Anda di halaman 1dari 20

Putri Endah Lestari

105401114421
SD 4F

A. Model Pembelajaran

1. Model Pembelajaran Group Investigation (GI)


a. Pengertian
Model group investigation merupakan model pembelajaran kooperatif yang
melibatkan kelompok kecil, siswa bekerja menggunakan inquiry kooperatif,
petencanaan, proyek, dan diskusi kelompok, serta mempresentasikan penemuan
mereka kepada kelas.
b. Sintaks/Langkah-Langkah
1) Grouping (menetapkan jumlah anggota kelompok, menentukan sumber
memilih topik, merumuskan permasalahan),
2) Planning (menetapkan apa yang akan dipelajari, bagaimana mempelajari,
siapa melakukan apa, apa tujuannya),
3) Investigation (saling tukar informasi dan ide, berdiskusi, klarifikasi,
mengumpulkan informasi, menganalisis data, membuat inferensi),
4) Organizing (anggota kelompok menulis laporan, merencanakan presentasi
laporan, penentuan penyaji, moderator, dan notulis),
5) Presenting (salah satu kelompok menyajikan, kelompok lain mengamati,
mengevaluasi, mengklarifikasi, mengajukan pertanyaan atau tanggapan),
dan
6) Evaluating (masing-masing siswa melakukan koreksi terhadap laporan
masing-masing berdasarkan hasil diskusi kelas, siswa dan guru
berkolaborasi mengevaluasi pembelajaran yang dilakukan, melakukan
penilaian hasil belajar yang difokuskan pada pencapaian pemahaman.
c. Kelebihan
Pembelajaran kooperatif ini terbukti lebih unggul dalam meningkatkan hasil
belajar siswa dibandingkan dengan model-model pembelajaran individual lain.
Keunggulan itu dapat dilihat sebagai berikut:
1) Peningkatan belajar terjadi tidak tergantung pada usia siswa, mata
pelajaran, dan aktivitas belajar.
2) Pembelajaran kooperatif dapat menyebabakan unsur-unsur psikologis
siswa menjadi terangsang dan lebih aktif. Hal ini disebabkan oleh adanya
rasa kebersamaan dalam kelompok, sehingga mereka dengan mudah dapat
berkomunikasi dengan Bahasa yang lebih sederhana.
3)  Pada saat berdiskusi fungsi ingatan dari siswa menjadi lebih aktif, lebih
bersemangat dan berani mengemukakan pendapat.
4) Pembelajaran kooperatif juga dapat meningkatkan kerja keras siswa, lebih
giat dan lebih termotivasi.
d. Kekurangan
1) Pembelajaran dengan model kooperatif tipe GI hanya sesuai untuk
diterapkan di kelas tinggi, hal ini disebabkan karena tipe GI memerlukan
tingkatan kognitif yang lebih tinggi.
2) Kontribusi dari siswa berprestasi rendah menjadi kurang dan siswa yang
memiliki prestasi tinggi akan mengarah pada kekecewaan, hal ini
disebabkan oleh peran anggota kelompok yang pandai lebih dominan.
3)    Adanya pertentangan antar kelompok yang memiliki nilai yang lebih
tinggi dengan kelompok yang memiliki nilai rendah.
4) Guru membutuhkan persiapan yang matang dan pengalaman yang lama
untuk dapat menerapkan belajar kooperatif tipe GI dengan baik.

2. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievment Divisions (STAD)


a. Pengertian
STAD atau Student Team Achievement Divisions adalah model pembelajaran
paling mudah dan simpel pada tipe kooperatif. Bila diuraikan dalam bahasa
Indonesia STAD, adalah strategi pembelajaran kolaboratif di mana siswa akan
membentuk tim atau grup kecil dengan berbagai tingkat kemampuan dan
perbedaan latar belakang untuk bekerja sama agar tujuan pembelajaran bisa
tercapai.
b. Sintaks/Langkah-Langkah
Sintaks atau tahapan ini didasarkan pada Slavin (Noornia, 1997: 21), terdapat
lima elemen pokok untuk memulai langkah atau sintak dari pembelajaran STAD.
1) Presentasi Tujuan dan Motivasi
Penyampaian materi di kelas adalah penjelasan materi yang dilaksanakan
guru dengan metode ceramah, di mana guru akan menggunakan lisan dan
teks. Ini berpusat pada teori dan konsep pada mata pelajaran yang sedang
dilaksanakan.
2) Membuat Grup Belajar
Grup belajar adalah elemen paling urgen dalam model STAD. Grup
belajar dituntut untuk proaktif agar setiap anggota bisa berkembang dan
memahami materi secara solid. Ini bertujuan agar pada sesi kuis setiap
siswa bisa menjawab dengan benar dan berjalan dengan lancar.
3) Tes dan Kuis

Sesudah melakukan presentasi kelas, Guru akan membentuk grup belajar


untuk siswa sebagai sarana untuk pendalaman materi. Selanjutnya siswa
akan memasuki sesi kuis secara mandiri (individual).
Sebelum memberikan kuis kepada siswa, guru akan menjelaskan bahwa
kuis mandiri merupakan poin yang bisa dicapai siswa yang nantinya akan
dijumlahkan. Jadi setiap kuis yang dilakukan siswa sangat bermakna bagi
kesuksesan suatu grup untuk menang.

4) Poin Penghargaan Individual


Penghargaan sangat bermanfaat untuk motivasi siswa agar bisa
mendapatkan hasil yang maksimal dan bisa untuk evaluasi belajar dari
hasil sebelumnya. Poin akan dihitung berlandaskan pada nilai kuis.
5) Penghargaan Grup
Setiap grup akan diberi sebuah penghargaan bila bisa melampaui standar
tertentu yang sudah ditetapkan. Penghargaan ditetapkan berdasarkan
kebijakan bersama atau bisa hal lain sesuai inisiatif dan kreativitas guru.
c. Kelebihan
1) Bisa meningkatkan hasil belajar siswa dan cakupan peningkatan bisa
dilihat pada nilai kuis.
2) Siswa bisa memotivasi diri dalam belajar, sebab model pembelajaran
STAD bisa menambah percaya diri siswa.
3) Salah satu pembelajaran kooperatif ini bisa membuat siswa luwes dalam
bersosial dan meningkatkan hubungan setiap siswa dalam satu kelas.
d. Kekurangan
1) Jika guru lalai meminta siswa untuk selalu proaktif dan saling bekerja
sama dalam grup, maka bisa menyebabkan kepasifan dalam kelas dan
grup.
2) Pastikan bahwa grup memiliki 4 hingga 5 orang karena bila kurang dari 4
maka akan ada siswa yang bisa terabaikan dan bila lebih dari 5 maka akan
ada siswa yang menganggur.
3) Jika ketua grup belum mampu menanggulangi masalah yang timbul dalam
grup secara solutif, maka kerja grup akan tersendat.

3. Model Pembelajaran Jigsaw


a. Pengertian
Jigsaw merupakan salah satu model pembelajaran dari Cooperative Leraning.
Pembelajaran menggunakan model jigsaw ini mengambil pola kerja zigzag,
dimana siswa melakukan kegiatan belajar dengan cara bekerja sama dengan siswa
lain untuk mencapai tujuan bersama.
b. Sintaks/Langkah-Langkah
1) Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok (misalnya masing-masing
kelompok beranggotakan empat orang)
2) Tiap siswa dalam kelompok diberi bahan materi yang berbeda (kelompok
asal).
3) Tiap siswa dalam kelompok membaca dan mempelajari materi yang
ditugaskan.
4) Anggota dari kelompok yang berbeda yang telah mempelajari materi yang
sama bertemu dalam kelompok baru (kelompok ahli) untuk mendiskusikan
bagian materi yang sama tersebut.
5) Setelah selesai diskusi dalam kelompok ahli, setiap siswa kembali ke
kelompok asal.
6) Selanjutnya, mereka bergantian mengajar teman satu kelompok tentang
materi yang telah ia pelajari/diskusikan dalam kelompok ahli.
7) Sementara itu, anggota kelompok lainnya mendengarkan dengan sungguh-
sungguh, kemudian membuat rangkuman.
8) Tiap kelompok mempresentasikan hasil diskusinya.
9) Guru dan siswa membuat kesimpulan.
10) Guru memberikan evaluasi.
11) Penutup.
c. Kelebihan
1) Dapat mengembangkan hubungan antar siswa.
2) Menerapkan bimbingan sesame teman.
3) Rasa percaya diri siswa yang tinggi
4) Penerimaan terhadap perbedaan individu lebih besar
5) Pemanaham materi lebih mendalam
d. Kekurangan
1) Sulit meyakinkan siswa untuk mampu berdiskusi menyampaikan materi
pada teman.
2) Rekod siswa tentang nilai, kepribadian, perhatian siswa harus sudah
dimiliki oleh pendidik dan ini membutuhkan waktu yang cukup lama
untuk mengenali tipe-tipe siswa dalam kelas tersebut.
3) Awal pembelajaran ini biasanya sulit dikendalikan, biasanya butuh waktu
yang cukup lama dan persiapan yang matang.
4) Aplikasi metode ini pada kelas yang besar sangat sulit.
4. Model Pembelajaran Inquiry
a. Pengertian
Model pembelajaran Inquiry atau Inquiry Based Learning merupakan model yang
memungkinkan siswa untuk bisa siap sedia dalam kondisi apapun, seperti
memecahkan masalah dalam hidup, memahami symbol, dll.
b. Sintaks/Langkah-Langkah
1) Orientasi
Pada tahap ini adalah tahapan yang sangat penting dimana pada tahap ini
guru dituntut untuk menciptakan suasana kondusif dan menyenangkan
untuk belajar. Pada tahap ini guru dapat memberitahukan siswa mengenai:
a) Materi apa yang akan dipelajari;
b) Apa tujuan yang akan dicapai; serta
c) Mempersiapkan siswa untuk mulai menggunakan model
pembelajaran inkuiri.
2) Merumuskan Masalah
Pada tahap ini siswa diarahkan pada suatu masalah yang memerlukan
pemecahan. Masalah dapat disajikan dengan cara yang menarik seperti
demonstrasi unik ataupun dalam bentuk teka-teki sehingga siswa
tertantang untuk mencari tahu apa yang terjadi dan merumuskannya dalam
suatu pertanyaan ataupun pernyataan yang kelak harus dijawab nya
sendiri.
3) Merumuskan Hipotesis
Pada tahapan ini siswa dilatih untuk membuat suatu hipotesis atau
jawaban sementara dari masalah yang telah disaksikannya. Hipotesis
belum tentu benar sehingga doronglah anak-anak untuk tidak takut dalam
mengemukakan hipotesisnya. Guru juga dapat membantu siswa membuat
hipotesis dengan memberikan beberapa pertanyaan yang jawabannya
mengarah pada hipotesis siswa.
4) Mengumpulkan Data
Pada tahap ini siswa melakukan aktivitas mengumpulkan informasi yang
dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang telah dibuatnya. Dalam
pembelajaran inquiry tahapan ini merupakan suatu proses yang sangat
penting untuk mengembangkan kemampuan intelektual siswa karena pada
tahap ini siswa dilatih untuk menggunakan seluruh potensi berfikir yang
dimilikinya.
5) Menguji Hipotesis
Langkah ini merupakan langkah yang latih kemampuan rasional siswa,
dimana hipotesis yang telah dibuat kemudian diuji dengan cara
dibandingkan dengan data yang ada lalu kemudian ditunjukkan. Pada
tahap ini juga dilatih sikap jujur dan percaya diri pada siswa sehingga
siswa dapat menguji hipotesis nya berdasarkan data dan fakta.
6) Merumuskan Kesimpulan
Pada langkah ini siswa dituntut untuk mendeskripsikan temuan yang telah
diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis, sehingga dapat mencapai
kesimpulan yang akurat.

c. Kelebihan
1) Membantu peserta didik untuk mengembangkan kesiapan serta
penguasaan keterampilan dalam proses kognitif
2) Peserta didik memperoleh pengetahuan secara individual sehingga dapat
dimengerti dan mengendap dalam pikirannya
3) Dapat membangkitkan motivasi dan gairah belajar peserta didik untuk
belajar lebih giat
d. Kekurangan
1) Siswa harus memiliki kesiapan dan kematangan mental, siswa harus
berani dan berkeinginan untuk mengetahui keadaan sekitarnya dengan
baik
2) Keadaan kelas kanyataannya gemuk jumlah siswanya, maka metode ini
tidak akan mencapai hasil yang memuaskan
3) Guru dan siswa yang sudah sangat terbiasa dengan proses belajar
mengajar gaya lama, maka metode inquiry ini akan mengecewakan
5. Model Problem Based Learning
a. Pengertian
Tujuan PBL adalah untuk meningkatkan kemampuan dalam menerapkan konsep-
konsep pada permasalahan baru/nayata.
b. Sintaks/Langkah-Langkah

Langkah Kerja Aktivitas Guru Aktivitas Peserta Didik


Orientasi peserta didik Guru menyampaikan Kelompok mengamati dan
pada masalah masalah yang akan memahami masalah yang
dipecahkan secara disampaikan guru atau
kelompok. yang diperoleh dari bahan
Masalah yang bacaan yang disarankan.
diangkat hendaknya
kontekstual. Masalah
bisa ditemukan
sendiri oleh peserta
didik melalui
bahan bacaan atau
lembar kegiatan.

Mengorganisasikan Guru memastikan Peserta didik berdiskusi


peserta didik untuk setiap anggota dan membagi tugas untuk
belajar. memahami mencari data/ bahan-
tugas masing-masing. bahan/ alat yang
diperlukan untuk
menyelesaikan masalah.
Membimbing Guru memantau Peserta didik melakukan
penyelidikan individu keterlibatan peserta penyelidikan (mencari
maupun kelompok. didik dalam data/ referensi/ sumber)
pengumpulan data/ untuk bahan diskusi
bahan selama proses kelompok.
penyelidikan.
Mengembangkan dan Guru memantau Kelompok melakukan
menyajikan hasil karya. diskusi dan diskusi untuk menghasil-
membimbing kan solusi pemecahan
pembuatan laporan masalah dan hasilnya
sehingga karya setiap dipresentasikan/disajikan
kelompok siap untuk dalam bentuk karya.
dipresentasikan.
Menganalisis dan Guru membimbing Setiap kelompok
mengevaluasi proses presentasi dan melakukan presentasi,
pemecahan masalah. mendorong kelompok kelompok yang lain
memberikan memberikan apresiasi.
penghargaan serta Kegiatan dilanjutkan
masukan kepada dengan merangkum/ 
kelompok lain. Guru membuat kesimpulan
bersama peserta didik sesuai dengan masukan
menyimpulkan yang diperoleh dari
materi. kelompok lain.
c. Kelebihan
1) Pembelajaran berpusat pada peserta didik;
2) Mengembangkan pengendalian diri peserta didik;
3) Memungkinkan peserta didik mempelajari peristiwa secara multidimensi
dan mendalam;
4) Mengembangkan keterampilan pemecahan masalah;
5) Mendorong peserta didik mempelajari materi dan konsep baru ketika
memecahkan masalah;
d. Kekurangan
1) Seringnya siswa menemukan kesulitan dalam menentukan permasalahan
yang sesuai dengan tingkat berpikir siswa.
2) Model PBL membutuhkan waktu yang relative lebih lama dari
pembelajaran lain.
6. Model Pembelajaran Number Head Together (NHT)
a. Pengertian
Model pembelajaran NHT adalah tipe pembelajaran kooperatif yang
mengelompokkan peserta didik menjadi beberapa kelompok, kemudian setiap
anggota kelompok diberi nomor dan diberi kesempatan untuk menjawab
pertanyaan guru, saat terdapat kelompok yang ingin menjawab pertanyaan, maka
guru akan memilih secara acak salah satu siswa dari anggota kelompok tersebut
dengan cara mengocok nomor yang telah dimiliki masing-masing anggota
kelompok penjawab.
b. Sintaks/Langkah-Langkah
Berbagai sintaks atau acuan dasar dari model NHT tentunya harus diiterasikan
pada langkah-langkah konkret dalam suatu pelaksanaan pembelajaran. Menurut
Huda (2015, hlm. 245), langkah-langkah yang dilakukan dalam penerapan metode
pembelajaran Kooperatif tipe NHT adalah sebagai berikut.
1) Guru menyampaikan materi pembelajaran atau permasalahan kepada
peserta didik sesuai kompetensi dasar yang akan dicapai.
2) Memberikan kuis secara individual kepada peserta didik untuk
mendapatkan skor dasar atau awal.
3) Pendidik membagi kelas dalam beberapa kelompok, setiap kelompok
terdiri dari 4-5 peserta didik, setiap anggota kelompok diberi nomor yang
akan menjadi identitasnya ketika ditunjuk secara acak sebagai perwakilan
yang menjawab.
4) Guru mengajukan permasalahan untuk dipecahkan bersama dalam
kelompok.
5) Mengecek pemahaman peserta didik dengan memanggil salah satu nomor
anggota kelompok untuk menjawab. Jawaban salah satu peserta didik yang
ditunjuk oleh guru merupakan wakil jawaban dari kelompok.
6) Guru memfasilitasi peserta didik dalam membuat rangkuman,
mengarahkan dan memberikan penegasan ulang pada akhir pembelajaran.
7) Memberikan tes atau kuis pada peserta didik secara individual.
8) Guru memberikan penghargaan kepada kelompok melalui penghargaan
berdasarkan perolehan nilai peningkatan hasil belajar individu dari skor
dasar ke skor kuis berikutnya.
c. Kelebihan
1) Dapat meningkatkan prestasi belajar peserta didik.
2) Mampu memperdalam pemahaman peserta didik.
3) Melatih tanggung jawab peserta didik.
4) Menyenangkan peserta didik dalam belajar.
5) Mengembangkan rasa ingin tahu peserta didik.
d. Kekurangan
1) Ada peserta didik yang akan takut atau merasa terintimidasi bila memberi
nilai jelek kepada anggotanya (bila kenyataannya peserta didik lain kurang
mampu menguasai materi).
2) Terdapat peserta didik yang mengambil jalan pintas dengan meminta
tolong pada temannya untuk mencarikan jawabannya. Solusinya
mengurangi poin pada peserta didik yang membantu dan dibantu.
3) Apabila pada suatu nomor kurang maksimal mengerjakan tugasnya, tentu
saja memengaruhi pekerjaan pemilik tugas lain pada nomor selanjutnya.

B. Pendekatan Pembelajaran

1. Pendekatan Kontekstual
a. Pengertian
Pengertian Model Pembelajaran CTL. Menurut Trianto (2009:107), model
pembelajaran contextual teaching and learning (CTL) adalah konsep belajar yang
membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia
nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang
dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari – hari dengan
melibatkan tujuh komponen pembelajaran kontekstual, yakni: konstruktivisme
(constructivism), bertanya (questioning),inkuiri ( inquiry), masyarakat belajar
(learning community), pemodelan (modelling), dan penilaian autentik (autenthic
assessment).

b. Langkah-Langkah
Menurut Putra (2013:257) langkah – langkah model pembelajaran CTL yakni:
1) Kembangkan pemikiran bahwa siswa akan belajar lebih bermakna dengan
cara bekerja sendiri serta mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan
keterampilan barunya.
2) Laksanakan sejauh mungkin kegitan inkuiri untuk semua topik.
3) Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya.
4) Ciptakan masyarakat belajar. Hadirkan model sebagai contoh
pembelajaran.
5) Lakukan refleksi di akhir pertemuan.
6) Lakukan penilaian yang sebenarnya (anthentic assessment) dengan
berbagai cara.

2. Pendekatan Konstruktivisme
a. Pengertian
Pendekatan konstruktivisme adalah seperangkat asumsi yang secara teoritis bisa
dipertanggungjawabkan mengenai hakikat pembelajaran untuk mencapai tujuan
pedagogis yaitu keadaan dimana individu memperoleh pengetahuan sebagai
produk dari kegiatan organisasi sendiri berdasarkan pada apa yang mereka ketahui
dan percayai, serta ide dan fenomena dimana mereka berhubungan dalam
lingkungan tertentu.
b. Langkah-Langkah
Suatu pendekatan pembelajaran tentunya dapat memiliki langkah-langkah atau
prosedur yang harus dilaksanakan agar tujuan pendekatan ini tercapai serta
memberikan hasil belajar yang diharapkan. Menurut Suprijono (2015) langkah-
langkah dalam pendekatan konstruktivisme adalah sebagai berikut.
1) Orientasi,
merupakan fase untuk memberi kesempatan kepada siswa memerhatikan
dan mengembangkan motivasi terhadap topik materi pembelajaran.
2) Elisitasi,
merupakan tahap untuk membantu siswa menggali ide-ide yang
dimilikinya dengan memberi kesempatan kepada siswa untuk
mendiskusikan atau menggambarkan pengetahuan dasar atau ide mereka
melalui poster, tulisan yang dipresentasikan kepada seluruh siswa.
3) Rekonstruksi ide,
dalam tahan tahap ini siswa melakukan klarifikasi ide dengan cara
mengontraskan ide-idenya dengan ide orang lain atau teman melalui
diskusi. Berhadapan dengan ide-ide lain seseorang dapat terangsang untuk
merekonstruksi gagasanya, kalau tidak cocok. Sebaliknya menjadi lebih
yakin jika gagasanya cocok.
4) Aplikasi ide,
dalam langkah ini ide atau pengetahuan yang telah dibentuk siswa perlu
diaplikasikan pada macam-macam situasi yang dihadapi. Hal ini akan
membuat pengetahuan siswa lebih lengkap bahkan lebih rinci.
5) Reviu,
dalam fase ini memungkinkan siswa mengaplikasikan pengetahuannya
pada situasi yang dihadapi sehari-hari, merevisi gagasanya dengan
menambah suatu keterangan atau dengan cara mengubahnya menjadi lebih
lengkap. Jika hasil reviu kemudian dibandingkan dengan pengetahuan
awal yang telah dimiliki, maka akan memunculkan kembali ide-ide
(elicitasi) pada diri siswa.

3. Pendekatan Saintifik
a. Pengertian
Model pembelajaran saintifik atau scientific approach adalah suatu model
pembelajaran yang dirancang untuk siswa agar dapat menerapkan langkah-
langkah ilmiah, seperti mengobservasi, merumuskan masalah, mengajukan
hipotesis, mengumpulkan data, menganalisis, menarik kesimpulan, dan
mengkomunikasikannya dalam memecahkan suatu permasalahan.
b. Langkah-Langkah
Agar kegiatan belajar di kelas dengan model pembelajaran saintifik ini dapat
berjalan efektif dan optimal, Bapak/Ibu bisa menerapkan lima langkah berikut.
1) Mengamati
Langkah pertama dalam model pembelajaran saintifik adalah mengamati
atau observing lingkungan sekitar. Melalui kegiatan pengamatan ini, siswa
dapat menemukan masalah-masalah yang belum ada solusinya.
Selain itu, kegiatan pengamatan juga dapat membantu siswa menemukan
fakta-fakta mengenai permasalahan tersebut. Nantinya, fakta-fakta ini
akan dianalisis siswa dengan memanfaatkan materi pembelajaran sebagai
referensi. Kegiatan pengamatan dalam model pembelajaran saintifik ini
diharapkan dapat meningkatkan rasa ingin tahu siswa, dan melatih
ketelitian serta kesungguhan mereka dalam belajar. Dengan begitu,
kegiatan belajar-mengajar menjadi terasa lebih bermakna.
2) Menanya
Setelah melakukan kegiatan pengamatan, siswa dapat mengajukan
pertanyaan tentang informasi yang tidak dipahami dari objek atau masalah
yang sedang mereka amati pada guru. Siswa juga bisa mengajukan
pertanyaan untuk menambah informasi mengenai objek atau masalah yang
sedang diamati. Dari kegiatan bertanya ini, diharapkan dapat
mengembangkan kreativitas siswa, serta meningkatkan rasa ingin tahu dan
kemampuan berpikir kritisnya.
3) Mengumpulkan Informasi
Kegiatan mengumpulkan informasi atau experimenting adalah tindak
lanjut dari kegiatan bertanya. Dalam pelaksanaannya, siswa dapat
mengumpulkan informasi dari berbagai cara, mulai dari membaca buku,
mencari di internet, bertanya pada narasumber, hingga melakukan
percobaan. Kegiatan mengumpulkan informasi ini, akan membuat
kemampuan berkomunikasi, menghargai pendapat orang lain, dan
kemampuan mengumpulkan informasi siswa lebih terlatih.
4) Mengolah atau Menganalisis Informasi
Setelah mengumpulkan informasi mengenai objek atau permasalahan yang
sedang diamati, siswa dapat mulai mengolah atau menganalisis informasi
tersebut untuk menemukan solusi atau jawaban.
Dalam kegiatan mengolah atau menganalisis informasi ini juga ada
tahapan menalar. Pada tahapan ini, siswa menghubungkan apa yang
sedang dipelajari dengan permasalahan yang ada dalam kehidupan sehari-
hari. Dengan begitu, pengetahuan siswa akan suatu hal menjadi lebih luas
dan mendalam.
5) Mengomunikasikan
Setelah melakukan langkah-langkah di atas, mulai dari mengamati,
menanya, mengumpulkan informasi, hingga mengolah atau menganalisis
informasi, siswa mendapat kesempatan untuk menyampaikan apa yang
sudah dipelajarinya. Penyampaian hasil belajar ini bisa dilakukan dalam
bentuk presentasi di depan kelas, laporan tertulis, atau karya ilmiah.
Kegiatan mengkomunikasikan dalam model pembelajaran saintifik ini
juga dapat digunakan guru untuk memberikan umpan balik kepada siswa
dengan cara meluruskan kesalahpahaman siswa, memberikan masukan,
dan mengklarifikasi apakah jawaban yang diberikan sudah benar atau ada
yang harus diperbaiki.

C. Strategi Pembelajaran

1. Strategi Pembelajaran Ekspositori


a. Pengertian
Strategi pembelajaran ekspositori adalah strategi pembelajaran yang menekankan
kepada proses penyampaian materi secara verbal dari seorang guru kepada
sekelompok siswa dengan maksud agar siswa dapat menguasai materi pelajaran
secara optimal.
b. Langkah-Langkah
1) Persiapan
Langkah persiapan berkaitan dengan mempersiapkan siswa untuk
menerima pelajaran. Tujuan yang ingin dicapai dalam melakukan
persiapan adalah:
a) Mengajak siswa keluar dari kondisi mental yang pasif.
b) Membangkitkan motivasi dan minat siswa untuk belajar.
c) Merangsang dan menggugah rasa ingin tahu siswa.
d) Menciptakan suasana dan iklim pembelajaran yang terbuka
e) Memberikan sugesti yang positif
f) Mulailah dengan membuka tujuan yang harus dicapai
2) Penyajian
Penyajian adalah langkah penyampaian materi pelajaran harus sesuai
dengan persiapan yang telah dilakukan sebelumnya. Hal yang perlu
dipikirkan oleh guru dalam penyajian ini adalah bagaimana agar materi
pelajaran dapat dengan mudah ditangkap dan dipahami oleh siswa.
Oleh sebab itu, ada beberapa hal yang harus diperhatiakan dalam
pelaksanaan langkah ini diantaranya adalah penggunaan bahasa, intonasi
suara, menjaga kontak mata dengan siswa, diselingi dengan candaan
(joke) agar suasana tidak tegang melalui penggunaan kalimat atau bahasa
yang lucu.
3) Korelasi
Selanjutnya, langkah menghubungkan materi pelajaran dengan
pengalaman siswa atau hal-hal lain. Kaitkan hal-hal yang memungkinkan
siswa dapat menangkap keterkaitannya dalam struktur pengetahuan yang
telah dimilikinya. Bertujuan agar memberikan makna terhadap materi
pelajaran, baik makna untuk memperbaiki struktur pengetahuan yang telah
dimilikinya, maupun makna untuk meningkatkan kualitas kamampuan
berpikir dan kemampuan motorik siswa.
4) Menyimpulkan
Pada tahap ini, menyimpulkan merupakan tahapan untuk memahami inti
(core) dari materi pelajaran yang telah disajikan. Menyimpulkan juga
memberikan keyakinan kepada siswa tentang kebenaran suatu paparan.
Dengan demikian, siswa tidak merasa ragu lagi akan penjelasan guru.
Menyimpulkan bisa dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya
a) Mengulang kembali inti-inti materi yang menjadi pokok persoalan.
b) Memberikan beberapa pertanyaan yang relevan dengan materi
yang telah disajikan.
c) Cara mapping melalui pemetaan keterkaitan antarmateri pokok
materi.
5) Mengaplikasikan
Langkah aplikasi adalah langkah unjuk kemampuan siswa setelah mereka
menyimak penjelasan guru. Teknik yang biasa dilakukan pada akhir
pelajaran.  Langkah ini di antaranya
a) Membuat tugas yang relevan dengan materi yang telah disajikan.
b) Memberikan tes yang sesuai dengan materi pelajaran yang telah
disajikan.

2. Strategi Pembelajaran afektif


Strategi pembelajaran afektif adalah strategi yang bukan hanya bertujuan untuk mencapai
pendidikan kognitif saja, akan tetapi juga bertujuan untuk mencapai dimensi lainya. Yaitu
sikap dan keterampilan afektif berhubungan dengan volume yang sulit di ukur karena
menyangkut kesadaran seseorang yang tumbuh dari dalam, afeksi juga dapat muncul
dalam kejadian behavioral yang diakibatkan dari proses pembelajaran yang dilakukan
oleh guru.
Kemampuan aspek afektif berhubungan dengan minat dan sikap yang dapat berupa
tanggung jawab, kerja sama, disiplin, komitmen, percaya diri, jujur, menghargai pendapat
orang lain dan kemampuan mengendalikan diri. Semua kemampuan ini harus menjadi
bagian dari tujuan pembelajaran di sekolah, yang akan dicapai melalui kegiatan
pembelajaran yang tepat.
Dalam pengertian lain disebutkan bahwa ranah afektif sangat mempengaruhi perasaan
dan emosi. Sehingga seorang anak dapat  dilihat dari bagaimana perkembanganya bukan
pada apa yang telah dirasakannya. Aspek afektif yang penting diketahui adalah sikap dan
minat peserta didik melalui lima jenjang yaitu, menerima, menjawab, menilai, organisasi,
dan karakteristik dengan suatu nilai. Dengan demikian pendekatan yang dipakai lebih
bersifat paedegogis (melihat dari bagaimana metode pengajaranya), karena
mengutamakan transfer of values. Pengajaran yang efektif menuntut kesediaan kerjasama
dari siswa. Kesediaan ini harus diperoleh: ia tak bisa diambil secara paksa.

3. Strategi Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berpikir


Strategi pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir adalah strategi pembelajaran
yang berfokus pada perkembangan kemampuan berpikir siswa melalui analisis fakta-
fakta atau pengalaman siswa sebagai bahan untuk memecahkan masalah yang diajukan.
Dengan strategi pembelajaran ini, daya berpikir siswa akan lebih terlatih dalam
menyelesaikan permasalahan yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Tak hanya itu
saja, strategi pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir juga membantu siswa agar
lebih siap dalam menghadapi setiap permasalahan yang diajukan oleh guru.

D. Metode Pembelajaran

1. Metode Ceramah
a. Pengertian
Metode ceramah adalah penuturan bahan pelajaran secara lisan. Metode ini
senantiasa bagus bila pengunaannya betul-betul disiapkan dengan baik, didukung
alat dan media serta memperhatikan batas-batas kemungkinan
penggunannya.Metode ceramah merupakan metode yang sampai saat ini sering
digu-nakan oleh setiap guru atau instruktur.
b. Langkah-Langkah
Ada tiga langkah pokok yang harus diperhatikan, yakni persiapan, pelaksanaan
dan kesimpulan. Langkah-langkah tersebut diantaranya adalah:
1) Tahap Persiapan
a) Merumuskan tujuan yang ingin dicapai.
b) Menentukan pokok-pokok materi yang akan diceramahkan.
c) Mempersiapkan alat bantu.
2) Tahap Pelaksanaan
a) Langkah Pembukaan.
Langkah pembukaan dalam metode ceramah merupakan langkah
yang menentukan. Keberhasilan pelaksanaan ceramah sangat
ditentukan oleh langkah ini.
b) Langkah Penyajian.
Tahap penyajian adalah tahap penyampaian materi pembelajaran
de-ngan cara bertutur. Agar ceramah berkualitas sebagai metode
pembe-lajaran, maka guru harus menjaga perhatian siswa agar
tetap terarah pada materi pembelajaran yang sedang disampaikan.
c) Langkah Mengakhiri atau Menutup Ceramah.
Ceramah harus ditutup dengan ringkasan pokok-pokok matar agar
materi pelajaran yang sudah dipahami dan dikuasai siswa tidak
terbang kembali. Ciptakanlah kegiatan-kegiatan yang
memungkinkan siswa tetap mengingat materi pembelajaran.

2. Metode Tanya Jawab


a. Pengertian
Metode Tanya Jawab adalah metode mengajar yang memungkinkan terjadinya
komunikasi langsung yang bersifat two way traffic, sebab pada saat yang sama
terjadi dialog antara guru dan siswa. Guru bertanya siswa menjawab atau siswa
bertanya guru menjawab. Dalam komunikasi ini terlihat adanya hubungan timbal
balik secara langsung antara guru dengan siswa.
b. Kelebihan
1) Pertanyaan dapat menarik dan memusatkan perhatian siswa.
2) Merangsang siswa untuk melatih dan mengembangkan daya pikir,
termasuk daya ingatan.
3) Mengembangkan keberanian dan keterampilan siswa dalam menjawab dan
mengemukakan pendapat.
c. Kekurangan
1) Siswa merasa takut bila guru kurang dapat mendorong siswa untuk berani
dengan menciptakan suasana yang tidak tegang.
2) Tidak mudah membuat pertanyaan yang sesuai dengan tingkat berpikir
dan mudah dipahami siswa.
3) Sering membuang banyak waktu.
4) Kurangnya waktu untuk memberikan pertanyaan kepada seluruh siswa.

3. Metode Demosntrasi
a. Pengertian
Metode demonstrasi dan eksperimen merupakan metode mengajar yang sangat efektif,
sebab membantu para siswa untuk mencari jawaban dengan usaha sendiri berdasarkan
fakta yang benar. Demonstrasi yang dimaksud ialah suatu metode mengajar yang
memperlihatkan bagaimana proses terjadinya sesuatu.
Metode demonstrasi adalah metode mengajar yang cukup efektif sebab membantu para
siswa untuk memperoleh jawaban dengan mengamati suatu proses atau peristiwa tertentu.
b. Kelebihan
1) Siswa lebih mudah memahami apa yang dipelajari.
2) Proses pengajaran lebih menarik.
3) Siswa dirangsang untuk aktif mengamati, menyesuaikan antara teori
dengan kenyataan dan mencoba melakukannya sendiri.
c. Kekurangan
1) Memerlukan keterampilan guru secara khusus.
2) Kurangnya fasilitas.
3) Membutuhkan waktu yang lama.

Anda mungkin juga menyukai