Materi pembelajaran Direct Drive System terdiri atas 2 (dua) bab. Bab 1 membahas
mengenai struktur dan cara kerja main clutch tipe spring, tipe over center, sistem
kontrol dan inertia brake. Bab 2 membahas mengenai direct drive transmission yang
meliputi transmisi non constantmesh, constantmesh, synchromesh dan sistem
kontrolnya. Pada Bab 3 membahas mengenai pengetesan dan penyetelan clutch dan
inertia brake.
DAFTAR ISI
Transmission System
PENJELASAN PELATIHAN
Metode
• Di dalam kelas (50%)
a. Ceramah
b. Diskusi
• Workshop (50%)
a. Demonstrasi
b. Praktek
Durasi
3 hari kerja (@ 8 jam)
Jumlah Siswa
Maksimal 16 orang
Kriteria Kelulusan
• Kehadiran minimal 90 % dari total hari pelatihan.
• Evaluasi akhir
a. Nilai minimal test teori: 75
b. Nilai minimal test praktek: 75.
Pemberian Sertifikat
• Sertifikat akan diberikan kepada siswa yang memenuhi kriteria kelulusan.
• Surat keterangan akan diberikan kepada siswa yang memenuhi syarat
kehadiran minimal tetapi tidak memenuhi syarat minimal nilai kelulusan.
Transmission System
SASARAN PELATIHAN
Setelah mengikuti pembelajaran ini secara tuntas, siswa dapat menyebutkan nama,
menjelaskan fungsi dan menunjukkan letak komponen pada clutch serta transmisi manual.
Siswa juga mampu menyebutkan nama, menjelaskan fungsi dan menunjukkan letak
komponen pada torqflow transmission yang meliputi damper, torque converter dan torqflow
transmission.
Transmission System
PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL
Transmission System
REFERENSI
Book :
Multy Scania
Parts Book D50A,P,PL
Shop Manual D50A,P,PL
Shop Manual D50A-16
Shop Manual D60A-6
Shop Manual D60-8
Shop Manual GD500-2 Series
Shop Manual GD510, GD 520 Series
UD Nissan Automotive Engineering Chassis
Unit Instruction Manual Crawler Tractors
Training Aid
Transmission System
GLOSARIUM
Engaged : suatu kondisi dimana susunan disc dan plate dalam keadaan merapat.
Engine : salah satu komponen utama pada sebuah alat berat yang berfungsi sebagai
sumber tenaga.
Disengaged : suatu kondisi dimana susunan disc dan plate dalam keadaan merenggang.
Clutch : disc dan plate yang tersusun diantara inner drum dan outer drum
BAB I
MAIN CLUTCH
Tujuan Bab 1:
Setelah menyelesaikan pembelajaran pada Bab 1, siswa mampu menjelaskan
struktur dan cara kerja main clutch tipe spring dan over center serta menjelaskan
sistem kontrol dan inertia brake pada main clutch.
Referensi :
Multy Scania
Parts Book D50A,P,PL
Shop Manual D50A,P,PL
Shop Manual D60-8
Shop Manual GD500-2 Series
Shop Manual GD510, GD 520 Series
UD Nissan Automotive Engineering Chassis
Direct Drive System
Tujuan Pelajaran 1
Setelah mengikuti pembelajaran pada pelajaran 1, siswa mampu siswa mampu menjelaskan struktur
dan cara kerja main clutch tipe spring.
1. Diesel Engine
2. Main Clutch
3. U-Joint
4. Transmission
5. Steering Clutch
6. Steering Brake
7. Final Drive
Pada produk Komatsu, Unit yang menggunakan main clutch tipe spring diantaranya adalah D50A-16,
GD500-2, GD510 dan GD520 Series. Dibawah ini merupakan gambar power train dan main clutch
spring type pada unit GD511A-1.
1. Diesel Engine
2. Main Clutch
3. U-Joint
4. Transmission
5. Steering Clutch
6. Steering Brake
7. Final Drive
2
Direct Drive System
3
Direct Drive System
4
Direct Drive System
Cara Kerja
• Main Clutch Posisi Engage
memanjang untuk kemudian menekan plunger (8), rod (17) dan shifter (12) ke arah Õ. Support (15)
yang menunjang lever (4) pada titik A bersinggungan dengan pressure plate (8) dan menekannya
dimana rod (17) tetap bersatu dengan release lever (4) pada titik B.
Dari kondisi diatas, ketika rod (17) bergerak ke arah Õ, Lever (4) pada titik B bergerak ke arah Õ
sedangkan pada titik A bergerak berlawanan ke arah Ö, maka release lever (4) akan menekan
pressure plate (8) sehingga disc dan plate pada posisi engage dan dapat meneruskan tenaga dari
engine melalui flywheel menuju main clutch shaft (1) yang diteruskan ke transmisi.
5
Direct Drive System
shifter (12), flange (18), dan rod (17) bergerak ke arah Ö oleh lever (13) dengan menekan spring
(2). Pada titik A terdapat support (15) menunjang lever (4) yang bersinggungan dengan pressure
plate (8) dan pada titik B dimana lever (4) masih menyatu dengan rod (17).
Pada kondisi seperti diatas maka ketika rod digerakkan ke arah Ö, titik B pada lever (4) juga
bergerak ke arah Ö dan titik A ke arah Õ, sehingga tekanan pada pressure plate (8) berkurang
tetapi masih dapat menjaga kedudukan disc (6) dan platenya (7) dalam arti masih belum sepenuhnya
disenganged. Disc dan Plate akan disenganged dengan sempurna ketika spring (16) menarik pressure
6
Direct Drive System
Nissan dan Scania merupakan unit lain yang menggunakan main cluth spring type. Pada Nissan
terdapat beberapa jenis system pemindahannya, yaitu Dry type single disc clutch, Dry type multiple
disc clutch, wet type clutch dan fluid clutch.
7
Direct Drive System
Diaphragm Spring
Untuk single disc type selain memakai coil spring ada juga yang memakai diaphragm spring type.
Diaphragm spring dihubungkan dengan clutch cover melalui dua thrust rings menekan pressure plate.
Ketika pedal diinjak maka clutch lever akan menggerakkan release bearing ke arah Í melalui clip.
Diaphragm spring akan terdorong ke arah Í sedangkan ujung lainnya ke arah Î dengan thrust ring
sebagai fulcrum sehingga pressure plate tidak menekan disc, pada kondisi ini main clutch posisi
disengaged.
8
Direct Drive System
Tujuan Pelajaran 2
Setelah mengikuti pembelajaran pada pelajaran 2, siswa mampu menjelaskan struktur dan cara kerja
main clutch tipe over center.
Struktur
Pada penjelasan diatas main clutch berdasarkan cara kerjanya dibagi menjadi spring type dan over
center type. Pada pelajaran 2 akan dipelajari tentang main clutch over center type dimana
strukturnya adalah sebagai berikut:
9
Direct Drive System
Pada over center type untuk engaged dan disenganged disc dan plate menggunakan mekanisme
komponen berupa link, link weight dan roller. Unit komatsu yang menggunakan main clutch over
center type diantaranya yaitu D40A,P-3, D60A,P-6, D80-12, D80-12 dan D150A-1.
Pada D60-8 tipe discnya termasuk wet type dengan multydisc untuk meneruskan tenaga engine.
Drive side plate (plate) mempunyai gigi pada bagian luar (eksternal) yang disambungkan dengan
internal gear pada flywheel sedangkan driven side plate (disc) gigi-giginya berada pada bagian dalam
(internal) yang berhubungan dengan gigi pada hub (21) yang splned dengan main cutch shaft (20).
Dengan menekan disc dengan plate (posisi enganged) maka tenaga dari flywheel akan diteruskan ke
plate lalu ke disc dan menuju main clutch shaft.
Disc pada tipe wet dibuat dari sintered alloy dengan koefisien gesek yang besar. Bidang kontak
permukaan disc dan plate dilumasi dengan oli untuk menjaga terjadinya panas yang berlebihan
sehingga umur clutch lebih lama.
Cara Kerja
1. Collar
2. Clutch Shaft
3. Release Yoke
4. Link
5. Link Weight
6. Roller
7. Pressure Plate
8. Clutch Cover (Adjusting
Ring Nut)
10
Direct Drive System
A yang merupakan kontak point antara collar (1) dan link (4)
(4) dengan weight link (5) akan tertarik mendekati titik pusat
dari main clutch shaft (2).
Weight link (5) bergerak berlawanan dengan titik B karna
adanya titik C menjauhi titik pusat main clutch shaft (2). Pada
kondisi ini (1), (2), (4) sampai (8) akan berputar, weight link
arah Õ sehingga disc dan plate akan tertekan, pada kondisi ini
dapat dikatakan bahwa main clutch posisi ENGANGED.
• Main Clutch at Dead Point
Main clutch pada posisi dead point terjadi apabila link (4) tegak
lurus dengan main clutch shaft (2), perputaran (1), (2), (4)
11
Direct Drive System
kontak point antara collar (1) dan link (4) akan bergerak ke Ö
juga, titik B yang menghubungkan link (4) dengan weight link
(5) akan tertarik mendekati titik pusat dari main clutch shaft
(2).
Weight link (5) bergerak berlawanan dengan titik B karna
adanya titik C menjauhi titik pusat main clutch shaft (2). Pada
kondisi ini (1), (2), (4) sampai (8) akan berputar, weight link
12
Direct Drive System
Tujuan Pelajaran 3
Setelah mengikuti pembelajaran pada pelajaran 2, siswa mampu menjelaskan struktur dan cara kerja
sistem kontrol pada main clutch.
Pedal
Pedal digunakan pada unit yang memakai clutch spring type, ketika pedal ditekan maka main clutch
akan disengage. Untuk meringankan operator dalam menginjak pedal maka digunakan booster.
Booster yang akan dibahas pada pelajaran ini adalah single acting booster, booster ini banyak
digunakan pada unit yang memakai main clutch spring type seperti pada D50A-16, GD500-2, GD510
dan GD520 Series.
13
Direct Drive System
shaft untuk pelumasan dan pendinginan yang selanjutnya akan turun kembali ke oil pan yang terletak
di bawah dari clutch case.
• Posisi Clutch Disenganged
14
Direct Drive System
tenaga engine menghisap oli dari oil pan yang ada dibawah clutch case dengan melalui strainer
terlebih dahulu. Oli dari pump menuju clutch booster setelah sebelumnya melewati air cooling tube
yang terletak di depan radiator. Oli dari booster keluar melalui lubang outletnya menuju lubang oli
yang terletak di tengah dari clutch shaft, dari lubang ini oli digunakan untuk melumasi clutch spring,
bearing, rod dan komponen lainnya. Kemudian, oli masuk ke lubang pada driven plates melalui
groovenya menuju internal gear pada flywheel, karena adanya gaya sentrifugal maka oli yang keluar
dari internal gear flywheel terlempar ke dinding clutch case dan kembali lagi ke oil pan di bagian
bawah clutch case.
Pada unit non komatsu misalkan Scania dan Nissan sistem kontrolnya sama yaitu menggunakan
pedal, akan tetapi booster yang digunakan bukan single acting booster. Di bawah ini gambar system
control main clutch pada Nissan (servo type):
Ketika pedal clutch diinjak maka akan muncul hydraulic pressure yang akan menuju ke control valve
assembly. Karena adanya hydraulic pressure, valve udara pada control valve assembly akan terbuka
sehingga udara dari air reservoir akan menuju ke power cylinder assembly mendorong piston ke arah
Î dan akan mendisengagedkan main clutch.
15
Direct Drive System
pressure dari oli dan compressed air pressure (tekanan udara). Clutch booster terdiri dari control
valve assembly, power cylinder assembly dan hydraulic cylinder assembly.
Clutch Booster
Lever
Lever digunakan pada unit yang memakai main clutch over center type. Untuk meringankan operator
dalam menggerakkan lever maka pada unit digunakan main clutch hydraulic booster. Booster yang
digunakan pada main clutch over center type adalah double acting booster, unit yang menggunakan
booster ini diantaranya adalah D40A-3, D60A-6, D60A-8, D80-12 dan D150A-1.
1. Link
2. Boot
3. Bracket Cover
4. Spring (large)
5. Spring (Small)
6. Piston
7. Valve
8. Housing
9. Nut
10. Coupling
11. Plug
12. Valve Seat
13. Spring
14. Relief Valve
16
Direct Drive System
17
Direct Drive System
Pada main clutch hidraulic booster tipe double acting, lever harus digerakkan oleh operator untuk
enganged dan disenganged main clutchnya. Dengan menggerakkan lever dari posisi disenganged ke
enganged maka booster spool (1) akan bergerak ke arah ×. Main clutch pump akan mengalirkan oli
ke port B melalui celah ‘b’ menuju port D dan masuk ke port F. Pada port F oli akan mendorong
booster sleeve (2) ke arah × dan menggerakkan main clutch yoke (3) ke arah × untuk
mengengangedkan clutch.
Pergerakan booster sleeve (2) ke arah × mengakibatkan celah ‘b’ semakin mengecil dan terbentuk
celah ‘d’ pada sisi yang berlawanan. Pada kondisi ini oli pada port F akan keluar dari booster melalui
port D dan celah ‘d’ sehingga tidak ada tekanan lagi untuk menggerakkan booster sleeve (2). Lever
main clutch yang masih digerakkan oleh operator akan menggerakkan spool kembali ke arah × untuk
mencegah terbentuknya celah ‘d’. Pergerakan booster spool (1) dan booster sleeve (2) akan saling
bergantian sampai akhir langkahnya (main clutch enganged), pergerakan ini membuat proses
enganged lebih smooth.
18
Direct Drive System
Main clutch hydraulic control pada unit yang memakai lever (double acting hydraulic booster) dimulai
dari oli pada main clutch case yang dihisap main clutch pump melalui strainer dialirkan ke double
acting hydraulic booster untuk menggerakkan booster sleeve yang selanjutnya digunakan untuk
melumasi komponen pada main clutch seperti release bearing, main clutch shaft, disc dan platenya.
Main relief valve dipasang pada double acting booster untuk menjaga supaya pressure pada sistem
tidak berlebihan setelah main clutch enganged atau disenganged dengan sempurna.
19
Direct Drive System
Tujuan Pelajaran 4
Setelah mengikuti pembelajaran pada pelajaran 2, siswa mampu menjelaskan struktur dan cara kerja
pada komponen inertia brake.
Struktur
Bulldozzer merupakan unit yang tidak dianjurkan untuk travel terlalu jauh, pada saat main clutch
disenganged dan transmisi pada kondisi netral maka unit akan berhenti karena main clutch output
shaft tidak berputar. Ketika engine dimatikan, main clutch shaft masih berputar karena adanya
putaran sisa (inertia) begitu juga input shaft transmisi yang terhubung dengan universal joint masih
berputar.
Pada saat perpindahan gigi transmisi (gear shifting), input shaft transmisi masih berputar karena
adanya sisa putaran. Hal ini akan mengakibatkan beberapa kerusakan seperti rusaknya roda gigi
transmisi dan suara yang berisik. Untuk mengantisipasi permasalahan ini, unit dilengkapi dengan
inertia brake dibelakang dari main clutchnya. Dibawah ini merupakan struktur dari inertia brake:
Cara Kerja
Inertia brake digerakkan oleh lever main clutch pada operator seat, dengan menggerakkan main
clutch lever maka clutch akan disenganged, inertia brake akan aktif dan interlock device pada
transmisi tidak akan mengunci. Brake drum (11) yang fix dengan main clutch shaft (20) dikelilingi
oleh brake band (32), inertia brake diaktifkan dengan tertariknya brake lever dan diikuti brake band
20
Direct Drive System
sehingga lining brake akan bersinggungan dengan brake drum dan akan menghentikan putaran sisa.
Gambar dibawah ini merupakan main clutch control linkage pada D60-8.
21
Direct Drive System
Ringkasan
Sistem Kontrol
Sistem kontrol pada unit komatsu yang menggunakan main clutch dibagi menjadi dua yaitu pedal dan
lever. Pedal digunakan pada unit yang memakai clutch spring type dan untuk meringankan operator
dalam menginjak pedal maka digunakan single acting booster untuk unit komatsu dan servo type
pada unit Nissan. Sedangkan lever digunakan pada unit yang memakai main clutch over center type.
Untuk meringankan operator dalam menggerakkan lever maka pada unit tersebut digunakan main
clutch hydraulic booster tipe double acting.
Inertia Brake
Pada saat perpindahan gigi transmisi (gear shifting), input shaft transmisi masih berputar karena
adanya sisa putaran. Hal ini akan mengakibatkan beberapa kerusakan seperti rusaknya roda gigi
transmisi dan suara yang berisik. Untuk mengantisipasi permasalahan ini, unit dilengkapi dengan
inertia brake dibelakang dari main clutchnya. Inertia brake digerakkan oleh lever main clutch pada
operator seat, dengan menggerakkan main clutch lever maka clutch akan disenganged, inertia brake
akan aktif dan interlock device pada transmisi tidak akan mengunci.
22
Direct Drive System
Latihan Soal
Latihan berikut dikerjakan oleh Peserta secara mandiri setelah menyelesaikan Pelatihan pada bab 1.
Disertakan pula kunci jawaban untuk latihan ini guna mengetahui hasil pekerjaan Peserta.
23
BAB II
Tujuan Bab 2:
Referensi :
Multy Scania
Shop Manual D50A-16
Shop Manual D60A-6
UD Nissan Automotive Engineering Chassis
Unit Instruction Manual Crawler Tractors
Training Aid
Direct Drive System
Tujuan Pelajaran 1
Setelah mengikuti pembelajaran pada pelajaran 1, siswa mampu menjelaskan struktur dan cara kerja
transmisi non constantmesh.
Pada unit yang menggunakan main clutch (direct drive system) tenaga dari engine disalurkan melalui
flywheel ke main clutch, ketika main clutch enganged maka tenaga disalurkan ke transmisi. Pada
bulldozzer tenaga dari transmisi diteruskan ke bevel gear, kemudian ke steering clutch dan akhirnya
menuju ke final drive menggerakkan sprocket untuk menjalankan unit. Transmisi pada unit yang
menggunakan main clutch adalah transmisi mekanis, transmisi mekanis dibagi menjadi tiga macam
yaitu non constantmesh transmission (sliding mesh transmission), constantmesh transmission dan
synchromesh transmission.
Struktur non constantmesh transmission terdiri dari gear yang spline pada shaftnya dan berputar
bersama. Yoke terpasang pada groove yang terdapat pada gear untuk menggerakkannya. Gear
tersebut dapat digerakkan sepanjang haft untuk berhubungan (mesh) dengan gigi pada shaft yang
lainnya.
Salah satu unit yang menggunakan transmisi non constanmesh adalah D50A-16, transmisi ini terdiri
tiga shaft yaitu main shaft, countershaft dan intermediate shaft yang dilengkapi dengan gigi-gigi di
tiap shaftnya. Dibawah ini merupakan struktur transmisi D50-16:
25
Direct Drive System
1. Transmission Case 16. Collar 31. Gearshift Lever (1st, 2nd, 3rd
2. Coupling 17. Cylindrical Roller Bearing speeds)
3. Coupling Holder 18. Oil Seal 32. Gearshift Lever (4th speeds
4. Oil Seal 19. Cover forward)
5. Bearing Cage 20. Cylindrical Roller Bearing 33. Fork (4th speeds)
6. Cylindrical Roller Bearing 21. Ball Bearing 34. Fork (3rd speeds)
7. Bearing Cage 22. Oil Seal 35. Fork (2nd speeds)
8. Self Aligning Roller Bearing 23. Cover 36. Fork (1st speeds)
9. Cylindrical Roller Bearing 24. Cover 37. Fork Shaft (4th speeds)
10. Main Shaft 25. Bearing Holder 38. Fork Shaft (3rd speeds)
11. Coupling 26. Ball Bearing 39. Fork Shaft (2nd speeds)
12. Cover 27. Collar 40. Fork Shaft (1st speeds)
13. Bearing Holder 28. Intermediate Shaft 41. Plunger
14. Self Aligning Roller Bearing 29. Cylindrical Roller Bearing 42. Spring
15. Countershaft 30. Cover
26
Direct Drive System
Tenaga dari coupling (2) diteruskan ke main shaft (10) menuju countershaft (15) melalui roda gigi A
yang berhubungan dengan roda gigi F sehingga countershaft terus berputar. Roda gigi F selalu
berhubungan dengan roda gigi J pada intermediate shaft sehingga apabila roda gigi F berputar maka
roda gigi J akan ikut berputar. Apabila gearshift lever digerakkan maka shifter fork akan
memindahkan roda gigi pada shaft sehingga ada roda gigi yang saling berhubungan (gearshifting).
Oli pada transmission case dipercikan oleh putaran dari roda gigi (splash) untuk melumasi bearing
dan gigi-giginya.
Posisi Netral
27
Direct Drive System
Pada saat gearshift lever posisi speed empat (F4), main clutch coupling (11) akan terhubung dengan
mainshaft sehingga tenaga dari engine akan diteruskan secara langsung ke mainshaft (top speed)
menuju bevel gear tanpa harus melewati countershaft maupun intermediate shaft.
28
Direct Drive System
29
Direct Drive System
Tujuan Pelajaran 2
Setelah mengikuti pembelajaran pada pelajaran 1, siswa mampu menjelaskan struktur dan cara kerja
transmisi constantmesh.
Pada transmsi tipe constantmesh driven gear pada splined shaft selalu berhubungan dengan drive
gearnya sehingga selalu berputar, perputaran driven gear tidak memutarkan shaftnya. Perputaran
driven gear akan diteruskan ke shaft apabila coupling sudah dipindahkan dengan sempurna sampai
clutch hub terhubung dengan shaftnya sehingga driven gear dapat memutarkan shaft.
Constantmesh Transmission
Salah satu unit yang menggunakan transmisi constanmesh adalah D60A-6, dibawah ini merupakan
struktur transmisi D60A-6:
30
Direct Drive System
Constantmesh Transmission
31
Direct Drive System
32
Direct Drive System
33
Direct Drive System
yang terhubung dengan gear D yang fix dengan spline main shaft sehingga main shaft memutarkan
pinion gear Q.
Pada transmisi constantmesh gear-gearnya sudah berhubungan akan tetapi tidak memutarkan main
shaft (output shaft), untuk meneruskan putaran ke mainshaft dengan menggunakan pergerakan
coupling gear. Coupling gear dapat sliding terhadap hub dan guide gear sehingga perpindahan gear
pada tipe ini lebih bagus dibandingkan dengan tipe transmisi non constantmesh, selain itu gear yang
digunakan berbentuk helical yang akan meningkatkan durability dari gear itu sendiri.
5th Speed
34
Direct Drive System
Tujuan Pelajaran 3
Setelah mengikuti pembelajaran pada pelajaran 1, siswa mampu menjelaskan struktur dan cara kerja
transmisi synchromesh.
Pada umumnya synchromesh tidak digunakan untuk speed satu, mundur dan crawler gear (khusus
pada scania), akan tetapi synchromesh digunakan pada speed dua sampai speed yang paling tinggi.
Berdasarkan text book yang dikeluarkan UD Nissan transmisi yang menggunakan synchromesh dibagi
menjadi dua jenis, diagramnya adalah sebagai berikut:
35
Direct Drive System
Synchromesh Type
Pin Type
Constant load type digunakan sebelum munculnya inertia lock type, gear pada transmisi ini dapat
berhubungan untuk meneruskan tenaga sebelum gearnya berhubungan dengan sempurna.
Sedangkan untuk inertia lock type gear tidak akan meneruska tenaga sebelum gear tersebut
berhubungan dengan sempurna yang dibantu oleh synchronizer.
• Inertia Lock Key Type
Tipe ini paling banyak digunakan pada masa sekarang, dimana untuk menghubungkan gearnya
berdasarkan prinsip dari friction clutch. Speed gear ke lima dan enam pada transmisi Nissan Diesel
model TMH 600 atau MTS 60 menggunakan synchromesh inertia lock key type. Struktur dari
transmisi yang menggunakan synchromesh inertia lock key type adalah sebagai berikut:
36
Direct Drive System
37
Direct Drive System
Pada unit scania, synchromesh terletak pada main gearbox dan planetary gearnya (untuk tipe
transmisi scania yang dilengkapi planetary gear). Pada reverse dan crawl gear tidak memakai
synchromesh tetapi hanya memakai coupling sleeve
Single Synchromesh untuk proses gear shiftingnya. Synchromesh pada
main gearbox terbagi menjadi dua yaitu single
synchromesh dan double synchromesh.
Pada unit scania susunan gear selain untuk
kecepatan pertama menggunakan single
synchromesh. Mainshaft (9) berhubungan dengan
driver (7), locking roller (5), plunger (3), spring
(2), shift sleeve (6) dan latch cone (4) yang selalu
berputar dengan kecepatan yang sama.
Synchromesh cone terpasang spline pada gear
wheel (8). Shift sleeve (6) yang memiliki internal
gear dapat digerakkan mengunci synchromesh
cone. Dibawah shift sleeve terdapat locking roller
1. Synchromesh cone 6. Shift sleeve (5) yang memiliki dua fungsi, pertama untuk
2. Spring 7. Driver mengunci shift sleeve ketika netral dan untuk
3. Plunger 8. Gear wheel
4. Latch cone 9. Main shaft mengatur kecepatan gear wheel ketika shift sleeve
5. Locking roller mulai menekan latch cone dan synchromesh cone.
Double Synchromesh
Double synchromesh digunakan untuk first gear
(kecepatan pertama), tipe ini memiliki surface
friction yang besar sehingga untuk engage
gearnya lebih keras. Synchromesh cone pada
single synchromesh diganti dengan coupling disc
(7) dan intermediate cone (4).
Latch cone dan inner cone dihubungkan oleh
driver plate. Intermediate cone dihubungkan
dengan coupling disc menggunakan delapan pin
yang membuat cone dapat bergerak secara axial.
38
Direct Drive System
Gear Shifting
Jika clutch hub sleeve digerakkan ke arah
Î,maka shifting key akan bergerak ke
arah yang sama. Gerakan shifting key
akan mendorong synchronizer ke arah Î
sehingga putaran dari gear akan
diteruskan ke synchronizer ring.
39
Direct Drive System
Kondisi Netral
Jika shaft B berputar maka
gear S dan gear T akan ikut
berputar tapi shaft A
dihubungkan clutch hub dan
clutch tidak terputar.
Gear Shifting
Jika clutch digerakkan ke arah Î maka cone akan
bergeser ke arah yang sama mendekati disk dan
memutar clutch.
40
Direct Drive System
Arah putaran dari synchronizer ring ditentukan dari perbedaan kecepatan hub dan main gear. Putaran
hub lebih tinggi dari main gear pada saat shifting down menyebabkan ring berputar berlawanan
dengan hub. Saat shifting up kecepatan hub lebih rendah dari main gear sehingga ring berputar
searah dengan hub.
Ketika sleeve digerakkan lebih lanjut maka lock plunger akan terdorong ke bawah. Pertemuan antara
ujung internal spline pada sleeve dan eksternal spline pada ring maka pergerakan sleeve akan
terhenti. Perpindahan sleeve akan lebih lancar dengan memperkuat kontak antara ring dan cone
sehingga ketika shifting down kecepatan cone akan meningkat, sedangkan ketika shifting up
kecepatan cone akan berkurang.
Pada saat sleeve dan main gear kecepatannya sama sebagai akhir dari sinkronisasi, friction torque
pada cone clutch akan menghilang. Internal spline pada sleeve enganged dengan eksternal spline
pada ring sehingga shifting gear dapat dikatakan sempurna.
41
Direct Drive System
Tujuan Pelajaran 3
Setelah mengikuti pembelajaran pada pelajaran 1, siswa mampu menjelaskan struktur dan cara kerja
transmisi synchromesh.
42
Direct Drive System
Pada tipe ini, shifter fork shaft yang tidak dipakai akan dikunci oleh gate, sedangkan shifter fork shaft
yang akan digeser tidak terkunci oleh gate. Seperti terlihat pada gambar diatas shifter fork shaft A
dan C terkunci oleh gate, sedangkan shifter fork shaft B menjadi bebas. Sehingga gear shift lever
dapat menggerakkan shifter fork shaft B. Apabila hendak memindahkan kecepatan dimana shifter
fork terpasang pada shifter fork shaft A,maka shifter fork shaft B harus diposisikan netral, selanjutnya
gate dapat digeser dan akan mengunci shifter fork shaft B dan C pada posisi netral. Sedangkan
shifter fork shaft A menjadi bebas (tidak terkunci). Sehingga memungkinkan Gear Shift lever
menggerakkan shifter fork kepada posisi yang diinginkan.
43
Direct Drive System
Pin type
Tipe kedua DMPD yaitu dengan menggunakan pin untuk
mengunci shifter fork shaft supaya tidak terjadi dua buah
gigi kecepatan berhubungan (mesh). Mekanisme
pengunciannya dengan menggunakan groove rounding
pada ujung shifter fork shaft (A, B dan C) dengan
dilengkapi tiga pin (X, Y dan Z) seperti diilustrasikan
gambar disamping dimana shifter fork shaft A, B dan C
dalam posisi netral. Shifter fork shaft tidak terkunci oleh
pin sehingga dapat digerakkan.
44
Direct Drive System
Interlock Device
Transmisi harus dilengkapi dengan peralatan yang digunakan untuk menghindari lepasnya hubungan
gigi kecepatan karena pengaruh dari getaran. Peralatan tersebut disebut sebagai interlock device
yang dikontrol oleh suatu linkage-linkage yang berhubungan dengan main clutch dan inertia brake.
Interlock System
Pada bulldozer, dipasang interlock device yang berfungsi untuk :
Mencegah bergerak shifter fork shaft dengan sendirinya karena pengaruh getaran. Sehingga
dapat menghindar lepas hubungan (mesh) roda gigi kecepatan ataupun roda directional.
Mencegah pemindah gigi arah (maju atau mundur) ataupun tingkat kecepatan pada transmisi
tanpa mengoperasikan lever ataupun pedal clutch terlebih dahulu.
Interlock Device
45
Direct Drive System
46
Direct Drive System
47
Direct Drive System
Ringkasan
Transmisi Constantmesh
Pada transmsi tipe constantmesh driven gear pada splined shaft selalu berhubungan dengan drive
gearnya sehingga selalu berputar, perputaran driven gear tidak memutarkan shaftnya. Perputaran
driven gear akan diteruskan ke shaft apabila coupling sudah dipindahkan dengan sempurna sampai
clutch hub terhubung dengan shaftnya sehingga driven gear dapat memutarkan shaft.
Transmisi Synchromesh
Pada dasarnya synchromesh transmission sama dengan constant mesh transmisi. Synchromesh
merupakan komponen dalam gearbox transmission yang berfungsi untuk membantu dalam
melakukan proses perpindahan kecepatan (gear shifting), synchromesh transmission mempunyai
keuntungan yaitu dapat memindahkan kecepatan tanpa harus berhenti terlebih dahulu. Sebuah
synchronizer digunakan agar pada saat gear shifting lebih lembut dan tidak berisik.
Synchromesh transmission biasa dipakai pada automobile termasuk pada unit Nissan dan Scania.
Pada Nissan synchromesh dibagi menjadi dua macamyaitu constant load type dan inertia lock type,
inertia lock type dibagi lagi menjadi key, pin dan plunger type. Scania membagi synchromesh menjadi
dua macam single dan double synchromesh.
48
Direct Drive System
Latihan Soal
Latihan berikut dikerjakan oleh Peserta secara mandiri setelah menyelesaikan Pelatihan pada bab 1.
Disertakan pula kunci jawaban untuk latihan ini guna mengetahui hasil pekerjaan Peserta.
49
BAB III
PENGETESAN DAN PENYETELAN
(TESTING AND ADJUSTING)
Tujuan Bab 3:
Referensi :
Pelajaran 1: Clutch
Tujuan Pelajaran 1
Setelah mengikuti pembelajaran pada pelajaran 1, siswa mampu menjelaskan dan melakukan
pengetesan serta penyetelan pada clutch.
Pendahuluan
Sebuah unit yang menggunakan system pemindah mekanis (main clutch) diketahui mengalami low
power. Unit low power dapat disebabkan kondisi main clutch tidak dapat menyalurkan tenaga dengan
baik. Sebelum melaksanakan troubleshooting terhadap main clutch, harus dipastikan terlebih dahulu
bahwa kondisi dan performance engine baik (std). Untuk itu harus terlebih dahulu
mengecek/mengetest enginenya. Setelah dalam kondisi masih baik, baru dilakukan langkah-langkah
sebagai berikut:
Normal
* Engage spring lemah Abnormal
* Adjust Pressure plate
kurang rapat
51
Direct Drive System
52
Direct Drive System
53
Direct Drive System
D60-6 40 – 45
D60-7 42 – 45
D60-8 42 – 45
D80-12 45-50
D80-18 40-50
D150-1 60 - 70
54
Direct Drive System
Tujuan Pelajaran 2
Setelah mengikuti pembelajaran pada pelajaran 2, siswa mampu menjelaskan dan melakukan
pengetesan serta penyetelan pada inertia brake.
55
Direct Drive System
Ringkasan
Clutch
Pada unit yang menggunakan main clutch harus selalu diperiksa apakah clutchnya mengalami slip
atau tidak. Pemeriksaan ini dilakkukan ketika sudah diketahui kondisi engine masih sesuai standar.
Pengetesan main clutch dilakukan dengan memberikan beban berlebihan pada unit. Apabila engine
stall dalam waktu 0,8-1,3 detik maka clutch dalam kondisi baik, jika tidak maka perlu di adjust ulang
dan dilakukan pengetesan kembali. Penyetelan untuk main clutch spring type dan over center typr
terdapat sedikit perbedaan, dimana pada spring type penyetelan dilakukan dengan memutar adjuster
ring untuk mendorong pressure plate sedangkan pada over center dengan menggunakan open end
wrench 50 memutar link weight untuk menggerakkan adjuster ring atau collar.
Inertia Brake
Inertia brake berfungsi agar ketika pemindahan kecepatan tidak terjadi suara berisik dan gear yang
susah masuk karena adanya putaran sisa dari input shaft transmisi. Inertia brake ini dipasang pada
clutch yang berpasangan dengan tranmisi tipe sliding dengan constant mesh. Pengetesan dan
penyetelan inertia brake dilakukan ketika transmisi susah untuk gear shifting.
56
Direct Drive System
Latihan Soal
Latihan berikut dikerjakan oleh Peserta secara mandiri setelah menyelesaikan Pelatihan pada bab 1.
Disertakan pula kunci jawaban untuk latihan ini guna mengetahui hasil pekerjaan Peserta.
57