Anda di halaman 1dari 19

8

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Model Pembelajaran

Menurut Joyce & Weil dalam (Rusman, 2011 : 133) model

pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk

membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang

bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas atau

yang lain. Model pembelajaran dapat dijadikan pola pilihan, artinya para

guru boleh memilih model pembelajaran yang sesuai dan efisien untuk

mencapai tujuan pendidikannya.

Berdasarkan pendapat di atas, penulis menyimpulkan bahwa model

pembelajaran merupakan rangkaian proses pembelajaran yang

menggambarkan kegiatan dari awal sampai akhir. Model pembelajaran

sangatlah penting guna mempersiapkan atau merencanakan pembelajaran

di kelas.

B. Model Pembelajaran Kooperatif

Model pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai macam

metode pengajaran di mana para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok

kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi

pelajaran. Dalam kelas kooperatif, para siswa diharapkan dapat saling

membantu, saling mendiskusikan dan berargumentasi, untuk mengasah

pengetahuan yang mereka kuasai saat itu dan menutup kesenjangan dalam

pemahaman masing-masing (Slavin, 2005 : 4).


9

Menurut Rusman (2011 : 209) model pembelajaran kooperatif

merupakan suatu model pengajaran dimana siswa belajar dalam

kelompok-kelompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan berbeda.

Sedangkan menurut Muspiroh (2011 : 65) model pembelajaran kooperatif

dianggap sebagai model pembelajaran yang dapat meningkatkan aktifitas

siswa, meningkatkan interaksi, meningkatkan penguasaan siswa terhadap

materi pembelajaran dan akan meningkatkan motivasi siswa untuk aktif

dalam proses pembelajaran.

Terdapat empat unsur penting dalam pembelajaran model

kooperatif, yaitu (1) adanya peserta dalam kelompok; (2) adanya aturan

kelompok; (3) adanya upaya belajar; (4) adanya tujuan yang harus dicapai

(Hamdayama, 2014 : 63).

Model pembelajaran kooperatif mempunyai cukup banyak tipe

model atau varian. Berikut beberapa contoh tipe-tipe model pembelajaran

kooperatif, diantaranya :

1. Student Teams Achievement Devisions (STAD)

Proses pembelajaran dengan model pembelajaran Student Teams

Achievement Devisions (STAD) yaitu, para siswa dibagi dalam tim

belajar yang terdiri dari empat orang yang berbeda-beda tingkat

kemampuan, jenis kelamin, dan latar belakang etniknya. Guru

menyampaikan materi pelajaran, lalu siswa bekerja dalam tim mereka

untuk memastikan bahwa semua anggota tim telah menguasai

pelajaran. Selanjutnya, semua siswa mengerjakan kuis mengenai


10

materi secara individu, dimana saat itu mereka tidak diperbolehkan

untuk saling membantu (Slavin, 2005 : 11).

2. Teams Games Tournaments (TGT)

Model pembelajaran ini menggunakan proses pelajaran yang sama

yang disampaikan oleh guru dan tim kerja yang sama seperti dalam

model pembelajaran STAD, tetapi mengganti kuis dengan turnamen.

Dimana siswa memainkan game akademik dengan anggota tim lain

untuk menyumbangkan poin bagi skor timnya (Slavin, 2005 : 13).

3. Jigsaw

Proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran

jigsaw yaitu, siswa bekerja dalam anggota kelompok yang terdiri dari

4-5 orang dengan latar belakang yang berbeda. Siswa ditugaskan untuk

membaca bab, buku kecil, atau materi lainnya. Tiap anggota tim

ditugaskan secara acak untuk menjadi ahli dalam aspek tertentu dari

tugas membaca tersebut. Setelah membaca materinya, para ahli dari

tim yang berbeda bertemu untuk mendiskusikan topik yang sedang

mereka bahas, lalu mereka kembali kepada timnya untuk mengajarkan

topik mereka kepada teman satu timnya. Selanjutnya akan ada kuis

atau bentuk penilaian lainnya untuk semua topik (Slavin, 2005 : 14).

4. Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC)

Model pembelajaran Cooperative Integrated Reading and

Composition (CIRC) merupakan program komprehensif untuk

mengajarkan membaca dan menulis pada kelas sekolah dasar pada


11

tingkat yang lebih tinggi dan juga pada sekolah menengah (Slavin,

2005 : 16).

5. Group Investigation (GI)

Model pembelajaran group investigation (GI) adalah salah satu

bentuk model pembelajaran kooperatif yang menekankan pada

partisipasi dan aktivitas siswa untuk mencari sendiri materi atau segala

sesuatau mengenai materi (informasi) pelajaran yang akan dipelajari

melalui bahan-bahan yang tersedia. Misalnya, dari buku pelajaran atau

siswa dapat mencari melalui internet (Fathurrohman, 2015 : 69).

Berdasarkan beberapa pernyataan di atas, penulis dapat

menyimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif adalah suatu model

pembelajaran kelompok yang mengutamakan kerja sama di antara siswa

yang satu dengan siswa yang lainnya untuk mencapai suatu tujuan

pembelajaran.

C. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation (GI)

1. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group

Investigation (GI)

Model pembelajaran group investigation (GI) merupakan

perencanaan pengaturan kelas yang umum dimana para siswa bekerja

dalam kelompok kecil menggunakan pertanyaan kooperatif, diskusi

kelompok, serta perencanaan dan proyek kooperatif (Sharan, dkk.

dalam Slavin, 2005 : 24). Dalam model pembelajaran ini siswa

diharapkan dapat saling berkontribusi satu sama lain.


12

Menurut Bustomi (2009 : 33) model pembelajaran ini memberikan

kesempatan kepada siswa untuk bekerja sama melalui penyelidikan

dalam memecahkan suatu masalah. Diharapkan melalui investigasi

kelompok siswa akan menemukan sendiri dan lebih memahami suatu

konsep materi yang dipelajarinya. Selain itu juga diharapkan terjadinya

perubahan perilaku atau sikap ke arah positif sebagai produk dari

proses belajar yang telah dilakukannya.

Berdasarkan pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa

model pembelajaran group investigation merupakan suatu model

pembelajaran yang dapat melatih kemandirian anak dalam belajar,

membuat siswa mengalami langsung apa yang dipelajarinya, dan

membuat proses pembelajaran menjadi lebih aktif.

2. Langkah-Langkah Kegiatan Proses Pembelajaran

Model pembelajaran kooperatif tipe group investigation (GI) ini

bisa diterapkan untuk semua tingkatan kelas dan bidang materi

pelajaran. Menurut Fathurrohman (2015 : 70) guru menggunakan

model group investigation umumnya membagi kelas menjadi

beberapa kelompok yang beranggotakan 5-6 siswa dengan

karakteristik yang heterogen. Pembagian kelompok dapat juga

didasarkan atas kesenangan berteman atau kesamaan minat terhadap

suatu topik tertentu.


13

Langkah-langkah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe

group investigation (GI) dapat dikemukakan sebagai berikut (Slavin,

2005 : 218) :

Tahap 1 : Mengidentifikasi Topik dan Mengatur Murid ke dalam

Kelompok

a. Para siswa meneliti beberapa sumber, mengusulkan sejumlah

topik, dan mengkategorikan saran-saran.

b. Para siswa bergabung dengan kelompoknya untuk mempelajari

topik yang telah mereka pilih.

c. Komposisi kelompok didasarkan pada ketertarikan siswa dan harus

bersifat heterogen.

d. Guru membantu dan pengumpulan informasi dan memfasilitasi

pengaturan.

Tahap 2 : Merencanakan Tugas yang akan Dipelajari

a. Para siswa merencanakan bersama mengenai :

1) Apa yang kita pelajari?

2) Bagaimana kita mempelajarinya?

3) Siapa melakukan apa? (pembagian tugas)

4) Untuk tujuan atau kepentingan apa kita menginvestigasi topik

ini?

Tahap 3 : Melaksanakan Investigasi

a. Para siswa mengumpulkan informasi, menganalisis data, dan

membuat kesimpulan.
14

b. Tiap anggota kelompok berkontribusi untuk usaha-usaha yang

dilakukan kelompoknya.

c. Para siswa saling bertukar, berdiskusi, mengklarifikasi, dan

mensistesis semua gagasan.

Tahap 4 : Menyiapkan Laporan Akhir

a. Anggota kelompok menentukan pesan-pesan esensial dari proyek

mereka.

b. Anggota kelompok merencanakan apa yang akan mereka laporkan,

dan bagaimana mereka akan membuat presentasi mereka.

c. Wakil-wakil kelompok membentuk sebuah panitia acara untuk

mengkoordinasikan rencana-rencana presentasi.

Tahap 5 : Mempresentasikan Laporan Akhir

a. Presentasi yang dibuat untuk seluruh kelas dalam berbagai macam

bentuk.

b. Bagian presentasi tersebut harus dapat melibatkan pendengarnya

secara aktif.

c. Para pendengar tersebut mengevaluasi kejelasan dan penampilan

presentasi berdasarkan kriteria yang telah ditentukan sebelumnya

oleh seluruh anggota kelas.


15

Tahap 6 : Evaluasi

a. Para siswa saling memberikan umpan balik mengenai topik

tersebut, mengenai tugas yang telah mereka kerjakan, mengenai

keefektifan pengalaman-pengalaman mereka.

b. Guru dan murid berkolaborasi dalam mengevaluasi pembelajaran

siswa.

c. Penilaian atas pembelajaran harus mengevaluasi pemikiran paling

tinggi.

3. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

Group Investigation (GI)

a. Kelebihan Model Pembelajaran Group Investigation (GI)

Menurut Shoimin (2014 : 81) kelebihan model pembelajaran

kooperatif tipe group investigation (GI) adalah sebagai berikut :

1) Secara pribadi

a) Memberi semangat untuk berinisiatif, kreatif, dan aktif.

b) Dapat belajar untuk memecahkan dan menangani suatu

masalah.

2) Secara sosial

a) Belajar berkomunikasi baik dengan teman sendiri maupun

guru.

b) Belajar menghargai pendapat orang lain.

3) Secara akademis

a) Merencanakan dan mengorganisasikan pekerjaannya.


16

b) Selalu berpikir tentang cara atau strategi yang digunakan

sehingga didapat suatu kesimpulan yang berlaku umum.

b. Kekurangan Model Pembelajaran Group Investigation (GI)

Menurut Shoimin (2014 : 82) kekurangan model

pembelajaran kooperatif tipe group investigation (GI) adalah

sebagai berikut :

1) Tidak semua topik cocok dengan model pembelajaran group

investigation (GI). Model ini cocok untuk diterapkan pada

suatu topik yang menuntut siswa untuk memahami suatu

bahasan dari pengalaman yang dialami sendiri.

2) Model ini membutuhkan waktu yang lama (Kurniasih, dkk.,

2015 : 73)

D. Hasil Belajar

Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk

memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,

sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan

lingkungannya (Slameto, 2010 : 2). Perubahan tersebut diharapkan

berlangsung secara berkesinambungan, dalam artian satu perubahan yang

terjadi akan menyebabkan perubahan berikutnya dan akan bermanfaat bagi

kehidupannya.

Menurut Jihad, dkk. (2013 : 14) bahwa dalam kegiatan

pembelajaran atau kegiatan intruksional, biasanya guru menetapkan tujuan


17

pembelajaran. Siswa yang berhasil dalam belajar adalah yang berhasil

mencapai tujuan-tujuan pembelajaran atau tujuan instruksional.

Hasil belajar dapat dijelaskan dengan memahami dua kata yang

membentuknya, yaitu “hasil” dan “belajar”. Pengertian hasil (product)

menunjuk pada suatu perolehan akibat dilakukannya suatu aktivitas atau

proses yang mengakibatkan berubahnya input secara fungsional. Belajar

dilakukan untuk mengusahakan adanya perubahan perilaku pada individu

yang belajar. Perubahan perilaku itu merupakan perolehan yang menjadi

hasil belajar (Purwanto, 2014 : 44). Oleh karena itu, hasil belajar adalah

kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima

pengalaman-pengalaman belajarnya (Sudjana, 2012 : 22)

Berdasarkan sistem pendidikan nasional rumusan tujuan

pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional,

menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom yang secara

garis besar membaginya menjadi tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah

afektif, dan ranah psikomotoris (Sudjana, 2012 : 22).

Berdasarkan uraian di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa suatu

proses belajar mengajar pada akhirnya akan menghasilkan kemampuan

siswa yang mencakup pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Dalam hal ini

juga model pembelajaran sangatlah berpengaruh terhadap proses

keberhasilan siswa. Karena model pembelajaran mempunyai andil yang

cukup besar dalam kegiatan belajar mengajar. Kemampuan yang


18

diharapkan dapat dimiliki anak didik, akan ditentukan oleh kerelevansian

penggunaan suatu model pembelajaran.

E. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di MI

1. Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam

Menurut Donosepoetro dalam (Trianto, 2010 : 137) menyatakan

bahwa ilmu pengetahuan alam adalah ilmu yang pokok bahasannya

adalah alam dengan segala isinya. Pada hakikatnya IPA dibangun atas

dasar produk ilmiah, proses ilmiah, dan sikap ilmiah. Selain itu, IPA

dipandang pula sebagai proses, sebagai produk, dan sebagai prosedur.

Sedangkan menurut Saputri, dkk,. (2012 : 72) ilmu pengetahuan alam

bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-

fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan

suatu proses penemuan.

Berdasarkan pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa hakikat

IPA adalah sebagai proses yang merujuk pada suatu aktivitas ilmiah.

Dalam pembelajaran IPA guru tidak hanya mentransfer materi IPA

yang terdapat di dalam buku, tetapi siswa diajak untuk mengalami

langsung apa yang dipelajarinya, dengan cara mengajak siswa

melakukan pengamatan sendiri dan menemukan jawaban dari apa yang

diamatinya.

2. Keterampilan Proses dalam Pembelajaran IPA

Keterampilan proses yang dapat dikembangkan dalam

pembelajaran sains diantaranya adalah keterampilan mengamati


19

dengan seluruh indera, mengajukan hipotesis, menggunakan alat dan

bahan secara benar dengan selalu mempertimbangkan keselamatan

kerja, mengajukan pertanyaan, menggolongkan, menafsirkan, dan

mengkomunikasikan hasil temuan secara beragam, menggali dan

memilah informasi faktual untuk menguji gagasan atau memecahkan

masalah sehari-hari (Wahidin, 2006 : 31).

3. Materi Energi dan Perubahannya (Gaya) dalam Pembelajaran

IPA di MI

Energi adalah kemampuan untuk melakukan kerja. Dalam IPA

yang dimaksud kerja adalah usaha gerak melawan hambatan.

Seseorang yang mengangkat sebuah benda ke atas, berarti melakukan

usaha gerak melawan gaya tarik bumi atau gravitasi. Usaha gerak

melawan hambatan itulah kerja yang menggunakan energi (Soewandi,

dkk., 2011 : 171). Sedangkan gaya adalah gerakan mendorong atau

menarik yang menyebabkan benda bergerak. Gaya dapat

dikelompokkan menjadi tiga yaitu gaya magnet, gaya gravitasi dan

gaya gesek (Azmiyawati, dkk., 2008 : 82).

a. Gaya magnet

Gaya magnet adalah gaya yang ditimbulkan oleh magnet.

Magnet mempunyai dua kutub. Magnet dibedakan menjadi dua

macam berdasarkan cara terbentuknya, yaitu magnet alam dan

magnet buatan. Magnet alam terjadi secara alami, contohnya

magnet bumi. Magnet buatan merupakan magnet yang sengaja


20

dibuat, misalnya magnet batang, tabung (silinder), jarum, huruf U,

magnet ladam (tapal kuda), dan lain sebagainya. Benda-benda

yang terbuat dari besi dan baja dapat dibuat menjadi magnet

dengan cara-cara tertentu, yaitu : (1) cara induksi; (2) cara

gosokan; (3) dialiri arus listrik.

b. Gaya gravitasi

Gaya gravitasi adalah gaya tarik bumi terhadap benda-

benda yang berada di atasnya. Pengaruh gaya gravitasi terhadap

benda semakin kecil jika jarak benda semakin jauh dari pusat

bumi. Gaya gravitasi bumi menyebabkan benda-benda yang ada di

bumi tidak terlempar ke luar angkasa. Selain itu, gaya gravitasi

membuat kita dapat berjalan di atas tanah. Gaya gravitasi juga

menyebabkan semua yang ada di bumi mempunyai berat sehingga

tidak melayang-layang di udara.

c. Gaya gesek

Gaya gesek adalah gaya yang menimbulkan hambatan ketika

dua permukaan benda saling bersentuhan. Gaya gesek semakin

kecil jika permukaan benda semakin halus atau licin.

F. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation

(GI) dalam Pembelajaran IPA di MI

Model pembelajaran kooperatif tipe group investigation sangatlah

ideal diterapkan dalam pembelajaran IPA. Karena model pembelajaran

group investigation ini sesuai digunakan pada proyek-proyek studi yang


21

terintegrasi yang berhubungan dengan hal-hal semacam penguasaan,

analisis, dan mensistesiskan informasi sehubungan dengan upaya

menyelesaikan masalah yang bersifat multi-aspek (Slavin, 2005 : 216).

Model pembelajaran kooperatif tipe group investigation ini dapat melatih

siswa untuk menumbuhkan kemampuan berpikir mandiri. Keterlibatan

siswa secara aktif dapat terlihat mulai dari tahap pertama sampai tahap

akhir pembelajaran dan mencapai hasil belajar IPA siswa yang menjadi

optimal (Yunita, dkk,. 2014 : 5).

Berdasarkan pernyataan di atas penulis dapat menyimpulkan

bahwa penerapan model pembelajaran group investigation sangat cocok

untuk diterapkan dalam pembelajaran IPA, dengan topik materi IPA yang

cukup luas, diharapkan siswa dalam kelompoknya dapat saling

memberikan berbagai macam kontribusinya.

G. Penelitian Terdahulu

Ada beberapa penelitian yang telah dilakukan dalam masalah yang

sama, yaitu yang berhubungan dengan model pembelajaran kooperatif tipe

group investigation (GI). Ternyata ditemukan beberapa hasil penelitian

yang dilakukan oleh mahasiswa IAIN Syekh Nurjati Cirebon, dengan hasil

sebagai berikut :

1. Penelitian yang dilakukan oleh Dian Estiawati (2014) yang berjudul :

“Implementasi Model Pembelajaran STM (Sains-Teknologi-

Masyarakat) yang Berkolaborasi dengan Model Pembelajaran

Kooperatif GI (Group Investigation) untuk Meningkatkan Hasil


22

Belajar Siswa Pada Materi Pencemaran Lingkungan di Kelas VII SMP

Negeri 1 Leuwimunding Kabupaten Majalengka.” Kesimpulan dari

penelitian ini adalah adanya peningkatan perbedaan hasil belajar siswa

pada kelas eksperimen dengan menggunakan Model Pembelajaran

STM yang berkolaborasi dengan Model Pembelajaran Group

Investigation. Bahwa nilai rata-rata pretest siswa adalah 43,38 dan

nilai rata-rata post test siswa meningkat menjadi 81,78 yang mana

secara umum berarti hasil belajar siswa meningkat dengan baik.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Risky Agustiany (2014) yang berjudul :

“Penerapan Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe Group

Investigation melalui pendekatan JAS (Jelajah Alam Sekitar) untuk

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Ekosistem di

Kelas X MAN Karangampel”. Kesimpulan dari penelitian ini adalah

bahwa respon siswa yang terlihat pada diri siswa ini sangat baik,

sebagian besar siswa menanggapi positif terhadap strategi

pembelajaran kooperatif tipe group investigation melalui pendekatan

JAS (Jelajah Alam Sekitar). Prosentase tertinggi terdapat pada skala

setuju dengan prosentase sebesar 55% dan rata-rata prosentase angket

sebesar 84% dengan kriteria sangat kuat.

Berdasarkan hasil penelusuran tersebut, terkait dengan masalah yang

akan diteliti, yakni pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe group

investigation (gi) terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA.

Namun dari kedua judul penelitian di atas, ternyata tidak ada satupun yang
23

sama persis dengan penelitian yang akan dilakukan karena dilihat dari

pendekatan yang digunakan, serta materi dan objek penelitian pun

berbeda. Perbedaan dari penelitian ini dengan kedua penelitian di atas

dapat dilihat juga bahwa penelitian di atas model pembelajaran group

investigation (GI) ini dikolaborasikan dengan model pembelajaran dan

pendekatan lainnya. Sedangkan dalam penelitian ini, peneliti ingin melihat

adanya pengaruh model pembelajaran group investigation (GI) terhadap

hasil belajar siswa tanpa dikolaborasikan dengan model pembelajaran dan

pendekatan lainnya.

Oleh karena itu, penelitian yang berjudul ” Pengaruh Model

Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation (GI) Terhadap Hasil

Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Materi Energi dan Perubahannya

di Kelas V MIS Salafiyah Kota Cirebon” tetap dapat dilakukan karena

bukan duplikasi dari penelitian-penelitian terdahulu

H. Kerangka Pemikiran

Dalam pembelajaran terjadi transfer (pemindahan) sejumlah ilmu

pengetahuan, kemampuan teknologi, kebudayaan, nilai-nilai (value)

maupun berbagai macam keterampilan. Oleh karena itu, dalam

pembelajaran harus berlangsung secara nyaman, edukatif, variatif, dan

menantang bagi peserta didik. Tugas guru dalam proses pembelajaran

hanya sebagai fasilitator. Namun, agar pembelajaran menjadi lebih

bermakna. Diharapkan siswa harus berperan aktif dalam mengikuti


24

pembelajaran. Maka dari itu agar proses pembelajaran menjadi lebih

hidup, diperlukan model pembelajaran yang tepat.

Model pembelajaran kooperatif tipe group investigation (GI)

adalah salah satu bentuk model pembelajaran kooperatif yang memiliki

titik tekan pada partisipasi dan aktivitas siswa untuk mencari sendiri

materi atau segala sesuatu mengenai materi pelajaran yang akan dipelajari

(Kurniasih, dkk., 2015 : 71).

Dalam model ini guru hanya sebagai fasilitator dan tentunya model

pembelajaran ini dapat melatih siswa untuk membangun kemampuan

berfikir secara mandiri dan kritis serta melatih siswa dalam menyelesaikan

suatu permasalahan dalam kelompok. Dalam materi energi dan

perubahannya, tentu siswa akan mencari tahu sendiri pengertian energi,

macam-macam energi dan contoh-contoh perubahannya.

Secara skematis, kerangka pemikiran yang dilakukan oleh peneliti

dapat digambarkan dengan bentuk sebagai berikut :


25

Proses KBM

Metode Konvensional

Mata Pelajaran IPA Materi Kondisi


Energi dan Perubahannya.
Awal

Berpusat pada guru (Teacher Centered),


proses pembelajaran monoton, siswa pasif
dan tidak memperhatikan pembelajaran.

Hasil Belajar Tidak Meningkat

Solusi

Penerapan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe
Group Investigation (GI)

Hasil Belajar Meningkat Kondisi


Akhir

Adanya Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif


Tipe Group Investigation (GI) Terhadap Hasil
Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Materi
Energi dan Perubahannya di Kelas V
MIS Salafiyah Kota Cirebon

Gambar 2.1

Bagan Kerangka Pemikiran


26

I. Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah dugaan atau jawaban sementara terhadap suatu

permasalahan penelitian (Arifin, 2012 : 197). Menurut Fraenkel dan

Wallen dalam Arifin (2012 : 197) mengemukakan bahwa hipotesis

merupakan prediksi mengenai kemungkinan hasil dari suatu penelitian.

Berdasarkan pernyataan di atas maka dapat dirumuskan suatu hipotesis

sebagai berikut :

Ho : Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pengaruh model

pembelajaran kooperatif tipe group investigation (GI) terhadap hasil

belajar siswa.

Ha : Terdapat hubungan yang signifikan antara pengaruh model

pembelajaran kooperatif tipe group investigation (GI) terhadap hasil

belajar siswa.

Anda mungkin juga menyukai