5)
yang muncul. Apabila tiap anggota dalam suatu tim tidak bisa menjawab
pertanyaannya, maka pertanyaan tersebut dilempar kepada kelompok lain, searah
jarum jam. Tim yang bisa menjawab dengan benar pertanyaan itu akan mendapat
skor yang telah tertera dibalik kartu tersebut. Skor ini yang nantinya dikumpulkan
tim untuk menentukan skor akhir tim. Pemilihan kartu bernomor akan digilir pada
tiap-tiap tim secara bergantian searah jarum jam, sampai habis jatah nomornya.
Penghargaan Tim
Penghargaan diberikan kepada tim yang menang atau mendapat skor tertinggi,
skor tersebut pada akhirnya akan dijadikan sebagai tambahan nilai tugas siswa.
Selain itu diberikan pula hadiah (reward) sebagai motivasi belajar.
B. Kelebihan dan kekurangan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT (Teams Games
Tournament)
1) Kelebihan
a. Lebih meningkatkan pencurahan waktu untuk tugas.
b. Mengedepankan penerimaan terhadap perbedaan individu.
c. Dengan waktu yang sedikit dapat menguasai materi secara mendalam.
d. Proses belajar mengajar berlangsung dengan keaktifan dari siswa.
e. Mendidik siswa untuk berlatih bersosialisasi dengan orang lain.
f. Motivasi belajar lebih tinggi.
g. Hasil belajar lebih baik.
h. Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi.
2) Kelemahan
a. Bagi Guru
Sulitnya pengelompokan siswa yang mempunyai kemampuan heterogen dari
segi akademis. Kelemahan ini akan dapat diatasi jika guru yang bertindak
sebagai pemegang kendali teliti dalam menentukan pembagian kelompok
waktu yang dihabiskan untuk diskusi oleh siswa cukup banyak sehingga
melewati waktu yang sudah ditetapkan. Kesulitan ini dapat diatasi jika guru
mampu menguasai kelas secara menyeluruh.
b. Bagi Siswa
Masih adanya siswa berkemampuan tinggi kurang terbiasa dan sulit
memberikan penjelasan kepada siswa lainnya. Untuk mengatasi kelemahan
ini, tugas guru adalah membimbing dengan baik siswa yang mempunyai
kemampuan akademik tinggi agar dapat dan mampu menularkan
pengetahuannya kepada siswa yang lain.
C. Teori Belajar Pendukung Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT (Teams Games
Tournament)
1) Teori Konstruktivis
Teori ini menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan
mentrasformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturanaturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak berlaku lagi. Teori ini
berkembang dari kerja Piaget, Vygotsky, teori-teori pemrosesan informasi, dan
teori psikologi kognitif yang lain, seperti Bruner ( Slavin dalamNur, 2002:8 ).
Menurut teori kontruktivis ini, satu prinsip yang paling penting dalam psikologi
pendidikan adalah bahwa guru tidak hanya sekedar memberikan pengetehuan
kepada siswa. Siswa harus membangun sendiri pengetahuan dalam benaknya.
Guru dapat memberikan kemudahan untuk proses ini, dengan memberi
kesempatan siswa untuk menemukan atau memerapakan ide-idenya sendiri.Guru
dapat memberi anak tangga yanng membawa siswa ke pemahaman yang lebih
tinggi, dengan catatan siswa sendiri yang memenjat anak tangga tersebut ( Nur,
2002:8 ).
2) Teori Slavin
Menurut Slavin(1997) pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang
dilakukan secara berkelompok, siswa dalam satu kelas dijadikan kelompok kelompok kecil yang terdiri dari 4 sampai 5 orang untuk memahami konsep yang
difasilitasi oleh guru. Model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran
dengan setting kelompok-kelompok kecil dengan memperhatikan keberagaman
anggota kelompok sebagai wadah siswa bekerjasama dan memecahkan suatu
masalah melalui interaksi sosial dengan teman sebayanya, memberikan
kesempatan pada peserta didik untuk mempelajari sesuatu dengan baik pada
waktu yang bersamaan dan ia menjadi narasumber bagi teman yang lain. Jadi
Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengutamakan
kerjasama diantara siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran.
3) Teori Dienes
Dienes (dalam Resnick, 1981: 120) menyatakan bahwa proses pemahaman
(abstraction) berlangsung selama belajar. Untuk pengajaran konsep matematika
yang lebih sulit perlu dikembangkan materi matematika secara konkret agar
konsep matematika dapat dipahami dengan tepat. Dienes berpendapat bahwa
materi harus dinyatakan dalam berbagai penyajian (multiple embodiment),
sehingga anak-anak dapat bermain dengan bermacam-macam material yang dapat
mengembangkan minat anak didik. Berbagai macam penyajian materi (multiple
embodiment) dapat mempermudah proses pengklasifikasian abstraksi konsep.
Menurut Dienes, permainan matematika sangat penting sebab operasi matematika
dalam permainan tersebut menunjukkan aturan secara konkret dan lebih
membimbing dan lebih menajamkan pengertian matematika pada anak didik.
Dapat dikatakan bahwa objek-objek konkret dalam bentuk permainan mempunyai
peranan sangat penting dalam pembelajaran matematika jika dimanipulasi dengan
baik.
5. Model Pembelajaran TAI (Team Assisted Individualization)
Dalam model pembelajaran TAI, siswa ditempatkan dalam kelompok-kelompok kecil
(4 sampai 5 siswa) yang heterogen dan selanjutnya diikuti dengan pemberian bantuan
secara individu bagi siswa yang memerlukannya. Sebelum dibentuk kelompok, siswa
diajarkan bagaimana bekerja sama dalam suatu kelompok. Siswa diajari menjadi
pendengar yang baik, dapat memberikan penjelasan kepada teman sekelompok,
berdiskusi, mendorong teman lain untuk bekerja sama, menghargai pendapat teman lain,
dan sebagainya.
A. Langkah-langkah Model Pembelajaran TAI
1) Diawali dengan pengenalan konsep oleh guru dalam mengajar secara kelompok
(diskusi singkat) dan memberikan langkah langkah cara menyelesaikan masalah
atau soal.
2) Pemberian tes keterampilan yang terdiri dari 10 soal.
3) Pemberian tes formatif yang terdiri dari dua paket soal, tes formatif A dan tes
formatif B, masing-masing terdiri dari 8 soal.
4) Pemberian tes keseluruhan yang terdiri dari 10 soal.
5) Pembahasan untuk tes keterampilan, tes formatif, dan tes keseluruhan
B. Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran TAI
1) Kelebihan Model Pembelajaran TAI
a. Siswa yang lemah dapat terbantu dalam menyelesaikan masalahnya
b. Siswa yang pandai dapat mengembangkan kemampuan dan ketrampilannya
c. Adanya tanggung jawab dalam kelompok dalam menyelesaikan
permasalahannya
d. Siswa diajarkan bagaimana bekerjasama dalam suatu kelompok.
2) Kelemahan Model Pembelajaran TAI
a. Tidak ada persaingan antar kelompok
b. Siswa yang lemah dimungkinkan menggantungkan pada siswa yang pandai.
6. Model Pembelajaran NHT
A. Langkah-langkah Model Pembelajaran NHT
Langkah-langkah tersebut kemudian dikembangkan oleh Ibrahim (2000: 29) menjadi
enam langkah sebagai berikut :
1) Langkah 1. Persiapan
Dalam tahap ini guru mempersiapkan rancangan pelajaran dengan membuat
Skenario Pembelajaran (SP), Lembar Kerja Siswa (LKS) yang sesuai dengan
model pembelajaran kooperatif tipe NHT.
2) Langkah 2. Pembentukan kelompo
Dalam pembentukan kelompok disesuaikan dengan model pembelajaran
kooperatif tipe NHT. Guru membagi para siswa menjadi beberapa kelompok yang
beranggotakan 3-5 orang siswa. Guru memberi nomor kepada setiap siswa dalam
kelompok dan nama kelompok yang berbeda. Penomoran adalah hal yang utama
di dalam NHT, dalam tahap ini guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok
atau tim yang beranggotakan tiga sampai lima orang dan memberi siswa nomor
sehingga setiap siswa dalam tim mempunyai nomor berbeda-beda, sesuai dengan
jumlah siswa di dalam kelompok. Kelompok yang dibentuk merupakan
percampuran yang ditinjau dari latar belakang sosial, ras, suku, jenis kelamin dan
kemampuan belajar. Selain itu, dalam pembentukan kelompok digunakan nilai tes
awal (pre-test) sebagai dasar dalam menentukan masing-masing kelompok.
3) Langkah 3. Tiap kelompok harus memiliki buku paket atau buku panduan
Dalam pembentukan kelompok, tiap kelompok harus memiliki buku paket atau
buku panduan agar memudahkan siswa dalam menyelesaikan LKS atau masalah
yang diberikan oleh guru.
4) Langkah 4. Diskusi masalah
Dalam kerja kelompok, guru membagikan LKS kepada setiap siswa sebagai bahan
yang akan dipelajari. Dalam kerja kelompok setiap siswa berpikir bersama untuk
menggambarkan dan meyakinkan bahwa tiap orang mengetahui jawaban dari
pertanyaan yang telah ada dalam LKS atau pertanyaan yang telah diberikan oleh
guru. Pertanyaan dapat bervariasi, dari yang bersifat spesifik sampai yang bersifat
umum.
5) Langkah 5. Memanggil nomor anggota atau pemberian jawaban
Dalam tahap ini, guru menyebut satu nomor dan para siswa dari tiap kelompok
dengan nomor yang sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban kepada
siswa di kelas.
6) Langkah 6. Memberi kesimpulan
Guru bersama siswa menyimpulkan jawaban akhir dari semua pertanyaan yang
berhubungan dengan materi yang disajikan.
B. Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran NHT
1) Kelebihan Model Pembelajaran NHT
a. Setiap murid menjadi siap semua
b. Dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh
c. Murid yang pandai dapat mengajari murid yang kurang pandai
d. Terjadinya interaksi yang tinggi antara siswa dalam menjawab soal
e. Tidak ada murid yang mendominasi dalam kelompok, karena adanya nomor
yang membatasi.
2) Kelemahan Model Pembelajaran NHT
a. Tidak terlalu cocok untuk jumlah siswa yang banyak karena membutuhkan
waktu yang lama.
b. Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru. Karena kemungkinan
waktu yang terbatas.
C. Teori Pendukung Model Pembelajaran NHT
1) Teori Konstruktivisme
Erat kaitannya dengan pembelajaran kooperatif karena di dalam pembelajaran
kooperatif siswa juga dituntut menemukan ide-ide sendiri
2) Teori Kognitif Piaget
Implikasinya adalah saat guru mengenalkan informasi yang melibatkan siswa
menggunakan konsep-konsep, memberikan waktu yang cukup untuk menemukan
ide-ide dengan menggunakan pola-pola berpikir normal
3) Teori Penemuan Jerome Brunner
Penerapannya yaitu siswa belajar aktif dan memahami konsep-konsep materi
4) Teori Vygotsky
1)
2)
bertukar
dapat
Salah satu teori yang mendukung model pembelajaran kooperatif tipe TSTS
adalah teori belajan Piaget. Teori ini mengacu kepada kegiatan pembelajaran dimana
guru tidak sepenuhnya mengajarkan suatu bahan ajar kepada peserta didik, tetapi guru
dapat melibatkan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran.
b. Waktu yang tersedia perlu dibatasi jangan sampai siswa terlalu banyak
bermain dalam proses pembelajaran
c. Guru perlu persiapan bahan dan alat yang memadai
d. Pada kelas yang gemuk (<30 siswa/kelas) jika kurang bijaksana maka yang
muncul adalah suasana seperti pasar dengan keramaian yang tidak terkendali.
Tentu saja kondisi ini akan mengganggu ketenangan belajar kelas di kiri
kanannya.
C. Teori Pendukung Model Pembelajaran Make a match
1) Teori Vygotsky adalah merupakan teori belajar yang lebih menekankan pada
aspek sosial dari pembelajaran. Vygotsky mengemukakan bahwa sebenarnya
proses pembelajaran itu akan berlangsung ketika anak mengerjakan tugas-tugas
yang belum pernah dipelajari sebelumnya dengan catatan tugas-tugas yang
dikerjakan tersebut masih berada dalam jangkanuan mereka. Uraian teori belajar
vygotsky tersebut menjalaskan bahwa belajar akan lebih baik jika prosesnya
menekankan aspek sosial pada pembelajaran, karena fungsi mental yang tinggi
akan terbentuk saat percakapan dan kerja sama antar individu. Hal ini
menunjukkan teori belajar vygotsky selaras dengan model pembelajaran
kooperatif tipe make a match, yang dimana pada model pembelajaran kooperatif
tipe make a match juga mengarah pada proses belajar secara kelompok.
2) Teori David Ausubel yaitu Sesuai dengan teori david ausubel bahwa kegiatan
belajar akan lebih bermakna apabila cara penyampaian informasi kepada peserta
didik tersusun dengan baik. Selain itu menurut ausubel belajar bermakna juga
akan terjadi apabila ada minat peserta didik untuk menggali informasinya sendiri
dan mengaitkannya dengan hal-hal yang akan dipelajari. Teori ini sesuai dengan
model pembelajaran kooperatif tipe make a match, karena pada tipe make a match
informasi yang akan disampaikan dalam bentuk yang menarik berupa kata-kata
berpasangan.
12. Model Pembelajaran Tari Bambu
Dalam belajar kooperatif, setidak-tidaknya terdapat 14 teknik yang sering diterapkan
di ruang kelas. Teknik-teknik ini sering kali dipertukarkan dengan metode-metode
pembelajaran kooperatif. Dari 14 teknik tersebut salah satunya yaitu teknik tari bambu.
Tari bambu merupakan pengembangan dan modifikasi dari teknik lingkaran kecil
lingkaran besar. Di beberapa kelas, teknik lingkaran kecil lingkaran besar sering kali tidak
bisa dilaksanakan karena kondisi penataan ruang kelas yang tidak menunjang. Tidak ada
cukup ruang di dalam kelas untuk membentuk lingkaran dan tidak selalu memungkinkan
untuk membawa siswa keluar dari ruang kelas dan belajar di alam bebas. Kebanyakan
ruang kelas di Indonesia memang ditata dengan model klasikal/tradisional. Bahkan,
banyak penataan tradisional ini bersifat permanen; kursi dan meja sulit dipindahkan.
Dinamakan Tari Bambu karena siswa berjajar dan saling berhadapan dengan model yang
mirip seperti dua potong bambu yang digunakan dalam Tari Bambu Filipina yang juga
populer di beberapa daerah di Indonesia. Salah satu keunggulan dari teknik ini adalah
adanya struktur yang jelas dan memungkinkan siswa untuk saling berbagi informasi
dengan singkat dan teratur. Teknik ini juga memberikan kesempatan pada siswa untuk
mengolah informasi dan meningkatkan keterampilan komunikasi mereka.
A. Langkah-langkah Model Pembelajaran Tari Bambu
Langkah-langkah belajar kooperatif tipe tari bambu menurut Huda (2013:148) sebagai
berikut.
1) Tari Bambu Individu
a. Separuh kelas (atau seperempat jika jumlah siswa telalu banyak) berdiri
berjajar. Jika ada cukup ruang, mereka bisa berjajar didepan kelas.
b. Kemungkinan lain adalah siswa berjajar di sela-sela deretan bangku. Cara
yang kedua ini akan memudahkan pembentukan kelompok karena diperlukan
waktu yang relatif singkat.
c. Separuh kelas lainnya berjajar dan menghadap jajaran yang pertama.
d. Dua siswa yang berpasangan dari kedua jajaran berbagi informasi.
e. Kemudian, satu atau dua siswa yang berdiri di ujung salah satu jajaran pindah
keujung lainnya di jajarannya. Jajaran ini kemudian bergeser. Dengan cara ini,
masing-masing siswa mendapatkan pasangan yang baru untuk berbagi
informasi . Pergeseran bisa dilakukan terus sesuai dengan kebutuhan.
2) Tari Bambu Kelompok
a. Satu kelompok berdiri di satu jajaran berhadapan dengan kelompok lain.
b. Kelompok bergeser seperti prosedur Tari Bambu Individu di atas, kemudian
mereka pun saling berbagi informasi.
B. Kelebihan dan Kekurangan Belajar Kooperatif Tipe Tari Bambu
1) Kelebihan Belajar Kooperatif Tipe Tari Bambu
Model pembelajaran ini cocok atau baik digunakan untuk materi yang
membutuhkan pertukaran pengalaman pikiran dan informasi antar peserta didik.
Oleh karena itu kelebihan metode ini (Istarani, 2011) adalah:
a. Siswa dapat bertukar pengalaman dengan sesamanya dalam proses
pembelajaran.
b. Meningkatkan kerjasama diantara siswa.
c. Meningkatkan toleransi antara sesama siswa.
2) Kekurangan Belajar Kooperatif Tipe Tari Bambu
Selain memiliki kelebihan, model belajar tari bambu juga memiliki beberapa
kekurangan, yaitu:
a. Kelompok belajarnya terlalu gemuk sehingga menyulitkan proses belajar
mengajar.
b. Siswa lebih banyak bermainnya dari pada belajar.
c. Memerlukan periode waktu yang cukup panjang.
13. Model Pembelajaran Co-op Co-op (Cooperation in Education)
Metode pembelajaran Co-op Co-op (Cooperation in Education) merupakan salah satu
bentuk group investigation yang cukup familiar. Metode ini menempatkan kerja sama tim
antara anggota kelompok untuk mempelajari sebuah topik tertentu di kelas.
A. Langkah-langkah Model pembelajaran Co-op Co-op (Cooperation in Education)
Guru memberi tugas tiap-tiap pasangan asal itu sesuai dengan indikator
pembelajaran yang dirumuskan .
3) Langkah 3 : Berdiskusi
Memberikan waktu secukupnya untuk berdiskusi kepada tiap-tiap pasangan.
4) Langkah 4: Bergerak berputar lingkaran dalam dan lingkaran luar membentuk
pasangan baru
Setelah mereka berdiskusi, guru meminta kepada anggota kelompok lingkaran
dalam bergerak berlawanan arah dengan anggota kelompok lingkaran luar. Setiap
pasangan terbentuk pasangan baru. Pasangan ini wajib memberi informasi
berdasarkan hasil diskusi dengan kelompok asal, demikian seterusnya. Pergerakan
akan berhenti jika anggota kelompok lingkaran dalam dan lingkaran luar bertemu
dengan pasangan asal. Hasil diskusi di tiap-tiap kelompok besar tersebut
dipaparkan sehingga terjadilah diskusi antar kelompok.
5) Langkah 5 : Penilaian dan mengevaluasi
Guru memberikan ulasan dan mengevaluasi hal-hal yang telah didiskusikan.
B. Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran IOC
1) Kelebihan Model Pembelajaran IOC
a. Tidak ada bahan spesifikasi yang dibutuhkan untuk strategi . sehingga dapat
dengan mudah dimasukkan ke dalam pelajaran.
b. Kegiatan ini dapat membangun sifat kerjasama antar siswa.
c. Mendapatkan informasi yang berbeda pada saat bersamaan.
2) Kelemahan Model Pembelajaran IOC
a. Membutuhkan ruang kelas yang besar.
b. Terlalu lama sehingga tidak konsentrasi dan disalahgunakan untuk bergurau.
c. Rumit untuk dilakukan.
C. Teori Belajar Pendukung Model Pembelajaran IOC
Teori Behaviorisme yang dicetuskan oleh Gage dan Berliner (dalam Alma,
2005) tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman dan menekankan
pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar. teori behavioristik
dengan model hubungan stimulus-responnya, mendudukkan orang yang belajar
sebagai individu yang pasif. Respon atau perilaku tertentu yang diharapkan adalah
dampak penggunaan metode pelatihan atau pembiasaan. munculnya prilaku akan
semakin kuat bila diberikan pengghargaan atau penguatan.
16. Model Pembelajaran Kancing Gemerincing
Kagan (Miftahul, 2011: 142) berpendapat bahwa: Model pembelajaran kooperatif tipe
kancing gemerincing adalah jenis metode struktural yang mengembangkan hubungan
timbal balik antar anggota kelompok dengan didasari adanya kepentingan yang sama.
Setiap anggota mendapatkan chips yang berbeda yang harus digunakan setiap kali mereka
ingin berbicara mengenai: menyatakan keraguan, menjawab pertanyaan, bertanya,
mengungkapkan ide, mengklarifikasi pertanyaan, mengklarifikasi ide, merangkum,
belajar
Fase-4
Membimbing
bekerja dan belajar
Fase-5
Evaluasi
kelompok
belajar(setiap
kelompok
beranggotakan 4-5 orang dan harus heterogen
terutama jenis kelamin dan kemampuan siswa,
dan setiap anggota diberi tanggung jawab untuk
mempelajari atau mengerjakan tugas), guru
menjelaskan tentang penggunaan media
kancing sebagai salah satu tiket untuk
berpendapat di dalam kelompoknya masingmasing.
Guru membimbing kelompok-kelompok belajar
kelompok pada saat siswa mengerjakan tugas.
Fase-6
Memberikan penghargaan