Anda di halaman 1dari 7

2.4.

Problem Based Learning (PBL)


2.4.1. Pengertian Problem Based Learning (PBL)
Problem Based Learning merupakan suatu model pengajaran dengan pendekatan
pembelajaran siswa pada masalah autentik. Masalah autentik dapat diartikan sebagai
suatu masalah yang sering ditemukan siswa dalam kehidupan sehari-hari. Dengan PBL
siswa dilatih menyusun sendiri pengetahuannya, mengembangkan keterampilan
pemecahan masalah, mandiri serta meningkatkan kepercayaan diri. Selain itu, dengan
pemberian masalah autentik, siswa dapat membentuk makna dari bahan pelajaran melalui
proses belajar dan menyimpannya dalam ingatan sehingga sewaktu-waktu dapat
digunakan lagi (Nurhadi dalam Rusmiyati, 2007: 12).
Problem Based Learning dikenal dengan nama lain seperti pembelajaran
proyek (Proyect-based teaching), pendidikan berdasarkan pengalaman (Experiencebased education), pembelajaran autentik(Authentic Learning), dan pembelajaran berakar
pada kehidupan nyata (Anchored Instruction).
Dalam pengajaran berdasarkan masalah guru berperan sebagai panyaji,
mengadakan dialog, membantu dan memberikan fasilitas penyelidikan. Selain itu, guru
juga memberikan dorongan dan dukungan yang dapat meningkatkan pertumbuhan
intelektual siswa. Hal yang perlu mendapat perhatian dalam pengajaran berdasarkan
masalah adalah pemberian masalah kepada siswa yang berfungsi sebagai motivasi untuk
melakukan proses penyelidikan. Di sini guru mengajukan masalah, membimbing dan
memberikan petunjuk dalam memecahkan masalah.
2.4.2. Sejarah Problem Based Learning
Program inovatif PBL pertama kali diperkenalkan oleh Faculty of Health Sciences of
McMaster University di Kanada pada tahun 1966. Yang menjadi ciri khas dari
pelaksanaan PBL di mcmaster adalah filosofi pendidikan yang berorientasi pada
masyarakat, terfokus pada manusia, melalui pendekatan antar cabang ilmu pengetahuan
dan belajar berdasar masalah.
Kemudian pada tahun 1976, Maastricht Faculty of Medicine di Belanda menyusul
sebagai institusi pendidikan kedokteran kedua yang mengadopsi PBL. Kekhasan
pelaksanaan PBL di Maastrich terletak pada konsep tes kemajuan (progress test) dan
pengenalan keterampilan medik sejak awal dimulainya program pendidikan. Dalam
perkembangannya, PBL telah diadopsi baik secara keseluruhan atau sebagian oleh
banyak fakultas kedokteran di dunia.
2.4.3. Ciri-ciri Problem Based Learning
Pengajaran berdasarkan masalah memiliki karakteristik sebagai berikut:
1. Pengajuan pertanyaan atau masalah
Pengajaran berdasarkan masalah diawali dengan guru mengajukan pertanyaan dan
masalah yang secara sosial dianggap penting dan secara pribadi bermakna untuk siswa.
2. Terintegrasi dengan disiplin ilmu yang lain

Meskipun PBL berpusat pada mata pelajaran tertentu (IPA, matematika, dan ilmu-ilmu
sosial), masalah yang akan diselidiki telah ditentukan secara pasti agar dalam
pemecahannya siswa meninjau dari banyak mata pelajaran.
3. Penyelidikan autentik
PBL menuntut siswa melakukan penyelidikan autentik untuk mencari penyelesaian nyata
terhadap masalah nyata.
4. Menghasilkan produk/karya dan memamerkannya
PBL menuntut siswa untuk menghasilkan produk yang mewakili bentuk pemecahan
masalah yang mereka temukan. Produk itu dapat berupa laporan, model fisik, video,
maupun program komputer.
5. Kerjasama
PBL mempunyai ciri khusus yaitu siswa bekerja sama dalam kelompok kecil. Adapun
keuntungan bekerja sama dalam kelompok kecil di antaranya siswa dapat saling
memberikan motivasi dalam tugas-tugas kelompok dan dapat mengembangkan
keterampilan sosial dan keterampilan berpikir.

1.

2.

3.

4.

5.

2.4.4. Pelaksanaan Problem Based Learning


Pelaksanaan model pengajaran berdasarkan masalah meliputi beberapa tahap antara lain:
Orientasi siswa pada masalah
Guru menyajikan masalah dengan jelas, sehingga memungkinkan siswa untuk terlibat
dalam identifikasi masalah. Masalah diajukan oleh guru merupakan masalah yang dalam
penyelesaiannya memungkinkan siswa untuk melihat, merasakan dan menyentuh sesuatu
yang dapat memunculkan ketertarikan dan memotivasi inkuiri. Orientasi siswa pada
masalah menentukan tahap selanjutnya sehingga masalah harus menarik dan
menimbulkan rasa ingin tahu.
Mengorganisasi siswa untuk belajar
Siswa dikelompokkan secara bervariasi dengan memperhatikan tingkat kemampuan yang
didasarkan pada tujuan yang telah ditetapkan.
Membimbing penyelidikan individual dan kelompok
Siswa melakukan penyelidikan atau pemecahan masalah secara bebas dalam
kelompoknya. Guru bertugas mendorong siswa untuk mengumpulkan data dan
melaksanakan penyelidikan sampai mereka benar-benar memahami situasi masalahnya.
Kemudian siswa mengajukan penjelasan dalam berbagai hipotesis dan pemecahan
masalah yang diselidiki. Pada tahap ini guru mendorong semua ide, memerima
sepenuhnya ide tersebut dan membetulkan konsep-konsep yang salah.
Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
Siswa dituntut untuk menghasilkan sebuah produk baik berupa laporan, model fisik,
video, maupun program komputer.
Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
Guru membantu menganalisis proses berpikir siswa, keterampilan penyelidikan dan
keterampilan intelektual siswa, kemudian guru menyimpulkan materi pembelajaran.

Jika kita masukkan kedalam bentuk tabel maka sintaks pelaksanaan Pembelajaran
Berbasis Masalah (PBL) adalah sebagai berikut ini :
Tabel 2.4.4.1 Sintaks Pelaksanaan Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL)
Fase
Aktivitas Guru
Aktivitas Siswa
Fase 1.
Guru menyampaikan Siswa
mendengarkan
Orientasi siswa tujuan
belajar, tujuan
belajar
yang
terhadap
menjelaskan logistik disampaikan oleh guru
masalah autentik yang diperlukan, dan dan
mempersiapkan
memotivasi
logistik yang diperlukan.
menggunakan
kemampuannya
memecahkan masalah.
Fase 2.
Guru membantu siswa Siswa mendefinisikan dan
Mengorganisasi mendefinisikan
dan mengorganisasikan tugas
siswa
dalam mengorganisasikan
belajar yang di angkat.
belajar
tugas belajar yang
diangkat.
Fase 3.
Guru
mendorong Siswa
mengumpulkan
Membantu siswa siswa
untuk informasi yang sesuai,
secara individual mengumpulkan
melaksanakan
atau kelompok informasi yang sesuai, eksperimen, dan berusaha
dalam
melaksanakan
menemukan jawaban atas
melaksanakan
eksperimen,
untuk masalah yang di angkat.
penelitian
memperoleh jawaban
yang
sesuai
atas
masalah.
Fase 4.
Guru membantu siswa Siswa merencanakan dan
Mengembangkan dalam merencanakan menyiapkan karya, video,
dan menyajikan dan menyiapkan karya dan
menyampaikannya
hasil karya
seperti laporan, video, pada teman lain.
model-model
dan
membantunya untuk
menyampaikan
kepada teman lain.
Fase 5.
Guru membantu siswa Siswa melakukan refleksi
Analisis
dan melakukan
refleksi kegiatan penyelidikannya
evaluasi proses kegiatan
dan
proses
yang
pemecahan
penyelidikannya dan dilakukan.
masalah.
proses yang telah
dilakukan

2.5. Pembelajaran Konvensional


2.5.1. Pengertian Pembelajaran Konvensional
Salah satu model pembelajaran yang masih berlaku dan sangat banyak digunakan
oleh guru adalah model pembelajaran konvensional. Pembelajaran konvesional.
Pembelajaran konvensional mempunyai beberapa pengertian menurut para ahli,
diantaranya:
Djamarah (1996), metode pembelajaran konvensional adalah metode pembelajaran
tradisional atau disebut juga dengan metode ceramah, karena sejak dulu metode ini telah
dipergunakan sebagai alat komunikasi lisan antara guru dengan anak didik dalam proses
belajar dan pembelajaran. Dalam pembelajaran sejarah metode konvensional ditandai
dengan ceramah yang diiringi dengan penjelasan, serta pembagian tugas dan latihan.
Freire (1999), memberikan istilah terhadap pengajaran seperti itu sebagai suatu
penyelenggaraan pendidikan ber gaya bank penyelenggaraan pendidikan hanya
dipandang sebagai suatu aktivitas pemberian informasi yang harus ditelan oleh siswa,
yang wajib diingat dan dihafal.
Menurut Ujang Sukandi (2003), mendefenisikan bahwa pendekatan konvensional
ditandai dengan guru mengajar lebih banyak mengajarkan tentang konsep-konsep bukan
kompetensi, tujuannya adalah siswa mengetahui sesuatu bukan mampu untuk melakukan
sesuatu, dan pada saat proses pembelajaran siswa lebih banyak mendengarkan. Disini
terlihat bahwa pendekatan konvensional yang dimaksud adalah proses pembelajaran yang
lebih banyak didominasi gurunya sebagai pentransfer ilmu, sementara siswa lebih pasif
sebagai penerima ilmu.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka pendekatan konvensional dapat dimaklumi
sebagai pendekatan pembelajaran yang lebih banyak berpusat pada guru, komunikasi
lebih banyak satu arah dari guru ke siswa, metode pembelajaran lebih pada penguasaan
konsep-konsep bukan kompetensi. Jika dilihat dari tiga jalur modus penyampaian pesan
pembelajaran, penyelenggaraan pembelajaran konvensional lebih sering menggunakan
modus telling (pemberian informasi), ketimbang modusdemonstrating (memperagakan),
dan doing direct performance (memberikan kesempatan untuk menampilkan unjuk kerja
secara langsung). Dalam kata lain, guru lebih sering menggunakan strategi atau metode
ceramah atau drill dengan mengikuti urutan materi dalam kurikulum secara ketat. Guru
berasumsi bahwa keberhasilan program pembelajaran dilihat dair ketuntasannya
menyampaikan seluruh meteri yang ada dalam kurikulum.
Seorang guru dituntut untuk menguasai berbagai model-model pembelajaran,
dimana melalui model pembelajaran yang digunakannya akan dapat memberikan nilai
tambah bagi anak didiknya. Selanjutnya yang tidak kalah pentingnya dari proses
pembelajarannya adalah hasil belajar yang optimal atau maksimal. Memang, model
pembelajaran konvensional ini tidak harus kita tinggal, dan guru mesti melakukan model
konvensional pada setiap pertemuan, setidak-tidaknya pada awal proses pembelajaran
dilakukan. Atau kita memberikan kepada anak didik sebelum kita menggunakan model
pembelajaran yang akan dipergunakan.

2.5.2. Ciri-ciri Pembelajaran Konvensional


Secara umum, ciri-ciri pembelajaran konvensional adalah:
Siswa adalah penerima informasi secara pasif, dimana siswa menerima pengetahuan dari
guru dan pengetahuan diasumsinya sebagai badan dari informasi dan keterampilan yang
dimiliki sesuai dengan standar.
Belajar secara individual
Pembelajaran sangat abstrak dan teoritis
Perilaku dibangun atas kebiasaan
Kebenaran bersifat absolut dan pengetahuan bersifat final
Guru adalah penentu jalannya proses pembelajaran
Perilaku baik berdasarkan motivasi ekstrinsik
Interaksi di antara siswa kurang
Guru sering bertindak memperhatikan proses kelompok yang terjadi dalam kelompokkelompok belajar.

2.6. Perbandingan Antara Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL) dan Pembelajaran


Konvensional
Sebenarnya setiap cara penyampaian suatu pembelajaran memiliki kelemahannya
masing-masing. Namun hal itulah yang hendaknya harus diatasi dengan memadukan
antara kelebihan yang satu dengan kelebuhan yang lain. Sehingga dapat ditemukan cara
penyampaian suatu pembelajaran yang baik dan mampu dicerna oleh peserta didik.
Problem Based Learning
Kelebihan
Mendorong kerjasama dalam
menyelesaikan tugas
Mendorong peserta didik melakukan
pengamatan dan dialog dengan orang lain.
Melibatkan peserta didik dalam
penyelidikan pilihan sendiri. Hal ini
memungkinkan peserta didik menjelaskan
dan membangun pemahamannya sendiri
mengenai fenomena tersebut.
Membantu peserta didik menjadi
pembelajar yang mandiri. Bimbingan
pendidik kepada peserta secara berulangulang, mendorong dan mengarahkan
peserta didik untuk mengajukan pertanyaan
dan mencari penyelesaian masalah mereka
sendiri. Dengan begitu peserta didik belajar

Konvensional
Kelebihan
Berbagai informasi yang tidak mudah
ditemukan di tempat lain, dengan
penyampaian dari pendidik yang memiliki
keahlian di bidang yang di ajarkan.
Menyampaikan informasi dengan cepat. Di
karenakan pendidik secara langsung
memberikan pemahaman kepada peserta
didik.
Membangkitkan minat akan informasi,
adanya keinginan peserta didik untuk
bertanya kepada pendidik.
Mengajari peserta didik yang cara belajar
terbaiknya dengan mendengarkan.
Mudah digunakan dalam proses belajar
mengajar.

menyelesaikan tugas-tugas mereka secara


mandiri dalam hidupnya kelak.
Kekurangan
Kondisi kebanyakan sekolah tidak
kondusif untuk pendekatan PBL. Dalam
pelaksanaannya, PBL memerlukan sarana
dan prasarana yang tidak semua sekolah
memilikinya. Sebagai contoh, banyak
sekolah yang belum memiliki fasilitas
laboratorium cukup memadai untuk
kelengkapan pelaksanaan PBL.
Pelaksanaan PBL memerlukan waktu yang
cukup lama. Standar 40-50 menit untuk
satu jam pelajaran yang banyak dijumpai di
berbagai sekolah tidak mencukupi standar
waktu pelaksanaan PBL yang melibatkan
aktivitas peserta didik di luar sekolah.
Model PBL tidak mencakup semua
informasi atau pengetahuan dasar. Peserta
didik tidak dapat memperoleh pemahaman
materi secara keseluruhan. Hal ini
disebabkan karena standar satu jam
pelajaran di sekolah yang tidak mencukupi
untuk pelaksanaan PBL.
.

Kekurangan
Tidak semua peserta didik memiliki cara
belajar terbaik dengan mendengarkan.
Terkadang peserta didik akan merasa jenuh
terhadap kegiatan belajar yang dilakukan.
Sering terjadi kesulitan untuk menjaga
agar peserta didik tetap tertarik dengan apa
yang dipelajari
Peserta didik tidak mengetahui apa tujuan
mereka belajar pada hari itu, hal ini
dikarenakan peserta didik tidak berperan
aktif dalam proses pembelajaran dan
cenderung bersifat pasif.
Penekanan sering hanya pada penyelesaian
tugas dan daya serapnya rendah dan cepat
hilang karena bersifat menghafal.

BAB III
PENUTUP
3.1. Simpulan
Berdasarkan atas pembahasan diatas, maka kesimpulan yang dapat ditarik pada
pembahasan tersebut adalah :
1. Pendekatan pembelajaran merupakan cara kerja yang mempunyai sistem untuk
memudahkan pelaksanaan proses pembelajaran dan membelajarkan siswa guna
membantu dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
2. Metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk
mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan
praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran.
3. Teknik pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang dilakukan seseorang dalam
mengimplementasikan suatu metode secara spesifik.

4. Perbedaan antara Problem Based Learning dengan Pembelajaran Konvensional adalah


pada Problem Based Learning, pembelajaran berpusat pada peserta didik, dimana guru
sebagai fasilitator dengan memberikan suatu masalah yang harus diselesaikan oleh
peserta didik dengan kemampuan maupun nalar mereka melalui kompetensi yang mereka
miliki, sedangkan Pembelajaran Konvensional dapat dimaklumi sebagai pendekatan
pembelajaran yang lebih banyak berpusat pada guru, komunikasi lebih banyak satu arah
dari guru ke siswa, metode pembelajaran lebih pada penguasaan konsep-konsep bukan
kompetensi.
3.2. Saran
Sebenarnya setiap penyampaian suatu pembelajaran dengan pendekatan, teknik,
metode pembelajaran apapun memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing.
Namun apabila semuanya mampu dikombinasikan dan diterapkan secara bersama-sama
tentunya akan memperudah penyampaian suatu pembelajaran kepada peserta didik
sehingga dapat diterima dengan baik.

Anda mungkin juga menyukai