PEMINDAH MEKANIS
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I. CLUTCH
BAB III. T R A N S M I S I
A. MAIN CLUTCH………………………………………………IV- 1 - 6
1. Cara Mengetes Clutch Slippage……………………………IV- 2 - 6
2. Cara Menyetel Clutch Over Center Type………………….IV- 2 - 6
3. Cara Menyetel Clutch Spring Type ………………………IV- 3 - 6
B. INERTIA BRAKE…………………………………………… IV- 4 - 6
1. Pengetesan ……………………………………………….. IV- 5 - 6
2. Penyetelan………………………………………………….IV- 5 - 6
C.TRANSMISI…………………………………………………..IV- 6 - 6
CLUTCH BAB I
CLUTCH I - 2 - 28
PENDAHULUAN.
Fungsi clutch :
Clutch sebagai bagian dari suatu sistem power train banyak digunakan dikendaraan,
kecuali beberapa jenis kendaraan yang sistem power trainnya menggunakan type
hydraulic.
Berkaitan dengan fungsinya dalam suatu sistem power train, clutch harus dapat
memenuhi persyaratan tertentu agar kendaraan dapat bergerak / berjalan dengan
baik dan pengoperasiannya juga tidak menyusahkan operator.
CLUTCH I - 2 - 28
~ Harus bisa melepaskan / memindahkan panas yang timbul dengan baik dan
tidak terpengaruh oleh kenaikan temperatur.
~ Konstruksinya sederhana.
~ Harganya tidak terlalu mahal.
~ Effisiensi lebih tinggi ( lebih kurang 95 % ).
~ Maintenance / perawatan lebih mudah.
~ Kemungkinan timbulnya masalah karena adanya kebocoran oli lebih kecil.
Jika dilihat dari prinsip kerjanya, beragam jenis clutch tetapi yang paling
umum / banyak digunakan adalah :
1. Friction Clucth.
2. Fluid Coupling.
Clutch jenis ini dalam penerusan tenaganya melalui media cairan / fluida.
Secara umum clutch jenis ini dapat dibedakan atas :
~ Torque converter.
~ Fluid coupling.
Driving Member
Driven
(Pump) (Impeller)
Member
( Turbine )
Untuk selanjutnya yang akan kita bahas adalah yang jenis Friction Clutch,
terutama Type Disc dan Plate : karena Clutch Type ini yang paling banyak
digunakan pada kendaraan ( Automobile ) maupun alat-alat berat.
1. Dry Type : Panas yang timbul pada Disc Clutch akibat Friction /
gesekan pada saat awal Engage / disengage di lepas
langsung ke udara. Strukturnya lebih sederhana dan
tidak mungkin terjadi problem kebocoran oli.
2. Wet Type : Panas yang timbul pada Disc di lepas ke Oli dan juga Oli
tersebut berfungsi sebagai untuk melumasi bagian -
bagian yang bergerak lainnya.
3. Multi Disc Type : Menggunakan tiga atau lebih disc ( Driven Plate ).
~ Multi Spring.
~ Single Spring.
Jika torque transmitting capacity clan suatu clutch lebih kecil dari maximum
torque yang dikeluarkan engine, maka tidak akan tercapai maximum torque
pada transmisi karena terjadinya slip pada clutch.
Sebaliknya jika torque transmitting capacity suatu clutch terlalu besar dibanding
torque maximum yang dikeluarkan engine, maka akan mengakibatkan engine
stall ( mati ) pada saat transmisi mendapat beban berlebihan (over load ).
do + di
T = η . z . μ . P . (kgm)
4000
Besarnya torque ratio pada suatu kendaraan kendaraan tersebut, secara umum
tergantung dari aplikasi :
~ Gasoline truck = 1,1 – 1,3.
~ Diesel truck = 1,3 – 2,3
~ Industrial engine = 1,0 – 3,0
Setelah penggunaan biasanya nilai torque transmitting capacity suatu clutch
mungkin akan menurun. Hal ini yang akan menyebabkan terjadinya slip ( di
rasakan low of power )
Pada dry type clutch, slip yang terjadi umumnya diakibatkan oleh :
~ Pada permukaan clutch terdapat oli.
~ Tekanan terhadap clucth berkurang.
~ Keausan pada facing material disc / driven plate.
CLUTCH I - 6 - 28
C. FRICTION CLUTCH.
1. Spring Type.
1. Rod
2. Yoke
3. Release yoke
4. Release bearing
5. Release lever
6. Pressure plate
7. Spring engaged
8. Spring booster
Prinsip kerjanya :
Pressure Plate ( 6 ) karena mendapat tekanan dari Clutch Spring ( 7 ) akan
menekan Disc ( Driven Plate ) ke arah Flywheel, sehingga putaran Flywheel
dapat diteruskan ke Output Shaft melalui Disc ( posisi Engaged )
Posisi disengaged :
Pada saat pedal kopling diinjak, gerakan Yoke ( 2 ) ke arah Î dan memutarkan
Release Yoke ( 3 ) seperti ditunjukkan panah. Gerakan ini akan membuat
Release Bearing ( 4 ) terdorong ke arah Í menekan Release Lever ( 5),
selanjutnya Release Lever ( 5 ) akan menarik Pressure Plate ( 6 ) melawan
kekuatan Clutch Spring ( 7 ). Akibatnya Disc tidak lagi terjepit di antara Flywheel
dan Pressure Plate ( Disengaged ), maka putaran Flywheel tidak
diteruskan ke Output Shaft.
CLUTCH I - 7 - 28
1. Clutch shaft
2. Pilot bearing
3. Flywheel
4. Driven plate guide gear
5. Driven plate
6. Drive plate
7. Pressure plate
8. Release lever
9. Release lever yoke
10.Clutch spring
11.Clutch cover
12.Return spring
13.Adjustment nut
14.Bracket
15.Lock
16.Pump drive gear
17.Rod
18.Release Cooler
19.Release bearing
20.Bearing cage
21.Release yoke
22.Strainer
Prinsip kerjanya :
Plate ( Drive Plate, 6 ) bergigi di lingkaran luarnya dipasang pada Flywheel,
sedangkan Disc ( Driven Plate, 5 ) dipasang pada Driven Plate Guide Gear
( 4 ). Guide Gear dihubungkan dengan Output Shaft ( 1 ) melalui Spine.
CLUTCH I - 8 - 28
Posisi engage :
Clucth Spring ( 10 ) duduk antara Release Collar ( 18 ) dan Spring Seat. Spring
Seat terpasang pada Clutch Cover ( 11 ), akibatnya spring mempunyai gaya
dorong ke arah Î, sehingga Release Collar ( 18 ) akan terdorong ke arah Î.
Rod ( 17 ) satu ujungnya diikatkan pada Release Collar ( 18 ), akibatnya ketika
Release Collar ( 18 ) bergerak maka Rod ( 17 ) juga akan ikut terbawa. Ujung
lain dari Rod ( 17 ) dipasang pada Release Lever ( 8 ), sedang bagian lainnya
dari Release Lever ( 8 ) berfungsi untuk menekan Pressure Plate ( 7 ). Release
Lever ( 8 ) dipasangkan secara engsel pada Release Lever Yoke ( 9 ) dengan
perantaraan pin A.
Posisi disengage :
Ketika Release Collar ( 18 ) didorong ke arah Í melawan kekuatan Clutch
Spring ( 10 ), maka Rod ( 17 ) juga akan terdorong ke arah Í. Gerakan ini
akan membuat Release Lever ( 8 ) yang dipasang pada Rod bergerak ke arah
Í, sehingga bagian lainnya akan bergerak ke arah Î maka tidak lagi
menekan Pressure Plate ( 7 ). Pada posisi ini Plate ( Driving Plate) dan Disc
( Driving Plate ) Disengage. Pada Clutch Type Spring ini kondisi normalnya
adalah selalu dalam keadaan Engage.
CLUTCH I - 9 - 28
Keterangan :
A - B - C = Connecting point
CARA KERJA :
Clutch Engage :
Ketika Yoke ( 3 ) digerakkan ke Í ( ke arah Flywheel ),Collar
( 1 ) bersama Connection point A akan bergerak ke arah Í
dan Connection point B akan tertarik ke arah Î ( ke arah
Clutch Shaft ), sedangkan Link Weight ( 5 ) akan berputar
pada titik C dan bergerak ke arah Î ( menjauhi Clutch Shaft
). Jika ( 1 ), ( 2 ), ( 4 ), ( 5 ), ( 6 ), ( 7 ) dan ( 8 ) pada saat itu
berputar, Link Weight ( 5 ) akan tertarik keluar (Ð ) oleh gaya
Centrifugal W dan Connection point B akan makin cenderung
terdorong ke dalam ( Ï ). Sehingga Connection point A akan
makin mendekati Flywheel dan gaya dorong F akan menekan
Pressure Plate ( 7 ), akibatnya Plate dan Disc akan Engage.
Posisi ini akan tetap / terkunci selama Collar ( 1 ) tidak
digerakkan / ditarik.
Clutch Disengage :
Ketika Yoke ( 3 ) digerakkan ke Î ( ke arah Transmisi ),
collar ( 1 ) bersama Connection point A akan bergerak ke
arah Î dan Connection point B akan tertarik ke arah Ï
( ke arah Clutch Shaft ) sedangkan Link Weight ( 5 ) akan
berputar pada titik C dan bergerak ke arah Ð ( luar ).
Jika ( 1 ), ( 2 ), ( 4 ), ( 5 ), ( 6 ), ( 7 ) dan ( 8 ) pada saat itu
berputar, Link Weight ( 5 ) akan tertarik ke luar (Ð ) oleh
gaya Centrifugal W dan Connetion point B akan makin
cenderung terdorong ke arah dalam (Ï , sehingga
Connection point S akan cenderung bergerak ke arah Î oleh
gaya R dan Roller ( 6 ) tidak lagi menekan Pressure Plate (7).
Dan dengan adanya Return Spring pada Pressure Plate
segera membuat Plate dan Disc Disengage. Posisi ini akan
tetap demikian selama Collar ( 1 ) tidak digerakkkan /
didorong.
CLUTCH I - 13 - 28
a. Disc.
Dalam bentuk dan jenis Disc tergantung pada tujuan penggunaan Clutch
tersebut. Standard bentuk Disc dan penamaan bagian-bagiannya
( nomenclature ) adalah sebagai berikut
Gbr. I - 12. Macam - macam bentuk pola alur ( Pattern ) pada Disc.
CLUTCH I - 16 - 28
c. Clutch Spring.
Main Spring.
Spring ini digunakan hanya pada Main Clutch Type Spring dan berfungsi
sebagai sumber tenaga yang akan menekan Pressure Plate agar Disc
dan Plate dapat Engage
Return Spring.
Spring ini bertugas untuk menarik kembali Pressure Plate pada saat
Clutch diposisikan Disengage.
d. Adjuster.
Pada saat Clutch Disc sudah aus, Clutch akan cenderung Slip ketika
mendapat beban berat. Untuk mengatasinya ( sebelum Disc benar-benar
aus / habis ) dapat dilakukan dengan mengencangkan Adjuster. Pada
prinsipnya dengan mengencangkan Adjuster tersebut menekan Pressure
Plate lebih jauh agar celah / clearance antara disc dan plate kembali menjadi
kecil / rapat.
D. SISTEM KONTROL.
1. Pedal
Pada Unit yang memakai Clutch Spring type, proses disengage dengan jalan
menekan pedal.
Type pedal :
a. Mechanical
b. Booster : ~ Spring booster.
~ Hydraulic booster : Single acting.
Non servo type.
Servo type.
a. Mechanical Type.
Type pergerakkan / pengontrolan Mechanical ini banyak / umum
digunakan di automobile, ciri-cirinya :
Konstruksi sederhana.
Pergerakan secara langsung dengan melalui linkage-linkage.
Membutuhkan tenaga yang besar untuk mengoperasikannya, karena
langsung melawan kekuatan dari Clutch Spring.
b. Booster Type.
Untuk membantu meringankan injakan pedal supaya operator tidak cepat
lelah harus melawan gaya Spring pada Clutch, maka dibantu dengan
Booster.
1. Spring Booster.
Booster Type ini menggunakan kekuatan Spring yang akan membantu
operator ketika menekan Pedal untuk men-disengage-kan Clutch.
2. Hydraulic Booster.
Booster type ini menggunakan Oli bertekanan ( Pressure Oil ) yang
akan membantu operator ketika akan men-disengagge-kan Clutch /
menekan Pedal Clutch.
Type Booster yang dipakai untuk ini adalah Single Acting Type, dipakai
pada Unit Bulldozer.
CLUTCH I - 21 - 28
Servo Type.
Pada type ini tidak hanya menggunakan tekanan Oli, tetapi juga
memanfaatkan tekanan udara dari Compressor. Komponen terdiri dari
Master Cylinder dan Clutch Booster. Clutch Booster ini yag bertindak
sebagai Actuator, yang mana bekerjanya berdasarkan tekanan oli dan
tekanan udara.
B. Lever.
Prinsip kerja :
1. Men-disengage-kan Main Clutch.
1. Yoke
2. Spool
3. Sleeve
1. Yoke
2. Spool
3. Sleeve
Booster Sleeve akan kembali bergerak jika Spoolnya kita gerakkan / tarik
ke arah Î lagi ( untuk menutup celah “ d “ lagi ). Karena bekerjanya yang
berurutan seperti di atas, maka pergerakkan Booster bisa lebih halus
( Smoothly ).
Sedangkan tenaga yang dibutuhkan operator untuk Disengaged/Engaged
Main Clutch hanya sekedar untuk menggerakkan Spool agar menutup
celah “ c “ ( untuk Disengaged) ataupun celah “ d “ ( untuk Engage ).
CLUTCH I - 28 - 28
~ HYDRAULIC DIAGRAM.
Gbr. I - 29. Rangkaian Hidrolis dan Sirkuit Hidrolik pada Clutch Over Center Type
dan Double Acting Booster.
INERTIA BRAKE BAB II
INERTIA BRAKE II - 1 - 2
Jika Main Clutch di-disengage-kan, maka Output Shaft Main Clutch masih berputar
karena gaya Inertia.
Agar pemindahan kecepatan tidak mengalami hal-hal yang tidak diinginkan seperti
diatas, maka tidak boleh ada ada putaran dari Input Shaft Transmisi, Untuk
menghentikan putaran dari Main Clutch Output Shaft tersebut di rem dengan Inertia
Brake.
Inertia Brake ini dipasang pada Clutch yang berpasangan dengan tranmisi Tipe
Sliding dengan Constant Mesh.
Cara kerja :
Ketika main Cluth diposisikan ke Disengage, Brake Drum ( 2 ) yang dibaut dengan
Main Clutch Shaft akan direm dengan Brake Band ( 3 ), sehingga putaran Main
Clutch Shaft terhenti.
TRANSMISI BAB III
TRANSMISI III - 1 - 29
Fungsi Transmisi :
Mengatur kecepatan gerak dan torque serta berbalik putaran, sehingga dapat
bergerak maju dan mundur.
A. PRINSIP DASAR.
Pada dasarnya transmisi itu terdiri dari beberapa road gigi yang disusun pada
beberapa poros roda gigi yang ditumpu sejajar.
Output Torque
T = Rm x TA
T = Output torque.
Rm = Gear ratio
TA = Input torque.
Contoh : Dua buah roda gigi yang berdiameter tidak sama dipasangkan
sedemikian rupa sehingga roda gigi yang satu memutar roda gigi
yang lain.
Roda gigi I : Z1 = 25 teeth, sebagai input.
Roda gigi 11 : Z2 = 100 teeth, sebagai output.
G. Output 100
Rm = = = 4
G. Input 25
TRANSMISI III - 2 - 29
Apabila roda gigi II ( gigi out put ) semakin besat berarti gear ratio akan
semakin besar.
Semakin besar gear ratio, semakin besar pula out put torque.
1
N = x NA
Rm
Pada Transmisi Non Constant Mesh, roda gigi ( gear ) tidak saling
berhubungan pada saat netral.
Pada kondisi ini ketika Input Shaft berputar maka hanya Counter Shaft
dan Intermedite Shaf yang berputar,sedang Main Shaft tidak berputar.
Pada Non Constant Mesh ini Gear yang digunakan adalah Type gigi
lurus ( spur gear type). Sisi-sisi gigi pada pertemuan roda gigi yang
berpasangan dibuat agak bulat / tidak bersudut tajam ( Chamfer ).
TRANSMISI III - 3 - 29
No.of teeth.
Pada Constant Mesh Type roda gigi satu dengan roda gigi pasangannya
telah berhubungan, akan tetapi tidak terjadi perpindahan tenaga dari satu
Shaft ke Shaft yang lainnya.
Agar terjadi perpindahan tenaga dari satu Shaft ke Shaft yang lainnya, maka
Coupling yang berada pada Shaft harus dihubungkan dengan Gear pada
roda gigi B.
Keterangan gambar :
I = Input Shaft
II = PTO Shaft
III = Counter Shaft
IV = Output Shaft.
Gbr. III - 13. Urutan Gear yang bekerja pada posisi maju 1.
TRANSMISI III - 13 - 29
Gbr. III - 14. Urutan Gear yang bekerja pada posisi mundur 1.
TRANSMISI III - 14 - 29
Gbr. III - 15. Urutan Gear yang bekerja pada posisi maju 5.
TRANSMISI III - 15 - 29
3. Synchromesh Transmission.
Key Type.
Pin Type.
a. Key Type.
~ Clutch Hub.
Dipasang pada Shaft dengan memakai Spline.
~ Synchronizer Ring.
Dipasang pada bagian Tirus ( Cone ) dari Gear.
~ Synchromesh.
Dipasang pada alur yang terletak pada bagian luar Clutch Hub, akan
menekan Clutch Hub Sleeve karena didorong oleh Key Spring.
Synchromesh Shifting Key dipasang pada Clutch Hub tersebut sebanyak
3 ( tiga ) buah.
1. Saat netral.
Apabila Shaft B berputar, maka Gear U akan memutar Gear X dan Gear
V akan memutar gear Y. Putaran dari Gear X ataupun Gear Y tidak
diteruskan ke Shaft A..
TRANSMISI III - 17 - 29
Jika Clutch Hub Sleeve digerakkan ke arah Î, maka Shifting Key akan
bergerak ke arah yang sama. Gerakan Shifting Key akan mendorong
Synchronizer ke arah Î. Sehingga putaran dari Gear akan di.teruskan ke
Synchronizer Ring.
Jika Clutch Hub Sleeve digerakkan ke arah Î lebih jauh, seperti terlihat
pada gambar di bawah.
b. Pin Type.
1. Disc 6. Clutch
2. Pin 7. Cone
3. Guide Pin 8. Hub
4. Ball 9. Main shaft
5. Spring 10. Sleeve
1. Disc
2. Pin
3. Guide pin
4. Ball
5. Spring
6. Clutch
7. Cone
8. Hub
Clutch Hub.
Clutch hub atau Hub dipasang pada Shaft dengan memakai Spline.
Clutch.
Clutch atau Clutch Hub Sleeve terpasang pada bagian luar Clutch Hub dan
dihubungkan dengan Spline. Bagian luar Clutch dibuat alur yang berfungsi
sebagai dukungan Shifter Fork.
Cone.
Cone atau Ring berputar dengan Clutch karena ada Guide Pin.
Disk.
Berhubungan dengan sisi High Gear atau Low Gear.
Guide Pin.
Diletakan pada bagian dalam Clutch. Pada bagian tengah ditekan oleh Ball
yang ditempatkan di Hub Sleeve Hole. Guide Pin tidak diikatkan dengan
Cone kiri dan kanan.
Pin.
Diikatkan dengan ring kiri dan kanan. Pada bagian tengah diberi celah. Pin
ini menembus Clutch.
TRANSMISI III - 21 - 29
Cara kerja :
1. pin
2. Clutch
3. Fork
4. Spring
5. Ball
6. Guide pin
7. Cone
8. Disc
Jika Shaft B berputar maka Gear S dan Gear T akan ikut berputar tapi Shaft
A dihubungkan Clutch Hub dan Clutch tidak terputar
TRANSMISI III - 22 - 29
Begitu Clutch digerakkan ke arah Î lebih jauh lagi Ball akan tertekan.
Clutch akan menghubungkan Clutch Hub dan Gear, melalui Spline bagian
dalam Clutch.
TRANSMISI III - 23 - 29
1. Shifter Fork.
Gear Shift Lever berfungsi untuk menggerakkan Shifter Fork Shaft sehingga
Shift Fork dapat berpindah posisi. Gear Shift Lever digerakkan oleh
operator.
a Gate Type.
b Pin Type.
a. Gate type.
Gate bergerak melintang terhadap Shifter Fork Shaft. Gate Shift Lever
bergerak memanjang, arah Shifter Fork Shaft untuk menggerakkan
Gate.
Pada type ini, Shifter Fork Shaft yang tidak dipakai akan dikunci oleh
Gate, sedangkan Shifter Fork Shaft yang akan digeser tidak terkunci
oleh gate. Seperti terlihat pada gambar diatas Shifter Fork Shaft A dan
C terkunci oleh Gate, sedangkan Shifter Fork Shaft B menjadi bebas.
Sehingga Gear Shift Lever dapat menggerakkan Shifter Fork Shaft B.
Apabila hendak memindahkan kecepatan dimana Shifter Fork
terpasang pada Shifter Fork Shaft A, maka Shifter Fork Shaft B harus
diposisikan netral, selanjutnya Gate dapat digeser dan akan mengunci
Shifter Fork Shaft B dan C pada posisi netral.
b. Pin Type.
Untuk mencegah terjadinya, dua buah gigi kecepatan berhubungan
( Mesh ) Shifter Fork Shaft dikunci oleh pin.
Dalam keadaan seperti itu Shifter Fork Shaft A dan C tak dapat
digerakkan. Agar Shifter Fork Shaft yang lainnya dapat digerakkan
maka Shifter Fork Shaft B harus dinetralkan terlebih dahulu.
Selanjutnya Shifter Fork Shaft yang lainnya baru dapat digerkkan ( misal
Shifter Fork Shaft A ). Pada keadaan seperti ini maka Pin A akan bergerak
ke arah Î yang selanjutnya mengunci Shifter Fork Shaft B. Juga pada saat
Pin A bergerak kearah Î, akan mendorong Pin y ke arah yang sama. Pin y
ini akan mengunci Shifter Fork Shaft C.
4. Interlock Device.
1. Interlock shaft
2. Interlock plunger
3. Interlock spring
5. Shifter fork
Gbr. III - 36. Interlock Shaft dihubungkan dengan Lever atau Pedal Clutch.
TRANSMISI III - 28 - 29
1. Interlock shaft
2. Interlock plunger
3. Interlock spring
4. Shifter fork shaft
Pada kondisi seperti ini, Shifter Fork Shaft tidak dapat digerakkan karena
Interlock Plunger mengunci Shifter Fork Shaft. Interlock Plunger tidak dapat
naik ( Ï ) karena dikunci oleh Interlock Shaft.
Apabila Lever Main Clutch Disengage maka Interlock Shaft akan berputar,
sehingga Interlock Plunger tidak terterkunci. Apabila Shifter Fork Shaft
digerakkan maka Interlock Plunger akan naik ke atas mengikuti alur pada
Shifter Fork Shaft melawan gaya Interlock Spring.
Selanjutnya apabila Shifter Fork Shaft gerakannya berhenti pada posisi yang
telah ditentukan, maka Interlock Plunger akan ditekan oleh Interlock Spring
sehingga duduk pada alur Shifter Fork Shaft,. Kemudian apabila Main Clutch
kembali diposisikan pada posisi Engage, maka Interlock Plunger. Apabila
roda gigi belum berhubungan dengan betul maka Main Clutch tidak dapat di-
engage-kan. Karena gerakan Interlock Plunger.
TROUBLE SHOOTING BAB IV
TROUBLE SHOOTING IV - 1 - 7
A. MAIN CLUTCH.
Berhenti Berputar
* Stel/adjust kerapatan
pressure plate pada main clutch
Normal Abnormal
* Engage spring lemah
* Stelan/adjustment pressure
plate (adjust ring) kurang rapat
U-joint U-joint
berhenti berputar
Check steering
clutch
TRANSMISI III - 2 - 7
D 50 - 16 24 - 27
- 17 24 - 27
D 60 - 6 40 - 45
- 7 42 - 45
- 8 42 - 45
D 80 - 12 45 - 50
- 18 40 - 50
D 150 - 1 60 - 70
~ Engine stall dalam waktu 0,8 - 1,3 detik, berarti main clutch tidak
mengalami slip.
~ Engine stall dalam waktu lebih dan 1,3 detik, berarti main clutch perlu
adjustment / penyetelan.
~ Engine tidak stall ( tetap berputar ) dan :
* U-joint berhenti : Main clutch slip.
* U-joint berputar : Clutch harus ditest lagi setelah steering clutch
disetel / adjust
TRANSMISI III - 3 - 7
2.Cara menyetel kerapatan pressure plate pada main clucth Over center.
a. Kendorkan baut pengikat inspection cover dan buka inspection cover dari
main clutch housing.
b. Putarkan flywheel ( dengan meng - crank engine ) hingga lock plate ( 2 )
yang mengikat adjust ring dengan bracket berada diatas. Kendorkan lock nut
( 1 ) dan lock plate ( 2 ) seperlunya hingga adjust ring dapat diatur.
* Lock nut & lock plate hanya ada satu buah.
c. Dengan menggunakan bar, setel kerapatan pressure plate dengar
memutar ajdust ring kearah yang diperlukan.
* Diputarkan searah jarum jam berarti mengencangkan dan arah yang
beriawanan untuk mengendorkan.
TRANSMISI III - 4 - 7
B.INERTIA BRAKE.
a. Buka lantai sehingga main clutch dan inertia brake dapat terlihat dari tempat
duduk operator.
b. Hidupkan engine dan naikkan putaran engine ( full throttle ). dorong main
clutch lever ke depan / kearah disengage ( atau injak pedal clutch untuk
clutch tipe spring ).
c. Ukur waktu sampai clutch shaft ( atau universal joint ) berhenti.
* Standard waktu : 2,5 - 3,5 detik.
d. Lamanya waktu berhenti lebih dari standard akan mempengaruhi transmisi
susah masuk, karena jika clutch shaft masih berputar setelah 3,5 detik maka
akan kesulitan untuk memindahkan gear transmisi ( shifting ).
TRANSMISI III - 5 - 7
Kendorkan lock nut ( no-6 ) clan putar adjustment nut ( no.7 ) untuk menarik
brake band ( no.5 ) dan setel clearance "b".
* Setel clearance "b" sebagai berikut :
~ Putar nut searah jarum jam untuk memperkecil clearance.
~ Putar nut berlawanan arah untuk memperbesar clearance.
C. TRANSMISI.
Penyebab dari trouble ini bisa dari clutch atau inertia brake, juga bisa dari
transmisi dan linkage - linkagenya. Oleh sebab itu harus diyakinkan dahulu
bahwa clutch / inertia brake dalam keadaan baik sebelum pemeriksaan ke
transmisi.
TRANSMISI III - 6 - 7
2. Transmisi :
a Keausan atau kerusakan Ganti
bearing.
b. Keausan atau kerusakan gear Perbaiki / ganti
shaft.
c. Kerusakan pada shifting fork Perbaiki
shaft.
3. Lainnya :
a. Clutch tidak bisa release Lihat “ clutch "
( disengage ) dengan sempurna.
b. Inersia brake tidak bekerja Lihat “ Inertia Brake "
dengan sempurna.
c oli pelumas yang digunakan Ganti pelumas yang
terlalu kental ( high viskosity ). tepat.
2. Transmisi :
a. Shifter aus atau mengalami Perbaiki / ganti
perubahan bentuk ( deformasi ).
b. Keausan pada interlock device. Perbaiki / ganti
c. Spring pada interlock device. Perbaiki / ganti
sudah lemah atau patah.
d. Back lash diantara gear – gear Adjust backlash atau
sudah terlalu besar. ganti gear
TRANSMISI III - 7 - 7
Gigi netral e. End play sudah terlalu besar Adjust end play atau
sendiri untuk shaft gear. ganti thrust washer
f. Spline pada hub aus atau Ganti
ujung hub sudah aus.
g. Main shaft bearing sudah aus. Ganti