METODE DISKUSI
1. Pengertian Diskusi.
Kata diskusi berasal dari bahasa Latin, yaitu discussus" yang berarti "to examine". Kata
"Discussus "terdiri dari akar kata" dis" dan "cuture". "Dis" artinya terpisah, sedangkan
"Cuture" artinya guncangan atau memukul. Oleh karena itu, secara etimologi, "discuture"
berarti suatu pukulan yang memisahkan sesuatu. Atau dengan kata lain membuat sesuatu
menjadi jelas dengan cara memecahkan atau menguraikannya (to clear breaking up or
cuturing). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, diskau diartikan sebagai pertemuan ilmiah
untuk bertukar pikiran mengena suatu masalah." Diskusi adalah cara belajar-mengajar dengan
tuke pikiran antara anak didik dengan anak didik, antara anak didik peserta dengan guru.
Metode diskusi menurut Armai Arief adalah cara penyajian bahan pelajaran dimana guru
memberi kesempatan kepada para siswa untuk mengadakan pembahasan ilmiah guna
mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan atau menyusun berbagai alternatif
pemecahan atas suatu masalah." Metode diskusi menurut definisi Saiful Bahri Djamarah
adalah cara penyajian pelajaran, dimana siswa-siswa dihadapkan kepada suatu masalah yang
dapat berupa pernyataan atau pertanyaan yang bersifat problematis untuk dibahas dan
dipecahkan bersama.
" Bentuk-bentuk diskusi yang biasa diterapkan dalam proses pembelajaran adalah sebagai
berikut:
1) Diskusi formal. Diskusi formal pada umumnya diselenggarakan pada instansi-instansi
pemerintah atau semi pemerintah, yang dalam pelaksanaannya diperlukan adanya ketua dan
penulis serta pembicara yang diatur secara formal. Diskusi ini biasanya berlangsung dalam
suatu diskusi yang serba diatur dari pimpinan sampai dengan anggota kelompok. Apabila
diskusi ini diselenggarakan di sekolah, maka dipimpin oleh seorang guru atau seorang murid
yang cakap untuk memimpin diskusi. Oleh karena semua telah diatur, maka para peserta
diskusi tidak dapat begitu saja berbicara (berbicara spontan), tetapi semua harus diatur
melalui aturan yang dipegang oleh pimpinan diskusi
2) Diskusi tidak formal (informal). Diskusi dalam bentuk tidak formal ini dilaksanakan secara
kelompok-kelompok belajar, yang pelaksanaannya anggota kelompok satu sama lain
langsung bertatap muka dalam suasana yang akrab. Diskusi bentuk ini biasanya terdiri dari
atas anak didik yang jumlahnya sedikit. Peraturan-peraturannya agak longgar, diskusi hanya
dipimpin oleh seorang lainnya bertindak sebagai anggota diskusi. ketua, dan peserta
3) Diskusi Panel. Dalam bahasa Latin, kata panel, berasal dari Panulus, yang berarti sejumlah
orang yang ditunjuk untuk melaksanakan tugas tertentu. Seperti: mengadili, mendiskusikan
sesuatu dan sebagainya. Dengan demikian, kata panel dapat diartikan sebagai pertukaran
pikiran dan pendapat oleh beberapa orang dan pembicaraannya terarah yang bersifat informal
serta dilakukan di hadapan sekelompok orang sebagai pendengar. Adapun bahan-bahan yang
didiskusikan itu hendaknya disesuaikan dengan kemampuan peserta didik. Bahan-bahan
diskusi boleh diambil dari luar kurikulum yang sifatnya aktual. Diskusi bentuk ini dapat
diikuti oleh banyak anak didik, yang dapat diklasifikasi sebagai peserta aktif yang langsung
mengadakan diskusi, dan peserta tidak aktif hanya sebagai pendengar saja."
4) The Educational-Diagnosis Meeting. Dalam sistem ini, biasanya peserta didik berbincang-
bincang tentang materi pelajaran yang sudah diterima di kelas dengan tujuan saling
mengoreksi pemahaman mereka, agar masing-masing anak didik memperoleh pemahaman
yang benar.
5) Simposium. Dalam bahasa Yunani kata simposium symp yang berasal dari kata syn yang
berarti bersama, dan yang berarti minuman. Dengan demikian simposius dapat bermakna
sekumpulan orang yang sedang min bersama dengan gembira. Pada zaman Yunani dahulu
diartikan sebagai suatu perjamuan yang memiliki ciri khusus dengan minuman, musik dan
diskusi diantara para cendekiawan. Menurut Ramayulis, simposium adalah pertemuan sosial
untuk bertukar pikiran secara bebas yang cirinya ialah bersifat sosial, untuk menghimpun
pendapur-pendapat agar mencap saling pengertian."
6) The Social Problem Meeting. Dalam pelaksanaan disk bentuk ini, biasanya anak didik
berbincang-bincang untuk memecahkan masalah-masalah di kelas atau di sekolahnya. Tujuan
diskusi bentuk ini adalah agar setiap siswa merasa terpanggil untuk mempelajari dan
bertingkah laku sesuai dengan aturan-aturan yang berlaku, seperti etika hubungan antar
siswa, hubungan siswa dengan guru atau personal sekolah lainnya, peraturan-peraturan di
kelas/sekolah, hak-hak dan kewajiban siswa dan sebagainya."
7) Musyawarah. Metode musyawarah adalah suatu cara menyajikan bahan pelajaran melalui
perundingan untuk mencapai tujuan pelajaran. Peserta musyawarah ini terdiri atas guru dan
anak didik. Guru dalam musyawarah ini bertindak sebagai manusia penunjuk arah
8) The Open-Ended Meeting. Metode the Open-Ended Meeting adalah salah satu bentuk
diskusi yang dapat mendorong anak didik agar lebih tertarik untuk berdiskusi dan belajar
keterampilan dasar dalam mengemukakan pendapat, mendengarkan dengan baik, dan
memperhatikan pokok pembicaraan dengan tekun. Anggota kelompok yang baik terdiri atas
3-9 orang."
9) Whole Group. Bentuk diskusi ini adalah diskusi kelas yang para pesertanya duduk
berkeliling setengah lingkaran. Dalam diskusi ini membahas topik yang sudah direncanakan
dan biasanya guru bertindak sebagai pemimpin."
10) Diskusi Kelas. Diskusi kelas ini dilaksanakan dalam satu kelas yang biasanya guru
menugaskan kepada anak didik dalam satu kelas, kemudian ditanggapi oleh peserta didik.
Dalam diskusi ini guru bertindak sebagai pengatur, pendorong dan pengarah pembicaraan.
Pimpinan diskusi dapat juga dari peserta didik. Diskusi ini agak bersifat formal karena itu
kadang-kadang disebut diskusi formal. Mekanisme pembicaraan diatur oleh pimpinan
diskusi. Peserta yang akan berbicara harus mencatatkan diri, kemudian diperbolehkan
berbicara oleh pimpinan diskusi. Semua pembicaraan dicatat dan pada akhir diskusi
disampaikan beberapa kesimpulan yang bersifar sementara untuk direspon oleh anggotanya."
11) Small Group Discussion. Bentuk diskusi ini adalah sekelompok kecil peserta yang terdiri
atas empat sampai enam orang siswa yang tidak diikuti oleh guru. Biasanya diskusi bentuk
ini untuk membahas suatu topik yang ditugaskan oleh guru kepada masing-masing kelompok.
Adapun keterlibatan guru terbatas pada memonitor setiap kelompok diskusi.
6. Manfaat Diskusi
Diskusi kelas maupun diskusi kelompok akan memberikan manfaat berharga terhadap
pembelajaran siswa, antara lain sebagai berikut:
1) Dalam kegiatan diskusi ini terdapat berbagai sumbangan pemikiran oleh para peserta dari
berbagai sudut pandang, sehingga membantu anak didik untuk sampai pada pengambilan
keputusan yang lebih baik daripada memutuskan sendiri.
2) Para siswa dapat terhidar dari jalan pikirannya sendiri yang tidak selalu benar, karena
penuh prasangka dan sempit. Oleh karena itu melalui diskusi ia dapat mempertimbangkan
alasan-alasan yang dikemukakan para peserta diskusi.
3) Melalui berbagai diskusi timbul dari percakapan guru
dan murid mengenai sesuatu kegiatan belajar yang akan
mereka laksanakan.
4) Memberikan motivasi terhadap berpikir dan meningkatkan perhatian kelas terhadap apa-
apa yang sedang mereka pelajari karena dapat membantu murid untuk menjawab pertanyaan.
5) Membantu mendekatkan atau mengeratkan hubungan antara kegiatan kelas dengan tingkat
perhatian dan derajat pengertian anggota kelas.
6) Diskusi yang terlaksana dengan baik, merupakan cara belajar yang menyenangkan dan
merangsang pengalaman, karena menjadi tempat pelepasan ide-ide, dan pendalaman
wawasan mengenai sesuatu, sehingga dapat mengurang ketegangan-ketegangan harin dan
menghasilkan kepa dalam mengembangkan kebersamaan kelompok sosial
E. METODE KETELADANAN
1. Pengertian
Keteladanan adalah makna yang diambil dari kata uswah hasanah Secara terminologi kata al-
Uswah (al-Uswatun ) berarti orang yangditiru. Sedangkan hasanah berarti baik. Dengan
demikian uswatun basanah adalah contoh yang baik, kebaikan yang ditiru, contoh
identifikasi, suri teladan atau keteladanan. Pengertian uswatun hasanah banyak ditemukan
dalam al-Qur'an, antara lain "Sesungguhnya telah ada suri teladan yang baik bagimu pada diri
Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengannya. (QS al-Mumtahanah 4). "Sesungguhnya
pada diri mereka itu (Ibrahim dan umatnya) ada teladan yang baik bagimu, yaitu bagi orang-
orang yang mengharap pahala Allah dan keselamatan pada hari kemudian. (QS al-
Mumtahanah: 6).
Dengan demikian uswatun hasanah adalah keteladanan yang baik. Selain menjelaskan makna
uswatun hasanah, ayat-ayat tersebut menunjukkan bahwa betapa pentingnya menggunakan
cara keteladanan dalam mendidik. Kepentingan penggunaan keteladanan itu dapat diketahui
pula ketika Allah menegur orang-orang yang menyampaikan pesan kepada orang lain,
sedangkan mereka tidak mengamalkan sebelumnya. "Mengapa orang-orang yang beriman
mengatakan apa yang tidak mereka perbuat? Amat besar kebencian Allah kepada orang yang
mengatakan apa-apa yang tidak mereka kerjakan (QS al-Shaff: 2).
Metode teladan ialah metode pendidikan dengan memberi contoh yang baik, baik perkataan,
perbuatan maupun cara Dalam kesehariannya guru atau orang tua dapat menggunakan
metode keteladanan ini dalam mendidik anak-anak di sekolah maupun diluar sekolah. a
berpiki
F. METODE NASEHAT
1. Pengertian
Dalam bahasa Arab kata "waazhahu, yaizhuhu, wazhan, waizhah, waman izhah" yang
berarti mengingatkannya terhadap sesuatu yang dapat meluluhkan hatinya dan sesuatu itu
dapat berupa pahala maupun siksa yang menyebabkan ia menjadi ingat," Sedangkan Rasyid
Ridha dalam tafsir Al-Manar ketika menafsirkan ayat 232 al-Qur'an surah al-Baqarah
mengatakan bahwa "Al-wazhu" berarti nasihat dan peringatan dengan kebaikan yang dapat
melembutkan hati serta mendorong untuk beramal. Secara etimologis kata nasihat itu dalam
bahasa Arab berakar pada kata "nashaha" yang mengandung pengertian bersih yang tiada
bercampur," "Rajulun nashiba al-jaib yang berarti orang yang berarti madu murni. tidak
memiliki sifat penipu dan "al-Nashih"
Metode nasehat adalah cara mendidik dengan memberi penjelasan tentang sesuatu kebenaran
dan kemaslahatan yang bertujuan untuk menghindarkan orang yang diberi nasehat dari
bahaya dan menunjukkan ke jalan yang mendatangkan manfaatdan kebahagiaan.
Berdasarkan pengertian inilah, maka An-Nahlawi mengatakan bahwa indikasi nasihat yang
tulus itu ialah orang yang member nasihat itu tidak berorientasi pada kepentingan material
pribadi. Oleh karena itu, pendidik yang memberi nasihat secara tulus hendaknya
menghindarkan diri dari sifat riya' dan menuntur balasan, tidak menodai keikhlasannya yang
mengakibatkan hilangnya pengaruh terhadap jiwa anak didik, agar
Dengan demikian yang dimaksud dengan nasihat, ialah penjelasan tentang sesuatu kebenaran
dan kemaslahatan yang bertujuan untuk menghindarkan orang yang diberi nasihat itu dari
bahaya dan menunjukkannya ke jalan yang mendatangkan faedah dan kebahagiaan. Nasihat
berarti memberi petunjuk kepada jalan yang benar dan juga mengatakan sesuatu yang benar
dengan cara melunakkan hati. Nasihar harus berkesan dalam jiwa atau mengikat jiwa dengan
keimanan dan petunjuk. "Sekiranya mereka melaksanakan pengajaran yang diberikan kepada
mereka, tentulah hal yang demikian itu lebih baik bagi mereka dan lebih menguatkan (iman)
mereka. (QS an-Nisa': 66). Dengan demikian dapatlah dikatakan bahwa nasihat itu adalah
suatu upaya yang dilakukan oleh pendidik kepada anak didik atau orang tua kepada anak-
anaknya dengan memberi penjelasan tentang sesuatu hal yang dapat menyentuh dan
menyejukkan hati, sehingga terjadi perubahan sikap dan perilaku menuju kepada hal-hal atau
amalan kebaikan yang berguna bagi kehidupan pribadi, keluarga maupun masyarakat yang
dapat mendatangkan kebahagiaan hidup dunia dan akhirat.
2. Bentuk-Bentuk Nasihat
Dalam memberikan nasihat dapat digunakan beberapa bentuksebagaimana menurut An-
Nahlawi, sebagai berikut:
a. Dalam bentuk memberikan penjelasan tentang kebenaran dan kepentingan sesuatu. Hal ini
dilakukan dengan tujuan agar orang yang di nasihati itu menjauhi dan meninggalkan suatu
kemaksiatan, kemudian melakukan hal-hal yang baik yang bermanfaat serta menimbulkan
kebahagiaan. Hal yang terpenting dalam menasihati adalah Lagar dilaksanakan secara tulus
ikhlas tanpa mengharapkan imbalan, sebagaimana dikisahkan dalam dialog antara para Rasul
dengan kaumnya yang terdapat dalam Al-Qur'an surat Al-Furqan ayat 57 "Bahwa aku tidak
meminta upah sedikitpun kepada kamu dalam menyampaikan risalah ini."" dan para rasul
seperti Nuh, Hud, Saleh, Luth dan Syuaib tidak juga mengharapkan upah dari kaumnya,
kecuali mengharapkan upah dari Allah Tuhan Semesta Alam sebagaimana dikisahkan dalam
Al-Qur'an (QS asy-Syu'ara. 109).
b. Dalam bentuk memberi peringatan, yaitu menjelaskan kembali tentang konsep dan
peringatan ke dalam ingatan anak didik yang dengan demikian dapat menggugah perasaan,
afeksi dan emosi yang mendorongnya untuk segera patuh atau ta'at kepada Allah SWT
dengan melaksanakan berbagai perintah-Nya dalam berbagai bentuk amal saleh.