Anda di halaman 1dari 5

BAB X

MODEL KOOPERATIF DAN KOLABORATIF DALAM


PEMBELAJARAN GEOGRAFI

A. PENDAHULUAN
1. Deskripsi Singkat
Bab X buku ajar ini akan memaparkan mengenai model kooperatif dan kolaboratif dalam
pembelajaran geografi. Dalam bab ini juga dijelaskan elemen-elemen penting dalam setiap model
pembelajaran tersebut dan bagaimana perbedaan antar model dalam penerapannya dalam pembelajaran.

Relevansi
Uraian mengenai model kooperatif dan kolaboratif dalam pembelajaran geografi erat kaitannya
dengan mata kuliah Model dan Strategi Pembelajaran Geografi. Dalam mata kuliah ini, perlu didalami
lebih lanjut mengenai model kooperatif dan kolaboratif karena model ini merupakan salah satu dasar dari
model-model pembelajaran lain yang dikembangkan pada saat ini.

Capaian Pembelajaran Maka Kuliah


Setelah mempelajari Bab ini, mahasiswa diharapkan mampu:
a. Menganalisis model cooperatif learning dan implementasinya dalam pembelajaran geografi
b. Menganalisis model colaboratif learning dan implementasinya dalam pembelajaran geografi

PENYAJIAN MATERI
1. Model Pembelajaran Kooperatif
Pasal 1 Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional menyebutkan
bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu
lingkungan belajar. Jadi pembelajaran adalah proses yang disengaja yang menyebabkan siswa belajar
pada suatu lingkungan belajar untuk melakukan kegiatan pada situasi tertentu.
Lebih dari 5 dekade yang lalu, para peneliti menemukan kecederungan unik dalam perilaku
manusia. Mereka umumnya sepakat bahwa perilaku individu-individu akan berubah ketika mereka
bekerja dalam kelompok-kelompok. Penelitian tentang kelompok ini mulai dikenal luas sejak isu
dinamika kelompok (dynamic of group) yang antara lain digagas oleh Dewey, Moreno dan Lewin. Pada
tahun 1970-an, isu ini berkembang tidak hanya dalam ranah psikologi sosial tetapi juga dalam psikologi
pendidikan. Elliot Aronsong (1975) dan David W. Johnson dan Roger T. Johnson (1975) adalah dua
pakar yang mengawali isu “kooperasi dalam pendidikan”. Lalu, isu ini terinstitusionalisasi oleh Robert
Slavin dan rekan-rekannya di lingkungan John Hopkins University. Mereka lalu secara bertahap
memperkenalkan pembelajaran kooperatif di lingkungan pendidikan melalui metode-metode yang
terkenal seperti Jigsaw, TGT, STAD dan sebagainya (Huda, 2011:vii).
Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) dapat didefiniskan sebagai “small group of
learners working together as a team to solve the problem, complete a task, or accomplish common goal”
(Arzt & Newman, 1990 dalam Huda, 2010:vii-viii). Model pembelajaran kooperatif mengharuskan siswa
untuk bekerja sama dan saling bergantung secara positif antar satu sama lain dalam konteks struktur
tugas, struktur tujuan dan struktur reward. Gagasan di balik pembelajaran ini adalah bagaimana materi
pelajaran dirancang sedemikan rupa sehingga siswa dapat bekerja sama untuk mencapai tujuan-tujuan
pembelajaran.
Dalam suatu kelas, apapun mata pelajarannya, seorang pendidik memiliki pilihan terkait dengan
pencapaian tujuan pembelajaran dan merancang skenario pembelajaran yang akan dilaksanakan.
Diantaranya adalah:
a. Merancang pembelajaran dimana peserta didik akan terlibat dalam zona menang-kalah dan setiap
peserta didik berupaya untuk menjadi yang terbaik dibanding yang lainnnya (kompetisi).
b. Merancang pembelajaran dimana peserta didik bekerja secara mandiri untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Setiap peserta didik berupaya untuk bergerak sesuai dengan tingkat kemampuan
masing-masing dan mencapai keunggulan (individualistis).
c. Merancang pembelajaran dimana peserta didik bekerja dalam kelompok-kelompok kecil dan
memastikan bahwa semua anggota kelompok dapat menguasai materi yang diberikan (kooperasi).

Menurut Johnson & Johnson (2010:4-5) menjelaskan bahwa kooperasi berarti bekerja bersama
untuk mencapai tujuan bersama. Dalam kegiatan yang kooperatif setiap anak berusaha mencapai hasil
yang menguntungkan bagi diri mereka sendiri dan bagi semua anggota kelompok. Pembelajaran
kooperatif (cooperative learning) adalah proses belajar mengajar yang melibatkan penggunaan kelompok-
kelompok kecil yang memungkinkan siswa bekerja secara bersama-sama di dalamnya guna
memaksimalkan pembelajaran mereka sendiri dan pembelajaran satu sama lain. Beberapa kalimat
filosofisnya yaitu “keberhasilanmu menguntungkan bagiku da keberhasilanku menguntungkan bagimu”,
kita semua akan tenggelam atau berenang bersama”, “kami tidak bisa melakukannya tanpamu” serta
kalimat-kalimat motivatif seperti “kamu dapat nilai A, bagus sekali”.
Dalam pembelajaran kooperatif ada interdepedensi, saling ketergantungan positif diantara peserta
didik dalam mencapai tujuan pembelajaran, peserta didik memandang bahwa mereka bisa mencapai
tujuan pembelajaran mereka jika dan hanya bisa jika siswa lain di dalam kelompok pembelajaran juga
berhasil meraih tujuan belajar mereka (Deursch dalam Johnson & Johnson, 2010:5). Agar kerja kooperatif
dapat berjalan dengan baik, guru harus menyusun secara eksplisit lima komponen esensial dalam
pembelajaran kooperatif dan peserta didik harus memahaminya dengan baik yaitu:
a. Positive Interdependence atau interdependensi positif. Peserta didik harus memahami bahwa setiap
peserta didik terhubung dengan peserta didik yang lain. Usaha dari satu orang peserta didik tidak
hanya berguna untuk diri dia sendiri tapi juga bermanfaat bagi anggota kelompok dan seisi kelas
serta adanya kepedulian satu siswa terhadap siswa lain dalam pencapaian tujuan belajar serta saling
mendukung usaha satu sama lain.
b. Promotive Interaction atau interaksi yang mendorong. Peserta didik dirangsang untuk berinteraksi,
saling mendukung, saling menyemangati dan menghargai usaha setiap peserta didik sekecil apapun.
Termasuk disini adalah kesediaan peserta didik dalam berinisiasi untuk menjelaskan,
mendemontrasikan dan sebagainya kepada peserta didik yang lain yang membutuhkan.
c. Individual Accountability atau Tanggung Jawab Individu. Tujuan pembelajaran kooperatif adalah
agar masing-masing individu anggota kelompok menjadi pribadi yang lebih kuat (dalam hal
menguasai dan mencapai tujuan pembelajaran). Tanggung jawab individu memastikan bahwa
semua anggota kelompok tahu siapa saja yang membutuhkan bantuan, dukungan dan dorongan
serta menghindari perilaku “menyontek”.
d. Interpersonal and Small-group Skills atau skil-skil interpersonal dan kelompok-kelompok kecil.
Dalam kelompok pembelajaran kooperatif, siswa dituntut untuk mempelajari pelajaran (tugas)
akademik dan juga skil-skil interpersonal dan memainkan peran dan fungsi dalam kelompok kecil.
Hal ini membuat pembelajaran kooperatif secara inheren lebih kompleks dibanding pembelajaran
kompetitif atau individualistik.
e. Group Processing atau pemrosesan kelompok. Pemrosesan kelompok terjadi ketika anggota
kelompok berdiskusi mengenai seberapa baik mereka telah mencapai tujuan masing-masing dan
seberapa baik mereka telah memelihara hubungan kerja yang baik.

Fosnot, 1989 dalam Johnson & Johnson (2010:11) menyatakan bahwa “pembelajaran perlu
dipandang sebagai sesuatu yang dilakukan oleh para pelajar, bukan sesuatu yang diperlakukan pada para
pelajar”. Dalam pembelajaran kooperatif, peserta didik diarahkan untuk memaksimalkan usaha guna
mencapai tujuan belajar masing-masing yang dilakukan secara bersama dengan menunjukkan semangat
saling mendukung, saling menyemangati, saling menghargai dan menyenangkan.

Pembelajaran Kolaboratif
Johnson Johnson & Smith (1991) menyatakan bahwa kolaboratif adalah suatu filosofi interaksi dan
gaya hidup personal di mana individual bertanggung jawab terhadap tindakan mereka, meliputi belajar
dan respek kemampuan dan kontribusi rekan-rakan mereka. Belajar kolaboratif berdasarkan atas prinsip-
prinsip sebagai berikut:
a. Hasil kerja bersama-sama dalam suatu mengerti lebih baik daripada apabila hasil itu dicapai
melalui bekerja secara independen.
b. Kontribusi interaksi berbicara dan menulis terhadap mengerti yang ditingkatkan ini.
c. Ada kesempatan untuk menjadi sadar, melalui pengalaman kelas, hubungan antara interaksi sosial
dan meningkatkan mengerti.
d. Ada elemen dari mengerti yang ditingkatkan ini adalah istimewa dan tidak dapat diprediksi.
e. Partisipasi sukarela dan harus dengan bebas terlibat.

Pembelajaran kolaboratif dapat menyediakan peluang untuk menuju pada kesuksesan praktek-
praktek pembelajaran. Sebagai teknologi untuk pembelajaran (technology for instruction), pembelajaran
kolaboratif melibatkan partisipasi aktif para siswa dan meminimisasi perbedaan-perbedaan antar individu.
Ide pembelajaran kolaboratif bermula dari perpsektif filosofis terhadap konsep belajar. Untuk dapat
belajar, seseorang harus memiliki pasangan. Pada tahun 1916, John Dewey, menulis sebuah buku
“Democracy and Education” yang isinya bahwa kelas merupakan cermin masyarakat dan berfungsi
sebagai laboratorium untuk belajar tentang kehidupan nyata. Pemikiran Dewey yang utama tentang
pendidikan (Jacob;1996) adalah:
a. Siswa hendaknya aktif, learning by doing
b. Belajar hendaknya didasari motivasi intrinsik
c. Pengetahuan adalah berkembang, tidak bersifat tetap
d. Kegiatan belajar hendaknya sesuai dengan kebutuhan dan minat siswa
e. Pendidikan harus mencakup kegiatan belajar dengan prinsip saling memahami dan saling
menghormati satu sama lain, artinya prosedur demokratis sangat penting.
f. Kegiatan belajar hendaknya berhubungan dengan dunia nyata dan bertujuan mengembangkan
dunia tersebut.

Menurut Smith & MacGregor (1992) Metode kolaboratif didasarkan pada asumsi-asumsi
mengenai siswa dan proses belajar sebagai ;
a. Belajar itu aktif dan konstruktif. Untuk mempelajari bahan pelajaran, siswa harus terlibat secara
aktif dengan bahan itu. Siswa perlu mengintegrasikan bahan baru ini dengan pengetahuan yang
telah dimiliki sebelumnya. Siswa membangun makna atau mencipta sesuatu yang baru yang terkait
dengan bahan pelajaran
b. Belajar itu bergantung konteks. Kegiatan pembelajaran menghadapkan siswa pada tugas atau
masalah menantang yang terkait dengan konteks yang sudah dikenal siswa. Siswa terlibat langsung
dalam penyelesaian tugas atau pemecahan masalah itu.
c. Siswa itu beraneka latar belakang. Para siswa mempunyai perbedaan dalam banyak hal, seperti
latarbelakang, gaya belajar, pengalaman, dan aspirasi. Perbedaan-perbedaan itu diakui dan diterima
dalam kegiatan kerjasama, dan bahkan diperlukan untuk meningkatkan mutu pencapaian hasil
bersama dalam proses belajar.
d. Belajar itu bersifat sosial. Proses belajar merupakan proses interaksi sosial yang di dalamnya siswa
membangun makna yang diterima bersama.

Jadi pembelajaran kolaboratif yang dimaksud kali ini adalah pembelajaran aktif yang dimulai dari
kesadaran diri sendiri, sesuai dengan minat dan kebutuhan peserta didik, menghargai keberagaman
dengan mengembangkan dialog dan kolaborasi dalam suasana yang nyaman dan demokratis.
Pada kenyataan di lapangan istilah pembelajaran kooperatif dan pembelajaran kolaboratif sering
dipertukarkan satu sama lain atau disebut juga dengan istilah “inter-exchanging”. Menurut Panitz, 1997
dalam Huda (2011:331) menjelaskan bahwa sebenarnya perbedaan pembelajaran kooperatif dengan
pembelajaran kolaboratif adalah dimana pembelajaran kooperatif dianggap sebagai pembelajaran
kelompok yang sangat terstruktur, sedangkan pembelajaran kolaboratif tidak terlalu terstruktur. Dalam
pembelajaran kooperatif, struktur ini dibebankan kepada guru dan dirancang untuk mencapai tujuan dan
hasil akhir tertentu. Sedangkan dalam pembelajaran kolaboratif merepresentasikan filosofi interaksi yang
berbeda dimana peserta didik diberi wewenang yang lebih besar terhadap pembelajaran mereka sendiri.
Untuk mendapatkan gambaran tentang karakteristik pembelajaran kooperatif dan kolaboratif dapat
dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 23. Perbedaan Kooperatif dan Kolaboratif


Aspek Kooperatif Kolaboratif
Elemen 1. Positive interdependence 1. Positive
2. Face to face interaction interdependence
3. Individual accountability 2. Considerable
4. Keterampilan menjalin promotive
hubungan antar pribadi interaction
3. Individuak
accountability
4. Social skills
5. Group processing
Aspek Kooperatif Kolaboratif
Siswa Siswa menerima latihan dalam Siswa sudah memiliki
kemampuan bekerjasama dan kemampuan
sosial bekerjasama dan sosial.
Guru Guru memantau, mendengar Aktivitas kelompok
dan campur tangan dalam tidak dipantau oleh
kegiatan kelompok jika perlu guru. Jika timbul
persoalan, siswa
memecahkan sendiri
dalam kelompoknya.
Guru hanya
membimbing siswa ke
arah penyelesaian
persoalan.
Output Ada hasil kerja kelompok yang Draf kerja untuk
akan dinilai guru disimpan siswa untuk
kerja lanjutan
Penilaian Siswa menilai prestasi individu Siswa menilai prestasi
dan kelompok dengan individu dan kelompok
dibimbing oleh guru tanpa dibimbing oleh
guru.

Rangkuman
Sebagai rangkuman dari uraian materi pada Bab ini adalah:
a. Model pembelajaran kooperatif adalah
b. Model pembelajaran kolaboratif adalah pembelajaran aktif yang dimulai dari kesadaran diri
sendiri, sesuai dengan minat dan kebutuhan peserta didik, menghargai keberagaman dengan
mengembangkan dialog dan kolaborasi dalam suasana yang nyaman dan demokratis.

Daftar Rujukan
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional

Johnson W, D., Johnson T. Roger & Holubec. 2010. Colaborative Learning (Strategi Pembelajaran untuk
Sukses Bersama). Penerbit Nusa Media. Bandung

Johnson, D. W., Johnson, R. T., & Smith, K. A. (1991). Active Learning: Cooperation In The College
Classroom. Interaction Book Co. Edina, MN

Huda, Miftahul. 2011. Cooperative Learning (Metode, Teknik, Struktur dan Model Terapan). Pustaka
Pelajar. Yogyakart

Anda mungkin juga menyukai