TRAINING HANDBOOK
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, atas segala rahmat & karunia,
yang telah dan selalu dilimpahkan kepada saya dan anda semua.
Rasa terima kasih yang tak terhingga, atas segala waktu dan kepercayaan
yang diberikan management kepada saya untuk bisa berimprovisasi
dalam menyusun Handbook untuk membantu Self Learning para Mechanic Buma.
Sebelumnya saya meminta maaf,
jika apa yang ada dalam Handbook ini, masih jauh dari sempurna,
karena memang ini merupakan karya pertama saya
yang masih dalam proses pembelajaran dalam menyusun Handbook panduan training.
Untuk itu dengan segala kerendahan hati saya membuka diri terhadap kritik,
saran dan masukan yang membangun tentu saja dan demi kebaikan kita bersama.
Handbook FOWAG ini disusun berdasarkan Komatsu Training Aid.
Harapannya Handbook ini dapat membantu para mekanik
Untuk memahami hal-hal yang berhubungan dengan FOWAG.
Sehingga selain menambah wawasan,
juga dapat menjadi bahan pertimbangan dalam melakukan Maintenance Unit.
Juga mudah-mudahan Handbook ini dapat membantu para rekan-rekan Instructor
Dalam memberikan penjelasan menyangkut masalah FOWAG.
Semoga bermanfaat.
Look2010157
(plant instructor buma site kideco - batukajang)
FUEL
REFINING PROCESS OF CRUDE OIL
Fuel merupakan salah satu bagian oil yang didapatkan dari crude oil dengan proses refining pada suatu titik
didih (boiling point) tertentu. Ketika crude oil dipanaskan, komponen-komponen yang mempunyai titik didih
lebih rendah akan menguap terlebih dahulu, kemudian diikuti secara berurutan oleh komponen berikutnya
sesuai titik didihnya yang semakin tinggi.
Gambar diatas menunjukkan penggambaran sederhana mengenai suatu proses refining crude oil secara
sederhana. Bagian dalam tower fractionating terdiri dari beberapa ruang penampungan yang berbeda-beda
sesuai tingkatannya. Crude oil dimasukkan dari bagian atas tower fractionating, dan kemudian dipanaskan
pada bagian bawah-nya. Saat proses ini terjadi, temperature bagian atas tower fractionating lebih rendah
daripada temperature bagian bawah, sehingga pada ruang bagian atas dari tower fractionating, komponen-
komponen yang mempunyai titik didih rendah akan menguap lebih dulu, dan komponen-komponen sisanya
mengalir turun ke ruang dibagian bawahnya.
Komponen-komponen crude oil yang mengalir turun ke ruang berikutnya juga akan menguap pada
temperature penguapan yang lebih tinggi, dan komponen-komponen sisanya terus mengalir turun ke
ruangan dibawahnya.
Dengan cara demikian, saat crude oil mengalir dari atas tower fractionating sampai ke bagian terbawahnya,
komponen dengan titik didih yang lebih rendah akan berurutan menguap.
Oil yang diuapkan akan dikelompokkan pada setiap tingkatan, dan kemudian didinginkan untuk
mendapatkan jenis-jenis fuel oiL. Oil yang mengalir keluar dari bagian yang paling bawah merupakan
residual oil (asphalt).
TYPES OF FUEL
KEROSENE
Kerosine adalah bahan bakar dengan rentang titik didih dari 170° sampai 250°C, dan digunakan untuk bahan
bakar pesawat udara.
Jika kerosene digunakan sebagai bahan baker engine diesel, akan terjadi problem-problem sebagai berikut;
1. Fuel bekerja melumasi bagian-bagian dari system fuel yang bergesekan, seperti plunger dalam pompa
injeksi atau injector nozzle. Akan tetapi, kerosene mempunyai viscosity rendah, sehingga tidak dapat
melumasi bagian2 yang bergesekan secara sempurna. Hal ini berarti bahwa tidak terdapat film oil dan akan
terjadi kerusakan atau keausan yang abnormal.
2. Dibandingkan dengan oil diesel/fuel (light/heavy), output power dengan menggunakan kerosene turun 5 -
10%. Injeksi fuel pada engine diesel, yang dikontrol adalah volume fuel. Kerosene mempunyai suatu
pembangkit panas yang besar per-satuan beratnya, tetapi berat per-satuan volume (specific gravity/berat
jenis) rendah, sehingga akibatnya, jumlah energy panas persatuan volume menjadi turun.
Fuel ini adalah bahan bakar dengan rentang titik didih dari 240° sampai 350°C, dan didistilasi setelah kerosene.
Dari semua jenis-jenis bahan bakar, fuel ini mempunyai sifat-sifat yang paling cocok untuk ignition,
combustion, dan viscosity yang diperlukan oleh engine diesel high-speed yang kecil, sehingga hampir semua
engine diesel high-speed, termasuk engine untuk unit konstruksi, menggunakan fuel (light diesel oil).
Fuel ini mengandung light diesel oil yang masih bercampur minyak residu (residual oil), dan rentang titik
didihnya sarma dengan light diesel oil. Minyak diesel berat ini digunakan sebagai bahan bakar boiler (mesin
uap), heating furnace (tungku pemanas), atau engine diesel medium-speed ukuran besar atau medium. Tetapi
dibandingkan dengan fuel/light Diesel oil, heavy oil mempunyai beberapa problem sebagai berikut, sehingga
minyak ini hampir tidak pernah digunakan sebagai bahan bakar engine untuk diesel putaran tinggi (highspeed):
1. Banyak mengandung kotoran, sehingga system bahan bakar pada engine mudah menjadi buntu.
2. Mempunyai viscosity tinggi, sehingga partikel-2 fuel saat diinjeksikan ukurannya cenderung besar, yang
akan menyebabkan pembakaran kurang sempurna (incomplete combustion) dan menghasilkan partikel
carbon. Sehingga bagian2 yang bergesekan mengalami keausan lebih cepat, dan exhaust gas berwarna
hitarn (black smoke).
3. Kandungan sulfur tinggi, sehingga lebih menambah keausan korosif.
Viscosity dan density secara langsung dikaitkan dengan performance engine, emission dan umur engine.
Viscosity dan density rendah mengurangi output power, karena fuel juga harus berfungsi sebagai pelumas
terhadap komponen komponen fuel system. Jika kinematic viscosity lebih rendah daripada 1,4cSt akan
mempercepat keausakan (scuffing dan seizure) pada injection pump, injector, dll.
Interval viscosity dan density yang dianjurkan adalah:
Viscosity : 1,5cST -- 4,5 cSt pada 40°C
Density : 810 -- 860 kg/m3 pada 15°C
2. DESTILATION (PENYULINGAN)
Boilling range (tingkatan didih) adalah suatu sifat yang penting yang menentukan kualitas fuel. Penentuan dari
boiling range ditentukan dengan penggunaan ASTM Test Method D86 atau D2887 (Gas Chromotography Test
Method).
Meskipun banyak spesifikasi berisi hanya sebagian hasil-hasil distilasi (contoh temperatur distilasi pada 90%
Recovered), ini tidak cukup untuk menentukan kualitas dan kecocokan dari fuel untuk penggunaan pada engine
diesel. Hasil fuel-fuel yang dicampur dengan unsur-unsur yang mempunyai titik didih tinggi dapat
mempengaruh pembakaran. Hanya fuel-fuel dengan minimum 99% perolehan dengan destilasi yang harus
digunakan.
(90% temperature distillasi : Temperature dimana 90% dari fuel test menguap).
Fuel dapat terbakar didalam suatu engine hanya setelah diuapkan secara sempurna. Temperatur dimana fuel
teruapkan secara sempurna disebut sebagai "End Point Temperature" pada ASTM D86 Distillation Test Method.
Temperatur titik didih dari fuel harus cukup rendah untuk mendapatkan penguapan sempurna pada temperatur
ruang bakar.
Temperatur ruang bakar tergantung pada temperatur ambient, putaran engine, dan beban. Penguapan yang
kurang baik lebih banyak terjadi selama operasi musim dingin, idling yang terlalu lama dan/atau beban ringan.
Dengan demikian, engine yang beroperasi dengan kondisi-kondisi ini harus menggunakan fuel dengan
temperature "distillation end point" yang lebih rendah.
4. KANDUNGAN SULFUR
Jika pour point tinggi dan temperatur turun, paraffin didalam fuel memisah secara mudah. Bila kristal-kristal
dari endapan paraffin mencapai beberapa percent, aliran minyak menjadi sangat rendah dan paraffin
membuntukan bagian dalam system bahan bakar. Jika temperatur saat dimana kristal paraffin memisah lebih
tinggi dari pada temperatur pada saat dimana engine bisa di-start, kristal-kristal paraffin sudah terpisahkan
ketika engine di-start. Hal ini akan menahan injeksi fuel yang tepat, dan sebagai akibatnya, engine susah
dihidupkan, atau jika hidup, kecepatan putar (rpm) tidak bisa naik, dan engine akan segera berhenti.
Sehingga, untuk engine-engine putaran tinggi sangat diperlukan beberapa alat pemanas fuel.
Untuk daerah dingin, dianjurkan menggunakan minyak diesel khusus cuaca dingin yang mengandung kadar
paraffin rendah, dan titik didih yang jauh lebih rendah.
Kandungan residu carbon secara basic tidak termasuk didalam minyak diesel light (residu carbon terkandung
didalam heavy oil). Sebagai suatu ukuran kecenderungan untuk deposit carbon dari pembakaran, fuel
dikabutkan dan dibakar dibawah kondisi tertentu untuk menghasilkan carbon, dan kandungan residu carbon
digunakan untuk menunjukan hasil test.
Kandungan residu
karbon tinggi
Cetane number adalah suatu nilai yang digunakan untuk menunjukan kemampuan penyalaan dari fuel, dan
suatu index yang penting pengaruhnya terhadap kemudahan untuk menghidupkan engine dan pembakaran
(output) pada engine diesel putaran tinggi. Khususnya didaerah dingin, suatu nilai cetane tinggi diperiukan
untuk memudahkan starting, warming up, dan mengurangi timbulnya gas buang warna putih (white smoke).
Starting susah
didaerah dingin
Ash didalam fuel secara umum terdiri dari tiga macam: partikel-partikel padat, larutan garam anorganik, dan
campuran oil-larutan organic. Kandungan ash didalam fuel (light) sangat kecil. Didalam heavy oil, kandungan
ash lebih tinggi dari pada light diesel oil, tetapi biarpun demikian, tingkat rata-rata sekitar 0.02 - 0.03 %.
Jika kandungan ash meningkat, hal ini disebabkan terutama karena karat (rust), pasir, atau lumpur yang
berasal dari luar.
Air secara basic bukan komponen dari fuel, tetapi jika masuk kedalam fuel sebagai embun didalam udara atau
melalui keteledoran dalam menangani fuel.
Air didalam fuel menyebabkan rusaknya pelumasan pada bagian-bagian yang sliding dari system fuel,
pengkaratan pada bagian-bagian dari metal, dan fuel filter akan tersumbat lebih cepat, sehingga kandungan air
harus serendah mungkin.
Pelumasan
kurang baik
Kandungan Menghasilkan
air tinggi rust
Filter
buntu
CETANE NUMBER
Cetane number atau cetane index digunakan sebagai suatu ukuran untuk menunjukan kemampuan nyala dari
fuel. Cetane number adalah suatu angka (index) yang menunjukan kemudahan penyalaan (ignition),
sedangkan octane number yang digunakan untuk fuel pada engine gasoline adalah suatu indicator yang
menunjukkan kesukaran penyalaan. Kedua angka-angka ini mempunyai hubungan yang berlawanan.
Nilai cetane ditentukan dengan penggunaan suatu engine CFR (engine test untuk mengukur cetane number)
dan pembanding kemampuan nyala fuel yang di- test cetane numbernya ialah ditentukan dengan kemampuan
nyala dari fuel referensi yang digunakan untuk penentuan (setting) cetane number.
Fuel referensi dibuat dengan pencampuran normal cetane (cetane number 100) kemampuan nyala sangat
tinggi dengan alphamethyl naphthalene (cetane number 0) yang mempunyai kemampuan penyalaan sangat
rendah. Besarnya percentage volume dari normal cetane yang dimasukan didalam fuel referensi yang
memberikan kemampuan nyala sama seperti fuel uji diambil sebagai cetane number.
Pengujian seperti diatas agak susah untuk mengukur cetane number, sehingga sekarang ini cetane number
hampir tidak pernah diukur. Penggantinya, ASTM menggunakan derajat API dan 50% temperatur (ºF)
penyulingan (distillation) dan suatu formula cetane index yang tetap. Tidak masalah jika kita menganggap
cetane index disamakan sebagai cetane number.
Keterangan
API degree
Suatu satuan yang digunakan oleh American Petroleum Institute untuk menunjukan penentuan specific gravity
petroleum, dan merupakan index yang biasa digunakan di USA.
* Fuel classification dinyatakan oleh ASTM (American Society of Testing and Material).
OIL
FUNCTION OF OIL
Base (bahan dasar) oli terdiri dari suatu campuran senyawa2 hydrocarbon dengan bermacam2 komposisi.
Senyawa hydrocarbon diklasifikasikan menjadi hydrocarbon paraffinic, hydrocarbon naphthenic, dan
hydrocarbon aromatic.
Karena hydrocarbon paraffinic memiliki karakteristik kekentalan yang terbaik, maka paraffinic-rich base oil yang
biasanya digunakan oli pelumas.
ADDITIVE COMPOSITION
Engine oil, gear oil dan hydraulic oil diproduksi dengan menambahkan additive2 tertentu yang berlainan
kedalam base oil. Tipe additive yang digunakan seperti dalam table berikut.
Pabrik oli mengembangkan pelumas aslinya dengan mencampur atau memadukan tipe-tipe additive yang
berlainan, atau dengan melakukan proses refining base oil dengan berbagai metode. Sehingga ada beberapa
perbedaan performance untuk setiap merek ali (oil brand).
Viskositas dan kualitas oli diklasifikasikan berdasarkan standard SAE (The Society of Automotive Engineers).
CATATAN:
1 cP = 100 cSt
1cSt = 1 mm²/s
VISCOSITY CLASSIFICATION
Klasifikasinya tampak seperti dalam tabel. Huruf ‘W’ artinya ‘winter’ yang menjamin oil pada saat temperature
rendah, tetap mudah mengalir. Sebagai contoh, Multigrade SAE 15W-40, oil ini mempunyai kemampuan
pelumasan yang baik sampai 15°C, dan memiliki viskositas yang sama seperti oli SAE 40 pada saat temperature
100°C.
CATEGORIZATION BY QUALITY
Oli diklasifikasikan kedalam C Series (class CA sampai CE) untuk engine diesel, dan S series (class SA sampai
SG) untuk engine gasolin.
Engine oil class CD telah melewati test charger (pembebanan) pada engine diesel turbocharger silinder tunggal.
Uji engine ini bertujuan untuk mengevaluasi kemampuan pencegahan terhadap melekatnya (stuck) ring piston.
Oil class CE semakin banyak terlihat dipasaran, tentu saja juga boleh digunakan. Oil class CE ini telah diuji pada
engine Cummin dan truck Mack disamping class CD.
OIL CLASSIFICATION
REMARKS
*1 ASTM D664
*2 ASTM D2676
KINEMATIC VISCOSITY
Nilai TBN menunjukan sifat alkali dari additive didalam oli. Angka TBN menyatakan jumlah basa yang
diperlukan untuk menetralisir acid yang dimasukan dalam 1 gram oil, dan mengkonversikannya ke mg
(milligram) potassium hydroxide (KOH). Nilai ini dinyatakan dalam satuan mg.KOH/g. Nilai untuk oli baru pada
umumnya adalah 6,0 – 13,0 mg.KOH/g. Bila angka TBN menjadi dibawah 2,0 kinerja penetral asam dari oli
hilang dan dengan cepat meningkatkan korosif dan terjadi keausan.
Metode pengukuran Total Base Number ada dua metode:
1. Metode hydrochloric acid (ASTM D664).
2. Metode perchloric acid (ASTM D2896).
Karena metode perchloric acid memperhitungkan basa yang lemah, maka nilai TBN yang diperoleh lebih tinggi.
Oleh karena itu, periu ditetapkan metode perhitungan mana yang digunakan.
Jika nilai TAN melewati batas, oli mesin jangan pernah tetap menggunakan engine oil tersebut meskipun sisa
nilai TBN masih tinggi.
n – PENTANE INSOLUBLE
MOISTURE
Sulfur yang terkandung didalam fuel pada proses pembakaran akan teroksidasi (bereaksi dengan oxygen O2)
dan membentuk gas SO2 ( sulfur dioxide), dan sebagian akan berubah menjadi SO3 (sulfur trioxide), jika
temperature pembakaran drop secara cepat ketika langkah expansion (power).
Selanjutnya gas SO3 akan bereaksi dengan embun H2O yang dihasilkan pembakaran dan membentuk asam
sulfat (H2SO4) yang sangat korosif.
(1) S + O2 ~ SO2 (gas)
(2) 2SO2 + O2 ~ 2SO2 (gas)
(3) SO3 + H2O (embun) ~ H2SO4 (cair)
Asam sulfat yang dihasilkan bisa terbentuk didalam ruang pembakaran danlatau diluar ruang bakar. Kalau
proses (2) dan (3) berlangsung didalam crankcase, karena selama engine beroperasi selalu tetjadi blow-by
(kebocoran gas hasil pembakaran lewat piston ring), asam sulfat yang terbentuk akan mencemari oil. Akibatnya
nilai TBN turun dan fungsi oli tidak sempuma.
INCOMPLETED COMBUSTION
Dalam hal ini, dapat terjadi karena disebabkan antara lain : kualitas fuel jelek (kandungan sulfur tinggi), fuel
injection pump rusak, injector/nozzle rusak, atau Air restriction dari Air cleaner besar ( over-fueling), maka hasil
pembakaran selain dihasilkan gas-gas CO2, H2O (uap), SO2, SO3, juga timbul partikel-partikel carbon (C) dan
sulfur (S) yang berupa jelaga (soot). Soot ini akan mencemari oli, sehingga n-pentane naik.
MULTIGRADE OIL
Multigrade oil dibuat dari low-viscosity base oil dan viscosity index-nya dinaikan, sehingga mudah mengalir
pada temperature rendah dan viskositasnya tetap tinggi pada temperature tinggi.
Sebagai contoh SAE 10W/30 dan SAE 15W/40 dan jika multigrade oil digunakan pada engine, mempunyai
kelebihan sebagai berikut:
1. Dibandingkan dengan oil yang berviskositas rendah seperti oil SAE 10W, oil film pada multigrade lebih
kental dan tidak terjadi penurunan ketahanan engine meskipun pada temperatur tinggi. Sehingga hasilnya
oli memberikan suatu rentang temperature penggunaan yang luas dan dapat digunakan lebih lama.
2. Viskositas cenderung stabil meskipun terjadi perubahan temperature. Kemampuan start untuk multigrade
oil lebih baik dari pada single grade oil yang berviskositas tinggi seperti oil SAE 30 atau SAE 40, dan akan
berdampak terhadap penurunan fuel consumption.
3. Oil consumption lebih rendah dibandingkan dengan single grade oil yang berviskositas tinggi seperti SAE 30
atau SAE 40.
WARNING
Multigrade oil juga dapat digunakan untuk hydraulic system. Tetapi jangan menggunakan multigrade oil untuk
transmission dan final drive.
Alasannya adalah clutch bekerja berdasarkan friction (gesekan) dengan putaran tinggi dan temperature tinggi,
sedangkan gear mendapat tekanan-beban permukaan yang sangat tinggi, sehingga additive2 yang
ditambahkan untuk meningkatkan viscosity index, justru secara mekanikal akan kehilangan fungsinya dalam
waktu yang singkat.
Akibatnya, viskositas menurun dan hal ini akan menyebabkan kerusakan seperti clutch cepat aus, atau scuffing,
atau teIjadi keausan abnormal pada teeth gear.
WATER
COOLING SYSTEM
Panas yang timbul dari hasil proses pembakaran di Energi yang diserap oleh sistem pendingin sekitar
dalam engine sangat tinggi, sehingga diperlukan 20% dari panas yang dihasilkan pembakaran fuel,
sistim pendinginan untuk mengatur temperature dibuang sebagai exhaust gas sekitar 42%, dan
kerja engine, supaya engine bekerja dengan yang diubah menjadi tenaga mekanis sekitar 38%.
performance yang optimum dan dapat menghindari Pada umumnya yang dipakai sebagai media
kerusakan pada komponen akibat panas yang pendingin (coolant) digunakan air, karena air
tinggi tadi. mempunyai ‘cooling effect’ yang baik.
Gambar dibawah memperlihatkan cooling system pada engine diesel secara umum.
WATER
Air merupakan media yang paling baik untuk digunakan dalam cooling system, disamping itu mudah
didapatkan, namun air natural secara umum mempunyai sifat yang selalu mengandung zat-zat organik, zat
anorganik, atau zat kimia lain yang dapat menghasilkan endapan (scale) pada permukaan sisi dalam cooling
system, disamping air sendiri dapat menyebabkan korosif pada besi atau logam lainya. Zat zat yang terkandung
didalam air natural dan sifat -sifatnya berbeda menurut tempatnya.
HARDNESS
Besi dan mangan pada umumnya terkandung dalam air hanya dalam kuantitas yang kecil.
Hardness (kekerasan) air terbentuk karena adanya kandungan limestone (CaCO3, calcium carbonat), dan
magnesia (MgCO3, magnesium carbonat). Kekerasan dari air ditentukan dengan banyaknya zat-zat ini yang
larut didalam air. Senyawa2 kimia ini larut dan membentuk scale (kerak) dan endapan.
Hardness air dinyatakan dengan :
1. German Hardness
10, artinya jika 10 gram lime (CaO) larut dalam 1 m3 (1.000.000 ml) air.
Suatu factor CaO/MgO = 1,4 (7,14 gram magnesium oxida (MgO) bila ada 10 gram Calcium oxida (CAO)
digunakan untuk mengkoresikan ke limestone hardness.
2. French hardness
10, artinya jika 10 gram Calcium carbonat (CaCO3) lrut dalam 1 m3 air.
Jika dikonversikan dalam German hardness sama dengan 0,56.
3. British hardness
10, artinya jika 10 gram Calcium carbonat (CaCO3) larut dalam 0,7 m3 air.
Jika dikonversikan dalam German hardness sama dengan 0,8.
PROBLEM ARISING WHEN BAD WATER IS USED, AND THE CAUSES OF THE
PROBLEMS
RUST – Penyebab
Udara (oxigen), garam dan exhaust gas yang larut
di dalam air akan menghasilkan oxygen dan ion
chlor (Cl-), ion asam sulfat (SO42-), dan hal ini
merusak besi.
Bila temperatur air yang mengandung garam naik,
proses korosi berlangsung secara cepat.
Hal ini terjadi karena ion Cl- dan ion SO42- yang
menempel pada permukaan besi akan
menyebabkan besi teroksidasi.
Akibatnya terjadi karat diberbagai tempat pada
permukaan yang dilewati coolant.
SCALE – Penyebab
Magnesium- dan calcium-bicarbonat yang
terkandung didalam air mengurai karena pengaruh
panas dan membentuk scale.
Calcium bicarbonat dan/atau magnesium
bicarbonat masing-masing mengurai menjadi
calcium carbonat (CaCO3) dan magnesium
carbonat(MgCO3), dan bila menyentuh besi yang
panas garam2 carbonat akan membentuk scale.
(Ion-ion korosif: Cl- dan SO42-).
Bila sodium bicarbonat (NaHCO3) berhubungan
dengan temperatur tinggi, akan membentuk
sodiumcarbonat Na2CO3 dan larut dalam air,
namun tidak membentuk scale.
Bila cooling system ditambahkan antifreeze yang
berkualitas jelek, silika (pasir) akan mengendap
dan membentuk scale.
Silika merupakan partikel-partikel batu, tidak larut
didalam air tetapi tetap bercampur.
Jika menempel pada dinding yang panas menjadi
scale yang keras, dan sukar untuk dilepas dari
dinding tadi.
Pada air yang mempunyai keasaman lebih tinggi,
dan air yang lebih keruh, scale lebih mudah untuk
dilepas dari dinding.
Akibat penempelan scale pada permukaan dinding
saluran pendingin, cooling effect menjadi turun
fungsinya, sehingga teljadi problem:
Overheating, karena scale menghambat heat
transfer.
Kerusakan piston dan liner.
Pitting.
Grafik dibawah ini memperlihatkan hubungan antara titik didih air (boiling point) dengan altitude (ketinggian di
atas permukaan laut.
RADIATOR VALVE
Vacuum Valve
Setelah engine berhenti, dan temperatur dari
sistem pendingin menjadi turun, menyebabkan
terjadi negative pressure didalam sistim
pendingin, untuk mencegah hal itu radiator
valve bekerja sebagai vacuum valve, sehingga
internal stress karena kevacuuman dapat
dicegah.
Radiator Cap
Pada umumnya radiator valve dipasang assy
dengan cap radiator, sehingga cap membawa
peran yang sangat penting dalam pengontrolan
temperatur kerja sistim pendingin.
Cara kerja dari Vacuum Valve
Secara periodik cap radiator atau radiator valve
Bekerja saat terjadi ke-vacuum-an
harus diperiksa, jika opening pressure diluar
specifikasi ganti cap.
CORROSION RESISTOR
Corrosion resistor dipasang dalam sistim pendingin engine, bertujuan supaya ‘cooling effect’ sistim pendingin
menjadi lebih baik, sehingga dapat meningkatkan ketahanan dan memperpanjang umur engine, liner, dan oil
cooler. Juga untuk mencegah terjadinya pitting yang disebabkan karena cavitation.
INHIBITOR
PAPER ELEMENT
Zat kimia padat berwarna
putih membentuk lapisan
film pada dinding luar
cylinder liner, dan juga
mencegah melekatnya scale
pada permukaan cylinder &
block Zat kimia ini dapat
membu- yarkan scale dan Element berfungsi
mencampurkan dalam air, menyaring kotoran, partikel
dan membuangnya bersama scale dan rust didalam
air saat penggantian air. coolant.
Jika zat kimia larut terlalu Dengan demikian, element
lama dan sudah kurang tsb dapat mengurangi scale
concentratenya atau encer dan rust yang menempel
karena sering penambahan pada saluran cooling
air, secara bertahap akan system, dan juga melin-
hilang efeknya. dungi seal water pump.
Pencegahan cavitation pada engine cylinder liner didapatkan dengan secara bersamaan oleh empat type
inhibitor : cavitation pitting inhibitor, PH adjustment agent, iron corrosion inhibitor dan copper, copper alloy
corrosion inhibitor.
Porsi penggunaan inhibitor yang tepat dapat mencegah corrosion tidak hanya pada cast iron dan copper,
tetapi juga pada aluminium, solder, brass (kuningan) dan berbagai metal lainnya.
MECHANISME OF PITTING
Gelembung-gelembung kecil
terbentuk pada permukaan
di sisi berlawanan.
Corrosion
Jika water coolant dibuat alkaline (bersifat basa), maka akan mencegah corrosion pada iron dan cast iron
(untuk perbandingan yang lebih detail, lihat halaman berikutnya).
Pada rentang pH neutral 6,8 – 7,5 besi lebih mudah korosif dibandingkan aluminium, saMa halnya dengan nilai
pH kecil (asam).
Dengan ditambahkan buffer agent pada corrosion resistor, coolant menjadi bersifat basa (alkali), sehingga
dapat menghambat proses korosif pada besi, sebaliknya untuk aluminium malah mudah berkarat (kororsif),
untuk itu pada corrosion resistor ditambahkan ‘powerful aluminium corrosion inhibitor’, dengan concentrate
yang sesuai dapat menghambat korosif pada aluminium.
Pada graftk terlihat dengan penambahan inhibitor tadi graftk korosif aluminium bergeser kekanan (daerah
yang diarsir). Inhibitor Komatsu lebih kuat dibanding dengan inhibitor yang biasa,
Dari graftk dapat dilihat nilai pH yang baik untuk cooling system ada pada rentang 9,0 - 11, dimana aman
untuk besi maupun untuk aluminium.
Protective Protective
film dibentuk film dibentuk
oleh general oleh Komatsu
aluminium exclusive
corrosion corrosion
inhibitor inhibitor
Al Al
o Pengukuran dilakukan dengan memasukkan inhibitor yang juga mencegah corrosion pada copper dan
solder.
TESTING WATER
Saat pertama kali anda memilih air untuk radiator coolant, selalu lakukan water quality test untuk
menentukan apakah water qualitynya sesuai dengan standart.
Water quality yang baik harns selalu anda gunakan, tetapi jika anda terpaksa menggunakan water quality
yang jelek, berarti anda harus melakukan water treatment atau menurunkan interval penggantian radiator
coolant.
Jika hanya tersedia hard water, anda dapat menggunakan water softener untuk memperlunak air-nya, atau
dapat juga menambahkan additive ke dalam air untuk mencegah teIjadinya scale atau corrosion. Water
softener atau scale & corrosion prevention additive banyak dipasaran yang dibuat oleh pabrik2 water
treatment equipment.
Tetapi jika anda kesulitan mendapatkan keduanya, dan hard water yang terpaksa anda gunakan, anda
dapat memanaskannya terlebih dahulu, kemudian setelah dingin, gunakan hanya bagian air yang diatas.
Saat anda mendidihkannya, kandungan seperti calcium bicarbonate akan terurai oleh panas menjadi
calcium carbonate yang berupa endapan di bagian bawah air. Pemanasan air sampai mendidih juga
mengurangi jumlah oxygen yang terlarut dalam air. Jika anda menggunakan air yang mengandung silica,
biarkan selama beberapa hari dalam suatu tempat yang tidak bisa berkarat, kemudian gunakan hanya air
bagian atasnya saja.
* Gunakan water tester (799-202-7001) untuk meneliti kualitas sample air dari jalur air yang diambil dari sumur
atau sungai.
EXAMPLES OF PROBLEM
Contoh jika corrosion resistor tidak digunakan dan saat program maintenance tidak dilakukan secara tepat dan
benar.
ANTI FREEZE
Anti freeze digunakan untuk mencegah kerusakan engine yang disebabkan karena membekunya water
coolant pada daerah yang bertemperature dingin (winter). Air membeku pada 0°C, tetapi jika beberapa
additive dilarutkan dalam air, titik beku (freezing point) akan menjadi lebih rendah. Air laut mengandung
garam, sehingga air laut membeku sekitar -2,5°C. Jika pada kandungan (concentrate) garam dalam air
dinaikan, maka titik beku air akan menjadi rendah lagi. Akan tetapi, kita tidak dapat melakukan
penambahan garam pada coolant system, karena garam bersifat sangat korosif, yang akan merusak
komponen engine.
Oleh sebab itu, untuk daerah dingin dimana temperature udara luar dibawah 0°C, harus ditambahkan ANTI
FREEZE untuk mencegah pembekuan. Jika air membeku volumenya akan bertambah 1,1 kali; energy yang
dihasilkan karena pembekuan air didalam saluran coolant akan memecahkan cyllinder liner, water jacket,
radiator bocor dll yang berhubungan dengan water coolant.
Freezing temperature dapat berbeda-beda sesuai dengan jumlah (concentrate) antifreeze yang
dicampurkan, juga tergantung jenis antifreeze & manufacturenya.
Note:
Untuk Anti-freeze type permanent, tidak terjadi
masalah jika anda mencampurnya antara 2 merek
yang berbeda, tetapi anda tidak boleh mencampur
antara Anti-freeze permanent type (PT) dengan
semi-permanent type (SPT).
AIR
INTAKE SYSTEM
Gas carbon dioxide (CO2) dan water vapor (H2O) yang terbentuk dari penggabungan antar molecule tidak akan
membahayakan makluk hidup, tetapi carbon monoxide (CO) merupakan unstable molecule yang dapat bereaksi
dan bergabung dengan oxygen untuk menghasilkan carbon dioxide gas, yang berbahaya bagi makluk hidup.
Parahnya, carbon monoxide tidak berwarna atau berbau, so tidak dapat anda lihat meskipun terkandung dalam
exhaust gas. Carbon molecule yg bebas tersebut muncul berbentuk carbon particle (soot), dan bercampur
dengan exhaust gas yang berupa black smoke, yang mencemari lingkungan sekitamya.
Salah satu keuntungan diesel engine adalah carbon monoxide gas dalam exhaust gas lebih sedikit dari pada
gasoline engine.
Untuk memastikan terjadinya fuel terbakar sempurna, diperlukan suatu system yang menyediakan sejumlah
oxygen yang sesual dengan jumlah fuel.
Jumlah udara (dihitung) minimum yang dibutuhkan oleh sejumlah fuel disebut Theoretical Air.
Jika memungkinkan terjadinya complete combustion terhadap fuel dengan theoretical Air, maka semua fuel
yang diinjeksikan ke combustion chamber akan menjadi carbon dioxide gas dan water vapor, dan tidak terjadi
carbon monoxide atau free carbon, serta semua oxygen yang masuk ke combustion chamber akan digunakan
sepenuhnya, so tidak ada oxygen yang tersisa.
Untuk mendapatkan complete combustion untuk 1 gram fuel, diperhitungkan diperlukan 14,5 gram udara.
Secara sederhana, 14,5 gram udara untuk setiap 1 gram fuel, jika dikonversikan menjadi volume udara, berarti
diperlukan sekitar 12 liter udara, pada level permukaan air laut.
Saat melakukan proses pembakaran fuel didalam engine cylinder, satu cycle combustion time-nya relative
pendek, maka jika hanya theoretical Air yang dimasukkan ke dalam combustion chamber, molecule fuel tidak
cukup punya waktu untuk bertemu dengan oxygen sebelum combustion terjadi dengan sempurna. Yang justru
menyebabkan terjadinya incomplete combustion. (sebagai contoh, jika engine speed 1800 rpm, waktu yang
diperlukan untuk satu combustion cycle sekitar 1160 detik.)
Untuk mencegah terjadinya incomplete combustion, actual-nya harus lebih banyak jumlah udara daripada
theoretical Air yang dimasukkan untuk memastikan terjadinya completed combustion (pembakaran yang
sempurna).
Excess Air Ratio digunakan sebagai index untuk menunjukkan seberapa banyak kelebihan udara yang
dimasukkan ke dalam combustion chamber.
Excess Air Ratio menunjukkan seberapa kali jumlah udara yang sebenarnya di supply ke dalam combustion
chamber lebih besar dari theoretical Air.
Sebagai contoh, jika 18 liter udara dimasukkan untuk setiap Igram fuel, dan theoretical Air adalah 12 liter,
maka excess air ratio-nya adalah 1,5.
Pada engine, ukuran diameter cylinder tidak bisa berubah2, maka jumlah udara yang bisa dihisapnya tentu saja
juga constant. Sehingga keterkaitan antara fuel injected dan excess air ratio seperti berikut.
Lebih banyak fuel yang di-injected, maka excess air ratio menjadi lebih kecil
Lebih sedikit fuel yang di-injected, maka excess air ratio menjadi lebih besar
Diesel engine yang dipasang pada construction equipment, excess air ratio telah di-set sekitar 1,5 sampai 2,0
untuk saat jumlah maksimum fuel yang di-injected.
Excess air ratio berbeda-beda sesuai karateristik dan spesifikasi masing-masing engine.
Excess Air sangat diperlukan untuk kerja engine, tujuannya adalah:
Pembakaran fuel selama engine bekerja tetap sempurna, sehingga menghasilkan power yang optimum
pada semua kondisi kerja engine.
Excess air juga menyerap panas hasil pembakaran, sehingga temperatur exhaust gas relative rendah
(sebagai cooler).
Jika Excess Air Ratio bertambah kecil maka akan 2. Problem pada FUEL SYSTEM
mengakibatkan kenaikan temperature gas exhaust, Quantity bahan bakar yang diinjeksikan
dan akan mencapai peak temperatur saat Excess melebihi batas maximum standarnya (over
Air Ratio mendekati 1, jika kondisi tersebut terjadi fueling), akan terjadi power cenderung lebih
terus menerus, akan menyebabkan terjadi problem: tinggi selama air restriction masih rendah (air
Cylinder head cracks, valve melting, cleaner bersih), jika air restriction makin besar
Piston melting atau crack, piston dan liner lecet selama engine bekerja temperatur gas buang
(peeling), makin tinggi (excess air ratio makin rendah)
Turbocharger membara / cracks, dan seandainya air cleaner makin kotor akan
Overheat pada lube system dan cooling terjadi pembakaran tidak sempurna sehingga
system, kabut fuel hasil injeksi berubah menjadi partikel
Cepat terjadi soot, dll. carbon/jelaga (soot). Jadi, bila overfueling
Excess Air Ratio terlalu kecil disebabkan karena: kemungkinan terjadinya temperatur exhaust
gas terlalu tinggi dan soot akan terjadi lebih
1. Problem pada AIR INTAKE SYSTEM cepat dibandingkan dengan kondisi fuel supply
Air restriction dari Air Cleaner terlalu besar (air normal, walaupun air restriction dari air cleaner
cleaner buntu); batas air restriction maximum masih dibawah 25 inch H2O.
pada sea level adalah 25 inchH2O (650 Akibat hal ini, banyak terjadi problem engine
mmH2O). seperti cylinder head retak, exhaust manifold
Turbocharger rusak atau ada kebocoran pada atau turbocharger membara retak, valve
saluran udara antara turbochager dan intake melting, dll. Overheat pada lube dan cooling
manifold. system, penaikan viskositas oli karena
Valve timing. bercampur dengan soot (n-pentane insoluble
naik) sehingga pelumasan tidak sempurna.
Injection Timing tidak tepat.
SUPERCHARGER
FUEL MIST
QUALITY OF AIR
FUEL MIST
EXHAUST SMOKE
Saat terjadi complete combustion (pembakaran saling bergabung, dan carbon molecule tersebut
sempurna), exhaust gas akan tampak mendekati saling melekat berupa soot. Carbon dioxide dan
bersih atau jernih. Tetapi jika ada suatu particle uap air keduanya berupa transparent gas, tetapi
yang tercampur dalam jumlah yang banyak dalam soot terdiri dari black particle, so saat soot
exhaust gas, akan menjadi asap (smoke) dan dapat tercampur dalam exhaust gas, dan jika jumlahnya
terlihat. Exhaust smoke dapat dibagi menjadi dalam banyak, maka asap akan berwarna hitam (black
3 type, yaitu : smoke).
Black smoke Pada umumnya, black smoke disebabkan karena
Akan terjadi saat engine pada kondisi beban berat kurangnya oxygen (misal karena kebocoran air
(high load) atau akselerasi cepat (rapid intake). Tetapi dapat juga disebabkan karena
acceleration), dan smoke yang muncul berwarna terlalu banyak fuel yang diinjected-kan, meski
hitam (black) atau abu2 (gray). problem tersebut juga dapat disebabkan oleh
(particle size: sekitar 0,05µ). berbagai factor lainnya, so anda harus melakukan
pemeriksaan yang lebih detail.
Blue smoke
Akan terjadi saat engine pada kondisi light load,
dan smoke yang muncul berwarna biru muda (light
blue) dan berbau menyengat hidung.
(particle size: sekitar 0,4µ).
White smoke
Akan terjadi saat ambient temperature rendah,
sesaat setelah engine dihidupkan. Juga akan terjadi
pada engine yang cylinder liner-nya aus, dan
muncul asap putih tipis.
(particle size: 1µ dan lebih besar).
BLACK SMOKE
BLUE SMOKE
WHITE SMOKE
AIR CLEANER
AIR CLEANER
Berikut adalah jenis Air cleaner, tetapi unit Komatsu sebagian menggunakan Dry type
Air flow
Udara yang terhisap masuk oleh negative pressure engine akan mengalir sambil berpusar karena adanya
cyclone yang dipasang ditengah outer element. Centrifugal force yang timbul dari pusaran udara akan
memisahkan particle debu yang lebih besar, dan kotoran tersebut dikumpulkan di dust case. Selanjutnya udara
dengan debu yang lebih halus akan disaring oleh outer element and inner element, sehingga udara bersih yang
dialirkan ke engine.
Pada air cleaner ini, terdapat vane disisi luar element, so pada awalnya lebih banyak udara yang mengalir
melalui bagian yang tidak terdapat vane-nya dan bagian tersebut akan cepat buntu. Saat resistance pada
bagian tersebut menjadi lebih besar, udara akan mengalir ke bagian yang ber-vane dimana resistance-nya lebih
rendah, sehingga akhirnya kebuntuan juga akan merata.
PRECLEANER
Khusus untuk unit yang beroperasi pada daerah yang berdebu, dipasang Pre-cleaner sebelum Air cleaner untuk
mencegah kebuntuan Air cleaner yang terlalu cepat dan untuk meningkatkan efficiency pemisahan debu dari
udara yang masuk.
Ada beberapa type precleaner, tetapi semuanya bekerja berdasarkan prinsip menimbulkan pusaran atau
cyclone effect pada sisi intake yang meghasilkan centrifugal force untuk memisahkan debu dari udara.
Jika dipasang precleaner, biasanya Air cleaner bertype cyclone-less. Dengan alasan karena kemampuan
memisahkan (separating capacity) precleaner sudah bagus, sehingga tidak perlu lagi untuk menimbulkan
cyclone effect, dan dapat mencegah terjadinya kenaikan resistance pada sisi intake.
US PRECLEANER TYPE
Filtering efficiency
Filtering efficiency
DUST INDICATOR
OIL FILTER
Hubungan antara ukuran partikel debu dan besarnya keausan piston ring tampak seperti dalam table di
bawah.Yang merupakan hasil penge-test-an, dengan methode debu dimasukkan bersama dengan Air intake
untuk mengetahui keausan piston ring.
FUEL FILTER
FUEL FLOW
Fuel yang mengalir masuk dari bagian atas filter
akan menuju sekeliling luar element, dan setelah
kotoran dan embun disaring, fuel bersih akan
mengalir ke sisi dalam element.
Kemudian mengalir keluar dari bagian tengah atas
filter.
ELEMENT
Element dalam main filter dirancang untuk mampu
menyaring sekitar 95% kotoran 5µ dan yang lebih
besar.
Element menggunakan filter paper, hampir sarna
dengan Air cleaner element, untuk memperbesar
filtering area, filter paper dilipat2 dalam gulungan,
dan dimasukkan kedalam cylinder dan diberikan
wave treatment untuk mencegah lipatan saling
menempel.
LUBRICATING GREASE
Grease terdiri dari liquid lubricant (mineral oil atau synthetic lubricating oil) sebagai base oil, yang dicampur
dengan solid (berisi metal soap) yang sangat kuat saling mengikat dengan oil, yang disebut thickening agent
(bahan pengental) untuk menghasilkan semi-solid lubricant, dan additive atau filler yang ditambahkan untuk
meningkatkan suatu kemampuan tertentu (special ability).
Grease berupa semi-solid, dan tidak bisa mengalir Shear force tesebut merupakan force yang tetjadi
saat external pressure-nya rendah, tetapi saat pada grease, misalnya saat grease dimasukkan
external pressure meningkat dan melebihi certain antara shaft dan bearing.
limit, maka grease mulai dapat mengalir. Saat shear speed meningkat, viscosity grease akan
External pressure yang bekerja pada grease adalah berkurang, sampai mendekati viscosity lubricating
force yang mencoba untuk menindih dan oil, dan akan bekerja seperti layaknya liquid
menghilangkan lubricating film pada grease, dan lubricant. Saat shear force menghilang, viscosity
external force tersebut disebut shear force. akan naik kembali ke viscositas awalnya, dan
grease juga kembali menjadi bentuk semi-solid.
ACTION OF GREASE
Jika menggunakan cara mudah untuk memahaminya, grease anda umpamakan seperti karet busa (sponge)
yang dibasahi dengan lubricating oil.
Thickening agent (karet busa) ------------------------------- > Mempengaruhi daya tahan grease
Base oil (lubricating oil untuk mencelup sponge) --------- > Mempengaruhi daya lubricating grease
Jika anda memeras karet busa yang dibasahi lubricating oil, maka oil akan keluar. Kondisi tersebut sama
dengan kondisi saat grease menerima shear force. Tingkat kekentalannya sebanding dengan tingkat kekerasan
karet busa.
Pada tempat dimana terjadi shear force yang besar, maka anda harus menggunakan thickening agent (sponge)
yang lebih keras.
ADVANTAGE (Keuntungan)
1. Grease tidak mudah mengalir dari dalam bearing, sehingga dapat melumasi dalam waktu yang lebih lama,
tanpa menambahkan grease (sebagai pelumas padat)
2. Grease juga bekerja seperti seal dan dapat mencegah kotoran atau air masuk ke dalam bagian yang
dilumasi.
3. Mempunyai kemampuan melumasi yang baik pada berbagai tempat, misalnya bagian yang berputar
lambat, bagian yang menerima beban berat, high temperature, beban kejut dan bagian yang saling
bergesekan.
4. Melumasi bagian yang tidak dioperasikan untuk jangka waktu yang lama tanpa adanya oil film, sehingga
mencegah terjadinya karat atau korosi. (sebagai pelindung karat).
DISADVANTAGE (Kerugian)
1. Lebih sulit dalam penanganan grease saat penambahan, penggantian, atau pencucian.
2. Jika air, debu atau kotoran lainnya masuk ke dalam grease, sulit untuk memisahkannya.
3. Tidak bisa meradiasikan atau meneruskan panas dengan baik, so hanya memiliki cooling effect yang
relative kecil, dan hambatan saat diaduk (menerima shear force) akan menghasilkan panas yang tinggi.
4. Terjadi perubahan kekentalan yang mencolok saat menerima panas atau beban geser (shearing), dan tidak
mudah kembali ke kondisi semula, sehingga tidak bisa digunakan untuk bagian yang berputar dengan
kecepatan tinggi.
Bentuk thickening agent didalam grease berukuran micron, so tidak dapat anda lihat kecuali dengan electron
microscope, tetapi thickening agent dalam particular soap, tampak terurai menyebar dan bentuknya berupa
fiber tipis panjang seperti crystal. Tergantung dengan type soap, ukuran dan bentuk particlenya juga berbeda-
beda.
Tampilan grease saat anda lihat, berkaitan dengan panjang soap particle, dan soap particle yang lebih panjang,
maka lebih mudah untuk membentuk seperti benang, sedangkan soap particle yang lebih pendek, akan
menjadikan grease seperti mentega. Semua particle tersebut saling terjalin dalam oil, dan menahan oil tetap
berada di ruang antara jalinan.
Soap:
Merupakan thickener (pengental) grease (zat yang mengikat base oil), yang dibuat dari asam lemak (fatty acid)
- (calcium, sodium, Lithium chloride, etc.) dari jaringan lemak binatang atau tumbuhan.
Sifat dasar grease, kemampuan me-lubricate, kemampuan pada low temperature, oxidization stability dan
kerugian akibat penguapan (evaporation loss) sangat dipengaruhi oleh base oil.
General grease mengandung sekitar 80% liquid lubricant (base oil), dan liquid lubricant tersebut menentukan
kemampuan lubricating suatu grease.
Base oil untuk grease sebagian besar adalah mineral oil dan pada awalnya naphthene-based oil yang digunakan
karena mudah untuk membuat grease. Tetapi sekarang, paraffinbased oil yang lebih banyak digunakan.
Viscosity range untuk mineral oil yang digunakan sebagai base oil diperpanjang sampai melebihi range untuk oil
dengan low viscosity, seperti misalnya spindle oil, menjadi oil ber-high viscosity, dan penggunaan masing2 type
oil ditentukan sesuai dengan kegunaannya.
Mineral oil hanya dapat digunakan dalam temperature range dari -30°C sampai + ISO°C, maka untuk grease
yang digunakan untuk kondisi yang diluar range temperature tersebut, synthetic lubricating oil yang sesuai
(khusus) digunakan sebagai base oil.
Mineral oil:
Oil yang dibuat dari petroleum (minyak bumi), dan sebagian besar digunakan untuk industrial purpose.
Synthetic luhricating oil:
Mengacu pada lubricating oil dari mineral oil yang telah disuling, molecular structure dipelajari, dicontoh dan
dibentuk ulang dengan suatu cara khusus untuk meningkatkan kemampuan sifat dasarnya dan mempunyai
characteristic yang lebih baik sebagai lubricant.
Tabel berikut menunjukkan perbandingan ciri-ciri utama mineral oil dan typical synthetic lubricating oil.
Base oil
Mineral oil Synthentic lubricating oil
Thickening agent
Grease type ini menggunakan synthetic
Type grease yang paling banyak dipakai,
lubricating oil sebagai base oil-nya, dan
dengan menggunakan mineral oil sebagai
dapat digunakan pada kondisi
base oil, dan harganya lebih murah
lingkungan sebagai berikut;
daripada grease dengan synthetic oil.
Terus digunakan pada low temperature
Pada umumnya high-viscosity mineral oil
dibawah -300C, atau pada high
cocok sebagai lubricant untuk low speed,
Soap-based grease temperature diatas 1300C.
high speed, dan high temperature.
Bagian yang berhubungan dengan
Sedangkan low-viscosity mineral oil lebih
karet-rubber atau plastic.
cocok sebagai lubricant untuk high speed,
Bagian yang menggunakan bahan
low load dan low temperatures.
kimia (chemical) atau radiation.
Keduanya digunakan pada alat berat
Type grease ini juga digunakan pada
Komatsu.
alat berat Komatsu.
Additive yang digunakan dalam grease kurang lebih sama dengan yang digunakan untuk lubricating oil. Yang
meliputi antioxidant, extreme-pressure agent, dan rust prevention agent. Solid lubricating agents juga
digunakan sebagai additive sesuai dengan keperluannya.
Sebagai contoh, untuk grease yang digunakan pada bagian yang menerima high load dan impact load, maka
digunakan extreme-pressure agent, sedangkan grease yang digunakan pada bagian yang memerlukan long life,
seperti sealed bearing, maka digunakan oxidation stabilizing agent atau rust-prevention agent.
Additive yang paling banyak digunakan untuk grease, tampak seperti dalam table berikut.
PROPERTIES OF GREASE
Saat memilih grease, type thickening agent dan penetration (hardness) harus ditentukan dengan tepat.
Grading penetration system yang paling banyak digunakan didunia adalah NLGI penetration.
Hampir selalu Grade 1 atau Grade 2 grease yang digunakan.
Komatsu hanya menggunakan Grade 2,
GREASE SELECTION
Type of grease
Pilihlah grease berdasarkan tabel di atas sesuai dengan situasi dan kondisi greasing point.
Molybdenum disulfide lubricant berbeda dengan grease, tetapi telah lama digunakan sebagai extremepressure
lubricant. Khususnya untuk bolt yang memerlukan tightening torque yang besar, atau untuk mating part yang
memerlukan high pressing fitting force.
Molybdenum disulfide lubricant mempunyai effect khusus dalam pencegahan seizure dan harganya lebih mahal
daripada grease.
Saat memutuskan umur pakai grease, ada banyak factor yang memerlukan pengamatan, dan pada
kenyataanya, keputusan biasanya diambil berdasarkan pengamatan dari luar atau karena adanya abnormal
temperature atau bunyi aneh. Normalnya, pabrik alat berat sudah menentukan greasing interval atau interval
penggantian dan standard untuk unit-nya berdasarkan pengalaman bertabun tahun, so jalan paling aman
adalah mengikuti petunjuk maintenance yang diberikan dalam instruction manual yang disediakan oleh pabrik.
LIFE OF GREASE