Anda di halaman 1dari 54

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
A. Model Pembelajaran Kooperatif
1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Cooperative learning berasal dari kata cooperative

yang artinya bekerja

secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama lainnya sebagai satu
kelompok atau satu tim (Isjoni, 2011). Teori yang melandasi pembelajaran kooperatif
adalah teori konstruktivisme. Pada dasarnya pendekatan teori konstruktivisme dalam
belajar adalah suatu pendekatan dimana siswa harus secara individual menemukan
dan menstranformasikan informasi yang kompleks, memeriksa informasi dengan
aturan yang ada dan merevisinya bila perlu (Soejadi dalam Teti Sobari, 2006:15
dalam Rusman, 2011:201). Pembelajaran kooperatif menyumbangkan ide bahwa
siswa yang bekerja sama dalam belajar dan bertanggung jawab terhadap teman satu
timnya mampu membuat diri mereka belajar bersama sama baiknya (Slavin, 2007).
Dalam teori konstruktivisme ini lebih mengutamakan pada pembelajaran siswa yang
dihadapkan pada masalah-masalah kompleks untuk dicari solusinya, selanjutnya
menemukan bagian-bagian yang lebih sederhana atau keterampilan yang diharapkan.
Model pembelajaran ini dikembangkan dari teori belajar konstruktivisme yang lahir
pada gagasan Piaget dan Vigotsky. Berdasarkan penelitian Piaget yang pertama
dikemukan bahwa pengetahuan itu di bangun dalam pikiran anak (Ratna, 1998: 181
dalam Rusman, 2011:201).
Esensi dari teori konstuktivis adalah ide bahwa siswa sendiri yang
menemukan dan mentransformasikan sendiri suatu informasi kompleks kesituasi lain

apabila mereka menginginkan informasi itu sendiri menjadi milik mereka sendiri
(Elniati, 2007). Konstruktivisme adalah suatu pendapat yang menyatakan bahwa
perkembangan kognitif merupakan suatu proses dimana anak secara aktif
membangun sistem arti dan pemahaman terhadap realita melalui pengalaman dan
interaksi mereka menurut pandangan Konstruktivisme anak secara aktif membangun
pengetahuan dengan cara terus-menerus menganalisis dan mengakomodasi informasi
baru, dengan kata lain konstruktivisme adalah teori perkembangan kognitif yang
menekankan peran aktif siswa dalam membangun pemahaman mereka tentang realita
(Slavin,1994:225 dalam Trianto, 2012:74).
Pendekatan Konstruktivis intinya menekankan belajar siswa akan lebih mudah
menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit apabila mereka dapat saling
mendiskusikan masalah dengan temannya. Model pembelajaran ini menuntut siswa
saling berinteraksi dalam kelompok-kelompok kecil untuk mengerjakan tugas
akademik demi mencapai tujuan bersama (Parker 1994 dalam Huda, 2012:29).
Pembelajaran koooperatif merupakan model pembelajaran dengan
menggunakan sistem pengelompokkan/tim Kecil, yaitu antara empat sampai enam
orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, rasa
atau suku yang berbeda (heterogen). Sistem penilaian dilakukan terhadap kelompok
setiap kelompok akan merperoleh penghargaan (reward), jika kelompok mampu
menujukkan prestasi yang dipersyaratkan. Oleh karena itu, setiap anggota kelompok
akan mempunyai ketergantungan positif. Ketergantungan semacam itulah yang
selanjutnya akan memunculkan tanggung jawab individu terhadap kelompok dan
keterampilan interpsersonal dari setiap anggota kelompok. Setiap individu akan

saling membantu, mereka akan mempunyai motivasi untuk keberhasilan kelompok,


sehingga setiap individu akan memiliki kesempatan yang sama untuk memberikan
konstribusi demi keberhasilan kelompok (Sanjaya (2012).
Pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis
kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin

oleh guru atau di

arahkan oleh guru. Secara umum pembelajaran kooperatif dianggap lebih diarahkan
oleh guru, dimana guru menetapkan tugas dan pertanyaan- pertanyaan serta
menyediakan bahan-bahan dan informasi yang dirancang untuk membantu peserta
didik menyelesaikan masalah yang di maksud. Guru biasanya menetapkan bentuk
ujian tertentu pada akhir tugas (Suprijono, 2011:54-55). Model pembelajaran ini
mengacu pada metode pembelajaran dimana peserta didik bekerja bersama dalam
kelompok kecil saling membantu dalam belajar (Nurhayati, 2011).
Di dalam kelas kooperatif siswa belajar bersama dalam kelompok-kelompok
kecil yang terdiri dari 4-6 orang siswa yang sederajat terapi heterogen, kemampuan,
jenis kelamin, suku/ras, dan satu sama lain saling membantu. Tujuan di bentuknya
kelompok tersebut adalah untuk memberikan kesempatan kepada semua siswa untuk
terlibat secara aktif dalam proses berfikir dan kegiatan belajar. Selama bekerja dalam
kelompok, tugas anggota kelompok adalah mencapai ketuntasan materi yang
disajikan oleh guru, dan saling membantu teman sekelompoknya untuk mencapai
ketuntasan belajar (Trianto, 2011:56)
Dengan demikian, Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk
pembelajaran yang didasarkan dari faham konstruktivis. Dimana pembelajaran
kooperatif

merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota

kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda-beda.sehingga nantinya dapat


memberikan solusi pemikiran tentang suatu konsep dalam pembelajaran yang akan di
berikan dalam memecahkan masalah dalam diskusi dengan mencapai tiga tujuan
pembelajaran

yaitu

hasil

belajar,

penerimaan

terhadap

keseragaman,

dan

pengembangan keterampilan sosial (corebima, 2002 dalam Elniati, 2007).


2. Karakteristik Pembelajaran Kooperatif
Pada hakekatnya cooperative learning sama denga kerja kelompok, oleh
karena itu banyak guru yang beranggapan telah terbiasa menggunakannya. Namun
walaupun, cooperative learning terjadi dalam kelompok, tetapi tidak semua kerja
kelompok dikatakan cooperative learning (isjono, 2011). Belajar dengan kooperatif
dapat dijelaskan dengan beberapa perspektif, yaitu perspektif motivasi, perspektif
social, perspektif perkembangan kognitif, dan perkembangan perspektif elaborasi
kognitif. Perspektif motivasi artinya bahwa penghargaan yang diberikan kepada
kelompok memungkinkan setiap anggota kelompok akan saling membantu.
Perspektif sosial bahwa dengan kooperatif setiap siswa akan saling membantu dalam
belajar karena menginginkan semua anggota kelompok memperoleh keberhasilan.
Perspektif perkembangan kognitif bahwa dengan adanya interaksi antara anggota
kelompok dapat mengembangkan prestasi siswa untuk berpikir mengelola berbagai
informasi, artinya bahwa setiap siswa akan berusaha untuk memahami dan membina
informasi untuk menambah pengetahuan kognitifnya (Slavin, Abrani dan Chambers
1996 dalam Sanjaya, 2012).
Terdiri dari empat
(Rusman, 2011) yaitu:

karaktersitik atau ciri-ciri pembelajaran kooperatif

a. Pembelajaran secara Tim


Pembelajaran kooperatif dilakukan secara tim. Tim merupakan tempat untuk
mencapai tujuan. Oleh karena itu, tim harus mampu membuat setiap siswa belajar
setiap anggota tim harus saling membantu untuk mencapai tujuan pembelajaran.
b. Didasarkan pada manajemen Kooperatif
Manajemen mempunyai tiga fungsi yaitu; (a) fungsi manajemen sebagai
perencanaan pelaksanaan menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif dilaksanakan
sesuai dengan perencanaan, dan langkah-langkah pembelajaran yang sudah
ditentukan. (b) fungsi manajemen sebagai organisasi, menunjukkan bahwa
pembelajaran kooperatif memerlukan perencanaan yang matang agar proses
pembelajaran berjalan dengan efektif. (c) fungsi manajemen sebagai kontrol,
menunjukkan bahwa dalam pembelajaran kooperatif perlu ditentukan kriteria
keberhasilan baik melalui bentuk tes maupun nontes.
c. Kemampuan untuk bekerja sama
Keberhasilan pembelajaran kooperatif ditentukan oleh keberhasilan secara
kelompok, oleh karenanya prinsip kebersamaan atau kerjasama perlu ditekankan
dalam pembelajaran kooperatif. Tanpa kerja sama yang baik, pembelajaran kooperatif
tidak akan mencapai hasil yang optimal.
d. Keterampilan bekerja sama
Kemampuan bekerja sama kemudian dipraktikkan melalui aktivitas dalam
kegiatan Pembelajaran secara berkelompok. Dengan demikian, siswa perlu didorong
untuk mau dan sanggup berinteraksi dan berkomunikasi dengan anggota lain dalam
rangkah mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
3. Prinsip-Prinsip Pembelajaran kooperatif

Terdapat empat prinsip dasar pembelajaran kooperatif (Sanjaya 2012), yaitu


sebagai berikut:
a. Prinsip ketergantungan Positif (positive Interdepedence)
Dalam pembelajaran kelompok, keberhasilan sutau penyelesaian tugas sangat
tergantung kepada usaha yang dilakukan setiap anggota kelompoknya. Oleh sebab
itu, perlu disadari setiap anggota kelompok keberhasilan penyelesaian tugas
kelompok akan ditentukan oleh kinerja masing-masing anggota. Dengan demikian,
semua anggota dalam kelompok akan merasa saling ketergantungan.

b. Tanggung jawab Perseorangan (individual Accountability)


Prinsip ini merupakan konsekuensi dari prinsip yang pertama, oleh karena itu
keberhasilan kelompok tergantung pada setiap anggotanya, maka setiap anggota
kelompok harus memiliki tanggung jawab sesuai dengan tugasnya. Setiap anggota
harus memberikan yang terbaik untuk keberhasilan kelompoknya. Untuk mencapai
hal tersebut, guru perlu memberikan penilaian terhadap individu dan juga kelompok.
Penilaian individu bisa berbeda, akan tetapi penilaian kelompok harus sama.
c. Interaksi tatap muka (Face to face promotion Interaktion)
Pembelajaran kooperatif memberi ruang dan kesempatan yang luas kepada
setiap anggota kelompok untuk bertatap muka saling memberikan informasi dan
saling membelajarkan. Interaksi tatap muka akan memberikan pengalaman yang
berharga setiap anggota kelompok untuk bekerja sama, menghargai setiap perbedaan,

memanfaatkan kelebihan masing-masing anggota, dan mengisi kekurangan masingmasing. Kelompok belajar kooperatif dibentuk secara heterogen, yang berasal dari
budaya, latar belakang social, dan kemampuan akademik yang berbeda. Perbedaan
semacam ini akan menjadi modal utama dalam proses saling memperkaya anggota
kelompok.
d. Partispasi dan Komunikasi (Participation communication)
Kooperatif melatih siswa untuk dapat mampu berpartispasi aktif dan
berkomunikasi. Kemampuan ini penting Sebagai bekal mereka dalam kehidupan
dimasyarakat. Untuk dapat melakukan partispasi dan komunikasi, siswa perlu
dibekali

dengan

kemampuan-kemampuan

berkomunnikasi.

Misalnya,

cara

mengatakan ketidak setujuannya atau cara menyanggah pendapat orang lain secara
santun, tidak memojokkan cara meyampaikan gagasan dan ide-ide yang dianggapnya
baik dan berguna.
Keterampilan berkomunikasi memang memerlukan waktu. Siswa tak mungkin
dapat menguasainya dalam waktu sekejap. Oleh sebab itu, guru perlu terus melatih
dan melatih, sampai pada nakhirnya setiap sisa memiliki kemampuan untuk menjadi
komunikator yang baik.
4. Prosedur Pembelajaran Kooperatif
Prosedur pembelajaran kooperatif pada prinsipnya terdiri dari empat macam
(Rusman, 2011) yaitu:

a. Penjelasan Materi, tahap ini merupakan tahapan penyampaian pokok-pokok


materi pelajaran sebelum siswa belajar dalam kelompok. Tujuan tahap ini adalah
pemahaman siswa terhadap pokok materi pelajaran.
b. Belajar Kelompok, tahapan ini dilakukan setelah guru memberikan penjelasan
materi, siswa bekerja dalam kelompok yang telah dibentuk sebelumnya
c. Penilaian, penilaian dalam pembelajaran kooperatif bisa dilakukan melalui tes
atau kuis, yang dilakukan secara individu atau kelompok. Tes individu akan
memberikan penilaian kemampuan individu, sedangkan kelompok akan
memberikan penilaian pada kemampuan kelompoknya, seperti dijelaskan sanjaya
(2006:247). Hasil akhir setiap siswa adalah penggabungan keduanya dan dibagi
dua. Nilai setiap kelompok memiliki nilai sama dalam kelompoknya. Hal ini
disebabkan nilai kelompok adalah nilai bersama dalam kelompoknya yang
merupakan hasil kerja sama dalam setiap anggota kelompoknya
d. Pengakuan Tim, adalah penetapan tim yang dianggap paling menonjol atau tim
paling berprestasi untuk kemudian diberikan penghargaan hadiah, dengan harapan
dapat memotivasi tim untuk terus berprestasi lebih baik lagi. Menurut Sanjaya
(2012)
5. Tujuan Pembelajaran Kooperatif
Tujuan pokok dari pembelajaran kooperatif memaksimalkan belajar siswa
untuk meningkatkan prestasi akademik dan pemahaman baik secara individu maupun
secara kelompok (sanjaya 2012). Penerapan belajar koooperatif dapat mengurangi
kesenjangan pendidikan khususnya dalam wujud input pada level individual.
Disamping itu, belajar kooperatif dapat mengembangkan solidaritas sosial dikalangan
siswa. Dengan belajar kooperatif, diharapkan kelak akan muncul generasi baru yang

memiliki prestasi akademik yang cemerlang dan memiliki solidaritas yang kuat
(Zamroni, 2000 dalam Trianto, 2011:57).
Model Cooperative learning membutuhkan pasrtispasi dan bekerja sama
dalam kelompok pembelajaran. Cooperative learning dapat meningkatkan cara siswa
belajar menuju belajar yang lebuh baik, sikap tolong-menolong dalam beberapa
prilaku sosial. Tujuan utama dalam pembelajaran Cooperative learning adalah agar
peserta didik dapat belajar secara berkelompok bersama teman-temannya dengan cara
saling menghargai pendapat dan memberikan kesempatan kepada orang lain untuk
mengemukakan gagasannya dengan menyampaikan

pendapat mereka secara

berkelompok (Isjono 2011).


Ada tiga konsep sentral yang menjadi karakteristik cooperative learning
(Slavin dalam Isjono 2011).
a. Penghargaan kelompok
Cooperative learning

menggunakan

tujuan-tujuan

kelompok

untuk

memperoleh penghargaan kelompok. Penghargaan kelompok diperoleh jika


kelompok mencapai skor diatas kriteria yang ditentukan. Keberhasilan kelompok
didasarkan pada penampilan individu sebagai anggota kelompok dalam menciptakan
hubungan antar personal yang saling mendukung, membantu, dan saling peduli.
b. Pertanggung jawaban Individu
Keberhasilan kelompok tergantung dari pembelajaran indiidu dari semua
anggota kelompok. Pertanggung jawaban menitikberatkan pada aktivitas anggota
kelompok yang saling membantu dalam belajar. Adanya pertanggung jawaban secara
individu juga menjadikan anggota siap untuk menghadapi tes dan tugas-tugas lainnya
secara mandiri tanpa bantuan teman kelompoknya.
c. Kesempatan yang sama untuk mencapai keberhasilan

cooperative learning

menggunakan metode skoring yang mencakup nilai

perkembangan berdasarkan peningkatan prestasi yang diperoleh siswa dari siswa


yang bterdahulu. Dengan menggunakan metode skoring ini setiap siswa yang
berprestasi rendah, sedang atau tinggi sama-sama memperoleh kesempatan untuk
berhasil dan melakukan yang terbaik bagi kelompoknya.
Dengan demikian siswa memungkinkan mengembangkan pengetahuan,
kemampuan, dan keterampilan secara penuh dalam suasana belajar yang terbuka dan
demokratis. siswa bukan lagi sebagai objek pembelajaran, namun bisa juga berperan
sebagai tutor sebaya bagi teman lainnya. Model pembelajaran Cooperative learning
dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran yang
penting yang dirangkum (Ibrahim, et al 2000 dalam Isjoni, 2011) yaitu:
1) Hasil belajar akademik
Selain mencakup beragam tujuan sosial, belajar kooperatif juga memperbaiki
prestasi siswa atau tugas-tugas akademis penting lainnya. Beberapa ahli berpendapat
bahwa model ini unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep sulit. para
pengembang model ini telah menunjukkan, model struktur penghargaan kooperatif
telah dapat meningkatkan nilai siswa pada belajar akademik dan perubahan norma
yang berhubungan dengan hasil belajar. Disamping itu mengubah norma yang
berhubungan dengan hasil belajar, cooperative learning dapat memberi keuntungan,
baik pada siswa kelompok bawah maupun kelompok atas yang bekerja sama
menyelesaikan tugas-tugas akademiknya.
2) Penerimaan terhadap Perbedaan individu
Tujuan Pembelajaran kooperatif adalah penerimaan secara luas dari orangorang yang berbeda berdasarkan ras, budaya, kelas sosial, kemampuan dan ketidak

mampuannya. Pembelajaran kooperatif memberi peluang bagi siswa dari berbagai


latar belakang dan kondisi untuk bekerja dengan saling bergantung pada tugas-tugas
akademik dan melalui struktur penghargaan kooperatif akan belajar saling
menghargai satu sama lain.
3) Pengembangan keterampilan sosial
Tujuan penting ketiga pembelajaran kooperatif adalah mengajarkan kepada
siswa keterampilan bekerja sama dan kolaborasi. Keterampilan-keterampilan sosial
penting dimiliki siswa, sebab saat ini banyak anak muda masih kurang dalam
keterampilan sosial.
6. Sintaks Model Pembelajaran Kooperatif
Sintak model pembelajaran Kooperatif terdiri dari 6 fase, Keenam tahap
model pembelajaran kooperatif itu dirangkum pada Tabel 2.1 berikut ini:
Tabel 2.1 Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif

Fase-Fase
Fase 1:Present goal and set
Menyampaikan
tujuan

dan

mempersiapkan peserta didik


Fase 2: Present Information
Menyajikan Informasi
Fase 3: Organize Student into learning
teams
Mengorganisasikan

peserta

didik

dalam tim-tim belajar


Fase 4:Assist team work and study
Membantu kerja tim dan belajar

ke

Prilaku guru
Menjelaskan tujuan-tujuan pelajaran
dan mempersiapkan peserta didik siap

belajar
Mempersetasikan

peserta didik secara verbal


Memberikan penjelasan kepada peserta

informasi

kepada

didik tentang tata cara pembentukkan


tim belajar dan membantu kelompok
melakukan transisi yang efesien.

Membantu tim-tim belajar selama


peserta didik mengerjakan tugasnya

Lanjutan Tabel 2.1


Fase-Fase
Fase 5: Test on the Materials
Mengevaluasi

Prilaku guru
Menguji pengetahuan peserta didik
Mengenai berbagai materi belajar atau
kelompok-kelompok mempersentasikan

Fase 6: Privide recoginition


Memberikan

pengakuan

penghargaan

atau

hasil-hasil kerjanya
Mempersiapkan cara untuk mengakui
usaha dan prestasi individu maupun
kelompok

Sumber: Suprijono, 2009:65


Fase Pertama; guru mengklarifikasi maksud tujuan pemnbelajaran kooperatif.
Hal ini penting untuk dilakukan karena peserta didik harus memahami dengan jelas
prosedur dan aturan dalam pembelajaran. Fase Kedua; guru menyampaikan
informasi, sebab informasi ini merupakan isi akademik. Fase ketiga; kekakacauan
bisa terjadi pada fase ini, oleh sebab itu transisi pembelajaran dari dan ke kelompokkelompok belajar harus di orkestrasi dengan cermat. Guru harus menjelaskan bahwa
peserta didik harus saling bekerja sama dalam kelompok. Penyelesaian tugas
kelompok harus merupakan tujuan kelompok. Pada fase ketiga ini jangan sampai ada
free-rider atau anggota yang hanya menggantungkan tugas kelompok kepada individu
lainnya. Fase keempat; guru perlu mendampingi tim-tim belajar mengingatkan tugastugas yang dikerjakan peserta didik dan waktu yang dialokasikan. Fase ini, bantuan
yang dapat diberikan guru dapat berupa petunjuk, pengarahan, atau meminta
beberapa peserta didik mnegulangi hal-hal yang sudah ditunjukkannya. Fase kelima;

guru melakukan evaluasi dengan menggunakan strategi evaluasi yang dengan


konsisten dengan tujuan pembelajaran. Fase keenam; guru mempersiapkan struktur
reward bersifat Individualistis, kompetitif, dan kooperatif.
7. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS)
Strategi think pair share atau berpikir berpasangan berbagi adalah merupakan
jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi
siswa. Strategi think pair share ini dikembangkan dari penelitian belajar kooperatif
dan waktu tunggu. Pertama kali dikembangkan oleh Frank lyman dan koleganya di
Universitas Maryland. Salah satu keunggulan dari metode TPS adalah mudah untuk
diterapkan pada tingkat kemampuan berpikir dalam seiap kesempatan. Siswa diberi
waktu lebih banyak berpikir, menjawab, dan saling membantu satu sama lain.
Prosedur yang digunakan sangat sederhana yaitu dengan bertanya dengan teman
sebaya atau kelomponya untuk mendapatkan kejelasan terhadap apa yang telah
dijelaskan oleh guru bagi siswa akan lebih mudah dipahami. Diskusi dalam kelompok
kecil ini akan lebih efektif untuk memudahkan siswa dalam memahami materi untuk
memecahkan permasalahan (laura, 2001 dalam septriana dkk, 2006).
Think pair share yang dikembangkan oleh

Kagan

ini

mengajarkan siswa untuk lebih mandiri dalam mengerjakan soalsoal yang diberikan sehingga dapat membangkitkan rasa percaya
diri siswa, dimana siswa dapat bekerja sama orang lain dalam
kelompok kecil yang heterogen (Lie, 2002 dalam rosmaini dkk).

Think pair share merupakan suatu cara yang efektif untuk membuat variasi
suasana pola diskusi dikelas. Dengan asumsi bahwa semua resitasi atau diskusi
membutuhkan pengaturan untuk mengendalikan kelas secara keseluruhan, dan
prosedur yang digunakan dalam think pair share dapat memberi siswa lebih banyak
berpikir, untuk merespon dan saling membantu. Guru memperkirakan hanya
melengkapi penyajian singkat atau siswa membaca tugas, atau situasi yang menjadi
tanda tanya.
Siswa dilatih bernalar dan dapat berpikir kritis untuk memecahkan masalah
yang diberikan oleh guru. Guru juga memberikan kesempatan siswa untuk menjawab
dengan asumsi pemikirannya sendiri, kemudian berpasangan untuk mendiskusikan
hasil jawabannya kepada teman sekelas untuk dapat didiskusikan dan dicari
pemecahannya bersama-sama sehingga terbentuk suatu konsep.
Keunggulan dari pembelajaran kooperatif seperti think pair share ialah dapat
meningkatkan rasa toleransi, memperluas wawasan, meningkatkan keterampilan
proses, mendorong siswa untuk identifikasi masalah sendiri, dan mengutarakannya,
peningkatan

kemampuan

dalam

kepemimpinan,

organisasi

dan

inisiatif,

meningkatkan pemahaman terhadap latar belakang yang berbeda. Kesulitannya


adalah situasi tempat duduk yang sulit diatur dan banyak menyita waktu
pembelajaran. Dalam pembelajaran biologi dengan model pembelajaran kooperatif
tipe think pair share diharapkan siswa aktif, sehingga berakibat ingatan siswa
mengenai apa yang dipelajarinya akan lebih lama.

Langkah-langkah model pembelajarn kooperatif tipe think pair share sebagai


berikut;
a. Langkah 1 : berpikir (Thinking) Guru mengajukan suatu pertanyaan atau masalah
yang dikaitkan dengan pelajaran, dan meminta siswa menggunakan waktu
beberapa menit untuk berpikir sendiri jawaban atau masalah.
b. Langkah 2; Berpasangan (Pairing) Selanjutnya guru meminta siswa untuk
berpasangan dan mendiskusikan apa yang telah mereka peroleh. Interaksi selama
waktu yang disediakan dapat menyatukan jawaban jika suatu pertanyaan yang
diajukan atau menyatukan gagasan apabila suatu masalah khusus yang
diidentifikasi. Secara normal guru memberi waktu tidak lebih dari 4 atau 5 menit
untuk berpasangan
c. Langkah 3 : Berbagi (sharing). Pada langkah akhir ini guru meminta kepada
pasangan untuk berbagi dengan keseluruhan kelas yang telah mereka bicarakan.
Hal ini efektif untuk berkeliling ruangan dari pasangan ke pasangan dan
melanjutkan sampai sekitar sebagian pasangan mendapat kesempatan untuk
melaporkan (Arends, 1997 disadur Tjokrodihardjo, 2003 dalam Komalasari,
2011:65).
Adapun langkah-langkah pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe think pair
share, yaitu:

Tabel 2.2
Fase

Model Pembelajaran Kooperatif dengan Tipe Think Pair Share


Model Kooperatif Think pair share

Fase 1

Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa

Fase 2

Menyajikan informasi

Fase 3

Mengorganisasikan siswa kedalam kelompok belajar

Fase 4

Membimbing kelompok bekerja dan belajar

a. Mengajukan suatu permasalahan


b. Berpikir individu (think)
c. Berpikir bersama dalam bentuk pasangan (pair)
Fase 5

Presentasi (share)

Fase 6

Memberikan penghargaan
Sumber: Suprijono (2012:91)

B. Pendekatan Pemberdayaan Berpikir Melalui Pertanyaan (PBMP)


1. Pengertian Pendekatan Pemberdayaan berpikir Melalui Pertanyaan (PBMP)
Pemberdayaan Berpikir Melalui Pertanyaan (PBMP) atau TEQ (Thinking
Empowerment by Questioning) merupakan pola pembelajaran ini dikembangkan oleh
Corebima sejak tahun 1985 dan sampai sekarang masih terus dikaji melalui berbagai
penelitian, dan terbukti sangat berpotensi memberdayakan kemampuan berpikir siswa
antara lain yang dilaporkan Corebima dkk (2000) dan Corebima dkk (2004, 2005,
2006). Pada pembelajaran PBMP, tidak ada proses pembelajaran yang berlangsung
secara informatif; seluruhnya dilakukan melalui rangkaian atau jalinan pertanyaan
yang telah dirancang secara tertulis dalam lembar-lembar PBMP. Pada pembelajaran
yang didukung oleh kegiatan praktikum sekalipun, pola pembelajaran itu tetap

dipertahankan, meskipun untuk operasionalisasi kegiatan praktikum dibutuhkan pula


perintah-perintah teknis (Corebima, 2000 dalam Rehena dkk, 2010).
Pelaksanaan

pembelajaran

berupa

pembelajaran IPA bantulah mereka

PBMP

sejalan

dengan

gagasan

berpikir, bantulah mereka merumuskan

pertanyaan bantulah mereka mencari jawaban pertanyaan, kata operatif adalah


bantulah dan bukan buatkan atau ceritakan, karena peserta didik harus menjadi
partisipan pada pembelajarannya, dan bukan hanya sebagai penerima keinginan guru
(Bruce, 1996 dalam Rehena dkk, 2010).
Melalui pembelajaran dengan PBMP diharapkan dapat dikembangkan
kemampuan berpikir kritis, yang merupakan salah satu ciri dari berkembangnya
penalaran formal (Zubaidah dkk 2001). Seperti yang dikemukakan oleh Crown
(1989) bahwa kemampuan berpikir kritis dapat dikembangkan melalui berbagai
aktivitas, diantaranya melalui penciptaan pertanyaan. Penciptaan pertanyaan tersebut
dapat dilakukan bersama-sama guru dan siswa. Hal tersebut tidak dapat terjadi secara
otomatis. Guru harus mempersiapkannya, baik untuk dirinya sendiri maupun untuk
siswanya. Guru harus menjadi katalisator dalam penciptaan pertanyaan-pertanyaan.
Pertanyaan-pertanyaan yang bersifat terbuka dan divergen akan menimbulkan respon
dari siswa dan dapat menunjang perkembangan berpikir kritis.
Pertanyaan adalah pembangkit motivasi yang dapat merangsang peserta didik
untuk berpikir. Melalui pertanyaan peserta didik didorong untuk mencari dan
menemukan jawaban yang tepat dan memuaskan. Dalam mencari dan menemukan itu
itu ia berpikir menghubung-hubungkan bagian pengetahuan yang ada pada dirinya

dengan isi pertanyaan itu. Jawaban yang dapat segera diperoleh jika isi pertanyaan
banyak kaitannya dengan pengetahuan yang ada pada dirinya. Jika jawaban yang
diminta belum siap dimilikinya, maka hal ini mendorongnya untuk menemukannya.
ia akan menjelajahi data-data jawaban melalui berbagai cara yang tepat. Proses yang
dilakukan adalah dengan membaca, meneliti atau diskusi. Membaca informasi dari
berbagai sumber adalah salah satu teknik untuk menemukan jawaban. Penelitian
dilaboraturium, dilapangan, di musium, atau ditempat-tempat sumber belajar lainnya
juga merupakan cara untuk menemukan jawaban. Jika pencarian jawaban dilakukan
melalui penelitian atau membaca informasi atau berbagai sumber sebanyakbanyaknya maka guru telah berhasil menciptakan suasana belajar yang baik. Kegiatan
belajar seperti ini sangat membantu dalam membina manusia seutuhnya (Sagala
2009:203).
Selain

para

siswa

mencoba

menjawab

pertanyaan-pertanyaan

atau

memecahkan masalah, mereka juga diharapkan termotivasi untuk menciptakan


pertanyaan. Disamping siswa aktif menjawab pertanyaan-pertanyaan dalam pola
PBMP, ternyata hal tersebut memacu timbulnya pertanyaan-pertanyaan. Hal tersebut
nampaknya berhubungan dengan semakin berkembangnya penalaran siswa
2. Manfaat Pendekatan Pemberdayaan berpikir Melalui Pertanyaan (PBMP)
Teori-teori atau saran-saran berdasarkan hasil suatu penelitian telah banyak
dilontarkan untuk meningkatkan kemampuan berpikir siswa (corebima, 2004 dalam

Kurniasari, 2011). Ada beberapa pendapat ahli-ahli berikut mengenai pemahaman


dari bertanya dan berpikir pada pembelajaran yaitu :
a. Pertanyaan-pertanyaan dapat melatih siswa untuk berpikir kreatif (Piaget dalam
Corebima, 2004 dalam Kurniasari, 2011)
b. Pertanyaan mempunyai banyak kegunaan diantaranya dapat memotivasi siswa,
membantu siswa berpikir runtut, menemukan minat, melatih mengekspresiskan
sesuatu, mengembangkan kemampuan berpikir, dan sebagainya (Martin dalam
Corebima, 2004 dalam Kurniasari, 2011)
c.

Pertanyaan dapat dipakai untuk memfasilitasi pengelolaan kelas atau


memfokuskan perhatian siswa, mengemukakan arah mencek pemahaman dan
untuk meningkatkan proses berpikir siswa (Pasch dalam Corebima, 2004 dalam
Kurniasari, 2011)

d. Pertanyaan dapat dimanfaatkan untuk merangsang kemampuan siswa dalam


mengemukakan opini atau memberikan penilaian tentang nilai-nilai dalam
masyarakat (Wassermann dalam Corebima, 2004 dalam Kurniasari, 2011)
e. Salah satu cara yang paling mudah untuk menantang pola berpikir adalah dengan
pertanyaan-pertanyaan. Guru tidak dapat mengajarkan kreatifitas tetapi dapat
memacu dan memfasilitasinya dengan meningkatkan dan mengembangkan
pertanyaan-pertanyaan (Alindada dalam Corebima, 2004 dalam Kurniasari, 2011)
f. Pertanyaan merupakan alat yang dapat dipergunakan untuk meningkatkan
kemampuan kognitif siswa dan dapat dicapai melalui rangsangan berbagai
pertanyaan (Theo dalam Corebima, 2004 dalam Kurniasari, 2011).

g. Bertanya dipandang sebagai kegiatan guru dalam mendorong, membimbing, dan


menilai kemampuan berpikir siswa (Trianto, 2011)
Dalam sebuah pembelajaran yang produktif,

kegiatan bertanya banyak

memiliki fungsi (Trianto, 2011)


1) Menggali informasi, baik administrasi maupun akademis
2) Mengecek pemahaman siswa
3) Membangkitkan respon
4) Mengetahui sejauh mana keingintahuan siswa
5) Mengetahui hal-hal yang sudah diketahui siswa
6) Memfokuskan perhatian siswa pada sesuatu yang dikehendaki guru
7) Membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan dari siswa
8) Menyegarkan kembali pengetahuan siswa
3. Langkah-langkah Pengembangan Pendekatan Pemberdayaan berpikir
Melalui Pertanyaan (PBMP)
Pengembangan PBMP meliputi; 1) telaah silabus, 2) pengembangan materi,
pendekatan, strategi, dan metode pembelajaran, 3) pengembangan lembar PBMP bagi
siswa dalam pembelajaran (Corebima, 2001 dalam Zubaidah).
Menurut Corebima (2001) dalam pengembangan PBMP harus melalui tiga tahap,
yang akan dikemukakan lebih lanjut.
A. Telaah kurikulum (modifikasi: Corebima, 2001) Pada tahap ini buku kurikulum harus
benar-benar dicermati, agar perencanaan lembar PBMP dan pelaksanaannya selalu

mengacu kepada kurikulum. Bagian yang harus dicermati adalah subkonsep, tujuan serta
gambaran umum pembelajaran.
B. Pengembangan materi, pendekatan, strategi, dan metode pembelajaran secara umum
perencanaan pembelajaran, pelaksanaan, materi pembelajaran, pendekatan strategi dan
metode pembelajaran harus selalu mengacu kepada tujuan pembelajaran yang terdapat
dalam kurikulum.
C. Pengembangan lembar PBMP bagi siswa dalam pembelajaran struktur umum lembar
siswa yang tersusun adalah Sediakan, Lakukan, Renungkan, Pikirkan (Ringkasan),
Evaluasi dan Arahan. Lakukan meliputi kegiatan, penulisan hasil pengamatan, dan
renungkan, pada bagian kegiatan, tersusun kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan oleh
siswa yang bisa berupa tanya jawab atau suatu prosedur kerja pengamatan dengan aneka
hal lain, termasuk yang ada dalam masyarakat (kenyataan di lingkungan) atau juga
merupakan perluasan pikiran terhadap data pengamatan. Pada bagian Renungkan berisi
kaitan antara data pengamatan dan aneka hal lain termasuk yang ada dalam masyarakat
atau merupakan perluasan pikiran terhadap pengamatan. Pada bagian Pikirkan
(Ringkasan) merupakan bagian yang berisi tentang kesimpulan-kesimpulan yang
diperoleh dari bagian Renungkan. Pada bagian Pikirkan inilah suatu konsep
pengetahuan terbentuk secara sempurna. Bagian Evaluasi berisi tentang pertanyaan yang
bertujuan untuk memantapkan konsep yang diperoleh siswa. Hal ini bisa dilakukan
dengan menerapkan/mengaitkan konsep tersebut pada fenomena yang terjadi dalam
kehidupan sehari-hari.

Pada seluruh bagian mulai dari awal hingga akhir lembar PBMP (evaluasi),
tidak ada penyampaian informasi berupa kalimat informatif; seluruhnya berupa
kalimat tanya dan kalimat perintah. Kalimat perintah antara lain digunakan pada

bagian cara kerja ataupun bagian lain jika diperlukan. Berikut ini dikemukakan
beberapa karakteristik lembar PBMP lain yang selalu diperhatikan pada
pengembangan lembar PBMP bagi siswa dalam pembelajaran.
1)
2)
3)
4)

Gramatika Bahasa Indonesia harus selalu dipakai dan digunakan dengan benar.
Pertanyaan dapat diupayakan agar dimulai dari konsep besar ke yang kecil.
Jalinan antar pertanyaan ditata secara logis.
Pertanyaan tentang hal yang sama dapat diulang dan dirumuskan dari sudut

pandang berbeda-beda.
5) Satu konsep dan subkonsep dikaji sebanyak-banyaknya sesuai tingkat
perkembangan. Pertanyaan lain terkait dikembangkan dan diutamakan yang terkait
dengan pengalaman dan kehidupan sehari-hari.
6) Pertanyaan di bagian awal tidak perlu harus langsung dijawab. Dalam hal ini jika
misalnya pertanyaan no. 1 tidak dapat dijawab, maka dilanjutkan dengan upaya
menjawab pertanyaan no. 2; dan jika pertanyaan no. 2 itu juga belum dapat
dijawab, maka pertanyaan no. 3 akan coba dijawab dan seterusnya. Apabila
pertanyaan no.5 berhasil dijawab, maka sebenarnya dalam waktu singkat
pertanyaan no. 4, 3, 2, dan 1 akan terjawab dengan sendirinya. Hal ini akan terjadi
dengan lancar, jika jalinan antar pertanyaan ditata dengan baik dan logis,
disamping memperhatikan konsistensi pola pertanyaan misalnya yang dimulai dari
konsep besar ke yang kecil, serta beberapa hal teknis yang telah dikemukakan.
Atas dasar beberapa karakter pertanyaan yang telah dikemukakan terlihat jelas
bahwa pada pembelajaran yang menggunakan pola PBMP, kegiatan berpikir didorong
secara maksimal. Melalui upaya ini yang dilakukan secara terus-menerus diyakini
bahwa siswa akan terampil berpikir.

4. Sintaks Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair share (TPS) dengan


Pendekatan Pemberdayaan Berpikir Melalui Pertanyaan (PBMP)
Untuk mengetahui sintaks dari gabungan pola PBMP dalam Pembelajaran
Kooperatif think pair share, disajikan sebuah skema dibawah ini:
(PBMP) dibagi sebelum Pembelajaran & Penugasan Siswa untuk
membaca sumber dan membuat ringkasan hasil bacaaan
Pelaksanaan praktikum/Demonstrasi (jika ada) oleh kelompok
Besar (heterogen)
Penugasan Siswa mengerjakan secara cepat seluruh LKS
(PBMP) secara Individual (Think)
Penugasan Siswa untuk melakukan diskusi berpasangan (Pair)
Penugasan Siswa untuk melakukan diskusi persentasi tentang
hasil diskusi
Tanya
jawab
Gambarberpasangan
2.1 Sintaks/diskusi
gabungan
TPS
dan(Share)
PBMP

(Sumber: Corebima dalam Kristiani, 2009)


Adapun gambaran perbandingan antara sintaks PBMP, sintaks Think pair share
(TPS) dan sintaks gabungan pola PBMP dalam think pair share (TPS) dapat dilihat pada tabel
2.3 berikut.

Tabel 2.3 Perbandingan antara sintask PBMP, sintaks TPS dan Sintaks gabungan Pola
PBMP dalam pembelajaran kooperatif Think pair share
Sintaks PBMP

Sintaks Think Pair Share


(TPS)

Sintaks Gabungan PBMP dan


Think Pair Share (TPS)

1.Sediakan
1. Tahap persiapan
1. Tahap Persiapan
Guru adalah membuat pembagian tugas kepada
Siswa
menyediakan
siswa 1 minggu sebelum
silabus RPP, Buku siswa,
alatdan bahan sesuai
pembelajaran dimulai dan
LKS
dan system
dengan perintah pada
meminta siswa untuk
penilaian,
desain
bagian sediakan pada
membaca
artikel
dan
pembelajaran,
lembar PBMP dengan
bahan referensi lain untuk
menyiapkan tugas siswa
topic
yang
akan
menunjang pembelajaran
dan membagi siswa
dibahas
pada
pertemuan
dalam
beberapa
sebelumnya

kelompok.
2. Lakukan
2. Tahap
presentasi 2. Tahap Presentasi guru
guru
Siswa
melakukan
kegiatan mulai dari Guru menyampaikan Guru menyampaikan
indikator pembelajaran
indikator pembelajaran,
pengamatan, mencatat
dan ceramah singkat
memberikan
hasil,
dan
juga

Guru menggali
pengetahuan
awal
melakukan
kegiatan
pengetahuan awal siswa
tentang materi yang
tanya jawab seperti
dengan melakukan tanya
akan dipelajari dengan
perintah-perintah yang
jawab. Dari tanya jawab
melakukan tanya jawab
ada
pada
lembar
tersebut, siswa termotivasi
dan
ceramah,
untuk membahas materi
PBMP. Siswa juga
pencemaran.
mengerjakan
bagian

mengenalkan
dan

Guru mengenalkan dan


Renungkan
yang
menjelaskan tentang
menjelaskan
tentang
merupakan perluasan
penerapan pola PBMP
model
pembelajaran
pikiran terhadap data
melalui Think pair share
kooperatif Think Pair
amatan.

pembagian kelompok
Share sesuai dengan
berdasarkan kemampuan
rencana pembelajaran
akademik dan
yang telah dibuat.
heterogenitas jenis
kelamin

Lanjutan Tabel 2.3 Perbandingan antara sintask PBMP, sintaks TPS dan
Sintaks gabungan Pola PBMP dalam pembelajaran kooperatif Think
pair share
Sintaks PBMP

Sintaks Think Pair Share


(TPS)

Sintaks Gabungan PBMP dan Think


Pair Share (TPS)

3. Pikirkan
Berisi kesimpulan dari
konsep dan subkonsep.
Konsep itu didirikan atas
dasar data amatan
maupun butir-butir
pikiran pada bagian
Renungkan

3. Tahap kegiatan
kelompok
Diskusi kelompok awal
tentang lembar-lembar
kegiatan dari guru
Diskusi kelompok dan
guru meminta siswa
untuk berpasangan dan
mendiskusikan apa
yang mereka peroleh.
Diskusi kelompok : dua

3. Tahap kegiatan kelompok


diskusi kelompok awal
penyelesaian seluruh pertanyaanpertanyaan pada lembar PBMP
secara individu (think)
setiap individu dalam
kelompoknya membahas semua
permasalahan yang muncul
(think).
Selanjutnya dua orang siswa
dalam satu kelompok kembali

4. Evaluasi
Berisi pertanyaan untuk
menganalisis sejauh
mana konsep atau
subkonsep tersebut telah
dikuasai oleh siswa

orang anggota
kelompok bergabung
kembali ke
kelompoknya secara
keseluruhan dan
melaporkan hasil tukar
informasi (mengenai
lembar-lembar kegiatan
yang telah diberikan
guru) dan saling
mencocokkan dan
membahas hasil kerja
siswa.
4. Tahap Formalisasi
Salah satu kelompok
mempresentasikan hasil
diskusi kelompoknya
untuk dikomunikasikan
atau didiskusikan
dengan kelompok
lainnya. Kemudian
guru membahas dan
mengarahkan siswa ke
bentuk formal.

berpsangan tukar informasi dari


informasi yang diperoleh secara
individu (Pair)
Selanjutnya siswa dalam satu
kelompok (2 orang) bergabung
secara keseluruhan dengan
kelompoknya ( 2orang lainnya)
dan menyelesaikan secara
bersama-sama permasalahan
yang belum terpecahkan dan
memberikan kesimpulan (Pair)

4. Tahap Formalisasi
salah siswa dalam kelompoknya
mempresentasikan hasil
diskusinya tentang pertanyaanpertanyaan yang terdapat pada
PBMP (renungkan, pikirkan,
evaluasi) (share)

Lanjutan Tabel 2.3 Perbandingan antara sintask PBMP, sintaks TPS dan
Sintaks gabungan Pola PBMP dalam pembelajaran kooperatif Think pair share
Sintaks PBMP

Sintaks Think Pair Share


(TPS)

Sintaks Gabungan PBMP dan Think


Pair Share (TPS)

kelompok yang lain bisa


menambahkan, menyanggah
dan mengajukan pertanyaan
kepada kelompok tersebut.
Dalam kegiatan diskusi kelas
ini diharapkan dapat
merangsang siswa untuk
menganalisis lebih lanjut
konsep-konsep yang telah
siswa diskusikan pada tahap

kegiatan kelompok.
5. Arahan
Berisi petunjuk yang
meminta siswa untuk
mencari jawaban atas
pertanyaan yang ada pada
lembar PBMP

Guru memberikan
evaluasi berupa kuis

Guru memberikan arahan untuk


menjawab semua pertanyaan
pada lembar PBMP lalu
dilakukan evaluasi pada siswa
berupa tes.

(Modifikasi dari Kurniasari, 2011)

C. Beberapa Penelitian Sebelumnya


Nurfahtuhrama (2012:28) dalam hasil penelitiannya pengembangan Perangkat
pembelajaran kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS) dengan Metode Resitasi pada
materi system Eksresi untuk siswa kelas XI. Hasil penelitiannya bahwa kualitas
perangkat pembelajaran (RPP, buku siswa, dan Lks) yang digunakan memenuhi
kriteria Valid, praktis, dan efektif. Dilihat dari ketercapaian penguasaan materi system
ekskresi dari 34 siswa yang tuntas dengan persentase 87,18% siswa yang mencapai
ketuntasan klasikal dari 39 siswa.hasil ini menujukkan bahwa secara klasikal siswa
yang mencapai ketuntasan dalam belajarnya yaitu lebih dari 85% mencapai standar
ketuntasan minimal (KKM=70). Dan respon siswa terhadap perangkat pembelajaran,
meliputi buku siswa (respon sangat positif 58,97%,, respon positif 41,03%), LKS
(respon sangat positif 25,64%, respon positif 74,35%), dan penerapan pembelajaran
kooperatif tipe think-pair-share dengan metode resitasi berada pada (respon sangat
positif (43,58%, respon positif, 56,41%)

Nurmaisah (2010) dalam penelitiannya Pengaruh peta pikiran (Mind Map)


dipadu dengan pola PBMP (Pemberdayaan Berpikir Melalui Pertanyaan) disimpulkan
bahwa dari hasil analisis dapat diketahui hasil belajar siswa menggunakan peta
pikiran (Mind Map) dipadu dengan pola PBMP (Pemberdayaan Berpikir Melalui
Pertanyaan) lebih baik dari pada hasil siswa yang tidak menggunakan peta pikiran
(Mind Map ) dengan pola PBMP (Pemberdayaan Berpikir Melalui Pertanyaan),
seperti yang terdapat pada hasil akhir dengan materi pengelolaan lingkungan, kelas
VII-3 (eksperimen 1) adalah kelompok yang menggunakan peta pikran (Mind Map)
dipadu dengan pola Pemberdayaan Berpikir Melalui Pertanyaan (PBMP), diperoleh
nilai yang lebih tinggi dibandingkan kelas VII-1 (kelas kontrol) memperoleh nilai
yang lebih rendah yaitu 79.00. Demikian pula pada kelas VII-2 (eksperimmen 2)
dengan menggunakan peta pikiran (Mind Map) memperoleh nilai yang paling tinggi
dibandingkan dengan kelas VII-1 ( kelas kontrol) yaitu 80.00 tetapi nilai tersebut
tidak seberapa berpengaruh jika dibandingkan dengan kelompok kontrol. Sedangkan
pada kelas VII-2 (eksperimen 2) dan VII-3 (eksperimen 1) diperoleh nilai paling
tinggi yaitu pada kelas VII-3 (ekseperimen 1) yang menggunakan peta pikiran (Mind
Map) dengan pola PBMP (Pemberdayaan Berpikir Melalui Pertanyaan) dengan nilai
rata-rata 90.00.
D. Pengembangan Perangkat Pembelajaran
1. Perangkat Pembelajaran
Pengembangan perangkat pembelajaran adalah serangkaian proses atau
kegiatan yang dilakukan untuk menghasilkan sesuatu perangkat pembelajaran.

Perangkat pembelajaran yang digunakan dalam mengelola proses belajar mengajar


dapat berupa silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), Lembar Kegiatan
SIswa (LKS), Instrumen evaluasi atau tes hasil belajar (THB), Media Pembelajaran,
serta buku ajar siswa, (Ibrahim, 2003:3 dalam Trianto, 2011) Namun dalam penelitian
ini yang akan dikembangkan adalah RPP, LKS, dan Buku Siswa.
a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) merupakan penjabaran dari silabus
yang telah disusun pada langkah sebelumnya. Di dalam RPP tercermin kegiatan yang
dilakukan guru dan peserta didik untuk mencapai kompetensi yang telah ditetapkan.
Dalam pengertian lain rencana pelaksanaan pembelajaran adalah

rencana yang

menggambarkan prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai satu


kompetensi dasar yang ditetapkan dalam standar isi dan dijabarkan dalam silabus.
Lingkup rencana pembelajaran paling luas mencakup 1 (satu) kompetensi dasar
terdiri dari 1 (satu) indikator atau beberapa indikator untuk 1 (satu) kali pertemuan
atau lebih (Komalasari, 2011: 193-194).
Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), yaitu panduan langkah-langkah
yang akan dilakukan dalam kegiatan pembelajaran yang disusun dalam skenario
kegiatan. Berdasarkan RPP inilah seorang guru diharapkan bisa

menerapkan

pembelajaran secara terprogram, karena itu RPP harus mempunyai

daya terap

(applicable) yang tinggi. Pada sisi lain, melalui RPP pun dapat diketahui kadar
kemampuan guru dalam menjalankan profesinya. Dalam hal ini Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP) yang berorientasi pembelajaran terpadu yang menjadi pedoman


bagi guru dalam proses belajar mengajar (Trianto, 2011).

Ditambahakan oleh

Muslich (2007) tanpa RPP perencanaan yang matang maka mustahil target
pembelajaran bisa tercapai secara maksimal. Melalui RPP akan diketahui kemampuan
guru dalam menjalankan profesinya.
Komponen-komponen penting yang ada dalam rencana pelaksanaan
pembelajaran meliputi: standar Kompetensi (SK), kompetensi dasar (KD), indikator
pencapaian hasil belajar, tujuan pembelajaran (kegiatan awal, kegiatan inti, kegiatan
akhir), metode pembelajaran, alat dan bahan serta evaluasi.
Permendiknas Nomor 41 tahun 2007 tentang standar proses dijelaskan bahwa
RPP dijabarkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan belajar peserta didik dan
upaya mencapai Kompetensi dasar. Setiap guru pada setiap satuan pendidikan
berkewajiban menyusun RPP secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran
berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi,
peserta didik untuk berpartispasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi
prakarsa, kreativitas dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan
fisik serta psikologis peserta didik.
1) Langkah-langkah menyususn RPP
a) Identitas mata pelajaran, meliputi: satuan pendidikan, kelas, semester,
program/program keahlian, mata pelajaran atau tema pelajaran, jumlah
pertemuan.
b) Standar kompetensi merupakan kualifikasi kemampuan minimal peserta didik
yang menggambarkan penguasaan pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang

diharapkan dicapai pada setiap kelas dan/atau semester pada suatu mata
pelajaran.
c)

Kompetensi dasar, adalah sejumlah kemampuan yang harus dikuasai peserta


didik dalam mata pelajaran tertentu sebagai rujukan penyusunan indikator
kompetensi dalam suatu pelajaran.

d) Indikator pencapaian kompetensi Indikator kompetensi adalah perilaku yang


dapat diukur dan/atau diobservasi untuk menunjukkan ketercapaian kompetensi
dasar tertentu yang menjadi acuan penilaian mata pelajaran. Indikator
pencapaian

kompetensi

dirumuskan

dengan

menggunakan

kata

kerja

operasional yang dapat diamati dan diukur, yang mencakup pengetahuan, sikap,
dan keterampilan.
e) Tujuan pembelajaran, menggambarkan proses dan hasil belajar yang
diharapkan dicapai oleh peserta didik sesuai dengan kompetensi dasar.
f) Materi ajar memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang relevan, dan
ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan indikator pencapaian
kompetensi.
g) Alokasi waktu ditentukan sesuai dengan keperluan untuk pencapaian KD dan
beban belajar.
h) Metode pembelajaran Metode pembelajaran digunakan oleh guru untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
mencapai kompetensi dasar atau seperangkat indikator yang telah ditetapkan.
Pemilihan metode pembelajaran disesuaikan dengan situasi dan kondisi peserta

didik, serta karakteristik dari setiap indikator dan kompetensi yang hendak
dicapai pada setiap mata pelajaran. Pendekatan pembelajaran tematik
digunakan untuk peserta didik kelas 1 sampai kelas 3 SD/MI.
i)

Kegiatan pembelajaran
a. Pendahuluan

merupakan

kegiatan

awal

dalam

suatu

pertemuan

pembelajaran yang ditujukan untuk membangkitkan motivasi dan


memfokuskan perhatian peserta didik untuk berpartisipasi aktif dalam
proses pembelajaran.
b. Kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai KD.
Kegiatan

pembelajaran

dilakukan

secara

interaktif,

inspiratif,

menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi


aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan
kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta
psikologis peserta didik. Kegiatan ini dilakukan secara sistematis dan
sistemik melalui proses eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi.
c. Penutup merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengakhiri aktivitas
pembelajaran yang dapat dilakukan dalam bentuk rangkuman atau
kesimpulan, penilaian dan refleksi, umpan balik, dan tindak lanjut.
j)

Penilaian hasil belajar Prosedur dan instrumen penilaian proses dan hasil
belajar disesuaikan dengan indikator pencapaian kompetensi dan mengacu
kepada Standar Penilaian.

k)

Sumber belajar penentuan sumber belajar didasarkan pada standar kompetensi


dan kompetensi dasar, serta materi ajar, kegiatan pembelajaran, dan indikator
pencapaian kompetensi.

2) Prinsip Penyusunan RPP


Adapun Prinsip-prinsip Penyususnan RPP (Permendiknas, 2007) adalah;
1. Memperhatikan perbedaan individu peserta didik RPP disusun dengan
memperhatikan perbedaan jenis kelamin, kemampuan awal, tingkat intelektual,
minat, motivasi belajar, bakat, potensi, kemampuan sosial, emosi, gaya belajar,
kebutuhan khusus, kecepatan belajar, latar belakang budaya, norma, nilai,
dan/atau lingkungan peserta didik.
2. Mendorong partisipasi aktif peserta didik Proses pembelajaran dirancang dengan
berpusat pada peserta didik untuk mendorong motivasi, minat, kreativitas,
inisiatif, inspirasi, kemandirian, dan semangat belajar.
3. Mengembangkan budaya membaca dan menulis Proses pembelajaran dirancang
untuk mengembangkan kegemaran membaca, pemahaman beragam bacaan, dan
berekspresi dalam berbagai bentuk tulisan
4. Memberikan umpan balik dan tindak lanjut RPP memuat rancangan program
pemberian umpan balik positif, penguatan, pengayaan, dan remedial.
5. Keterkaitan dan keterpaduan RPP disusun dengan memperhatikan keterkaitan dan
keterpaduan antara SK, KD, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran,
indikator pencapaian kompetensi, penilaian, dan sumber belajar dalam satu
keutuhan pengalaman belajar. RPP disusun dengan mengakomodasikan
pembelajaran tematik, keterpaduan lintas mata pelajaran, lintas aspek belajar, dan
keragaman budaya.

6. Menerapkan teknologi informasi dan komunikasi RPP disusun dengan


mempertimbangkan penerapan teknologi informasi dan komunikasi secara
terintegrasi, sistematis, dan efektif sesuai dengan situasi dan kondisi.
b. Buku Siswa
Buku siswa (modul,diktat) merupakan buku panduan bagi siswa dalam
kegiatan pembelajaran yang memuat materi pelajaran, kegiatan penyelidikan
berdasarkan konsep, kegiatan Sains, informasi, dan contoh-contoh penerapan sains
dalam kehidupan sehari-hari.
Selain itu, buku bacaan siswa ini juga sebagai panduan belajar baik dalam
proses pembelajaran dikelas maupun belajar mandiri. Materi ajar berisikan garis besar
bab, kata-kata sains yang dapat dibaca uraian materi pelajaran, tujuan yang memuat
tujuan yang hendak dicapai setelah mempelajari materi ajar, materi pelajaran berisi
uraian materi yang harus dipelajari, bagan atau gambar yang mendukung ilustrasi
pada uraian materi, kegiatan percobaan menggunakan alat dan bahan sederhana
dengan teknologi sederhana yang dapat dikerjakan oleh siswa, uji diri untuk setiap
submateri pokok, dan masalah-masalah dalam kehidupan sehari-hari yang perlu
didiskusikan (Trianto, 2011:227).
Bahan atau materi pelajaran (learning materials) adalah segala sesuatu yang
menjai isi kurikulum yang harus dikuasai siswa sesuai dengan kompetensi dasar
dalam rangkah pencapaian standar kompetensi dasar setiap mata pelajaran dalam
satuan pendidikan tertentu. Materi pelajaran merupakan bagian terpenting dalam
proses pembelajaran, bahkan dalam pengajaran yang berpusat pada materi pelajaran
(subject-centered-teaching),

materi

pelajaran

merupakan

inti

dari

kegiatan

pembelajaran. Menurut subject centered teahing keberhasilan suatu proses


pembelajaran ditentukan oleh seberapa banyak siswa dapat menguasai materi
kurikulum.
Ada empat macam isi (materi pelajaran) yaitu: fakta, konsep, prosedur dan
prinsip. Fakta adalah sifat dari suatu gejala, peristiwa, benda, yang wujudnya dapat
ditangkap oleh panca indera. Fakta merupakan pengetahuan yang berhubungan
dengan data-data spesifik (tunggal) baik yang telah maupun yang sedang terjadi yang
dapat diuji atau diobservasi. Fakta merupakan materi pelajaran yang paling
sederhana, karena materi ini sifatnya hanya menggingat hal-hal yang spesifik.
Konsep adalah abstraksi kesamaan atau keterhubungan dari sekelompok
benda atau sifat. Suatu konsep memiliki bagian yang dinamakan atribut. Atribut
adalah karakteristik yang dimiliki suatu konsep. Gabungan dari berbagai atribut
menjadi suatu pembeda antara satu konsep dengan konsep lainnya.dengan demikian
pemahaman tentang data dan fakta, sebab atribut itu sendiri pada dasarnya adalah
sejumlah fakta yang terkandung dalam objek.
Prosedur adalah materi pelajaran yang berhubungan dengan kemampuan
siswa untuk menjelaskan langkah-langkah secara sistematis tentang sesuatu. misalnya
prosedur tentang langkah-langlah untuk melakukan suatu percobaan.
Hubungan antara dua atau lebih konsep yang sudah teruji secara empiris
dinamakan generalisasi yang selanjutnya dapat ditarik kedalam prinsip. Misalnya
prinsip tentang tentang penguapan, prinsip tentang radiasi dan lain sebagainya. Materi
pelajaran tentang prinsip akan lebih sulit dibandingkan dengan fakta, atau konsep.
Sebab seseorang akan dapat menarik suatu prinsip apabila sudah memahami berbagai
fakta dan konsep yang relevan (Merril, 1997 dalam sanjaya, 2008:142-143).

c. Lembar Kerja Siswa (LKS)


Lembar kegiatan siswa adalah panduan siswa yang digunakan untuk
melakukan kegiatan penyelidikan atau pemecahan masalah. Lembar kegiatan siswa
dapat berupa panduan untuk latihan pengembangan aspek kognitif maupun panduan
untuk pengembangan semua aspek pembelajaran dalam bentuk panduan eksperimen
atau demonstrasi.
Lembar kegiatan siswa (LKS) memuat sekumpulan kegiatan mendasar yang
harus dilakukan oleh siswa untuk memaksimalkan pemahaman dalam upaya
pembentukkan kemampuan dasar sesuai indikator pencapaian hasil belajar yang harus
ditempuh. Pengaturan awal (advane Organizer) dari pengetahuan dan pemahaman
siswa diberdayakan melalui penyediaan media belajar pada setiap kegiatan
eksperimen sehingga situasi belajar menjadi lebih bermakna, dan dapat terkesan
dengan baik pada pemahaman siswa. Karena nuansa keterpaduan konsep merupakan
salah satu dampak pada kegiatan pembelajaran, maka muatan materi setiap lembar
kegiatan siswa pada setiap kegiatannya diupayakan agar dapat mencerminkan hal itu.
Komponen-komponen LKS meliputi: judul eksperimen, teori singkat tentang
materi, alat dan bahan, prosedur eksperimen, data pengamatan serta pertanyaan dan
kesimpulan untuk bahan diskusi (Trianto, 2011:223).
2. Model Pengembangan Perangkat Pembelajaran
Pelaksanaan pengembangan perangkat pengajaran diperlukan model-model
pengembangan yang sesuai dengan sistem pendidikan. Sehubungan dengan itu ada
beberapa model pengembangan pembelajaran

(Sudjana 2001:92 yang dikutip

Trianto, 2011:177). Dalam pengembangan perangkat pembelajaran di kenal tiga

macam model pengembangan perangkat, yaitu model Dick-carey, Model 4-D dan
Model Kemp.
Secara umum setiap model terdiri dari 4 tahap yaitu: pertama, tahap
pendifinisian (define), yaitu tahapan yang bertujuan untuk menentukan dan
mendefinisikan kebutuhan pembelajaran; kedua, tahap perancangan (design), yaitu
perancangan prototype perangkat pembelajaran; ketiga, tahap pengembangan
(develop) yaitu bertujuan untuk menghasilkan perangkat pembelajaran; dan keempat,
tahap

penyebaran

(dessiminate),

yaitu

tahap

penggunaan

perangkat

yang

dikembangkan.
a. Model Smith dan Ragan
Patricia L.Smith dan Tilman J.Ragan (2003 dalam Pribadi, 2009:120) model
desain pembelajaran terdiri dari beearapa langkah dan prosedur sebagai berikut
1. Analisis lingkungan belajar
Analisis lingkungan belajar meliputi prosedur menetapkan kebutuhan akan
adanya proses poembelajaran dan lingkungan tempat program pembelajaran akan
dimplementasikan. Tahap ini digunakan untuk mengetahui dan mengidentifikasi
masalah-masalah dalam pembelajaran.
2. Analisis karakteristik siswa
Analisis karakteristik siswa meliputi aktivitas atau prosedur untuk
mengidentifikasi dan menentukan karakteristik siswa yang akan menempuh program
pembelajaran yang didesain. Karakteristik siswa yang akan menempuh program
pembelajaran meliputi kondisi social ekonomi, penguasaaan isi atau materi pelajaran,
dan gaya belajar
3. Analisis tugas Pembelajaran
Analisis tugas pembelajaran atau disebut juga dengan istilah task analysis
merupakan langkah yang dilakukan untuk membuat deskripsi tugas-tugas dan

prosedur yang perlu dilakukan oleh individu untuk mencapai tingkat kompetensi
dalam melakukan suatu jenis pekerjaan. Analisis tugas perlu dilakukan untuk
menetapkan tujuan-tujuan pembelajaran sfesifik yang perlu dimiliki oleh pembelajar
untuk mencapai tingkat kompetensi dalam melakukan pekerjaan.
4. Menulis butir soal
Menulis butir-butir dilakukan untuk menilai apakah program pembelajaran
yang dirancang dapat membantu siswa dalam mencapai kompetensi atau tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan. Butir-butir tes yang ditulis harus bersifat valid
dan reliable agar dapat digunakan untuk menilai kemampuan atau kompetensi siswa
dalam mencapai tujuan pembelajaran.
5. Menentukan strategi pembelajaran
Menentukan strategi pembelajaran dilakukan untuk mengelola program
pembelajaran yang didesain agar dapat membantu siswa dalam melakukan proses
pembelajaran yang bermakna.
6. Memproduksi program pembelajaran
Memproduksi program pembelajaran mempunyai makna adanya proses atau
aktivitas dalam menerjemahkan desain sistem pembelajaran yang telah dibuat
kedalam bahan ajar atau program pembelajaran. Program pembelajaran merupakan
output dari desain sistem pembelajaran yang mencakup deskripsi tentang kompetensi
atau tujuan, metode, media, strategi, dan isi atau materi pmbelajaran, serta evaluasi
hasil belajar.
7. Melaksanakan evaluasi formatif
Melakukan evaluasi formatif untuk menemukan kelmahan-kelemahan dari
draf bahan ajar yang telah dibuat untuk segera direvisi agar menjadi program

pembelajaran yang efektif, efesien, dan menarik. Evaluasi formatif pada umumnya
dilakukan terhadap prototype program pembelajaran yang sedang dikembangkan.
8. Merevisi program pembelajaran
Merevisi program pembelajaran dilakukan terhadap kelemahankelemahan
yang masih terlihat pada rancangan atau draf program pembelajaran. Dengan
melakukan revisi terhadap draf program pembelajaran maka program tersebut
diharapkan dapat menjadi program pembelajaran berkualitas, yaitu pembelajaran
yang efektif, efesien, dan menarik.
Analisis
Lingkungan belajar
Penulisan butir
Siswa
tes
Tugas Belajar
Pemilihan&
Strategi
produksi bahan ajar
Penyusunan
Penyampaian
REVISI
Pengelolaan
EvaluasiGambar: 2.2 Model Smith dan Ragan (sumber: Pribadi, 2010)
Formatif

b. Model Pengembangan Perangkat Pembelajaran Menurut Kemp


Pengembangan perangkat merupakan suatu lingkaran yang kontinum (kemp,
1994). Tiap-tiap langkah pengembangan berhubunganlangsung dengan aktivitas
revisi. Pengembangan perngkat dapat dimulai dari titik mana pun didal siklus tersebut
Kemp,et al (1994:10 dalam Trianto, 2011:179)
Unsur-unsur pengembangan perangkat pembelajaran menurut model kemp
adalah;
1. Identifikasi masalah Pembelajaran tujuan dati tahapan ini adalah mengidentifikasi
antara tujuan menurut kurikulum yang berlaku dengan fakta yang terjadi
dilapangan baik yang menyangkut model, pendekatan, metode, teknik maupun
strategi yang digunakan guru untuk mencapai tujuan pembelajaran.

2. Analisis siswa, analisis ini dilakukan untuk mengetahui tingkah laku awal dan
karakteristik siswa yang meliputi ciri, kemampuan dan pengaalaman baik
individu maupun kelompok.
3. Analisis tugas, adalah kumpulan prosedur untuk menemukan isi suatu pengajaran,
analisis konsep, analisis pemerosessan informasi, dan analisis prosedural yang
digunakan untuk memudahkan pemahaman dan penguasaaan tugas-tugas belajar
dan tujuan pembelajartan yang dituangkan dalam bentuk rencana Program
pembelajaran (RPP) dan lembar kegiatan siswa (LKS)
4. Merumuskan indikator, tujuan dari pembelajaran

dilakukan

untuk

mengkonversikan analisis tugas dan analisis konsep menjadi tujuan pembelajaran


khusus yang lebih oprasional. analisis ini berfungsi sebagai (a) alat untuk
mendesain kegatan pembelajaran, (b) kerangka kerja dalam merencanakan
evaluasi hasil belajar siswa, dan (c) panduan siswa belajar.
5. Penyususnan instrument evaluasi, bertujuan untuk mengukur ketuntasan indikator
dan ketuntasan penguasaan siswa setelah berlangsungnya proses pembelajaran
yang didasarkan pada jumlah soal yang dijawab. kriteria penilaian yang
digunakan adalah penilaian acuan patokkan, sehingga instrument yang
dikembangkan harus dapat mengukur ketuntasan pencapaian tujuan pembelajaran
khusus yang telah dirumuskan.
6. Strategi pembelajaran, pada tahap ini penilaian strategi belajar mengajar yang
sesuai dengan tujuan. Kegiatan ini meliputi pemilihan model,pendekatan, metode,
pemilihan format, yang dipandang mampu memberikan pengalaman yang
berguna untuk mencapai tujuan pembelajaran.

7. Pemilihan media atau sumber belajar, pemilihan media dan sumber pembelajaran
berdasarkan hasil analisis tujuan, karakteristik siswa, dan tugas, maka memilih
alat dan bahan disesuaikan dengan tuntutan tujuan pembelajaran yang terdapat
rencana pelajaran dan lembar kerja siswa.
8. Merinci pelayanan penujang yang diperlukan untuk mengembangkan dan
melaksanakan

semua

kegiatan

dan

untuk

memperoleh

bahan.

Dalam

mengembangkan perangkat.
9. Menyiapakan evaluasi formatif, evaluasi formatif merupakan bagian penting dari
proses perancangan pembelajaran dan berfungsi sebagai pemberi informasi
kepada pengajar atau tim pengembang seberapa baik program telah berfungsi
dalam mencapai berbagai sasaran.
10. Evaluasi Sumatif, secara langsung mengukur tingkat pencapaian tujuan-tujuan
utama pada akhir pembelajaran. Sumber informasi utama memungkinkan besar
didapatkan baik dai hasil posstes dan uji akhir pembelajaran.
11. Melakukan revisi perangkat pembelajran, kegiatan ini dilakukan secara terusmenerus pada setiap langkah pengembangan (kemp (1994), bahwa setiap langkah
rancangan pembelajaran selalu berhubungan dengan kegitan revisi. Secara umum
rancangan model pengembangan perangkat pembelajaran Kemp ditunjukkan pada
gambar dibawah ini;

Gambar: 2.3 Model Pengembangan Pembelajaran Kemp,et al,1999


(Sumber: Trianto, 2012:82)
c. Model Pengembangan Pembelajaran Dick & Carey
Perancangan pengajaran menurut system pendekatan model Dick & Carey,
dikembangkan oleh Walter Dick & Lou Carey (1990 dalam Trianto, 2011:186)
menurut pendekatan ini terdapat beberapa komponen yang akan dilewati dalam
proses pengembangan dan perancangan tersebut yang berupa urutan langkah-langkah
ini tidak kaku. Tetapi sebagaimana ditunjukkan Dick & Carey, bahwa telah banyak
pengembangan perangkat yang mengikuti urutan secara ajek dan berhasil
mengembangkan perangkat yang efektif.
Model-model pengembangan Dick & Carey terdiri dari sepuluh langkah
1. Identifikasi tujuan pembelajaran (identity instruksionalo goals), tujuan pengajaran
merupakan satu komponen yang merupakan batasan terhadap yang diharapkan

dari siswa setelah mereka menyelesaikan program pengajaran. Tahap ini akan
menghasilkan kebutuhan-kebutuhan pada proses penilaian.
2. Melakukan analisis instruksional (counducting a goal analysis) tujuan yang
dianalisis untuk mengidentifikasi keterampilan yang lebih khusus yang harus
dipelajari. Analisis ini akan menghasilkan tentang keterampilan-keterampilan atau
konsep dan menunjukkan keterkaitan antara keterampilan/konsep.
3. Mengidentifikasi tingkah laku awal/karakterstik siswa (identity Entry Behaviours
Characteristic), langkah ini adalah untuk mengetahui keterampilan awal siswa
yang dimiliki yang dapat digunakan dalam saat mulai mengikuti pengajaran, yang
penting diidentifikasi adalah karakteristik siswa yang mungkin ada hubungan
dengan rancangan aktivitas-aktivitas pengajaran.
4. Merumuskan tujuan kinerja (write performance objectives), langkah ini untuk
merumuskan tingkah laku atau prilaku belajar siswa yang diharapkan dapat
dimunculkan dalam proses pengajaran. Selanjutnya akan dirumuskan pernyataan
khusus tentang apa yang harus dilakukan siswa setelah meyelesaikan
pembelajaran.
5. Pengembangan tes acoan patokkan (developing criterian-referenced test items)
tahap ini adalah yang sangat penting adalah pengembangan butir assessment
untuk mengukur kemampuan siswa seperti yang telah perkirakan didalam tujuan.
6. Pengembangan strategi pengajaran (develop instructional strategy),
pengembangan strategi mengidentifikasi yang akan digunakan untuk mencapai
tujuan akhir. Strategi akan meliputi aktivitas

preinstruksional, penyampaian

informasi, praktik dan balikan, testing yang dilakukan lewat aktivitas.


7. Pengembangan atau memilih perangkat pengajaran (develop and select
instructional materials), tahap ini untuk menghasilkan suatu produk perangkat

pembelajaran yang akan digunakan dalam pelaksanaan pengajaran, yang berupa


petunjuk untuk siswa, bahan pelajaran, tes, dan panduan guru.
8. Merancang dan melaksanakan evaluasi formatif (design and conduct formative
evaluation), evaluasi formatif dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui
kemajuan proses belajar untuk beberapa indikator pencapaian hasil belajar
tertentu, juga mengidentifikasikan peningkatan pengajaran.
9. Merancang dan melaksanakan evalusai sumatif (design and Conduct summative
evaluation), evaluasi sumatif dilakanakan untuk dijadikan dasar untuk menulis
perangkat yang dibutuhkan. Hasil perangkat selanjutnya divalidasi dan diuji
cobakan dikelas.
10. Revisi pengajaran (instructional revations) tahap ini menggulangi siklus
pengembangan perangkat pengajaran. Data dari evaluasi sumatif yang telah
dilakukan pada tahap sebelumnya diringkas dan dianalisis serta diinterprestasikan
untuk diidentifikasi kesulitan yang dialami oleh siswa dalam mencapai tujuan
pembelajaran.
Identifikasi Tujuan
Melakukan anaalisis
Pengajaran

Menulis Tujuan Kinerja


Pengembangan tes Acuan
PatokanStrategi
Pengembangan
Pembelajaran
Pengembangan
dan memilih
perangkat pengajaran

Merancang dan melaksanakan


tes Sumatif

Identifikasi Tingkah laku


awal

Revisi Pengajaran

Merancang dan melaksanakan


Formatif

Gambar 2.4: Model Pengembangan Menurut Dick and Carey


(sumber: Trianto, 2011:187)

d. Model Pengembangan Pembelajran 4-D (Model Tiagrajan)


Pengembangan perangkat menurut Thiagarajan, Semmel dan Semmel dalam
Trianto, (2011) bahwa model pengembangan perangkat terdiri dari empat tahap yang
dikenal dengan sebutan fourD Model yaitu tahap pendefinisian (define),
perancangan (design), pengembangan (develop), dan pendesiminasian (disseminate).
1. Tahap pendifinisian (Define)
Tujuannnya adalah menetapkan dan menentukan syarat-syarat pembelajaran.
Dalam menentukan dan menetapkan syarat-syarat pembelajaran diawali dengan
analisis tujuan dari batasan Materi yang dikembangkan perangkatnya. Tahap ini
meliputi lima langkah pokok, yaitu: (1) analisis awal, (2) analisis siswa, (3) analisis
Tugas, (4) analisis konsep, (5) Perumusan tujuan pembelajaran
a. Analisis Awal
Analisis awal bertujuan memunculkan dan menetapkan masalah dasar yang
dihadapi

dalam

pembelajaran.

pembelajaran

sehingga

dibutuhkan

pengembangan

bahan

Berdasarkan masalah ini disusunlah alternative perangkat yang

relevan. Dalam melakukan analisis awal perlu mempertimbangkan beberapa hal


sebagai alternative pengembangan perangkat pembelajaran, teori belajar, tantangan
dan tuntunan masa depan.
Analisi awal dimulai dari analisis pengetahuan, keterampilan dan sikap awal
yang dimiliki siswa untuk mencapai tujuan akhir yaitu tujuan yang tercantum dalam
kurikulum. Kesenjangan antara hal-hal yang sudah diketahui siswa dengan apa yang

seharusnya akan dicapai siswa memerlukan telaah kebutuhan (need) akan materi
sebagai penutup kesenjangan tersebut.
b. Analisis siswa
Analisis siswa merupakan telaah tentang karakteristik-karakteristik yang
dimiliki siswa, dengan memperhatikan ciri, kemampuan, pengalaman siswa baik
individu maupun kelompok. Tujuan dari analisis ini adalah untuk menelaah
karakteristik siswa yang meliputi latar belakang pengetahuan siswa, bahasa yang
digunakan dan perkembangan kognitif siswa.
c. Analisis Materi
Analisis materi bertujuan untuk mengidentifikasikan bagian-bagian utama
yang akan diajarkan, merinci materi-materi yang relevan dengaan materi pokok, dan
menyusunnya secara sistematis.
d. Analisis Tugas
Analisis tugas adalah kumpulan prosedur untuk menentukan isi dalam satuan
pembelajaran. Analisis tugas dilakukan untuk merinci isi materi ajar dalam bentuk
garis besar yang mencakup; (1) Analisis struktur isi, (2) analisis procedural, dan (3)
analisis proses informasi.
e. Perumusan Tujuan
Perumusan tujuan pembelajaran dilakukan untuk mengkoversi tujuan analisis
materi menjadi tujuan-tujuan pembelajaran khusus yang dinyatakan dengan tingkah
laku. Penyusunan tujuan pembelajaran atau indicator pencapaian hasil belajar
didasarkan pada kompetensi dasar dan indicator yang tercantum dalam KTSP.
2. Tahap Perancangan (Design)

Tujuan dari mtahap ini adalah untuk menyiapkan pototipe perangkat


pembelajaran. Tahap ini terdiri datri 3 tahap yaitu:
a. Penyusunan Tes acuan patokan, merupakan langkah awal yang menghubungkan
antara tahap define dan tahap design. Tes disusun berdasarkan hasil perumusan
tujuan pembelajaran khusus. Tes ini merupakan suatu alat untuk mengukur
terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa setelah kegiatan pembelajaran.
b. Pemilihan media yang sesuai tujuan pembelajaran, untuk menyampaikan tujuan
pembelajaran.
c. Pemilihan format. Didalam pemilihan format ini misalnya dapat dilakukan
dengan mengkaji format-format perangkat yang sudah ada dan yang sudah
dikembangkan dinegara-negara lain yang lebih maju.
d. Rancangan awal. Desain awal merupakan desain perangkat pembelajaran yang
dirancang dengan mempertimbangkan aktivitas guru dan siswa.
3. Tahap Pengembangan (Develop)
Tujuan dari tahap ini adalah untuk menghasilkan perangkat pembelajaran
yang sudah direvisi berdasarkan masukkan dari para pakar meliputi;
1. Validasi perangkat oleh pakar diikuti dengan revisi,
2. Simulasi, yaitu kegiatan mengoprasionalkan perangkat (rencana Pembelajaran)
3. Uji coba terbatas, hasil tahap simulasi dan uji coba terbatas digunakan sebagai
dasar revisi perangkat.

4. Tahap Penyebaran (Desseminate)


Pada tahap ini merupakan tahapan penggunaan perangkat yang telah
dikembangkan dan telah diuji coba pada skala yang lebih luas. Misalnya oleh guru

lain. Tujuan tahap ini adalah untuk menguji efektivitas penggunaan perangkat dalam

Analisis Awal Alkhir


Analisis Siswa

Analisis Tigas

Analisis Konsep

Spesifikasi tujuan Pembelajaran


Penyusunan Tes
Pemilihan Media
Pemilihan format
Rancangan Awal
Validasi Ahli
Uji Pengembangan
Uji Validasi
Pengemasan

Gambar: 2.5 Model Pengembangan four-D (sumber. Trianto, 2011:190)


Penyebaran dan Pengabdosian

PENYEBARAN
PENGEMBANGA
PERANCANGAN PENDEFINISIAN
N

pembelajaran.

Berdasarkan uraian tentang beberapa model pengembangan perangkat


pembelajaran di atas, maka penulis memilih model pengembangan perangkat
pembelajaran four-D yang dikembangkan Oleh Thiagarajan, Semmel and semmel.
E. Materi Pencemaran dan Perubahan lingkungan
Materi Pencemaran dan prubahan lingkungan dalam KTSP mata pelajaran
Biologi di SMA di ajarkan pada kelas X semester dua.
Tabel 2.4 Standar kompetensi dan kompetensi dasar SMA kelas X
Standar kompetensi

Kompetensi Dasar

4. Menganalisis
komponen

hubungan

Menjelaskan

keterkaitan

antara

perubahan

kegiatan manusia dengan masalah

materi dan energi serta peranan


Manusia
dalam
keseimbangan

perusakan/pencemaran lingkungan

ekosistem

ekosistem,

antara 4.2

4.3

dan pelestarian lingkungan


Menganalisis jenis-jenis limbah

dan daur ulang limbah


Sumber: Standar isi satuan pendidikan dasar dan menengah
Berdasarkan rumusan standar kompetensi dan kompetensi dasar pada
kurikulum, maka muatan materi pencemaran dan perubahan lingkungan yang dapat
diajarkan pada SMA kelas X semester dua, dapat diuraikan sebagai berikut.
1. Keseimbangan Lingkungan
Suatu lingkungan dikatakan seimbang apabila dinamika dalam ekosistem
yang meliputi rantai makanan, jaring-jaring makanan, dan tiap-tiap organisme pada
tingkat trofi berperan sesuai dengan fungsinya masing-masing. Keseimbangan
lingkungan tersebut ditentukan oleh keseimbangan ekosistem yang terdiri atas
keseimbangan antara aliran energi yang masuk dan energi yang digunakan,
keseimbangan antara bahan makanan yang terbentuk dan bahan makanan yang
digunakan, serta keseimbangan antara komponen biotik dan komponen abiotik.
Dengan demikian, tidak ada satu pun makhluk hidup yang berkembang lebih cepat
dan mendominasi organisme lainnya. Inti dari permasalahan dari lingkungan adalah
ketidakseimbangan yang terjadi dalam hubungan antar komponen lingkungan akibat
perubahan. Lingkungan adalah sistem yang merupakan kesatuan ruang dengan semua
benda, daya, keadaan dan mahkluk hidup, termasuk didalmnya manusia dan

prilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan kehidupan dan kesejahteraan manusia


serta mahkluk hidup lainnya.
2. Perubahan lingkungan
Terjadinya perubahan lingkungan akan mempengaruhi keberadaan atau
kelangsungan makhluk hidup yang ada di dalamnya. Makhluk hidup pada suatu
lingkungan selalu tergantung antara satu dengan yang lain. Jika ada salah satu
komponen yang berubah, akan menyebabkan perubahan pada makhluk hidup lain
yang tidak mampu beradaptasi dengan perubahan yang terjadi. Faktor-faktor apa
sajakah yang dapat menyebabkan terjadinya perubahan lingkungan.
a. Faktor alam
Lingkungan dalam suatu ekosistem dapat mengalami perubahan sebagian atau
menyeluruh. Biasanya perubahan total terjadi akibat bencana alam, seperti banjir,
lahar panas atau lahar dingin, letusan gunung berapi, gempa, gelombang tsunami, dan
lain-lain. Bagaimana keadaan suatu wilayah jika terkena suatu bencana
Terjadinya kerusakan atau perubahan yang diakibatkan oleh faktor alam dapat
merusak habis semua komunitas yang ada di lingkungan tersebut. Komunitas itu akan
muncul kembali (suksesi) yang membutuhkan waktu cukup lama, bahkan sampai
ratusan tahun, contohnya suksesi pada Gunung Krakatau akibat letusan dahsyat yang
terjadi lebih dari 150 tahun yang lalu.
b. Faktor manusia

Sumber daya alam yang ada di lingkungan alam sekitar kita bisa berupa
pangan, sandang, papan, transportasi, berbagai macam peralatan, dan mesin-mesin

industri. Semakin besar jumlah populasi manusia dan semakin maju teknologi,
semakin banyak pula ragam dan jumlah sumber daya alam yang dapat diambil dari
lingkungan sehingga semakin besar kerusakan yang timbul akibat dari kegiatan
manusia tersebut. Contohnya, akhir-akhir ini di Pulau Kalimantan dan Sumatera
sering terjadi pembakaran hutan secara besar-besaran. Selain merusak lingkungan
setempat, kebakaran hutan juga dapat menimbulkan pencemaran lingkungan
sekitarnya.
3. Pencemaran Lingkungan
Masuknya

bahan

ke

dalam

lingkungan

yang

menyebabkan

gangguan terhadap makhluk hidup di dalamnya disebut pencemaran. Jadi,


pencemaran lingkungan terjadi akibat dari kumpulan kegiatan manusia
(populasi) dan bukan dari kegiatan perorangan (individu), selain itu
pencemaran dapat diakibatkan oleh faktor alam, contoh gunung meletus
yang menimbulkan abu vulkanik, seperti meletusnya Gunung Merapi
belum lama ini. Manusia tidak dapat mencegah pencemaran lingkungan
yang diakibatkan oleh faktor alam, tetapi hanya dapat mengendalikan
pencemaran yang diakibatkan oleh faktor kegiatan manusia itu sendiri
seperti limbah rumah tangga, industri, zat-zat kimia berbahaya, tumpahan
minyak, asap hasil pembakaran hutan dan minyak bumi serta limbah
nuklir. Manusia tidak dapat mencegah pencemaran tersebut, tetapi dapat
berusaha

mengurangi

ditimbulkannya.

terjadinya

Mengapa

kita

pencemaran

harus

dapat

dan

dampak

mencegah

yang

terjadinya

pencemaran lingkungan agar tidak berlanjut, Karena semua makhluk

hidup yang ada di bumi ini mempunyai kemampuan beradaptasi yang


terbatas terhadap perubahan lingkungannya. Pencemaran lingkungan dapat

berupa pencemaran air, pencemran udara, pencemaran tanah.


4. Etika lingkungan
Istilah etika berasal dari kata etis yang berarti pantas atau sopan santun. Etika
artinya penilaian terhadap tindakan moralitas (tingkah laku atau perbuatan) yang baik
atau tidak baik dilakukan dan merupakan hokum tidak tertulis. Etika berasal dari
kesadaran moral seseorang dan tidak ada yang mengawasi. Seseorang yang beretika
tinggi di manapun berada ia akan tetap menjaga perilakunya dengan baik. Etika
lingkungan adalah kebijakan moral manusia dalam bergaul dengan lingkungannya.
Etika ini diperlukan agar manusia mempertimbangkan setiap aktivitasnya dengan
cermat, sehingga tidak merugikan keseimbangan lingkungan
5. Pengelolaan Limbah
Aktivitas yang dilakukan oleh manusia dalam kehidupan sehari-hari, seperti
pertanian, aktivitas rumah tangga, industri, dan kegiatan pertambangan banyak
menghasilkan limbah. Limbah merupakan sumber daya alam yang telah kehilangan
fungsinya. Limbah disebut juga sebagai entropi, yaitu sisa energi yang tidak
dimanfaatkan. Keberadaan limbah di dalam lingkungan sangat mengganggu, baik
dalam hal keindahan, kenyamanan, maupun kesehatan. Dalam hal keindahan,
tumpukan sampah yang menggunung merupakan pemandangan yang mengganggu.
Sedangkan gangguan kenyamanan misalnya dialami oleh penduduk yang tinggal di

dekat jalur lalu lintas kendaraan, atau dekat stasiun maupun bandara. Adapun
gangguan kesehatan, dialami oleh penduduk dekat lokasi pabrik yang setiap hari
menghirup limbah pabrik berupa gas yang keluar dari cerobong asap pabrik.
Akumulasi limbah (sisa hasil buangan) mempunyai potensi sebagai polutan
(penyebab polusi). Oleh karena itu, adanya limbah perlu mendapat perhatian saksama
dan penanganan semaksimal mungkin, sebelum menimbulkan kerugian-kerugian
yang lebih besar bagi masyarakat. Berdasarkan komponen penyusunnya, limbah
dibagi menjadi dua, yaitu limbah organik dan limbah anorganik. Limbah organik
merupakan limbah yang berasal dari bagian organisme, yang dapat terurai secara
alami. limbah anorganik relatif sulit terurai, dan mungkin beberapa bisa terurai
tetapi memerlukan waktu yang lama.

F. Kerangka Pikir
Pada prinsipnya peserta didik memiliki potensi dalam dirinya untuk
mengembangkan kemampuannya dalam belajar. Sebagai manusia yang memiliki
potensi

tentunya

seorang

pendidik

harus

bisa

menggali

dalam

proses

pembelajarannya. Namun kenyataannya masih banyak pendidik belum bisa


mengaktifkan siswa dalam proses belajar mengajar. Proses belajar tidak sekadar
menghafal konsep-konsep tetapi bagaimana menghubungkan konsep tersebut
sehingga menghasilkan pemahaman yang baik dalam proses belajarnya
Seorang siswa harus bisa lebih aktif dan berpikir lebih kreatif, kritis dalam
dan mampu bekerjasama dengan orang lain untuk permasalahan yang diberikan

seorang guru. Salah satu pendekatan yang dikembangkan dalam permasalahan yang
dihadapi siswa yaitu dengan menggunakan pembelajaran Kooperatif tipe think pair
Share. Diharapkan dengan pendekatan siswa akan mampu saling berbagi informasi
dan bekerjasama dalam menyelesaikan setiap permasalahan yang diberikan. Salah
satu pendekatan yang dapat meningkatkan aktivitas siswa agar dapat berpikir lebih
kretaif dan kritis yaitu dengan pendekatan

Pemberdayaan Berpikir Melalui

Pertanyaan (PBMP), Kemampuan berpikir memiliki peran yang sangat penting dalam
menentukan keberhasilan belajar seorang siswa.
Oleh karena itu, untuk memfasilitasi dari permasalahan tersebut perlunya
untuk mengembangkan suatu perangkat pembelajaran yang sesuai dengan kedua
pendekatan tersebut. Diharapkan bisa memecahkan salah satu permasalahan yang ada
dalam pembelajaran khusus materi pencemaran dan perubahan lingkungan.
Pengembangan perangkat pembelajaran akan mengacu pada model pengembangan
four-D yang menghasilkan RPP, buku siswa, dan LKS

Siswa memiliki potensi dalam dirinya Hal-hal tersebut antara lain


kemampuan berpikir dalam pemahaman konsep.

Penguasaan Materi
Model Pembelajaran
Kooperatfi tipe think pair
share

Pemberdayaan Berpikir
melalui Pertanyaan (PBMP)

Pengembangan Perangkat Pembelajaran

RPP

Buku Siswa

LKS

Model Pengembangan 4-D


Perangkat Pembelajaran Model Pembelajaran Kooperatif think
Gambar
kerangka
pikir
penelitian
pair share
dengan
Pendekatan
PBMP
(RPP,Buku siswa, dan
LKS) yang valid, praktis, dan efektif
Gambar: 2.6 kerangka pikir penelitian Pengembangan perangkat
pembelajaran

Anda mungkin juga menyukai