Anda di halaman 1dari 38

10 macam model pembelajaran yang mudah untuk diterapkan

MACAM – MACAM MODEL PEMBELAJARAN

1. Model Pembelajaran Kooperatif Jigsaw


Dari sisi etimologi Jigsaw berasal dari bahasa ingris yaitu gergaji ukir dan ada juga yang
menyebutnya dengan istilah Fuzzle, yaitu sebuah teka teki yang menyususn potongan
gambar. Pembelajaran kooperatif model jigsaw ini juga mengambil pola cara bekerja sebuah
gergaji ( jigsaw), yaitu siswa melakukan sesuatu kegiatan belajar dengan cara bekerja sama
dengan siswa lain untuk mencapai tujuan bersama.
Model Pembelajaran Kooperatif Jigsaw adalah sebuah model belajar kooperatif yang
menitik beratkan kepada kerja kelompok siswa dalam bentuk kelompok kecil, seperti yang
diungkapkan Lie ( 1993: 73), bahwa pembelajaran kooperatif model jigsaw ini merupakan
model belajar kooperatif dengan cara siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri atas
empat sampai dengan enam orang secara heterogen dan siswa bekerja sama salaing
ketergantungan positif dan bertanggung jawab secara mandiri.
Dalam model pembelajaran jigsaw ini siswa memiliki banyak kesempatan untuk
mengemukanakan pendapat, dan mengelolah imformasi yang didapat dan dapat
meningkatkan keterampilan berkomunikasii, anggota kelompok bertanggung jawab atas
keberhasilan kelompoknya dan ketuntasan bagian materi yang dipelajari, dan dapat
menyampaikan kepada kelompoknya ( Rusman, 2008.203).
Bandingkan dengan Model Pembelajaran Kooperatif Jigsaw
Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif Jigsaw
Menurut Rusman (2008 : 205) Model Pembelajaran jigsaw ini dikenal juga dengan kooperatif
para ahli. Karena anggota setiap kelompok dihadapkan pada permasalahan yang berbeda.
Namun, permasalahan yang dihadapi setiap kelompok sama, kita sebut sebagai team ahli
yang bertugas membahas permasalahan yang dihadapi. Selanjutnya, hasil pembahasan itu di
bawah kekelompok asal dan disampaikan pada anggota kelompoknya.
Kegiatan yang dilakukan pada model pembelajaran kooperatif Jigsaw sebagai berikut:
a) Melakukan mambaca untuk menggali informasi. Siswa memeperoleh topik – topik
permasalahan untuk di baca sehingga mendapatkan imformasi dari permasalahan tersebut.
b) Diskusi kelompok ahli. Siswa yang telah mendapatka topik permasalahan yang sama
bertemu dalam satu kelompok atau kita sebut dengan kelompok ahli untuk membicaran topik
permasalahan tersebut.
c) Laporan kelompok, kelompok ahli kembali ke kelompok asal dan menjelaskan dari hasil
yang didapat dari diskusi tim ahli.
d) Kuis dilakukan mencakup semua topik permasalahan yang dibicarakan tadi.
e) Perhitungan sekor kelompok dan menetukan penghargaan kelompok.
Sedangkan menurut Stepen, Sikes and Snapp (1978 ) yang dikutip Rusman (2008),
mengemukakan langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif Jigsaw sebagai berikut:
a) Siswa dikelompokan sebanyak 1 sampai dengan 5 orang sisiwa.
b) Tiap orang dalam team diberi bagian materi berbeda
c) Tiap orang dalam team diberi bagian materi yang ditugaskan
d) Anggota dari team yang berbeda yang telah mempelajari bagian sub bagian yang sama
bertemu dalam kelompok baru (kelompok ahli) untuk mendiskusiksn sub bab mereka.
e) Setelah selesai diskusi sebagai tem ahli tiap anggota kembali kedalam kelompok asli dan
bergantian mengajar teman satu tem mereka tentang sub bab yang mereka kusai dan tiap
anggota lainnya mendengarkan dengan seksama.
f) Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi.
g) Guru memberi evaluasi.
h) Penutup
2. Model Pembelajaran Numbered Head Together (NHT)
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT, Pembelajaran kooperatif merupakan
strategi pembelajaran yang mengutamakan adanya kerjasama antar siswa dalam kelompok
untuk mencapai tujuan pembelajaran. Para siswa dibagi ke dalam kelompok-kelompok kecil
dan diarahkan untuk mempelajari materi pelajaran yang telah ditentukan. Tujuan dibentuknya
kelompok kooperatif adalah untuk memberikan kesempatan kepada siswa agar dapat terlibat
secara aktif dalam proses berpikir dan dalam kegiatan-kegiatan belajar. Dalam hal ini
sebagian besar aktifitas pembelajaran berpusat pada siswa, yakni mempelajari materi
pelajaran serta berdiskusi untuk memecahkan masalah
Pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif
yang menekankan pada struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi
siswa dan memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan akademik. Tipe ini
dikembangkan oleh Kagen dalam Ibrahim (2000: 28) dengan melibatkan para siswa dalam
menelaah bahan yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka
terhadap isi pelajaran tersebut.
Ibrahim mengemukakan tiga tujuan yang hendak dicapai dalam pembelajaran kooperatif
dengan tipe NHT yaitu :
a) Hasil belajar akademik stuktural
Bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik.
b) Pengakuan adanya keragaman
Bertujuan agar siswa dapat menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai latar
belakang.
c) Pengembangan keterampilan social
Bertujuan untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa. Keterampilan yang dimaksud
antara lain berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, mau menjelaskan
ide atau pendapat, bekerja dalam kelompok dan sebagainya.
Kelebihan dan kekurangan model pembelajaran Numbered Heads Together adalah sebagai
berikut :
Kelebihan:
– Setiap siswa menjadi siap semua
– Dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh.
– Siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai.
Kelemahan:
– Tidak terlalu cocok untuk jumlah siswa yang banyak karena membutuhkan waktu yang
lama..
– Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru
Penerapan pembelajaran kooperatif tipe NHT merujuk pada konsep Kagen dalam Ibrahim
(2000: 29), dengan tiga langkah yaitu :
a) Pembentukan kelompok;
b) Diskusi masalah;
c) Tukar jawaban antar kelompok
Langkah-langkah tersebut kemudian dikembangkan oleh Ibrahim (2000: 29) menjadi enam
langkah sebagai berikut :
Langkah 1. Persiapan
Dalam tahap ini guru mempersiapkan rancangan pelajaran dengan membuat Skenario
Pembelajaran (SP), Lembar Kerja Siswa (LKS) yang sesuai dengan model pembelajaran
kooperatif tipe NHT.
Langkah 2. Pembentukan kelompok
Dalam pembentukan kelompok disesuaikan dengan model pembelajaran kooperatif tipe
NHT. Guru membagi para siswa menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 3-5 orang
siswa. Guru memberi nomor kepada setiap siswa dalam kelompok dan nama kelompok yang
berbeda. Kelompok yang dibentuk merupakan percampuran yang ditinjau dari latar belakang
sosial, ras, suku, jenis kelamin dan kemampuan belajar. Selain itu, dalam pembentukan
kelompok digunakan nilai tes awal (pre-test) sebagai dasar dalam menentukan masing-
masing kelompok.
Langkah 3. Tiap kelompok harus memiliki buku paket atau buku panduan
Dalam pembentukan kelompok, tiap kelompok harus memiliki buku paket atau buku panduan
agar memudahkan siswa dalam menyelesaikan LKS atau masalah yang diberikan oleh guru.
Langkah 4. Diskusi masalah
Dalam kerja kelompok, guru membagikan LKS kepada setiap siswa sebagai bahan yang akan
dipelajari. Dalam kerja kelompok setiap siswa berpikir bersama untuk menggambarkan dan
meyakinkan bahwa tiap orang mengetahui jawaban dari pertanyaan yang telah ada dalam
LKS atau pertanyaan yang telah diberikan oleh guru. Pertanyaan dapat bervariasi, dari yang
bersifat spesifik sampai yang bersifat umum.
Langkah 5. Memanggil nomor anggota atau pemberian jawaban
Dalam tahap ini, guru menyebut satu nomor dan para siswa dari tiap kelompok dengan nomor
yang sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban kepada siswa di kelas.
Langkah 6. Memberi kesimpulan
Guru bersama siswa menyimpulkan jawaban akhir dari semua pertanyaan yang berhubungan
dengan materi yang disajikan.
Ada beberapa manfaat pada model pembelajaran kooperatif tipe NHT terhadap siswa yang
hasil belajar rendah yang dikemukakan oleh Lundgren dalam Ibrahim (2000: 18), antara lain
adalah :
Rasa harga diri menjadi lebih tinggi
a) Memperbaiki kehadiran
b) Penerimaan terhadap individu menjadi lebih besar
c) Perilaku mengganggu menjadi lebih kecil
d) Konflik antara pribadi berkurang
e) Pemahaman yang lebih mendalam
f) Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi
g) Hasil belajar lebih tinggi
KESIMPULAN
Model pembelajaran ini baik digunakan karena model ini mengajarkan kepada siswa untuk
lebih siap dalam menguasai materi serta belajar menerima keanekaragaman dengan kelompok
lain, karna dalam model ini siswa dituntut untuk berdiskusi untuk memecahkan suatu
masalah.
Pada dasarnya tidak ada model pembelajaran yang cocok untuk setiap pokok bahasan, karena
setia model atau metode mengajar masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan oleh
karenanya guru dituntut untuk pandai memilih model pembelajaran yang sesuai.
3. Model pembelajaran Role Playing
a) Pengertian Model pembelajaran Role Playing : Role playing atau bermain peran adalah
sejenis permainan gerak yang didalamnya ada tujuan, aturan dan sekaligus melibatkan unsur
senang (Jill Hadfield, 1986). Dalam role playing murid dikondisikan pada situasi tertentu di
luar kelas, meskipun saat itu pembelajaran terjadi di dalam kelas. Selain itu, role playing
sering kali dimaksudkan sebagai suatu bentuk aktivitas dimana pembelajar membayangkan
dirinya seolah-olah berada di luar kelas dan memainkan peran orang lain (Basri Syamsu,
2000).
Model Pebelajaran Role Playing adalah suatu cara penguasaan bahan-bahan pelajaran melalui
pengembangan imajinasi dan penghayatan siswa. Pengembangan imajinasi dan penghayatan
dilakukan siswa dengan memerankannya sebagai tokoh hidup atau benda mati. Permainan ini
pada umumnya dilakukan lebih dari satu orang, hal itu bergantung kepada apa yang
diperankan.
Pada metode bermain peranan, titik tekanannya terletak pada keterlibatan emosional dan
pengamatan indera ke dalam suatu situasi masalah yang secara nyata dihadapi. Murid
diperlakukan sebagai subyek pembelajaran, secara aktif melakukan praktik-praktik berbahasa
(bertanya dan menjawab) bersama teman-temannya pada situasi tertentu. Belajar efektif
dimulai dari lingkungan yang berpusat pada diri murid (Departemen Pendidikan Nasional,
2002). Lebih lanjut prinsip pembelajaran memahami kebebasan berorganisasi, dan
menghargai keputusan bersama, murid akan lebih berhasil jika mereka diberi kesempatan
memainkan peran dalam bermusyawarah, melakukan pemungutan suara terbanyak dan
bersikap mau menerima kekalahan sehingga dengan melakukan berbagai kegiatan tersebut
dan secara aktif berpartisipasi, mereka akan lebih mudah menguasai apa yang mereka pelajari
(Boediono, 2001). Jadi, dalam pembelajaran murid harus aktif, karena tanpa adanya aktivitas,
maka proses pembelajaran tidak mungkin terjadi.
Model pembelajaran Role Playing juga dikenal dengan nama model pembelajaran Bermain
Peran. Pengorganisasian kelas secara berkelompok, masing-masing kelompok
memperagakan/menampilkan scenario yang telah disiapkan guru. Siswa diberi kebebasan
berimprofisasi namun masih dalam batas-batas scenario dari guru.
b) Langkah-Langkah Model Role Playing
Langkah-langkah pembelajarannya adalah sebagai berikut :
1) Guru menyusun/menyiapkan skenario yang akan ditampilkan.
2) Menunjuk beberapa siswa untuk mempelajari skenario dalam waktu beberapa hari sebelum
pelaksanaan Kegiatan Belajar Mengajar.
3) Guru membentuk kelompok siswa yang anggotanya 5 orang.
4) Memberikan penjelasan tentang kompetensi yang ingin dicapai.
5) Memanggil para siswa yang sudah ditunjuk untuk melakonkan skenario yang sudah
dipersiapkan.
6) Masing-masing siswa berada di kelompoknya sambil mengamati skenario yang sedang
diperagakan.
7) Setelah selesai ditampilkan, masing-masing siswa diberikan lembar kerja untuk
membahas/memberi penilaian atas penampilan masing-masing kelompok.
8) Masing-masing kelompok menyampaikan hasil kesimpulannya.
9) Guru memberikan kesimpulan secara umum.
10) Evaluasi.
11) Penutup.
c) Keunggulan Metode Role Playing
Ada beberapa keunggulan dengan menggunakan metode role playing, di antaranya adalah:
1) Dapat berkesan dengan kuat dan tahan lama dalam ingatan siswa. Disamping merupakan
pengalaman yang menyenangkan yang sulit untuk dilupakan.
2) Sangat menarik bagi siswa, sehingga memungkinkan kelas menjadi dinamis dan penuh
antusias.
3) Membangkitkan gairah dan semangat optimisme dalam diri siswa serta menumbuhkan rasa
kebersamaan.
4) Siswa dapat terjun langsung untuk memerankan sesuatu yang akan di bahas dalam proses
belajar.
d) Kelemahan Metode Role Playing
Disamping memiliki keunggulan, metode role playing juga mempunyai kelemahan, di
antaranya adalah :
1) Bermain peran memakan waktu yang banyak.
2) Siswa sering mengalami kesulitan untuk memerankan peran secara baik khususnya jika
mereka tidak diarahkan atau tidak ditugasi dengan baik. Siswa perlu mengenal dengan baik
apa yang akan diperankannya.
3) Bermain peran tidak akan berjalan dengan baik jika suasana kelas tidak mendukung.
4) Jika siswa tidak dipersiapkan dengan baik ada kemungkinan tidak akan melakukan secara
sungguh-sungguh.
5) Tidak semua materi pelajaran dapat disajikan melalui metode ini.
4. Model Pembelajaran CTL
a) PENGERTIAN
Menurut Nur Hadi CTL adalah konsep belajar yang mendorong guru untuk menghubungkan
antara materi yang diajarkan dan situasi dunia nyata siswa.
Menurut Jonhson CTL adalah sebuah proses pendidikan yang bertujuan untuk menolong para
siswa melihat siswa melihat makna didalam materi akademik yang mereka pelajari dengan
cara menghubungkan subyek-subyek akademik dengan konteks dalam kehidupan keseharian
mereka.
Jadi pengertian CTL dari pendapat para tokoh-tokoh diatas dapat kita simpulkan bahwa CTL
adalah konsep belajar yang membantu guru mengkaitkan antara materi yang diajarkanya
dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara
pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapan dalam kehidupan sehari-hari.
b) TUJUAN
1) Model pembelajaran CTL ini bertujuan untuk memotivasi siswa untuk memahami makna
materi pelajaran yang dipelajarinya dengan mengkaitkan materi tersebut dengan konteks
kehidupan mereka sehari-hari sehingga siswa memiliki pengetahuan atu ketrampilan yang
secara refleksi dapat diterapkan dari permasalahan kepermasalahan lainya.
2) Model pembelajaran ini bertujuan agar dalam belajar itu tidak hanya sekedar menghafal
tetapi perlu dengan adanya pemahaman
3) Model pembelajaran ini menekankan pada pengembangan minat pengalaman siswa.
4) Model pembelajaran CTL ini bertujuan untuk melatih siswa agar dapat berfikir kritis dan
terampil dalam memproses pengetahuan agar dapat menemukan dan menciptakan sesuatu
yang bermanfaat bagi dirinya sendiri dan orang lain
5) Model pembelajaran CTL ini bertujun agar pembelajaran lebih produktif dan bermakna
6) Model pembelajaran nodel CTL ini bertujuan untuk mengajak anak pada suatu aktivitas yang
mengkaitkan materi akademik dengan konteks jehidupan sehari-hari
7) Tujuan pembelajaran model CTL ini bertujuan agar siswa secara indinidu dapat menemukan
dan mentrasfer informasi-informasi komplek dan siswa dapat menjadikan informasi itu
miliknya sendiri.
c) STRATEGI-STRATEGI PEMBELAJARAN CTL
Beberapa strategi pembelajaran yang perlu dikembangkan oleh guru secara konstektual antara
lain:
1) Pembelajaran berbasis masalah.
Dengan memunculkan problem yang dihadapi bersama,siswa ditantang untuk berfikir kritis
untuk memecahkan .
2) Menggunakan konteks yang beragam.
Dalam CTL guru membermaknakan pusparagam konteks sehingga makna yang diperoleh
siswa menjadi berkualitas.
3) Mempertimbangkan kebhinekaan siswa.
Guru mengayomi individu dan menyakini bahwa perbedaan individual dan social seyogianya
dibermaknakan menjadi mesin penggerak untuk belajar saling menghormati dan toleransi
untuk mewujudkan ketrampilan interpersonal.
4) Memberdayakan siswa untuk belajar sendiri.
Pendidikan formal merupakan kawah candradimuka bagi siswa untuk menguasai cara belajar
untuk belajar mandiri dikemudian hari.
5) Belajar melalui kolaborasi
Dalam setiap kolaborasi selalu ada siswa yang menonjol dibandingkan dengan koleganya dan
sisiwa ini dapat dijadikan sebagai fasilitator dalam kelompoknya
6) Menggunakan penelitian autentik
Penilaian autentik menunjukkan bahwa belajar telah berlangsung secara terpadu dan
konstektual dan memberi kesempatan pada siswa untuk dapat maju terus sesuai dengan
potensi yang dimilikinya
7) Mengejar standar tinggi
Setiap seyogianya menentukan kompetensi kelulusan dari waktu kewaktu terus ditingkatkan
dan setiap sekolah hendaknya melakukan Benchmarking dengan melukan study banding
keberbagai sekolah dan luar negeri
Berdasarkan Center for Occupational Research and Development (CORD) Penerapan
strategi pembelajaran konstektual digambarkan sebagai berikut:
1. Relatinng
Belajar dikatakan dengan konteks dengan pengalaman nyata ,konteks merupakan kerangka
kerja yang dirancang guru untuk membantu peserta didik agar yang dipelajarinya bermakna
2. Experiencing
Belajar adalah kegiatan “mengalami “peserta didik diproses secara aktif dengan hal yang
dipelajarinya dan berupaya melakukan eksplorasi terhadap hal yang dikaji,berusaha
menemukan dan menciptakan hal yang baru dari apa yang dipelajarinya.
3. Applying
Belajar menekankan pada proses mendemonstrasikan pengetahuan yang dimiliki dengan
dalam konteks dan pemanfaatanya
4. Cooperative
Belajar merupakan proses kolaboratif dan kooperatif melalui kegiatan kelompok,komunikasi
interpersonal atau hubunngan intersubjektif
5. Trasfering
Belajar menenkankan pada terwujudnya kemampuan memanfaatkan pengetahuan dalam
situasi atau konteks baru.
d) LANDASAN FILOSOFI MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL
Para pendidik yang menyetujuai pandangan ilmu pengetahuan bahwa alam semesta itu tidak
hidup,tidak diam ,dan alam semesta itu ditopang oleh tiga prinsip kesaling ketergantungan,
diferensiasi dan organisasi diri, harus menerapkan pandangan dan cara berfikir baru
mengenai pembelajaran dan pengajaran.
Menurut JONHSON (2004) tiga pilar dalam system CTL antara lain :
1) CTL mencerminkan prinsip kesaling ketergantungan
Kesaling ketergantungan mewujudkan diri.Misalnya ketika para siswa bergabung untuk
memecahkan masalah dan ketika para guru mengadakan pertemuan dengan rekanya .Hal ini
tampak jelas ketika subyek yang berbeda dihubungkan dan ketika kenitraan menggabungkan
sekolah dengan dunia bisnis dan komunitas.
2) CTL mencerminkan prinsip berdeferensiasi
Ketika CTL menentang para siswa untuk saling menghormati keunikan masing-
masing ,untuk menghormati perbedaan,untuk menjadi kreatif,untuk bekerja sama ,untuk
menghasilkan gagasan dan hasil baru yang berbeda ,dan untuk menyadari bahwa keragaman
adalah tabda kemantapan dan kekuatan.
3) CTL mencerminkan prinsip pengorganisasian diri
Pengorganisasian diri terlihat para siswa mencari dan menemukan kemampuan dan minat
mereka sendiri yang berbeda ,mendapat manfaat dari umpan balik yang diberiakan oleh
penilaian autentik,mengulas usaha-usaha mereka dalam tuntunan tujuan yang jelas dan
standar yang tinggi dan berperan serta dalam kegiatan-kegiatan yang berpusat pada sisiwa
yang membuat hati mereka bernyanyi
Landasan filosofi CTL adalah kontruktivisme,yaitu filosofi belajar yang menekankan bahwa
belajar tidak hanya sekedar menghafal .siswaharus mengkontruksi pengetahuan dibenak
mereka sendiri.Pengetahuan tidak dapat dipisahkan menjadi fakta atau proposisi yang
terpisah ,tetapi mencerminkan ketrampilan yang dapat diterapkan.Kontruktivisme berakar
pada filsafat pragmatiisme yang digagas John Dewey pada awal abad ke-20 yaitu sebuah
filosofi belajar yang menekankan pada pengembangan minat dan pengalaman siswa.
Anak akan belajar belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan alamiah.Belajar akan lebih
bermakna jika anak mengalami apa yang dipelajarinya bukan hanya mengetahuinya.
e) KOMPONEN-KOMPONEN PEMBELAJARAN CTL
komponen-komponen model pembelajaran CTL ini antara lain :
1) Kontruktivisme
Kontruktivisme adalah proses membangun dan menyusun pengetahuan baru dalam struktur
kognitif siswa berdasarkan pengalaman.
Pembelajaran ini harus dikemas menjadi proses”mengkontruksi”bukan menerima
pengetahuan.
2) Inquiry
Inquiry adalah proses pembelajaran yang didasrkan pada proses pencarian penemuan melalui
proses berfikir secara sistematis.
Merupakan proses pemindahan dari pengamatan menjadi pemahaman sehingga siswa belajar
mengunakan ketrampilan berfikir kritis.
Langkah-langkah dalam proses inquiry antara lain :
a. Merumuskan masalah
b. Mengajukan hipotesis
c. Mengumpilkan data
d. Menuji hipotesis
e. Membuat kesimpulan
3) Bertanya
Bertanya dalah bagian inti belajar dan menemukan pengetahuan .
4) Masyarakat belajar
Menurut Vygotsky dalam masyarakat belajar ini pengetahuan dan pengalaman anak banyak
dibentuk oleh komunikasi dengan orang lain.
5) Pemodelan
Pemodelan adalah proses pembelajaran dengan memperagakan sebagai sustu contoh yang
dapat ditiru oleh siswa.
6) Refleksi
Refleksi adalah proses pengengalaman yang telah dipelajari dengan cara mengerutkan dan
mengevalusi kembali kejadian atau peristiwa pembelajaran telah dilaluinya untuk
mendapatkan pemahaman yang dicapai baik yang bersifat positif maupun bernilai negative.
7) Penilaian nyata
Penilaian nyata adalah proses yang dilukan oleh guru untuk mengumpulkan informasi tentang
perkembangan belajar yang dilakukan oleh siswa.
f) LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN CTL
Langkah-langkah pembelajaran CTL antara lain :
1) Mengembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja
sendiri,menemukan sendiri ,dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan ketrampilan
barunya.
2) Melaksanakan sejauh mungkin kegiatan inquiri untuk semua topic
3) Mengembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya
4) Menciptakan masyarakat belajar
5) Menghadirkan model sebagia contoh belajar
6) Melakukan refleksi diakhir pertemuan.
7) Melakukan penialain yang sebenarnya dengan berbagai cara.
Ciri kelas yang menggunakan pendekatan konstektual
1) Pengalaman nyata
2) Kerja sama, saling menunjang
3) Gembira, belajar dengan bergairah
4) Pembelajaran terintegrasi
5) Menggunakan berbagai sumber
6) Siswa aktif dan kritis
7) Menyenangkan ,tidak membosankan
8) Sharing dengan teman
9) Guru kreatif
g) KELEBIHAN DAN KELEMAHAN
1) Kelebihan dari model pembelajaran CTL
a. Memberikan kesempatan pada sisiwa untuk dapat maju terus sesuai dengan potensi yang
dimiliki sisiwa sehingga sisiwa terlibat aktif dalam PBM.
b.Siswa dapat berfikir kritis dan kreatif dalam mengumpulkan data, memahami suatu isu dan
memecahkan masalah dan guru dapat lebih kreatif
c. Menyadarkan siswa tentang apa yang mereka pelajari.
d. Pemilihan informasi berdasarkan kebutuhan siswa tidak ditentukan oleh guru.
e. Pembelajaran lebih menyenangkan dan tidak membosankan.
f. Membantu siwa bekerja dengan efektif dalam kelompok.
g.Terbentuk sikap kerja sama yang baik antar individu maupun kelompok.
2) Kelemahan dari model pembelajarab CTL
a. Dalam pemilihan informasi atau materi dikelas didasarkan pada kebutuhan siswa
padahal, dalam kelas itu tingkat kemampuan siswanya berbeda-beda sehinnga guru akan
kesulitan dalam menetukan materi pelajaran karena tingkat pencapaianya siswa tadi tidak
sama
b.Tidak efisien karena membutuhkan waktu yang agak lama dalam PBM
c. Dalam proses pembelajaran dengan model CTL akan nampak jelas antara siswa yang
memiliki kemampuan tinggi dan siswa yang memiliki kemampuan kurang, yang kemudian
menimbulkan rasa tidak percaya diri bagi siswa yang kurang kemampuannya
d. Bagi siswa yang tertinggal dalam proses pembelajaran dengan CTL ini akan terus
tertinggal dan sulit untuk mengejar ketertinggalan, karena dalam model pembelajaran ini
kesuksesan siswa tergantung dari keaktifan dan usaha sendiri jadi siswa yang dengan baik
mengikuti setiap pembelajaran dengan model ini tidak akan menunggu teman yang tertinggal
dan mengalami kesulitan.
e. Tidak setiap siswa dapat dengan mudah menyesuaikan diri dan mengembangkan
kemampuan yang dimiliki dengan penggunaan model CTL ini.
f. Kemampuan setiap siswa berbeda-beda, dan siswa yang memiliki kemampuan intelektual
tinggi namun sulit untuk mengapresiasikannya dalam bentuk lesan akan mengalami kesulitan
sebab CTL ini lebih mengembangkan ketrampilan dan kemampuan soft skill daripada
kemampuan intelektualnya.
g. Pengetahuan yang didapat oleh setiap siswa akan berbeda-beda dan tidak merata.
h. Peran guru tidak nampak terlalu penting lagi karena dalam CTL ini peran guru hanya
sebagai pengarah dan pembimbing, karena lebih menuntut siswa untuk aktif dan berusaha
sendiri mencari informasi, mengamati fakta dan menemukan pengetahuan-pengetahuan baru
di lapangan.
5. Model Pembelajaran
A. Pengertian Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Menurut Robert E. Slavin, “The main idea behind Students Team – Achievment Divisions is
to motivate students to encourage and help each other master skills presented by the teacher
”. “Gagasan utama dari STAD adalah untuk memotivasi peserta didik supaya dapat saling
mendukung dan membantu satu sama lain dalam menguasai kemampuan yang diajarkan
guru”.

Students Team – Achievment Divisions (STAD) dikembangkan oleh Robert E. Slavin dari
Johns Hopkins University Berinduk pada kajian beberapa metode yang ia namakan Students
Team Learning (STL) tahun 1980-an. STAD tersusun dari lima komponen utama: 1)
presentasi kelas (class presentation), 2) belajar dalam grup (teams), 3) pengerjaan kuis
(quizzes), 4) perhitungan peningkatan skore individu (individual improvement scores), 5)
penghargaan tim (team recognition).

Penjelasan dari kelima komponen STAD tersebut, sebagai berikut.


1) Presentasi kelas (class presentation)
Bentuk presentasi kelas dapat berupa pengajaran langsung (dirrect instruction), kelas diskusi
(a lecture-discussion) yang dikondisikan langsung oleh guru dan juga presentasi audio-visual.
Presentai kelas di STAD berbeda dari pengajaran biasanya. Peserta didik harus memberikan
perhatian penuh selama presentasi kelas,
sebab akan membantu mereka untuk menjawab kuis dengan baik nantinya, dan skor kuisnya
akan menentukan skor timnya.

2) Grup atau tim (teams)


Grup adalah hal yang amat penting dalam STAD. Dalam banyak hal, penekanan diberikan
pada setiap anggota grup (team members) untuk melakukan sesuatu yang terbaik buat
grupnya. Sebaliknya, pentingnya peranan sebuah grup adalah melakukan hal yang terbaik
dalam membantu meningkatkan kemampuan setiap anggotanya. Grup memberikan bantuan
dari teman sebaya (peer support) untuk meningkatkan pemahaman atau kemampuan
akademik (academic performance).

3) Kuis (quizzes)
Setelah satu atau dua periode pengajaran (teacher presentation) dan satu atau dua periode
grup melakukan praktek (atau diskusi memecahkan permasalahan), murid mengambil kuis
pribadi (individual quizzes). Peserta didik “tidak diijinkan” untuk saling membantu selama
mengerjakan kuis pribadi ini, hal ini dimaksudkan untuk menjamin agar setiap peserta didik
memiliki tanggung jawab untuk benar-benar memahami materi pelajaran.

4) Peningkatan skore individual (individual improvement scores)


Gagasan yang berada dibalik ide tentang “peningkatan skor individual” adalah memberikan
kesempatan pada peserta didik untuk mencapai tingkat kemampuan (performance goal) yang
lebih tinggi dari yang telah dicapai sebelumnya. Beberapa peserta didik dapat
menyumbangkan point maksimum (maximum point) pada grupnya dalam sistem penskoran
STAD apabila mereka menunjukkan peningkatan yang berarti dibanding kemampuannya
yang lalu. Setiap peserta didik diberikan “skor dasar” (base score) berdasarkan rata-rata skor
kuis sebelumnya. Points yang bisa disumbangkan untuk grupnya didasarkan pada berapa
besar sekor kuisnya melampaui atau berada di bawah “skor dasar”-nya.

5) Penghargaan grup (team recognition)


Grup akan menerima penghargaan jika rata-rata skor mereka memenuhi atau melampaui
kriteria tertentu.

B. Persiapan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Hal-hal yang perlu disiapkan guru sebelum memulai model pembelajaran kooperatif tipe
STAD, menurut Amin Suyitno sebagai berikut.
1. Menyusun data nilai harian peserta didik yang digunakan sebagai pedoman untuk
membentuk kelompok peserta didik yang heterogen dengan menghitung skor rata-rata suatu
kelompok;
2. Guru membentuk kelompok peserta didik yang heterogen terdiri 4 sampai 5 peserta
didik dengan latar belakang yang berbeda tanpa membedakan kecerdasan, suku, bangsa
maupun agama;
3. Guru mempersiapkan LKS untuk belajar peserta didik dan bukan sekedar diisi dan
dikumpulkan;
4. Guru juga menyiapkan kunci jawaban LKS untuk mengecek pekerjaan peserta didik
(dicek oleh peserta didik sendiri);
5. Kuis, berupa tes singkat untuk seluruh peserta didik dengan waktu 10-15 menit; dan
6. Membuat tes/ulangan untuk melihat ketercapaian hasi belajar yang diharapkan;

C. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam pembelajaran di sekolah adalah


sebagai berikut.
1. Guru meminta peserta didik untuk mempelajari suatu pokok bahasan yang segera
akan dibahas, di rumah masing-masing;
2. Di kelas, guru membentuk kelompok belajar yang heterogen dan mengatur tempat
duduk peserta didik agar setiap anggota kelompok dapat saling bertatap muka;
3. Guru dapat mengawali dengan presentasi materi terlebih dahulu, sebelum peserta
didik berdiskusi;
4. Guru membagi LKS pada tiap kelompok, masing-masing kelompok diberi 2 set;
5. Guru menganjurkan setiap peserta didik dalam kelompok untuk mengerjakan LKS
secara berpasangan dua-dua atau tiga-tiga. Kemudian saling mengecek pekerjaannya di
antara teman dalam pasangan tersebut;
6. Berikan kunci LKS agar peserta didik dapat mengecek pekerjaannya sendiri;
7. Bila ada pertanyaan dari peserta didik, guru meminta peserta didik untuk pertanyaan
itu kepada teman satu kelompok sebelum mengajukan kepada guru;
8. Guru berkeliling untuk mengawali kinerja kelompok;
9. Ketua kelompok melaporkan keberhasilan dan hambatan kelompoknya kepada guru
dalam mengisi LKS, sehingga guru dapat memberi bantuan kepada kelompok yang
membutuhkan secara proporsional;
10. Ketua kelompok harus dapat memastikan bahwa setiap anggota kelompok telah
memahami dan dapat mengerjakan LKS yang diberikan guru;
11. Guru bertindak sebagai nara sumber atau fasilitator jika diperlukan;
12. Setelah selesai mengerjakan LKS secara tuntas, berikan kuis kepada seluruh peserta
didik;
13. Berikan penghargaan kepada peserta didik yang menjawab dengan benar, dan
kelompok yang memperoleh skor tertinggi, kemudian berilah pengakuan/pujian kepada
presentasi tim;
14. Guru memberikan tugas/PR secara individual kepada para peserta didik tentang pokok
bahasan yang sedang dipelajari;
15. Guru membubarkan kelompok yang dibentuk dan para peserta didik kembali ke
tempat duduk masing-masing; dan
16. Guru dapat memberikan tes formatif, sesuai dengan TPK (kompetensi yang
ditentukan).

D. Keuntungan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Keuntungan pembelajaran kooperatif tipe STAD menurut Linda Lundgren dan Nur dalam
Ibrahim adalah sebagai berikut.
1. Meningkatkan kerja sama, kebaikan budi, kepekaan dan toleransi yang tinggi antar
sesama anggota kelompok;
2. Meningkatkan pencurahan waktu pada tugas;
3. Meningkatkan harga diri dan dapat memperbaiki sikap ilmiah terhadap matematika;
4. Memperbaiki kehadiran peserta didik;
5. Penerimaan terhadap perbedaan individu menjadi lebih besar;
6. Konflik pribadi menjadi berkurang;
7. Meningkatkan pemahaman pada materi pelajaran;
8. Apabila mendapat penghargaan, motivasi belajar peserta didik akan menjadi lebih
besar; dan
9. Hasil belajar lebih tinggi.

E. Kekurangan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD


Menurut Ibrahim, kekurangan pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah sebagai berikut.
1. Apabila tidak ada kerja sama dalam satu kelompok dan belum bisa menyesuaikan diri
dengan anggota kelompok yang lain maka tugas tidak bisa selesai pada waktu yang sudah
ditentukan;
2. Apabila salah satu anggota berperilaku menyimpang akan mempengaruhi dan
mengganggu anggota kelompok lainnya;
3. Bila situasi kelas gaduh waktu pelaksanaan diskusi maka akan mengganggu kelas
lain;
4. Ketidakhadiran salah satu anggota dalam kelompok akan mempengaruhi kinerja
dalam kelompok tersebut;
5. Apabila peserta didik tidak menggunakan waktu dalam diskusi dengan baik maka
kelompok tersebut tidak bisa menyelesaikan tugas tepat pada waktunya;
6. Peserta didik yang mencapai kinerja yang tinggi keberatan bila skor disamakan
dengan peserta didik yang kinerjanya rendah karena menggunakan sistem skor perbaikan
individual;
7. Beban kerja guru menjadi lebih banyak;
8. Jika aktivitas peserta didik dalam kelompok monoton maka motivasi belajar peserta
didik akan turun;
9. Apabila pemahaman materi dalam diskusi belum sempurna maka hasil belajar akan
menurun.
6. Model Pembelajaran Student Facilitator and Explaining
Pengertian Model Pembelajaran Student Facilitator and Explaining
Model Pembelajaran Student Facilitator and Explaining merupakan model pembelajaran
dimana siswa/peserta didik belajar mempresentasikan ide/pendapat pada rekan peserta didik
lainnya. Model pembelajaran ini efektif untuk melatih siswa berbicara untuk menyampaikan
ide/gagasan atau pendapatnya sendiri.
Model pembelajaran ini akan relevan apabila siswa secara aktif ikut serta dalam merancang
materi pembelajaran yang akan dipresentasikan. Untuk itu pembelajaran pada apresiasi drama
akan lebih sesuai dikarenakan siswa secara aktif ikut serta baik itu dalam kegiatan apresiasi
maupun bisa berupa ekspresi sastra sebagai pelakunya.
Langkah-langkah pembelajarannya :
1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai/KD.
2. Guru mendemonstrasikan/menyajikan garis-garis besar materi pembelajaran.
3. Memberikan kesempatan siswa untuk menjelaskan kepada siswa lainnya, misalnya melalui
bagan/peta konsep. Hal ini bisa dilakukan secara bergiliran
4. Guru menyimpulkan ide/pendapat dari siswa.
5. Guru menerangkan semua materi yang disajikan saat itu.
6. Penutup
Kelebihan Model Pembelajaran Student Facilitator and Explaining
siswa diajak untuk dapat menerangkan kepada siswa lain, dapat mengeluarkan ide-ide yang
ada dipikirannya sehingga lebih dapat memahami materi tersebut.
Kekurangan Model Pembelajaran Student Facilitator and Explaining:
1. Adanya pendapat yang sama sehingga hanya sebagian saja yang tampil.
2. Banyak siswa yang kurang aktif
Kesimpulan
Dalam Model pembelajaran ini akan dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkap apabila
siswa secara aktif ikut serta dalam merancang materi pembelajaran yang akan dipresentasikan
maka siswa akan lebih bisa mengerti dan mampu memahaminya untuk mengungkapkan ide,
selain itu juga dapat mengajak peserta didik mandiri dalam mengembangkan potensi
mengungkapkan gagasan berpendapat.
7. Model Pembelajaran CIRC (Cooperative, Integrated, Reading, and Composition)
A. Pengertian Model Pembelajaran CIRC
Terjemahan bebas dari CIRC adalah komposisi terpadu membaca dan menulis secara
koperatif –kelompok.
Model pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Composition-CIRC (Kooperatif
Terpadu Membaca dan Menulis) merupakan model pembelajaran khusus Mata pelajaran
Bahasa Indonesia dalam rangka membaca dan menemukan ide pokok, pokok pikiran
atau,tema sebuah wacana/kliping.
Model pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) ini dapat
dikategorikan pembelajaran terpadu.
Menurut Fogarty (1991), berdasarkan sifat keterpaduannya, pembelajaran terpadu dapat
dikelompokkan menjadi:
1) model dalam satu disiplin ilmu yang meliputi model connected (keterhubungan) dan
model nested (terangkai);
2) model antar bidang studi yang meliputi model sequenced (urutan), model shared
(perpaduan), model webbed (jaring laba-laba), model theaded (bergalur) dan model
integreted (terpadu);
3) model dalam lintas siswa.
Dalam pembelajaran CIRC atau pembelajaran terpadu setiap siswa bertanggung jawab
terhadap tugas kelompok. Setiap anggota kelompok saling mengeluarkan ide-ide untuk
memahami suatu konsep dan menyelesaikan tugas (task), sehingga terbentuk pemahaman
yang dan pengalaman belajar yang lama. Model pembelajaran ini terus mengalami
perkembangan mulai dari tingkat Sekolah Dasar (SD) hingga sekolah menengah. Proses
pembelajaran ini mendidik siswa berinteraksi sosial dengan lingkungan.
Prinsip belajar terpadu ini sejalan dengan empat pilar pendidikan yang digariskan UNESCO
dalam kegiatan pembelajaran. Empat pilar itu adalah ”belajar untuk mengetahui (learning to
know), belajar untuk berbuat (learning to do), belajar untuk menjadi diri sendiri (learning to
be), dan belajar hidup dalam kebersamaan (Learning to live together), (Depdiknas, 2002).
B. Langkah – Langkah Pembelajaran CIRC
Langkah-langkah pembelajarannya sebagai berikut :
1. Membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang siswa secara heterogen.
2. Guru memberikan wacana/kliping sesuai dengan topik pembelajaran.
3. Siswa bekerja sama saling membacakan dan menemukan ide pokok dan memberi
tanggapan terhadap wacana/kliping dan ditulis pada lembar kertas.
4. Mempresentasikan/membacakan hasil kelompok.
5. Guru dan siswa membuat kesimpulan bersama.
6. Penutup.
Dari setiap fase tersebut di atas dapat kita perhatikan dengan jelas sebagai berikut:
a. Fase Pertama, Pengenalan konsep. Fase ini guru mulai mengenalkan tentang suatu
konsep atau istilah baru yang mengacu pada hasil penemuan selama eksplorasi.
Pengenalan bisa didapat dari keterangan guru, buku paket, atau media lainnya.
b. Fase Kedua, Eksplorasi dan aplikasi. Fase ini memberikan peluang pada siswa untuk
mengungkap pengetahuan awalnya, mengembangkan pengetahuan baru, dan menjelaskan
fenomena yang mereka alami dengan bimbingan guru minimal. Hal ini menyebabkan
terjadinya konflik kognitif pada diri mereka dan berusaha melakukan pengujian dan
berdiskusi untuk menjelaskan hasil observasinya. Pada dasarnya, tujuan fase ini untuk
membangkitkan minat, rasa ingin tahu serta menerapkan konsepsi awal siswa terhadap
kegiatan pembelajaran dengan memulai dari hal yang kongkrit. Selama proses ini siswa
belajar melalui tindakan-tindakan mereka sendiri dan reaksi-reaksi dalam situasi baru yang
masih berhubungan, juga terbukti menjadi sangat efektif untuk menggiring siswa merancang
eksperimen, demonstrasi untuk diujikannya.
c. Fase Ketiga, Publikasi. Pada fase ini Siswa mampu mengkomunikasikan hasil temuan-
temuan, membuktikan, memperagakan tentang materi yang dibahas. Penemuan itu dapat
bersifat sebagai sesuatu yang baru atau sekedar membuktikan hasil pengamatannya..
Siswa dapat memberikan pembuktian terkaan gagasan-gagasan barunya untuk diketahui
oleh teman-teman sekelasnya. Siswa siap menerima kritikan, saran atau sebaliknya saling
memperkuat argumen.
C. Kelebihan Model Pembelajaran CIRC
Kelebihan dari model pembelajaran terpadu atau (CIRC) antara lain:
1) Pengalaman dan kegiatan belajar anak didik akan selalu relevan dengan tingkat
perkembangan anak;
2) kegiatan yang dipilih sesuai dengan dan bertolak dari minat siswa dan kebutuhan anak;
3) seluruh kegiatan belajar lebih bermakna bagi anak didik sehingga hasil belajar anak didik
akan dapat bertahan lebih lama;
4) pembelajaran terpadu dapat menumbuh-kembangkan keterampilan berpikir anak;
5) pembelajaran terpadu menyajikan kegiatan yang bersifat pragmatis (bermanfaat) sesuai
dengan permasalahan yang sering ditemuai dalam lingkungan anak;
6) pembelajaran terpadu dapat menumbuhkan motivasi belajar siswa kearah belajar yang
dinamis, optimal dan tepat guna;
7) menumbuhkembangkan interaksi sosial anak seperti kerjasama, toleransi, komunikasi
dan respek terhadap gagasan orang lain;
8) membangkitkan motivasi belajar, memperluas wawasan dan aspirasi guru dalam
mengajar (Saifulloh, 2003).
D. Kekurangan Model Pembelajaran CIRC
Kerurangan dari model pembelajaran CIRC tersebut antara lain:
Dalam model pembelajaran ini hanya dapat dipakai untuk mata pelajaran yang
menggunakan bahasa, sehingga model ini tidak dapat dipakai untuk mata pelajaran seperti:
matematika dan mata pelajaran lain yang menggunakan prinsip menghitung.
E. Kesimpulan
Model pembelajaran ini sangat bagus dipakai karena dengan menggunakan model ini siswa
dapat memahami secara langsung peristiwa yang terjadi di dalam kehidupan dengan materi
yang dijelaskan.

8. Model Pembelajaran Consept Sentence


Metodologi mengajar adalah ilmu yang mempelajari cara-cara untuk melakukan aktivitas
yang tersistem dari sebuah lingkungan yang terdiri dari pendidik dan peserta didik untuk
saling berinteraksi dalam melakukan suatu kegiatan sehingga proses belajar berjalan dengan
baik dalam arti tujuan pengajaran tercapai.
Agar tujuan pengajaran tercapai sesuai dengan yang telah dirumuskan oleh pendidik, maka
perlu mengetahui, mempelajari beberapa metode mengajar, serta dipraktekkan pada saat
mengajar.
A) Pengertian
Consepct sentence merupakan salah satu teknik dari cooperative Learning,dimana siswa
belajar dengan kelompoknya untuk membuat beberapa kalimat sesuai dengan kata kunci yang
telah diberikan oleh guru kepada siswa.Pembentukan kelompok didasarkan pada kartu kata
yang dimiliki oleh setiap siswa.Setiap siswa membentuk satu kalimat yang telah dipelajari
sebelumnya.Consecptsentence ini dibuat seperti games sehingga siswa bersemangat untuk
memenangkan games ini.Setiap kelompok akan membahas pola kalimat yang telah diberikan
oleh guru ,setelah diberikan batas waktu tertentu ,maka setiap kelompok harus mengirim
wakil dari masing-masing kelompok sebanyak dua orang kedepan .Wakil dari kelompok
diharuskan membuat beberapa dari kata kunci yang ada berdasarkan kata kunci yang telah
diberikan
Proses kelompok terjadi ketika anggota kelompok mendiskusikan seberapa baik mereka
mencapai tujuan dan memelihara kerjasama yang efektif. Para siswa perlu mengetahui
tingkat-tingkat keberhasilan pencapaian tujuan dan efektivitas kerjasama yang telah
dilakukan.
Untuk memperoleh informasi itu, para siswa perlu mengadakan perbaikan-perbaikan secara
sistematis tentang bagaimana mereka telah bekerja sama sebagai satu tim, dalam hal :
• Seberapa baik tingkat pencapaian tujuan kelompok
• Bagaimana mereka saling membantu satu sama lain
• Bagaimana mereka bersikap dan bertingkah laku positif untuk memungkinkan setiap
individu dan kelompok secara keseluruhan menjadi berhasil, dan
• Apa yang mereka butuhkan untik melakukan tugas-tugas yang akan datang supaya lebih
berhasil.
B) Ciri-ciri
Siswa dibentuk kelompok heterogen dan membuat kalimat dengan minimal 4 kata kunci
sesuai materi yang disajikan.

C) Langkah –langkah
1. Guru menyampaikan tujuan.
2. Guru menyajikan materi secukupnya.
3. Guru membentuk kelompok yang anggotanya kurang lebih 4 orang secara heterogen.
4. Menyajikan beberapa kata kunci sesuai materi/ topik yang disajikan.
5. Tiap kelompok disuruh membuat beberapa kalimat dengan menggunakan minimal 4 kata
kunci setiap kalimat.
6. Hasil diskusi kelompok didiskusikan lagi secara pleno yang dipandu guru.
7. Kesimpulan.

D) Kelebihan
1. Lebih memahami kata kunci dari materi pokok pelajaran.
2. Siswa yang lebih pandai mengajari siswa yang kurang pandai.

E) Kekurangan
1. Hanya untuk mata pelajaran tertentu.
2. Untuk yang pasif mengambil jawaban dari temannya.
9. Model Pembelajaran Complete Sentence
A) Pengertian
Model pembelajaran complete sentence adalah model pembelajaran mudah dan sederhana di
mana siswa belajar melengkapi paragraf yang belum sempurna dengan menggunakan kunci
jawaban yang tersedia.
B) Langkah-langkah pembelajarannya sebagai berikut :

C) Langkah-langkah

1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.


2. Guru Menyampaikan materi secukupnya atau siswa disuruh membacakan buku atau modul
dengan waktu secukupnya.
3. Guru membentuk kelompok 2 atau 3 orang secara heterogen.
4. Guru membagikan lembar kerja berupa paragraf yang kalimatnya belum lengkap.
5. Siswa berdiskusi untuk melengkapi kalimat dengan kunci jawaban yang tersedia.
6. Siswa berdiskusi secara berkelompok.
7. Setelah jawaban didiskusikan, jawaban yang salah diperbaiki. Tiap peserta membaca
sampai mengerti atau hafal.
8. Kesimpulan
D) Prinsip/ ciri-ciri Complete sentence
a. Soal yang disampaikan berupa kalimat yang belum lengkap, sehingga makna/ arti kalimat
tersebut belum dapat dimengerti
b. Kalimat yang banyak dan saling berkaitan dalam sebuah paragrap, dan belum sempurna
serta belum dimengerti maknanya
c. Kalimat dapat dilengkapi dengan pilihan kata yang disediakan
d. Harus diisi dengan kata-kata tertentu, misal istilah keilmuan/ kata asing.
e. Jawaban dari kalimat yang belum lengkap itu sudah disediakan
E) Kelebihan/kekurangan model pembelajaran complete sentence
a. Kelebihan
1. Mudah dibuat guru, hanya dengan menghilangan satu kata dalam kalimat
2. Siswa tidak perlu menjelaskan jawabannya, hanya perlu memadukan rumpang/tidak
jawabannya.
3. Siswa diajarkan untuk mengerti dan hafal mengenai materi
b. Kekurangan
1. Guru kurang kreatif dan inovasi dalam membuat soal
2. Siswa kurang terpacu mencari jawaban karena hanya cukup menebak kata, karena biasanya
hanya kata hubung.
3. Kurang cocok untuk dipergunakan dalam setiap bidang studi.
4. Kesimpulan
Model pembelajaran complete sentence adalah model pembelajaran yang sederhana di mana
siswa belajar melengkapi paragraf yang belum sempurna dengan menggunakan kunci
jawaban yang tersedia. Model pembelajaran ini sebenarna mempermudah guru namun
terkadang gurunya kurang inovatif dan kreatif dalam membuat soalnya. Dan siswanya kurang
terpacu untuk mencari jawabannya karena hanya tinggal menebak kaata-kata yang rumpang
yang jawabannya telah disediakan.
10. Model Pembelajaran Pair Cecks Spencer Kagen 1993
A. Pengertian
Pair check (pasangan mengecek) adalah model pembelajaran berkelompok atau berpasangan
yang dipopulerkan oleh Spencer Kagen tahun 1993. Model ini menerapkan pembelajaran
berkelompok yang menuntut kemandirian dan kemampuan siswa dalam menyelesaikan
persoalan yang diberikan. Banyak kelebihan maupun kelemahan.
Satu lagi Model Pembelajaran siswa berpasangan, yaitu Pair Check. Model pembelajaran ini
juga untuk melatih rasa sosial siswa, kerja sama dan kemampuan memberi penilaian.
B. prinsip model pembelajaran Pair Cheks
prinsipnya adalah sebagai berikut :
1. Siswa berkelompok berpasangan sebangku,
2. salah seorang menyajikan persoalan dan temannya mengerjakan,
3. pengecekan kebenaran jawaban,
4. bertukar peran
4. penyimpulan,
5. evaluasi
6. refleksi.
Berikut ini langkah dari model pair check
1. Guru menjelaskan konsep
2. Siswa dibagi beberapa tim. Setiap tim terdiri dari 4 orang. Dalam satu ti ada 2 pasangan.
Setiap pasangan dalam satu tim ada yang menjadi pelatih dan ada yang patner.
3. Guru membagikan soal kepada si patner
4. Patner menjawab soal , dan si pelatih bertugas mengecek jawabannya. Setiap soal yang
benar pelatih memberi kupon.
5. Bertukar peran. Si pelatih menjadi patner dan si patner menjadi pelatih
6. Guru membagikan soal kepada si patner
7. Patner menjawab soal , dan si pelatih bertugas mengecek jawabannya. Setiap soal yang
benar pelatih memberi kupon.
8. Setiap pasangan kembali ke tim awal dan mencocokkan jawaban satu sama lain.
9. Guru membimbing dan memberikan arahan atas jawaaban dari berbagai soal dan tim
mengecek jawabannya.
10. Tim yang paling banyak mendapat kupon diberi hadiah
C. Langkah-langkah Pembelajarannya, sebagai berikut :
1). Bekerja Berpasangan
Guru membentuk tim berpasangan berjumlah 2 (dua) siswa. Setiap pasangan mengerjakan
soal yang pas sebab semua itu akan membantu melatih siswa dalam menilai.
2). Pelatih Mengecek
Apabila patner benar pelatih memberi kupon.
3). Bertukar Peran
Seluruh patner bertukar peran dan mengulangi langkah 1 – 3.
4). Pasangan Mengecek
Seluruh pasangan tim kembali bersama dan membandingkan jawaban.
5). Penegasan Guru
Guru mengarahkan jawaban /ide sesuai konsep.
Demikianlah, mudah-mudahan postingan ini dapat menambah khasanah pembelajaran kita
sehingga pembelajaran yang dirancang Bapak/Ibu Guru dapat lebih bervariatif, lebih
bermakna, menantang sekaligus menyenangkan.
D. Kelebihan dan Kekurangan
Kelebihannya
1. Dipandu belajar melalui bantuan rekan
2. Menciptakan saling kerjasama di antara siswa
3. Increases comprehension of concepts and/or processesMeningkatkan pemahaman konsep
dan / atau proses
4. menmemenimelatih berkomunikasi
Kekurangannya
1. memerlukan banyak waktu
2. memerlukan pemahaman yang tinggi terhadap konsep untuk menjadi pelatih.
Perpus Kecilku
 BERANDA
MACAM-MACAM MODEL PEMBELAJARAN
Senin, Juni 09, 2014 Strategi Pembelajaran 447 comments

MODEL PEMBELAJARAN

I. PENGERTIAN MODEL PEMBELAJARAN


Metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk
mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk
mencapai tujuan pembelajaran. Terdapat beberapa metode pembelajaran yang dapat digunakan
untuk mengimplementasikan strategi pembelajaran. Model pembelajaran mempunyai makna yang
lebih luas dari pada strategi, metode atau prosedur pembelajaran. Istilah model pembelajaran
mempunyai 4 ciri khusus yang tidak dipunyai oleh strategi atau metode pembelajaran :

1. Rasional teoritis yang logis yang disusun oleh pendidik.


2. Tujuan pembelajaran yang akan dicapai
3. Langkah-langkah mengajar yang duperlukan agar model pembelajaran dapat dilaksanakan secara
optimal.
4. Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran dapat dicapai.
jika digambarkan dalam diagram venn.

II. MACAM-MACAM MODEL PEMBELAJARAN


1. Examples Non Examples
Persiapkan gambar, diagram, atau tabel sesuai materi bahan ajar dan kompetensi, sajikan
gambar ditempel atau pakai OHP, dengan petunjuk guru siswa mencermati sajian, diskusi kelompok
tentang sajian gambar tadi, presentasi hasil kelompok, bimbingan penyimpulan, valuasi dan refleksi.
Examples Non Examples adalah metode belajar yang menggunakan contoh-contoh. Contoh-contoh
dapat dari kasus / gambar yang relevan dengan KD
Langkah-langkah:
a. Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran.
b. Guru menempelkan gambar di papan atau ditayangkan melalui OHP.
c. Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan pada siswa
untuk memperhati¬kan/menganalisa gambar.
d. Melalui diskusi kelompok 2-3 orang siswa, hasil diskusi dari analisa gambar tersebut dicatat pada
kertas.
e. Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya.
f. Mulai dari komentar/hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan materi sesuai tujuan yang ingin
dicapai.
g. Kesimpulan

2. Numbered Heads Together


NHT adalah salah satu tipe dari pembelajaran koperatif dengan sintaks: pengarahan, buat
kelompok heterogen dan tiap siswa memiliki nomor tertentu, berikan persoalan materi bahan ajar
(untuk tiap kelompok sama tapi untuk tiap siswa tidak sama sesuai dengan nomor siswa, tiasp siswa
dengan nomor sama mendapat tugas yang sama) kemudian bekerja kelompok, presentasi kelompok
dengan nomnor siswa yang sama sesuai tugas masing-masing sehingga terjadi diskusi kelas, kuis
individual dan buat skor perkembangan tiap siswa, umumkan hasil kuis dan beri reward.
Langkah-langkah:
a. Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor.
b. Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya.
c. Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap anggota kelompok dapat
mengerjakannya/mengetahui jawabannya.
d. Guru memanggil salah satu nomor siswa dengan nomor yang dipanggil melaporkanhasil
kerjasama mereka.
e. Tanggapan dari teman yang lain, kemudian guru menunjuk nomor yang lain.
f. Kesimpulan.

3. Cooperative Script
Metode belajardimana siswa bekerja berpasangan dan bergantian secara lisan mengikhtisarkan,
bagian-bagian dari materi yang dipelajari (Danserau cs., 1985).
Langkah-langkah:
a. Guru membagi siswa untuk berpasangan.
b. Guru membagikan wacana/materi tiap siswa untuk dibaca dan membuat ringkasan.
c. Guru dan siswa menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai pembicara dan siapa yang
berperan sebagai pendengar.
d. Pembicara membacakan ringkasannya selengkap mungkin, dengan memasukkan ide-ide pokok
dalam ringkasannya. Sementara pendengar:
• Menyimak/mengoreksi/menunjukkan ide-ide pokok yang kurang lengkap.
• Membantu mengingat/menghafal ide-ide pokok dengan menghubungkan
materi sebelumnya atau dengan materi lainnya.
e. Bertukar peran, semula sebagai pembicara ditukar menjadi pendengar dan sebaliknya. Serta
lakukan seperti diatas.
f. Kesimpulan Siswa bersama-sama dengan Guru.
g. Penutup.
4. Kepala Bernomor Struktur
Modifikasi dari Number Heads
Langkah-langkah:
a. Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor.
b. Penugasan diberikan kepada setiap siswa berdasarkan nomor terhadap tugas yang
berangkai. Misalnya: siswa nomor satu bertugas mencatat soal. Siswa nomor dua mengerjakan soal
dan siswa nomor tiga melaporkan hasil pekerjaan dan seterusnya.
c. Jika perlu, guru bisa menyuruh kerja sama antar kelompok. Siswa disuruh keluar dari kelompoknya
dan bergabung bersama beberapa siswa bernomor sama dari kelompok lain. Dalam kesempatan ini
siswa dengan tugas yang sama bisa saling membantu atau mencocokkan hasil kerja sama mereka.
d. Laporkan hasil dan tanggapan dari kelompok yang lain.
e. Kesimpulan.
5. Student Teams Achievement – Divisions (STAD)
STAD adalah salah sati model pembelajaran koperatif dengan sintaks: pengarahan, buat
kelompok heterogen (4-5 orang), diskusikan bahan belajar-LKS-modul secara kolabratif, sajian-
presentasi kelompok sehingga terjadi diskusi kelas, kuis individual dan buat skor perkembangan tiap
siswa atau kelompok, umumkan rekor tim dan individual dan berikan reward.
Kooperatif Tim Siswa Kelompok Prestasi (Slavin, 1995)
Langkah-langkah:
a. Membentuk kelompok yang anggotanya = 4 orang secara heterogen (campuran menurut
prestasi, jenis kelamin, suku, dll).
b. Guru menyajikan pelajaran.
c. Guru memberi tugas kepada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota-anggota kelompok.
Anggotanya yang sudah mengerti dapat menjelaskan pada anggota lainnya sampai semua anggota
dalam kelompok itu mengerti.
d. Guru memberi kuis/pertanyaan kepada seluruh siswa. Pada saat menjawab kuis tidak
boleh saling membantu.
e. Memberi evaluasi.
f. Kesimpulan

6. Jigsaw
Model pembeajaran ini termasuk pembelajaran koperatif dengan sintaks seperti berikut ini.
Pengarahan, informasi bahan ajar, buat kelompok heterogen, berikan bahan ajar (LKS) yang terdiri
dari beberapa bagian sesuai dengan banyak siswa dalam kelompok, tiap anggota kelompok bertugas
membahasa bagian tertentu, tuiap kelompok bahan belajar sama, buat kelompok ahli sesuai bagian
bahan ajar yang sama sehingga terjadi kerja sama dan diskusi, kembali ke kelompok aasal, pelaksnaa
tutorial pada kelompok asal oleh anggotan kelompok ahli, penyimpulan dan evaluasi, refleksi.
Kooperatif Model Tim Ahli (Aronson, Blaney, Stephen, Sikes, And Snapp, 1978)

Langkah-langkah:
a. Siswa dikelompokkan ke dalam = 4 anggota tim.
b. Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang berbeda.
c. Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang ditugaskan.
d. Anggota dari tim yang berbeda yang telah mempelajari bagian/sub bab yang sama bertemu dalam
kelompok baru (kelompok ahli) untuk mendiskusikan sub bab mereka.
e. Setelah selesai diskusi sebagai tim ahli tiap anggota kembali ke kelompok asal dan bergantian
mengajar teman satu tim mereka tentang sub bab yang mereka kuasai dan tiap anggota lainnya
mendengarkan dengan sungguh-sungguh.
f. Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi.
g. Guru memberi evaluasi.
h. Penutup.

7. Problem Based Indtroduction (PBI)


Pembelajaran Berdasarkan Masalah. Kehidupan adalah identik dengan menghadapi masalah.
Model pembelajaran ini melatih dan mengembangkan kemampuan untuk menyelesaikan masalah
yang berorientasi pada masalah otentik dari kehidupan aktual siswa, untuk merangsang kemamuan
berpikir tingkat tinggi. Kondisi yang tetap hatrus dipelihara adalah suasana kondusif, terbuka,
negosiasi, demokratis, suasana nyaman dan menyenangkan agar siswa dap[at berpikir optimal.
Indikator model pembelajaran ini adalah metakognitif, elaborasi (analisis), interpretasi, induksi,
identifikasi, investigasi, eksplorasi, konjektur, sintesis, generalisasi, dan inkuiri.
Langkah-Langkah:
a. Guru menjelaskan kompetensi yang ingin dicapai dan menyebutkan sarana atau alat pendukung yang
dibutuhkan. Memotivasi siswa untuk terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang dipilih.
b. Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan
dengan masalah tersebut (menetapkan topik, tugas, jadwal, dll.)
c. Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, eksperimen untuk mendapatkan
penjelasan dan pemecahan masalah, pengumpulan data, hipotesis, pemecahan masalah.
d. Guru membantu siswa dalam merencanakan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan dan
membantu mereka berbagi tugas dengan temannya.
e. Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap eksperimen mereka dan
proses-proses yang mereka gunakan.

8. Artikulasi
Artikulasi adalah mode pembelajaran dengan sintaks: penyampaian konpetensi, sajian materi,
bentuk kelompok berpasangan sebangku, salah satu siswa menyampaikan materi yang baru diterima
kepada pasangannya kemudian bergantian, presentasi di depan hasil diskusinya, guru membimbing
siswa untuk menyimpulkan.
Langkah-langkah:
a. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.
b. Guru menyajikan materi sebagaimana biasa.
c. Untuk mengetahui daya serap siswa, bentuklah kelompok berpasangan dua orang.
d. Menugaskan salah satu siswa dari pasangan itu menceritakan materi yang baru diterima dari guru
dan pasangannya mendengar sambil membuat catatan-catatan kecil, kemudian berganti peran.
Begitu juga kelompok lainnya.
e. Menugaskan siswa secara bergiliran/diacak menyampaikan hasil wawancaranya dengan teman
pasangannya. Sampai sebagian siswa sudah menyampaikan hasil wawancaranya.
f. Guru mengulangi/menjelaskan kembali materi yang sekiranya belum dipahami siswa.
g. Kesimpulan/penutup.

9. Mind Mapping
Pembelajaran ini sangat cocok untuk mereview pengetahuan awal siswa. Sintaknya adalah:
informasi kompetensi, sajian permasalahan terbuka, siswa berkelompok untuk menanggapi dan
membuat berbagai alternatiu jawababn, presentasi hasuil diskusi kelompok, siswa membuat
ksimpulan dari hasil setiap kelompok, evaluasi dan refleksi.
Langkah-langkah:
a. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.
b. Guru mengemukakan konsep/permasalahan yang akan ditanggapi oleh siswa dan sebaiknya
permasalahan yang mempunyai alternatif jawaban.
c. Membentuk kelompok yang anggotanya 2-3 orang.
d. Tiap kelompok menginventarisasi/mencatat alternatif jawaban hasil diskusi.
e. Tiap kelompok (atau diacak kelompok tertentu) membaca hasil diskusinya dan guru mencatat di
papan dan mengelompokkan sesuai kebutuhan guru.
f. Dari data-data di papan siswa diminta membuat kesimpulan atau guru memberi perbandingan sesuai
konsep yang disediakan guru.

10. Make a Match


Mencari Pasangan (Lorna Curran, 1994)
Guru menyiapkan kartu yang berisi persoalan-permasalahan dan kartu yang berisi
jawabannya, setiap siswa mencari dan mendapatkan sebuah kartu soal dan berusaha menjawabnya,
setiap siswa mencari kartu jawaban yang cocok dengan persoalannya siswa yang benar mendapat
nilai-reward, kartu dikumpul lagi dan dikocok, untuk badak berikutnya pembelaarn seperti babak
pertama, penyimpulan dan evaluasi, refleksi.
Langkah-langkah:
1. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang cocok untuk sesi
review, sebaliknya satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban.
2. Setiap siswa mendapat satu buah kartu.
3. Tiap siswa memikirkan jawaban/soal dari kartu yang dipegang.
4. Setiap siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya (soal jawaban).
5. Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin.
6. Setelah satu babak kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya
7. Demikian seterusnya.
8. Kesimpulan/penutup.

11. Think Pair and Share (Frank Lyman, 1985)


Model pembelajaran ini tergolong tipe koperatif dengan sintaks: Guru menyajikan materi
klasikal, berikan persoalan kepada siswa dan siswa bekerja kelompok dengan cara berpasangan
sebangku-sebangku (think-pairs), presentasi kelompok (share), kuis individual, buat skor
perkembangan tiap siswa, umumkan hasil kuis dan berikan reward.
Langkah-langkah:
1. Guru menyampaikan inti materi dan kompetensi yang ingin dicapai
2. Siswa diminta untuk berfikir tentang materi/permasalahan yang disampaikan guru.
3. Siswa diminta berpasangan dengan teman sebelahnya (kelompok 2 orang) dan mengutarakan hasil
pemikiran masing-masing.
4. Guru memimpin pleno kecil diskusi, tiap kelompok mengemukakan hasil diskusinya.
5. Berawal dari kegiatan tersebut, Guru mengarahkan pembicaraan pada pokok permasalahan dan
menambah materi yang belum diungkapkan para siswa.
6. Guru memberi kesimpulan.
7. Penutup.

12. Debate
Debat adalah model pembalajaran dengan sisntaks: siswa menjadi 2 kelompok kemudian
duduk berhadapan, siswa membaca materi bahan ajar untuk dicermati oleh masing-masing
kelompok, sajian presentasi hasil bacaan oleh perwakilan salah satu kelompok kemudian ditanggapi
oleh kelompok lainnya begitu setrusnya secara bergantian, guru membimbing membuat kesimpulan
dan menambahkannya biola perlu.
Langkah-langkah:
1. Guru membagi dua kelompok peserta debat yang satu pro dan yang lainnya kontra.
2. Guru memberikan tugas untuk membaca materi yang akan didebatkan oleh kedua kelompok diatas.
3. Setelah selesai membaca materi, Guru menunjuk salah satu anggota kelompok pro untuk berbicara
saat itu, kemudian ditanggapi oleh kelompok kontra. Demikian seterusnya sampai sebagian besar
siswa bisa mengemukakan pendapatnya.
4. Sementara siswa menyampaikan gagasannya, guru menulis inti/ide-ide dari setiap pembicaraan
sampai mendapatkan sejumlah ide diharapkan.
5. Guru menambahkan konsep/ide yang belum terungkap.
6. Dari data-data yang diungkapkan tersebut, guru mengajak siswa membuat kesimpulan/rangkuman
yang mengacu pada topik yang ingin dicapai.

13. Role Playing


Sintak dari model pembelajaran ini adalah: guru menyiapkan scenario pembelajaran,
menunjuk beberapa siswa untuk mempelajari scenario tersebut, pembentukan kelompok siswa,
penyampaian kompetensi, menunjuk siswa untuk melakonkan scenario yang telah dipelajarinya,
kelompok siswa membahas peran yang dilakukan oleh pelakon, presentasi hasil kelompok,
bimbingan penimpoulan dan refleksi.
Langkah-langkah:
1. Guru menyusun/menyiapkan skenario yang akan ditampilkan.
2. Menunjuk beberapa siswa untuk mempelajari skenario dalam waktu beberapa hari sebelum KBM.
3. Guru membentuk kelompok siswa yang anggotanya 5 orang.
4. Memberikan penjelasan tentang kompetensi yang ingin dicapai.
5. Memanggil para siswa yang sudah ditunjuk untuk melakonkan skenario yang sudah dipersiapkan.
6. Masing-masing siswa berada di kelompoknya sambil mengamati skenario yang sedang diperagakan.
7. Setelah selesai ditampilkan, masing-masing siswa diberikan lembar kerja untuk membahas
penampilan masing-masing kelompok.
8. Masing-masing kelompok menyampaikan hasil kesimpulannya.
9. Guru memberikan kesimpulan secara umum.
10. Evaluasi.
11. Penutup.

14. Group Investigation (Sharan, 1992)


Model koperatif tipe GI dengan sintaks: Pengarahan, buat kelompok heterogen dengan
orientasi tugas, rencanakan pelaksanaan investigasi, tiap kelompok menginvestigasi proyek tertentu
(bisa di luar kelas, misal mengukur tinggi pohon, mendata banyak dan jenis kendaraan di dalam
sekolah, jenis dagangan dan keuntungan di kantin sekolah, banyak guru dan staf sekolah),
pengoalahn data penyajian data hasi investigasi, presentasi, kuis individual, buat skor perkem\angan
siswa, umumkan hasil kuis dan berikan reward.
Langkah-langkah:
1. Guru membagi kelas dalam beberapa kelompok heterogen.
2. Guru menjelaskan maksud pembelajaran dan tugas kelompok.
3. Guru memanggil ketua kelompok dan setiap kelompok mendapat tugas satu materi/tugas yang
berbeda dari kelompok lain.
4. Masing-masing kelompok membahas materi yang sudah ada secarakooperatif yang bersifat
penemuan.
5. Setelah selesai diskusi, juru bicara kelompok menyampaikan hasil pembahasan kelompok.
6. Guru memberikan penjelasan singkat sekaligus memberi kesimpulan
7. Evaluasi
8. Penutup.

15. Talking Stick


Sintak pembelajaran ini adalah: guru menyiapkan tongkat, sajian materi pokok, siswa mebaca
materi lengkap pada wacana, guru mengambil tongkat dan memberikan tongkat kepada siswa dan
siswa yang kebagian tongkat menjawab pertanyaan dari guru, tongkat diberikan kepad siswa lain
dan guru memberikan petanyaan lagi dan seterusnya, guru membimbing kesimpulan-refleksi-
evaluasi.
Langkah-langkah:
1. Guru menyiapkan sebuah tongkat.
2. Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari, kemudian memberikan kesempatan kepada
siswa untuk membaca dan mempelajari materi.
3. Setelah selesai membaca materi/buku pelajaran dan mempelajarinya, siswa menutup bukunya.
4. Guru mengambil tongkat dan memberikan kepada siswa, setelah itu guru memberikan pertanyaan
dan siswa yang memegang tongkat tersebut harus menjawabnya, demikian seterusnya sampai
sebagian besar siswa mendapat bagian untuk menjawab setiap pertanyaan dari guru.
5. Guru memberikan kesimpulan.
6. Evaluasi.
7. Penutup.
16. Bertukar Pasangan
Langkah-langkah:
1. Setiap siswa mendapat satu pasangan (guru bisa menunjuk pasangannya atau siswa memilih sendiri
pasangannya).
2. Guru memberikan tugas dan siswa mengerjakan tugas dengan pasangannya.
3. Setelah selesai setiap pasangan bergabung dengan satu pasangan yang lain.
4. Kedua pasangan tersebut bertukar pasangan, kemudian pasangan yang baru ini saling menanyakan
dan mencari kepastian jawaban mereka.
5. Temuan baru yang didapat dari pertukaran pasangan kemudian dibagikan kepada pasangan semula.
17. Snowball Throwing
Sintaknya adalah: Informasi materi secara umum, membentuk kelompok, pemanggilan ketua
dan diberi tugas membahas materi tertentu di kelompok, bekerja kelompok, tiap kelompok
menuliskan pertanyaan dan diberikan kepada kelompok lain, kelompok lain menjawab secara
bergantian, penyuimpulan, refleksi dan evaluasi
Langkah-langkah:
1. Guru menyampaikan materi yang akan disajikan.
2. Guru membentuk kelompok-kelompok dan memanggil masing-masing ketua kelompok untuk
memberikan penjelasan tentang materi.
3. Masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya masing-masing, kemudian menjelaskan
materi yang disampaikan oleh guru kepada temannya
4. Kemudian masing-masing siswa diberikan satu lembar kertas kerja, untuk menuliskan satu
pertanyaan apa saja yang menyangkut materi yang sudah dijelaskan oleh ketua kelompok.
5. Kemudian kertas yang berisi pertanyaan tersebut dibuat seperti bola dan dilempar dari satu siswa ke
siswa yang lain selama ± 15 menit.
6. Setelah siswa dapat satu bola/satu pertanyaan diberikan kesempatan kepada siswa untuk menjawab
pertanyaan yang tertulis dalam kertas berbentuk bola tersebut secara bergantian.
7. Evaluasi.
8. Penutup

18. Student Facilitator and Explaining


Langkah-langkahnya adalah: informasi kompetensi, sajian materi, siswa mengembangkannya dan
menjelaskan lagi ke siswa lainnya, kesimpulan dan evaluasi, refleksi.
Siswa mempresentasikan ide/pendapat pada rekan peserta lainnya
Langkah-langkah:
1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.
2. Guru mendemonstrasikan/menyajikan materi.
3. Memberikan kesempatan siswa untuk menjelaskan kepada siswa lainnya misalnya melalui
bagan/peta konsep.
4. Guru menyimpulkan ide/pendapat dari siswa
5. Guru menerangkan semua materi yang disajikan saat itu
6. Penutup.

19. Course Review Horay


Langkah-langkahnya: informasi kompetensi, sajian materi, tanya jawab untuk pemantapan, siswa
atau kelompok menuliskan nomor sembarang dan dimasukkan ke dalam kotak, guru membacakan
soal yang nomornya dipilih acak, siswa yang punya nomor sama dengan nomor soal yang dibacakan
guru berhak menjawab jika jawaban benar diberi skor dan siswa menyambutnya dengan yel hore
atau yang lainnya, pemberian reward, penyimpulan dan evaluasi, refleksi.
Langkah-langkah
1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
2. Guru mendemonstrasikan/menyajikan materi.
3. Memberikan kesempatan siswa tanya jawab.
4. Untuk menguji pemahaman, siswa disuruh membuat kotak 9/16/25 sesuai dengan kebutuhan dan
tiap kotak diisi angka sesuai dengan selera masing-masing siswa.
5. Guru membaca soal secara acak dan siswa menulis jawaban di dalam kotak yang nomornya
disebutkan guru dan langsung didiskusikan, kalau benar diisi tanda benar (Ö) dan salan diisi tanda
silang (x).
6. Siswa yang sudah mendapat tanda Ö vertikal atau horisontal, atau diagonal harus berteriak horay …
atau yel-yel lainnya.
7. Nilai siswa dihitung dari jawaban benar jumlah horay yang diperoleh.
8. Penutup.

20. Demonstration
Pembelajaran ini khusu untuk materi yang memerlukan peragaan media atau eksperimen.
Langkahnya adalah: informasi kompetensi, sajian gambaran umum materi bahan ajar, membagi
tugas pembahasan materi untuk tiap kelompok, menunjuk siswa atau kelompok untuk
mendemonstrasikan bagiannya, dikusi kelas, penyimpulan dan evaluasi, refleksi.
Khusus materi yang memerlukan peragaan atau percobaan.
Langkah-langkah
1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
2. Guru menyajikan gambaran sekilas materi yang akan disampaikan
3. Menyiapkan bahan atau alat yang diperlukan.
4. Menunjuk salah seorang siswa untuk mendemontrasikan sesuai skenario yang telah disiapkan.
5. Seluruh siswa memperhatikan demontrasi dan menganalisanya.
6. Tiap siswa mengemukakan hasil analisanya dan juga pengalaman siswa didemontrasikan.
7. Guru membuat kesimpulan.

21. Mind Mapping


Pembelajaran ini sangat cocok untuk mereview pengetahuan awal siswa. Sintaknya adalah: informasi
kompetensi, sajian permasalahan terbuka, siswa berkelompok untuk menanggapi dan membuat
berbagai alternatiu jawababn, presentasi hasuil diskusi kelompok, siswa membuat ksimpulan dari
hasil setiap kelompok, evaluasi dan refleksi.
Sangat baik digunakan untuk pengetahuan awal siswa atau untuk menemukan alternatif jawaban
Langkah-langkah:
1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.
2. Guru mengemukakan konsep/permasalahan yang akan ditanggapi oleh siswa dan sebaiknya
permasalahan yang mempunyai alternatif jawaban.
3. Membentuk kelompok yang anggotanya 2-3 orang.
4. Tiap kelompok menginventarisasi/mencatat alternatif jawaban hasil diskusi.
5. Tiap kelompok (atau diacak kelompok tertentu) membaca hasil diskusinya dan guru mencatat di
papan dan mengelompokkan sesuai kebutuhan guru.
6. Dari data-data di papan siswa diminta membuat kesimpulan atau guru memberi perbandingan
sesuai konsep yang disediakan guru.

22. Picture and Picture


Sajian informasi kompetensi, sajian materi, perlihatkan gambar kegiatan berkaitan dengan materi,
siswa (wakil) mengurutkan gambar sehingga sistematik, guru mengkonfirmasi urutan gambar
tersebut, guru menanamkan konsep sesuai materi bahan ajar, penyimpulan, evaluasi dan refleksi.

Langkah-langkah :
Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
1. Menyajikan materi sebagai pengantar
2. Guru menunjukkan/memperlihatkan gambar-gambar kegiatan berkaitan dengan materi
3. Guru menunjuk/memanggil peserta didik secara bergantian untuk memasang/mengurutkan gambar-
gambar menjadi urutan yang logis
4. Guru menanyakan alasan/dasar pemikiran urutan gambar tersebut
5. Dari alasan/urutan gambar tersebut guru memulai menanamkan konsep/materi sesuai dengan
kompetensi yang ingin dicapai
6. Kesimpulan/rangkuman

23. EXPLICIT INSTRUCTION


Pembelajaran langsung khusus dirancang untuk mengembangkan cara belajar peserta didik tentang
pengetahuan prosedural dan pengetahuan deklaratif yang dapat diajarkan dengan pola selangkah
demi selangkah
Langkah-langkah :
1. Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan peserta didik
2. Mendemonstrasikan pengetahuan dan ketrampilan
3. Membimbing pelatihan
4. Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik
Memberikan kesempatan untuk latihan lanjutan

24. COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (CIRC)


Terjemahan bebas dari CIRC adalah komposisi terpadu membaca dan menulis secara koperatif –
kelompok. Sintaksnya adalah: membentuk kelompok heterogen 4 orang, guru memberikan wacana
bahan bacaan sesuai dengan materi bahan ajar, siswa bekerja sama (membaca bergantian,
menemukan kata kunci, memberikan tanggapan) terhadap wacana kemudian menuliskan hasil
kolaboratifnya, presentasi hasil kelompok, refleksi.
Langkah-langkah :
1. Membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang secara heterogen
2. Guru memberikan wacana/kliping sesuai dengan topik pembelajaran
3. Peserta didik bekerja sama saling membacakan dan menemukan ide pokok dan memberi tanggapan
terhadap wacana/kliping dan ditulis pada selembar kertas
4. Mempresentasikan/membacakan hasil kelompok
5. Guru membuat kesimpulan bersama
6. Penutup
25. INSIDE-OUTSIDE-CIRCLE (LINGKARAN KECIL-LINGKARAN BESAR)
IOC adalah mode pembelajaran dengan sistim lingkaran kecil dan lingkaran besar (Spencer Kagan,
1993) di mana siswa saling membagi informasi pada saat yang bersamaan dengan pasangan yang
berbeda dengan ssingkat dan teratur. Sintaksnya adalah: Separu dari sjumlah siswa membentuk
lingkaran kecil menghadap keluar, separuhnya lagi membentuk lingkaran besar menghadap ke
dalam, siswa yang berhadapan berbagi informasi secara bersamaan, siswa yang berada di lingkran
luar berputar keudian berbagi informasi kepada teman (baru) di depannya, dan seterusnya
Langkah-langkah :
1. Separuh kelas berdiri membentuk lingkaran kecil dan menghadap keluar
2. Separuh kelas lainnya membentuk lingkaran di luar lingkaran pertama, menghadap ke dalam
3. Dua orang peserta didik yang berpasangan dari lingkaran kecil dan besar berbagi informasi.
Pertukaran informasi ini bisa dilakukan oleh semua pasangan dalam waktu yang bersamaan
4. Kemudian peserta didik yang berada di lingkaran kecil diam di tempat, sementara peserta didik yang
berada di lingkaran besar bergeser satu atau dua langkah searah jarum jam.
5. Sekarang giliran peserta didik yang berada di lingkaran besar yang membagi informasi. Demikian
seterusnya
26. Tebak Kata
Langkah-langkah :
1. Guru menjelaskan kompetensi yang ingin dicapai atau materi ± 45 menit.
2. Guru menyuruh peserta didik berdiri berpasangan di depan kelas
4. Seorang peserta didik diberi kartu yang berukuran 10 x 10 cm yang nanti dibacakan pada
pasangannya. Seorang peserta didik yang lainnya diberi kartu yang berukuran 5 x 2 cm yang isinya
tidak boleh dibaca (dilipat) kemudian ditempelkan di dahi atau diselipkan ditelinga. Peserta didik
yang membawa kartu 10 x 10 cm membacakan kata-kata yang tertulis didalamnya sementara
pasangannya menebak apa yang dimaksud dalam kartu 10 x 10 cm. Jawaban tepat bila sesuai
dengan isi kartu yang ditempelkan tsb.
5. Apabila jawabannya tepat (sesuai yang tertulis di kartu) maka pasangan itu boleh duduk. Bila belum
tepat pada waktu yang telah ditetapkan, peserta didik boleh mengarahkan dengan kata-kata lain
asal jangan langsung memberi jawabannya.
6. Dan seterusnya

27. Tari Bambu


Model pembelajaran ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk berbagi informasi pada saat
yang bersamaan dengan pasangan yang berbeda secara teratur. Strategi ini cocok untuk bahan ajar
yang memerlukan pertukaran pengalaman dan pengetahuan antar siswa. Sintaksnya adalah:
Sebagian siswa berdiri berjajar di depoan kelas atau di sela bangku-meja dan sebagian siswa lainnya
berdiri berhadapan dengan kelompok siswa opertama, siswa yang berhadapan berbagi pengalkaman
dan pengetahuan, siswa yang berdiri di ujung salah satui jajaran pindah ke ujunug lainnya pada
jajarannya, dan kembali berbagai informasi.
28. Koperatif (CL, Cooperative Learning)
Pembelajaran koperatif sesuai dengan fitrah manusis sebagai makhluk sosial yang penuh
ketergantungan dengan orang lain, mempunyai tujuan dan tanggung jawab bersama, pembagian
tugas, dan rasa senasib. Dengan memanfaatkan kenyatan itu, belajar berkelompok secara koperatif,
siswa dilatih dan dibiasakan untuk saling berbagi (sharing) pengetahuan, pengalaman, tugas,
tanggung jawab. Saling membantu dan berlatih beinteraksi-komunikasi-sosialisasi karena koperatif
adalah miniature dari hidup bermasyarakat, dan belajar menyadari kekurangan dan kelebihan
masing-masing.Jadi model pembelajaran koperatif adalah kegiatan pembelajaran dengan cara
berkelompok untuk bekerja sama saling membantu mengkontruksi konsep, menyelesaikan
persoalan, atau inkuiri. Menurut teori dan pengalaman agar kelompok kohesif (kompak-partisipatif),
tiap anggota kelompok terdiri dari 4 – 5 orang, siswa heterogen (kemampuan, gender, karekter), ada
control dan fasilitasi, dan meminta tanggung jawab hasil kelompok berupa laporan atau
presentasi.Sintaks pembelajaran koperatif adalah informasi, pengarahan-strategi, membentuk
kelompok heterogen, kerja kelompok, presentasi hasil kelompok, dan pelaporan.

29. Kontekstual (CTL, Contextual Teaching and Learning)


Pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran yang dimulai dengan sajian atau tanya jawab lisan
(ramah, terbuka, negosiasi) yang terkait dengan dunia nyata kehidupan siswa (daily life modeling),
sehingga akan terasa manfaat dari materi yang akan disajkan, motivasi belajar muncul, dunia pikiran
siswa menjadi konkret, dan suasana menjadi kondusif - nyaman dan menyenangkan. Pensip
pembelajaran kontekstual adalah aktivitas siswa, siswa melakukan dan mengalami, tidak hanya
menonton dan mencatat, dan pengembangan kemampuan sosialisasi. Ada tujuh indokator
pembelajarn kontekstual sehingga bisa dibedakan dengan model lainnya, yaitu modeling
(pemusatan perhatian, motivasi, penyampaian kompetensi-tujuan, pengarahan-petunjuk, rambu-
rambu, contoh), questioning (eksplorasi, membimbing, menuntun, mengarahkan, mengembangkan,
evaluasi, inkuiri, generalisasi), learning community (seluruh siswa partisipatif dalam belajar
kelompok atau individual, minds-on, hands-on, mencoba, mengerjakan), inquiry (identifikasi,
investigasi, hipotesis, konjektur, generalisasi, menemukan), constructivism (membangun
pemahaman sendiri, mengkonstruksi konsep-aturan, analisis-sintesis), reflection (reviu, rangkuman,
tindak lanjut), authentic assessment (penilaian selama proses dan sesudah pembelajaran, penilaian
terhadap setiap aktvitas-usaha siswa, penilaian portofolio, penilaian seobjektif-objektifnya darei
berbagai aspek dengan berbagai cara).
30. Realistik (RME, Realistic Mathematics Education)
Realistic Mathematics Education (RME) dikembangkan oleh Freud di Belanda dengan pola guided
reinventiondalam mengkontruksi konsep-aturan melalui process of mathematization, yaitu
matematika horizontal (tools, fakta, konsep, prinsip, algoritma, aturan uantuk digunakan dalam
menyelesaikan persoalan, proses dunia empirik) dan vertikal (reoorganisasi matematik melalui
proses dalam dunia rasio, pengemabngan mateastika).Prinsip RME adalah aktivitas (doing)
konstruksivis, realitas (kebermaknaan proses-aplikasi), pemahaman (menemukan-informal daam
konteks melalui refleksi, informal ke formal), inter-twinment (keterkaitan-intekoneksi antar konsep),
interaksi (pembelajaran sebagai aktivitas sosial, sharing), dan bimbingan (dari guru dalam
penemuan).
31. SAVI
Pembelajaran SAVI adalah pembelajaran yang menekankan bahwa belajar haruslah memanfaatkan
semua alat indar yang dimiliki siswa. Istilah SAVI sendiri adalah kependekan dari: Somatic yang
bermakna gerakan tubuh (hands-on, aktivitas fisik) di mana belajar dengan mengalami dan
melakukan; Auditory yang bermakna bahwa belajar haruslah dengan melaluui mendengarkan,
menyimak, berbicara, presentasi, argumentasi, mengemukakan penndepat, dan mennaggapi;
Visualization yang bermakna belajar haruslah menggunakan indra mata melallui mengamati,
menggambar, mendemonstrasikan, membaca, menggunbakan media dan alat peraga; dan
Intellectualy yang bermakna bahawa belajar haruslah menggunakan kemampuan berpikir (minds-on)
nbelajar haruslah dengan konsentrasi pikiran dan berlatih menggunakannya melalui bernalar,
menyelidiki, mengidentifikasi, menemukan, mencipta, mengkonstruksi, memecahkan masalah, dan
menerapkan.
32. TGT (Teams Games Tournament)
Penerapan model ini dengan cara mengelompokkan siswa heterogen, tugas tiap kelompok bisa sama
bis aberbeda. SDetelah memperoleh tugas, setiap kelompok bekerja sama dalam bentuk kerja
individual dan diskusi. Usahakan dinamikia kelompok kohesif dan kompak serta tumbuh rasa
kompetisi antar kelompok, suasana diskuisi nyaman dan menyenangkan sepeti dalam kondisi
permainan (games) yaitu dengan cara guru bersikap terbuka, ramah , lembut, santun, dan ada sajian
bodoran. Setelah selesai kerja kelompok sajikan hasil kelompok sehuingga terjadi diskusi kelas. Jika
waktunya memungkinkan TGT bisa dilaksanakan dalam beberapa pertemuan, atau dalam rangka
mengisi waktu sesudah UAS menjelang pembagian raport. Sintaknya adalah sebagai berikut:
a. Buat kelompok siswa heterogen 4 orang kemudian berikan informasi pokok materi dan \
mekanisme kegiatan
b. Siapkan meja turnamen secukupnya, missal 10 meja dan untuk tiap meja ditempati 4 siswa yang
berkemampuan setara, meja I diisi oleh siswa dengan level tertinggi dari tiap kelompok dan
seterusnya sampai meja ke-X ditepati oleh siswa yang levelnya paling rendah. Penentuan tiap siswa
yang duduk pada meja tertentu adalah hasil kesewpakatan kelompok.
c. Selanjutnya adalah opelaksanaan turnamen, setiap siswa mengambil kartu soal yang telah
disediakan pada tiap meja dan mengerjakannya untuk jangka waktu terttentu (misal 3 menit). Siswa
bisda nmngerjakan lebbih dari satu soal dan hasilnya diperiksa dan dinilai, sehingga diperoleh skor
turnamen untuk tiap individu dan sekaligus skor kelompok asal. Siswa pada tiap meja tunamen sesua
dengan skor yang dip[erolehnay diberikan sebutan (gelar) superior, very good, good, medium.
d. Bumping, pada turnamen kedua ( begitu juga untuk turnamen ketiga-keempat dst.), dilakukan
pergeseran tempat duduk pada meja turnamen sesuai dengan sebutan gelar tadi, siswa superior
dalam kelompok meja turnamen yang sama, begitu pula untuk meja turnamen yang lainnya diisi
oleh siswa dengan gelar yang sama.
e. Setelah selesai hitunglah skor untuk tiap kelompok asal dan skor individual, berikan penghargaan
kelompok dan individual.
33. WORD SQUARE
Langkah-langkah :

1. Guru menyampaikan materi sesuai kompetensi yang ingin dicapai.


2. Guru membagikan lembaran kegiatan sesuai contoh
3. Peserta didik menjawab soal kemudian mengarsir huruf dalam kotak sesuai jawaban
4. Berikan poin setiap jawaban dalam kotak

34. SCRAMBLE
Sintaknya adalah: buatlah kartu soal sesuai marteri bahan ajar, buat kartu jawaban dengan diacak
nomornya, sajikan materi, membagikan kartu soal pada kelompok dan kartu jawaban, siswa
berkelompok mengerjakan soal dan mencari kartu soal untuk jawaban yang cocok.
MEDIA :

1. Buatlah pertanyaan yang sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai


2. Buat jawaban yang diacak hurufnya
Langkah-langkah :

1. Guru menyajikan materi sesuai kompetensi yang ingin dicapai


2. Membagikan lembar kerja sesuai contoh

35. Take and Give


Model pembelajaran menerima dan memberi adalah dengan sintaks, siapkan kartu dengan yang
berisi nama siswa - bahan belajar - dan nama yang diberi, informasikan kompetensi, sajian materi,
pada tahap pemantapan tiap siswa disuruh berdiri dan mencari teman dan saling informasi tentang
materi atau pendalaman-perluasannya kepada siswa lain kemudian mencatatnya pada kartu, dan
seterusnya dengan siswa lain secara bergantian, evaluasi dan refleksi
Langkah-langkah :

1. Siapkan kelas sebagaimana mestinya


2. Jelaskan materi sesuai kompetensi yang ingin dicapai
3. Untuk memantapkan penguasaan peserta tiap peserta didik diberi masing-masing satu
kartu untuk dipelajari (dihapal) lebih kurang 5 menit
4. Semua peserta didik disuruh berdiri dan mencari pasangan untuk saling memberi
informasi. Tiap peserta didik harus mencatat nama pasangannya pada kartu contoh.
5. Demikian seterusnya sampai tiap peserta dapat saling memberi dan menerima materi
masing-masing (take and give).
6. Untuk mengevaluasi keberhasilan berikan peserta didik pertanyaan yang tak sesuai
dengan kartunya (kartu orang lain).
7. Strategi ini dapat dimodifikasi sesuai keadaan
8. Ke simpulan

36. Concept Sentence


Langkah-langkah :

 Guru menyampaikan kompentensi yang ingin dicapai.


 Guru menyajikan materi secukupnya.
 Guru membentuk kelompok yang anggotanya ± 4 orang secara heterogen.
 Guru menyajikan beberapa kata kunci sesuai materi yang disajikan.
 Tiap kelompok disuruh membuat beberapa kalimat dengan menggunakan minimal 4 kata
kunci setiap kalimat.
 Hasil diskusi kelompok didiskusikan kembali secara pleno yang dipandu oleh Guru.
 Kesimpulan.

37. Complete Sentence


Langkah-langkah :

1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai


2. Guru menyampaikan materi s ecukupnya atau peserta didik disuruh membacakan buku
atau modul dengan waktu secukupnya
3. Guru membentuk kelompok 2 atau 3 orang secara heterogen
4. Guru membagikan lembar kerja berupa paragraf yang kalimatnya belum lengkap (lihat
contoh).
5. Peserta didik berdiskusi untuk melengkapi kalimat dengan kunci jawaban yang tersedia.
6. Peserta didik berdiskusi secara berkelompok
7. Setelah jawaban didiskusikan, jawaban yang salah diperbaiki. Tiap peserta didik
membaca sampai mengerti atau hapal
8. Kesimpulan

38. Time Token


Model ini digunakan (Arebds, 1998) untuk melatih dan mengembangkan ketrampilan sosial agar
siswa tidak mendominasi pembicaraan atau diam sama sekali. Langkahnya adalah kondisikan kelas
untuk melaksanakan diskusi, tiap siswa diberi kupon bahan pembicaraan (1 menit), siswa berbicara
(pidato-tidak membaca) berdasarkan bahan pada kupon, setelah selesai kupon dikembalikan
Langkah-langkah :

1. Kondisikan kelas untuk melaksanakan diskusi (cooperative learning / CL)


2. Tiap peserta didik diberi kupon berbicara dengan waktu ± 30 detik. Tiap peserta didik
diberi sejumlah nilai sesuai waktu yang digunakan.
3. Bila telah selesai bicara kupon yang dipegang peserta didik diserahkan. Setiap bebicara
satu kupon.
4. Peserta didik yang telah habis kuponnya tak boleh bicara lagi. Yang masih pegang kupon
harus bicara sampai kuponnya habis.
5. Dan seterusnya

39. Keliling Kelompok


Maksudnya agar masing-masing anggota kelompok mendapat
kesempatan untuk memberikan kontribusi mereka dan
mendengarkan pandangan dan pemikiran anggota lainnya
Caranya
1. Salah satu peserta didik dalam masing-masing kelompok menilai dengan memberikan
pandangan dan pemikirannya mengenai tugas yang sedang mereka kerjakan
2. Peserta didik berikutnya juga ikut memberikan kontribusi-nya
3. Demikian seterusnya giliran bicara bisa dilaksanakan arah perputaran jarum jam atau dari kiri
ke kanan

40. DUA TINGGAL DUA TAMU (TWO STAY TWO STRAY)


Caranya :

1. Peserta didik bekerja sama dalam kelompok yang berjumlah 4 (empat) orang
2. Setelah selesai, dua orang dari masing-masing menjadi tamu kedua kelompok yang lain
3. Dua orang yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil kerja dan informasi
ke tamu mereka
4. Tamu mohon diri dan kembali ke kelompok mereka sendiri dan melaporkan temuan
mereka dari kelompok lain
5. Kelompok mencocokkan dan membahas hasil kerja mereka

SUMBER:
http://forum.dudung.net/index.php?topic=14147.15 8/10/2011 10:15
http://www.docstoc.com/docs/70110938/Model-model-Pembelajaran-matematika
http://www.4shared.com/get/dF9ndm7-/17Model-model_pembelajaran_Mat.html
http://www.slideserve.com/presentation/84806/MODEL-MODEL-PEMBELAJARAN-MATEMATIKA
http://www.freeskripsi.com/BEBERAPA-TEKNIK,-MODEL,-DAN-STRATEGI-DALAM-PEMBELAJRANAN-
MATEMATIKA#
http://p4tmatematika.org/
http://mathematic.transdigit.com

Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

Anda mungkin juga menyukai