Anda di halaman 1dari 6

1.

  PENDEKATAN
Pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses
pembelajaran. Pendekatan yang berpusat pada guru menurunkan strategi pembelajaran langsung
(direct instruction), pembelajaran deduktif atau pembelajaran ekspositori. Sedangkan,
pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa menurunkan strategi pembelajaran discovery
dan inkuiri serta strategi pembelajaran induktif  (Sanjaya,  2008:127).

2.        METODE
Metode merupakan jabaran dari pendekatan. Satu pendekatan dapat dijabarkan ke dalam
berbagai metode. Metode  adalah prosedur pembelajaran yang difokuskan ke pencapaian tujuan.
Teknik dan taktik mengajar merupakan penjabaran dari metode pembelajaran.

3.        TEKNIK
Teknik adalah cara yang dilakukan seseorang dalam rangka mengimplementasikan suatu metode.
Misalnya, cara yang bagaimana yang harus dilakukan agar metode ceramah yang dilakukan
berjalan efektif dan efisien?

Dengan demikian sebelum seorang melakukan proses ceramah sebaiknya memperhatikan


kondisi dan situasi.

4.        MODEL
Model pembelajaran adalah bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang
disajikan secara khas oleh guru di kelas. Dalam model pembelajaran terdapat strategi pencapaian
kompetensi siswa dengan pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran.Nah, berikut ini ulasan
singkat tentang perbedaan istilah tersebut.

5.        STRATEGI
Strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian
kegiatan yang didisain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu (J.R. David dalam  Sanjaya,
2008:126).  Selanjutnya dijelaskan strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran
yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan
efisien (Kemp dalam Sanjaya, 2008:126).

Istilah strategi sering digunakan dalam banyak konteks dengan makna yang selalu sama. Dalam
konteks pengajaran strategi bisa diartikan sebagai suatu pola umum tindakan guru-peserta didik
dalam manifestasi aktivitas pengajaran (Ahmad Rohani, 2004 : 32).
Sementara itu, Joyce dan Weil lebih senang memakai istilah model-model mengajar daripada
menggunakan strategi pengajaran (Joyce dan Weil  dalam Rohani, 2004:33.

Nana Sudjana menjelaskan bahwa strategi mengajar (pengajaran) adalah “taktik” yang
digunakan guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar (pengajaran) agar dapat
mempengaruhi para siswa (peserta didik) mencapai tujuan pengajaran secara lebih efektif dan
efisien (Nana Sudjana dalam Rohani, 2004:34).

Jadi menurut Nana Sudjana, strategi mengajar/pengajaran ada pada pelaksanaan, sebagai
tindakan nyata atau perbuatan guru itu sendiri pada saat mengajar berdasarkan pada rambu-
rambu dalam satuan pelajaran.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa strategi pembelajaran harus
mengandung penjelasan tentang metode/prosedur dan teknik yang digunakan selama proses
pembelajaran berlangsung.

Dengan kata lain, strategi pembelajaran mempunyai arti yang lebih luas daripada metode dan
teknik. Artinya, metode/prosedur dan teknik pembelajaran merupakan bagian dari strategi
pembelajaran.

Dari metode, teknik pembelajaran diturunkan secara aplikatif, nyata, dan praktis di kelas saat
pembelajaran berlangsung.

 metode pembelajaran problem based learning (PBL). Umumnya, metode ini akan mengenalkan siswa
pada suatu kasus yang memiliki keterkaitan dengan materi yang dibahas. Kemudian, siswa akan
diminta agar mencari solusi untuk menyelesaikan kasus/masalah tersebut. Selain itu, metode ini akan
meningkatkan kecakapan berpartisipasi dalam tim

Menurut Duch (1995) dalam Aris Shoimin (2014:130) mengemukakan bahwa pengertian


dari model Problem Based Learning adalah:
Problem Based Learning (PBL) atau pembelajaran berbasih masalah adalah model pengajaran
yang bercirikan adanya permasalahan nyata sebagai konteks untuk para peserta didik belajar
berfikir kritis dan keterampilan memecahkan masalah serta memperoleh pengetahuan.
Karakteristik Problem Based Learning
Berdasarkan teori yang dikembangkan Barrow, Min Liu (2005) dalam Aris Shoimin
(2014:130) menjelaskan karakteristik dari PBM, yaitu:
1. Learning is student-centered
Proses pembelajaran dalam PBL lebih menitikberatkan kepada siswa sebagai orang
belajar. Oleh karena itu, PBL didukung juga oleh teori konstruktivisme dimana siswa
didorong untuk dapat mengembangkan pengetahuannya sendiri.
2. Autenthic problems from the organizing focus for learning
Masalah yang disajikan kepada siswa adalah masalah yang autentik sehingga siswa
mampu dengan mudah memahami masalah tersebut serta dapat menerapkannya
dalam kehidupan profesionalnya nanti.
3. New information is acquired through self-directed learning
Dalam proses pemecahan masalah mungkin saja belum mengetahui dan
memahami semua pengetahuan prasayaratnya sehingga siswa berusaha untuk
mencari sendiri melalui sumbernya, baik dari buku atau informasi lainnya.
4. Learning occurs in small group
Agar terjadi interaksi ilmiah dan tukar pemikiran dalam usaha mengembangkan
pengetahuan secara kolaboratif, PBM dilaksanakan dalam kelompok kecil.
Kelompok yang dibuat menuntut pembagian tugas yang jelas dan penerapan tujuan
yang jelas.
5. Teachers act as facilitators
Pada pelaksanaan PBM, guru hanya berperan sebagai fasilitator. Meskipun begitu
guru harus selalu memantau perkembangan aktivitas siswa dan mendorong mereke
agar mencapai target yang hendak dicapai.
Karakteristik Problem Based Learning adalah sebagai berikut:
1. Permasalahan menjadi starting point dalam belajar
2. Permasalahan yang diangkat adalah permasalahan yang ada di dunia nyata yang
tidak terstruktur
3. Permasalahan memebutuhkan perspektif ganda
4. Permasalahan menantang pengetahuan yang dimilki oleh Peserta didik, sikap dan
kompentensi yang kemudian membutuhkan identifikasi kebutuhan belajar dan
bidang baru dalam mengajar;
5. Belajar pengarahan diri menjadi hal yang utama:
6. Pemanfaatan sumber pengetahuan yang beragam, penggunaannya, dan evaluasi
sumber informasi merupakan proses yang esensial dalam PBM;
7. Belajar adalah kolaboratif, komunikasi, dan kooperatif;
8. Pengembangan keterampilan inquiri dan pemecahan masalah sama pentingnya
dengan penguasaan isi pengetahuan untuk mencari solusi dari sebuah
permasalahan;
9. Keterbukaan proses dalam PBM meliputi sintesis dan integrasi dari sebuah proses
belajar; dan
10. PBM melibatkan evaluasi dan review pengalaman Peserta didik dan proses belajar
Ciri-Ciri dari Model Problem Based Learning
Sedangkan ciri dari model Problem Based learning secara umum dapat dikenali dengan
adanya enam ciri yang dimilikinya, adapun keenam ciri tersebut adalah:
1. Kegiatan belajar mengajar dengan model Problem Based Learning dimulai dengan
pemberian sebuah masalah.
2. Masalah yang disajikan berkaitan dengan kehidupan nyata para siswa
3. Mengorganisasikan pembahasan seputar disiplin ilmu.
4. Siswa diberikan tanggungjawab yang maksimal dalam membentuk maupun
menjalankan proses belajar secara langsung.
5. Siswa dibentuk menjadi beberapa kelompok kecil.
6. Siswa dituntut untuk mendemonstrasikan produk atau kinerja yang telah mereka
pelajari.
Sintak operasional PBL bisa rmencakup antara lain sebagai berikut:
1. Pertama-tama Peserta didik disajikan suatu masalah.
2. Peserta didik mendiskusikan masalah dalam tutorial PBL dalam sebuah kelompok
kecil. Mereka mengklarifikasi fakta-fakta suatu kasus kemudian mendefinisikan
sebuah masalah. Mereka membrainstorming gagasan-gagasannya dengan berpijak
pada pengetahuan sebelumnya. Kemudian, mereka mengidentifikasi apa yang
mereka butuhkan untuk menyelesaikan masalah serta apa yang mereka tidak
ketahui. Mereka menelaah masalah tersebut. Mereka juga mendesain suatu
rencana tindakan untuk menggarap masalah.
3. Peserta didik terlibat dalam studi independen untuk menyelesaikan masalah diluar
bimbingan guru. Hal ini bisa mencakup: perpustakaan, database, website,
masyarakat, dan observasi.
4. Peserta didik kembali pada tutorial PBL, lalu saling sharing, informasi, melalui peer
teaching atau cooperative learning atas masalah tertentu. e. Peserta didik
menyajikan solusi atas masalah.
5. Peserta didik mereview apa yang mereka pelajari proses pengerjaan selama ini.
Semua yang berpartisipasi dalam proses tersebut terlibat dalam review
berpasangan, dan review berdasarkan bimbingan guru, sekaligus melakukan
refleksi atas kontribusinya tehadap proses tersebut
Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan suatu model pembelajaran yang
memberikan fasilitas kegiatan belajar siswa untuk mencari, mengelola, dan menemukan
pengalaman belajar yang lebih bersifat konkret dan mengaitkan dengan kehidupan nyata siswa
(Komalasari, 2012). 
Komponen-komponen tersebut yaitu konstruktivisme (constructivisme) membangun
pemahaman sendiri secara aktif, kreatif dan produti, menemukan inquiry
(inquiry), bertanya (questioning), masyarakat belajar (learning
comunity), pemodelan (modelling), refleksi (reflection), dan penilaian sebenarnya (authentic
assesment).
Profil pelajar Pancasila tertuang dalam dengan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Nomor 22 Tahun 2020 tentang Rencana Strategis Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Tahun 2020-2024.

Pengertian Pelajar Pancasila adalah perwujudan pelajar Indonesia sebagai pelajar sepanjang


hayat yang memiliki kompetensi global dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai Pancasila
profil pelajar Pancasila yaitu sebagai berikut:
1. Beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan Berakhlak Mulia
Pelajar Indonesia yang berakhlak mulia adalah pelajar yang berakhlak dalam hubungannya
dengan Tuhan Yang Maha Esa. Pelajar Pancasila memahami ajaran agama dan
kepercayaannya serta menerapkan pemahaman tersebut dalam kehidupan sehari-hari.

Elemen kunci beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berakhlak mulia adalah
akhlak beragama, akhlak pribadi, akhlak kepada manusia, akhlak kepada alam, dan akhlak
bernegara.

2. Berkebinekaan global
Pelajar Indonesia mempertahankan kebudayaan luhur, lokalitas, dan identitasnya, dan tetap
berpikiran terbuka dalam berinteraksi dengan budaya lain. Perilaku pelajar Pancasila ini
menumbuhkan rasa saling menghargai dan memungkinkan terbentuknya budaya baru yang
positif dan tidak bertentangan dengan budaya luhur bangsa.

Elemen kunci berkebinekaan global adalah mengenal dan menghargai budaya, kemampuan
komunikasi interkultural dalam berinteraksi dengan sesama, dan refleksi dan tanggung jawab
terhadap pengalaman kebinekaan.

3. Gotong royong
Pelajar Indonesia memiliki kemampuan gotong royong, yaitu kemampuan pelajar Pancasila
untuk melakukan kegiatan secara bersama-sama dengan suka rela agar kegiatan yang
dikerjakan dapat berjalan lancar, mudah dan ringan.

Elemen kunci gotong royong adalah kolaborasi, kepedulian, dan berbagi.

4. Mandiri
Pelajar Indonesia adalah pelajar mandiri, yaitu pelajar Pancasila yang bertanggung jawab atas
proses dan hasil belajarnya.

Elemen kunci mandiri adalah kesadaran akan diri dan situasi yang dihadapi dan regulasi diri.

5. Bernalar Kritis
Pelajar yang bernalar kritis adalah pelajar Pancasila yang mampu secara objektif memproses
informasi baik kualitatif maupun kuantitatif, membangun keterkaitan antara berbagai informasi,
menganalisis informasi, mengevaluasi, dan menyimpulkannya.

Elemen kunci bernalar kritis adalah memperoleh dan memproses informasi dan gagasan,
menganalisis dan mengevaluasi penalaran, merefleksi pemikiran dan proses berpikir, dan
mengambil keputusan.

6. Kreatif
Pelajar yang kreatif adalah pelajar Pancasila yang mampu memodifikasi dan menghasilkan
sesuatu yang orisinal, bermakna, bermanfaat, dan berdampak.

Elemen kunci kreatif adalah menghasilkan gagasan yang orisinal dan menghasilkan karya serta
tindakan yang orisinal.

Sekolah Penggerak adalah sekolah yang berfokus pada pengembangan hasil belajar siswa


secara holistik dengan mewujudkan Profil Pelajar Pancasila yang mencakup kompetensi dan
karakter yang diawali dengan SDM yang unggul (kepala sekolah dan guru).

Anda mungkin juga menyukai