Anda di halaman 1dari 15

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Kooperatif Learning
1. Pengertian kooperatif learning
Kooperatif learning sendiri diartikan oleh beberapa tokoh.
Diantaranya yaitu Parker dalam Huda yang menjelaskan bahwa kooperatif
learning merupakan kelompok kecil dari suatu pembelajaran di mana para
peserta didik saling berinterakksi satu sama lain dalam kelompok-kelompok
kecil untuk mengerjakan tugas akademik demi mencapai tujuan bersama.1
Tokoh lainnya yaitu Jhonson dan Jhonson dalam Thobroni
menjelaskan bahwa kooperatif learning adalah kegiatan belajar mengajar
yang terbagi dalam kelompok-kelompok kecil di mana peserta didik belajar
dan bekerja samauntuk sampai kepada pengalaman belajar berkelompok.2
Tom V Savage dalam Majid menjelaskan bahwa kooperatif learning
merupakan pembelajaran yang memberikan penekanan pada kerjasama
dalam kelompok yang melibatkan partisipasi peserta didik untuk saling
berinteraksi satu sama lain di dalam kelompok.3
Pembelajaran kooperatif learning menjadi model pembelajaran yang
mengedepankan kerjasama dalam kelompok yang sudah dibentuk oleh
peserta didik dengan berdiskusi dan belajar dengan anggota lainnya secara
kolaboratif. Kelompok yang dibentuk dalam model pembelajaran ini terdiri
dari 4-6 peserta didik yang kemampuanya heterogen.
2. Prinsip-prinsip kooperatif learning
Suatu model pembelajaran di jalankan dengan dasar dan pedoman
yang sudah ditentukan. Hal ini berlaku juga pada pembelajaran kooperatif
learning di mana Anita Lie dalam Sanjaya menjelaskan mengenai beberapa
prinsip yang ada dalam kooperatif learning,4 yaitu:
1
Miftahul Huda, Cooperatif learning, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), 29
2
M Thobroni, Belajar dan Pembelajaran, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2016), 235
3
Abdul Majid, Strategi Pembelajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013), 175.
4
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran: Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta:
Kencana, 2006), 246.
a. Prinsip ketergantungan positif
Keberhasilan kelompok dalam menyelesaikan suatu tugas sangat
tergantung kepada usaha yang dilakukan setiap anggota kelompoknya,
jadi apabila ada anggota yang kurang dalam menyelesaikan tugasnya
maka anggota lain pun harus membantunya. Sehingga semua anggota
dalam kelompok akan merasa saling ketergantungan.
b. Tanggung jawab perseorangan
Prinsip ini merupakan konsekuensi dari prinsip yang pertama
(ketergantungan positif). Dengan kata lain, karena keberhasilan
kelompok tergantung pada setiap anggotanya, maka setiap anggota
kelompok harus memiliki tanggung jawab sesuai dengan tugasnya (yang
telah dibagi). Setiap anggota dalam kelompok harus memberikan yang
terbaik untuk keberhasilan kelompoknya agar lebih unggul dari
kelompok lain. Maka dari itu, guru dalam hal tersebut perlu memberikan
penilaian terhadap individu dan juga kelompok. Penilaian individu bisa
berbeda, sedangkan penilaian kelompok harus sama.
c. Interaksi tatap muka
Pembelajaran kooperatif memberikan kesempatan kepada setiap
anggota kelompok untuk bertatap muka, saling memberikan informasi
dan saling membelajarkan. Interaksi tatap muka dalam pembelajaran
kooperatif terlihat ketika peserta didik saling bertukar fikiran satu sama
lain. Interaksi tatap muka ini dapat memberikan pengalaman yang
berharga kepada setiap anggota kelompok untuk bekerja sama,
menghargai setiap perbedaan, memanfaatkan kelebihan masing-masing
anggota kelompok dan mengisi kekurangan masing-masing anggota
dalam kelompok.
d. Partisipasi dan komunikasi
Pembelajaran kooperatif juga melatih peserta didik untuk mampu
berpartisipasi aktif dan berkomunikasi. Agar peserta didik mampu
berpartisipasi aktif, maka peserta didik perlu dibekali
kemampuankemampuan berkomunikasi. Contoh dari kemampuan
berkomunikasi antara lain: kemampuan menyatakan ketidak setujuan
atau kemampuan menyanggah pendapat orang lain secara santun, tidak
memojokkan kemampuan menyampaikan gagasan dan ide-ide yang
dianggapnya baik dan berguna
B. TGT (Team Games Tournamen)
1. Pengertian Pembelajaran Tipe Team Games Tournamen
Pengertian Team Games Tournamen diberikan oleh beberapa tokoh.
Sumantari menjelaskan bahwa Pembelajaran Tipe Team Games Tournamen
adalah tipe pembelajaran yang melibatkan peserta didik dan membaginya
menjadi kelompok yang isinya 4-5 peserta didik dimana setiap peserta didik
melakukan tournamen di dalam kelompoknya. Pemenang dari turnamen ini
adalah peserta didik yang paling banyak menjaab soal dengan benar dalam
waktu yang paling cepat.5
Sri Rumini dalam Irham juga menjelaskan bahwa Pembelajaran Tipe
Team Games Tournamen dilakukan dengan membagi peserta didik dengan
jenis kelamin dan kecerdasan yang berbeda untuk dijadikan menjadi satu
kelompok agar terdapat heterogenitas di dalamnya dimana dalam satu
kelompok terdapat lima sampai enam peserta didik. Perbedaan yang dimiliki
akan mendorongnya untuk membantu teman lainnya.6
Team Games Tournamen merupakan tipe pembelajaran yang
memberikan dorongan kepada peserta didik dalam peningkatan semangat
kerjasama dan hasil belajarnya.
2. Langkah-langkah Pembelajaran Tipe Team Games Tournamen
Penerapan Pembelajaran Tipe Team Games Tournamen dijalankan
melalui beberapa langkah di dalamnya. Langkah-langkah ini yaitu:7
a. Penyajian kelas

5
Mohamad Syarif Sumantri, Strategi Pembelajaran Teori dan Praktik di Tingkat
Pendidikan Dasar, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2015), 56.
6
Muhammad Irham dan Novan Ardy Wiyani, Psikologi Pendidikan Teori dan Aplikasi
dalam Proses Pembelajaran, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2013), 202.
7
Musdalipa, Firda Razak dan A Jaya Alam, Buku Panduan Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) Berbasis Media Ular Tangga, (Sumatra Barat:
Mitra Cendekia Media, 2022), 26-27.
Tahapan ini dijalankan oleh guru dengan fokus utamanya pada
pemberian materi kepada peserta didik. Tahapan ini dijalankan dengan
menggunakan metode gabungan antara ceramah dengan tanya jawab.
Namun, kreativitas guru juga menentukan metode yang digunakan dalam
tahapan ini.
b. Belajar kelompok
Tahapan ini dijalankan dengan membagi peserta didik menjadi
kelompok yang terdiri dari 4-6 orang secara acak. Tugas yang dilakukan
kelompok yaitu mempelajari dan mendiskusikan materi yang diajarkan.
Tahapan ini juga mengharuskan peserta didik mengerjakan lembar kerja
secara kolaboratif bersama anggota kelompoknya dengan berdiskusi.
Tahapan ini memunculkan tindakan bertukar pikiran dan saling tolong
menolong.
c. Permainan
Tahapan ini dijalankan oleh peserta didik yaitu dengan
mempersilahkan satu anggota kelompok menjadi wakil tim dimana
anggota lainnya memberikan bantuan untuk menjawab pertanyaan yang
sudah dirancang. Hal ini ditujukan untuk mengetahui tingkat pemahaman
peserta didik terhadap materi yang sudah dipelajari.
d. Turnamen
Tahapan ini menjadi kelanjutan dari tahap permainan yaitu peserta
didik bersaing demi mendapatkan skor untuk diri dan kelompoknya.
Kemenangan ditentukan jumlah skor yang ada dalam diri setiap
kelompok dan kelompok yang mempunyai skor paling banyaklah yang
memenangkannya.
e. Penghargaan kelompok
Tahapan ini dijalankan oleh guru dan peserta didik dengan
merefleksi dan menghitung skor yang di dapatkan oleh setiap kelompok.
Bagi kelompok yang menjadi pemenang akan diberikan penghargaan
oleh gurunya.
3. Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Tipe Team Games Tournamen
Suatu konsep media, metode, model dan bahkan kurikulum pastinya
memiliki kelemahan dan kelebihannya masing-masing. Team Games
Tournamen juga demikian. Berikut akan dijelaskan mengenai kelemahan
dan kelebihan dalam Pembelajaran Tipe Team Games Tournamen
a. Kelebihan Pembelajaran Tipe Team Games Tournamen
Beberapa kelebihan yang terdapat dalam pembelajaran yang
dijalankan dengan menggunakan Tipe Team Games Tournamen dalam
pandangan Priansa yaitu:8
1) Memperluas wawasan peserta didik
2) Mengembangkan perilaku dan sikap menghormati yang lainnya
3) Peserta didik terlibat secara aktif dalam pembelajaran
4) Munculnya semangat belajar dalam diri peserta didik
5) Pengetahuan dikonstruksi secara bersama-sama dengan teman dan
gurunya
6) Memunculkan sikap psoitif berbentuk menerima pendapat, toleran dan
juga kerjasama
7) Penghargaan dan hadiah yang didapatkan mendorong peserta didik
menggapai hasil yang maksimal
8) Kelompok yang dibuat memudahkan guru dalam menjalankan
kontroling kepada peserta didik.
b. Kelemahan Pembelajaran Tipe Team Games Tournamen
Berbagai kelemahan dalam Pembelajaran Tipe Team Games
Tournamen dijelaskan oleh Shoimin, yaitu:9
1) Guru di harapkan memiliki kemampuan dalam menentukan pokok
bahasan pelajaran yang tepat
2) Waktu yang dibutuhkan panjang
3) Penyiapan tipe mesti dilakukan oleh guru secara maksimal
4) Penilaian dilakukan berdasarkan kelompok bukan didasarkan pada
individual peserta didik
8
Donni Juni Priansa, Pengembangan Strategi dan Model Pembelajaran Inovatif Kreatif
dan Prestatif Dalam Memahami Peserta Didik, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2017), 315-316.
9
Aris Shoimin, 68 Model Pembelajaran Inovatif, (Yogyakarta: Arruz Media, 2014), 208.
5) Diskusi yang dijalankan oleh peserta didik memungkinkan
memunculkan pengertian yang tidak relevan dengan konsep yang
dibahas.

C. Hasil Belajar
1. Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar dalam pandangan Nasution dalam Supardi merupakan
perubahan yang ada dalam diri peserta didik yang belajar ataupun perubahan
yang ada dalam diri peserta didik setelah dirinya belajar dimana cakupanya
mengenai penguasaan pengertian, kecakapan, kebiasaan, sikap, pengetahuan
dan penghargaan dalam diri peserta didik yang belajar.10 Hasil belajar dalam
pandangan Suprijono juga dimaknai dengan pola perbuatan, keterampilan,
abilitas, apresiasi, sikap, pengertian dan nilai.11
Hasil belajar sendiri diartikan dengan kemampuan yang dimiliki
peserta didik sesudah dirinya mengalami proses pengalihan ilmu dan
pengalaman belajarnya. Melalui deskripsi dari hasil belajar peserta didik
maka akan diketahui seberapa jauh peserta didik dapat menangkap,
memahami dan memiliki materi pelajaran tertentu.
Hasil belajar yang diinginkan dalam penelitian ini berkaitan dengan
hasil belajar kognitif. Hasil belajar kognitif sendiri oleh Purwanto doartikan
dengan berubahnya tingkah laku peserta didik yang terjadi di wilayah
kognisi atau kemmapuan berpikirnya.12
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi Hasil Belajar
Terdapat berbagai faktor yang bisa emberikan pengaruh pada hasil
belajar peserta didik. Faktor ini yaitu internal dan ekstenal. Lebih jauh
kedua faktor akan dijelaskan secara mendalam berikut:
a. Faktor internal

10
Supardi, Penilaian Autentik Pembelajaran Afektif, Kognitif dan Psikomotorik: Konsep
dan Aplikasi, (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2015), 2.
11
Agus Suprijono, Cooperative Learning: teori dan Aplikasi PAIKEM, (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2016), 5.
12
Purwanto, Evaluasi Hasil Belajar, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2016), 50.
Faktor internal yang mempengaruhi hasil belajar dalam pandangan
Susanto diantaranya yaitu:13
1) Kecerdasan
Kecerdasan adalah potensi dasar atau bawaan sejak manusia di
lahirkan yang memiliki keterkaitan dengan pencapaian hasil belajar
peserta didik. Pemahaman materi pelajaran dan kemampuan dalam
menyelesaikan masalah dipengaruhi oleh kecerdasan.
2) Minat
Peserta didik yang berminat dalam pelajaran bisa diketahui
dengan perhatiannya yang terpusat pada materi yang diajarkan dan
ada ketertarikan untuk memperdalam pemahaman pada materi dan
bermuara pada di dapatkannya hasil belajar yang maksimal.
3) Sikap belajar
Sikap belajar dalam diri peserta didik memberikan pengaruh
pada tujuan pembelajaran. Peserta didik yang memiliki sikap positif
memiliki kecenderungan terus semangat dalam menjalankan aktivitas
belajar mengajar dan hal ini berbeda ketika sikap negatif yang muncul
karena kurangnya gairah yang terdapat dalam diri peserta didik
4) Gaya belajar
Gaya belajar menjadi cara yang mmeudahkan peserta didik dalam
menerima dan memahami pelajaran yang sudah dijelasksan oleh guru.
b. Faktor eksternal
Faktor eksternal yang memberikan pengaruh pada hasil belajar
diantaranya yaitu:
1) Lingkungan keluarga
Keadaan keluarga peserta didik berperan besar kepada hasil
belajar yang didapatkan peserta didik. lingkungan keluarga berupa
pola asuh orang tua, hubungan antar anggota keluarga, situasi dan

13
Susanto, Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar, (Jakarta: Prenadamedia
Group, 2016), 12-15
keadaan keluarga, perekonomian keluarga dan tentunya perhatian
yang diberikan orang tua.
2) Lingkungan sekolah
Lingkungan sekolah mengamil peranan yang besar pada hasil
belajar peserta didik. lingkungan sekolah menjadi tempat dimana
peserta didik menjalankan kegiatan belajar secara sistematik.
Lingkungan sekolah di dalamnya berypa kualitas pembelajaran,
metode pembelajaran, kurikulum yang digunakan, hubungan guru dan
peserta didik, fasilitas sekolah.
3) Lingkungan masyarakat
Keadaan lingkungan masyarakat memberikan pengaruh pada
hasil belajar karena lingkungan masyarakat menyajikan berbagai
perilaku yang dihasilkan oleh masyarakat yang memiliki heterogenitas
dalam tingkat dan latar belakang pendidikan, perilaku, media massa,
tetangga sekitar, teman bergaul dan aktivitas yang terdapat di
masyarakat.
3. Indikator Hasil Belajar
Hasil belajar ranah kognitif berorientasi pada kemampuan berpikir
yang meliputi berbagai kemampuan yang ada di dalamnya mulai dari yang
sederhana sampai dengan tinggi. Terdapat enam komponen tingkatan dalam
hasil belajar kognitif peserta didik yaitu mengingat, memahami/mengerti,
menerapkan, menganalisis, mengevaluasi dan menciptakan.14 Secara lebih
jauh Magdalena menjelaskan keenam tingkatan ini yaitu:
a. Mengingat, dijalankan dengan mengambil pegetahuan yang relevan dari
ingatan peserta didik.
b. Memahami, dijalankan dengan membangun arti dan proses pembelajaran
termasuk komunikasi lisan, tulisan dan juga gambar.
c. Menerapkan/mengaplikasikan, dijalankan dengan menggunakan atau
melakukan prosedur di dalam situasi yang tidak biasa

14
Husnul Khotimah, Penggunaan Bahan Ajar Komik Digital: Pembelajaran Mandiri
dalam jaringan untuk Anak Sekolah Dasar, (Malang: Literasi Nusantara, 2021), 26.
d. Menganalisis, dijalankan dengan memecah materi ke dalam bagian-
bagiannya dan menentukan bagaimana bagian itu terhubung antara satu
bagian dengan struktur atau kepada semuanya.
e. Menilai/mengevaluasi, dijalankan dengan membuat pertimbangan di
dasarkan pada kriteria atau standar
f. Menciptakan, menempatkan unsur-unsur secara bersamaan demi
membentuk konsep secara keseluruhan secara koheren atau fungsional,
menyusun kembali berbagai unsur ke dalam struktur atau pola baru.15

D. Minat Belajar
1. Pengertian Minat Belajar
Minat adalah perasaan yang timbul dari diri seseorang untuk
mendorongnya dalam menjalankan kegiatan tertentu. Kemudian kegiatan
belajar menjadi proses pembelajaran yang menjadi daya dorong terhadap
pencapainan hasil belajar secara optimal.16
Minat belajar dalam diri peserta didik diartikan dengan kecenderungan
hati untuk belajar sehingga mendpaatkan informasi, pengetahuan dan
kecakapan melalui usaha, kegiatan belajar mengajar atau pengalaman. 17
Minat belajar juga diartikan dengan sikap ketaatan dalam kegiatan
proses belajar, baik yang menyangkut perencanaan jawal belajar yang
dimilikinya maupun inisiatif dirinya sendiri melakukan usaha tersebut
dengan bersungguh-sungguh dalam belajar.18
Berdasarkan penjelasan yang sudah diberikan bisa diketahui bahwa
minat belajar yaitu kecenderungan hati seseorang saat belajar agar
memperoleh informasi pengetahuan, melalui pembelajaran serta

15
Ina Magdalena, Menjadi Evaluator Pembelajaran yang Baik dan Benar, (Jawa Barat: CV
Jejak, 2022), 133.
16
Ratnaati Susanto, Profesi Kependidikan: Membangun Nilai Profesi, Keterampilan
Pribadi, dan Strategi Kompetensi profesi, (Yogyakarta: Penerbit ANDI, 2022), 221.
17
Muhammad Ali Romad, Menjadi Guru Berwibawa di Era Merdeka Belajar, (Malang:
CV Literasi Nusantara Abadi, 2022), 96.
18
Yaskin Anwar dan Iya’ Setyasih, Pembelajaran Selama Pandemi Covid-19 di
Kalimantan Timur, (Malang: Media Nusa Creative, 2021), 38.
pengalaman ditandai dengan perasaan senang dan adanya perubahan tingkah
laku yang tumbuh dari dalam hati seseorang.
2. Fungsi minat dalam belajar
Terdapat beberapa fungsi yang ada dalam minat belajar dalam diri
peserta didik. beberapa fungsi ini yaitu:
a. Minat melahirkan perhatian peserta didik pada materi pelajaran yang
diajarkan oleh guru.
b. Minat mempermudah menciptakan konsentrasi peserta didik terhadap
materi pelajaran
c. Minat mencegah peserta didik mendapatkan gangguan dari luar kelas
d. Minat meningkatkan kekuatan dalam diri peserta didik untuk
meningkatkan kemampuan ingatannya dalam mengingat pelajaran.
e. Minat memperkecil kebosanan peserta didik dalam belajar.19
3. Faktor yang mempengaruhi minat belajar.
Minat belajar dipengaruhi oleh berbagai faktor yang ada. Shaleh
menjelaskan bahwa minat sendiri dapat mengalami suatu perkembangan
dimana hal tersebut mempunyai dasar dengan didalamnya yang menjadi
faktor antara lain:20
a. Faktor fisik, dengan diimbangi lewat penyesuaian fisik terhadap minat,
apakah hal yang akan dilakukan didukung pula dengan kapasitas fisik
yang dimiliki atau tidak.
b. Faktor psikis, yang mempengaruhi minat adalah motivasi, perhatian,
perasaan senang dan kebutuhan.
c. Faktor Lingkungan, lingkungan pada kehidupan yang dilakukan
berdampak pula dalam menstimulasi minat seseorang baik dalam
keluarga, Sekolah ataupun lingkungan masyarakat.
4. Indikator minat belajar

19
Rudi Hermawan, Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw: Model, Implikasi dan
Implementasi, (Yogyakarta: Bintang Madani, 2021), 21-22
20
Abdul Rahman Shaleh dan Abdul Muhhib Wahab, Psikologi Suatu Pengantar dalam
Perspektif Islam, (Jakarta: Kencana, 2004), 263
Minat belajar dapat diukur melalui 4 indikator sebagaimana yang
disebutkan oleh Slameto yaitu ketertarikan untuk belajar, perhatian dalam
belajar, motivasi belajar dan pengetahuan. Lebih lanjut Slameto
menjelaskan secara terperinci empat indikator tersebut, yaitu :21
a. Ketertarikan untuk belajar.
Ketertarikan untuk belajar diartikan apabila seseorang yang
berminat terhadap suatu pelajaran maka ia akan memiliki perasaan
ketertarikan terhadap pelajaran tersebut. Ia akan rajin belajar dan
terus memahami semua ilmu yang berhubungan dengan bidang
tersebut, ia akan mengikuti pelajaran dengan penuh antusias dan
tanpa ada beban dalam dirinya.
b. Perhatian dalam belajar
Perhatian merupakan konsentrasi atau aktivitas jiwa seseorang
terhadap pengamatan, pengertian ataupun yang lainnya dengan
mengesampingkan hal lain dari pada itu. Jadi siswa akan mempunyai
perhatian dalam belajar, jika jiwa dan pikirannya terfokus dengan
apa yang ia pelajari.
c. Motivasi belajar
Motivasi merupakan suatu usaha atau pendorong yang dilakukan
secara sadar untuk melakukan tindakan belajar dan mewujudkan
perilaku yang terarah demi pencapaian tujuan yang diharapkan
dalam situasi interaksi belajar.
d. Pengetahuan
Pengetahuan diartikan bahwa jika seseorang yang berminat
terhadap suatu pelajaran maka akan mempunyai pengetahuan yang
luas tentang pelajaran tersebut serta bagaimana manfaat belajar
dalam kehidupan sehari-hari.
E. Penelitian Terdahulu

21
Siti Nurhasanah dan A. Sobandi, Minat Belajar Sebagai Determinan Hasil Belajar
Siswa, Jurnal Pendidikan Manajemen Perkantoran Vol. 1 No. 1 (2016) 131
Beberapa penelitian yang sudah dijalankan akan disajikan dalam bagian
ini. Penelitian terdahulu ini bisa digunakan sebagai acuan dalam penelitian ini
sehingga peneliti memiliki gambaran mengenai alur penelitian yang akan
dijalankan. Beberapa penelitian terdahulu ini yaitu:
Penelitian yang dijalankan oleh Moch. Eko Julianto dengan judul
“Peningkatan Minat dan Hasil belajar Matematika dengan Penerapan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) pada Peserta
didik SMP”. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas. Penelitian ini
dijalankan dengan menggunakan empat langkah taitu perencanaan,
pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Data didapatkan dengan
menggunakan pretest, post test, observasi dan angket disertai dengan
dokumentasi. Hasil penelitian ini yaitu Sebanyak 23 atau 82,14% dari 28
peserta didik kelas VIIB SMP Muhammadiyah 8 Batu yang mengikuti
pembelajaran termasuk dalam kategori minat tinggi. Peningkatan hasil belajar
matematika peserta didik sebesar 46,68% atau 25 dari 30 peserta didik kelas
VIIB SMP Muhammadiyah 8 Betu termasuk dalam kategori hasil belajar
sedang ke atas.22
Persamaan penelitian ini yaitu berkaitan dengan Pembelajaran Kooperatif
Tipe Teams Games Tournament dalam pembelajaran matematika. Namun
perbedaannya terdapat pada lokasi penelitian dimana penelitian ini dijalankan
di SMP Muhammadiyah 8 Batu, sedangkan peneliti menjalankannya di MTs
Annur Blora.
Penelitian yang dijalankan oleh Mohamad Syafi’i dengan judul
“Semangat Literasi Matematika pada Pengembangan Model Pembelajaran
Kooperatif Teams Games Tournament (TGT) Guna Meninggkatkan Hasil
Belajar Matematika Peserta didik”. Penelitian ini merupakan penelitian
tindakan kelas yang dijalankan di SMP Pangudi Luhur Jakarta kelas VII A
dengan jumlah peserta didik sebanyak 30. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa Pada siklus I presentase ketuntasan hasil belajar matematika peserta
22
Moch. Eko Julianto, “Peningkatan Minat dan Hasil belajar Matematika dengan
Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) pada Peserta
didik SMP”, Skripsi, (Universitas Muhammadiyah Malang, 2019)
didik adalah 40% (12 peserta didik), sedangkan pada siklus 2 sebesar 60% (18
peserta didik), dan pada siklus III sebesar 70% (21 peserta didik).Berdasarkan
hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa semangat literasi pada
pengembangan model pembelajaran TGT dapat meningkatkan hasil belajar
matematika peserta didik. 23
Persamaan penelitian ini yaitu berkaitan dengan Pembelajaran Kooperatif
Tipe Teams Games Tournament dalam pembelajaran matematika. Namun
perbedaanya terdapat pada tujuan yang diinginkan dimana dalam penelitian ini
tujuannya untuk meningkatkan hasil belajar sedangkan peneliti
menggunakannya untuk meningkatkan hasil dan minat belajar. Selain itu
penelitian ini dijalankan di SMP Pangudi Luhur Jakarta sedangkan peneliti
menjalankannya di MTs Annur Blora.
Penelitian yang dijalankan oleh Asri Juli Yana dengan judul
“Perbandingan Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika dengan
Mengguanakan Model Pembelajaran Koopertaif Tipe Team Games Tournamen
(TGT) dan Tipe Think Pair Share (TPS) pada Peserta didik Kelas VII SMPN 4
Takalar”. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif korelasi yang
dijalankan di SMPN 4 Takalar kelas VII. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa Kemampuan pemahaman konsep matematika peserta didik kelas VII
SMPN 4 Takalar yang menggunakan model pembelajaran TGT sekitar 46,67%
berada pada kategori sangat tinggi dan selebihnya berada pada kategori sedang
dan tinggi. Sedangkan kemampuan pemahaman konsep matematika peserta
didik kelas VII SMPN 4 Takalar yang menggunakan model pembelajaran TPS
sekitar 43.33% berada pada kategori sedang. Hasil Uji t diperoleh bahwa rata-
rata hasil belajar model TGT sebesar 71.83 dan rata-rata hasil belajar model
TPS sebesar 59.77 sehingga dapat disimpulkan bahwa rata-rata hasil belajar
model TGT 12.06 lebih besar dibandingkan dengan model TPS.24
23
Mohamad Syafi’i, “Semangat Literasi Matematika pada Pengembangan Model
Pembelajaran Kooperatif Teams Games Tournament (TGT) Guna Meninggkatkan Hasil Belajar
Matematika Peserta didik”, JIP: Jurnal Ilmu Pendidikan 9, No 2 (2018)
24
Asri Juli Yana, “Perbandingan Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika dengan
Mengguanakan Model Pembelajaran Koopertaif Tipe Team Games Tournamen (TGT) dan Tipe
Think Pair Share (TPS) pada Peserta didik Kelas VII SMPN 4 Takalar”, skripsi, (UIN Alauddin
Makassar, 2019).
Persamaan penelitian ini yaitu berkaitan dengan penggunaan tipe Teams
games Tournament dalam pembelajaran. Perbedaan penelitian ini dengan yang
peneliti lakukan yaitu berkaitan dengan metode penelitian dimana penelitian ini
menggunakan metode kuantitatif sedangkan peneliti menggunakan penelitian
tindakan kelas. Tujuan penelitian ini yaitu untuk membandingkan
pembelajaran tipe TGT dengan TPS sedangkan peneliti hendak mengetahui
peningkatan hasil dan minat belajar di MTs Annur Blora.

F. Kerangka Bepikir
Bagian ini menjelaskan mengenai langkah yang dijalankan dalam
penelitian. terdapat beberapa siklus yang dijalankan peneliti dalam
menjalankan pembelajaran tipe Temas Game Turnament. Tipe pembeljaaran
tersebut dijalankan karena kurang berminatnya peserta didik dalam belajar
Matematika sehingga mengahruskan guru berinovasi untuk membangkitkan
minat dan hasil belajar peserta didik. kerangka berpikir dalam penelitian ini
tersaji dalam gambar 2.1 berikut:
Gambar 2.1 Kerangka berpikir

Kondisi Awal Guru menggunakan Hasil dan Minat Belajar


model pembelajaran Matematika Rendah
konvensional

Tindakan Guru mengunakan Siklus I menggunakan


pembelajaran tipe pembelajaran tipe TGT
TGT

Kondisi Akhir Hasil belajar dan Siklus II


Minat Belajar Menggunakan pembelajaran
Matematika Tipe TGT
meningkat

Anda mungkin juga menyukai