Anda di halaman 1dari 40

BAB III

KOMPONEN-KOMPONEN LISTRIK

A. RESISTOR

Resistor dapat digolongkan menjadi tiga jenis yaitu resistor tetap, resistor variabel,
resistor non linier.

1. Resistor Tetap
Resistor tetap adalah resistor yang sengaja dibuat dengan harga resistansi
(ohm = Ω) tertentu. Selain nilai resistansinya, yang perlu diketahui adalah power
ratingnya. Power rating adalah hal yang diperlukan agar resistor dapat bekerja
tanpa panas yang berlebihan karena bisa merusak resistor itu sendiri. Adapun
power rating-nya mulai dari 0.1 watt sampai dengan beberapa ratus watt. Pada
umumnya resistor dibuat dari kawat yang dililit atau dari karbon dan dibentuk
seperti contoh berikut ini :

(a) (b)
Gambar 50 (a). Konstruksi Kapasitor Tetap (b). Simbol Resistor

Basic Mechanic Course 37


Training Center Department - PT Kalimantan Prima Persada
Apabila pada badan resistor tidak dituliskan harga resistansinya, maka dapat
dibaca melalui kode warna pada fisik resistor.
Tabel berikut ini dapat digunakan untuk menghitung nilai harga resistansi sebuah
resistor.

Tabel 2. Kode Warna Resistor

= Coklat = 1 %
= Emas = 5 % = Hitam = x 100
= Orange = x103 = Hitam = 0
= Merah = 2 = Kuning = 4
= Merah = 2 = Merah = 2

R = 22000 ± 5 % Ω R = 240 ± 1 % Ω

Gambar 51. Contoh Kode Warna Resistor

Basic Mechanic Course 38


Training Center Department - PT Kalimantan Prima Persada
2. Resistor Variable
Resistor variable adalah resistor yang dapat dirubah nilai resistansinya sesuai
dengan kebutuhan. Resistor variable di dalam peralatan elektronik dikenal dalam
2 jenis yaitu Potentiometer, Trimmer.
Semua resistor variable di atas mempunyai terminal tetap dan terminal tidak
tetap yang dapat digeser sepanjang elemen resistor tersebut.

a. Potentiometer
1. Wirewound Potentiometer
Potentiometer ini terbuat dari lilitan kawat yang berbentuk lingkaran yang
memiliki elemen resistor yang bisa digeser sehingga menghasilkan nilai
resistansi berbeda.

Gambar 52. Wirewound Potentiometer


Pada umumnya potentiometer ini tersedia dengan harga resistansi 50 [Ω]
sampai 50 K [Ω] dengan power rating 0.5 [W] sampai 8 [W].

2. Carbon Potentiometer
Potentiometer ini mempunyai elemen resistor dalam suatu jalur yang
berbentuk lingkaran. Lengan variablenya berhubungan dengan elemen
resistor oleh suatu pemutar. Apabila sumbu pemutar diputar, maka lengan
variablenya akan menggerakkan wiper dan membuat hubungan pada
beberapa terminal.
Contoh konstruksi dan bentuk carbon potentiometer adalah sebagai
berikut :

Basic Mechanic Course 39


Training Center Department - PT Kalimantan Prima Persada
Gambar 53. Carbon Potentiometer

Carbon potentiometer ini tersedia dengan harga resistansi 50 [Ω] sampai


10 M [Ω] dengan rating daya 0,1 [W] sampai 2,25 [W].

b. Trimmer
Potensiometer jenis ini biasanya dipasang pada Printed Circuit Board (PCB)
dimana dibutuhkan suatu pengkalibrasian. Bahan yang digunakan adalah
karbon.
Contoh berbagai macam bentuk trimer adalah sebagai berikut :

Point D

B
A C

Gambar 54. Potentiometer Jenis Trimmer

3. Resistor Non Linier


Resistor non linier ada tiga jenis yaitu Thermistor, Voltage Dependent Resistor
(VDR), Light Dependent Resistor (LDR). Ketiga jenis resistor di atas harganya
berubah-ubah (tidak sesuai dengan hukum ohm), tetapi merupakan fungsi dari
temperatur, tegangan dan cahaya yang jatuh terserap. Selanjutnya pada buku ini
hanya dibahas mengenai thermistor yang banyak digunakan dalam sistem
kelistrikan alat-alat berat.

Basic Mechanic Course 40


Training Center Department - PT Kalimantan Prima Persada
a. Thermistor
Thermistor adalah salah satu jenis resistor yang mempunyai koefisien
temperatur yang sangat tinggi, di mana dengan adanya perubahan temperatur,
resistansinya juga akan berubah.
Terdapat dua jenis thermistor yaitu :
1. Negative Thermal Coefficient (NTC)
Thermistor NTC merupakan resistor dengan koefiisien temperatur negatif
yang sangat tinggi. Thermistor jenis ini pada umumnya dibuat dari Ni O,
Co O atau Fe2 O3.
Harga nominal biasanya ditetapkan pada temperaur 25ºC. Perubahan
resistansinya yang diakibatkan dalam bentuk non liniernya ditunjukkan
dalam bentuk diagram resistansi dengan temperatur.

Gambar 55. Karakteristik NTC

2. Positive Thermal Coefficient (PTC)


Thermistor PTC merupakan resistor dengan temperatur positif yang sangat
tinggi. Thermistor jenis ini pada umumnya dibuat dari Ba Ti O3. Skala
resistansinya berubah mulai dari beberapa ratus ohm pada temperatur 75ºC
dan beberapa kilo ohm pada temperatur 150ºC.

Basic Mechanic Course 41


Training Center Department - PT Kalimantan Prima Persada
Berikut ini adalah contoh diagram resistansi dengan temperatur untuk
thermistor PTC.

Gambar 56. Karakteristik PTC

B. KAPASITOR

Gambar 57. Kapasitor

Kapasitor adalah suatu komponen elektronika yang mempunyai sifat-sifat :


 Dapat menyimpan muatan listrik.
 Dapat menahan arus searah (DC).
 Dapat melewatkan arus bolak-balik (AC).
Dalam pemakaian, kapasitor dapat diisi muatan dan dikosongkan kembali yang
sangat tergantung pada bentuk sirkuitnya.

Basic Mechanic Course 42


Training Center Department - PT Kalimantan Prima Persada
1. Konstruksi.
Pada gambar berikut ini diperlihatkan bahwa kapasitor terbuat dari 2 (dua) buah
plat. Plat konduktor tersebut dibuat sejajar dan dipisahkan oleh bahan
dielektrika.

Gambar 58. Konstruksi kapasitor


Bahan dielektrika adalah bahan yang mempunyai kemampuan menerima medan
listrik. Bahan dielektrika tersebut mempunyai faktor dielektrika atau permitivitas
yang berbeda-beda. Satuan kapasitansi ini adalah farad/meter.
Contoh bahan dilelektrika adalah sebagai berikut :
Tabel 3. Bahan dielektrika dan nilai permitivitas relatif

Adapun yang dimaksud dengan permitivitas relatif (εr) adalah suatu konstanta
perbandingan antara permitivitas suatu bahan dielektrika dengan permitivitas
ruang hampa udara.
Besarnya permitivitas ruang hampa udara adalah :
εo = 8.854 x 10-12 farad/meter
Adapun fungsi bahan dielektrika adalah untuk :
 Memisahkan kedua plat secara mekanis sehingga jaraknya sangat dekat tetapi
bersinggungan.
 Memperbesar kemampuan kedua plat dalam menerima tegangan.
 Memperbesar nilai kapasitansi.

Basic Mechanic Course 43


Training Center Department - PT Kalimantan Prima Persada
2. Kapasitas Kapasitor (Kapasitansi)
Kapasitansi adalah kemampuan suatu kapasitor dalam menyimpan muatan listrik.
Pada dasarnya kapasitas kapasitor tergantung dari beberapa faktor, yaitu :
 Bahan dielektrika yang digunakan.
 Jarak antara kedua plat konduktor.
 Luas penampang plat konduktor.
Dengan demikian, pada bahan dielektrika yang sama, bila luas penampang plat
makin besar, berarti makin besar kemampuan kapasitor menyimpan muatan
listrik. Sebaliknya bila jarak antara kedua plat semakin jauh maka kapasitas
kapasitor akan semakin kecil.
Rumus kapasitansi dari suatu kapasitor dapat dituliskan sebagai berikut :

A
C =εo. εr.
d

Di mana : C = Kapasitansi dalam Farad [F].


εo = Permitivitas ruang hampa udara [8.854 x 10-12 F/m].
εr = Permitivitas relatif bahan dielektrika.
A = Luas penampang plat [m2].
d = Jarak antara kedua plat [m].
Selanjutnya sebuah kapasitor dikatakan mempunyai kapasitas 1 Farad bila
diberi tegangan 1 volt dapat menyimpan muatan sebesar 1 coulomb (6.28x1018
elektron).
Adapun untuk kapasitor yang mempunyai jumlah plat lebih dari dua (umumnya
digunakan untuk kapasitor variable), bila n adalah jumlah plat, maka :

Luas efektif = ( n - 1 ) A

Sehingga :

C = εo . εr ( n - 1 ) A
d

Sedangkan tegangan yang terjadi antara kedua plat kapsitor adalah :


Q
V=
C

Basic Mechanic Course 44


Training Center Department - PT Kalimantan Prima Persada
Dimana : V = Tegangan antara kedua plat (Volt)
Q = Jumlah muatan (Coulomb)
C = Kapasitansi kapasitor (Farad)
3. Pengisian Dan Pengosongan Kapasitor
Untuk menjelaskan pengisian dan pengosongan kapasitor dapat dipergunakan
gambar berikut ini :

1 2

Gambar 59. Rangkaian Pengisian-Pengosongan Kapasitor

Pada saat switch S dihubungkan keposisi 1, maka arus akan mengalir dari
battery, switch S, hambatan R dan Kapasitor C.
Perbedaannya potensial pada kapasitor akan mulai naik bersamaan dengan
menurunnya arus, sedemikian rupa sehingga saat perbedaan potensial pada
kapasitor maksimum, arus akan berhenti. Hal ini dapat dilihat pada gambar
berikut ini :

Gambar 60. Grafik Arus dan Tegangan pada Pengisian Kapasitor

Basic Mechanic Course 45


Training Center Department - PT Kalimantan Prima Persada
Selanjutnya setelah perbedaan potensial pada kapasitor maksimum, switch S
dihubungkan ke posisi 2, terjadilah proses pengosongan kapasitor. Perhatikan
bahwa arus yang mengalir adalah berlawanan arah dengan arus saat pengisian.
Kapasitor akan mengeluarkan energi yang disimpannya dan kemudian disisipkan
ke hambatan R. Tegangan pada kapasitor akan menurun dan arus pada hambatan
R pun akan menurun hingga tegangan pada kapasitor nol dan aruspun berhenti
mengalir seperti dijelaskan pada gambar berikut ini :

Gambar 61. Grafik Arus dan Tegangan pada Pengosongan Kapasitor

Di dalam penyelidikan, ternyata waktu yang diperlukan untuk pengisian


kapasitor tergantung dari besarnya kapasitansi kapasitor dan hambatan yang
dipasang secara seri dengan kapasitornya.

T=R.C

T = Waktu pengisian-pengosongan kapasitor


R = Resistansi resistor
C = Kapasitansi kapasitor

Basic Mechanic Course 46


Training Center Department - PT Kalimantan Prima Persada
4. Hubungan seri dan paralel pada kapasitor
a. Hubungan serie
Pada hubungan seri, harga total kapasitansi kapasitor adalah :

Gambar 62. Rangkaian Kapasitor Seri

Pada contoh gambar di atas, maka :


1/Ct = 1/C1 + 1/C2
Ct = 500 µF

b. Hubungan paralel
Pada hubungan paralel, harga total kapasitansi kapasitor adalah :

Gambar 63. Rangkaian Kapasitor Parallel

Pada contoh gambar diatas, maka :


Ct = C1 + C2
Ct = 2000 µ F

Basic Mechanic Course 47


Training Center Department - PT Kalimantan Prima Persada
C. SEMI KONDUKTOR

Gambar 64. Aplikasi Semi Konduktor

Keuntungan penggunaan semi konduktor adalah :


 Kecil dan ringan
 Efisiensi yang tinggi dengan konsumsi daya yang rendah
 Tahan lama
 Tahan terhadap goncangan
 Kebisingan suara rendah
Kerugiannya adalah :
 Pembuatan tidak mudah (terutama untuk frekwensi tinggi, daya besar dan
tegangan tinggi)
 Peka terhadap temperatur
 Pada jenis-jenis tertentu sangat mahal

1. Material Semi Konduktor

Bahan semi konduktor yang banyak digunakan dalam pembuatan komponen semi
konduktor adalah Silikon (Si) dan Germanium (Ge).
Pada umumnya Si digunakan untuk komponen dengan kapasitas besar, sedangkan
Ge untuk kapasitas kecil karena Ge mempunyai sifat lebih buruk dari Si.
Semi Konduktor memiliki jumlah elektron terluar empat. Dalam material atom,
Si atau Ge terikat dalam bentuk ikatan kovalen. Di mana elektron terluar saling
mengisi sehingga jumlah elektron terluar pada ikatan tersebut adalah 8. Lihat
gambar :

Basic Mechanic Course 48


Training Center Department - PT Kalimantan Prima Persada
Gambar 65. Struktur Kristal Silikon

2. Material N

Bila kristal Si atau Ge ditambah (di-doping) dengan material P (phosphorus)


yang mempunyai lima elektron di outer ring, maka akan terjadi salah satu
elektron P yang tidak saling mengikat dengan kristal Si atau Ge.
Salah satu elektron dari material P tersebut dapat bergerak bebas ke seluruh
kristal sehingga menjadi elektron bebas (free electron). Selanjutnya material
tersebut dinamakan Material-N (material donor). Selain material phosphorus (P),
untuk membuat material N dapat juga digunakan materal Arsenic (As) atau
Antimony (Sb).

Gambar 66. Kristal Material-N

Basic Mechanic Course 49


Training Center Department - PT Kalimantan Prima Persada
3. Material P

Bila kristal Si atau Ge ditambah (di-doping) dengan material Al (Aluminium)


yang mempunyai tiga elektron di-outer ring, maka untuk membentuk ikatan
kristal (covalent bonding) akan kekurangan elektron yang disebut dengan hole.
Dengan sifat yang demikian, maka kristal Si atau Ge yang didoping dengan Al
disebut dengan Material-P (material akseptor). Selain material Al (aluminium),
untuk membuat material P dapat juga digunakan material B (boron).

Gambar 67. Kristal Material-P

4. Arus pada Material N atau P


Bila material N dihubungkan dengan sebuah sumber, maka arus elektron akan
mengalir di rangkaian. Arus ini adalah gerakan dari elektron-elektron bebas
seperti pada sebuah kabel tembaga.

Gambar 68. Gerak Elektron pada Material N

Bila material P dihubungkan dengan sebuah sumber, maka arus yang terjadi
adalah gerakan “Postive Charged Holes“ seperti terlihat berikut ini :

Basic Mechanic Course 50


Training Center Department - PT Kalimantan Prima Persada
Gambar 69. Gerak Hole Material P

Gerakan hole yang secara terus-menerus dari terminal positif ke negatif inilah
yang merupakan dasar pengoperasian komponen semi konduktor (misalnya diode
dan transistor).

D. DIODE

1. Konstruksi dasar Diode.


Diode adalah suatu komponen elektronika yang mempunyai dua kutub Anoda dan
Katoda.v Dioda terdiri dari gabungan material N dan material P.

Gambar 70. Konstruksi Dasar Dioda

Basic Mechanic Course 51


Training Center Department - PT Kalimantan Prima Persada
2. Prinsip Kerja Diode

Gambar 71. Forward dan Reverse Bias Diode

Diode dikatakan mendapat arus forward bias apabila anode (A) lebih positif dari
cathode (K) dan dikatakan mendapat reverse bias apabila cathode (K) lebih
positif dari anode (A). Arus listrik hanya bisa mengalir apabila diode mendapat
Forward Bias atau arus hanya mengalir dari anode ke cathode saja.

Gambar 72. Perpindahan Elektron Saat Forward dan Reverse Bias


Saat forward bias, terminal yang kelebihan elektron akan mampu menembus
junction (sambungan), sehingga aliran elektron yang berpindah secara terus-
menerus akan menimbulkan hole, timbulnya hole inilah yang menyebabkan
timbulnya arus.
Saat reverse bias, terminal yang kelebihan elektron akan mengisi material–P,
sedangkan terminal yang kekurangan elektron akan diisi oleh material–N,

Basic Mechanic Course 52


Training Center Department - PT Kalimantan Prima Persada
sehingga tidak ada aliran elektron dan tidak ada hole yang timbul, sehingga arus
tidak mengalir.

3. Karakteristik Diode.
Untuk mempelajari karakteristik sebuah diode, maka pada gambar berikut ini
diberikan suatu contoh karakteristik sebuah diode.

Gambar 73. Contoh Karakteristik Diode

4. Bentuk-bentuk Diode
Berikut ini contoh bentuk-bentuk diode pada umumnya.

K A

A A
K K

A
K

K A

Gambar 74. Bentuk-bentuk Diode

Selanjutnya, untuk mengidentifikasi sebuah diode, pada umumnya terminal


cathode diberi tanda/warna atau pada badan diode digambarkan simbol diode.

Basic Mechanic Course 53


Training Center Department - PT Kalimantan Prima Persada
5. Zener Diode
Zener diode adalah sebuah diode yang dirancang khusus untuk menghantarkan
arus reverse tanpa merusaknya. Simbol dan contoh karakter Zener diode dapat
dilihat pada gambar berikut ini :

Gambar 75. Simbol dan Contoh Karakteristik Zener Diode

Suatu contoh , sebuah zener diode tidak mengalirkan arus bila reverse bias
voltage lebih rendah dari 6 volt. Tetapi bila reverse bias voltage menjadi 6 volt
atau lebih, maka zener diode dengan langsung mengalirkan arus reverse.

E. TRANSISTOR

Transistor adalah suatu komponen elektronika yang dibuat dengan penggabungan


dari material P dan N yang disisipkan suatu lapisan tipis P atau N. Dengan demikian
terdapat dua kemungkinan transistor yaitu PNP atau NPN. Adapun dalam
penggunaannya transistor dapat berfungsi sebagai electric switch dan sebagai
penguat.

Basic Mechanic Course 54


Training Center Department - PT Kalimantan Prima Persada
1. Transistor PNP
Dalam pembuatannya transisitor PNP, adalah dua buah lapisan P yang disisipkan
ditengahnya satu lapisan tipis N.

Gambar 76. Konstruksi dan Simbol Transistor PNP

Prinsip kerja transistor PNP dapat dijelaskan sebagai berikut :

Gambar 77. Prinsip Kerja Transistor PNP

Pada prinsipnya akan ada arus mengalir dari emitter (E) ke collector (C) bila
sudah ada arus dari emitter (E) ke base (B). Arus emitter dapat dirumuskan :

le = lb + lc

Dimana lb = arus base


lc = arus collector
le = arus emitter

Basic Mechanic Course 55


Training Center Department - PT Kalimantan Prima Persada
2. Transistor NPN
Dalam pembuatan transisitor NPN, diantara lapisan N disisipkan satu lapisan P.
Dengan demikian konstruksi dasar transistor NPN dan simbolnya dapat
digambarkan sebagai berikut :

Gambar 78. Konstruksi dan Simbol Transistor NPN

Prinsip kerja transistor NPN dapat dijelaskan sebagai berikut :

Gambar 79. Prinsip kerja transistor NPN

Pada prinsipnya akan ada arus mengalir dari collector (C) ke emitter (E) bila
sudah ada arus dari base (B) ke emitter (E). Dengan rumusan :

le = lb + lc

Dimana : Ib = arus base


Ic = arus collector
Ie = arus emitter

Basic Mechanic Course 56


Training Center Department - PT Kalimantan Prima Persada
3. Pemberian Polaritas Transistor
Dalam keadaan kerja normal, transistor harus diberi polaritas sebagai berikut:

Gambar 80. Dasar Polaritas Transistor

4. Bentuk-bentuk Transistor
Berikut ini adalah contoh bentuk-bentuk transistor pada umumnya :

Gambar 81. Contoh Bentuk-bentuk Transistor

5. Menentukan kaki-kaki transistor


Cara mengidentifikasikan kaki-kaki transistor adalah :
1. Atur selector switch pada ohm meter analog ke posisi x 1K.
2. Hubungkan terminal-terminal test pin ohm meter ke 2 buah kaki transistor
(sembarang).
3. Jika jarum Ohm meter bergerak, maka pindahkan salah satu test pin ke kaki
yang lain. Jika jarum juga bergerak maka test pin yang tidak dipindah adalah
kaki basis. Tapi jika jarum tidak bergerak maka tukarkan test pin yang
dipindah.
4. Jika jarum tidak bergerak, maka ikuti langkah ke 3 sampai jarum bergerak.

Basic Mechanic Course 57


Training Center Department - PT Kalimantan Prima Persada
5. Untuk mengidentifikasi kaki kolektor dan emitor buat rangkaian berikut :

Gambar 82. Rangkaian Uji Transistor

6. Untuk transistor NPN, jika jarum ohmmeter bergerak maka yang mendapat
test pin hitam adalah kolektor dan yang mendapat test pin merah adalah
emitor.
7. Untuk transistor PNP, jika jarum bergerak maka yang mendapat test pin merah
adalah kolektor, dan yan mendapat test pin hitam adalah emitor.

F. THYRISTOR SILICON CONTROLLED RECTIFIER

1. Konstruksi Dasar Thyristor


Konstruksi dasar sebuah Silicon Controlled Rectifier (SCR) adalah merupakan
susunan empat lapisan bahan semi konduktor P N P N atau N P N P dengan tiga
terminal keluaran yaitu Anode (A), Cathode (K) dan Gate (G). Hal tersebut
diatas dapat dilihat pada gambar berikut ini :

Gambar 83. Konstruksi Dasar dan Simbol SCR

Basic Mechanic Course 58


Training Center Department - PT Kalimantan Prima Persada
2. Prinsip Kerja Thyristor

Prinsip kerja sebuah thyristor dapat dijelaskan sebagai berikut :

Gambar 84. Prinsip Kerja Thyristor

Pada dasarnya sebuah thyristor sama dengan dua buah transistor yang
dihubungkan seperti pada gambar diatas. Bila base current (1) sudah mengalir ke
Tr1, maka arus akan mengalir arus base (2) pada Tr2. Akibatnya, arus collector
(3) pada Tr2 akan mengalir yang juga merupakan arus base (1) ditiadakan
(thyristor tetap ON). Selanjutya untuk meng-OFF-kan thyristor dapat dilakukan
dengan 2 cara yaitu :
 Memperkecil arus yang mengalir hingga nol.
 Dihubung singkat dengan kapasitor yang sudah diberi charge.

Basic Mechanic Course 59


Training Center Department - PT Kalimantan Prima Persada
Hal ini dapat dilihat dari gambar berikut :

Gambar 85. Meng-OFF-kan Thyristor

3. Karakteristik Thyristor

Pada gambar berikut ini diperlihatkan contoh karakteristik sebuah thyristor.

Gambar 86. Contoh Karakteristik Sebuah Thyristor

Jika thyristor diberi forward bias (anode diberi tegangan positif dan cathode
diberi tegangan negatif), maka thyristor akan ON setelah ada arus gate. Dalam
kondisi diatas (forward bias) tegangan dinaikkan sampai tegangan tertentu, maka

Basic Mechanic Course 60


Training Center Department - PT Kalimantan Prima Persada
tiba-tiba thyristor akan ON. Tegangan ini disebut break-over voltage yang dapat
merusak thyristor.
Dari hal tersebut thyristor tidak akan ON kecuali diberikan arus gate (diberi
forward bias). Selanjutnya, bila thyristor diberi reverse bias (anode diberi
tegangan negatif dan cathode diberi tegangan positif), maka thyristor mempunyai
karakteristik seperti diode biasa. Dengan demikian, thyristor akan tetap OFF.
Selanjutnya bila tegangan dinaikkan (diberi reverse voltage), maka pada tegangan
tertentu thyristor akan break down. Hal inipun dapat merusak thyristor.

4. Bentuk-bentuk thyristor

Contoh bentuk-bentuk thyristor dapat dilihat pada gambar berikut ini :

Gambar 87. Contoh Bentuk-bentuk Thyristor


G. Battery

Fungsi battery adalah sebagai alat perubah energi kimia menjadi energi listrik untuk
menyediakan listrik bagi sistem kelistrikan pada unit.

1. Konstruksi
Battery dapat dibedakan berdasarkan konstruksi dan tipenya ada 2 macam yaitu :
a. Konstruksi Compound
Battery ini sel-selnya berdiri sendiri-sendiri dan antara sel yang satu dengan
yang lain dihubungkan dengan lead bar (connector) di luar case, seperti pada
gambar berikut ini :

Basic Mechanic Course 61


Training Center Department - PT Kalimantan Prima Persada
Gambar 88. Battery Jenis Compound

b. Konstruksi Solid
Battery ini antara sel yang satu dengan yang saling dihubungkan dengan lead
bar di dalam case. Terminal yang kelihatan hanya dua buah hasil hubungan
seri dari sel-selnya seperti gambar berikut ini.

Gambar 89. Battery Jenis Solid

Basic Mechanic Course 62


Training Center Department - PT Kalimantan Prima Persada
2. Tipe Battery
Battery menurut tipenya ada 2 macam yaitu :
a. Tipe Basah
Battery tipe basah (Wet Type) terdiri dari elemen-elemen yang telah diisi
penuh dengan muatan listrik (full charged) dan dalam penyimpanannya telah
diisi dengan elektrolit. Battery ini tidak bisa dipertahankan tetap dalam
kondisi full charge. Sehingga harus diisi (charge) secara periodik. Selama
battery tidak digunakan dalam penyimpanan, akan terjadi reaksi kimia secara
lambat yang menyebabkan berkurangnya kapasitas battery, reaksi ini disebut
Self Discharge.

b. Tipe Kering
Battery tipe kering (Dry Type) terdiri dari plate-plate (postif & negatif) yang
telah diisi penuh dengan muatan listrik, tapi dalam penyimpanannya tidak diisi
dengan elektrolit. Jadi keluar dari pabrik dalam kondisi kering. Setelah
battery tersebut diaktif (diisi elektrolit), battery tipe kering ini pada dasarnya
sama seperti dengan battery tipe basah. Elemen-elemen battery ini diisi
secara khusus dengan cara memberikan arus DC pada plat yang direndamkan
ke dalam larutan elektrolit lemah. Setelah plat-plat itu terisi penuh dengan
muatan listrik, kemudian di angkat dari larutan elektrolit kemudian dicuci
dengan air dan dikeringkan. Kemudian plat-plat tersebut di-assembling dalam
battery case. Sehingga bila battery tersebut akan dipakai, cukup diisi
elektrolit dan langsung bisa digunakan tanpa charge kembali.

Cara pengisian elektrolit dapat dilihat pada gambar berikut ini :

Gambar 90. Pengisian Battery

Basic Mechanic Course 63


Training Center Department - PT Kalimantan Prima Persada
3. Vent Plug
Vent plug terdapat (menjadi satu) pada tutup di setiap sel. Fungsi tutup itu adalah
untuk mencegah masuknya debu dan kotoran ke dalam sel. Fungsi yang lebih
penting lagi adalah agar tersedia saluran (lubang) untuk membebaskan gas dan
memungkinkan terbentuknya lagi asam sulfat yang terkandung di dalam uap
asam yang terbentuk pada saat pengisian battery (lihat bentuk saluran vent plug).
Membiarkan tutup sel itu terbuka menyebabkan kotornya sekitar lubang oleh
karena adanya uap asam.

Gambar 91. Vent Plug

4. Plat Positif Dan Plat Negatif


a. Plat Positif
Plat positif terbuat dari material PbO2 (Lead Peroxide) yang berwarna coklat
tua.
b. Plat Negatif
Plat negatif terbuat dari material Pb (spongy lead) yang berwarna kelabu.
Untuk mencegah plat positif dan plat negatif bersinggungan, dipasang
separator yang terbuat dari polyvinyl chloride (PVC) yang berpori-pori.

5. Elektrolit (H2SO4)
Standard berat jenis (specific gravity) elektrolit battery pada temperature standard
(20 °C) adalah 1,280. Apabila tempera-ture larutan elektrolit berubah, maka
standard berat jenis elektrolit battery dapat dicari dengan rumus :

S 20 = St + 0,007 (t – 20)

Basic Mechanic Course 64


Training Center Department - PT Kalimantan Prima Persada
Dimana : S 20 = Berat jenis pada temperatur 20 °C
St = Berat jenis pada temperatur pengukuran
T = Temperature elektrolit pada saat pengu-kuran
Berat jenis akan turun pada saat battery dipakai (discharge). Pada kondisi
standard (20 °C), bila berat jenis elektrolit turun mencapai 1,200, maka battery
harus diisi kembali (charging). Bila jumlah elektrolit di dalam battery berkurang,
maka harus ditambah dengan air aki (air suling saja). Perubahan berat jenis
elektrolit tergantung oleh :
 Discharge rate
 Charge rate
 Temperature
 Jumlah asam sulfat yang terkandung dalam elektrolit
Perubahan berat jenis ini dapat dilihat pada gambar-gambar berikut ini :

Gambar 92. Perubahan Berat Jenis Elektrolit saat Battery Digunakan

Gambar 93. Perubahan Berat Jenis Elektrolit saat Pengisian Battery

Basic Mechanic Course 65


Training Center Department - PT Kalimantan Prima Persada
Larutan elektrolit dapat membeku pada temperatur tertentu. Oleh karena itu
kalau menyimpan battery boleh di tempat sedingin mungkin asalkan tidak sampai
larutan elektrolitnya membeku. Seperti terlihat pada tabel berikut :

Tabel 4. Pembekuan Elektrolit pada Berat Jenis dengan Temperatur Tertentu


Ketika Elektrolit didinginkan
Kondisi Battery Specific Garafity (temp)
Elektrolit (0F) (0C)
Discharged 1,200 +18 - 8
1,240 + 8 -13
1,280 - 6 -21
1,220 -31 -35
Fully - charged 1,260 -75 -59

6. Reaksi Kimia
Battery pada saat discharging maupun recharging akan terjadi reaksi kimia.

a. Reaksi Kimia Pada Saat Discharging


Yang dimaksud discharging adalah penggunaan isi (kapasitas) battery.
Rekasi kimia yang terjadi ialah :
PbO2 + 2 H2SO4 + Pb ----------> PbSO4 + 2 H2O + PbSO4
Pada akhir discharging, plat positif dan plat negatif akan menjadi Pb SO4 dan
elektrolitnya akan menjadi H2O.

b. Reaksi Kimia Pada Saat Recharging


Recharging adalah proses pengisiah battery. Reaksi kimia terjadi ialah :
PbSO2 + 2 H2SO4 + PbSO4 ----------> PbO2 + 2 H2O + Pb
Akhir dari proses recharging, plat positif kembali menjadi PbO2 dan plat
negatifnya Pb, sedangkan elektrolit kembali terbentuk menjadi H2SO4.

Basic Mechanic Course 66


Training Center Department - PT Kalimantan Prima Persada
c. Larutan Elektrolit
Larutan elektrolit ini terdiri dari pencampuran antara Asam Sulfat (H2SO4)
yang berat jenisnya 1,835 dan air (H2O) yang berat jenisnya 1 dengan
komposisi tertentui seperi gambar berikut ini :

Gambar 94. Komposisi Elektrolit Battery

Hasil campuran 36% Asam sulfat dan 64% air akan menghasilkan elektrolit
yang berat jenisnya 1,270 pada 80ºF (27 ºC).

d. Terminal Voltage
Terminal voltage adalah batas tegangan battery yang diijinkan pada saat
discharging dan recharging.

1. Saat Dicharging
Ketika battery dipakai degan arus besar, sebagai contoh digunakan untuk
memutar engine waktu start, maka tahanannya dalam battery akan naik.
Hal ini tidak hanya disebabkan berkurangnya asam sulfat (yang semestinya
untuk mempertahankan kecepatan reaksi kimia antara plat-plat dan
elektrolit), tetapi juga akibat polarisasi battery itu.
Terminal voltage battery dalam satu sel yang dipakai selama 20 jam (untuk
battery N 200) dan arus yang digunakan 10A adalah seperti pada kurva
berikut ini :

Gambar 95. Final Terminal Voltage untuk 1 Sel Battery saat Discharge

Basic Mechanic Course 67


Training Center Department - PT Kalimantan Prima Persada
2. Saat Recharging
Pada saat recharging (arus pengisian kurang lebih sepersepuluh dari arus
discharging rata-rata) maka akan menghasilkan naiknya perbedaaan
potensial antara terminal positif dan negatif.
Pada saat recharging tersebut, akan timbul gelembung-gelembung karena
peristiwa elektrolisa (penguraian) H2O. Gelembung-gelembung tersebut
dapat menyebabkan umur battery pendek. Oleh karena itu, ketika
recharging apabila sudah mencapai terminal voltage, maka recharging
dihentikan. Lihat kurva berikut ini :

Gambar 96. Terminal Voltage Pada Saat Recharging untuk Satu Sel

7. Self Discharge
Suatu battery yang telah diisi elektrolit, jika didiamkan (tidak dipakai) akan
kehilangan muatan listriknya. Hal ini disebabkan setelah battery diisi elektrolit,
maka battery mulai mengalami suatu reaksi kimia, meskipun battery tersebut
dipakai atau tidak. Sifat seperti ini tidak dapat dihindarkan pada semua battery.
Kehilangan muatan listrik yang tersimpan tanpa pemakaian melalui rangkaian
luar disebut Self Discharge.
Sebab-sebab self discharge sebagai berikut :
a. Plat negatif beraksi langsung dengan asam sulfat dari elektrolit membentuk
timbal sulfat (PbSO4).

Basic Mechanic Course 68


Training Center Department - PT Kalimantan Prima Persada
b. Hubungan singkat antara plat positif dan plat negatif melalui endapan dari
material aktif.
c. Jika suhu dan konsentrasi elektrolit tidak merata disekitar plat posiitf dan
negatif akan terjadi reaksi elektrokimia lokal.
Hal-hal seperti diatas ini yang menyebabkan muatan battery akan berkurang
meskipun tidak dipakai. Reaksi kimia yang terjadi dalam battery akan lebih
cepat dengan kenaikan suhu elektrolit. Hal ini juga berarti Self Discharge akan
bertambah cepat jika suhu lebih tinggi. Reaksi kimia yang terjadi dalam battery
akan lebih cepat dengan kenaikan suhu elektrolit. Hal ini juga berarti Self
Discharge akan bertambah cepat jika suhu lebih tinggi. Jadi penyimpanan
battery pada suhu rendah lebih effektif dalam memperkecil kecepatan Self
Discharge seperti terlihat pada kurva berikut ini :

Gambar 97. Self Discharge Terhadap Temperatur Elektrolit

Faktor lain yang mempercepat Self Discharge adalah bila elektrolit atau air suling
yang disiikan ke dalam battery mengandung material–material pengetes, karena
akan menimbulkan reaksi lokal.

8. Kapasitas Battery.
Kapasitas battery adalah jumlah listrik yang dapat dihasilkan dengan melepaskan
arus tetap, sampai dicapai voltage akhir (final terminal voltage). Besarnya
ditentukan dengan mengalikan besar arus pelepasan dengan waktu pelepasan dan

Basic Mechanic Course 69


Training Center Department - PT Kalimantan Prima Persada
dinyatakan dalam AH (Ampere Hour). Jadi untuk menyatakan kapasitas battery,
perlu ditentukan laju arus pelepasan. Karena kapasitas battery tergantung dari
kuat arus pelepasan. Misalnya suatu battery mempunyai kapasitas 100 AH untuk
laju arus 20 jam. Ini berarti battery tersebut sanggup melepaskan muatan sebesar
5 ampere selama 20 jam. Tapi tidak berarti sanggup melepaskan muatan sebesar
10 ampere selama 10 jam. Suatu battery yang sanggup melepaskan muatan
sebesar 10 ampere selama 10 jam disebut mempunyai kapasitas 100 AH untuk
laju arus 10 jam. Sedang battery yang sanggup melepaskan muatan sebesar 5
ampere selama 20 jam disebut battery mempunyai kapasitas 100 AH untuk laju
arus 20 jam. Jadi jika ingin membandingkan kapasitas battery perlu disamakan
dahulu laju arus pelepasan muatan listriknya. Makin besar arus pelepasan, makin
kecil laju arus pelepasan. Hubungan antara laju arus pelepasan kapasitas battery
(untuk battery 120 AH/20 H) dapat dilihat pada kurva berikut ini :

Gambar 98. Hubungan Antara Kapasitas Battery dan Laju Arus Pelepasan

Selain arus pelepasan dan laju arus pelepasan, suhu elektrolit juga mempengaruhi
kapasitas battery. Standard suhu untuk menentukan kapasitas battery adalah
25ºC. Misalnya suatu battery yang dinyatakan mempunyai kapsitas 200 AH
untuk laju arus 20 jam adalah bila battery tersebut dipakai (Discharge) dengan
arus konstan 10 A, akan sampai pada final terminal voltage selama laju arus 20
jam pada suhu elektrolit 25ºC. Pengaruh suhu elektrolit terhadap kapasitas
battery dapat dilihat pada kurva berikut ini :

Basic Mechanic Course 70


Training Center Department - PT Kalimantan Prima Persada
Gambar 99. Hubungan Temperatur Elektrolit dan Kapasitas Battery

Jika temperatur elektrolit rendah kecepatan reaksi kimia di dalam battery lambat
yang menyebabkan berkurangnya kapasitas battery. Sebaliknya reaksi kimia
terjadi dengan cepat pada temperatur tinggi, menyebabkan kapasiats battery naik.

9. Charging
Jumlah arus listrik battery dapat dihasilkan di mana besarnya tergantung dari
reaksi kimia yang terjadi dalam battery. Jika reaksi kimia di dalam battery telah
selesai karena rusak atau digunakan terlalu lama, maka arus listrik yang
dihasilkan kecil dan tidak lama pemakaiannya.
Battery dapat diisi kembali dengan menggunakan charger. Battery dapat diisi
dengan beberapa cara yaitu : Fast Charging, Slow charging, Constant Voltage,
Constant Current.

a. Fast charging
Fast charging memberikan pengisian battery dengan kecepatan tinggi dengan
waktu yang pendek. Jangan menggunakan fast charger untuk menjumper
engine. Sambungan charger atau load tester yang mempunyai arus 30-300 A
dengan battery yang akan di-charge. Posisikan kecepatan menurut pengisian
pada 30-60 Ampere untuk battery 6 Volt dan 15-30 Ampere untuk battery 12
Volt.

Basic Mechanic Course 71


Training Center Department - PT Kalimantan Prima Persada
Jika battery sedang diisi, periksa specific gravity setelah 30 menit untuk
conventional battery dan 60 menit untuk maintenance free battery. Charge
battery sampai specific gravity terbaca 1,23-1,265. Untuk battery
conventional memerlukan waktu pengisian 2-4 jam dan untuk maintenance
free battery memerlukan waktu pengisian 4-8 jam.

b. Slow charging
Battery yang larutan asam sulfatnya sudah tidak bagus tidak bisa diisi dengan
fast charging tanpa kemungkinan rusak. Maka battery ini harus di-charge
dengan kecepatan rendah/slow charging. Charge battery pada kecepatan yang
rendah (7% dari Ampere Hours battery). Untuk memper-panjang waktu
sampai pengisian penuh. Waktu yang diperlukan untuk slow charging yaitu
12-24 jam, jika specific gravity tidak mencapai angka normal pengisian penuh
(1,225-1,280) dengan waktu kurang dari 48 jam dengan slow charging, maka
gantilah battery.

c. Constant Voltage
Constant voltage merupakan cara pengisian battery dengan tegangan tetap.
Biasanya pengisian battery dengan tegangan tetap terdapat pada unit-unit.

d. Constant Current
Constant Current adalah pengisian battery dengan arus tetap. Contoh
pengisian battery dengan menggunakan charger.

10. Pengetesan Battery.


Kondisi dari suatu battery ditunjukkan oleh berat jenis larutan elektrolitnya. Salah
satu cara yang paling sederhana dan lebih dipercaya adalah dengan mengukur
berat jenis dari larutan elektrolit. Alat untuk mengukur berat jenis elektrolit
disebut Hydrometer dan dilengkapi dengan thermometer elektrolit. Hydrometer
dikalibrasi untuk mengukur berat jenis elektrolit pada temperatur standard (JIS)
20ºC (68ºF).
Untuk menemukan pembacaan berat jenis yang benar adalah sebagai berikut:
 Bila suhu diatas 20ºC (68ºF), ditambah 0,0007 tiap kenaikan 1ºC.

Basic Mechanic Course 72


Training Center Department - PT Kalimantan Prima Persada
 Bila suhu dibawah 20ºC (68ºF), ditambah 0,0007 tiap penurunan 1ºC.
Sebagai contoh, pada suhu 49ºC (68ºF) didapatkan pembacaan berat jenis
elektrolit 1,2597. Dimana pengukuran ini suhu elektrolitnya 29ºC diatas
standard yang ditetapkan yaitu 20ºC (68ºF) JIS. Sehingga pembacaan berat
jenis yang sebenarnya dihitung dengan rumus sebagai berikut :
S20 = St + 0,0007 (t - 20)
= 1,2597 + 0,0007 (49 - 20)
= 1,28
Jadi pembacaan yang benar setelah dikoreksi dengan temperatur adalah 1,28.
Pada contoh yang lain, suhu elektrolit pada saat pengukuran 0ºC (32ºF) berat
jenis elektrolit terbaca 1,294. Dimana temperatur elektrolit 20ºC (68º F)
dibawah standard (JIS). Sehingga pembacaan berat jenis yang benar adalah :
S20 = St + 0,0007 (t - 20)
= 1,294 + 0,0007 (0 - 20)
= 1,294 + 0,0203
= 1,28
Jadi pembacaan yang benar adalah 1,28 setelah dikoreksi dengan temperatur
elektrolitnya. Oleh karena itu, kalau kita mengukur berat jenis elektrolit harus
dikoreksi dengan temperatur elektrolitnya. Pembacaan skala pada hydrometer
harus dipastikan bahwa hydrometer float-nya benar-benar bebas, dan kita
luruskan mata kita dengan permukaan zat cair untuk mendapatkan pembacaan
yang tepat. Pembacaan yang dengan menyudut akan didapatkan hasil yang
kurang tepat lihat gambar berikut ini :

Gambar 100. Cara pembacaan hydrometer

Basic Mechanic Course 73


Training Center Department - PT Kalimantan Prima Persada
Jika level elektrolit terlalu rendah, tambahkan air suling ditiap-tiap sel dan
lakukan battery recharging beberapa lama untuk memastikan percampuran
antara air dan elektrolit, kemudian periksa dengan hydrometer. Apabila dalam
pengetesan berat jenis elektrolit lebih kecil dari 1,28 berarti battery tersebut
perlu recharging kembali.

11. Perawatan Battery

Salah satu faktor agar suatu battery dapat mencapai umur sesuai pabrik maka di
dalam menggunakan battery perlu diperhatikan hal-hal berikut ini :

a. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam Discharging


 Periksa kabel-kabel penghubung. Jika rusak, ganti yang baru.
 Bersihkan terminal battery dan terminal kabel dengan sikat kawat dan
bubuhkan sedikit gemuk/vaselin, kemudian kencangkan hubungan kabel-
kabelnya.
 Pemakaian arus battery untuk 6 volt tidak boleh lebih dari 2x
kapasitasnya, sedangkan untuk 12 volt tidak boleh lebih dari 3x
kapasitasnya, karena dapat memperpendek umur dari battery.
 Pembebanan battery tidak boleh melebihi batas terminal voltage (final
terminal voltage) yang diijinkan. Untuk tiap sel final terminal voltage-
nya 1,75 volt.
 Tutup battery terutama vent plug-nya tidak boleh tersumbat, karena bisa
menyebabkan battery meledak.
 Bila air battery kurang, harus ditambah dengan air suling.

b. Hal-hal yang perlu diperhatikan pada saat Recharging


 Sebelum Recharging harus diperiksa jumlah elektrolit dalam battery.
Bila kurang tambahkan air suling.
 Jangan sekali-kali menambahkan larutan asam sulfat (H2SO4), karena
akan mengakibatkan berat jenis elektrolit terlalu tinggi, yang akan
mengurangi umur battery dan tidak memungkinkan untuk mengukur
keadaan muatan listrik battery melalui berat jenis.

Basic Mechanic Course 74


Training Center Department - PT Kalimantan Prima Persada
 Kencangkan kabel-kabel penghubung, sebab bila kabel kendor akan
terjadi loncatan bunga api.
 Gas yang terjadi pada proses recharging harus segera dibebaskan
(Perhatikan vent plug-nya atau buka tutup jika perlu).
 Bila memakai battery charger, harus ada fan untuk membuang gas-gas
yang terjadi dan harus dicegah supaya tidak terjadi bunga api yang bisa
menyebabkan kebakaran.
 Arus pengisian dianjurkan sebagai berikut :
 Untuk fast charging : 40-70 Ampere.
 Untuk slow charging : Kurang lebih 7 % dari AH-nya. Saat pengisian,
Temperatur Elektrolit tidak boleh melebihi 55 0C.

c. Hal-hal yang perlu diperhatikan pada saat penyimpanan battery


 Battery yang tidak dipakai harus disimpan di tempat yang kering, sejuk
dan tidak kena sinar matahari langsung, karena bisa mempercepat reaksi
kimia (self discharge).
 Battery yang diterima lebih dahulu sebaiknya didahulukan pemakaiannya.
 Pada waktu dikeluarkan dari kemasan, periksalah dengan teliti apakah ada
kerusakan luar. Jika ada kerusakan perbaiki.
 Untuk battery tipe basah, perlu adanya pengisian secara periodik, yaitu
minimal sebulan sekali. Untuk menjaga agar battery tetap full charge dan
tidak cepat rusak.

12. Technical Term


a. Short circuit
Short circuit merupakan suatu kejadian di mana satu bagian dari circuit
menyentuh bagian yang lain pada circuit yang sama. Dengan kata lain
terminal positif terhubung ke terminal negatif.
b. Voltage drop
Voltage drop adalah besarnya tegangan yang mengalir pada tiap
tahanan/hambatan, beban.

Basic Mechanic Course 75


Training Center Department - PT Kalimantan Prima Persada
c. Electric Shock
Electric shock merupakan suatu kejadian kenaikan tegangan yang tinggi
dalam waktu yang singkat. Akibat adanya beban induktif.
d. Stand By Voltage
Stand by voltage merupakan muatan positif listrik pada suatu titik, dengan
muatan negatif pada titik yang lain tidak dihubungkan ke beban, sehingga
tidak menimbulkan arus.
e. Battery Jumper
Battery jumper merupakan battery yang digunakan untuk memperkuat
kapasitas arus battery yang lain.
f. Contact Point
Contact point merupakan titik persentuhan antara dua material pada
kontaktor (switch).
g. Lost Of Contact
Lost of contact merupakan contact point yang tidak rapat sentuhannya.

Basic Mechanic Course 76


Training Center Department - PT Kalimantan Prima Persada

Anda mungkin juga menyukai