Anda di halaman 1dari 11

Model pembelajaran langsung memerlukan perencanaan dan pelaksanaan yang cukup rinci

terutama pada analisis tugas. Meskipun model pembelajaran langsung berpusat pada guru,
tetapi harus tetap menjamin keterlibatan siswa.

ahapan model pembelajaran langsung


Model pembelajaran langsung adalah model pembelajaran yang disajikan dengan tahap-tahap:
(1) penyampaian tujuan pembelajaran prosedur penilaian hasil belajar,
(2) mendemonstrasikan ilmu pengetahuan dan keterampilan,
(3) pemberian latihan terbimbing,
(4) mengecek pemahaman dan pemberian umpan balik, dan
(5) pemberian perluasan latihan dan pemindahan ilmu.

Secara singkat tujuan dari model pembelajaran langsung adalah:


(a) mengajarkan materi pelajaran beroreintasi pada teknik penilaian unjuk kerja, dan
(b) membantu siswa untuk memperoleh pengetahuan dan ketrampilan prosedural/tersetruktur,
yaitu pengetahuan atau ketrampilan tentang bagaimana melakukan sesuatu.

Sintaks Model Pembelajaran Langsung


Dalam membelajarkan matematika dengan model pembelajaran langsung, diperlukan
serangkaian  metode pembelajaran seperti, metode ekspositori, ceramah, tanya jawab, diskusi
dan lain-lain.

Pembelajaran langsung dengan urutan (sintaks) sebagai berikut ini:


a. Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa
b. Mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan
c. Membimbing pelatihan
d. Mengecek  pemahaman dan memberikan umpan  balik
e. Memberikan latihan dan penerapan konsep

Model Pembelajaran Kooperatif


Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang
mengutamakan adanya kerjasama, yakni kerjasama antar siswa dalam kelompok untuk
mencapai tujuan pembelajaran.  siswa dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil dan
diarahkan untuk mempelajari materi pelajaran yang telah ditentukan.
Tujuan pembelajaran kelompok adalah untuk membangkitkan interaksi yang efektif
diantara anggota kelompok melalui diskusi. Dalam hal ini sebagian besar aktifitas
pembelajaran berpusat pada pesrta didik, yakni mempelajari materi pelajaran,
berdiskusi untuk memecahkan masalah. Dengan interaksi yang efektif dimungkinkan
semua anggota
Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif.
Ciri-ciri pembelajaran kooperatif menurut Stahl (dalam Ismail (2003), adalah:
(1) belajar dengan teman,
(2) tatap muka antar teman,
(3) mendengarkan antar anggota,
(4) belajar dari teman sendiri dalam kelompok,
(5) belajar dalam kelompok kecil,
(6)  produktif berbicara atau mengemukakanpendapat/gagasan,
(7) siswa membuat keputusan, dan
(8) siswa aktif.

Tujuan Pembelajaran Kooperatif


Pengelolaan pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif, paling tidak ada tiga
tujuan yang ingin dicapai, yaitu :
1) Hasil belajar akademik
Pembelajaran kooperatif bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-
tugas akademik. Banyak ahli berpendapat bahwa model pembelajaran kooperatif
unggul dlam membantu siswa yang sulit.
2) Pengakuan Adanya Keragaman
Model pembelajaran kooperatif bertujuan agar siswa dapat menerima teman-temannya
yang mempunyai berbagai macam perbedaan latar belakang. Perbedaan tersebut
antara lain perbedaan ras, suku, agama, kemampuan akademik, dan tingkat sosial.
3) Pengembangan keterampilan sosial
Model pembelajaran kooperatif bertujuan untuk mengembangkan keterampilan sosial
siswa. Keterampilan sosial yang dimaksud dalam pembelajaran kooperatif antara lain
adalah : berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, bekerja dalam
kelompok, dan sebagainya.

Sintaks Model Pembelajaran Kooperatif


Dalam model pembelajaran kooperatif terdapat enam langkah utama, yang dimulai
dengan langkah guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa untuk
belajar, hingga diakhiri dengan langkah memberikan penghargaan terhadap usaha-
usaha kelompok maupun individu. Model pembelajaran kooperatif mempunyai strategi
yang dijabarkan dalam langkah-langkah (sintak) pembelajaran  sebagai berikut.
1 Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa
2 Menyajikan informasi
3 Mengorganisasikan siswa dalam kelompok-kelompok
4 Membimbing kelompok bekerja dan belajar
5 Evaluasi
6 Memberi penghargaan
3. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw merupakan salah satu tipe dari pembelajaran
kooperatif. Kekhasan dari model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah pada pembagian
kelompok. Pembagian kelompok dilakukan melalui beberapa tahapan. 

Ciri-Ciri Model Kooperatif Tipe Jigsaw


Dalam model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw ini siswa bekerja dalam suatu
kelompok (ada kelompok asal dan kelompok ahli) yang terdiri dari beberapa siswa yang
heterogen. Setiap murid dalam kelompok (kelompok asal) nantinya akan diberi tugas
untuk menjadi tim ahli pada suatu topik tertentu. Setelah mempelajari/berdiskusi dalam
kelompok ahli, masing-masing murid akan kembali lagi ke dalam kelompok asal untuk
melaporkan apa yang mereka pelajari dalam kelompok ahli.

Tujuan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw


Tujuan dari pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah sebagai berikut.
- siswa memperoleh kesempatan untuk memilih tugas sesuai dengan peminatannya.
- siswa memperoleh kesempatan untuk memilih lebih mendalami tugas-tugas yang
sesuai dengan peminatannya bersama dengan teman yang memiliki pemanatan yanga
sama.
- siswa memperoleh kesempatan untuk menjelaskan pada teman lain pada kelompok
asal sehingga secara otomatis siswa dapat mengelaborasi pengalaman yang
diperolehnya dari kelompo ahli   (expertice group).

Sintaks Model Pembelajaran Kooperatif  Jigsaw


Secara ringkas, langkah-langkah pembelajaran menggunakan model pembelajaran tipe
Jigsaw adalah sebagai berikut.
a) Orientasi
Guru  menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan diberikan. Mengingatkan
senantiasa percaya diri, kritis, dan kerjasama. siswa diminta belajar konsep secara
keseluruhan  untuk memperoleh gambaran keseluran dari konsep.

b) Pengelompokan (kelompok asal)


Tahap pembentukan kelompok pertama: Kelompok dibentuk dari peseta didik yang
heterogen, misalnya 4 kelompok (A – D). Misalkan Kelompok A berisi himpunan siswa
{A1, A2, A3, A4}, indeks merupakan peserta yang saling heterogen, demikian kelompok
B {B1, B2, B3, B4}, kelompok C {C1, C2, C3, C4}, dan kelompok D {D1, D2, D3, D4}.

c) Pembentukan dan pembinaan kelompok ahli


Tahap pembentukan kelompok kedua: dari kelompok hiterogen itu dipecah menjadi
kelompok yang akan mempelajari materi yang kita berikan dan dibina supaya jadi ahli,
berdasarkan indeknya. Misal pada kelompok di atas akan dikelompokkan lagi menjadi
kelompok ahli. Misalnya seperti berikut Kelompok 1 {A1, B1, C1, D1}, Kelompok 2 {A2,
B2, C2, D2 }, Kelompok 3 {A3, B3, C3, D3 }, Kelompok 4 dan {A4, B4, C4, D4 }.
Pembentukan kelompok ahli ini ditentukan oleh ketua kelompok bentukan pertama.

d) Diskusi (Pemaparan) kelompok ahli dalam kelompok


Expert (siswa ahli) dalam konsep tertentu ini, masing-masing kembali dalam kelompok
semula. Pada fase ini ke-lima kelompok (1-4) memiliki ahli dalam konsep-konsep
tertentu (Workksheet 1-4). Selanjutnya eserta didik dipersilah untuk mempresentasikan
keahliannya kepada kelompoknya masing-masing, satu persatu. Proses ini diharapkan
akan terjadi shearing pengetahuan antara mereka.
Aturan dalam fase ini adalah:
(1) Siswa memiliki tanggung jawab untuk memastikan bahwa setiap anggota tim
mempelajari materi yang diberikan,
(2) memperolah pengetahuan baru adalah tanggung jawab bersama, jadi tidak ada yang
selsai belajar sampai setiap anggota menguasai konsep,
(3) tanyakan pada anggota kelompok sebelum tanya pada guru,
(4) pembicaraan dilakukan secara pelan agar tidak menggangu kelompok lain,
(5) akhiri diskusi dengan “merayakannya” agar memperoleh kepuasan.

e) Test (Penilaian).
Pada fase ini guru memberikan test tulis untuk dikerjakan oleh siswa yang memuat
seluruh konsep yang didiskusikan. Pada test ini siswa tidak diperkenankan untuk
bekerjasama. Jika mungkin tempat duduknya agak dijauhkan.

f) Pengakuan Kelompok
Penilaian pada pembelajaran kooperatif berdasarkan skor peningkatan individu, tidak
didasarkan pada skor akhir yang diperoleh siswa, tetapi berdasarkan pada seberapa
jauh skor itu melampaui rata-rata skor sebelumnya. Setiap siswa dapat memberikan
kontribusi poin maksimum pada kelompoknya dalam sistem skor kelompok.  Siswa
memperoleh skor untuk kelompoknya didasarkan pada skor kuis mereka melampaui
skor dasar mereka. Perhitungan skor peningkatan, dan kriteria penghargaan kelompok
menggunakan kriteria berikut.

4. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student


Teams-Achievement Divisions )
Model pembelajaran kooperatif tipe STAD, merupakan salah satu tipe dari pembelajaran
kooparatif. Perbedaan yang menonjol dari model pembelajaran kooperatif tipe STAD
dengan JIGSAW adalah pada tahapan pengelompokkan.

Ciri Model Kooperatif Tipe STAD


Model pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan model pembelajaran kooperatif
yang paling sederhana. Pembentukan kelompok dilakukan secara heterogen tanpa
harus mengikuti aturan tertentu (tidak seperti model Jigsaw). Anggota kelompok yang
memahami tugas-tugas atau dapat menyelesaikan tugas diberi tugas untuk
menjelaskan pada anggota lain dalam  kelompoknya.

Tujuan
Tujuan model pembelajaran kooperatif tipe STAD sama dengan tujuan pembelajaran
kooperatif pada umumnya. Pembelajaran kooperatif STAD bertujuan untuk
meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik, siswa yang memiliki
kemampuan daisiswa yang lain dapat membantu siswa yang mengalami kesulitan.
Tujuan pembelajaran kooperatif tipe STAD juga bertujuan agar siswa dapat menerima
teman-temannya yang mempunyai berbagai macam perbedaan latar belakang,
menghargai pendapat orang lain, bekerja dalam kelompok, dan sebagainya.

Sintaks
Sintaks dari pembelajaran kooperatif tipe STAD sebagai berikut.
1) Membentuk kelompok yang anggotanya 4-5 orang secara heterogen (campuran
menurut prestasi, jenis kelamin, suku, dll)
2) Guru menyajikan pelajaran.
3) Guru memberi tugas kepada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota-anggota
kelompok. Anggota kelompok yang mengetahui menjelaskan pada anggota lainnya
sampai semua anggota dalam kelompok itu mengerti.
4) Guru memberi kuis/pertanyaan kepada seluruh siswa. Pada saat menjawab kuis
tidak boleh saling membantu
5) Memberi evaluasi
6) Kesimpulan

5. Model Pembelajaran Cooperative Script


Skrip kooperatif merupakan model pembelajaran dimana siswa  bekerja berpasangan
dan bergantian, secara lisan mengikhtisarkan, bagian-bagian dari materi yang dipelajari.

Ciri Model Pembelajaran Cooperative Script


Ciri Pembelajaran Cooperative Script adalah masing-masing siswa berpasangan,
dimana salah satu menjadi pembicara dan yang satunya menjadi pendengar.

Tujuan
Tujuan dai model pembelajaran kooperatif tipe script adalah siswa dapat belajar
mandiri dari suatu tugas, dan dapat mengajarkannya pada peserta lain (pasangannya).

Sintaks
Langkah-langkah model pembelajaran cooperative script sebagai berikut.
1) Guru membagi siswa untuk berpasangan
2) Guru membagikan wacana/materi tiap siswa untuk dibaca dan membuat ringkasan.
3) Guru dan siswa  menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai pembicara dan
siapa yang berperan sebagai pendengar.
4. Pembicara membacakan ringkasannya selengkap mungkin, dengan memasukkan
ide-ide pokok dalam ringkasannya, sementara pendengar
menyimak/mengoreksi/menunjukkan ide-ide pokok yang kurang lengkap dan
membantu mengingat/menghafal ide-ide pokok dengan menghubungkan materi
sebelumnya atau dengan materi lainnya
5. Bertukar peran, semula sebagai pembicara ditukar menjadi pendengar dan
sebaliknya.
6. Kesimpulan siswa bersama-sama dengan Guru
7. Penutup

6. Model pembelajaran Make - A Match


Model pembelajaran Make - A Match merupakan bagian dari model pembelajaran
kooperatif dimana setiap siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok
dengan kartu yang dipegangnya (kartu soal jawaban). Setiap siswa yang dapat
mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin untuk penghargaan/penilaian.

Ciri-ciri
Ciri model pembelajaran Make - A Match adalah disiapkannya  beberapa kartu yang
berisi beberapa konsep atau topik yang cocok untuk sesi review, sebaliknya satu bagian
kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban. Ciri yang lain siswa memilih pasangan
secara tertentu tidak asal-asalan, karena tergantung dari jawaban pada kartu.

Tujuan
Tujuan dari penerapan model pembelajaran  tipe Make-A Match antara lain sebagai
berikut.
1) Melatih siswa dalam berkompetisi untuk memperolah kesempatan bekerja sama
secara cepat dengan siswa yang lain dalam memcari pasangan (jawaban).
2) Berlatih berfikir cepat melalui kegiatan membaca soal dalam kartu.
3) Berlatih berfikir cepat melalu kegiatan membaca jawaban dari soal yang dipegang
pada siswa yang lain.
4) Melatih bekerja sama antar siswa melalui pasangannya.

Sintaks
Langkah-langkah model pembelajaran Make - A Match sebagai berikut.
1) Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang cocok
untuk sesi review, sebaliknya satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban.
2) Setiap siswa mendapat satu buah kartu.
3) Tiap siswa memikirkan jawaban/soal dari kartu yang dipegang.
4) Setiap siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya
(soal jawaban).
5) Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin.
6) Setelah satu babak kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda
dari sebelumnya
7) Demikian seterusnya
8) Kesimpulan/penutup

7. Model pembelajaran Cooperative Learning tipe CIRC


Cooperative Integrated Reading and Composition disingkat CIRC. CIRC merupakan
salah satu tipe model pembelajaran Cooperative Learning. Model CIRC banyak
digunakan dalam pembelajaran bahasa, tetapi model ini juga dapat diterapkan dapam
pembelajaran matematika khususnya terkait dengan soal cerita (word problem) atau
soal pemecaham masalah.
Dalam pembelajaran, guru memberikan wacana/kliping atau soal cerita matematika
yang sesuai dengan topik pembelajaran, siswa bekerja sama saling membacakan dan
menemukan ide pokok dan memberi tanggapan. Slavin ((1995:98) menyatakan bahwa
“in addition to solving the problems of management and motivation in individualized
programmed instruction, CIRC was created to take advantage of the considerable
socialization potential of cooperative learning”.  

Ciri Model pembelajaran  CIRC  


Kegiatan pokok dalam CIRC untuk memecahkan soal cerita meliputi rangkaian kegiatan
bersama yang spesifik, yakni:
(1) Salah satu anggota kelompok membaca atau beberapa anggota saling membaca,
(2) membuat prediksi atau menafsirkan atas isi soal cerita, termasuk menuliskan apa
yang diketahui, apa yang ditanyakan, dan memisalkan yang ditanyakan dengan suatu
variabel tertentu,
(3) saling membuat ikhtisar atau rencana penyelesaian soal cerita, dan
(4) menuliskan penyelesaian soal ceritanya secara urut (menuliskan urutan komposisi
penyelesaiannya), dan
(5) saling merevisi dan mengedit pekerjaan/penyelesaian (jika ada yang perlu direvisi).

Tujuan
Tujuan dari penerapan model pembelajaran  CIRC  antara lain sebagai berikut.
1) Melatih peserta didk untuk mampu menganalisis permasalahan melalui kegiatan
pembagian clipping/soal/tugas.
2) siswa belajar menemukan ide-ide dari kerja kelompok.
3) siswa belajar mempresentasikan hasil pemecahan tugas-tugas yang diberikan.
4) Perserta didik dilatih untuk membuat kesimpulan dari suatu konsep.  

Sintaks
Dengan mengadopsi model pembelajaran Cooperative Learning tipe CIRC untuk melatih
siswa meningkatkan keterampilannya dalam menyelesaikan soal cerita, maka langkah
yang ditempuh seorang guru mata pelajaran adalah sebagai berikut.
1) Membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang yang secara heterogen
2) Guru memberikan wacana/kliping sesuai dengan topik pembelajaran.
3) Siswa bekerja sama saling membacakan dan menemukan ide pokok dan memberi
tanggapan terhadap wacana/kliping dan ditulis pada lembar kertas.
4) Mempresentasikan/membacakan hasil kelompok
5) Guru membuat kesimpulan bersama
6) Penutup

8. Model pembelajaran INSIDE-OUTSIDE-CIRCLE


Model pembelajaran INSIDE-OUTSIDE-CIRCLE atau diterjemahkan sebagai model
pembelajaran Lingkaran Kecil-Lingkaran Besar adalah model pembelajaran koopertaif
dimana dua siswa yang berpasangan dari lingkaran kecil dan besar berbagi informasi.
Pertukaran informasi ini bisa dilakukan oleh semua pasangan dalam waktu yang
bersamaan.

Model pembelajaran INSIDE-OUTSIDE-CIRCLE  antara lain memiliki ciri-ciri sebagai


berikut.
1) Separuh kelas berdiri membentuk lingkaran kecil dan menghadap keluar
2) Separuh kelas lainnya membentuk lingkaran di luar lingkaran pertama, menghadap ke
dalam
3) Dua siswa yang berpasangan dari lingkaran kecil dan besar berbagi informasi.
Pertukaran informasi ini bisa dilakukan oleh semua pasangan dalam waktu yang
bersamaan
4) Kemudian siswa berada di lingkaran kecil diam di tempat, sementara siswa yang
berada di lingkaran besar bergeser satu atau dua langkah searah jarum jam.
5) Sekarang giliran siswa berada di lingkaran besar yang membagi informasi. Demikian
seterusnya…

Tujuan
Tujuan dari penerapan model pembelajaran INSIDE-OUTSIDE-CIRCLE antara lain
sebagai berikut.
1) Melatih siswa untuk mampu memberikan informasi secara cepat dan tepat pada
siswa yang lain.
2) Melatih siswa belajar menemukan ide-ide dari kerja kelompok.

Sintaks
Sintak dari model pembelajaran INSIDE-OUTSIDE-CIRCLE antara lain sebagai berikut.
1) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran, apersepsi, motivasi, dan introduksi.
2) Guru menyajikan konsep dengan cara membagikan lembaran tugas berisi topik-topik
kepada siswa untuk dipelajari.
3) Setelah siswa mendapatkan mempelajari topic-topik tahap selanjutnya adalah
membuat lingkaran.
4) Separuh kelas berdiri membentuk lingkaran kecil dan menghadap keluar.
5) Separuh kelas lainnya membentuk lingkaran di luar lingkaran pertama, menghadap ke
dalam.
6) Dua siswa yang berpasangan dari lingkaran kecil dan besar berbagi informasi.
Pertukaran informasi ini bisa dilakukan oleh semua pasangan dalam waktu yang
bersamaan.
7) Kemudian siswa berada di lingkaran kecil diam di tempat, sementara siswa yang
berada di lingkaran besar bergeser satu atau dua langkah searah jarum jam.
8) Sekarang giliran siswa berada di lingkaran besar yang membagi informasi. Demikian
seterusnya..
9) Guru melakukan konfirmasi.
10) Penutup.

9. Model pembelajaran SNOWBALL THROWINGS


Model pembelajaran SNOWBALL THROWINGS juga merupakan salah satu tipe dari
belajar kelompok. Model pembelajaran SNOWBALL THROWINGS dilakukan dengan cara
membentuk kelompok-kelompok dan memanggil masing-masing ketua kelompok untuk
memberikan penjelasan tentang materi yang dipelajari. Kemudian masing-masing siswa
diberikan satu lembar kertas kerja, untuk menuliskan satu pertanyaan apa saja yang
menyangkut materi yang sudah dijelaskan oleh ketua kelompok.  Kemudian kertas
tersebut dibuat seperti bola dan dilempar dari satu siswa ke siswa yang lain untuk
dijawab.

Ciri-ciri dari Model pembelajaran SNOWBALL THROWINGS antara lain sebagi berikut.
1) siswa yang diberikan lembar untuk diberikan kesempatan membuat soal dari materi
yang dipelajarai.
2) siswa yang lain memperoleh kesempatan untuk menajwab soal dari teman yang
dibuat sendiri.

Tujuan
Tujuan dari model pembelajaran SNOWBALL THROWINGS antara lain sebagai berikut.
1) Melatih siswa untuk membuat soal dari materi yang dipelajari.
2) Melatih siswa untuk bertanggung jawab dengan menjawab soal yang dibuat teman
sebayanya.

Sintaks
Sintaks model pembelajaran SNOWBALL THROWINGS antara lain sebagai berikut.
1) Guru menyampaikan materi yang akan disajikan
2) Guru membentuk kelompok-kelompok dan memanggil masing-masing ketua
kelompok untuk memberikan penjelasan tentang materi
3) Masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya masing-masing, kemudian
menjelaskan materi yang disampaikan oleh guru kepada temannya
4) Kemudian masing-masing siswa diberikan satu lembar kertas kerja, untuk
menuliskan satu pertanyaan apa saja yang menyangkut materi yang sudah dijelaskan
oleh ketua kelompok
5) Kemudian kertas tersebut dibuat seperti bola dan dilempar dari satu siswa ke siswa
yang lain selama ± 15 menit
6) Setelah siswa dapat satu bola/satu pertanyaan diberikan kesempatan kepada siswa
untuk menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas berbentuk bola tersebut secara
bergantian
7) Evaluasi
8) Penutup.

10. Model pembelajaran Student Facilitator and Explaining


Model pembelajaran Student Facilitator and Explaining adalah model pembelajaran
yang memberikan kesempatan siswa untuk menjelaskan kepada peserta lainnya baik
melalui bagan/peta konsep maupun yang lainnya  setelah guru menyampikan materi
pembelajaran. Setelah siswa  menyampaikan materi pembelajaran pada peserta lainnya
guru menyimpulkan ide/pendapat dari siswa tersebut yang berupa konfirmasi.

Ciri dari model pembelajaran Student Facilitator and Explaining antara lain sebagai
berikut.
1) siswa untuk menjelaskan kepada peserta lainnya.
2) Guru menyimpulkan ide/pendapat dari siswa yang berupa konfirmasi.

Tujuan
Tujuan dari model pembelajaran Student Facilitator and Explaining antara lain sebagai
berikut.
1) Membangkitkan keberana siswa untuk mengungkapkan pendapatnya.
2) Mengjarkan siswa untuk berbagai pengetahuan.

Sintaks
Sintaks dari model pembelajaran model pembelajaran Student Facilitator and Explaining
sebagai berikut.
1) Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.
2) Guru mendemonstrasikan/menyajikan materi.
3) Memberikan kesempatan siswa/peserta untuk menjelaskan kepada peserta lainnya
baik melalui bagan/peta konsep maupun yang lainnya
4) Guru menyimpulkan ide/pendapat dari siswa.
5) Guru menerangkan semua materi yang disajikan saat itu.
6) Penutup .

Demikianlah sepuluh model pembelajaran yang mungkin dapat diterapkan pada model


pembelajaran pada kelas anda.  Para guru diharapkan dapat terus mengembangkan
model pembelajaran sesuai dengan kondisi dan keadaan. Sekali lagi dengan
memperhatikan pendapat dari Nisbet (1985) bahwa tidak ada cara belajar (tunggal)
yang paling benar, dan cara mengajar yang paling baik. Namun demikian usaha agar
proses pembelajaran membawa hasil yang maksimal perlu selalu diupayakan.

Anda mungkin juga menyukai