Anda di halaman 1dari 19

8

A. Model Pembelajaran Kooperatif

1. Pengertian model pembelajaran kooperatif

Model pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara

sadar dan sistematis mengembangkan interaksi yang saling silih asah, silih

asih, dan silih asuh antar sesama siswa sebagai latihan hidup di dalam

masyarakat nyata (Abdurrahman dan Bintoro dalam Nurhadi, dkk,

2004:61).

Model pembelajaran kooperatif merupakan sebuah strategi

pengajaran yang melibatkan siswa bekerja secara berkolaborasi untuk

mencapai tujuan bersama (Eggen dan Kauchak dalam Trianto, 2007: 42).

Di dalam model pembelajaran kooperatif siswa belajar bersama

dalam kelompok-kelompok kecil yang saling membantu satu sama lain.

Kelas disusun dalam kelompok yang terdiri dari 4 atau 6 orang siswa,

dengan kemampuan yang heterogen. Maksud kelompok heterogen adalah

terdiri atas campuran kemampuan siswa, jenis kelamin dan suku. Hal ini

bermanfaat untuk melatih siswa menerima perbedaan dan bekerja sama

dengan teman yang berbeda latar belakangnya. Selama kerja kelompok

tugas anggota kelompok adalah mencapai ketuntasan (Slavin, 1995:

http://www.damandiri.or.id).

Berdasarkan definisi-definisi dari beberapa ahli dapat

disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif adalah strategi belajar

dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat

kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap


9

anggota kelompok harus saling bekerja sama dan membantu untuk

memahami materi pelajaran guna mencapai ketuntasan.

2. Ciri-ciri model pembelajaran kooperatif

Model pembelajaran kooperatif ditandai dengan adanya ciri-ciri

seperti : (1) siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk

menuntaskan materi belajarnya, (2) kelompok dibentuk dari siswa yang

memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah, (3) bilamana mungkin,

anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, dan jenis kelamin

berbeda-beda, dan (4) penghargaan lebih berorientasi kelompok daripada

individu (Arends dalam Trianto, 2007: 47).

Ciri-ciri model pembelajaran kooperatif lainnya adalah : (1) setiap

anggota memiliki peran, (2) terjadi hubungan interaksi langsung diantara

siswa, (3) setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas belajarnya dan

juga teman-teman sekelompoknya, (4) guru membantu mengembangkan

keterampilan-keterampilan interpersonal kelompok, dan (5) guru hanya

berinteraksi dengan kelompok saat diperlukan (Carin, 1993:

http://www.damandiri.or.id).

Jadi dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri model pembelajaran

kooperatif adalah : (1) penghargaan kelompok, (2) pertanggungjawaban

individu, dan (3) kesempatan yang sama untuk berhasil.

3. Tujuan model pembelajaran kooperatif

Tujuan model pembelajaran kooperatif berbeda dengan kelompok

tradisional yang menerapkan sistem kompetisi dimana keberhasilan

diorientasikan pada kegagalan orang lain. Sedangkan tujuan dari model


10

pembelajaran kooperatif adalah menciptakan situasi dimana keberhasilan

individu ditentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan kelompoknya

(Slavin, 1994: http://www.damandiri.or.id).

Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai

setidaknya 3 tujuan pembelajaran yaitu : (1) hasil belajar akademik, (2)

penerimaan terhadap perbedaan individu, dan (3) pengembangan

keterampilan sosial ( Ibrahim, et.al, 2000: http://www.damandiri.or.id).

Tujuan model pembelajaran kooperatif yang lain adalah: (1)

pencapaian hasil belajar, (2) penerimaan terhadap perbedaan individu, dan

(3) pengembangan keterampilan sosial (Asma, 2006: 12-14).

4. Perbedaan model pembelajaran kooperatif dengan model pembelajaran

tradisional

Model pembelajaran kooperatif dapat menciptakan suasana

dimana keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi oleh

keberhasilan kelompok (Lundgren dalam Asma, 2006: 22). Hal ini dapat

dilihat dari perbedaan antara kelompok belajar kooperatif dengan

kelompok belajar tradisional seperti yang tertera dalam tabel di bawah :

Tabel 2.1
Perbedaan antara Model Pembelajaran Kooperatif dengan Model
Pembelajaran Tradisional

Kelompok Belajar Kooperatif Kelompok Belajar


Konvensional
Adanya saling ketergantungan Guru sering membiarkan
positif, saling membantu dan adanya siswa yang
saling memberikan motivasi mendominasi kelompok atau
sehingga ada interaksi promotif menggantungkan diri pada
kelompok
Adanya akuntabilitas individual Akuntabilitas individual
yang mengukur penguasaan sering diabaikan sehingga
11

materi pelajaran setiap anggota tugas-tugas


kelompok, dan kelompok diberi sering diborong oleh salah
umpan balik tentang hasil satu anggota kelompok,
belajar para anggotanya sehingga anggota kelompok
sehingga dapat saling lainnya hanya
mengetahui siapa yang “mendompleng” keberhasilan
memerlukan bantuan dan siapa pemborong
yang dapat memberikan bantuan
Kelompok belajar heterogen, Kelompok belajar biasanya
baik dalam kemampuan homogen
akademik, jenis kelamin, ras,
etnik, dan sebagainya sehingga
dapat saling mengetahui siapa
yang memerlukan bantuan dan
siapa yang memberikan bantuan
Pimpinan kelompok dipilih Pemimpin kelompok sering
secara demokratis atau bergilir ditentukan oleh guru atau
untuk memberikan pengalaman kelompok dibiarkan untuk
memimpin bagi anggota memilih pimpinannya dengan
kelompok cara masing-masing
Keterampilan sosial yang Keterampilan sosial sering
diperlukan dalam kerja gotong tidak secara langsung
royong, seperti kepemimpinan, diajarkan
kemampuan berkomunikasi,
mempercayai orang lain, dan
mengelola konflik secara
langsung diajarkan
Pada saat belajar kooperatif Pemantauan melalui
sedang berlangsung guru terus observasi dan intervensi
melakukan pemantauan melalui sering tidak dilakukan oleh
observasi dan melakukan guru pada saat belajar
intervensi jika terjadi masalah kelompok sedang
dalam kerjasama antar anggota berlangsung
kelompok
Guru memerhatikan proses Guru sering tidak
kelompok yang terjadi dalam memperhatikan proses
kelompok-kelompok belajar kelompok yang terjadi dalam
kelompok-kelompok belajar
Penekanan tidak hanya pada Penekanan sering hanya pada
penyelesaian tugas tetapi juga penyelesaian tugas
hubungan interpersonal
(hubungan antar pribadi yang
saling menghargai)
( Killen dalam Trianto, 2007: 43-44)

5. Keterampilan kooperatif
12

Dalam pembelajaran kooperatif tidak hanya mempelajari materi

saja, tetapi siswa juga harus mempelajari keterampilan-keterampilan

khusus yang disebut keterampilan kooperatif. Keterampilan kooperatif ini

berfungsi untuk melancarkan hubungan kerja dan tugas. Peranan

hubungan kerja dapat dibangun dengan membangun tugas anggota

kelompok selama kegiatan. Keterampilan-keterampilan kooperatif tersebut

antara lain sebagai berikut :

a. Keterampilan kooperatif tingkat awal, antara lain :

1) Berada dalam tugas, yaitu menjalankan tugas sesuai dengan

tanggung jawabnya

2) Mengambil giliran dan berbagi tugas, yaitu menggantikan

teman dengan tugas tertentu dan mengambil tanggung jawab

tertentu dalam kelompok

3) Mendorong adanya partisipasi, yaitu memotivasi semua

anggota kelompok untuk memberikan kontribusi, dan

4) Menggunakan kesepakatan, yaitu menyamakan persepsi atau

pendapat

b. Keterampilan kooperatif tingkat menengah, antara lain :

1) Mendengarkan dengan aktif, yaitu menggunakan peran fisik

dan verbal agar pembicara mengetahui Anda secara energik

menyerap informasi

2) Bertanya, yaitu meminta atau menanyakan informasi atau

klarifikasi lebih lanjut


13

3) Menafsirkan, yaitu menyampaikan kembali informasi dengan

kalimat yang berbeda

4) Memeriksa ketepatan, yaitu membandingkan jawaban,

memastikan bahwa jawaban tersebut benar

c. Keterampilan kooperatif tingkat mahir

Keterampilan kooperatif tingkat mahir antara lain,

mengelaborasi, yaitu memperluas konsep, membuat kesimpulan,

dan menghubungkan pendapat-pendapat dengan topik tertentu

(Ratumanan dalam Trianto, 2007: 46).

6. Beberapa variasi dalam model pembelajaran kooperatif

Walaupun prinsip dasar model pembelajaran kooperatif tidak

berubah, terdapat beberapa variasi dari model tersebut. Tabel berikut ini

mengikhtisarkan dan membandingkan empat pendekatan dalam model

pembelajaran kooperatif.

Tabel 2.2
Empat Pendekatan dalam Model Pembelajaran Kooperatif

STAD Jigsaw Investigasi Pendekatan


Kelompok Struktural
Tujuan Informasi Informasi Informasi Informasi
Kognitif akademik akademik akademik akademik
sederhana sederhana tingkat tinggi sederhana
dan
keterampilan
inkuiri
Tujuan Kerja Kerja Kerja sama Keterampilan
Sosial kelompok kelompok dalam kelompok dan
dan kerja dan kerja kelompok keterampilan
sama sama kompleks sosial
14

Struktur Kelompok Kelompok Kelompok Bervariasi,


tim belajar belajar belajar berdua,
heterogen heterogen heterogen bertiga,
dengan 4-5 dengan 5-6 dengan 5-6 kelompok
orang orang orang anggota dengan 4-5
anggota anggota kelompok anggota
kelompok kelompok homogen
“asal” dan
kelompok
“ahli”

Pemilihan Biasanya Biasanya Biasanya siswa Biasanya guru


topik guru guru
Tugas Siswa dapat Siswa Siswa Siswa
utama menggunakan mempelajari menyelesaikan mengerjakan
lembar materi dalam inkuiri tugas-tugas
kegiatan dan kelompok kompleks yang
saling “ahli” diberikan
membantu kemudian secara sosial
untuk membantu kognitif
menuntaskan anggota
materi kelompok
belajarnya asal
mempelajari
materi itu
Penilaian Tes Bervariasi Menyelesaikan Bervariasi
mingguan dapat berupa proyek dan
tes mingguan menulis
laporan dapat
menggunakan
essai
(Ibrahim, dkk dalam Trianto, 2007: 50-51)

7. Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif

Terdapat enam langkah utama atau tahapan di dalam pelajaran

yang menggunakan model pembelajaran kooperatif. Langkah-langkah itu

ditunjukkan pada tabel berikut :

Tabel 2.3
Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif
Fase Tingkah Laku Guru
Fase 1 Guru menyampaikan semua tujuan
Menyampaikan tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada
dan memotivasi siswa pelajaran tersebut dan memotivasi
15

siswa belajar
Fase 2 Guru menyajikan informasi
Menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan
demonstrasi atau lewat bahan
bacaan
Fase 3 Guru menjelaskan kepada siswa
Mengorganisasikan siswa bagaimana caranya membentuk
ke dalam kelompok kelompok belajar dan membantu
kooperatif setiap kelompok agar melakukan
transisi secara efisien
Fase 4 Guru membimbing kelompok-
Membimbing kelompok kelompok belajar pada saat
bekerja dan belajar mereka mengerjakan tugas mereka
Fase 5 Guru mengevaluasi hasil belajar
Evaluasi tentang materi yang telah
dipelajari atau masing-masing
kelompok mempresentasikan hasil
kerjanya
Fase 6 Guru mencari cara-cara untuk
Memberikan menghargai baik upaya maupun
penghargaan hasil belajar individu dan
kelompok
(Ibrahim, dkk dalam Trianto, 2007: 48-49)

8. Kelebihan dan kelemahan model pembelajaran kooperatif

a. Kelebihan model pembelajaran kooperatif

1) Melalui model pembelajaran kooperatif siswa tidak terlalu

menggantungkan pada guru, akan tetapi dapat menambah

kepercayaan kemampuan berpikir sendiri, menemukan informasi

dari berbagai sumber, dan belajar dari siswa yang lain

2) Model pembelajaran kooperatif dapat mengembangkan

kemampuan mengungkapkan ide atau gagasan dengan kata-kata

verbal dan membandingkannya dengan ide-ide orang lain;

3) Model pembelajaran kooperatif dapat membantu anak untuk

menghargai orang lain dan menyadari akan segala keterbatasannya

serta menerima segala perbedaan


16

4) Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model yang

cukup ampuh untuk meningkatkan prestasi akademik sekaligus

kemampuan sosial, termasuk mengembangkan rasa harga diri,

hubungan interpersonal yang positif dengan yang lain,

mengembangkan keterampilan me-manage waktu, dan sikap

positif terhadap sekolah

5) Melalui model pembelajaran kooperatif dapat mengembangkan

kemampuan siswa menguji ide dan pemahamannya sendiri

menerima umpan balik. Siswa dapat berpraktik memecahkan

masalah tanpa takut membuat kesalahan, karena keputusan yang

dibuat adalah tanggung jawab kelompoknya

6) Model pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan kemampuan

siswa menggunakan informasi dan kemampuan belajar abstrak

menjadi nyata

7) Interaksi selama kooperatif berlangsung dapat meningkatkan

motivasi dan memberikan rangsangan untuk berpikir. Hal ini

berguna untuk proses pendidikan jangka panjang.

b. Kelemahan model pembelajaran kooperatif

1) Dalam pembelajaran kooperatif siswa yang dianggap memiliki

kelebihan akan merasa terhambat oleh siswa yang dianggap kurang

memiliki kemampuan. Akibatnya, keadaan semacam ini dapat

mengganggu iklim kerja sama dalam kelompok

2) Ciri utama model pembelajaran kooperatif adalah siswa saling

membelajarkan. Oleh karena itu, jika tanpa peer teaching yang


17

efektif, maka dibandingkan dengan pengajaran langsung dari guru,

bisa terjadi cara belajar yang demikian apa yang seharusnya

dipelajari dan dipahami tidak pernah dicapai oleh siswa

3) Penilaian yang diberikan dalam model pembelajaran kooperatif

didasarkan kepada hasil kerja kelompok. Namun demikian, guru

perlu menyadari bahwa sebenarnya hasil atau prestasi yang

diharapkan adalah prestasi setiap individu siswa

4) Keberhasilan model pembelajaran kooperatif dalam upaya

mengembangkan kesadaran berkelompok memerlukan periode

waktu yang cukup panjang, dan hal ini tidak mungkin tercapai

hanya dengan satu kali atau sekali-kali penerapan model ini

5) Walaupun kemampuan bekerja sama merupakan kemampuan

yang sangat penting untuk siswa, akan tetapi banyak aktivitas

dalam kehidupan yang hanya didasarkan kepada kemampuan

secara individual. Oleh karena itu, idealnya melalui model

pembelajaran kooperatif selain siswa belajar bekerja sama, siswa

juga harus belajar bagaimana membangun kepercayaan diri

(Sanjaya, 2007: 247-249).

C. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

1. Pengertian model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw

Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw adalah suatu tipe pembelajaran

yang terdiri dari beberapa anggota dalam suatu kelompok yang

bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu


18

mengajarkan bagian tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya

(Arends, 1997: http://www.damandiri.or.id).

Pengertian lain dari model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw adalah

model pembelajaran kooperatif, dengan siswa belajar dalam kelompok

kecil yang terdiri dari 4-6 orang secara heterogen dan bekerja sama saling

ketergantungan yang positif dan bertanggung jawab atas ketuntasan bagian

materi pelajaran yang harus dipelajari dan menyampaikan materi tersebut

kepada anggota kelompok yang lain (Arends, 1997:

http://www.damandiri.or.id).

Dari kedua pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa model

pembelajaran kooperatif tipe jigsaw adalah model pembelajaran

kooperatif, siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4-6 orang

dengan memperhatikan keheterogenan, bekerja sama positif dan setiap

anggota bertanggung jawab untuk mempelajari masalah tertentu dari

materi yang diberikan dan menyampaikan materi tersebut kepada anggota

kelompok yang lain.

2. Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw

Untuk pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, disusun

langkah-langkah pokok sebagai berikut :

a. Siswa dibagi atas beberapa kelompok (tiap kelompok anggotanya 5-6

orang)

b. Materi pelajaran diberikan kepada siswa dalam bentuk teks yang telah

dibagi-bagi menjadi beberapa subbab


19

c. Setiap anggota kelompok membaca subbab yang ditugaskan dan

bertanggung jawab untuk mempelajarinya

d. Anggota dari kelompok lain yang telah mempelajari subbab yang sama

bertemu dalam kelompok ahli untuk mendiskusikannya

e. Setiap anggota kelompok ahli setelah kembali ke kelompoknya

bertugas mengajar teman-temannya

f. Pada pertemuan dan diskusi kelompok asal, siswa dikenai tagihan

berupa kuis individu (Trianto, 2007: 56-57).

Berikut ini adalah ilustrasi yang menunjukkan tim jigsaw :

Gambar 2.1
Gambar Ilustrasi Tim Jigsaw

Kelompok asal
5 atau 6 anggota yang heterogen dikelompokkan

Kelompok ahli
setiap kelompok ahli memiliki satu anggota dari tim-tim asal

3. Kelebihan dan kelemahan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw

a. Kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw


20

Beberapa kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw,

antara lain :

1) Karena masing-masing siswa diberi tanggung

jawab pribadi kepada tiap kelompok, maka siswa dapat belajar

bertanggung jawab dan lebih memahami bahasan yang

didiskusikan

2) Mengajarkan siswa lebih kreatif dan tanggap

3) Siswa lebih aktif untuk belajar

4) Dapat menjalin kerja sama yang baik antar teman,

karena siswa dihadapkan pada tujuan-tujuan yang heterogen dalam

kelompok asal dan kelompok ahli

5) Memupuk sikap saling menghargai pendapat

orang lain

6) Hasil-hasil diskusi mudah dipahami dan

dilaksanakan karena para siswa ikut aktif dalam pembahasan

sampai ke suatu simpulan

7) Dapat mempertinggi prestasi kepribadian individu

seperti, semangat toleransi, siswa yang demokratis, kritis dalam

berfikir, tekun, dan sabar ( Ibrahim, 2000 : http://halimsimatupang.

blogspot.com ).

Kelebihan lain dari model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw

adalah sebagai berikut :

1) Meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap

pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain


21

2) Siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan tetapi

mereka juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi

tersebut kepada anggota kelompok lain

3) Meningkatkan kerja sama secara kooperatif untuk mempelajari

materi yang ditugaskan (Aronson, dkk, 2000:

http://wordpress.com).

b. Kelemahan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw

Kelemahan model pembelajaran kooperatif antara lain :

1) Waktu yang dibutuhkan lebih banyak

2) Pada setiap pembagian kelompok biasanya siswa ribut dan kelas

akan bising

3) Tidak dapat diterapkan pada semua pokok bahasan (Ibrahim, 2000:

http://wordpress.com).

D. Pembelajaran IPS di SD

1. Pengertian IPS

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan mata pelajaran yang

mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang

berkaitan dengan isu-isu sosial (Depdiknas, 2006).

Sedangkan dalam kurikulum pendidikan IPS tahun 1994, IPS

merupakan fusi dari berbagai disiplin ilmu (Hamid Hasan dalam Solihatin,

2007: 4).

IPS memuat materi Geografi, Sejarah, Sosiologi, dan Ekonomi

(Depdiknas, 2006).
22

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa IPS

adalah mata pelajaran yang merupakan fusi dari berbagai disiplin ilmu

(Geografi, Sejarah, Sosiologi, dan Ekonomi) serta mengkaji seperangkat

peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu-isu

sosial.

2. Tujuan IPS

Mata pelajaran IPS bertujuan agar siswa memiliki kemampuan

sebagai berikut :

a. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan

masyarakat dan lingkungannya

b. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis,

rasa ingin tahu, inkuiri, memecahakan masalah dan keterampilan

dalam kehidupan sosial

c. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial

dan kemanusiaan

d. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerja sama, dan

berkompeitisi dalam masyarakat majemuk, di tingkat lokal, nasional,

dan global.

3. Ruang Lingkup IPS

Ruang lingkup mata pelajaran IPS meliputi aspek-aspek sebagai

berikut :

a. Manusia, tempat, dan lingkungan

b. Waktu, berkelanjutan, dan peubahan

c. Sistem sosial dan perubahan


23

d. Perilaku ekonomi dan kesejahteraan

E. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dalam Pembelajaran IPS

Model pembelajarn kooperatif tipe jigsaw adalah suatu tipe

pembelajaran kooperatif yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu

kelompok yang bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi dan

mampu mengajarkan bagian tersebut kepada anggota lain dalam

kelompoknya (Arends, 1997: http://www.damandiri.or.id).

Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dalam pembelajaran IPS

berlaku apabila terdapat kelompok ahli dan kelompok asal. Kelompok asal

adalah kelompok asal siswa yang terdiri dari beberapa anggota kelompok ahli

yang dibentuk dengan memperhatikan keragaman dan latar belakang siswa.

Guru harus terampil dan mengetahui latar belakang siswa agar tercipta

suasana yang baik bagi setiap anggota kelompok. Sedangkan kelompok ahli

yaitu kelompok siswa yang terdiri dari anggota kelompok lain (kelompok

asal) yang ditugaskan untuk mendalami materi yang diberikan dan

menyampaikan materi tersebut kepada anggota kelompok asal.

Para anggota dari kelompok asal yang berbeda, bertemu dengan

materi yang sama dalam kelompok ahli untuk berdiskusi dan membahas

materi yang ditugaskan pada masing-masing anggota kelompok serta

membantu satu sama lain untuk mempelajari materi mereka. Peran guru

adalah memfasilitasi dan menotivasi para anggota kelompok ahli agar mudah

untuk memahami materi yang diberikan. Setelah pembahasan selesai, para

anggota kelompok kemudian kembali pada kelompok asal dan mengajarkan


24

pada teman-teman sekelompoknya apa yang telah mereka dapatkan ketika

pertemuan kelompok ahli. Para kelompok ahli harus bisa membagi

pengetahuan yang didapatkan saat melakukan diskusi di kelompok ahli,

sehingga pengetahuan tersebut dapat diterima oleh setiap anggota pada

kelompok asal.

Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dalm pembelajaran IPS di

desain unutk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa secara mandiri juga

dituntut saling ketergantungan yang positif (saling memberi tahu) terhadap

teman sekelompoknya. Selanjutnya di akhir pembelajaran, siswa diberi soal

secara individu yang mencakup semua materi yang telah dibahas. Kunci

model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada pembelajaran IPS adalah

interpedensi setiap siswa terhadap anggota tim yang memberikan informasi

yang diperlukan dengan tujuan agar siswa dapat mengerjakan soal dengan

baik.

Adapun rencana model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada

pembelajaran IPS ini diatur secara instruksional sebagai berikut :

a. Membaca, artinya siswa memperoleh materi-materi ahli dan membaca

materi tersebut untuk mendapatkan informasi

b. Diskusi kelompok ahli, artinya siswa dengan materi-materi ahli yang sama

bertemu untuk mendiskusikan materi tersebut

c. Diskusi kelompok. Artinya kelompok ahli kembali ke kelompok asal untuk

menjelaskan materi kepada kelompoknya

d. Kuis, artinya siswa memperoleh soal secara individu yang mencakup

semua materi
25

e. Penghargaan kelompok

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Asma, Nur. 2006. Model Pembelajaran Kooperatif. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Fathnawati. 2007. Penerapan Metode Inkuiri Dalam Peningkatan Kemampuan Bercerita Siswa
Pada Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas V SDN Babatan IV/459 Wiyung Surabaya.
Tugas Akhir. Surabaya. Universitas Negeri Surabaya.

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. 2006. Pusat Kurikulum Badan Penelitian dan
Pengembangan Depdiknas.

Lie, Anita. 2007. Cooperative Learning. Jakarta: PT Grasindo.

Nurhadi, Burhan Yasin, dan Agus Gerrad Senduk. Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya
dalam KBK. Malang: UM Press.

Tjipto, Waspodo dan Suhanadji. 2003. Pendidikan IPS. Surabaya: Insan Cendekia.

Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstkruktivitis. Jakarta: Prestasi


Pustaka.

Sanjaya, Wina. 2007. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta:
Kencana.

Solihatin, Etin, dkk. 2007. Cooperative Learning Analisis Model Pembelajaran IPS. Jakarta: PT
Bumi Aksara

Sudjana, nana dan Ibrahim. 2007. Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru
Algensindo.

Sukmadinata, Nana Syaodih. 2006. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung. PT Remaja


Rosdakarya

(http://ipotes.wordpress.com/2008/05/10/metode-pembelajaran-kooperatif, diakses tanggal 22


September 2008).

(http://www.damandiri.or.id/file/yusufnsbab2. Pdf, diakses tanggal 22 September 2008).


26

(http://halimsimatupang.blogspot.com, diakses tanggal 22 September 2008).

Anda mungkin juga menyukai