REVISI : 01
PENDAHULUAN i
KATA PENGANTAR
Dengan rasa syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kesempatan dan
kemampuan kepada kami, sehingga buku pegangan mechanic & electrician untuk Basic Engine
bisa tersusun.
Harapan kami semoga buku ini bisa bermanfaat bagi mechanic & electrician dalam mengikuti
training Basic Engine dan memudahkan dalam memahami cara perawatan Engine yang benar
sesuai dengan prosedur serta peraturan keselamatan kerja. Dengan demikian bisa diaplikasikan
dengan baik setelah berada di lapangan nanti.
Seperti pepatah mengatakan,”Tiada Gading Yang Tak Retak”, dengan kerendahan hati maka
kami menyadari bahwa buku ini masih kurang sempurna. Untuk itu kami sangat mengharapkan
saran dan kritik yang membangun dari pembaca, demi kesempurnaan buku pegangan di waktu
yang akan datang.
Juni 2018
Team penyusun
Training Department
PENDAHULUAN ii
TRAINING PROFILE
Training Title
Basic Engine
Training prerequisites
Sebagai persyaratan untuk mengikuti training Basic Engine Mekanik atau Electrician
PT. PUTRA PERKASA ABADI.
Training duration
36 Hours –4 Days
90 % Inclass - Discussion
10 % Practice
Training Outcome
PENDAHULUAN iii
SEVEN HABITS
(7 KEBIASAAN BAIK)
1. PROAKTIF.
Jadilah seseorang yang bersifat Proaktif.
Kerjakan sesuatu melalui inisiatif, motivasi yang tinggi, kemauan yang timbul dari diri
sendiri.
Orang yang reaaktif biasanya baru bertindak setelah ada sesuatu yang menggangu dia,
seperti ditanya, disuruh, diminta dan sebagainya.
6. SYNERGI.
Membiasakan diri untuk bekerja sama secara aktif dengan partner agar ada
kesimbangan didalamnya. Kemauan dan usaha untu kerjasama ini akan menghasilkan
suatu hubungan atau kelompok yang mempunyai Synergi yang tinggi.
PENDAHULUAN iv
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN ................................................................................................................ i
Kata Pengantar .................................................................................................................. i
Training Profile................................................................................................................. ii
Seven Habit....................................................................................................................... iv
Daftar Isi ........................................................................................................................... v
PENDAHULUAN v
BAB IV. PENGETESAN & PENYETELAN (TESTING & ADJUSTING) .................. 4-1
A. Penyetelan Celah Valve (Valve Clearance) ..................................................... 4-1
B. Pemeriksaan dan Penyetelan Waktu Penginjeksian Bahan Bakar ................... 4-4
C. Pengukuran Tekanan Oli Pelumas Pada Engine .............................................. 4-7
D. Pengukuran Tekanan Kompresi ....................................................................... 4-8
E. Pengukuran Kecepatan Putar Engine ............................................................... 4-10
F. Pengukuran Tekanan Blow-by ......................................................................... 4-11
G. Pengukuran Warna Gas Buang ........................................................................ 4-12
H. Pengukuran Tekanan Injection Nozzle ............................................................ 4-13
1. Motor Diesel.
Udara yang terhisap ke dalam ruang bakar dikompresi sehingga mencapai tekanan dan
tempertur yang tinggi. Bahan bakar (fuel) diinjeksikan dan dikabutkan ke dalam ruang
bakar. Sehingga terjadi pembakaran sesaat setelah terjadi pencampuran dengan udara.
2. Motor Bensin.
Udara dan bahan bakar yang tercampur didalam carburator, terhisap ke dalam ruang
bakar dan dikompresikan hingga mencapai tekanan dan temperatur tertentu. Pada akhir
langkah kompresi, busi memercikan api sehingga terjadi pembakaran.
Kesimpulan : Empat kali langkah piston atau dua kali putaran crank shaft,
menghasilkan satu kali pembakaran.
Pada dasarnya prinsip kerja motor bensin dan diesel adalah sama, proses intake,
compresi, power, exhaust dilakukan secara lengkap dalam 2 langkah (upward dan
downward) piston.
Kesimpulan : dua kali langkah piston atau satu kali putaran crank shaft
menghasilkan satu kali tenaga.
Dibandingkan dengan motor bensin, diesel engine mempunyai keuntungan dan kerugian.
D. RUANG PEMBAKARAN.
Ruang pembakaran adalah ruangan yang dilingkupi oleh permukaan bawah silinder head,
permukaan atas silinder block dan permukaan atas piston, saat piston berada di titik mati atas
(TMA). Ada bermacam-macam tipe ruang bakar sesuai dengan bentuk ruang bakar, letak
valve intake, exhaust dan busi dengan tujuan agar diperoleh thermal efficiency yang
maksimal. Umumnya, klasifikasi berikut ini disesuaikan dengan letak intake valve dan
exhaust valve.
3. F - head type.
Intake dan exhaust valve masing - maing dipasang pada silinder head dan pada sisi
silinder block. Tipe ini adalah gabungan (perpaduan) dari tipe over head valve dan tipe
side valve. Bentuk ruang bakar agak mirip dengan tipe side valve. Bagimanapun juga,
mekanisme gerakan valve lebih komplek dibanding dengan tipe side valve. Sehingga
tipe ini jarang digunakan.
4. T - head type.
Intake dan exhaust valve masing - masing dipasang secara terpisah di sisi dari silinder
block. Tipe ini memudahkan udara masuk dan keluar. Sebaliknya, diperlukan waktu
yang lebih lama untuk meratakan pembakaran dan pendinginan permukaan juga lebih
besar sehingga efisiensi panas (thermal efficiency) lebih buruk. Karena itu, ruang bakar
tipe ini sangat jarang digunakan.
Bentuk ruang bakar pada motor diesel sangat menetukan terhadap kemampuan mesin, sebab
itu ruang bakar direncanakan sedemikian rupa agar secepatnya campuran udara dan bahan
bakar menjadi homogen dan mudah terbakar sekaligus. Berikut ini diterangkan tipe ruang
bakar yang digunakan pada mesin diesel.
1. Tipe ruang bakar langsung (direct combustion chamber).
2. Tipe ruang bakar tambahan (Auxiliary combustion chamber).
a. Ruang bakar muka (Pre combustion chamber).
b. Ruang bakar pusar (Swirl combustion chamber).
Keuntungan :
~ Efisiensi panas lebih tinggi dan pemakaian bahan bakar lebih hemat karena bentuk
ruang bakar yang sederhana.
~ Start dapat dilakukan dengan mudah pada waktu mesin dingin tanpa menggunakan
alat pemanas.
~ Cocok untuk mesin - mesin besar (high power) karena konstruksi dari kepala
silinder sederhana dan kerugian kecil.
~ Temperatur gas buang relatif lebih rendah.
Kerugian :
~ Sangat peka terhadap mutu bahan bakar dan membutuhkan mutu bahan bakar yang
baik.
~ Membutuhkan tekanan injeksi yang lebih tinggi.
~ Sering terjadi gangguan pada nozzle dan umur nozzle lebih pendek karena
menggunakan multiple hole nozzle (nozzle lubang banyak).
~ Dibandingkan dengan jenis ruang bakar tambahan, turbulensi lebih lemah, jadi
sukar untuk kecepatan tinggi.
Kerugian :
1. Biaya pembuatan lebih mahal sebab perencanaan silinder head lebih rumit.
2. Membutuhkan motor starter yang besar. Kemampuan start lebih buruk, karena
itu harus menggunakan alat pemanas.
3. Pemakaian bahan bakar boros.
Seperti yang ditunjukkan pada gambar dibawah, ruang bakar model pusar (swirl
chamber) berbentuk bundar. Piston memempatkan udara, sehingga udara tersebut
masuk ke dalam ruang bakar pusar dan membuat aliran turbulensi. Bahan bakar
diinjeksikan ke dalam udara turbulensi dan terbakar didalam ruang bakar pusar.
Tetapi sebagian bahan bakar yang belum terbakar masuk ke dalam ruang bakar
utama melaluii saluran untuk selanjutnya terbakar seluruhnya bakar utama.
Keuntungan :
1. Dapat menghasilkan putaran tinggi karena turbulensinya yang sangat
baik pada saat kompresi.
2. Gangguan pada nozzle berkurang karena menggunakan nozzle tipe pin.
3. Putaran mesin lebih tingggi dan operasinya lambat, menyebabkan jenis
ini cocok untuk automobil.
Kerugian :
1. Konstruksi silinder head rumit.
2. Efisiensi panas dan pemakaian bahan bakar lebih boros dibandingkan dengan
tipe ruang bakar langsung.
3. Detonasi lebih besar pada kecepatan rendah.
1. Firing Order.
Firing Order adalah urutan pembakaran yang terjadi pada engine yang mempunyai
jumlah silinder lebih dari 1 (satu).
Contoh :
Engine dengan 4 silinder, mempunyai firing order (F.O) = 1 - 2 - 4 - 3, maka proses
pembakaran dimulai dari silinder No.1, dilanjutkan silinder No.2, No.4 dan No.3.
Tujuannya adalah untuk meratakan hasil power, agar gaya yang ditimbulkan oleh piston
seimbang (balance). Baik pada saat kompresi, maupun pembakaran, tidak menimbulkan
puntiran pada getaran yang tinggi.
Pada 4 langkah motor diesel dengan 1 silinder, piston bergerak 4 kali, menghasilkan satu
kali pembakaran. Atau dua kali putaran crank shaft, menghasilkan 1 kali pembakaran.
2. Table Squence.
Adalah suatu table yang menyatakan urutan langkah dan urutan pembakaran yang
terjadi pada engine, baik engine dengan satu silinder atau lebih.
3. Valve Timing.
Adalah saat membuka dan menutup valve intake dan valve exhaust. Misalkan engine 6
D 125 series
Dengan data - data :
FO = 1 - 5 - 3 - 6 - 2 - 4.
Dari data tersebut, dapat diketahui panjang langkah dari engine 6 D 125 series.
Fungsi over lapping adalah untuk mengadakan pembilasan gas bekas di dalam silinder.
Hal ini terjadi pada saat exhaust valve belum tertutup dan intake valve sudah terbuka.
Untuk pembuatan Table Squence yang sebenarnya, dalam perhitungan sesuai dengan
data diatas
Kesimpulan :
Dilihat dari putaran crank shaft, maka terjadi over lapping power, yaitu power silinder 1
belum berakhir sudah disusul dengan power silinder 5 dan seterusnya.
Table squence dapt digunakan untuk embuat table adjusment valve dengan 2 putaran
crank shaft.
Jumlah energi panas yang terkandung dalam di udara (gas). Pada kondisi normal, setiap gas
(udara), panas atau dingin, mempunyai jumlah energi panas yang dapat diukur. Udara yang
terjebak di dalam silinder, jika dikompresi maka volume ruangan akan berkurang.
Pengurangan volume ini menyebabkan perubahan 2 kondisi.
Misalkan : Udara yang terjebak di dalam silinder ditekan dengan kecepatan piston yang
sangat pelan.
Pada kondisi tersebut temperatur udara di dalam silinder relatif tetap (constant) karena panas
yang terjadi merambat melalui dinding silinder. Pada kondisi ini juga, tekannanya naik, tapi
kenaikannya sesuai (proportional) dengan besarnya compression ratio. Hal ini disebut
isothermal (temperatur konstan).
Jika udara yang terjebak di dalam silinder, dikompresi dengan kecepatan tinggi, maka tidak
ada kesempatan bagi panas yang timbul (terkandung dalam udara yang terkompresi) untuk
merambat melalui dinding silinder, dengan jumlah besar. Sehingga temperatur naik dengan
tiba - tiba. Dan akibatnya tekanan naik lebih tinggi dari tekanan yang dihasilkan oleh
isothermal compression. Kondisi ini disebut dengan adiabatic compression
Udara adalah merupakan gabungan dari molukel - molekul oksigen, nitrogen dan
elemen lainya. Yang memiliki 21% oksigen (O2) dan 79% nitrogen (N). Molukel-
molekul tersebut dapat dilukiskan berbentuk bola yag tidak dapat dilihat, karena
ukurannya sangat kecil. Jutaan molekul yang terkandung di udara, selalu bergerak ke
segala arah dan bertumbukan satu sama dengan lainnya. Kecepatan gerak molukel ini
sangat dipengaruhi oleh temperatur. Semakin tinggi temperaturnya, maka semakin cepat
gerak molukel tersebut.
2. Kerugian Mekanis.
Panas yang hilang untuk menggerakan alat - alat tambahan seperti pompa air, pompa oli
dan kerugian mekanis, besarnya antara 5 -6 %.
3. Pumping Loss.
Pada saat torak bergerak turun, kevakuman terjadi di dalam silinder untuk memasukan
udara dan hal ini merupakan suatu kerugian. Hal seperti ini juga terjadi pada langkah
buang dan kompresi. Kerugian ini disebut pumping loss, besarnya sekitar 3 %.
Gambar diatas menggambarkan tekanan didalam silinder yang dihasilkan dengan merubah
timing injeksi di 3 posisi. Timing injeksi bahan bakar ini sangat penting. Pelaksanaan
penyetelan timing injeksi menjadi percuma (walaupun timingnya sudah tidak tepat lagi),
kalau hal - hal dibawah ini terjadi:
Coupling pompa injeksi sudah rusak (tidak standar).
Timer didalam pompa injeksi tidak berfungsi.
Hasil overhoule engine tidak baik.
Akibat dari penyetelan yang tidak tepat (seperti pada gambar diatas), adalah akan
mempengaruhi :
Tekanan maksimal didalam silinder.
Knocking.
Gas buang.
Tenaga dan lain-lain.
4. Kebocoran Udara.
Jika udara yang masuk kedalam silinder bocor saat dikompresi maka terjadi pembakaran
tidak sempurna.
Kebocoran tersebut dapat disebabkan oleh :
Kebocoran karena keausan silinder liner den piston ring.
Kedudukan intake den exhaust valve tidak rapat.
Valve clearance tidak standar.
Silinder head deformasi dan gasket rusak.
menjadi kebiru-biruan. Jika oil yang terbakar hanya sebagian dari jumlah oil yang
masuk ke ruang bakar, maka yang sebagian lagi bercampur dengan gas buang dan
membasahi saluran exhaust.
Jumlah oil yang berlebihan tersebut disebabkan oleh kebocoran dari :
Valve stem intake den exhaust.
Turbo charger.
Ring piston dan liner.
J. DIESEL KNOCKING.
2. Detonasi.
Jika waktu pembakaran tunda (delay period) terlalu panjang, maka jumlah campuran
yang dapat terbakar pada saat perambatan api (period of abrupt combustion) terlalu
banyak. Sehingga menyebabkan kenaikan tekanan didalam silinder sangat tinggi, hal ini
akan mengakibatkan timbulnya bunyi dan getaran. Peristiwa diatas sering disebut diesel
knocking.
Untuk mencegah terjadinya diesel knocking, perlu dicegah kenaikan tekanan tiba-tiba,
yaitu dengan membuat campuran yang mudah terbakar pada temperatur yang rendah,
memperpendek waktu pembakaran tunda.
Berikut ini care untuk mengatasi detonasi :
1. Menggunakan bahan bakar dengan angka cetana yang tinggi.
2. Menaikan temperatur udara dan tekanan pada saat awal injeksi.
3. Mengurangi jumlah injeksi pada saat awal injeksi.
4. Menaikan temperatur pada ruang bakar.
3 4
1. Cylinder Head.
Struktur dari cylinder head tergantung pada metode pembakaran. Bentuk dari cylinder
head dan lain - lainnya sehingga kondisi tersebut menyebabkan perbedaan struktur dari
cylinder head antara lain seperti dibawah ini :
a. Direct injection type dan pre combustion type.
b. Two valve system dan four valve system.
c. Sectional type dan solid type.
d. Injection nozzle type dan injection type.
Gbr.II - 1. Cylinder head direct injection two Gbr.II - 2. Cylinder head pre combustion
valve, solid, nozzle type. chamber two valve, solid, nozzle type.
b. Two valve type cylinder head dan four valve type cylinder head.
Two valve cylinder head, hanya mempunyai satu intake valve dan satu exhaust
valve. Untuk four valve type cylinder head mempunyai dua intake vaklve dan dua
exhaust valve.
Dalam langkah pemasukan, udara segar harus masuk sebanyak mungkin dalam
waktu tertentu untuk memperbaiki campuran udara dengan bahan bakar yang
diinjeksikan. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut diatas intake dan exhaust valve
harus dibuat besar bila memungkinkan tempatnya dan tidak melewati batas lubang
cylinder.
Tempat valve yang sempit atau ruangan tdak cukup, dapat menambah efektive
penempatan dengan membuat empat buah valve atau dua valve intake dan dua valve
exhaust.
Four valve type, walaupun menambah biaya dibanding Two Valve Type disebutkan
struktur yang lebih rumit, tetapi jumlah udara yang dimasukkan lebih banyak dan
memperbaiki percampuran bahan bakar.
Solid type cylinder head adalah suatu istilah dari cylinder head, bila satu cylinder
head digunakan untuk menutupi seluruh bagian atas cylinder block, sedangkan
sectional cylinder head satu istilah bila satu cylinder head hanya menutupi satu atau
lebih bagian atas dari cylinder block (atau cylinder head yang terpisah).
Sectional type cylinder head adalahlebih kecil efeknya terhadap internal stress atau
thermal stress, mudah dalam pengencangan bolt mounting dengan sama rata dan
memudahkan untuk memperbaiki, tetapi cylinder head ini biayanya lebih mahal
karena membutuhkan pemisahan rocker arm sahft dan cover arm shaft.
Dari ciri yang disebut diatas menyebabkan sectional type cylinder head cocok
dipasang pada engine yang bertekanan besar. Sedangkan engine kecil cukup
dipasang cylinder head solid type.
Sectional type cylinder head juga dapat digunakan engine yang berbeda jumlah
cylinder yang ukuran head yang sama.
Gbr.II - 3. Cylinder head direct direct Gbr.II - 4. Cylinder head injection four
injection four sectional, nozzle type. valve sectional, injector type.
Injector nozzle valve menyemprotkan bahan bakar dengan pressure tinggi yang
dipompakan oleh injection pump.
Injector adalah hak tunggal dari cummin dengan memanfaatkan pergerakan vertikal
plunger untuk menghasilkan tekanan fuel yang sangat tinggi dan menyemprotkan
langsung ke dalam cylinder.
Injector membutuhkan mechanism penggerak plunger dihubungkan dengan putaran
cam shaft dengan pergerakkan vertikal plunger di dalam cylinder head. Cylinder
head type injector konstruksinya lebih rumit dibanding dengan cylinder head type
injection nozzle.
Dengan demikian cylinder head harus dilengkapi dengan mechanism yang komplet
dan mempunyai kekuatan yang tinggi dan tahan terhadap panas yang tinggi. Untuk
itu perlu dilakukan bermacam - macam test danpengukuran pada cylinder head.
Dibawah ini digambarkan lokasi head yang harus diperiksa dan diukur.
Dan dibawah ini terdapat data - data pengukuran untuk cylinder head engine
6 D 125 series dan 170 - 1 series.
6 D 125.
170 - 1 SERIES
a. Valve.
Terbuka dan tertutupnya valve secara teratur untuk memasukkan udara ke dalam
cylinder dan membuang gas bekas pembakaran keluar. Pergerakan valve diambil
dari putaran camshaft yang dirubah menjadi gerakan vertikal melalui push rod
ditransfer melalui rocker arm dan diteruskan ke valve.
Valve juga sebagai permukaan ruang pembakar sehingga selalu menerima beban
panas yang tinggi dari pergerakan vertikal yang berulang - ulang dengan demikian
valve harus dibuat dari material yang special dan tahan panas.
b. Valve Guide.
Valve guide sebagai penuntun pergerakan valve secara sliding antara permukaan
stem dan valve guide dengan gerakan vertikal dan juga sebagai pengontrol
pelumasan pada valve stem. Dengan demikian dibutuhkan celah yang tepat antara
stem dan guide, sehingga tidak terjadi kebocoran udara dan oli ke dalam air intake
dan exhaust gas. Valve guide dan valve harus dibuat dari bahan yang tahan panas
dan dikerjakan dengan teliti.
Juga valve guide dirancang untuk mudah dapat dilepas bila melakukan penggantian
dan perbaikan celah antara stem dan guide valve.
Dan dibawah ini terdapat data-data pengukuran valve dan valve guide untuk engine
6D125 series dan 170- 1 series.
6D125 Series
6D125 Series
6D170-1 Series
6D170-1 Series
Valve insert adalah suatu ring yang tahan terhadap panas dan benturan yang
dipasang diantara permukaan valve yang bersentuhan dengan cylinder head.
Permukaan valve yang bersentuhan dengan cylinder head selalu menerima benturan
dan berdekatan dengan gas panas yang tinggi sehingga valve seat harus
diperhitungkan tahan panas, kuat dan tidak mudah aus terutama pada bagian
exhaust valve.
Bila terjadi kerusakan pada valve insert dengan mudah dilepas dan diganti tanpa
mengganti cylinder head.
Valve insert yang dipakai pada engine Komatsu.
3. Valve Spring.
Valve spring mengangkat valve sampai valve merapat pada valve seat apabila valve
sedang menutup. Valve spring juga bekerja mengembalikan rocker arm, push rod dan
tappet atau cam follower secara keseluruhan ke posisi normal dengan cepat.
Push rod dan tappet atau cam follower selama operasi menimbulkan inertia yang
menyebabkan valve jamping pada saat engine putaran tinggi dan akan terjadi keausan
dan cacat dan dapat juga terjadi benturan valve dengan piston.
Valve spring bila mengeluarkan daya kerja yang besar dan mendapat beban yang
berulang - ulang akan membuat material spring mengeluarkan tenaga yang besar dan
mempercapat melemahnya kekuatan spring ini, juga bisa disebabkan jika natural
frekwensi dari valve spring sama dengan kelipatan kecepatan putar dari camshaft,
sehingga valve spring akan bergetar lebih kuat karena terjadinya resonanci frekwensi.
Gambar dibawah ini sebagai gambaran valve spring yang bergetar. Spring coil akan
berosilasi kearah axial dari gulungan spring. Puncak osilasi yang terbesar terdapat di
bagian tengah spring tetapi jarak coil bisa hampir tidak berubah pada kedua ujung spring
kemudian bila terjadi stress yang besar pada spring, jarak coil akan berubah karena
disebabkan getaran pada spring coil .
Gambar dibawah ini menggambarkan pergerakan relative antara piston dan valve
standard kerenggangan antara piston head dan valve bergantung model engine,
tetapi pada umumnya hanya beberapa milimeter saja. Jika kecepatan putar engine
naik tidak normal, spring akan bergetar, valve jumping atau bouncing dan bila
terjadi salah satu kejadian tersebut atau kombinasi dari ketiganya akan
menyebabkan benturan antara valve dengan piston bisa menyebabkan kerusakan
yang serius. Valve clearance juga dapat menurunkan batasan maximal kecepatan
engine yang diizinkan. Jadi sangat penting penyetelan kerenggangan valve pada
standard yang ditentukan.
Valve jumping.
Valve yang tidak sanggup mengikuti lajunya putaran dari cam dan tappet atau cam
follower bisa tidak bersentuhan dengan cam (lihat gambar pada titik A dan B).
Terpisahnya gerakan valve dengan cam membuat naiknya gaya hentakan pada
permukaan cam. Sehingga mempercepat kerusakan atau bisa terjadi waktu
penutupan valve terlambat dan terjadi benturan valve dengan piston.
Valve bouncing.
Bouncing bisa terjadi karena adanya gaya inertia pada valve mechanism sehingga
terjadi benturan pada valve seat berulang - ulang pada saat valve menutup, ini bisa
merusak valve seating atau benturan - benturan valve pada piston dan menurunkan
power engine.
Cylinder head gasket berfungsi sebagai penyekat gas pembakar dan air pendingin dan
oil pelumas yang bersikulasi antara cylinder head dan cylinder block
Cylinder head gasket tidak hanya terhadap pressure tinggi dan tahan terhadap panas
tetapi juga tahan terhadap oil dan air. Juga ketebalan gasket dalam waktu tertentu dapat
mempertahankannya ketebalannya setelah bolt pengikat dikencangkan (jika ketebalan
gasket berubah akan membuat kekencangan bolt pengikat berubah).
Kebocoran air, gas dan oil bisa terjadi tidak hanya bocor keluar tetapi dapat bocor ke
dalam engine.
Cylinder head gasket bisa dibuat dari asbestos sand wicked kemudian dilapisi dengan
plate baja atau bisa dibuat dengan hanya satu plate baja saja pada lubang air, lubang oil
dan lubang cylinder dilapisi suatu bahan penyekat (direinforce dengan tembaga atau
kawat baja).
Combustion chamber engine diesel lebih rumit dibanding dengan gasolin engine.
Bentuk dari combustion cahmber sangat menentukan terhadap kemampuan suatu engine.
Dengan demikian bentuk ruangan dirancang sedemikian rupa sehingga terdapat percampuran
udara dan bahan bakar homogen dan mudah terbakar seluruhnya. Ada beberapa type dari
combustion chamber yang umum dipakai pada engine diesel :
1. Direct combustion chamber.
2. Auxiliary combustion chamber.
Pre combustion chamber.
Swirl combustion chamber.
Air cell combustion chamber.
1. Precombustion Chamber.
Pada engine yang dilengkapi pre combustion chamber adalah suatu komponen
untuk tempat penyalaan pertama dan kemudian tekanan penyalaan pertama
digunakan untukmenyemburkan gas pembakar bersamaan dengan BB yang masih
tersisa masuk ke dalam cylinder, untuk membantu pembakaran dalam cylinder
(ruang bakar utama). Sehingga bisa terjadi pembakaran yang sempurna untuk
seluruh bahan bakar yang diinjeksikan dengan menunda pembakaran dalam ruang
utama.
Urutan kerja pembakaran adalah pertama bahan bakar diinjeksikan ke pre
combustion chamber dan kemudian temperatur udara kompresi membakar sebagian
bahan bakar sesuai perbandingan jumlah udaranya di dalam pre combustion
chamber, selanjutnya gas pembakaran pertama di dalam pre combustion
dipancarkan ke dalam ruang pembakar utama (dalam cylinder) dengan kecepatan
tinggi, bersamaan dengan bahan bakar yang belum terbakar. Kemudian pancaran
gas dan bahan bakar di dalam cylinder bercampur dengan udara bersih yang ada
dalam cylinder dan terjadi lagi pembakaran dengan udara bersih yang ada dalam
cylinder dan terjadi lagi pembakaran dengan cepat seperti ledakan di ruang bakar
utama.
Pre combustion chamber diklasifikasikan dalam dua type.
1. Pre combustion chamber yang langsung bersatu dengan cylinder head atau
(united type).
2. Pre combustion chamber yang terpisah dan dapat dibuka pasang dari cylinder
head (built in type).
Besarnya ruang di dalam pre combustion chamber tidak lebih besar dari 50% ruang
sisa dan luas lubang penghubung ke ruang cylinder lebih kurang 0,3 - 0,7% dari
penampang melintang cylinder. Pada umumnya lubang penghubung berdiameter
lebih kurang 3 - 4 mm dan jumlahnya lebih kurang 3 - 4 lubang.
Keuntungan dan kerugiannya lihat pada bab I.
2. Glow plug.
Dengan dilengkapi pre combustion chamber pada engine akan menambah ruang
kompresi udara dan menurunkan temperatur kompresi. Dengan demikian engine yang
menggunakan pre combustion chamber akan menemui kesulitan saat menghidupkan
engine dalam keadaan dingin.
Untuk itu glow plug harus dipasang pada setiap pre combustion chamber berupa
pemanas listrik yang digunakan pada saat menghidupkan engine di waktu dingin.
Komatsu engine pada umumnya menggunakan glow plug type sheated yang terdiri dari
heater coil dan isolation filter.
Glow plug dipasang secara pararel dan heater signal akan menyala terus bila salah satu
glow plug terputus untuk melakukan pemeriksaan glow plug harus dilepas dan ditest
satu persatu untuk mengetahui hubungan singkat atau terputus.
C. SWIRL CHAMBER.
Prinsip kerja dari swirl chamber sama dengan pre combustion chamber hanya terdapat
perbedaan pada bentuk chamber yang berbentuk bundar. Dan pada saat kompresi terjadi
turbulensi udara dalam swirl chamber, sehingga percampuran udara dan bahan bakar
lebih baik. Besarnya ruang swirl chamber tidak kurang dari 50% volume sisa dan
besarnya lubang penghubung lebih kurang 1 - 3,5% dari luas penampang melintang
cylinder dan umumnya jumlah lubang penghubung hanya satu.
Seluruh rocker arm terpasang dirocker arm shaft diatas cylinder head dan kemudian
dihubungkan dengan push rod serta dihubungkan juga dengan valve intake dan exhaust.
Pergerakan vertikal dari push rod yang mengikuti gerak putar cam shaft, ditransfer
melalui rocker arm ke valve stem dengan arah yang berlawanan.
Kerenggangan antara rocker arm dan valve stem harus ada untuk mengatasi pemuaian
dari mechanism penggerak. Sehingga mencegah terbukanya valve (akibat
memanjangnya mechanism penggerak).
Penyetelan valve clearance dilakukan dengan mengendorkan lock nut dan memasukkan
feeler gauge yang tebalnya sesuai ukuran standard antara rocker arm dan valve stem dan
putar screw bolt untuk menyusaikan kerenggangan.
Untuk penyetelan yang model empat valve, stel kerenggangan antara rocker arm dengan
cross head.
Kerenggangan valve yang terbaik tergantung panjang dan bentuk dari push rod dan
rocker arm.
Oil dari cylinder block mengalir melalui lubang tembusan yang ada pada cylinder dan
rocker arm bracket kemudian masuk ke rocker arm shaft dan melumasi seluruh rocker
arm.
Lubang oil yang terdapat pada rocker arm adalah untuk mengalirkan sebagian oil dari
rocker arm shaft ke valve stem, valve guide dan bushing.
Bila mengganti / memasang bushing rocker arm harus diproses dengan pas sambil
meluruskan lubang pelumas pada rocker arm dengan bushing diremer untuk
menyesuaikan ukuran bushing dan shaft.
Dibawah ini terdapat gambar rocker arm dan data- data pegukuran untuk engine
60 125 dan 170- 1 series.
Cylinder block sebagai pemegang atau kedudukan komponen utama yang bergerak seperti
piston, connecting rod, crank shaft, cam shaft dan lain - lainnya. Cylinder block baru bisa
dikatakan engine bila dikombinasikankan dengan cylinder head pada bagian atas block dan
oil pan pada bagian bawah block, timing gear, gear case, fly wheel dan housing pada bagian
belakang block.
Saluran oil pelumas dan saluran air pendingin juga dilengkapi di dalam cylinder block.
Cylinder liner terpasang di dalam lubang cylinder block sebagai penuntun pergerakan piston.
Hampir seluruh cylinder liner dikelilingi air pendingin.
Cylinder liner diklasifikasikan dalam dua type :
1. Wet type (langsung didinginkan dengan air).
2. Dry type (tidak langsung didinginkan dengan air).
Wet type liner, efesiensi pendinginan lebih tinggi dibanding dengan dry type liner. Dan wet
type lebih banyak dipakai pada diesel engine.
1. Cylinder block.
2. Cylinder liner.
3. Piston.
4. Connecting rod.
5. Crankshaft
6. Fuel pump gear.
7. Idle gear.
8. Crank gear.
9. Cam gear.
E. CYLINDER LINER
Cylinder liner sebagai komponen dari combustion chamber dan sering berhubungan
dengan tekanan tinggi. Juga sering mengalami beban gesek yang tinggi disebabkan
gerak naik turun piston.
Selain kuat dan kukuh cylinder liner harus tahan terhadap temperatur tinggi, tidak
mudah aus mampu menerima gaya yang besar dari piston.
Cylinder liner harus berukuran yang pas dengan piston dan ring piston untuk
mengurangi hambatan gesekan yang terjadi antara piston, ring piston dan liner.
Selanjutnya yang dibutuhkan liner, mempunyai kemampuan menyerap panas dan
dengan cepat mentransfer seluruh panas dari permukaan dalam ke permukaaan luar
liner. Dan tahan terhadp karat pada permukaan yang berhubungan dengan air pendingin.
Keuntungan dipasangnya liner pada block tidak perlu lagi cylinder block dibuat dari
bahan special yang dibutuhkan liner.
Memperbesar liner sampai oversize pertama adalah tidak dianjurkan, karena tidak
diperlukan mesin special treatment untuk memperbaiki permukaanyang sudah rusak.
Untuk menjamin efisiensi pendingin yang tinggi, ketebalan liner lebih kurang 5 - 10mm.
Air pendingin yang mendinginkan sekeliling liner disekat oleh flange di bagian atas dari
liner dan dengan sela ring pada bagian bawah liner.
Metode penyekatan harus diperhitungkan kemungkinan pemuaian akibat dari panas
yang mempengaruhi liner. Dan jangan memasang liner dengan padat pada cylinder
block di bagian atas dari bawah liner.
Ring seal liner harus mampu menyekat dengan baik dan kuat memegang serta tahan
terhadap temperatur yang bervariasi. Disamping itu ring seal tahan terhadap oil dan air
yang selalu berhubungan dengan liner serta tahan terhadap tekanan yang disebabkan
oleh naik / turunnya piston.
Dengan demikian dibutuhkan ring seal yang berbeda material dan bentuknya untuk
memenuhi kebutuhan tersebut diatas.
Keuntungan dipasangnya liner pada block tidak perlu lagi cylinder block dibuat dari
bahan special yang dibutuhkan liner.
1. Clevis seal.
2. O-ring (Nitrile rubber).
3. O-ring (Silicon rubber).
Dibawah ini terdapat gambar liner, cylinder block dan data - data pengukuran untuk
engine 6D 125 dan 170 - 1 series.
170 - 1 SERIES
Cylinder Liner.
6D 125 SERIES
Cylinder Block.
60 125 SERIES
Crank shaft bersama dengan connecting rod merubah gerakan naik / turun piston yang
disebabkan dari hasil tekanan pembakaran dalam cylinder menjadi gerakan putar pada
output shaft.
Crankshaft adalah shaft yang dibentuk khusus untuk mentransfer penuh tenaga engine
yang akan dikeluarkan, sambil melakukan pengubahan gerak naik turun piston menjadi
putar. Crankshaft dirancang dengan sangat hati - hati untuk mendapatkan kekuatan yang
seharusnya.
Untuk crankshaft engine dengan beban sedang, crankshaft didukung dua main journal
pada setiap dua piston. Sedangkan crankshaft engine dengan beban berat, crankshaftnya
didukung dengan dua main journal pada setiap satu piston.
Jumlah main journal pada crankshaft sama dengan jumlah piston di tambah satu.
Crankshaft duduk dicylinder block dan dipegang oleh main cap.
Main journal dan pin journal (crank pin). Selalu menerima beban maximal dan
bervariasi dengan gesekan kecepatan tinggi. Dengan demikian crankshaft membutuhkan
tenaga yang kuat dan mempunyai ketahanan terhadap gesekan. Kebanyakan crankshaft
dibuat dari besi tempa dengan carbon tinggi dan pengerasan dengan chrome ditambah
molybdenum. Permukaan journal dikeraskan dengan induksi frekwensi tinggi.
Cylinder Block.
170 - 1 SERIES
Main bearing dan connecting rod terpasang dengan pas pada masing - masing main
journal dan crank pin journal.
Bearing adalah yang mendukung langsung pada bagian yang bergesekan dari crankshaft
dan selalu menerima tekanan pada permukaannya dan gesekan dengan kecepatan tinggi.
Disamping harus mantap kedudukannya bearing harus memiliki kekuatan yang besar
dan dapat menyesuaikan (atau bahan yang lebih lunak dan lebih dahulu lelah).
Oil groove pada permukaan bearing tujuannya membawa oil ke seluruh permukaan
bearing dan membuat pergerakan atau gesekan menjadi lembut. Juga sebagai
penampung oil pada saat engine mati untuk menjaga persentuhan yang baik pada
permukaan shaft. Untuk menjaga kehalusan crankshaft bearing harus dibuat lebih lunak
tetapi kuat dan permukaan dapat menyesuaikan, dengan demikian bearing dibuat dari
material yang berbeda untuk memenuhi persyaratan diatas dan bearing ada yang terdiri
dari dua jenis material dan tiga jenis material.
Kelmet.
Kelmet adalah lebih kuat daripada white bearing dalam ketahanan dan digunakan
untuk kecepatan tinggi dan engine kelas berat dengan komposisi alloy 70% Cn
dan 30% Db.
1. Shaft.
2. Bearing. (base metal).
3. Back bearing.
4. Lining (Intermediate layer)
5. Overlay. (Surface layer).
Crankshaft dilengkapi juga dengan flywheel pada bagian belakang dan crankshaft
tempat penyaluran tenaga engine. Dengan demikian shaft selalu mengalami beban axial
bila main clutch dioperasikan.
Untuk mengatasi beban axial ini crankshaft dipasangkan thrust bearing pada kedua sisi
main bearing. (Dipasang pada bearing belakang atau bearing tengah, tergantung
kebutuhan).
Thrust bearing tidak boleh menerima beban yang berat sebagaimana yang diterima main
bearing dan connecting rod bearing. Karena thrust bearing dibuat dengan bahan yang
sama dengan bearing automobile engine.
1. Cylinder block.
2. Connecting rod.
3. Crankshaft.
4. Main bearing.
5. Connecting rod bearing
6. Main cap.
7. Connecting rod cap
8. Plug.
a. Oil pelumas disupply dari lubricating pump dengan tekanan melalui main gallary di
dalam cylinder block dan langsung dibagi melalui crankshaft journal.
b. Main bearing bagian atas dilengkapi lubang yang sejajar dengan lubang oil yang
ada di block dan berhubungan juga dengan oil groove main bearing juga masuk ke
lubang yang ada di crankshaft main journal dan mengalir ke crank pin journal.
c. Crankshaft dilengkapi dengan lubang oil yang berhubungan main journal dengan
crank pin journal, kemudian oil dari oil groove main bearing juga masuk ke lubang
yang ada di crankshaft main journal dan mengalir ke crank pin journal.
d. Connecting rod bearing juga dilengkapi oil groove untuk meratakan pelumasan
pada permukaan bearing dan memudahkan oil mengalir ke lubang oil pada upper
bearing con rod yang berhubungan dengan lubang pelumas pada bushing con rod
dan pin piston.
Lubang oil pada crank shaft dibor melalui sisi luar dari counterwieght di bagian
crank pin journal tembus sampai ke titik tengah main journal. Kemudian di
tengah - tengah sisi main journal dan crank pin journal di bor sampai bertemu
dengan lubang pertama dan tembus ke sisi sebelahnya.
Ujung lubang pada sisi counter weight ditutup dengan plug dan berfungsi
sebagai filter debu atau gram halus yang dibawa oleh oil, dengan cara
melemparkan kotoran dengan gaya sentrifugal mengumpul di ujung lubang.
Bila memasang main bearing, lubang pelumas harus lurus dengan lubang
pelumas pada cylinder block dan juga sejajarkan sisinya untuk mencegah
berubahnya ukuran bearing (mengecil).
Bearing adalah bantalan yang lembut untuk crankshaft sehingga tidak merusak
permukaan journal akibat gesekan antara crankshaft dan bearing dan mudah melakukan
penggantian bila terjadi keausan bearing.
Bila permukaan journal crankshaft mengalami keausan setelah engine lama beroperasi,
crankshaft dapat dipakai lagi dengan memperkecil journal crankshaft (undersize) dan
mengganti bearing yang lebih tebal yang sesuai dengan ukuran journal crankshaft
setelah dikecilkan.
Tujuan dasar dari undersize crankshaft untuk mencapai kerenggangan antara crankshaft
dengan bearing (oil clearance) sesuai ketentuan pabrik pembuatnya.
Standard undersize bearing pada umunya 0,25 mm, 0,50 mm, 0,75mm dan 1,00mm
(0,01”, 0,02”, 0,03” dan 0,04”).
1. Cylinder block.
2. Housing (Flywheel housing)
3. Seal (Rear seal).
4. Wear ring.
5. Main bearing.
6. Crankshaft.
Crankshaft sebagai part utama yang menerima tenaga penggerak dari piston yang duduk
dan terbungkus di dalam block. Dan kedua ujung crankshaft muncul keluar dari block
untuk mentransfer tenaga ke bagian luar, di kedua ujung shaft dipasang penyekat yang
menempel pada bagian dalam block.
Penyekat (seal) selalu menerima gesekan yang berat disebabkan putaran tinggi dari
crankshaft dan daya cengkram seal lip yang cukup kuat untuk mempertahankan
penyekatan tetap baik.
Permukaan shaft yang kotor akan merusak seal lip dan membuat oil engine bocor.
Karena crankshaft sering bergesekan dengan seal lip, permukaan shaft akan aus dan
mengurangi daya penyekatan seal. Sedangkan crankshaft yang aus sangat sulit untuk
memperbaiki dan mahal harganya.
7. Balance Crankshaft.
Crankshaft adalah mengubah gerak naik turun menjadi gerak putar, sehingga mengalami
gaya sentrifugal yang besar pada crank pin, karena titik senter crank pin tidak sama
dengan titik senter crankshaft. Selain itu crank pin sering mengalami tekanan
pembakaran dari piston.
Untuk mengatasi gaya sentrifugal, crankshaft dilengkapi counter weight untuk
menimbulkan gaya eksentrik pada crankshaft, sehingga dapat menghilangkan gaya
sentrifugal yang terjadi pada crank pin. Selain itu counter weight juga membantu
melancarkan mengubah gerak naik turun menjadi gerak putar dan efektivitas crankshaft
menjadi bertambah.
1. C = Shaft
2. P = Crank Pin.
3. F = Combustion Pressure.
4. W = Counter weight.
Crankshaft selalu menerima gaya puntir pada saat tekanan pembakaran yang dihasilkan
di dalam cylinder diteruskan ke crankshaft. Dalam keadaan demikian reaksi gaya dan
kekakuan crankshaft menyebabkan bergetarnya crankshaft.
Jika terjadi getaran resonan antara getaran crankshaft dan getaran pembakaran akan
membangkitkan getaran yang lebih kuat dan bisa mengganggu gerakan crankshaft.
Dipasangnya vibration damper, antara lain rubber damper dan viscous damper yang
menggunakan silicon oil high viscosity. Damper rubber atau viscous memafaatkan
inertia dari pemberatnya dan inertia dari crankshaft untuk mengimbang getaran vibrasi
atau perbedaan kecepatan dari crankshaft (inertia mempererat/merubah gaya puntir
menjadi gaya gesekan).
A. Rubber damper
1. Crankshaft.
2. Elastic rubber.
3. Hub
B. Viscous damper.
4. Damper case
5. Inertia ring
4. Silicon oil
Dibawah ini terdapat gambar cankshaft dan data- data pegukuran untuk engine
6D 125 dan 170 - 1 series.
170 series.
e. Memperbaiki lebar bidang dari main journal dan pin journal dengan grinding.
Bila memperbaiki permukaan main journal dan pin journal batas ketebalannya yang
digrinding harus minimum.
Lebar crank pin journal.
Jika memotong satu sisi saja : Standard 72 + 0.075 mm
Limit 74.500 mm
G. CAMSHAFT
Camshaft terdiri dari cam gear sebagai penggerak, journal yang didukung oleh bushing
dan cam sebagai pengontrol terbuka dan tertutupnya valve. Jadi camshaft berfungsi
untuk membuka dan menutup valve intake dan valve exhaust sesuai waktu pemasukan
udara, kompresi udara, expansi dan langkah pembuangan.
Pada cummin engine cam shaftnya dilengkapi dengan injector cam untuk langsung ke
crankshaft gear atau melalui idler gear.
Kecepatan putar dari cam shaft sudah diset setengah putaran crankshaft dengan
demikian terbuka dan tertutupnya intake / exhaust valve serta injector bahan bakar
hanya terjadi satu kali pada setiap dua kali putaran crank shaft.
Camshaft dirangkum di dalam cylinder block dan didukung oleh bushing yang duduk
dengan pas pada journal. Dengan adanya bushing memudahkan perbaikan oil clearance
camshaft journal.
Thurst bearing dipasang diantara cam gear dan journal nomor satu untuk melicinkan
gerakan shaft bila ada beban axial yang sering terjadi pada cam shaft.
3. Lubrication Camshaft.
Oil dari pump dialirkan dengan tekanan melalui cylinder block atau main gallery
kemudian masuk ke cam shaft melalui lubang bushing journal.
Bila mengganti bushing harus meluruskan kembali lubang yang ada pada cylinder block
dengan lubang yang ada di bushing dan hindarkan terjadinya bushing mengecil.
4. Lokasi Camshaft.
Camshaft dapat ditempatkan pada cylinder block atau pada cylinder head dan dilengkapi
pengubah putaran dari crankshaft ke cam shaft (gear).
Type dari camshaft yang putaran camnya dihubungkan ke valve melalui tappet, push rod
dan rocker arm, akan terjadi inertia pada mechanism perantara dan membuat valve sulit
mengikuti kecepatan putar cam.
Untuk menjamin berhasilnya kerja valve pada putaran tinggi, mengecilkan jarak antara
cam dengan valve. Dengan cara menemptakan camshaft pada cylinder head atau type
OHC (Overhead Cam) dan menempatkan camshaft diatas cylinder block atau type HC
(Hight Cam).
Pada umumnya pada kendaraan sport memakai type OHC dan DOHC (Double
Overhead Cam) dihubungkan dengan rantai atau belt sebagai penggeraknya.
5. Valve Timing.
Valve timing yang digambarkan diatas menunjukkan waktu terbaik yang dihasilkan oleh
sudut crankshaft sesuai posisi piston yang mana terjadi valve intake dan exhaust terbuka
atau tertutup.
Pembangkitan aliran udara pada saluran intake dan exhaust harus diperhitungkan untuk
mengurangi hambatan terutama pada saluran intake. Juga untuk valve intake / exhaust
ditentukan waktu yang tepat saat terbuka dan tertutupnya. Sehingga menjamin
efektivitas pembakaran fuel.
Pada umumnya valve timing diset seperti dibawah ini :
Intake valve awal terbuka pada 10º - 40º sebelum titik mati atas (BTDC).
Exhaust valve awal terbuka pada 40º - 70º sebelum titik mati bawah (BBDC).
Intake valve tertutup pada 20º - 50º sesudah titik mati bawah (ABDC).
Exhaust valve tertutup pada 10º - 4º sesudah titik mati atas (ATDC).
Untuk mendapatkan valve timing yang paling baik adalah dengan melakukan pengujian
berbagai kondisi baik dalam putaran engine, waktu penyemprotan bahan bakar serta
konstruksi dari valvenya. Juga diperhatikan apakah engine tersebut memakai
turbocharge atau tidak.
Di dalam daerah overlap terjadi kedua valve intake dan exhaust masih terbuka.
Kesalahan pemasangan timing gear atau penyetelan valve akan membuat bekerjanya
valve tidak pada waktu yang tepat. Juga kerusakan timing gear, cam atau tappet dan
kebekokan pada camshaft atau push rod akan merubah valve timing yang terbaik.
Injection bahan bakar untuk engine ditentukan oleh cam follower sedangkan untuk
engine lainnya injeksi bahan bakar ditentukan oleh injection pump.
Injection timing yang digambar diatas menunjukkan waktu yang terbaik dari injection
plunger yang disesuaikan dengan sudut crankshaft yang mana bahan bakar diinjeksikan
dari injector. Pergerakan plunger dikontrol oleh camshaft dan timing gear.
Fungsi dari injection plunger untuk membuka dan menutup saluran bahan bakar
diinjector dan menginjeksikan bahan bakar ke ruang bakar dengan waktu yang tepat
sehingga terjadi pembakaran bahan bakar yang efisien.
Awal dan akhir bekerjanya injeksi diset pada 60º sebelum titik mati atas (BTDC) dan
pada 20º setelah titik mati atas (ATDC). Walaupun injection timing sudah yang terbaik
kita tentukan pada sudut crankshaftnya. Suatu engine masih bergantung pada beberapa
kondisi seperti kecepatan putar engine, Valve timing, konstruksi dari valve system dan
kondisi udara atau atmosfir.
Tappet dan push rod digabung dengan cam shaft, rocker arm dan valve disebut valve
mechanism.
Putaran camshaft dirubah melalui cam menjadi gerakan vertikal pada tappet yang selalu
bersentuhan dengan cam.
Push rod yang digunakan dibuat dari besi batang yang kosong untuk mentransfer gerak
vertikal dari tappet ke rocker arm.
Tappet dan push rod kedua - duanya diangkat oleh cam dan turunnya dengan tenaga
spring. Pergerakan tappet dan push rod sesuai dengan permukaan cam lift. Pada
umumnya cam lift kurang lebih 10 mm.
Tappet dan push rod selalu bergerak vertikal berulang - ulang dengan kecepatan tinggi,
menaikkan inertia membuat keduanya seolah - olah menjadi ringan, sehingga mungkin
perlu mengurangi gaya, benturan, jumping dan suara sekecil mungkin.
Komponen dari valve mechanism selalu mendapat gaya tumbukan pada saat akan
menemukan kembali hubungan mereka dan tetap mengikuti titik ke titik atau garis ke
garis persentuhan.
Dengan demikian bila memeriksa valve mechanism, setiap bentuk permukaan yang
bersentuhan diperiksa dengan penuh setiap lekukannya.
Valve mechanism untuk cummins engine memakai cam follower pengganti tappet yang
digunakan pada engine biasa.
Tappet dari titik ke titik bersentuan dengan cam sedangkan cam follower dari garis ke
garis persentuhannya dengan cam. Sehingga cam follower lebih baik mendapat beban
berat dibanding tappet.
Cummins engine adalah four valve type. Setiap cam menggerakkan dua valve dibantu
dengan cross head untuk membuka atau menutup valve. Juga dengan mechanism yang
sama dengan valve mechanism, digunakan untuk mengontrol injeksi bahan bakar.
Dengan demikian beban setiap cam selalu lebih besar dibanding dengan engine yang
valve mechanism menggunakan tappet. Cummins type V engine, tidak memakai cam
follower mechanism tetapi menggunakan roller yang duduk dibawah setiap tappet.
Sehingga persentuhan dari garis ke garis pada permukaan cam dapat dipertahankan
antara roller dan cam.
Struktur dan fungsi dari cam follower dan push rod serta komponen lainnya sama
dengan engine yang menggunakan tappet dan push rod lainnya.
Disebelah terdapat gambar dan data - data pengukuran cam shaft dan cam follower.
Data- data pengukuran cam shaft dan cam follower sebagai berikut:
6D125 SERIES
170 SERIES
H. CAM FOLLOWER.
I. PUSH ROD.
J. TIMING GEAR
Timing gear secara umum diartikan suatu gigi penghubung yang dilengkapi untuk
mentransfer putaran crankshaft ke perlengkapan engine dan lain - lainnya yang
membutuhkan tenaga putar. Jumlah gigi dan susunannya bergantung dari engine model.
Timing gear terdiri dari beberapa gigi penggerak yang berputar bersama shaft yang
langsung berhubungan dengan masing - masing shaft penggerak dan beberapa idler gear
yang dipasang hanya untuk merubah arah putaran atau untuk mentransfer tenaga putaran
ke gigi selanjutnya.
Struktur utama dari timing gear adalah cam gear, injection pump gear, accesory gear
(cummins), oil pump driving gear, balancer shaft gear dan crank pulley gear.
Setiap idler gear dipegang dengan shaft yang duduk diam pada cylinder block dan
bushing dipress padat pada gear untuk melembutkan gesekan yang terjadi diantara shaft
dan gear.
Thrust plate dipasang pada cam gear. Balancer shaft dan idler gear yang sering
mendapat beban axial.
2. Timing Mark.
Timing gear dan injection pump driving gear menentukan valve timing dan injection
timing. Untuk memudahkan diset sudut crankshaft pada posisi piston top dan crankshaft
gear, idler gear dan gigi penggerak lainnya disearahkan tandanya (timing marks).
Crankshaft gear, idler gear dan balancer shaft gear juga mempunyai timing marks
(tanda) yang digunakan untuk memposisikan arah yang berlawanan antara shaft kiri dan
kanan sesuai dengan beban esentriknya. Jika timing mark tidak tepat ini adalah suatu
kelalaian, jadi bila memasang timing gear, perhatikan benar - benar valve timing,
injection timing dan fungsi balance shaft. Karena tidak hanya menyebabkan gagalnya
mencapai performance engine, tetapi bisa menyebabkan masalah pada engine.
Putaran timing gear :
1. Piston.
2. Top ring.
3. Second ring.
4. Oil ring.
5. Piston ring.
6. Snap ring.
7. Connecting rod bushing.
8. Connecting rod.
9. Connecting rod bearing.
10. Connecting rod bearing.
11. Crankshaft.
12. Connecting rod cap.
Piston dan connecting rod adalah dikombinasikan dengan crankshaft sebagai komponen
utama yang bergerak dalam engine. Piston digerakkan oleh tekanan pembakaran yang
dihasilkan di dalam cylinder dan gerakan vertikal dari piston dirubah melalui connecting
rod menjadi gerak putar pada crank shaft.
Bagian atas dari piston sebagai combustion chamber yang bekerja berfungsi untuk
mencegah kebocoran udara dan gas pembakaran.
Bagian ujung atas dari con rod dihubungkan pada piston melalui pin piston dan bekerja
secara vertikal. Sedangkan bagian ujung bawah con rod dihubungkan dengan crankshaft
dipegang dengan con rod cap dan bekerja merubah gerakan putar.
Hubungan setiap ujung - ujung con rod bekerja dengan beban gesek yang sangat besar.
Untuk meredam gesekan yang begitu keras, pada bagian upper end (small boss) con rod
yang akan dihubungkan ke pin piston dipasang bushing yang dipress padat. Sedangkan
pada bagian lower end (large boss) con rod yang akan dihubungkan ke crankshaft
dipasang bearing yang dibuat sama bahannya dengan main bearing.
2. Piston.
Piston adalah yang langsung berhubungan dengan gas pembakar dan menerima
beban berat yang disebabkan tekanan pembakaran dan bergerak dengan kecepatan
tinggi yang berulang - ulang. Selanjutnya piston menahan udara kompresi dan rapat
dengan cylinder liner maka menderita beban gesek yang keras selama dalam
pergerakan yang cepat.
Piston tidak tahan dengan kondisi kerja yang berat sehingga mempengaruhi umur
engine.
Piston harus memiliki syarat - syarat dibawah ini :
1. Memiliki kemampuan tahan terhadap panas dan mengendalikan panas.
2. Memiliki berat yang sedang (tidak menghasilkan inertia yang besar pada
kecepatan tinggi).
3. Memiliki pemuaian yang kecil dari akibat panas.
4. Memiliki kestabilan yang tinggi (faktor kelelahan material besar) tidak
mudah aus dan mempunyai kekuatan yang besar.
Untuk memenuhi kebutuhan diatas, piston dibuat dari allumunium alloy terdiri dari
Silikon (Si), Nickel (Ni), Copper (Cu) dan lain - lainnya.
Pada umumya yang terbanyak dipakai material piston terdiri dari nickel
allumunium alloy called Lo-ex, yang direncakan dengan spesifik gravity rendah
(diatas 27), tahan terhadap panas yag tinggi dan menyalurkan dengan cepat.
Bagian atas dari piston bekerja sama dengan cylinder head dan cylinder liner
sebagai combustion chamber. Untuk memperbaiki percampuran udara masuk
dengan bahan bakar, dibuat bermacam bentuk permukaan kepala piston.
Memilih permukaan piston top tergantung dari sistem pembakaran type dari nozzle,
sudut penyemprotan bahan bakar dan sistem lainnya. Bermacam-macam bentuk
kepala piston yang dipakai pada Komatsu engine seperti dibawah ini :
Piston dihubungkan dengan connecting rod melalui pin piston untuk mentransfer
tenaga, dan ketebalan sisi dalam piston ditambah untuk menambah kekuatan pada
sisi samping tempat kedudukan pin piston. Sehubungan dengan itu, crosssection
dari piston dibuat dalam bentuk elliptical yang mana pada arah pin piston
diameternmya lebih kecil dibanding dengan diameter yang tegak lurus dengan pin
piston. Kenaikan temperatur (300º - 350 ºC pada top piston dan lebih kurang 150
ºC pada bagian tengah piston), cross section yang berbentuk elliptical akan tercapai
menjadi benar - benar bulat (berdiameter sama). Juga pada kepala piston yang
mengecil diameternya, akan menjadi sama besar akibat pemuaian dan perbedaan
temperatur antara atas dan bawah piston.
Oleh sebab itu bila mengukur diameter piston, arah dan posisinya disesuaikan
dengan spesifikasi pada maintenance standard.
Jika piston overheat, akan terjadi pemuaian yang berlebihan pada piston dan terjadi
carbonization pada oil pelumas kemudian menyebabkan macet dan melekatnya
permukaan yang bergesekan dan keretakan atau terbakar pada kepala piston.
Dengan demikian panas yang diterima piston dari gas pembakaran harus secepatnya
disebarkan.
Penyerapan panas dari allumunium alloy pada piston tiga kali lebih tinggi dibanding
cast iron.. Pemindahan panas ke permukaan liner dan oil pelumas melalui sisi
bawah dari piston.
Dengan bentuk, beraneka ragan yang dirancang pada piston, tidak hanya menambah
kekuatan, tetapi juga untuk meningkatkan penyebaran panas. Bentuk dari cross
section piston disebut thermal flow type yang direncanakan sebagai penghantar
panas yang tinggi.
Permukaan luar dari piston tidak banyak efeknya terhadap kekuatan piston tetapi
sangat penting sebagai ujung - ujung penghantar panas dan pelumasan.
e. Piston cooling.
Direct combustion chamber Water-cooled Alumunium alloy 330 ~ 360 200 ~ 220 140 ~ 160 110 ~ 130
Direct combustion chamber Water-cooled Cast iron 400 ~ 440 340 ~ 380 150 ~ 170 110 ~ 140
Air Chamber Water-cooled Alumunium alloy 330 ~ 380 220 ~ 270 140 ~ 160 110 ~ 130
Precombustion chamber Water-cooled Alumunium alloy 360 ~ 440 230 ~ 310 150 ~ 200 110 ~ 130
3. Piston Pin.
1. Piston.
2. Piston pin.
3. Snap ring.
4. Connecting rod bushing.
5. Connecting rod.
Piston pin selalu bekerja berat dan menerima beban yang berulang - ulang yang
disebabkan tekanan pembakaran di dalam cylinder dan inertia menggerakkan
piston. Permukaan pin piston bergesekan dengan tekanan yang besar pada piston
dan bushing con rod. Dengan demikian pin harus mempunyai kekuatan bengkok
yang besar dan tidak mudah aus. Untuk itu memenuhi kebutuhan tersebut piston pin
dibuat dari baja special dengan carbon rendah yang memiliki kekerasan tinggi dan
permukaannya diperkeras dengan induction quenching atau carbonizing.
Piston dan piston pin sering beradu berulang - ulang dengan masing komponen
harus dicegah berubahnya clearance, sehingga pelumasan pin tetap bekerja efektif.
Juga perlu dipertimbangkan clearance tidak berubah aiibat perubahan temperatur.
Karena adanya perbedaan (pemuaian akibat panas pada piston 1.5 kali lebih besar
dari pin piston). Oleh sebab itu bila memasang pin piston sebaiknya dipanaskan
terlebih dahulu.
4. Ring Piston.
Fungsi dari piston ring adalah menahan tekanan gas kompresi di dalam cylinder,
menjaga ketebalan oil film pada dinding cylinder dan mentransfer panas dari piston
ke cylinder liner. Ring bagian atas disebut ring kompresi yang bekerja mencegah
kebocoran gas kompresi. Dan ring bagian bawah disebut ring oil yang bekerja
menjaga oil film. Bertambah tekanan gas kompresi akan mempercepat keausan ring
piston dan mengurangi tenaga engine. Serta menambah besar oil konsumsi.
Piston ring sering menerima temperatur tinggi dan tekanan, gesekan dengan
kecepatan tinggi dan hentakan yang disebabkan gerakan reciprocating dari piston.
Untuk mengatasi kondisi yang demikian piston ring dibuat dari special cast iron
yang memiliki ketahanan terhadap panas yang tinggi.
Selanjutnya untuk menambah ketahanan terhadap gesekan, pada umumnya ring
piston dilapisi dengan chrome platina pada lingkaran luarnya.
Bermacam - macam bentuk dari ring piston untuk memenuhi berbagai kebutuhan
termasuk mencegah kebocoran kompresi, memperkecil bergetarnya ring di dalam
groove selama piston bergerak reciprocating, memperbaiki efetivitas pengikisan oil
dari dinding cylinder, tahan terhadap gesekan, bereaksi dengan cepat, mencegahnya
masuknya benda asing melalui ring ke dalam groove.
Dibawah ini gambar piston, ring piston dan data- data pengukuran untuk engine 6D
125 dan 6D 170 series.
170 - 3 SERIES.
6D 125 – 1 SERIES
5. Connecting rod.
Bolt connecting rod melayani untuk merapatkan con rod cap yang menghubungkan
connecting rod dengan crankshaft. Bolt selalu menderita beban tegangan tinggi
yang berulang - ulang yag disebabkan inertia dari piston dan connecting rod,
ditambah beban tegangan yang untuk merapatkan cap.
Untuk dapat menahan kondisi beban yang demikian bolt con rod dibuat sama
dengan bolt cylinder head dan main bearing bolt. Untuk menjamin kekuatan bolt,
selama pengencangan bolt harus diberi tanda sampai kekencangan yang diinginkan
sehingga diperoleh tightening torque yang baik. Dan bila terdapat cacat pada bolt
dan kerusakan berat akan membuat tidak tercapainya tightening bolt yang baik.
Connecting rod assembly bergerak reciprocating dengan kecepatan tinggi sehingga
bila tidak tepat beratnya akan berpengaruh besar pada engine balancer. Berat
connecting rod assembly harus dipelihara tetap pada spesifik tolarace dan
perbedaan berat antara connecting rod satu dengan lainnya di dalam engine tidak
boleh melebihi batas yang diizinkan.
CONNECTING ROD.
CONNECTING ROD.
6D 125 – 1 SERIES.
6D 170 – 3 SERIES
L. FLYWHEEL
1. Flywheel.
Fly wheel terpasang di belakang crankshaft yang diikat dengan bolt untuk mentransfer
putaran engine ke power train atau lainnya. Awalnya engine power dihasilkan hanya di
dalam combustion strock pada masing - masing cylinder, yang menyebabkan
terjadinya torque yang bervariasi pada crankshaft dan ditrasnfer ke fly wheel.
Dengan adanya inertia yang besar pada flywheel, torque yang tidak sama diterima dari
crankshaft akan menjadi hampir sama dan rata pada putaran fly wheel atau dengan
inertia putar dari fly wheel dapat mengisi kekosongan gerak putar dari crankshaft.
2. Ring gear.
Ring gear terpasang melingkar pada lingkaran luar dari flywheel yang digunakan
apabila engine diputar oleh starting motor untuk memutar engine.
Fly wheel housing terpasang di bagian belakang cylinder block menyekat engine bagian
dalam daya dengan komponen luar dan melindungi putaran dari fly wheel.
Bracket bagian belakang engine terpasang pada fly wheel housing atau dicetak menjadi
satu dengan housing yang digunakan untuk mounting engine ke chasis.
4. Rear seal.
Rear seal terpasang pada fly wheel housing yang bekerja menyekat komponen yang
bergerak pada crankshaft (lihat pada crankshaft oil seal dan wear ring).
Ada dua jenis rear seal, single lip type seal dan double lip type seal.
Sebaiknya menggunakan double lip seal, tetapi hati - hati dalam pemasangannya jangan
sampai lipnya terlipat keluar mengakibatkan oil bocor dan lip menjadi rusak. Sebaiknya
selama dalam pengetesan engine menggubnakan single lip type seal dan setelah selesai
test diganti double lip type seal.
Disebelah terdapat gambar fly wheel dan data - data pengukurannya untuk engine
6D125 dan 6D170 Series.
Dibawah ini gambar flywheel dan data- data pengukuran untuk engine 60 125
dan 60 170 series.
6D125 – 1 SERIES
Konsentrasi beban eksentrik pada crankshaft menimbulkan gaya sentrifugal pada saat
berputar dan membangkitkan vibrasi.
Amplitude dari vibrasi semakin besar yang menghasilkan secondary vibrasi jika
frekwensi vibrasi yang terjadi sama dengan frekwensi pembakaran.
(Vibrasi yang dihasilkan bisa dua kali lebih besar dari putaran crankshaft bila engine
empat cylinder).
Untuk meredam secondary vibrasi dapat dilakukan dua cara. Pertama menggunakan
peredam vibrasi di bagian dalam engine dan lainnya peredam vibrasi di bagian luar
engine (bagian dari mounting engine).
Balancer shaft salah satu komponen yang digunakan dari peredam di dalam engine.
Balancer shaft ada dua buah yang ditempatkan sejajar di kanan dan kiri crankshaft dan
berputar dua kali lebih besar dari putaran crankshaft.
Banyak engine kendaraan menggunakan sejenis balancer shaft, untuk menghaluskan
suara engine.
M. BALANCER SHAFT.
Balancer shaft terdiri dari dua shaft yang dipasang di bagian sisi bawah dari cylinder
block yang didukung beberapa bushing.
Tenaga penggerak dari balancer shaft diambil dari crank shaft gear melalui idler gear
diteruskan ke balancer gear.
Balancer shaft bearing selalu mendapatkan beban gesek yang eksentrik dari shaft dan
berputar dua kali lebih besar dari crankshaft, dengan demikian harus ditambah daya
tahan terhadap gesekan dengan induction quenching.
Perhatikan jangan sampai salah pemasangan shaft kanan atau shat kiri dan jangan kupa
meluruskan tanda pada gear shaft jika terjadi kesalahan akan memperbesar vibrasi
engine.
PTO (power take off) gear dilengkapi untuk mengambil langsung tenaga putar dari
engine yang menggerakkan perlengkapan tambahan atau peralatan kerja unit
PTO gear ditempatkan di dalam flywheel housing di bagian belakang engine.
Perlengkapan utama yang digerakkan PTO adalah hydraulic pump, steering pump dan
transmission pump.
Pengambilan langsung tenaga putar dari engine, untuk menggerakkan perlengkapan
kerja unit disebut RPCU (Rear mounted Power Control Unit).
Di dalam PTO system, putaran crankshaft gear dipindahkan melalui idler gear dan drive
gear PTO masing-masing duduk pada drive shaft.
Pelumasan PTO gear mengambil sebagian dari aliran oil di dalam transmission atau
torque converter circuit yang dialirkan melalui pipa ke bagian atas flywheel housing dan
kemudian dibagi - bagi lagi melalui pipa kecil ke masing - masing PTO gear.
Jika terpaksa menghidupkan engine dengan waktu lama sewaktu melakukan testing
engine tanpa pelumasan PTO, sebaiknya PTO system dilepas (atau dilepas PTO idler
gear).
A. FUEL SYSTEM.
Diesel Engine dapat beroperasi karena adanya pembakaran bahan bakar di dalam ruang
bakar. Hasil pembakaran tersebut menghasilkan panas yang digunakan untuk mendorong
piston ke bawah dan pada akhirnya dapat menghasilkan gaya putar pada crankshaft. Bahan
bakar pada diesel engine diinjeksikan dengan tekanan yang cukup tinggi, sehingga
menghasilkan partikel-partikel bahan bakar yang sangat lembut dan dengan cepat bercampur
dengan udara yang sudah dikompresikan hingga mencapai temperatur tertentu.. Bahan bakar
tersebut diinjeksikan pada waktu, tekanan, dan jumlah yang tepat. Proses tersebut dilakukan
sepenuhnya oleh sistem bahan bakar pada engine.
Gambaran umum dari sistem bahan bakar pada diesel engine ditunjukkan dengan gambar
berikut ini.
Bahan bakar dari tanki bahan bakar (fuel tank) dipompa oleh feed pump untuk dikirimkan
ke saringan bahan bakar (fuel filter). Di dalam fuel filter, bahan bakar disaring terlebih
dahulu agar jangan sampai kotoran ikut bersirkulasi ke dalam sistem bahan bakar. Bahan
bakar yang dipompakan oleh feed pump diatur tekanannya dengan menggunakan overflow
valve (pada beberapa model ada yang megunakan dua buah overvlow valve sekaligus).
Bahan bakar dikompres oleh pompa injeksi dan diinjeksikan ke dalam ruang bakar pada
tekanan 80-300 kg/cm2 melalui pipa nozzle, nozzle holder dan injection nozzle.
Komponen timer yang terletak di bagian depan dari pompa injeksi berfungsi untk
mengatur waktu penginjeksian bahan bakar ke dalam ruang bakar sesuai dengan kecepatan
putar engine. Governor yang terletak di bagian belakang dari pompa injeksi
berfungsi untuk menstabilkan kecepatan putar engine dengan cara mengontrol jumlah
bahan bakar yang diinjeksikan ke dalam ruang bakar.
Pada umumnya jumlah bahan bakar yang dikirim oleh feed pump lebih banyak
dibandingkan dengan jumlah bahan bakar yang diinjeksikan oleh pompa injeksi, kelebihan
bakar tersebut akan dikembalikan lagi ke tanki bahan bakar melalui saringan bahan bakar.
Pompa injeksi bahan bakar (Fuel Injection Pump) berfungsi untuk mensuplai bahan
bakar ke ruang bakar melalui nozzle dengan tekanan tinggi (max 300 kg/cm2). Bahan
bakar yang diinjeksikan dengan tekanan tinggi tersebut akan membentuk kabut
dengan partikel-partikel bahan bakar yang sangat halus sehingga mudah bercampur
dengan udara.
L
Lokasi pompa injeksi bahan bakar
Pompa bahan bakar yang umum digunakan pada diesel engine putaran tinggi untuk
automobile dan mesin-mesin konstruksi adalah tipe jerk pump system. Jerk berarti
bergerak ke atas. Hal ini dikarenakan pompa ini menggunakan plunger yang bergerak ke
atas pada saat memompa bahan bakar ke ruang bakar engine. Jerk pump system dapat
diklasifikasikan sebagai berikut:
In-line type
Distributor
type
Central type
V-type
Jerk pump
Parallel type
system
Single type
Separate type
Unit Injector
Berikut ini kode model untuk pompa injeksi tipe in-line (Bosch type)
Semua model dari pompa injeksi bahan bakar pada dasarnya memilki struktur dan cara
kerja yang sama. Berikut ini akan ditunjukkan beberapa contoh struktur dan cara kerja
dari beberapa model pompa injeksi bahan bakar model A, model B, dan model P).
Bagian atas plunger (lead) terdapat suatu alur yang dinamakan dengan helical
groove atau control groove yang berfungsi untuk mengatur banyaknya jumlah
bahan bakar yang akan disuplai ke ruang bakar engine. Macam-macam dari bentuk
alur yang terdapat pada kepala plunger ditunjukkan pada gambar di bawah ini.
Pada gambar di atas ditunjukkan bahwa masing-masing tipe plunger memilki bentuk
kepala plunger yang berbeda-beda.
Kepala plunger atau lead dibagi menjadi dua tipe, yaitu right lead plunger dan left
lead plunger.
Pada right lead plunger, ketika plunger tersebut digerakkan ke kanan (searah jarum
jam) (jika dilihat dari bawah plunger), jumlah bahan bakar yang disuplai akan
meningkat. Pada left lead plunger, ketika plunger tersebut digerakkan ke kiri
(berlawanan dengan arah jarum jam) jika dilihat dari bawah, maka suplai bahan bakar
akan meningkat.
Huruf R (right lead) dan huruf L (left lead) diukir pada bagian plunger sehingga kedua
tipe plunger tersebut dapat diidentifikasi.
Kepala plunger pada model B yang ditunjukkan pada gambar di atas mempunyai
bentuk alur yang dinamakan dengan spiral control groove. Sedangkan pada model A
dan P dinamakan straight groove.
Bahan bakar mulai diinjeksikan ketika plunger bergerak naik dan menutup dengan
sempurna lubang inlet port pada plunger barrel (lihat gambar pada poin c).
penginjeksian bahan bakar berakhir ketika kepala plunger berhubungan dengan lubang
outlet port (lihat gambar pada poin d). Pada pompa injeksi model A hanya memilki
satu buah lubang saja yang digunakan sebagai tempat keluar dan masuknya bahan
bakar (inlet port dan outlet port). Jarak pergerakan plunger selama melakukan
proses pengiriman bahan bakar ini disebut sebagai langkah efektif (efective stroke).
Jumlah bahan bakar yang diinjeksikan (setiap pergerakan plunger) akan meningkat
atau menurun jika terjadi perubahan pada besarnya langkah efektif plunger tersebut.
Langkah efektif ditentukan oleh posisi relativ antara plunger dan barrel, dimana
plunger barrel akan dalam posisi tetap sementara plunger akan bergerak naik-turun dan
berputar.
Fungsi utama dari delivery valve adalah untuk mencegah aliran balik dan mengatur
tekanan sisa bahan bakar. Ketika plunger pada pompa injeksi telah mencapai posisi
titik mati atas, maka proses penginjeksian bahan bakar telah berakhir. Jika plunger
dan pipa nozzle (pipa dengan tekanan tinggi) dihubungkan secara langsung, maka
bahan bakar yang terdapat di dalam pipa nozzle akan terhisap ke arah pompa
injeksi pada saat plunger bergerak turun. Jika hal ini terjadi maka akan berakibat
terjadinya keterlambatan penginjeksian bahan bakar (akan terdapat jeda waktu
yang cukup lama antara saat dimulainya pengiriman bahan bakar oleh plunger
dengan saat dimulainya penginjeksian bahan bakar oleh nozzle) pada saat siklus
berikutnya. Untuk mencegah hal ini, maka dipasanglang delivary valve diantara
plunger dengan pipa nozzle. Delivery valve akan memutuskan hubungan antara
plunger dengan pipa nozzle pada saat proses penginjeksian bahan bakar berakhir,
untuk menghentikan seluruhnya aliran balik dari pipa.
Delivery valve juga berfungsi untuk mencegah adanya tekanan sisa pada pipa saat
penginjeksian berakhir. Tekanan sisa yang terdapat pada pipa nozzle jika dibiarkan
akan berakibat bahan bakar yang diijeksikan oleh nozzle tidak akan berhenti dalam
waktu yang tepat (terjadi keterlambatan waktu berakhirnya penginjeksian oleh
nozzle). Kejadian ini akan menimbulkan tetesan (dribbling) bahan bakar dan
terjadinya penginjeksian kedua (secodary injection). Untuk mencegah hal ini, delivery
valve akan mengatur tekanan sisa pada pipa nozzle pada level yang tepat dengan cara
menarik/menghisap bahan bakar tersebut. Proses penginjeksian bahan bakar akan
berakhir pada saat retraction piston menutup lubang pada valve seat. Berakhirnya
penginjeksian bahan bakar merupakan awal dari proses penarikan bahan bakar
(retraction). Pada proses retraction inilah terjadinya penurunan tekanan pada pipa
nozzle, sehingga proses penetesan bahan bakar (dribling) dan penginjeksian kedua
(secondary injection) dapat dicegah. Proses bekerjanya delivery valve dapat dilihat
pada gambar berikut ini.
Camshaft pada pompa injeksi bahan bakar digerakkan oleh roda gigi penggerak pada
engine. Pada diesel engine 4 langkah, besarnya kecepatan putar camshaft pada
pompa bahan bakar ½ putaran crankshaft pada engine. Pada diesel engine 2 langkah,
besarnya kecepatan putar camsahft pada pompa bahan bakar sama dengan putarn
crankshaft pada engine. Sebuah camshaft memilki beberapa cam sesuai dengan
jumlah silinder pada engine. Sejumlah cam pada camshaft disusun berdasarkan urutan
pembakaran pada silinder. Plunger pada pompa injeksi bahan bakar akan bergerak
naik-turun oleh adanya perputarn dari camshaft ini.
Berikut ini ditunjukkan berbagai macam bentuk cam yang digunakan pada sebuah
camshaft. Penggunaan bentuk cam disesuaikan dengan spesifikasi sebuah engine.
Governor
Fungsi Governor
Meskipun akselerator dipertahankan pada posisi yang sama, engine tidak dapat menjaga
putarannya dalam kondisi idling (tanpa beban) tanpa dikontrol oleh governor. Governor
berfungsi untuk:
Menjaga kecepatan putaran engine pada saat kondisi idling (low speed control
function)
Menjaga kecepatan maksimum engine (high speed control function)
Menjaga kecepatan engine yang disesuaikan dengan beban (intermediate speed
control function)
Klasifikasi Governor
Limit speed
governor
Classification by All-speed
usage governor
Dual -purpose
governor
Limit speed
control
Governor Mechanical
governor
All speed control
Pneumatic
All speed control
governor
Clasification
operating
Combined
principle
governor
Hydraulic
All speed control
governor
Klasifikasi governor
Mechanical governor
Mechanical governor dibagi menjadi dua tipe yaitu, limit speed control dan all speed
control. Tipe ini menggunakan
gaya sentrifugal dari dua buah
pemberat untuk mengerakkan
control rack yang mengatur jumlah
bahan bakar yang diinjeksikan ke
ruang bakar.
Di samping ini ditunjukkan
gambar prinsip kerja dari sebuah
mechanical governor. Jika dua
buah pemberat diikatkan ke sebuah
poros dan poros tersebut diputar,
maka pemberat tersebut akan
berusaha untuk bergerak ke luar
(sesuai dengan anak panah). Gaya
ini disebut dengan gaya sentrifugal.
Gaya sentrifugal akan meningkat seiring dengan meningkatnya putaran poros dan
begitu pula sebaliknya. Ketika pemberat bergerak keluar hal ini mengakibatkan titik
B terdorong ke arah kanan melawan gaya pegas. Pergerakan titik B akan
berhenti jika sudah terjadi kesetimbangan antara gaya sentrifugal dan gaya
pegas. Titik B dihubungkan dengan control rack pada pompa injeksi bahan bakar.
Jadi ketika titi B bergerak akan menggerakkan control rack, control rack akan
mengatur banyaknya jumlah bahan bakar yang diinjeksikan.
Pneumatic governor
Pneumaric governor merupakan tipe all speed governor, dimana governor ini
mengontrol kecepatan putar engine dari kecepatan rendah hingga kecepatan tinggi.
Cara kerja dari pneumatic governor ini menerapkan teori Bernoulli: “ketika udara
mengalir dan melewati sebuah pipa dengan kecepatan dan tekanan yang tetap,
kecepatannya akan meningkat dan tekanannya akan menurun bilamana udara
tersebut melewati sebuah pipa yang berdiameter kecil.
Di samping ini ditunjukkan gambar dari
prinsip kerja pneumatic governor. Pada
pneumatic governor memiliki sebuah
venturi unit yang dipasang pada inlet
manifold dan governor unit yang
dipasang pada bagian belakang pompa
injeksi bahan bakar. Antara venturi unit
dan governor unit keduanya
dihubungkan oleh sebuah pipa
berlubang.
Pada saat negative pressure di chamber
meningkat (karena aliran udara pada
venturi unit meningkat), maka control
rack akan bergerak ke kiri yang
menyebabkan berkurangnya jumlah
bahan bakar yang diinjeksikan ke
ruang bakar. Sebaliknya, jika negative
pressure di chamber menurun (karena
aliran udara pada venturi unit
menurun), maka control rack akan
bergerak ke kanan dan menyebabkan
suplai bahan bakar yang diinjeksikan menurun. Dengan kata lain, governor
beroperasi guna menjaga control rack selalu dalam posisi tetap (untuk menjaga
kecepatan putar engine selalu konstan) dengan cara mengatur keseimbangan antara
negative pressure dan ketegangan pegas.
Combined governor
Governor tipe ini merupakan gabungan anatara mekanikal governor dan pneumatic
governor. Pada kecepatan putaran engine rendah dan sedang dikontrol oleh
pneumatic governor, dan pada saat kecepatan putar engine maksimum dikontrol oleh
mekanikal governor.
Hydraulic governor
Pada governor tipe ini, pengontrolan jumlah bahan bakar yang diinjeksikan
diatur oleh tekanan hidrolik.
Electronic governor
Electronic governor dilengkapi dengan sebuah microcomputer yang berfungsi untuk
mengatur seberapa besar pergerakan dari control rack. Di dalam governor unit
terdapat sebuah DC liniear motor yang berfungsi untuk mengatur besarnya
pergerakkan dari control rack.
Berikut ini kode model untuk governor. Kode model ini sesuai dengan name
plate yang tertera pada rumah governor.
Pada gambar di atas, gaya penekanan dari governor spring sangat kuat, sehingga
mampu mendorong shifter ke kiri. Besarnya gaya sentrifugal yang ditimbulkan oleh
flyweight mengikuti besarnya kecepatan putar engine, semakin besar kecepatan putar
engine, maka secara proportional gaya sentrifugal yang ditimbulkan oleh flyweight
juga akan meningkat. Ketika gaya sentrifugal pada flyweight lebih besar daripada gaya
penekanan governor spring, maka shifter akan terdorong ke arah kanan yang
mengakibatkan control rack bergerak ke arah peningkatan penginjeksian bahan
bakar. Shifter akan berhenti bergerak manakala sudah dicapai keseimbangan antara
gaya sentrifugal flyweight dengan gaya penekanan pada governor spring.
Pada kurva (A) ditunjukkan hubungan antara posisi control rack dengan kecepatan
atau diistilahkan dengan kurva karakteristik pengontrolan, dimana pada kurva
tersebut ditunjukkan bahwa pada saat putaran engine masih rendah, bahan bakar
yang diijeksikan oleh pompa injeksi akan besar dan pada suatu titik kecepatan
tertentu, bahan bakar yang diinjeksikan akan mualai menurun. Jika kecepatan putaran
engine pada titik tersebut masih mengalami peningkatan, maka jumlah bahan bakar
yang diijeksikanpun juga akan mengalami penurunan sampai tidak ada bahan bakar
yang diinjeksikan sama sekali (engine berhenti).
Pada kurva (A) hanya ditampilkan satu garis kurva saja, tetapi bagaimanapun juga
pada prakteknya tidak demikian. Semua kombinasi garis akan dimungkinkan terjadi
pada saat engine tersebut dioperasikan, seperti yang akan dijelaskan berikut ini.
Merubah besarnya gaya penekanan pada governor spring. Besarnya gaya
penekanan yang dihasilkan dari governor spring dapat dirubah dengan cara merubah
posisi dari control lever (B) dan menempatkannya pada posisi tertentu. Jika kita
menggerakkan control lever ke arah kiri (searah dengan arah jarum jam), maka
besarnya gaya penekanan pada governor spring akan meningkat, demikian juga
sebaliknya jika kita gerakkan control lever ke arah kanan, besarnya gaya penekanan
pada governor spring akan menurun.
Pada saat control lever digerakkan ke arah kanan, maka gaya yang dibutuhkan oleh
flyweight untuk menekan shifter ke arah kanan akan besar. Semakin ke kanan,
flyweight akan berusaha dengan gaya yang sangat besar pula untuk mendorong shifter.
Karakteristik pengontrolan seperti ini dapat ditunjukkan pada kurva (B). Pada saat kita
melakukan variasi perpindahan posisi control lever, maka akan didapatkan juga
berbagai variasi pengontrolan untuk masing-masing kecepatan. Karakteristik
pengontrolan seperti ini dinamakan dengan all speed governor characteristic.
Menggerakkan bagian bawah dari floating lever ke arah kiri dan kanan. Floating
lever yang dihubungkan dengan shifter pada governor dapat digerakkan ke arah kiri
maupun ke arah kanan dengan cara mengoperasikan load control lever (C) dengan
menggunakan accelerator pedal. Pergerakkan dari floating lever akan merubah posisi
dari control rack, dan jumlah penginjeksian bahan bakar akan berubah juga.
Pada saat load control lever digerakkan ke arah kanan (searah jarum jam), maka
floating lever akan bergerak ke arah kiri dan control rack akan bergerak untuk
mengurangi jumlah bahan bakar yang diinjeksikan. Demikian juga sebaliknya, jika
control load lever digerakkan ke kiri (berlawanan dengan arah jarum jam), maka
floating lever akan bergerak ke arah kiri dan menarik control rack ke posisi
pengurangan bahan bakar. Karakteristik pengontrolan seperti ini ditunjukkan pada
kurva (C). Karakteristik pengontrolan yang ditunjukkan pada kurva (C) dinamakan
dengan limit speed governor characteristic.
bulldozer, wheel loader, hydraulic excavator, generator set, dan lain-lain. Di bawah
ini ditunjukkan gambar potongan sebuah mecahnical governor tipe RSUV.
Pada gambar yang ditunjukkan di halaman sebelumnya, putaran dari camsahft pada
pompa injeksi diteruskan ke gear shaft pada governor melalui mekanisme roda gigi
untuk meningkatkan kecepatan putarnya (step-up). Di dalam governor terdapat dua
buah flyweight yang diikatkan ke gear shaft. Selain itu juga terdapat sebuah roller
yang dihubungkan ke kedua buah flyweight tersebut dengan menggunakan perantara
dua buah poros. Roller tersebut
akan bersentuhan dengan guide
bush pada bagian ujungnya. Guide
bush akan berputar bersama-sama
dengan flyweight dan juga dapat
bergerak dalam arah aksial.
Guide lever, pada bagian atasnya
diikatkan ke rumah governor
(governor case) dengan meng-
gunakan sebuah pin, dan pada
bagian bawahnya diikatkan ke
shifter. Shifter disatukan dengan
bush, dimana diantara keduanya
dipasang sebuah bantalan, sehingga
guide bush dapat berputar dengan
bebas pada shifter.
Floating lever (ditunjukkan pada
gambar di samping), bagian
tengahnya diikat dengan meng-
gunakan sebuah pin pada guide
lever, pada bagian bawah
diikatkan ke rumah governor dan
bagian atasnya diikatkan dengan
control rack dengan perantara
sebuah link. Bagian atas dari
floating lever diikatkan ke start spring, dimana start spring akan selalu mendorong
bagian atas dari floating lever ke arah penginjeksian bahan bakar maksimum.
Seperti halnya guide lever, pada bagian atas dari tension lever diikatkan dengan
menggunakan sebuah pin ke rumah governor. Bagian atas dari main spring (governor
spring) diikatkan ke swivel lever dan bagian bawahnya diikatkan ke bagian tengan
dari tension lever. Swivel lever menyatu dengan control lever dan dapat bergerak
dalam arah menyudut. Idling sub spring diikatkan ke bagian belakang dari governor
dan berfungsi untuk menstabilkan putaran idling. Full load stopper berfungsi untuk
membatasi pergerakkan dari control rack ke arah penginjeksian bahan bakar
maksimum.
Engine starting
Pada governor tipe ini, pada saat
akan menghidupkan engine, control
lever harus diposisikan ke posisi
START. Posisi control lever yang
seperti ini akan menyebabkan
swivel lever terdorong ke kiri,
sehingga governor spring akan
meregang penuh. Meregangnya
governor spring mengakibatkan
tension lever bergerak/tertarik ke
arah kiri sampai bagian bawahnya
menyentuh full load stopper.
Kemudian shifter akan bergerak
ke arah kiri, dan control rack akan
terdorong oleh floating lever ke
arah peningkatan jumlah bahan
bakar yang diijeksikan, sehingga
engine akan mudah untuk
dihidupkan. Pada posisi seperti ini
akan terdapat celah (clearance)
antara tension lever dan shifter. Celah ini berfungsi untuk mengantisipasi kelebihan
jumlah injeksi bahan bakar. Pada saat terjadi kelebihan penginjeksian bahan bakar,
karena adanya celah tersebut, maka control rack dapat bergerak ke arah minimum
injeksi atau ke posisi idling.
Engine idling
Jika control lever dikembalikan
ke posisi IDLING stelah engine
hidup, maka ketegangan governor
spring akan berkurang, dan
menyebabkan fly weight
mengembang pada saat putaran
rendah. Kemudian shifter akan
bergerak ke kanan mendorong
tension lever sampai menyentuh
idling sub spring. Bergeraknya
tension lever mengakibatkan
floating lever juga bergerak ke arah
kanan dan membawa control rack
ke arah posisi idling. Pada saat
rpm meningkat, fly weight akan
mengembang dan tension lever
terdorong ke kanan, pada saat ini
idling sub spring akan bekerja
untuk menjaga rpm idling
samapai terjadi keseimbangan
antara ketegangan idling sub spring dengan gaya yang ditimbulkan oleh fly weight.
Stopping
Pada saat control lever diposisikan
ke STOP, governor spring akan
bebas, begitu pula dengan tension
lever. Swivel lever memilki sebuah
tonjolan (protusion), sehingga
apabila control lever diarahkan ke
posisi STOP dan swivel lever
bergerak ke arah kanan, tonjolan
pada swivel lever akan mendorong
guide lever ke arah kanan, akibatnya
control rack akan bergerak ke posisi
STOP melalui perantaraan floating
lever.
Torque spring
Engine yang digunakan pada
kendaraan ringan akan mengalami
pembebanan yang bervariasi, kadang
engine tersebut mendapatkan beban berat
dan kadang mendapatkan beban ringan
(lebih sering dalam kondisi berbean
ringan). Kondisi ini sangat berbeda jika
dibandingkan dengan engine yang
digunakan pada mesin-mesin konstruksi.
Engine yang digunakan pada mesin-
mesin konstruksi umumnya selalu
bekerja dalam kondisi berbeban tinggi
dan juga sering terjadi adanya kenaikan
beban yang secara tiba-tiba.
Pada saat sebuah engine mendapat
kenaikan beban secara tiba-tiba, maka
engine tersebut akan secara cepat mengalami stall (engine mati karena kelebihan
beban), hal ini dikarenakan operator tidak memilki cukup waktu untuk memindahkan
posisi gigi transmisi guna menaikkan torsi output.
Bagaimana caranya untuk mencegah hal tersebut? salah satu cara yang dapat
digunakan adalah dengan menggunakan sebuah torque spring. Sebuah torque spring
berfungsi untuk meningkatkan jumlah bahan bakar yang diinjeksikan, sementara itu
control rack bergerak secara perlahan-lahan sehingga engine dapat bertahan pada
saat mendapatkan beban berlebih secara tiba-tiba.
Mari kita asumsikan bahwa control lever pada pompa injeksi dalam posisi tetap
(poin B pada grafik di bawah) dan tiba-tiba engine yang digunakan mendapatkan
beban besar secara tiba-tiba. Jika governor yang digunakan pada sistem bahan bakar
engine tersebut tidak dilengkapi dengan sebuah torque spring, maka control rack
akan bergerak sejauh B-D (control rack akan bergerak ke arah penambahan
jumlah bahan bakar) dan kecepatan putaran engine-nya akan turun, seperti yang
ditunjukkan pada grafik di bawah. Pada kondisi ini, besarnya penurunan kecepatan
adalah sejauh P1. Jika governor yang digunakan pada sistem bahan bakar tersebut
dilengkapi dengan adanya sebuah torque spring, maka control rack akan bergerak
sejauh B-C dan kecepatan engine-nya akan turun sejauh P2.
Pergerakkan control rack pada kedua buah kondisi di atas (antara yang
menggunakan torque spring dan tanpa torque spring) adalah sama, yaitu sejauh S.
Perbedaannya hanya terletak pada kecepatan reduksinya.
Jika beban yang diterima oleh engine sangat kecil pada saat dioperasikan pada poin
B, maka kecepatan putar engine akan meningkat dan governor akan beroperasi tanpa
menggunakan torque spring. Control rack akan bergerak sejauh B-A.
Jika engine dioperasikan pada poin B dan tiba-tiba mendapatkan beban yang
cukup tinggi dan melebihi kapasitas engine, maka beban tersebut akan membuat
kecepatan engine akan menurun dengan cepat (P1) dan governor akan dengan segera
menggerakkan control rack ke arah penambahan bahan bakar. Keadaan seperti itu
akan membuat operator kendaraan tidak memilki kesempatan untuk menurunkan
kecepatan gigi transmisi guna meningkatkan torsi outputnya.
Jika governor dilengkapi dengan adanya torque spring, maka pada keadaan seperti
di atas, control rack akan tidak dapat bergerak dengan cepat untuk meningkatkan
jumlah bahan bakar yang diinjeksikan. Kondisi seperti ini disebabkan oleh adanya
rekasi dari torque spring pada governor. Control rack akan bergerak secara bertahap
dari B ke C dan torsi engine akan meningkat. Kecepatannya akan berkurang sejauh
P2. Kondisi seperti ini akan memberikan cukup waktu buat operator untuk
menurunkan kecepatan gigi transmisi, sehingga dapat dihindari terjadinya stall pada
engine.
Angleich device
Pada umunya, jumlah udara yang dihisap ke dalam silinder pada engine (volume
efficiency) akan mengalami penurunan pada saat engine tersebut mengalami
peningkatan kecepatan, hal ini disebabkan karena adanya kenaikkan hambatan
dan faktor lainnya. Dengan alasan seperti itu, maka jumlah bahan bakar yang
diijeksikan ke dalam ruang bakar harus dikurangi secara proporsional untuk
menghasilkan pembakaran yang sempurna (sehingga tidak dihasilkan asap hitam pada
gas buang).
Di sisi lain, untuk memenuhi daya guna yang dibutuhkan oleh engine, jumlah
bahan bakar yang diinjeksikan harus ditingkatkan pada saat putaran tinggi untuk dapat
dihasilkan daya guna yang tinggi. Dan jumlah bahan bakar yang diijeksikan harus
dikurangi pada saat putaran engine rendah untuk mengatasi timbulnya gas buang
warna hitam.
Untuk mengatasi hal ini maka digunakanlah komponen yang disebut dengan
angleich spring. Komponen ini akan secara otomatis mengatur jumlah bahan bakar
yang diijeksikan sesuai dengan kecepatan engine.
Boost compensator
Sebuah engine yang dilengkapi dengan turbocharger cenderung memilki boost
pressure (tekanan udara masuk) yang rendah pada saat kecepatan engine rendah.
Boost pressure akan meningkat pada saat kecepatan engine miningkat. Dengan alasan
ini, jumlah maksimum bahan bakar yang diinjeksikan ke dalam ruang bakar dapat
dikontrol dengan menggunakan boost pressure. Perlengkapan yang digunakan
dinamakan dengan boost compensator.
Sebuah contoh dari boost compensator ditunjukkan dalam gambar berikut ini.
Pada saat kecepatan engine meningkat, boost pressure pada intake manifold akan
meningkat (volume udara yang masuk ke dalam silinder juga akan meningkat)
dengan adanya turbocharger. Ketika boost preesure melawan gaya dari spring yang
terdapat pada diafragma di dalam boost compensator, diafragma dan push rod akan
didorong dan menyebabkan control rod/rack bergerak ke arah peningkatan
penginjeksian bahan bakar (yang disesuaikan dengan meningkatnya volume yang
masuk di dalam silinder). Dengan demikian penginjeksian bahan bakar akan
meningkat sesuai dengan kebutuhan engine dan akan meningkatkan tenaga engine.
Di atas ditinjukkan struktur dari sebuah electronic governor. Copper plate yang terdapat
di dalam governor berfungsi sebagai sensor posisi dari control rod yang akan
memberikan sinyal balik ke control unit. Sensor ini untuk memastikan bahwa
pergerakkan dari control rod sudah sesuai dengan besarnya sinyal yang diberikan oleh
control unit ke linear DC motor.
Linear DC motor dilengkapi dengan unit magnet yang berfungsi untuk mensuplai
medan magnet, pole unit, dan rangkaian lilitan (coil assembly) yang menghasilkan gerak
naik/turun.
Prinsip kerja dari linear DC motor menggunakan prinsip dasar kaidah “tangan
kanan Fleming”. Ketika arus dialirkan ke lilitan (coil) dengan arah A, gaya magnet akan
ditimbulkan dengan arah C. ketika arus yang dialirkan ke lilitan (coil) dengan arah B,
gaya magnet akan ditimbulkan dengan arah D. Dengan alasan tersebut, maka arah dan
besarnya pergerakkan dari coil assembly dapat diatur dengan cara mengontor arah dan
besarnya arus yang dialirkan ke lilitan (coil).
Linear DC motor
Di dalam fuel feed pump terdapat saluran inlet, saluran outlet (delivery) dan delivery
check valve, piston, push rod yang digerakkan oleh sebuah camshaft pada fuel feed
pump, dan sebuah priming pump yang digunakan untuk memompa bahan bakar selama
engine dalam keadaan tidak dioperasikan.
Proses bekerjanya fuel feed pump ditunjukkan pada gambar di bawah ini. Pada gamabar
ditunjukkan bahwa bekerjanya fuel feed pump terdiri dari tiga proses, yaitu:
Proses pengiriman bahan bakar ke pompa injeksi.
Proses pengambilan bahan bakar dari tanki bahan bakar dan pensuplaian bahan bakar
ke pompa injeksi.
Proses idling
Pada gambar di atas, gambar sebelah kiri menunjukkan proses pengiriman bahan bakar
ke pompa injeksi oleh feed pump. Pada saat sedang berlangsung proses pengiriman
bahan bakar dari fuel feed pump ke pompa injeksi, pus rod akan tertekan ke bawah oleh
dorongan camshaft. Pergerakkan push rod ke bawah akan menekan piston ke bawah,
sehingga bahan bakar yang sebelumnya sudah terdapat di bagian bawah piston akan
tertekan menuju pompa bahan bakar dan bagian atas dari piston melalui check valve
pada sisi delivery.
Pada gambar yang terletak di bagian tengah merupakan gambar proses pengambilan
bahan bakar dari tanki bahan bakar dan sekaligus pengiriman bahan bakar ke pompa
injeksi. Pada kondisi ini, push rod dan piston akan bergerak ke atas akibat dorongan oleh
spring yang terdapat di bagian bawah piston (pergerakkan push rod mengikuti bentuk
cam pada camshaft). Pergerakkan piston ke atas akan menyebabkan terjadinya
kevakuman pada sisi bawah piston, sehingga bahan bakar yang terdapat di tanki bahan
bakar akan terhisap masuk melalui sisi inlet. Selain itu, bahan bakar yang sebelumnya
sudah terdapat pada sisi atas piston akan tertekan dan masuk ke pompa bahan bakar tanpa
melalui check valve.
Pada saat tekanan tinggi terjadi di pompa injeksi, bahan bakar akan menekan piston ke
bawah, sehingga push rod akan bebas bergerak tanpa mempengaruhi pergerakkan dari
piston (seperti ditunjukkan pada gambar sebelah kanan).
Pada kurva (1) ditunjukkan kasus dimana saat injeksi terlalu awal dimana tekanan
dan temperatur pada waktu itu masih rendah. Hal ini menyebabkan waktu tertundanya
pembakaran (ignition lag) terlalu lama. Pembakaran terjadi terlalu awal, dan
berakibat terjadinya tekanan tinggi secara tiba-tiba. Tekanan tinggi yang terjadi
secara tiba-tiba tersebut menyebabkan turunnya effisiensi termal dan daya engine.
Pada kurva (2) ditunjukkan kasus dimana pembakaran terjadi dengan baik,
sehingga akan menghasilkan daya dan efisiensi termal yang tinggi pada engine. Pada
kurva (3) ditunjukkan terjadinya keterlambatan pembakaran, meskipun waktu
pembakaran tundanya (ignition lag) pendek, tetapi pembakaran terjadi pada saat
piston sudah bergerak turun. hal ini akan berakibat menurunnya performa engine.
Pada kurva (4) ditunjukkan kasus terjadinya waktu penginjeksiaan bahan bakar pada
posisi piston tepat berada di Titik Mati Atas (TMA). Hal ini berarti pembakaran terjadi
terlalu lambat.
Guna menjaga agar waktu pembakaran tundanya (ignition lag) selalu dalam kondisi
optimal, maka pada sistem bahan bakar dilengkapi dengan sebuah komponen yang
disebut Mechanical automatic timer. Mechanical automatic timer berfungsi untuk
merubah sudut penginjeksian bahan bakar. Mechanical automatic timer biasanya
digunakan pada pompa injeksi bahan bakar tipe in-line. Komponen ini dipasang pada
bagian depan dari pompa injeksi bahan bakar.
Sebuah timer spring dipasang diantara flange leg (B) dan flyweight holder pin (A).
kondisi timer spring ditentukan sesuai dengan karakteristik dari sudut pengajuan waktu
penginjeksian bahan bakar advanced angle yang disebut dengan istilah advanced
angle (penyetelan beban dapat diatur dengan menggunakan shim) dan diikatkan
diantara (B) dan (A).
Lengkungan (curvature) yang terdapat pada flyweight dibentuk sesuai dengan
advanced angle yang dibutuhkan oleh engine.
Advanced angle dari timer sudah ditentukan, jadi kekuatan spring, kekuatan penggerak
dari pompa injeksi, dan gaya sentrifugal dari flyweight sudan diseimbangkan.
Pada gambar di atas, flyweight akan mengembang ke luar dikarenakan oleh adanya
gaya sentrifugal. Gaya sentrifugal pada flyweight akan semakin besar manakala
kecepatan putar engine semakin tinggi.
Pada konstruksi mechanical automatic timer yang telah ditunjukkan pada gambar
sebelumnya diketeahui bahwa komponen flange legs (B) tidak dapat bergerak sebab
komponen ini merupakan satu kesatuan dengan driving flange. Pada saat putaran
engine tinggi, flyweight mengembang mengikuti bentuk lengkungan dari flange leg (B)
dan melawan kekuatan dari spring timer. Dikarenakan flange leg (B) tidak dapat
bergerak, maka flweight holder pin (A) yang dihubungkan dengan camshaft pompa
bahan bakar akan bergerak ke sisi flange leg (B), yaitu searah dengan putaran camshaft
pompa bahan bakar. Dan pada saat yang bersamaa camshaft berputar.
Dengan kata lain, pada saat kecepatan putar engine meningkat, putaran camshaft akan
dimajukan dengan menggunakan gaya yang dihasilkan oleh penekanan spring.
Injection nozzle merupakan salah satu komponen penting dalam sebuah sistem bahan
bakar yang berfungsi untuk menyemprotkan bahan bakar ke dalam ruang bakar engine,
dalam bentuk butiran-butiran bahan bakar yang sangat lembut.
Ukuran partikel bahan bakar yang disemprotkan/diinjeksikan oleh injection nozzle dan
bagaimana partikel-partikel tersebut bercampur dengan udara mempunyai pengaruh
yang sangat besar terhadap sebuah pembakaran dan akan menentukan performa dari
engine.
Injection nozzle terpasang dengan tetap (fixed) pada nozzle holder, dimana Nozzle
holder terpasang pada cylinder head (ruang bakar).
Injection nozzle yang digunakan pada diesel engine putaran tinggi dioperasikan
secara otomatis dengan menggunakan tekanan hidrolik.
Tipe nozzle dan besarnya tekanan yang digunakan bergantung pada bentuk dari ruang
bakarnya. Berikut ini klasifikasi dari injection nozzle.
Open type
(not used)
Mechanical
Nozzle type (not Hole type (Multiple
Closed type used) hole type) (used for
(Closed valve) direct injection type
type) combustion chamber)
Automatic
Pintle type
type
Pin type (Single hole
type) (used for devide Throttle type
combustion chamber) (develop by
improving the pinttle
type to decrease
diesel knock
Dari klasifikasi injection nozzle di atas, tipe hole dan tipe throttle merupakan tipe nozzle
yang paling luas digunakan pada diesel engine putaran tinggi.
Injection nozzle dengan tipe tertutup (closed type) mengirimkan bahan bakar antara
delivery valve (pada pompa injeksi bahan bakar) dan nozzle valve. Ketika tekanan
bahan bakar mencapai level tertentu, maka valve akan segera membuka dan injeksi
bahan bakar dimulai. Valve akan segera menutup kembali ketika proses penginjeksian
bahan bakar telah selesai.
Injection nozzle terdiri dari sebuah nozzle body dan sebuah needle valve. Nozzle
terbuat dari material tertentu yang dirancang untuk tahan terhadap tekanan dan
temperatur tinggi. Selain itu juga dibuat dengan kepresisian yang cukup tinggi.
Antara injection nozzle dengan tipe lubang (hole type) dan tipe pin pada dasarnya
memiliki prinsip kerja yang sama, perbedaannya hanya terletak pada bentuk
pengkabutan bahan bakar yang nantinya dihasilkan.
Nozzle holder
Nozzle holder berfungsi untuk memegang nozzle dan menentukan posisi serta arah
daripada nozzle. Nozzle holder ini merupakan tempat bertemunya antara bahan
bakar dan mengatur tekanan dimulainya penginjeksian (valve terbuka) pada nozzle.
nozzle dan Nozzle ditekan oleh nozzle spring melalui push rod. Tekanan awal
penginjeksian bahan bakar diatur oleh besarnya ketegangan dari nozzle spring.
Besarnya ketegangan dari nozzle spring dapat diatur dengan menggunakan sekrup
penyetel (adjusting screw) atau shim.
Bahan bakar yang digunakan pada diesel engine kadang mengandung material-material
asing yang tidak diinginkan, seperti debu, kotoran, air dan lain-lain yang dapat
mengganggu sistem bahan bakar.
Material-material asing tersebut harus dihilangkan terlebih dahulu sebelum tersebut
mengalir ke dalam pompa injeksi bahan bakar. bahan bakar Material-material asing seperti
debu, pasir, air dan lain-lain dapat menyebabkan kerusakan pada komponen-komponen
yang bergerak (sliding parts) pada pompa injeksi bahan bakar dan pada injection
nozzle. Air yang terkandung di dalam bahan bakar juga dapat mengakibatkan terjadinya
karat pada komponen.
Filter bahan bakar terdiri atas case dan elemen penyaring (filter element). Elemen
penyaring yang umum digunakan berbahan kertas.
Ketika terjadi kebuntuan pada filter bahan bakar, maka tekanan bahan bakar di filter akan
tinggi. Hal ini akan menyebabkan overflow valve bekerja (bahan bakar mendorong ke atas
ball valve) dan sebagian dari bahan bakar dikembalikan ke tanki bahan bakar. Ketika
udara bercampur dengan bahan bakar, udara dibuang ke tanki bahan bakar melalui
overflow valve.
Fuel filter
Beberapa keuntungan yang terdapat pada diesel engine, diantaranya adalah kualitas bahan
bakar yang digunakan dan konsumsi bahan bakarnya lebih rendah dibandingkan dengan
gasoline engine. Dengan kata lain diesel engine lebih ekonomis.
Meskipun demikian bukan berarti kita dapat menggunakan bahan bakar dengan kualitas
yang jelek. Bahan bakar yang digunakan pada diesel engine kecepatan tinggi untuk
automobile dan lain- lain harus beberapa persyaratan sehingga daya guna engine selalu
dapat dipertahankan dan akan memperpanjang umur komponen pompa injeksi bahan
bakarnya.
Bahan bakar yang digunakan pada diesel engine harus memenuhi beberapa persyaratan
sebagai berikut:
Kekentalan (viscosity)
Kekentalan bahan bakar merupakan salah satu faktor penting yang harus
dipertimbangkan. Jika bahan bakar yang kita gunakan pad diesel engine terlalu
kental, maka bahan bakr tersebut tidak akan dapat mengalir dengan cukup lancar di
dalam saluran bahan bakar. Dengan lasan tersebut, kerja dari pompa injeksi akan
tidak maksimal, efisiensinya akan rendah. Selain itu, ketika bahan bakar tersebut
diinjeksikan, partikel-partikel yang terbentuk akan berukuran besar sehingga akan
menyebabkan terjadinya pembakaran yang tidak sempurna.
Lain halnya jika bahan bakar yang digunakan tersebut kekentalannya terlalu rendah,
hal ini akan menyebabkan pompa injeksi bahan bakar dan injection nozzle tidak
dapat terlumasi dengan cukup baik. Tentunya hal ini akan menyebabkan terjadinya
abrasi pada kedua komponen dan pada akhirnya memperpendek umurnya.
Kekentalan bahan bakar yang sesuai berkisar antara 1,8-4,0 centi-stokes.
Ash content
Ash (abu, jelaga = Indonesia) yang terkandung di dalam bahan bakar sangat tidak
diinginkan sebab dapat merusak komponen pada sistem bahan bakar. Jika bahan
bakar yang diinjeksikan ke dalam ruang bakar mengandung banayak abu, abu
tersebut akan tertinggal di dalam silinder dan menyebabkan terjadinya abrasi pada
komponen tersebut.
Cetane number
“Cetane number” mengindikasikan kemampuan penyalaan dari bahan bakar, dimana hal
ini merupakan salah satu faktor penting yang berhubungan dengan diesel knock (diesel
knock sudah dijelaskan pada modul diesel engine 1).
Diesel knock dapat dikurangi dengan cara menggunakan bahan bakar yang memilki
cetane number tinggi. Dengan kata lain, cetane number mengindikasikan seberapa
besar kemampuannya bahan bakar untuk menanggulangi terjadinya diesel knock.
Semakin besar cetane number pada bahan bakar berarti semakin tinggi pula
kemampuannya mengatasi terjadinya diesel knock dan semakin mudah bahan bakar
tersebut menyala.
Cetane number pada bahan bakar didapatkan dengan cara membandingkan antara bahan
bakar yang akan diuji dengan bahan bakar referensi. Bahan bakar referensi dibuat dengan
mencampurkan dua bahan, yaitu normal cetane (C16H34) yang memilki karakteristik
sangat mudah terbakar (cetane number = 100) dan alpha methyl naphthalene (C10H7CH3)
yang memilki karakteristik kemampuan penyalaannya rendah (cetane number = 0). Jika
pada saat dilakukan uji coba ternyata antara bahan bakar yang diuji dan bahan bakar
referensi yang memilki campuran 45% normal cetane dan 55% alpha methyl
naphthalene, mempunyai karakteristik yang sama, maka dapat dikatakan bahwa bahan
bakar uji coba tersebut memilki cetane number sebesar 45.
Pada umumnya cetane number yang digunakan tergantung dari kecepatan putar engine.
Berikut ini adalah nilai dari cetane number yang disesuaikan dengan kecepatan putar
engine:
- Putaran tinggi (1500 rpm ke atas) menggunakan cetane number: 45 atau diatasnya.
- Putaran sedang (1000 rpm ke atas) menggunakan cetane number: 40 atau diatasnya.
- Putaran rendah (500 rpm ke atas) menggunakan cetane number : 30 atau diatasnya.
Bahan bakar dengan cetane number yang terlalu kecil akan berpengaruh terhadap daya
guna engine, yaitu:
- Pembakarannya tidak dapat berlangsung dengan lancar dan engien akan bekerja
dengan kasar.
- Diesel knock akan mudah terjadi, timbul suara yang tidak normal pada engine.
- Selama terjadi knocking, akan terjadi penurunan tenaga. Selain itu komponen-
komponen engine akan mudah rusak akaibat overheating.
B. Sistem Pemasukan Udara dan Pembuangan Gas (Intake & Exhaust System)
Pada saat piston bergerak ke bawah guna melakukan langkah hisap (intake stroke), udara
masuk kedalam ruang bakar dengan terlebih dahulu disaring oleh pre cleaner dan air cleaner.
Untuk menambah jumlah udara yang masuk ke ruang bakar, maka pada sistem pemasukan
udara dan pembuangan gas dilengkapi dengan turbocharger dan aftercooler.
Turbocharger berfungsi untuk memompa udara, sedangkan aftercooler berfungsi untuk
mendinginkan udara agar kerapatannya bertambah.
Setelah terjadi pembakaran di dalam ruang bakar, maka akan timbul gas hasil pembakaran.
Gas hasil pembakaran tersebut dikeluarkan ke udara bebas melalui saluran pembuangan gas
intake manifold) dan muffler.
Air Cleaner
Air cleaner berfungsi sebagai alat pembersih udara, sehingga debu, pasir dan kotoran yang
berukuran sangat kecil dapat
dipisahkan terlebih dahulu sebelum
masuk ke ruang bakar. Kotoran, debu
dan pasir yang ada di atmosfir
merupakan substansi keras yang akan
menyebabkan kerusakan pada silinder
dan piston pada engine dimana debu
keras tersebut terhisap bersama-sama
dengan udara.
Beberapa variasi tipe dari air cleaner
tersedia yang disesuaikan dengan
kondisi dan fungsinya masing-masing.
Terdapat berbagai macam tipe air
cleaner, diantaranya sebagai berikut :
Dry type, Viscous type, Oil bath type,
Cyclone type, dan Combination type.
Pre cleaner tipe ini memiliki berbagai macam variasi/tipe, dimana salah satunya adalah
tipe multi-cyclone pre cleaner with dust discharge. Pre cleaner tipe ini di dalamnya
terdiri dari beberapa komponen
pemutar udara (cyclone). Saat udara
akan masuk ke dalam ruang bakar
akan diputar oleh komponen tersebut.
Udara yang diputar tersebut akan
mengakibatkan kotoran-kotoran yang
ada akan terlempar ke luar dan
tertampung di bagian bawah daripada
pre cleaner. Pre cleaner dihubungkan
dengan muffler melalui sebuah pipa
penghisap, jadi pada saat engine
mengeluarkan gas buang melalui
muffler, debu-debu tersebut akan
ikut keluar bersama gas buang.
Turbocharger
Supercharging merupakan metode yang sangat efektif guna meningkatkan tenaga engine
(output power per cylinder volume) pada diesel engine sebab komponen ini berfungsi
untuk menambah volume udara yang masuk ke ruang bakar (meningkatkan tekanan udara
masuk).
Sebuah penekan udara(air compressor) yang digunakan untuk penambahan suplai udara
ke ruang bakar (supercharging) biasa disebut dengan supercharger. Supercharger dapat
diklasifikasikan sebagai berikut:
- Volume type: Root’s type, piston type, vane pump type
- Speed type: centrifugal type
Yang paling luas digunakan adalah tipe Root’s dan tipe sentrifugal.
Struktur turbocharger
Struktur dari sebuah turbocharger terdiri dari beberapa komponen utama, yaitu:
- Compressor unit (impeller), berfungsi untuk memasukkan dan menekan udara
dari air cleaner ke ruang bakar.
- Turbine unit (turbine wheel), berfungsi untuk merubah energi dari gas buang
menjadi energi putar.
- Center housing unit, berfungsi untuk mendukung turbine shaft yang berputar
dengan kecepatan tinggi (sekitar 100,000 rpm).
Sebuah turbocharge dapat membangkitkan daya guna engine yang cukup besar. Dengan
adanya turbocharge, maka jumlah penginjeksian bahan bakar ke ruang bakar dapat
ditingkatkan yang disesuaikan dengan jumlah udara yang disuplai ke silinder.
Ketika kecepatan putaran engine rendah, tekanan udara masuk rendah akibatnya kenaikan
daya guna engine-nya kecil dibandingkan dengan engine yang tidak dilengkapi dengan
turbocharge. Kenaikan daya guna engine yang kecil tersebut diakibatkan karena pada saat
suplai udara rendah, jumlah bahan bakar yang dapat diinjeksikan juga rendah. Jika
jumlah suplai bahan bakar tetap dipertahankan seperti pada kondisi kecepatan menengah
atau tinggi, maka akan terjadi pembakaran yang tidak sempurna dan menghasilkan asap
hitam pada gas buang. Berikut ini ditunjukkan karakteristik torsi pada engine yang
menggunakan turbocharge.
After Cooler
Seperti yang sudah disinggung di atas, bahwa after cooler berfungsi untuk mendinginkan
udara yang akan masuk ke dalam ruang bakar.
Kepadatan udara akan meningkat manakala temperaturnya rendah. Pada saat kepadatan
udara mengalami peningkatan, maka akan semakin banyak udara yang dapat dimasukkan
ke dalam ruang bakar pada engine, hal ini tentunya akan meningkatkan daya guna engine
tersebut. pendinginan udara guna meningkatkan kepadatannya dapat dilakukan dengan
penambahan komponen after cooler pada engine.
Proses pendinginan udara dapat dilakukan dengan dua macam cara, yaitu: udara
didinginkan dengan udara dan udara didinginkan dengan air.
Diagram di bawah menunjukkan temperatur udara dari pre cleaner sampai dengan
cylinder head.
Pada saat sebuah turbocharge dipasang pada engine, maka akan terjadi peningkatan
temperatur udara sekitar 150-16oC. hal ini disebabkan oleh:
- Pada saat udara ditekan, maka akan menyebabkan kenaikkan temperatur.
- Pada pada turbocharge akan dialirkan ke udara, sehingga temperatur udara akan
meningkat pula.
- Temperatur udara akan meningkat pada saat terjadi gesekan antara udara dengan
impeller atau pipa udara masuk.
Aftercoller akan mendinginkan udara sekitar 20o sampai 30oC, tanpa terjadi perubahan
tekanan. Efek dari pendinginan tersebut akan menurunkan temperatur udara dari 160oC
menjadi130oC (lihat diagram).
Pipa Saluran Masuk dan Pipa Saluran Buang (Intake & Exhaust Manifold)
Exhaust Brake
Dust Indicator
Muffler
Gas buang yang dihasilkan dari proses pembakaran pada ruang bakar engine memilki
temperatur 600-800oC dan tekanan yang tinggi sekitar 3-5 kg/cm2. Jika gas buang dengan
tekanan yang tinggi tersebut langsung dibuang ke udara luar, maka gas akan langsung
mengembang dan menyebabkan timbulnya ledakan. Muffler dipasang guna mencegah hal
tersebut.
Muffler merupakan saluran untuk melepas gas buang hasil pembakaran ke lingkungan luar.
Selain itu, muffler berfungsi sebagai peredam suara, menghilangkan percikan api dan
menurunkan temperatur gas buang.
Jumlah oli yang harus disuplai oleh pompa oli ke komponen-komponen engine yang
membutuhkan pelumasan hampir tidak pernah berubah tanpa menghiraukan besarnya
beban dan kecepatan, tetapi sebaliknya jumlah oli yang disuplai pompa oli akan meningkat
ketika terjadi peningkatan kecepatan engine dan akan mengalami penurunan ketika
kecepatan engine menurun. Disisi lain pompa oli harus mensuplai oli dengan kapasitas yang
cukup untuk menjaga tekanan oli tersebut, meskipun pada saat putaran engine rendah.
Berbagai macam cara telah dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut,
diantaranya adalah dengan menggunakan cut off valve pada piston cooling oil jet (piston
cooling nozzle). Cut off valve tidak akan membuka jika tekanan olinya di bawah 2 kg/cm2.
Ketika tekanan olinya kurang, maka piston cooling oil jet akan berhenti bekerja
mendingingkan piston, sehingga tekanan olinya tidak akan bertambah turun ketika putaran
engine rendah. Dengan mekanisme tersebut sebuah pompa oli dengan kapasitas yang kecil
dapat digunakan.
Delivery pressure sebuah pompa oli untuk sistem pelumasan engine biasanya berkisar 3-
4.5 kg/cm2 yang diatur oleh regulator valve. Hal ini tentunya sudah diperhitungkan
mengenai adanya tekanan yang hilang (pressure loss) pada filter, pendingin oli (oil
cooler), dan pada pipa-pipa pelumasan.
Pada saat terjadi kebuntuan pada oil cooler, maka akan terjadi peningkatan tekanan oli
dalam sistem yang akan mengakibatkan terjadinya kerusakan pada pipa-pipa saluran
pelumasan dan komponen-komponen lainnya. Untuk mencegah hal tersebut, maka pada
sistem pelumasan dilengkapi dengan adanya safety valve (valve akan terbuka pada tekanan
10 kg/cm2).
Pada oil cooler dan full flow filter dilengkapi dengan adanya sebuah short valve untuk
mengantisipasi jika terjadi kebuntuan pada oil cooler dan full flow filter.
Pompa oli
Pompa oli yang paling banyak digunakan untuk sistem pelumasan engine adalah tipe
external gear pump atau trochoid pump. Tekanan
oil pelumasan engine berkisar antara 3 – 4.5
kg/cm2 selama pengoperasian engine dalam batas
normal. Debit oli yang disuplai ke sistem berkisar
antara 50 - 300 liter/menit.
Salah satu komponen utama dari sebuah external
gear pump adalah dua berhubungan dan tertutup
roda gigi rapat oleh yang saling rumah pompa.
Pompa ini bekerja dengan cara menggerakkan
salah satu roda giginya dengan arah sesuai anak
panah pada gambar.
Jumlah aliran oli yang dapat dipindahkan
tergantung dari besarnya roda gigi tersebut. Pompa
oli ini berfungsi untuk memindahkan oli dari oil
pan ke sistem.
Trochoid pump merupakan pompa roda gigi dengan
gigi-gigi berbentuk kurva trokoida, jumlah gigi dari
rotor luar. Rotor luar berbentuk silinder dan
berputar pada rumah pompa, sedangkan sumbu rotor
dalam terletak eksentrik terhadap sumbu silinder
tersebut, sehingga pemasukan oli pelumas
berlangsung tegak lurus terhadap eksentrisitas
tersebut.
Saat posisi unit dioperasikan ditempat miring, oli
mengalir dan berada di ujung oil pan. Sehingga
oli bersikulasi tidak sempurna. Scavenging oil circuit
mempunyai strainer yang terletak disisi berlawanan
dengan strainer utama. Sehingga oli yang berada
diujung oil pan dihisap oleh scavenging pump dan
dialirkan ke sisi sebelahnya.
Oli yang digunakan untuk pelumasan pada engine secara bertahap akan menjadi kotor
(terdapat karbon, debu, kotoran) yang akan menyebabkan terjadinya abrasi pada komponen
yang bergesekan. Untuk menjaga hal tersebut diatas, maka pada sistem pelumasan engine
dilengkapi dengan adanya oil filter (penyaring oli) agar kotoran tersebut dapat disaring dan
oli yang bersikulasi tetap bersih.
Pada sirkuit pelumasan, dapat diklasifikasikan ke dalam tiga tipe tergantung dari susunan
penyaring oli yang digunakan.
- Full flow type
- Bypass type
- Combination of full flow and bypass (digunakan pada engine dengan ukuran sedang
hingga yang berukuran besar)
Pada full flow type, penyaring oli dipasang pada sirkuit oli. Seluruh oli akan melewati
penyaring oli ini dan kemudian dialirkan ke komponen-komponen yang bergesekan.
Pada bypass type, oli disaring dan dikembalikan lagi ke oil pan.
Jika dibandingkan dengan bypass oil filter, full flow oil filter memilki kapasitas aliran
oli yang besar, tekanan yang hilang (pressure loss) cukup besar, dan lebih cepat
mengalami kebuntuan.
Material yang digunakan sebagai elemen penyaring untuk tipe ini biasanya terbuat dari
kertas dengan kombinasi pipa logam yang mempunyai are penyaringan (filtering area =
30-50 micron).
Oil Cooler
Ketika oli pada engine temperaturnya mengalami peningkatan hingga melebihi batas
atasnya, oil film akan mengalami penipisan. Hal ini akan merusak komponen-komponen
engine yang bergesekan. Untuk mencegah kejadian tersebut maka pada sebuah engine
dilengkapi dengan adanya oil cooler.
Terdapat dua macam tipe dari oil cooler, yaitu:
Regulator valve & berfungsi untuk mengatur besarnya tekanan pada sistem pelumasan
(sekitar 3-4.5 kg/cm2). Oil jet berfungsi untuk mendinginkan bagaian bawah dari piston.
Struktur regulator valve dan oil jet ditunjukkan berikut ini.
Fungsi Keterangan
Lapiasan tipis oli yang terbentuk pada permukaan komponen
(oil film) akan mencegah terjadinya abrasi dengan cara
Sebagai pelumas mengurangi gesekan pada komponen yang saling
bersingungan.
Oli pelumas pada engine akan menyerap panas yang
Sebagai pendingin dihasilkan dari gesekan dua benda yang saling bersinggungan
dan dari proses pembakaran.
Oil film yang terbentuk diantara celah piston ring, piston dan
Sebagai penyekat silinder kan mencegah terjadinya kebocoran kompresi dan gas
buang.
Sebagai pencegah Oil film yang terbentuk pada permukaan komponen akan
kotoran mencegah terjadinya korosi dan oksidasi.
Ketika oli pelumas yang digunakan pada engine harus memenuhi berbagai macam fungsi
seperti yang telah ditunjukkan di atas, berbagai macam bahan tambah (additive)
seperti oxidation inhibitor, extreme pressure agent, defoaming agent, dan lain-lain harus
ditambahkan pada bahan dasar oli (base oil) untuk mendapatkan sifat-sifat tersebut.
bahan dasar oli yang digunakan sebagai pelumas mencapai 90% sedangkan selebihnya
adalah bahan tambah.
Berikut ini berbagai macam bahan tambah (additive) yang ditambahankan pada bahan
dasar pelumas untuk memperbaiki sifat pelumas.
Anti wear / Extreme Mencegah gesekan & keausan bagian mesin yang dalam
pressure konsisi
Menekan
“boundry titik beku pelumas agar mudah mengalir pada suhu
lubrication”.
Pour Point depressant rendah.
Friction Modifier Meningkatkan tingkat kelicinan dari film pelumas
Daya guna oli pelumas pada engine lam-kelamaan akan menurun untuk alasan sebagai
berikut:
Dengan alasan tersebut, maka oli harus dilakukan penggantian secara berkala
yang disesuaikan dengan kondisi pengoperasian engine dan lama penggunaan.
Radiator
Radiator berfungsi sebagai pendingin air pada engine, air radiator didinginkan dengan
bantuan udara luar. Radiator core terdiri atas pipa (tubes) dan sirip-sirip (fin). Dalam hal ini
terdapat dua macam tipe dari susunan pipa dan sirip-sirip, yaitu:
Pada kendaraan-kendaraan truck, biasanya menggunkan kipas (fan) untuk pendinginan air
pada radiator, sebab jika hanya menggunkan hembusan udara pada saat berjalan saja tidak
cukup, khusunya pada saat berjalan lambat. Kipas dengan 4 sampai 6 sudu yang terbuat
dari logam atau plastik paling umum digunakan.
Beberapa persen dari tenaga engine digunakan untuk menggerakkan kipas tersebut,
bahkan bisa mencapai 10% untuk kendaraan bus yang posisi engine-nya berada dibelakang
(rear-engine bus). Untuk mengurangi terserapnya tenaga engine ke kipas, maka pada
beberapa engine memilki fan clutch, dimana komponen ini berfungsi untuk menghentikan
putaran kipas pada saat temperatur air pendingin masih rendah.
Sebuah kipas pendingin biasanya dilengkapi dengan selubung (shroud) untuk
meningkatkan efisiensinya.
Sistem pendingin pada automotive engine biasanya bertekanan yang diatur oleh radiator
cap (pressure regulating cap). Hal ini memilki beberapa keuntungan, antara lain:
Ketika udara bercampur dengan air pendingin, maka hal ini akan mengakibatkan berbagai
macam masalah. Sebagai contoh, hal ini akan menyebabkan efek pendinginan akan rendah
dan mengakibatkan terjadinya oksidasi pada logam.
Untuk memisahkan antara udara dan air pendingin, di dalam sistem pendingin dilengkapi
dengan adanya buffer plate yang dipasang pada bagian atas dari tanki radiator, atau dengan
surge tank.
Sirkuit pemisah anatara udara dan air di dalam sistem pendingin ditunjukkan pada gambar di
bawah ini. Pada saat air pendingin selesai mendinginkan komponen-komponen engine, air
tersebut masing banyak mengandung udara. Sebelum thermostat membuka, air akan masuk
ke dalam surge tank melaui pipa A, udara akan dipisahkan oleh air ketika air tersebut masuk
ke dalam surge tank.
Jika thermostat sudah membuka sepenuhnya, maka air pendingin akan dialirkan melalui
pipa B. Adanya jiggle valve berfungsi untuk mencegah air kembali ke radiator tank (upper
tank).
Thermostat
Fungsi thermostat
Thermostat berfungsi mengatur membuka dan menutup aliran air pendingin ke
radiator, sehingga temperatur air pendingin terjaga pada suhu (70º C - 90ºC). Untuk
mencegah timbulnya over heating dan mempercepat tercapainya temperatur kerja engine
pada saat mulai operasi.
Corrosion Resistor
Corrosion resistor berfungsi untuk mencegah terjadinya endapan dan karat pada
saluran pendinginan engine yang dapat menyebabkan tersumbatnya saluran pendingin.
Ketika sebuah engine dioperasikan pada daerah yang memiliki temperatur dingin, maka
pada air pendinginnya harus dicampur dengan bahan anti beku (antifreeze) untuk
menurunkan titik beku air pendingin tersebut.
Anti beku (antifreeze) terbuat dari variasi bahan tambah, seperti zat anti karat, ethylene
glycol. Grafik di bawah ini menunjukkan hubungan antara titik beku dan titik didih dari anti
beku (antifreeze) dengan kandungan utama berupa ethylene glycol. Pada grafik di bawah
ini ditunjukkan dua buah grafik, grafik sebelah kanan menunjukkan hubungan antara
konsentrasi antireeze (dimana kandungan utamanya adalah ethylene glycol) dan titik beku
pada air pendingin. Grafik sebelah kiri menunjukkan hubungan anatara rasio pencampuran
(air pendingin dan antifreeze), titik beku, dan titik didih.
Ketika pada sistem pendingin digunakan anti beku, maka hal ini akan menyebabkan air
pendingin akan sangat mudah untuk mengalami kebocoran, untuk itu pemeriksaan kondisi
hoses, pipa, dan salauran-saluran air pendingin lainnya harus secara rutin dilakukan.
Meskipun di dalam antifreeze sudah terdapat zat anti karat, zat ini akan kurang
efektif jika konsentrasi antifreeze-nya di bawah 30%, untuk itu konsentrasi antifreeze harus
di atas 30%, khusus untuk engine ukuran menegah dan besar.
Pada saat temperatur udara sekitar sudah kembali normal, antifreeze sudah tidak
dibutuhkan lagi, untuk itu sistem pendinginan pada engine harus dilakukan pembersihan
(flashing). Gunakan cairan pembersih khusus (detergent) dan ikuti instruksi dari pembuat
pembersih tersebut.
Starting motor yang digunakan pada sebuah diesel engine berfungsi untuk memeutar
crankshaft pada saat engine mulai dioperasikan. Proses pemutaran crankshaft ini hanya
dilakukan saat awal menghidupkan engine saja, setelah itu engine akan berputar secara
terus menerus dengan sendirinya tanpa bantuan dari starting motor. Starting motor tersebut
bekerja menggerakkan crankshaft dengan cara memutar ring gear pada flywheel dengan
sebuah pinion gear yang digerakkan oleh sebuah motor listrik.
Pada tabel di bawah ditunjukkan mengenai klasifikasi dari starting motor berdasarkan
mekanisme enganged dan disengaged-nya. Pada saat ini tipe pinion shift paling
banyak digunakan untuk kendaraan-kendaraan dengan menggunakan diesel engine
putaran tinggi (high speed diesel engine).
Plunger akan tertarik masuk, dan membuat pinion akan keluar dengan adanya shift
lever. Pada saat ini, pinion akan menyatu (engaged) dengan ring gear pada flywheel
sebab armature sudah berputar dengan putaran yang sangat pelan. Main contactor (B,M)
pada magnetic switch menutup dan arus yang sangat besar akan mengalir dari battery ke
motor (d). hal ini akan menyebabkan armature berputar dengan kecepatan tinggi dan
memutar ring gear, kemudian menghidupkan engine. Pada saat itu, shunt coil akan
menjaga main contactor tetap dalam kondisi menutup dan plunger akan terus tertarik ke
dalam.
Ketika kunci kontak (key switch diposisikan OFF, starter relay akan terbuka, akibatnya
arus yang menuju ke shunt coil akan diputus. Plunger akan tertarik ke luar, kembali ke
posisinya semula oleh adanya return spring. Pada kondisi seperti ini, pinion akan terputus
hubungannya (disengaged) dengan ring gear.
Overrunning clutch
Pada saat starting motor dioperasikan, pinion akan menggerakkan/memutar ring gear
pada flywheel sampai engine hidup. Ketika engine sudah hidup, maka ring gear secara
tomatis akan berbutar (tanpa bantuan pinion). Kecepatan putar reang gear suatu
ketika dapat melebihi kecepatan pinion pada starting motor (pada saat terjadi
overrun), sehingga kejadiannya bukan lagi pinion memutar ring gear tetapi reang gear
memutar pinion. Jika hal itu terjadi dapat menyebabkan starting motor mengalami
kerusakan, maka untuk mencegahnya pada starting motor dilengkapi dengan adanya
overrunning clutch.
Overrunning clutch tersedia dalam berbagai macam tipe, diantaranya:
- Roller clutch
Pada saat starting motor
dioperasikan, clutch outer
akan berputar searah jarum
jam dan memutar pinion gear
(melalui roller). Sedangkan
pada saat terjadi overrun,
pinion akan berputar lebih
cepat dibandingkan dengan
clutch outer. Hal ini akan
menyebabkan roller menekan
spring dan terbentuk jarak
antara roller dengan bagian
dalam dari clutch outer,
sehingga pinion tidak dapat memutar clutch outer (starting motor tidak dapat diputar
oleh ring gear).
- Multiple disk (plate) clutch
Pada tipe ini, torsi disalurkan melalui
gaya dari clutch yang terbuat dari
material berbeda. Ketika terjadi
kelebihan torsi, kerusakan pada shaft
dapat dihindari karena, pada saat terjadi
kelebihan torsi dua buah clutch tersebut
akan menagalami slip.
Pada saat pinion (clutch outer)
digerakkan oleh engine pada saat terjadi
overrunning. Clutch inner akan bergerak
dengan arah yang berlawanan (sesuai
dengan arah spline). Hal ini akan
menyebabkan hubungan antara kedua
buah plate terputus, sehingga putaran dari
engine tidak dapat diteruskan ke starting
motor.
- Dentil (ratchet)clutch
Pada tipe ini torsi disalurkan dengan cara
menekan dua buah susunan gigi (gigi gergaji
A dan B). Ketika terjadi overrunning, gigi A
akan bergerak sesuai anak panah akibat
tertekan oleh pemberat yang bergerak keluar
karena gaya sentrifugal.
Starting Aids
Glow plug
Glow plug berfungsi sebagai pemanas
awal pada diesel engine yang
menggunakan ruang adanya bakar
tipe terpisah (divided combustion
chamber).
Glow plug berfungsi untuk
meningkatkan temperatur pada ruang
bakar, sehingga pada saat temperatur
udara diluar cukup rendah, engine
dapat dihidupkan.
Glow plug terdiri dari beberapa tipe,
yaitu: coil type, sheathed type, dan
super quick heating type.
Sheathed type membutuhkan lebih
banyak waktu untuk memanaskan
ruang bakar dibandingkan dengan coil
type, namun tipe ini memilki
ketahanan yang lebih baik, sehingga
lebih banyak digunakan. Super quick
heating type terbaut dari bahan
keramik (silicon nitride) dan kawat
tungsten yang biasanya digunakan
pada kendaraan-kendaraan penumpang.
Ketika tegangan output rendah pada saat putaran engine rendah, maka
kemganetan pada lilitan (coil) (M) akan kecil, sehingga kontaktor 1 dan 2 masih
terhubung dan arus akan disuplai ke field coil.
Ketika output tegangan meningkat pada saat putarn engine tinggi, maka kemagnetan
yang dihasilkan pad lilitan (M) sudah mampu untuk memutus hubungan antara
kontaktor 1 dan 2 (kontaktor 2 dan 3 masih terbuka). Dalam kondisi seperti ini, arus
dialirkan ke field coil melalui hambatan (R), sehingga arus yang ke field coil akan
berkurang dan tegangan output- nya akan turun.
Ketika output tegangannya meningkat cukup tinggi, maka lilitan (M) akan mampu
membangkitkan kemagnetan yang cukup besar, sehingga kontaktor 1 dan 2 akan
terbuka dan kontaktor 2 dan 3 akan tertutup. Dalam kondisi seperti ini arus dari
alternator akan langsung dialirkan ke ground (E), tanpa melalui field coil, sehingga
output tegangannya akan drop.
Kondisi seperti di atas akan terjadi berulang-ulang sesuai dengan kondisi tegangan
outputnya. Kontaktor akan membuka dan menutup sekitar 30-200 kali tiap menit.
Berikut ini dijelaskan mengenai prosedur penyetelan celah valve untuk engine dengan 6
silinder.
Buka penutup cylinder head
Putar crankshaft pada arah normal (searah jarum jam jika dilihat dari depan engine) dan
posisikan silinder No. 1ke posisi
kompresi (piston pada posisi Titik
Mati Atas). Sementara itu amati
pergerakkan valve pada silinder No.
6. Luruskan pointer (3) dengan
tanda TOP 1.6 pada vibration
damper (2).
Pada saat piston silinder No.
1 mendekati posisi Titik Mati
Atas (pada saat langkah
kompresi), valve pada silinder
No. 6 akan bersiap untuk
bergerak (membuka).
Terdapat dua macam metode pemeriksaan dan penyetelan waktu penginjeksian bahan bakar
yang dapat digunakan, yaitu:
Metode ”match mark aligment” digunakan pada saat pompa injeksi dipasang pada engine
yang belum pernah dilakukan pembongkaran (overhaul) dan pompa injeksi tersebut belum
pernah dilakukan perbaikan sebelumnya.
Metode ”delivery valve” digunakan pada saat melakukan pemasangan pompa injeksi,
dimana pompa injeksi tersebut telah dilakukan perbaikan sebelumnya.
Pengukuran tekanan oli pelumasan pada engine dapat dilakukan dengan mengikuti prosedur
sebagai berikut.
Pengukuran tekanan kompresi dilakukan pada saat kondisi engine dalam keadaan panas
(40o-60o C). Prosedur pengukurannya dapat dilakukan sebagai berikut.
Pengukuran warna gas buang pada engine dapat dilakukan dengan mengikuti prosedur
berikut.
Pengukuran tekanan injection nozzle dilakukan dengan menggunakan special tool, yang
disebut dengan Fuel leak checker.