Anda di halaman 1dari 16

Anggota Kelompok:

Adhani Mayvera 2053033008


Dinda Nurazizah Luthfiah 2013033036
Kemuning 2013033045
Rio Prayoga 2013033019
Rendi Budianto

1) Model pembelajaran Project Based Learning


Model pembelajaran PJBL merupakan pembelajaran dengan menggunakan
proyek nyata dalam kehidupan yang didasarkan pada motivasi tinggi,
pertanyaan menantang, tugas-tugas atau permasalahan untuk membentuk
penguasaan kompetensi yang dilakukan secara kerjasama dalam upaya
memecahkan masalah.
Sintak/tahapan model pembelajaran Project Based Learning, meliputi:
1. Penentuan pertanyaan mendasar (Start with the Essential Question)
2. Mendesain perencanaan proyek
3. Menyusun jadwal (Create a Schedule)
4. Memonitor peserta didik dan kemajuan proyek (Monitor the Students
and the Progress of the Project)
5. Menguji hasil (Assess the Outcome), dan
6. Mengevaluasi pengalaman (Evaluate the Experience)
Kelebihan:
1. Memotivasi peserta didik dengan melibatkannya di dalam
pembelajarannya, membiarkan sesuai minatnya, menjawab pertanyaan
dan untuk membuat keputusan dalam proses belajar.
2. Menyediakan kesempatan pembelajaran berbagai disiplin ilmu.
3. Membantu keterkaitan hidup di luar sekolah, memperhatikan dunia
nyata, dan mengembangkan ketrampilan nyata.
4. Menyediakan peluang unik karena pendidik membangun hubungan
dengan peserta didik, sebagai pelatih, fasilitator, dan co-learner.
5. Menyediakan kesempatan untuk membangun hubungan dengan
komunitas yang besar.
6. Membuat peserta didik lebih aktif dan berhasil memecahkan problem-
problem yang kompleks.
7. Mendorong peserta didik untuk mengembangkan dan mempraktikkan
keterampilan komunikasi.
Kekurangan :
1. memerlukan banyak waktu untuk menyelesaikan masalah,
membutuhkan biaya yang cukup banyak
2. banyak pendidik yang merasa nyaman dengan kelas tradisional, di
mana pendidik memegang peran utama di dalam kelas,
3. banyaknya peralatan yang harus disediakan
4. peserta didik yang memiliki kelemahan dalam percobaan dan
pengumpulan informasi akan mengalami kesulitan, ada kemungkinan
peserta didik ada yang kurang aktif dalam kerja kelompok, ketika topik
yang diberikan pada masing-masing kelompok berbeda, dan
dikhawatirkan peserta didik tidak bisa memahami topik secara
keseluruhan.

2) Model Production based Training


Model Pembelajaran ini merupakan proses pendidikan dan pelatihan yang
menyatu pada proses produksi, dimana peserta didik diberikan pengalaman
belajar pada situasi yang kontekstual mengikuti aliran kerja industri mulai dari
perencanaan berdasarkan pesanan, pelaksanaan dan evaluasi produk/kendali
mutu produk, hingga langkah pelayanan pasca produksi.
Sintaks/Tahapan Model Pembelajaran Production Based Training:
1. Merencanakan Produk
2. Melaksanakan Proses Produksi
3. Mengevaluasi Produk (Melakukan Kendali Mutu)
4. Mengembangkan Rencana Pemasaran
Kelebihan:
1. Siswa dapat memahami isi atau pesan yang terkandung dalam video
yang diputar
2. Melatih siswa-siswi untuk belajar dan berkarya
3. Membuat siswa disiplin ilmu
4. Menjadikan siswa-siswi tidak ketinggalan zaman dengan media-media
yang sudah ada.
Kekurangan:
Adanya salah satu siswa yang tidak ikut bekerja selama proses tugas
diberikan.
3) Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM)
 Pengertian Model Pembelajaran Berbasis Masalah
Istilah Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) diadopsi dari istilah Inggris
Problem Based Instruction (PBI). Model pengajaran berdasarkan masalah ini
telah dikenal sejak zaman John Dewey. Dewasa ini, model pembelajaran ini
mulai diangkat sebab ditinjau secara umum pembelajaran berdasarkan
masalah terdiri dari menyajikan kepada siswa situasi masalah yang autentik
dan bermakna yang dapat memberikan kemudahan kepada mereka untuk
melakukan penyelidikan dan inquiri (Trianto, 2010:91).

 Tahap/ Sintak Menurut Trianto (2010: 98) model Pembelajaran Berbasis


Masalah adalah sebagai berikut:
1. Orientasi siswa kepada masalah: guru menjelaskan tujuan
pembelajaran, menjelaskan logistik yang dibutuhkan, mengajukan
fenomena atau demonstrasi atau cerita untuk memunculkan
masalah, memotivasi siswa untuk terlibat dalam pemecahan
masalah yang dipilih.
2. Mengorganisasikan siswa untuk belajar: guru membantu siswa
untuk mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang
berhubungan dengan masalah tersebut.
3. Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok: guru
mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai,
melaksanakan eksperimen, untuk mendapatkan penjelasan dan
pemecahan masalah.
4. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya: guru membantu
siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai
seperti laporan, video, dan model serta membantu mereka untuk
berbagai tugas dengan temannya.
5. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah: guru
membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap
penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.

 Kelebihan dan Kekurangan


Menurut Trianto (2010:96-97) kelebihan dan kekurangan model
Pembelajaran Berbasis Masalah adalah sebagai berikut:
o Kelebihan:
1. Realistik dengan kehidupan siswa;
2. Konsep sesuai dengan kebutuhan siswa;
3. Memupuk sifat inquiry siswa;
4. Retensi konsep jadi kuat;
5. Memupuk kemampuan Problem Solving.
o Kekurangan:
1. Persiapan pembelajaran (alat, problem, konsep) yang kompleks;
2. Sulitnya mencari problem yang relevan;
3. Sering terjadi miss-konsepsi;
4. Konsumsi waktu, dimana model ini memerlukan waktu yang cukup
dalam penyelidikan.

Dari uraian tentang kelebihan dan kekurangan diatas, maka dapat


disimpulkan bahwa pembelajaran melalui pendekatan PBM merupakan
suatu rangkaian pendekatan kegiatan belajar yang diharapkan dapat
memberdayakan siswa untuk menjadi seorang individu yang mandiri dan
mampu menghadapi setiap permasalahan dalam hidupnya di kemudian
hari. Dalam pelaksanaan pembelajaran, siswa dituntut terlibat aktif dalam
mengikuti proses pembelajaran melalui diskusi kelompok.

4) Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD


 Pengertian STAD
Menurut Slavin (2010: 143) pembelajaran Student Teams Achievement
Divisions ( STAD ) merupakan salah satu dari tipe pembelajaran kooperatif
yang paling sederhana, sehingga tipe ini dapat digunakan oleh guru-guru yang
baru mulai menggunakan pembelajaran kooperatif. Dalam pembelajaran
kooperatif tipe STAD siswa perlu ditempatkan dalam kelompok belajar
beranggotakan empat orang yang merupakan campuran menurut tingkat
kinerja, jenis kelamin, dan suku. Guru menyajikan pelajaran kemudian siswa
bekerja di kelompok mereka untuk memastikan bahwa seluruh anggota
kelompok telah menguasai materi tersebut.
 Kelebihan dan kekurangan
Suatu strategi pambelajaran mempunyai keunggulan dan kekurangan.
Demikian pula dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD. Pembelajaran
kooperatif tipe STAD mempunyai beberapa keunggulan menurut (Isjoni,
2010: 51) keunggulan tersebut yaitu:
a. Menekankan pada adanya aktivitas dan interaksi diantara siswa
untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam menguasai
materi pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal dalam
kegiatan kelompok.
b. Setiap siswa memiliki kesempatan yang sama untuk memberikan
sumbangan skor maksimal bagi kelompoknya berdasarkan skor tes
yang diperolehnya berdasarkan skor perkembangan individu.

Selain keunggulan tersebut pembelajaran kooperatif tipe STAD juga


memiliki kekurangan yaitu menurut (Trianto, 2009: 70) adalah harus adanya
pengaturan tempat duduk yang baik dalam kelompok, hal ini dilakukan untuk
menunjang keberhasilan pembalajaran kooperatif apabila tidak ada pengaturan
tempat duduk dapat menimbulkan kekacauan yang menyebabkan gagalnya
pembalajaran pada kelas.

 Sintak/Tahap
Menurut Slavin (2010: 143) belajar kooperatif tipe STAD melalui 5 tahap
yang meliputi:
1. Presentasi kelas
Materi dalam STAD pertama-tama diperkenalkan dalam presentasi
di dalam kelas. Ini merupakan pengajaran langsung seperti yang
sering kali dilakukan atau diskusi pelajaran yang dipimpin oleh
guru. Bedanya presentasi kelas dengan pengajaran biasa hanyalah
bahwa presentasi tersebut haruslah benar-benar fokus pada unit
STAD. Dengan cara ini siswa akan menyadari bahwa mereka harus
benar-benar member perhatian penuh selama presentasi kelas,
karena dengan demikian akan sangat membantu mereka
mengerjakan kuis- kuis.
2. Tim
Tim terdiri dari empat atau lima siswa yang mewakili bagian dari
seluruh kelas dalam hal kinerja akademik, jenis kelamin, ras dan
etnisitas. Fungsi utama dari tim ini adalah memastikan bahwa
semua anggota tim benar-benar belajar, dan untuk
mempersiapkananggotanya untuk bisa mengerjakan kuis dengan
baik. Setelah itu guru menyampaikan materi, tim berkumpul untuk
mempelajari lembar kegiatan. Pembelajaran itu melibatkan
pembahasan permasalahan bersama, membandingkan jawaban, dan
mengoreksi tiap kesalahan pemahaman apabila anggota tim ada
yang membuat kesalahan.
3. Kuis
Setelah guru mempresentasikan materi dan praktek tim atau kerja
kelompok para siswa akan mengerjakan kuis individual. Para siswa
tidak diperbolehkan untuk saling membantu dalam mengerjakan
kuis. Sehingga, setiap siswa bertanggung jawab secara individual
untuk memahami materinya.
4. Skor Kemajuan Individual
Gagasan dibalik skor kemajuan individual adalah untuk
memberikan kepada setiap siswa tujuan kinerja yang akan dapat
dicapai apabila mereka bekerja lebih giat dan memberikan kinerja
yang lebih baik daripada sebelumnya. tiap siswa diberikan skor
“awal”, yang diperoleh dari rata-rata kinerja siswa tersebut
sebelumnya dalam mengerjakan kuis yang sama. Siswa selanjutnya
akan mengumpulkan poin untuk tim mereka berdasarkan tingkat
kenaikan skor kuis mereka dibandingkan dengan skor awal
mereka.
5. Rekognisi Tim
Menurut Slavin (2010: 159) Tim akan mendapatkan sertifikat atau
bentuk penghargaan yang lain apabila skor rata-rata mereka
mencapai criteria tertentu. Skor tim siswa bisa juga digunakan
untuk menentukan duapuluh persen dari peringkat mereka.

5) Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)


 Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif
Model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang
mengutamakan kerja sama peserta didik dalam kegiatan belajar. Seperti
yang dikemukakan Huda (2015, hlm. 32) pembelajaran kooperatif
mengacu pada metode pembelajaran di mana siswa bekerja sama dalam
kelompok kecil dan saling membantu dalam belajar.

 Kelebihan Cooperative Learning


1. Siswa yang diajari dengan dan dalam struktur-struktur kooperatif
akan memperoleh hasil pembelajaran yang lebih tinggi.
2. Peserta didik yang berpartisipasi dalam pembelajaran kooperatif
akan memiliki sikap harga-diri yang lebih tinggi dan motivasi yang
lebih besar untuk belajar.
3. Melalui pembelajaran kooperatif, siswa menjadi lebih peduli pada
temantemannya, dan di antara mereka akan terbangun rasa
ketergantungan yang positif (interdependensi positif) untuk proses
belajar mereka nanti.
4. Pembelajaran kooperatif meningkatkan rasa penerimaan siswa
terhadap teman-temannya yang berasal dari latar belakang ras dan
etnik yang berbeda-beda.
 Kekurangan Cooperative Learning
1. Free Rider
Free rider yang dimaksud adalah beberapa siswa yang tidak bertanggung
jawab secara personal pada tugas kelompoknya hanya akan mengekor
pada apa saja yang telah dilakukan oleh teman-teman satu kelompoknya.
Fenomena ini sering kali muncul ketika kelompok-kelompok kooperatif
ditugaskan untuk mengerjakan lembar tugas, proyek, atau makalah
tertentu.
2. Diffusion of Responsibility (pembauran tanggung jawab)
ini merupakan kondisi di mana beberapa anggota yang dianggap “kurang
mampu” cenderung diabaikan oleh rekan lainnya yang “lebih mampu”.
Misalnya, jika siswa ditugaskan untuk mengerjakan tugas IPA, beberapa
anggota yang dipersepsikan tidak mampu menghafal atau memahami
materi tersebut dengan baik sering kali tidak dihiraukan oleh teman-
temannya yang lain. Siswa yang memiliki skill IPA yang baik pun
terkadang malas mengajarkan keterampilannya pada teman-temannya
yang kurang mahir di bidang IPA. Hal ini berpotensi membuang waktu
dan energi tanpa mendapatkan esensi dari pembelajaran kooperatif.
3. Learning a Part of Task Specialization
Dalam beberapa model pembelajaran kooperatif tertentu, seperti Jigsaw,
Group Investigation, dan metode-metode lain yang terkait, setiap
kelompok ditugaskan untuk mempelajari atau mengerjakan bagian materi
yang berbeda antarsatu sama lain. Pembagian semacam ini sering kali
membuat siswa hanya fokus pada salah satu bagian materi saja. Sementara
bagian yang dikerjakan oleh kelompok lain hampir tidak dihiraukan sama
sekali, padahal semua materi tersebut saling berkaitan satu sama lain.

 Sintak atau Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kooperatif


1. Present goals and set (Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa)
2. Present information (Menyajikan informasi)
3. Organize students into learning teams (Mengorganisir siswa ke dalam
tim-tim belajar)
4. Assist team work and study (Membantu kerja tim dan belajar)
5. Test on the materials (Mengevaluasi)
6. Provide recognition (Memberikan pengakuan atau penghargaan)

6) Model Pembelajaran Inkuiri


 Model pembelajaran inkuiri
Model pembelajaran inkuiri merupakan bagian inti dari kegiatan
pembelajaran berbasis kontekstual. Pengetahuan dan ketersmpilan yang
diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta,
melainkan hasil dari menemukan sendiri.

 Kelebihan Model Pembelajaran Inkuiri yaitu :


1. Pembelajaran ini merupakan pembelajaran yang menekankan kepada
pengembangan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor secara seimbang,
sehingga pembelajaran melalui pembelajaran ini dianggap jauh lebih
bermakna.
2. Pembelajaran ini dapat memberikan ruang kepada siswa untuk belajar
sesuai dengan gaya mereka.
3. Pembelajaran ini merupakan strategi yang dianggap sesuai dengan
perkembangan psikologi belajar moderen yang menganggap belajar adalah
proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman.
4. Keuntungan lain yaitu dapat melayani kebutuhan siswa yang memiliki
kemampuan di atas rata-rata. Artinya, siswa yang memiliki kemampuan
belajar bagus tidak akan terhambat oleh siswa yang lemah dalam belajar.

 Kekurangan Model Pembelajaran Inquiry yaitu :


1. Sulit mengontrol kegiatan dan keberhasilan siswa
2. Sulit dalam merencanakan pembelajaran oleh karena terbentur dengan
kebiasaan siswa dalam belajar.
3. Kadang-kadang dalam mengimplementasikannya memerlukan waktu
yang panjang sehingga sering guru sulit menyesuaikannya dengan waktu
yang telah ditentukan
4. Selama kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan siswa
menguasai materi pelajaran, maka startegi ini tampaknya akan slit di
implementasikan.

 Sintak/Langkah-langkah kegiatan inkuiri adalah sebagai berikut :


1. Merumuskan masalah
2. Mengamati atau melakukan observasi
3. Menganalisis dan menyajikan hasil dalam tulisan, gambar, laporan,
bagan, tabel, dan karya lainnya
4. Mengkomunikasikan atau mnyajikan hasil karya pada pembaca, teman
sekelas, guru, audiens yang lainnya.

7) Numbered Head Together


Number Head Together (NHT). Teknik Belajar atau model pembelajaran
Number head together (NHT) dikembangkan oleh Spencer Kagan (1992).
Model ini dapat digunakan untuk semua mata pelajaran dan semua
tingkatan peserta didik. Menurut Kagan (2007) Model Pembelajaran
kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) ini secara tidak langsung
melatih siswa untuk saling berbagi informasi, mendengarkan dengan
cermat serta berbicara dengan penuh perhitungan, sehingga siswa
lebih produktif dalam pembelajaran.

Sintak/Langkah-langkah kegiatan dalam NHT:


Secara umum menurut Indrawati (2007) Langkah-langkah kegiatan dalam
Model Pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT)
adalah sebagai berikut:
1. Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok
mendapat nomor.
2. Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok
mengerjakannya.
3. Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap
anggota kelompok dapat mengerjakannya/mengetahui jawabannya.
4. Guru memanggil salah satu nomor siswa dengan nomor yang dipanggil
melaporkan hasil kerjasama mereka.
5. Tanggapan dari teman yang lain, kemudian guru menunjuk nomor
yang lain.
6. Kesimpulan.

Model Pembelajaran Numbered Head Together (NHT) mempunyai


kelebihan dan kekurangan pembelajaran memiliki kelebihan dan
kelemahan. Menurut Ahmad Zuhdi (2010:65) kelebihan Model
Pembelajaran Kooperatif Numbered Head Together (NHT) : 1) Setiap
siswa menjadi siap semua, 2) Dapat melakukan diskusi dengan
sungguh-sungguh, 3) Siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang
kurang pandai. Sedangkan Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif
Numbered Head Together (NHT): 1) Kemungkinan nomor yang
dipanggil, dipanggil lagi oleh guru. 2) Tidak semua anggota kelompok
dipanggil oleh guru.

8) Think Pair Share


Menurut Yahya (2012), Think Pair Share adalah metode pembelajaran
yang dapat menumbuhkan semangat belajar siswa. Metode think pair and
share memberikan waktu kepada siswa untuk berpikir dan merespon serta
saling membantu dalam mengkaji permasalahan yang disajikan guru.
Menurut Huda (2015), Think Pair Share adalah model pembelajaran yang
memberi waktu bagi siswa untuk dapat berpikir secara individu maupun
berpasangan. Metode ini memberikan waktu pada siswa untuk memikirkan
jawaban dari pertanyaan atau permasalahan yang akan diberikan oleh
guru. Siswa saling membantu dalam menyelesaikan masalah tersebut
dengan kemampuan yang dimiliki masing-masing. Setelah itu dijabarkan
atau menjelaskan di ruang kelas.

Langkah-langkah Think Pair Share


Menurut Al-Tabany (2015), langkah-langkah model pembelajaran
kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dilakukan melalui beberapa
tahapan, yaitu sebagai berikut:
a. Langkah 1 - Berpikir (Think)
Guru mengajukan suatu pertanyaan atau masalah yang dikaitkan
dengan pelajaran, meminta siswa memikirkan jawaban dari
permasalahan yang diajukan secara mandiri. Pada tahap Think,
siswa diminta untuk berpikir secara mandiri mengenai pertanyaan
atau masalah yang diajukan. Pada tahap ini, siswa sebaiknya
menuliskan jawaban mereka, hal ini karena guru tidak dapat
memantau semua jawaban siswa satu per satu sehingga dengan
catatan siswa tersebut, guru dapat memantau semua jawaban dan
selanjutnya akan dapat dilakukan perbaikan atau pelurusan atas
konsep-konsep maupun pemikiran yang masih salah. Dengan
adanya tahap ini, maka guru dapat mengurangi masalah dari
adanya siswa yang mengobrol karena pada tahap Think ini mereka
akan bekerja sendiri untuk dapat menyelesaikan masalah.
Langkah 2 - Berpasangan (Pairing)
Guru mengarahkan siswa untuk berpasangan dan mendiskusikan
apa yang telah dipikirkan dengan teman sebangku. Pada tahap ini
guru meminta kepada siswa untuk berpasangan dengan teman di
sampingnya, misalnya teman sebangkunya. Ini dilakukan agar
siswa yang bersangkutan dapat bertukar informasi satu sama lain
dan saling melengkapi ide-ide jawaban yang belum terpikirkan
pada tahap Think. Pada tahap ini bahwa ada dua orang siswa untuk
setiap pasangan. Langkah ini dapat berkembang dengan menerima
pasangan lain untuk membentuk kelompok berempat dengan
tujuan memperkaya pemikiran mereka sebelum berbagi dengan
kelompok lain yang lebih besar, misalnya kelas. Namun dengan
pertimbangan tertentu, terkadang kelompok yang besar akan
bersifat kurang efektif karena akan mengurangi ruang dan
kesempatan bagi tiap individu untuk berpikir dan mengungkapkan
idenya.
Langkah 3 - Berbagi (Sharing) Guru meminta kepada siswa untuk
berbagi dengan seluruh kelas tentang apa yang mereka bicarakan.
Pada tahap ini setiap pasangan atau kelompok kemudian berbagi
hasil pemikiran, ide, dan jawaban mereka dengan pasangan atau
kelompok lain atau bisa ke kelompok yang lebih besar yaitu kelas.
Langkah ini merupakan penyempurnaan langkah-langkah
sebelumnya, dalam artian bahwa langkah ini menolong agar semua
kelompok berakhir titik yang sama yaitu jawaban yang paling
benar. Pasangan atau kelompok yang pemikirannya masih kurang
sempurna atau yang belum menyelesaikan permasalahannya
diharapkan menjadi lebih memahami pemecahan masalah yang
diberikan berdasarkan penjelasan kelompok lain yang
berkesempatan untuk mengungkapkan pemikirannya. Atau jika
waktu memungkinkan, dapat juga memberi kesempatan pada
semua kelompok untuk maju dan menyampaikan hasil diskusinya
bersama pasangannya.
Kelebihan Dan Kekurangan Think Pair Share
Setiap model pembelajaran biasanya memiliki kelebihan dan kekurangan masing-
masing, begitu juga dengan Think Pair Share (TPS). Menurut Istarani (2014),
kelebihan dan kekurangan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share
adalah sebagai berik

Langkah 1 - Berpikir (Think)


Guru mengajukan suatu pertanyaan atau masalah yang dikaitkan dengan
pelajaran, meminta siswa memikirkan jawaban dari permasalahan yang diajukan
secara mandiri. Pada tahap Think, siswa diminta untuk berpikir secara mandiri
mengenai pertanyaan atau masalah yang diajukan. Pada tahap ini, siswa sebaiknya
menuliskan jawaban mereka, hal ini karena guru tidak dapat memantau semua
jawaban siswa satu per satu sehingga dengan catatan siswa tersebut, guru dapat
memantau semua jawaban dan selanjutnya akan dapat dilakukan perbaikan atau
pelurusan atas konsep-konsep maupun pemikiran yang masih salah. Dengan
adanya tahap ini, maka guru dapat mengurangi masalah dari adanya siswa yang
mengobrol karena pada tahap Think ini mereka akan bekerja sendiri untuk dapat
menyelesaikan masalah
 Langkah 2 - Berpasangan (Pairing) Guru mengarahkan siswa untuk
berpasangan dan mendiskusikan apa yang telah dipikirkan dengan teman
sebangku. Pada tahap ini guru meminta kepada siswa untuk berpasangan
dengan teman di sampingnya, misalnya teman sebangkunya. Ini dilakukan
agar siswa yang bersangkutan dapat bertukar informasi satu sama lain dan
saling melengkapi ide-ide jawaban yang belum terpikirkan pada tahap
Think. Pada tahap ini bahwa ada dua orang siswa untuk setiap pasangan.
Langkah ini dapat berkembang dengan menerima pasangan lain untuk
membentuk kelompok berempat dengan tujuan memperkaya pemikiran
mereka sebelum berbagi dengan kelompok lain yang lebih besar, misalnya
kelas. Namun dengan pertimbangan tertentu, terkadang kelompok yang
besar akan bersifat kurang efektif karena akan mengurangi ruang dan
kesempatan bagi tiap individu untuk berpikir dan mengungkapkan idenya.

Langkah 3 - Berbagi (Sharing)


Guru meminta kepada siswa untuk berbagi dengan seluruh kelas tentang
apa yang mereka bicarakan. Pada tahap ini setiap pasangan atau kelompok
kemudian berbagi hasil pemikiran, ide, dan jawaban mereka dengan
pasangan atau kelompok lain atau bisa ke kelompok yang lebih besar yaitu
kelas. Langkah ini merupakan penyempurnaan langkah-langkah
sebelumnya, dalam artian bahwa langkah ini menolong agar semua
kelompok berakhir titik yang sama yaitu jawaban yang paling benar.
Pasangan atau kelompok yang pemikirannya masih kurang sempurna atau
yang belum menyelesaikan permasalahannya diharapkan menjadi lebih
memahami pemecahan masalah yang diberikan berdasarkan penjelasan
kelompok lain yang berkesempatan untuk mengungkapkan pemikirannya.
Atau jika waktu memungkinkan, dapat juga memberi kesempatan pada
semua kelompok untuk maju dan menyampaikan hasil diskusinya bersama
pasangannya.

Kelebihan Dan Kekurangan Think Pair Share


Setiap model pembelajaran biasanya memiliki kelebihan dan kekurangan
masing-masing, begitu juga dengan Think Pair Share (TPS). Menurut
Istarani (2014), kelebihan dan kekurangan model pembelajaran kooperatif
tipe Think Pair Share adalah sebagai berikut:

a. Kelebihan
Kelebihan atau keunggulan Think Pair Share (TPS) adalah:
Dapat meningkatkan daya nalar siswa, daya kritis siswa dan analisis
terhadap suatu permasalahan.
Meningkatkan kerja sama antara siswa karena mereka dibentuk dalam
kelompok.
Meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami dan menghargai
pendapat orang lain.
Meningkatkan kemampuan siswa dalam menyampaikan pendapat sebagai
implementasi ilmu pengetahuannya.
Guru lebih memungkinkan untuk menambahkan pengetahuan anak ketika
selesai diskusi.
b. Kekurangan
Kekurangan atau kelemahan Think Pair Share (TPS) adalah: Sulit
menentukan permasalahan yang cocok dengan tingkat pemikiran siswa.
ahan-bahan yang berkaitan dengan membahas permasalahan yang ada
tidak dipersiapkan baik oleh guru maupun siswa.
Kurang terbiasa memulai pembelajaran dengan suatu permasalahan yang
ril atau nyata. Pengalaman siswa dalam menyelesaikan masalah relatif
terbatas.

Anda mungkin juga menyukai