Ahnas Syifa’Uddin
082210789720
ahnasdante@gmail.com/ahnasanderson@gmail.com
Lebak, Dk. Bimbing RT 01 RW 02 – Pakis Aji Jepara
www.ahnas.education.org
Objectives
Manufactured Engineering
Modul the Book Engineers
Education
Courses Mechanical Engine Mercedez Benz & Volvo bye powered PT MAXALMINA
University of Wahid Hasyim S-1
Cylinder
Piston
Piston terpasang sempurna di dalam tiap cylinder liner dimana bisa bergerak ke atas dan ke bawah
selama proses pembakaran. Bagian atas piston merupakan dasar dari ruang bakar.
Berdasarkan cara pembuatannya piston dapat dibagi menjadi:
1. Cast aluminium crown dengan forged aluminium skirt, dimana kedua bagian tersebut
disambung dengan pengelasan electron beam.
2. Composite, steel crown dan alumnium skirt yang dibaut menjadi satu.
3. Articulated, forged steel crown dengan pin bore dan bushing, dimana cast aluminium skirt
terpisah. Dua bagian ini disatukan dengan wrist pin.
4. Tipe yang umum ialah piston tunggal cast aluminium dengan piston ring belt (sabuk baja)
sebagai tempat ring piston.
Berdasarkan sistem bahan bakar dan bentuk ruang bakar maka dikenal dua macam piston, yaitu:
1. Pre combustion piston mempunyai heat plug pada crown. 3
2. Direct injection piston tidak mempunyai heat plug.
Adapun jenis piston ring yang terpasang pada piston adalah sebagai berikut:
Compression ring (ring kompresi)
Berfungsi untuk menyekat ruang bakar bagian bawah guna mencegah kebocoran kompresi dan
gas hasil pembakaran melalui piston.
Oil control ring (ring oli)
Biasanya hanya terdapat satu oil control ring di bawah dua compression ring, oil control ring
melumasi dinding cylinder liner pada saat piston bergerak ke atas dan ke bawah. Lapisan oli
mengurangi keausan cylinder liner dan piston.
Connecting Rod
Connecting rod menghubungkan piston ke crankshaft. Bagian-bagian dari connecting rod adalah
sebagaqi berikut:
Rod eye. Connecting rod bearing.
Piston pin bushing.
Resume:
Shank.
Cap.
Rod bolt and nuts.
Crankshaft
Untuk mengurangi gerak maju atau mundur pada crankshaft (gerakan maju-mundur crankshaft
tersebut biasa disebut End Play) maka dipasanglah thrust main bearing.
Ada dua macam thrust main bearing, yaitu:
1. Insert bearing 2 (dua) buah
2. Flanged thrust bearing 1(satu) buah
Flywheel
Flywheel (roda gila) dibautkan pada bagian belakang crankshaft di dalam rumah flywheel.
Crankshaft memutar flywheel pada langkah tenaga, dan gaya momentum flywheel menjaga
crankshaft tetap berputar mulus pada langkah hisap, kompresi dan langkah buang.
Fungsi flywheel ada tiga, yaitu:
1. Menyimpan energi untuk momentum di antara langkah tenaga.
2. Membuat putaran crankshaft supaya halus
3. Memindahkan tenaga ke mesin, torque converter atau beban lain
Pada bagian luar terdapat komponen ring gear melingkari flywheel. Ring gear dipergunakan
sebagai roda gigi yang spline dengan pinion starting motor untuk start engine.
Camshaft
Camshaft digerakkan oleh roda gigi crankshaft. Bila camshaft berputar maka cam lobe berputar.
Komponen valve (klep) yang terhubung ke camshaft akan ikut bergerak naik dan turun. Bila
permukaan lobe berada di atas, valve akan terbuka. Putaran camshaft adalah setengah putaran
crankshaft sehingga valve membuka dan menutup pada waktu yang tepat selama proses empat
langkah.
Bagian camshaft yang mendorong valve adalah camshat lobe. Masing-masing lobe
mengoperasikan (1) Intake dan (2) Exhaust valve untuk setiap cylinder. Beberapa cam memiliki
lobe untuk menyemprotkan bahan bakar. Lobe ini akan menekan unit injector. Lobe tersebut akan
mengatur kapan bahan bakar disemprotkan ke combustion chamber.
5
Setiap lobe terdiri dari tiga bagian utama yaitu:
1. Base Circle
2. Ramps
3. Nose
Jarak dari base circle ke puncak nose disebut lift. Cam Lift menentukan seberapa jauh valve
dibuka. Selain itu bentuk kelandaian ramp juga menentukan kecepatan membuka dan menutup
valve, sedangkan bentuk nose akan menentukan berapa lama valve tersebut membuka penuh.
Misal :
1. Kecepatan atau waktu yang dibutuhkan untuk bergerak dari valve tertutup menjadi
terbuka penuh.
Resume:
6
Valve lifter atau cam follower bertumpu pada setiap lobe camshaft.
Bila Camshaft berputar, valve lifter akan menyusuri permukaan lobe.
Valve lifter merubah gerak camshaft ke Push rod.
Push Rod memindahkan gerakannya ke rocker arm, untuk membuka dan menutup valve.
Ada 2 tipe valve lifter, yaitu:
1. Slipper follower
2. Roller follower
Roller Follower
Roller follower memiliki roda baja keras yang berputar di atas camshaft lobe.
Vibration Damper (Peredam Getaran)
Pada bagian depan crankshaft terdapat vibration damper. Alat yang menyerupai flywheel kecil ini
berfungsi untuk meredam getaran yang terjadi akibat putaran crankshaft (torsional vibration).
Vibration Damper
Gear Train Assemblies dihubungkan untuk memindahkan tenaga dari crankshaft ke komponen-
komponen lain dari engine. Gear Train Assemblies bisa berlokasi di bagian depan dan belakang
engine. Pada gambar di atas gear Train Assemblies terdapat di bagian depan engine di antara plate
belakang dan rumah timing gear.
Gear Train Assemblies menyelaraskan kerja komponen-komponen engine lainnya pada setiap
8 langkah kerja engine. Komponen Seperangkat Roda Gigi
9
Valve System Hino
Resume:
1 Inlet Valve
2 Exhaust Valve
3 Valve Stem Cap
4 Valve Spring Lowerseat
5 Valve Spring Inner
6 Valve Spring Outer
7 Valve Spring Outer Seat
8 Valve Stem Key
9 Tappet
10 Push Rod
11 Rocker Arm Support
12 Rocker Arm Support
13 Rocker Arm Support
14 Rocker Arm
15 Rocker Arm
16 Adjusting Screw
17 Adjusting Screw Nut
18 Support Bolt
19 Rocker Arm Shaft
10
Camshaft Hino
11
Timing gear and hino
1. cylinder liner
2. cylinder block
3. bearing cap
4. bearing cap bolt
5. straight pin
6. camshaft bearing
7. injection pump drive shaft bushing
Resume:
8. plug
9. O - ring
10. sealing plate
11. Plug
14
Mekanisme Katup Mesin 4 Langkah
Katup pada mesin 4 langkah berfungsi mengatur pembukaan dan penutupan katup•katup.
Mekamisme katup ini dirancang sedemikian rupa, sehingga porus nok(camshaft) berputar satu
kali untuk menggerakkan katup hisap dan katup buang setiap dua kali putaran poros engkol.
15
2) Model timing chain .
Model ini diterapkan pada mesin OHC (Over Head Camshaft) dan DOHC (Dual Over
Head Camshaf), di mana. poros noknya berada di atas kepala silinder. Poros nok
digerakkan oleh poros engkol melalui rantai (timing chain).
Resume:
16
Cara setel klep hino 6 cylinder
Harus mengetahui FO atau firing order (biasanya tulisan FO terdapat pada cover cylinder
head). Untuk FO hino 6 cylinder adalah 1-4-2-6-3-5
Menepatkan tanda panah pada housing fly wheel ke tanda pada fly wheel, Biasanya di fly
wheel engine terdapat tanda 1.4 (itu berarti top 1 dan top 4) untuk 10 cylinder. Dan yang
untuk 6 cylinder biasanya tanda 1.6 (itu berarti top 1 dan top 6). Nah tanda tersebut untuk
menentukan mana yang harus disetel, top 1 atau top 6.
Nah, untuk mengetahui top 1 atau top 6 yang harus disetel pada saat tanda 1.6 sudah tepat
ke jarum penunjuk pada flywheel housing yaitu,,kita cek klep piston no 1 dan klep piston
no 6, apabila klep in dan ex piston no 1 bebas semua/masih bisa digerakkan maka itulah
top yang harus disetel duluan, dan apabila klep dicek kok masih belum bebas semua, maka
flywheel harus diputar sebesar 360° atau satu putaran penuh sampai tanda 1.6 kembali
seperti semula.
Untuk mengukur celah klep atau valve clearence biasanya menggunakan alat yang
namanya fuller gauge, untuk hino celah klep ukurannya adalah : untuk klep yang in (inlet)
: 0,30 mm. Dan klep yang ex (exhaust) : 0,40 mm pada saat kondisi mesin dingin.
Ada caranya untuk menentukan klep mana yang harus disetel duluan yaitu
Cylinder 1 4 2 6 3 5
no.
Valve In ex in ex in ex in ex in Ex in ex
arangement
No. of 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
valve
With no.1 ☻ ☻ ☻ ☻ ☻ ☻
piston at
T.D.C
With no.6 ☻ ☻ ☻ ☻ ☻ ☻
piston at
T.D.C
Jangan lupa : celah klep ukurannya adalah : untuk klep yang in (inlet) : 0,30 mm. Dan
17
klep yang ex (exhaust) : 0,40 mm pada saat kondisi mesin dingin.
Model EH 700
Type Diesel 4 cycle, vertical 6 cylinder inline
overhead valve, water cooled direct injection
type
Bore and stroke 110 × 113 mm
Piston displacement 6.443 litres
Compression ratio 17,9 : 1
Firing order 1-4-2-6-3-5
Compression pressure 32 ±3 kg/cm² at 290 ±20 rpm
Maximum revolution 3200 rpm
Idling revolution 500 - 550 rpm
weight 496 kg
Cylinder head
Type Singel piece casting
Material cast iron
Valve mechanism
Valve seat angel inlet 30°
Exhaust 45°
Valve face angel inlet 30°
Exhaust 45°
Valve material inlet heat resistance steel
Exhaust Special heat resistance steel
Valve timing (flywheel travel) :
Inlet opens 16° before T.D.C
Exhaust opens 40° after B.D.C 19
Inlet closes 51° before B.D.C
Exhaust closes 13 ° after T.D.C
Valve clearence (when cold) :
Inlet 0,30 mm
Exhaust 0,40 mm
Tappet Special cast iron
Push rod Hollow carbon steel
Cylinder block, Cylinder liner, and Camshaft
Cylinder block Monoblock, six cylinder, cast iron
Cylinder liner Dry type, replaceable, spessial chrome alloy
Camshaft case, hardened die-forged carbon steel in
material
Camshaft bearing number and 7, withe metal with carbon steel back metal
material
Connecting rod and piston
Connecting rod 6, carbon steel
Small and bearing, material Bronze
Large and bearing material Thin, kelmet with lead alloy
Piston Heat, resistance aluminum alloy
Piston ring : compression Three, with chromeplated
Oil ring One, chromeplated with coil expander
didapat dari perbindahan piston dari TMB menuju TMA, dimana untuk menghitung volume
tersebut, bisa dihitung dengan sebuah rumus :
V = ∏ x (DxD) x L x N
4
keterangan:
D : Diameter silinder (Bore)
L : Langkah (Stroke)
∏ : Rumus absolute sebuah lingkaran (3.14)
N : Jumlah silinder
contoh : Sebuah motor memiliki langkah 42 mm (4.2 cm) dan diameter cylinder 56mm (5.6
cm) berapakah kapasitas / cc dari mesin tersebut…?
Jawab :
Rumus dasar : V = ∏ x D2 x Lx N
4
20
besaran torsi dengan tenaga
DK = Daya Kuda ( bahasa indonesia ) Besarnya daya yang dapat dihasilkan oleh putaran roda
kendaraan.
PS = Pferdestarke ( bahasa Jerman ) Jika dalam bahasa indonesia Kuat Kuda/tenaga kuda
HP = Horse Power ( bahasa Inggris )
BHP = brake horse power (bahasa Inggris) Besarnya daya yang dapat dihasilkan langsung
dari putaran yang dikeluarkan oleh mesin.
PK : Paarden Kracht ( bahasa Belanda ) Jika dalam bahasa indonesia artinya daya kuda.
1 HP tidak sama persis dengan 1 PS
1 PS = 0.986320070619514 HP atau 1 HP = 1.01386966542402 PS
Perbedaan tersebut hanya masalah konversi dan kebiasaan penggunaan satuan daya saja.
Ilmuan Jerman dan Negara eropa lainnya lebih suka pakai satuan PS, sedangkan Amerika dan
Inggris umumnya pakai satuan HP.
Tapi kalo BHP vs HP atau BHP vs PS jelas beda. bukan masalah konversi satuan lagi, tapi
beda di titik pengukuran. Kalau BHP itu mengukurnya langsung di mesin atau dari poros
kruk as, sedangkan PS dan HP pengukurnya dari putaran roda. Dengan BHP kita akan
mengetahui tenaga murni sebuah mesin tanpa adanya loss power karena kerugian gesekan
ban, girboks transmisi dsb. Selain tenaga mesin, ada juga torsi mesin. Satuan-satuan torsi
yang lazim kita temui yaitu Nm, Kgf.m & lbf.ft.
Berikut Perbandingannya:
- 1 HP = 0,735 KW
- 1 KW = 1,34 HP
- 1 PS / PK = 0,98 HP
- 1 PS / PK = 0,74 KW
- 1 KW = 1,36 PS
- 1 HP = 1,01 PS
- 1 Nm = 0,74 lbf.ft
- 1 Nm = 0,1 Kgf.m
- 1 lbf.ft = 0,14 Kgf.m
- 1 Kgf.m = 7,23 lbf.ft
21
Air Cleaner
a. Kegunaan
Saringan udara digunakan untuk mencegah kotoran yang terdapat dalam udara yang
diisap mesin agar tidak masuk ke dalam silinder. Kotoran yang masuk ke dalam silinder
mengakibatkan keausan komponen mesin (dinding silinder, piston, ring piston) sehingga
tekanan kompresi menjadi berkurang. Berdasarkan konstruksinya, saringan udara
dikelompokkan menjadi dua tipe.Tipe kering, menggunakan bahan sejenis kertas sebagai
media penyaring tanpa ada bahan tambahan lain. Saringan tipe ini dirancang dengan sistem
aliran berbeda, yaitu aliran lurus dan aliran berputar (turbulen).
Tipe basah, menggunakan bahan sejenis kertas sebagai media penyaring dan
menggunakan oli untuk menjebak kotoran sebelum melalui media penyaring. Biasanya
digunakan pada mesin besar dengan pengguanaan statis (generator).
Berikut ini ditunjukkan gambar saringan udara tipe kering dan basah dan turbulen.
Konstruksi Saringan Udara (Kering)
Resume:
b. Perawatan
Saringan yang sudah kotor menyebabkan aliran udara yang masuk ke dalam silinder menjadi
terhambat sehingga banyaknya udara yang dikompresi menjadi berkurang. Hal ini mengakibatkan
bahan bakar yang diinjeksikan tidak terbakar seluruhnya dan menghasilkan:
22 a. konsumsi bahan bakar meningkat;
b. tenaga mesin berkurang;
c. asap hitam pada gas buang.
Saringan udara harus diganti sesuai batas yag sudah ditentukan oleh produsen berdasarkan jarak
tempuh atau jam pemakaian.
Propeller shaft
Propeller shaft / biasa disebut kopel, berfungsi untuk menghubungkan serta meneruskan putaran
dari transmisi ke differential/gardan, biasanya digunakan pada kendaraan dengan sistem
penggerak roda belakang, 4 Wheel Drive (4WD), serta All Wheel Drive (AWD)
Propeller shaft terpasang antara transmisi dan gardan, biasanya pada propeller shaft terdapat
komponen yang bernama universial jont, untuk memungkinkan terjadinya perpindahan tenaga
dengan lembut tanpa dipengaruhi oleh perubahan sudut.
Ada dua bentuk universal joint
11 Tipe dua joint , menggunakan dua sambungan biasanya digunakan pada mobil dengan
penggerak roda belakang dengan chacis yang pendek
22 Tipe 3 joint, menggunakan 3 sambungan universal joint , untuk penggunaan sasis yang
panjang
11 Hooke’s joint
2. Differential gear Yang terdiri dari side gear dan pinion gear, dan berfungsi untuk membedakan
kecepatan putar roda kiri dan kanan saat membelok.
24
A. FINAL GEAR
Saat ini final gear terdiri dari dua tipe :
Helical gear
Tipe ini digunakan pada kendaraan penggerak roda depan.Mempunyai keuntungan yaitu bunyi dan
getaran lebih kecil dan momen dapat di-pindahkan dengan lembut.
25
B. DIFFERENTIAL GEAR
Saat kendaraan membelok, jarak tempuh roda bagian dalam (A) lebih kecil dari jarak tempuh ro-da
bagian luar (B), dengan demi-kian roda bagian luar harus ber-putar lebih cepat dari roda ba-gian dalam.
Bila roda-roda berputar dengan putaran yang sama, maka salah satu ban akan slip, yang akan
menyebabkan ban akan cepat aus. Untuk mengatasi hal ini di-perlukan differential gear dengan tujuan
membedakan putaran roda. Prinsip Dasar Differential Gear Bila kedua rack diberi beban yang sama,
Resume:
maka ketika shackle ditarik ke atas akan menyebab-kan kedua rack akan terangkat pada jarak yang
sama karena tahanan sama dan pinion gear tidak berputar.
Tetapi bila beban yang lebih be-sar diletakkan pada rack sebelah kiri dan shackle ditarik ke atas, maka
pinion gear akan berputar sepanjang gerigi rack yang men-dapat beban lebih berat dise-babkan adanya
perbedaan taha-nan. Dan ini mengakibatkan rack yang mendapat beban lebih kecil akan terangkat.
26
Konstruksi Differential
1. Drive pinion
2. Ring gear
3. Differential case
4. Side gear
5. Pinion gear
6. Pinion shaft 27
7. Axle shaft
1. Side bearing cap 10. Oil seal
2. Side bearing 11. Flange yoke
3. Backlash adjusting shim 12. Pinion shaft
4. Drive pinion shaft 13. Side gear
5. Pinion depth adjusting shim 14. Backlash thrust washer
6. Drive pinion inner bearing 15. Pinion gear
7. Colapsible spacer 16. Ring gear
8. Differential housing 17. Lock pin
9. Drive pinion outer bearing 18. Differential case
Resume:
Belok Kanan
Drive pinion memutarkan ring gear, ring gear memutarkan differential case, differential case
menggerakkan pinion gear melalui pinion shaft dan pinion gear memutarkan side gear kiri mengitari
side gear kanan karena tahanan roda kanan lebih besar, sehingga menyebabkan putaran roda kiri lebih
besar dari roda kanan.
28
RPM A > B
Belok Kiri
Drive pinion memutarkan ring gear, ring gear memutarkan differential case, differential case
menggerakkan pinion gear melalui pinion shaft dan pinion gear memutarkan side gear kanan mengitari
side gear kiri karena tahanan roda kiri lebih besar, sehingga menyebabkan putaran roda kanan lebih
besar dari roda kiri.
PERHITUNGAN
Gear Ratio (GR) = Jumlah gigi ring gear
Jumlah gigi drive pinion
Jumlah Putaran Ring Gear.
Rpm ring gear = rpm side gear kanan + rpm side gear kiri
2
Total putaran roda kiri
Rpm ring gear Rpm roda kiri Rpm roda kanan dan kanan
100 100 100 200
100 80 120 200
100 150 50 50
100 0 0 200
Penyetelan Differensial/Gardan
Jarak kerenggangan antara ring gear dan drive pinion tidak boleh terlalu rapat atau terlalu renggang.
Jika terlalu rapat akan berakibat berat pada putaran, begitupun kalau terlalu renggang akan
menimbulkan suara berisik/mendengung. Maka untuk mendapatkan jarak yang tepat jarak kedua roda
gigi tersebut harus dapat distel. Penyetelan dilakukan dengan jalan memutarkan adjusting nut 29
(penyetel) kearah kiri atau ke kanan dengan kunci khusus. Dan diukur dengan menggunakan dial test
indicator.
Besarnya jarak renggang antara ring gear dengan drive pinion yaitu 0,005” – 0,008”. Jarak renggang
ini disebut “backlash”
Dengan cara lain dapat juga dilakukan penyetelan jarak renggang anatra ring gear dengan drive pinion
yaitu dengan melabur bagian-bagian gigi dengan cat pewarna, setelah itu diputarkan dengan tangan,
dan ring gear ditahan sdikit seakan-akan mendapat beban. Setelah mencapai putaran yang dimaksud,
maka perhatikanlah bekas bagian yang berimpit dari gigi ring gear dan drive pinion tersebut. Jika
bekas catnya terlalu banyak maka jarak renggang terlalu rapat, sebaliknya jika bekas catnya sedikit
atau tidak ada, maka jarak renggang terlalu jauh.
Bila gardan bermasalah atau rusak, dapat menyebabkan mobil tidak akan jalan. Namun yang
disayangkan, justru gardan kerap dianaktirikan. Maksudnya, komponen ini kerap dilupakan soal
perawatannya.bila rusak dan tidak diketahui oleh pemilik mobil akibatnya pun fatal. Roda tiba-tiba tak
bisa digerakkan. “Bisa dibayangkan apa akibatnya, di saat melaju cepat tiba-tiba roda berhenti karena
differensial/gardan tidak berfungsi sebagaimana mestinya,”
Resume:
Suara itu diakibatkan oleh komponen yang ada di gardan mengalami gesekan hebat karena oli
berkurang banyak atau bahkan habis. Atau bisa juga dilakukan dengan cara jalankan mobil dalam
waktu beberapa jam atau setelah mobil menempuh jarak beberapa jam kemudian mobil berhenti, dan
peganglah rumah gardan, apabila rumah gardan terasa panas yang cukup tinggi ini menandakan bahwa
oli yang terdapat di dalamnya sudah habis atau berkurang.
Bagi anda pemilik mobil berpenggerak roda belakang, atau pun 4WD. Gardan merupakan komponen
yang vital, karena fungsinya menggerakkan roda. Mobil dengan gerak roda belakang tentunya
menggunakan gardan, lain halnya dengan gerak roda depan yang tidak memerlukan peranti itu. Bila
gardan bermasalah atau rusak, dapat menyebabkan mobil tidak akan jalan. Namun sayangnya
pearawatan gardan kadang suka terlupakan, Bila tidak sedang bermasalah, kebanyakan orang jarang
melakukan pengecekan atau perawatan. Padahal tidak sulit merawat gardan culup dengan rutin
mengganti oli gardan setiap 10.000 km.
30
Pada umumnya, penggantian oli gardan biasanya dilakukan bersamaan dengan penggantian oli
transmisi, dan menggunakan nilai kekentalan pelumas sesuai yang dianjurkan produsen kendaraan.
Pada umumnya masalah pada gardan terjadi bila sudah terdengar bunyi dengung. Hal ini terjadi akibat
oli gardan yang telah encer, atau bahkan telah berkurang secara signifikan.
Tentunya itu terjadi karena pemilik mobil jarang memerhatikan atau merawat gardan. Sekedar
informasi harga oli gardan yang ada di pasaran adalah berkisar antara Rp 27-43 ribu. Mereknya pun
bermacam-macam, seperti Rored yang keluaran Pertamina, Idemitsu, serta Elf. Untuk mobil yang
pemakaiannya lebih sering di dalam kota, maka disarankan menggunakan oli yang speknya
multigrade, dengan SAE75-90 atau 80W90.
Ini dikarenakan viskositas oli tersebut lebih encer sehingga tidak terlalu memberatkan kinerja gardan.
Sedangkan untuk mobil yang beban kerjanya berat atau mobil-mobil tahun lawas dapat memilih oli
single grade dengan SAE 90 atau SAE 140.
Buat anda yang punya mobil dengan gardan yang dilengkapi fitur LSD (Limited Slip Differential)
disarankan menggunakan oli gardan dengan spesifikasi khusus untuk tipe gardan LS. Contohnya
merek Lucas. Kalau anda belum tahu, apakah gardan bawaan mobil sudah bertipe LS atau tidak bias
dicek sendiri dengan cara dongkrak roda belakang kemudian putar salah satu roda, kalu roda yang
satunya ikut berputar berarti gardan sudah dilengkapi dengan LSD.
Sekedar informasi saja, oli gardan untuk tipe LSD ini punya bersifat long life time. Namun tetap dicek
berkala agar tetap berfungsi dengan baik.
Umumnya, untuk mobil jenis mobil keluarga (MPV), sedan, dan city car atau mobil kecil disarankan
untuk menggunakan oli multigrade yaitu dengan spesifikasi SAE75-90 atau 80W90. Viskositas oli 31
tersebut lebih encer sehingga tidaj terlalu memberatkan kinerja gardan. Adapun mobil untuk medan
berat, seperti SUV, pikap 4×4, truk ringan, disarankan memilih oli single grade dengan spesifikasi
SAE 90 atau SAE 140.
Demikianlah pembahasan tentang differensial/gardan ini semoga bermanfaat.
Tips Memeriksa Dan Perawatan Oli Gardan
Kali saya akan membahas tentang dunia otomotif yaitu perawatan dan memriksa oli gardan.Kendati
memiliki peran dan fungsi yang sangat penting, gardan mobil selama ini dianaktirikan.cara kerja
gardan berpenggerak roda belakang, atau pun 4WD. Gardan merupakan komponen yang vital, karena
fungsinya menggerakkan roda. Hampir sebagian besar pemilik mobil jarang atau bahkan tidak pernah
melakukan pengecekan kondisi perangkat yang satu itu.
Bila gardan bermasalah atau rusak, dapat menyebabkan mobil tidak akan jalan.
Namun yang disayangkan, justru gardan kerap dianaktirikan. Maksudnya, komponen ini kerap
Resume:
dilupakan soal perawatannya.bila rusak dan tidak diketahui oleh pemilik mobil akibatnya pun fatal.
Roda tiba-tiba tak bisa digerakkan. “Bisa dibayangkan apa akibatnya, di saat melaju cepat tiba-tiba
roda berhenti karena gardan tidak berfungsi sebagaimana mestinya
Tips Memeriksa Oli Gardan
32
Tips Merawat gardan Mobil
Bagi kamu pemilik mobil berpenggerak roda belakang, atau pun 4WD. Gardan merupakan komponen
yang vital, karena fungsinya menggerakkan roda.
Mobil dengan gerak roda belakang tentunya menggunakan gardan, lain halnya dengan gerak roda
depan yang tidak memerlukan peranti itu. Bila gardan bermasalah atau rusak, dapat menyebabkan
mobil tidak akan jalan.
Namun yang disayangkan, justru gardan kerap dianaktirikan. Maksudnya, komponen ini kerap
dilupakan soal perawatannya.
Bila tidak sedang bermasalah, kebanyakan orang jarang melakukan pengecekan atau perawatan.
Padahal tidak sulit merawat gardan.
“Cukup dengan rutin mengganti oli gardan setiap 10 ribu kilometer,”
Pada umumnya, penggantian oli gardan biasanya dilakukan bersamaan dengan penggantian oli
transmisi, dan menggunakan nilai kekentalan pelumas sesuai yang dianjurkan produsen kendaraan.
Pada umumnya masalah pada gardan terjadi bila sudah terdengar bunyi dengung. Hal ini terjadi akibat
oli gardan yang telah encer, atau bahkan telah berkurang secara signifikan.
Tentunya itu terjadi karena pemilik mobil jarang memerhatikan atau merawat gardan. Sekedar
informasi harga oli gardan yang ada di pasaran adalah berkisar antara Rp 27-43 ribu. Mereknya pun
bermacam-macam, seperti Rored yang keluaran Pertamina, Idemitsu, serta Elf. Untuk mobil yang
pemakaiannya lebih sering di dalam kota, maka disarankan menggunakan oli yang speknya
multigrade, dengan SAE75-90 atau 80W90.
Ini dikarenakan viskositas oli tersebut lebih encer sehingga tidak terlalu memberatkan kinerja gardan.
Sedangkan untuk mobil yang beban kerjanya berat atau mobil-mobil tahun lawas dapat memilih oli
single grade dengan SAE 90 atau SAE 140.
Buat kamu yang punya mobil dengan gardan yang dilengkapi fitur LSD (Limited Slip Differential)
disarankan menggunakan oli gardan dengan spesifikasi khusus untuk tipe gardan LS. Contohnya
merek Lucas.
Kalau kamu belum tahu, apakah gardan bawaan mobil sudah bertipe LS atau tidak, bisa dicek sendiri
kok. “Dongkrak dua roda belakang, coba putar salah satu roda, kalau roda satunya ikut berputar berarti
gardannya dilengkapi LSD,”Asal tahu saja, oli gardan untuk tipe LSD ini punya bersifat long life time.
Namun tetap dicek berkala agar tetap berfungsi dengan baik.Umumnya, untuk mobil jenis mobil
keluarga (MPV), sedan, dan city car atau mobil kecil disarankan untuk menggunakan oli multigrade
yaitu dengan spesifikasi SAE75-90 atau 80W90. Viskositas oli tersebut lebih encer sehingga tidak
terlalu memberatkan kinerja gardan. Adapun mobil untuk medan berat, seperti SUV, pikap 4×4, truk
ringan, disarankan memilih oli single grade dengan spesifikasi SAE 90 atau SAE 140.
Gardan/differential
sebagai orang awam atau yang tidak mengerti tentang tekhnik pasti bingung,,sebenarnya
fungsi utama dari gardan itu apa? nah, kali ini akan saya terangkan senagian kecil dari fungsi
gardan.
Gardan merupakan komponen kendaraan yang berperan untuk meneruskan tenaga yang
dihasilkan dari mesin ke poros roda. Fungsi Differential adalah sebagai berikut:
1. Untuk merubah arah putaran mesin, posisi mesin pada mobil truck atau khusunya mobil
yang menggunakan as propeller shaft/couple, memiliki posisi mesin yang memanjang ke
depan . Sehingga arah putaran dari roda gila jelas tidak searah dengan arah putaran roda.
Maka gardan inilah yang membuat arah dari putaran mesin menjadi searah dengan arah
putaran roda.
2. Untuk memperbesar momen : Momen adalah tenaga putaran dari sebuah benda yang
berputar. Putaran poros engkol mempunyai tenaga atau momen. Seperti kita ketahui bahwa
saat mesin putarannya idle/stasioner memiliki kecepatan minimal 600 rpm. Maksudnya 33
adalah dalam satu menit poros engkol berputar 600 kali. Sedangkan pada kecepatan tinggi
memiliki kecepatan hingga 12.000 rpm, berarti poros engkol berputar 12.000 kali dalam 1
menit. Agar tenaga dari poros engkol ini menjadi besar, maka kecepatan putaran dari poros
engkol ini harus diperlambat. Di sisnlah gardan memperlambat kecepatan putaran dari poros
engkol tersebut, sehingga tenaga putar atau momen menjadi besar dan mobil dapat bergerak
atau berjalan.
3. Untuk membedakan putaran roda antara kanan dan kiri pada saat berbelok : Pada saat
belok, putaran roda bagian dalam cenderung lebih lambat daripada putaran roda bagian luar.
Hal ini dimaksudkan agar mobil dapat berbelok dengan baik dan tidak slip. Jika kedua roda
antara yang kiri dan kanan selalu sama, maka mobil tak akan membelok.
turbocharger yang akan menghambat kemampuan mesin untuk mendorong keluar sisa gas
buang hasil kompresi. Sebuah katup kupu-kupu akan tetap terbuka sampai ketika Rem
diaktifkan. Kemudian menutup dan membatasi aliran knalpot dengan menjaganya agar tetap
dalam silinder. Hal ini menyebabkan piston untuk sementara memaksa kompresi, yang
menyerap
34
Air suspension memiliki sistem kerja yang dimulai dari kompresor yang menyuplai udara ketabung,
lalu dari tabung dibagi ke kaki-kaki lewat selenoid yang dihubungkan lewat selang udara. Pada air
suspension pasti terdapat tombol beserta indikator untuk mengatur naik turunnya air suspensi sesuai
keinginan dan mengontrol persediaan udara dalam tabung pada keempat roda, sebaiknya untuk tombol
pengaturnya ditaruh didepan dashboard atau di sesuaikan keadaan kedudukan interior, yang terpenting
adalah agar tombol pengatur mudah dijangkau pengemudi. Pada intinya air suspension sendiri tidak
perlu perawatan, yang perlu dirawat adalah tabung penampung air pada kompresor dengan cara
dibuang air-nya seminggu sekali. Selain itu karet balon dari air suspension juga perlu untuk diperiksa
kondisinya. Sebaiknya karet balon meski tidak mengalami kerusakan, setelah 3 tahun diganti agar
tetap layak untuk dipakai harian, karena bahan karet lama-kelamaan dapat mengeras dan retak,
sehingga dapat terjadi kebocoran. Untuk tabung air suspension sendiri tidak perlu perawatan, karena
seandainya bocor-pun masih bisa diperbaiki dengan mengganti seal tabungnya.
Bodyworks.
Hingga kini, pengaplikasian air suspension pun tidak terbatas hanya pada mobil saja tapi sudah untuk
bus, truk dan bahkan untuk trailer. Dapat dibilang penggunaan air suspension sangat fleksibel, karena
selain bisa digunakan untuk harian dan kontes, ketinggian mobil (Ground Clearance) juga bisa lebih
diatur dan sesuaikan dengan kondisi jalanan agar bagian bawah mobil tidak mudah beradu dengan
jalanan dengan sekejap hanya menekan tombol pengatur dan sesuai dengan kemauan.
Tentunya ini sangat berbeda dengan mobil yang masih menggunakan per biasa pada suspensinya,
karena ketinggiannya tidak bisa diatur dengan sekejap. Akan tetapi perangkat air suspensi memerlukan
perawatan yang ekstra dibandingkan suspensi dengan per biasa. Perawatan untuk air suspension pun
sebenarnya tidaklah rumit, Karena air suspension ada 2 jenis, maka masing-masing memiliki
keunggulan dan kelemahan khusus yang berbeda pula, yaitu :
36
Air Suspension Balon (Bag)
Kelebihan untuk air suspension jenis balon bisa dibilang bantingannya (Rebound) lebih terasa empuk
(Soft) dibandingkan dengan yang model air silinder, sedangkan kelemahannya air suspensi jenis
terutama jika ingin diaplikasikan pada celah suspensi mobil yang sempit seperti jenis sedan atau city
car, karena bentuknya agak melebar dan terbuat dari karet, di khawatirkan akan bergesekan dengan
dinding di liang suspensi sehingga dapat menyebabkan kebocoran. Jadi lebih banyak digunakan pada
mobil berbobot besar seperti jenis SUV.
37
Air Suspension pada bus Hino RG-1
Fungsi Gearbox Pada Kendaraan
Resume:
Komponen Gearbox
1.Input shaft cover gearbox Berfungsi sebagai penerus putaran dari motor penggerak.
Resume:
2.Oil seal gearbox Berfungsi sebagai penahan oli supaya tidak bocor dari poros.
3.Oil hole cover gearbox Berfungsi sebagai saluran pemasukan oli
4.Worm shaft gearbox Berfungsi sebagai penerus putaran dari worm wheel ke outputshaft
5.Worm wheel gearbox Berfungsi sebagai penerus putaran dari input shaft outputshaft
6.Out cover gearbox Berfungsi sebagai penutup lubang output shaft
7.Frame gearbox Berpungsi sebagai rumah dari gear box
8.Paking gearbox Berfungsi sebagai penahan oli supaya tidak bocor
LANGKAH-LANGKAH PEMBONGKARAN GEAR BOX
Untuk perawatan dan perbaikan dari gear box harus dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:
Keluarkan terlebih dahulu oli yang berada dalam gear box
Lepaskan paking dear box dari frame
Buka baut pengikat dari out cover sehinga shaft terlepas dari kedudukannya
Lepaskan pula worm wheel dari frame
Lepaskan pula worm shaft dari frame
Serta lakukan pemeriksaan pada bagian-bagain komponen gear box
LANGKAH PEMERIKSAAN
Adapun perosedur yang dijalankan dalam pemeriksaan dari gear box adalah sebagai berikut:
Lakukan pengukuran pada diameter out shaft dan input shaft darikeausan
Lakukan pemeriksaan pada worm shaft apakah ada kehausan
Pemeriksaan terhadap worm wheel apakah ada kerusakan
Periksa oil seal bocor apa tidak
Periksa bantalan dari setiap shaft apakah sudah haus apa tidak
40 Periksa apakah paking masik baik apa tidak
Periksa keadan dari baut pengikat gear box
Gearbox
Injector
Fungsi injektor adalah dengan menyuntikkan bahan bakar tekanan tinggi dari relke
dalam ruang pembakaran mesin pada waktu yang tepat, kuantitas, rasio, danatomisasi, sesuai
dengan sinyal
dari ECU. TWV (dua arah solenoid valve) mengatur tekanan di dalam ruangkontrol untuk
mengendalikan awal dan akhir injeksi. Lubang penahan kecepatanpembukaan
katup nozzle untuk mengatur rasio injeksi. Perintah pistonmentransmisikan tekanan
dari ruang kontrol untuk katup jarum nozzle.
42
Konstruksi
Injector terdiri dari bagian nozzle (mirip dengan tipe konvensional), lubang (yang
mengatur rasio injeksi), perintah piston, dan katup solenoid dua arah (TWV).
cara kerja/OperasiThe TWV bagian injektor terdiri dari dua katup , katup dalam ( fixed )
dan katup luar ( bergerak ). Kedua katup presisi pas pada sumbu yang sama . dan salah satu
kursi terbuka selektif tergantung pada apakah TWV adalahON atau OFF.
43
a . Tidak ada InjeksiKetika ada arus yang diterapkan pada solenoid , semi katup dan kekuatan
tekanan hidrolik mendorong katup luar ke bawah, menyebabkan kursi luar untuk tetap
tertutup . Karena rel tekanan tinggi diterapkan ke ruang kontrol melalui lubang , nozzle tetap
tertutup tanpa suntik bahan bakar .
b . mulai InjectionKetika saat ini diterapkan pada TWV , kekuatan solenoid valve menarik
luar ke atas , menyebabkankursi luar untuk membuka . Akibatnya , bahan bakar dari ruang
kontrol mengalir keluar melalui lubang , menyebabkan jarum untuk mengangkat dan untuk
memulai injeksi bahan bakar . Selain itu , rasio injeksi meningkat secara bertahap
sesuai dengan gerakan lubang . Sebagai aplikasi saat ini terus berlaku , injektor mencapai
Resume:
44
Circuit Diagram
PERINGATAN:
Tegangan tinggi diterapkan pada kabel yang terhubung
ke COMMON1,COMMON2, dan TWV
# 1 - # 6 terminal ECU. Ekstra hati-hati untuk mencegah sengatan listrik.
Priming Pump
a. Kegunaan
Pompa priming (priming pump), saringan bahan bakar dan sedimeter biasanya tergabung
dalam satu group.
1. Pompa priming, digunakan untuk membuang udara dari dalam sistem bahan
bakar. Apabila tangki bahan bakar kosong (bahan bakar habis) atau ketika ada
penggantian komponen sistem bahan bakar atau ada sambungan pada sistem bahan
bakar yang tidak rapat, udara akan masuk ke dalam sistem bahan bakar.
Kemungkinan udara tersebut bisa masuk ke dalam feed pump atau plunyer pompa
injeksi sehingga mengakibatkan mesin tidak bisa hidup.
2. Saringan bahan bakar, berfungsi untuk menyaring kotoran yang ada pada
bahan bakar agar tidak masuk ke dalam pompa injeksi. Kotoran yang ada di dalam
tangki bahan bakar dicegah agar tidak masuk ke dalam feed pump ataupun pompa
injeksi. Kotoran tersebut bisa menyebabkan keausan pada komponen pompa dan
mungkin juga menyebabkan penyumbatan pada aliran bahan bakar, misalnya pada
noozle atau katup pengiriman. Akibatnya, aliran bahan bakar menjadi tidak lancar dan
menyebabkan pembakaran tidak sempurna. Kondisi ini mengakibatkan mesin kurang
tenaga.
3. Sedimeter, bertugas memisahkan air dari dalam bahan bakar agar tidak masuk
ke dalam pompa injeksi. Air dalam sistem bahan bakar menyebabkan terjadinya
korosi pada komponen dan saluran dalam sistem bahan bakar serta mengganggu
proses pembakaran mesin. Untuk mencegah hal itu, air dipisahkan dalam sedimeter.
Apabila jumlah air melebihi batas maksimal, lampu indikator akan menyala dan air
harus dibuang dari dalam sedimeter.
Berikut ini ditunjukkan gambar grup komponen di atas (pompa injeksi tipe distributor) dan
juga tipe lain dari priming pump pada pompa injeksi tipe in-line.
45
b. Perawatan
Lakukan pembuangan udara dari dalam sistem bahan bakar dengan cara
menggerakkan/menekan pompa priming secara manual, gambar (A). Kemudian kendorkan
mur pipa union pada sisi penahan noozle, gambar (B). Hidupkan mesin untuk membuang
udara keluar sistem dan menekan bahan bakar keluar dari pipa injeksi.
Ganti saringan bahan bakar jika telah mencapai batas pemakaian yang ditentukan oleh
produsen mesin. Lakukan pembuangan udara setelah dilakukan penggantian saringan.
46 Lakukan pembuangan air dari dalam sedimeter dengan cara membuka baut pelepasan
yang ada pada bagian bawah saringan bahan bakar.
Baut Pelepasan Air pada Sedimeter
Delivery Valve
a. Kegunaan dan Konstruksi
Katup pengiriman dipasang pada pompa injeksi dan ditempatkan pada kepala distributor
(pompa injeksi tipe distributor) atau pada rumah pompa (pompa injeksi tipe in-line) dengan
sebuah pemegang katup dan pegas. Kegunaan katup ini untuk membantu noozle agar bahan
bakar menutup (berhenti mengalir) pada setiap akhir penginjeksian. Noozle harus menutup
dengan cepat dan rapat untuk mencegah bahan bakar menetes (dribble) agar tidak terjadi
pembakaran prematur pada siklus pembakaran berikutnya.
Gambar berikut ini menunjukkan posisi dan konstruksi katup pengiriman.
b. Perawatan
Kerusakan katup ini biasanya disebabkan oleh keausan pada dudukan katup atau katup
pembebasan (relief valve) yang mengakibatkan bahan bakar tidak bisa cut-off pada setiap
akhir penginjeksian. Hal ini menyebabkan karbon menempel (carbon adhesion) pada ujung
47
noozle sehingga bentuk semprotan yang tidak benar. Bahan bakar yang diinjeksikan tidak
terbakar seluruhnya dan mengakibatkan terjadinya asap hitam dan peningkatan temperatur
gas buang. Kerusakan pada koponen ini tidak bisa diatasi dengan penyetelan atau perbaikan.
Sebaiknya dilakukan penggantian komponen lengkap (assembly).
Gambar berikut ini menunjukkan ilustrasi bagaimana bentuk dribble setelah penginjeksian.
48
49
50
Resume:
51
2.2 Common Rail
Fugsi rail adalah untuk mendistribusikan bahan bakar bertekanan tinggi oleh pompa pasokan
untuk dibagi ke masing-masing silinder dengan menggunakaninjektor.
Sensor tekanan rail, aliran damper, dan pembatas tekanan dipasang pada rail.
Sebuah pipa injeksi bahan bakar melekat pada flow dumper untuk mengalirkanbahan bakar bertekanan
tinggi ke injektor. pressure limiter terpasang pada pipayang diarahkan kembali ke tangki bahan bakar.
Flow Damper
Flow Damper mengurangi tekanan denyut dalam pipa tekanan tinggi, sehingga memberikan bahan
bakar ke injektor pada tekanan yang stabil. Selain itu, aliran bahan
bakar yang berlebihan, peredam aliran menutup sebagian bahan bakar,sehingga mencegah aliran bahan
bakar yang abnormal.
Ketika jumlah abnormal bahan bakar mengalir tekanan tinggi diterapkan padapiston. Seperti
terlihat pada gambar, ini menyebabkan piston dan bola untuk bergerak ke
kanan, sampai bola mencapai kursi dan menutup bagian bahan bakar.
Pressure Limiter
Fungsi [3] Pressure Limiter untuk menghilangkan abnormal tekanan tinggi dengan membuka
katup untuk melepaskan tekanan. Pressure
Limiter beroperasi(membuka katup) ketika Tekanan rel mencapai sekitar 140MPa. Kemudian, ketika
tekanan menurun sekitar 30MPa, resume Pressure Limiter (menutup katup)fungsinya untuk
mempertahankan tekanan.
Rail Pressure Sensor
Rail Pressure Sensor dipasang pada rel dan mendeteksi tekanan bahan bakar.Ini adalah jenis semi-
konduktor sensor tekanan yang memanfaatkan sifat-sifatsilikon untuk mengubah nya listrik
resistensi ketika tekanan diterapkan.
karena rem adalah salah satu bagian yang sangat penting pada sebuah kendaraan.
A. FUNGSI
Sistem Rem berfungsi untuk :
1. Mengurangi kecepatan (memperlambat) dan menghentikan kendaraan.
2. Memungkinkan parkir pada tempat yang menurun
3. Sebagai alat pengaman dan menjamin pengendaraan yang aman
52
Gambar: Posisi pemasangan komponen sistem rem
B. PRINSIP REM
Prinsip rem adalah merubah energi panas menjadi energi gerak. Umumnya, rem bekerja disebabkan
oleh adanya sistem gabungan penekanan melawan sistem gerak putar. Efek pengereman (braking
effect) diperoleh dari adanya gesekan yang ditimbulkan antara dua objek / benda.
C. TIPE REM
Rem yang dipergunakan pada kendaraan bermotor dapat digolongkan menjadi beberapa tipe
tergantung pada penggunaannya.
1. Rem kaki (foot brake) digunakan untuk mengontrol kecepatan dan meng-hentikan kendaraan
2. Rem parkir (parking brake) untuk memarkir kendaraan.
3. Rem tambahan (auxiliary brake) untuk membantu rem kaki dan digunakan pada kendaraan besar
Rem hidraulis
Rem kaki Rem roda
Rem pneumatis
Center brake
E. MEKANISME KERJA
Master Silinder
Resume:
54
Berdasarkan hukum Pascal :
Tekanan pada zat cair akan dite-ruskan ke segala arah dengan tekanan yang sama besar.
a. Tipe dan Konstruksi Master Silinde
Ada dua tipe master silinder :
Tunggal dan ganda (tandem) Pada umumnya untuk sistem rem digunakan master silinder tipe ganda
(tandem), yang mem-punyai keuntungan bila salah satu sistem tidak bekerja , tetapi sistem lain tetap
berfungsi deng-an baik
Pada sistem penggerak roda belakang, piston no.1 untuk roda depan dan piston no.2 untuk roda
belakang. Pada kendaraan penggerak roda depan, terdapat beban tambahan pada roda depan, untuk
mengatasi hal ini digu-nakan diagonal split hydraulic system
b. Cara Kerja
- Saat pedal rem tidak diinjak
Piston cup no. 1 & 2 terletak di antara inlet port dan compensa-ting port, sehingga terdapat salu-ran
antara cylinder dan reservoir tank.
55
- Saat pedal rem diinjak
Piston no. 1 bergerak ke kiri dan piston cup menutup compensa-ting port, sehingga menyebab-kan
tekanan hidraulis dalam si-linder bertambah dan tekanan ini diteruskan ke wheel cylinder kembali ke
reservoir.
Resume:
A. KOMPONEN
Komponen rem tromol terdiri dari : backing plate, silinder roda (wheel cylinder), sepatu rem dan
kanvas (brake shoe & lining), tromol rem (brake drum).
a. Backing Plate
Backing plate terbuat dari baja press, karena sepatu rem terkait pada backing plate, maka aksi daya
pengereman tertumpu pa-da backing plate
57
b. Silinder Roda
Ada dua tipe silinder roda (wheel silinder): double piston dan single piston. Bila timbul tekanan
hidraulis pada master silinder maka akan menggerak-kan piston cup, piston akan menekan ke arah
sepatu rem, kemudian menekan tromol rem.Apabila rem tidak bekerja, piston akan kembali ke posisi
semula karena kekuatan pegas pembalik sepatu rem.
Bleeder plug berfungsi sebagai baut pembuangan udara yang terdapat pada sistem rem
d. Tromol Rem
Tromol rem (brake drum) ter-buat dari besi tuang (gray cast iron)
Ketika kanvas menekan bagian dalam dari tromol akan terjadi gesekan yang menimbulkan pa-nas
yang mencapai suhu 200 - 300°C
58
B. TIPE REM TROMOL
a. Tipe Leading Trailing
Pada tipe ini terdapat satu wheel silinder dengan dua piston yang akan mendorong bagian tas dari
tromol rem. Leading shoe lebih cepat aus dari pada trailing shoe
Keuntungan :
Saat kendaraan maju kedua sepatu rem menjadi leading shoe sehingga daya penge-reman baik
Kerugian :
Saat kendaraan mundur ke-dua sepatu rem menjadi trailing shoe sehingga daya pengereman
kurang baik
c. Tipe Dual Two Leading
Tipe ini mempunyai 2 silinder ro-da (wheel cylinder), yang ma-sing-masing memiliki 2 buah piston,
dan menghasilkan efek pengereman yang baik saat ken-daraan maju maupun mundur
59
d. Tipe Uni-Servo
Tipe ini mempunyai 1 wheel cylinder dengan 1 piston.
Keuntungan :
Saat kendaraan maju kedua sepatu rem menjadi leading shoe sehingga daya penge-reman baik
Kerugian :
Saat kendaraan mundur kedua sepatu rem menjadi trailing shoe sehingga daya pengereman kurang
baik
e. Tipe Duo-Servo
Tipe ini merupakan penyempur-naan dari tipe uni-servo yang mempunyai 1 wheel cylinder dengan 2
piston. Gaya pengereman tetap baik tanpa terpengaruh oleh gerakan kendaraan.
Resume:
61
Keuntungan :
Radiasi panas baik
Bila terkena air lebih cepat kering
Konstruksi sederhana
Mudah dalam perawatan serta penggantian pad
Kerugian :
Self energizing effect kecil
Resume:
A. KOMPONEN-KOMPONEN
Piringan (disc rotor)
62
b. Pad Rem
Pad (disc pad) terbuat dari campuran metallic fiber dan serbuk besi, yang disebut semi-metallic disc
pada. Pada pad diberi celah untuk menunjukkan tebal batas pad yang diijinkan (mempermudah
pemeriksaan)
Pada beberapa pad terdapat anti-squel shim yang berfungsi untuk mence-gah bunyi saat pengereman,
dan pad wear indicator untuk menginformasi-kan keausan pad yang sudah tipis.
B. JENIS-JENIS CALIPER
a. Tipe Fixed Caliper (Double Piston)
Pada tipe ini daya pengereman didapat bila pad ditekan piston secara hidraulis pada kedua sisi disc.
64
Cara kerja :
Mekanisme kerja (operating mechanism) pada dasarnya sama untuk tipe rem parkir roda belakang dan
tipe center brake. Tuas rem parkir ditempatkan ber-dekatan dengan tempat duduk pengemudi. Dengan
menarik tuas rem parkir, maka rem bekerja melalui parking brake cable, intermediate lever, pull rod,
equalizer, parking brake cable kiri dan kanan. Di bawah ini beberapa tipe tuas yang digunakan
tergantung pada design tempat duduk pengemudi dan sistem kerja yang dikehendaki.
Tuas rem parkir dilengkapi dengan rachet untuk mengatur tuas pada suatu posisi pengetesan
Pada beberapa tuas rem parkir mur penyetelannya dekat dengan tuas rem un-tuk memudahkan
penyetelan. Kabel rem parkir memindahkan gerakan tuas ke tromol rem sub-assembly. Pada rem
parkir roda belakang, dibagian tengah kabel diberi equalizer untuk menyamakan daya kerja pada roda
kiri dan kanan
Tuas intermediate (intermediate lever) dipasang untuk menambah daya pengoperasian
65
66
4. BOOSTER REM
Booster berfungsi untuk melipat gandakan (2 sampai 4 kali) daya penekanan pedal, sehingga daya
pengereman yang lebih besar dapat diperoleh
Contoh :
Bila pedal rem ditekan dengan gaya 40 kg, gaya ini diperbesar oleh tuas pedal menjadi 200 kg untuk
menekan booster. Misalkan besarnya vakum pada booster adalah 500 mm.Hg, gaya output yang
dihasilkan adalah 410 kg
a. Prinsip keja
Bila vakum bekerja pada kedua sisi piston, maka piston akan terdorong ke ka-nan oleh pegas. Bila
tekanan atmosfir masuk ke ruang A, maka piston bergerak ke kiri menekan pegas karena adanya
perbedaan tekanan, menyebabkan batang piston menekan piston master silinder.
b. Konstruksi
1. Bagian dalam booster dihubungkan dengan pompa vakum (diesel) atau intake manifold (bensin)
melalui check valve
2. Check valve berfungsi sebagai katup satu arah yang hanya memungkinkan udara mengalir dari
booster ke mesin
3. Ruang booster terbagi menjadi dua bagian oleh diapragm yaitu constant pressure chamber dan
variable pressure chamber
4. Pada control valve mechanism terdapat air valve dan vacum valve
5. Valve operating rod dihubungkan ke pedal rem
67
c. Cara Kerja
Ketika Pedal Rem Belum Ditekan
Air valve tertarik ke kanan oleh air valve return spring bertemu dengan control valve sehingga
tertutup, dan udara luar tidak bi-sa masuk ke variable pressure chamber. Vacum valve terbuka
menyebabkan terjadinya keva-kuman pada constant dan vari-able pressure chamber. Piston terdorong
ke kanan oleh pegas diapragma.
Ketika Pedal Rem Ditekan valve operating rod mendorong air valve dan control valve, me-nyebabkan
vacum valve tertutup dan air valve terbuka. Hal ini me-nyebabkan udara luar masuk ke variable
Resume:
pressure chamber. Per-bedaan tekanan antara variable dan constant pressure chamber menyebabkan
piston bergerak ke kiri.
5. KATUP PENYEIMBANG
Kendaraan yang mesinnya terle-tak di depan, bagian depannya lebih berat dibandingkan dengan
bagian belakangnya. Bila kenda-raan direm, akan menyebabkan beban ban depan bertambah dan
beban ban belakang berku-rang. Bila daya cengkeram pengerem-annya berlaku sama pada ke em-pat
rodanya, maka roda bela-kang yang memiliki beban lebih kecil cenderung akan mengunci lebih dulu
sehingga menyebab-kan ngepot (skid). Dengan alasan tersebut, diperlu-kan proportioning valve yang
68 berfungsi untuk mengurangi te-kanan hidraulis untuk wheel cylinder roda belakang, sehing-ga
mencegah terjadinya ngepot.
Proportioning valve ditempatkan pada brake pipe belakang.
69
Resume:
Piston terdorong ke kanan oleh pegas, katup C terbuka, Tekanan Master Cylinder Rendah
70 Tekanan hidraulis dari master silinder diteruskan dari ruang A ke ruang B melalui katup C. Tekanan di
ruang A dan B menjadi sama.
Tetapi luas permukaan piston di ruang B lebih besar dari pada ruang A, menyebabkan piston bergerak
ke kiri. Gerakan ini berlawanan dengan pegas yang mendorong piston dan menyetop gerakan piston
bila mencapai titik dimana daya pegas seimbang dengan tekanan hidraulis
71
4. CARA KERJA BLEND PROPORTIONING VALVE
a. Tekanan Master Cylinder Rendah
Cara kerja saat tekanan master cylinder rendah pada blend proportioning valve sama dengan cara kerja
saat tekanan master cylinder rendah pada proportioning valve
b.Tekanan Master Cylinder Sedang
Cara kerja saat tekanan master cylinder sedang pada blend proportioning valve sama dengan cara kerja
saat tekanan master cylinder tinggi pada proportioning valve
c. Tekanan Master Cylinder Tinggi
Saat tekanan master cylinder tinggi, by pass valve (II) bekerja, dimana tekanan minyak rem
Resume:
mendorong piston (1) melawan tegangan pegas. Seal tidak menutup saluran(4), sehingga tekanan
hidraulis di master cylinder sama dengan wheel cylinder
Pada blend proportioning valve terda-pat dua split point.
72
Speed Sensor Depan : mendeteksi kecepatan roda pada masing-masing roda depan.
Speed Sensor Belakang : mendeteksi kecepatan roda pada masing-masing roda depan.
Switch Lampu Rem : mendeteksi tanda pengereman dan mengirimkan signal ke ABS computer.
Anti-Lock Warning Light : lampu menyala sebagai peringatan bahwa pada ABS ada yang tidak
berfungsi.
ABS Actuator : mengontrol tekanan minyak rem pada masing-masing wheel cylinder dengan
signal dari ABS computer.
6. ABS Computer : dengan signal-signal dari masing-masing speed sensor komputer menghitung
jumlah akselerasi dan deselerasi, dan mengirim signal ke ABS actuator.
74
sumber foto : www.bismania.com
Totalnya ada 5 klik di tuas Retarder. Semakin naik tingkat kliknya semakin melambatkan laju kendaraan.
Bahkan untuk klik ke-5 selain retarder bekerja, Exhaust Brake juga akan bekerja. Sehingga laju bis akan
sangat terbebani.
Retarder ini selain diterapkan di kendaraan seperti Bus, Truck dan Kereta Api juga dapat diaplikasikan di
kendaraan pribadi kok, asalkan kendaraan berjalan diatas 50Km/h. Lebih rendah dari itu, meggunakan rem
biasa
System Retarder ada dua:
1. . Electric retarder. System ini menggunakan prinsip "electromagnetic induction" sama
seperti prinsip motor listrik (ada rotor ada stator)tapi kebalikannya bukan untuk memutar tapi
menahan laju putaran. System ini ada biasanya di as transmisi, dimana rotor berada di as dan
statornya menempel di chasis atau transmision house. Jadi jika stator ini diberikan arus listrik
maka akan terbentuk medan magnet (eddy current) dan menahan gerakan rotor, gradan dan roda.
System ini sangat
2. Hydraulic retarder. System ini Menggunakan system tahanan viskosistas olie didalm
ruangan tertutup yg terbagi dua satu statis dan satunya bergerak dan ada vanes atau katub diatara
keduanya. Systemnya mirip dg kipas radiator mobil anda (bukan yg electric lho), coba putar kipas
mobil anda maka akan terasa ada yg menahan. System ini dipasang pada as transmisi antara
kopling dan gardan. Daya retardernya tergantung jumlah olie yg ada dichamber.
Untuk cara pegoperasian sangat macam macam dan mohon maaf saya masih kurang begitu paham tentang
sistem kerja retarder,
75
Keunggulan dari exhaust brake ini adalah konsepnya yang sederhana (bila dibanding retarder elektrik /
hidrolik) tetapi performanya tak kalah dalam membantu memperlambat laju kendaraan terutama kendaraan
berat. Asalkan pola pengoperasiannya tepat, sesuai dengan karakteristik performa kerjanya.
Ada beberapa logic sequence yang harus dipenuhi agar exhaust brake dapat bekerja. Misalnya switch on,
pedal kopling tidak diinjak, pedal gas tidak di injak, transmissi tidak dalam posisi netral baru exhaust brake
bisa aktif. Di beberapa tipe ada juga, misal kecepatan kendaraan dibawah 15km/jam maka exhaust brake
otomatis akan mati.
Efek samping
1. Anda akan mendengar suara tambahan pada saat exhaust brake diaktifkan. (Ssssss...Jooossshh)
2. Efek berikutnya yaitu berpengaruh dengan cepat kotornya oli mesin. Kita tahu exhaust gas terdiri dari
partikel carbon yang mestinya dibuang tapi disini ditahan oleh katup exhaust brake. Tetapi selama jadwal
penggantian oli terkontrol dan rutin, tidak ada masalah
Yang pasti exhaust brake maupun retarder ini hanya sebagai alat bantu pengereman utama, hanya bisa
memperlambat laju kendaraan tetapi tidak bisa menghentikan kendaraan secara total.
76
Susunan gigi percepatan pada handle / tuas transmisi
ada dua tipe yaitu :
Tuas transmisi lantai
Ini adalah susunan 5 gigi kecepatan yang lazim digunakan pada mobil modern ditambah dengan satu
gigi mundur yang ditandai dengan R. Penempatan gigi mundur (R) krucial karena bisa salah
memasukkan dapat mengganggu jalannya kendaraan, karena kalau dari gigi 5 salah pindah ke mundur
bisa berakibat fatal.
Susunan ini adalah susunan 5 gigi kecepatan yang lazim digunakan pada bus ringan ditambah dengan
satu gigi mundur yang ditandai dengan R. Gigi 1 biasanya jarang dipakai, dipakai pada saat mendaki
di tanjakan terjal.
Layout mobil dengan 3 gigi maju yang merupakan susunan gigi percepatan mobil-mobil Amerika
keluaran tahun 1930an sampai dengan tahun 1950an yang pada waktu itu dijuluki "three on the three"
Merupakan layout yang dikembangkan sesudah itu, yang juga dikembangkan oleh mobil-mobil
keluaran Eropa dan Jepang. Sampai saat ini masih digunakan pada beberapa mobil niaga
seperti Mitsubishi L 300.
Masih berkutat di sistem rem yang belakangan banyak membuat resah pengguna bus,
sebenarnya, sistem yang terpasang sudah begitu canggihnya untuk mencegah rem loss
dengan sendirinya alias blong. Memang, yang masih menggunakan sistem air over 79
hydraulic atau kombinasi minyak rem dengan udara masih ada potensi. Tapi, versi
teranyar yang full air sudah lebih mumpuni loh. Sudah terbayang dong kalau cara rem
fungsinya melambatkan kendaraan, yakni ketika kampas rem ditekan dengan media
minyak rem. Nah, pada kendaraan besar macam bus, tekanan yang berlebih pada minyak
tentu bisa membuat titik didih minyak rem meningkat tinggi. Efeknya, minyak rem
kehilangan kemampuan untuk menekan. "Versi air over hydraulic yakni kampas tetap
ditekan dengan minyak rem. Bedanya, udara bertekanan yang digunakan untuk
mendorong minyak rem tersebut," urai Roffi Tresmawan, Training Publikasi Dept. PT.
Hino Motor Sales Indonesia (HMSI). Dimensi dan bobot bus yang besar, tentu bikin rem
turut bekerja ekstra. Pastinya, kekuatan kaki enggak bakal cukup kalau hanya
mengandalkan booster layaknya mobil konvensional. Maka dari itu, pada mesin terdapat
kompresor yang berguna untuk membangkitkan udara bertekanan, yang kemudian
disimpan dalam tangki khusus.
Resume:
Exhaust brake pada Hino gabung dengan tuas wiper, tekan ke arah bawah untuk melambatkan kendaraan
Beda dengan zat cair yang akan menghasilkan tekanan yang sama ke segala arah, udara mempunyai
sifat bisa dikompresi. Maka, tangki tersebut menjaga udara tetap di tekanan tertentu agar dapat
bekerja. Kerennya rem bus, terdapat juga exhaust brake, yang berfungsi utama sebagai alat bantu
untuk melambatkan kecepatan.
"Exhaust brake bekerja dengan cara menutup lubang exhaust, sehingga mesin tidak akan
membangkitkan tenaga baru. Kerjanya akan maksimal ketika dipakai, sambil dibantu dengan rem yang
terpasang," sambung Roffi lagi. Kalau Hino memasang perangkat ini pada tuas di sisi kiri setir, sedang
bus Mercedes-Benz pada tombol di dekat pedal. Kerjanya, tentu masih membutuhkan udara
bertekanan untuk menutup exhaust tersebut. Bayangkan betapa besarnya tekanan exhaust yang harus
dilawan untuk menutup lubang tersebut. Lebih efektif lagi, ketika mengerem, engine brake juga
digunakan.
Nah, kalau full air system, minyak rem sudah ditinggalkan. Gantinya, seluruh sistem pengereman
mengandalkan udara bertekanan untuk mendorong kampas rem. Karena bentuk batang pendorongnya
seperti huruf S, maka disebut juga S-cam. Awalnya, udara dari kompresor akan disaring, agar air yang
terkandung tidak ikut masuk dalam sistem rem. Seandainya masuk pun, air yang terlanjur masuk
masih bisa dibuang melalui drain valve yang terdapat di bagian bawah tangki.
80
Indikator tekanan udara paling penting, tidak boleh rusak apalagi mati (kiri) - Air over hydraulic masih mengandalkan minyak rem
untuk menekan kampas (kanan)
Tekanan udara dalam tangki dijaga oleh gorvernor, lalu nantinya akan diteruskan menuju rem depan
ataupun belakang, melalui brake chamber. "Pada bus Hino, tekanan dalam tangki dijaga sebesar 8,5
bar," ungkap pria ramah ini. Tentunya, sebesar apa udara akan mendorong kampas, berdasarkan
perintah dari tekanan pada pedal rem. Kebanyakan bus keluaran terbaru sekarang ini, bahkan sistem
rem sudah menggunakan bantuan sensor elektronik terkomputerisasi atau ECU (Electronic Control
Unit).
Kebalikannya dengan rem parkir. Pada bagian brake chamber terdapat per atau pegas berukuran besar
yang mempunyai tekanan besar, berfungsi untuk menekan kampas rem. Kalau pada pengereman
normal, udara bertekanan yang tersimpan digunakan untuk mendorong pegas tersebut agar kampas
tidak mengerem. Ketika rem parkir diaktifkan, maka tuas justru akan membuang udara pada brake
chamber agar rem selalu terkunci dengan tekanan dari pegas tersebut.
Jadi, sebenarnya istilah rem blong pada bus dengan full air system bisa dikatakan sangat kecil terjadi.
Kecuali, mekanik atau sistem perawatan masing-masing operator bus tersebut memang sengaja
melonggarkan rem parkir. Tujuannya beda-beda, bisa jadi akibat kompresor terlalu lemah untuk
menghasilkan tekanan yang diinginkan, atau bisa jadi ada kebocoran pada jalur udara. Kembali lagi,
seandainya perawatan yang dikerjakan sudah memenuhi prosedur, pastinya pabrikan sudah membuat
sistem yang ada seaman mungkin, tanpa perlu mengorbankan konsumen kan. • Rio
Apabila garpu pengatur gigi digerakkan ke arah 3, (3) dan (10) tidak berkaitan, tetapi (3)
dengan clutch (4) berkaitan, dengan demikian input dan output shaft menjadi satu dan
berputar bersamaan. Pada posisi ini transmisi disebut posisi “top” (gigi 3). Apabila garpu
pengatur gigi digerakkan ke arah depan R, sliding gear (2) digerakkan ke belakang
berkaitan dengan reverse idle gear (12). Perputaran input shaft dipindahkan dalam urutan
(6) – (7) – (11) – (12) – (2) untuk memutarkan output shaft dalam arah putaran mundur.
Di antara selective gear transmission, tipe sliding mesh inilah yang paling sederhana
konstruksinya. Dikarenakan belum adanya ukuran yang tepat untuk memudahkan
perkaitan gigi, maka cara kopling ganda (double clutching) harus dilakukan agar
pemindahan gigi-gigi dapat berlangsung dengan sempurna. Selain itu gigi-gigi ini
cenderung menimbulkan suara berisik. Karena adanya kesukaran tersebut, dewasa ini 83
tidak dipergunakan lagi. Adapun contoh mobil yang menggunakan model transmisi
sliding mesh adalah sedan Holden, Daihatsu, Tronton, Suzuki Fronte dan lain-lain.
b. Tipe Constant Mesh
Pada transmisi model ini, roda gigi yang berkaitan harus dapat bergerak pada putaran
yang sama. Jika tidak, gigi-gigi akan berbunyi dan tidak berkaitan dengan mudah. Model
constant mesh telah dikembangkan untuk membatasi kekurangan pada tingkat tertentu.
Gambar berikut menunjukkan sebuah transmisi yang gigi 3 dan 4 nya (ketiga dan ke
empatnya) terdiri dari model constant mesh. Pada model ini, gigi input shaft dan counter
gear ada dalam “perkaitan yang tetap” (constant mesh). Gigi ke-3 pada output shaft
dikondisikan dapat berputar bebas di shaft. Pada gigi kopling (clutch gear) diberi alur-
alur dan diposisikan sedemikian rupa (pada poros output) sehingga dapat digerakkan
sepanjang alur-alur untuk berkaitan dengan alur pada roda gigi constant mesh yang selalu
berputar pada dudukannya. Sebagai contoh, apabila gigi-gigi ingin dipindahkan pada
tingkat 3, gigi kopling didorong ke belakang agar dapat berkaitan dengan bagian dalam
gigi ketiga pada poros output. Kemudian, momen mesin akan berpindah dalam urutan :
input shaft – counter shaft –gigi ketiga (pada output shaft) – clutch gear – output shaft.
Resume:
c. Tipe Synchromesh
Transmisi model ini, mempunyai banyak keuntungan untuk memungkinkan pemindahan
gigi dengan lembut dan cepat tanpa menimbulkan bahaya pada gigi-gigi dan tidak
memerlukan pelayanan dengan kopling ganda (double clutching).
Mobil yang menggunakan tipe sinkromesh adalah : sedan Datsun 120Y, Suzuki Carry
1.6, Suzuki Carreta 1.0, Toyota Corola, Toyona Corona, Benz 200, Mazda 626, BMW
520i, dll.
1) Prinsip Konstruksi Transmisi Sinkromesh
84 Melihat pada gambar diatas memindahkan gigi-gigi dari tingkat yang lebih tinggi ke
tingkat yang rendah pada saat mobil berjalan, pertama kopling dibebaskan dan gigi
diposisikan pada netral (bebas). Bagian-bagiannya terdiri dari: gigin susun (counter gear)
dan gigi 3 berada pada kecepatan asli yang tertinggi tetapi kecepatan gigi 3 dalam
hubungan dengan clutch hub sleeve ada lebih rendah dan menjadi lebih lambat dengan
perlahan-lahan karena adanya berbagai macam tahanan. Sebaliknya, clutch hub sleeve
dan out put shaft yang disatukan untuk menggerakan roda disesuaikan dengan kecepatan
kendaraan dan tidak akan menjadi lambat. Karena itu, terjadi perbedaan putaran yang
besar pada clutch hub sleeve dan gigi 3. Dalam hal ini, pada sliding gear type, putaran
gigi ke 3 akan bertambah oleh adanya kopling ganda untuk disesuaikan dengan putaran
clutch hub sleeve. Pada type sinkromes, sebagai ganti mempertinggi putaran mesin
dilakukan dengan hub sleeve. Sebuah kopling dengan bentuk kerucut (conical clutch)
disebut synchronizer ring digunakan untuk menghasilkan gaya gesek antara clutch hub
sleeve dan gigi 3 yang berputar pada kecepatan yang sama kemudian gigi (alur-alur) akan
berkaitan. Ini adalah prinsip kerja transmisi sinkromesh.
2) Bagian-bagian utama transmisi sinkromesh
a) Clutch hub berkaitan dengan output shaft pada alur-alurnya.
b) Clutch hub sleeve berkaitan dengan bagian luar. Dilengkapi dengan alur bagian luar
untuk garpu pengatur (shift fork).
c) Synchronizer ring, berada disamping bagian gigi yang tirus pada output shaft. Ring
ini terbuat dari tembaga paduan.
d) Baji sinkromesh (synchromesh shifting key), dipasangakn di tiga tempat dibagian
luar diameter clutch hub dan ditekan oleh pegas-pegas pada hub sleeve.
3) Cara kerja transmisi sinkromesh
Dalam keadaan netral, gigi-gigi dalam keadaan perkaitan yang tetap dengan gigi susun
tetapi dapat berputar bebas pada output shaft. Output shaft, clutch hub, dan clutch hub
sleeve masing-masing beralur. Dengan demikian, semua dapat berputar sama. Ring-ring
sinkromesh berada dalam keadaan bebas, tetapi ujung-ujung shifting key ditempatkan
pada tiga tempat dari tiap ring-ring.
Apabila gigi-gigi berhubungan (shifting gear) :
a) Apabila tuas pengatur didorong menurut arah panah, clutch hub, dan shifting key
agar berkaitan pada bagian yang menonjol di bagian tengahnya. Dengan demikian, tenaga
akan berpindah ke shifting key. Kemudian, shifting key akan mendorong synchronizer
ring pada gigi tirus (core gear) yang mana gigi-gigi ini mulai cepat putarannya. Dalam
85
waktu yang bersamaan synchronizer ring akan ditarik oleh gigi. Dengan demikian, clutch
hub dan synchronizer ring akan saling berhadapan dengan bagian-bagian yang menonjol
keluar dari jajaran (gambar 1)).
b) Apabila shift lever didorong sedikit keras, clutch digeserkan lebih lanjut, maka clutch
tidak berkaitan dengan shifting key (keras). Synchronizer ring selanjutnya akan diseret
dan mengakibatkan clutch hub synchronizer ring saling mendorong dengan kuat seperti
ditunjukkan pada gambar berikut. Selama tenaga dipindahkan, putaran gigi ke 3 akan
bertambah, hingga akhirnya clutch hub dan gigi ke 3 berada pada kecepatan yang sama
(gambar 2)).
c) Apabila tuas pengatur didorong lebih lanjut, dan apabila clutch hub disinkronisasikan
dengan gigi 3, synchronizer ring menjadi bebas dalam arah putarannya. Dengan
demikian, clutch hub telah berkaitan dengan gigi ke 3 (gambar 3)
FAB
Full air brake atau sering di sebut system rem (FAB) adalah rem angin yang memanfaatkan tekanan
udara untuk menekan sepatu rem. Di sini pedal rem berperan hanya membuka dan menutup katup rem
(Brake valve). dan mengatur aliran udara bertekanan yang keluar dari tangki Udara (Air Tank).
Keuntungan system Full Air Brake Di banding yang lain :
Daya pengendalian yang ringan.
Dapat di peroleh daya pengereman yg besar.
Dalam perbaikan lebih sederhana.
Tidak akan terjadi kebocoran pelumas di skitar tromol
Ramah lingkungan. Dll.
Di gunakan :
Karna daya pengereman lbih besar di bnding dengan system yang lainya semisal AOB.(Air Over
Brake). Maka system ini di gunakan di kendaraan-kendaraan berat khususnya pada kendaraan
gandeng.,,agar beban yang berat mampu di imbangi dengan system rem yang kmampuanya lbh brt
jga.
88
Komponen-komponen :
Sitem ini memiliki beberapa komponen untuk mendukung kerja dari suatu komponen lainya.
1. Air tank
2. Air kompresor
3. Brake Valve
4. Relay valve
5. Brake cember
6. Cam shaft
7. Air dryer
8. Fressur Regulator
Fungsi komponen :
1. Air Tank
Berfungsi untuk menampung udara sementara yang di suplay dari kompresor udara yg sebelumnya
udara tersebut sudah di saring terlebih dahulu oleh filter udara dan Air Dryer agar udara yg masuk
kedalam tangki bener bener bersih tidak terdapat kotoran atau air yang masuk ke system saluran!!
Dan demi keamanan pun savety di terapkan dalam system rem FAB ini bahwa tekanan didalam
tangkipun slalu harus sesuai yaitu :
740 -840 kPa (7,5 – 8,5 kgf/cm2). Apabila tekanan melebihi batas yang di tentukan maka udara di
dalam Air Tank akan di buang ke atmosfer agar udara di dalam tank tetep stabil.
Selain itu juga tangki di lengkapi dengan ckeck valve yaitu suatu komponen di Air
Tank yang berfungsi untuk menjaga saluran udara balik ke kompresor di saat mesin mati
maka check valve menutup saluran air thank yg ke kompresor,
Air tank drains
89
Berfungsi sebagai sebagai mengeluarkan air dan kotoran pada air tank yang berbentuk
sebuah baut di bagian bawah tank
Air compressor governor
Berfungsi sebagai sebagai alat kontrol ketika compresor mengisi udara di dalam tanki,
ketika tekanan udara mencapai 125 psi akan menutup valve untuk menghentikan
pengisian udara, dan apabila tekan jatuh pada 100 psi maka Air compressor governor
mengijinkan untuk mengisi udara kedalam tanki.
2. Air Kompresor
.
Kegunaan Udara di dalam Air Tank :
Udara di dalam Air Tank di gunakan untuk menunjang sistem-sistem kelengkapan penujang kendaraan
seperti :, Clutch Boster (Boster Kopling), System Rem, klakson, Exaust Brake cylinder dan peralatan
tambahan lainnya. Seperti tadi dikatakan tekanan dalam tangki di jaga pada tekanan tertentu
yang di lakukan oleh pressur regulator. Ketika tekanan naik melebihi standar, proses
Resume:
pemberian tekanan udara di hentikan oleh udara pressur regulator yang menekan
Unloader Valve yang di tempatkan pada cylinder head kompresor. Ketika tekanan sudah
turun di bawah standar unloadder valve pun di naikan oleh pegas dan pemberian tekanan
udara di lanjutkan kembali.Kompresor di gerakan oleh mesin utama menggunakan v-belt
sebagai penghubung untuk memutarkan kompresor, untuk menghasilkan udara.seperti pada
gambar di bawah. Rem depan dan belakang memiliki relay valve tersendiri.
3. Brake Valve
Katup rem brake valve terpasang di bawah pedal rem pada sistem FOB atau AOB
Katup ini mengendalikan rem dengan cara membuka dan menutup untuk mengatur aliran udara
bertekanan. Pengendalian rem untuk roda depan dan belakang dilakukan secara terpisah.
Saat pedal rem di tekan sebuah plunger dan pegas bergerak menekan primary piston dan menutup
90 lubang ventilasi atas. Serta sebuah scondery piston dan menutup lubang ventilasi bawah. Ketika pedal
di tekan lebih dalam feed valve atas dan feed valve bawah terbuka sehingga udara bertekanan dari
tangki udara mengalir masuk ke power cylinder boster rem atau relief valve. Ketika pedal di lepas
aliran udara berbalik dan tekanan udara di lepaskan ke atmosfer melalui katup buang ( exaust valve)
yang berada di bawah katup rem.
4. Relay Valve
Relay valve di kendalikan oleh udara bertekanan dari brake valve, relay valve membuka dan menutup
aliran udara bertekanan dari tangki ke tabung rem (brake chember). Untuk mengaktifkan dan
membatalkan rem dengan cepat.
Kontruksi relay valve seperti pada gambar di bawah. Rem depan dan belakang memiliki relay valve
tersendiri.
5. Brake Chamber
· brake chamber dan slack adjusters
seperti terlihat pada gambar. Bentuk sepatu rem untuk sistem full-air berbeda dengan pada sisi
leading( pengarah) dan trailing (pengikut) di mana permukaan sepatu untuk sisi trailing di beri
cekungan. Pada spatu rem leading-trailing, spatu leading menghasilkan gaya pengereman yang lebih
besar akibat arah putaran tromol, sehingga tekanan pada permukaan sepatu lebih besar dan lebih cepat
aus. Permukaan spattu traling pada tonjolanya I beri cekungan sedemikian hingga tekanan permukaan
pada spatu leading dan trailing habis bersamaan. Ini juga untuk menghindari keausan bantalan yg tidak
merata akibat bentuk can eksentrik. Pada sisi hidrolis tidak ada sisi leading atau trailing karena tekanan
minyak rem menekan secara merata pada permukaan spatu rem.
6. Air dryer
92
Speperti di katakan di atas tadi air dryer berfungsi untuk menyaring kelembapan udara sebelum udara
masuk ke tangki udara di air dryer ini antara air dan kotoran di saring terlebih dahulu agar udara yang
masuk ke Air Tank bener-bener bersih.
Poin2 perbaikan pada rem full air :
ganjal pedal rem, injak dan lepas, hidupkan rem gas buang, priksa kebcoran udara dari selang
selang sambungan degan air sabun.
stel speling pedal sebelum menyetel celah spatu rem
dongkrak roda dan periksa langkah pushrod brake cember saat menyetel celah sepatu rem
gunakan suku cadang yg tepat untuk camshaft karna camshaft kiri dan kanan berbeda,
bentuknya.
lumasi seal dengan grease silikon pada pada gasket karet saat memasang brake valve , relay
valve dan bagian2 lainya,,,,,,,
Point-Point perbaikan pada rem full air :
a. ganjal pedal rem, injak dan lepas, hidupkan rem gas buang, priksa kebcoran udara dari slang selang
sambungan dgn air sabun.
b. stel speling pedal sebelum menyetel celah spatu rem
c. dongkrak roda dan periksa langkah pushrod brake cember saat menyetel celah sepatu rem
d. gunakan suku cadang yg tepat untuk camshaft karna camshaft kiri dan kanan berbeda, bentuknya.
e. lumasi seal dengan grease silikon pada pada gasket karet saat memasang brake valve , relay valve
dan bagian2 lainya
Prosedur pengecekan sebelum perjalanan
Pastikan kendaraan berada pada tempat yang aman, set rem parkir, pasang penahan pada roda sebagai
prosedur keamanan pemeriksaan.
1. Pengecekan aliran
a. Periksa keamanan dan kondisi kompresor dan sabuk penggerak.
b. Periksa kondisi keamanan dan selang flesibel.
c. Htekan semua slack adjuster secara manual (menggunakan ry bar). Periksa gerakan, kondisi
mekanis dan kelengkapannya.
d. Periksa sudut push rod dan slack adjuster tidak melibihi 90o
2. Penamabahan tekanan udara
a. Peringan cut out kira-kira 60psi
b. Tekan terisi pada 50-90 psi dalam 3 menit
c. Governor atau cut out beroprasi minimal 105 psi dan maksimal 125 psi
3. Saat tekanan maksimal
a. Bebaskan rem parkir untuk mencegah kesalahan fungsi
b. Matikan mesin 93
c. Periksa kebocoran udara, kebocoran udara lebih kecil dari 3psi selam 1 menit
4. Diagnosis masalah dan penyebab
1. Tenaga pengereman kecil
a. Rem membutuhkan penyetelan, pelumasan atau penggantian kanvas
b. Tekan udara rendah dibawah 60psi
c. Tekanan pada brake valve delevy dibawah normal
d. Kesalahan ukuran akuator atau slack adjuster.
e. Terjadi masalah pada linkage
2. Rem kurang rensponsif
a. Rem membutuhkan penyetelan dan pelumasan
b. Tekan udara rendah dibawah 50 psi
c. Katup pengeremannya pembukanya tidak cukup
d. Terjadi kebocoran berlebih pada sistem
e. Pipa penyalur terlalu panjang
f. Terjadi penyumbatan pada pipa
3. Rem bebas dengan lambat
a. Rem membutuhkan penyetelan dan pelumasan
b. Katup pengereman tidak kembali keposisi terbebas penuh.
c. Terjadi kerusakan pada katup-katup
4. Rem tidak dapat bebas
a. Rem tidak dapat terbebas penuh
b. Terjadi masalah pada katup pengereman dan katup rely
c. Terjadi kebocoran atau penyumbatan pada pipa
5. Rem menyendat atau tidak teratur
a. Berikan paslin pada brake lining
b. Terjadi masalah pada katup pengeraman
Resume:
IV. Penutup
Kesimpulan
a. Dapat mengetahui prinsip kerja air brake system
b. Mengetahui Komponen-komponen rem angin
c. Cara perawatan rem angin
Saran : Fungsi rem sangat penting sehingga agar tidak terjadi kegagalan dalam
pengereman maka butuh perawatan yang rutin.
Lock up valve
Lock-up valve dan lockup solenoid valve juga terdapat pada Torque Converter valve assembly.
Kedua valve bekerja untuk mengatur besarnya pressure yang sesuai untuk lock-up clutch dan juga
menepatkan saat bekerjanya clutch lock up .
Lock-up valve mempunyai modulating valve hingga saat lock-up clutch engaged, dapat lebih halus
(smooth) untuk menurunkan beban hentakan atau kejutan saat perpindahan speed. Sehingga mencegah
terjadinya puncak beban yang berkelanjutan (generation of peak torque) pada power train.Dengan demikian
unit mudah dikendalikan dan kemampuan serta daya tahan power train akan meningkat.
Saat Transmission controller mengirimkan arus perintah menuju solenoid valve, maka pilot pressure yang
menekan spool piston lock-up akan dibebaskan menuju sirkuit drain, sehingga tension spring akan
menggerakkan spool lock-up untuk menghubungkan pressure pump dengan piston lock-up untuk
mengengagedkannya. Kenaikan pressure lock-up clutch diatur secara bertahap (modulating) dengan cara
mengalirkan pilot pressure menuju load piston untuk memperbesar tension spring secara bertahap dan saat
load piston mencapai akhir langkahnya (tertahan pada stopper) maka setting pressure lock-up clutch + 16
kg/cm2 telah tercapai.
Torque converter
Torque converter dipasang menjadi satu dengan PTO dan transmission. Didalam system, Torque Converter
terletak diantara engine dan transmission. Torque converter yang digunakan bertipe 3 element, 1 stage, 2
phase with lock-up clutch, sehingga terdiri dari pump, turbin, stator dan lock-up clutch. T/C berfungsi untuk
meneruskan putaran dan tenaga engine dengan menaikkan torquenya (1:2.4). Pump berfungsi untuk
merubah tenaga mekanis menjadi kinetis yang selanjutnya tenaga kinetis yang bekerja pada turbin akan
kembali menghasilkan tenaga mekanis, dengan terjadinya kenaikan torque. Stator with one way clutch
berfungsi untuk mengalirkan balik aliran oli dari turbin menuju pump. Sedangkan saat lock-up clutch
engaged, maka tenaga dan putaran engine akan diteruskan secara langsung (main clutch) menuju power
train.
Transmission assembly
Komponen yang menjadi satu torque converter dan PTO, dipasang pada middle of chasis dengan
menggunakan rubber mounting. Transmission terdiri dari susunan beberapa clutch pack (planetary gear
system & clutch) dan rotary clutch yang berfungsi untuk merubah kecepatan menjadi beberapa tingkat
kecepatan F1 – F7 dan R dengan mengengagedkan 2 buah clutch secara bersamaan. Input shaft
transmission dihubungkan dengan turbin Torque converter dan out shaft transmission dihubungkan menuju
differential dengan menggunakan propeller shaft. Setiap clutch mempunyai ECMV yang bekerja
mengengagedkan secara bertahap untuk mengurangi terjadinya kejutan saat shifting gear, sesuai dengan
arus perintah dari transmission controller Dengan demikian unit dapat dijalankan maju atau mundur dengan
kecepatan yang berbeda beda sesuai posisi gearshift lever dan beban yang terjadi (kondisi operasi).
Downshift inhibitor
Suatu system untuk mencegah terjadinya shiftdown secara tiba tiba saat terjadi kesalahan operasi, misalnya
pada awalnya gearshift selector posisi D dan actual gearspeed 6th , kemudian secara tidak sengaja gearshift
selector diposisi 3, maka gearspeed tidak akan dapat langsung shiftown ke gearspeed 3rd , tetapi akan
Resume:
shiftdown secara bertahap 5th, 4th, 3rd , sehingga tidak terjadi hentakan yang dapat menyebabkan
kerusakan pada komponen transmission.
Overrun prevention
Suatu system pengaman unit, yang bekerja secara otomatis saat speed engine mencapai 2600 rpm
(berdasarkan transmission input shaft speed sensor), untuk mengaktifkan rear brake – retarder brake,
sehingga kecepatan unit dikurangi secara otomatis dan mencegah terjadinya overrunning pada engine,
torque converter dan transmission, dengan demikian akan meningkatkan daya tahan (durability) dan
keandalan (reliability) unit.
3)Saat pressure mulai terjadi di clutch, output signalnya (full signal) akan dikirim ke controller untuk
memberitahukan apakah benar-benar terbangkit pressure atau tidak
Direct Drive
Suatu sistem pemindahan tenaga dan putaran yang menggunakan mekanisme clutch (disc with torsion
damper), sehingga tidak terjadi pengurangan putaran atau perubahan torque, dengan kata lain hampir 100%
tenaga engine akan disalurkan ke power train.
Over Drive
Suatu system transmission dimana putaran output shaft pada saat gearspeed tertinggi melebihi putaran
input.
Slipping of Disc
Suatu kondisi dimana Torque Transmitting Capacity clutch (disc) lebih kecil dari besarnya Load atau
Torque yang harus diteruskan, sehingga justru terjadi slip pada disc yang mengakibatkan keausan abnormal.
TTC disc dipengaruhi oleh : Friction Material – friction coefficient, total luas bidang kontak (diameter,
jumlah disc), pressure oli.
Transmision over-speeding
Suatu kondisi dimana putaran output transmission lebih tinggi daripada putaran input (engine) yang
disebabkan factor percepatan unit terutama saat travel di jalan menurun, dengan kata lain, engine diputar
oleh final drive. Untuk mencegah hal ini terjadi maka system dilengkapi dengan overrun prevention,
dimana rear brake secara otomatis bekerja, untuk mengurangi kecepatan unit.
Diposkan oleh admin di 09.23 3 komentar: Link ke posting ini
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
Spur Gear
Gear yang alur giginya lurus (straight teeth) dan digunakan secara berpasangan untuk mereduksi putaran.
Filler Tube
Tube yang dibuka saat pengisian oli ke dalam case.
Lubrication Piping
Hose dan tube yang digunakan pada system lubricating PTO untuk melumasi semua bagian bearing dan
gear.
Lubricating pump
Hydraulic pump type Gear yang dipasang pada case PTO, sehingga saat engine hidup, lubricating pump
akan menghisap oli dari bagian bawah case dan dialirkan menuju devider block melalui piping (PC series),
yang selanjutnya dibagi kesemua bagian (bearing dan gear) yang membutuhkan pelumasan.
Strainer
Low pressure filter yang dipasang antara case dengan sisi suction lubricating pump, sehingga berfungsi
Resume:
untuk menyaring oli agar kotoran (gram) tidak masuk ke pump dan system lubricating.
Rubber mounting
Rubber yang dipasang sebagai dudukan engine dan PTO (SB) pada frame, yang berfungsi untuk meredam
getaran yang terjadi pada engine atau frame, sehingga tidak saling mempengaruhi.
Drain plug
Plug yang dipasang pada bagian case dan berfungsi untuk membuang oli pada saat plug dibuka. Dan
biasanya pada ujung plug bermagnet, sehingga gram yang terjadi karena keausan dapat menempel.
Preload
Beban awal yang sengaja diberikan untuk menentukan clearance antara inner dan outer race pada cone
(taper) bearing.
Bending
Kebengkokan suatu shaft terhadap garis tengahnya, yang disebabkan tidak meratanya beban terhadap
tumpuan shaft, atau adanya beban abnormal yang berlebihan.
Repair limit
Batas ukuran dari suatu komponen yang mengalami perubahan ukuran karena keausan, jika telah mencapai
repair limit, maka komponen harus diganti agar komponen masih dapat direpair dan kerusakan tidak
semakin parah.
Chipping
Kerusakan yang terjadi pada permukaan komponen yang disebabkan benturan sehingga rompal.
Pitting (bearing)
100 Kerusakan berupa bopeng kecil yang terjadi pada permukaan race atau roller bearing yang disebabkan
rolling fatique atau pemakaian secara terus menerus. Pada tahap selanjutnya pitting akan menyebabkan
terjadinya Flacking
Pitting Flacking
Scratch
Kerusakan pada permukaan komponen berupa baret atau goresan yang biasanya memanjang atau melingkar
yang disebabkan gesekan yang berlebihan karena kurang pelumasan atau ada material asing yang terjepit
diantara dua komponen yang bergerak.
Crack
kerusakan pada komponen berupa keretakan yang disebabkan material fatique, overload, overheat,
benturan, dsb.
Twist
Kerusakan pada suatu shaft yang terpuntir karena kedua ujung shaft tidak sama putarannya karena salah
satu ujung shaft jammed atau mendapat beban yang berlebihan.
Gear ratio
Hasil dari pembagian (perbandingan) jumlah teeth gear driven dengan jumlah teeth gear drive.
Speed ratio
Hasil dari pembagian (perbandingan) jumlah putaran output dengan jumlah putaran input.
Smearing
Gejala kerusakan pada permukaan roller bearing dimana sebagian permukaan mengalami keausan abnormal
(seizure), hal ini disebabkan tidak meratanya pelumasan.
Backlash
Clearance antara dua buah teeth gear yang saling berhubungan.
Static Sealing
O-ring yang dipasang diantara cover dengan housing dan dipasang bolt, sehingga mencegah kebocoran dari
celah antara cover dengan housing.
Endplay of crankshaft
Gerak bebas (maju mundur) crankshaft (flywheel) searah sumbu (axial).
Runout of flywheel
Penyimpangan putaran dari titik tengahnya (pengukuran dengan cara diputar)
Forced lubricating
Sistem pelumasan bearing dengan mengalirkan flow oli dari lubricating pump.
Discoloration
Kerusakan pada komponen yang berupa perubahan warna pada permukaan komponen yang dapat
disebabkan karena, overheat , kurangnya pelumasan, overload.
Torque methode
Metode urutan pengencangan bolt case atau cover (keliling) dengan cara saling menyilang, dengan tujuan
meratakan kerapatan antara dua permukaan.
Magnetic base
Alat sebagai tempat kedudukan pemasangan dial gauge, agar tidak mudah bergeser atau bergerak, karena
terdapat magnet dibagian bawahnya.
101
Torque wrench
Alat yang digunakan untuk mengencangkan bolt atau nut sesuai dengan standart torquenya.
Satuan : kgm, Nm, lbfeet
Vernier caliper
Alat yang digunakan untuk mengukur diameter luar, diameter dalam, panjang, ketebalan, kedalaman lubang
pada suatu komponen.
Satuan : mm (0.05, 0.02), inchi (1/128, 0.001)
Dial gauge
Alat yang digunakan untuk mengukur endplay, runout, faceout, backlash, protusion, diameter dalam (bore
gauge). Satuan : 0.001 mm
Colour checker
Cairan (liquid) yang disemprotkan pada permukaan komponen untuk mengetahui keretakan yang terjadi.
Biasanya satu set terdiri dari 3 warna : transparan (cleaner), putih (penetran), merah .
Lifting chain
Rantai yang digunakan untuk mengangkat komponen pada penggunaanya ujung rantai dipasang hock.
Satuan : kg, ton
Air Governor
Bekerja untuk mempertahankan pressure angin dalam system, agar selalu dalam range standart yang telah
ditentukan. Saat pressure wet tank mencapai setting cut-out pressure, maka Air Governor akan mengalirkan
pilot pressure ke Unloader valve pada sisi Intake valve Compressor, sehingga compressor tidak bekerja.
Jika pressure angin pada wet tank turun sampai setting Cut-In pressure, maka Air governor akan menutup
jalur menuju port Unloader valve dan justru menghubungkan port Unloader valve dengan udara bebas,
sehingga Intake valve compressor dibebaskan dan dapat bekerja normal, maka Compressor akan kembali
bekerja untuk menghasilkan pressure angin.
unloader valve
Unloader valve terpasang diatas Intake valve Compressor, dan akan bekerja saat mendapat pilot pressure
dari Air Governor (Cut-out) untuk memposisikan Intake Valve Compressor agar selalu terbuka (pada tipe
compressor dengan double cylinder head), sehingga saat piston compressor bergerak pada langkah
compression, tidak bisa menghasilkan pressure angin melalui Exhaust valve. Dengan kata lain compressor
diposisikan Unload (tidak terbebani).
Air compressor
Air compressor dipasang pada front cover engine, sehingga saat engine hidup, crankshaft compressor
langsung ikut berputar dan connecting rod merubah gerakan menjadi langkah naik-turun piston. Seperti
mekanisme piston engine, compressor juga mempunyai dua buah valve yaitu, Inlet dan Exhaust valve,
tetapi pergerakan membuka dan menutup valve hanya berdasarkan pressure atau kevakuman yang
disebabkan oleh langkah piston. Port Inlet valve dihubungkan dengan Intake manifold, sehingga suplai
angin sudah bersih, sedangkan port Exhaust valve dihubungkan dengan Wet tank.
Pada saat piston bergerak turun dari TDC ke BDC, maka Inlet valve terbuka dan Exhaust valve tertutup
karena kevakuman, sehingga udara dapat masuk ke compression chamber. Sedangkan saat piston bergerak
naik dari BDC ke TDC, Inlet valve tertutup dan Exhaust valve terbuka dari pressure yang dihasilkan,
sehingga pressure angin dapat mensuplai ke system (wet tank).
Pada bagian atas Inlet valve dipasang Unloader valve yang berfungsi untuk menekan Inlet valve agar selalu
terbuka, pada saat Cut-out pressure tercapai (lihat cara kerja Unload valve).
Air tank
Sebagai tempat penampung pressure angin yang dihasilkan oleh Air Compressor. Didalam system unit,
terdapat beberapa jenis Air tank sesuai dengan fungsi masing masing :
Wet tank :
Sesuai dengan namanya, tank ini berfungsi penampung awal angin yang dihasilkan compressor dan akan
mengendapkan kandungan uap air dalam angin dengan cara kondensasi (pendinginan), sehingga berubah
menjadi air, yang dapat dibuang melalui manual drain valve atau dengan automatic drain valve. Pada wet
tank juga dipasang safety valve yang berfungsi mencegah terjadinya kenaikan pressure abnormal dalam
sirkuit.
Dry tank :
Pressure angin dari Wet tank setelah melalui check valve akan masuk ke dalam dry tank, untuk kemudian
digunakan sebagai main pressure angin dalam sistem. Pada dry tank juga dipasang manual drain valve
untuk membuang endapan air.
Safety valve
Dipasang pada Wet tank dan berfungsi untuk mencegah terjadinya kenaikan pressure tinggi yang abnormal
saat terjadi kerusakan pada Air governor ataupun Unloader valve, sehingga Air compressor selalu bekerja
untuk mensuplai pressure angin ke dalam system. Jika pressure angin dalam Wet tank mencapai + 9.5
kg/cm2, maka safety valve akan bekerja untuk membebaskan pressure angin ke udara luar .
Unloader valve
Dipasang dibagian atas Intake valve Air compressor, dan akan menekan Inlet valve agar selalu terbuka saat
Air governor bekerja (pressure Cut-out), dan mengalirkan pilot pressure ke Unloader valve sehingga
compressor tidak bisa menghasilkan pressure angin ke dalam system (Unload position).
atau retarder dioperasikan, akan terjadi keterlambatan saat release jika pembuangan (pembebasan) pressure
dilakukan pada service brake valve atau retarder valve.
Parking Brake
Suatu system brake yang digunakan hanya pada saat unit parkir, sehingga tidak terjadi pergerakan unit yang
tidak diharapkan.
Braking capacity
Kemampuan parking diukur pada kondisi unit bermuatan (standart) setelah dilakukan adjustment clearance,
saat unit diparkir pada kemiringan minimal 8,6o (grade min.15%) tidak terjadi pergerakan yang tidak
diinginkan.
Brake loose
Braking effect distance terlalu jauh yang disebabkan antara low pressure, wear out, dsb
Cut-In pressure
Batas minimal pressure angin dalam system (wet tank), saat pressure turun sampai setting pressure Cut-In +
7.0 kg/cm2, maka Air governor menutup pilot pressure yang menuju ke port unloader valve dan justru
menghubungkan port unloader valve dengan udara luar, sehingga Inlet valve dibebaskan dan dapat bekerja
normal, dengan demikian Air Compressor dapat kembali menghasilkan pressure angin ke dalam system
(Wet tank).
Cut-Out pressure
106 Batas maksimal pressure angin dalam system (wet tank), saat pressure naik mencapai setting pressure Cut-
Out + 8.3 kg/cm2, maka Air governor membuka valve dan mengalirkan pilot pressure menuju ke port
unloader valve dan menutup port exhaust, sehingga Inlet valve compressor ditekan agar selalu terbuka,
dengan demikian Air Compressor tidak dapat bekerja untuk menghasilkan pressure angin ke dalam system
(Wet tank).
Air drier
Visual check : Crack, scratch, thread condition
Measurement : Spring performance
Air governor
Visual check : Crack, scratch, thread condition
Measurement : Spring performance
Air compressor
Visual check : Crack, scratch, thread condition
Measurement : Cylindricity & roundness Liner, roundness crankshaft, diameter pin con
rod Pin seat conrod, etc
Relay valve
Visual check : Crack, scratch, thread condition
Measurement : Spring performance
Intake stroke
Pump element diputar oleh cam (1), saat intake stroke, tension spring (3) akan menekan balik delivery
piston (2), sehingga port inlet terbuka. Sedangkan check valve (4) tertutup karena kekuatan tension
springnya. Dengan demikian, grease dapat masuk kedalam chamber pump element melalui kedua port
inlet.
Injector
Injector digunakan pada Centromatic lubicating system Lincoln product, satu injector digunakan untuk
setiap point lubricating, dan banyaknya flow grease pada setiap point lubricating dapat diatur dengan
adjustment screw (1), sehingga didapatkan efek pelumasan yang sesuai. Jika terjadi kerusakan pada pump,
manual greasing dapat dilakukan melalui grease fitting (7), dan juga dapat mengetahui kenormalan kerja
injector, dengan memperhatikan gerakan naik-turun piston (plunger) (2) melalui lubang pada adjustment
screw.
Vent Valve
Vent valve digunakan pada Centromatic lubicating system Lincoln product, dalam system dipasang diantara
grease pump dan injector, dan bekerja berdasarkan pilot pressure angin atau oli, tergantung system yang
digunakan. Jika pressure grease sudah mencapai + 2500 psi, maka pressure switch menjadi ON, dan arus
yang menuju Solenoid akan dihilangkan, sehingga sirkuit pump tidak mendapat suplai pressure (oli atau
angin), akibatnya pilot pressure yang menekan vent valve juga turun. Sehingga vent valve menjadi terbuka
dan menghubungkan output grease pump dengan reservoir dan pressurenya turun sampai 0, dengan
demikian proses pengisian grease berikutnya (gb.4) dapat terulang. (lihat sirkuit berikut)
Pressure Switch
Pressure switch dipasang pada Centromatic lubicating system Lincoln product, kedua terminalnya akan
berhubungan (Closed) saat grease pressure mencapai 2500 psi dan mengaktifkan relay, untuk memutus arus
yang menuju solenoid. Akibatnya grease pump tidak bekerja seperti penjelasan pada penjelasan diatas .no.3
Vent valve.
Controller Timer
Vogel Product & Lincoln Product menggunakan controller timer pada automatic lubricating system untuk
mengatur lama waktu injeksi (pump running- contact) dan selang waktu antar injeksi (monitoring interval-
pause), sehingga didapatkan lubricating effect yang efektif dan effesien.
Vogel circuit electric diagram
u = ignition interruption
ts = contact time
tp = interval time
30 = battery + / vehicle network
15 = operating voltage + / after ignition “ON”
31 = operating voltage –
DK/MK = pushbutton / intermediate lubrication or pulse-counter input
PS/CS = pressure switch / cycle switch
M = pump motor
SL = indicator light
Z = ignition lock
F = 5 A fuse
Automatic Lube
Suatu system pelumasan yang digunakan untuk menyuplai grease ke semua komponen yang saling 109
berhubungan sesuai dengan jumlah lubricating yang diperlukan, dengan interval waktu yang diatur secara
otomatis. Proses greasing dilakukan pada saat unit operasi sehingga menurunkan waktu yang diperlukan
untuk maintenance unit.
Lube Penetration
Kemampuan grease untuk masuk kedalam celah kerenggangan antara dua komponen yang bersinggungan
untuk melumasi bidang kontaknya, sehingga tidak terjadi keausan. Agar grease dapat melakukan penetrasi
dengan baik, pemakaian jenis grease disesuaikan dengan kebutuhan berdasarkan grade penetration, dan
operating pressure tertentu.
Operating Pressure
Pressure maksimal dalam system lubricating grease pada saat system bekerja dan diatur secara otomatis
dengan pemasangan limit pressure switch yang akan ON saat tercapai setting pressureuntuk menghentikan
kerja pump. Sedangkan saat terjadi keabnormalan system, sehingga pump selalu bekerja, maka relief
(safety) valve akan membebaskan pressure abnormal.
TOOL
Multitester
Alat yang digunakan untuk mengukur tegangan (Voltage), arus (Ampere), hambatan (Ohm) pada electrical
system.
Pressure Gauge
Alat yang digunakan untuk mengukur pressure oli dalam system steering dan hydraulic.
Satuan : kg/cm2, Mpa
Injector Leakage
Visual check : Jika terjadi kebocoran, lakukan reseal dengan seal kit standart.
Vent Valve Leakage
Visual check : Jika terjadi kebocoran, lakukan reseal dengan seal kit standart.
Injector Stroke
Visual check : Jika plunger atau piston dapat bergerak naik-turun saat proses lubricating, berarti injector
Resume:
bekerja normal.
Injector
Injector dapat diadjust kemampuan menyalurkan grease sebanyak 0.13 cc sampai 1.31 cc untuk setiap
injection cycle dan ditentukan oleh panjang langkah piston injector yang dapat diatur dengan adjusting
screw pada bagian atas housing.
-Putar adjusting screw berlawanan arah jarum jam untuk memperbesar delivery quantity
110 -Putar adjusting screw searah jarum jam untuk mengurangi delivery quantity (grease)
Saat tidak terdapat pressure dalam injector, delivery quantity injector maksimum dapat diperoleh dengan
memutar adjusting screw berlawanan adusting screw sampai plunger menyentuh adjusting screw. Pada
kondisi delivery quantity maksimum tersebut, thread (ulir) pada adjusting screw sepanjang sekitar 9.7 mm.
Jika melebihi kemungkinan akan lepas.
Diposkan oleh admin di 19.52 Tidak ada komentar: Link ke posting ini
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
Planetary Reduction
Suatu mekanisme yang terpasang pada final drive dan terdiri dari sun gear, ring gear dan planetary pinion
yang duduk pada planetary carrier. Sun gear dihubungkan dengan axle shaft sebagai input putaran,
sedangkan sebagai output putaran adalah planetary carrier yang dihubungkan dengan wheel hub, sehingga
mekanisme ini akan untuk mereduksi putaran.
Ground Clearance
Jarak antara bagian terendah chasis unit (pada dump truck, bagian terendah adalah ujung dump body saat
posisi kick out (full dumping)) dengan permukaan tanah, sebagai indikasi batas ketidakrataan permukaan
jalan yang dilalui.
Rotating torque
Metode yang dilakukan untuk mendapatkan clearance cone bearing yang terpasang pada final drive yang
ukurannya besar atau pada bevel gear diffrential sedangkan bevel pinion sudah terpasang.
Tooth Contact
Bidang singgung antara dua buah teeth gear yang saling berhubungan.
Backlash
Celah atau kerengangan antara dua buah teeth gear yang saling berhubungan.
Preload
Beban awal yang sengaja diberikan pada komponen yang menggunakan sepasang tapper (cone) bearing
untuk menentukan clearance antara inner dan outer race bearingnya.
Toe contact
Jika bevel pinion terlalu jauh dari bevel gear, maka contact yang terjadi hanya pada sebagian permukaan 111
bevel gear yaitu cenderung terkena di bagian sisi luar permukaan bevel gear.
Heel contact
Terjadi apabila pinion terlalu masuk, maka contact yang terjadi hanya pada sebagian permukaan bevel gear,
yaitu cenderung terkena pada sisi bagian dalam bevel gear.
Bending
Kebengkokan suatu shaft terhadap garis tengahnya, yang disebabkan tidak meratanya beban terhadap
tumpuan shaft, atau adanya beban abnormal yang berlebihan.
Resume:
Thickness
Ketebalan suatu komponen yang mempunyai kontak bidang datar sehingga mengalami keausan karena
gesekan, misal disc-plate, spacer.
Dish of plate
Jenis kerusakan pada plate yang berupa perubahan bentuk permukaan plate, dimana sisi diameter dalam
tidak merata dengan sisi diameter luarnya, sehingga terbentuk cekungan (cembungan) pada bagian diameter
dalamnya. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan straight edge yang diletakkan melintang diatas
plate, sehingga akan diketahui perbedaan celah antara bagian diameter dalam dengan diameter luarnya.
Warp of Disc
Jenis kerusakan pada disc yang berupa melengkungnya permukaan disc secara keseluruhan, sehingga
permukaannya tampak bergelombang. Pengukuran dilakukan dengan meletakkan disc pada surface block
(meja perata) dan disisipkan filler gauge diantara disc dengan surface blok pada bagian diameter luar dan
dalamnya, sambil memutar disc perlahan, Jika disc melengkung maka celahnya tidak merata.
Press fit
Suaian sesak pada saat pemasangan satu part kedalam part lainnnya.
Shrinking Fit
Metode pemasangan Press fit, dengan cara menyusutkan atau memuaikan part.
Sliding Fit
Suaian yang digunakan untuk pemasangan komponen agar bisa bergerak (berputar atau bergeser) didalam
komponen lainnya.(misal pin dengan bushing [berputar], spool control valve dengan housingnya [bergeser].
Interference
112 Jarak masuknya shaft ke dalam hole (lubang) pada suaian sesak. contoh antara Cylinder Liner dengan
Cylinder Block.
Gear ratio
Hasil dari pembagian (perbandingan) jumlah teeth gear driven dengan jumlah teeth gear drive.
Coating material
Bahan (liquid) yang dioleskan pada permukaan komponen sebagai pelapis untuk mencegah kebocoran,
perekat, anti karat, dsb, (Adhessive, gasket sealant, lubricant, grease) contoh : Loctite, dsb.
Chipping
Kerusakan yang terjadi pada permukaan komponen yang disebabkan benturan sehingga rompal.
Scratch
Kerusakan pada permukaan komponen berupa baret atau goresan yang biasanya memanjang yang
disebabkan gesekan yang berlebihan atau ada material asing yang terjepit diantara dua komponen yang
bergerak.
Discoloration
Perubahan warna yang terjadi pada komponen yang disebabkan overheat dan overload.
Torque squence
Urutan pengencangan bolt atau nut dengan cara saling menyilang agar mendapatkan kerapatan yang merata.
Standard size
Ukuran akhir dari suatu komponen yang masih baru atau yang sudah direpair
Repair limit
Batas ukuran dari suatu komponen yang mengalami perubahan ukuran karena keausan, jika telah mencapai
repair limit, maka komponen harus diganti agar komponen masih dapat direpair.
Tolerance
Batas penyimpangan atau perbedaan ukuran yang diijinkan dari ukuran yang direncanakan, dan tolerance
dituliskan berupa angka kecil dibelakang angka Nominal
Standard clearance
Celah bebas atau kerenggangan antara dua komponen, sesuai dengan besar tolerancenya, sehinga nilai
standard clearance bervariasi dalam range minimal dan maksimal.
Shim
Shim dengan ketebalan yang berbeda beda yang dipasang antara spacer dengan ujung axle housing, dan
digunakan untuk mengadjust clearance tapper bearing wheel hub. Untuk menentukan ketebalan shim
dilakukan dengan rotating torque.
Bearing
Suatu part yang terdiri dari inner dan outer race, dan diantara keduanya terdapat sejumlah roller. Didalam
final drive, inner bearing dipasang pada shaft, sedangkan outer bearing dipasang pada wheel hub atau
planetary gear, pada penggunaanya dipasang secara berpasangan dan bertolak belakang, sehingga bearing
berfungsi sebagai tumpuan gerak putar komponen.
113
Floating Seal
Seal yang mempunyai konstruksi terdiri dari dua buah o-ring dan dua buah ring baja yang saling bergesekan
pada bidang kontak ring yang rata, sehingga mempunyai daya sekat yang kuat dan mampu mencegah
kotoran tanah masuk kedalam brake clutch case dan tentu saja juga mencegah kebocoran oli brake coling
(large floating seal). Sedangkan small floating seal berfungsi untuk membatasi final drive case dengan
brake clutch case, sehingga oli final drive tidak bercampur dengan oli brake cooling.
Dust Seal
Seal yang dipasang pada retainer housing brake clutch yang berfungsi untuk mencegah kotoran atau tanah
dapat masuk dan merusak large floating seal.
Planetary Carrier
Bagian dari system planetary gear, sebagai dudukan planetary pinion dan diikat dengan bolt terhadap wheel
hub final drive, sehingga berfungsi meneruskan putaran ke roda.
Sun Gear
Bagian dari system planetary gear, yang terletak dibagian tengah gear set dan berfungsi sebagai input
putaran yang menerima putaran dari axle shaft. Sun gear berhubungan planetary pinion.
Ring Gear
Bagian dari system planetary gear, yang terletak pada bagian paling luar gear set, yang mempunyai kontak
gear dengan planetary pinion , dan dihubungkan dengan spline terhadap axle housing, sehingga ring gear
selalu diam, tidak bias berputar.
Planetary pinion
Bagian dari system planetary gear, yang duduk pada planetary carrier, sisi dalam planetary pinion
mempunyai kontak gear dengan sun gear, dan sisi luarnya mempunyai kontak gear dengan ring gear.
Resume:
Piston
Suatu part yang dipasang dalam brake clutch housing, saat pressure oli dialirkan dan menekannya, maka
piston akan mengengagedkan brake clutch (disc-plate), sehingga timbul friction force untuk mengurangi
atau menghentikan putaran wheel hub. Untuk mencegah kebocoran pressure oli, maka pada piston dipasang
seal.
Disc
Suatu part berupa plat dan berbentuk lingkaran yang mempunyai sisi diameter luar dan dalam, pada sisi
diameter dalamnya mempunyai spline, sebagai bidang pemasangan atau penghubung dengan inner hub
(wheel hub), sehingga saat unit travel, disc akan selalu ikut berputar.Pada permukaan bidang kontaknya
dilapisi dengan friction material, sehingga mampu menimbulkan friction force.
Plate
Suatu part berupa plat dan berbentuk lingkaran yang mempunyai sisi diameter luar dan dalam, pada sisi
diameter luarnya mempunyai spline, sebagai bidang pemasangan atau penghubung dengan outer hub (axle
housing), sehingga plate tidak bisa berputar, meskipun saat unit travel.
Axle Shaft
Shaft panjang yang dipasang dalam axle housing, yang berfungsi meneruskan putaran dari side gear
differential menuju final drive, sebagai sun gear (input putaran planetary gear system pada final drive)
Slack Adjuster
Suatu komponen yang biasanya terletak diatas differential (axle) housing dan didalam system brake
dipasang antara brake chamber dengan brake piston. Slack adjuster berfungsi untuk mengatur agar
keterlambatan waktu (time lag) selalu konstan saat brake bekerja, dengan cara mempertahankan clearance
brake clutch agar selalu sesuai dengan standart pada saat terjadi keausan pada disc plate (automatic
adjuster).
114
Brake Chamber
Chamber brake terpasang diantara relay valve dan slack adjuster. Terdapat Air chamber dengan luas area
penerimaan pressure yang besar dan Oil chamber dengan luas area penerimaan pressure yang relatif lebih
kecil. Sehingga saat pressure angin menekan piston air chamber, gaya tekan (Force) yang timbul menjadi
besar, yang kemudian digunakan untuk menghasilkan pressure oli yang relatif jauh lebih besar. Dengan
demikian, pressure angin yang kecil dapat menghasilkan pressure oli yang besar.
Fair = Foil ------> Pangin x A angin = Poil x Aoil -----> Aangin > Aoil, sehingga Poil > Pangin
Pinion Gear
Terdiri dari 4 buah gear yang duduk pada spider shaft didalam differential case, kedua sisi pinion gear
kontak dengan teeth side gear, sehingga saat spider berputar pinion gear akan meneruskan putaran ke shaft
axel melalui side gear.
Bearing cap
Bearing cap dipasang dan diikat dengan bolt pada carrier diffrential, sebagai tempat kedudukan cone
bearing dan adjusting nut.
Side gear
Dua buah side gear dipasang dalam differential case dan kontak dengan pinion gear, sehingga side gear
berfungsi untuk meneruskan ouput putaran differential ke dua sisi roda melalui axle shaft.
Bevel pinion
Bevel pinon mempunyai teeth spiral dan berfungsi sebagai input shaft differential gear set dan kontak
dengan bevel gear.
Bevel gear
Bevel gear diikat dengan bolt pada differential case, sehingga akan mereduksi dan merubah arah putaran
dari bevel pinion (dari vertikal menjadi horizontal).
Differential carrier
Sebgai kedudukan differential gear set
Adjusting washer
Washer dengan ketebalan berbeda-beda yang dipasang pada bevel pinion untuk mengadjust preload.
Shim
Shim dengan ketebalan yang berbeda beda yang dipasang antara bearing cage (sleeve) bevel pinion dengan
differential carrier untuk mengadjust tooth contact dan backlash.
115
Side bearing
Dua buah cone (tapper) bearing yang dipasang pada differential carrier sebagai tumpuan putaran differential
gear set.
Pinion Shaft (spider)
Shaft yang dipasang dalam differential case sebagai dudukan empat buah pinion gear.
Thrust Washer
Washer yang dipasang antara side gear dan pinion gear dengan differential case, material washer terbuat
dari bahan yang lebih lunak, sehingga mencegah terjadinya keausan pada side gear, pinion gear dan
differential case.
TOOL
Push-pull scale
Alat untuk mengukur pre-load, operating force dan dapat digunakan untuk adjustment belt tension.
Satuan : kg
Magnetic base
Alat sebagai tempat kedudukan pemasangan dial gauge, agar tidak mudah bergeser atau bergerak, karena
terdapat magnet dibagian bawahnya.
Push tool
Alat yang digunakan untuk memasang atau melepas komponen (misal : bearing, pin , dsb) dengan cara
menekan komponen tsb.
Puller
Alat yang digunakan untuk memasang atau melepas komponen (misal : bearing, pin , dsb) dengan cara
menarik komponen tsb.
Convex scale
Alat yang digunakan untuk mengukur panjang dan jarak.
Satuan : cm, m
Resume:
Torque wrench
Alat yang digunakan untuk mengencangkan bolt atau nut sesuai dengan standart torquenya.
Satuan : kgm, Nm, lbfeet
Vernier caliper
Alat yang digunakan untuk mengukur diameter luar, diameter dalam, panjang, ketebalan, kedalaman lubang
pada suatu komponen.
Satuan : mm (0.05), inchi (1/128)
Dial gauge
Alat yang digunakan untuk mengukur endplay, runout, faceout, backlash, protusion, diameter dalam (bore
gauge).
Satuan : 0.01 mm (untuk 0,001 pendekatan)
Colour checker
Cairan (liquid) yang disemprotkan pada permukaan komponen untuk mengetahui keretakan yang terjadi.
Biasanya satu set terdiri dari 3 warna : transparan (cleaner), putih (penetran), merah.
Lifting belt
Sabuk yang digunakan untuk mengikat dan mengangkat komponen yang permukaannya halus, sehingga
saat diangkat tidak merusak, menggores komponen.
Satuan : kg, ton
Lifting chain
Rantai yang digunakan untuk mengangkat komponen pada penggunaanya ujung rantai dipasang hock.
Satuan : kg, ton
116
Power wrench
Alat untuk mengencangkan atau mengendorkan bolt atau nut yang memiliki torque besar, alat ini
menggunakan prinsip reduksi putaran beberapa tingkat.
Satuan : kgm
Outside micrometer
Alat yang digunakan untuk mengukur diameter luar suatu komponen, dengan tingkat ketelitian
0,01 mm (untuk 0,001 pendekatan)
Inside micrometer
Alat yang digunakan untuk mengukur diameter dalam komponen, dengan tingkat ketelitian
0,01 mm (untuk 0,001 pendekatan)
Filler gauge
Alat yang digunakan untuk mengukur celah atau kerenggangan kontak dua komponen yang berhubungan,
misal valve clearance, wrap of disc, dsb
Thread gauge
Alat yang digunakan untuk mengukur jenis ulir (withworth atau metric) yang meliputi, pitch.
Final Drive
Visual check:Oil leakage
Manual check:Oil level, bolt tightening, unusual noise, excessive gram particle
Axle Shaft
Visual check:Chipping, crack, discolour
Manual check:Spline condition
Measuring:Backlash spline, bending
Planetary Pinion
Visual check:Chipping, crack, discolour
Measuring:backlash (kondisi gear set terpasang), Inside diameter bearing seat
Ring Gear
Visual check:Chipping, crack
Measuring:backlash (kondisi gear set terpasang)
Wheel Hub
Visual check:Crack
Manual check:thread condition, O-ring groove
Measuring:Inside diameter bearing seat
Disc / Plate
Visual check:Chipping, crack, discolour
Measuring:Thickness, wrap & dish, Backlash (Spline condition)
Piston
Visual check:Chipping, crack, discolour, scratch
Manual check:Seal groove
Adjusting Nut
Visual check:Chipping, crack, scratch, discolour
Manual check:Thread condition 117
Measuring:Thickness of nut & pitch of thread (jika termasuk item measurement dalam maintenance
standart dan Quality Assurance)
Pinion Gear
Visual check:Chipping, crack, scratch, discolour
Measuring:Inner diameter & backlash saat gear set kondisi terpasang .
Bearing cap
Visual check:Chipping, crack, scratch, discolour
Manual check:Thread condition
Measuring:Inner diameter saat terpasang & pitch of thread
Side Gear
Visual check:Chipping, crack, scratch, discolour
Measuring:Inner diameter & backlash saat gear set kondisi terpasang
Bevel Pinion
Visual check:Chipping, crack, scratch, discolour
Manual check:Thread condition
Measuring:Outer diameter of bearing seat & backlash, tooth contact saat gear set kondisi terpasang &
preload.
Bevel Gear
Visual check:Chipping, crack, scratch, discolour
Manual check:Thread condition
Measuring:Outer diameter of bearing seat & backlash, tooth contact saat gear set kondisi terpasang &
preload.
Diffrential Carier
Visual check:Chipping, crack, scratch, discolour
Manual check:Thread condition
Measuring:Inner diameter of bearing seat saat terpasang & pitch of thread
Resume:
Adjusting Washer
Visual check:Scratch
Measuring:Thickness of washer
Shim
Measuring:Thickness of shim
Through Shaft
Visual check:Chipping, crack, scratch, discolour
Manual check:Spline condition
Measuring:Backlash spline, bending
Side bearing
Visual check:Chipping, crack, scratch, discolour
Measuring:Inside & outside diameter
Pinion Shaft
Visual check:Chipping, crack, scratch, discolour
Measuring:Inside diameter
Thrust Washer
Visual check:Scratch, discolour
Measuring:thickness
Reusable part
Part yang masih dapat digunakan lagi setelah dilakukan visual check dengan membandingkan dengan
reusable book, dan hasil pengukuran masih dalam range yang diijinkan sesuai maintenance standart atau
Quality Assurance.
Quality Assurance
Prosedur dan urutan langkah kerja yang harus dilakukan saat melakukan suatu pekerjaan Overhaul atau
Remove Install, dimana didalamnya terdapat Critical Point dan Item Measurement yang harus diperhatikan
dan dilakukan, sehingga dapat mencegah Redo ataupun premature damage
2.Jenis Oli
-Hydraulic Oil
-Engine Oil
-Gear Oil
-Automatic Transmission Fluid Oil
-Brake Oil
Viscosity Classification
Klasifikasi seperti terlihat dalam table diatas. Huruf “W” artinya “Winter” yang memastikan oil pada
temperature rendah, mudah mengalir. Sebagai contoh, dalam Multigrade SAE 15W-40, oil ini
mempunyai mempunyai kemampuan pelumasan yang baik sampai 15oC, dan memiliki viskositas
sama seperti oli SAE 40 pada temperatu 100oC.
Categoration by quality
Oli diklasifikasikan kedalam C Series (klas CA sampai CE) untuk engine diesel, dan S series (klas SA
sampai SG) untuk engine gasolin. Oli engine klas CD telah melewati test charger (pembebanan) pada
engine diesel turbocharger silinder tunggal. Uji engine ini ialah untuk mengevaluasi kemampuan
pencegahan terhadap melekatnya (stuck) ring piston.
Oli klas CE dan CE belakangan ini mulai banyak terlihat dipasaran dan sudah digunakan. Oli CE class
telah diuji pada engine Cummins dan truck Mack disamping klas CD.
Oil Performance classification
pada temperatur rendah dan viskositasnya lebih tinggi pada temperatur tinggi. Sebagai contoh SAE
10W/30 dan SAE 15W/40. Jika oli multigrade digunakan pada engine, mempunyai kelebihan sebagai
berikut:
1.Dibandingkan dengan oli viskositas rendah seperti oli SAE10W, oil film pada multigrade oil lebih
kental dan tidak ada penurunan ketahanan engine meskipun pada temperatur tinggi. Sehingga hasilnya
oli memberikan suatu rentang temperatur penggunaan yang luas dan dapat digunakan sepanjang tahun.
2.Viskositas stabil meskipun ada perubahan temperatur. Kemampuan start dari oli multigrade lebih
baik dari pada oli single grade yang berviskositas tinggi seperti oli SAE30 atau SAE40, dan juga
memberikan penghematan konsumsi fuel.
3.Konsumsi oli lebih rendah dibandingkan dengan oli single grade yang berviskositas tinggi seperti
SAE30 atau SAE40.
Sehingga kesimpulannnya multigrade oil adalah oli yang mempunyai sifat kekentalan dapat
menyesuaikan dengan perubahan temperature.
Contoh. SAE 10W - 30.
Artinya : Untuk ambient temperatur 20oC, oli tersebut mempunyai kekentalan SAE 10W, tapi pada
temp. 100oC, oli tersebut akan mempunyai kekentalan SAE 30.
7.Pengertian Kontaminasi
Peristiwa rusaknya oli karena pengaruh dari luar system.
8.Pengertian Deteriorasi
Peristiwa rusaknya oli karena pengaruh dari dalam system
11.Aplikasi Oli
Contoh : Engine Oil
Ambient Temp. -10oC s/d 10oC Gunakan SAE 10 W
Ambient Temp 0 s/d 30oC Gunakan SAE 30
Apabila memakai Multi Grade Oil, dari kedua contoh ambient temperatur tersebut, maka harus
memakai Oli SAE 10W-30. Untuk lebih detail : baca OMM (Operation and Maintenance Manual).
12.Pengertian Oksidasi
Proses kimia yang terjadi pada oli yang berhubungan langsung dengan udara luar pada temperature +
50oC.
CO2 + H20-Oli (CH) + O2
13.Pengertian Demulsibility
Kernampuan oli untuk memisahkan diri terhadap air
16.Penanganan Oli
Cara Penyimpanan Oli harus terlindung / tertutup terhadap sinar matahari dan hujan.
Cara Pengisian :
-jangan membiarkan pipa isap pump (oil pump) menyentuh dasar drum pada saat mengisi dan pipa
outlet harus betul betul bersih.
-Pipa & pompa oli harus selalu bersih (kalau bisa jangan di campur dengan pompa solar).
17.Pengertian Additive
Zat campuran yang ditambahkan pada Base Oil untuk mempertinggi ketahanan & kemampuan oli.
Engine Oil : Detergents, Dispersants, ZnDTP, Viscosity Index Improver
Gear Oil : Extreme Pressure additive (EP agent)
Hydraulic Oil : Oxidation inhibitors, Rust inhibitors, dan EP inhibitors
18.Fungsi Additive
-Detergent : Calcium sulphonanate, Magnesium Sulphonate, Calcium phenate, Magnesium phenate,
Sejenis sabun, additive ini membersihkan dan melarutkan jelaga (soot), pernis (lacquer), dan partikel- 121
partikel keausan pada temperatur tinggi. Sehingga additive mencegah ring piston melekat.
-Acid neutralization : Calcium sulphonanate, Magnesium Sulphonate, Calcium phenate, Magnesium
phenate,
Asam sulfat dan asam organik yang ditimbulkan oleh pembakaran bahan bakar atau oksidasi oli,
menyebabkan metal korosi. Sifat alkali dari additive ini dapat me-netralkan asam dan mencegah korosi
-Oxidization inhibitor
Oksidasi oli menghasilkan lumpur (sludge) dankemudian menyebabkan kenaikan viscocity. Additive
ini menguraikan oksida-oksida dan mencegah oksidasi oli.. Selanjutnya, menahan timbulnya resin,
varnish, dan lumpur.
-Antiwear
Sulphur, phosphorus, dan zink, yang terkandung dalam ZnDTP , mencegah kerusakan dan keausan
logam metal.
-Dispersant
Additive ini memiliki kesamaan struktur kimia dengan deterjen dirumah tangga. Ini dapat melarutkan
lumpur didalam oli pada temperatur rendah.
-Viscocity Index Improver : OCP ( Olefin Copolymer )
OCP menaikan viscosity pada temperatur tinggi. OCP juga mencegah kerusakan metal engine dan
mengurangi konsumsi oli.
-Silicon oil: Antifoam agent
Adanya busa pada oli mengakibatkan cavitation dan kerusakan pada oil film. Sejumlah kecil silicon
dapat memecah gelembung dan busa.
-Extreme pressure additive (EP agent)
Gabungan fosfor dan sulfur biasanya digunakan pada gear oil sebagai extreme pressure additive.
ZnDTP yang digunakan pada oli engine juga merupakan additive extreme pressure. Dibawah kondisi
beban gesek berat, EP agents mengurai pada permukaan metal dan membentuk besi sulfida dan besi
posfat. Kedua produk senyawa tadi mengurangi gesekan dan mencegah kerusakan.
satuan mg.KOH/g. Nilai untuk oli baru pada umumnya adalah 6.0-13.0 mg.KOH/g. Bila angka TBN
menjadi dibawah 2.0
kinerja penetral asam dari oli hilang dan dengan cepat meningkatkan korosif dan terjadi keausan.
Metode pengukuran Total Base Number ada dua metode: Metode hydrochloric acid (ASTM D664)
dan metode perchloric acid (ASTM D2896). Karena metode perchloric acid memperhitungkan basa
yang lemah, maka nilai TBN yang diperoleh lebih tinggi. Oleh karena itu, perlu ditetapkan metode
perhitungan mana yang digunakan. Jika nilai TAN melewati batas, oli engine jangan digunakan
meskipun sisa nilai TBN masih tinggi.
Sulfur yang terkandung didalam fuel pada proses pembakaran akan teroksidasi (bereaksi dengan
oxygen O2) dan membentuk gas SO2 (sulfur dioxide), dan sebagian akan berubah menjadi SO3 (sulfur
trioxide) jika temperatur pembakaran drop secara cepat ketika langkah expansion (power). Selanjutnya
gas SO3 akan bereaksi dengan embun H2O yang dihasilkan pembakaran dan membentuk asam sulfat
(H2SO4) yang sangak korosif.
SO2 (gas) (1)S + O2
2SO3 (gas) (2)2SO2 + O2
H2SO4(cair) (3)SO3 + H2O(embun)
Asam sulfat yang dihasilkan bisa terbentuk didalam ruang pembakaran dan/atau diluar ruang bakar.
Kalau proses (2) dan (3) berlangsung didalam crankcase, karena selama engine beroperasi selalu
terjadi blow-by (kebocoran gas hasil pembakaran lewat piston ring), asam sulfat yang terbentuk akan
mencemari oil. Akibatnya nilai TBN turun dan fungsi oli tidak sempurna.
23.Klasifikasi Grease
NLGI Penetration Grade Mixture Penetration 25oC Main use
Centralized oil filling, concrete pump
Centralized oil filling (small type)
Centralized oil filling (large type)
Centralized oil filling(large type) chassis grease
General bearing, wheel bearing
General bearing at slightly high temp. wheel bearing
High temperature, heating surface
Block grease
(Almost never use)
24.Aplikasi Grease
Penggunaan grease harus sesuai dengan spesifikasinya masing masing. Grease yang akan dipakai
untuk bagian dalam berbeda dengan grease untuk penggunaan pada bagian luar. Jadi tidak boleh
menggunakan grease secara sembarangan. Untuk penggunaan lebih lanjut dan benar harus mengacu.
pada standar grease yang dianjurkan. Lihat petunujuk dan saran dari factory-nya.
25.Penanganan Grease
-Simpan ditempat yang terlindung dari panas matahari dan hujan.
-Gunakan grease sesuai spesifikasi yang direkomen.
-Grease drum harus tertutup rapat.
Note:
1 Ppm, sama dengan 1 gram material yang terkandung dalam 1 m3 fluid. Kekerasan air (Hardness)
misalkan 8, artinya 8 gram CaO (lime) terkandung dalam 1 m3 (1.000.000 ml) air. Ppm singkatan dari
part per million) 123
konstruksi menggunakannya.
Reaksi (2)
2SO32SO2+ O2
Reaksi ini dipengaruhi beberapa factor seperti temperatur pembakaran, temperatur exhaust gas, luas
penampang partikel, kelembaban relatif, dan air-fuel ratio. SO2 berubah ke SO3 didalam ruang bakar
engine ketika temperatur gas turun tiba-tiba pada saat langkah ekspansi. Maka, jika pembakaran
didalam ruang bakar tidak merata (uniform), reaksi ini mudah terjadi. SO3 yang dihasilkan kemudian
bereaksi dengan uap air (H2O) hasil pembakaran dan membentuk asam sulfat (H2SO4).
Reaksi (3)
H2SO4SO3 + H2O
Dan juga, sejumlah kecil SO3 didalam gas pembakaran mempengaruhi menaikan titik embun (dew
124 point) dari uap air (uap air berkondensasi biarpun pada temperatur tinggi). Uap air yang berkondensasi
tadi akan bereaksi dengan gas SO3 menjadi H2SO4, dan hasilnya terjadi keausan korosi pada piston
dan liner. Keausan korosi juga terjadi karena adanya soot yang ditimbulkan karena pembakaran (atom
carbon bebas) yang menyerap asam sulfat dan kemudian menempel pada piston groove atau dinding
dalam cylinder liner.
33.Penanganan Fuel
-Penyimpanan harus terlindung dah panas matahari dan hujan.
-Main tank harus dilengkapi dengan water drain cock.
-Kalau di dalam drum, pemasangan pipa isap pompa (saat memompa fuel) haruslah ± 20 cm dari dasar
drum (jangan sampai menyentuh dasar drum).
34.Fungsi Filter
Filter dipasang dalam system untuk menyaring kotoran, sehingga udara atau oli menjadi bersih dan
system dapat berfungsi dengan baik. Dalam aplikasinya filter dapat dipasang pada sisi inlet (pump atau
turbocharger), sisi outlet pump, atau setelah system untuk menyaring oli yang kembali (oil return).
Ada juga yang digunakan untuk menyaring internal leakage dari motor.
38.Model Filter
Cartridge :Element dengan housing dibuat menjadi satu kesatuan (ass’y), sehingga lebih praktis dalam
pemasangan dan memudahkan penggantian, tetapi hanya dapat digunakan untuk low pressure system,
karena housingnya terbuat dari plat tipis.
Element : Element dibuat terpisah dengan housing, dan penggantian hanya dilakukan pada
elementnya. Type element yang digunakan untuk system fluida (Transmission & hydraulic) lebih
mampu digunakan pada pressure yang lebih tinggi, karena housingnya tebal.
40.Penanganan Filter
-Tidak boleh disimpan pada daerah yang lembab
-Tidak boleh penyok dan jatuh
-Harus terbungkus rapi (jangan terbuka packingan-nya)
47.Fungsi Pre-Cleaner
Sebagai penyaring awal untuk memisahkan kandungan debu kasar dari udara sebelum masuk kedalam
Air cleaner.
48.Jenis Pre-Cleaner
US precleaner type (Cyclone)
-Cyclone atau pusaran angin yang dihasilkan oleh vane pada port intake, akan menimbulkan gaya
centrifugal untuk melempar dan memisahkan kandungan debu dari udara, debu terkumpul pada sisi
luar dust case, dan udara yang lebih bersih masuk kedalam air cleaner housing.
Filtering efficiency
Precleaner 40-50 %
Overall air cleaner system More than 99.9%
Komaclone
-Komaclone terdiri beberapa tabung yang mempunyai vane didalamnya, sehingga juga menghasilkan
pusaran angin dengan cara yang sama dengan US precleaner dan memisahkan kandungan debu dan
mengumpulkan didalam Komaclone, sehingga udara yang masuk kedalam air cleaner lebih bersih.
Filtering efficiency
Precleaner 80-90 %
Overall air cleaner system More than 99.9%
49.Fungsi Breather
Breather merupakan saluran untuk membebaskan pressure dari dalam crank case ke udara luar,
sehingga tidak terjadi kenaikan pressure yang berlebihan akibat blow-by. Agar kotoran tidak dapat
masuk kedalam crankshaft, didalam breather dipasang filter (wire mesh).
1.Tachometer
Alat yang digunakan untuk mengukur putaran engine. Satu set terdiri, probe, cable, tachometer,
tachometer drive.
3.Blow By Checker
Alat yang digunakan untuk mengukur blowby pressure engine. Satuan mmH20 - KPa
8.Anemometer
Alat yang digunakan untuk mengukur tingkat kebuntuan fin Radiator
9.Accumulator Tester
Alat yang digunakan untuk mengukur pressure nitrogen dalam bladder accumulator
10.Dial Gauge
Alat yang digunakan untuk mengukur endplay, runout, faceout, backlash, protusion, diameter dalam
(bore gauge). Satuan : 0.001 mm
11.Convex Scale
Alat yang digunakan untuk mengukur panjang dan jarak.
13.Multi Tester
Alat yang digunakan untuk mengukur tegangan [V], arus [I], dan hambatan [R] pada system
kelistrikan. Pada jenis yang lebih canggih, juga dilengkapi untuk mengukur Frequency (Hz).
14.Flow Meter
Resume:
Alat yang digunakan untuk mengukur flow discharge pump, dalam penggunaannya dipasang secara
seri dengan port discharge pump. Satuan Lpm – kg/cm2
15.Harness Checker
Alat yang digunakan untuk mempermudah pengukuran tegangan [V] dan hambatan [R] pada wiring
harness unit. Pada prinsipnya, alat ini hanya menghubungkan kabel secara paralel sesuai jumlah pin
connectornya dan menghubungkannya dengan T- adapter . Pada T-adapter terdapat sejumlah lubang
test pin dengan nomor urut yang mewakili nomor urut pin pada connector.
17.Stop Watch
Alat yang digunakan untuk mengukur waktu pergerakan (cycle time) work equipment.
Satuan : Second (detik)
19.Thermometer / Thermister
Alat yang digunakan untuk mengukur temperature lingkungan sekitar.
20.Hydro Tester
128 Alat yang digunakan untuk mengetahui berat jenis suatu liquid, biasanya untuk elektrolit battery.
3.Compression Pressure
Tekanan didalam ruang bakar yang dihasilkan pada saat piston bergerak dari BDC ke TDC dan kedua
valve (intake dan exhaust) tertutup. Satuan : kg/cm2 - Psi
Compression ratio CR =
Vs + Vc
Vc
Vs : Volume Stroke
Vc : Volume Compression
Critical point saat pengukuran compression pressure :
-Cranking Rpm : 150 – 300 Rpm
-Valve clearance yang standart
-Water coolant temperature : + 60oC
4.Blow by Pressure
Tekanan didalam crank case akibat kebocoran pressure dari ruang bakar (compression dan combustion
pressure), kebocoran pada Turbocharger dan air compressor. Pengukuran blow-by pressure pada
dasarnya dilakukan untuk mengukur tingkat keausan (kondisi) liner dan ring piston.
Untuk memastikan Blow-by (terjadi keausan pada liner & ring piston)
- Pressure blow-by diatas standart / permissible
- Warna blow-by cenderung putih kebiru – biruan sebagai indikasi adanya oli yang terbakar.
- Oil consumption tinggi
- Hasil PAP (silicon- debu, metal wear)
- Trend analysis blowby-pressure
6. Rated Speed
Putaran engine pada HP max. Satuan : Rpm
8. Boost Pressure
Tekanan didalam intake manifold yang dihasilkan oleh turbocharger. Satuan : mmHg / Kpa
Top Clearance
Internal leakage pada gear pump yang disebabkan keausan yang terjadi pada bagian atas hosuing sisi
suction yang disebabkan adanya gaya tekan terhadap gear karena pressure pada sisi discharge dan
untuk mengurangi internal leakage tersebut, maka dipasang Side plate yang akan memanfaatkan
sebagian pressure discharge pump untuk dialirkan menuju sisi suction melalui V- groove sebagai
balancing pressure.
Side Clearence
Internal leakage pada gear pump yang disebabkan keausan yang terjadi pada sisi samping gear dengan
housing dan untuk mengurangi internal leakage tersebut, maka dipasang Side plate yang akan
menekan kontak permukaan dengan sisi gear, memanfaatkan pressure discharge pump.
- Internal Leakage of piston pump / motor
Clearance antara piston dengan cylinder barrel, bidang cembung kontak antara cylinder barrel dengan
pressure valve (plate) tidak rata.
Resume:
Dan pada akhir compression stroke, exhaust valve sedikit terbuka sekali lagi, untuk membebaskan
pressure (decompressed). Dengan demikian tambahan gaya dorong piston kebawah akan dihilangkan
selama power stroke, dan akan memperbesar braking effect yang terjadi.
34. FOPS / ROPS (Fall Over Protection Structure) (Roll Over Protection Structure) (A40)
Cabin dirancang dengan kerangka utama yang mampu menahan beban yang besar saat tertimpa atau
kejatuhan material atau saat unit terguling, sehingga tidak terjadi kecelakaan yang fatal pada
operatornya.
(HD) Terdapat brake cooling valve & solenoid yang akan bekerja untuk memby-passkan flow
discharge brake cooling pump kembali ke tank, pada saat rear brake tidak dioperasikan, sehingga
menghilangkan churning resistance untuk mengurangi power loss, saat unit sedang travel. Sedangkan
saat unit travel dan rear brake dioperasikan, BCV akan mengalirkan flow discharge pump menuju
clutch untuk mendinginkannya. Jika terjadi keabnormalan system, dan pressure naik melebihi 9
kg/cm2, BCV akan bekerja untuk membypasskan sebagian oli kembali ke tank, sehingga kenaikan
pressure abnormal tidak terjadi.
(HM) Brake cooling valve dipasang secara parallel dengan jalur yang menuju brake cooling dan
bekerja untuk membatasi maksimal pressure pada rear & center brake : 8 kg/cm2, sedangkan untuk
front brake : 4 kg/cm2.
modulating valve sebesar 16 + 0.5 kg/cm2 (HD), 14 kg/cm2 (DZ), 18,5 kg/cm2 (HM) dan kenaikan
pressurenya diatur secara bertahap sehingga mengurangi kejutan yang terjadi.
Pergeseran tidak boleh terjadi dan diukur setelah 5 menit, hal ini sebagai indikasi kemampuan swing
brake clutch (tingkat keausan brake clutch dan tension spring).
11. Starting Motor tidak bisa berputar walaupun Starting Switch posisi "START"
- Kabel terminal C putus
- Starting motor terbakar
- Battery drop, engine jammed , dsb
18. Lock-up Clutch Pressure terlalu rendah (HD & HM & DZ)
- Spool lock-up modulating valve jammed.
- Spring lock-up modulating valve patah
- Internal leakage pada lock-up piston terlalu besar. dsb
- Terjadi kebocoran pada piping sisi inlet pump, sehingga angin terhisap masuk. dsb
19. Steering Wheel Play terlalu longgar (HD & HM & Light truck)
- Keausan pada spline steering shaft terlalu besar
- Universal joint aus berlebihan
- Steering valve (orbitroll) atau gear box aus berlebihan. dsb
21. Braking Efect distance dari Emergency brake terlalu jauh (HD & HM)
- Air pressure drop
- Terdapat angin dalam brake oil system karena bleeding tidak sempurna.
- Misadjustment parking brake. dsb
24. Torque Converter Lock-up Clucth tidak bekerja (HD & HM & DZ)
- Lock-up solenoid valve putus, atau inner plungernya jammed
- Seal lock-up piston clutch bocor
- Lock-up clutch aus berlebihan. dsb
39. Parking Brake tidak mau Release (mechanical) (Volvo & Light truck)
- Misadjustment parking brake linkage
- Parking brake shoe lengket pada brake dump.
- Lingkage mechanical & push-pull cable parking brake kurang pelumasan, sehingga jammed. dsb
40. Spring Brake tidak mau Release (Volvo & Light truck)
- Diaphram spring brake bocor
- Spring brake relay valve bocor
- Misadjustment slack adjuster (atau slack adjuster jammed). dsb
Note :
Item trouble anaylis diatas hanya merupakan sebagian kecil dari analisa kerusakan, sehingga harus
dikembangkan sesuai dengan karakteristik dan spesifikasi unit masing masing, sehingga perlu untuk
meningkatkan pemahaman system control unit secara menyeluruh
- Kondisi saat measurement yang meliputi : (sesuaikan dengan standart table shop manual)
- Temperature air radiator : dalam range kerja
- Temperature oli hydraulic : 50o – 70oC
- Temperature oli power train (transmission) : 50o – 80oC
- Gunakan tool standart yang kondisinya baik.
140 - Lakukan sesuai prosedur dalam shop manual ataupun OMM
FIRE SUPRESSION
1.Pressure Indicator
Pressure gauge yang dipasang pada cylinder valve, yang berfungsi untuk mengetahui tekanan didalam
tabung (gas nitrogen cylinder). Pressure normal cylinder harus menunjukkan 1350kpa, jika
dibawahnya, lakukan pemeriksaan terhadap sistem sesegera mungkin.
LOPS type :
Fire Detection Plastic Tube (FDPT) digunakan sebagai pendeteksi panas untuk sistem yang bekerja
secara otomatis dan dihubungkan dengan cylinder valve untuk mempertahankan pressure agar sama
dengan presssure dalam cylinder. FDPT dapat aktif mendeteksi panas sepanjang tube, jika panas yang
terjadi mampu melubangi atau membocorkan tube, maka pressure akan turun dan menghilangkan
pressure sehingga cylinder valve terbuka. Plastic khusus 1/4” Nylon 12, digunakan sebagai pelapis
yang akan meleleh jika panas mencapai 160o-180oC. FDPT hanya mempunyai umur pakai 1 tahun.
3.Nozzle
Suatu komponen yang dipasang pada tempat yang berpotensi dapat timbul api, dan dihubungkan
dengan cylinder valve sehingga saat cylinder valve terbuka, nozzle akan menyemprotkan foam (yang
berasal dari dalam cylinder) dengan sudut semprotan sekitar 60o.
1.Recharging
Pengisian kembali cylinder dengan foam yang dicampur air dan diberikan pressure gas nitrogen
sebesar 1350 kpa.
2.Foam
Suatu cairan berupa konsentrat kimia (fluorocarbon surfactants) yang membentuk busa yang berfungsi
untuk membuat lapisan yang menutup permukaan sumber api terhadap oksigen.
3.Nitrogen
Gas yang diisikan kedalam cylinder untuk menimbulkan tekanan, sehingga foam dapat disemprotkan
keluar.
4.Pressure switch
Switch yang dipasang pada manifold block, yang akan aktif pada saat auto detection bekerja, untuk
memberikan input sinyal ke control panel, sehingga fire alarm berbunyi dan beberapa saat kemudian
mematikan engine.
2.Pressure gauge
Alat yang digunakan untuk mengukur besarnya pressure dalam cylinder saat recharging.
3.Cutting hose
Alat yang digunakan untuk memotong hose.
4.Adjustable wrench
Alat yang digunakan untuk membuka atau mengencangkan connector hose dan bisa menyesuaikan
ukuran kepala connector.
1.System pressure
Memastikan pressure dalam cylinder mencapai 1350 kpa (range hijau) dengan memperhatikan
pressure gauge.
3.Cylinder valve
Resume:
5.Reusable part
Part yang masih dapat digunakan lagi setelah dilakukan visual check dengan membandingkan dengan
reusable book, dan hasil pengukuran masih dalam range yang diijinkan sesuai maintenance standart
atau Quality Assurance.
1.Recharging cylinder
-Buka cylinder valve
-Isi air sesuai kapasitas yang tercantum pada cylinder label
-Isi foam sesuai perbandingan dengan kapasitas air.
-Pasang kembali cylinder valve
-Pasang charging tool dan isikan gas nitrogen sampai pressurenya mencapai 1350 kpa.
-Lepas charging tool
Demikianlah sedikit gambaran mengenai sistem pemadam api otomatis atau yang sering di sebut
dengan istilah fire supression,semoga bermanfaat.Untuk refreshing anda bisa melihat di SINI
TROUBLE EXCAVATOR
INSPECTION
1.Engine speed (Rpm)
Mengetahui speed engine saat low idle dan high idle, untuk memastikan Fuel throttle lever voltage
atau fuel control dial (electrical throttle system) kondisinya normal. Sedangkan untuk mengetahui
power engine, pengukuran dilakukan pada kondisi operasi dengan beban maksimal.
Prosedur
Radiator coolant temperature : 70-90o (temperature kerja)
Memastikan fuel throttle lever dapat diposisikan pada stopper Low dan High
Hidupkan engine dan ukur speed saat low dan high.
4.Oil pressure
Memastikan pressure oli yang digunakan untuk system lubricating engine sesuai standart, sehingga
tidak terjadi keausan abnormal.
Prosedur
Radiator coolant temperature : 70-90o (temperature kerja)
Oil level dalam range Low-High
Tidak terjadi oil leakage
Pasang nipple dan sambungkan dengan pressure gauge.
Hidupkan engine, ukur pressure saat engine low idle dan high idle.
8.Valve clearance
144 Untuk mengetahui dan memastikan kerengangan valve (intake dan exhaust) sesuai standard, karena
clearance valve menentukan valve timing dan total valve stroke (total jumlah udara yang masuk dan
exhaust gas yang keluar) ,sehingga sangat berpengaruh terhadap tenaga engine.
Prosedur
Radiator coolant temperature : + 60oC (atau tergantung standart factory : Cold / Hot)
Posisikan cylinder yang akan diadjust pada TDC compression
Masukkan feeler gauge (sesuai standart clearance) diantara rocker arm dan crosshead, putar
adjustment screw sampai feeler gauge terasa sliding saat digerakkan.
Adjustment valve clearance dapat dilakukan per Cylinder atau dengan metode dua kali putar.
9.Oil temperature
Untuk mengetahui dan memastikan temperature oli dalam range kerja, karena temperature sangat
berpengaruh terhadap viskositas oli yang dapat mempercepat keausan komponen.
Prosedur
Radiator coolant temperature : 70-90o (temperature kerja)
Oil level dalam range Low-High
Pasang nipple measurement dan sambungkan dengan pressure gauge
Hidupkan engine, ukur pressure saat low dan high idle.
Note :
Untuk pengukuran hydraulic performance : pressure, drift dan cycle time (awork equipment speed)
harus dilakukan dengan kondisi :
Water coolant temperature : range kerja 70o - 90oC
Hydraulic oil temperature : 50o – 60oC
Pengukuran dilakukan sebanyak 3 x, tentukan hasilnya berdasarkan rata ratanya.
41. Total work equipment (hydraulic drift at the tip of bucket teeth)
Untuk mengetahui kecepatan penurunan attachment sebagai indikasi tingkat internal leakage pada
Control Valve (spool-housing) dan Hydraulic cylinder (seal piston).
Prosedur
Parkir unit pada tempat yang rata.
Posisikan postur attachment : Boom – Up Full, Stick – Out Full, Bucket Curl Full.
Ukur ketinggian awal teeth bucket terhadap permukaan tanah.
Ukur perubahan ketinggian setiap 5 menit selama 15 menit (3x pengukuran)
57. Sensor
Untuk mengetahui nilai resistance atau kontak kedua terminal (sensor switch).
Ukur perubahan nilai resistance berdasarkan perubahan pressure atau temperature.
Ukur connectivitas kedua terminal berdasarkan pressure atau gerakan mechanism. dsb
59. Connector
Untuk mengetahui connectivitas antara male dan female, sehingga dapat memastikan arus listrik dapat
mengalir dan system unit dapat berfungsi normal.
Lakukan pengecheckan visual check < kondisi connector, wiring, seal dsb
Gunakan multimeter untuk untuk mengukur connectivitas masing masing wiring saat female and
female dipasang.
67. Sprocket
Untuk mengetahui tingkat keausan / ketinggian teeth sprocket, sehingga dapat ditentukan umur sisa
dalam batasan pemakaian tidak menyebabkan kerusakan abnormal pada bushing.
Prosedur
Bersihkan teeth sprocket yang akan diukur
Gunakan wear gauge untuk mengukur tingkat keausan / ketinggian teeth sprocket
68. Bushing
Untuk mengetahui tingkat keausan bushing dan pin, sehingga dapat ditentukan umur sisa dalam
batasan bushing dan pin masih dapat di TPB.
Prosedur
Bersihkan bushing dan link yang akan diukur dari tanah.
Gunakan caliper untuk mengukur diameter bushing.
7. Engine Knocking
- Timing injection terlalu cepat atau lambat
- Terjadi keausan berlebihan pada main bearing
- Adjustment valve clearance tidak tepat. dsb
- Kerusakan turbocharger, keausan pada bushing atau seal, sehingga oli bocor ke sisi blower
atau impeller. dsb.
Semoga bermanfaat..........
COMMON RAIL
PANDUAN PENGECEKAN FUEL SYSTEM ENGINE CRI (SAA6D140E-3)
1.CHECK KEBOCORAN PADA FUEL LINE
*Running engine pada high idle atau rated speed ( attachment di relief ) lalu lihat kondisi dari fuel
line,adakah kebocoran pada sambungan antara hose atau pun piping dari fuel line.check juga kondisi
fuel filter apakah terjadi kebocoran.
*Bila terjadi kebocoran,segera pebaiki kebocoran
( STANDARD FUEL LOW PRESSURE : 1,5- 3 kg/cm2 atau 0,15 – 0,3 Mpa.)
*Bila hasil pengukuran tidak sesuai standard,maka lakukan penggantian fuel filter.
-fuel injector.
Dan ternyata engine masih mengalami low power atau pun masih muncul error fuel system,maka
lakukan penggantian fuel supply pump.
Catatan :
*Hati-hati dalam melakukan pelepasan fuel supply pump,lepas wiring dari PCV 1, PCV 2 ,wiring G
sensor , lepas piping delivery yang menuju ke common rail , lepas hose return dari over flow valve
fuel pump dan hose dan piping dari fuel filter.
-hati-hati saat melepas “nut” dan key lock shaft mounting fuel pump yang ada di depan,jangan sampai
terjatuh ke bawah ke oil pan.
*Saat melakukan pemasangan,hati-hati dalam pemasangan piping by pass valve,jangan sampai
terbalik.Jika terbaik maka engine tidak akan bisa running.
+Perhatikan juga kekencangan dari mounting piping-piping fuel,jangan sampai terjadi over
torque,karena bila terjadi over torque maka akan menyebabkan keretakan piping dan menyebabkan
kebocoran pada fuel piping.
159