Anda di halaman 1dari 5

Nama : Fiqriyatul Fijaar

NIM : 20700121014

Kelas : PMAT A

Resume Perkuliahan: Model Pembelajaran Kooperatif

Menurut Rusman (2012:202), pembelajaran kooperatif adalah bentuk pembelajaran


dengan menerapkan sistem pengelompokan atau tim kecil yang terdiri dari empat sampai
enam orang yang saling belajar dan bekerja sama dalam struktur kelompok yang heterogen
(Wahyuti 2018). Suprijono (2013) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif sebagai
konsep luas yang mencakup seluruh jenis kerja kelompok, baik yang dipimpin oleh pendidik
maupun yang tidak.

Adapun karakteristik pada model pembelajaran kooperatif ini sebagai berikut.


1. Untuk memenuhi tujuan pembelajaran peserta didik bekerja sama di dalam tim.
2. Kelompok peserta didik yang heterogen dengan kemampuan belajar rendah, menengah,
dan tinggi.
3. Setiap anggota kelompok diupayakan untuk beragam dalam hal jenis kelamin, warna
kulit, dan budaya.
4. Penilaian kelompok lebih diutamakan daripada penilaian individu dalam sistem
penilaian.

Selain karakteristik yang dipunyai oleh model pembelajaran kooperatif, model


pembelajaran ini juga perlu memasukkan empat tahapan keterampilan kooperatif, yaitu:
1. Forming (pembentukan) merupakan kemampuan kooperatif yang diperlukan untuk
menciptakan kelompok yang kompak dan membentuk perilaku yang mematuhi norma.
2. Functioniong (pengaturan) merupakan keterampilan yang diperlukan untuk
merencanakan kegiatan kelompok serta membina kerja sama antara anggota kelompok
untuk menyelesaikan tugas.
3. Formating (perumusan) merupakan kemampuan yang diperlukan untuk mewujudkan
penguasaan dan pemahaman materi pelajaran secara lebih dalam, menstimulasi
penerapan pemikiran tingkat tinggi, dan menekankan pada penguasaan serta
pemahaman terkait materi yang diberikan.
4. Fermenting (penyerapan) adalah kemampuan yang diperlukan untuk meningkatkan
pemahaman konseptual sebelum pembelajaran, menciptakan masalah kognitif, lebih
memperbanyak dalam mencari informasi, dan mendiskusikan ide untuk
memperoleh kesimpulan (Kurnia, Ruskan, and Ibrahim 2014).

Langkah-langkah pada pembelajaran kooperatif ini sebagai berikut.


1. Fase – 1 (Menyampaikan tujuan pembelajaran dan pemberian motivasi)
Pendidik mengomunikasikan tujuan yang akan dicapai dalam pembelajaran dan
memberikan memotivasi peserta didik untuk belajar.
2. Fase – 2 (Menyajikan informasi)
Dalam menyampaikan informasi kepada peserta didik dapat dilakukan dengan jalan
diskusi atau bahan bacaan.
3. Fase – 3 (Mengatur peserta didik ke dalam kelompok kooperatif)
Pendidik menjelaskan mengenai cara membentuk kelompok belajar dan memfasilitasi
peralihan yang lancar di antara setiap kelompok.
4. Fase – 4 (Membimbing kelompok bekerja dan belajar)
Setiap kelompok belajar dibimbing oleh pendidik saat mereka mengerjakan tugas.
5. Fase – 5 (Evaluasi)
Pendidik menilai hasil belajar setiap kelompok berdasarkan topik yang telah mereka
pelajari atau meminta setiap kelompok untuk mendemostrasikan hasil kerja mereka.
6. Fase – 6 ( Memberikan penghargaan)
Pendidik memberikan penghargaan bagi setiap kelompok terkait dengan upaya dan
hasil yang mereka lakukan baik secara individu maupun kelompok (Hasanah and
Himami 2021).

Terdapat beberapa macam model dari pembelajaran kooperatif, yakni:


a. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Teams Achievement Devision)
Bagi pendidik yang baru mulai menggunakan pembelajaran kooperatif di kelas,
STAD menawarkan solusi yang sederhana dan efisien. Adapun langkah-langkah model
STAD, yaitu :
1. Menyampaikan Tujuan Pembelajaran serta Memberikan Motivasi
2. Pendidik membagi kelompok
3. Pendidik menampilkan dan menyajikan materi pembelajarannya
4. Kerja Kelompok
5. Kuis
6. Penilaian
7. Kesimpulan
b. Model Pembelajaran Tipe Jigsaw
Model pembelajaran tipe Jigsaw mempunyai keunggulan dalam meningkatkan
rasa tanggung jawab peserta didik terhadap pendidikannya sendiri maupun terhadap
pendidikan orang lain (Asmara, 2020). . Elliot Aronson menjelaskan 10 langkah dalam
penerapan tipe Jigsaw, yaitu:
1. Kelompok
2. Menentukan Ketua Kelompok
3. Pembagian Materi
4. Menentukan Materi
5. Membaca Materi
6. Membentuk Kelompok Ahli dan Berdiskusi
7. Kembali pada Kelompok Asal
8. Diskusi dalam Kelompok Asal
9. Pendidik mengamati aktivitas kelompok dari satu kelompok ke kelompok
berikutnya. Ketua kelompok yang ditunjuk mengambil tindakan cepat jika ada
peserta didik yang mengganggu.
10. Pemberian Tes
c. Group Investigation (GI)
Model pembelajaran kooperatif tipe group investigation (GI) merupakan model
pembelajaran kooperatif dimana peseerta didik yang lebih aktif dalam proses
pembelajaran yaitu dengan mencari informasi atau materi secara mandiri yang akan
dipelajari dengan menggunakan bahan-bahan yang tersedia seperti buku atauoun
internet (Yuniari, Putra, and Wiarta 2019).
d. Pendekatan Struktural
Dalam pendekatan struktural ada 2 contoh model pembelajaran kooperatif, yaitu :
 Think Pair Share (TPS), dimana peserta didik dituntut untuk bekerja sama
secara berkelompok atau berpasangan untuk memahami isi dan menyelesaikan
tugas yang diberikan oleh pendidik (Sukmawati & Nasrullah, 2017).
 Numbered Head Together
e. Teams Games Torunament (TGT)
Pembelajaran tipe TGT merupakan model pembelajaran dimana peserta didik itu
belajar sambil bermain yang cocok untuk anak-anak atau sekolah dasar, sebab model
ini dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik dan semangat kerjasama antar peserta
didik (Mahardi et al., 2019).
Menurut Slavin dalam (Nurdyansyah & Fahyuni, 2016) mengatakan bahwa
“pembelajaran kooperatif tipe TGT terdiri dari lima langkah tahapan, yaitu tahap
penyajian kelas (class precentation), belajar dalam kelompok (teams), permainan
(games), pertandingan (tournament), penghargaan kelompok (team recognition).”
f. Two stay two stray
Two stay two stray merupakan pembelajaran dalam bentuk kelompok dimana
peserta didik ada yang menjadi tamu ke kelompok lain dan ada yang menerima tamu
dari kelompok lain, yang bertujuan untuk mengembangkan hasil informasi dalam
memecahkan masalah dengan kelompok lain.

Kelebihan dan kekurangan pada penerapan model kooperatif ini dapat dilihat sebagai
berikut.
1. Kelebihan
Menurut Hill & Hill (1993: 1-6) dalam (Ali, 2021) , kelebihan pembelajaran
kooperatif antara lain:
a. Meningkatkan prestasi peserta didik,
b. Memperdalam pemahaman peserta didik,
c. Membuat peserta didik tertawa,
d. Menumbuhkan sikap kepemimpinan,
e. Menumbuhkan sikap positif,
f. Menumbuhkan sikap menghargai diri sendiri,
g. Menjadikan pembelajaran inklusif,
h. Menumbuhkan rasa saling memiliki, dan
i. Menumbuhkan keterampilan siap menghadapi masa depan.
2. Kekurangan
a. Sulit untuk membentuk kelompok yang dapat bekerja bersama dengan harmonis.
b. Ada potensi perkembangan fanatisme dalam kelompok.
c. Anggota kelompok yang kurang bersemangat mungkin mengandalkan pemimpin
kelompok untuk melakukan sebagian besar pekerjaan.
d. Beberapa orang berpandangan bahwa model ini dapat memberikan keuntungan
kepada peserta didik yang kurang rajin yang hanya mengandalkan peserta didik
yang lebih pandai untuk menyelesaikan tugasnya.

Anda mungkin juga menyukai