KAJIAN PUSTAKA
kooperatif dilaksanakan dalam berbagai bentuk seperti diskusi kelompok atau tugas
konvensional. Pelaksanaannya bersifat parsial diantara sekolah dan sangat beragam di dalam
mengembangkan potensi peserta didik baik secara individual maupun sebagai anggota
kelompok melalui proses belajar dalam secara berkelompok. Karena dilaksanakan secara
independen maka hasilnya juga tidak dapat di ukur sebagai hasil atau kinerja dari suatu
system dan tidak dapat di generalisasikan. Konsep pembelajaran kooperatif yang dapat di
infer atau di rujuk ke dalam kurikulum 2013 merupakan upaya nasional untuk menghasilkan
kinerja pendidikan yang lebih baik dan prestasi belajar murid yang lebih tinggi secara
belajar mengajar belajar yang optimal, baik pengalaman individu maupun kelompok.
Dalam proses pembelajaran kooperatif, siswa atau peserta didik di bagi dalam berbagai
kelompok sesuai dengan tujuan atau jumlah siswa dalam satu kelas. Dalam proses
pembelajaran tradisional atau konvensional seorang peserta didik belajar secara individu
sesuai dengan materi pembelajaran yang di berikan, diajarkan atau ditugaskan guru di
sekolah. Sedangkan dalam proses pembelajaran kooperatif peserta didik belajar secara
kelompok-kelompok kecil, siswa belajar dan bekerjasama untuk sampai pada pengalaman
sebagai pembelajaran yang secara sadar dan sengaja mengembangkan intraksi yang silih
permasalahan.
diartikan dengan kegiatan yang berlangsung dalam lingkungan belajar sehingga siswa
dalam kelompok kecil saling berbagi ide-ide dan bekerja secara kolaboratif untuk
Learning adalah metode pembelajaran yang didasarkan atas kerja kelompok yang
dilakukan untuk mencapai tujuan khusus. Selain itu juga untuk memecahkan soal dalam
memahami suatu konsep yang didasari rasa tanggung jawab dan berpandangan bahwa
semua siswa memiliki tujuan sama. Aktivitas belajar siswa yang komunikatif dan
Oleh sebab itu, menurut Melvin L. Silberman (1996), seperti yang dikutip
sekaligus. Pada saat kegiatan itu aktif, siswa melakukan sebagian besar pekerjaan
efektif dan berjalan sesuai dengan karakter, kemampuan dan latar belakang peserta didik
sebagai mahluk sosial yaitu mahluk yang tidak bisa berdiri sendiri, namun selalu
masalah dan menerapkan apa yang mereka pelajari. Artinya belajar kooperatif tidak hanya
bertujuan menanamkan siswa terhadap materi yang akan dipelajari namun lebih
mengandung pengertian bekerja bersama dalam mencapai tujuan bersama. Jadi belajar
siswa bekerjasama untuk memaksimalkan belajar mereka dan belajar anggota lainnya
dan bekerja dalam kelompok kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri
Keberhasilan belajar dari kelompok tergantung pada kemampuan dan aktivitas anggota
kelompok, baik secara individual maupun secara kelompok. Pada dasarnya pembelajaran
kooperatif mengandung pengertian sebagai suatu sikap atau perilaku bersama dalam
bekerja atau membantu di antara sesama dalam struktur kerjasama yang teratur dalam
kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih dimana keberhasilan kerja sangat
dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota kelompok itu sendiri. Pembelajaran
kooperatif juga dapat diartikan sebagai suatu struktur tugas bersama dalam suasana
siswa dalam mengembangkan pemahaman dan sikapnya sesuai dengan kehidupan nyata
di masyarakat, sehingga dengan bekerja secara bersama sama di antara sesama anggota
Pembelajaran kooperatif lebih dari sekedar belajar kelompok atau kelompok kerja, karena
dalam model pembelajaran kooperatif harus ada struktur dorongan dan tugas yang
kelompok ( Etin Solihatin, Raharjo , 2007 ). Disamping itu, pola hubungan kerja seperti
itu memungkinkan timbulnya persepsi yang positif tentang apa yang dapat mereka
sumbangsih dari anggota lainnya selama mereka belajar secdara bersama sama dalam
system kerjasama dalam mencapai ssuatu hasil yang optimal dalam belajar. Model belajar
together , a a aihlah ang lebih baik eca a be ama ama ( Etin Solihatin,
Raharjo, 2007).
kecil sehingga siswa bekerja bersama untuk memaksimalkan kegiatan belajarnya sendiri
dan juga anggota yang lain. Idenya sangat sederhana, anggota kelas diorganisasikan ke
dalam kelompok kelompok kecil setelah menerima pembelajaran dari guru. Kemudian,
para siswa itu mengerjakan tugas sampai semua anggota kelompok berhasil
Konstruktivis Sosial dari Vygotsky, dan teori Konstruktivis Personal dari Piaget dan
Teori Motivasi dari Slavin. Menurut prinsip utama teori Vygotsky, perkembangan
pemikiran merupakan proses sosial sejak lahir. Anak dibantu oleh orang lain (baik orang
dewasa maupun teman sebaya dalam kelompok) yang lebih kompeten didalam ketrampilan
anak-anak akan mendukung pertumbuhan mereka, karena anak-anak yang sesuai lebih
senang bekerja dengan orang yang satu zone (Zone of Proximal Development, ZPD)
dengan yang lain. Pada pandangan ini, bahwa kepribadian atau kejiwaan dari pada
peserta diteropong secara keseluruhan, artinya bagian atau elemen kejiwaan tidak berdiri
sendiri, melainkan terorganisir menjadi suatu keseluruhan. Oleh sebab itu, tidak
keseluruhan (holistik) dari pada bagian kecil dalam proses pembelajaran yang
merupakan konstruksi dari mengetahui sesuatu. Pengetahuan kita bukanlah suatu fakta
yang tinggal ditemukan, melainkan suatu perumusan atau formulasi yang diciptakan oleh
tentang realitas, tetapi lebih hendak melihat bagaimana suatu proses, dalam hal ini adalah
pembelajaran, dari tidak mengetahui menjadi mengetahui sesuatu tersebut. Maka dalam
pandangan ini belajar merupakan suatu proses aktif dari peserta didik untuk
pengetahuan. Interaksi kelompok berbeda secara kualitatif dan juga lebih kuat dari pada
Posisi teori Piaget dalam belajar kooperatif ditujukan terutama kepada siswa yang
yang lain.
Menurut teori motivasi yang dikemukakan oleh Slavin bahwa motivasi belajar pada
pembelajaran kooperatif terutama difokuskan pada penghargaan atas struktur tujuan tempat
saling memberi penguatan sosial sebagai respon terhadap upaya-upaya berorientasi kepada
tugas kelompok.
mata pelajaran dan tingkat umur disesuaikan dengan kondisi dan situasi pembelajaran.
Keanggotaan kelompok terdiri dari siswa yang berbeda (heterogen) baik dalam
kemampuan akademik, jenis kelamin dan etnis, latar belakang sosial dan ekonomi. Dalam
hal kemampuan akademis, kelompok pembelajaran kooperatif biasanya terdiri dari satu
orang berkemampuan tinggi, dua orang dengan kemampuan sedang dan satu yang
individualitas siswa, khususnya bagi siswa yang berprestasi rendah dan tinggi.
Menurut Roger dan David Johnson dalam Anita Lie (2005) , tidak semua kerja
Johnson dan Johnson (2006) menganjurkan lima unsur penting yang harus dibangun
menciptakan kelompok kerja yang efektif, pengajar perlu menyusun tugas sedemikian
rupa, sehingga setiap anggota kelompok harus menyelesaikan tugasnya sendiri agar yang
lain bisa mencapai tujuan mereka. Dalam metode Jigsaw, Jonson dan Jonson
(2006) menyarankan jumlah anggota kelompok dibatasi sampai dengan empat orang saja
dan keempat anggota ini ditugaskan membaca bagian yang berlainan. Keempat anggata ini
lalu berkumpul dan bertukar informasi. Selanjutnya, pengajar akan mengevaluasi mereka
mengenai seluruh bagian. Dengan cara ini, maka setiap anggota merasa bertanggung jawab
Setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertemu muka dan berdiskusi.
Kegiatan interaksi ini akan memberikan para pembelajar untuk membentuk sinergi yang
menguntungkan semua anggota. Hasil pemikiran beberapa orang akan lebih kaya dari pada
hasil pemikiran dari satu orang saja. Lebih jauh lagi, hasil kerja sama ini jauh lebih besar
Dan kegiatan interaktif tatap muka ini juga akan berimplikasi pada kecerdasan
interpersonal antar sesama anggota atau lawan tatap muka. Proses ini bisa dipresentasikan
dengan kerja kelompok atau pembentukan kelompok kecil untuk mencapai tujuan
pembelajaran umum atau pendidikan agama Islam pada khususnya. Inti dari sinergi ini
Unsur ini merupakan akibat langsung dari unsur yang pertama. Jika tugas dan
pola penilaian dibuat menurut prosedur model pembelajaran kooperatif setiap siswa akan
merasa bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik. Kunci keberhasilan metode
kerja kelompok adalah persiapan guru dalam menyusun tugas. Dalam tekhnik Jigsaw,
bahan bacaan dibagi menjadi empat bagian dan masing-masing Pembelajar mendapat dan
membaca satu bagian. Dengan cara demikian, pembelajar yang tidak
melaksanakan tugasnya akan ketahui dengan jelas dan mudah. Rekan- rekannya dalam
satu kelompok dapat membantu dan memberikan dorongan untuk memahami dari materi
serta akan menuntut untuk melaksanakan tugasnya agar tidak menghambat yang lain.
efektif seperti bagaimana cara menyanggah pendapat orang lain tanpa harus menyinggung
mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka agar selanjutnya bisa
bekerja sama dengan lebih efektif. Waktu evaluasi ini tidak perlu diadakan setiap kali ada
belajar kelompok, melainkan bisa diadakan selang beberapa waktu setelah beberapa kali
kecakapan personal (personal skill), yang mencakup kecakapan mengenai diri (self
awareness) dan kecakapan berfikir rasional (thinking skill). Kecakapan diri itu pada
dasarnya merupakan penghayatan diri sebagai mahluk Tuhan Yang Maha Esa, anggota
masyarakat dan warga negara, serta menyadari dan mensyukuri kelebihan dan kekurangan
yang dimiliki, sekaligus menjadikannya sebagai individu yang bermanfaat bagi diri sendiri
dan lingkungannya.
demikian guru tidak harus terpaku pada satu strategi saja dan dapat memilih strategi yang
paling sesuai dengan tujuan pembelajaran. Guru dapat memilih dan memodifikasi sendiri
teknik-teknik dalam metode pembelajaran kooperatif sesuai dengan situasi kelas. Dalam
satu jam/ sesi pelajaran, guru juga bisa memakai lebih dari satu teknik.
STAD dikembangkan oleh Robert Slavin dalam satu kelompok siswa terdiri dari 4-
5 orang siswa yang heterogen. Anggota team menggunakan lembar kegiatan atau perangkat
pembelajaran yang lain untuk menuntaskan materi dan kemudian saling membantu
satu sama lain untuk memahami bahan pelajaran melalui tutorial, kuis atau diskusi.
Secara individu setiap minggu siswa diberi kuis. Kuis diskor dan tiap individual diberi
skor perkembangan.
2) Teknik Jigsaw
Strategi ini merupakan strategi yang menarik untuk digunakan jika materi yang
akan dipelajari dapat dibagi menjadi beberapa bagian dan materi tersebut tidak
keempatnya. Teknik ini juga dapat digunakan dalam beberapa mata pelajaran, seperti Ilmu
Pengetahuan Alam, Ilmu Pengetahuan Sosial, Matematika, Agama dan Bahasa. Dalam
satu kelompok siswa memiliki latar belakang heterogen. Dalam tekhnik ini siswa menjadi
tenaga ahli tentang sebuah topik dengan cara bekerjasama dengan para anggota dari
kelompok lain yang telah ditetapkan sesuai dengan keahlian dengan topik tersebut.
Pada akhirnya, semua siswa akan dievaluasi pada semua aspek yang berhubungan
Kelebihan teknik ini adalah dapat melibatkan seluruh siswa dalam belajar
dan sekaligus mengajarkan kepada siswa lainnya. Dalam hal ini, siswa dapat bekerja sama
antar siswa lainnya untuk belajar lebih efektif dan juga untuk memberikan kesempatan
Strategi model ini merupakan suatu strategi yang memberikan keleluasan pada
siswa untuk berkelompok dan berkomunikasi antar sesama kelompok untuk memunculkan
kreasi, ide-ide dan juga solusi yang lebih mengena terhadap permasalahan yang dihadapi
kelompok tersebut. Bahkan dengan metode ini juga memberikan pada siswa untuk
berinteraksi dengan kelompok yang lainnya. Teknik ini memerlukan norma dan
struktur kelas yang lebih rumit serta mengajarkan siswa ketrampilan komunikasi
dan proses kelompok yang baik. Dalam Investigasi kelompok guru membagi siswa dalam
beberapa kelompok yang anggotanya heterogen. Selanjutnya siswa memilih topik untuk
kelas.
4) Numbered Head Together
Tehnik ini di jalankan dengan melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah
materi yang tercakup dalam suatu pembelajaran dan mengecek pemahaman mereka
terhadap isi pelajaran tersebut. Guru melempar pertanyaan, lalu para siswa berkonsultasi
sekedar untuk meyakinkan apakah setiap siswa tersebut telah mengetahui jawaban dari soal
5) Think-Pair-Share (Berfikir-Berpasangan-Berpasangant)
Dalam teknik ini guru memberikan pelajaran untuk seluruh kelas, siswa berada pada
dengan teman sebayanya untuk saling mencocokkan jawabannya (pair). Dan akhirnya,
guru meminta siswa untuk berbagi dengan seluruh kelas tentang apa yang telah dibicarakan
(share).
secara umum. Prinsip-prinsip terebut bersifat fleksibel sehingga guru atau sekolah dapat
dapat berbeda sesuai dengan pendekatan dan pengalaman. Secara garis besar, prinsip utama
umum yaitu :
1. Kesamaan Tujuan
Tujuan yang sama pada anak anak dalam kelompok membuat kegiatan belajar
lebih kooperatif. Pada suatu saat anak anak mungkin tampak bekerja kooperatif
apabila bertanya tentang ejaan suatu kata atau berbagi pensil saat menggambar.
Jika suatu kelas bekerja sama dalam suatu permainan, misalnya, tujuan kelompok
adalah menghasilkan suatu permainan yang menyebabkan anak anak lain senang
atau mengapresiasi kelompok itu. Namun tujuan tiap anak mungkin tidak sama.
Seorang anak mungkin ingin menyenangkan gurunya, yang lain ingin menarik
perhatian kelas lain, yang lain betul betul menganggap sebagai suatu
2. Ketergantungan Positif
Beberapa orang direkrut sebagai anggota kelompok karena kegiatan hanya dapat
penjelas atau perekam. Dengan cara ini , tiap individu memiliki tugas khusus
2) Membagi tugas menjadi sub sub tugas yang diperlukan untuk melengkapi
untuk memberikan rumusan hasil yang diharapkan dari siswa / subyek belajar,
A.M,1992) . Dengan demikian tujuan itu sesuatu yang diharapkan/ diinginkan dari
subyek belajar, sehingga memberi arah, kemana kegiatan belajar mengajar itu
harus dibawa dan dilaksanakan sehingga rumusan dan deskripsinya harus jelas.
Tujuan merupakan satu diantara hal pokok yang harus diketahui dan
disadari betul betul oleh seorang guru sebelum memulai mengajar. Guru tersebut
harus dapat memberi penafsiran yang tepat mengenai jenis dan fungsi tujuan yang
ingin dicapai secara konkrit (Winarno Surakhmad,1986 ). Selain itu tujuan harus
keterampilan tertentu.
pembelajaran dari sudut kepentingan diri dan kepentingan kelas, sehingga siswa
dibutuhkan guru secara praktis ialah perperincian tujuan sampai pada taraf yang
sedemikian rupa sehingga menjadi serangkaian tujuan yang dapat diukur atau
belajar, maka guru harus mengorganisasikan materi dan tugas tugas pelajaran
sehingga siswa memahami dan mungkin untuk melakukan hal itu dalam
kelompok yang memungkinkan setiap siswa untuk belajar dan mengevaluasi dirinya
pelajaran. Kondisi belajar ini memungkinkan siswa untuk merasa tergantung secara
positif pada anggota kelompok lainnya dalam mempelajari dan menyelesaikan tugas
Dalam kelompok belajar, interaksi yang terjadi bersifat langsung dan terbuka dalam
mendiskusikan materi dan tugas tugas yang diberikan. Suasana belajar yang
seperti itu akan membantu menumbuhkan sikap ketergantungan yang positif dan
Mereka akan saling memberi dan menerima masukan, ide, saran, dan kritik dari
keberhasilan belajar akan lebih mungkin dicapai secara lebih baik apabila dilakukan
bersama sama. Oleh karena itu, keberhasilan belajar dalam model belajar ini
dipengaruhi oleh kemampuan individu siswa dalam menerima dan memberi apa
yang telah dipelajarinya di antara siswa lainnya. Sehingga secara individual siswa
mempunyai dua tanggung jawab, yaitu mengerjakan dan memahami materi atau
tugas bagi keberhasilan dirinya dan juga bagi keberhasilan anggota kelompoknya
karakteristik siswa yang berbeda. Dalam suasana belajar seperti itu akan tumbuh
dan berkembang nilai, sikap, moral, dan perilaku siswa. Kondisi ini merupakan
media yang sangat baik bagi siswa untuk mengembangkan kemampuan dan melatih
Dalam megerjakan tugas kelompok, siswa bekerja dalam kelompok sebagai suatu
kerjasama. Dalam interaksi dengan siswa lainnya, siswa tidak begitu saja bisa
Guru juga harus memberikan evaluasi dan berbagai masukan terhadap hasil
pekerjaan siswa dan aktivitas mereka selama kelompok belajar tersebut bekerja.
Setiap siswa dan kelompok harus memperoleh waktu yang cukup untuk belajar
siswa tidak memperoleh waktu yang cukup dalam belajar, maka keuntungan
Coo e a i e Lea ning , bah a model embelaja an koo e a if idak ama dengan belaja
kelompok, tetapi ada unsur unsur dasar yang membedakannya khususnya dengan
pembagian kelompok yang tidak dilakukan dengn asal asalan. Biasanya pembagian
kelompok peserta didik atau pengelompokan siswa dalam proses pembelajaran kooperatif
c) Minat khusus
sebagai pembelajaran kooperatif karena seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa
perseorangan, tatap muka, komunikasi antar anggota, serta evaluasi proses kelompok.
Untuk lebih jelasnya, perbedaan antara belajar kelompok dengan pembelajaran kooperatif
Memiliki beragam model dan teknik Hanya memiliki satu model, yaitu
kelompok
bersama sama
2.1.1.6.1Keunggulan
menurut Hill & Hill (1993) antara lain adalah (1) meningkatkan prestasi siswa, (2)
menghargai diri sendiri, (7) membuat belajar secara inklusif, (8) mengembangkan rasa
2.1.1.6.2 Kelemahan
kelemahan. Menurut Dess (1991) beberapa kelemahan belajar kooperatif adalah (1)
membutuhkan waktu yang lama bagi siswa, sehingga sulit mencapai target kurikulum,
(2) membutuhkan waktu yamg lama untuk guru sehingga kebanyakan guru tidak
sehingga tidak semua guru dapat melakukan atau menggunakan strategi belajar
kooperatif, dan (4) menuntut sifat tertentu dari siswa, misalnya sifat suka bekerja sama.
Sebagai makhluk sosial manusia tidak dapat dipisahkan dengan manusia lainnya.
Tidak ada seorangpun yang bisa berdiri sendiri melakukan segala aktivitas untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya tanpa adanya bantuan orang lain. Menurut Tohirin
(2006:50) bahwa kerjasama merupakan bentuk interaksi sosial yang dilakukan oleh
seseorang atau sekelompok orang untuk memenuhi kepentingan atau kebutuhan
bersama . Kerjasama merupakan hal yang sangat penting bagi manusia. Lie (2005:28)
diperlukan dalam kelangsungan hidup manusia . Tanpa adanya kerjasama tidak akan ada
keluarga, organisasi, ataupun sekolah, khususnya tidak akan ada proses pembelajaran di
sekolah.
beberapa pihak akan terjadi apabila adanya kesamaan tujuan, adanya kesadaran bahwa
manusia merupakan bagian dari manusia lainnya, adanya pengakuan persamaan derajat,
hak dan kewajiban. Sarwono (2011) menegaskan bahwa kerjasama merupakan bentuk
kelompok yang terdiri dari lebih dari seseorang yang melakukan tugas dengan sejumlah
peraturan dan prosedur . Dirman dan Juarsih (2014) mengungkapkan bahwa "dalam kerja
sama, setiap anggota kelompok bukan hanya mengerjakan tugas dan tanggung jawab
masing masing, akan tetapi ditanamkan perlunya saling memban . Kemauan untuk
bekerja sama itu kemudian dipraktikkan melalui aktivitas dan kegiatan yang
orang anggota yang saling membantu dan saling tergantung satu sama laindalam
melakukan suatu kegiatan untuk mencapai tujuan bersama. Johson (dalam Ihsan, 2013:7)
tanggungjawab yang sama, sehingga tujuan yang diinginkan akan bisa dicapai oleh
mereka, apabila saling bekerjasama . Guru juga sangat berperan penting dalam
bimbingan guru siswa dapat menguasai keterampilan yang membutuhkan fungsi kognitif
yang lebih tinggi dalam memecahkan masalah kelompok (Baharuddin dan Wahyuni,
2010).
dalam belajar adalah kegiatan yang dilakukan dengan sengaja untuk mencapai suatu
tujuan dan dilakukan lebih dari dua orang dalam kegiatan kemampuan kerjasama.
Menurut Huda (2011) mengatakan bahwa ketika siswa bekerja sama untuk
informasi pada teman sekelompoknya yang membutuhkan bantuan . Hal ini berarti dalam
kerjasama, siswa yang lebih memahami materi pelajaran akan memiliki kesadaran untuk
menjelaskan kepada temannya yang belum paham. Tanpa adanya kerjasama siswa, maka
proses pembelajaran di sekolah tidak akan berjalan dengan baik dan akhirnya tujuan
Berdasarkan beberapa penjelasan yang telah diuraikan diatas, maka dapat katakan
bahwa kerjasama siswa diartikan sebagai sebuah interaksi atau hubungan antara siswa
dengan siswa ataupun siswa dengan guru untuk mencapai tujuan pembelajaran. Hubungan
yang terdapat dalam kerjasama merupakan hubungan yang dinamis yaitu, hubungan yang
saling menghargai, saling peduli saling membantu, dan saling memberikan dorongan
akan menumbuhkan motivasi untuk berani mengungkapkan pendapat atau ide, menghargai
Menurut pendapat Rusman (2014 ) kerjasama siswa dapat dilihat dari sikap siswa
yang terbuka terhadap teman sekelompok, menghargai hasil pekerjaan teman, memberikan
gagasan dan perhatian kepada teman, saling ketergantungan dan membutuhkan dan bekerja
dalam kelompok . Majid (2014) menjelaskan lebih rinci bahwa keterampilan kerjasama
1) Menggunakan kesempatan,
2) Menghargai Kontribusi,
5) Mendorong partisipasi,
Sementara itu Zuriah (2011) mengemukakan bahwa dalam kerjasama siswa termasuk
belajar bersama, diperlukan penyesuaian emosional antara siswa satu dengan yang lain.
Sedangkan Syaiful Bahri Djamarah (2000) berpendapat bahwa dalam suatu kerjasama,
siswa akan menyadari kekurangan dan kelebihan yang dimilikinya, saling membantu
dengan ikhlas dan tanpa ada rasa minder, serta persaingan yang positif untuk mencapai
dari belajar bersama dalam kelompok. Belajar bersama dalam kelompok akan memberikan
saling membantu.
menyelesaikan konflik.
Pendapat yang lain, Isjoni (2010) menyatakan bahwa dalam pembelajaran yang
kooperatif ini berfungsi untuk memperlancar hubungan kerja dan tugas (kerjasama siswa
tugas
Pembelajaran dengan cara kerja sama dengan kelompok tidak hanya menitik beratkan
pada proses kerja kelompoknya saja, melainkan pada penstrukturannya, dimana guru
harus lebih banyak meluangkan waktu dan perhatian dalam persiapan dan
Suasana kelas perlu direncanakan dan dibangun sedemikian rupa sehingga siswa
mendapatkan kesempatan untuk berinteraksi satu sama lain. Siswa akan membentuk
kelompok yang memungkinkan mereka untuk mencintai proses belajar dan juga
mencintai teman sebayanya dalam interaksi ini. Suasana belajar yang penuh persaingan
akan menimbulkan sikap dan hubungan negatif dan dapat mematikan semangat siswa.
Oleh karena itu guru harus menciptakan suasana belajar yang penuh kerjasama secara
gotong royong.
2.2 Penelitian Terdahulu
berlangsung sejak lama khususnya di negara-negara yang sudah maju. Para ahli telah
meneliti topik pembelajaran kooperatif dengan berbagai metode pendekatan dan metode
kooperatif prestasi atau kinerja sampel objek penelitian semakin meningkat atau membaik.
Untuk kepentingan penelitian ini maka berikut ini di sarikan beberapa penelitian terdahulu
yang dianggap relevan dengan judul dan masalah dalam penelitian ini.
Peningkatan Aktivitas Dan Hasil Belajar Mahasiswa Pada Pembelajaran Kimia Dasa
pada tahun 2012 melaporkan bahwa tindakan yang diterapkan dalam penelitian ini
dapat (1) meningkatkan soft skills mahasiswa, (2) meningkatkan aktivitas belajar
mahasiswa, (3) meningkatkan hasil belajar mahasiswa, dan (4) mahasiswa memberikan
respon positif terhadap upaya pengembangan soft skills yang dimplementasikan melalui
kelas (PTK) yang bertujuan (1) meningkatkan aktivitas belajar mahasiswa pada
pembelajaran Kimia Dasar, (2) meningkatkan hasil belajar mahasiswa pada pembelajaran
Kimia Dasar, dan (3) mendeskripsikan persepsi mahasiswa terhadap upaya pengembangan
aktivitas dan hasil belajar mahasiswa pada pembelajaran Kimia Dasar. Subjek penelitian
peningkatan soft skills mahasiswa yang diterapkan, kepemilikan atribut soft skills
Pembelajaran TPS untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V SD No.1
peningkatan terhadap hasil belajar IPA siswa kelas V SD No.1 Mengwitani dengan
implementasi model pembelajaran kooeratif jenis TPS pada subjek penelitian. Hal
ditunjukkan dengan hasil penelitian yang diperoleh yaitu persentase rata rata hasil belajar
pada siklus I sebesar 75,31% yang berada pada kategori sedang dan pada siklus II menjadi
80,15% yang berada pada kategori tinggi. Dengan ketuntasan belajar siswa pada siklus I
sebesar 65,62% dan pada siklus II mencapai 87,5%. Berdasarkan hasil penelitian tersebut
dapat disimpulkan penerapan model pembelajaran Think Pair Share dapat meningkatkan
3. Penelitian yang dilakukan oleh Aria ( 2010 ) tentang pengaruh model pembelajaran
kooperatif tipe Think Pair Share siswa kelas X SMK Swasta Pembangunan Galang Tahun
kesimpulan bahwa ada pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share
(TPS) terhadap hasil belajar siswa, uji hipotesisnya dapat diterima denga hasil thitung =
3,424 dan ttabel= 1,66 dengan hasil thitung > ttabel atau Ha diterima. Hasil penelitian
menunjukkan indikasi bahwa penggunaan model pembelajaran Think Pair Share dapat
variabel yang menjadi objek penelitian. Dalam penelitian ini variabel yang menjadi objek
Implementasi
Pembelajaran Kooperatif
Guru Siswa
Peningkatan Kerjasama
Siswa