Pengantar
Di era globalisasi ini kualitas sumber daya manusia yang baik sangat
dibutuhkan untuk pembaharuan sistem pendidikan yang berbasis kompetensi,
demokratis dan berwawasan lokal dengan tetap memperhatikan standar nasional.
Salah satu cara yang dilakukan adalah dengan pembaharuan di dunia pendidikan
yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas sumber daya dari manusia di
Indonesia. Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional mendefinisikan pendidikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.
1
sebagai proses interaksi bersama untuk mencapai tujuan spesifik atau
mengembangkan produk akhir (Panitz, 1996). Pada penelitian sekitar tahun
1990an, ditemukan bahwa 93% sampel di Amerika Serikat melaporkan bahwa
mereka menggunakan pembelajaran kooperatif dengan 81% melaporkan
penggunaan sehari-hari (Slavin, 1995). Johnson juga menyatakan bahwa
pembelajaran koopertif siswa dapat memaksimalkan pembelajaran mereka sendiri
dan masing-masing saat mereka bekerja sama (Johnson, Johnson, & Smith, 2006).
Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang
mengutamakan adanya kelompok-kelompok. Dalam pembelajaran kooperatif,
siswa dituntut untuk mengutamakan kerja sama dalam menyelesaikan tugas yang
diberikan.
2
Dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan, Kementrian Pendidikan,
Kebudayaan, Riset dan Tekhnologi (Kemendikbudristek) mengeluarkan kebijakan
dalam pengembangan Kurikulum Merdeka yang diberikan kepada satuan
pendidikan sebagai pilihan tambahan dalam rangka pemulihan pembelajaran
setelah adanya pandemic Covid-19. Dalam penerapan kurikulum merdeka,
sekolah diberikan keleluasaan menyusun kurikulum yang disesuaikan dengan
hasil dari analisis kebutuhan sekolah dan keadaan sekolah. Kegiatan pembelajaran
diarahkan pada kegiatan kelompok untuk melatih kerjasama dalam mewujudkan
dimensi profil pelajar pancasila. Kegiatan pembelajaran lebih mengarah pada
kolaborasi daripada kompetisi. Artikel ini akan membahas tentang penerapan
pembelajaran kooperatif dalam kurikulum merdeka dengan ditinjau dari teori
interdependensi sosial.
Pembahasan
Pembelajaran Kooperatif
3
menyelesaikan tugas akademiknya. Prosedur ini mengharuskan siswa bekerja
sama, berbagi dan saling membantu dalam menyelesaikan tugas. Tehnik ini
efektif untuk meningkatkan kemungkinan perilaku sosial yang positif
(Rahmawati, 2017). Adapun manfaat dari digunakannya pembelajaran kooperatif
menurut Edvantia (2005) adalah memberikan dampak yang kuat pada prestasi
serta peningkatan motivasi dan interaksi sosial yang lebih baik dengan orang
dewasa dan dengan teman sebaya (Adams, 2013).
4
kelompok secara sedemikian rupa agar siswa mampu menyelesaikan tugas yang
diberikan oleh kelompok dengan baik.
5
kompetitif interaksi oposisi yaitu bekerja menuju pencapaian tujuan sendiri
dengan merugikan orang lain (Deutsch, Sebuah Teori Kerjasama dan
Kebersamaan Permohonan. Hubungan Manusia., 1949).
6
tersebut untuk mencapai tujuan dengan mengurangi keuntungan dari siswa lain
maka saling ketergantungan negative tercipta.
7
komposisi kelompok untuk memprediksi bagaimana kelompok akan berperilaku
(Moreland & Levine, 1992).
Kesimpulan
8
Pemerintah telah berkali-kali melakukan perubahan dalam kurikulum, hal
ini dilakukan untuk penyempurnaan dari kurikulum sebelumnya dengan
menyesuaikan perubahan zaman namun tetap menjujung tinggi budaya nasional.
Salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan guru dalam perubahan
kurikulum adalah pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif sebagai
sebuah model pembelajaran yang mengelompokkan siswa kedalam kelompok
agar mereka bekerja sama dan saling membantu satu sama lain. Tujuan dari
pembelajaran kooperatif adalah mengajarkan kerjasama dan mampu menjalin
hubungan dan dapat menerima perbedaan yang ada seperti ras, budaya, sosial, dan
kemampuan.
Referensi
Butera, F., & Buchs, C. (2019). Ketergantunga Sosial dan Promosi Pembelajaran
Kooperatif. Jenewa, Swiss.
9
Deutsch, M. (1949). Sebuah Teori Kerjasama dan Kebersamaan Permohonan. Hubungan
Manusia.
Deutsch, M. (1962). Kerja Sama dan Kepercayaan: Beberapa Teori Catatan Ical dalam
MR. Jones (ed). Lincoln: Universitas Nebraska Pers.
Goudas, M., & Magotsiou, E. (2009). The Effects Of A Cooperative Physical Education
Program On Students Social Skills. Journal Of Applied Sport Phychology, 356-364.
Johnson, D., & Johnson , R. (1989). Kerjasama dan Kompetisi. Teori dan Penelitian..
Edina, Mn.: Buku Interaksi Co.
Johnson, D., & Johnson, R. (1974). Instruksional struktur tujuan: kooperatif, kompetitif
atau individualistis. Revisw penelitian pendidikan, 213-240.
Johnson, D., & Johnson, R. (2005). Pengembangan Baru dalam Teori Interdependensi
Sosial. Monograf Genetika, sosial dan psikologi umum, 285-358.
Johnson, D., Johnson, R., & Smith, K. (2006). Cooperative Learning: Improving University
Instruction By Basing Practice On Validated Theory. University Of Minnesota.
Metzler, M. (2000). Intrictional Model For Physical Education. Massachusetts: Allyn &
Bacon.
Moreland, R., & Levine, J. (1992). Komposisi Pengelompokan kelompok kecil. Dalam EJ
Lawler, B. Markovsky, C. Ridgeway, & HA. Walker (Eds). Kemajuan dalam proses
kelompok. Greenwich: PT. JAI Press.
Suryosubroto, B. (2002). Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
10
Woods, D., & Chen, K. (2010). Evaluation Techniques For cooperative Learning.
International Journal of Management & Information system, 1-6.
11