Anda di halaman 1dari 159

31 MEI 1998

Ahnas Syifa’Uddin
082210789720

ahnasdante@gmail.com/ahnasanderson@gmail.com
Lebak, Dk. Bimbing RT 01 RW 02 – Pakis Aji Jepara
www.ahnas.education.org

Objectives
Manufactured Engineering
Modul the Book Engineers
Education
Courses Mechanical Engine Mercedez Benz & Volvo bye powered PT MAXALMINA
University of Wahid Hasyim S-1

Experience The Book Engineering

Bagian-bagian mesin diesel


Untuk lebih jelasnya tentang sebuah mesin diesel perhatikan gambar berikut ini
Keterangan gambar bagian - bagian mesin diesel.
1. Rocker arm, adalah salah satu bagian penting dari komponen mesin diesel yang posisinya
berada di atas cilinder head, fungsi dari rocker arm ini adalah mengatur gerakan valve, kapan
waktunya menutup dan kapan waktunya terbuka. Semuanya diatur oleh rocker arm ini.
2. Valve spring , ini juga salah salah satu komponen penting dari sebuah mesin diesel, ia
Resume:

bertugas sebagai penghubung antara rocker arm dengan valve.


3. Cilinder head, ini merupakan bagian kepala dari sebuah cilinder, makanya itulah ia disebuat
sebagai cilinder head. pada cilinder head inilah tempat valve berada, baik itu valve hisap
maupun juga valve buang.
4. Valve, mesin diesel tidak akan menyala jika tidak ada valve, fungsi dari valve ini adalah
mengatur udara masuk dan keluar serta sebagai penutup lubang saat terjadi kompresi.
5. Cylinder , didalam ruang cylinder inilah sebuah udara yang dimampatkan hingga tercapai
sebuah suhu udara sampai 500 derajat celsius. dan di dalam cylinder itu pula sebuah ledakan
terjadi. dan ledakan tersebut berasal dari udara yang dimampatkan dan diberi bahan bakar
yang berbentuk kabut , kedua bahan tersebut akan terbakar di dalam ruang cylinder tersebut.
6. Engine block , terbuat dari logam campuran yang tahan panas, ia sebagai dinding dari sebuah
cylinder.
7. Piston , gerakannya naik turun dari TMA ke TMB atau sebaliknya. gerakan naik turun dari
piston tersebut dihubungkan dengan connecting rod yang segera dirubah menjadi gerakan
berputar oleh crankshaft.
8. Crankshaft ini fungsinya sebagai penghubung antara connecting rod yang satu dengan
lainnya. selain itu cranksaft juga yang mengubah gerakan naik turun piston diubah menjadi
gerakan berputar dan gerakan putar ini dihubungkan ke gearbox.
1. Charkshaft timing gear , camshaft timing gear , camshaft , cam , cam follower serta pushroad
, semuannya adalah satu kesatuan dari komponen mesin diesel yang berfungsi untuk
2 mengontrol gerakan rocker arm dalam bertugas mengatur gerakan valve. .
Cylinder
Cylinder ialah lubang-lubang di block engine. Cylinder mempunyai beberapa fungsi dan tugas
yaitu:

Cylinder

 Rumah untuk piston.


 Ruang untuk pembakaran.
 Meneruskan panas keluar dari piston.
Cylinder Liner
Cylinder liner membentuk selubung air yang membatasi air pendingin dengan piston.
Terdapat dua jenis Cylinder Liner: Wet type cylinder liner (tipe basah) dan dry type (tipe kering).
Liner basah mempunyai o-ring yang menyekat selubung air dan mencegah bocornya pendingin.
Dry liner atau biasa juga disebut sleeve dipakai untuk memperbaiki parent bore yang mengalami
kerusakan. Liner semacam ini disebut “dry“ karena sangat merapat pada dinding lubang cylinder
di block engine tanpa ada air yang berkontak langsung dengannya.

Piston
Piston terpasang sempurna di dalam tiap cylinder liner dimana bisa bergerak ke atas dan ke bawah
selama proses pembakaran. Bagian atas piston merupakan dasar dari ruang bakar.
Berdasarkan cara pembuatannya piston dapat dibagi menjadi:
1. Cast aluminium crown dengan forged aluminium skirt, dimana kedua bagian tersebut
disambung dengan pengelasan electron beam.
2. Composite, steel crown dan alumnium skirt yang dibaut menjadi satu.
3. Articulated, forged steel crown dengan pin bore dan bushing, dimana cast aluminium skirt
terpisah. Dua bagian ini disatukan dengan wrist pin.
4. Tipe yang umum ialah piston tunggal cast aluminium dengan piston ring belt (sabuk baja)
sebagai tempat ring piston.
Berdasarkan sistem bahan bakar dan bentuk ruang bakar maka dikenal dua macam piston, yaitu:
1. Pre combustion piston mempunyai heat plug pada crown. 3
2. Direct injection piston tidak mempunyai heat plug.
Adapun jenis piston ring yang terpasang pada piston adalah sebagai berikut:
Compression ring (ring kompresi)
Berfungsi untuk menyekat ruang bakar bagian bawah guna mencegah kebocoran kompresi dan
gas hasil pembakaran melalui piston.
Oil control ring (ring oli)
Biasanya hanya terdapat satu oil control ring di bawah dua compression ring, oil control ring
melumasi dinding cylinder liner pada saat piston bergerak ke atas dan ke bawah. Lapisan oli
mengurangi keausan cylinder liner dan piston.
Connecting Rod

Connecting rod menghubungkan piston ke crankshaft. Bagian-bagian dari connecting rod adalah
sebagaqi berikut:
Rod eye. Connecting rod bearing.
Piston pin bushing.
Resume:

Shank.
Cap.
Rod bolt and nuts.
Crankshaft

1. Rod bearing journal.


2. Counter weight.
3. Main bearing journal.
4
4. Web.
Crankshaft merubah gerak turun naik piston menjadi gerakan berputar yang dipakai untuk
melakukan kerja. Di dalam crankshaft terdapat saluran lobang tempat jalannya oli yang disebut oil
gallery. Lubang saluran oli dibuntu pada satu ujungnya dengan plug atau set screw.

Oil Passage Di dalam Crangshaft

Untuk mengurangi gerak maju atau mundur pada crankshaft (gerakan maju-mundur crankshaft
tersebut biasa disebut End Play) maka dipasanglah thrust main bearing.
Ada dua macam thrust main bearing, yaitu:
1. Insert bearing 2 (dua) buah
2. Flanged thrust bearing 1(satu) buah
Flywheel
Flywheel (roda gila) dibautkan pada bagian belakang crankshaft di dalam rumah flywheel.
Crankshaft memutar flywheel pada langkah tenaga, dan gaya momentum flywheel menjaga
crankshaft tetap berputar mulus pada langkah hisap, kompresi dan langkah buang.
Fungsi flywheel ada tiga, yaitu:
1. Menyimpan energi untuk momentum di antara langkah tenaga.
2. Membuat putaran crankshaft supaya halus
3. Memindahkan tenaga ke mesin, torque converter atau beban lain
Pada bagian luar terdapat komponen ring gear melingkari flywheel. Ring gear dipergunakan
sebagai roda gigi yang spline dengan pinion starting motor untuk start engine.
Camshaft
Camshaft digerakkan oleh roda gigi crankshaft. Bila camshaft berputar maka cam lobe berputar.
Komponen valve (klep) yang terhubung ke camshaft akan ikut bergerak naik dan turun. Bila
permukaan lobe berada di atas, valve akan terbuka. Putaran camshaft adalah setengah putaran
crankshaft sehingga valve membuka dan menutup pada waktu yang tepat selama proses empat
langkah.
Bagian camshaft yang mendorong valve adalah camshat lobe. Masing-masing lobe
mengoperasikan (1) Intake dan (2) Exhaust valve untuk setiap cylinder. Beberapa cam memiliki
lobe untuk menyemprotkan bahan bakar. Lobe ini akan menekan unit injector. Lobe tersebut akan
mengatur kapan bahan bakar disemprotkan ke combustion chamber.

5
Setiap lobe terdiri dari tiga bagian utama yaitu:
1. Base Circle
2. Ramps
3. Nose
Jarak dari base circle ke puncak nose disebut lift. Cam Lift menentukan seberapa jauh valve
dibuka. Selain itu bentuk kelandaian ramp juga menentukan kecepatan membuka dan menutup
valve, sedangkan bentuk nose akan menentukan berapa lama valve tersebut membuka penuh.
Misal :
1. Kecepatan atau waktu yang dibutuhkan untuk bergerak dari valve tertutup menjadi
terbuka penuh.
Resume:

1. Lamanya atau duration valve dalam keadaan terbuka.


1. Kecepatan atau waktu yang dibutuhkan untuk bergerak dari valve terbuka penuh menjadi
tertutup.
Push rod/batang penekan
Push rod adalah pipa baja dengan dudukan di kedua ujungnya. Camshaft menggerakkan push rod
sehingga mengangkat rocker arm.
Valve Lifters

6
Valve lifter atau cam follower bertumpu pada setiap lobe camshaft.
 Bila Camshaft berputar, valve lifter akan menyusuri permukaan lobe.
 Valve lifter merubah gerak camshaft ke Push rod.
 Push Rod memindahkan gerakannya ke rocker arm, untuk membuka dan menutup valve.
Ada 2 tipe valve lifter, yaitu:
1. Slipper follower
2. Roller follower
Roller Follower
Roller follower memiliki roda baja keras yang berputar di atas camshaft lobe.
Vibration Damper (Peredam Getaran)
Pada bagian depan crankshaft terdapat vibration damper. Alat yang menyerupai flywheel kecil ini
berfungsi untuk meredam getaran yang terjadi akibat putaran crankshaft (torsional vibration).

Vibration Damper

Ada dua jenis peredam getar, yakni:


1. Peredam karet (rubber damper), yaitu peredam yang menggunakan karet padat untuk
menyerap getaran.
1.2. Peredam cairan kental (viscous damper), yaitu peredam yang di dalamnya menggunakan
cairan kental (oli berat) untuk menyerap getaran.

Cylinder Head Group


Cylinder head dan componen-komponennya dirancang agar valve dapat membuka dan menutup
dengan timing yang tepat, dan agar bahan bakar disuntikkan pada waktu yang tepat sehingga
didapatkan kemampuan puncak dari engine.
Yang termasuk perangkat valve train antara lain:
1. Cylinder head
2. Valve cover (tutup klep) 7
3. Bridge
4. Valve spring assemblies
5. Valve guide
6. Valve seat insert
7. Valve
8. Rocker arm

Komponen Valve Train

Gear Train Assembly


Resume:

Gear Train Assemblies

Gear Train Assemblies dihubungkan untuk memindahkan tenaga dari crankshaft ke komponen-
komponen lain dari engine. Gear Train Assemblies bisa berlokasi di bagian depan dan belakang
engine. Pada gambar di atas gear Train Assemblies terdapat di bagian depan engine di antara plate
belakang dan rumah timing gear.
Gear Train Assemblies menyelaraskan kerja komponen-komponen engine lainnya pada setiap
8 langkah kerja engine. Komponen Seperangkat Roda Gigi

Komponen gear train antara lain:


1. Roda gigi crankshaft (crankshaft gear)
2. Roda gigi idler (idler gear)
3. Roda gigi camchaft (camshaft gear)
4. Roda gigi fuel injection pump (fuel injection pump gear)
5. Roda gigi pompa oli (oil pump gear)
6. Roda gigi pompa air (water pump gear)
7. Roda gigi kompresor udara (air compressor gear)

9
Valve System Hino
Resume:

1 Inlet Valve
2 Exhaust Valve
3 Valve Stem Cap
4 Valve Spring Lowerseat
5 Valve Spring Inner
6 Valve Spring Outer
7 Valve Spring Outer Seat
8 Valve Stem Key
9 Tappet
10 Push Rod
11 Rocker Arm Support
12 Rocker Arm Support
13 Rocker Arm Support
14 Rocker Arm
15 Rocker Arm
16 Adjusting Screw
17 Adjusting Screw Nut
18 Support Bolt
19 Rocker Arm Shaft
10
Camshaft Hino

1 Idler Gear Shaft


2 Dowel Pin
3 Bolt
4 Idler Gear
5 Bushing
6 Thrust Bearing
7 Bolt
8 Idler Gear Washer
9 Camshaft
10 Thrust Plate
11 Bolt
12 Camshaft Gear
13 Lock Washer
14 Nut
15 Camshaft Bearing
16 Injection Pump Drive Gear
17 Thrust Bearing
18 Injection Pump Drive Shaft
19 Woodruff Key
20 Woodruff Key
21 Oil Seal

11
Timing gear and hino

1 Crankshaft Gear 5 Oil Pump Drive Gear


2 Idle Gear 6 Air Compressor Idle Gear
3 Camshaft Gear 7 Air Compressor Drive Gear
4 Injection Pump Drive Gear 8 Power Steering Pump Drive Gear

Cylinder head Hino


Resume:

1 cylinder head 5 push rod guide pipe


2 valve guide 6 nozzle seat (copper sleeve)
3 inlet valve seat 7 o-ring
4 exhaust valve seat
12
Fuel Injection Pump Hino

1 Injection pump housing 19 o-ring 38 washer


2 Lock plate 20 taper roller bearing 39 hollow screw
3 Delivery valve holder 21 shim 40 washer
4 o-ring 23 woodruff key 41 hollow screw
5 stopper 24 camshaft 42 cover
6 plate washer 25 screw 43 gasket
7 delivery valve spring 26 control pinion 44 stop wire bracket
8 gasket 27 control sleeve 45 bolt
9 delivery valve 28 plunger spring seat, upper 46 adjusting ring
10 plunger 29 plunger spring 47 shim
11 screw 30 plunger spring, lower 48 tapper roller
bearing
12 washer 31 shim 49 control rod
13 hollow screw 32 tappet assembly 50 adapter
14 control rod cover 33 tappet roller 51 washer
15 bearing cover 34 roller bushing 52 over flow valve sub
assembly
16 oil seal 35 plug 13
17 spring washer 36 o-ring
18 round nut 37 center bearing
Cylinder Block Hino

1. cylinder liner
2. cylinder block
3. bearing cap
4. bearing cap bolt
5. straight pin
6. camshaft bearing
7. injection pump drive shaft bushing
Resume:

8. plug
9. O - ring
10. sealing plate
11. Plug

14
Mekanisme Katup Mesin 4 Langkah
Katup pada mesin 4 langkah berfungsi mengatur pembukaan dan penutupan katup•katup.
Mekamisme katup ini dirancang sedemikian rupa, sehingga porus nok(camshaft) berputar satu
kali untuk menggerakkan katup hisap dan katup buang setiap dua kali putaran poros engkol.

Bagian-bagian mekanisme katup


1. katup (valve), berfungsi membuka dan menutup saluran isap dan buang. Diameter katup isap
dibuat lebih besar daripada diameter katup buang.
2. Dudukan katup, sebagai tempat duduknya kepala katup.
3. Pegas katup, berfungsi mengembalikan katup pada dudukan semula setelah katup bekerja
(membuka).
4. Taper (valve lifter), berfungsi memindahka gcrakan bubungan (nok) ke tuas katup {rocker arm)
melalui batang penekan (push rod)
5. Batang penekan (push rod), berfungsi meneruskan gerakan tapet ke ujung tuas katup. Batang
penekan hanya terdapat mekanisme katupyang poros noknya di blok silinder dan
katup-katupnya terdapat pada kepala silinder
6. Tuas katup (rocker arm), berfungsi menekan batang katup, sehingga katup dapat membuka.
Celah (kerenggangan) antara rocker arm dan push rod disebut celah katup.
Beberapa model mekanisme katup
Ada beberapa model dalam pemindahan putaran dari poros engkol ke poros nok,
antara lain:

1) Model timing gear


Model ini digunakan pada mekanisme katup mesin OHC (Over Head Valve}, di mana poros
noknya berada di dalam blok silinder. Model ini sudah jarang dipakai, karena timing geanya
menimbulkan bunyiyang berisik dibanding model Iain.

15
2) Model timing chain .
Model ini diterapkan pada mesin OHC (Over Head Camshaft) dan DOHC (Dual Over
Head Camshaf), di mana. poros noknya berada di atas kepala silinder. Poros nok
digerakkan oleh poros engkol melalui rantai (timing chain).
Resume:

3) Model timing belt


Model ini poros nok digerakkan oleh poros engkol melalui sabuk bergerigi(belt).
Penggunaan sabuk bergigi ini tidak menimbulkan bunyi berisik, tidak memerlukan
pelumasan, tidak memerlukan penyetelan tegangan, dan lebih ringan. Oleh karena
kelebihan itu, model timing belt ini lebih banyak diterapkan pada mesin bensin

16
Cara setel klep hino 6 cylinder
Harus mengetahui FO atau firing order (biasanya tulisan FO terdapat pada cover cylinder
head). Untuk FO hino 6 cylinder adalah 1-4-2-6-3-5
Menepatkan tanda panah pada housing fly wheel ke tanda pada fly wheel, Biasanya di fly
wheel engine terdapat tanda 1.4 (itu berarti top 1 dan top 4) untuk 10 cylinder. Dan yang
untuk 6 cylinder biasanya tanda 1.6 (itu berarti top 1 dan top 6). Nah tanda tersebut untuk
menentukan mana yang harus disetel, top 1 atau top 6.
Nah, untuk mengetahui top 1 atau top 6 yang harus disetel pada saat tanda 1.6 sudah tepat
ke jarum penunjuk pada flywheel housing yaitu,,kita cek klep piston no 1 dan klep piston
no 6, apabila klep in dan ex piston no 1 bebas semua/masih bisa digerakkan maka itulah
top yang harus disetel duluan, dan apabila klep dicek kok masih belum bebas semua, maka
flywheel harus diputar sebesar 360° atau satu putaran penuh sampai tanda 1.6 kembali
seperti semula.
Untuk mengukur celah klep atau valve clearence biasanya menggunakan alat yang
namanya fuller gauge, untuk hino celah klep ukurannya adalah : untuk klep yang in (inlet)
: 0,30 mm. Dan klep yang ex (exhaust) : 0,40 mm pada saat kondisi mesin dingin.
Ada caranya untuk menentukan klep mana yang harus disetel duluan yaitu

Cylinder 1 4 2 6 3 5
no.
Valve In ex in ex in ex in ex in Ex in ex
arangement
No. of 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
valve
With no.1 ☻ ☻ ☻ ☻ ☻ ☻
piston at
T.D.C
With no.6 ☻ ☻ ☻ ☻ ☻ ☻
piston at
T.D.C

Jadi klep yang harus disetel pada top 1 adalah :


Cylinder no 1 klep in dan klep ex
Cylinder no 2 klep in
Cylinder no 3 klep in
Cylinder no 4 klep ex
Untuk cylinder no 5 dan 6 klep nya tidak disetel, nanti pada saat top 6 dengan cara memuter
fly wheel satu putaran penuh dan kembali pada tanda 1.6
Dan untuk top 6 klep yang harus didetel adalah :
Cylinder no 2 klep ex
Cylinder no 3 klep ex
Cylinder no 4 klep in
Cylinder no 5 klep in dan klep ex
Cylinder no 6 klep in

Jangan lupa : celah klep ukurannya adalah : untuk klep yang in (inlet) : 0,30 mm. Dan
17
klep yang ex (exhaust) : 0,40 mm pada saat kondisi mesin dingin.

Other Spesification Of Hino


Crankshaft And Crankshaft Bearing
Crankshaft Induction hardenend die forged special steel with counter
weight
Crankshaft bearing Iridium plated over kelmet
materials
Timing gear
Timing gear drive Herical gear
Fuel system
Fuel injection pump BOSCH line type, driven by engine, ½ x engine Rpm
Injection timing 17° before 1st cylinder T.D.C
Governor BOSCH type mechanical max. and min. Speed control
(R812)
Timer Automatic timer, clockwise rotation seen from the drive
side max. Advancing angel 5°
Fuel feed pump Piston type, driven by injection pump camshaft, max.
Feed ing pressure 3,5 kg/cm³
Nozzle Multi hole nozzle type
Nozzle holder Injektion pressure 220 kg/cm³
Fuel filter Replaceable paper element type
Fuel tank type Square section, seam weided
Lubrication system
Type Forced feed lubrication with oil pump
Oil cappacity 14 liters
Oil pressure 1,5 – 5,0 kg/cm²
Resume:

Oil filter Full flow paper element oil filter


Oil pan Pressed sheet steel in material
Cooling system
Type Forced recirculation type
Radiator cap pressure 0,5 cm² than atmospheric pressure
Water boiling 106 – 110 °c (222,8 - 230° F)
temperature
Cooling system water 29 liters
capacity
Coolent pump Centrifugal, belt driven by engine crankshaft (0,94 x
engine Rpm)
Fan : type Mounted on cylinder block
Drive Seven blades type, fully shrouded belt driven by engine
crankshaft pulley (0,94 x engine Rpm)
Radiator : type Corrugate type, provided upper and lower tank
Mounting Rubber shock insulator
Capacity 10 liters
thermostat Wax type, bottom by pass system, open at 82 °C
(maximal lift 10 mm at 95°C)
Air cleaner
type Dry type (paper element)
18
Hino
Data and spesification
General

Model EH 700
Type Diesel 4 cycle, vertical 6 cylinder inline
overhead valve, water cooled direct injection
type
Bore and stroke 110 × 113 mm
Piston displacement 6.443 litres
Compression ratio 17,9 : 1
Firing order 1-4-2-6-3-5
Compression pressure 32 ±3 kg/cm² at 290 ±20 rpm
Maximum revolution 3200 rpm
Idling revolution 500 - 550 rpm
weight 496 kg
Cylinder head
Type Singel piece casting
Material cast iron

Valve mechanism
Valve seat angel inlet 30°
Exhaust 45°
Valve face angel inlet 30°
Exhaust 45°
Valve material inlet heat resistance steel
Exhaust Special heat resistance steel
Valve timing (flywheel travel) :
Inlet opens 16° before T.D.C
Exhaust opens 40° after B.D.C 19
Inlet closes 51° before B.D.C
Exhaust closes 13 ° after T.D.C
Valve clearence (when cold) :
Inlet 0,30 mm
Exhaust 0,40 mm
Tappet Special cast iron
Push rod Hollow carbon steel
Cylinder block, Cylinder liner, and Camshaft
Cylinder block Monoblock, six cylinder, cast iron
Cylinder liner Dry type, replaceable, spessial chrome alloy
Camshaft case, hardened die-forged carbon steel in
material
Camshaft bearing number and 7, withe metal with carbon steel back metal
material
Connecting rod and piston
Connecting rod 6, carbon steel
Small and bearing, material Bronze
Large and bearing material Thin, kelmet with lead alloy
Piston Heat, resistance aluminum alloy
Piston ring : compression Three, with chromeplated
Oil ring One, chromeplated with coil expander

cara menghitung kapasitas mesin


Kapasitas mesin (displacement) dengan satuan (V) adalah menghitung sebuah volume yang
Resume:

didapat dari perbindahan piston dari TMB menuju TMA, dimana untuk menghitung volume
tersebut, bisa dihitung dengan sebuah rumus :
V = ∏ x (DxD) x L x N
4
keterangan:
D : Diameter silinder (Bore)
L : Langkah (Stroke)
∏ : Rumus absolute sebuah lingkaran (3.14)
N : Jumlah silinder
contoh : Sebuah motor memiliki langkah 42 mm (4.2 cm) dan diameter cylinder 56mm (5.6
cm) berapakah kapasitas / cc dari mesin tersebut…?
Jawab :
Rumus dasar : V = ∏ x D2 x Lx N
4

V = 3.14 x (5.6 x 5.6) x 4.2 x 1


4
V = 413.576
4
V = 103. 394 cc

20
besaran torsi dengan tenaga
DK = Daya Kuda ( bahasa indonesia ) Besarnya daya yang dapat dihasilkan oleh putaran roda
kendaraan.
PS = Pferdestarke ( bahasa Jerman ) Jika dalam bahasa indonesia Kuat Kuda/tenaga kuda
HP = Horse Power ( bahasa Inggris )
BHP = brake horse power (bahasa Inggris) Besarnya daya yang dapat dihasilkan langsung
dari putaran yang dikeluarkan oleh mesin.
PK : Paarden Kracht ( bahasa Belanda ) Jika dalam bahasa indonesia artinya daya kuda.
1 HP tidak sama persis dengan 1 PS
1 PS = 0.986320070619514 HP atau 1 HP = 1.01386966542402 PS
Perbedaan tersebut hanya masalah konversi dan kebiasaan penggunaan satuan daya saja.
Ilmuan Jerman dan Negara eropa lainnya lebih suka pakai satuan PS, sedangkan Amerika dan
Inggris umumnya pakai satuan HP.
Tapi kalo BHP vs HP atau BHP vs PS jelas beda. bukan masalah konversi satuan lagi, tapi
beda di titik pengukuran. Kalau BHP itu mengukurnya langsung di mesin atau dari poros
kruk as, sedangkan PS dan HP pengukurnya dari putaran roda. Dengan BHP kita akan
mengetahui tenaga murni sebuah mesin tanpa adanya loss power karena kerugian gesekan
ban, girboks transmisi dsb. Selain tenaga mesin, ada juga torsi mesin. Satuan-satuan torsi
yang lazim kita temui yaitu Nm, Kgf.m & lbf.ft.
Berikut Perbandingannya:
- 1 HP = 0,735 KW
- 1 KW = 1,34 HP
- 1 PS / PK = 0,98 HP
- 1 PS / PK = 0,74 KW
- 1 KW = 1,36 PS
- 1 HP = 1,01 PS
- 1 Nm = 0,74 lbf.ft
- 1 Nm = 0,1 Kgf.m
- 1 lbf.ft = 0,14 Kgf.m
- 1 Kgf.m = 7,23 lbf.ft

21
Air Cleaner
a. Kegunaan
 Saringan udara digunakan untuk mencegah kotoran yang terdapat dalam udara yang
diisap mesin agar tidak masuk ke dalam silinder. Kotoran yang masuk ke dalam silinder
mengakibatkan keausan komponen mesin (dinding silinder, piston, ring piston) sehingga
tekanan kompresi menjadi berkurang. Berdasarkan konstruksinya, saringan udara
dikelompokkan menjadi dua tipe.Tipe kering, menggunakan bahan sejenis kertas sebagai
media penyaring tanpa ada bahan tambahan lain. Saringan tipe ini dirancang dengan sistem
aliran berbeda, yaitu aliran lurus dan aliran berputar (turbulen).
 Tipe basah, menggunakan bahan sejenis kertas sebagai media penyaring dan
menggunakan oli untuk menjebak kotoran sebelum melalui media penyaring. Biasanya
digunakan pada mesin besar dengan pengguanaan statis (generator).
Berikut ini ditunjukkan gambar saringan udara tipe kering dan basah dan turbulen.
Konstruksi Saringan Udara (Kering)
Resume:

Konstruksi saringan Udara (Basah)

b. Perawatan
Saringan yang sudah kotor menyebabkan aliran udara yang masuk ke dalam silinder menjadi
terhambat sehingga banyaknya udara yang dikompresi menjadi berkurang. Hal ini mengakibatkan
bahan bakar yang diinjeksikan tidak terbakar seluruhnya dan menghasilkan:
22 a. konsumsi bahan bakar meningkat;
b. tenaga mesin berkurang;
c. asap hitam pada gas buang.
Saringan udara harus diganti sesuai batas yag sudah ditentukan oleh produsen berdasarkan jarak
tempuh atau jam pemakaian.

Propeller shaft
Propeller shaft / biasa disebut kopel, berfungsi untuk menghubungkan serta meneruskan putaran
dari transmisi ke differential/gardan, biasanya digunakan pada kendaraan dengan sistem
penggerak roda belakang, 4 Wheel Drive (4WD), serta All Wheel Drive (AWD)
Propeller shaft terpasang antara transmisi dan gardan, biasanya pada propeller shaft terdapat
komponen yang bernama universial jont, untuk memungkinkan terjadinya perpindahan tenaga
dengan lembut tanpa dipengaruhi oleh perubahan sudut.
Ada dua bentuk universal joint
11 Tipe dua joint , menggunakan dua sambungan biasanya digunakan pada mobil dengan
penggerak roda belakang dengan chacis yang pendek

22 Tipe 3 joint, menggunakan 3 sambungan universal joint , untuk penggunaan sasis yang
panjang

Bagian bagian universal joint terbagi 2

11 Hooke’s joint

Ada dua macam:


aa Solid bearing cup (dapat dibongkar)
bb Sheel bearing cup (tdk dapat dibongkar) 23
22 Flexible joint
Slip yoke berfungsi untuk mengimbangi adanya perubahan jarak antara transmisi dan differential
.
Resume:

Fungsi dari differensial/gardan adalah :


1. Untuk memindahkan tenaga putaran mesin dari poros gardan ke poros roda yang digerakkan.
2. Untuk memunginkan perbedaan putaran roda kiri maupun kanan pada saat kendaraan berbelok ke
kiri atau ke kanan.
Differential terbagi menjadi dua bagian utama :
1. Final gearYang terdiri dari drive pinion dan ring gear, dan berfungsi untuk memperbesar momen
dan meru-bah arah putaran sebesar 90º.

2. Differential gear Yang terdiri dari side gear dan pinion gear, dan berfungsi untuk membedakan
kecepatan putar roda kiri dan kanan saat membelok.

24
A. FINAL GEAR
Saat ini final gear terdiri dari dua tipe :

1. Hypoid bevel gear


Tipe ini digunakan pada kendaraan penggerak roda belakang, dimana drive pinion terpasang offset
dengan garis tengah ring gear.Mempunyai keuntungan yaitu bunyi lebih halus.

Helical gear
Tipe ini digunakan pada kendaraan penggerak roda depan.Mempunyai keuntungan yaitu bunyi dan
getaran lebih kecil dan momen dapat di-pindahkan dengan lembut.

25
B. DIFFERENTIAL GEAR
Saat kendaraan membelok, jarak tempuh roda bagian dalam (A) lebih kecil dari jarak tempuh ro-da
bagian luar (B), dengan demi-kian roda bagian luar harus ber-putar lebih cepat dari roda ba-gian dalam.

Bila roda-roda berputar dengan putaran yang sama, maka salah satu ban akan slip, yang akan
menyebabkan ban akan cepat aus. Untuk mengatasi hal ini di-perlukan differential gear dengan tujuan
membedakan putaran roda. Prinsip Dasar Differential Gear Bila kedua rack diberi beban yang sama,
Resume:

maka ketika shackle ditarik ke atas akan menyebab-kan kedua rack akan terangkat pada jarak yang
sama karena tahanan sama dan pinion gear tidak berputar.

Tetapi bila beban yang lebih be-sar diletakkan pada rack sebelah kiri dan shackle ditarik ke atas, maka
pinion gear akan berputar sepanjang gerigi rack yang men-dapat beban lebih berat dise-babkan adanya
perbedaan taha-nan. Dan ini mengakibatkan rack yang mendapat beban lebih kecil akan terangkat.

26
Konstruksi Differential

1. Drive pinion
2. Ring gear
3. Differential case
4. Side gear
5. Pinion gear
6. Pinion shaft 27
7. Axle shaft
1. Side bearing cap 10. Oil seal
2. Side bearing 11. Flange yoke
3. Backlash adjusting shim 12. Pinion shaft
4. Drive pinion shaft 13. Side gear
5. Pinion depth adjusting shim 14. Backlash thrust washer
6. Drive pinion inner bearing 15. Pinion gear
7. Colapsible spacer 16. Ring gear
8. Differential housing 17. Lock pin
9. Drive pinion outer bearing 18. Differential case
Resume:

Cara Kerja Differential


Jalan Lurus
Drive pinion memutarkan ring gear, ring gear memutarkan differential case, differential case
menggerakkan pinion gear melalui pinion shaft dan pinion gear memutarkan side gear kiri dan kanan
dengan rpm yang sama karena tahanan roda kiri dan kanan sama, sehingga menyebabkan putaran roda
kiri dan kanan sama.

Belok Kanan
Drive pinion memutarkan ring gear, ring gear memutarkan differential case, differential case
menggerakkan pinion gear melalui pinion shaft dan pinion gear memutarkan side gear kiri mengitari
side gear kanan karena tahanan roda kanan lebih besar, sehingga menyebabkan putaran roda kiri lebih
besar dari roda kanan.
28
RPM A > B
Belok Kiri
Drive pinion memutarkan ring gear, ring gear memutarkan differential case, differential case
menggerakkan pinion gear melalui pinion shaft dan pinion gear memutarkan side gear kanan mengitari
side gear kiri karena tahanan roda kiri lebih besar, sehingga menyebabkan putaran roda kanan lebih
besar dari roda kiri.

Salah Satu Roda Masuk Lumpur


Saat salah satu roda masuk lumpur maka roda yang masuk lumpur terse-but mempunyai tahanan yang
kecil, dan menyebabkan sulitnya menge-luarkan roda dari lumpur.

PERHITUNGAN
Gear Ratio (GR) = Jumlah gigi ring gear
Jumlah gigi drive pinion
Jumlah Putaran Ring Gear.
Rpm ring gear = rpm side gear kanan + rpm side gear kiri
2
Total putaran roda kiri
Rpm ring gear Rpm roda kiri Rpm roda kanan dan kanan
100 100 100 200
100 80 120 200
100 150 50 50
100 0 0 200

Penyetelan Differensial/Gardan
Jarak kerenggangan antara ring gear dan drive pinion tidak boleh terlalu rapat atau terlalu renggang.
Jika terlalu rapat akan berakibat berat pada putaran, begitupun kalau terlalu renggang akan
menimbulkan suara berisik/mendengung. Maka untuk mendapatkan jarak yang tepat jarak kedua roda
gigi tersebut harus dapat distel. Penyetelan dilakukan dengan jalan memutarkan adjusting nut 29
(penyetel) kearah kiri atau ke kanan dengan kunci khusus. Dan diukur dengan menggunakan dial test
indicator.
Besarnya jarak renggang antara ring gear dengan drive pinion yaitu 0,005” – 0,008”. Jarak renggang
ini disebut “backlash”
Dengan cara lain dapat juga dilakukan penyetelan jarak renggang anatra ring gear dengan drive pinion
yaitu dengan melabur bagian-bagian gigi dengan cat pewarna, setelah itu diputarkan dengan tangan,
dan ring gear ditahan sdikit seakan-akan mendapat beban. Setelah mencapai putaran yang dimaksud,
maka perhatikanlah bekas bagian yang berimpit dari gigi ring gear dan drive pinion tersebut. Jika
bekas catnya terlalu banyak maka jarak renggang terlalu rapat, sebaliknya jika bekas catnya sedikit
atau tidak ada, maka jarak renggang terlalu jauh.

Perawatan dan penggantian minyak pelumas differensial/gardan.


Karena differensial adalah merupakan bagian dari mobil yang sangat penting sekali, maka perlu
perawatan yang dilakukan secara berkala terutama untuk penggantian oli.

Bila gardan bermasalah atau rusak, dapat menyebabkan mobil tidak akan jalan. Namun yang
disayangkan, justru gardan kerap dianaktirikan. Maksudnya, komponen ini kerap dilupakan soal
perawatannya.bila rusak dan tidak diketahui oleh pemilik mobil akibatnya pun fatal. Roda tiba-tiba tak
bisa digerakkan. “Bisa dibayangkan apa akibatnya, di saat melaju cepat tiba-tiba roda berhenti karena
differensial/gardan tidak berfungsi sebagaimana mestinya,”
Resume:

Dengar suara dari gardan saat mobil melaju.


Cara ini bisa Anda lakukan dengan mematikan peranti audio yang ada di mobil. Kemudian buka kaca
mobil dan jalankan kendaraan Anda di tempat yang sepi. Bila Anda mendengar ada suara gemerisik
atau mendengung berarti ada permasalahan di gardan.

Suara itu diakibatkan oleh komponen yang ada di gardan mengalami gesekan hebat karena oli
berkurang banyak atau bahkan habis. Atau bisa juga dilakukan dengan cara jalankan mobil dalam
waktu beberapa jam atau setelah mobil menempuh jarak beberapa jam kemudian mobil berhenti, dan
peganglah rumah gardan, apabila rumah gardan terasa panas yang cukup tinggi ini menandakan bahwa
oli yang terdapat di dalamnya sudah habis atau berkurang.

Bagi anda pemilik mobil berpenggerak roda belakang, atau pun 4WD. Gardan merupakan komponen
yang vital, karena fungsinya menggerakkan roda. Mobil dengan gerak roda belakang tentunya
menggunakan gardan, lain halnya dengan gerak roda depan yang tidak memerlukan peranti itu. Bila
gardan bermasalah atau rusak, dapat menyebabkan mobil tidak akan jalan. Namun sayangnya
pearawatan gardan kadang suka terlupakan, Bila tidak sedang bermasalah, kebanyakan orang jarang
melakukan pengecekan atau perawatan. Padahal tidak sulit merawat gardan culup dengan rutin
mengganti oli gardan setiap 10.000 km.

30
Pada umumnya, penggantian oli gardan biasanya dilakukan bersamaan dengan penggantian oli
transmisi, dan menggunakan nilai kekentalan pelumas sesuai yang dianjurkan produsen kendaraan.

Pada umumnya masalah pada gardan terjadi bila sudah terdengar bunyi dengung. Hal ini terjadi akibat
oli gardan yang telah encer, atau bahkan telah berkurang secara signifikan.
Tentunya itu terjadi karena pemilik mobil jarang memerhatikan atau merawat gardan. Sekedar
informasi harga oli gardan yang ada di pasaran adalah berkisar antara Rp 27-43 ribu. Mereknya pun
bermacam-macam, seperti Rored yang keluaran Pertamina, Idemitsu, serta Elf. Untuk mobil yang
pemakaiannya lebih sering di dalam kota, maka disarankan menggunakan oli yang speknya
multigrade, dengan SAE75-90 atau 80W90.
Ini dikarenakan viskositas oli tersebut lebih encer sehingga tidak terlalu memberatkan kinerja gardan.
Sedangkan untuk mobil yang beban kerjanya berat atau mobil-mobil tahun lawas dapat memilih oli
single grade dengan SAE 90 atau SAE 140.
Buat anda yang punya mobil dengan gardan yang dilengkapi fitur LSD (Limited Slip Differential)
disarankan menggunakan oli gardan dengan spesifikasi khusus untuk tipe gardan LS. Contohnya
merek Lucas. Kalau anda belum tahu, apakah gardan bawaan mobil sudah bertipe LS atau tidak bias
dicek sendiri dengan cara dongkrak roda belakang kemudian putar salah satu roda, kalu roda yang
satunya ikut berputar berarti gardan sudah dilengkapi dengan LSD.
Sekedar informasi saja, oli gardan untuk tipe LSD ini punya bersifat long life time. Namun tetap dicek
berkala agar tetap berfungsi dengan baik.
Umumnya, untuk mobil jenis mobil keluarga (MPV), sedan, dan city car atau mobil kecil disarankan
untuk menggunakan oli multigrade yaitu dengan spesifikasi SAE75-90 atau 80W90. Viskositas oli 31
tersebut lebih encer sehingga tidaj terlalu memberatkan kinerja gardan. Adapun mobil untuk medan
berat, seperti SUV, pikap 4×4, truk ringan, disarankan memilih oli single grade dengan spesifikasi
SAE 90 atau SAE 140.
Demikianlah pembahasan tentang differensial/gardan ini semoga bermanfaat.
Tips Memeriksa Dan Perawatan Oli Gardan
Kali saya akan membahas tentang dunia otomotif yaitu perawatan dan memriksa oli gardan.Kendati
memiliki peran dan fungsi yang sangat penting, gardan mobil selama ini dianaktirikan.cara kerja
gardan berpenggerak roda belakang, atau pun 4WD. Gardan merupakan komponen yang vital, karena
fungsinya menggerakkan roda. Hampir sebagian besar pemilik mobil jarang atau bahkan tidak pernah
melakukan pengecekan kondisi perangkat yang satu itu.

Bila gardan bermasalah atau rusak, dapat menyebabkan mobil tidak akan jalan.
Namun yang disayangkan, justru gardan kerap dianaktirikan. Maksudnya, komponen ini kerap
Resume:

dilupakan soal perawatannya.bila rusak dan tidak diketahui oleh pemilik mobil akibatnya pun fatal.
Roda tiba-tiba tak bisa digerakkan. “Bisa dibayangkan apa akibatnya, di saat melaju cepat tiba-tiba
roda berhenti karena gardan tidak berfungsi sebagaimana mestinya
Tips Memeriksa Oli Gardan

Tetesan oli di bawah gardan


Kita juga sering melihat di bagian tutup gardan atau bagian lain ada rembesan atau tetesan oli.
Sebaiknya jangan meremehkan hal itu. Bila rembesan atau tetesan terjadi saban hari, lama-kelamaan
oli gardan akan berkurang dalam jumlah yang cukup signifikan.
Walhasil, komponen yang ada di gardan kekurangan minyak pelumas. Bila hal itu terjadi, maka gardan
tidak akan berfungsi secara maksimal. “Akibatnya, sistem penggerak roda tidak bekerja.

Dengarkan suara dari gardan saat mobil melaju


Cara ini bisa Anda lakukan dengan mematikan peranti audio yang ada di mobil. Kemudian buka kaca
mobil dan jalankan kendaraan Anda di tempat yang sepi. Bila Anda mendengar ada suara gemerisik
atau mendengung berarti ada permasalahan di gardan.
Suara itu diakibatkan oleh komponen yang ada di gardan mengalami gesekan hebat karena oli
berkurang banyak atau bahkan habis.

32
Tips Merawat gardan Mobil
Bagi kamu pemilik mobil berpenggerak roda belakang, atau pun 4WD. Gardan merupakan komponen
yang vital, karena fungsinya menggerakkan roda.
Mobil dengan gerak roda belakang tentunya menggunakan gardan, lain halnya dengan gerak roda
depan yang tidak memerlukan peranti itu. Bila gardan bermasalah atau rusak, dapat menyebabkan
mobil tidak akan jalan.
Namun yang disayangkan, justru gardan kerap dianaktirikan. Maksudnya, komponen ini kerap
dilupakan soal perawatannya.
Bila tidak sedang bermasalah, kebanyakan orang jarang melakukan pengecekan atau perawatan.
Padahal tidak sulit merawat gardan.
“Cukup dengan rutin mengganti oli gardan setiap 10 ribu kilometer,”
Pada umumnya, penggantian oli gardan biasanya dilakukan bersamaan dengan penggantian oli
transmisi, dan menggunakan nilai kekentalan pelumas sesuai yang dianjurkan produsen kendaraan.
Pada umumnya masalah pada gardan terjadi bila sudah terdengar bunyi dengung. Hal ini terjadi akibat
oli gardan yang telah encer, atau bahkan telah berkurang secara signifikan.
Tentunya itu terjadi karena pemilik mobil jarang memerhatikan atau merawat gardan. Sekedar
informasi harga oli gardan yang ada di pasaran adalah berkisar antara Rp 27-43 ribu. Mereknya pun
bermacam-macam, seperti Rored yang keluaran Pertamina, Idemitsu, serta Elf. Untuk mobil yang
pemakaiannya lebih sering di dalam kota, maka disarankan menggunakan oli yang speknya
multigrade, dengan SAE75-90 atau 80W90.
Ini dikarenakan viskositas oli tersebut lebih encer sehingga tidak terlalu memberatkan kinerja gardan.
Sedangkan untuk mobil yang beban kerjanya berat atau mobil-mobil tahun lawas dapat memilih oli
single grade dengan SAE 90 atau SAE 140.
Buat kamu yang punya mobil dengan gardan yang dilengkapi fitur LSD (Limited Slip Differential)
disarankan menggunakan oli gardan dengan spesifikasi khusus untuk tipe gardan LS. Contohnya
merek Lucas.
Kalau kamu belum tahu, apakah gardan bawaan mobil sudah bertipe LS atau tidak, bisa dicek sendiri
kok. “Dongkrak dua roda belakang, coba putar salah satu roda, kalau roda satunya ikut berputar berarti
gardannya dilengkapi LSD,”Asal tahu saja, oli gardan untuk tipe LSD ini punya bersifat long life time.
Namun tetap dicek berkala agar tetap berfungsi dengan baik.Umumnya, untuk mobil jenis mobil
keluarga (MPV), sedan, dan city car atau mobil kecil disarankan untuk menggunakan oli multigrade
yaitu dengan spesifikasi SAE75-90 atau 80W90. Viskositas oli tersebut lebih encer sehingga tidak
terlalu memberatkan kinerja gardan. Adapun mobil untuk medan berat, seperti SUV, pikap 4×4, truk
ringan, disarankan memilih oli single grade dengan spesifikasi SAE 90 atau SAE 140.

Gardan/differential
sebagai orang awam atau yang tidak mengerti tentang tekhnik pasti bingung,,sebenarnya
fungsi utama dari gardan itu apa? nah, kali ini akan saya terangkan senagian kecil dari fungsi
gardan.
Gardan merupakan komponen kendaraan yang berperan untuk meneruskan tenaga yang
dihasilkan dari mesin ke poros roda. Fungsi Differential adalah sebagai berikut:
1. Untuk merubah arah putaran mesin, posisi mesin pada mobil truck atau khusunya mobil
yang menggunakan as propeller shaft/couple, memiliki posisi mesin yang memanjang ke
depan . Sehingga arah putaran dari roda gila jelas tidak searah dengan arah putaran roda.
Maka gardan inilah yang membuat arah dari putaran mesin menjadi searah dengan arah
putaran roda.
2. Untuk memperbesar momen : Momen adalah tenaga putaran dari sebuah benda yang
berputar. Putaran poros engkol mempunyai tenaga atau momen. Seperti kita ketahui bahwa
saat mesin putarannya idle/stasioner memiliki kecepatan minimal 600 rpm. Maksudnya 33
adalah dalam satu menit poros engkol berputar 600 kali. Sedangkan pada kecepatan tinggi
memiliki kecepatan hingga 12.000 rpm, berarti poros engkol berputar 12.000 kali dalam 1
menit. Agar tenaga dari poros engkol ini menjadi besar, maka kecepatan putaran dari poros
engkol ini harus diperlambat. Di sisnlah gardan memperlambat kecepatan putaran dari poros
engkol tersebut, sehingga tenaga putar atau momen menjadi besar dan mobil dapat bergerak
atau berjalan.
3. Untuk membedakan putaran roda antara kanan dan kiri pada saat berbelok : Pada saat
belok, putaran roda bagian dalam cenderung lebih lambat daripada putaran roda bagian luar.
Hal ini dimaksudkan agar mobil dapat berbelok dengan baik dan tidak slip. Jika kedua roda
antara yang kiri dan kanan selalu sama, maka mobil tak akan membelok.

Cara Kerja Sederhana


Ketika Mesin melepaskan udara terkompresi melalui katup buang, tapi dengan saluran gas
buang pada knalpot dihambat maka hasil kompresi didalam ruang bakarpun akan terhambat
untuk dibuang sehingga akan menghasilkan Gaya yang pada akhirnya memperlambat rotasi
poros engkol, yang kemudian mengurangi kecepatan kendaraan.
Dengan sistem kerja seperti itu maka Exhaust rem biasanya dipasang pada sisi outlet dari
Resume:

turbocharger yang akan menghambat kemampuan mesin untuk mendorong keluar sisa gas
buang hasil kompresi. Sebuah katup kupu-kupu akan tetap terbuka sampai ketika Rem
diaktifkan. Kemudian menutup dan membatasi aliran knalpot dengan menjaganya agar tetap
dalam silinder. Hal ini menyebabkan piston untuk sementara memaksa kompresi, yang
menyerap

Mengenal Air Suspension


Suspensi untuk mobil Modifikasi bukan hanya sekedar perlu budget yang cukup besar, banyak hal
yang perlu diketahui dulu tentang air suspensi itu sendiri sebelum mengaplikasikannya.Jadi
jangan sekedar bisa beli terus pasang, tanpa mengetahui dulu apa itu air suspensi dan jenisnya
yang sesuai dengan mobil sendiri serta bagaimana cara merawatnya, sebisa mungkin
berkonsultasi dulu dengan modifikatornya.Hal ini untuk mencegah kepanikan pengguna mobil
apabila air suspensi sedikit mengalami masalah saat sedang dalam perjalanan.

34
Air suspension memiliki sistem kerja yang dimulai dari kompresor yang menyuplai udara ketabung,
lalu dari tabung dibagi ke kaki-kaki lewat selenoid yang dihubungkan lewat selang udara. Pada air
suspension pasti terdapat tombol beserta indikator untuk mengatur naik turunnya air suspensi sesuai
keinginan dan mengontrol persediaan udara dalam tabung pada keempat roda, sebaiknya untuk tombol
pengaturnya ditaruh didepan dashboard atau di sesuaikan keadaan kedudukan interior, yang terpenting
adalah agar tombol pengatur mudah dijangkau pengemudi. Pada intinya air suspension sendiri tidak
perlu perawatan, yang perlu dirawat adalah tabung penampung air pada kompresor dengan cara
dibuang air-nya seminggu sekali. Selain itu karet balon dari air suspension juga perlu untuk diperiksa
kondisinya. Sebaiknya karet balon meski tidak mengalami kerusakan, setelah 3 tahun diganti agar
tetap layak untuk dipakai harian, karena bahan karet lama-kelamaan dapat mengeras dan retak,
sehingga dapat terjadi kebocoran. Untuk tabung air suspension sendiri tidak perlu perawatan, karena
seandainya bocor-pun masih bisa diperbaiki dengan mengganti seal tabungnya.

Jenis Air Suspension


Menurut Indra salah satu punggawa dari rumah modifikasi Akasia, Air Suspensi itu terbagi 2, yaitu:
1. Type Strut : Type ini shock absorber dengan per-nya jadi satu Tipe Strut juga ada 2 jenis, yaitu
strut kecil dan besar 35
2. Type Bag : Type ini antara shock absorber dengan per-nya terpisah
Jadi dari kedua tipe air suspensi ini, sebelumnya mobil yang ingin dipasangkan bisa dilihat dulu jenis
supensinya awalnya, lalu modifikator bisa memilih air suspension jenis apa yang sesuai. Untuk proses
aplikasi standar air suspension tidak sulit dan tidak perlu ada gubahan bagian kaki-kaki, cukup
pensiunkan per pabrik lalu menggantinya dengan air suspension’, terang Indra.
Setelah dilakukan pemasangan air suspension, di Akasia pasti selalu melakukan 1 hari pengecekan
agar tidak ada kebocoran. Cara pengecekannya dengan menaikkan air suspension agar dalam posisi
tegak, dari sini ada kebocoran atau tidak dapat segera diketahui.
Keunggulan dan Kelemahan Air Suspension
Air suspension merupakan salah satu perangkat dalam memodifikasi mobil khususnya disektor kaki-
kaki yang punya fungsi sama seperti per biasa, yaitu sebagai penopang bantingan atau peredam kejut,
hanya saja bentuknya bukan lagi per.
Air suspension ini dibagi menjadi dua jenis yaitu tipe strut atau yang sering disebut dengan air silinder
dan juga tipe bag, yang lebih dikenal secara luas dengan nama balon.
Penggunaan air suspension pun sudah tidak hanya sekedar sebagai pelengkap dalam ajang
kontes Modifikasi saja, tapi tetap bisa juga untuk penggunaan sehari-hari. “kalau untuk sehari-hari,
biar lebih efisien soalnya bisa diatur tinggi-rendahnya suspensi, karena tekanan angin dapat diatur dan
disesuaikan antara bobot kendaraan dengan ketinggian kendaraan. Kalau dicangkok untuk kontes
Modifikasi biasanya ada point lebih” ujar Sammy, salah satu pentolan dari rumah modifikasi SAS
Resume:

Bodyworks.
Hingga kini, pengaplikasian air suspension pun tidak terbatas hanya pada mobil saja tapi sudah untuk
bus, truk dan bahkan untuk trailer. Dapat dibilang penggunaan air suspension sangat fleksibel, karena
selain bisa digunakan untuk harian dan kontes, ketinggian mobil (Ground Clearance) juga bisa lebih
diatur dan sesuaikan dengan kondisi jalanan agar bagian bawah mobil tidak mudah beradu dengan
jalanan dengan sekejap hanya menekan tombol pengatur dan sesuai dengan kemauan.
Tentunya ini sangat berbeda dengan mobil yang masih menggunakan per biasa pada suspensinya,
karena ketinggiannya tidak bisa diatur dengan sekejap. Akan tetapi perangkat air suspensi memerlukan
perawatan yang ekstra dibandingkan suspensi dengan per biasa. Perawatan untuk air suspension pun
sebenarnya tidaklah rumit, Karena air suspension ada 2 jenis, maka masing-masing memiliki
keunggulan dan kelemahan khusus yang berbeda pula, yaitu :

36
Air Suspension Balon (Bag)
Kelebihan untuk air suspension jenis balon bisa dibilang bantingannya (Rebound) lebih terasa empuk
(Soft) dibandingkan dengan yang model air silinder, sedangkan kelemahannya air suspensi jenis
terutama jika ingin diaplikasikan pada celah suspensi mobil yang sempit seperti jenis sedan atau city
car, karena bentuknya agak melebar dan terbuat dari karet, di khawatirkan akan bergesekan dengan
dinding di liang suspensi sehingga dapat menyebabkan kebocoran. Jadi lebih banyak digunakan pada
mobil berbobot besar seperti jenis SUV.

Air Suspension Silinder (Strut)


Tapi untuk model air silinder, karena bentuknya yang ramping, maka jenis ini lebih banyak dan cocok
dipergunakan pada mobil-mobil mempunyai celah sempit semacam sedan, sedangkan kekurangannya
tipe ini memiliki bantingan yang lebih keras.
Untuk proses aplikasi atau pemasangannya pun bisa dibilang tidak rumit, yang pasti pertama-tama
harus dilihat terlebih dahulu tipe / jenis mobilnya apa dan juga jenis suspensi awalnya serta
kedudukannya (Mounting). Karena Komponen-komponen utamanya air suspension sendiri adalah
terdiri dari selang, tabung, kompresor, selenoid dan juga pressure gauge, jadi perlu dipikirkan juga
untuk penempatan-penempatannya terutama kompresor. Yang pasti untuk pemakaiannya cukup
disesuaikan dengan kondisi jalanan dan kebutuhan dari pengemudi.
Jenis, model dan brand dari air suspension pun ada banyak dan kebanyakan dengan model bolt-on
alias tinggal pasang. Tapi ada juga dibeberapa tempat, biasanya rumah Modifikasi yang menggunakan
model custom alias ada beberapa perangkat yang menggunakan brand sendiri. Untuk harga model
custom dipatok harga ±17.5 juta itu sudah termasuk pemasangannya, sedangkan untuk model bolt-on
harga yang dipatok ±30 juta. Waktu pemasangannya, di bengkel SAS sendiri butuh waktu kira-kira 2
minggu.

37
Air Suspension pada bus Hino RG-1
Fungsi Gearbox Pada Kendaraan
Resume:

Pengertian Gearbox Dalam beberapa unit mesin


memiliki sistem pemindah tenaga yaitu gearbox yang berfungsi untuk menyalurkan tenaga
atau daya mesin ke salah satu bagian mesin lainnya, sehingga unit tersebut dapat bergerak
menghasilkan sebuah pergerakan baik putaran maupun pergeseran. Gearbox merupakan suatu
alat khusus yang diperlukan untuk menyesuaikan daya atau torsi (momen/daya) dari motor
yang berputar, dan gearbox juga adalah alat pengubah daya dari motor yang berputar
menjadi tenaga yang lebih besar.
Fungsi Gearbox Gearbox atau transmisi atau reducer adalah salah satu komponen utama
motor yang disebut sebagai sistem pemindah tenaga, transmisi berfungsi untuk memindahkan
dan mengubah tenaga dari motor yang berputar, yang digunakan untuk memutar spindel
mesin maupun melakukan gerakan feeding. Gearbox - Transmisi juga berfungsi untuk
mengatur kecepatan gerak dan torsi serta berbalik putaran, sehingga dapat bergerak maju dan
mundur. Transmisi manual atau lebih dikenal dengan sebutan gearbox, mempunyai beberapa
fungsi antara lain :
1. Merubah momen puntir yang akan diteruskan ke spindel mesin.
2. Menyediakan rasio gigi yang sesuai dengan beban mesin.
3. Menghasilkan putaran mesin tanpa selip
38
Prinsip Kerja Gearbox
Putaran dari motor diteruskan ke input shaft (poros input) melalui hubungan antara clutch/
kopling, kemudian putaran diteruskan ke main shaft (poros utama), torsi/ momen yang ada
di mainshaft diteruskan ke spindel mesin, karena adanya perbedaan rasio dan bentuk dari
gigi-gigi tersebut sehingga rpm atau putaran spindel yang di keluarkan berbeda, tergantung
dari rpm yang di inginkan. Berikut penjelasan beberapa part yang terdapat dalam gearbox.
Input shaft (poros input)
Input shaft adalah komponen yang menerima momen output dari unit kopling, poros input
juga befungsi untuk meneruskan putaran dari clutch kopling ke mainshaft (poros utama),
sehingga putaran bisa di teruskan ke gear-gear. Input shaft juga sebagai poros dudukan
bearing dan piston ring, selain itu berfungsi juga sebagai saluran oli untuk melumasi bagian
dari pada inputshaft tersebut.

Gear shift housing (rumah lever pemindah rpm)


Gear shift housing adalah housing dari pada lever pemindah gigi yang berfungsi untuk
mengatur ketepatan perpindahan gigi, apabila gigi sudah dipindahkan maka lever akan
terkunci sehingga lever tidak bisa berpindah sendiri pada saat spindel sedang berputar.
Main shaft (poros utama)
Mainshaft yang berfungsi sebagai tempat dudukan gear, sinchromest, bearing dan komponen-
komponen lainnya. Main shaft juga berfungsi sebagai poros penerus putaran dari input
shaft sehingga putaran dapat di teruskan ke spindel, main shaft juga berfungsi sebagai saluran
tempat jalannya oli.
Planetary gear section (unit gigi planetari)
Planetary adalah alat pengubah rpm di suatu range tertentu dimana rpm dapat di ubah sesuai
dengan kebutuhan proses pengerjaan dan dapat pula mengubah arah putaran spindel.
Oil pump assy (pompa oli)
Oil pump berfungsi untuk memompa dan memindahkan oli dari transmisi case (rumah
transmisi) menuju ke sistem untuk dilakukan pelumasan terhadap komponen-komponen yang
ada di dalam transmisi secara menyeluruh.
Clucth housing
Clutch housing adalah rumah dari clucth kopling yang berfungsi sebagai pelindung clutch
kopling, clutch housing juga berfungsi sebagai tempat dudukan dari pada oil pump dan input
shaft.
Transmisi gear/ roda gigi transmisi
Transmisi gear atau roda gigi transmisi berfungsi untuk mengubah input dari motor
menjadi output gaya torsi yang meninggalkan transmisi sesuai dengan kebutuhan mesin.
Bearing
Bearing berfungsi untuk menjaga kerenggangan dari pada shaft (poros), agar pada saat unit 39
mulai bekerja komponen yang ada di dalam transmisi tidak terjadi kejutan, sehingga transmisi
bisa bekerja dengan smooth (halus).
Piston ring (ring penyekat oli).
Piston ring berfungsi sebagai penyekat agar tidak terjadi kebocoran pada sistem
pelumasan, piston ring juga berfungsi sebagai pengencang input shaft agar input shaft tidak
rengang pada saat unit berjalan.
Sun gear (gigi matahari)
Sun gear berfungsi untuk meneruskan putaran ke planetary gear section. Sun
gear berhubungan langsung dengan gear yang ada pada unit planetary yang berfungsi sebagai
penerus putaran, momen dari transmisi.
Oil filter (filter oli)
Oil filter adalah komponen yang berfungsi untuk menyaring oli dari kotoran. Oli harus di
saring, agar komponen transmisi tidak cepat aus yang disebabkan karena terjadinya gesekan
antara komponen yang dapat menimbulkan geram-geram. Sehingga oli yang masuk ke sistem
harus disaring dulu agar unit transmisi tetap baik.
Oil pipe (pipa oli)
Oil pipe adalah pipa oli tipe batang, yang berfungsi sebagai saluran oli untuk menyalurkan oli
dari transmisi case ke planetary gear section untuk dilakukan pelumasan terhadap
unit planetary.

Komponen Gearbox
1.Input shaft cover gearbox Berfungsi sebagai penerus putaran dari motor penggerak.
Resume:

2.Oil seal gearbox Berfungsi sebagai penahan oli supaya tidak bocor dari poros.
3.Oil hole cover gearbox Berfungsi sebagai saluran pemasukan oli
4.Worm shaft gearbox Berfungsi sebagai penerus putaran dari worm wheel ke outputshaft
5.Worm wheel gearbox Berfungsi sebagai penerus putaran dari input shaft outputshaft
6.Out cover gearbox Berfungsi sebagai penutup lubang output shaft
7.Frame gearbox Berpungsi sebagai rumah dari gear box
8.Paking gearbox Berfungsi sebagai penahan oli supaya tidak bocor
LANGKAH-LANGKAH PEMBONGKARAN GEAR BOX
Untuk perawatan dan perbaikan dari gear box harus dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:
 Keluarkan terlebih dahulu oli yang berada dalam gear box
 Lepaskan paking dear box dari frame
 Buka baut pengikat dari out cover sehinga shaft terlepas dari kedudukannya
 Lepaskan pula worm wheel dari frame
 Lepaskan pula worm shaft dari frame
 Serta lakukan pemeriksaan pada bagian-bagain komponen gear box
LANGKAH PEMERIKSAAN
 Adapun perosedur yang dijalankan dalam pemeriksaan dari gear box adalah sebagai berikut:
 Lakukan pengukuran pada diameter out shaft dan input shaft darikeausan
 Lakukan pemeriksaan pada worm shaft apakah ada kehausan
 Pemeriksaan terhadap worm wheel apakah ada kerusakan
 Periksa oil seal bocor apa tidak
 Periksa bantalan dari setiap shaft apakah sudah haus apa tidak
40  Periksa apakah paking masik baik apa tidak
 Periksa keadan dari baut pengikat gear box
Gearbox

Gearbox NMRV 030


Gearbox NMRV 040
Gearbox NMRV 050
Gearbox NMRV 063
Gearbox NMRV 075
Gearbox NMRV 090
Gearbox NMRV 110
Gearbox NMRV 130
Gearbox NMRV 150
Gearbox WPA 50
Gearbox WPA 60
Gearbox WPA 70
Gearbox WPA 80
Gearbox WPA 100
Gearbox WPA 120
Gearbox WPA 135
Gearbox WPA 155
Gearbox WPA 175
Gearbox WPA 200
Gearbox WPA 250
Gearbox WPO 50
Gearbox WPO 60
Gearbox WPO 70
Gearbox WPO 80
Gearbox WPO 100
Gearbox WPO 120
Gearbox WPO 135
Gearbox WPO 155
Gearbox WPO 175
Gearbox WPO 200
Gearbox WPO 250

Langkah Pemeriksaan Gearbox


Adapun perosedur yang dijalankan dalam pemeriksaan dari gearbox adalah sebagai
41
berikut:
1. Lakukan pengukuran pada diameter out shaft dan input shaft gearbox dari
keausan
2. Lakukan pemeriksaan pada worm shaft gearbox , apakah ada keausan
3. Pemeriksaan terhadap worm wheel gearbox , apakah ada kerusakan
4. Periksa oil seal gearbox , bocor apa tidak
5. Periksa bantalan dari setiap shaft gearbox , apakah sudah aus apa tidak
6. Periksa apakah paking gearbox , masih baik apa tidak
7. Periksa keadaan dari baut pengikat gearbox
Gearbox reducer NMRV
Gearbox reducer NMRV 030
Gearbox reducer NMRV 040
Gearbox reducer NMRV 050
Gearbox reducer NMRV 063
Gearbox reducer NMRV 075
Gearbox reducer NMRV 090
Gearbox reducer NMRV 110
Gearbox reducer NMRV 130
Gearbox reducer NMRV 150
Gearbox reducer WPA 50
Gearbox reducer WPA 60
Gearbox reducer WPA 70
Gearbox reducer WPA 80
Gearbox reducer WPA 100
Gearbox reducer WPA 120
Gearbox reducer WPA 135
Gearbox reducer WPA 155
Resume:

Gearbox reducer WPA 175


Gearbox reducer WPA 200
Gearbox reducer WPA 250

Injector
Fungsi injektor adalah dengan menyuntikkan bahan bakar tekanan tinggi dari relke
dalam ruang pembakaran mesin pada waktu yang tepat, kuantitas, rasio, danatomisasi, sesuai
dengan sinyal
dari ECU. TWV (dua arah solenoid valve) mengatur tekanan di dalam ruangkontrol untuk
mengendalikan awal dan akhir injeksi. Lubang penahan kecepatanpembukaan
katup nozzle untuk mengatur rasio injeksi. Perintah pistonmentransmisikan tekanan
dari ruang kontrol untuk katup jarum nozzle.

42
Konstruksi
Injector terdiri dari bagian nozzle (mirip dengan tipe konvensional), lubang (yang
mengatur rasio injeksi), perintah piston, dan katup solenoid dua arah (TWV).

cara kerja/OperasiThe TWV bagian injektor terdiri dari dua katup , katup dalam ( fixed )
dan katup luar ( bergerak ). Kedua katup presisi pas pada sumbu yang sama . dan salah satu
kursi terbuka selektif tergantung pada apakah TWV adalahON atau OFF.

43
a . Tidak ada InjeksiKetika ada arus yang diterapkan pada solenoid , semi katup dan kekuatan
tekanan hidrolik mendorong katup luar ke bawah, menyebabkan kursi luar untuk tetap
tertutup . Karena rel tekanan tinggi diterapkan ke ruang kontrol melalui lubang , nozzle tetap
tertutup tanpa suntik bahan bakar .
b . mulai InjectionKetika saat ini diterapkan pada TWV , kekuatan solenoid valve menarik
luar ke atas , menyebabkankursi luar untuk membuka . Akibatnya , bahan bakar dari ruang
kontrol mengalir keluar melalui lubang , menyebabkan jarum untuk mengangkat dan untuk
memulai injeksi bahan bakar . Selain itu , rasio injeksi meningkat secara bertahap
sesuai dengan gerakan lubang . Sebagai aplikasi saat ini terus berlaku , injektor mencapai
Resume:

rasio injeksi maksimum .


c . akhir InjectionKetika arus ke TWV terputus , semi katup dan gaya hidrolik (tekanan bahan
bakar ) menyebabkankatup luar untuk turun dan kursi luar menutup . Pada saat ini , bahan
bakar tekanan tinggi darirel segera dimasukkan ke ruang kontrol, menyebabkan nozzle untuk
menutup tiba-tiba . Akibatnya , injeksi berakhir cepat .

44
Circuit Diagram
PERINGATAN:
Tegangan tinggi diterapkan pada kabel yang terhubung
ke COMMON1,COMMON2, dan TWV
# 1 - # 6 terminal ECU. Ekstra hati-hati untuk mencegah sengatan listrik.

Priming Pump
a. Kegunaan
Pompa priming (priming pump), saringan bahan bakar dan sedimeter biasanya tergabung
dalam satu group.

1. Pompa priming, digunakan untuk membuang udara dari dalam sistem bahan
bakar. Apabila tangki bahan bakar kosong (bahan bakar habis) atau ketika ada
penggantian komponen sistem bahan bakar atau ada sambungan pada sistem bahan
bakar yang tidak rapat, udara akan masuk ke dalam sistem bahan bakar.
Kemungkinan udara tersebut bisa masuk ke dalam feed pump atau plunyer pompa
injeksi sehingga mengakibatkan mesin tidak bisa hidup.
2. Saringan bahan bakar, berfungsi untuk menyaring kotoran yang ada pada
bahan bakar agar tidak masuk ke dalam pompa injeksi. Kotoran yang ada di dalam
tangki bahan bakar dicegah agar tidak masuk ke dalam feed pump ataupun pompa
injeksi. Kotoran tersebut bisa menyebabkan keausan pada komponen pompa dan
mungkin juga menyebabkan penyumbatan pada aliran bahan bakar, misalnya pada
noozle atau katup pengiriman. Akibatnya, aliran bahan bakar menjadi tidak lancar dan
menyebabkan pembakaran tidak sempurna. Kondisi ini mengakibatkan mesin kurang
tenaga.
3. Sedimeter, bertugas memisahkan air dari dalam bahan bakar agar tidak masuk
ke dalam pompa injeksi. Air dalam sistem bahan bakar menyebabkan terjadinya
korosi pada komponen dan saluran dalam sistem bahan bakar serta mengganggu
proses pembakaran mesin. Untuk mencegah hal itu, air dipisahkan dalam sedimeter.
Apabila jumlah air melebihi batas maksimal, lampu indikator akan menyala dan air
harus dibuang dari dalam sedimeter.
Berikut ini ditunjukkan gambar grup komponen di atas (pompa injeksi tipe distributor) dan
juga tipe lain dari priming pump pada pompa injeksi tipe in-line.

45

Priming Pump untuk Pompa Injeksi Tipe Distributor


Priming Pump untuk Pompa Injeksi Tipe In-Line
Resume:

b. Perawatan
 Lakukan pembuangan udara dari dalam sistem bahan bakar dengan cara
menggerakkan/menekan pompa priming secara manual, gambar (A). Kemudian kendorkan
mur pipa union pada sisi penahan noozle, gambar (B). Hidupkan mesin untuk membuang
udara keluar sistem dan menekan bahan bakar keluar dari pipa injeksi.

Pembuangan Udara dari Sistem Bahan Bakar

 Ganti saringan bahan bakar jika telah mencapai batas pemakaian yang ditentukan oleh
produsen mesin. Lakukan pembuangan udara setelah dilakukan penggantian saringan.
46  Lakukan pembuangan air dari dalam sedimeter dengan cara membuka baut pelepasan
yang ada pada bagian bawah saringan bahan bakar.
Baut Pelepasan Air pada Sedimeter
Delivery Valve
a. Kegunaan dan Konstruksi
Katup pengiriman dipasang pada pompa injeksi dan ditempatkan pada kepala distributor
(pompa injeksi tipe distributor) atau pada rumah pompa (pompa injeksi tipe in-line) dengan
sebuah pemegang katup dan pegas. Kegunaan katup ini untuk membantu noozle agar bahan
bakar menutup (berhenti mengalir) pada setiap akhir penginjeksian. Noozle harus menutup
dengan cepat dan rapat untuk mencegah bahan bakar menetes (dribble) agar tidak terjadi
pembakaran prematur pada siklus pembakaran berikutnya.
Gambar berikut ini menunjukkan posisi dan konstruksi katup pengiriman.

Posisi Katup Pengiriman

Konstruksi Katup Pengiriman

b. Perawatan
Kerusakan katup ini biasanya disebabkan oleh keausan pada dudukan katup atau katup
pembebasan (relief valve) yang mengakibatkan bahan bakar tidak bisa cut-off pada setiap
akhir penginjeksian. Hal ini menyebabkan karbon menempel (carbon adhesion) pada ujung
47
noozle sehingga bentuk semprotan yang tidak benar. Bahan bakar yang diinjeksikan tidak
terbakar seluruhnya dan mengakibatkan terjadinya asap hitam dan peningkatan temperatur
gas buang. Kerusakan pada koponen ini tidak bisa diatasi dengan penyetelan atau perbaikan.
Sebaiknya dilakukan penggantian komponen lengkap (assembly).
Gambar berikut ini menunjukkan ilustrasi bagaimana bentuk dribble setelah penginjeksian.

Dribble pada Noozle


Resume:

48
49
50
Resume:
51
2.2 Common Rail
Fugsi rail adalah untuk mendistribusikan bahan bakar bertekanan tinggi oleh pompa pasokan
untuk dibagi ke masing-masing silinder dengan menggunakaninjektor.
Sensor tekanan rail, aliran damper, dan pembatas tekanan dipasang pada rail.
Sebuah pipa injeksi bahan bakar melekat pada flow dumper untuk mengalirkanbahan bakar bertekanan
tinggi ke injektor. pressure limiter terpasang pada pipayang diarahkan kembali ke tangki bahan bakar.
Flow Damper
Flow Damper mengurangi tekanan denyut dalam pipa tekanan tinggi, sehingga memberikan bahan
bakar ke injektor pada tekanan yang stabil. Selain itu, aliran bahan
bakar yang berlebihan, peredam aliran menutup sebagian bahan bakar,sehingga mencegah aliran bahan
bakar yang abnormal.
Ketika jumlah abnormal bahan bakar mengalir tekanan tinggi diterapkan padapiston. Seperti
terlihat pada gambar, ini menyebabkan piston dan bola untuk bergerak ke
kanan, sampai bola mencapai kursi dan menutup bagian bahan bakar.
Pressure Limiter
Fungsi [3] Pressure Limiter untuk menghilangkan abnormal tekanan tinggi dengan membuka
katup untuk melepaskan tekanan. Pressure
Limiter beroperasi(membuka katup) ketika Tekanan rel mencapai sekitar 140MPa. Kemudian, ketika
tekanan menurun sekitar 30MPa, resume Pressure Limiter (menutup katup)fungsinya untuk
mempertahankan tekanan.
Rail Pressure Sensor
Rail Pressure Sensor dipasang pada rel dan mendeteksi tekanan bahan bakar.Ini adalah jenis semi-
konduktor sensor tekanan yang memanfaatkan sifat-sifatsilikon untuk mengubah nya listrik
resistensi ketika tekanan diterapkan.

Sistem Rem (Brake System)


Pada setiap kendaraan baik mobil, motor, ataupun kendaraan lainya sistem rem pasti akan dipasang,
Resume:

karena rem adalah salah satu bagian yang sangat penting pada sebuah kendaraan.

A. FUNGSI
Sistem Rem berfungsi untuk :
1. Mengurangi kecepatan (memperlambat) dan menghentikan kendaraan.
2. Memungkinkan parkir pada tempat yang menurun
3. Sebagai alat pengaman dan menjamin pengendaraan yang aman

52
Gambar: Posisi pemasangan komponen sistem rem
B. PRINSIP REM
Prinsip rem adalah merubah energi panas menjadi energi gerak. Umumnya, rem bekerja disebabkan
oleh adanya sistem gabungan penekanan melawan sistem gerak putar. Efek pengereman (braking
effect) diperoleh dari adanya gesekan yang ditimbulkan antara dua objek / benda.

Gambar : Prinsip kerja rem

C. TIPE REM
Rem yang dipergunakan pada kendaraan bermotor dapat digolongkan menjadi beberapa tipe
tergantung pada penggunaannya.
1. Rem kaki (foot brake) digunakan untuk mengontrol kecepatan dan meng-hentikan kendaraan
2. Rem parkir (parking brake) untuk memarkir kendaraan.
3. Rem tambahan (auxiliary brake) untuk membantu rem kaki dan digunakan pada kendaraan besar

Rem hidraulis
Rem kaki Rem roda

Rem pneumatis

Center brake

Rem Rem parkir Rem mekanik

Rem roda belakang

Rem tambahan Exhaust brake


53
D. REM KAKI
Rem kaki (foot brake) dikelompokkan menjadi dua tipe : rem hidraulis (hydraulic brake) dan rem
pneumatis (pneumatis brake).
Rem hidraulis mempunyai keuntungan lebih respon (lebih cepat) dan konstruksi lebih sederhana,
sedangkan rem pneumatis menggunakan kompre-sor yang menghasilkan udara bertekanan untuk
menambah daya pengereman.

Master silinder (master cylinder)


Mekanisme Kerja Booster rem
Katup proporsi (proportioning valve)

Sistem rem Tipe tromol (drum brake)


Mekanisme rem
Tipe piringan (disc brake)

E. MEKANISME KERJA
Master Silinder
Resume:

Bila pedal ditekan, master silinder akan menghasilkan tekanan hidraulis


Cara kerja pedal rem didasarkan pada prinsip tuas yang merubah tekanan pedal rem yang kecil menjadi
besar
F2 = F1 x A
B
F1 : Tenaga pedal (kg)
F2 : Output push rod (kg)
A1 : Jarak pedal ke fulcrum
A2 : Jarak pushrod ke fulcrum

54
Berdasarkan hukum Pascal :
Tekanan pada zat cair akan dite-ruskan ke segala arah dengan tekanan yang sama besar.
a. Tipe dan Konstruksi Master Silinde
Ada dua tipe master silinder :
Tunggal dan ganda (tandem) Pada umumnya untuk sistem rem digunakan master silinder tipe ganda
(tandem), yang mem-punyai keuntungan bila salah satu sistem tidak bekerja , tetapi sistem lain tetap
berfungsi deng-an baik
Pada sistem penggerak roda belakang, piston no.1 untuk roda depan dan piston no.2 untuk roda
belakang. Pada kendaraan penggerak roda depan, terdapat beban tambahan pada roda depan, untuk
mengatasi hal ini digu-nakan diagonal split hydraulic system

Kendaraan penggerak roda belakang Kendaraan penggerak roda depan

b. Cara Kerja
- Saat pedal rem tidak diinjak
Piston cup no. 1 & 2 terletak di antara inlet port dan compensa-ting port, sehingga terdapat salu-ran
antara cylinder dan reservoir tank.

55
- Saat pedal rem diinjak
Piston no. 1 bergerak ke kiri dan piston cup menutup compensa-ting port, sehingga menyebab-kan
tekanan hidraulis dalam si-linder bertambah dan tekanan ini diteruskan ke wheel cylinder kembali ke
reservoir.
Resume:

- Saat pedal rem dibebaskan


Piston kembali ke posisi semula oleh tekanan hidraulis dan te-gangan return spring, dan mi-nyak
kembali ke reservoir.

c. Outlet Check Valve


Pada beberapa master silinder terdapat outlet check valve yang berfungsi untuk mempertahan-kan
tekanan sisa pada pipa rem (1 kg/cm2) untuk mencegah ter-lambatnya pengereman
56
1. REM TROMOL (DRUM BRAKE)
Pada rem tromol, kekuatan tena-ga pengereman (self energizing action / effect) diperoleh dari se-patu
rem yang diam menekan bagian dalam tromol yang ber-putar.

A. KOMPONEN
Komponen rem tromol terdiri dari : backing plate, silinder roda (wheel cylinder), sepatu rem dan
kanvas (brake shoe & lining), tromol rem (brake drum).

a. Backing Plate
Backing plate terbuat dari baja press, karena sepatu rem terkait pada backing plate, maka aksi daya
pengereman tertumpu pa-da backing plate

57
b. Silinder Roda
Ada dua tipe silinder roda (wheel silinder): double piston dan single piston. Bila timbul tekanan
hidraulis pada master silinder maka akan menggerak-kan piston cup, piston akan menekan ke arah
sepatu rem, kemudian menekan tromol rem.Apabila rem tidak bekerja, piston akan kembali ke posisi
semula karena kekuatan pegas pembalik sepatu rem.
Bleeder plug berfungsi sebagai baut pembuangan udara yang terdapat pada sistem rem

c. Sepatu Rem dan Kanvas Rem


Sepatu rem terbuat dari plat baja Kanvas rem dipasang dengan cara dikeling atau dilem
Kanvas terbuat dari campuran fiber metalic, brass, lead, plastic dan sebagainya
Kanvas harus mempunyai koefi-sien gesek yang tinggi dan harus dapat menahan panas dan aus
Resume:

d. Tromol Rem
Tromol rem (brake drum) ter-buat dari besi tuang (gray cast iron)
Ketika kanvas menekan bagian dalam dari tromol akan terjadi gesekan yang menimbulkan pa-nas
yang mencapai suhu 200 - 300°C

58
B. TIPE REM TROMOL
a. Tipe Leading Trailing
Pada tipe ini terdapat satu wheel silinder dengan dua piston yang akan mendorong bagian tas dari
tromol rem. Leading shoe lebih cepat aus dari pada trailing shoe

b. Tipe Two Leading


Tipe ini mempunyai dua wheel silinder yang masing-masing me-miliki satu piston.

Keuntungan :
Saat kendaraan maju kedua sepatu rem menjadi leading shoe sehingga daya penge-reman baik
Kerugian :
Saat kendaraan mundur ke-dua sepatu rem menjadi trailing shoe sehingga daya pengereman
kurang baik
c. Tipe Dual Two Leading
Tipe ini mempunyai 2 silinder ro-da (wheel cylinder), yang ma-sing-masing memiliki 2 buah piston,
dan menghasilkan efek pengereman yang baik saat ken-daraan maju maupun mundur

59
d. Tipe Uni-Servo
Tipe ini mempunyai 1 wheel cylinder dengan 1 piston.

Keuntungan :
Saat kendaraan maju kedua sepatu rem menjadi leading shoe sehingga daya penge-reman baik
Kerugian :
Saat kendaraan mundur kedua sepatu rem menjadi trailing shoe sehingga daya pengereman kurang
baik
e. Tipe Duo-Servo
Tipe ini merupakan penyempur-naan dari tipe uni-servo yang mempunyai 1 wheel cylinder dengan 2
piston. Gaya pengereman tetap baik tanpa terpengaruh oleh gerakan kendaraan.
Resume:

C. CELAH SEPATU REM


Celah yang tidak tepat dapat menyebabkan :
Celah sepatu rem terlalu besar akan menyebabkan kelambatan pada pe-ngereman.
Celah sepatu rem terlalu kecil, rem akan terseret dan menyebabkan keausan pada tromol dan
kanvas
Celah sepatu rem tidak sama akan menyebabkan kendaraan tertarik ke satu arah
Oleh karena itu dibutuhkan mekanisme penyetel otomatis celah sepatu rem.
Penyetelan Otomatis Celah Sepatu Rem
Cara Kerja
60 Saat rem parkir bekerja, maka tuas tertarik ke kiri. Pada saat yang bersamaan, tuas penyetel berputar
searah jarum jam me-ngelilingi pin tempat sepatu rem terpasang, memutarkan adjust-ing screw.
a. Celah Sepatu Rem Lebih Besar dari Standar
Saat tuas rem parkir ditarik, maka adjusting lever akan bergerak jauh melebihi jarak gigi berikut dari
adjusting screw. Saat tuas rem parkir dibe-baskan, adjusting lever akan turun dan memutar adjusting
screw sehingga menyetel celah.

b. Celah Sepatu Rem Standar


Saat rem parkir ditarik, adjusting lever hanya bergerak sedikit (tidak melebihi gigi berikut pada
adjusting wheel). Celah sepatu rem tetap (tidak berubah).

2. REM CAKRAM (DISC BRAKE)


Rem cakram (disc brake) terdiri dari cakram (disc rotor) yang terbuat dari besi tuang yang berputar
dengan roda, dan disc pad yang berfungsi untuk men-dorong dan menjepit cakram
Daya
pengereman dihasilkan ka-rena gesekan antara disc pad dan disc rotor.

61
Keuntungan :
Radiasi panas baik
Bila terkena air lebih cepat kering
Konstruksi sederhana
Mudah dalam perawatan serta penggantian pad
Kerugian :
Self energizing effect kecil
Resume:

Membutuhkan tekanan hidraulis yang besar


Pad lebih cepat aus

A. KOMPONEN-KOMPONEN
Piringan (disc rotor)

Komponen utama Caliper*

Pad rem (disc pad)


* Caliper akan dijelaskan pada “Jenis-jenis Caliper”
a. Piringan (Disc Rotor)
Disc rotor terbuat dari besi tuang dalam bentuk solid (biasa) dan berlubang-lubang untuk ventilasi
Tipe ventilasi digunakan untuk menjamin pendinginan yang baik untuk mencegah fading (koefisien
gesek berkurang).

TIPE SOLID TIPE VENTILASI TIPE SOLID DENGAN TROMOL

62

b. Pad Rem
Pad (disc pad) terbuat dari campuran metallic fiber dan serbuk besi, yang disebut semi-metallic disc
pada. Pada pad diberi celah untuk menunjukkan tebal batas pad yang diijinkan (mempermudah
pemeriksaan)
Pada beberapa pad terdapat anti-squel shim yang berfungsi untuk mence-gah bunyi saat pengereman,
dan pad wear indicator untuk menginformasi-kan keausan pad yang sudah tipis.

B. JENIS-JENIS CALIPER
a. Tipe Fixed Caliper (Double Piston)
Pada tipe ini daya pengereman didapat bila pad ditekan piston secara hidraulis pada kedua sisi disc.

b. Tipe Floating Caliper


Cara Kerja Pada tipe ini hanya terdapat satu piston. Tekanan hidraulis dari master cylinder
mendorong piston (A) dan selanjutnya menekan disc. Pada saat yang sama tekanan hidraulis menekan
sisi pad (B) menyebabkan caliper bergerak ke kanan dan menjepit cakram dan terjadilah pengereman

C. PENYETELAN OTOMATIS CELAH ROTOR DENGAN PAD


Bila pad menjadi aus, maka celah antara rotor dan pad bertambah dan memerlukan langkah yang lebih
besar. Oleh karena itu dibutuhkan suatu mekanisme penyetelan celah otomatis yaitu piston seal type
adjusting mechanism
Cara Kerja
1. Celah Normal (Keausan Pad Tidak Ada)
Bila rem dioperasikan ,maka piston seal membentuk elastis seperti pada gambar. Bila pedal rem
dilepas, piston seal akan kembali ke bentuk semula, dan menarik piston kembali. Besarnya deformasi
(amount of deformation) seal adalah celah pad. 63
2. Celah Terlalu Besar (Pad Aus)
Saat pad aus, bila rem dioperasikan maka gerakan piston akan lebih jauh, tetapi besarnya deformasi
seal tetap. Bila pedal rem dilepaskan, maka piston kembali dengan jarak yang sama besar dengan
deformasi seal, dan celah sepatu rem telah distel.

Saat piston ditekan keluar


Resume:

Saat tekanan dibebaskan


3. REM PARKIR
Rem parkir (parking brake) terutama digunakan untuk memarkir kendaraan Rem parkir terbagi
menjadi dua tipe : tipe roda belakang dan tipe center brake. Kendaraan penumpang menggunakan tipe
roda belakang, dan kendaraan truk atau niaga menggunakan tipe center brake

64

Cara kerja :
Mekanisme kerja (operating mechanism) pada dasarnya sama untuk tipe rem parkir roda belakang dan
tipe center brake. Tuas rem parkir ditempatkan ber-dekatan dengan tempat duduk pengemudi. Dengan
menarik tuas rem parkir, maka rem bekerja melalui parking brake cable, intermediate lever, pull rod,
equalizer, parking brake cable kiri dan kanan. Di bawah ini beberapa tipe tuas yang digunakan
tergantung pada design tempat duduk pengemudi dan sistem kerja yang dikehendaki.

Tuas rem parkir dilengkapi dengan rachet untuk mengatur tuas pada suatu posisi pengetesan
Pada beberapa tuas rem parkir mur penyetelannya dekat dengan tuas rem un-tuk memudahkan
penyetelan. Kabel rem parkir memindahkan gerakan tuas ke tromol rem sub-assembly. Pada rem
parkir roda belakang, dibagian tengah kabel diberi equalizer untuk menyamakan daya kerja pada roda
kiri dan kanan
Tuas intermediate (intermediate lever) dipasang untuk menambah daya pengoperasian

A. BODI REM PARKIR


a. Rem Parkir Tipe Roda Belakang
Bodi rem parkir dikelompokan menjadi dua tipe struktural bergantung pa-da pada andilnya tromol rem
atau piringan rem (menjadi satu) atau kom-ponen rem yang terpisah

Tipe rem parkir sharing


Klasifikasi struktural
Tipe rem parkir devoted
b. Tipe Rem Parkir Sharing
Tipe rem ini digabungkan dengan rem kaki Hubungannya dilakukan secara mekanik dengan sepatu
rem atau pad rem
1. Kendaraan dengan Tromol Rem
Pada tipe rem parkir ini, sepatu rem akan mengembang oleh brake shoe lever dan shoe strut.

65

2. Kendaraan dengan Rem Piringan


Dalam tipe rem parkir ini, meka-nisme rem parkir disatukan da-lam caliper rem
Gerakan tuas menyebabkan le-ver shaft berputar menyebabkan spindle menggerakkan piston dan
piston mendorong pad men-jepit disc.

c. Tipe Rem Parkir Devoted


Pada tipe rem parkir ini, tromol rem terpisah dari disc brake be-lakang, Cara kerjanya sama dengan
tipe rem parkir seperti pada tromol rem.
Resume:

d. Rem Parkir Tipe Center Brake


Tipe ini banyak digunakan pada kendaraan komersil (niaga)
Tipe ini salah satu dari tipe rem tromol tetapi dipasang antara ba-gian belakang transmisi dan ba-gian
depan propeller shaft. Pada rem parkir tipe ini daya pe-ngeremannya terjadi saat sepatu rem yang diam
menekan bagian dalam tromol yang berputar ber-sama out put shaft transmisi
Cara kerjanya sama dengan tipe rem parkir seperti pada tromol rem.

66

4. BOOSTER REM
Booster berfungsi untuk melipat gandakan (2 sampai 4 kali) daya penekanan pedal, sehingga daya
pengereman yang lebih besar dapat diperoleh
Contoh :
Bila pedal rem ditekan dengan gaya 40 kg, gaya ini diperbesar oleh tuas pedal menjadi 200 kg untuk
menekan booster. Misalkan besarnya vakum pada booster adalah 500 mm.Hg, gaya output yang
dihasilkan adalah 410 kg

a. Prinsip keja
Bila vakum bekerja pada kedua sisi piston, maka piston akan terdorong ke ka-nan oleh pegas. Bila
tekanan atmosfir masuk ke ruang A, maka piston bergerak ke kiri menekan pegas karena adanya
perbedaan tekanan, menyebabkan batang piston menekan piston master silinder.

b. Konstruksi
1. Bagian dalam booster dihubungkan dengan pompa vakum (diesel) atau intake manifold (bensin)
melalui check valve
2. Check valve berfungsi sebagai katup satu arah yang hanya memungkinkan udara mengalir dari
booster ke mesin
3. Ruang booster terbagi menjadi dua bagian oleh diapragm yaitu constant pressure chamber dan
variable pressure chamber
4. Pada control valve mechanism terdapat air valve dan vacum valve
5. Valve operating rod dihubungkan ke pedal rem

67

c. Cara Kerja
Ketika Pedal Rem Belum Ditekan
Air valve tertarik ke kanan oleh air valve return spring bertemu dengan control valve sehingga
tertutup, dan udara luar tidak bi-sa masuk ke variable pressure chamber. Vacum valve terbuka
menyebabkan terjadinya keva-kuman pada constant dan vari-able pressure chamber. Piston terdorong
ke kanan oleh pegas diapragma.

Ketika Pedal Rem Ditekan valve operating rod mendorong air valve dan control valve, me-nyebabkan
vacum valve tertutup dan air valve terbuka. Hal ini me-nyebabkan udara luar masuk ke variable
Resume:

pressure chamber. Per-bedaan tekanan antara variable dan constant pressure chamber menyebabkan
piston bergerak ke kiri.

5. KATUP PENYEIMBANG
Kendaraan yang mesinnya terle-tak di depan, bagian depannya lebih berat dibandingkan dengan
bagian belakangnya. Bila kenda-raan direm, akan menyebabkan beban ban depan bertambah dan
beban ban belakang berku-rang. Bila daya cengkeram pengerem-annya berlaku sama pada ke em-pat
rodanya, maka roda bela-kang yang memiliki beban lebih kecil cenderung akan mengunci lebih dulu
sehingga menyebab-kan ngepot (skid). Dengan alasan tersebut, diperlu-kan proportioning valve yang
68 berfungsi untuk mengurangi te-kanan hidraulis untuk wheel cylinder roda belakang, sehing-ga
mencegah terjadinya ngepot.
Proportioning valve ditempatkan pada brake pipe belakang.
69
Resume:

1. JENIS-JENIS PROPORTIONING VALVE


2. PRINSIP KERJA
Tekanan Master Cylinder Tidak Ada

Piston terdorong ke kanan oleh pegas, katup C terbuka, Tekanan Master Cylinder Rendah
70 Tekanan hidraulis dari master silinder diteruskan dari ruang A ke ruang B melalui katup C. Tekanan di
ruang A dan B menjadi sama.
Tetapi luas permukaan piston di ruang B lebih besar dari pada ruang A, menyebabkan piston bergerak
ke kiri. Gerakan ini berlawanan dengan pegas yang mendorong piston dan menyetop gerakan piston
bila mencapai titik dimana daya pegas seimbang dengan tekanan hidraulis

Tekanan Master Cylinder Tinggi


Piston makin bergerak ke kiri sampai katup C menutup.Pada saat ini terjadi split point (titik a pada
grafik)Bila tekanan hidraulis di dalam ruang A dinaikkan lagi, piston bergerak ke kanan dan membuka
katup C. Karena tekanan di ruang B bertambah, piston bergerak ke kiri karena perbedaan luas
penampang dan menutup katup C. Proses ini terjadi secara berulang untuk mengatur tekanan yang
bekerja di wheel cylinder belakang

3. CARA KERJA PROPORTIONING VALVE


Tekanan Master Silinder Rendah : Piston terdorong ke kanan oleh pegas. Minyak rem mengalir dari
master silinder melalui celah an-tara cylinder cup dan piston ke wheel cylinder belakang.
Tekanan Master Silinder Tinggi : Tekanan minyak mendorong pis-ton ke kiri melawan tegangan pe-
gas, menyebabkan piston menu-tup cylinder cup. Piston terus bergerak ke kiri menyebabkan volume di
sebelah kanan cylin-der cup bertambah dan tekanan wheel cylinder belakang berkurang.

71
4. CARA KERJA BLEND PROPORTIONING VALVE
a. Tekanan Master Cylinder Rendah
Cara kerja saat tekanan master cylinder rendah pada blend proportioning valve sama dengan cara kerja
saat tekanan master cylinder rendah pada proportioning valve
b.Tekanan Master Cylinder Sedang
Cara kerja saat tekanan master cylinder sedang pada blend proportioning valve sama dengan cara kerja
saat tekanan master cylinder tinggi pada proportioning valve
c. Tekanan Master Cylinder Tinggi
Saat tekanan master cylinder tinggi, by pass valve (II) bekerja, dimana tekanan minyak rem
Resume:

mendorong piston (1) melawan tegangan pegas. Seal tidak menutup saluran(4), sehingga tekanan
hidraulis di master cylinder sama dengan wheel cylinder
Pada blend proportioning valve terda-pat dua split point.

72

6. SISTEM REM ANTI LOCK (ANTI LOCK BRAKE SYSTEM)


Rem anti-lock ini berfungsi untuk mengerem kendaraan dengan cara tidak langsung mengunci (rem-
tidak-rem-tidak-dan seterusnya)

a. KOMPONEN-KOMPONEN DAN FUNGSI

Speed Sensor Depan : mendeteksi kecepatan roda pada masing-masing roda depan.
Speed Sensor Belakang : mendeteksi kecepatan roda pada masing-masing roda depan.
Switch Lampu Rem : mendeteksi tanda pengereman dan mengirimkan signal ke ABS computer.
Anti-Lock Warning Light : lampu menyala sebagai peringatan bahwa pada ABS ada yang tidak
berfungsi.
ABS Actuator : mengontrol tekanan minyak rem pada masing-masing wheel cylinder dengan
signal dari ABS computer.
6. ABS Computer : dengan signal-signal dari masing-masing speed sensor komputer menghitung
jumlah akselerasi dan deselerasi, dan mengirim signal ke ABS actuator.

Retarder Perangkat Pembantu Pengereman


Oke, langsung saja saya akan membahas sedikit tentang perangkat pengereman yaitu RETARDER.
Apa sih Retarder itu?
Retarder adalah alat bantu pegereman non friksi/non kontak untuk meningkatkan fungsi dari sistem 73
pengereman utama. Perangkat ini biasanya digunakan pada kendaraan berat seperti Bus dan Truck.
Sistem pengereman yang berbasis gesekan rentan terhadap pemudara rem (aus) ketika digunakan secara
terus menerus, yang dapat berbahaya. Misalnya jika truk atau bus yang menurun di turunan panjang. Oleh
sebab itu, kendaraan berat sering dilengkapi dengan sistem tambahan yang tidak berbasis gesekan untuk
membantu pengereman sehingga tingkat keausan rem konvensional berumur panjang & safety lebih terjaga.
Fungsi Retarder ini adalah untuk memperlambat kendaraan, atau mempertahankan kecepatan stabil pada
turuan sehingga Sebagai gesekan pada rem bisa dikuranggi, terutama pada kecepatan yang lebih tinggi.
Berikut illustrasi gambar kerja Retarder

sumber foto : www.bismania.com


Keterangan :
EB : EB: Exhaust Brake
R : Retarder
Exhaust Brake berfungsi untuk menghentikan laju kendaraan dan biasanya langsung menghentikan laju
roda mengggunakan pedal brake. Kalau Auxilary brake berfungsi untuk memperlambat laju kendaraan,
bukan menghentikan kendaraan.
Dari sini sehingga dibuatlah auxilary brake dengan mengandalkan komponen yang lain ada yang
menggunakan Exhaust Brake dan atau Retarder. Nah konsep yang paling murah dan mudah adalahExhaust
Brake. Karena itu banyak yg menggunakan fungsi ini.
Resume:

sumber foto : www.bismania.com

74
sumber foto : www.bismania.com
Totalnya ada 5 klik di tuas Retarder. Semakin naik tingkat kliknya semakin melambatkan laju kendaraan.
Bahkan untuk klik ke-5 selain retarder bekerja, Exhaust Brake juga akan bekerja. Sehingga laju bis akan
sangat terbebani.
Retarder ini selain diterapkan di kendaraan seperti Bus, Truck dan Kereta Api juga dapat diaplikasikan di
kendaraan pribadi kok, asalkan kendaraan berjalan diatas 50Km/h. Lebih rendah dari itu, meggunakan rem
biasa
System Retarder ada dua:
1. . Electric retarder. System ini menggunakan prinsip "electromagnetic induction" sama
seperti prinsip motor listrik (ada rotor ada stator)tapi kebalikannya bukan untuk memutar tapi
menahan laju putaran. System ini ada biasanya di as transmisi, dimana rotor berada di as dan
statornya menempel di chasis atau transmision house. Jadi jika stator ini diberikan arus listrik
maka akan terbentuk medan magnet (eddy current) dan menahan gerakan rotor, gradan dan roda.
System ini sangat
2. Hydraulic retarder. System ini Menggunakan system tahanan viskosistas olie didalm
ruangan tertutup yg terbagi dua satu statis dan satunya bergerak dan ada vanes atau katub diatara
keduanya. Systemnya mirip dg kipas radiator mobil anda (bukan yg electric lho), coba putar kipas
mobil anda maka akan terasa ada yg menahan. System ini dipasang pada as transmisi antara
kopling dan gardan. Daya retardernya tergantung jumlah olie yg ada dichamber.
Untuk cara pegoperasian sangat macam macam dan mohon maaf saya masih kurang begitu paham tentang
sistem kerja retarder,

Exhaust Brake (Rem Angin)


Exhaust brake dikenal juga sebagai exhaust retarder atau orang awam menyebutnya skep adalah alat bantu
pengereman non friksi (tidak ada gesekan secara langsung) yang menunjang kinerja sistem pengereman
utama. Tugasnya sama seperti retarder elektrik / hidrolik. Prinsip kerja exhaust brake yaitu menutup saluran
gas buang (knalpot) dari mesin sehingga tekanan gas buang akan naik. Dengan naiknya tekanan di ruang
bakar ini maka gerakan naik turun piston akan tertahan dan secara perlahan putaran mesin dan kecepatan
kendaraan juga akan berkurang.

75

Exhaust brake butterfly valve


Besarnya momen puntir negative yang memperlambat mesin adalah berbanding lurus dengan tekanan balik
yang diterima oleh piston. Exhaust brake teknologi terkini mempunyai apa yg disebut Exhaust Pressure
Modulation (EPM) dimana tekanan dari gas buang dimonitor dan diatur sehingga menaikan performa
pengereman pada beberapa tingkatan
putaran mesin.
Pengoperasian
Tuas untuk mengaktifkan exhaut brake berbeda-beda letaknya. Umumnya ada dibawah lingkar kemudi
seperti di Hino atau di lantai dengan cara diinjak seperti di MB. Alat ini bekerja efektif di putaran mesin
tertentu. Contoh di tachometer OH-1525 dan OH-1725 ada tulisan top brake pada kisaran rpm 2100 - 2700.

Tachometer Mercedes-Benz OH 1525


Resume:

Exhaust brake pada Hino gabung dengan tuas


wiper, tekan ke arah bawah untuk melambatkan
kendaraan

Keunggulan dari exhaust brake ini adalah konsepnya yang sederhana (bila dibanding retarder elektrik /
hidrolik) tetapi performanya tak kalah dalam membantu memperlambat laju kendaraan terutama kendaraan
berat. Asalkan pola pengoperasiannya tepat, sesuai dengan karakteristik performa kerjanya.
Ada beberapa logic sequence yang harus dipenuhi agar exhaust brake dapat bekerja. Misalnya switch on,
pedal kopling tidak diinjak, pedal gas tidak di injak, transmissi tidak dalam posisi netral baru exhaust brake
bisa aktif. Di beberapa tipe ada juga, misal kecepatan kendaraan dibawah 15km/jam maka exhaust brake
otomatis akan mati.
Efek samping
1. Anda akan mendengar suara tambahan pada saat exhaust brake diaktifkan. (Ssssss...Jooossshh)
2. Efek berikutnya yaitu berpengaruh dengan cepat kotornya oli mesin. Kita tahu exhaust gas terdiri dari
partikel carbon yang mestinya dibuang tapi disini ditahan oleh katup exhaust brake. Tetapi selama jadwal
penggantian oli terkontrol dan rutin, tidak ada masalah
Yang pasti exhaust brake maupun retarder ini hanya sebagai alat bantu pengereman utama, hanya bisa
memperlambat laju kendaraan tetapi tidak bisa menghentikan kendaraan secara total.

76
Susunan gigi percepatan pada handle / tuas transmisi
ada dua tipe yaitu :
Tuas transmisi lantai
Ini adalah susunan 5 gigi kecepatan yang lazim digunakan pada mobil modern ditambah dengan satu
gigi mundur yang ditandai dengan R. Penempatan gigi mundur (R) krucial karena bisa salah
memasukkan dapat mengganggu jalannya kendaraan, karena kalau dari gigi 5 salah pindah ke mundur
bisa berakibat fatal.

Susunan ini adalah susunan 5 gigi kecepatan yang lazim digunakan pada bus ringan ditambah dengan
satu gigi mundur yang ditandai dengan R. Gigi 1 biasanya jarang dipakai, dipakai pada saat mendaki
di tanjakan terjal.

Tuas transmisi di setir

Layout mobil dengan 3 gigi maju yang merupakan susunan gigi percepatan mobil-mobil Amerika
keluaran tahun 1930an sampai dengan tahun 1950an yang pada waktu itu dijuluki "three on the three"
Merupakan layout yang dikembangkan sesudah itu, yang juga dikembangkan oleh mobil-mobil
keluaran Eropa dan Jepang. Sampai saat ini masih digunakan pada beberapa mobil niaga
seperti Mitsubishi L 300.

Macam-Macam Sistem Transmisi


Sistem transmisi pada kendaraan merupakan sistem yang menjadi penyalur energi dari mesin ke
diferensial dan as. Saat mesin dinyalakan dan mobil dijalankan, sistem transmisi memutar as 77
sehingga roda dapat berputar dan menggerakkan mobil untuk melaju. Pada kendaraan system
transmisi diperlukan sebab mesin pembakaran yang umumnya digunakan dalam mobil merupakan
mesin pembakaran internal yang menghasilkan putaran atau rotasi antara 600 sampai 6000 rpm.
Sedangkan, roda dapat berputar pada kecepatan rotasi antara 0 sampai 2500 rpm.Terdapat dua sistem
transmisi yang umumnya saat ini, yaitu transmisi manual dan transmisi otomatis. Juga terdapat sistem-
sistem transmisi yang merupakan gabungan antara kedua sistem tersebut, akan tetapi ini merupakan
perkembangan terakhir yang baru dapat ditemukan pada mobil-mobil berteknologi tinggi dan merek-
merek tertentu saja.
Transmisi Manual
Merupakan salah satu jenis transmisi yang banyak dipergunakan dengan alasan perawatan yang lebih
mudah. Pada tranmisi manual terdiri dari 3 sampai dengan 7 speed / kecepatan.
Transmisi Semi Otomatis
Adalah transmisi yang dapat membuat kita dapat merasakan sistem transmisi manual atau otomatis,
bila kita sedang menggunakan sistem transmisi manual kita tidak perlu menginjak pedal kopling
karena pada sistem transmisi ini pedal kopling sudah teratur secara otomatis.
Transmisi Otomatis
Terdiri dari 3 bagian utama, yaitu :
1.Torque converter
2. Planetary gear unit dan,
3.Hydraulic control unit
Torque converter berfungsi sebagai kopling otomatis dan dapat memperbesar momen mesin.
Sedangkan Torque converter terdiri dari Pump impeller, Turbine runner, dan Stator. Stator terletak
diantara impeller dan turbine. Torque converter diisi dengan ATF (Automatic Transmition Fluid).
Momen mesin dipindahkan dengan adanya aliran fluida.
Tiptronic
(BMW menyebutnya Steptronic, pabrikan lain juga punya nama sendiri tapi sebenarnya semuanya
sama). Sebenarnya sama saja dengan sistem Automatic biasa, tapi kita bisa memindahkan gigi sendiri
dengan tuas. Sedikit lebih mahal daripada matic biasa.
Mercedes sudah punya sistem 7 AT.
Keunggulan : kenyamanan matic tapi kita bisa memindahkan gigi sendiri.
Resume:

Kelemahan : sama seperti matic biasa, kurang responsif.


Clutchless Manual
Clutchless Manual merupakan sistem manual tanpa pedal kopling, dengan tuas transmisi bukan seperti
tuas matic tapi persis seperti tuas manual (1-2-3-4-5-R). Kopling dapat diatur computer, cara
memindahkan gigi : pedal gas sedikit diangkat untuk memberitahu computer untuk siap2 mengatur
kopling, lalu pindahkan tuas manual. Sistem ini hanya sempat muncul sebentar, contohnya pada
Mercedes A-class generasi pertama . Sistem ini tidak populer karena tidak senyaman matic/tiptronic
yang bisa berpindah gigi sendiri.
CVT
Hampir sama seperti sistem matic lainnya, menggunakan belt yang variable sehingga rationya bisa
diubah2. Sebenarnya hanya punya satu gigi atau sering disebut tidak bergigi. Audi menyebutnya
Multitronic, pabrikan lain juga punya nama sendiri2 tapi semuanya sama.
Ada juga yg menggunakannya untuk menipu customer seperti Honda dengan sistem ’7-speed
Steermatic’-nya. Berbeda dengan 7 AT milik Mercedes yang benar2 memiliki 7 gigi asli, Steermatic
Honda ini hanya mengubah2 ratio belt saja. Bandingkan saja dengan Tiptronic, respons tenaganya
kalah jauh. Sebab sistem CVT ini memiliki kurva tenaga yang linear.
Keunggulan : Perpindahan gigi ‘tidak terasa’. Sebenarnya bukannya ‘tidak terasa’, tapi karena
sebenarnya TIDAK ADA GIGI YANG BERPINDAH karena hanya punya satu gigi. Lebih irit
daripada matic biasa karena tidak menggunakan torque converter.
Kelemahan : Sangat tidak cocok untuk performance car. Tenaga tidak responsif, kalah responsif oleh
matic biasa sekalipun. Pada matic biasa begitu di-kickdown langsung turun gigi, sedangkan pada CVT
hanya mengubah ratio belt saja.
Contoh kasus : tandingkan saja Vios (4AT) vs City (CVT).
78
Sequential Manual
Transmisi manual yang koplingnya diatur oleh computer, bisa berpindah gigi hanya dalam sepersekian
detik. Tidak ada pedal kopling, dan pasti ada PADDLE di belakang setir untuk memindahkan gigi.
Bedakan dengan ‘tombol pemindah gigi’ pada tiptronic atau CVT, PADDLE ini bukan berupa tombol
di setir tapi semacam tuas di belakang setir.
Bisa pindah gigi sendiri seperti matic biasa,sebab ada ‘auto’ mode tapi tidak sehalus matic biasa
karena ini tetap adalah transmisi manual. Pada ‘auto mode’ dan posisi gigi masuk, jika tidak direm
mobil tidak akan bergerak maju sendiri karena ini sistem manual dan bukan matic, tidak ada torque
converter. Digunakan hanya optional pada mobil2 sport hi-performance.
Keunggulan : respons yang bahkan lebih cepat daripada manual biasa, bahkan jika dipindahkan oleh
pembalap profesional sekalipun.
Kelemahan : pada “auto” mode, perpindahan gigi tidak begitu halus dan kadang terasa menyentak,
terutama pada kondisi stop-and-go yang tidak cocok untuk mobil2 sport.
Contoh : Transmisi mobil2 F1, Transmisi SMG milik BMW, Sequential F-1 milik Ferrari, SMT
(Toyota, pada MRS spider) dan E-Gear (Lamborghini). Tadinya sistem ini dianggap sebagai ‘the
future’, sebelum munculnya teknologi double-clutch gearbox (look below). Kini sudah mulai
ditinggalkan karena banyak keluhan tidak nyaman pada auto mode-nya.

Doouble-Clutch Gearbox (tercanggih saat ini)


Transmisi manual yang koplingnya diatur computer seperti Sequential Manual di atas, tapi perbedaan
utamanya adalah, menggunakan DUA KOPLING, yang tugasnya menangani dua gigi yg berbeda :
gigi yang sedang digunakan, dan gigi yang akan dimasuki.
Dua kopling memungkinkan sudah masuk gigi berikut bahkan ketika gigi awal belum dilepas
sepenuhnya.
Hasilnya, Perpindahan gigi yang tidak terasa, seperti pada CVT, namun perbedaan besarnya adalah,
tenaganya bahkan lebih responsif daripada manual biasa.
Baru VW Group yang sudah memakai sistem ini, mereka menyebutnya DSG. BMW dan Porsche
masih sedang menyiapkan versi mereka masing2 (ZSG untuk BMW, PDK untuk Porsche).
Keunggulan : perpindahan gigi yang bahkan lebih mulus drpd matic, dengan tenaga lebih responsif
daripada manual.
Kelemahan : tidak ada. Bisa digunakan sama nyamannya dari mobil kecil sekelas Golf/A3 sampai
supercar dengan horsepower dan torque raksasa seperti Bugatti Veyron (7-speed DSG). (suk.053)

Masih berkutat di sistem rem yang belakangan banyak membuat resah pengguna bus,
sebenarnya, sistem yang terpasang sudah begitu canggihnya untuk mencegah rem loss
dengan sendirinya alias blong. Memang, yang masih menggunakan sistem air over 79
hydraulic atau kombinasi minyak rem dengan udara masih ada potensi. Tapi, versi
teranyar yang full air sudah lebih mumpuni loh. Sudah terbayang dong kalau cara rem
fungsinya melambatkan kendaraan, yakni ketika kampas rem ditekan dengan media
minyak rem. Nah, pada kendaraan besar macam bus, tekanan yang berlebih pada minyak
tentu bisa membuat titik didih minyak rem meningkat tinggi. Efeknya, minyak rem
kehilangan kemampuan untuk menekan. "Versi air over hydraulic yakni kampas tetap
ditekan dengan minyak rem. Bedanya, udara bertekanan yang digunakan untuk
mendorong minyak rem tersebut," urai Roffi Tresmawan, Training Publikasi Dept. PT.
Hino Motor Sales Indonesia (HMSI). Dimensi dan bobot bus yang besar, tentu bikin rem
turut bekerja ekstra. Pastinya, kekuatan kaki enggak bakal cukup kalau hanya
mengandalkan booster layaknya mobil konvensional. Maka dari itu, pada mesin terdapat
kompresor yang berguna untuk membangkitkan udara bertekanan, yang kemudian
disimpan dalam tangki khusus.
Resume:

Exhaust brake pada Hino gabung dengan tuas wiper, tekan ke arah bawah untuk melambatkan kendaraan
Beda dengan zat cair yang akan menghasilkan tekanan yang sama ke segala arah, udara mempunyai
sifat bisa dikompresi. Maka, tangki tersebut menjaga udara tetap di tekanan tertentu agar dapat
bekerja. Kerennya rem bus, terdapat juga exhaust brake, yang berfungsi utama sebagai alat bantu
untuk melambatkan kecepatan.
"Exhaust brake bekerja dengan cara menutup lubang exhaust, sehingga mesin tidak akan
membangkitkan tenaga baru. Kerjanya akan maksimal ketika dipakai, sambil dibantu dengan rem yang
terpasang," sambung Roffi lagi. Kalau Hino memasang perangkat ini pada tuas di sisi kiri setir, sedang
bus Mercedes-Benz pada tombol di dekat pedal. Kerjanya, tentu masih membutuhkan udara
bertekanan untuk menutup exhaust tersebut. Bayangkan betapa besarnya tekanan exhaust yang harus
dilawan untuk menutup lubang tersebut. Lebih efektif lagi, ketika mengerem, engine brake juga
digunakan.
Nah, kalau full air system, minyak rem sudah ditinggalkan. Gantinya, seluruh sistem pengereman
mengandalkan udara bertekanan untuk mendorong kampas rem. Karena bentuk batang pendorongnya
seperti huruf S, maka disebut juga S-cam. Awalnya, udara dari kompresor akan disaring, agar air yang
terkandung tidak ikut masuk dalam sistem rem. Seandainya masuk pun, air yang terlanjur masuk
masih bisa dibuang melalui drain valve yang terdapat di bagian bawah tangki.

80
Indikator tekanan udara paling penting, tidak boleh rusak apalagi mati (kiri) - Air over hydraulic masih mengandalkan minyak rem
untuk menekan kampas (kanan)
Tekanan udara dalam tangki dijaga oleh gorvernor, lalu nantinya akan diteruskan menuju rem depan
ataupun belakang, melalui brake chamber. "Pada bus Hino, tekanan dalam tangki dijaga sebesar 8,5
bar," ungkap pria ramah ini. Tentunya, sebesar apa udara akan mendorong kampas, berdasarkan
perintah dari tekanan pada pedal rem. Kebanyakan bus keluaran terbaru sekarang ini, bahkan sistem
rem sudah menggunakan bantuan sensor elektronik terkomputerisasi atau ECU (Electronic Control
Unit).
Kebalikannya dengan rem parkir. Pada bagian brake chamber terdapat per atau pegas berukuran besar
yang mempunyai tekanan besar, berfungsi untuk menekan kampas rem. Kalau pada pengereman
normal, udara bertekanan yang tersimpan digunakan untuk mendorong pegas tersebut agar kampas
tidak mengerem. Ketika rem parkir diaktifkan, maka tuas justru akan membuang udara pada brake
chamber agar rem selalu terkunci dengan tekanan dari pegas tersebut.
Jadi, sebenarnya istilah rem blong pada bus dengan full air system bisa dikatakan sangat kecil terjadi.
Kecuali, mekanik atau sistem perawatan masing-masing operator bus tersebut memang sengaja
melonggarkan rem parkir. Tujuannya beda-beda, bisa jadi akibat kompresor terlalu lemah untuk
menghasilkan tekanan yang diinginkan, atau bisa jadi ada kebocoran pada jalur udara. Kembali lagi,
seandainya perawatan yang dikerjakan sudah memenuhi prosedur, pastinya pabrikan sudah membuat
sistem yang ada seaman mungkin, tanpa perlu mengorbankan konsumen kan. • Rio

Macam-macam Gangguan/Kerusakan Transmisi Manual


1. Pemindahan antar gigi sulit
a. Poros persneling atau penyambung bengkok
b. Kabel kopling tidak disetel dengan baik
c. Garpu persneling aus
d. Poros persneling aus
e. Roda gigi atau selongsong synchronizer macet pada poros atau pemutarnya
f. Cincin atau pegas penyerempak aus
g. Gigi eksternal aus atau mengelupas
h. Poros input atau bantalan pilot bengkok
i. Level pelumas rendah
j. Menggunakan pelumas yang tudak sesuai

2. Transmisi macet pada salah satu gigi


81
a. Poros persneling atau penyambung bengkok
b. Penekan persneling macet
c. Kopling tidak terbatas
d. Penyerempak macet
e. Level pelumas rendah

3. Transmisi melompat antar gigi


a. Pegas penekan lemah
b. Bantalan poros input atau output aus
c. Bantalan pilot aus
d. Poros atau roda gigi koclak berlebihan
e. Selongsong penyerempak aus
f. Pasak poros input longgar atau patah
g. Rumah kopling atau transmisi longgar
h. Transmisi tidak sejajar

4. Terjadi benturan roda gigi


a. Penyerempak aus
b. Kopling menggesek
c. Bantalan pilot atau poros input bengkok
d. Kecepatan idle engine tinggi
e. Level pelumas rendah atau kualitas pelumas tidak sesuai

5. Transmisi gaduh/kasar pada roda gigi


a. Cakram kopling rusak
b. Celah antara roda gigi dengan poros utama berlebihan
c. Bantalan aus atau rusak
d. Gigi pada roda gigi patah
e. Roda gigi pinion speedometer aus
f. Penyerempak aus
g. Bantalan pilot aus
Resume:

h. Level pelumas rendah


i. Transmisi tidak sejajar
j. Bantalan poros counter aus atau cincin menjepit

6. Transmisi gaduh/kasar pada saat netral


a. Bantalan poros input aus
b. Roda gigi aus atau patah

7. Transmisi gaduh/kasar pada saat mundur


a. Roda gigi idle mundur atau bos poros aus/rusak
b. Roda gigi mundur pada poros utama aus/rusak
c. Roda gigi counter aus atau rusak
d. Mekanisme pemindah rusak

Selective Gear Transmission


Terdiri dari beberapa model, yaitu : model Sliding Mesh, Constant Mesh dan
Syncromesh. Selective Gear Transmission mempunyai konstruksi yang sederhana,
kesukaran yang timbul juga relatif ringan, biaya produksinya rendah, dan dewasa ini
banyak sekali digunakan pada kendaraan bermotor (mobil). Sebaliknya, pada transmisi
model ini terdapat beberapa kerugian, diantaranya perbandingan gigi-giginya tidak
kontinu dilakukan dalam beberapa tingkat (dari 3 sampai 5 tingkat) diperlukan setiap kali
pemindahan gigi apabila keadaan jalan berubah dan menimbulkan suara.
82
a. Tipe Sliding Mesh
Model ini dilengkapi dengan gigi-gigi yang meluncur (sliding gear) dari berbagai macam
ukuran yang terpasang pada poros outputnya. Dengan meluncurkan gigi-gigi ini agar
berkaitan dengan gigi susun (counter gear) untuk memperoleh pengaturan yang
sempurna, bermacam perbandingan dapat diperoleh. Kombinasi yang umum pada
transmisi model ini adalah 3 sampai 5 tingkat ke depan/maju dan 1 tingkat untuk mundur.

Gambar berikutnya memperlihatkan konstruksi transmisi model sliding mesh 3 tingkat


untuk maju dan 1 tingkat untuk mundur. Apabila garpu pengatur gigi transmisi (gear shift
fork) digerakkan ke arah 1 oleh tuas pengatur gigi (gear shift lever), sliding gear (2) yang
terpasang pada output shaft (1) tertarik ke depan agar berkaitan dengan low speed
gear (9) pada counter shaft (8), menimbulkan perputaran input shaft yang dipindahkan
dengan urutan (6) – (9) – (2) untuk memutarkan output shaft. Pengaturan gigi ini adalah
salah satu yang menghasilkan kecepatan terendah dari input shaft dan transmisi dapat
dikatakan low (gigi 1) apabila pada keadaan seperti ini. Apabila garpu pengatur gigi (gear
shift fork) digerakkan ke arah 2, (2) dan (9) tidak berkaitan dengan second sliding
gear (3) didorong ke belakang agar berkaitan dengan second speed gear (10). Perputaran
input shaft dipindahkan dengan (6) – (10) – (3) untuk memutarkan output shaft. Dalam
keadaan seperti ini disebut second atau kedua (gigi 2).

Apabila garpu pengatur gigi digerakkan ke arah 3, (3) dan (10) tidak berkaitan, tetapi (3)
dengan clutch (4) berkaitan, dengan demikian input dan output shaft menjadi satu dan
berputar bersamaan. Pada posisi ini transmisi disebut posisi “top” (gigi 3). Apabila garpu
pengatur gigi digerakkan ke arah depan R, sliding gear (2) digerakkan ke belakang
berkaitan dengan reverse idle gear (12). Perputaran input shaft dipindahkan dalam urutan
(6) – (7) – (11) – (12) – (2) untuk memutarkan output shaft dalam arah putaran mundur.
Di antara selective gear transmission, tipe sliding mesh inilah yang paling sederhana
konstruksinya. Dikarenakan belum adanya ukuran yang tepat untuk memudahkan
perkaitan gigi, maka cara kopling ganda (double clutching) harus dilakukan agar
pemindahan gigi-gigi dapat berlangsung dengan sempurna. Selain itu gigi-gigi ini
cenderung menimbulkan suara berisik. Karena adanya kesukaran tersebut, dewasa ini 83
tidak dipergunakan lagi. Adapun contoh mobil yang menggunakan model transmisi
sliding mesh adalah sedan Holden, Daihatsu, Tronton, Suzuki Fronte dan lain-lain.
b. Tipe Constant Mesh
Pada transmisi model ini, roda gigi yang berkaitan harus dapat bergerak pada putaran
yang sama. Jika tidak, gigi-gigi akan berbunyi dan tidak berkaitan dengan mudah. Model
constant mesh telah dikembangkan untuk membatasi kekurangan pada tingkat tertentu.
Gambar berikut menunjukkan sebuah transmisi yang gigi 3 dan 4 nya (ketiga dan ke
empatnya) terdiri dari model constant mesh. Pada model ini, gigi input shaft dan counter
gear ada dalam “perkaitan yang tetap” (constant mesh). Gigi ke-3 pada output shaft
dikondisikan dapat berputar bebas di shaft. Pada gigi kopling (clutch gear) diberi alur-
alur dan diposisikan sedemikian rupa (pada poros output) sehingga dapat digerakkan
sepanjang alur-alur untuk berkaitan dengan alur pada roda gigi constant mesh yang selalu
berputar pada dudukannya. Sebagai contoh, apabila gigi-gigi ingin dipindahkan pada
tingkat 3, gigi kopling didorong ke belakang agar dapat berkaitan dengan bagian dalam
gigi ketiga pada poros output. Kemudian, momen mesin akan berpindah dalam urutan :
input shaft – counter shaft –gigi ketiga (pada output shaft) – clutch gear – output shaft.
Resume:

c. Tipe Synchromesh
Transmisi model ini, mempunyai banyak keuntungan untuk memungkinkan pemindahan
gigi dengan lembut dan cepat tanpa menimbulkan bahaya pada gigi-gigi dan tidak
memerlukan pelayanan dengan kopling ganda (double clutching).
Mobil yang menggunakan tipe sinkromesh adalah : sedan Datsun 120Y, Suzuki Carry
1.6, Suzuki Carreta 1.0, Toyota Corola, Toyona Corona, Benz 200, Mazda 626, BMW
520i, dll.
1) Prinsip Konstruksi Transmisi Sinkromesh

84 Melihat pada gambar diatas memindahkan gigi-gigi dari tingkat yang lebih tinggi ke
tingkat yang rendah pada saat mobil berjalan, pertama kopling dibebaskan dan gigi
diposisikan pada netral (bebas). Bagian-bagiannya terdiri dari: gigin susun (counter gear)
dan gigi 3 berada pada kecepatan asli yang tertinggi tetapi kecepatan gigi 3 dalam
hubungan dengan clutch hub sleeve ada lebih rendah dan menjadi lebih lambat dengan
perlahan-lahan karena adanya berbagai macam tahanan. Sebaliknya, clutch hub sleeve
dan out put shaft yang disatukan untuk menggerakan roda disesuaikan dengan kecepatan
kendaraan dan tidak akan menjadi lambat. Karena itu, terjadi perbedaan putaran yang
besar pada clutch hub sleeve dan gigi 3. Dalam hal ini, pada sliding gear type, putaran
gigi ke 3 akan bertambah oleh adanya kopling ganda untuk disesuaikan dengan putaran
clutch hub sleeve. Pada type sinkromes, sebagai ganti mempertinggi putaran mesin
dilakukan dengan hub sleeve. Sebuah kopling dengan bentuk kerucut (conical clutch)
disebut synchronizer ring digunakan untuk menghasilkan gaya gesek antara clutch hub
sleeve dan gigi 3 yang berputar pada kecepatan yang sama kemudian gigi (alur-alur) akan
berkaitan. Ini adalah prinsip kerja transmisi sinkromesh.
2) Bagian-bagian utama transmisi sinkromesh
a) Clutch hub berkaitan dengan output shaft pada alur-alurnya.
b) Clutch hub sleeve berkaitan dengan bagian luar. Dilengkapi dengan alur bagian luar
untuk garpu pengatur (shift fork).
c) Synchronizer ring, berada disamping bagian gigi yang tirus pada output shaft. Ring
ini terbuat dari tembaga paduan.
d) Baji sinkromesh (synchromesh shifting key), dipasangakn di tiga tempat dibagian
luar diameter clutch hub dan ditekan oleh pegas-pegas pada hub sleeve.
3) Cara kerja transmisi sinkromesh

Dalam keadaan netral, gigi-gigi dalam keadaan perkaitan yang tetap dengan gigi susun
tetapi dapat berputar bebas pada output shaft. Output shaft, clutch hub, dan clutch hub
sleeve masing-masing beralur. Dengan demikian, semua dapat berputar sama. Ring-ring
sinkromesh berada dalam keadaan bebas, tetapi ujung-ujung shifting key ditempatkan
pada tiga tempat dari tiap ring-ring.
Apabila gigi-gigi berhubungan (shifting gear) :

a) Apabila tuas pengatur didorong menurut arah panah, clutch hub, dan shifting key
agar berkaitan pada bagian yang menonjol di bagian tengahnya. Dengan demikian, tenaga
akan berpindah ke shifting key. Kemudian, shifting key akan mendorong synchronizer
ring pada gigi tirus (core gear) yang mana gigi-gigi ini mulai cepat putarannya. Dalam
85
waktu yang bersamaan synchronizer ring akan ditarik oleh gigi. Dengan demikian, clutch
hub dan synchronizer ring akan saling berhadapan dengan bagian-bagian yang menonjol
keluar dari jajaran (gambar 1)).
b) Apabila shift lever didorong sedikit keras, clutch digeserkan lebih lanjut, maka clutch
tidak berkaitan dengan shifting key (keras). Synchronizer ring selanjutnya akan diseret
dan mengakibatkan clutch hub synchronizer ring saling mendorong dengan kuat seperti
ditunjukkan pada gambar berikut. Selama tenaga dipindahkan, putaran gigi ke 3 akan
bertambah, hingga akhirnya clutch hub dan gigi ke 3 berada pada kecepatan yang sama
(gambar 2)).
c) Apabila tuas pengatur didorong lebih lanjut, dan apabila clutch hub disinkronisasikan
dengan gigi 3, synchronizer ring menjadi bebas dalam arah putarannya. Dengan
demikian, clutch hub telah berkaitan dengan gigi ke 3 (gambar 3)

JURNAL SISTEM PERAWATAN AIR BRAKE (REM) PADA


KENDARAAN
Resume:

Sistem rem berfungsi untuk mengurangi kecepatan (memperlambat) dan


menghentikan kendaraan serta memberikan kemungkinan dapat memparkir kendaraan di
tempat yang menurun. Sistem rem udara, dasar kerja pengereman Rem bekerja dengan dasar
pemanfaatan gaya gesek Tanaga gerak putaran roda diubah oleh proses gesekan menjadi
tenaga panas dan tenaga panas itu segera dibuang ke udara luar. Pengereman pada roda
dilakukan dengan cara menekan sepatu rem yang tidak berputar terhadap tromol (brake drum)
yang berputar bersama roda sehingga menghasilkan gesekan Tenaga gerak kendaraan akan
dilawan oleh tenaga gesek ini sehingga kendaraan dapat berhenti.
B. Cara kerja air brake sistem
86 Full air brake adalah sistem pengereman yang paling banyak dipakai pada bis, truk
dan kendaraan berat lainnya. Untuk bis sendiri, saat ini rata2 sudah mengaplikasikan sistem
ini. Perbedaan mendasar dengan sistem hidrolik adalah media yang digunakan untuk menekan
kampas rem. Pada sistem hidrolik menggunakan media minyak, sedang pada full air brake
menggunakan tekanan udara.
Pada sistem full air brake terdapat beberapa komponen utama antara lain:
1. Compressor
2. Pressure regulator
3. Air reservoir tank
4. Treadle valve (Pedal rem)
5. Front / rear proportioning valve
6. Front and rear service brake chamber + spring brake chamber
7. Spring brake release valve (Tuas rem parkir)

Prinsip kerja sederhananya kurang lebih sebagai berikut:


Udara bertekanan yang dihasilkan oleh kompresor masuk ke air reservoir tank kemudian
menuju treadle valve (pedal rem). Treadle valve inilah yang mengatur besar kecilnya
tekanan udara di chamber yang menekan kampas rem, semakin dalam treadle valve
diinjak maka semakin besar tekanan di chamber dan otomatis rem semakin mengunci.
Disinilah perbedaan dengan system hidrolik, kalau di system hidrolik kaki kita menginjak
pedal rem itu untuk menekan / memompa minyak. Tapi di system full air brake
sebenarnya kita “hanya” membuka dan menutup katup, tenaga untuk mendorong kampas
rem berasal dari tekanan udara dari kompressor.
Ada perbedaan pada brake chamber roda depan dan belakang. Pada roda depan hanya
menggunakan air brake chamber, sedangkan pada roda belakang dikombinasikan antara
air brake chamber dengan spring brake chamber. Spring brake chamber berfungsi sebagai
alat keamanan jika terjadi kegagalan system pengereman (misal selang udara bocor,
kompressor rusak dll) dan juga berfungsi sebagai rem parkir.
Air brake sistem digunakan daya pengereman lebih besar dibanding dengan sistem yang 87
lainya semisal AOB (air over Brake) maka sistem ini digunakan di kendaran-kendaraan
berat khususnya pada kendaraan gandeng maupun bus agar beban yang berat mampu
diimbangi dengan system rem yang kemampuanya lebih berat juga.
Perawatan dan Cara kerja Sistem Rem Full Air Brake
(FAB).
Resume:

FAB

Full air brake atau sering di sebut system rem (FAB) adalah rem angin yang memanfaatkan tekanan
udara untuk menekan sepatu rem. Di sini pedal rem berperan hanya membuka dan menutup katup rem
(Brake valve). dan mengatur aliran udara bertekanan yang keluar dari tangki Udara (Air Tank).
Keuntungan system Full Air Brake Di banding yang lain :
 Daya pengendalian yang ringan.
 Dapat di peroleh daya pengereman yg besar.
 Dalam perbaikan lebih sederhana.
 Tidak akan terjadi kebocoran pelumas di skitar tromol
 Ramah lingkungan. Dll.
Di gunakan :
Karna daya pengereman lbih besar di bnding dengan system yang lainya semisal AOB.(Air Over
Brake). Maka system ini di gunakan di kendaraan-kendaraan berat khususnya pada kendaraan
gandeng.,,agar beban yang berat mampu di imbangi dengan system rem yang kmampuanya lbh brt
jga.

88
Komponen-komponen :
Sitem ini memiliki beberapa komponen untuk mendukung kerja dari suatu komponen lainya.
1. Air tank
2. Air kompresor
3. Brake Valve
4. Relay valve
5. Brake cember
6. Cam shaft
7. Air dryer
8. Fressur Regulator
Fungsi komponen :
1. Air Tank

Berfungsi untuk menampung udara sementara yang di suplay dari kompresor udara yg sebelumnya
udara tersebut sudah di saring terlebih dahulu oleh filter udara dan Air Dryer agar udara yg masuk
kedalam tangki bener bener bersih tidak terdapat kotoran atau air yang masuk ke system saluran!!
Dan demi keamanan pun savety di terapkan dalam system rem FAB ini bahwa tekanan didalam
tangkipun slalu harus sesuai yaitu :
740 -840 kPa (7,5 – 8,5 kgf/cm2). Apabila tekanan melebihi batas yang di tentukan maka udara di
dalam Air Tank akan di buang ke atmosfer agar udara di dalam tank tetep stabil.
Selain itu juga tangki di lengkapi dengan ckeck valve yaitu suatu komponen di Air
Tank yang berfungsi untuk menjaga saluran udara balik ke kompresor di saat mesin mati
maka check valve menutup saluran air thank yg ke kompresor,
 Air tank drains
89
Berfungsi sebagai sebagai mengeluarkan air dan kotoran pada air tank yang berbentuk
sebuah baut di bagian bawah tank
Air compressor governor
Berfungsi sebagai sebagai alat kontrol ketika compresor mengisi udara di dalam tanki,
ketika tekanan udara mencapai 125 psi akan menutup valve untuk menghentikan
pengisian udara, dan apabila tekan jatuh pada 100 psi maka Air compressor governor
mengijinkan untuk mengisi udara kedalam tanki.

2. Air Kompresor

.
Kegunaan Udara di dalam Air Tank :
Udara di dalam Air Tank di gunakan untuk menunjang sistem-sistem kelengkapan penujang kendaraan
seperti :, Clutch Boster (Boster Kopling), System Rem, klakson, Exaust Brake cylinder dan peralatan
tambahan lainnya. Seperti tadi dikatakan tekanan dalam tangki di jaga pada tekanan tertentu
yang di lakukan oleh pressur regulator. Ketika tekanan naik melebihi standar, proses
Resume:

pemberian tekanan udara di hentikan oleh udara pressur regulator yang menekan
Unloader Valve yang di tempatkan pada cylinder head kompresor. Ketika tekanan sudah
turun di bawah standar unloadder valve pun di naikan oleh pegas dan pemberian tekanan
udara di lanjutkan kembali.Kompresor di gerakan oleh mesin utama menggunakan v-belt
sebagai penghubung untuk memutarkan kompresor, untuk menghasilkan udara.seperti pada
gambar di bawah. Rem depan dan belakang memiliki relay valve tersendiri.
3. Brake Valve

Katup rem brake valve terpasang di bawah pedal rem pada sistem FOB atau AOB
Katup ini mengendalikan rem dengan cara membuka dan menutup untuk mengatur aliran udara
bertekanan. Pengendalian rem untuk roda depan dan belakang dilakukan secara terpisah.
Saat pedal rem di tekan sebuah plunger dan pegas bergerak menekan primary piston dan menutup
90 lubang ventilasi atas. Serta sebuah scondery piston dan menutup lubang ventilasi bawah. Ketika pedal
di tekan lebih dalam feed valve atas dan feed valve bawah terbuka sehingga udara bertekanan dari
tangki udara mengalir masuk ke power cylinder boster rem atau relief valve. Ketika pedal di lepas
aliran udara berbalik dan tekanan udara di lepaskan ke atmosfer melalui katup buang ( exaust valve)
yang berada di bawah katup rem.

4. Relay Valve

Relay valve di kendalikan oleh udara bertekanan dari brake valve, relay valve membuka dan menutup
aliran udara bertekanan dari tangki ke tabung rem (brake chember). Untuk mengaktifkan dan
membatalkan rem dengan cepat.
Kontruksi relay valve seperti pada gambar di bawah. Rem depan dan belakang memiliki relay valve
tersendiri.

5. Brake Chamber
· brake chamber dan slack adjusters

 brake chamber dan slack adjusters


Brake chamber berfungsi unuk merubah tekanan udaara menjadi gerakan mekanis dan melalui sebuah
push rod mengerakan tuas slack adjuster. Walaupun brake chamber depan dan belakang kontruksinya
sama pada brake chamber belakang biasanya di lengkapi dengan spring brake.
Saat udara bertekanan di alirkan ke dalam brake chamber , diafragma dan push rod tertekan dengan
kekuatan sesuai gaya tekan pada diafragma, menggerakan sebuah cam rem melalui tuas pada slack
adjuster.
Ketika pedal rem di lepas, push rod dan diafragma di tekan balik oleh sebuah pegas pembalik,
mengembalikan posisi cam dan membantu pembuangan udara. Slack adjuster kontruksinya seperti
pada gambar di bawah. Dengan memutar adjuster screw, worm gear dan camshaft akan berputar dan
akan mengatur celah kanvas dengan tromol. Pada ujung adjusting screw di pasang sistem pengunci
posisi yang terdiri dari spring dan ball.

 Spring brake chamber 91


Walaupun umumnya di pasang pada roda bagian belakang dan normalnya di gunakan sebagai rem
utama, di dalamnya di pasang spring brake yang dapat membantu pengereman pada saat darurat atau
parkir. Secara struktural brake chamber terbagi 2 bagian: Bagian rem utama (service brake) dan bagian
spring brake chamber seperti pada gambar . Bagian rem utama bekerja sebagai brake chamber biasa.
Bagian spring brake, pegas di tekan terus menerus pada posisi tertekan oleh udara yg bertekanan dari
lubang tabung spring brake (B) ketika udara pada spring brake chamber di buang, piston terdorong
oleh gaya pegas sleeve bergerak menekan push rod utama untuk mengaktifkan rem
Utuk menekan penuh spring brake di perlukan tekanan 490 kPa (5,0 kgf/cm2).
Tabung spring brake dilengkapi dengan baut pembebas (release bolt) untuk melepaskan rem secara
manual pada kondisi udara yg bertekanan kurang atau tidak ada. Sebelum melepas chamber, putar baut
pelepas seperti pada gambar untuk menghindari kecelakaan seandainya pushrod terdorong keluar
chamber.
 Spatu rem (brake lining) untuk sytem Full Air Brake.
Resume:

seperti terlihat pada gambar. Bentuk sepatu rem untuk sistem full-air berbeda dengan pada sisi
leading( pengarah) dan trailing (pengikut) di mana permukaan sepatu untuk sisi trailing di beri
cekungan. Pada spatu rem leading-trailing, spatu leading menghasilkan gaya pengereman yang lebih
besar akibat arah putaran tromol, sehingga tekanan pada permukaan sepatu lebih besar dan lebih cepat
aus. Permukaan spattu traling pada tonjolanya I beri cekungan sedemikian hingga tekanan permukaan
pada spatu leading dan trailing habis bersamaan. Ini juga untuk menghindari keausan bantalan yg tidak
merata akibat bentuk can eksentrik. Pada sisi hidrolis tidak ada sisi leading atau trailing karena tekanan
minyak rem menekan secara merata pada permukaan spatu rem.

6. Air dryer

92
Speperti di katakan di atas tadi air dryer berfungsi untuk menyaring kelembapan udara sebelum udara
masuk ke tangki udara di air dryer ini antara air dan kotoran di saring terlebih dahulu agar udara yang
masuk ke Air Tank bener-bener bersih.
Poin2 perbaikan pada rem full air :
 ganjal pedal rem, injak dan lepas, hidupkan rem gas buang, priksa kebcoran udara dari selang
selang sambungan degan air sabun.
 stel speling pedal sebelum menyetel celah spatu rem
 dongkrak roda dan periksa langkah pushrod brake cember saat menyetel celah sepatu rem
 gunakan suku cadang yg tepat untuk camshaft karna camshaft kiri dan kanan berbeda,
bentuknya.
 lumasi seal dengan grease silikon pada pada gasket karet saat memasang brake valve , relay
valve dan bagian2 lainya,,,,,,,
Point-Point perbaikan pada rem full air :
a. ganjal pedal rem, injak dan lepas, hidupkan rem gas buang, priksa kebcoran udara dari slang selang
sambungan dgn air sabun.
b. stel speling pedal sebelum menyetel celah spatu rem
c. dongkrak roda dan periksa langkah pushrod brake cember saat menyetel celah sepatu rem
d. gunakan suku cadang yg tepat untuk camshaft karna camshaft kiri dan kanan berbeda, bentuknya.
e. lumasi seal dengan grease silikon pada pada gasket karet saat memasang brake valve , relay valve
dan bagian2 lainya
Prosedur pengecekan sebelum perjalanan
Pastikan kendaraan berada pada tempat yang aman, set rem parkir, pasang penahan pada roda sebagai
prosedur keamanan pemeriksaan.
1. Pengecekan aliran
a. Periksa keamanan dan kondisi kompresor dan sabuk penggerak.
b. Periksa kondisi keamanan dan selang flesibel.
c. Htekan semua slack adjuster secara manual (menggunakan ry bar). Periksa gerakan, kondisi
mekanis dan kelengkapannya.
d. Periksa sudut push rod dan slack adjuster tidak melibihi 90o
2. Penamabahan tekanan udara
a. Peringan cut out kira-kira 60psi
b. Tekan terisi pada 50-90 psi dalam 3 menit
c. Governor atau cut out beroprasi minimal 105 psi dan maksimal 125 psi
3. Saat tekanan maksimal
a. Bebaskan rem parkir untuk mencegah kesalahan fungsi
b. Matikan mesin 93
c. Periksa kebocoran udara, kebocoran udara lebih kecil dari 3psi selam 1 menit
4. Diagnosis masalah dan penyebab
1. Tenaga pengereman kecil
a. Rem membutuhkan penyetelan, pelumasan atau penggantian kanvas
b. Tekan udara rendah dibawah 60psi
c. Tekanan pada brake valve delevy dibawah normal
d. Kesalahan ukuran akuator atau slack adjuster.
e. Terjadi masalah pada linkage
2. Rem kurang rensponsif
a. Rem membutuhkan penyetelan dan pelumasan
b. Tekan udara rendah dibawah 50 psi
c. Katup pengeremannya pembukanya tidak cukup
d. Terjadi kebocoran berlebih pada sistem
e. Pipa penyalur terlalu panjang
f. Terjadi penyumbatan pada pipa
3. Rem bebas dengan lambat
a. Rem membutuhkan penyetelan dan pelumasan
b. Katup pengereman tidak kembali keposisi terbebas penuh.
c. Terjadi kerusakan pada katup-katup
4. Rem tidak dapat bebas
a. Rem tidak dapat terbebas penuh
b. Terjadi masalah pada katup pengereman dan katup rely
c. Terjadi kebocoran atau penyumbatan pada pipa
5. Rem menyendat atau tidak teratur
a. Berikan paslin pada brake lining
b. Terjadi masalah pada katup pengeraman
Resume:

c. Tidak ada beban kendaraan atu tekanan pengereman


6. Rem tidak bekerja
a. Tidak ada tekan dalam sistem
b. Pipa tersumbat atau rusak
c. Katup pengereman rusak
7. Pengereman tidak seimbang
a. Rem membutuhkan penyetelan dan pelumasan
b. Axele mounting rusak
c. Lumasi dengan paselin pada brake nining
d. Pegas pengembali sepatu rem rusak
e. Diaphragma pada brake chamber rusak
f. Slack adjuster rusak
8. Tekan udara tidak dapat naik dengan normal
a. Meter tekanan udara rusak
b. Terjadi kebocoran udara yang besar
c. Penyetelan governor tidak sesuai
d. Sabuk penggerak kompresor hslip
e. Kompresor rusak
9. Tekan udara ke normal lambat
a. Terjadi kebocoran pada katup-katup
94 b. Volume tanki terlalu besar
c. Saringna udara pada kompresor tersumbat
d. Putaran mesin terlalu lambat
e. Katup hisap dan katup tekan kompresor bocor
f. Sabuk penggerak kompresor selip
10. Tekanan udara meningkat diatas normal
a. Meter tekan udara rusak
b. Penyetelan governor tidak sesuai
c. Penyumbatan jalur udara antara governor dan kompresor
d. Celah on loader terlslu besar sehingga tertahan pada posisi tertutup
11. Tekanan udara turun dengan cepat ketika mesin mati dan rem bebas
a. Katup pengereman bocor
b. Kebocoran pipa atau selang
c. Katup tekanan bocor
d. Governor bocor
12. Tekanan udara turun dengan cepat ketika mesin mati dan rem aktif
a. Kebocoran pada brake camber, aktuator atau silinder roda
b. Katup pengereman bocor
c. Kebocoran pipa atau selang
d. Volume tangki udara tidak emenuhi
13. Terdapat ketukan pada kompresor terus menerus atau berkala
a. Puli penggerak kendor
b. Backlash pada drive gear atau coupling besar
c. Bearing aus
d. Terjadi penumpukan karbon pada kepala silinder kompresor
14. Katup pengaman bocor
a. Penyetelan katup pengaman tidak tepat
b. Tekan udara dalam didtem diatas normal
15. Terdapat oli atau air terlalu banyak dalam sstem
a. Air pada tangki tidak pernah dibuka keluar
b. Oli kompresor berlebihan
c. Saringan oli kompresor tersumbat
d. Tekanan oli mesin terlalu besar
e. Terdapat tekanan balik dari ruang engkol mesin

IV. Penutup
Kesimpulan
a. Dapat mengetahui prinsip kerja air brake system
b. Mengetahui Komponen-komponen rem angin
c. Cara perawatan rem angin
Saran : Fungsi rem sangat penting sehingga agar tidak terjadi kegagalan dalam
pengereman maka butuh perawatan yang rutin.

Diagram fungsi Air Brake


Full air brake adalah sistem pengereman yang paling banyak dipakai pada bis, truk dan
kendaraan berat lainnya. Untuk bis sendiri, saat ini rata2 sudah mengaplikasikan sistem
ini. Perbedaan mendasar dengan sistem hidrolik adalah media yang digunakan untuk
menekan kampas rem. Pada sistem hidrolik menggunakan media minyak, sedang pada
full air brake menggunakan tekanan udara.
Pada sistem full air brake terdapat beberapa komponen utama antara lain: 95
1. Compressor
2. Pressure regulator
3. Air reservoir tank
4. Treadle valve (Pedal rem)
5. Front / rear proportioning valve
6. Front and rear service brake chamber + spring brake chamber
7. Spring brake release valve (Tuas rem parkir)
Resume:

Prinsip kerja sederhananya kurang lebih sebagai berikut:


Udara bertekanan yang dihasilkan oleh kompresor masuk ke air reservoir tank kemudian
menuju treadle valve (pedal rem). Treadle valve inilah yang mengatur besar kecilnya tekanan
udara di chamber yang menekan kampas rem, semakin dalam treadle valve diinjak maka
semakin besar tekanan di chamber dan otomatis rem semakin mengunci. Disinilah perbedaan
dengan system hidrolik, kalau di system hidrolik kaki kita menginjak pedal rem itu untuk
96 menekan / memompa minyak. Tapi di system full air brake sebenarnya kita “hanya”
membuka dan menutup katup, tenaga untuk mendorong kampas rem berasal dari tekanan
udara dari kompressor.
Exhaust Brake
Exhaust Brake Sesuai namanya adalah Rem Knalpot. Rem yang diperoleh dari menutup
lubang knalpot. Exhaust Brake biasanya diaplikasikan pada mesin diesel dengan menutup
jalan buang dari mesin, menyebabkan gas buang yang akan dikompresi dalam exhaust
manifold, dan silinder. Karena knalpot yang dikompresi, dan tidak ada bahan bakar yang
dibakar, putaran mesin akan terhambat yang pada akhirnya akan memperlambat kendaraan.
Jumlah torsi negatif yang dihasilkan biasanya berbanding lurus dengan tekanan balik dari
mesin.
Mengapa Rem Exhaust Brake banyak diaplikasikan pada mesin diesel, Karena mesin diesel
tidak memiliki katup throttle pada intake manifold, tidak ada vacum intake saat mesin tidak
menggunakan bahan bakar. Tentu bagi anda yang pernah memakai mesin diesel dan mesin
bensin tentunya akan merasakan perbedaaannya pada waktu anda melepas gas misalnya
waktu anda menuruni jalanan menurun, ya pada mesin bensin engine brake akan terasa
sedangkan pada mesin diesel akan lebih nyelonong bukan.
Exhaust Brake sering disalah artikan menjadi Rem Angin pada sebagian Besar Orang,
Padahal Rem Angin dan Exhaust Brake adalah sesuatu yang berbeda, walau sama sama
memanfaatkan angin ( Gas ) sebagai media nya.

Kumpulan Istilah Bagian Mesin


Transmission Dump Truck

Main relief valve


Main Relief valve terdapat dalam Torque Converter valve assembly yang terletak diatas Torque converter
housing. Main relief valve bekerja untuk membatasi maksimal pressure dalam system control transmission.
Saat pressure system mencapai settingnya (37.5 + 1.5 kg/cm2), main relief valve akan membebaskan
sebagian flow discharge pump menuju Torque Converter, sehingga tidak terjadi kenaikan pressure dalam
system control transmission. Dengan demikian Torque converter hanya akan bekerja setelah main pressure
tercapai.

Lock up valve
Lock-up valve dan lockup solenoid valve juga terdapat pada Torque Converter valve assembly.
Kedua valve bekerja untuk mengatur besarnya pressure yang sesuai untuk lock-up clutch dan juga
menepatkan saat bekerjanya clutch lock up .

Lock-up valve mempunyai modulating valve hingga saat lock-up clutch engaged, dapat lebih halus
(smooth) untuk menurunkan beban hentakan atau kejutan saat perpindahan speed. Sehingga mencegah
terjadinya puncak beban yang berkelanjutan (generation of peak torque) pada power train.Dengan demikian
unit mudah dikendalikan dan kemampuan serta daya tahan power train akan meningkat.

Saat Transmission controller mengirimkan arus perintah menuju solenoid valve, maka pilot pressure yang
menekan spool piston lock-up akan dibebaskan menuju sirkuit drain, sehingga tension spring akan
menggerakkan spool lock-up untuk menghubungkan pressure pump dengan piston lock-up untuk
mengengagedkannya. Kenaikan pressure lock-up clutch diatur secara bertahap (modulating) dengan cara
mengalirkan pilot pressure menuju load piston untuk memperbesar tension spring secara bertahap dan saat
load piston mencapai akhir langkahnya (tertahan pada stopper) maka setting pressure lock-up clutch + 16
kg/cm2 telah tercapai.

Torque converter relief valve


Torque Converter relief valve juga terdapat dalam Torque converter valve assembly. T/C relief valve
bekerja untuk membatasi pressure oli dari sisi drain Main relief valve yang akan masuk ke dalam torque
converter. Jika pressure oli mencapai + 8 kg/cm2, sebagian oli akan dibebaskan menuju circuit transmission
lubrication, sehingga pressurenya tidak dapat naik .
97
Oil cooler
Oil cooler type Element (layer) dipasang dalam lower tank radiator, sehingga terendam air radiator.
Terdapat port inlet yang menerima oli yang relative panas dari port outlet torque converter, dan oli mengalir
didalam element cooler. Selanjutnya permukaan element cooler akan menyalurkan panas oli dan air radiator
akan menyerap panas oli sehingga temperature oli dalam range kerja standart, selanjutnya oli yang sudah
relative lebih dingin dialirkan melalui port outlet oil cooler menuju circuit transmission lubrication.

Torque converter
Torque converter dipasang menjadi satu dengan PTO dan transmission. Didalam system, Torque Converter
terletak diantara engine dan transmission. Torque converter yang digunakan bertipe 3 element, 1 stage, 2
phase with lock-up clutch, sehingga terdiri dari pump, turbin, stator dan lock-up clutch. T/C berfungsi untuk
meneruskan putaran dan tenaga engine dengan menaikkan torquenya (1:2.4). Pump berfungsi untuk
merubah tenaga mekanis menjadi kinetis yang selanjutnya tenaga kinetis yang bekerja pada turbin akan
kembali menghasilkan tenaga mekanis, dengan terjadinya kenaikan torque. Stator with one way clutch
berfungsi untuk mengalirkan balik aliran oli dari turbin menuju pump. Sedangkan saat lock-up clutch
engaged, maka tenaga dan putaran engine akan diteruskan secara langsung (main clutch) menuju power
train.

Transmission assembly
Komponen yang menjadi satu torque converter dan PTO, dipasang pada middle of chasis dengan
menggunakan rubber mounting. Transmission terdiri dari susunan beberapa clutch pack (planetary gear
system & clutch) dan rotary clutch yang berfungsi untuk merubah kecepatan menjadi beberapa tingkat
kecepatan F1 – F7 dan R dengan mengengagedkan 2 buah clutch secara bersamaan. Input shaft
transmission dihubungkan dengan turbin Torque converter dan out shaft transmission dihubungkan menuju
differential dengan menggunakan propeller shaft. Setiap clutch mempunyai ECMV yang bekerja
mengengagedkan secara bertahap untuk mengurangi terjadinya kejutan saat shifting gear, sesuai dengan
arus perintah dari transmission controller Dengan demikian unit dapat dijalankan maju atau mundur dengan
kecepatan yang berbeda beda sesuai posisi gearshift lever dan beban yang terjadi (kondisi operasi).

Downshift inhibitor
Suatu system untuk mencegah terjadinya shiftdown secara tiba tiba saat terjadi kesalahan operasi, misalnya
pada awalnya gearshift selector posisi D dan actual gearspeed 6th , kemudian secara tidak sengaja gearshift
selector diposisi 3, maka gearspeed tidak akan dapat langsung shiftown ke gearspeed 3rd , tetapi akan
Resume:

shiftdown secara bertahap 5th, 4th, 3rd , sehingga tidak terjadi hentakan yang dapat menyebabkan
kerusakan pada komponen transmission.

Overrun prevention
Suatu system pengaman unit, yang bekerja secara otomatis saat speed engine mencapai 2600 rpm
(berdasarkan transmission input shaft speed sensor), untuk mengaktifkan rear brake – retarder brake,
sehingga kecepatan unit dikurangi secara otomatis dan mencegah terjadinya overrunning pada engine,
torque converter dan transmission, dengan demikian akan meningkatkan daya tahan (durability) dan
keandalan (reliability) unit.

Shift up and shift down point


Saat dimana input shaft transmission mencapai kecepatan putar tertentu, sebagai batasan dilakukannya
shifting gear secara otomatis, baik saat shift-down atau shift-up. Shift-up point adalah saat dimana
dilakukan kenaikan gearspeed secara otomatis misal dari F3 ke F4, sedangkan shift-down point adalah saat
dimana dilakukan penurunan gearspeed secara otomatis misal dari F4 ke F3. Shift up dan shift down point
akan dirubah secara otomatis oleh transmission controller untuk menyesuaikan dengan kondisi operasi :
High power mode atau Braking mode atau Economy mode, dengan tujuan untuk mengefektifkan tenaga
engine sebagai penggerak power train, menaikkan efek brake cooling serta memaksimalkan engine sebagai
brake.

ECMV( Electronic Control Modulating Valve )


ECMV terdiri dari dua valve : pressure proportional valve dan flow sensor valve.

Pressure Control valve


Pressure control valve terdiri dari proportional solenoid yang menerima sinyal arus dari controller
transmission dan pressure control valve merubahnya menjadi pressure hydraulic.
98 Flow Sensor valve
Valve ini bekerja berdasarkan pemicu (trigger pressure) dari pressure control valve dan mempunyai fungsi
seperti sebagai berikut :
1)Valve akan terbuka sampai clucth diisi oli, sehingga menurunkan waktu (filling time) yang terpakai saat
oli mengisi clutch.
2)Saat clucth menjadi penuh oli, valve akan menutup dan mengirim sinyal (Full Signal) ke controller untuk
memberitahukan bahwa pengisian sudah penuh.

3)Saat pressure mulai terjadi di clutch, output signalnya (full signal) akan dikirim ke controller untuk
memberitahukan apakah benar-benar terbangkit pressure atau tidak

Direct Drive
Suatu sistem pemindahan tenaga dan putaran yang menggunakan mekanisme clutch (disc with torsion
damper), sehingga tidak terjadi pengurangan putaran atau perubahan torque, dengan kata lain hampir 100%
tenaga engine akan disalurkan ke power train.

Over Drive
Suatu system transmission dimana putaran output shaft pada saat gearspeed tertinggi melebihi putaran
input.

Shift up and shift down


F5F2, F4Shift up : Perpindahan gear speed ketingkat kecepatan yang lebih tinggi, F1
F4F1, F5Shift down : Perpindahan gear speed ketingkat kecepatan yang lebih rendah F2

Slipping of Disc
Suatu kondisi dimana Torque Transmitting Capacity clutch (disc) lebih kecil dari besarnya Load atau
Torque yang harus diteruskan, sehingga justru terjadi slip pada disc yang mengakibatkan keausan abnormal.
TTC disc dipengaruhi oleh : Friction Material – friction coefficient, total luas bidang kontak (diameter,
jumlah disc), pressure oli.

Torque Converter stall


Suatu kondisi dimana output T/C (turbin) tidak berputar (diam) karena beban yang berlebihan (overload),
sedangkan pump berputar sesuai putaran engine.

Transmision over-speeding
Suatu kondisi dimana putaran output transmission lebih tinggi daripada putaran input (engine) yang
disebabkan factor percepatan unit terutama saat travel di jalan menurun, dengan kata lain, engine diputar
oleh final drive. Untuk mencegah hal ini terjadi maka system dilengkapi dengan overrun prevention,
dimana rear brake secara otomatis bekerja, untuk mengurangi kecepatan unit.
Diposkan oleh admin di 09.23 3 komentar: Link ke posting ini
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

Sabtu, 22 September 2012


POWER TAKE OFF
PTO Power Take OFF
Case PTO dipasang menempel pada flywheel housing engine dengan diikat menggunakan bolt, pada kedua
sisi sampingnya digunakan sebagai tempat pemasangan rubber mounting terhadap chasis. Bagian dalam
case digunakan tempat pemasangan semua inner component (gear, bearing, shaft, etc). PTO case juga
sebagai tempat pemasangan hydraulic pump dan bagian bawah case menampung oli yang digunakan untuk
system lubricatingnya.

Drive (main) Shaft


Main drive shaft salah satu sisi splinenya dihubungkan connection plate (flywheel side), sedangkan sisi
spline lainnya dihubungkan dengan drive gear. Sehingga saat engine hidup dan flywheel berputar, main
drive shaft & gear juga berputar untuk memutarkan semua driven gear penggerak 2X Main pump, 1X
Swing Pump dan Triple gear pump.

Breather & Filter


Untuk membebaskan pressure udara dalam case yang timbul karena panas, dibuang ke udara luar dan 99
mencegah terjadinya kevakuman dalam PTO case. Disamping itu, untuk mencegah kotoran masuk ke dalam
case, pada breather dipasang screen. (wire mesh)

Oil Level Depth Stick


Berupa stick berbentuk pipih yang dipasang pada Tube Filler dan digunakan untuk mengetahui level oli
lubricating dalam case. Depth stick juga sebagai cap (tutup filler tube)

Spur Gear
Gear yang alur giginya lurus (straight teeth) dan digunakan secara berpasangan untuk mereduksi putaran.

Filler Tube
Tube yang dibuka saat pengisian oli ke dalam case.

Connection plate & hub


Suatu plate yang dipasang pada flywheel dengan menggunakan bolt , pada bagian hub mempunyai inner
spline sebagai penghubung dan kedudukan input shaft PTO, sehingga saat engine hidup, putaran engine
dapat diteruskan ke PTO.

Lubrication Piping
Hose dan tube yang digunakan pada system lubricating PTO untuk melumasi semua bagian bearing dan
gear.

Nozzle for Lubrication


Nozzle yang digunakan untuk menyemprotkan oli lubricating yang dihasilkan oleh lubricating pump ke
bagian bearing dan gear untuk melumasi dan mendinginkan komponen.

Lubricating pump
Hydraulic pump type Gear yang dipasang pada case PTO, sehingga saat engine hidup, lubricating pump
akan menghisap oli dari bagian bawah case dan dialirkan menuju devider block melalui piping (PC series),
yang selanjutnya dibagi kesemua bagian (bearing dan gear) yang membutuhkan pelumasan.

Strainer
Low pressure filter yang dipasang antara case dengan sisi suction lubricating pump, sehingga berfungsi
Resume:

untuk menyaring oli agar kotoran (gram) tidak masuk ke pump dan system lubricating.

Rubber mounting
Rubber yang dipasang sebagai dudukan engine dan PTO (SB) pada frame, yang berfungsi untuk meredam
getaran yang terjadi pada engine atau frame, sehingga tidak saling mempengaruhi.

Drain plug
Plug yang dipasang pada bagian case dan berfungsi untuk membuang oli pada saat plug dibuka. Dan
biasanya pada ujung plug bermagnet, sehingga gram yang terjadi karena keausan dapat menempel.

Preload
Beban awal yang sengaja diberikan untuk menentukan clearance antara inner dan outer race pada cone
(taper) bearing.

Bending
Kebengkokan suatu shaft terhadap garis tengahnya, yang disebabkan tidak meratanya beban terhadap
tumpuan shaft, atau adanya beban abnormal yang berlebihan.

Repair limit
Batas ukuran dari suatu komponen yang mengalami perubahan ukuran karena keausan, jika telah mencapai
repair limit, maka komponen harus diganti agar komponen masih dapat direpair dan kerusakan tidak
semakin parah.

Chipping
Kerusakan yang terjadi pada permukaan komponen yang disebabkan benturan sehingga rompal.

Pitting (bearing)
100 Kerusakan berupa bopeng kecil yang terjadi pada permukaan race atau roller bearing yang disebabkan
rolling fatique atau pemakaian secara terus menerus. Pada tahap selanjutnya pitting akan menyebabkan
terjadinya Flacking
Pitting Flacking
Scratch
Kerusakan pada permukaan komponen berupa baret atau goresan yang biasanya memanjang atau melingkar
yang disebabkan gesekan yang berlebihan karena kurang pelumasan atau ada material asing yang terjepit
diantara dua komponen yang bergerak.

Crack
kerusakan pada komponen berupa keretakan yang disebabkan material fatique, overload, overheat,
benturan, dsb.

Twist
Kerusakan pada suatu shaft yang terpuntir karena kedua ujung shaft tidak sama putarannya karena salah
satu ujung shaft jammed atau mendapat beban yang berlebihan.

Gear ratio
Hasil dari pembagian (perbandingan) jumlah teeth gear driven dengan jumlah teeth gear drive.

Speed ratio
Hasil dari pembagian (perbandingan) jumlah putaran output dengan jumlah putaran input.

Smearing
Gejala kerusakan pada permukaan roller bearing dimana sebagian permukaan mengalami keausan abnormal
(seizure), hal ini disebabkan tidak meratanya pelumasan.

Backlash
Clearance antara dua buah teeth gear yang saling berhubungan.

Static Sealing
O-ring yang dipasang diantara cover dengan housing dan dipasang bolt, sehingga mencegah kebocoran dari
celah antara cover dengan housing.

Radial Seal ring


Seal yang dipasang pada shaft yang berputar, sehingga seal mendapat beban radial dan untuk mencegah
terjadinya kebocoran oli, pada seal terdapat Lips (single atau double) dan spring untuk merapatkan bidang
kontak terhadap permukaan shaft.

Endplay of crankshaft
Gerak bebas (maju mundur) crankshaft (flywheel) searah sumbu (axial).

Runout of flywheel
Penyimpangan putaran dari titik tengahnya (pengukuran dengan cara diputar)

Forced lubricating
Sistem pelumasan bearing dengan mengalirkan flow oli dari lubricating pump.

Discoloration
Kerusakan pada komponen yang berupa perubahan warna pada permukaan komponen yang dapat
disebabkan karena, overheat , kurangnya pelumasan, overload.

Torque methode
Metode urutan pengencangan bolt case atau cover (keliling) dengan cara saling menyilang, dengan tujuan
meratakan kerapatan antara dua permukaan.

Magnetic base
Alat sebagai tempat kedudukan pemasangan dial gauge, agar tidak mudah bergeser atau bergerak, karena
terdapat magnet dibagian bawahnya.
101
Torque wrench
Alat yang digunakan untuk mengencangkan bolt atau nut sesuai dengan standart torquenya.
Satuan : kgm, Nm, lbfeet
Vernier caliper
Alat yang digunakan untuk mengukur diameter luar, diameter dalam, panjang, ketebalan, kedalaman lubang
pada suatu komponen.
Satuan : mm (0.05, 0.02), inchi (1/128, 0.001)

Dial gauge
Alat yang digunakan untuk mengukur endplay, runout, faceout, backlash, protusion, diameter dalam (bore
gauge). Satuan : 0.001 mm

Colour checker
Cairan (liquid) yang disemprotkan pada permukaan komponen untuk mengetahui keretakan yang terjadi.
Biasanya satu set terdiri dari 3 warna : transparan (cleaner), putih (penetran), merah .

Lifting chain
Rantai yang digunakan untuk mengangkat komponen pada penggunaanya ujung rantai dipasang hock.
Satuan : kg, ton

Heat gun (surface thermometer)


Alat yang digunakan untuk mengukur temperature permukaan suatu komponen.

Push-pull scale, tool


Alat untuk mengukur pre-load, operating force dan dapat digunakan untuk adjustment belt tension. Satuan :
kg

Snap Ring Plier


Alat yang digunakan untuk melepas atau memasang circlip atau snap spring. Dalam penggunaanya
disesuaikan dengan typenya : internal atau external snap ring.
Diposkan oleh admin di 21.47 1 komentar: Link ke posting ini
Resume:

Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest


AIR SYSTEM TRUCK
Air dryer
Dengan menggunakan drying agent yang terdapat di dalam air drier, maka kandungan uap air, oli dan
kotoran lainnya dapat diendapkan, sehingga angin yang masuk kedalam system dapat menjadi lebih kering
dan bersih. Sedangkan hasil endapan tersebut akan dibuang keluar pada saat air governor bekerja, dengan
memanfaatkan pilot pressure angin dari governor pada saat cut-out.
Dengan kata lain, air drier berfungsi untuk menjaga agar pressure angin dapat system, dapat bebas dari uap
air, oli atau kotoran lainnya.

Air Governor
Bekerja untuk mempertahankan pressure angin dalam system, agar selalu dalam range standart yang telah
ditentukan. Saat pressure wet tank mencapai setting cut-out pressure, maka Air Governor akan mengalirkan
pilot pressure ke Unloader valve pada sisi Intake valve Compressor, sehingga compressor tidak bekerja.
Jika pressure angin pada wet tank turun sampai setting Cut-In pressure, maka Air governor akan menutup
jalur menuju port Unloader valve dan justru menghubungkan port Unloader valve dengan udara bebas,
sehingga Intake valve compressor dibebaskan dan dapat bekerja normal, maka Compressor akan kembali
bekerja untuk menghasilkan pressure angin.

unloader valve
Unloader valve terpasang diatas Intake valve Compressor, dan akan bekerja saat mendapat pilot pressure
dari Air Governor (Cut-out) untuk memposisikan Intake Valve Compressor agar selalu terbuka (pada tipe
compressor dengan double cylinder head), sehingga saat piston compressor bergerak pada langkah
compression, tidak bisa menghasilkan pressure angin melalui Exhaust valve. Dengan kata lain compressor
diposisikan Unload (tidak terbebani).

102 Relay valve


Relay umumnya dipasang berdekatan dengan Air tank, sehingga selalu tersedia standby pressure. Saat
service brake atau retarder valve dioperasikan, pilot pressurenya hanya digunakan untuk menggerakkan
piston relay valve dan membuka inlet valve, selanjutnya pressure air tank dialirkan ke masing-masing
chamber brake, dengan demikian respon efek brake tidak mengalami keterlambatan.
Two way valve (double check valve)
Didalam system angin, two way valve memiliki dua buah port input sedangkan port outputnya hanya satu,
sehingga saat pada kedua sisi input terdapat pressure angin, maka pressure input yang lebih besarlah yang
akan mengalir menuju ke sisi output, karena valve akan menutup jalur input pressure yang lebih kecil.
Jadi pada prinsipnya two valve valve bekerja berdasarkan perbedaan pressure pada kedua sisi inputnya dan
memilih salah satu dari kedua input pressure angin untuk menuju ke sisi outputnya.

Chamber brake (Dump truck)


Chamber brake terpasang diantara relay valve dan slack adjuster. Terdapat Air chamber dengan luas area
penerimaan pressure yang besar dan Oil chamber dengan luas area penerimaan pressure (A) yang relatif
lebih kecil. Sehingga saat pressure angin (P) menekan piston air chamber, gaya tekan (Force) yang timbul
menjadi besar, yang kemudian digunakan untuk menghasilkan pressure oli yang relatif jauh lebih besar.
Dengan demikian, pressure angin yang kecil dapat menghasilkan pressure oli yang besar.
F angin = F oil ------> P angin x A angin = P oil x A oil -----> A angin > A oil, sehingga P oil > P angin

Treadle (brake) valve


Brake valve biasanya juga disebut foot brake valve karena dioperasikan dengan menginjak pedalnya. Pada
dasarnya valve ini bertipe proportional valve, sehingga pressure angin outputnya dapat sesuai dengan sudut
injakan pedal, dengan demikian efek brake sesuai yang diinginkan operator.
Terdapat dua port inlet (tank) dan dua port outlet (relay valve), tetapi karena secara konstruksi dibagi
menjadi dua bagian, yaitu Upper valve (portion) dan Lower valve (portion), maka untuk setiap bagian
hanya terdapat satu port inlet dan satu port outlet. Karena kedua sirkuit saling terpisah, sehingga tidak
saling mempengaruhi, saat terjadi kerusakan pada salah satu sirkuit, dengan demikian sirkuit yang tidak
mengalami kerusakan masih dapat berfungsi normal.

Air compressor
Air compressor dipasang pada front cover engine, sehingga saat engine hidup, crankshaft compressor
langsung ikut berputar dan connecting rod merubah gerakan menjadi langkah naik-turun piston. Seperti
mekanisme piston engine, compressor juga mempunyai dua buah valve yaitu, Inlet dan Exhaust valve,
tetapi pergerakan membuka dan menutup valve hanya berdasarkan pressure atau kevakuman yang
disebabkan oleh langkah piston. Port Inlet valve dihubungkan dengan Intake manifold, sehingga suplai
angin sudah bersih, sedangkan port Exhaust valve dihubungkan dengan Wet tank.
Pada saat piston bergerak turun dari TDC ke BDC, maka Inlet valve terbuka dan Exhaust valve tertutup
karena kevakuman, sehingga udara dapat masuk ke compression chamber. Sedangkan saat piston bergerak
naik dari BDC ke TDC, Inlet valve tertutup dan Exhaust valve terbuka dari pressure yang dihasilkan,
sehingga pressure angin dapat mensuplai ke system (wet tank).
Pada bagian atas Inlet valve dipasang Unloader valve yang berfungsi untuk menekan Inlet valve agar selalu
terbuka, pada saat Cut-out pressure tercapai (lihat cara kerja Unload valve).

Air tank
Sebagai tempat penampung pressure angin yang dihasilkan oleh Air Compressor. Didalam system unit,
terdapat beberapa jenis Air tank sesuai dengan fungsi masing masing :
Wet tank :
Sesuai dengan namanya, tank ini berfungsi penampung awal angin yang dihasilkan compressor dan akan
mengendapkan kandungan uap air dalam angin dengan cara kondensasi (pendinginan), sehingga berubah
menjadi air, yang dapat dibuang melalui manual drain valve atau dengan automatic drain valve. Pada wet
tank juga dipasang safety valve yang berfungsi mencegah terjadinya kenaikan pressure abnormal dalam
sirkuit.

Dry tank :
Pressure angin dari Wet tank setelah melalui check valve akan masuk ke dalam dry tank, untuk kemudian
digunakan sebagai main pressure angin dalam sistem. Pada dry tank juga dipasang manual drain valve
untuk membuang endapan air.

Pilot air tank :


Sebagian pressure angin dari Wet tank masuk ke pilot air tank melalui sebuah check valve. Pressure angin 103
dalam Pilot Air tank digunakan sebagai input pressure untuk solenoid valve dalam system dan juga input
pressure untuk retarder valve. Pada Pilot Air tank juga dipasang manual drain valve untuk membuang
endapan air.
Drain valve
Pada dasarnya drain valve berfungsi untuk membuang endapan air atau kotoran dari dalam tank, sehingga
angin dalam system lebih bersih dan kering. Terdapat manual drain valve, yang dioperasikan dengan cara
ditarik untuk membuang endapan kotoran dalam tank, sedangkan Automatic drain valve (optional) akan
bekerja secara otomatis untuk membuang endapan kotoran berdasarkan perbedaan pressure dalam kedua
chamber valve.

Safety valve
Dipasang pada Wet tank dan berfungsi untuk mencegah terjadinya kenaikan pressure tinggi yang abnormal
saat terjadi kerusakan pada Air governor ataupun Unloader valve, sehingga Air compressor selalu bekerja
untuk mensuplai pressure angin ke dalam system. Jika pressure angin dalam Wet tank mencapai + 9.5
kg/cm2, maka safety valve akan bekerja untuk membebaskan pressure angin ke udara luar .

Unloader valve
Dipasang dibagian atas Intake valve Air compressor, dan akan menekan Inlet valve agar selalu terbuka saat
Air governor bekerja (pressure Cut-out), dan mengalirkan pilot pressure ke Unloader valve sehingga
compressor tidak bisa menghasilkan pressure angin ke dalam system (Unload position).

Two Way Relay Valve


Suatu relay valve yang mempunyai port supply yang dihubungkan dengan Air tank, port delivery
dihubungkan dengan spring brake chamber, serta port control dari brake valve atau hand control valve
setelah melalui two way valve. Valve ini berfungsi untuk mengalirkan preesure angin menuju spring brake
chamber sesuai dengan posisi brake valve atau hand control valve.

Quick Release Valve


Valve yang mempunyai satu port inlet dari service brake atau retarder brake, dengan 2 buah port outlet yang
dihubungkan menuju kedua relay valve (kanan & kiri) dan port drain. Valve ini dipasang berdekatan
dengan kedua relay valve, yang berfungsi untuk mempersingkat waktu release, karena saat service brake
Resume:

atau retarder dioperasikan, akan terjadi keterlambatan saat release jika pembuangan (pembebasan) pressure
dilakukan pada service brake valve atau retarder valve.

Mechanical Slack adjuster (light truck)


Suatu komponen yang dipasang pada brake cam shaft dengan menggunakan spline, dan dihubungkan
dengan rod chamber brake, sehingga berfungsi meneruskan dan merubah pergerakkan maju mundur rod
chamber brake menjadi gerakan putar cam shaft. Disamping itu juga terdapat bolt adjuster (pada system
manual) yang digunakan untuk adjustment brake shoe clearance (kerengggangan), sedangkan pada
automatic type, adjustment tidak perlu dilakukan, karena secara otomatis, clearancenya selalu
dipertahankan.

Hydraulic Automatic slack adjuster (Dumptruck)


Suatu komponen yang biasanya terletak diatas differential (axle) housing dan didalam system brake
dipasang antara brake valve atau retarder valve dengan brake piston chamber. Slack adjuster berfungsi
untuk mengatur agar keterlambatan waktu (time lag) selalu konstan, dengan demikian clearance brake
piston dan brake clutch selalu dapat dipertahankan sesuai standart saat terjadi keausan pada disc plate.

Parking Brake
Suatu system brake yang digunakan hanya pada saat unit parkir, sehingga tidak terjadi pergerakan unit yang
tidak diharapkan.

Quick Coupler Hose (light truck)


Quick coupler terdiri dari sepasang Male dan Female coupler, pemasangan keduanya relative mudah dan
simple, digunakan untuk menyambung dan menghubungkan pressure angin misalnya dari prime-over
menuju trailer.

Air Pressure Gauge


104 Berupa gauge dengan pointer jarum dan digunakan untuk mengukur pressure angin dalam system, pada
latar belakang skala angkanya dibagi menjadi beberapa warna berbeda untuk mempermudah pembacaan
dan range pressurenya : low, normal/operasi dan over
Service Brake Chamber (light truck)
Brake chamber yang menerima pressure angin dari relay valve saat pedal brake diinjak, sehingga saat
pressure angin bekerja pada diaphramnya, rod brake chamber akan bergerak keluar dan menekan slack
adjuster untuk mengaktifkan brake.

Shoe Brake (light truck)


Shoe brake sebagai tempat kedudukan lining brake, sepasang shoe brake dipasang didalam drum brake.
Salah satu ujung shoe brake dipasang pada axle housing menggunakan pin, sedangkan ujung shoe lainnya
mempunyai roller yang duduk pada cam brake shaft.

Cam Brake (light truck)


Cam brake shaft mempunyai cam berbentuk S atau Z sebagai kedudukan 2 buah roller brake shoe pada
bidang cekungnya, sedangkan sisi luar cam brake shaft dihubungkan spline dengan slack adjuster-chamber
brake, sehingga saat brake dioperasikan, putaran cam brake shaft akan menggerakkan roller brake shoe ke
bidang cembung sehingga brake shoe mengembang dan menekan drum brake.

Drum Brake (light truck)


Wheel hub juga sebagai drum brake dan pada bagian dalamnya mempunyai bidang kontak dengan lining
brake, sehingga pada saat brake diaktifkan, lining brake akan menekan drum brake sehingga timbul friction
force untuk mengurangi atau menghentikan putaran wheel hub

Trailler Brake Valve


Hand control valve merupakan proportional valve yang dioperasikan dengan tangan, dan saat lever ditarik,
pressure angin output yang sesuai dengan langkah lever akan dikirimkan menuju trailer brake relay valve
untuk mengaktifkan trailer brake.

Synchro Valve (light truck)


Suatu valve yang mempunyai supply port yang dihubungkan dengan Air tank, delivery port yang
dihubungkan dengan emergency relay valve, serta control port yang berasal dari hand control valve. Valve
ini dipasang pada Prime-over yang berfungsi untuk mempertahankan minimal pressure pada circuit
emergency sebesar 2.8 kg/cm2, pada saat terjadi kebocoran pada jalur circuit antara synchro valve dengan
emergency relay valve, sehingga emergency brake tetap dipertahankan (semi) release, untuk mencegah efek
brake secara mendadak

Dual Brake System


System brake dimana pembagian effect brake pada roda diatur oleh upper portion dan lower portion (treadle
valve) untuk mendapatkan effect braking yang merata dan memperhatikan factor safety saat terjadi
kebocoran pada salah satu system, misal upper valve melayani front rear axle, sedangkan lower portion
akan melayani front axle dan rear rear axle, antara kedua sirkuit terpisah dan tidak saling mempengaruhi.
Sehingga saat terjadi kerusakan atau kebocoran pada salah satu system, braking masih dapat dilakukan
meskipun effect brakingnya berkurang.

Emergency brake system (line)


System brake yang akan bekerja secara otomatis untuk mengaktifkan brake saat terjadi penurunan pressure
pada sisi intake wet tank (misal : kerusakan pada Air compressor). Emergency brake dapat juga diaktifkan
secara manual.

Chamber Brake (Light truck)


Chamber brake yang mempunyai dua buah chamber, satu untuk service brake dan satunya untuk spring
brake emergency. Saat unit jalan normal, pressure akan dialirkan menuju spring brake untuk merelease
spring, sehingga saat pressure dihilangkan, emergency spring brake akan bekerja. Saat spring brake posisi
release, besar effect brake yang didapat sesuai dengan sudut injakan pedal brake.

Service brake system (line)


System brake yang akan bekerja mengaktifkan brake saat foot brake pedal diinjak.

Double acting type of Shoes (Light truck) 105


Type ini digunakan pada unit class medium dan large, yang menggunakan dua buah piston yang posisinya
bertolak belakang, sehingga saat pressure dialirkan ke dua sisi bottom, rod akan bergerak extend untuk
menggerakkan brake shoe menekan drum untuk menghasilkan braking force yang lebih besar.
Single acting type of Shoes (Light truck)
Type ini digunakan pada unit class small, dan hanya menggunakan satu buah piston, sehingga saat pressure
dialirkan ke sisi bottom, rod akan bergerak extend untuk menggerakkan brake shoe menekan drum untuk
menghasilkan braking force yang lebih kecil

Duo Servo type (Light truck)


Digunakan untuk parking brake pada unit class medium dan large, menggunakan sebuah fixed cylinder dan
sebuah piston double acting, kedua brake shoe dihubungkan pada bagian bawahnya menggunakan adjuster,
sehingga tetap menimbulkan braking effect meskipun saat posisi mundur

Braking effect distance


Diukur dari titik pada saat foot brake pedal atau retarder brake valve dioperasikan sampai titik dimana unit
berhenti (dalam satuan meter). Kecepatan travel unit sekitar 32 km/h, pada permukaan jalan yang lurus,
datar, rata dan pressure angin mencapai + 8 kg/cm2. Pengukuran braking effect distance bertujuan untuk
mengukur jarak actual effect brake, sehingga kemampuan total brake dapat diketahui.

Braking capacity
Kemampuan parking diukur pada kondisi unit bermuatan (standart) setelah dilakukan adjustment clearance,
saat unit diparkir pada kemiringan minimal 8,6o (grade min.15%) tidak terjadi pergerakan yang tidak
diinginkan.

Brake loose
Braking effect distance terlalu jauh yang disebabkan antara low pressure, wear out, dsb

Parking Brake clearance


Celah kerenggangan antara disc dengan parking brake pads atau parking brake drum dengan lining.

Wear indicator at Slack adjuster (Light truck)


Resume:

Sebagai tanda untuk mengetahui tingkat keausan lining brake.

Bleeding air from the Brake (dump truck)


Tindakan yang dilakukan untuk membuang angin yang terjebak didalam oil brake system, sehingga brake
dapat bekerja normal.

Push rod stroke chamber (Light truck)


Panjang langkah push rod saat brake diaktifkan yang dipengaruhi oleh, tingkat keausan lining, Air pressure
dan adjustment slack adjuster.

Mechanical releasing of Spring Brake (Light truck)


Suatu cara yang dilakukan untuk merelease spring brake secara manual, dengan cara memasukkan jack
(releasing) bolt kedalam piston dan mengencangkan lock nut untuk menarik piston keluar mengalahkan
tension spring brake.

Oversize lining (Light truck)


Lining brake yang ketebalannya melebihi standart dan digunakan pada drum yang sudah undersize,
sehingga braking force dapat dipertahankan.

Cut-In pressure
Batas minimal pressure angin dalam system (wet tank), saat pressure turun sampai setting pressure Cut-In +
7.0 kg/cm2, maka Air governor menutup pilot pressure yang menuju ke port unloader valve dan justru
menghubungkan port unloader valve dengan udara luar, sehingga Inlet valve dibebaskan dan dapat bekerja
normal, dengan demikian Air Compressor dapat kembali menghasilkan pressure angin ke dalam system
(Wet tank).

Cut-Out pressure
106 Batas maksimal pressure angin dalam system (wet tank), saat pressure naik mencapai setting pressure Cut-
Out + 8.3 kg/cm2, maka Air governor membuka valve dan mengalirkan pilot pressure menuju ke port
unloader valve dan menutup port exhaust, sehingga Inlet valve compressor ditekan agar selalu terbuka,
dengan demikian Air Compressor tidak dapat bekerja untuk menghasilkan pressure angin ke dalam system
(Wet tank).

Starting speed test (dump truck)


Pengetestan kemampuan brake yang dilakukan dengan cara mengukur rpm engine pada saat unit mulai
bergerak dengan kondisi brake dioperasikan dan transmission pada speed F2.

Constant time lag (dump truck)


Waktu yang diperlukan untuk merapatkan brake clutch (disc-plate) selalu tetap, karena adanya fungsi
automatic adjuster untuk mempertahankan free clearance dengan menambahkan quantity oli kedalam piston
chamber sehingga stroke piston tetap konstan saat terjadi keausan pada brake clutch, dengan demikian tidak
terjadi keterlambatan braking force.

Hydro-pneumatic brake system (dump truck)


System brake yang menggunakan pressure angin yang relative kecil sebagai control/pilot pressure untuk
menghasilkan pressure oli yang besar dan digunakan untuk mengaktifkan brake.

Brake line failure (dump truck)


Penurunan brake operating pressure yang antara lain dapat disebabkan :
- Ada angin yang terjebak dalam brake oil system (karena bleeding tidak sempurna)
- Terjadi kebocoran pada chamber brake atau brake piston
- Atau terjadi keausan pada brake clutch (brake line failure hanya sesaat terjadinya)

Free length of spring


Panjang spring saat terlepas dari komponen dan tidak terbebani.

Installed length of spring


Panjang spring saat terpasang pada komponen, atau panjang spring saat pengukuran dilakukan dengan
memberikan beban tertentu.

Installed load of spring


Beban tertentu yang diberikan kepada spring, untuk mengetahui kemampuan elastisitas spring saat
pengukuran Installed length of spring.

Brake actuating pressure (dump truck)


Pressure oil brake yang dihasilkan chamber brake yang digunakan untuk menekan brake piston dan
mengengagedkan brake clutch sehingga timbul braking force.

Front brake cut-off (dump truck)


Suatu system yang dioperasikan secara manual dengan memposisikan Front brake cut-off switch ON, untuk
menCancel front brake agar tidak bekerja saat service brake pedal diinjak. Dengan tujuan agar operator
berkonsentrasi pada steering wheel, tidak perlu menarik retarder lever untuk mengaktifkan rear brake, tetapi
dengan menginjak service brake, pada saat unit beroperasi di permukaan jalan yang licin.

Drop In Pressure (dump truck)


Besar penurunan brake operating pressure, pada saat brake dioperasikan selama waktu tertentu (5 menit),
sebagai indikasi kemampuan brake saat digunakan secara terus menerus, misal saat unit beroperasi pada
jalan turunan yang panjang.

Air drier
Visual check : Crack, scratch, thread condition
Measurement : Spring performance

Air governor
Visual check : Crack, scratch, thread condition
Measurement : Spring performance

Unloader valve 107


Visual check : Crack, thread condition
Measurement : Spring performance
Relay valve (with emergency valve)
Visual check : Crack, scratch, thread condition
Measurement : Spring performance

Retarder valve (trailer brake valve)


Visual check : Crack, scratch, thread condition
Measurement : Spring performance

Chamber brake (with brake failure line sensor)


Visual check : Crack, scratch, thread condition
Manual check : Spring performance

Air compressor
Visual check : Crack, scratch, thread condition
Measurement : Cylindricity & roundness Liner, roundness crankshaft, diameter pin con
rod Pin seat conrod, etc

Relay valve
Visual check : Crack, scratch, thread condition
Measurement : Spring performance

Parking/ Emergency control valve (dump truck)


Visual check : Crack, scratch, thread condition

Treadle / brake valve


Visual check : Crack, scratch, thread condition
Measurement : Spring performance

Ratio valve (for front brake) (dump truck)


Resume:

Visual check : Crack, thread condition


Measurement : Spring performance

Quick release valve


Visual check : Crack, thread condition
Diposkan oleh admin di 05.41 Tidak ada komentar: Link ke posting ini
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

Jumat, 21 September 2012


AUTO LUBRICATING
Grease Pump
Vogel product
Type yang digunakan adalah radial piston (element) pump – rotating cam, dimana camshaft diputar oleh
electric motor 24 V DC. Pada housing terdapat satu port Inlet dan 3 port Outlet, setiap port oulet memiliki
sebuah element pump. Element pump mempunyai delivery rate yang berbeda, sehingga dapat diganti sesuai
kebutuhan lubricating pointnya.
Delivery rate ditentukan oleh jumlah groove pada kepala bolt (wrench contact face), dimana semakin
sedikit jumlah groove, maka delivery ratenya semakin besar, seperti table dibawah :

Intake stroke
Pump element diputar oleh cam (1), saat intake stroke, tension spring (3) akan menekan balik delivery
piston (2), sehingga port inlet terbuka. Sedangkan check valve (4) tertutup karena kekuatan tension
springnya. Dengan demikian, grease dapat masuk kedalam chamber pump element melalui kedua port
inlet.

108 Pressure stroke


Saat pressure stroke, cam (1) akan menekan dan menggerakkan delivery piston (3) ke kiri searah tanda
panah, sehingga menutup kedua port inlet dan grease pada chamber element pump membuka check valve
(4). Dengan demikian delivery piston (2) akan menyuplai sejumlah grease yang sesuai menuju jalur
lubrication system.
Lincoln Product
Type yang pada Centromatic lubicating system digunakan adalah Reciprocating Cylinder and Pump, Air
operated pump atau Hydraulic operated pump.
Reciprocation solenoid bekerja ON-OFF untuk mengalirkan pressure oli atau angin kesisi head dan bottom
secara bergantian, sehingga reciprocating piston cylinder akan menghasilkan gerakan naik-turun, yang
selanjutnya digunakan menggerakkan rod piston grease pump naik-turun untuk menghisap grease dari
reservoir dan memompakannya menuju injector.

Injector
Injector digunakan pada Centromatic lubicating system Lincoln product, satu injector digunakan untuk
setiap point lubricating, dan banyaknya flow grease pada setiap point lubricating dapat diatur dengan
adjustment screw (1), sehingga didapatkan efek pelumasan yang sesuai. Jika terjadi kerusakan pada pump,
manual greasing dapat dilakukan melalui grease fitting (7), dan juga dapat mengetahui kenormalan kerja
injector, dengan memperhatikan gerakan naik-turun piston (plunger) (2) melalui lubang pada adjustment
screw.

Lubrication pause phase


Pressure build-up and lubrication phase
Completion of lubrication phase
Pressure relief phase

Vent Valve
Vent valve digunakan pada Centromatic lubicating system Lincoln product, dalam system dipasang diantara
grease pump dan injector, dan bekerja berdasarkan pilot pressure angin atau oli, tergantung system yang
digunakan. Jika pressure grease sudah mencapai + 2500 psi, maka pressure switch menjadi ON, dan arus
yang menuju Solenoid akan dihilangkan, sehingga sirkuit pump tidak mendapat suplai pressure (oli atau
angin), akibatnya pilot pressure yang menekan vent valve juga turun. Sehingga vent valve menjadi terbuka
dan menghubungkan output grease pump dengan reservoir dan pressurenya turun sampai 0, dengan
demikian proses pengisian grease berikutnya (gb.4) dapat terulang. (lihat sirkuit berikut)

Pressure Switch
Pressure switch dipasang pada Centromatic lubicating system Lincoln product, kedua terminalnya akan
berhubungan (Closed) saat grease pressure mencapai 2500 psi dan mengaktifkan relay, untuk memutus arus
yang menuju solenoid. Akibatnya grease pump tidak bekerja seperti penjelasan pada penjelasan diatas .no.3
Vent valve.

Controller Timer
Vogel Product & Lincoln Product menggunakan controller timer pada automatic lubricating system untuk
mengatur lama waktu injeksi (pump running- contact) dan selang waktu antar injeksi (monitoring interval-
pause), sehingga didapatkan lubricating effect yang efektif dan effesien.
Vogel circuit electric diagram
u = ignition interruption
ts = contact time
tp = interval time
30 = battery + / vehicle network
15 = operating voltage + / after ignition “ON”
31 = operating voltage –
DK/MK = pushbutton / intermediate lubrication or pulse-counter input
PS/CS = pressure switch / cycle switch
M = pump motor
SL = indicator light
Z = ignition lock
F = 5 A fuse

Automatic Lube
Suatu system pelumasan yang digunakan untuk menyuplai grease ke semua komponen yang saling 109
berhubungan sesuai dengan jumlah lubricating yang diperlukan, dengan interval waktu yang diatur secara
otomatis. Proses greasing dilakukan pada saat unit operasi sehingga menurunkan waktu yang diperlukan
untuk maintenance unit.
Lube Penetration
Kemampuan grease untuk masuk kedalam celah kerenggangan antara dua komponen yang bersinggungan
untuk melumasi bidang kontaknya, sehingga tidak terjadi keausan. Agar grease dapat melakukan penetrasi
dengan baik, pemakaian jenis grease disesuaikan dengan kebutuhan berdasarkan grade penetration, dan
operating pressure tertentu.

Operating Pressure
Pressure maksimal dalam system lubricating grease pada saat system bekerja dan diatur secara otomatis
dengan pemasangan limit pressure switch yang akan ON saat tercapai setting pressureuntuk menghentikan
kerja pump. Sedangkan saat terjadi keabnormalan system, sehingga pump selalu bekerja, maka relief
(safety) valve akan membebaskan pressure abnormal.

TOOL
Multitester
Alat yang digunakan untuk mengukur tegangan (Voltage), arus (Ampere), hambatan (Ohm) pada electrical
system.

Pressure Gauge
Alat yang digunakan untuk mengukur pressure oli dalam system steering dan hydraulic.
Satuan : kg/cm2, Mpa

Injector Leakage
Visual check : Jika terjadi kebocoran, lakukan reseal dengan seal kit standart.
Vent Valve Leakage
Visual check : Jika terjadi kebocoran, lakukan reseal dengan seal kit standart.

Injector Stroke
Visual check : Jika plunger atau piston dapat bergerak naik-turun saat proses lubricating, berarti injector
Resume:

bekerja normal.

Lube Maksimum Pressure


Pasang T-adapter pada port outlet block devider atau injector, kemudian sambungkan dengan pressure
gauge grease.
Jika pressure besar, kemungkinan terjadi kebuntuan pada jalur grease, sehingga perlu dilakukan
pengecheckan secara manual untuk memastikan lokasi atau penyebab kebuntuan.

Grease Pump Operating Pressure


Operating pressure untuk grease dapat dilihat pada pressure gauge yang terpasang pada system, sedangkan
jika ingin memastikan operating pressurenya normal, dapat dipasang T adapter kemudian disambungkan
dengan pressure gauge grease. Ukur pressurenya saat system sedang aktif melakukan injection cycle.
Operating pressure maksimal ditentukan oleh limit pressure switch sebagai pengatur kerja pump solenoid.

Bleeding & By-pass Test


-Isi lube reservoir dengan grease, jika diperlukan
-Buka semua plug dan connector port output pada injector manifold (devider block)
-Aktikankan grease pump sampai grease mengalir keluar melalui salah satu plug atau connector, kemudian
kencangkan satu persatu.
-Ulangi langah diatas 3 kali sampai semua jalur grease terisi dan kencangkan kembali semua plug dan
connector.

Injector
Injector dapat diadjust kemampuan menyalurkan grease sebanyak 0.13 cc sampai 1.31 cc untuk setiap
injection cycle dan ditentukan oleh panjang langkah piston injector yang dapat diatur dengan adjusting
screw pada bagian atas housing.
-Putar adjusting screw berlawanan arah jarum jam untuk memperbesar delivery quantity
110 -Putar adjusting screw searah jarum jam untuk mengurangi delivery quantity (grease)
Saat tidak terdapat pressure dalam injector, delivery quantity injector maksimum dapat diperoleh dengan
memutar adjusting screw berlawanan adusting screw sampai plunger menyentuh adjusting screw. Pada
kondisi delivery quantity maksimum tersebut, thread (ulir) pada adjusting screw sepanjang sekitar 9.7 mm.
Jika melebihi kemungkinan akan lepas.
Diposkan oleh admin di 19.52 Tidak ada komentar: Link ke posting ini
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

Rabu, 19 September 2012


AXLE DAN BRAKE
Double Reduction
Suatu mekanisme hubungan gear (planetary gear system atau spur gear atau gabungan keduanya) yang
bertujuan untuk mengurangi jumlah putaran pada shaft outputnya dengan dua tingkat perbandingan.

Planetary Reduction
Suatu mekanisme yang terpasang pada final drive dan terdiri dari sun gear, ring gear dan planetary pinion
yang duduk pada planetary carrier. Sun gear dihubungkan dengan axle shaft sebagai input putaran,
sedangkan sebagai output putaran adalah planetary carrier yang dihubungkan dengan wheel hub, sehingga
mekanisme ini akan untuk mereduksi putaran.

Splashing System (Splash type lubrication)


Pelumasan gear dan bearing dengan memanfaatkan putaran gear atau outer race bearing, sehingga
bagian teeth gear atau bearing yang terendam oli akan membawa dan memercikkan oli ke komponen
dibagian atas yang memerlukan pelumasan.

Long Life Lubricated


System pelumasan yang biasanya digunakan pada bearing, dimana tidak dilakukan penggantian atau
penambahan grease secara periodic, sehingga grease yang digunakan harus mempunyai kwalitas yang baik
dan untuk mencegah terjadinya kebocoran grease, pada kedua sisi bearing dipasang seal.

Tread (of unit)


Jarak antara garis tengah roda kanan dengan roda kiri, saat dilihat dari depan atau belakang.

Ground Clearance
Jarak antara bagian terendah chasis unit (pada dump truck, bagian terendah adalah ujung dump body saat
posisi kick out (full dumping)) dengan permukaan tanah, sebagai indikasi batas ketidakrataan permukaan
jalan yang dilalui.

Rotating torque
Metode yang dilakukan untuk mendapatkan clearance cone bearing yang terpasang pada final drive yang
ukurannya besar atau pada bevel gear diffrential sedangkan bevel pinion sudah terpasang.

Toe In & Toe Out


Perbedaan jarak antara garis tengah roda kanan dengan roda kiri, diukur pada bagian depan dan bagian
belakang, saat dilihat dari atas

Tooth Contact
Bidang singgung antara dua buah teeth gear yang saling berhubungan.

Backlash
Celah atau kerengangan antara dua buah teeth gear yang saling berhubungan.

Preload
Beban awal yang sengaja diberikan pada komponen yang menggunakan sepasang tapper (cone) bearing
untuk menentukan clearance antara inner dan outer race bearingnya.

Toe contact
Jika bevel pinion terlalu jauh dari bevel gear, maka contact yang terjadi hanya pada sebagian permukaan 111
bevel gear yaitu cenderung terkena di bagian sisi luar permukaan bevel gear.

Heel contact
Terjadi apabila pinion terlalu masuk, maka contact yang terjadi hanya pada sebagian permukaan bevel gear,
yaitu cenderung terkena pada sisi bagian dalam bevel gear.

Spiral bevel gear


Type bevel gear ini dipakai untuk jenis putaran tinggi dan beban besa, sehingga gigi-giginya dibuat miring
yang memungkinkan terjadinya perpindahan torque yang besar.

Hypoid bevel gear


Untuk type ini, konstruksinya hampir sama dengan type spiral hanya saja pinionnya dibuat lebih besar.
Sehingga memungkinkan terjadinya putaran yang lebih tinggi, karena posisi pinion lebih rendah dari garis
tengah bevel gear.

Differential lock (interwheel)


Suatu mekanisme (shift fork) yang dipasang pada differential untuk menghubungkan salah satu shaft axle
dengan differential case, sehingga kontak gear set differential tidak dapat berubah, akibatnya kedua shaft
axle akan berputar searah dengan torque yang sama besar, dan tidak terpengaruhi oleh perbedaan beban
pada kedua sisi roda.

Straight / Plain bevel gear


Type bevel gear ini giginya dibuat lurus dan dipakai hanya untuk mesin-mesin industri.

Non spin diffrential


Suatu tipe differential yang akan berfungsi sebagai differential apabila perbedaan beban pada kedua sisi
roda sudah cukup besar, untuk menyesuaikan putaran roda dengan beban pada masing-masing sisi.

Bending
Kebengkokan suatu shaft terhadap garis tengahnya, yang disebabkan tidak meratanya beban terhadap
tumpuan shaft, atau adanya beban abnormal yang berlebihan.
Resume:

Thickness
Ketebalan suatu komponen yang mempunyai kontak bidang datar sehingga mengalami keausan karena
gesekan, misal disc-plate, spacer.

Dish of plate
Jenis kerusakan pada plate yang berupa perubahan bentuk permukaan plate, dimana sisi diameter dalam
tidak merata dengan sisi diameter luarnya, sehingga terbentuk cekungan (cembungan) pada bagian diameter
dalamnya. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan straight edge yang diletakkan melintang diatas
plate, sehingga akan diketahui perbedaan celah antara bagian diameter dalam dengan diameter luarnya.

Warp of Disc
Jenis kerusakan pada disc yang berupa melengkungnya permukaan disc secara keseluruhan, sehingga
permukaannya tampak bergelombang. Pengukuran dilakukan dengan meletakkan disc pada surface block
(meja perata) dan disisipkan filler gauge diantara disc dengan surface blok pada bagian diameter luar dan
dalamnya, sambil memutar disc perlahan, Jika disc melengkung maka celahnya tidak merata.

Press fit
Suaian sesak pada saat pemasangan satu part kedalam part lainnnya.

Shrinking Fit
Metode pemasangan Press fit, dengan cara menyusutkan atau memuaikan part.

Sliding Fit
Suaian yang digunakan untuk pemasangan komponen agar bisa bergerak (berputar atau bergeser) didalam
komponen lainnya.(misal pin dengan bushing [berputar], spool control valve dengan housingnya [bergeser].

Interference
112 Jarak masuknya shaft ke dalam hole (lubang) pada suaian sesak. contoh antara Cylinder Liner dengan
Cylinder Block.

Gear ratio
Hasil dari pembagian (perbandingan) jumlah teeth gear driven dengan jumlah teeth gear drive.

Coating material
Bahan (liquid) yang dioleskan pada permukaan komponen sebagai pelapis untuk mencegah kebocoran,
perekat, anti karat, dsb, (Adhessive, gasket sealant, lubricant, grease) contoh : Loctite, dsb.

Chipping
Kerusakan yang terjadi pada permukaan komponen yang disebabkan benturan sehingga rompal.

Scratch
Kerusakan pada permukaan komponen berupa baret atau goresan yang biasanya memanjang yang
disebabkan gesekan yang berlebihan atau ada material asing yang terjepit diantara dua komponen yang
bergerak.

Discoloration
Perubahan warna yang terjadi pada komponen yang disebabkan overheat dan overload.

Torque squence
Urutan pengencangan bolt atau nut dengan cara saling menyilang agar mendapatkan kerapatan yang merata.

Three/four hollows of carrier final drive


Jumlah planetary pinion atau shaftnya pada planetary carrier.

Standard size
Ukuran akhir dari suatu komponen yang masih baru atau yang sudah direpair

Repair limit
Batas ukuran dari suatu komponen yang mengalami perubahan ukuran karena keausan, jika telah mencapai
repair limit, maka komponen harus diganti agar komponen masih dapat direpair.

Tolerance
Batas penyimpangan atau perbedaan ukuran yang diijinkan dari ukuran yang direncanakan, dan tolerance
dituliskan berupa angka kecil dibelakang angka Nominal

Standard clearance
Celah bebas atau kerenggangan antara dua komponen, sesuai dengan besar tolerancenya, sehinga nilai
standard clearance bervariasi dalam range minimal dan maksimal.

Multiple disc brake


Suatu komponen yang dipasang pada housing final drive yang berupa susunan beberapa disc-plate. Disc
yang mempunyai inner spline dihubungkan dengan inner hub yang ikut berputar bersama wheel hub,
sedangkan plate yang mempunyai outer spline dihubungkan dengan outer hub yang dipasang fix terhadap
axle housing, Sehingga saat pressure oli bekerja menekan piston brake akan mengengagedkan disc dan
plate, akibatnya timbul gaya gesek (friction force) pada keduanya yang digunakan untuk mengurangi atau
menghentikan putaran wheel hub.

Shim
Shim dengan ketebalan yang berbeda beda yang dipasang antara spacer dengan ujung axle housing, dan
digunakan untuk mengadjust clearance tapper bearing wheel hub. Untuk menentukan ketebalan shim
dilakukan dengan rotating torque.

Bearing
Suatu part yang terdiri dari inner dan outer race, dan diantara keduanya terdapat sejumlah roller. Didalam
final drive, inner bearing dipasang pada shaft, sedangkan outer bearing dipasang pada wheel hub atau
planetary gear, pada penggunaanya dipasang secara berpasangan dan bertolak belakang, sehingga bearing
berfungsi sebagai tumpuan gerak putar komponen.
113
Floating Seal
Seal yang mempunyai konstruksi terdiri dari dua buah o-ring dan dua buah ring baja yang saling bergesekan
pada bidang kontak ring yang rata, sehingga mempunyai daya sekat yang kuat dan mampu mencegah
kotoran tanah masuk kedalam brake clutch case dan tentu saja juga mencegah kebocoran oli brake coling
(large floating seal). Sedangkan small floating seal berfungsi untuk membatasi final drive case dengan
brake clutch case, sehingga oli final drive tidak bercampur dengan oli brake cooling.

Dust Seal
Seal yang dipasang pada retainer housing brake clutch yang berfungsi untuk mencegah kotoran atau tanah
dapat masuk dan merusak large floating seal.

Nut & Bolt


Suatu part yang mempunyai ulir dan berfungsi untuk mengikat dan menyatukan dua komponen menjadi
satu kesatuan.

Planetary Carrier
Bagian dari system planetary gear, sebagai dudukan planetary pinion dan diikat dengan bolt terhadap wheel
hub final drive, sehingga berfungsi meneruskan putaran ke roda.

Sun Gear
Bagian dari system planetary gear, yang terletak dibagian tengah gear set dan berfungsi sebagai input
putaran yang menerima putaran dari axle shaft. Sun gear berhubungan planetary pinion.

Ring Gear
Bagian dari system planetary gear, yang terletak pada bagian paling luar gear set, yang mempunyai kontak
gear dengan planetary pinion , dan dihubungkan dengan spline terhadap axle housing, sehingga ring gear
selalu diam, tidak bias berputar.

Planetary pinion
Bagian dari system planetary gear, yang duduk pada planetary carrier, sisi dalam planetary pinion
mempunyai kontak gear dengan sun gear, dan sisi luarnya mempunyai kontak gear dengan ring gear.
Resume:

Piston
Suatu part yang dipasang dalam brake clutch housing, saat pressure oli dialirkan dan menekannya, maka
piston akan mengengagedkan brake clutch (disc-plate), sehingga timbul friction force untuk mengurangi
atau menghentikan putaran wheel hub. Untuk mencegah kebocoran pressure oli, maka pada piston dipasang
seal.

Disc
Suatu part berupa plat dan berbentuk lingkaran yang mempunyai sisi diameter luar dan dalam, pada sisi
diameter dalamnya mempunyai spline, sebagai bidang pemasangan atau penghubung dengan inner hub
(wheel hub), sehingga saat unit travel, disc akan selalu ikut berputar.Pada permukaan bidang kontaknya
dilapisi dengan friction material, sehingga mampu menimbulkan friction force.

Plate
Suatu part berupa plat dan berbentuk lingkaran yang mempunyai sisi diameter luar dan dalam, pada sisi
diameter luarnya mempunyai spline, sebagai bidang pemasangan atau penghubung dengan outer hub (axle
housing), sehingga plate tidak bisa berputar, meskipun saat unit travel.

Axle Shaft
Shaft panjang yang dipasang dalam axle housing, yang berfungsi meneruskan putaran dari side gear
differential menuju final drive, sebagai sun gear (input putaran planetary gear system pada final drive)

Slack Adjuster
Suatu komponen yang biasanya terletak diatas differential (axle) housing dan didalam system brake
dipasang antara brake chamber dengan brake piston. Slack adjuster berfungsi untuk mengatur agar
keterlambatan waktu (time lag) selalu konstan saat brake bekerja, dengan cara mempertahankan clearance
brake clutch agar selalu sesuai dengan standart pada saat terjadi keausan pada disc plate (automatic
adjuster).
114
Brake Chamber
Chamber brake terpasang diantara relay valve dan slack adjuster. Terdapat Air chamber dengan luas area
penerimaan pressure yang besar dan Oil chamber dengan luas area penerimaan pressure yang relatif lebih
kecil. Sehingga saat pressure angin menekan piston air chamber, gaya tekan (Force) yang timbul menjadi
besar, yang kemudian digunakan untuk menghasilkan pressure oli yang relatif jauh lebih besar. Dengan
demikian, pressure angin yang kecil dapat menghasilkan pressure oli yang besar.
Fair = Foil ------> Pangin x A angin = Poil x Aoil -----> Aangin > Aoil, sehingga Poil > Pangin

Brake Relay Valve


Relay dipasang berdekatan dengan Air tank, sehingga selalu tersedia standby pressure. Saat brake atau
retarder valve dioperasikan, pilot pressurenya hanya digunakan untuk menggerakkan piston relay valve dan
membuka inlet valve, selanjutnya pressure air tank dialirkan ke masing-masing chamber brake, dengan
demikian respon efek brake tidak mengalami keterlambatan.

Brake Valve (Treadle Valve)


Brake valve biasanya juga disebut foot brake valve karena dioperasikan dengan menginjak pedalnya. Pada
dasarnya valve ini bertipe proportional valve, sehingga pressure angin outputnya dapat sesuai dengan sudut
injakan pedal, dengan demikian efek brake sesuai yang diinginkan operator.
Terdapat dua port inlet (tank) dan dua port outlet (relay valve), tetapi karena secara konstruksi dibagi
menjadi dua bagian, yaitu Upper valve (portion) dan Lower valve (portion), maka untuk setiap bagian
hanya terdapat satu port inlet dan satu port outlet. Karena kedua sirkuit saling terpisah, sehingga tidak
saling mempengaruhi, saat terjadi kerusakan pada salah satu sirkuit, dengan demikian sirkuit yang tidak
mengalami kerusakan masih dapat berfungsi normal.

Adjusting nut differential


Berbentuk ring yang mempunyai ulir luar dan dipasang dalam carrier differential dan bearing cap.
Dikendorkan atau dikencangkan dengan menggunakan special key, untuk menekan cone bearing saat
mengadjust preload, backlash dan tooth contact bevel pinion dan bevel gear.

Pinion Gear
Terdiri dari 4 buah gear yang duduk pada spider shaft didalam differential case, kedua sisi pinion gear
kontak dengan teeth side gear, sehingga saat spider berputar pinion gear akan meneruskan putaran ke shaft
axel melalui side gear.

Bearing cap
Bearing cap dipasang dan diikat dengan bolt pada carrier diffrential, sebagai tempat kedudukan cone
bearing dan adjusting nut.

Side gear
Dua buah side gear dipasang dalam differential case dan kontak dengan pinion gear, sehingga side gear
berfungsi untuk meneruskan ouput putaran differential ke dua sisi roda melalui axle shaft.

Bevel pinion
Bevel pinon mempunyai teeth spiral dan berfungsi sebagai input shaft differential gear set dan kontak
dengan bevel gear.

Bevel gear
Bevel gear diikat dengan bolt pada differential case, sehingga akan mereduksi dan merubah arah putaran
dari bevel pinion (dari vertikal menjadi horizontal).

Differential carrier
Sebgai kedudukan differential gear set

Adjusting washer
Washer dengan ketebalan berbeda-beda yang dipasang pada bevel pinion untuk mengadjust preload.

Shim
Shim dengan ketebalan yang berbeda beda yang dipasang antara bearing cage (sleeve) bevel pinion dengan
differential carrier untuk mengadjust tooth contact dan backlash.
115
Side bearing
Dua buah cone (tapper) bearing yang dipasang pada differential carrier sebagai tumpuan putaran differential
gear set.
Pinion Shaft (spider)
Shaft yang dipasang dalam differential case sebagai dudukan empat buah pinion gear.

Thrust Washer
Washer yang dipasang antara side gear dan pinion gear dengan differential case, material washer terbuat
dari bahan yang lebih lunak, sehingga mencegah terjadinya keausan pada side gear, pinion gear dan
differential case.

TOOL
Push-pull scale
Alat untuk mengukur pre-load, operating force dan dapat digunakan untuk adjustment belt tension.
Satuan : kg

Magnetic base
Alat sebagai tempat kedudukan pemasangan dial gauge, agar tidak mudah bergeser atau bergerak, karena
terdapat magnet dibagian bawahnya.

Push tool
Alat yang digunakan untuk memasang atau melepas komponen (misal : bearing, pin , dsb) dengan cara
menekan komponen tsb.

Puller
Alat yang digunakan untuk memasang atau melepas komponen (misal : bearing, pin , dsb) dengan cara
menarik komponen tsb.

Convex scale
Alat yang digunakan untuk mengukur panjang dan jarak.
Satuan : cm, m
Resume:

Torque wrench
Alat yang digunakan untuk mengencangkan bolt atau nut sesuai dengan standart torquenya.
Satuan : kgm, Nm, lbfeet

Vernier caliper
Alat yang digunakan untuk mengukur diameter luar, diameter dalam, panjang, ketebalan, kedalaman lubang
pada suatu komponen.
Satuan : mm (0.05), inchi (1/128)

Dial gauge
Alat yang digunakan untuk mengukur endplay, runout, faceout, backlash, protusion, diameter dalam (bore
gauge).
Satuan : 0.01 mm (untuk 0,001 pendekatan)

Colour checker
Cairan (liquid) yang disemprotkan pada permukaan komponen untuk mengetahui keretakan yang terjadi.
Biasanya satu set terdiri dari 3 warna : transparan (cleaner), putih (penetran), merah.

Lifting belt
Sabuk yang digunakan untuk mengikat dan mengangkat komponen yang permukaannya halus, sehingga
saat diangkat tidak merusak, menggores komponen.
Satuan : kg, ton

Lifting chain
Rantai yang digunakan untuk mengangkat komponen pada penggunaanya ujung rantai dipasang hock.
Satuan : kg, ton
116
Power wrench
Alat untuk mengencangkan atau mengendorkan bolt atau nut yang memiliki torque besar, alat ini
menggunakan prinsip reduksi putaran beberapa tingkat.
Satuan : kgm

Outside micrometer
Alat yang digunakan untuk mengukur diameter luar suatu komponen, dengan tingkat ketelitian
0,01 mm (untuk 0,001 pendekatan)

Inside micrometer
Alat yang digunakan untuk mengukur diameter dalam komponen, dengan tingkat ketelitian
0,01 mm (untuk 0,001 pendekatan)

Oil leakage tester


Alat yang digunakan untuk mengukur kebocoran oli dalam case final drive melalui floating seal.

Filler gauge
Alat yang digunakan untuk mengukur celah atau kerenggangan kontak dua komponen yang berhubungan,
misal valve clearance, wrap of disc, dsb

Thread gauge
Alat yang digunakan untuk mengukur jenis ulir (withworth atau metric) yang meliputi, pitch.

Final Drive
Visual check:Oil leakage
Manual check:Oil level, bolt tightening, unusual noise, excessive gram particle

Axle Shaft
Visual check:Chipping, crack, discolour
Manual check:Spline condition
Measuring:Backlash spline, bending

Planetary Pinion
Visual check:Chipping, crack, discolour
Measuring:backlash (kondisi gear set terpasang), Inside diameter bearing seat

Ring Gear
Visual check:Chipping, crack
Measuring:backlash (kondisi gear set terpasang)

Wheel Hub
Visual check:Crack
Manual check:thread condition, O-ring groove
Measuring:Inside diameter bearing seat

Brake Clutch Assembly


Manual check:Unusual noise when brake operated
Measuring:Total wear brake clutch (use wear gauge)

Disc / Plate
Visual check:Chipping, crack, discolour
Measuring:Thickness, wrap & dish, Backlash (Spline condition)

Piston
Visual check:Chipping, crack, discolour, scratch
Manual check:Seal groove

Adjusting Nut
Visual check:Chipping, crack, scratch, discolour
Manual check:Thread condition 117
Measuring:Thickness of nut & pitch of thread (jika termasuk item measurement dalam maintenance
standart dan Quality Assurance)
Pinion Gear
Visual check:Chipping, crack, scratch, discolour
Measuring:Inner diameter & backlash saat gear set kondisi terpasang .

Bearing cap
Visual check:Chipping, crack, scratch, discolour
Manual check:Thread condition
Measuring:Inner diameter saat terpasang & pitch of thread

Side Gear
Visual check:Chipping, crack, scratch, discolour
Measuring:Inner diameter & backlash saat gear set kondisi terpasang

Bevel Pinion
Visual check:Chipping, crack, scratch, discolour
Manual check:Thread condition
Measuring:Outer diameter of bearing seat & backlash, tooth contact saat gear set kondisi terpasang &
preload.

Bevel Gear
Visual check:Chipping, crack, scratch, discolour
Manual check:Thread condition
Measuring:Outer diameter of bearing seat & backlash, tooth contact saat gear set kondisi terpasang &
preload.

Diffrential Carier
Visual check:Chipping, crack, scratch, discolour
Manual check:Thread condition
Measuring:Inner diameter of bearing seat saat terpasang & pitch of thread
Resume:

Adjusting Washer
Visual check:Scratch
Measuring:Thickness of washer

Shim
Measuring:Thickness of shim

Through Shaft
Visual check:Chipping, crack, scratch, discolour
Manual check:Spline condition
Measuring:Backlash spline, bending

Side bearing
Visual check:Chipping, crack, scratch, discolour
Measuring:Inside & outside diameter

Pinion Shaft
Visual check:Chipping, crack, scratch, discolour
Measuring:Inside diameter

Thrust Washer
Visual check:Scratch, discolour
Measuring:thickness

PNPB (Publication Number of Part Book)


Suatu angka yang tertera pada cover part book yang menunjukkan aplikasi part book tersebut sesuai
118 dengan Serial Number dan Tipe Unit.

SPO (Standard Part Overhaul)


Daftar part yang dibutuhkan untuk overhaul normal sesuai umur yang direkomendasikan factory, dengan
kondisi tidak terjadi kerusakan abnormal pada komponen.

APL (Application Part List) (Remove & Install)


Daftar part yang dibutuhkan untuk Remove dan Install komponen sesuai umur yang direkomendasikan
factory, dengan kondisi tidak terjadi kerusakan abnormal.

PSN (Part & Service News)


Informasi dari factory berupa brosur atau leaflet yang berisikan modifikasi atau improvement pada
komponen, system atau technical instruction (Prosedur Repair, Testing Adjusting) dengan tujuan untuk
meningkatkan performance atau memperbaiki kelemahan dan kekurangan. Setiap PSN hanya berlaku untuk
Serial Number tertentu yang sesuai.

Kode kode pada part book (symbol)


Kode dari factory berupa angka dan huruf, sedangkan symbol berupa gambar yang ditunjukkan pada part
book, dengan tujuan untuk mempermudah proses pemilihan part yang akan diorder, sehingga dapat
mencegah kesalahan order atau double order (karena komponen ass"y dan separated diorder secara
bersamaan). Dan juga mempermudah pencarian komponen yang berkaitan atau saling berhubungan.

Reusable part
Part yang masih dapat digunakan lagi setelah dilakukan visual check dengan membandingkan dengan
reusable book, dan hasil pengukuran masih dalam range yang diijinkan sesuai maintenance standart atau
Quality Assurance.

Quality Assurance
Prosedur dan urutan langkah kerja yang harus dilakukan saat melakukan suatu pekerjaan Overhaul atau
Remove Install, dimana didalamnya terdapat Critical Point dan Item Measurement yang harus diperhatikan
dan dilakukan, sehingga dapat mencegah Redo ataupun premature damage

Job Schedule Sheet


Suatu rencana urutan pekerjaan yang harus dilakukan berdasarkan estimasi waktu pengerjaan, sehingga
progress atau tingkat penyelesaian satu tahap pekerjaan dapat diketahui, dengan demikian kendala selama
tahap pengerjaan dapat diminimalkan.

Panduan Kwalitas Kerja


Suatu buku panduan kerja yang disusun berdasarkan pengalaman yang pernah dilakukan, sehingga
didapatkan cara penanganan suatu pekerjaan dengan lebih efektif dan efesien.
I.BASIC MAINTENANCE
1.Fungsi Oli secara umum
-Pendingin (cooling), membuang panas dari piston, liner, dll.
-Pelumas (lubrication), mengurangi gesekan (anti wear).
-Pencegah korosi (anti corrosion), melindungi pengaruh senyawa sulfur dan oksidasi.
-Penyekat gas (gas sealing), mencegah kebocoran gas antara liner dan piston.
-Pembersih (cleaning), membersihkan carbon dan lumpur.
-Pemindah tenaga
-Sebagai bantalan (oil film)

2.Jenis Oli
-Hydraulic Oil
-Engine Oil
-Gear Oil
-Automatic Transmission Fluid Oil
-Brake Oil

3.Klasifikasi Oli 119


-Engine Oil : CA, CB, CC, CD, CE, CF / 0API SAE 10 ~ 50
-Hydraulic Oil : ISO VG ~ 32 s/d ISO VG ~ 1500.
-Gear Oil : AGMA, GL-1 s/d GL-8A (SAE 60 ~ 250).
4.Standar kekentalan Hydraulic Oil
ISO - VG (International Society of Organization - Viscosity Grade)

5.Standar kekentalan Engine Oil


SAE (Society of Automatic Engineering)
Viskositas dan kualitas oli engine diklasifikasikan dengan standard SAE (The Society of Automotive
Engineers).

NOTE: 1 cP = 100 cSt, 1 cSt = 1mm2/s

Viscosity Classification
Klasifikasi seperti terlihat dalam table diatas. Huruf “W” artinya “Winter” yang memastikan oil pada
temperature rendah, mudah mengalir. Sebagai contoh, dalam Multigrade SAE 15W-40, oil ini
mempunyai mempunyai kemampuan pelumasan yang baik sampai 15oC, dan memiliki viskositas
sama seperti oli SAE 40 pada temperatu 100oC.

Categoration by quality
Oli diklasifikasikan kedalam C Series (klas CA sampai CE) untuk engine diesel, dan S series (klas SA
sampai SG) untuk engine gasolin. Oli engine klas CD telah melewati test charger (pembebanan) pada
engine diesel turbocharger silinder tunggal. Uji engine ini ialah untuk mengevaluasi kemampuan
pencegahan terhadap melekatnya (stuck) ring piston.
Oli klas CE dan CE belakangan ini mulai banyak terlihat dipasaran dan sudah digunakan. Oli CE class
telah diuji pada engine Cummins dan truck Mack disamping klas CD.
Oil Performance classification

6.Multi Grade Oil


Oli multigrade dibuat dari low-viscosity base oil dan viscosity index dinaikan, dan mudah mengalir
Resume:

pada temperatur rendah dan viskositasnya lebih tinggi pada temperatur tinggi. Sebagai contoh SAE
10W/30 dan SAE 15W/40. Jika oli multigrade digunakan pada engine, mempunyai kelebihan sebagai
berikut:
1.Dibandingkan dengan oli viskositas rendah seperti oli SAE10W, oil film pada multigrade oil lebih
kental dan tidak ada penurunan ketahanan engine meskipun pada temperatur tinggi. Sehingga hasilnya
oli memberikan suatu rentang temperatur penggunaan yang luas dan dapat digunakan sepanjang tahun.
2.Viskositas stabil meskipun ada perubahan temperatur. Kemampuan start dari oli multigrade lebih
baik dari pada oli single grade yang berviskositas tinggi seperti oli SAE30 atau SAE40, dan juga
memberikan penghematan konsumsi fuel.
3.Konsumsi oli lebih rendah dibandingkan dengan oli single grade yang berviskositas tinggi seperti
SAE30 atau SAE40.
Sehingga kesimpulannnya multigrade oil adalah oli yang mempunyai sifat kekentalan dapat
menyesuaikan dengan perubahan temperature.
Contoh. SAE 10W - 30.
Artinya : Untuk ambient temperatur 20oC, oli tersebut mempunyai kekentalan SAE 10W, tapi pada
temp. 100oC, oli tersebut akan mempunyai kekentalan SAE 30.

7.Pengertian Kontaminasi
Peristiwa rusaknya oli karena pengaruh dari luar system.

8.Pengertian Deteriorasi
Peristiwa rusaknya oli karena pengaruh dari dalam system

9.Penyebab Kontaminasi pada oil


-Debu dan kotoran
120 -Penambahan dengan oli yang berbeda
-Air
-Zat kimia
10.Penyebab Deteriorasi pada oil
-Karena proses pembakaran (oxidation)
-Beroperasi pada tempat tinggi
-Reaksi kimia cepat.
-Kenaikan viskositas
-Banyak sludge (endapan) yang terjadi, dsb

11.Aplikasi Oli
Contoh : Engine Oil
Ambient Temp. -10oC s/d 10oC Gunakan SAE 10 W
Ambient Temp 0 s/d 30oC Gunakan SAE 30
Apabila memakai Multi Grade Oil, dari kedua contoh ambient temperatur tersebut, maka harus
memakai Oli SAE 10W-30. Untuk lebih detail : baca OMM (Operation and Maintenance Manual).

12.Pengertian Oksidasi
Proses kimia yang terjadi pada oli yang berhubungan langsung dengan udara luar pada temperature +
50oC.
CO2 + H20-Oli (CH) + O2

13.Pengertian Demulsibility
Kernampuan oli untuk memisahkan diri terhadap air

14.Arti Viscosity Index (VI)


Suatu angka yang menunjukkan ketahanan kestabilan oli terhadap perubahan temperature. Angka
Viscositas Index ini bervariasi sebagai berikut:
Viscositas Index
V I = 1 ~ 29 Rendah
V I = 30 ~ 79 Sedang
V I = 80 ~ 100 Tinggi
V I = 100 ~ up Sangat baik.
Disarankan : Untuk Standard Industri angka VI berkisar antara 90 ~ 100

15.Mengapa Oli harus diganti


Oli setelah dipakai akan mengalami kerusakan (perubahan kekentalan) akibat adanya:
-Oxidasi (tidak dapat dihindari)
-TimbuInya Kontaminasi & Deteriorasi
-TBN turun.

16.Penanganan Oli
Cara Penyimpanan Oli harus terlindung / tertutup terhadap sinar matahari dan hujan.
Cara Pengisian :
-jangan membiarkan pipa isap pump (oil pump) menyentuh dasar drum pada saat mengisi dan pipa
outlet harus betul betul bersih.
-Pipa & pompa oli harus selalu bersih (kalau bisa jangan di campur dengan pompa solar).

17.Pengertian Additive
Zat campuran yang ditambahkan pada Base Oil untuk mempertinggi ketahanan & kemampuan oli.
Engine Oil : Detergents, Dispersants, ZnDTP, Viscosity Index Improver
Gear Oil : Extreme Pressure additive (EP agent)
Hydraulic Oil : Oxidation inhibitors, Rust inhibitors, dan EP inhibitors

18.Fungsi Additive
-Detergent : Calcium sulphonanate, Magnesium Sulphonate, Calcium phenate, Magnesium phenate,
Sejenis sabun, additive ini membersihkan dan melarutkan jelaga (soot), pernis (lacquer), dan partikel- 121
partikel keausan pada temperatur tinggi. Sehingga additive mencegah ring piston melekat.
-Acid neutralization : Calcium sulphonanate, Magnesium Sulphonate, Calcium phenate, Magnesium
phenate,
Asam sulfat dan asam organik yang ditimbulkan oleh pembakaran bahan bakar atau oksidasi oli,
menyebabkan metal korosi. Sifat alkali dari additive ini dapat me-netralkan asam dan mencegah korosi
-Oxidization inhibitor
Oksidasi oli menghasilkan lumpur (sludge) dankemudian menyebabkan kenaikan viscocity. Additive
ini menguraikan oksida-oksida dan mencegah oksidasi oli.. Selanjutnya, menahan timbulnya resin,
varnish, dan lumpur.
-Antiwear
Sulphur, phosphorus, dan zink, yang terkandung dalam ZnDTP , mencegah kerusakan dan keausan
logam metal.
-Dispersant
Additive ini memiliki kesamaan struktur kimia dengan deterjen dirumah tangga. Ini dapat melarutkan
lumpur didalam oli pada temperatur rendah.
-Viscocity Index Improver : OCP ( Olefin Copolymer )
OCP menaikan viscosity pada temperatur tinggi. OCP juga mencegah kerusakan metal engine dan
mengurangi konsumsi oli.
-Silicon oil: Antifoam agent
Adanya busa pada oli mengakibatkan cavitation dan kerusakan pada oil film. Sejumlah kecil silicon
dapat memecah gelembung dan busa.
-Extreme pressure additive (EP agent)
Gabungan fosfor dan sulfur biasanya digunakan pada gear oil sebagai extreme pressure additive.
ZnDTP yang digunakan pada oli engine juga merupakan additive extreme pressure. Dibawah kondisi
beban gesek berat, EP agents mengurai pada permukaan metal dan membentuk besi sulfida dan besi
posfat. Kedua produk senyawa tadi mengurangi gesekan dan mencegah kerusakan.

19.Arti & Tujuan Total Base Number (TBN)


Nilai TBN menunjukan sifat alkali (banyaknya unsur kandungan Basa) dari additive didalam oli.
Angka TBN menyatakan jumlah basa yang diperlukan untuk menetralisir acid yang dimasukan dalam
1 gram oli, dan meng-konversikannya ke mg potassium hydroxide (KOH). Nilai ini dinyatakan dalam
Resume:

satuan mg.KOH/g. Nilai untuk oli baru pada umumnya adalah 6.0-13.0 mg.KOH/g. Bila angka TBN
menjadi dibawah 2.0
kinerja penetral asam dari oli hilang dan dengan cepat meningkatkan korosif dan terjadi keausan.
Metode pengukuran Total Base Number ada dua metode: Metode hydrochloric acid (ASTM D664)
dan metode perchloric acid (ASTM D2896). Karena metode perchloric acid memperhitungkan basa
yang lemah, maka nilai TBN yang diperoleh lebih tinggi. Oleh karena itu, perlu ditetapkan metode
perhitungan mana yang digunakan. Jika nilai TAN melewati batas, oli engine jangan digunakan
meskipun sisa nilai TBN masih tinggi.
Sulfur yang terkandung didalam fuel pada proses pembakaran akan teroksidasi (bereaksi dengan
oxygen O2) dan membentuk gas SO2 (sulfur dioxide), dan sebagian akan berubah menjadi SO3 (sulfur
trioxide) jika temperatur pembakaran drop secara cepat ketika langkah expansion (power). Selanjutnya
gas SO3 akan bereaksi dengan embun H2O yang dihasilkan pembakaran dan membentuk asam sulfat
(H2SO4) yang sangak korosif.
SO2 (gas) (1)S + O2
2SO3 (gas) (2)2SO2 + O2
H2SO4(cair) (3)SO3 + H2O(embun)

Asam sulfat yang dihasilkan bisa terbentuk didalam ruang pembakaran dan/atau diluar ruang bakar.
Kalau proses (2) dan (3) berlangsung didalam crankcase, karena selama engine beroperasi selalu
terjadi blow-by (kebocoran gas hasil pembakaran lewat piston ring), asam sulfat yang terbentuk akan
mencemari oil. Akibatnya nilai TBN turun dan fungsi oli tidak sempurna.

20.Pengertian Synthetic Oil


Oli yang menggunakan base oil bukan dari Cruide oil, minyak nabati / hewani, tapi dibuat khusus
secara kimiawi, sehingga mempunyai ketahanan & kemampuan yang lebih baik.
122 Contoh: TOP ONE, POWER UP, OMEGA, dll

21.Fungsi Grease secara umum


-Grease tidak mudah mengalir dari dalam bearing, sehingga dapat melumasi untuk waktu yang lebih
lama, tanpa menambahkan grease (sebagai pelumas padat)
-Grease juga bekerja seperti seal dan dapat mencegah kotoran atau air masuk ke dalam bagian yang
dilumasi.
-Mempunyai kemampuan melumasi yang baik pada berbagai tempat, misalnya low speed rotating
parts, bagian yang menerima beban berat, high temperature, beban kejut dan bagian yang saling
bergesekan.
-Melumasi bagian yang tidak dioperasikan untuk jangka waktu yang lama tanpa adanya oil film,
sehingga mencegah terjadinya karat atau korosi. (sebagai pelindung karat)

22.Standar kekentalan Grease


National Lubricating Grease Institute

23.Klasifikasi Grease
NLGI Penetration Grade Mixture Penetration 25oC Main use
Centralized oil filling, concrete pump
Centralized oil filling (small type)
Centralized oil filling (large type)
Centralized oil filling(large type) chassis grease
General bearing, wheel bearing
General bearing at slightly high temp. wheel bearing
High temperature, heating surface
Block grease
(Almost never use)

24.Aplikasi Grease
Penggunaan grease harus sesuai dengan spesifikasinya masing masing. Grease yang akan dipakai
untuk bagian dalam berbeda dengan grease untuk penggunaan pada bagian luar. Jadi tidak boleh
menggunakan grease secara sembarangan. Untuk penggunaan lebih lanjut dan benar harus mengacu.
pada standar grease yang dianjurkan. Lihat petunujuk dan saran dari factory-nya.

25.Penanganan Grease
-Simpan ditempat yang terlindung dari panas matahari dan hujan.
-Gunakan grease sesuai spesifikasi yang direkomen.
-Grease drum harus tertutup rapat.

26.Syarat penggunaan Air Radiator


-Mengandung tingkat pencemaran / kotoran yang rendah.
-Air tawar tidak mengandung garam.
-Air dengan tingkat kekerasan yang rendah.
Dengan kata lain, air yang digunakan harus memenuhi standard kualitas:
City water (air ledeng)
Air suling
Air yang telah diolah dengan alat pelunak air (water treatment) atau alat pembersih (purifying).

Standard kwalitas City Water


•Nilai pH : 6.8 - 7.5
•Total hardness (CaO) : Max. 5 Ppm
•Mengandung ion sulfate (SO42-) : Max. 5 Ppm
•Mengandung ion chlorida (Cl-) : Max. 5 Ppm

Note:
1 Ppm, sama dengan 1 gram material yang terkandung dalam 1 m3 fluid. Kekerasan air (Hardness)
misalkan 8, artinya 8 gram CaO (lime) terkandung dalam 1 m3 (1.000.000 ml) air. Ppm singkatan dari
part per million) 123

27. Fungsi Anti Freeze


Antifreeze digunakan untuk mencegah kerusakan engine yang disebabkan karena membekunya air
pendingin pada daerah yang bertemperatur dingin (winter). Air membeku pada 0oC, tetapi jika
beberapa additive dilarutkan dalam air, titik beku (freezing point) akan menjadi lebih rendah. Air
lautmengandung garam, sehingga air laut membeku sekitar –2.5oC. Jika pada air concentrate garam
dinaikan titik beku air akan menjadi rendah lagi. Akan tetapi,kita tidak dapat melakukan penambahan
garam pada sistim pendingin, karena garam bersifat sangat korosif, yang akan merusak komponen
engine.
Oleh sebab itu, pada daerah dingin dimana temperatur udara luar dibawah 0oC harus ditambahkan
ANTIFREEZE untuk mencegah pembekuan. Perlu diketahui, jika air membeku volumenya akan
bertambah 1.1 kali; energy yang dihasilkan karena pembekuan air didalam saluran pendingin ini akan
memecahkan cyllinder liner, water jacket, radiator bocor dll. yang berhubungan dengan air pendingin.
Temperatur pembekuan berbeda tergantung jumlah (concentrate) antifreeze yang dicampurkan, juga
tergantung jenis antifreeze & manufacturenya.

28.Pengertian Radiator Penetran


Suatu zat kimia yang dicampurkan kedalam air radiator untuk mencegah timbulnya karat pada sistim
pendingin. Tapi syarat yang harus diingat adalah : untuk pencampuran ini harus diketahui dulu berapa
pH air yang dipakai dan jenis dari penetran itu sendiri.

29.Mengapa Air Radiator harus diganti


Agar tidak terjadi kebuntuan pada cooling system, terutama core radiator yang disebabkan endapan
(sludge) hasil reaksi kimia saat penetralan sifat keasaman pada air

30.Jenis Fuel yang digunakan pada Diesel Engine


Light Diesel Oil, ASTM D 975 NO. 2. (ASTM = Association Standard Testing Material)
Jenis fuel ini adalah bahan bakar dengan rentang titik didih dari 240 sampai 3500C, dan didistilasi
setelah kerosene. Dari semua jenis-jenis bahan bakar, fuel ini mempunyai sifat-sifat yang paling cocok
untuk ignition, combustion, dan viscosity yang diperlukan oleh engine diesel high-speed yang kecil,
sehingga hampir semua engine diesel highspeed, termasuk engine-engine untuk mesin-mesin
Resume:

konstruksi menggunakannya.

31.Pengaruh Sulfur pada Fuel thd. Jadwal Pergantian Oli


-Apabila kadar Sulphur berkisar antara 0,5-1%, maka jadwal pergantian oli adalah setengah dari
jadwal regulernya.
-Apabila kadar Sulphur > 1 %, maka jadwal pergantian oli menjadi seper empat dari jadwal regulerya.
Kandungan sulfur didalam fuel sangat mempengaruhi keausan engine dan emissi gas. Sulfur
teroksidasi (bereaksi dengan oxygen) ketika terjadi proses pembakaran membentuk sulfur dioksida
(SO2), dan sebagian lebih lanjut teroksidasi menjadi sulfur trioksida (SO3).
Reaksi (1)
SO2S + O2

Reaksi (2)
2SO32SO2+ O2

Reaksi ini dipengaruhi beberapa factor seperti temperatur pembakaran, temperatur exhaust gas, luas
penampang partikel, kelembaban relatif, dan air-fuel ratio. SO2 berubah ke SO3 didalam ruang bakar
engine ketika temperatur gas turun tiba-tiba pada saat langkah ekspansi. Maka, jika pembakaran
didalam ruang bakar tidak merata (uniform), reaksi ini mudah terjadi. SO3 yang dihasilkan kemudian
bereaksi dengan uap air (H2O) hasil pembakaran dan membentuk asam sulfat (H2SO4).

Reaksi (3)
H2SO4SO3 + H2O

Dan juga, sejumlah kecil SO3 didalam gas pembakaran mempengaruhi menaikan titik embun (dew
124 point) dari uap air (uap air berkondensasi biarpun pada temperatur tinggi). Uap air yang berkondensasi
tadi akan bereaksi dengan gas SO3 menjadi H2SO4, dan hasilnya terjadi keausan korosi pada piston
dan liner. Keausan korosi juga terjadi karena adanya soot yang ditimbulkan karena pembakaran (atom
carbon bebas) yang menyerap asam sulfat dan kemudian menempel pada piston groove atau dinding
dalam cylinder liner.

32.Akibat Fuel campur Kerosene


-Kerosene mempunyai viscosity rendah, sehinggai tidak dapat melumasi bagian-bagian bergesekan
secara sempurna. Ini berarti bahwa film oil hilang dan terjadi keausan yang abnormal atau kerusakan.
-Kerosene memiliki kadar Sulfur yang sangat tinggi, sehingga bisa mempercepat proses korosi.
-Injeksi fuel pada engine diesel, yang dikontrol adalah volume fuel. Kerosene mempunyai suatu
pembangkit panas yang besar per satuan beratnya, tetapi berat persatuan volume (specific gravity/berat
jenis) adalah rendah, sehingga sebagai akibatnya, jumlah energy panas persatuan volume menjadi
turun. Sehingga dapat menurunkan output power engine.

33.Penanganan Fuel
-Penyimpanan harus terlindung dah panas matahari dan hujan.
-Main tank harus dilengkapi dengan water drain cock.
-Kalau di dalam drum, pemasangan pipa isap pompa (saat memompa fuel) haruslah ± 20 cm dari dasar
drum (jangan sampai menyentuh dasar drum).

34.Fungsi Filter
Filter dipasang dalam system untuk menyaring kotoran, sehingga udara atau oli menjadi bersih dan
system dapat berfungsi dengan baik. Dalam aplikasinya filter dapat dipasang pada sisi inlet (pump atau
turbocharger), sisi outlet pump, atau setelah system untuk menyaring oli yang kembali (oil return).
Ada juga yang digunakan untuk menyaring internal leakage dari motor.

35.Sebutkan Klasifikasi Filter


Klasifikasinya Menurut standar ISO
-Platted Paper Element
-Wire Mesh Filter
-Metal Edge Filter

Menurut Standar SAE:


-Strainer
-Screen
-Filter; fine filter & Coarse filter

36.Pengertian Filtering Area


Luas bidang penyaringan sebuah filter saat elementnya dibentangkan.

37. Arti Mesh dan Micron


Mesh :Jumlah lubang pori pori setiap perluasan 1 inchi persegi, semakin besar angka mesh berarti
tingkat kerapatan pori pori semakin besar. Istilah Mesh biasanya digunakan pada Screen atau Strainer.
Mikron :Besarnya diameter pori pori element sebuah filter. 1 Mikron = 0.001 mm, dan biasanya
digunakan pada Fine Filter.

38.Model Filter
Cartridge :Element dengan housing dibuat menjadi satu kesatuan (ass’y), sehingga lebih praktis dalam
pemasangan dan memudahkan penggantian, tetapi hanya dapat digunakan untuk low pressure system,
karena housingnya terbuat dari plat tipis.
Element : Element dibuat terpisah dengan housing, dan penggantian hanya dilakukan pada
elementnya. Type element yang digunakan untuk system fluida (Transmission & hydraulic) lebih
mampu digunakan pada pressure yang lebih tinggi, karena housingnya tebal.

39.Jenis-jenis Air cleaner


Wet Type :Karena konstruksi air cleanernya yang didalam housing, udara masuk akan naik terlebih
dahulu kemudian turun, sehingga debu kasar atau kotoran yang relative lebih berat dari udara yang 125
masuk, akan jatuh ke oil case. Disamping itu, partikel oil juga ikut terhisap dan membasahi element,
sehingga debu dapat lengket dan menempel, dan udara yang menuju intake manifold lebih bersih.
Dry Type : Terdapat precleaner yang digunakan untuk membuang kotoran atau debu yang lebih besar,
sedangkan didalam housing terdapat dry paper element untuk menyaring kandungan debu yang lebih
halus saat udara melalui sekeliling bidang penyaringan dan masuk ke dalam element.

40.Penanganan Filter
-Tidak boleh disimpan pada daerah yang lembab
-Tidak boleh penyok dan jatuh
-Harus terbungkus rapi (jangan terbuka packingan-nya)

41.Mengapa Air Filter harus diganti


-Karena Air cleaner akan menjadi buntu, dan setelah dilakukan pembersihan (penyemprotan)
maksimal 5 kali, element Air Cleaner kemungkinan telah membesar pori –porinya, sehingga debu
dapat masuk ke dalam Intake System Engine dan dapat menyebabkan kerusakan pada liner dan ing
piston.

42. Fungsi Water Separator


-Water separator dipasang pada sisi output Fuel tank, fuel yang masuk kedalam water separator akan
dipaksa berputar dan menimbulkan gaya centrifugal karena konstruksi dan posisi inlet portnya tidak
menuju titik pusat, sehingga air yang berat jenisnya lebih berat dari fuel akan terpisah dan terlempar ke
dinding water separator kemudian jatuh mengendap dibagian bawah, sedangkan fuel akan mengalir
melalui port outlet menuju Priming/Feed pump.

43.Fungsi Dust Indicator


-Dust indicator dipasang pada tempat yang mudah terlihat diantara Air cleaner dan Intake manifold,
sehingga saat terjadi kebuntuan pada Air cleaner, dan negatif pressure atau kevakumannya melebihi
yang level sudah ditentukan (specified level), piston berwarna merah akan dihisap turun, sebagai tanda
untuk operator bahwa Air Cleaner telah buntu. Piston merah mempunyai notch (lock), sehingga
meskipun engine dimatikan, piston tidak kembali dan operator masih dapat melakukan pengecheckan.
Terdapat dua buah type dust indicator dengan setting negative pressure : 635 mmH2O dan 760
Resume:

mmH2O / 7.6 Kpa.

44.Fungsi Corrossion Resistor


Corrosion resistor dipasang pada sistim pendingin engine, dengan tujuan supaya “cooling effect” dari
sistim pendingin menjadi lebih baik, sehingga dapat meningkatkan ketahanan dan memperpanjang
umur engine, liner, dan pendinginan oli pelumas. Juga untuk mencegah terjadinya problem pitting
yang disebabkan karena terjadinya cavitation.

Inhibitor dalam corrosion resistor


Suatu zat kimia padat berwarna putih yang dapat larut dalam air untuk membentuk lapisan film pada
permukaan luar silinder liner, sehingga membuat scale (kerak) lebih sukar untuk melekat pada
permukaan silider dan block. Zat kimia tsb dapat membuyarkan scale dan mencampurkan dalam air,
dan membuangnya bersama air pendingin saat penggantian air. Jika zat kimia yang dilarutkan terlalu
lama dan telah menjadi lebih rendah concentrate-nya atau encer karena sering penambahan air pada
sistim pendingin, secara bertahap akan hilang efeknya.

Jenis Inhibitor dalam corrosion resistor


1.BUFFER AGENT, berfungsi meningkatkan sifat alkali/basa pada air, sehingga dapat mencegah
korosi pada cast iron, tidak berfungsi untuk aluminium.
2.IRON CORROSION INHIBITOR, membuat lapisan film pada permukaan (liner) cast iron, untuk
mencegah corrosion.
3.CAVITATION PITTING INHIBITOR, mencegah cavitation pada aluminium.
4.ALUMINIUM CORROSION INHIBITOR, mencegah korosi pada aluminium.
5.COPPER, COPPER ALLOY CORROSION INHIBITOR, mencegah korosi pada copper (tembaga)
dan pada brass (kuningan).
126 6.ANTI-SCALE ADDITIVE, mencegah terbentuknya scale.
7.ANTI-FOAM AGENT, mencegah terjadi cavitation dengan mengurangi buih dalam air.

45.Fungsi Evacuator Valve


Evacuator terbuat dari karet dan dipasang pada bagian bawah cover Air Cleaner with built-in Cyclone.
Pada saat engine mati, valve akan terbuka untuk membuang debu yang terkumpul pada air cleaner
cover, sedangkan saat engine hidup, valve akan tertutup dan tertutup untuk membuang debu.

46.Fungsi Ejector Pipe


Ejector pipe dipasang diantara Precleaner Komaclone dan muffler, memanfaatkan kevakuman (negatif
pressure) yang ditimbulkan oleh venturi pada port outlet muffler untuk secara otomatis membuang
debu yang terkumpul pada Komaclone keluar luar melalui muffler.

47.Fungsi Pre-Cleaner
Sebagai penyaring awal untuk memisahkan kandungan debu kasar dari udara sebelum masuk kedalam
Air cleaner.

48.Jenis Pre-Cleaner
US precleaner type (Cyclone)
-Cyclone atau pusaran angin yang dihasilkan oleh vane pada port intake, akan menimbulkan gaya
centrifugal untuk melempar dan memisahkan kandungan debu dari udara, debu terkumpul pada sisi
luar dust case, dan udara yang lebih bersih masuk kedalam air cleaner housing.
Filtering efficiency
Precleaner 40-50 %
Overall air cleaner system More than 99.9%

Komaclone
-Komaclone terdiri beberapa tabung yang mempunyai vane didalamnya, sehingga juga menghasilkan
pusaran angin dengan cara yang sama dengan US precleaner dan memisahkan kandungan debu dan
mengumpulkan didalam Komaclone, sehingga udara yang masuk kedalam air cleaner lebih bersih.

Filtering efficiency
Precleaner 80-90 %
Overall air cleaner system More than 99.9%

49.Fungsi Breather
Breather merupakan saluran untuk membebaskan pressure dari dalam crank case ke udara luar,
sehingga tidak terjadi kenaikan pressure yang berlebihan akibat blow-by. Agar kotoran tidak dapat
masuk kedalam crankshaft, didalam breather dipasang filter (wire mesh).

1.Tachometer
Alat yang digunakan untuk mengukur putaran engine. Satu set terdiri, probe, cable, tachometer,
tachometer drive.

2.Compression Tester Kit


Alat yang digunakan untuk mengukur compression pressure engine. satuan kg/cm2

3.Blow By Checker
Alat yang digunakan untuk mengukur blowby pressure engine. Satuan mmH20 - KPa

4.Temperature Tester Kit


Alat yang digunakan untuk mengukur temperature. Exhaust (high temp), Fluida, Surface (ambient).
Satuan : oC

5.Handy Smoke Checker


Alat yang digunakan untuk mengetahui kwalitas exhaust gas, dengan mengukur kandungan bercak oli,
fuel yang tidak terbakar dan membandingkannya dengan Table Bosch Index.
127
6.Pressure Gauge
Alat yang digunakan untuk mengukur pressure oli dalam system hydraulic atau pressure angin.
Satuan : kg/cm2, Mpa
7.Radiator Cap Tester
Alat yang digunakan untuk mengukur setting kerja pressure valve pada radiator cap tester, dan dapat
juga digunakan untuk mengecheck kebocoran air pada cooling system engine.
Satuan : kg/cm2

8.Anemometer
Alat yang digunakan untuk mengukur tingkat kebuntuan fin Radiator

9.Accumulator Tester
Alat yang digunakan untuk mengukur pressure nitrogen dalam bladder accumulator

10.Dial Gauge
Alat yang digunakan untuk mengukur endplay, runout, faceout, backlash, protusion, diameter dalam
(bore gauge). Satuan : 0.001 mm

11.Convex Scale
Alat yang digunakan untuk mengukur panjang dan jarak.

12.Air Leak Tester


Alat yang digunakan untuk mengecheck kebocoran oli. misal kebocoran oli dari dalam case final drive
melalui floating seal dan dapat juga digunakan untuk mengukur stroke piston clutch.

13.Multi Tester
Alat yang digunakan untuk mengukur tegangan [V], arus [I], dan hambatan [R] pada system
kelistrikan. Pada jenis yang lebih canggih, juga dilengkapi untuk mengukur Frequency (Hz).

14.Flow Meter
Resume:

Alat yang digunakan untuk mengukur flow discharge pump, dalam penggunaannya dipasang secara
seri dengan port discharge pump. Satuan Lpm – kg/cm2

15.Harness Checker
Alat yang digunakan untuk mempermudah pengukuran tegangan [V] dan hambatan [R] pada wiring
harness unit. Pada prinsipnya, alat ini hanya menghubungkan kabel secara paralel sesuai jumlah pin
connectornya dan menghubungkannya dengan T- adapter . Pada T-adapter terdapat sejumlah lubang
test pin dengan nomor urut yang mewakili nomor urut pin pada connector.

16.PH Tester / Kertas Lakmus


Alat yang digunakan untuk mengukur tingkat keasaman suatu cairan, biasanya Air radiator.

17.Stop Watch
Alat yang digunakan untuk mengukur waktu pergerakan (cycle time) work equipment.
Satuan : Second (detik)

18.Jangka Sorong / Vernier caliper


Alat yang digunakan untuk mengukur diameter luar, diameter dalam, panjang, ketebalan, kedalaman
lubang pada suatu komponen.
Satuan : mm (0.05), inchi (1/128)

19.Thermometer / Thermister
Alat yang digunakan untuk mengukur temperature lingkungan sekitar.

20.Hydro Tester
128 Alat yang digunakan untuk mengetahui berat jenis suatu liquid, biasanya untuk elektrolit battery.

1.Engine Low Idle


Putaran engine terendah tanpa beban
2.Engine High Idle
Putaran engine tertinggi tanpa beban

3.Compression Pressure
Tekanan didalam ruang bakar yang dihasilkan pada saat piston bergerak dari BDC ke TDC dan kedua
valve (intake dan exhaust) tertutup. Satuan : kg/cm2 - Psi
Compression ratio CR =
Vs + Vc
Vc
Vs : Volume Stroke
Vc : Volume Compression
Critical point saat pengukuran compression pressure :
-Cranking Rpm : 150 – 300 Rpm
-Valve clearance yang standart
-Water coolant temperature : + 60oC

4.Blow by Pressure
Tekanan didalam crank case akibat kebocoran pressure dari ruang bakar (compression dan combustion
pressure), kebocoran pada Turbocharger dan air compressor. Pengukuran blow-by pressure pada
dasarnya dilakukan untuk mengukur tingkat keausan (kondisi) liner dan ring piston.
Untuk memastikan Blow-by (terjadi keausan pada liner & ring piston)
- Pressure blow-by diatas standart / permissible
- Warna blow-by cenderung putih kebiru – biruan sebagai indikasi adanya oli yang terbakar.
- Oil consumption tinggi
- Hasil PAP (silicon- debu, metal wear)
- Trend analysis blowby-pressure

5. Torque Converter Stall Speed (HD & DZ)


Putaran engine pada saat torque converter stall, dimana turbin (output T/C) tidak berputar karena
beban yang berlebihan (overload).

6. Rated Speed
Putaran engine pada HP max. Satuan : Rpm

7. Hydraulic Stall Speed


Putaran engine pada saat hydraulic system direliefkan. Satuan : Rpm

8. Boost Pressure
Tekanan didalam intake manifold yang dihasilkan oleh turbocharger. Satuan : mmHg / Kpa

9. Modulating Time (HD & DZ)


Waktu yang dibutuhkan untuk proses filling time (pengisian clutch) ditambah build-up time (kenaikan
pressure secara bertahap) sampai specified modulating pressure tercapai.

10. Abnormal (unusual) Noise


Kelainan suara pada suatu komponen yang dapat disebabkan kerusakan inner part, lubricating inner
komponen kurang – pada mechanical system. Sedangkan pada hydraulic system dapat disebabkan
adanya angin yang terjebak dalam hydraulic motor atau pump.

11. Turbocharger Play


End play : Gerak bebas shaft turbocharger searah sumbu (axial).
Radial play : Gerak bebas shaft turbocharger tegak lurus terhadap sumbu (arah radial).
129
12. Work Equipment Speed
Kecepatan gerak work equipment (attachment) yang ditentukan oleh jumlah flow yang menuju
actuator (cylinder atau motor) dan dapat digunakan sebagai indicator untuk mengetahui performance
pump, control valve dan actuator (factor internal leakage).
Pengukuran dilakukan dalam satuan detik. (second)

13. Hydraulic Drift


Penurunan attachment pada saat control valve posisi netral, yang disebabkan oleh keausan berlebihan
pada seal piston hydraulic cylinder atau spool-housing control valve, sehingga internal leakagenya
besar. Akibatnya jika terdapat holding pressure pada salah satu sisi cylinder (head atau bottom), pada
saat attachment menggantung, holding pressure tersebut akan bocor, sehingga attachment akan turun
dengan sendirinya. Pengukuran hydraulic drift dilakukan pada saat engine mati.

14. Internal Leakage of gear pump


Backlash
Internal leakage pada gear pump yang terjadi pada bidang kontak teeth drive dan driven gear.

Top Clearance
Internal leakage pada gear pump yang disebabkan keausan yang terjadi pada bagian atas hosuing sisi
suction yang disebabkan adanya gaya tekan terhadap gear karena pressure pada sisi discharge dan
untuk mengurangi internal leakage tersebut, maka dipasang Side plate yang akan memanfaatkan
sebagian pressure discharge pump untuk dialirkan menuju sisi suction melalui V- groove sebagai
balancing pressure.

Side Clearence
Internal leakage pada gear pump yang disebabkan keausan yang terjadi pada sisi samping gear dengan
housing dan untuk mengurangi internal leakage tersebut, maka dipasang Side plate yang akan
menekan kontak permukaan dengan sisi gear, memanfaatkan pressure discharge pump.
- Internal Leakage of piston pump / motor
Clearance antara piston dengan cylinder barrel, bidang cembung kontak antara cylinder barrel dengan
pressure valve (plate) tidak rata.
Resume:

15. Relief Pressure (hydraulic)


Pressure maksimal dalam system hydraulic yang dibatasi oleh main relief valve, pada saat control
valve digerakkan tetapi actuator (cylinder atau motor) tidak bergerak, karena actuator (cylinder) sudah
end stroke atau overload.

Relief pressure (power train)


Pressure maksimal dalam system power train (T/M dan atau S/T) yang dibatasi oleh main relief valve,
dan selalu terjadi standby pressure sebesar relief pressure sehingga responsive (tidak terjadi delay) saat
digunakan untuk mengengagedkan clutch.

16. Safety Pressure


Pressure maksimal yang terjadi dalam sirkuit hydraulic antara control valve dan actuator yang dibatasi
oleh safety valve, pada saat terjadi beban dari luar atau akibat pergerakan actuator lainnya. Untuk
mencegah terjadinya kerusakan pada actuator (cylinder atau motor).

17. Cracking Pressure (Main relief valve)


Besarnya pressure pada saat awal valve mulai terbuka, yang nilai pressurenya diatas nilai tension
springnya. Cracking pressure akan berubah hanya pada saat dilakukan adjustment.

Cracking pressure (Bypass valve filter)


Perbedaan pressure antara sebelum dan sesudah filter, jika melebihi cracking (tension spring) saat
filter mengalami kebuntuana, maka bypass valve baru akan terbuka.

18. Setting Pressure


130 Hasil pembacaan (measurement) pressure gauge pada saat control lever digerakkan, sedangkan
actuator (hydraulic cylinder atau motor) tidak bergerak. Besarnya setting pressure bervariasi sesuai
dengan Flow discharge pump (setting pressure saat low idle akan lebih kecil dibanding saat high idle
atau adanya perbedaan sudut pump)
19. Over Drive Transmission (Volvo & light truck)
Transmission dimana pada saat speed gear tertinggi, putaran output shaft transmission lebih besar dari
putaran engine (input shaft transmission) atau speed ratio lebih besar dari 1.

20. Direct Drive Transmission (Volvo & light truck)


Transmission dimana pada saat speed gear tertinggi, putaran output shaft transmission sama dengan
putaran engine (input shaft transmission) atau speed ratio sama dengan 1.

21. Preload (Volvo & light truck)


Beban awal yang sengaja diberikan untuk menentukan clearance antara inner dan outer race pada
cone (taper) bearing.

22. Caster (Volvo & light truck)


Sudut kemiringan mundur kingpin terhadap sumbu vertical roda, saat dilihat dari samping. Sehingga
tumpuan beban unit terhadap permukaan jalan pada roda depan, terletak dibelakang garis tengah
tumpuan kingpin, dengan demikian roda depan cenderung bergerak ke arah steering digerakkan dan
akan kembali secara otomatis ke posisi semula setelah steering dinetralkan untuk meningkatkan
kestabilan steering.

23. Camber (Volvo & light truck)


Sudut kemiringan luar roda depan terhadap sumbu vertical, saat dilihat dari depan unit. Dengan tujuan
:
- Untuk memberikan beban kepada wheel inner bearing agar beban merata dengan wheel outer
bearing
- Untuk mendekatkan titik tumpu beban terhadap permukaan tanah pada front wheel, dengan
perpanjangan garis tengah kin pin pada permukaan tanah.
- Bersama dengan king pin angle of inclination, camber meningkatkan faktor kemudahan pergerakan
steering wheel.

24. King Pin Inclination (Volvo & light truck)


Kin pin tidak benar-benar tegak lurus terhadap permukaan tanah, tetapi cenderung sedikit miring
kedalam, dan sudut yang terbentuk disebut king pin angle of inclination. Bersama dengan camber,
sudut inclination meningkatkan faktor kemudahan pergerakan steering wheel.
Ketika roda depan berputar selama unit travel dengan garis tengah king pin sebagai garis tengah tegak
lurus (center axis), roda depan akan cenderung terangkat ketas. Hal itu terjadi karena merupakan efek
samping karena adanya gaya yang cenderung mengembalikan roda ke posisi sebelumnya. Saat unit
berbelok sedikit dan masih agak meneruskan jalan lurus kedepan, pelepasan steering wheel akan
menimbulkan gaya balik (restoring force), dan membawa steering wheel kembali ke posisi
sebelumnya. Sudut inclination biasanya sekitar 5 - 8°.

25. Toe – In, Toe – out (Volvo & light truck)


Berlaku untuk roda depan yang menunjukkan Perbedaan jarak antara garis tengah roda kanan dengan
roda kiri, diukur pada bagian depan dan bagian belakang. (saat dilihat dari atas). Jika lebih lebar
bagian belakang disebut toe-in, sedangkan jika lebih lebar bagian depan maka disebut toe-out.

26. Clutch Outer Lever Play (Volvo & light truck)


Gerak bebas linkage clutch booster, sebagai indikasi clutch full engaged.

27. All Diff. Locks (Six wheel drive) (A40)


Saat diperlukan semua roda jadi penggerak maka switch 6x6 dapat diaktifkan untuk menggerakkan
dog clutch agar menghubungkan semua side gear pada masing masing differential, sehingga semua (6
sisi) putaran roda sama besar torquenya.
131
28. Brake Cooling System (A40)
System pendinginan brake clutch (disc plate) didalam final drive, dengan cara mengalirkan flow oli
untuk merendam clutch, sehingga panas yang terjadi karena gesekan clutch akan diserap oleh oli dan
dialirkan untuk didinginkan dalam oil cooler.

29. Brake Cooling valve (A40)


Solenoid valve for brake cooling circulation MA5201 akan energized untuk menghubungkan oil return
dari fan cooling menuju brake cooling motor sebagai penggerak brake cooling pump

30. Diffrential lock (Inter Wheel) (A40)


Diaktifkan untuk menggerakkan dog clutch untuk menghubungkan kedua side gear differential,
sehingga putaran dan torque pada kedua sisi roda menjadi sama.

31. VEB (Volvo Engine brake) (A40)


Suatu system braking yang menggunakan engine sebagai brake dengan dua system yang berbeda :
EPG dan VCB

32. Engine Pressure Governor (Exhaust brake) (A40)


Sebuah system brake yang menggunakan Air cylinder sebagai penggerak damper (butterfly valve)
yang terpasang pada exhaust pipe, sehingga exhaust gas tertahan untuk menimbulkan braking effect
pada engine saat exhaust stroke dengan meninbulkan brake pressure yang terjadi antara ruang bakar
(piston) dengan damper. (Memanfaatkan engine sebagai brake)

33. VCB Brake (Volvo Compression Brake) (A40)


Saat compression stroke dan power stroke, pembukaan exhaust valve diatur sehingga terjadi over
(back) pressure dalam ruang bakar untuk menimbulkan braking effect pada crankshaft. Hal ini didapat
karena adanya 2 buah extra cam pada permukaan exhaust cam, ketinggian angkat (lifting height) extra
cam sangat kecil jika dibandingkan dengan primary exhaust cam. Dengan demikian, extra cam akan
sedikit membuka exhaust valve, pada sekitar BDC setelah intake stroke, akibatnya high exhaust
pressure akan masuk dan mengisi ruang bakar (pada kondisi ini EPG juga bekerja). Selama
compression stroke, braking effect akan semakin kuat sebanding dengan back pressure yang terjadi.
Resume:

Dan pada akhir compression stroke, exhaust valve sedikit terbuka sekali lagi, untuk membebaskan
pressure (decompressed). Dengan demikian tambahan gaya dorong piston kebawah akan dihilangkan
selama power stroke, dan akan memperbesar braking effect yang terjadi.

34. FOPS / ROPS (Fall Over Protection Structure) (Roll Over Protection Structure) (A40)
Cabin dirancang dengan kerangka utama yang mampu menahan beban yang besar saat tertimpa atau
kejatuhan material atau saat unit terguling, sehingga tidak terjadi kecelakaan yang fatal pada
operatornya.

35. Gear shift inhibitor (A40)


Suatu system untuk mencegah terjadinya shiftdown secara tiba tiba saat terjadi kesalahan operasi,
misalnya pada awalnya gearshift selector posisi D dan actual gearspeed 6th , kemudian secara tidak
sengaja gearshift selector diposisi 1, maka gearspeed tidak akan dapat langsung shiftown ke gearspeed
1st , tetapi akan shiftdown secara bertahap 5th, 4th, 3rd, 2nd , 1st . sehingga tidak terjadi hentakan
yang dapat menyebabkan kerusakan pada komponen transmission.

36. Inter axle (A40)


Suatu system yang digunakan untuk menyamakan putaran antara front bogie differential dengan front
bogie differential dengan mengaktifkan dog clutch pada third differential (front bogie.

37. Intercooler (A40)


Digunakan untuk mendinginkan Air Intake sebelum masuk ke Intake manifold dengan menggunakan
hembusan angin yang dihasilkan oleh Fan cooling motor, sehingga tingkat density, atau kerapatan Air
Intake semakin padat dan kwalitas pembakaran semakin baik untuk mendapatkan engine power yang
maksimal.
132
38. Keystone model of Piston Ring (A40)
Compression ring yang terpasang pada piston bagian paling atas, yang dapat menahan pressure dan
temperature tinggi sehingga mengurangi tingkat kebocoran pressure dalam ruang bakar menuju crank
case.

39. LDB (Load & Dump Brake) (A40)


Switch yang digunakan untuk mengaktifkan brake load unit saat loading dan dumping, tanpa harus
menginjak pedal brake, sehingga mengurangi penggunaan parking brake.

40. Longitudinal Differential lock (A40)


Differential lock yang terletak dalam drop-box, yang diaktifkan dengan dog clutch untuk
menghubungkan kedua sisi side gearnya, sehingga putaran front axle dan front bogie axle menjadi
sama. Jika system mendeteksi terjadi negative torque pada transmission saat VEB dan atau retarder
dioperasikan, maka longitudinal differential lock secara otomatis akan aktif.

41. Operator Blind Side / Blind spot (A40)


Daerah sekitar unit operasi yang tidak terlihat oleh operator saat mengoperasikan unitnya, sehingga
unit dirancang sedemikian rupa untuk memperkecil blind spoot dan memperluas jangkauan pandang.

42. Transmision over speeding (A40)


Suatu kondisi yang terjadi karena adanya factor percepatan unit atau keterlambatan braking (terutama
saat unit travel pada jalan turunan) sehingga kecepatan transmission (power train) melebihi kecepatan
maksimalnya, dan dapat menyebabkan kerusakan pada engine karena transmission akan memutar
engine

43. Transmission Slipping (A40)


Transmission tidak mampu menyalurkan tenaga engine ke power train, dan justru terjadi keausan
abnormal pada clutch (disc-plate), karena Torque Transmitting Capacity clutch lebih kecil dari tenaga
yang harus disalurkan. Hal ini dapat disebabkan antara lain :
- Internal leakage pada seal piston berlebihan, sehingga pressure clutch turun
- Keausan berlebihan pada clutch
- Setting main relief atau modulating valve terlalu rendah
- Beban kerja berlebihan dan dipaksakan (Overload)

44. Tire Run-out (HM)


Penyimpangan putaran pada diameter luar roda searah radial

45. Toe-in (HM)


Perbedaan jarak antara garis tengah roda kanan dengan roda kiri depan, diukur pada bagian depan dan
bagian belakang, dimana lebih lebar bagian belakang saat dilihat dari atas.

46. Front Wheel Bearing Play (HM)


Gerak bebas bearing searah sumbu axial pada front wheel hub.

47. Steering Wheel Play (HM)


Gerak bebas steering wheel pada saat engine mati, jika berlebihan hal ini dapat disebabkan adanya
keausan berlebihan pada spline, spider joint atau keausan pada inner part steering valve. Pengukuran
dilakukan pada diameter luar (keliling) steering wheel.

48. Exhaust Brake (HD)


Suatu system yang bekerja secara otomatis akan menutup exhaust pipe engine pada sisi outlet
turbocharger dengan mechanism leaf flap, untuk mendapatkan braking effect. Sehingga saat exhaust
stroke, exhaust gas akan tertahan yang berakibat putaran engine juga akan tertahan dan menimbulkan
braking effect untuk mengurangi kecepatan travel unit. Exhaust brake solenoid valve bekerja sesuai
arus perintah dari transmission controller, dan hanya akan aktif saat lock-up clutch engaged / ON.

49. Front Brake Cut Off (HD) 133


Suatu system yang dioperasikan secara manual dengan memposisikan Front brake cut-off switch ON,
untuk menCancel front brake agar tidak bekerja saat service brake pedal diinjak. Dengan tujuan agar
operator berkonsentrasi pada steering wheel, tidak perlu menarik retarder lever untuk mengaktifkan
rear brake, tetapi dengan menginjak service brake, pada saat unit beroperasi di permukaan jalan yang
licin.

50. Brake Cooling System & BCV (HD & HM)


System pendinginan brake clutch (disc plate) didalam final drive, dengan cara mengalirkan flow oli
untuk merendam clutch, sehingga panas yang terjadi karena gesekan brake clutch akan diserap oleh oli
dan dialirkan untuk didinginkan dalam oil cooler.

(HD) Terdapat brake cooling valve & solenoid yang akan bekerja untuk memby-passkan flow
discharge brake cooling pump kembali ke tank, pada saat rear brake tidak dioperasikan, sehingga
menghilangkan churning resistance untuk mengurangi power loss, saat unit sedang travel. Sedangkan
saat unit travel dan rear brake dioperasikan, BCV akan mengalirkan flow discharge pump menuju
clutch untuk mendinginkannya. Jika terjadi keabnormalan system, dan pressure naik melebihi 9
kg/cm2, BCV akan bekerja untuk membypasskan sebagian oli kembali ke tank, sehingga kenaikan
pressure abnormal tidak terjadi.
(HM) Brake cooling valve dipasang secara parallel dengan jalur yang menuju brake cooling dan
bekerja untuk membatasi maksimal pressure pada rear & center brake : 8 kg/cm2, sedangkan untuk
front brake : 4 kg/cm2.

51. Brake effect distance


Diukur dari titik pada saat foot brake pedal atau retarder brake valve dioperasikan sampai titik dimana
unit berhenti (dalam satuan meter). Kecepatan travel unit sekitar 32 km/h (HD & HM) 20 km/h (WA),
pada permukaan jalan yang lurus, datar, rata dan pressure angin mencapai + 8 kg/cm2. Pengukuran
braking effect distance bertujuan untuk mengukur jarak actual effect brake, sehingga kemampuan total
brake dapat diketahui.

52. Lock-up Clutch Pressure (HD & DZ)


Pressure yang digunakan untuk mengengagedkan lock-up clutch, besar pressure diatur oleh lock-up
Resume:

modulating valve sebesar 16 + 0.5 kg/cm2 (HD), 14 kg/cm2 (DZ), 18,5 kg/cm2 (HM) dan kenaikan
pressurenya diatur secara bertahap sehingga mengurangi kejutan yang terjadi.

53. Stator Clutch Pressure (DZ)


Pressure yang digunakan untuk mengengagedkan stator clutch, besar pressure diatur oleh stator
modulating valve sebesar 27 + 1 kg/cm2 dan kenaikan pressurenya diatur secara bertahap sehingga
mengurangi kejutan yang terjadi.

54. Brake Performance (DZ)


Kemampuan brake clutch yang dapat diketahui dengan melakukan Torque Converter stall, T/C harus
stall saat speed F3. Brake performance dipengaruhi oleh kekuatan tension believille spring, tingkat
keausan pada disc-plate dan adjustent brake lingkage & potentiometer.

55. Hydraulic Stall Speed (Big Digger)


Putaran engine saat hydraulic system direliefkan

56. Hydraulic Idler Cushion (HIC) (Big Digger)


Suatu system peredam kejutan pada component under carriage saat mendapat beban kejut dari arah
depan (idler) dengan menggunakan cylinder hydraulic yang dihubungkan dengan Accumulator. Gas
Nitrogen dalam accumulator akan menyerap beban kejutan atau kenaikan pressure secara tiba tiba
dengan kemampuan menyusut dan memuai tanpa terjadi kenaikan temperature.

57. Time Lag (Big Digger)


Keterlambatan waktu pergerakan attachment setelah cylinder end stroke atau mendapatkan benturaran
sebagai indikasi kemampuan respon terhadap perubahan beban atau pressure yang mendadak, pada
134 saat control valve digerakkan.

58. Charging Pump Pressure (Big Digger)


Pressure oli yang dihasilkan oleh charging pump dan besarnya pressure dibatasi oleh charging relief
valve. Dalam system digunakan sebagai pilot pressure (PPC valve & solenoid) serta untuk pilot
pressure control pump.

59. Swing Brake Angle (Big Digger)


Sudut yang terbentuk dan diukur dari titik dimana gerakan swing dihentikan (PPC valve dinetralkan)
sampai upper structure benar benar berhenti berputar dan digunakan sebagai indikasi kemampuan
(setting) swing counter balance valve (atau swing safety valve). Pengukuran dilakukan minimal
setelah satu putaran penuh upper structure dengan lever PPC full stroke, engine high speed dan
attachment full stroke.

60. Open center Load Sensing System (Big Digger)


Suatu system pengaturan flow discharge pump agar sesuai dengan variasi beban yang terjadi dan
sudut pergerakan PPC valve (stroke spool control valve), sehingga Torque yang diserap oleh system
hydraulic selalu dapat sesuai dengan power engine (rated speed). Juga terdapat fungsi cut-off yang
bekerja untuk memperkecil sudut pump sesaat sebelum relief pressure tercapai, sehingga mengurangi
terjadinya hydraulic relief loss. Dalam system OLSS terdapat TVC valve, CO & NC valve serta Servo
valve & piston.

61. Back Pressure Compensating Valve (Big Digger)


Valve yang dipasang pada sisi return control valve, untuk menimbulkan back pressure yang
digunakan untuk membantu kerja suction atau vaccum valve serta sebagai pembatas minimal pressure
Pd.

62. Track Tension (Big Digger)


Kekencangan track link harus sesuai standart, sehingga tidak terjadi keausan abnormal. Jika track
tension terlalu kencang, justru akan menyebabkan tambahan beban pada travel motor, disamping dapat
mempercepat tingkat keausan.

63. Cut Off Pressure (Big Digger)


Besar pressure yang digunakan sebagai batas system untuk meminimalkan sudut Main Pump, yang
ditentukan sesaat sebelum relief pressure tercapai, sehingga mengurangi terjadinya hydraulic relief
loss. Karena pada dasarnya pencapaian cut-off pressure dengan relief pressure relative sangat pendek,
sedangkan saat relief pressure tercapai, attachment sudah tidak bisa digerakkan, sehingga percuma dan
hanya membuang tenaga engine jika flow discharge pump masih dipertahankan besar.

64. LS - Differential Pressure (PC)


PLS = Pump discharge pressure PP – LS pressure PLSLS diffential pressure
PLS (perbedaan pump pressure PP dan outlet control valve port pressure LS yang dipengaruhi oleh
pressure beban actuator) selalu konstan.Sudut swash plate pump ( flow discharge pump) akan diatur
sedemikian rupa sehingga LS differential pressure
PLS lebih tinggi dari setting pressure LS valve (saat pressure kerja actuator rendah) swash plate pump
akan bergerak ke posisi minimum. PLS lebih rendah dari setting pressure LS valve (saat pressure
kerja actuator tinggi) swash plate pump akan bergerak ke posisi maximum, sedangkan jika LS
differential pressure Jika LS differential pressure

65. Single/Double Stage main relief (PC)


Relief valve yang mempunyai 2 tingkat setting pressure (1st = 320 kg/cm2, 2nd = 350kg/cm2), yang
bertujuan untuk meningkatkan tenaga (power) attachment. Prinsip kerja 2 stage relief valve adalah
memperkuat tension spring main relief dengan mekanisme piston yang digerakkan oleh pilot pressure.
Agar speed attachment tetap dapat dipertahankan maka sudut pump akan dipertahankan dengan
menCancel CO valve.

66. Track Gauge (PC)


Jarak antara titik tengah track shoe sebelah kanan dan sebelah kiri. 135

67. Travel Deviation (PC)


Terjadi penyimpangan arah travel (belok dengan sendirinya) saat unit dijalankan maju atau mundur
lurus, yang terjadi karena terdapat perbedaan putaran pada kedua sisi kanan dan kiri track link. Hal ini
dapat disebabkan dari factor mekanikal : jumlah track link berbeda (sudah pernah dipotong pada satu
sisi) atau kekencangan track link kedua sisi tidak sama, sedangkan factor hydraulic disebabkan adanya
perbedaan jumlah flow oli yang memutar travel motor karena misadjustment salah satu linkage travel,
pilot pressure control pump lebih besar salah

68. Total Hydraulic Drift (PC)


Kecepatan penurunan attachment yang diukur dari ketinggian teeth bucket terhadap permukaan tanah
selama 15 menit, postur attachment diposisikan Full Boom Raise, Full Arm Out dan Full Bucket Curl
satu sisi, salah satu pump atau travel motor internal leakagenya besar, dsb

69. Permisible water depth (PC)


Batas kedalaman air saat unit beroperasi pada medan berair adalah garis tengah carrier roller. Saat
menjalankan unit keluar dari dalam air, jika sudut kemiringan unit melebihi 15o, bagian belakang
upper structure (sisi engine) akan masuk terendam kedalam air, dan putaran fan akan mengenai air,
sehingga fan dapat rusak atau putus..

70. Travel speed (PC)


Travel speed idle : Waktu yang diperlukan untuk melakukan 5x putaran track link.
Naikkan salah satu sisi track link, dengan posisi Boom lower dan putar track link 1x
Ukur waktu yang diperlukan untuk 5x putaran berikutnya. (Travel speed Lo & Hi).
Travel speed actual : Waktu yang diperlukan untuk menempuh jarak 20 m.
Jalankan unit pada permukaan jalan yang rata, datar dan kering sejauh 10 m.
Ukur waktu untuk menempuh jarak 20 m berikutnya. (Travel speed Lo Hi).

71. Swing drift (PC)


Pergeseran posisi upper structure terhadap lower structure saat unit diparkir pada sudut kemiringan
15o dengan posisi upper structure menyilang 90o terhadap lower structure dan attachment diangkat.
Resume:

Pergeseran tidak boleh terjadi dan diukur setelah 5 menit, hal ini sebagai indikasi kemampuan swing
brake clutch (tingkat keausan brake clutch dan tension spring).

IV. TROUBLE ANALYSIS


1. Engine Hunting
Putaran engine yang tidak stabil, naik turun tidak beraturan yang disebabkan ada udara yang masuk
dalam fuel system dari sisi suction pump (misal terjadi kebocoran hose, o-ring dsb). Sehingga seolah
olah terjadi perubahan Firing Order (urutan pembakaran).

2. Engine Overheat akibat Cooling System


Suatu kondisi dimana temperature air pendingin diatas normal (+ 105oC), yang disebabkan
keabnormalan cooling system
- Thermostat jammed tertutup,
- Radiator (core atau fin) buntu,
- Fan belt kendor, dsb

3. Blow By Pressure terlalu tinggi


- Keausan berlebihan pada ring piston & liner
- Kebocoran pada valve steam dan guide (intake-boost pressure, exhaust-exhaust gas)
- Kebocoran boost pressure melalui pushrod sleeve. dsb

4. Exhaust Temperature terlalu tinggi


Pada intinya disebabkan pembakaran tidak sempurna, dimana perbandingan udara dengan bahan
bakar tidak seimbang, udaranya lebih sedikit.
- Air cleaner buntu
136 - Turbocharger broken
- Overfuelling, dsb

5. Boost Pressure terlalu rendah


- Air cleaner buntu
- Turbocharger broken, dsb

6. Suara yang tidak normal dari Hydraulic Pump


- Kerusakan inner part atau keausan berlebihan
- Ada angin yang terjebak, karena bleeding tidak sempurna
- Bearing pump jammed, dsb

7. Hydraulic Oil Overheating


- Fin oil cooler buntu
- Setting main relief terlalu tinggi
- Operasi overload secara terus menerus, dsb

8. Work Equipment Speed lambat


Pada intinya disebabkan flow oli yang menuju actuator terlalu sedikit
- Flow discharge pump rendah (internal leakage, pilot control pump abnormal)
- Internal leakage pada control valve terlalu besar
- Spool C/V tidak bisa full stroke dsb

9. Hydraulic Drift besar


- Internal leakage pada cylinder hydraulic terlalu besar
- Internal leakage pada control valve terlalu besar

10. Unusual noise dari Hydraulic Pump


- Keausan berlebihan pada inner component pump
- Ada angin yang terhisap oleh pump
- Bearing atau bushing pump jammed. dsb

11. Starting Motor tidak bisa berputar walaupun Starting Switch posisi "START"
- Kabel terminal C putus
- Starting motor terbakar
- Battery drop, engine jammed , dsb

12. Engine Oil Pressure Monitor tidak mau mati


- Engine oil pressure drop : relief valve jammed terbuka, keausan inner component berlebihan
- Sensor engine oil pressure abnormal

13. Charging System Tidak Berfungsi


- Alternator rusak
- V-belt alternator putus, kendor
- Terminal B alternator putus. dsb

14. Pump Flow Rate tidak tercapai


- Internal leakage pump terlalu besar.
- Strainer outlet hydraulic tank buntu.

15. Stall Speed terlalu tinggi (HD & HM & DZ)


- Setting relief valve terlalu rendah
- Setting regulator valve terlalu rendah
- Internal leakage pada Torque Converter terlalu besar. dsb

16. Stall Speed terlalu rendah (HD & HM & DZ)


- Power engine turun yang disebabkan keabnormalan pada intake system atau fuel system.
- Setting relief valve T/C terlalu tinggi 137
- Setting regulator valve terlalu tinggi, atau terjadi kebuntuan pada oil cooler, sehingga pressure dalam
torque converter terlalu tinggi. dsb
17. ECMV Pressure tidak tercapai (HD & HM & DZ)
- Solenoid valve rusak, nilai resistancenya bertambah besar.
- Spool pressure valve jammed.
- Fill switch jammed OFF atau Internal leakage pada clutch piston terlalu besar. dsb

18. Lock-up Clutch Pressure terlalu rendah (HD & HM & DZ)
- Spool lock-up modulating valve jammed.
- Spring lock-up modulating valve patah
- Internal leakage pada lock-up piston terlalu besar. dsb
- Terjadi kebocoran pada piping sisi inlet pump, sehingga angin terhisap masuk. dsb

19. Steering Wheel Play terlalu longgar (HD & HM & Light truck)
- Keausan pada spline steering shaft terlalu besar
- Universal joint aus berlebihan
- Steering valve (orbitroll) atau gear box aus berlebihan. dsb

20. Retarder Brake tidak berfungsi (HD)


- Retarder valve misadjustment atau spring retarder valve patah
- Rear brake clutch aus berlebihan
- Terdapat angin dalam brake oil system karena bleeding tidak sempurna. dsb

21. Braking Efect distance dari Emergency brake terlalu jauh (HD & HM)
- Air pressure drop
- Terdapat angin dalam brake oil system karena bleeding tidak sempurna.
- Misadjustment parking brake. dsb

22. Engine Overrunning (HD & HM)


- Auto retarder solenoid tidak berfungsi, sehingga power train memutar engine karena pengaruh beban
Resume:

dan faktor percepatan.


- Misadjustment input shaft transmission speed sensor, sehingga auto retarder tidak bekerja.
- Keabnormalan pada FIP, sehingga overfueling. dsb

23. Torque Converter Overheating (HD & HM & DZ)


- Setting relief valve T/C terlalu tinggi
- Setting regulator valve terlalu tinggi, atau terjadi kebuntuan pada oil cooler.
- Unit sering operasi overload. dsb

24. Torque Converter Lock-up Clucth tidak bekerja (HD & HM & DZ)
- Lock-up solenoid valve putus, atau inner plungernya jammed
- Seal lock-up piston clutch bocor
- Lock-up clutch aus berlebihan. dsb

25. Torque Converter Low Efficiency (HD & HM & DZ)


- Internal leakage T/C terlalu besar
- Stator jammed, sehingga tidak bisa mengarahkan oli dari turbin menuju pump
- Setting relief valve T/C terlalu rendah. dsb

26. Transmission Slip (HD & HM & DZ)


Internal leakage pada seal piston berlebihan, sehingga pressure clutch turun
- Keausan berlebihan pada clutch
- Setting main relief atau modulating valve terlalu rendah. dsb

27. Steering terasa berat (HD & HM)


138 - Steering orbitroll valve aus berlebihan
- U-joint steering shaft jammed.
- Demand valve spool jammed ke posisi flow discharge menuju hoist system. dsb
28. Parking Brake tidak mau release (HD & HM)
- Parking brake pilot valve jammed
- Parking brake relay valve bocor
- Spring chamber parking bocor. dsb

29. Gerakan Hoist lambat (HD & HM)


- Flow discharge pump terlalu kecil -> internal leakage
- Steering demamd valve jammed, sehingga flow discharge menuju steering circuit
- Spool hoist C/V tidak bisa end stroke. dsb

30. Steering susah belok (DZ)


- Misadjustment linkage steering atau PCCS lever potentiometer
- Steering brake aus berlebihan
- Steering clutch pressure terlalu rendah : kebocoran seal piston. dsb

31. Travel Deviation Out of Standard (PC & big digger)


Pada dasarnyanya karena terdapat perbedaan putaran pada kedua sisi kanan dan kiri track link.
- Factor mekanikal :
Jumlah track link berbeda (sudah pernah dipotong pada satu sisi)
Kekencangan track link kedua sisi tidak sama,
- Factor hydraulic disebabkan adanya perbedaan jumlah flow oli yang memutar travel motor
Misadjustment salah satu linkage travel,
Pilot pressure control pump lebih besar salah satu sisi,
Salah satu pump atau travel motor internal leakagenya besar, dsb

32. Track Tension Sering Kendor (DZ)


- Seal adjuster bocor
- Recoil spring patah
- Nipple adjuster bocor. dsb

33. Work Equipment Low Power (big digger)


Pada dasarnya disebabkan relief pressure lebih rendah dari standartnya
- Adjustement main (primary) relief valve terlalu rendah
- Adjustment safety (secondary) valve terlalu rendah
- Main relief atau safety valve jammed terbuka atau springnya patah. dsb

34. Hydraulic Oil Overheating (big digger)


- Fin oil cooler buntu
- Unit sering operasi overload (relief pressure tercapai)
- Speed fan motor terlalu rendah. dsb

35. Swing Speed lambat (big digger)


Pada dasarnya disebabkan kurangnya flow oli yang diperlukan untuk circuit swing
- Flow discharge swing pump terlalu rendah : internal leakage, sudut pump terlalu kecil
- Internal leakage swing motor terlalu rendah
- Keabnormalan mechanical system : swing gear atau swing circle bearing jammed. dsb

36. Engine cannot high idle (big digger)


- Fuel control dial, throttle command signal terlalu rendah
- Keabnormalan pada engine saver, sehingga selalu memposisikan engine low idle
- High idling validation switch tidak bisa ON . dsb

37. Cut Off Pressure, di bawah standart (big digger)


- Misadjustment Cut-Off valve 139
- Cut-Off valve jammed terbuka atau springnya patah. dsb

38. Steering terasa berat (Volvo & Light truck)


- Internal leakage steering pump terlalu besar. (flow discharge steering pump kecil)
- Internal leakage steering gear box terlalu besar
- Steering lingkage kurang lubricating sehingga jammed
- LingkageBearing steering gear box jammed. dsb

39. Parking Brake tidak mau Release (mechanical) (Volvo & Light truck)
- Misadjustment parking brake linkage
- Parking brake shoe lengket pada brake dump.
- Lingkage mechanical & push-pull cable parking brake kurang pelumasan, sehingga jammed. dsb

40. Spring Brake tidak mau Release (Volvo & Light truck)
- Diaphram spring brake bocor
- Spring brake relay valve bocor
- Misadjustment slack adjuster (atau slack adjuster jammed). dsb

41. Clutch Slips (Volvo & Light truck)


- Disc clutch aus berlebihan
- Adjustment release lever tidak sama
- Misadjustment clutch booster rod & linkage. dsb

42. Vibration pada saat Clutch Engaged (Light truck)


- Damper spring pada disc clutch patah
- Bolt mounting clutch cover tidak merata
- Bolt mounting clutch housing poor torque (kendor). dsb

43. Transmisi netral sendiri (Volvo & Light truck)


- Netral detent abnormal
- Hi-Lo range piston internal leakage. dsb
Resume:

44. Propeller Shaft bergetar (Volvo & Light truck)


- Misalignment propeller shaft (male & female)
- Proppeller shaft bengkok
- Needle bearing U- joint aus berlebihan. dsb

45. Engine Knocking (Volvo & Light truck)


- Injection timing terlalu cepat
- Cetane number fuel terlalu tinggi, sehingga mudah terbakar (delay periode menjadi kecil)

46. Clutch Pedal berat (Volvo & Light truck)


- Air pressure drop
- Clutch booster abnormal (internal leakage)
- Lingkage mechanical clutch kurang pelumasan, sehingga jammed. dsb

Note :
Item trouble anaylis diatas hanya merupakan sebagian kecil dari analisa kerusakan, sehingga harus
dikembangkan sesuai dengan karakteristik dan spesifikasi unit masing masing, sehingga perlu untuk
meningkatkan pemahaman system control unit secara menyeluruh

- Kondisi saat measurement yang meliputi : (sesuaikan dengan standart table shop manual)
- Temperature air radiator : dalam range kerja
- Temperature oli hydraulic : 50o – 70oC
- Temperature oli power train (transmission) : 50o – 80oC
- Gunakan tool standart yang kondisinya baik.
140 - Lakukan sesuai prosedur dalam shop manual ataupun OMM
FIRE SUPRESSION

1.Pressure Indicator
Pressure gauge yang dipasang pada cylinder valve, yang berfungsi untuk mengetahui tekanan didalam
tabung (gas nitrogen cylinder). Pressure normal cylinder harus menunjukkan 1350kpa, jika
dibawahnya, lakukan pemeriksaan terhadap sistem sesegera mungkin.

2.Auto Detection Assembly


ROPS type :
Pyrotube digunakan sebagai pendeteksi panas untuk sistem yang bekerja secara otomatis. Yang dapat
aktif mendeteksi panas sepanjang tube, jika panas melebihi 175oC pada sembarang titik akan
menyebabkan pyrotube menjadi aktif, dan menghasilkan pressure dalam tube sebesar 11 Mpa (tanpa
dipengaruhi panjang detector) dan digunakan untuk membuka cylinder valve. Pyrocord hanya
mempunyai umur pakai 1 tahun.

LOPS type :
Fire Detection Plastic Tube (FDPT) digunakan sebagai pendeteksi panas untuk sistem yang bekerja
secara otomatis dan dihubungkan dengan cylinder valve untuk mempertahankan pressure agar sama
dengan presssure dalam cylinder. FDPT dapat aktif mendeteksi panas sepanjang tube, jika panas yang
terjadi mampu melubangi atau membocorkan tube, maka pressure akan turun dan menghilangkan
pressure sehingga cylinder valve terbuka. Plastic khusus 1/4” Nylon 12, digunakan sebagai pelapis
yang akan meleleh jika panas mencapai 160o-180oC. FDPT hanya mempunyai umur pakai 1 tahun.

3.Nozzle
Suatu komponen yang dipasang pada tempat yang berpotensi dapat timbul api, dan dihubungkan
dengan cylinder valve sehingga saat cylinder valve terbuka, nozzle akan menyemprotkan foam (yang
berasal dari dalam cylinder) dengan sudut semprotan sekitar 60o.

4.Engine shutdown kit


Sistem yang bekerja secara otomatis untuk mematikan engine (electrical engine) pada saat auto
detection aktif karena mendapat sensor panas yang berlebihan (diatas 160o-180oC) sehingga pressure
switch menjadi aktif (ON atau OFF tergantung system yang digunakan).

1.Recharging
Pengisian kembali cylinder dengan foam yang dicampur air dan diberikan pressure gas nitrogen
sebesar 1350 kpa.

2.Foam
Suatu cairan berupa konsentrat kimia (fluorocarbon surfactants) yang membentuk busa yang berfungsi
untuk membuat lapisan yang menutup permukaan sumber api terhadap oksigen.

3.Nitrogen
Gas yang diisikan kedalam cylinder untuk menimbulkan tekanan, sehingga foam dapat disemprotkan
keluar.

4.Pressure switch
Switch yang dipasang pada manifold block, yang akan aktif pada saat auto detection bekerja, untuk
memberikan input sinyal ke control panel, sehingga fire alarm berbunyi dan beberapa saat kemudian
mematikan engine.

5.Safety Tie 141


Kabel plastic yang dipasang pada handle manual LOPS actuators, untuk mencegah pengoperasian
yang tidak sengaja (karena tersenggol).
1.Charging Regulator
Alat yang digunakan untuk melakukan pengisian gas nitrogen ke dalam cylinder

2.Pressure gauge
Alat yang digunakan untuk mengukur besarnya pressure dalam cylinder saat recharging.

3.Cutting hose
Alat yang digunakan untuk memotong hose.

4.Adjustable wrench
Alat yang digunakan untuk membuka atau mengencangkan connector hose dan bisa menyesuaikan
ukuran kepala connector.

1.System pressure
Memastikan pressure dalam cylinder mencapai 1350 kpa (range hijau) dengan memperhatikan
pressure gauge.

2.Fire alarm panels


-Tekan tombol reset dan tahan selama 4 detik.
-Periksa dan pastikan alarm berbunyi
-Pastikan semua lampu (4 buah) menyala
-Lepas tombol reset
-Ganti lampu jika putus

3.Cylinder valve
Resume:

-Periksa dan pastikan cylinder tidak rusak dan kotor


-Bersihkan dengan majun yang bersih
-Ganti cylinder valve jika rusak

4.Pipework, hose and fitting


-Periksa dan pastikan semua discharge pipework, hose dan fitting semuanya kencang.
-Kencangkan connector pipework dan fitting (sisi nozzle)yang kendor
-Periksa dan pastikan semua actuator pipework dan fitting kencang
-Kencangkan connector pipework dan fitting (sisi cylinder & block manifold) yang kendor.

1.PNPB (Publication Number of Part Book)


Suatu angka yang tertera pada cover part book (pojok kanan atas) yang menunjukkan aplikasi part
book tersebut sesuai dengan Serial Number dan Tipe Unit.

2.SPO (Standard Part Overhaul)


Daftar part yang dibutuhkan untuk overhaul normal sesuai umur yang direkomendasikan factory,
dengan kondisi tidak terjadi kerusakan abnormal pada komponen.
APL (Application Cart List) (Remove & Install)
Daftar part yang dibutuhkan untuk Remove dan Install komponen sesuai umur yang
direkomendasikan factory, dengan kondisi tidak terjadi kerusakan abnormal.

142 3.PSN (Part & Service News)


Informasi dari factory berupa brosur atau leaflet yang berisikan modifikasi atau improvement pada
komponen, system atau technical instruction (Prosedur Repair, Testing Adjusting) dengan tujuan
untuk meningkatkan performance atau memperbaiki kelemahan dan kekurangan. Setiap PSN hanya
berlaku untuk Serial Number tertentu yang sesuai.

4.Kode kode pada part book (symbol)


Kode dari factory berupa angka dan huruf, sedangkan symbol berupa gambar yang ditunjukkan pada
part book, dengan tujuan untuk mempermudah proses pemilihan part yang akan diorder, sehingga
dapat mencegah kesalahan order atau double order (karena komponen ass"y dan separated diorder
secara bersamaan). Dan juga mempermudah pencarian komponen yang berkaitan atau saling
berhubungan.

5.Reusable part
Part yang masih dapat digunakan lagi setelah dilakukan visual check dengan membandingkan dengan
reusable book, dan hasil pengukuran masih dalam range yang diijinkan sesuai maintenance standart
atau Quality Assurance.

1.Recharging cylinder
-Buka cylinder valve
-Isi air sesuai kapasitas yang tercantum pada cylinder label
-Isi foam sesuai perbandingan dengan kapasitas air.
-Pasang kembali cylinder valve
-Pasang charging tool dan isikan gas nitrogen sampai pressurenya mencapai 1350 kpa.
-Lepas charging tool

Demikianlah sedikit gambaran mengenai sistem pemadam api otomatis atau yang sering di sebut
dengan istilah fire supression,semoga bermanfaat.Untuk refreshing anda bisa melihat di SINI
TROUBLE EXCAVATOR

INSPECTION
1.Engine speed (Rpm)
Mengetahui speed engine saat low idle dan high idle, untuk memastikan Fuel throttle lever voltage
atau fuel control dial (electrical throttle system) kondisinya normal. Sedangkan untuk mengetahui
power engine, pengukuran dilakukan pada kondisi operasi dengan beban maksimal.
Prosedur
Radiator coolant temperature : 70-90o (temperature kerja)
Memastikan fuel throttle lever dapat diposisikan pada stopper Low dan High
Hidupkan engine dan ukur speed saat low dan high.

2.Compression pressure (kg/cm2)


Mengetahui tingkat keausan pada liner dan ring piston, atau kondisi valve guide / steam.
Prosedur
Radiator coolant temperature : + 60oC
Cracking rpm : 150 – 250 rpm (untuk memastikan tercapai, pasang tachometer)
Pastikan Intake system kondisinya bagus (tidak terjadi kebuntuan)
Valve clearance : standart
Lepas nozzle atau injector, dan pasang adapter (nozzle palsu), sambungkan dengan pressure gauge.
Tutup fuel line, posisikan shut-off agar tidak terjadi fuel injection.
Putar (crangking) engine dengan tenaga battery saja (engine tidak hidup) dan ukur compression
pressure.
Lakukan 3-4 kali, ambil nilai rata rata. 143
Agar battery lebih tahan lama, buka semua nozzle atau injector.

3.Blow by pressure (mmH2O, mmAq)


Untuk mengetahui tingkat keausan pada liner dan ring piston (bebocoran pressure dari ruang bakar)
Prosedur
Radiator coolant temperature : 70-90o (temperature kerja)
Memastikan pedal throttle lingkage & lever throttle FIP dapat diposisikan pada stopper High.
Check fuel dan air system kondisinya normal.
Pasang Blow-by adapter dan sambungkan dengan pressure gauge
Hidupkan engine, posisikan high idle (jika memungkinkan berikan load maksimal ,
ukur saat unit operasi kemudian ukur pressure blow by.

4.Oil pressure
Memastikan pressure oli yang digunakan untuk system lubricating engine sesuai standart, sehingga
tidak terjadi keausan abnormal.
Prosedur
Radiator coolant temperature : 70-90o (temperature kerja)
Oil level dalam range Low-High
Tidak terjadi oil leakage
Pasang nipple dan sambungkan dengan pressure gauge.
Hidupkan engine, ukur pressure saat engine low idle dan high idle.

5.Intake resistant (mmH20)


Untuk mengetahui tingkat kebuntuan air cleaner dan juga sebagai indikasi kemampuan hisap piston.
Prosedur
Radiator coolant temperature : 70-90o (temperature kerja)
Tidak terjadi kebocoran pada intake system
Pasang nipple measurement dan sambungkan dengan pressure gauge
Resume:

Hidupkan engine, ukur intake resistance saat beban maksimal.

6.Exhaust temperature (oC)


Untuk mengetahui tingkat kwalitas pembakaran, yang ditentukan oleh perbandingan udara yang masuk
dengan fuel yang diinjeksikan.
Prosedur
Radiator coolant temperature : 70-90o (temperature kerja)
Check fuel dan air system kondisinya normal
Pasang temperature sensor dan sambungkan dengan thermometer
Hidupkan engine, ukur exhaust temperature saat beban maksimal.

7.Exhaust gas color (Bosch Index)


Untuk mengetahui tingkat kwalitas pembakaran, dan tingkat kebocoran oli kedalam ruang bakar
(melalui valve steam dan ring piston).
Prosedur
Radiator coolant temperature : 70-90o (temperature kerja)
Check fuel dan air system kondisinya normal.
Hidupkan engine, masukkan suction port Smoke checker kedalam muffler (exhaust pipe) dan hisap
(tarik handlenya) saat engine diakselerasikan.
Bandingkan hasil hisapan gas buang yang terdapat pada filter paper dengan table standart

8.Valve clearance
144 Untuk mengetahui dan memastikan kerengangan valve (intake dan exhaust) sesuai standard, karena
clearance valve menentukan valve timing dan total valve stroke (total jumlah udara yang masuk dan
exhaust gas yang keluar) ,sehingga sangat berpengaruh terhadap tenaga engine.
Prosedur
Radiator coolant temperature : + 60oC (atau tergantung standart factory : Cold / Hot)
Posisikan cylinder yang akan diadjust pada TDC compression
Masukkan feeler gauge (sesuai standart clearance) diantara rocker arm dan crosshead, putar
adjustment screw sampai feeler gauge terasa sliding saat digerakkan.
Adjustment valve clearance dapat dilakukan per Cylinder atau dengan metode dua kali putar.

9.Oil temperature
Untuk mengetahui dan memastikan temperature oli dalam range kerja, karena temperature sangat
berpengaruh terhadap viskositas oli yang dapat mempercepat keausan komponen.
Prosedur
Radiator coolant temperature : 70-90o (temperature kerja)
Oil level dalam range Low-High
Pasang nipple measurement dan sambungkan dengan pressure gauge
Hidupkan engine, ukur pressure saat low dan high idle.

10. Fuel Injection timing (FIP)


Untuk mengetahui dan memastikan Start of Injection, karena sangat menentukan tenaga engine dan
untuk mencegah terjadinya knocking atau detonation.
Prosedur (Delivery method)
Putar dan posisikan Cylinder no.1 pada TDC Compression kemudian tepatkan mark IJ (start injection)
pada
front damper atau flywheel dengan pointer.
Lepas delivery valve No. 1 dan kendorkan bolt coupling FIP
Pompakan feed pump sambil menggerakkan drive shaft FIP, perhatikan saat fuel berhenti mengalir
dari
lubang delivery valve No.1, maka berarti timing injection sudah tepat.
Prosedur Mark alignment methode
Putar dan posisikan Cylinder no.1 pada TDC Compression kemudian tepatkan mark IJ (start injection)
pada
front damper atau flywheel dengan pointer.
Posisikan mark (tanda) drive shaft dengan housing FIP saling segaris atau sejajar.
Untuk Cummins Engine ; harus menggunakan Timing Fixture

11. Radiator pressure valve


Untuk mengetahui pressure maksimal didalam cooling system, sehingga tidak terjadi over pressure
yang
dapat menyebabkan kebocoran (hose, clamp, core radiator dsb) dan mencegah air didalam radiator
dapat mendidih, jika pressurenya terlalu rendah, sehingga tidak terjadi cavitasi pada komponen (liner).
Prosedur
Gunakan radiator cap tester.

12. Fan belt tension


Untuk memastikan fan dapat berputar dengan kecepatan sesuai putaran engine (tidak terjadi slip),
sehingga hisapan atau hembusan angin untuk mendinginkan air pendingin dalam radiator dapat
maksimal. Tension belt yang standart juga akan mencegah terjadi kerusakan belt lebih cepat. (biasanya
menggunakan autotension pulley)
Prosedur
Tekan belt dengan menggunakan push-pull scale dengan tekanan sesuai standart. 145
Ukur penyimpangan (deflection) belt

13. Oil consumption ratio


Untuk mengetahui jumlah penambahan oli yang disebabkan adanya oli yang masuk ke dalam ruang
bakar melalui ring piston atau valve steam, sehingga ikut terbakar. Pengukuran perbandingan
berdasarkan jumlah penambahan oli dengan jumlah bahan bakar (fuel) yang digunakan.

Note :
Untuk pengukuran hydraulic performance : pressure, drift dan cycle time (awork equipment speed)
harus dilakukan dengan kondisi :
Water coolant temperature : range kerja 70o - 90oC
Hydraulic oil temperature : 50o – 60oC
Pengukuran dilakukan sebanyak 3 x, tentukan hasilnya berdasarkan rata ratanya.

14. Primary pressure


Untuk mengetahui maksimal pressure dalam system sebagai indikasi kekuatan gali (digging force)
dalam batas kemampuan (specified pressure) main pump. 320-330 bar.
Prosedur :
Pasang pressure gauge pada HPF block (R984), RH120 dapat menggunakan BCS
Ukur pressure, saat engine high idle dan attactment direliefkan (Stick In)

15. Servo Pump Pressure


Untuk mengetahui maksimal pressure dalam pilot control circuit (control pump & control system). 32
bar
(R984) & 40 bar (RH120)
Prosedur
Pasang pressure gauge pada Pilot Filter Block (R984), RH120 dapat menggunakan BCS
Ukur pressure saat engine high idle dan low idle
Resume:

16. Pilot PPC pressure


Untuk mengetahui pilot pressure out put PPC valve sebagai penggerak spool C/V, repositioning piston
(close loop swing). 32 bar (R984) & 40 bar (RH120)
Prosedur :
Pasang pressure gauge pada spool cover C/V.
Ukur pressure saat engine high idle dan low idle

17. Pressure cut-off ( CO Pressure )


Untuk mengetahui maksimal pressure saat cut-off valve bekerja untuk meminimalkan sudut main
pump. (310 bar)
Prosedur :
Pasang pressure gauge pada HPF Block dan servo valve (R984). R120 - BCS
Turunkan setting primary valve, kemudian naikkan kembali setting primary valve secara perlahan
sampai terbaca setting pressure cut-off (300 – 310bar), pressure gauge pada servo valve turun secara
tiba-tiba
Ukur pressure saat engine high idle dan low idle

18. Secondary pressure


Untuk mengetahui maksimal pressure dalam system antara C/V dan actutor sebagai indikasi
kemampuan actuator merelease beban dari luar dan akibat pergerakan actuator lainnya.
Prosedur :
146 Pasang pressure gauge pada HPF block (R984), RH120 dapat menggunakan BCS
Naikkan setting primary valve melebihi setting pressure secondary valve, kemudian reliefkan actuator
secara perlahan dan ukur pressure secondary valve. Pengukuran dilakukan untuk setiap secondary
valve.
19. Swing hydraulic pressure
Pressure during swing
Untuk mengetahui working pressure saat swing, dan dapat digunakan untuk mengetahui keabnormalan
mechanical (swing circle bearing, swing gear box).
Prosedur :
Parkir unit pada tempat yang rata
Pasang pressure gauge pada Swing pump (R984), RH120 dapat menggunakan BCS
Posisikan attachment full extend sesuai postur measurement, kemudian ukur pressure saat upper
structure diputar (swing) 360o.
Swing relief pressure
Untuk mengetahui maksimal pressure dalam swing system (close loop) sebagai indikasi kekuatan
memutar upper structure.
Prosedur :
Pasang pressure gauge pada HPF block (R984), RH120 dapat menggunakan BCS
Ukur pressure saat swing ditahan (relief)

20. Swing brake angle


Untuk mengetahui kemampuan counter balance valve merelease pressure saat gerakan swing
dihentikan secara tiba-tiba (PPC dinetralkan).
Prosedur :
Tentukan point saat swing dihentikan, beri tanda pada outer/ inner race bearing circle.
Gerakkan swing satu putaran, kemudian hentikan swing pada titik yang telah ditentukan, dan ukur
sudut atau jarak antara kedua tanda pada outer/ inner circle bearing.

21. Time taken to start swing (90o & 180o)


Untuk mengetahui respon swing system pada awal pergerakan swing dilakukan.
Prosedur :
Gunakan stop watch, engine high idle
Ukur waktu yang diperlukan untuk melakukan swing 90o dan 180o.

22. Hydraulic drift of swing


Untuk mengetahui kemampuan swing brake clutch, sebagai swing parking brake.
Prosedur :
Parkir unit pada kemiringan + 15o, posisikan upper structure melintang 90o terhadap lower structure
dan angkat attachment, kemudian matikan engine dan swing brake di ON kan.
Beri tanda pada outer/ inner race bearing circle.
Ukur pergeseran kedua tanda pada circle bearing setelah 5 menit berikutnya.

23. Internal Leakage of swing motor


Untuk mengetahui tingkat internal leakage pada swing motor
Prosedur :
Siapkan tempat penampung oli.
Buka hose internal leakage motor, kemudian pasang blind plug pada hose dan pasang extension hose
pada port internal leakage motor.
Reliefkan swing circuit selama 1 menit, tampung dan ukur oli yang keluar dari port internal leakage.

24. Swing Speed 147


Untuk mengetahui kecepatan putar upper structure, yang dapat digunakan sebagai indikasi besarnya
flow rate swing pump.
Prosedur :
Gunakan stop watch, parkir unit pada tempat yang rata dan posisikan attachment full extend sesuai
postur measurement
Tentukan start point measurement, lakukan swing satu putaran awal kemudian ukur waktu yang
diperlukan untuk 5 putaran berikutnya.

25. Swing control lever Stroke


Untuk mengetahui total stroke PPC valve.
Prosedur
Lakukan pengukuran pada saat engine mati. Gunakan mistar
Ukur pada bagian ujung stickjoy saat posisi netral sampai titik saat stick joy digerakkam full stroke.

26. Swing control lever operating force


Untuk mengetahui besarnya tenaga yang dibutuhkan untuk menggerakkan stickjoy, dan dapat
digunakan sebagai indikasi kenormalan mekanisme inner component PPC valve.
Prosedur
Lakukan pengukuran pada saat engine mati dan gunakan push-pull scale.
Kaitkan push-pull scale pada ujung stickjoy, kemudian tarik stickjoy dan ukur tenaga yang diperlukan.

27. Travel hydraulic pressure


Pressure during travel no load
Untuk mengetahui working pressure saat travel tanpa beban dan dapat digunakan untuk mengetahui
keabnormalan mechanical (final drive & undercarriage)
Prosedur :
Pasang pressure gauge pada HPF block (R984), RH120 dapat menggunakan BCS
Naikkan salah satu sisi track dengan boom lower, kemudian gerakkan travel lever full stroke untuk
Resume:

memutar track link yang terangkat.


Pressure during travel under load
Untuk mengetahui working pressure saat travel, dan dapat digunakan untuk mengetahui kemampuan
(interbal leakage) pump, control valve, rotary joint atau travel motor
Prosedur :
Pasang pressure gauge pada HPF block (R984), RH120 dapat menggunakan BCS
Jalankan unit pada tempat yang rata, lurus
Posisikan attachment sesuai postur travel, kemudian ukur pressure saat unit travel.
Travel relief pressure
Untuk mengetahui maksimal pressure dalam travel system sebagai indikasi kekuatan travel motor
saat mendapat beban berat (tanjakan atau medan berlumpur)
Prosedur :
Pasang pressure gauge pada HPF block (R984), RH120 dapat menggunakan BCS
Ukur pressure saat travel circuit direliefkan.

28. Travel deviation


Untuk mengetahui penyimpangan arah travel unit (belok dengan sendirinya tanpa dikehendaki) yang
disebabkan adanya perbedaan putaran pada kedua sisi track link.
Prosedur
Lakukan pada tempat yang datar, rata dan lurus
Jalankan unit + 10 meter dengan kedua travel lever full stroke, kemudian ukur penyimpangan travel
pada 20m berikutnya. Pengukuran dilakukan pada bekas travel yang membentuk kurva pada bagian
148 tengahnya atau 10 m dari jarak awal.

29. Travel deviation when operating work equipment while traveling


Untuk mengetahui penyimpangan arah travel unit (belok dengan sendirinya tanpa dikehendaki) yang
disebabkan adanya perbedaan putaran pada kedua sisi track link.

30. Travel Speed


Untuk mengetahui kecepatan putar track link, yang dapat digunakan sebagai indikasi besarnya flow
discharge main pump.
Prosedur :
Gunakan stopwatch
Naikkan salah satu sisi track dengan boom lower, beri tanda pada salah satu track dan tentukan start
point measurement.
Kemudian gerakkan travel lever full stroke untuk memutar track link yang terangkat. Pengukuran
dilakukan setelah satu putaran awal, untuk lima putaran berikutnya.

31. Hydraulic drift of travel


Untuk mengetahui kemampuan travel brake clutch, sebagai parking brake.
Prosedur :
Beri tanda pada teeth sprocket dan track link
Parkir unit pada kemiringan 15o dan angkat attachment, kemudian matikan engine.
Ukur pergeseran kedua tanda pada teeth sprocket dan track link setelah 5 menit berikutnya.

32. Internal Leakage of travel motor


Untuk mengetahui tingkat internal leakage pada swing motor
Prosedur :
Siapkan tempat penampung oli.
Buka hose internal leakage travel motor, kemudian pasang blind plug pada hose dan pasang extension
hose pada port internal leakage motor.
Reliefkan Travel circuit selama 1 menit, tampung dan ukur oli yang keluar dari port internal leakage.

33. Travel control lever Stroke


Untuk mengetahui total stroke PPC valve.
Prosedur
Lakukan pengukuran pada saat engine mati dan gunakan push-pull scale.
Kaitkan push-pull scale pada ujung stickjoy, kemudian tarik stickjoy dan ukur tenaga yang diperlukan.

34. Travel control lever play


Untuk mengetahui gerak bebas lever travel, dan dapat digunakan sebagai indikasi efektifitas
pergerakan travel lever. Yang dipengaruhi oleh keausan ball joint dan ketepatan adjustment retainer.

35. Travel Control Lever Operating Force


Untuk mengetahui besarnya tenaga yang dibutuhkan untuk menggerakkan lever travel, dan dapat
digunakan sebagai indikasi kenormalan mekanisme inner component PPC valve.
Prosedur
Lakukan pengukuran pada saat engine mati dan gunakan push-pull scale.
Kaitkan push-pull scale pada ujung stickjoy, kemudian tarik stickjoy dan ukur tenaga yang diperlukan.

36. Boom hydraulic pressure


Untuk mengetahui pressure maksimal dalam circuit boom, dan dapat digunakan sebagai indikasi
digging dan loading force. 149
Prosedur :
Pasang pressure gauge pada HPF block (R984), RH120 dapat menggunakan BCS
Ukur pressure saat Boom Up/Raise end stroke
37. Arm hydraulic pressure
Untuk mengetahui pressure maksimal dalam circuit Arm / Stick dan dapat digunakan sebagai indikasi
digging dan loading force.
Prosedur :
Pasang pressure gauge pada HPF block (R984), RH120 dapat menggunakan BCS
Ukur pressure saat Stick Out end stroke.

38. Bucket hydraulic pressure


Untuk mengetahui pressure maksimal dalam circuit Bucket dan dapat digunakan sebagai indikasi
digging dan loading force.
Prosedur :
Pasang pressure gauge pada HPF block (R984), RH120 dapat menggunakan BCS
Ukur pressure saat Bucket Curl end stroke.

39. Bull clamp hydraulic pressure (SHOVEL)


Untuk mengetahui pressure maksimal dalam circuit Rear bucket / Bull Clamp.
Prosedur :
Pasang pressure gauge pada HPF block (R984), RH120 dapat menggunakan BCS
Ukur pressure saat Bull Clamp close end stroke.

40. Hydraulic drift


Untuk mengetahui kecepatan penurunan attachment sebagai indikasi tingkat internal leakage pada
Control Valve (spool-housing) dan Hydraulic cylinder (seal piston).
Resume:

41. Total work equipment (hydraulic drift at the tip of bucket teeth)
Untuk mengetahui kecepatan penurunan attachment sebagai indikasi tingkat internal leakage pada
Control Valve (spool-housing) dan Hydraulic cylinder (seal piston).
Prosedur
Parkir unit pada tempat yang rata.
Posisikan postur attachment : Boom – Up Full, Stick – Out Full, Bucket Curl Full.
Ukur ketinggian awal teeth bucket terhadap permukaan tanah.
Ukur perubahan ketinggian setiap 5 menit selama 15 menit (3x pengukuran)

42. Boom cylinder (amount retraction of cylinder)


Sama dengan No. 41.
Ukur kecepatan gerak rod cylinder masuk kedalam housing cylinder Boom setiap 5 menit selama 15
menit (3x pengukuran)

43. Arm cylinder (amount of extention of cylinder)


Sama dengan No. 41.
Ukur kecepatan gerak rod cylinder keluar dari dalam housing cylinder Stick / Arm setiap 5 menit
selama 15 menit (3x pengukuran)

44. Bucket cylinder (amount of retraction of cylinder)


Sama dengan No. 41.
Ukur kecepatan gerak rod cylinder masuk kedalam housing cylinder Bucket setiap 5 menit selama 15
150 menit (3x pengukuran)

45. Work equipment speed


Untuk mengetahui kecepatan gerak attachment, dan dapat digunakan sebagai indikasi jumlah flow oli
yang menuju cylinder attachment.
Boom
Prosedur
Posisikan postur attachment : Stick – Out Full, Bucket-Curl Full dan Boom-Lower sampai bucket
meyentuh tanah.
Ukur waktu yang diperlukan saat digerakkan Boom-Up sampai full stroke.
Arm
Prosedur
Posisikan postur attachment : Boom-Raise Full, Stick-In Full dan Bucket-Curl Full
Ukur waktu yang diperlukan saat digerakkan dari Stick-Out Full sampai Stick-In Full.
Ukur waktu yang diperlukan saat digerakkan dari Stick-In Full sampai Stick-Out Full.
Bucket
Prosedur
Posisikan postur attachment : Boom-Raise Full, Stick-Out Full dan Bucket-Curl Full
Ukur waktu yang diperlukan saat digerakkan dari Bucket-Curl Full sampai Bucket-Dump Full.
Ukur waktu yang diperlukan saat digerakkan dari Bucket-Dump Full sampai Bucket-Curl Full.
Bull Clamp ( SHOVEL )
Prosedur
Posisikan postur attachment : Boom-Raise Full, Stick-Out Full dan Bucket-Curl Full
Ukur waktu yang diperlukan saat digerakkan dari Bull Clamp-Open sampai Bull Clamp-Close
Ukur waktu yang diperlukan saat digerakkan dari Bull Clamp-Close sampai Bull Clamp-Open

50. Internal leakage


Untuk mengetahui tingkat internal leakage pada hydraulic cylinder & Center swivel (Rotary)
joint Cylinder
Prosedur
Posisikan extend rod cylinder dan matikan engine.
Buka hose sisi head dan pasang blind plug pada hose sisi C/V nya.
Reliefkan circuit selama 30 detik dan tampung oli yang keluar dari sisi head cylinder selama 1 menit
berikutnya (tetap relief).
Center swivel joint
Lihat shop manual untuk posisi masing masing port.

51. Alternator output voltage


Untuk mengetahui besar voltage alternator saat engine hidup, sehingga dapat memastikan terjadinya
proses recharging battery selama unit operasi.
Prosedur.
Hidupkan engine dan posisikan high idle
Gunakan AVO meter secara paralel, ukur terminal B alternator : 27-5 – 29.5 V.

53. Battery relay


Untuk memastikan battery relay dapat menghubungkan salah satu terminal battery dengan electrical
system unit, sehingga battery dapat menjadi power source.

54. Starting Switch


Untuk memastikan starting switch berfungsi untuk memposisikan system unit sesuai putaran starting
switch. ukur connectivitas antar terminal sesui posisi / putaran starting switch. 151

55. Starting motor


Untuk memastikan starting motor dapat bekerja dengan baik saat digunakan untuk memutar (cranking)
engine.

56. Solenoid valve


Untuk memastikan solenoid valve dapat bekerja saat Arus perintah mengalir, untuk mengalirkan atau
menutup aliran pressure oli. (tergantung type : NC atau NO)
Ukur nilai resistance solenoid saat dingin dan dalam range temperature operasi.
Pastikan plunger atau push pin tidak jammed. dsb

57. Sensor
Untuk mengetahui nilai resistance atau kontak kedua terminal (sensor switch).
Ukur perubahan nilai resistance berdasarkan perubahan pressure atau temperature.
Ukur connectivitas kedua terminal berdasarkan pressure atau gerakan mechanism. dsb

59. Connector
Untuk mengetahui connectivitas antara male dan female, sehingga dapat memastikan arus listrik dapat
mengalir dan system unit dapat berfungsi normal.
Lakukan pengecheckan visual check < kondisi connector, wiring, seal dsb
Gunakan multimeter untuk untuk mengukur connectivitas masing masing wiring saat female and
female dipasang.

60. Link Pitch


Untuk mengetahui tingkat keausan bushing dan pin, sehingga dapat ditentukan umur sisa dalam
batasan bushing dan pin masih dapat di TPB.
Prosedur
Resume:

Bersihkan bushing dan link yang akan diukur.


Ukur link pitch untuk dua pin dan lima pin menggunakan mistar dengan posisi track link
dikencangkan terlebih dahulu (pasang ganjal antara track link dan sprocket)

61. Link Height


Untuk mengetahui tingkat keausan / ketinggian link sehingga dapat ditentukan umur sisa dalam
batasan link masih dapat direbuild.
Prosedur
Bersihkan link yang akan diukur.
Ukur link height menggunakan multi-scale

62. Shoe Grouser


Untuk mengetahui tingkat keausan / ketinggian shoe grouser sehingga dapat ditentukan umur sisa
dalam batasan shoe masih dapat direbuild.
Prosedur
Bersihkan link yang akan diukur.
Ukur grouser height menggunakan multi-scale

63. Track Roller


Untuk mengetahui tingkat keausan / diameter track roller sehingga dapat ditentukan umur sisa dalam
batasan track roller masih dapat direbuild.
Prosedur
152 Bersihkan track roller yang akan diukur.
Ukur diameter track roller menggunakan caliper dan mistar

64. Carrier Roller


Untuk mengetahui tingkat keausan / diameter carrier roller sehingga dapat ditentukan umur sisa dalam
batasan carrier roller masih dapat direbuild.
Prosedur
Bersihkan carrier roller yang akan diukur.
Ukur diameter carrier roller menggunakan caliper dan mistar

65. Track Tension


Untuk memastikan kekencangan track link, sehingga dapat mengurangi keausan.
Prosedur
Jalankan unit maju pada tempat yang rata dan datar.
Ukur kekencangan track roller dan adjust sesuai standart tension

66. Front Idler


Untuk mengetahui tingkat keausan front idler, sehingga dapat ditentukan umur sisa dalam batasan
front idler masih dapat di rebuild.
Prosedur
Bersihkan front idler
Gunakan multi-scale untuk mengukur ketinggian groove front idler.

67. Sprocket
Untuk mengetahui tingkat keausan / ketinggian teeth sprocket, sehingga dapat ditentukan umur sisa
dalam batasan pemakaian tidak menyebabkan kerusakan abnormal pada bushing.
Prosedur
Bersihkan teeth sprocket yang akan diukur
Gunakan wear gauge untuk mengukur tingkat keausan / ketinggian teeth sprocket

68. Bushing
Untuk mengetahui tingkat keausan bushing dan pin, sehingga dapat ditentukan umur sisa dalam
batasan bushing dan pin masih dapat di TPB.
Prosedur
Bersihkan bushing dan link yang akan diukur dari tanah.
Gunakan caliper untuk mengukur diameter bushing.

MACHINE TROUBLE ANALYSIS


1. Engine doesn’t start
- Terdapat udara yang terjebak didalam fuel system
- Keabnormalan pada supply pump, shut-off valve
- Cranking rpm tidak tercapai
- Fuel tercampur air, dsb

2. Engine Low Power


- Terjadi kebuntuan pada Air cleaner atau fuel filter
- Injection timing tidak tepat
- Keabnormalan pada supply pump, shut-off valve
- Lingkage thottle atau Current throttle drive kurang maksimal
- Kwalitas fuel jelek : bercampur air, minyak tanah (kerosin) atau kotoran lainnya. dsb

3. Engine doesn't Stop 153


- Shut-off solenoid valve putus
- O-ring injector sisi fuel return bocor, sehingga masuk ke port metering.
4. Engine Black Smoke
Pada dasarnya disebabkan perbandingan udara masuk lebih sedikit dari fuel yang diinjeksikan,
sehingga ada sebagian fuel yang tidak terbakar.
- Air cleaner buntu
- Turbocharger abnormal
- Over fuelling karena keabnormalan pada control fuel system
- Unit beroperasi pada daerah ketinggian, sehingga kerapatan udara luar relatif lebih kecil.

5. Engine White Smoke


- Ujung Injector pecah, sehingga tidak terjadi injection spray.
- Injection Timing tidak tepat.

6. Engine Can't High Idle


- Fuel control dial (potentiometer) abnormal
- Keabnormalan pada ECM
- Misadjustment engine speed sensor. dsb

7. Engine Knocking
- Timing injection terlalu cepat atau lambat
- Terjadi keausan berlebihan pada main bearing
- Adjustment valve clearance tidak tepat. dsb

8. Oil Consumption is excessive


- Keausan pada liner atau ring piston terlalu besar (oil up)
- Keausan pada valve guide terlalu besar (oil down)
Resume:

- Kerusakan turbocharger, keausan pada bushing atau seal, sehingga oli bocor ke sisi blower
atau impeller. dsb.

9. Oil is mixed in coolant


- Terjadi keretakan pada cylinder head atau engine block pada sisi jalur air.
- O-ring liner bocor
- O-ring gasket cylinder head bocor.
- Oil cooler bocor, dsb

10. Oil level rises


Oil level engine dapat naik disebabkan adanya fuel atau air radiator yang bocor dan masuk ke dalam
crank case, hal ini dapat disebabkan oleh :
- Keausan Plunger FIP terlalu besar, sehingga fuel bocor ke dalam case FIP
- Nozzle atau injector pecah, sehingga fuel langsung bocor ke ruang bakar dan turun melalui ring
piston masuk ke crank case.
- O-ring return port nozzle atau plunger bocor, dsb
- Jika level bertambah tinggi karena bercampur dengan air maka, penyebabnya sama dengan oil
engine bercampur air diatas. No 9.

11. Coolant Temperature rises to high


- Core & Fin radiator buntu
- Air radiator kurang
154 - Thermostat jammed
- Vaccum valve (cap radiator) tidak berfungsi. dsb
- Impeller water pump slip, atau internal leakage terlalu besar, dsb.
12. Hydraulic Low Power
- Setting Primary valve terlalu rendah
- Internal leakage pada main pump terlalu besar. dsb

13. Speed Boom is slow


- Internal leakage pada boom cylinder berlebihan
- Internal leakage pada main pump terlalu besar

14. Excessive Hydraulic Drift


- Internal leakage pada cylinder berlebihan
- Internal leakage pada control valve berlebihan
- Setting secondary valve terlalu rendah. dsb

15. Travel Deviation out of standard


Pada dasarnya disebabkan adanya perbedaan putaran pada kedua sisi track link.
Mechanical :
- Jumlah link kedua sisi tidak sama, (salah satu sudah dipotong)
- Track tension kedua sisi tidak sama, dsb
Hydraulic
- Travel motor salah satu sisi abnormal (internal leakage terlalu besar)
- Internal leakage pada rotary joint. dsb

16. Travel Speed is Slow


- Internal leakage pada travel motor berlebihan
- Internal leakage pada main pump berlebihan
- Flow discharge pump terlalu kecil
- Misadjutment travel PPC valve linkage, sehingga output pressure PPC valve terlalu kecil.

17. The Machine Can't Swing


- Swing pump abnormal (internal leakage terlalu besar)
- Swing motor abnormal (internal leakage terlalu besar)
- Swing brake jammed. dsb

18. Excessive over run when stopping swing


- Setting swing secondary valve terlalu rendah

19. Bullclamp can't Open/Close ( SHOVEL )


- PPC valve bull clamp abnormal
- Spool C/V bull clamp jammed.
- Internal leakage pada bull-clamp cylinder terlalu besar. dsb

20. Track Tension Loose


- Seal track adjuster bocor
- Link pitch terlalu besar.
- HIC piston bocor. dsb

21. Abnormal worn out at under carriage


- Terlalu sering travel jarak jauh 155
- Medan operasi abrasive
- Track tension terlalu kencang. dsb
22. Abnormal play at attachment & frame
- Pemasangan shim tidak tepat, sehingga clearance besar.
- Grease lubricating kurang, sehingga terjadi keausan abnormal. dsb

23. Crack at attachment & frame


- Misoperation
- Material fatique
- Miss maintenance. dsb

Semoga bermanfaat..........
COMMON RAIL
PANDUAN PENGECEKAN FUEL SYSTEM ENGINE CRI (SAA6D140E-3)
1.CHECK KEBOCORAN PADA FUEL LINE
*Running engine pada high idle atau rated speed ( attachment di relief ) lalu lihat kondisi dari fuel
line,adakah kebocoran pada sambungan antara hose atau pun piping dari fuel line.check juga kondisi
fuel filter apakah terjadi kebocoran.
*Bila terjadi kebocoran,segera pebaiki kebocoran

2.CHECK FUEL FILTER ( part number : 600-311-3550 )


*Bila unit di lengkapi fuel stainer,pastikan kondisi dari stainer bersih.
Untuk mengetahui kondisi fuel filter buntu atau tidak,maka lalkukan pengecekan pressure fuel sebagai
berikut :
-Lepaskan plug pengukuran fuel low pressure ( terletak pada backet fuel filter ) dan pasang nipple
kemudian pasang pressure gauge yang 10 kg/cm2 ( 1 Mpa )
-Running engine pada high idle kemudian lihat hasil dari pengukuran.
Resume:

( STANDARD FUEL LOW PRESSURE : 1,5- 3 kg/cm2 atau 0,15 – 0,3 Mpa.)
*Bila hasil pengukuran tidak sesuai standard,maka lakukan penggantian fuel filter.

3.CHECK PRESSURE LIMITER ( part number : ND 095420-0140 )


*lepaskan bolt ( baut 14) yang mngikat piping dari pressure limiter,piping yang dilepas tadi kita blok
agar fuel tidak keluar saat di running,kemudian ukur quantity fuel yang keluar dari pressure limiter
menggunakan gelas ukur.Runing engine pada rated speed ( relief ) selama 1 menit.
( STANDARD FUEL YANG KELUAR DARI LIMITER : Max 10 cc tiap menit.)
*Bila hasil pengukuran melebihi dari standard,maka lakukan penggantian pressure limiter

4.CHECK COMMON RAIL PRESSURE SENSOR ( part number : ND 499000-4441 )


*Perhatikan kondisi wiring harness common rail pressure sensor,lihat apakah female conector
mengalami kelonggaran atau pun kotor.Rapatkan female conector lalu bersihkan conector dari
kotoran.
*Ukur voltage wiring harness common rail pressure sensor
-pada common rail pressure sensor terdapat 3 wiring yaitu wiring warna putih ( wiring power source ) ,
wiring warna hijau ( wiring signal ) dan wiring warna hitam ( wiring ground ).Ukur tegangan ( voltage
) masing-masing wiring dengan ground body/chassis.
STANDARD HASIL PENGUKURAN VOLTAGE :
Wiring putih dengan chassis : 5 volt
Wiring hijau dengan chassis : 5 volt
Wiring hitam dengan chassis : 0 ( kosong )
156 -Lakukan juga pengukuran continuity wiring harness common rail pressure sensor dengan ground
body.Bila wiring harness ada yang berhubungan / continuity dengan body,maka wiring tersebut terjadi
short circuit.
*Bila hasil pengukuran tidak sesuai dengan standard,maka ada kerusakan pada wiring,entah itu short
atau pun wiring putus.Lakukan perbaikan pada wiring common rail pressure sensor.
*Bila wiring sudah sesuai standard tetapi masih muncul error,maka lakukan penggantian common rail
pressure sensor.

5.CHECK PCV VALVE ( part number : ND 094150-0240 )


*Perhatikan kondisi wiring harness PCV VALVE,lihat apakah female conector mengalami
kelonggaran atau pun kotor.Rapatkan female conector lalu bersihkan conector dari kotoran.
-Lakukan pengukuran continuity wiring harness PCV VALVE dengan ground body.Bila wiring
harness ada yang berhubungan / continuity dengan body,maka wiring tersebut terjadi short circuit.
-lakukan pengukuran resistance pada PCV solenoid nya,ukur 2 pin male conector yang berada pada
PCV solenoid.
STANDARD RESISTANCE PCV solenoid : 2,3 – 5,3 ohm
*Bila hasil pengukuran melebihi standard,maka lakukan penggantian PCV solenoid.
Catatan : hati-hati saat melakukan penggantian PCV VALVE , perhatikan antara plunger dan seat
spring.Pastikan saat pemasangan PCV VALVE,plunger harus duduk dan terkait pada sheat spring,bila
plunger tidak duduk atau terkait pada sheat spring,maka akan terjadi kerusakan pada sheat spring dan
PCV VALVE akan tidak bekerja,dan hal ini akan membuat engine tidak akan bisa ruuning.( output
fuel tidak akan keluar ).Dan bila sheat pring rusak maka kita harus mengganti fuel pump assy.Untuk
itu dalam pemasangan PCV VALVE harus benar-benar dalam kondisi yang sesuai.

6.CHECK KONDISI GASKET DELIVERY PCV ( part number : ND 094137-0010 )


*lepaskan 2 piping delivery antara fuel pump dengan common rail,kemudian lepas delivery valve dan
lepas gasket delivery valve dari dudukannya.lihat secara visual pada gasket delivery PCV,apakah ada
tanda-tanda kerusakan,adakah tanda-tanda keausan yang berlebihan pada gasket delivery PCV.
*bila ada tanda-tanda kerusakan pada gasket delivery PCV,maka lakukan penggantian gasket delivery
PCV.
Catatan : pada saat pemasangan gasket delivery PCV,perhatikan kebersihan dari komponen,jangan
sampai ada kotoran yang menempel pada gasket delivery PCV atau pun kotoran yang menempel pada
dudukan gasket delivery PCV.
-perhatikan juga urutan komponennya,jangan ada komponen yang terbalik antara delivery valve ,
spring , sheat spring dan delivery holder.
-dan pastikan kekencangan dari mounting delivery holder,bila kekencangan delivery holder tidak
sesuai,maka akan terjadi kebocoran dan juga bisa menggakibatkan engine tidak bisa running.
*untuk mengetahui kondisi gasket delivery valve berfungsi dengan baik saat terpasang di fuel pump
maka lakukan sebagai berikut :
-lepas delivery piping PCV,sediakan tampungan untuk menampung fuel yang akan keluar dari output
delivery PCV.kemudian crank engine,perhatikan adakah fuel yang keluar dari output delivery
PCV.bila kedua nya keluar fuel dan quantity nya sama berarti kondisi dari gasket dapat dinyatakan
bagus,tetapi bila tidak keluar salah satu atau keduanya ,kemungkinan gasket delivery PCV mengalami
kerusakan.

7.CHECK FUEL INJECTOR ( part number 6218-11-3101 )


*Melakukan REDUCE CYLINDER / pengecekan kondisi solenoid dari masing-masing fuel injector
dengan cara sebagai berikut :
-running engine pada putaran low idle
-lihat monitor panel dan masuk ke menu cylinder cut out.
Cara menuju menu ke cylinder cut out adalah sebagai berikut :
+tekan tombol ^ 1 2 3 secara berurutan pada monitor panel. 157
+kemudian cari menu cylinder cut out lalu tekan v.
+maka pada layer akan muncul angka 1 2 3 4 5 6. angka-angka ini adalah menunjukan angka injector
masing-masing cylinder sesuai degan urutan nya.
+untuk menonaktifkan / melihat kerja dari solenoid injector,maka tekan angka-angka tersebut satu per
satu.lalu lihat dan dengarkan penurunan RPM engine,bila saat ditekan angka nya dan ada penurunan
RPM engine,hal ini menandakan bahwa solenoid injector bekerja dengan baik.
+untuk mengembalikan pada kondisi semula maka tekan lagi angka yang tadi kita tekan.
*Bila saat melakukan reduce cylinder ditemui keabnormalan,maka lakukan penggantian injector.

MENGUKUR SPILL RETURN INJECTOR


-Siapkan gelas ukur dan lepas hose / piping yang dari drain / return injector.tampung fuel yang akan
keluar dari return injector menggunakan gelas ukur.
-Running engine dan ukur pada rated speed engine selama 1 menit dan sesuaikan hasil pengukuran
spill return injector sesuai dengan standard RPM dari factory.Bila hasil pengukuran melebihi dari
standard factory maka lakukan penggantian injector.pengukuran spill return ini bertujuan mengetahui
keausan dari injector.Bila injector mengalami keausan yang berlebih pada plunger nya maka akan
banyak fuel yang return menuju fuel tank,dan hal ini juga menyebabkan pressure dari injector akan
mengalami penurunan dan menyebabkan pembakaran yang tidak sempurna yang nanti ujung-ujung
nya engine mengalami low power.

8.CHECK FUEL SUPPLY PUMP ( part number 6218-71-1130 )


*Bila sudah melakukan pengecekan dari :
-kebocoran fuel system.
-fuel filter ( low pressure circuit )
-pressure limiter.
-common rail pressure sensor.
-PCV valve.
-gasket delivery valve.
Resume:

-fuel injector.

Dan ternyata engine masih mengalami low power atau pun masih muncul error fuel system,maka
lakukan penggantian fuel supply pump.
Catatan :
*Hati-hati dalam melakukan pelepasan fuel supply pump,lepas wiring dari PCV 1, PCV 2 ,wiring G
sensor , lepas piping delivery yang menuju ke common rail , lepas hose return dari over flow valve
fuel pump dan hose dan piping dari fuel filter.
-hati-hati saat melepas “nut” dan key lock shaft mounting fuel pump yang ada di depan,jangan sampai
terjatuh ke bawah ke oil pan.
*Saat melakukan pemasangan,hati-hati dalam pemasangan piping by pass valve,jangan sampai
terbalik.Jika terbaik maka engine tidak akan bisa running.
+Perhatikan juga kekencangan dari mounting piping-piping fuel,jangan sampai terjadi over
torque,karena bila terjadi over torque maka akan menyebabkan keretakan piping dan menyebabkan
kebocoran pada fuel piping.

9.CHECK ENGINE SPEED SENSOR ( part number 7861-93-2330 dan 6217-81-9210 )


Bila ternyata hasil pengecekan dari fuel system tidak ditemukan keabnormalan,maka lakukan
pengukuran pada engine speed sensor.
*ukur resistance 2 wiring pada engine speed sensor ( standard resistance 85-210 ohm)
*pastikan wiring pada engine speed sensor tidak short dengan ground chassis.
*bila hasil pengukuran di luar dari standard maka lakukan pengantian engine speed sensor.
158 *bila wiring speed sensor terjadi short circuit dengan chassis,maka lakukan perbaikan pada wiring
speed sensor.

10.CHECK ENGINE CONTROLLER ( part number 7872-20-4403 )


*Bila langkah 1 -9 sudah dilakukan dan tidak terjadi keabnormalan,maka cobalah mengganti engine
controller.
Demikianlah panduan pengecekan fuel system engine CRI ( SAA6D140E-3 )pada excavator komatsu
PC 800SE-7.Semoga bermanfaat bagi kita semua.

159

Anda mungkin juga menyukai