Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

STRATEGI PEMBELAJARAN
“Pembelajaran Kooperatif”

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 17
1. Riska Apriani Harahap
2. Michael Waruwu

Dosen Pengampu
Rahmat Afandi, S.Pd.M.Pd.

RPOGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN SOSIAL DAN BAHASA
INSTITUT PENDIDIKAN TAPANULI SELATAN
T.A 2022

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia adalah makhluk individual, berbeda satu sama lain, karena
sifatnya yang individual maka manusia yang satu membutuhkan manusia yang
lainnya sehingga sebagai konsekuensi logisnya manusia harus menjadi
makhluk sosial, makhluk beriteraksi dengan sesamanya, selain itu manusia
memiliki potensi, latar belakang historis, serta harapan masa depan yang
berbeda-beda. Dari adanya perbedaan, manusia dapat silih asah (saling
mencerdaskan), saling membutuhkan maka harus ada interaksi yang silih asih
(saling menyayangi atau saling mencintai). Perbedaan antarmanusia yang tidak
terkelola secara baik dapat menimbulkan ketersinggungan dan kesalahpahaman
antarsesamanya. Agar manusia terhindar dari ketersinggungan dan
kesalahpahaman maka diperlukan interaksi yang silih asuh (saling tenggang
rasa). Dalam dunia pendidikan, khususnya pada jenjang pendidikan formal
banyak dijumpai perbedaan-perbedaan mulai dari perbedaan gender, suku,
agama, dan lain-lain. Dari karakter yang heterogen tersebut, timbul suatu
pertanyaan bagaimana guru dapat memotivasi seluruh siswa mereka untuk
belajar dan membantu saling belajar satu sama lain? Bagaimana guru dapat
menyusun kegiatan kelas sedemikian rupa sehingga siswa akan berdiskusi,
berdebat, dan menggeluti ide-ide, konsep-konsep, dan keterampilan sehingga
siswa benar-benar memahami ide, konsep dan keterampilan tersebut?
Bagaimana guru dapat memanfaatkan energi sosial seluruh rentang usia siswa
yang begitu besar di dalam kelas untuk kegiatan-kegiatan pembelajaran
roduktif? Bagaimana guru dapat mengorganisasikan kelas sehingga siswa
saling menjaga satu sama lain, saling mengambil tanggung jawab satu sama
lain, dan belajar untuk menghargai satu sama lain terlepas dari suku, tingkat
kinerja, atau ketidakmampuan karena cacat?
Model pembelajaran kooperatif nampaknya merupakan jawaban atas
pertanyaan tersebut. Pembelajaran kooperatif adalah kerja kelompok yang

2
terkelola dan terorganisasikan sedemikian sehingga peserta didik bekerja sama
dalam kelompok kecil untuk mencapai tujuan-tujuan akademik, effektif dan
sosial (Johnson dan Johnson,1989). Dalam model pembelajaran kooperatif
terdapat lima prinsip yang harus tercermin didalamnya.. lima prinsip tersebut
adalah : 1) saling ketergantungan positif; 2) tanggung jawab perseorangan; 3)
tatap muka; 4) komunikasi antar anggota; dan 5)evaluasi proses kelompok
(Lie, 2000). Dalam menyelesaikan tugasnya, peserta didik yang satu
membutuhkak peserta didik yang lain, karena mereka bekerja dalam satu team.
Masing-masing peserta didik memiliki tanggung jawab untuk memberikan
kontribusi pada kelompoknya. Peserta didik yang paham terhadap salah satu
tugas harus membantu peserta didik lain yang belum memahami tugas tersebut.
Demikian pula peserta didik yang belum paham harus meminta penjelasan
kepada yang telah paham. Mereka juga harus berinteraksi satu sama lainnya
melalui tatap muka dan komunikasi. Evaluasi dilakukan baik secara individual
maupun kelompok. Prinsip-prinsip pembelajaran demikian akan mengeliminasi
kompetisi yang menimbulkan krisis kepribadian seperti frustasi, kecemasan
yang berlebihan, dan rasa rendah diri yang berujubg pada motivasi belajar yang
rendah. Dari uraian diatas, nampak bahwa model pembelajaran koopertif dapat
menjadi solusi alternatif dalam mengurangi dampak krisis kepribadian
sebagaiman yang dikemukakan oleh Erikson.

B. Rumusan Masalah
1. Pengertian pembelajaran kooperatif
2. Prosedur pembelajaran kooperatif
3. Konsep dasar strategi pembelajaran kontekstual
4. Latar belakang filosofis dan psikologis

C. Tujuan
1. Mengetahui Pengertian pembelajaran kooperatif
2. Mengetahui pembelajaran kooperatif
3. Mengetahui Konsep dasar strategi pembelajaran kontekstual
4. Mengetahui Latar belakang filosofis dan psikologis

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pembelajaran Kooperatif


Posamentier secara sederhana menyebutkan cooperative learning atau
belajar secara kooperatif adalah penempatan beberapa siswa dalam kelompok
kecil dan memberikan mereka sebuah atau beberapa tugas.
Model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang
didalamnya mengkondisikan para siswa bekerja bersama-sama didalam
kelompok-kelompok kecil untuk membantu satu sama lain dalam belajar.
Pembelajaran kooperatif didasarkan pada gagasan atau pemikiran bahwa
siswa bekerja bersama-sama dalam belajar, dan bertanggung jawab terhadap
aktivitas belajar kelompok mereka seperti terhadap diri mereka sendiri.
Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran yang
menganut paham konstruktivisme.
Model pembelajaran kooperatif adalah rangkaian kegiatan belajar
yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk
mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan.
Slavin dalam Isjoni (2009: 15) pembelajaran kooperatif adalah suatu
model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam
kelompokkelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya 5 orang dengan
struktur kelompok heterogen. Sedangkan menurut Sunal dan Hans dalam
Isjoni (2009: 15) mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan
suatu cara pendekatan atau serangkaian strategi yang khusus dirancang untuk
memberi dorongan kepada siswa agar bekerja sama selama proses
pembelajaran.
Pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang berfokus
pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam
memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar (Sugiyanto,
2010: 37).
Agus Suprijono (2009: 54) mengemukakan bahwa pembelajaran
kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja

4
kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau
diarahkan oleh guru. Secara umum pembelajaran kooperatif dianggap lebih
diarahkan oleh guru, di mana guru menetapkan tugas dan
pertanyaanpertanyaan serta menyediakan bahan-bahan dan informasi yang
dirancang untuk membantu siswa menyelesaikan masalah yang dimaksudkan.
Guru biasanya menetapkan bentuk ujian tertentu pada akhir tugas.
Menurut Slavin menyatakan bahwa pendekatan konstruktivis dalam
pengajaran secara khusus membuat belajar kooperatif ekstensif, secara teori
siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep-konsep yang
sulit apabila mereka dapat saling mendiskusikannya dengan temannya.
Dari beberapa pendapat diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa
pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran dengan membentuk
kelompok-kelompok yang didasari dengan kerja sama dan setiap anggota
kelompok harus bertanggung jawab atas pembelajarannya agar tujuan
pembelajaran dapat tercapai.
Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang
mengutamakan kerjasama antar siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Menggunakan pembelajaran kooperatif merubah peran guru dari peran yang
berpusat pada Model Pembelajaran Kooperatif 3 gurunya ke pengelolaan
siswa dalam kelompok-kelompok kecil. Menurut teori konstruktivis, tugas
guru (pendidik) adalah memfasilitasi agar proses pembentukan (konstruksi)
pengetahuan pada diri sendiri tiap-tiap siswa terjadi secara optimal.

B. Prosedur Pembelajaran Kooperatif


Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang
mengutamakan kerjasama diantara siswa untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Pembelajaran kooperatif memiliki ciri-ciri:
1. untuk memuntaskan materi belajarnya, siswa belajar dalam kelompok
secara bekerja sama
2. kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang
dan rendah

5
3. jika dalam kelas terdapat siswa-siswa yang heterogen ras, suku, budaya,
dan jenis kelamin, maka diupayakan agar tiap kelompok terdapat
keheterogenan tersebut.
4. penghargaan lebih diutamakan pada kerja kelompok daripada perorangan.
Tujuan Pembelajaran Kooperatif
1. Hasil belajar akademik , yaitu untuk meningkatkan kinerja siswa dalm
tugas-tugas akademik. Pembelajaran model ini dianggap unggul dalam
membantu siswa dalam memahami konsep-konsep yang sulit.
2. Penerimaan terhadap keragaman, yaitu agar siswa menerima teman-
temannya yang mempunyai berbagai macam latar belakang.
3. Pengembangan keterampilan social, yaitu untuk mengembangkan
keterampilan social siswa diantaranya: berbagi tugas, aktif bertanya,
menghargai pendapat orang lain, memancing teman untuk bertanya, mau
mengungkapkan ide, dan bekerja dalam kelompok.

Fase-fase Model Pembelajaran Kooperatif :


FaseIndikator Aktivitas Guru
1 Menyampaikan tujuan dan Guru menyampaikan semua tujuan
memotivasi siswa pelajaran yang ingin dicapai pada
pelajaran tersebut dan memotivasi siswa
2 Menyajikan informasi Guru menyajikan informasi kepada siswa
dengan jalan demonstrasi atau lewat
bahan bacaan
3 Mengorganisasikan siswa Guru menjelaskan kepada siswa
ke dalam kelompok- bagaimana caranya membentuk kelompok
kelompok belajar belajar dan membantu setiap kelompok
agar melakukan transisi efisien
4 Membimbing kelompok Guru membimbing kelompok-kelompok
bekerja dan belajar belajar pada saat mengerjakan tugas
5 Evaluasi Guru mengevaluasi hasil belajar tentang
materi yang telah dipelajari atau masing-
masing kelompok mempresentasikan hasil

6
kerjanya
6 Memberikan penghargaan Guru mencari cara untuk menghargai
upaya atau hasil belajar siswa baik
individu maupun kelompok.

C. Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Kooperatif


1. Kelebihan Pembelajaran Kooperatif
Kelebihan model pembelajaran kooperatif terdiri atas:
a. Dapat mengurangi rasa kantuk dibanding belajar sendiriJika belajar
sendiri sering kali rasa bosan timbul dan rasa kantuk pun datang.
Apalagi jika mempelajari pelajaran yang kurang menarik perhatian
atau pelajaran yang sulit.Dengan belajar bersama, orang punya
teman yang memaksa aktif dalam belajar.Demikian pula ada
kesempatan bersenda gurau sesedikit mungkin untuk mengalihkan
kebosanan.
b. Dapat merangsang motivasi belajar
Melalui kerja kelompok, akan dapat menumbuhkan perasaan ada
saingan. Jika udah menghabiskan waktu dan tenaga yang sama dan
ternyata ada teman yang mendapat nilai lebih baik, akan timbul
minat mengejarnya. Jika sudah berada di atas, tentu ingin
mempertahankan agar tidak akan dikalahkan teman-temannya.
c. Ada tempat bertanya
Kerja secara kelompok, maka ada tempat untuk bertanya dan ada
orang lain yang dapat mengoreksi kesalahan anggota kelompok.
Belajar sendiri sering terbentur pada masalah sulit terutama jika
mempelajari sejarah.Dalam belajar berkelompok, seringkali dapat
memecahkan soal yang sebelumnya tidak bisa diselesaikan
sendiri.Ide teman dapat dicoba dalam menyelesaikan soal latihan.
Jika ada lima orang dalam kelompok itu, tentu ada lima kepala yang
mempunyai tingkat pengetahuan dan kreativitas yang berbeda. Pada
saat membahas suatu masalah bersama akan ada ide yang saling
melengkapi.

7
d. Kesempatan melakukan resitasi oral
Kerja kekompok, sering anggota kelompok harus berdiskusi dan
menjelaskan suatu teori kepada teman belajar.Inilah saat yang baik
untuk resitasi.Akan dijelaskan suatu teori dengan bahasa sendiri.
Belajar mengekspresikan apa yang diketahui, apa yang ada dalam
pikiran ke dalam bentuk kata-kata yang diucapkan.
e. Melalui kerja kelompok akan dapat membantu timbulnya asosiasi
dengan peristiwa lain yang mudah diingat. Misalnya, jika
ketidaksepakatan terjadi di antara kelompok, maka perdebatan sengit
tak terhindarkan. Setelah perdebatan ini, biasanya akan mudah
mengingat apa yang dibicarakan dibandingkan masalah lain yang
lewat begitu saja. Karena dari peristiwa ini, ada telinga yang
mendengar, mulut yang berbicara, emosi yang turut campur dan
tangan yang menulis.Semuanya sama-sama mengingat di kepala.Jika
membaca sendirian, hanya rekaman dari mata yang sampai ke otak,
tentu ini dapat kurang kuat.

2. Kelemahan Pembelajaran Kooperatif


Kelemahan pembelajaran kooperatif bersumber pada dua faktor,
yaitu faktor dari dalam (intern) dan faktor dari luar (ekstern). Faktor
dari dalam yaitu sebagai berikut.
a. Guru harus mempersiapkan pembelajaran secara matang, disamping
itu memerlukan lebih banyak tenaga, pemikiran dan waktu;
b. Agar proses pembelajaran berjalan dengan lancar maka dibutuhkan
dukungan fasilitas, alat dan biaya yang cukup memadai;
c. Selama kegiatan diskusi kelompok berlangsung, ada kecenderungan
topic permasalahan yang sedang dibahas meluas sehingga banyak
yang tidak sesuai dengan waktu yang telah ditentukan, dan
d. Saat diskusi kelas, terkadang didominasi oleh seseorang, hal ini
mengakibatkan siswa yang lain menjadi pasif.

8
D. Konsep Dasar Strategi Pembelajaran Kontekstual
Pembelajaran kontekstual dipe- ngaruhi oleh filsafat konstruktivisme
yang dikemukakan oleh Mark Baldwin dan disempurnakan oleh Jean Piaget
dan Vgotsky. Menurut aliran ini bahwa belajar bukanlah sekedar menghafal,
tetapi proses mengkonstruksi pengeta huan melalui pengalaman. Pengetahuan
bukanlah hasil pemberian dari orang lain seperti guru, melainkan hasil dari
proses merekonstruksi yang dilakukan setiap individu.
Konstruktivisme menurut Bruning dalam Schunk (2012: 320) adalah
perspektif psikologi dan filosofis yang memandang bahwa masing-masing
individu membentuk atau membangun sebagian besar dari apa yang mereka
pelajari dan pahami. Menurut Schunk Konstruktivisme adalah sebuah
epistemologi atau penjelasan filosofis tentang sifat pembelajaran, dan aliran
ini menolak gagasan bahwa pengetahuan itu didapat dari menunggu,
pengetahuan tidak diatur dari orang lain melainkan terbentuk dari pencarian
dalam diri. (Schunk, 2012: 384).
Pembelajaran kontekstual sebagai suatu model pembelajaranyang
mem berikan fasilitas kegiatan belajar siswa untuk mencari, mengolah, dan
menemukan pengalaman belajar yang lebih bersifat konkret melalui
keterlibatan aktivitas siswa dalam mencoba, melakukan, dan mengalami
sendiri. Dengan demikian, pembelajaran tidak sekedar dilihat dari sisi produk,
akan tetapi yang terpenting adalah proses. (Rusman, 2011: 90).
Berdasarkan konsep dasar pembe lajaran di atas maka ada tiga hal
yang harus dipahami dalam pembelajaran kontekstual.
1. Pembelajaran kontekstual menekankan kepada proses keterlibatan siswa
untuk menemukan materi, artinya proses belajar diorientasikan kepada
proses pengalaman secara langsung. Proses belajar tidak hanya
mengharapkan siswa menerima pelajaran, tetapi juga proses mencari dan
menemukan sendiri materi pelajaran.
2. Pembelajaran kontekstual mendorong siswa dapat menemukan hubungan
antara materi yang dipelajari dengan situasi kehidupan nyata, artinya
siswa dituntut untuk dapat menangkap hubungan antara pengalaman
belajar di sekolah dengan kehidupan nyata. Hal ini penting, karena dengan

9
dapat mengkorelasikan materi yang ditemukan dengan kehidupan nyata,
maka materi itu tidak hanya bermakna secara fungsional, melainkan juga
tertanam erat dalam memori siswa sehingga tidak mudah untuk dilupakan.
3. Pembelajaran kontekstual mendorong siswa dapat menerapkan dalam
kehidupan, artinya siswa tidak hanya diharapkan dapat memahami materi
yang dipelajarinya, akan tetapi bagaimana materi pelajaran itu dapat
mewarnai prilakunya dalam kehidupan sehari-hari. Materi pelajaran tidak
ditumpuk di otak dan kemudian dilupakan, akan tetapi sebagai bekal
mereka dalam mengarungi kehidupan nyata. (Hamruni, 2009: 176-177).

D. Latar belakang filosofis dan psikologis

10
BAB III
KESIMPULAN

Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran dengan membentuk


kelompok-kelompok yang didasari dengan kerja sama dan setiap anggota
kelompok harus bertanggung jawab atas pembelajarannya agar tujuan
pembelajaran dapat tercapai.
Teori yang menjadi pendukung model pembelajaran kooperatif ini adalah:
a. Teori Psikologi Kognitif-Konstruktivistik (Piaget dan Vygotsky)
b. Teori Psikologi Sosial (Dewey, Thelan, Allport, dan Lewin).
Langkah – langkah model pembelajaran kooperatif
FaseIndikator Aktivitas Guru
1 Menyampaikan tujuan dan Guru menyampaikan semua tujuan
memotivasi siswa pelajaran yang ingin dicapai pada
pelajaran tersebut dan memotivasi siswa
2 Menyajikan informasi Guru menyajikan informasi kepada siswa
dengan jalan demonstrasi atau lewat
bahan bacaan
3 Mengorganisasikan siswa Guru menjelaskan kepada siswa
ke dalam kelompok- bagaimana caranya membentuk kelompok
kelompok belajar belajar dan membantu setiap kelompok
agar melakukan transisi efisien
4 Membimbing kelompok Guru membimbing kelompok-kelompok
bekerja dan belajar belajar pada saat mengerjakan tugas
5 Evaluasi Guru mengevaluasi hasil belajar tentang
materi yang telah dipelajari atau masing-
masing kelompok mempresentasikan hasil
kerjanya
6 Memberikan penghargaan Guru mencari cara untuk menghargai
upaya atau hasil belajar siswa baik
individu maupun kelompok.

11
Model - model Pembelajaran Kooperatif
1. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
2. Pembelajaran Kooperatif tipe TAI (Team Assisted
Individualization)
3. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
4. MODEL PEMBELAJARAN TEAMS GAMES
TOURNAMENTS ( TGT )
5. Model pembelajaran Cooperative Integrated Reading and
Composition-CIRC (Kooperatif Terpadu Membaca dan
Menulis)
6. Model Pembelajaran Kooperatif Think-Pair-Share (TPS)
7. Pembelajaran kooperatif tipe NHT (Number Heads Together).

12
DAFTAR PUSTAKA

Kunandar.2007. Guru Professional Implementasi Tingkat Satuan


Pendidikan (KTSP) Dan Sukses Dalam Sertifikasi Guru. Jakarta:
Raja Grafindo.

Mulyasa. 2008. Menjadi guru Professional Menciptakan Pembelajaran


Kreatif DanMenyenangkan. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Muslich Masnur. 2008. KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi Dan


Kontekstual. Jakarta: Bumi Aksara.

Sanjaya Wina. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi StandarProses


Pendidikan. Rawamangun-Jakarta: Kencana Perdana Media
Group.
 
Suprijono, A. 2011.Cooperative Learning.Yogyakarta : Pustaka Pelajar

. 2012. “Teori Belajar yang Mendasari Model Pembelajaran


Inkuiri”. Online.
(http://repository.upi.edu/operator/upload/s_tm_054161_chap
ter2.pdf diakses pada 20 November 2013).
.2012. “Model Pembelajaran Inquiri”.Online.
(http://www.ras-eko.com/2011/05/model-pembelajaran-
inquiry.html diakses pada 20 November 2013)

13
14

Anda mungkin juga menyukai