengangkatan, dipasangkan pada blind hole di komponen. Eyebolt yang digunakan untuk mengangkat
harus bertanda WLL (ton).

13. Hook
Dipakai berpasangan dengan eyebolt atau shackle untuk
mengangkat suatu komponen.Pada Hook tertera WLL
(kemampuan angkat tool tsb secara umum –beban
tergantung secara vertikal) dalam ton.

14. Chain Block and Lever Block


Alat angkat dengan kapasitas angkat tertera ½ ton sampai 20
ton

15. Flow Meter


Alat ukur untuk mengukur laju aliran oli dalam satu sirkuit hidrolik. Diukur dalam satuan Liter per menit (LPM) atau Gallon per menit
(GPM). Flowmeter dipasang pada output pompa atau control valve. Sebelum mengoperasikan hydraulic system, buka valve secara
penuh untuk safety. Bebani hydraulic system untuk mencapai temperatur standard pengukuran, lalu lakukan pengukuran.

13
SELF LEARNING REMOVE AND INSTALL

16. Oil Pressure Gauge


Alat untuk mengukur tekanan oli dengan satuan Kg/cm 2, Mpa atau Psi. Pada tool PM-Clinic banyak terdapat pressure gauge. Oil
pressure gauge (terisi glycerin) : 10, 25, 60, 400, 600 (Kg/cm 2). Pressure gauge 60 Kg/cm2 (tanpa glycerin) untuk mengukur
modulating pressure dan bersama-sama dengan stopwatch untuk mengukur modulating time.

17. Oiling Tool Kit For Suspension


Tool yang terdiri dari beberapa bagian yang berfungsi untuk
mengisikan oli dengan tekanan kedalam silinder hydro-
pneumatic suspension.

18. Nitrogen Charging tool Kit For Suspension


Tool yang terdiri dari beberapa bagian yang berfungsi untuk
memasukkan gas Nitrogen bertekanan kedalam silinder
hydro-pneumatic suspension.

14
SELF LEARNING REMOVE AND INSTALL

19. Fixture
Spesial tool yang digunakan untuk mengikat jadi satu antara
inner drum dan outer drum brake clutch dengan tujuan
mencegah kerusakan pada floating seal saat proses remove
and install brake clutch.

20. Digital Multimeter/multitester


Merupakan aat ukur listrik yang dapat dipakai sebagai :
- Voltmeter : untuk mengukur besar tegangan listrik
- Ammeter : untuk mengukur besar arus listrik
- Ohmmeter : untuk mengukur besar tahanan/resistansi
listrik
Display menunjukkan jumlah tegangan, ampere dan resistansi
dengan skala desimal. Pemilihan tipe skala dilakukan dengan
rotary switch. Terminal “COM” adalah untuk memasang kabel tes
negatip.

1. Cara menggunakan Ampere meter


Untuk mengukur arus listrik dalam sebuah circuit anda
harus mennghubungkan ammeter serie dengan circuit.

2. Cara menggunakan Voltmeter


Tegangan listrik berada pada dua titik dan tidak mengalir
dalam circuit seperti halnya arus listrik, maka voltmeter

15
SELF LEARNING REMOVE AND INSTALL

tidak dipasangkan serie dengan circuit seperti ammeter.


Oltmeter dipasang parallel terhadap dua titik dimana
teganngan itu muncul

3. Cara menggunakan Ohmmeter


Untuk mengukur resistansi sebuah component atau circuit,
sambungkan ohmmeter parallel terhada circuit atau
component tersebut. Ada 2 point yang harus diperhatikan
sebelum pengukuran : pertama, power dicircuit atau
componen tersebut sudah dimatikan. Kedua, saat
mengukur tahanan satu komponen, disconnect salah satu
ujung komponen tersebut dari circuit agar resistansi sirkuit
tidak mempengaruhi hasil pengukuran.

SELF LEARNING REMOVE AND INSTALL 530M


(INSPECTION AND MEASUREMENT)

1. FRONT AXLE, WHEEL AND SUSPENSION


1. Charging Length of Front Suspension
Pengukuran dimensi rod suspensi saat proses charging
gas Nitrogen. Diukur dari bagian atas cover ke bagian
atas plate silinder suspensi, menggunakan convex scale,
std charging length = 287 + 10 mm.

2. Front Wheel Hub Bearing Adjustment (Preload Adjustment)


1. Pasang retainer (1) dengan empat buah capscrew
tanpa menggunakan shim. Putar hub 20 – 30 kali
dan kencangkan ke-empat capscrew secara
seragam sampai 11.0 + 0.5 kgm.
2. Ukur dimansi A dari retainer ke ujung permukaan
axle dengan depth micrometer (2). Ukur dimensi A
di 2 tempat pada retainer dan ambil rata-ratanya.
3. Lepas retainer (1) dan ukur ketebalannya (C) ,
kemudian pilih ketebalan shim yang sama dengan B
(B=A-C) + 0.3 mm.
4. Berikan Thread tightener padaseluruh capscrew dan
pasang shim dan retainer (1). Putar hub 20 – 30 kali
dan kencangkan capscrew secara seragam sampai
torque 94.5 +10 kgm. Setelah pengencangan

16
SELF LEARNING REMOVE AND INSTALL

capscrew putar-putar hub ada abnormalitas atau


tdak.
5. Pasang O-ring pada cap wheel hub dan pasang
wheel hub cap dan kencangkan dengan capscrew.

2. CONTROL VALVE
1. Spool Stroke Of Hoist Pilot Valve
1. Posisikan hoist lever pada posisi Float. Lalu lepas capscrew
(7)
2. Kendorkan jam nut /lock nut (11), kemdorkan sleeve (10)
sampai cotter pin (8) dan pin (9) terlihat.
3. Ukur jarak dari tengah-tenga lubang cable attachment
sampai permukaan valve body. Std = 29.5 mm.

3. REAR SUSPENSION
Charging height of Rear Suspension
Pengukuran dimensi rod suspensi saat proses charging
gas Nitrogen. Diukur dari retainer ke bagian bawah rod
suspensi, menggunakan convex scale, std charging
length = 234 + 10 mm. Jangan terlalu tinggi karena
akan membuat sudut rear drive shaft semakin besar.

4. POWERTRAIN MODUL
1. Allignment/Centering Prosedure
Ketika engine assembly, torque converter dan transmisi
assembly, atau drive shaft telah dilepas, allignment antara
engine dan transmisi harus dicheck dan di-adjust.
Pasang allignment tool (2) pada coupling di ujung engine dan
ujung torque converter.
Note : Untuk menaikkan transmisi, tempatkan shim antara
mounting depan transmisi dengan bracket frame.
Sambil memutar coupling pada ujung torque converter, lakukan
proses centering sedemikian rupa sehingga tool tersebut
(2) berputar dengan smooth pada kedua shaft.
Note : Misallignment tidak boleh lebih dari 3.0 mm dalam
arah atas – bawah dan kiri – kanan. Jika mereka tidak
paralel, jarak pada titik dimana mereka terpisah paling jauh
, tidak boleh melebihi 3.0 mm.

5. ELECTRICAL SYSTEM
1. Pengecekan Output Voltage Alternator
1. Dengan seluruh accessories di unit dimatikan sambungkan
voltmeter pada terminal output alternantor (“BAT”) dan
ground ( - ) .
2. Naikkan engine speed untuk mendapatkan pembacaan
voltage maksimum.
3. Jika voltage tidak dalam operating range 26 – 30 volt, lepas
alternator untuk direpair.
Note : Rotor normalnya memiliki kemagnetan untuk
memberikan kenaikan tegangan saat engine distart.
Setelah disassembly atau repair ada kemungkinan
alternator tidak mengeluarkan voltage, karena tidak
ada kemagnetan di rotor. Untuk itu kita harus
mengembalikan kemagnetan itu dengan cara :
Sambungkan terminal-terminal alternator ke battery,
kemudian secara singkat sambungkan sebuah kabel
jumper dari terminal positip battery ke terminal relay
(R)(1).

17
SELF LEARNING REMOVE AND INSTALL

2. Pengecekan Starting Motor


Sebelum dipasangkan ke engine, periksa starting motor untuk memastikan armature berputar dengan smooth :
a. Selipkan ujung obeng min. melalui bukaan di housing depan tempat pinion gear.
b. Ungkit pinion gear untuk memastikan armatur dapat berputar dengan smooth.
c. Jika armature tidak dapat berputar dengan smooth, starting motor harus di-disassembly.

3. Pengecekan Battery
Level daripada elektrolit battery harus diperiksa secara periodik . Level elektrolit standard pada battery adalah 10 mm diatas
plate battery. Bila kurang harus ditambahkan air destilasi.
Untuk mengetahui kondisi charging battery, dapat dilakukan dengan mengukur spesific gravity dari elektrolit battery tersebut.
Spesific gravity adalah perbandingan BJ elektrolit dengan BJ air (tidak ada satuannya). Spesific gravity elektrolit pada battery
full charge adalah 1,260 – 1,280 pada suhu 20o C. Bila battery mengalami proses dicharging, maka spesific gravity dari battery
elektrolit akan menurun juga. Bila spesific gravity sudah tinggal 1,210 – 1,220 (kapasitas tinggal 75 %) pada suhu 20 o C,
sebaiknya battery harus dicharging kembali.
Pengukuran spesific gravity elektrolit battery dipengaruhi oleh perubahan suhu elektrolit. Untuk pengukuran spesific graity
diluar suhu std 20o C harus di-adjust dengan rumus : S20 = St + 0,0007(t – 20).
S20 : spec. gravity di 20o C , St : spec. gravity di to C, t : suhu aktual saat pengukuran.

4. Relay and relay board


Ada 2 tipe relay board di unit 530M, tipe pertama memuat 4 buah relay yang dapat dipertukarkan (interchangable) dan
dilengkapi circuit breaker. Kedua dapat memuat sampai 8 relay dan tidak dilengkapi circuit breaker.
Pada relay board tipe pertama dilengkapi 4 buah Lampu berwarna hijau (ada label K1, K2, K3, K4) dan 1 berwarna merah.
Lampu-lampu hijau itu akan menyala bila ada relay yang terhubung dengan lampu-lampu itu ON. Bila lampu berwarna merah
menyala (ON), itu menunjukkan ada sebuah circuit breaker pada relay board itu yang OFF (disconnect / trip).

5. Solenoid Valve
Komponen utama solenoid adalah coil (lilitan kawat), dimana coil tersebut mempunyai besar tahanan tertentu. Untuk
mengetahui kondisi dari coil tersebut, maka kita dapat mengecek tahanan coil tersebut dengan alat Ohmmeter. Bila tahanan
yang terukur sesuai standard di shop manual berarti coil solenoid tsb bagus. Bila tahanan yang terukur tidak terhingga berarti
coil tsb putus (open circuit). Bila tahanan yang terukur jauh lebih kecil dari standard, berarti coil tersebut short circuit. Bila kita
ukur antara terminal-terminal connector coil dengan chasis, ada terukur tahanannya dengan besar tertentu (seharusnya tak
terhingga), berati coil mengalami grounding.

6. Sensor switch
Sensor switch, yaitu switch yang ON atau OFF karena tekanan atau flow oli, ada yang memiliki 3 terminal : NO, NC dan COM.
Bila kita melihat sebuah sensor switch, dimana terminal yang terhubung dengan kabel adalah NO dan COM, berarti nomalnya
saat tidak ada pressure atau flow oli, switch tersebut kondisinya adalah OPEN, saat ada pressure atau flow oli, switch tsb
CLOSED. Untuk melakukan pemeriksaan sebuah sensor switch dengan menggunakan Ohmmeter, kita harus tahu apakah
sensor switch tsb NO atau NC.

7. MOM
Setelah MOM diberi power listrik, muncul pesan dalam bahasa
jepang yang artinya “start engine sekarang”. Selanjutnya
muncul display “ i1 “ selama 3 detik. Selanjutnya muncul
display “ i2 INITIAL CHECK 1 “ . Item “PARKING BRAKE”
muncul di layar jika parking masih dalam posisi release. Item
“T/M SHIFT LEVER” muncul di layar jika shift lever tidak pada
posisi neutral. Jika item –item diatas sudah dipenuhi muncul
display “ENGINE START OK” . Setelah engine distart, muncul
display “ i3 INITIAL CHECK 2 “. Item “STEERING PRESSURE
TOO LOW” muncul di layar jika steering oil pressure masih
dibawah std pressure. Item “ENG. DERATE ON” muncul di
layar ketika power engine mengalami penurunan akibat ada
trouble di engine yang terdeteksi controller. Jika item-item
diatas sudah dipenuhi muncul display “DEPARTURE OK”. Saat
MOM mendeteksi unit sudah jalan, muncul display “ i4 NORMAL
RUNNING “ , display ini akan muncul terus sampai kunci kontak
diposisikan OFF – selama tidak ada trouble.

18
SELF LEARNING REMOVE AND INSTALL

6. DUMP BODY
Pemeriksaan Kondisi Body Pad
Body pad harus diinspeksi setiap schedule maintenance, dan ganti jika rusak atau aus berlebihan.

Pemeriksaan Keausan Bushing & Pivot Pin


Periksa bushing (4) dan pivot pin, ganti bushing atau body pivot pin jika rusak atau aus berlebihan.

Pemeriksaan tebal shim Pivot pin


Total gap antara body pivot dan frame pivot adalah : 280.0 mm
– 250.0 mm = 30.0 mm . Posisikan body pivot, sehingga frame
pivot berada di tengah-tengah body pivot, sehingga masing-
masing gap = 15.0 mm. Untuk mendapatkan tebal shim 15.0
mm , kombinasi shim harus seminimal mungkin (shim harus
tebal-tebal).

Pemeriksaan keausan Body Guide Wear Plug


Body guide wear points (2) harus diinspeksi setiap kali body
pad inspection dilakukan. Jika gapnya berlebihan, maka part
penggantinya harus dipasang.

19
SELF LEARNING REMOVE AND INSTALL

Pemeriksaan Rock Edjector


1. Ujung rock edjector harus diposisikan di tengah-tengah kedua roda belakang. Dalam jarak 6.35 mm.
2. Dengan posisi unit diparkir di temapat yang rata, rock edjector structure harus berjarak kira-kira 124 mm dari wheel
spacer ring.
3. Dengan rock edjector tergantung vertikal, tidak boleh ada gap antara rock edjector dengan bracket stoper.

7. ENGINE
1. Pengukuran End-play crankshaft (Dengan Damper)
Ukur endplay crankshaft (crankshaft end clearence) dengan menggunakan dial indicator. Pengecekan dapat dilakukan dengan
memsang dial indicator pada front damper atau pulley, sambil diungkit menggunakan sebuah bar antara front cover dengan
sisi dalam dari pulley atau front damper. End-play harus terbaca pada engine yang terpasang di unit dan sudah tersambung
dengan transmisi atau torque converter. Jika clearence tidak terbaca, lakukan repair.

SELF LEARNING REMOVE AND INSTALL 530M


(TESTING, ADJUSTING & TROUBLE SHOOTING)

1. DUMP BODY
1. Body Pad Adjustment
1. Unit harus diparkir di tempat yang rata, untuk dilakukan inspection.
2. Seluruh pad, kecuali pad belakang pada masing-masing sisi, harus kontak ke frame dengan tekanan yang sama pada
rubbernya.
3. Harus ada gap kira-kira 1.5 mm antara pad belakang dengan frame. Ini dapat dilakukan dengan mengurangi masing-
masing satu shim pada pad belakang saat pemasangan dahulu.
4. Bila dari pemeriksaan terlihat bahwa pad belakang sudah kontak dengan frame. Ini menunjukkan bahwa kedua pad
didepannya sudah mengalami keausan atau sudah berkurang tebalnya.

2. Body Position Switch Adjustment


1. Dengan dump body duduk sepenuhnya di frame, parking brake ON dan hoist lever posisi FLOAT, kendorkan switch
mounting capscrew (6) atau magnet adjustemnt screw (3).
2. Posisikan magnet dan/atau switch sampai sisi bawah magnet segaris dengan sisi atas switch; dan jarak proimity switch
dengan magnet kira-kira 15 mm. Juga bisa diperiksa lewat warning lamp
Saat kunci kontak di-ON-kan.

3. Hoist Limit Switch Adjustment


Sebelum adjustment, naikkan dump body sampai ketinggian yang diinginkan.
Kendorkan proimity switch (9) adjustment capscrew (8) dan gerakkan switch keatas dan kebawah untuk memposisikan sisi
atas switch segaris dengan sisi bawah magnet(10). Kencangkan adjustment screw.
Bila perlu, kendorkan capscrew yang mengikat proximity switch ke mounting bracket, dan gerakkan switch kedalam atau
keluar smapai dimensi “Y” = 45 mm. Kencangkan capscrew.
Turunkan dump body.
Periksa operasi Hoist Up untuk memastikan hoist cylinder memanjang dan berhenti sebelum mencapai maksimum stroke.

20
SELF LEARNING REMOVE AND INSTALL

2. ENGINE
1. Belt Tension Adjustment
Pasang belt tension gauge pada tengah-tengah belt antara dua
pulley. Lakukan pengencangan adjusting screw sampai belt
tension 600 – 650 lbf. Lalu kencangkan lock nut, torque : 28.5
kgm.

2. PM – Clinic
PM – Clinic yang mengacu pada PM sheet Komatsu Jepang dapat dilihat di halaman belakang.

3. REAR AXLE AND WHEEL


Adjustment Preload Bearing Final Drive
1. Pasang retainer (2) tanpa shim secara temporer dengan
screw (3)
2. Putar hub 5 – 6 kali
3. Kencangkan capscrew secara seragam sampai torque 17 +
1.0 kgm. Jika capscrew dikencangkan tanpa memutar
wheel hub, bearing tidak akan duduk dengan benar dan
preload yang tepat tidak akan didapat.
4. Dengan menggunakan depth micrometer (1), ukur dimensi
“c” antara ujung shaft dengan sisi luar retainer (2).
5. Pasang tool fiture pada 3 tempat.
6. Lepas retainer, dan ukur tebal “a” dari retainer. Ukur
ketebalan shim “b” menggunakan formula :
(b = c – a) dan tambahkan 0.3 mm.
7. Pasang shim yang telah ditentukan diatas, kemudian pasang retainer (2). Oleskan thread tightener pada capscrew (3)
dan kencangkan sampai torque 94.5 kgm.
7. Lepas tool fixture dari 3 tempat. Kencangkan capscrew pada tempat dimana tool tadi dilepas. Dengan torque 56 kgm.
8. Putar wheel hub 5 – 6 kali dan kencangkan capscrew (2) secara seragam sampai pengencangan torque menjadi konstan.
Setelah pengencangan capscrew, putar lagi wheel hub untuk memastikan bahwa putarannya smooth.

Bleeding Udara Pada Brake.

21
SELF LEARNING REMOVE AND INSTALL

Lakukan prosedure bleeding udara pada port “Bleed Port” dibawah ini. Bleed paling luar untuk brake cooling
dan port sisi dalam untuk brake actuating circuit.

Brake Performance
Bila diperlukan, dalam kondisi terbatas, kita dapat melakukan brake performance test seperti dibawah ini :
1. Foot brake perfomance test
a. Dengan unit diparkir pada tempat yang rata, tekan foot brake pedal.
b. Pindahkan shift lever ke posisi D dan naikkan engine speed secara perlahan sampai 1560 rpm. Periksa bahwa unit
tidak bergerak.

2. Retarder brake performance test


a. Dengan uniot diparkir di tempat yang rata, gerakkan retarder lever full brake
b. Pindahkan shift lever ke posisi D dan naikkan engine speed secara perlahan sampai 1560 rpm. Periksa bahwa unit
tidak bergerak.

3. Parking brake performance test


Dengan unit diparkir di tempat yang rata, posisikan parking brake ON
Gerakkan shift lever ke posisi selain N, periksa bahwa central warning lamp menyala.
Gerakkan shift lever ke posisi D dan naikkan engine speed lever secara perlahan sampai 1640 rpm. Cek bahwa unit tidak
bergerak.

3. Emergency brake performance test


a. Dengan unit diparkir pada tempat yang rata, posisikan emergency brake switch ON.
b. Pindahkan shift lever ke posisi D, dan naikkan engine speed secara perlahan sampai full throttle. Periksa bahwa unit
tidak bergerak.

4. POWERTRAIN MODUL
Testing and adjusting prosedure dapa dilihat di halaman belakang.

5. ELECTRICAL SYSTEM
1. Wheel Speed Sensor Adjustment
Wheel speed sensor terpasang pada brake clutch di masing-
masing roda, dan memberikan sinyal ke RCM.
1. Jika sensor telah terpasang, kendorkan lock nut (2) dan
lepaskan sensor dari sensor mounting hole.
2. Putar carrier sampai gigi gear segaris dengan tengah-
tengah sensor mounting hole.
3. Dengan hati-hati putar masuk sensor kedalam lubangnya
sampai ujungnya menyentuh gigi gear.
4. Putar balik sensor 5/8 putaran. Lanjutkan putaran sampai
bagian yang rata dari sensor housing tegak lurus dengan
arah putaran gear.
5. Kencangkan lock nut.
6. Pasang pelindung pada sensor connector.

22
SELF LEARNING REMOVE AND INSTALL

2. Battery Equalizer Test


Jika battery tidak dapat dicharging secara seimbang, atau problem lain ada muncul, lakukan test :
Periksa circuit breaker 12V dan 24V, jika open, tekan reset button.
Ukur tegangan di masing-masing terminal battery. Masing-masinh harus terukur 12 V. Jika tidak, cek tegangan :
Ukur tegangan antara terminal 24 dan terminal 12 di equalizer, catat hasilnya.
Ukur tegangan antara terminal 12 volt dengan terminal ground pada equalizer, catat hasilnya.
Perbedaan antara pengukuran step 3 dan 4 tidak boleh melebihi 0.75 V.

6. CONTROL VALVE
1. Ajustment Netra Position Hoist Pilot Valve
1. Posisikan hoist control lever pada posisi FLOAT.
Adjust pilot valve spool sampai titik tengah dari cable
attachment hole berjarak 29.5 mm dari permukaan
valve body.
2. Sambungkan hoist cable dan pasang pin (9) dan
cotter key (8).
3. Putar sleeve (10) sampai kontak dengan body valve,
pasang flange (6) dan ikat dengan capscrew (7)
4. Start engine dan cek operasi hoist. Bila kerjanya
belum bagus, adjust dengan memutar sedikit-demi
sedikit sleeve (10). Setelah hasilnya bagus, ikat
sleeve dengan lock nut (11)
2. Hoist Up Relief Pressure Adjustment
1. Pasang Pressure gauge 5000 Psi pada port block di sisi
output hoist pump.
2. Lepaskan connector elektrik pada hoist up limit switch atau
OFF-kan circuit breaker switch CB 16.
3. Start engine dan jalankan low idle
4. Posisikan hoist lever pada posisi HOIST UP/POWER UP
sampai hoist cylinder full stroke. Pressure pada kedua hoist
pump harus mencapai kira-kira 2750 + 100 Psi. Jika
pressure tidak tercapai adjust :
5. Kembalikan hoist lever pada posisi FLOAT.
6. Bleeding pressure pada hoist circuit.
7. Lepas pipa kecil dan capscrew dari inlet section cover (2).
8. Lepas cover dan spring (3) dari relief valve.
9. Lepaskan lock nut pada relief valve (4) dan putar screw
clockwise untuk menaikkan pressure dan counterclockwise
untuk menurunkan pressure. ¼ putaran = 150 Psi.
10. Pasang spring (3) dan cover (2) dengan O-ring yang baru
(8) dan kencangkan capscrew (1).
11. Cek kembali pressure.

3. Power Down Relief Pressure Adjustment


1. Pada engine low idle, posisikan hoist lever pada POWER
DOWN.
2. Pressure pada kedua pompa harus mencapai kira-kira 1500
Psi. Jika pressure tidak tercapai adjust :
3. Untuk menaikkan pressure putar adjusting screw clockwise
4. Untuk menurunkan pressure, putar adjusting screw counter
clockwise

23
SELF LEARNING REMOVE AND INSTALL

4. Pump Compensator Relief Pressure


1. Pasang pressure gauge 5000 Psi di test port (6) pada bleeddown manifold.
2. Start engine dan jalankan pada 1000 rpm. Pada pressure gauge harus terbaca 2750 Psi. Jika tidak tercapai, sambil engine
hidup low idle, lakukan adjustment pada pump compensator relief valve.

5. Steering Relief Pressure


1. Pasang pressure gauge 5000 Psi pada steering
manifold.
2. Start engine dan jalankan 1000 rpm.
3. Putar steering wheel full ke kiri atau ke kanan dan
pertahankan. Pada pressure gauge harus terbaca
2750 Psi. Jika pressure tidak tercapai lakukan
adjustment :
4. Pada flow amplifier, buka plug (2) dengan
menggunakan allen key 8 mm.
5. Masukkan allen key 5 mm untuk memutar
adjustment screw clockwise atau counterclockwise.

7. FRONT AXLE, WHEEL & SUSPENSION


1. Prosedure Oiling Front Suspension
1. Parkir unit tanpa beban pada tempat yang rata, block roda
dan pasang parking brake.
2. Lepas cover dan bersihkan daerah sekitar charging valve
(3) pada suspension.
3. Pasang hydraulic jack (1) dibawah main frame dan naikkan
jack sampai kontak dengan frame.
4. Buang gas Nitrogen dari suspensi dengan mengendorkan
discharge valve 1 putaran.
5. Adjust hydraulic jack, sehingga dimensi A dari silinder 97 +
3 mm
6. Setelah gan Nitrogen keluar semua, tutup discharge
valve(6). Pasang oiling tool di tempat charging valve(5).
Kendorkan air bleed plug (7) dan pompakan oli kedalam
silinder sampai tidak ada lagi gelembung udara yabg keluar
dari air bleed plug. Kencangkan air bleed plug 4.5 + 0.5
kgm.
7. Lepas discahrge valve (6), kemudian terus pompakan oli
sampai tidak adagelembung udara yang keluar dari

24
SELF LEARNING REMOVE AND INSTALL

discharge valve. Kencangkan discharge valve 4.5 + 0.5


kgm.
8. Lepas oiling tool dan pasang charging valve dan
kencangkan 4.5 + 0.5 kgm

2. Prosedure Charging Nitrogen Front Suspension


1. Naikkan terus hydraulic jack dan pasang charging stand
pada bagian depan unit kiri dan kanan, sehingga charging
height tercapai 287 + 10 mm.
2. Buka valve pada tabung gas, dan cek pembacaan pressure
pada gauge regulator (1)
3. Pasang charging tool ke suspension
4. Putar handle regulator (11) clockwise, set pressure pada
gauge (2) ke pressure yang dibutuhkan. Kemudian
Buka valve (3 & 4) untuk mengisi suspension dengan gas
Nitrogen.
5. Charging silinder kiri dan kanan dalam waktu bersamaan.
Periksa pembacaan pressure pada gauge (10) dengan
menutup valve (4).
6. Jaga charging height selama pengisian Nitrogen sampai
charging perssure tercapai 400 Psi.

3. Kalibrasi PLM II
PLM harus dikalibrasi setelah : dipasang PLM baru, selesai charging suspensi, selesai penggantian suspension sensor, sekali
sebulan secara teratur.
1. Dengan engine running dan unit berhenti, tekan dan tahan switch CAL/CLR sampai “CAL” berkedip pada display.
2. Jalankan unit sampai kecepatan mencapai 10 – 15 km/jam.
3. Tekan switch CAL/CLR sekali lagi
4. Jalankan terus unit sampai display kembali kt tampilan waktu hari itu.

8. REAR SUSPENSION
Oiling Prosedure
1. Parkir unit tanpa beban pada tempat yang rata dan pasang
parking brake.
2. Lepas coer dan bersihkan area sekitar charging valve.
3. Pasang oiling spacer (1) antara stoper dan axle housing
sehingga dimensi A = 154 + 3 mm.
4. Buang Pressure Nitrogen dari suspension dengan
mengendorkan discharge valve (6) satu putaran.
5. Setelah gas Nitrogen habis, lepas discharge valve.
6. Lepas charging valve (5) dan pompakan oli sampai tidak
ada glelembung yang keluar dari lubang discharge valve.
7. Pasang discharge valve dan kencangkan 4.5 + 0.5 kgm
8. Lepaskan oiling tool dan pasang charging valve dan
kencangkan 4.5 + 0.5 kgm.

Nitrogen Charging Prosedure


1. Naikkan chasis bagian belakang dengan menggunakan
hydraulic jack, lalu pasang charging stand diantara stoper
dan axle housing sehingga charging height tercapai = 234
+ 10 mm.
2. Buka valve pada tabung gas, dan cek pembacaan pressure
pada gauge regulator (1)
Pasang charging tool ke suspension
Putar handle regulator (11) clockwise, set pressure pada gauge
(2) ke pressure yang dibutuhkan. Kemudian

25
SELF LEARNING REMOVE AND INSTALL

Buka valve (3 & 4) untuk mengisi suspension dengan gas


Nitrogen.
Charging silinder kiri dan kanan dalam waktu bersamaan.
Periksa pembacaan pressure pada gauge (10) dengan
menutup valve (4).
Jaga charging height selama pengisian Nitrogen sampai
charging perssure tercapai 273 Psi.

9. HOIST, STEEIRNG CYLINDER AND TIE-ROD


1. Hoist Raising Speed
Periksa bahwa dump body benar-benar duduk di frame.
Non aktifkan hoist limit function dengan meng-OFF-kan
CB 16.
1. Tekan accelerator pedal dan naikkan engine speed
sampai full throttle
2. Ukur waktu yang diperlukan untuk naik dari posisi
dump body duduk di frame sampai akhir langkah
hoist cylinder, std : 13 – 17 detik.

2. Hydraulic Drift Hoist Cylinder


1. Gerakkan dump body lever ke posisi RAISE, naikkan
dump body sampai silinder no. 2 memanjang sampai
200 mm, kemudian matikan engine.
2. Tunggu selama satu menit, lalu ukur lagi panjang
silinder no. 2
3. Ukur kembali panjang silinder no. 2 setelah 5 menit.
Std : 42.5 – 45.5 / 5 menit
Catatan :
Kenapa harus menunngu 1 menit untuk memulai
pengukuran ?
Jika pengukuran dilakukan pada menit pertama,
gelembung-gelembung udara didalam hoist cylinder
akan pecah, dan itu akan membuat pengukuran yang
akurat menjadi tidak mungkin

3. Steeirng turn time


Permukaan tanah : rata, halus dan keras
Tekanan angin ban : standard
1. Start engine dan set AISS ke posisi AUTO untuk
mendapatkan 1000 rpm.

26
SELF LEARNING REMOVE AND INSTALL

2. Operasikan steering wheel full ke kanan (ke kiri)


3. Lalu putar steering wheel sampai full ke kiri (ke
kanan) (putar secepat mungkin tanpa
memaksakannya), dan ukur waktu yang diperlukan
untuk memutar steering dari ujung ke ujung dengan
stopwach. Std : maksimum 4.0 detik.

6. Foot Brake Pressure Test


1. Pasang pressure gauge 5000 Psi pada : front brake test port (12), left rear brake test port (17), dan right rear brake test
port (18).
2. Injak pedal brake dengan penuh pada pressure gauge harus terbaca : front brake : 2100 + 75 Psi, Left rear brake :
2100 + 75 Psi , right rear brake : 2100 + 75 Psi.

7. Retarder Brake Pressure Test


1. Sama dengan langkah no. 1 diatas.
2. Gerakkan retarder lever dengan penuh. Front dan rear brake pressure harus terbaca 1962 + 212 Psi.

8. Brake Lock Pressure Test


1. Sama dengan langkah no. 1 diatas
2. Operasikan brake lock switch. Rear brake harus terbaca 2000 + 100 Psi. Front brake pressure harus 0 Psi.

9. Parking Brake Pressure Test


1. Pasang pressure gauge 5000 Psi pada PK2 port (13).
2. Posisikan parking brake switch ON, pressure harus terbaca 2750 + 50 Psi. Posisikan parking brake switch
OFF, pressure harus terbaca 0 Psi.

27
SELF LEARNING REMOVE AND INSTALL

28

Anda mungkin juga menyukai