Anda di halaman 1dari 18

1

A. Metode Diskusi

1. Pengertian Metode Diskusi

Berbicara mengenai proses belajar mengajar di sekolah sering

kali membuat kecewa, apalagi diakitkan dengan kemampuan berbicara siswa

dalam melakukan komunikasi dengan orang lain. Semua siswa mampu

berkomunikasi dengan orang lain seperti teman, tetapi sebagian besar dari

siswa tidak mampu berkomunikasi (berbicara) dengan bahasa yang sesuai.

Siswa sering menggunakan kata-kata keren yang biasa siswa gunakan untuk

bergaul dengan teman dalam berkomunikasi dengan gurunya. Siswa tidak

memperhatikan siapa lawan bicara mereka, dimana, dan kapan mereka

berbicara. Siswa yang seperti itu sangat perlu diberikan pelatihan dalam

peningkatan kemampuan berbicara. Jadi, salah satu metode pembelajaran

yang cocok digunakan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia dalam upaya

peningkatan kemampuan berbicara siswa adalah metode diskusi kelompok.

Menurut Djamarah dan Zain (1995:99) metode diskusi adalah

cara penyajian pelajaran, dimana siswa-siswa diharapkan kepada suatu

masalah yang bisa berupa pernyataan atau pertanyaan yang bersifat

problematis untuk dibahas dan dipecahkan bersama.

Sedangkan menurut Killen dalam Sanjaya (2006:154) adalah

sebagai berikut,
2

Metode diskusi adalah metode pembelajaran yang


menghadapkan siswa pada suatu permasalahan. Tujuan utama metode
ini adalah untuk memecahkan suatu permasalahan, menjawab
pertanyaan, menambah dan memahami pengetahuan siswa, serta untuk
membuat suatu kesimpulan.

Dari kedua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa metode

diskusi adalah menghadapkan siswa-siswa pada suatu permasalahan. Dan

tujuan utama dari penerapan metode ini adalah untuk memecahkan suatu

permasalahan yang berupa pertanyaan atau pernyataan, menjawab

pertanyaan atau pernyataan, menambah dan memahami pengetahuan siswa,

serta untuk membuat suatu keputusan. Dalam melakukan diskusi siswa

dituntut untuk membahas dan memecahkan suatu permasalahan secara

bersama, menghargai keragaman pendapat agar dapat mencapai hasil yang

diinginkan bersama.

Dalam pelaksanaan metode diskusi, dapat dilakukan dengan dua

cara. Pertama, diskusi kelas. Pada diskusi ini permasalahan dipecahkan

secara bersama oleh guru dan siswa. Yang mengatur jalannya diskusi disini

adalah guru itu sendiri. Kedua, diskusi kelompok. Pada diskusi ini siswa

dibagi menjadi beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri atas tiga sampai

tujuh orang. Pembahasan masalah juga dilakukan bersama antara guru dan

siswa, tatapi pada proses diskusi ini diakhiri dengan laporan setiap

kelompok. Metode diskusi ini juga memiliki kebaikan, antara lain:

a. Merangsang kreativitas siswa untuk mengungkapkan ide, gagasan,

dengan menggunakan bahasa dan pilihan kata yang tepat.

b. Mengembangkan sikap saling menghargai pendapat orang lain.

c. Meningkatkan keterampilan berbicara siswa.


3

d. Memperluas wawasan dari munculnya berbagai pendapat dalam

kelompok diskusi.

Dengan kata lain metode diskusi dapat membantu siswa dalam

meningkatkan keterampilan berbicara agar siswa dapat melakukan

komunikasi dengan baik dan dapat dipahami orang lain.

2. Tujuan Metode Diskusi

Menurut Sumantri dalam Titin Endah R. (2007:6) metode


diskusi bertujuan untuk:
a. Melatih peserta didik mengembangkan keterampilan bertanya,
berkomunikasi, menafsirkan, dan menyimpulkan bahasan.
b. Melatih dan membentuk kestabilan sosial emosional.
c. Mengembangkan kemampuan berfikir sendiri dalam memecahkan
masalah.
d. Mengembangkan kemampuan berfikir sendiri dalam menemukan
pendapat.
e. Mengembangkan sikap terhadap isu-isu kontroversial.
f. Melatih peserta didik berani berpendapat tentang suatu masalah.

Sedangkan menurut (Killen dalam Sanjaya 2006:155)

“Tujuan utama metode diskusi adalah untuk memecahkan suatu

permasalahan, menjawab pertanyaan, menambah dan memahami

pengetahuan siswa, serta untuk membuat suatu keputusan” .

Jadi, dari kedua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan

metode diskusi, antara lain:

a. Mengajarkan suatu proses penyelesaian masalah yang dimiliki peserta

didik dalam kelompok diskusi.

b. Menambah informasi bagi siswa yang muncul dari keragaman

pendapat dalam diskusi.


4

c. Membantu siswa mengemukakan pendapatnya terutama bagi mereka

yang tidak suka bicara.

d. Membentuk dan melatih pribadi siswa untuk memiliki kestabilan sosial

emosional.

3. Jenis-Jenis Metode Diskusi

Menurut Sanjaya (2006:157-158) terdapat bermacam-macam

jenis diskusi yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran, antara

lain:

a. Diskusi Kelas

Diskusi kelas adalah proses pemacahan masalah yang

dilakukan oleh seluruh anggota kelas sebagai peserta diskusi. Prosedur

yang digunakan dalam jenis diskusi ini adalah: pertama, guru

membagi tugas sebagai pelaksanaan diskusi. Kedua, sumber masalah

(guru, siswa, atau ahli tertentu dari luar) memaparkan masalah yang

harus dipecahkan selama 10-15 menit. Ketiga, siswa diberi kesempatan

untuk menanggapi permasalahan setelah mendaftar pada moderator.

Keempat, sumber masalah memberi tanggapan, dan kelima, moderator

menyimpulkan hasil diskusi.

b. Diskusi Kelompok Kecil

Diskusi kelompok kecil dilakukan dengan membagi siswa

dalam kelompok-kelompok. Jumlah anggota kelompok antara tiga

sampai lima orang. Pelaksanaannya dimulai dengan guru menyajikan

permasalahan secara umum, kemudian masalah tersebut dibagi-bagi ke


5

dalam sub masalah yang harus dipecahkan oleh setiap kelompok kecil.

Selesai diskusi dalam kelompok kecil, ketua kelompok menyajikan

hasil diskusinya.

c. Simposium

Simposium adalah metode mengajar dengan membahas suatu

persoalan dipandang dari berbagai sudut pandang berdasarkan

keahlian. Simposium dilakukan untuk memberikan wawasan yang luas

kepada siswa. Setelah para penyaji memberikan pemandangannya

tentang masalah yang dibahas, maka simposium diakhiri dengan

pembacaan kesimpulan hasil kerja tim perumus yang telah ditentukan

sebelumnya.

d. Diskusi Panel

Diskusi panel adalah pembahasan masalah yang dilakukan

oleh beberapa orang panelis yang biasanya terdiri dari empat sampai

lima orang di hadapan audiens. Audiens tidak terlibat secara langsung,

tetapi berperan hanya sekedar peninjau para panelis yang sedang

melaksanakan diskusi.

Bridges dalam Sanjaya (2006:155-156) menyatakan bahwa:

“Jenis apapun diskusi yang digunakan, dalam proses


pelaksanaannya, guru harus mengatur kondisi agar: (1) setiap siswa
dapat berbicara mengeluarkan gagasan dan pendapatnya; (2) setiap
siswa harus saling mendengar pendapat orang lain; (3) setiap siswa
harus saling memberikan respon; (4) setiap siswa mengumpulkan atau
mencatat ide-ide yang dianggap penting; dan (5) melalui diskusi setiap
siswa harus dapat mengembangkan pengetahuannya serta memahami
isu-isu yang dibicarakan dalam diskusi”.

Berdasarkan pendapat di atas, pada dasarnya jenis apapun diskusi

yang digunakan, hal penting yang perlu diperhatikan adalah diskusi yang
6

dilaksanakan akan dapat membantu siswa untuk berfikir kritis dalam

mengeluarkan pendapat, mau menghargai pendapat teman serta menambah

wawasan dan informasi siswa berdasarkan keragaman pendapat yang ada.

4. Kelebihan Metode Diskusi

Menurut Sanjaya (2006:156) beberapa kelebihan metode diskusi

antara lain:

a. Metode diskusi dapat merangsang siswa untuk lebih kreatif


khususnya dalam memberikan gagasan dan ide-ide.
b. Dapat melatih siswa untuk membiasakan diri bertukar pikiran
dalam mengatasi setiap permasalahan.
c. Dapat melatih siswa untuk dapat mengemukakan pendapat atau
gagasan secara verbal. Disamping itu, diskusi juga melatih siswa
untuk menghargai pendapat orang lain.

Sedangkan kelebihan metode diskusi menurut Djamarah dan

Zain (1995:99), adalah:

a. Merangsang kreativitas anak didik dalam bentuk ide, gagasan


prakarsa, dan terobosan baru dalam pemecahan suatu masalah.
b. Mengembangkan sikap menghargai pendapat orang lain.
c. Memperluas wawasan.
d. Membina untuk terbiasa munyawarah untuk mufakat dalam
memecahkan suatu masalah.

Dari pendapat di atas kelebihan metode diskusi adalah untuk

merangsang kreativitas siswa dalam mengungkapkan ide-ide mereka

dalam memecahkan suatu permasalahan serta melatih kepribadian siswa

untuk dapat bertukar dan mau menghargai pendapat orang lain.

Kelebihan metode diskusi yang lain, diantaranya:

a. Aspek yang didiskusikan oleh peserta bisa berkembang bahkan


melebihi aspek-aspek yang dikemukakan penyuluh.
7

b. Peserta adalah pengamat yang lebih baik dari pada penyuluh dalam
penyelesaian praktis. Hal ini terjadi karena peserta dalah orang
yang merasakan langsung masalah-masalah yang mereka hadapi.
c. Dalam diskusi kelompok ada hubungan yang kuat antara
penetahuan dengan praktek sehari-hari, yang biasanya tidak
terdapat dalam metode lain seperti ceramah atau media massa.
d. Bahasa yang digunakan dalam diskusi lebih akrab bagi peserta,
sehingga memungkinkan peserta didik tidak malu untuk berbicara.
e. Peserta dapat memberikan pertanyaan, menyampaikan gagasan
atau memperbaiki pertanyaan yang pernah diungkapkan terdahulu.
f. Diskusi kelompok lebih banyak mendorong kegiatan peserta
apabila divariasikan dengan metode lain seperti bermain peran atau
permainan kartu.
g. Peserta diskusi berkesempatan untuk menemukan aspek masalah
yang tidak diketahuinya. Hal ini akan memungkinkan peserta
untuk mengadopsi pemecahan masalah yang dibicarakan dalam
kelompok.
h. Peserta biasanya lebih tertarik karena dapat memberikan kontribusi
pada penentuan masalah yang akan didiskusikannya.
i. Norma kelompok dapat dilihat dan dipertimbangkan oleh penyuluh
dan secara perlahan dapat diubah jika memang diperlukan
(http ://sangmalam. wordpress. com//2008/03/01/metode diskusi/).

Jadi, dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa

kelebihan metode diskusi, antara lain:

a. Merangsang siswa untuk lebih kreatif dalam memberikan gagasan dan

ide-ide.

b. Membiasakan diri untuk bertukar pikiran.

c. Melatih siswa untuk mengungkapkan pendapat secara verbal.

d. Mengembangkan sikap menghargai pendapat orang lain.

e. Memperluas wawasan.

f. Membina untuk terbiasa musyawarah untuk mufakat dalam

memecahkan suatu masalah.


8

5. Kelemahan Metode Diskusi

Sanjaya (2006:156) juga berpendapat bahwa selain beberapa

kelebihan, metode diskusi juga memiliki beberapa kelemahan,

diantaranya:

a. Sering terjadi pembicaraan dalam diskusi dikuasai oleh dua


orang atau lebih.
b. Kadang-kadang pembicaraan dalam diskusi meluas sehingga
kesimpulan menjadi kabur.
c. Memerlukan waktu yang cukup panjang, yang kadang-kadang
tidak sesuai dengan yang direncanakan.
d. Dalam diskusi sering terjadi perbedaan pendapat yang bersifat
emosional yang tidak terkontrol. Akibatnya, kadang-kadang ada
pihak yang merasa tersinggung, sehingga dapat mengganggu iklim
pembelajaran.

Sedangkan menurut Djamarah dan Zain (1995:99) kelemahan

metode diskusi, adalah:

a. Pembicaraan terkadang menyimpang, sehingga memerlukan waktu


yang panjang.
b. Tidak dapat dipakai dalam kelompok yang besar.
c. Peserta mendapat informasi yang terbatas.
d. Mingkin dikuasai oleh orang-orang yang suka berbicara atau ingin
menonjolkan diri.

Dari pendapat di atas kelemahan metode diskusi adalah

memerlukan waktu yang cukup panjang sehingga dalam melaksanakan

diskusi apabila tidak dipersiapkan dengan baik tidak akan terlaksana

dengan maksimal serta adanya penguasaan kelompok oleh salah satu

anggota kelompok sehingga anggota yang lain merasa minder atau takut

untuk mengutrakan pendapatnya.

Kelemahan metode diskusi yang lain, diantaranya:

a. Alih informasi akan memerlukan waktu yang relatif lebih lama


dibandingkan dengan demonstrasi atau metode ceramah, karena
jumlah sasaran yang terlibat dalam diskusi terbatas.
9

b. Terdapat peserta yang dominan berbicara atau bahkan kurang


berbicara sama sekali, sehingga ketangkasan penyuluh sangat
diperlukan untuk menghindarkan masalah seperti ini.
(http://sangmalam. wordpress. com//2008/03/01/metode diskusi/)

Jadi, dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa

kekurangan metode diskusi, antara lain:

a. Pembicaraan dalam diskusi dikuasai oleh siswa yang memiliki

keterampilan berbicara, sehingga siswa yang lain tidak memiliki

kesempatan untuk mengutarakan pendapatnya..

b. Pembahasan dalam diskusi sering meluas, akibatnya waktu berdiskusi

terbuang untuk membahas hal-hal yang tidak terkait dengan materi

diskusi.

c. Memerlukan waktu yang panjang.

d. Melibatkan emosi dari adanya perbedaan pendapat.

6. Langkah-Langkah Melaksanakan Diskusi

Menurut Sanjaya (2006:158) agar penggunaan diskusi berhasil

dengan efektif, maka perlu dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Langkah persiapan

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam persiapan diskusi

diantaranya:

1) Merumuskan tujuan yang ingin dicapai, baik tujuan yang

bersifat umum maupun tujuan khusus. Tujuan yang ingin

dicapai mesti dipahami oleh setiap siswa sebagai peserta

diskusi. Tujuan yang jelas dapat dijadikan sebagai kontrol

dalam pelaksanaan.
10

2) Menentukan jenis diskusi yang dapat dilaksanakan sesuai

dengan tujuan yang ingin dicapai.

3) Menetapkan masalah yang akan dibahas. Masalah dapat

ditentukan dari isi materi pembelajaran atau masalah-masalah

aktual yang terjadi di lingkungan masyarakat yang

dihubungkan dengan materi pelajaran sesuai dengan bidang

studi yang diajarkan.

4) Mempersiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan

teknis pelaksanaan diskusi.

b. Pelaksanaan diskusi

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan diskusi

adalah:

1) Memeriksa segala persiapan yang dianggap dapat

mempengaruhi kelancaran diskusi.

2) Memberikan pengarahan sebelum dilaksanakan diskusi.

3) Melaksanakan diskusi sesuai dengan aturan main yang

telah ditetapkan. Dalam pelaksanaan diskusi hendaklah

memperhatikan suasana atau iklim belajar yang

menyenangkan.

4) Memberikan kesempatan yang sama kepada setiap peserta

diskusi untuk mengeluarkan gagasan dan ide-idenya.

5) Mengendalikan pembicaraan kepada pokok persoalan yang

sedang dibahas. Hal ini sangat penting, sebab tanpa


11

pengendalian biasanya arah pembahasan menjadi melebar dan

tidak fokus.

c. Menutup diskusi

Akhir dari proses pembelajaran dengan menggunakan diskusi

hendaklah dilakukan hal-hal berikut:

1) Membuat pokok-pokok pembahasan sebagai kesimpulan

sesuai dengan hasil diskusi.

2) Me-review jalannya diskusi dengan meminta pendapat dari

seluruh peserta sebagai umpan balik untuk perbaikan

selanjutnya.

Berdasarkan uraian di atas peneliti menetapkan bahwa untuk

pembelajaran dengan menggunakan metode diskusi ini mengikuti langkah-

langkah, sebagai berikut;

a. Langkah persiapan

1). Menentukan tujuan pembelajaran yang akan dicapai dengan jelas.

2). Menentukan jenis diskusi yang akan dilaksanakan.

3). Menentukan materi atau bahan diskusi yang disesuaikan dengan

tujuan yang telah ditetapkan.

4). Mempersiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan teknis

pelaksanaan diskusi, termasuk ruang kelas dengan segala

fasilitasnya.

b. Pelaksanaan diskusi
12

1). Kegiatan awal, dimulai dari guru mengembangkan kesiapan siswa

meliputi: mengkondisikan kelas, memusatkan perhatian siswa,

menyampaikan tujuan pembelajaran, dan mengadakan apersepsi.

2). Kegiatan pelaksanaan meliputi: penyampaian materi pembelajaran

yang didukung dengan pemanfaatan media, memberikan

penjelasan masalah yang akan didiskusikan, membagi siswa

menjadi beberapa kelompok, memberikan petunjuk diskusi,

memberikan dorongan dan bantuan agar setiap anggota kelompok

berpartisipasi aktif, membahas hasil diskusi kelompok.

3). Kegiatan penutup meliputi: guru menyimpulkan hasil diskusi dan

memberikan rangkuman materi agar dapat dipelajari siswa.

c. Tahap tindak lanjut

Hal ini bertujuan untuk memberikan motivasi agar siswa

semangat belajar. Misalnya memberikan tugas kepada siswa untuk

dikerjakan di luar jam sekolah.

B. Konsep Keterampilan Berbicara dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia

di Sekolah Dasar

1. Hakikat Berbicara

Menurut Tarigan seperti yang dikutip oleh Haryadi dan Zamzani

(1996:54) “Berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi

artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan serta

menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan”.


13

Berbicara pada hakikatnya merupakan suatu proses

berkomunikasi sebab di dalamnya terjadi pemindahan pesan dari suatu

sumber ke tempat lain. Proses komunikasi itu dapat digambarkan dalam

bentuk diagram berikut ini:

Channel/saluran

Symbol/lambang

Message/pesan

Receiver/komunikan
Sender/komunikator

Feed back/umpan balik

Dalam proses berkomunikasi terjadi pemindahan pesan dari

komunikator (pembicara) kepada komunikan (pendengar). Komunikator

adalah seseorang yang memiliki pesan. Pesan yang akan disampaikan

kepada komunikan lebih dahulu diubah ke dalam simbol yang dipahami

oleh kedua belah pihak. Simbol tersebut memerlukan saluran agar dapat

dipindahkan kepada komunikan. Selanjutnya, simbol disalurkan lewat

udara diterima oleh komunikan. Karena simbol yang disampaikan itu

dipahami oleh komunikan, ia dapat mengerti pesan yang disampaikan oleh

komunikator. Tahap selanjutnya, komunikan memberikan umpan balik

kepada komunikator. Umpan balik adalah reaksi yang timbul setelah


14

komunikan memahami pesan. Reaksi dapat berupa jawaban atau tindakan.

Dengan demikian, komunikasi yang berhasil ditandai oleh adanya

interaksi antara komunikator dengan komunikan.

Berbicara sebagai salah satu bentuk komunikasi akan mudah

dipahami dengan diagram peristiwa berbahasa. Tarigan dalam Haryadi dan

Zamzani (1996:55) menggambarkan alur peristiwa bahasa berikut ini:

PEMBICARA PENYIMAK

Maksud (praucap) Pemahaman (pastucap)

Penyandian (encoding) Pembacaan Sandi (decoding)

Fonasi (pengucapan) Audisi (pendengaran)

Transisi (peralihan)

Berbicara merupakan bentuk perilaku manusia yang

memanfaatkan faktor-faktor fisik, psikologis, neurologis, semantik dan

linguistik. Faktor psikologis memberikan andil yang cukup besar, seperti

stabilitas emosi. Berbicara tidak terlepas dari faktor neurologis yaitu

jaringan saraf yang menghubungkan otak kecil dengan mulut, telinga, dan

organ tubuh lain yang ikut dalam aktivitas berbicara. Faktor semantik

berhubungan dengan makna, dan faktor linguistik yang berkaitan dengan

struktur bahasa selalu berperan dalam kegiatan berbicara. Berbicara

merupakan tuntutan kebutuhan manusia sebagai makhluk sosial agar

mereka dapat berkomunikasi dengan sesamanya. Kemampuan berbicara

yang baik sangat dibutuhkan dalam berbagai jabatan pemerintah, swasta,


15

maupun pendidik. Sebagai pendidik, dituntut menguasai keterampikan

berbicara agar dapat menyampaikan informasi dengan baik kepada anak

didiknya.

2. Bentuk-Bentuk Berbicara

Menurut Haryadi dan Zamzani (1996:58) “Wilayah berbicara

dibagi menjadi dua bidang, yaitu (1) berbicara terapan atau fungsional (the

spech art) dan (2) pengetahuan dasar berbicara (the spech sience)”.

Dengan kata lain, berbicara dapat ditinjau sebagai seni dan sebagai ilmu.

Berbicara sebagai seni menekankan penerapannya sebagai alat komunikasi

dalam masyarakat, dan yang menjadi perhatiannya antara lain (1)

berbicara di muka umum, (2) diskusi kelompok, (3) debat, sedangkan

berbicara sebagai ilmu menelaah hal-hal yang berkaitan dengan (1)

mekanisme berbicara dan mendengar, (2) latihan dasar tentang ujaran dan

suara, (3) bunyi-bunyi bahasa, dan (4) patologi ujaran.

Berbicara secara garis besar dibagi atas (1) berbicara di muka

umum atau public speaking, yang mencakup berbicara yang bersifat

pemberitahuan, kekeluargaan, bujukan, dan perundingan, (2) berbicara

pada konferensi atau conference speaking, yang meliputi diskusi

kelompok, prosedur parlementer, dan debat.

Selain itu, berbicara dapat dikelompokkan berdasarkan beberapa

aspek, antara lain (1) arah pembicaraan, (2) tujuan pembicaraan, dan (3)

suasana. Pengelompokkan berdasarkan arah pembicaraan dihasilkan

berbicara satu arah (pidato dan ceramah), dan berbicara dua atau multi

arah (konversasi, diskusi). Berdasarkan aspek tujuan, berbicara dapat


16

dikelompokkan ke dalam berbicara persuasi, argumentasi, instruksional,

reaktif. Sementara itu, berdasarkan suasana dan sifatnya, berbicara dapat

dikelompokkan ke dalam berbicara formal dan non formal.

3. Pengajaran Berbicara

Pembelajaran adalah seperangkat peristiwa yang dirancang untuk

memprakarsai, menggiatkan, dan mendukung kegiatan belajar siswa.

Dalam pembelajaran, guru harus memiliki kemampuan tersendiri guna

mencapai apa yang diharapkan, dan apabila guru tidak memiliki

kemampuan maka dalam proses pembelajaran kurang berhasil.

Berbicara sebagai salah satu unsur kemampuan berbahasa sering


dianggap sebagai suatu kegiatan yang berdiri sendiri. Hal ini dibuktikan
dari kegiatan pengajaran berbicara yang selama ini dilakukan. Dalam
praktiknya, pengajaran berbicara dilakukan dengan menyuruh murid
berdiri di depan kelas untuk berbicara, misalnya bercerita atau berpidato.
Siswa yang lain diminta mendengarkan dan tidak mengganggu. Akibatnya,
pengajaran berbicara di sekolah-sekolah itu kurang menarik. (Haryadi dan
Zamzani, 1996:60)

Dengan demikian sebaiknya pengajaran berbicara mempunyai

aspek komunikasi dua arah dan fungsional. Pendengar selain sebagai

penyimak berhak memberikan umpan balik.

Tugas pengajar adalah mengembangkan pengajaran berbicara

agar aktifitas kelas dinamis, hidup, dan diminati oleh anak sehingga benar-

benar dapat dirasakan sebagai suatu kebutuhan untuk mempersiapkan diri

terjun ke masyarakat. Menurut Haryadi dan Zamzani (1996:61) bentuk-

bentuk pengajaran berbicara di SD adalah:

1. Bercerita

Sejenis hiburan yang murah yang kehadirannya sangat dipelukan

sebagai bumbu dalam kehidupan. Ada tiga manfaat yang dapat dipetik
17

dari bercerita, yaitu (1) memberikan hiburan, (2) mengajarkan

kebenaran, dan (3) memberikan keteladanan atau model.

2. Berdialog

Kegiatan berbicara dua arah, maksudnya para parsitisi saling berbicara,

bertanya jawab, menanggapi mitra bicara. Kegiatan berdialog paling

sedikit dilakukan oleh dua orang.

3. Berpidato

Kegiatan penyampaian uraian secara lisan tentang suatu hal di hadapan

masa dan bersifat formal dan non fomal. Pidato yang sering dilakukan

adalah pidato sambutan, pidato laporan, pidato ilmiah, pidato

pengarahan, dan pidato umum. Sedangkan pidato non formal yang

sering sering disebut ceramah, misalnya pengajian.

4. Berdiskusi

Bertukar pikiran yang merupakan salah satu bentuk berbicara dalam

kelompok. Dalam berdiskusi tujuan yang ingin dicapai adalah untuk

mendapatkan suatu kesepakatan atau keputusan bersama mengenai

suatu masalah.
18

Anda mungkin juga menyukai