Anda di halaman 1dari 10

Edudikara: Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran, Vol.

3 (2), 2018 ISSN 2541-0261

COOPERATIVE LEARNING: LANDASAN PSIKOLOGIS , KONSEP,


KARAKTERISTIK, MANFAAT DAN RISIKO PENGGUNAANYA

Singgih Subiyantoro1, Usman M.3


Program Studi Teknologi Pendidikan, Universitas Veteran Bangun Nusantara 1
Program Studi Teknologi Pendidikan, STKIP Muhammadiyah Rappang2
Email: singgihsubiyantoro@univetbantara.ac.id

Abstrak
Pembelajaran kooperatif telah digunakan di Amerika sejak tahun 1990an. Sekitar 93% sampel guru di
Amerika melaporkan bahwa mereka menggunakan pembelajaran kooperatif, dengan 81% menggunakan
secara rutin. Pembelajaran kooperatif sedikit berbeda dengan konsep pembelajaran kolaboratif.
Pembelajaran kooperatif sebagai proses interaksi mutual untuk mencapai tujuan spesifik atau
mengembangkan produk akhir. Sedangkan pembelajaran kolaboratif menekankan pada interasksi social
dan tanggung jawab bersama. Dalam pembelajaran kooperatif siswa dapat memaksimalkan pembelajaran
mereka masing-masing saat mereka bekerja sama (Johnson, Johnson, & Smith, 2006). Hingga saat ini
pembelajaran kooperatif masih sangat relevan dengan kondisi pembelajaran saat ini, khususnya di
Indonesia. Oleh karena itu, pada artikel ini akan di bahas lebih lanjut mengenai landasan, konsep,
karakteristik dan aplikasi dari pembelajaran kooperatif.

Kata Kunci: cooperative learning, interaksi mutual

COOPERATIVE LEARNING: THE PSHYCOLOGICAL


FOUNDATIONS, CONCEPT, CHARACTERICTICS, BENEFIT
AND RISK

Singgih Subiyantoro1, Ismail2, Usman M.3


Program Studi Teknologi Pendidikan, Universitas Veteran Bangun Nusantara1
Program Studi Teknologi Pendidikan, STKIP Sidrap Rappang2
Email: singgihsubiyantoro@univetbantara.ac.id

Abstract
Cooperative learning has been used in America since the 1990s. Approximately 93% of American teacher
samples reported that they used cooperative learning, with 81% using it routinely. Cooperative learning is
slightly different from the concept of collaborative learning. Cooperative learning as a process of mutual
interaction to achieve specific goals or develop the final product. While collaborative learning emphasizes
social interaction and shared responsibility. In cooperative learning students can maximize their
individual learning as they work together (Johnson, Johnson, & Smith, 2006). Until now cooperative
learning is still very relevant to the current learning conditions, especially in Indonesia. Therefore, in this
article will be discussed further about the foundations, concepts, characteristics and applications of
cooperative learning.

Keywords: cooperative learning, mutual interaction

144
PENDAHULUAN mengenai landasan psikologis, konsep,
Pembelajaran kooperatif sudah lama karakteristik dan aplikasi pembelajaran
digunakan, bahkan ada sejak tahun kooperatif.
1980an. Fokus pembelajaran kooperatif
adalah pada interaksi bersama sosial dan KAJIAN TEORITIS
tanggungjawab bersama. Berkaitan Landasan Psikologis Cooperative
dengan pembelajaran kooperatif Panits Learning
(1999) menjelaskan pembelajaran Falsafah yang mendasari strategi
kooperatif sebagai proses interaksi cooperative learning atau pembelajaran
bersama untuk mencapai tujuan spesifik kooperatif atau pembelajaran gotong
atau mengembangkan produk akhir. royong dalam pendidikan adalah falsafah
Sedangkan pembelajaran kolaboratif homo homini socius. Falsafah ini
dijelaskan oleh Shelton & Rawlings menekankan bahwa manusia adalah
(1992), yaitu pembelajaran yang makhluk sosial. Kerja sama merupakan
menekankan pada interasksi sosial, kebutuhan yang sangat penting bagi
keterlibatan intelektual dan tanggung kelangsungan hidup. Tanpa kerja sama,
jawab bersama. tidak akan ada individu, keluarga,
Penelitian sekitar tahun 1990an, organisasi, atau sekolah. Tanpa kerja
ditemukan bahwa 93% sampel guru AS sama, kehidupan ini sudah punah.
melaporkan bahwa mereka menggunakan Ironisnya, strategi pembelajaran
pembelajaran kooperatif, dengan 81% kooperatif belum banyak diterapkan
melaporkan penggunaan sehari-hari dalam pendidikan di Indonesia,
(Slavin, 1995). Johnson juga menyatakan walaupun orang indonesia sangat
bahwa dalam pembelajaran kooperatif membanggakan sifat gotong royong
siswa dapat memaksimalkan dalam kehidupan bermasyarakat (Anita
pembelajaran mereka sendiri dan Lie, 2010).
masing-masing saat mereka bekerja sama Teori lain yang menjadi landasan
(Johnson, Johnson, & Smith, 2006). pembelajaran koopertif yaitu teori
Berdasarkan pemaparan di atas, konstruktivisme sosial Vygotsky.
pembelajaran kooperatif masih sangat Vygotsky menjelaskan bahwa peran
relevan dengan kondisi pembelajaran budaya dan masyarakat, bahasa, dan
saat ini. Oleh karena itu, pada bab interaksi sangat penting dalam
berikutnya akan di bahas lebih lanjut memahami bagaimana manusia belajar.
145
Vygotsky berasumsi bahwa pengetahuan kelompok adalah saling ketergantungan
adalah budaya. Dia menggunakan antar anggota (diciptakan oleh tujuan
pendekatan sosio-kultural dalam studinya bersama) yang menyebabkan kelompok
dengan anak-anak. Pendekatan ini dapat tersebut menjadi "keseluruhan dinamis"
digambarkan secara singkat sebagai sehingga sebuah perubahan dalam
"kooperatif" dan "budaya." Vygotsky keadaan anggota manapun atau
menegaskan bahwa pengembangan subkelompok mengubah keadaan
individu, termasuk pemikiran, bahasa, anggota atau subkelompok lainnya, dan
dan proses penalaran mereka, adalah (b) keadaan ketegangan intrinsik dalam
hasil budaya. Kemampuan ini anggota kelompok memotivasi gerakan
dikembangkan melalui interaksi sosial menuju pencapaian tujuan bersama yang
dengan orang lain (terutama orang tua diinginkan. Agar saling ketergantungan
dan guru); Oleh karena itu, mereka ada, harus ada lebih dari satu orang atau
mewakili pengetahuan bersama tentang entitas yang terlibat, dan orang atau
budaya tertentu. Vygotsky mempelajari entitas harus saling mempengaruhi satu
pertumbuhan anak-anak dari lingkungan sama lain karena perubahan dalam
mereka dan melalui interaksi mereka keadaan seseorang menyebabkan
dengan orang lain, ia menemukan bahwa perubahan keadaan orang lain (Jhonson
apa yang diberikan dan apa yang terjadi & Smith, 2006)
di lingkungan sosial (misalnya dialog,
Definisi dan Konsep Cooperative
tindakan, dan aktivitas), membantu anak
Learning
belajar, dan berkembang (Li&Lam,2005)
Slavin (2011) dalam (Tran, Giang, &
Pembelajaran kooperatif juga
Giang, 2014) mendefinisikan
dilandasi Teori Interdependensi Sosial.
pembelajaran kooperatif atau cooperative
Teori interdepedensi sosial sadah
learning sebagai “instructional methods
dikembangkan awal 1900-an, ketika
in which teachers organize students into
salah satu pendiri Sekolah Psikologi
small groups, which then work together
Gestalt, Kurt Koffka, mengusulkan agar
to help one another learn academic
kelompok-kelompok belajar bersifat
content” Slavin juga menambahkan
dinamis di mana saling ketergantungan
bahwa cooperative learning terdiri dari 5
antar anggota dapat bervariasi. Salah satu
prinsip mendasar, yakni positive
rekannya, Kurt Lewin memperbaiki
interdependence, promotive interaction,
Konsep Koffka yaitu : (a) esensi sebuah
146
individual accountability, teaching of Roger & Johnson (1984) dalam
interpersonal and social skills, dan Kholis (2009) mengatakan bahwa tidak
quality of group processing. semua kerjasama bisa dianggap sebagai
Stahl and Vansickel (1992) dalam cooperative learning. Untuk memenuhi
Ajaja (2010) menyebut cooperative itu, terdapat 8 prinsip pembelajaran
learning sebagai suatu strategi kooperatif yang harus diterapkan
pembelajaran. Mereka mengatakan (Jacobs, 2016): 1) Pengelompokan
bahwa setiap strategi pembelajaran heterogen. Setiap kelompok harus
kooperatif, when used appropriately, can bervariasi, seperti jenis kelamin, etnis,
enable students to move beyond the text, kelas sosial, agama, kepribadian, usia,
memorization of basic facts, and learning kemampuan bahasa, dan ketekunan
lower level skills. Artinya ketika siswanya. 2) Keterampilan kolaboratif.
pembelajaran kooperatif digunakan Keterampilan kolaboratif adalah
dengan tepat maka akan mampu kemampuan siswa dalam bekerja sama,
meningkatkan kognitif siswa. saling berbagi hal-hal yang dibutuhkan
Kholis (2009) menyebutkan bahwa untuk bekerja dengan orang lain. 3)
pembelajaran kooperatif mengutamakan Otonomi kelompok. Prinsip ini
kerjasama di antara peserta didik untuk mendorong siswa untuk terlibat aktif,
mencapai tujuan pembelajaran. Siswa bertanggung jawab, dan tidak
bekerja dengan kelompok dan bukan mengandalkan guru. Jika kelompok
individu untuk menyelesaikan tugas mengalami kesulitan, guru tidak boleh
akademik. Prosedur ini mengharuskan terlalu banyak mengintervensi, biarkan
siswa bekerja sama, berbagi dan saling kelompok yang mencari solusinya. 4)
membantu dalam menyelesaikan tugas Interaksi simultan. Di kelas di mana
dan dengan demikian, merupakan teknik aktivitas kelompok tidak digunakan, pola
yang efektif untuk meningkatkan interaksinya adalah sekuensial, di mana
kemungkinan perilaku sosial yang positif satu orang (guru) pada satu waktu yang
(Rachmawati, 2017). Pembelajaran biasanya berbicara. Sebaliknya, ketika
kooperatif cukup berbeda dengan strategi aktivitas kelompok digunakan, maka
pembelajaran lain yang berpusat pada setiap siswa di setiap kelompok dapat
guru, strategi pembelajaran ini telah berbicara. 5) Partisipasi yang setara.
terbukti efektif digunakan di berbagai Masalah yang sering terjadi dalam
materi dan jenjang pendidikan. kelompok adalah satu atau dua anggota
147
kelompok mendominasi kelompok Karakteristik Cooperative Learning
tersebut dan menghalangi partisipasi Menurut Jhonson & Jhonson dalam
anggota lain. Pembelajaran kooperatif Woods & Chen (2010) cooperative
menawarkan banyak cara agar ada learning memiliki kekhasan atau
partisipasi yang lebih setara di antara karakteristik sebagai berikut. 1)
anggota kelompok. 6) Tanggung jawab Ketergantungan positif. Interdependensi
individu. Pembelajaran kooperatif positif memberi siswa gagasan bahwa
mendorong tanggung jawab individu di agar kelompok bisa sukses, setiap
dalam kelompok, diharapkan semua anggota kelompok harus sukses. Tujuan
anggota mencoba untuk belajar dan saling belajar membantu memperkuat
berbagi pengetahuan dan gagasan mereka saling ketergantungan positif. Siswa
dengan anggota lain. 7) Ketergantungan diberi materi pembelajaran dan diberi
positif. Prinsip ini merupakan jantung tanggung jawab untuk memastikan setiap
pembelajaran kooperatif. Jika anggota kelompok mempelajari materi
ketergantungan positif ada di antara tersebut. Penghargaan bersama, seperti
anggota kelompok, mereka akan merasa poin dan bonus, juga bisa dijadikan
bahwa teman yang membantu salah satu motivasi. Misalnya, jika setiap anggota
anggota kelompok tersebut berarti kelompok mencapai sasaran kinerja
membantu anggota lainnya, dan jika ada berdasarkan penilaian, setiap anggota
salah satu yang kelompok akan menerima poin
menghambat/menyusahkan berarti telah tambahan. Banyak penelitian
menyusahkan anggota lainnya. Akan mengungkapkan bahwa siswa yang
muncul perasaan "Semua untuk satu, dan belajar di lingkungan belajar kooperatif
satu untuk semua" yang membuat setiap menunjukkan tingkat interdependensi
anggota kelompok ingin saling positif yang lebih tinggi. 2) Interaksi
membantu, untuk tujuan bersama. 8) tatap muka. Interaksi tatap muka
Kerjasama sebagai nilai. Kerjasama mendorong siswa untuk berperan aktif
menjadi satu cara untuk belajar, dan dalam kesuksesan kelompok. Siswa
menjadi bagian dari materi yang harus dapat melakukannya dengan saling
dipelajari. membantu mempelajari materi pelajaran
yang ditugaskan. Interaksi pribadi
memungkinkan siswa saling mendukung
dan berbagi pengetahuan atau
148
pengalaman. Hasil penelitian Aplikasi Cooperative Learning
menunjukkan bahwa komponen interaksi Desain dan Evaluasi
tatap muka dengan startegi pembelajaran Pembelajaran kooperatif adalah
kooperatif berpengaruh secara positif perubahan besar dari pengajaran yang
terhadap prestasi belajar siswa, yang berpusat pada guru, dan oleh karena itu
pada akhirnya mencapai tingkat prestasi Cooperative Learning menjadi isu baru
yang lebih tinggi daripada siswa yang yang perlu dipertimbangkan oleh
belajar di kelas yang berpusat pada guru. pendidik (Cohen, 1994) (Jacobs, 2016).
3) Tanggung jawab individu. Tanggung Ketika menggunakan Cooperative
jawab individu digunakan untuk Learning tidak berarti guru harus
memastikan distribusi beban kerja yang meninggalkan teacher centered, artinya
adil. Agar tanggung jawab individu masih ada peluang menggabungkan
terbentuk, guru harus memberikan tes berbagai metode pembelajaran.
individual kepada setiap siswa, memilih Secara umum, pembelajaran
siswa secara acak untuk mewakili kooperatif dapat diterapkan melalui
keseluruhan kelompok, meminta setiap prosedur sebagai berikut. 1)
siswa menjelaskan apa yang telah Menyampaikan tujuan dan memotivasi
mereka pelajari pada teman sekelasnya. siswa. Pengajar menyampaikan semua
4) Keterampilan sosial. Pembelajaran tujuan pelajaran yang ingin dicapai dan
kooperatif mengharuskan siswa untuk memotivasi siswa belajar. 2) Menyajikan
berinteraksi pada tingkat interpersonal. informasi. Pengajar menyajikan
Pada banyak kasus, siswa harus diajari informasi pada siswa dengan jalan
keterampilan seperti bagaimana demonstrasi atau lewat bahan bacaan. 3)
memimpin, menyelesaikan konflik, Mengorganisasikan siswa kedalam
membangun kepercayaan, dan kelompok-kelompok belajar. Pengajar
pengambilan keputusan yang efektif. 5) menjelaskan pada siswa bagaimana
Pengorganisasian kelompok. caranya membentuk kelompok belajar
Pengorganisasian kelompok dipandang dan membantu setiap kelompok agar
sebagai bagian penting dari pengalaman melakukan transisi secara efisien. 4)
belajar kooperatif. Namun, pengaruh Membimbing kelompok bekerja dan
sistem pengelompokan terhadap prestasi belajar. Pengajar membimbingkelompok
belajar siswa dan literasi konten belum belajar pada saat siswa mengerjakan
ditemukan. tugas. 5) Pengajar mengevaluasi hasil
149
belajar tentang materi yang telah penting dalam dunia persaingan global.
dipelajari atau masing-masing kelompok Jika guru menggunakan strategi
mempresentasikan hasil kerjanya. 6) pembelajaran kooperatif untuk
Memberikan penghargaan. Pengajar meningkatkan prestasi belajar, guru
mencari cara-cara untuk menghargai baik harus mengidentifikasi strategi
upaya maupun hasil belajar individu dan pembelajaran kooperatif yang efektif
kelompok. dengan memperhatikan interdependensi
Pembelajaran kooperatif tidak positif, interaksi tatap muka,
sekedar menempatkan siswa dalam akuntabilitas individu, pengorganisasian
kelompok dan memberi setiap siswa tes kelompok, dan keterampilan sosial.
di akhir materi pembelajaran. "Untuk Guru perlu menyusun tugas
menggunakan pembelajaran kooperatif sedemikian rupa, sehingga setiap anggota
secara efektif, guru harus tahu apa dan kelompok harus menyelesaikan tugasnya
yang bukan kelompok kooperatif" sendiri agar yang lain bisa mencapai
Johnson, Johnson, & Holubec, 1994 tujuan mereka. Dalam metode Jigsaw,
dalam Woods & Chen (2010). Kelompok Aronson menyarankan jumlah anggota
studi, kelompok proyek, kelompok kelompok dibatasi sampai dengan empat
laboratorium, dan kelompok bacaan orang saja dan keempat anggota ini
adalah kelompok, namun kelompok ditugaskan membaca bagian yang
tersebut tidak harus kooperatif. Bahkan berlainan. Keempat anggota ini lalu
mungkin selama ini guru hanya berkumpul dan bertukar informasi.
menggunakan kelompok belajar kelas Selanjutnya, pengajar akan mengevaluasi
tradisional, bukan kelompok belajar mereka mengenai seluruh bagian.
kooperatif. Untuk memastikan bahwa Melalui cara ini, setiap anggota
sebuah kelompok kooperatif, maka guru merasa bertanggung jawab untuk
harus memahami berbagai cara menyelesaikan tugasnya agar yang lain
pembelajaran kooperatif dapat digunakan bisa berhasil. Penilaian juga dilakukan
dan elemen dasar yang perlu disusun dengan cara yang unik. Setiap siswa
secara hati-hati dalam setiap kegiatan mendapatkan nilai individu dan nilai
kooperatif. kelompok. Nilai kelompok dibentuk dari
Strategi pembelajaran kooperatif "sumbangan" setiap anggota. Untuk
akan terus dimanfaatkan oleh pendidik. menjaga keadilan, setiap anggota
Prestasi siswa dan literasi konten sangat menyumbangkan poin di atas nilai rata-
150
rata mereka. Misalnya, nilai rata-rata si A menengah, sekolah menengah atas, dan
adalah 65 dan kali ini dia mendapat 72, perguruan tinggi. Bahkan teori
maka dia akan menyumbangkan 7 point pembelajaran kooperatif juga telah
untuk nilai kelompok mereka. Dengan berhasil diterapkan ke tempat kerja.
demikian, setiap siswa akan bisa Setidaknya ada 8 manfaat dari
mempunyai kesempatan untuk penerapan cooperative learning sebagai
memberikan sumbangan. suatu strategi pembelajaran, diantaranya:
Beberapa siswa yang kurang mampu 1) Melalui cooperative learning siswa
tidak akan rasa minder terhadap rekan- tidak terlalu menggantungkan pada guru,
rekan mereka karena mereka akan tetapi dapat menambah kepercayaan
memberikan sumbangan. Malahan kemampuan berfikir sendiri, menemukan
mereka akan merasa terpacu untuk informasi dari berbagai sumber, dan
meningkatkan usaha mereka dan dengan belajar dari siswa yang lain. 2)
demikian menaikkan nilai mereka. Cooperative learning dapat
Sebaliknya, siswa yang lebih pandai juga mengembangkan kemampuan
tidak akan merasa dirugikan karena mengungkapkan ide atau gagasan dengan
rekannya yang kurang mampu juga telah kata-kata secara verbal dan
memberikan bagian sumbangan mereka. membandingkannya dengan ide-ide
orang lain. 3) Cooperative learning dapat
Manfaat Digunakannya Pembelajaran membantu anak untuk respek pada orang
Kooperatif lain dan menyadari akan keterbatasannya
Sejumlah penelitian mengenai serta menerima segala perbedaan. 4)
pembelajaran kooperatif telah dilakukan, Interaksi selama pembelajaran kooperatif
Edvantia (2005) dalam Adams (2013), berlangsung dapat meningkatkan
menyebutkan "pembelajaran kooperatif motivasi dan memberikan rangsangan
menunjukkan dampak yang kuat pada untuk berfikir, hal ini berguna
prestasi siswa serta peningkatan motivasi untuk proses pendidikan jangka panjang.
dan interaksi sosial yang lebih baik 5) Cooperative learning dapat membantu
dengan orang dewasa dan teman sebaya". memberdayakan setiap siswa untuk lebih
Terbukti, pembelajaran kooperatif efektif bertanggung jawab dalam belajar. 6)
dalam berbagai bidang. Penelitian ini Cooperative learning merupakan suatu
menunjukkan peningkatan prestasi strategi yang cukup ampuh untuk
belajar siswa di tingkat sekolah dasar, meningkatkan prestasi akademik skaligus
151
kemampuan sosial, termasuk juga harus belajar bagaimana
mengembangkan hubungan interpersonal membangun kepercayaan diri, dan untuk
yang positif dengan yang lain, mencapai kedua hal itu dalam
mengembangkan keterampilan me- cooperative learning memang bukan
manage waktu. 7) Melalui cooperative pekerjaan yang mudah.
learning dapat mengembangkan
kemampuan siswa untuk menguji ide dan SIMPULAN DAN SARAN
menerima umpan balik. Siswa dapat Secara umum pembelajaran
berpraktik memecahkan masalah tanpa kooperatif berdasarkan falsafah homo
takut membuat kesalahan, karena homini socius dan berdasarkan pada teori
keputusan yang di buat adalah tanggung konstruktivisme sosial dan
jawab kelompoknya. 8) Cooperative interdependensi sosial. Ada delapan
learning dapat meningkatkan prinsip yang melekat pada pembelajaran
kemampuan siswa menggunakan kooperatif, yaitu pengelompokan
informasi dan kemampuan belajar heterogen, keterampilan kolaboratif,
abstrak menjadi nyata. otonomi kelompok, interaksi simultan,
partisipasi yang setara, tanggung jawab
Risiko Digunakannya Pembelajaran individu, ketergantungan positif, dan
Kooperatif kerjasama sebagai nilai. Berdasarkan
Keberhasilan cooperative learning delapan prinsip tersebut, ada lima hal
dalam upaya mengembangkan kesadaran yang menjadi karakteristik utama dari
berkelompok memerlukan periode waktu pembelajaran kooperatif, yakni
yang cukup panjang, hal ini tidak ketergantungan positif, interaksi tatap
mungkin dapat tercapai hanya dengan muka, tanggung jawab individu,
satu atau dua kali penerapan cooperative keterampilan social, dan
learning. Walaupun kemampuan bekerja pengorganisasian kelompok.
sama merupakan kemampuan yang Pembelajaran kooperatif sangat
sangat penting untuk siswa, akan tetapi terikat pada rancangan tugas dan evaluasi
banyak aktivitas dalam kehidupan yang pembelajaran yang sudah terstruktur
hanya didasarkan kepada kemampuan sehingga siswa diharuskan mengikuti
secara individual. Oleh karena itu, langkah yang ditetapkan guru. Meskipun
idealnya melalui cooperative learning pembelajarannya dalam kelompok,
selain siswa belajar bekerja sama, siswa namun nilainya tetap individu.
152
Pembelajarann kooperatif sebaiknya Kholis, N. (2009). Penerapan Strategi
Pembelajaran Kooperatif dalam
diterapkan dengan benar-benar Peningkatan Kualitas Perkuliahan
Matematika. Jurnal edukasi, 5(1), 29–40.
memperhatikan kebutuhan belajar siswa. Panitz,Ted. 1996. A Definition of Collaborative vs
Cooperative Learning:
Agar tercipta kelompok kerja yang http://www.city.londonmet.ac.uk/
efektif, guru harus pandai deliberations/collab.learning/pani tz2.html.
Rachmawati, W. D. (2017). Efektivitas
mengorganisasikan kelompok dan Pembelajaran Kooperatif ( Cooperative
Learning ) Untuk Meningkatkan
menyusun tugas sedemikian rupa Keterampilan Sosial Pada Siswa Taman
Kanak-Kanak. Jurnal Psikologi Ulayat, 4(2),
sehingga setiap anggota kelompok 160–174.
Slavin RE (1995) Research on cooperative
mampu menyelesaikan tugasnya sendiri learning and achievement: what we know,
agar tujuan pembelajaran tercapai. what we need to know. Contemp Educ
Psychol 21:43–69
Slavin RE (2011) Instruction Based On
Cooperative Learning, Johns Hopkins
REFERENSI University and University of York.
Tran, V. D., Giang, A., & Giang, A. (2014). The
Adams, A. R. (2013). Cooperative Learning Effects of Cooperative Learning on the
Effects On The Classroom. In Cooperative Academic Achievement and Knowledge
Learning (pp. 1–40). Retention. International Journal of Higher
Ajaja, O. P. (2010). Effects of Cooperative Education, 3(2), 131–140.
Learning Strategy on Junior Secondary Woods, D. M., & Chen, K. (2010). Evaluation
School Students Achievement in Integrated Techniques For Cooperative Learning.
Science. Electronic Journal of Sciense International Journal of Management &
Education, 14(1), 1–18. Information Systems, 14(1), 1–6.
Anita Lie, (2010). Cooperative Learning:
Mempraktekkan Cooperative Learning di
Ruang Kelas Jakarta: Grasindo,.
Bonk, C. J., & Cunningham, D. J. (1998).
Searching for learner-centered,
constructivist, and sociocultural components
of collaborative educational learning tools.
Electronic Collaborators: Learner-Centered
Technologies for Literacy, Apprenticeship,
and Discourse, 25, 25–50.
Cabrera, AF., Nora, A., Crissman, Jl., Terenzini,
P.T., Bernal, Elena M., & Pascarella, ET.
2002. Collaborative Learning: Its Impact on
College Students Development and Diversity.
Journal of College Students Development, 1
(43), 20- 34.
Clark, Jill.,& Baker, Trish. 2007. Collaborative
learning in diverse groups: a New Zealand
experience. ISANA International Conference
"Student success in international education",
27-30 November, Stamford Grand, Glenelg,
Adelaide, Australia
Jacobs, G. (2016). Cooperative learning : theory ,
principles , and techniques. Researchgate,
(january).
Johnson. D.W., Johnson. R.T., Smith. K, 2006,
Cooperative Learning: Improving University
Instruction By Basing Practice On Validated
Theory, University of Minnesota
153

Anda mungkin juga menyukai