Anda di halaman 1dari 62

ETIKA DAN TEKNIK DISKUSI ILMIAH,SIDANG DAN

RAPAT

DISKUSI ILMIAH

Pengertian Umum

Kata diskusi berasal dari bahas Latin discutio atau discusum yang berarti bertukar
pikiran. Dalam bahasa Inggris digunakan kata discussion yang berarti perundingan atau
pembicaraan. Dari segi istilah, diskusi berarti perundingan/bertukar pikiran tentang suatu
masalah: untuk memahami, menemukan sebab terjadinya masalah, dan mencari jalan
keluarnya. Diskusi ini dapat dilakukan oleh dua-tiga orang, puluhan, dan bahkan ratusan orang.

Pada hakikatnya, diskusi merupakan suatu cara untuk mengatasi masalah dengan proses
berpikir kelompok. Oleh karena itu, diskusi merupakan kegiatan kerja sama yang mempunyai
cara-cara dasar yang harus dipatuhi oleh seluruh kelompok. Diskusi kelompok berlangsung
jika orang-orang yang berminat dalam suatu masalah khusus berkumpul dengan sengaja untuk
mendiskusikan suatu hal untuk menyelesaikan suatu masalah.

Bagi suatu diskusi yang efektif, istilah kelompok merupakan suatu keseluruhan yang
dinamis dengan sifat-sifat yang berbeda dari sifat-sifat anggota-anggota kelompok secara
perseorangan. Gagasan-gagasan yang dihasilkan suatu kelompok tidak akan dapat dihasilkan
oleh satu anggota kelompok secara pribadi. Dalam mencapai tujuan diskusi, pribadi-pribadi
dalam suatu kelompok saling tergantung satu dengan lainnya untuk mencapai tujuan akhir yang
bersifat tunggal.

Agar tidak kehilangan arah, salah seorang dari peserta diskusi harus bertindak sebagai
ketua/pemimpin/moderator. Karena adanya partisipasi anggota diskusi, maka kesimpulan yang
dihasilkan merupakan hasil pemikiran bersama. Kata ilmiah pada diskusi ilmiah memberikan
makna khusus. Diskusi tersebut mempunyai cara-cara yang lebih khusus dan kesimpulan yang
dihasilkan oleh diskusi tersebut harus memenuhi persyaratan tertentu. Perbedaan itu terutama
disebabkan bukan hanya karena materinya yang harus menyangkut keilmuan, tetapi juga
karena asas moral yang melatarbelakangi ilmu. Asas moral tersebut sangat mempengaruhi
teknik berdiskusi dan hasil diskusi. Dengan asas moral seperti itu, semua proses dalam
pelaksanaan diskusi dari persiapan diskusi sampai penyebarluasan simpulan harus memenuhi
etika keilmuan.

Macam Teknik Diskusi

Ada beberapa macam teknik diskusi yang dapat digunakan baik untuk diskusi ilmiah maupun
nonilmiah.

Diskusi meja bundar

Jika jumlah diskusi tidak terlalu banyak ( 5-15 orang), diskusi meja bundar dapat dilakukan.
Seorang ketua ditunjuk untuk memimpin diskusi.

Diskusi berkelompok (buzz groups)

Jika peserta banyak dan yang didiskusikan bermacam-macam, diskusi dapat dilaksanakan
dalam kelompok – kelompok. Tiap kelompok dipimpin oleh seorang ketua (kelompok).
Demikian juga, diskusi antar kelompok dipimpin oleh seorang ketua.

Diskusi panel

Diskusi panel merupakan forum pertukaran pikiran yang dilakukan oleh sekelompok orang di
hadapan sekelompk pendengar mengenai suatu masalah tertentu yang telah dipersiapkan
sebelumnya. Diskusi dipimpin oleh seorang moderator. Pada saat diskusi, para anggota panel
duduk berjejer menghadap ke arah para pendengar. Moderator duduk di tengah para anggota
panel.

Seminar

Kata seminar berasal dari kata Latin semin yang berarti “benih”. Jadi, seminar berarti “ tempat
benih-benih kebijaksanaan”. Seminar merupakan pertemuan ilmiah yang dengan sistematis
mempelajari suatu topik khusus di bawah pimpinan seorang ahli dan berwenang dalam bidang
tersebut. Ketua duduk di depan bersama pembicara dan (para) penyanggah. Setelah ketua
memberikan pengantar, pembicara membawakan makalah, kemudian secara bergiliran
penyanggah melancarkan sanggahannya. Setelah berbagai komentar dan sanggahan ditanggapi
pembicara, pendengar diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapat dan pertanyaan.

Konferensi
Konferensi sebagai suatu bentuk diskusi kadang-kadang mengacu kepada diskusi untuk
pengambilan tindakan. Konferensi berusaha membuat 5 suatu keputusan yang akan diikuti
dengan tindakan berdasarkan keputusan itu. Dalam Ensiklopedia Indonesia F-M, konferensi
diartikan sebagai pembicaraan, permusyawaratan, rapat yang terutama dipakai untuk
pertemuan antara wakil-wakil dari berbagai negara untuk membicarakan kepentingan-
kepentingan bersama. Konferensi sering dipertukargunakan dengan kongres. Dalam
Ensiklopedi Indonesia F-M, kongres didefinisikan sebagai :

(1) Rapat yang diselenggarakan oleh suatu partai dan dihadiri oleh wakilwakil dari semua
cabang partai tersebut. Kongres biasanya dilakukan sekali setahun untuk menentukan garis
besar aktivitas partai.

(2) Pertemuan antarwakil berbagai negara. Biasanya lebih penting daripada konfrensi biasa.

Lokakarya (Workshop)

Lokakarya merupakan pertemuan yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan dan


ketrampilan peserta dengan menggunakan berbagai jenis metode pertemuan. Lokakarya
dimulai dengan pandangan umum tentang masalah yang akan dipecahkan. Sesudah itu, peserta
dibagi dalam kelompok-kelompok. Setiap kelompok didampingi oleh penasehat ahli. Dalam
lokakarya, masalah yang dibahas spesifik, diskusi dan pengkajian sangat terarah dan mendalam
secara teknis, dan kesimpulan/keputusan diambil sebagai hasil lokakarya.

Rapat kerja

Rapat kerja adalah suatu pertemuan wakil-wakil eselon suatu badan/instansi untuk membahas
suatu masalah sesuai dengan tugas/fungsi badan/instansi yang bersangkutan untuk
mendapatkan keputusan mengenai masalah yang sedang dihadapi. 6 Rapat kerja membahas
masalah yang jelas/spesifik, dilakukan dengan terarah dan terpimpin, menghasilkan keputusan,
dan dipimpin oleh pimpinan badan/instansi yang bersangkutan.

Simposium
Simposium merupakan pertemuan terbuka dengan beberapa pembicara yang menyampaikan
ceramah pendek mengenai aspek yang berbeda tetapi saling berkaitan tentang suatu masalah.
Simposium dipimpin oleh seorang ketua yang bertugas mengatur jalannya diskusi. Pendengar
bertanya dan para ahli menjawab.

Debat

Debat berarti berbicara kepada lawan untuk membela pendirian/pendapatnya atau menyerang
pendirian/pendapat lawannya. Debat dapat juga dilakukan antar kelompok. Debat dipimpin
oleh seorang ketua.

Curah pendapat (brainstorming)

Dalam metode ini, suatu persoalan diajukan dan peserta diminta mengemukakan saran secara
cepat dan spontan. Semua dicatat di papan tulis atau pada kertas. Pada dasarnya, semua
masukan diterima. Kemudian, seluruh kelompok mengevaluasi masukan-masukan tersebut.

Bull session

Diskusi ini bersifat informal. Pada umumnya, diskusi tipe ini tidak dipimpin dan mungkin
efektif untuk digunakan pada waktu senggang.

ETIKA DISKUSI
Dalam konteks diskusi, makna etika digambarkan:
• sebagai sikap seseorang dalam menyampaikan pendapat dan bertingkah laku yang baik
dan benar ditinjau dari nilai yang dianut oleh suatu kelompok masyarakat.
• Bagaimana Perilaku yang kita tampakan dalam diskusi yang menyangkut, cara
menyampaikan pendapat dan gestur tubuh yang diekspresikan itu ,mampu ditangkap,
dimengerti,dan diterima oleh sesama kelompok diskusi itu.
Memang setiap masyarakat tertentu memiliki pola nilai yang tidak sama dengan masyarakat
lain. Namun nilai atau value yang digunakan dalam pengertian etika diskusi adalah nilai-nilai
yang umum (universal) yang berlaku di masyarakat luas.
Dalam memahami dan mendalami Etika Diskusi,salah satu kunci utama adalah
mempelajari Retorika (seni berbicara yang baik dan benar). Berbicara baik dan benar bukan
berarti berbicara yang lancar,namun lebih dari itu, Bahwa bagaimana menyampaikan pendapat
dengan jelas,singkat,tersistematis dan mampu untuk dimengerti oleh orang lain. Seperti kata
bijak “Ketahuilah semua yang kamu katakan,sebelum mengatakan semua yang kamu ketahui”

AZAS ETIKA DISKUSI


1. Bersifat Ilmu
· Diskusi sendiri adalah ilmu
· Bahwa materi atau hal yang didiskusikan itu merupakan “hasil kajian” yang berangkat
dari “fenomena”. Disini terdapat data- data dan fakta.
2. Berpikir Ilmiah
melakukan penilaian terhadap suatu persoalan setelah melakukan penelitian, analisis, dan
melewati beberapa tahap kritik sehingga kandungan kebenarnya telah teruji dan
dipercaya. materi diskusi disampaikan terarah, sesuai kaidah bahasa yang benar dan
sistematika yang jelas.
• Logis; data, argumen, penjelasan yg dikemukakan diterima oleh akal (rasional)
• Skeptis; menanyakan bukti atau fakta yang dapat mendukung setiap pernyataan
• Sistematis; permasalahan yg diuraikan disusun secara teratur, runtut, tidak tumpang
tindih.
• koherensi ; alasan, keterangan, penjelasan dan uraian-uraian yang dikemukakan sesuai dan
berdasar data-data yang jelas dengan fakta (empiris).
• Korespondensi; adanya keterkaitan/hubungan antara pendapat yang sebelumnya dan atau
dengan pendapat orang lain serta kesesuaian dengan materi yang didiskusikan
• Kritis; Melandaskan pemikiran dan pendapat pada ligoka dan mampu menimbang
berbagai hal secara objektif berdasarkan fakta/data dan analisis akal sehat.
• Komunikatif ; bahasa penyampaian yang digunakan efektif, & lancer

3. Sikap Ilmiah (Scientific Attitude)


• Jujur
• Luwes
• Tekun
• Logis
• Kritis
• Kreatif
• Terbuka
KOMPONEN DALAM DISKUSI
1. Perangkat Keras ( Hard Ware)
➢ Tempat
Dimana saja dan dengan komp[osisi yang disesuaikan. Ruang diskusi sangat menentukan
kelangsungan pelaksanaan diskusi. Yang perlu diperhatikan adalah aspek estetika
(keindahan), fungsi dan cara duduk. Schlenzka menawarkan formasi ruangan untuk
peserta yang tidak lebih dari 18 orang
➢ Moderator, Untuk memandu jalannya diskusi
Sikap dari Moderator:
— Memperkenalkan nara sumber dan aturan main diskusi
— Mengontrol jalannya diskusi agar pembicaraan tetap terfokus pada masalah
— Memberikan kesempatan kepada peserta untuk memberikan pemikiran pada masalah yang
dibahas
— Membuat kesimpulan dan hasil-hasil diskusi
➢ Pembicara/ Pengantar Diskusi, biasanya ada atau tidak sesuai dengan keburuhan:
— Mempersiapkan materi sesuai dengan topic/masalah yang akan dibahas.
— Menjelaskan atau menjawab pertanyaan dari peserta
— Mentaati aturan main yang telah ditetapkan dalam forum diskusi, termasuk waktu.
➢ Audiens, Peserta diskusi:
— Aktif memberikan kontribusi pemikiran
— Berpendapat dengan tepat .
— Mendengar pendapat teman diskusi dengan penuh perhatian.
— Memotong atau menyanggah pembicaraan dengan sopan dan bijaksana
— Notulen, yang mencatat point-point diskusi.

2. Perangkat Lunak (Soft Ware)


Tema/topik, sebagai bahan /materi yang akan dibicarakan.
PERSIDANGAN

Definisi Persidangan

Sidang merupakan forum formal suatu organisasi guna membahas masalah tertentu dalam
upaya menghasilkan keputusan,yang akan menjadi sebuah ketetapan. Keputusan dari
persidangan ini akan mengikat seluruh elemen organisasi selama belum diadakan perubahan.

Macam-Macam Persidangan

a. Sidang Umum: Makna persidangan ini sebagai wadah dalam meminta


pertanggungjawaban Ketua/pimpinan organisasi. Memilih dan menetapkan Pimpinan
baru.
b. Sidang Istimewa: Memiliki kedudukan hukum yang sama atau serupa dengan umum
namun pelaksanaannya tidak pada saat permulaan atau akhir periode
pemerintahan/kepengurusan. Tetapi dilaksanakan apabila telah melanggar peraturan
dan atau konstitusi.
c. Sidang Pleno: Pleno (plenory) berarti kekuasaan penuh. Pada session ini berfungsi
untuk menetapkan keputusan dan ketetapan.
d. Sidang Komisi: Persidangan yang dilakukan oleh komisi-komisi untuk membahas
bagian-bagian khusus yang kemudian diplenokan.

Mekanisme Mengeluarkan Pendapat ataupun keberatan.

Dalam dunia persidangan dikenal istilah interupsi yuang berarti gangguan, berhentinya atau
penyelaan (sela-menyela) tentunya dengan tingkatan atau fungsi yang berbeda sehingga
diklasifikasikan sebagai berikut :
a. Interupsi Point Of Order
Order berarti perintah, makna istilah ini untuk penyampaian yang harus diproritaskan karena
suatu yang penting.
b. Interuption Of Clarification
Clarification berarti penjelasan, makna interupsi ini adalah untuk memberikan penjelasan atau
uraian terhadap persoalan yang dianggap telah melenceng maknanya.
c. Interuption Of jastifition
Berati memperkuat argumen.
d. Interuption Of Information
Information berarti keterangan atau penerangan, interupsi ini berguna untuk memberikan
keterangan atau informasi pada seluruh peserta sidang.
e. Interuption Of Question
Qustion berati pertanyaan atau bertanya, interupsi ini diajukan karena ingin bertanya.
f. Interuption Of Privelleg
Privelleg yaitu hendak menyela, ketika memiliki keperluan pribadi (tuntutan alam).

Mekanisme Pengambilan Keputusan

· Musyawarah mufakat: pengambilan keputusan sampai pada adanya kesepakatan


bersama/titik temu antar peserta sidang.
· Lobbying: musyawarah yang dilakukan 2 pihak sengketa dihadapan Pimpinan Sidang
· Votting: pengambilan suara melalui jumlah peserta (voting terbuka/tertutup)

Fungsi dan Makna Palu Sidang

Dalam suatu persidangan resmi, palu sidang mempunyai otoritas tinggi yakni keputusan
itu memiliki legitimasi atau kekuatan hukum ketika palu sudah diketuk.
Makna palu sidang dalam persidangan mempunyai arti penting yaitu:
a. Satu kali ketuk
Bermakna proses persetujuan atau pengiyaan,mengesahkan point-point.
b. Dua kali ketuk
Bermakna untuk pengambilan alihan pimpinan sidang (pelimpahan wewenang) penentuan
break/ pending dan pencabutan break.
c. Tiga kali ketuk
Bermakna untuk pembuka dan penutup persidangan serta pengesahan atau penetapan
keputusan persidangan.
d. Lebih dari tiga ketukan
Bermakna untuk menenangkan atau meminta perhatian peserta sidangan selama persidangan
berlangsung. Yang berhak memegang dan menggunakan palu sidang hanyalah pimpinan
sidang.

Istilah-istilah dalam persidangan

• Skorsing/pending: penundaan persidangan untuk sementara waktu


• Lobi: suatu bentuk kompromi dalam menyelesaikan perbedaan pendapat dalam
pengambilan keputusan
• Deadlock: suatu keadaan dimana musyawarah tidak menemui kata sepakat
• Walk out:Peserta siding keluar arena persidangan dengan alas an tidak setuju atas
kputusan
• Voting; pengambilan keputusan berdasrkan suara terbanyak
• Quorum merupakan syarat sebelum persidangan dimulai, agar keputusan dapat
dianggap sah. Persidangan dinyatakan qorum apabila dihadiri oleh sekurang-
kurangnya 1/3 n + 1 dari peserta
• Peninjauan kembali/PK: meninjau keputusan yang telah disepakati sebelumnya
untuk didakan pembataan atau perubahan.

Peserta Sidang

Utusan:

1. Hak bicara,adalah untuk bertanya, mengeluarkan pendapat dan mengajukan usuan


kepada pimpinan baik secara lisan maupun tertulis
2. Hak suara, adalah hak untuk ikut ambil bagian dalam pengambilan keputusan
3. Hak Memilih, adalah hak untuk menentukan pilihan dalam proses pemilihan
4. Hak Dipilih, adalah hak untuk dipili dalam proses pemilihan

Peninjau:

Hak bicara , aalah untuk bertanya,mengeluarkan pendapat dan megajukan usulan kepada
pimpinan baik secara lisan maupun tertulis
Kewajiban Peserta:

1. Menaati tata tertib persidangan/permusyawaratan


2. Menjaga ketenangan/harmonisasi persidangan

Pimpinan Sidang/Presidium Sidang

• Presidium sidang dipilih dari dan oleh peserta melalui siding pleno yang dipandu oleh
panitia pengarah
• Presidium sidang bertugas untuk memimpin dan mengatur jalannya persidangan
seperti aturan yang disepakati peserta/tata tertib
• Presidium sidang berkuasa untuk memimpin dan menjalankan tata tertib persidangan

Tugas Khusus:

➢ Presidium 1
memimpin jalannya persidanga secara penuh
➢ Presidium 2
sebagai notulensi yang menjadi masukan/usulan dari peserta siding
➢ Presidium 3
menunjuk peserta yang melakukan interupsi sesuai dengan hirarkinya
➢ Syarat-syarat presidium sidang:
➢ Mempunyai sifat leadership, bijaksana dan bertanggung jawab
➢ Memiliki pengethuan yang cukup tentang persidangan
➢ Peka terhadap situasi dan cepat mengambil inisiatif dalam situasi kritis
➢ Mampu mengontrol emosi sehingga tidak terpengaruh kondisi persidangan

PERBEDAAN ANTARA SIDANG DENGAN DISKUSI


1. Waktu Perencanaan (Sidang terencana sedangkan diskusi lebih bersifat insidental)
2. Jenis dan Kuantitas Peserta (Sidang harus memenuhi syarat-syarat sahnya sidang)
3. Materi (sidang terdiri dari 1 jenis materi, sedangkan diskusi tidak terbatas)
4. Kekuatan hukum. (Sidang lebih memiliki kekuatan hukum)
HAKEKAT DAN URGENSI ORGANISASI
I.PENDAHULUAN

Pendekatan awal terhadap teori organisasi pada awal abad 19 menganggap organisasi
sebagai alat mekanis untuk mencapai tujuan, pada perhatian difokuskan pada pencapaian
efisiensi dalam fungsi-fungsi intern.

Pada teoritikus tipe 2 yang melaksanakan dibawah asumsi sistem tertutup namun
menekankan hubungan informasi dan motivasi-motivasi non-ekonomis yang beroperasi dalam
organisasi. Organisasi tidak selalu berjalan secara mulus dan bukan merupakan mesin yang
sempurna. Manajemen dapat merancang hubungan dan aturan formal, namun diciptakan juga
persahabat informal untuk memenuhi kebutuhan social anggotanya.

Kerasionalan kembali menjadi tema sentral pada teoritikus tipe 3, diperkirakan sejak
1960 sampai awal 1970-an para teoritikus melihat organisasi menjadi alat untuk mencapai
tujuan. Mereka memfokuskan pada sasaran, teknologi, dan ketidak pastian lingkungan sebagai
variabel-variabel kontingensi utama yang menentukan struktur yang tepat dan seharusnya
berlaku dalam organisasi, dengan kata lain struktur yang sesuai dengan variabel-variabel
kontingensi tersebut akan membantu pencapaian tujuan organisasi, sebaliknya penerapan
struktur yang salah akan mengancam kelancangan hidup organisasi.

Akhirnya pendekatan mutakhir untuk memahami organisasi sangat dipengaruhi oleh


para teoritikus tipe 4. Perspektif sosial digunakan kembali, namun dalam kerangka kerja sistem
terbuka. Hasilnya adalah pandangan bahwa struktur bukanlah merupakan usaha yang rasional
dari pada manager untuk menciptakan struktur yang efektif, namun merupakan hasil dari suatu
pertarungan politis di antara koalisi-koalisi didalam organisasi untuk memperebutkan kendali
atau kekuasaan.

Manusia pada dasarnya merupakan makhluk individu dan sosial sekaligus. Sebagai
makhluk sosial, manusia hidup dalam suatu bentuk hubungan tertentu (bersosialisasi) dengan
dunia sekitarnya dan dengan individu lain. Bersosialisasi merupakan jalan bagi manusia untuk
memenuhi kebutuhan kemanusiannya. Tanpa berada ditengah sesamanya dalam bentuk-bentuk
hubungan tertentu, manusia tidak dapat tumbuh mencapai tingkat kemanusian-nya yang
tertinggi.

Organisasi adalah bentuk masyarakat yang terbaik karena didalamnya terdapat


kejelasan aturan main yang tertuang dalam peraturan organisasi dan dalam budaya organisasi
memiliki jenjang struktural yang jelas serta memiliki tujuan dan prinsip-prinsip dasar yang
menginspirasi kehidupan berorganisasi yang eksplisit. Oleh karena itu, individu yang
berorganisasi merupakan individu yang paling memiliki peluang mewujudkan fitrah
kemanusiaannya yang merdeka, berkehendak untuk tumbuh, dan saling memberi dengan yang
lainnya.

II.PENGERTIAN

Apa itu hakikat dan urgensi?

Hakikat ialah intisari atau dasar sementara, urgensi ialah keharusan yang mendesak.
Tapi, sebelum mengarahkan pada hakikat dan urgensi organisasi, maka pertanyaan yang
terlebih dahulu mesti dijawab ialah apa itu organisasi.

Secara sederhana, organisasi adalah suatu kerjasama sekelompok orang untuk


mencapai tujuan bersama yang diinginkan dan mau terlibat dengan peraturan yang ada. Secara
umum organisasi di definisikan sebagai suatu wadah atau tempat untuk melakukan kegiatan
bersama, agar dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan bersama.

Berkembangnya perilaku hubungan antara manusia mengantarkan berkembangnya teori


tentang organisasi itu sendiri. Berikut pandangan para ahli mengenai pengertian organisasi :

A. James D Mooney : organisasi adalah sebagai bentuk setiap perserikatan orang-orang


untuk mencapai suatu tujuan bersama (organization is the form of every human
association for the attainment of common purpose).
B. John D Millet : organisasi adalah sebagai kerangka struktur dimana pekerjaan dari
beberapa orang diselenggarakan untuk mewujudkan suatu tujuan bersama (organization
is the structural framework within which the work of many individuals is carried on for
the realization of common purpose).
C. Herbert H Simon : organisasi adalah sebagai pola komunikasi yang lengkap dengan
hubungan-hubungan lain di dalam suatu kelompok orang-orang (organization is the
complex pattern of communication and other relations in a group of human being).
D. Chester L Barnard : organisasi adalah sebagai sebuah sistem tentang aktivitas kerjasama
dua orang atau lebih dari sesuatu yang tidak berwujud dan tidak pandang bulu, yang
sebagian besar persoalan silaturrahmi (organization is a system of cooperative activities
of two or more person something intangible and impersonal. Largely a matter of
relationship).
E. Dwight Waldo : organisasi adalah ssebagai suatu struktur dari kewenangan-
kewenangan dan kebiasaan-kebiasaan dalam hubungan antara orang-orang pada suatu
sistem administrasi (organization is the structure of authoritative and habitual personal
interrelations in an administrative system).
F. Luther Gulick : organisasi adalah sebagai suatu alat saling hubungan satuan-satuan
kerja yang memberikan mereka kepada orang-orang yang ditempatkan dalam struktur
kewenangan dan dengan demikian pekerjaan dapat dikoordinasikan oleh perintah para
atasan kepada para bawahan yang menjangkau dari puncak sampai ke dasar dari seluruh
badan usaha (organization is the means of interrelating the subdivisions of work by
alloting them to men who are placed in a structure of authority, so that the work may
be coordinated by orders of superiors to sub ordinates, reaching from the top to the
bottom of the entire enterprise).
G. Malinowski : organisasi sebagai suatu kelompok orang yang bersatu dalam tugas-tugas,
terikat pada lingkungan tertentu, menggunakan alat teknologi dan patuh pada peraturan.
H. James D Mooney : organisasi timbul bilamana orang-orang yang bergabung didalam
suatu usaha mencapai tujuan bersama.
I. Chester I Barnard : organisasi ada bila orang-orang berhubungan satu dengan yang lain,
mau bekerjasama untuk mencapai tujuan bersama.
J. Henry L Sisk : organisasi sebagai suatu kesatuan, yaitu sekelompok orang yg terlibat
bersama-sama didalam hubungan yang resmi untuk mencapai tujuan-tujuan.
K. Schein : organisasi merupakan suatu sistem terbuka, yang memiliki interaksi konstan
dengan lingkungannya, serta terdiri dari banyak sub-grup, unit-unit jabatan, susunan
hirarki serta segmen yang tersebar secara geografis.
L. Monir H Thayeb : organisasi dapat dilihat dengan 2 cara berbeda, yaitu 1) organisasi
sebagai suatu sistem terbuka yang terdiri dari sub-sistem yang saling berkaitan, dan
memperoleh input untuk diolah yang berasal dari lingkungan serta menyalurkan output
hasil pengolahan ke lingkungan kembali, 2) organisasi sebagai sekelompok orang yang
bekerjasama untuk mencapai tujuan bersama.

Dari berbagai definisi yang dilontarkan oleh para ahli diatas, dapat kita simpulkan dengan
menggunakan dua pendekatan arti yaitu dalam arti statis, yaitu organisasi sebagai wadah
tempat dimana kegiatan kerjasama dijalankan, dan yang kedua dalam arti dinamis, yaitu
organisasi sebagai suatu sistem proses interaksi antara orang-orang yang bekrjasama, baik
formal maupun informal.

Jadi, hakikat dan urgensi organisasi?

Hakikat organisasi atau intisari organisasi ialah :

• Bahwa organisasi bukanlah tujuan, melainkan hanya alat untuk mencapai tujuan atau
alat untuk melaksanakan tugas pokok. Berhubungan dengan itu susunan organisasi
haruslah selalu disesuaikan dengan perkembangan tujuan atau perkembangan tugas
pokok.
• Dalam organisasi selalu terdapat rangkaian hirarki, artinya dalam suatu organisasi
selalu terdapat apa yang dinamakan atasan dan apa yang dinamakan bawahan.

Urgensi organisasi atau yang sangat penting dari organisasi ialah :

• Organisasi adalah wadah serta proses kerjasama sejumlah manusia yang terikat dalam
hubungan formal.
• Organisasi adalah alat perjuangan untuk sebuah asa menuju cita.

Yang lain tentang organisasi

Saat ini telah diakui bahwa kecerdasan intelektual hanya menyumbang 10-20 persen
kesuksesan seseorang, sementara sisanya 80-90 persen ditentukan oleh kecerdasan emosional
dan spiritual. Salah satunya di dapatkan dengan cara ikut berorganisasi. Berorganisasi adalah
melatih kecerdasan emosional dan spiritual, sehingga dengan demikian berorganisasi
merupakan jalan menuju kesuksesan.

III.TERBENTUKNYA ORGANISASI

Organisasi merupakan sebuah kebutuhan dari manusia itu sendiri. Hal ini disebabkan
karena kecendrungan manusia sebagai makhluk sosial, makhluk bermasyarakat (homo socius,
social animal, zoon politicon), tidak mungkin dapat hidup sendiri, cenderung bermasyarakat
atau berkelompok (gregariousness). Beberapa pendekatan yang bisa digunakan untuk
memahami kebutuhan manusia sehingga berorganisasi dijabarkan sebagai berikut (abraham
maslow) :

a. Keperluan manusia :
• Keperluan fisik (physical need)
• Keperluan rasa aman dan selamat (safety need)
• Keperluan social (social needs)
• Keperluan akan harga diri (esteem needs)
• Keperluan aktualisasi diri (self realization needs)
b. Dorongan orang bekerja :
• Dorongan primer (kelangsungan hidup organis)
• Motif dasar (psikologis atau sosial)
c. Motivasi orang bekerja :
• Kepastian (masa depan-kelangsungan kerja)
• Kesempatan (naik pangkat/dipromosikan)
• Peran serta (saran-saran/masukan dalam pengambilan keputusan)
• Pengakuan/penghargaan (prestasi kerja)
• Ekonomi (upah/gaji yang layak untuk hidup)
• Pencapaian (keberhasilan dalam pekerjaan)
• Komunikasi (mengetahui apa yang terjadi dalam organisasi)
• Kekuasaan (kewibawaan dan mempengaruhi orang lain)
• Keterpaduan (bagian dari organisasi secara keseluruhan)
• Kebebasan (pribadi dan pendapat)

IV.KOMITMEN (BER)ORGANISASI

Komitmen, sebuah kata yang sering kita dengar bahkan kita ucapkan. Namun sebenarnya
apa makna dari komitmen itu sendiri ? kata itu begitu mempunyai makna yang sangat besar
bagi organisasi manapun. Untuk bisa meraih cita-cita memerlukan komitmen semua pelaku
dalam organisasi tersebut. Michael amstrong dalam bukunya “managing people” menyatakan
bahwa komitmen adalah kecintaan dan kesetiaan. Komitmen terdiri dari tiga komponen :

a. Penyatuan dengan tujuan dan nilai-nilai organisasi.


Artinya bahwa semua anggota organisasi harus menyatukan tujuan masing-masing
individu dengan tujuan organisasi. Semua anggota organisasi harus menerapkan nilai-
nilai yang ada di organisasi tersebut.
b. Keinginan untuk tetap bersama dan berada di dalam organisasi.
Pasangan suami istri yang menyatakan kommitmen bersama berarti berkeinginan
untuk tetap bersama dalam keadaan apapun. Demikian juga dalam organisasi, anggota
yang dinyatakan mempunyai komitmen adalah yang ingin tetap berada di dalam
organisasi tersebut. Kalau masih ada keinginan untuk mencari perusahaan/organisasi
lain, berarti komitmennya diragukan.
c. Kesediaan untuk bekerja keras atas nama organisasi.
Orang yang mempunyai komitmen dalam organisasi, maka orang tersebut akan
bekerja dengan sebaik-baiknya dimanapun ia ditempatkan.

Dalam sebuah psikologi manajemen ada kalimat yang menyatakan “foundation of


commitment is integrity, character and empaty”. Dalam kalimat tersebut mengandung makna
bahwa sebuah komitmen harus timbul dari hati yang paling dalam dari seorang individu,
dalam menjalankan kehidupan atau meraih cita-citanya. Dan apabila setiap individu dalam
organisasi memiliki suatu komitmen yang besar untuk melakukan yang terbaik bagi
pekerjaannya masing-masing, tentunya hal itu merupakan suatu modal besar bagi organisasi
dalam mewujudkan cita-citanya. Sehingga betapa pentingnya sebuah komitmen bagi
kelangsungan hidup sebuah organisasi.

Setelah memahami definisi komitmen, bagaimana dengan komitmen organisasi?

Komitmen organisasi adalah sebagai suatu keadaan dimana seorang anggota memihak
organisasi tertentu serta tujuan-tujuan dan keinginannya untuk mempertahankan keanggotaan
dalam organisasi tersebut. Menurut Stephen P Robbins didefinisikan bahwa keterlibatan
pekerjaan yang tinggi berarti memihak pada pekerjaan tertentu seorang individu, sementara
komitmen organisasional yang tinggi berarti memihak organisasi yang merekrut individu
tersebut. Dalam organisasi seorang guru merupakan tenaga profesional yang berhadapan
langsung dengan siswa, maka guru dalam menjalankan tugasnya sebagai pendidik mampu
menjalankan kebijakan-kebijakan dengan tujuan-tujuan tertentu dan mempunyai komitmen
yang kuat terhadap tempat dia bekerja.

Menurut Fred Luthan, komitmen organisasi didefinisikan sebagai :

• Keinginan kuat untuk tetap sebagai anggota organisasi tertentu.


• Keinginan untuk berusaha keras sesuai keinginan organisasi.
• Keyakinan tertentu dan penerimaan nilai dan tujuan organisasi, dengan kata lain ini
merupakan sikap yang merefleksikan loyalitas karyawan pada organisasi dan proses
berkelanjutan dimana anggota organisasi mengekspresikan perhatiannya terhadap
organisasi dan keberhasilan serta kemajuan yang berkelanjutan.

Menurut Allen dan Meyer, ada tiga dimensi komitmen organisasi :

• Komitmen afektif, ketertarikan emosional anggota dan keterlibatan dalam organisasi.


• Komitmen berkelanjutan, komitmen berdasarkan kerugian yang berhubungan dengan
keluarnya anggota dari organisasi. Hal ini mungkin dikarenakan hilangnya senioritas
atas promosi atau benefit.
• Komitmen normatif, perasaan wajib untuk tetap berada dalam organisasi karena
memang harus begitu, tindakan tersebut merupakan hal benar yang harus dilakukan.

Desler memberikan pedoman khusus untuk mengimplementasikan sistem manajemen


yang mungkin membantu memecahkan masalah dan meningkatkan komitmen organisasi
pada diri karyawan :

• Berkomitmen pada nilai manusia, membuat aturan tertulis, mempekerjakan manajer


yang baik dan tepat dan mempertahankan komunikasi.
• Memperjelas dan mengkomunikasikan misi anda, memperjelas misi dan ideologi,
berkharisma, menguunakan praktik perekrutan berdasarkan nilai, menekankan
orientasi berdasarkan nilai dan pelatihan serta membentuk tradisi.
• Menjamin keadilan organisasi, memiliki prosedur penyampaian keluhan yang
koprehensif dan menyediakan komunikasi dua arah yang ekstensif.
• Menciptakan rasa komunitas, membangun homogenitas berdasarkan nilai, keadilan,
menekankan kerjasama, saling mendukung, kerja tim dan berkumpul bersama.
• Mendukung perkembangan karyawan, melakukan aktualisasi, memberikan pekerjaan
menantang pada tahun pertama, memajukan dan memberdayakan, mempromosikan
dari dalam, menyediakan aktivitas perkembangan dan menyediakan keamanan kepada
karyawan tanpa jaminan.

V.PENUTUP

Tujuan dari organisasi adalah keadaan yang dikehendaki pada masa yang akan datang,
yang senantiasa dikejar oleh organisasi agar dapat direalisasikan.
Nasionalisme ISMKI
Ikatan Senat Mahasiswa Kedokteran Indonesia, atau selanjutnya akan saya sebut ISMKI,
adalah suatu Himpunan yang mewadahi seluruh mahasiswa Fakultas Kedokteran Indonesia,
jadi, bukan hanya pengurus BEM atau senatnya saja.

Sebelum kita membahas tentang Nasionalisme nya, ada baiknya kita melihat sejarah
terbentuknya ISMKI terlebih dahulu. Dulu, pergerakan bangsa Indonesia di jaman Soekarno
lebih mengarah ke pergerakan politis dan pengakuan. Ketika jaman bergeser dan kita
memasuki era Soeharto, pergerakan yang ada lebih dituntut ke arah profesionalitas; dalam hal
mahasiswa kedokteran misalnya, kesejawatan. Hal ini semakin menguat ketika beberapa
mahasiswa FK UI saat itu melakukan konsol ke pertemuan ARMSA (kini AMSA) dan
mendapatkan inspirasi akan pentingnya sebuah organisasi yang menghimpuan sesama calon
teman sejawat dokter.

Maka dibentuklah IMKI (Ikatan Mahasiswa Kedokteran Indonesia) sebagai cikal bakal ISMKI.
Di era 1978-1981, terjadi banyak pergolakan politisasi kampus yang akhirnya ‘diredakan’
dengan berbagai cara melalui Normalisasi Kebijakan Kampus—fokus pemerintah saat itu
adalah menutup corong pergerakan masal di taraf Universitas dengan cara meningkatkan
percepatan kuliah (sistem SKS), pembentukan Tridharma Univeritas tanpa ‘Kepedulian
Politik’ dan mendukung dibentuknya organisasi pararel antar Universitas. Disinilah,
bermunculan organisasi-organisasi seperti HMI, GMNI, GMKI dan ISMS. Organisasi
semacam ini diaggap ‘aman’ karena letak mahasiswanya yang terpencar-pencar dengan
ideologi dasar yang masih berbedabeda. Di era 1981-1990, IMKI/ISMKI banyak disibukkan
dengan pembentukan fondasi organisasi, pematokan kesadaran ilmiah dan intelektual melalui
Temilnas pertama, dan bertahan dari intervensi politik frontal DepDikBud yang ingin merubah
AD/ART-nya.

Di era 90-an, mulai tampak bargaining position yang dilakukan ISMKI; semisal mengenai
kebijakan dokter PTT dan kemunculan FK swasta. ISMKI mulai banyak melakukan audiensi—
dimana sebelumnya mereka telah membuat pernyataan sikap. Meski memang, di era ini terjadi
banyak pergolakan internal seperti lepasnya AMSA (karena tidak ada nota kesepahaman),
adanya sentiment antara FK Swasta dan FK Negeri, hingga rancunya arah pergerakan kedepan
diantara para pengurus. Saat itu, SekJen ISMKI menginginkan ISMKI yang mengakar pada
intra-nya, sementara beberapa PHN lebih memilih untuk fokus Go Internasional. Konfrontasi
langsung pun akhirnya muncul di Pramunas dan saat itu, Ketua HubLu Unpad yang menjabat
sebagai pengurus disana membawa ketua SCO-SCO yang ada dan menginisiasi pembentukan
CIMSA.

Apa yang dapat kita tarik dari sejarah ISMKI diatas?

Pertama, esensi pembentukan ISMKI ini adalah menjaga kesejawatan calon-calon dokter
Indonesia. Ia, menjadi wadah silaturahmi—saling mengenal—tukar pikiran dan menyatukan
poros pergerakan para mahasiswa kedokteran agar padu, agar ‘bertaring’. Ia sebagai
perwujudan Nasionalisme—rasa cinta Negara dari para mahasiswa kedokteran. Sebuah
manifesto yang nyata.

Kedua, meski terdengar sepele, ISMKI sendiri terdiri dari singkatan berbahasa Indonesia—bila
kita bandingkan dengan organisasi lain. Ini menunjukkan keberpihakan dan fokus ISMKI
dalam negaranya. Bukan karena—kalaupun ada yang berpendapat begitu—ISMKI adalah
produk dari NKK/BKK. Inisiasi pembentukan IMKI telah ada dari bertahun-tahun sebelumnya.
Jadi memang dari awal, pembentukannya telah difokuskan sebagai penggerak banga Indonesia.

Ketiga, dari sejarah diatas, kita bisa memahami bahwa fokus dari ISMKI memang sebagai
inisiasi awal kesejawatan kedokteran Indonesia sebelum memasuki dunia professional.
Memang, ISMKI tergabung dalam IFMSA, tapi poros pergerakannya tetap mengeratkan
mahasiswa kedokteran Indonesia terlebih dahulu. Sekedar nasionalisme tanpa dasar? Tidak!
Ini adalah sebuah komitmen dengan visi yang jelas.

Jika kita menilik asas pergerakkan ISMKI selanjutnya, seharusnya ISMKI memiliki torehan
yang lebih dahsyat dibandingkan dengan BEM/KKM Fakultas yang bergerak sendiian. Disini,
bila asas kesejawatannya memang benar-benar di-‘kental’-kan, barulah kita bisa menghasilkan
asas manfaat yang beneran.

Di jaman kita ini, mahasiswa sebagai kaum intelektual yang bersenjatakan pemikiran tanpa
kepentingan politik, bila digerakkan secara sinergis dapat dijadikan senjata dengan tidak hanya
menyejawatkan dokter-dokter Indonesia masa depan, tapi juga bisa menjadi otak dari sniper
handal yang pelurunya dinamis serta tepat sasaran. Jika dulu di tengah gempuran intervensi
yang dahsyat serta tekanan sana-sini ISMKI dapat melakukan audiensi dan pernyataan sikap
yang nyata, maka ISMKI-pun dapat berperan sebagai pengawal kebijakan di bidang kesehatan
semisal BPJS dan RUU Pertembakauan. Inilah sebuah bentuk nasionalisme sesungguhnya—
tak hanya membanggakan diri di luar negri, tapi membangun di dalam dengan beribu gagasan.
Nationalism rasa cinta yang membangun dengan meningkatkan kualitas di negrinya, bukan
rasa superior terhadap nation lain—ISMKI.
Pengabdian Masyarakat
Pengabdian masyarakat adalah suatu kegiatan yang bertujuan membantu masyarakat tertentu
dalam beberapa aktivitas tanpa mengharapkan imbalan dalam bentuk apapun. Secara umum
program ini dirancang oleh berbagai universitas atau institut yang ada di Indonesia untuk
memberikan kontribusi nyata bagi bangsa Indonesia, khususnya dalam mengembangkan
kesejahteraan dan kemajuan bangsa Indonesia. Kegiatan Pengabdian Masyarakat merupakan
salah satu bagian dari Tri Dharma Perguruan Tinggi.

Bentuk-bentuk kegiatan Pengabdian Masyarakat :

1. Bakti Sosial
2. Mengajar

Tujuan Pengabdian Masyarakat

1. menciptakan inovasi teknologi untuk mendorong pembangunan ekonomi Indonesia


dengan melakukan komersialisasi hasil penelitian;
2. memberikan solusi berdasarkan kajian akademik atas kebutuhan, tantangan, atau
persoalan yang dihadapi masyarakat, baik secara langsung maupun tidak langsung;
3. melakukan kegiatan yang mampu mengentaskan masyarakat tersisih (preferential
option for the poor) pada semua strata, yaitu masyarakat yang tersisih secara
ekonomi, politik, sosial, dan budaya;
4. melakukan alih teknologi, ilmu, dan seni kepada masyarakat untuk pengembangan
martabat manusia dan kelestarian sumber daya alam.

Benefit melakukan pengabdian masyarakat. Pengabdian masyarakat yang dapat dilakukan


oleh mahasiswa dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti memberi penyuluhan,
mengedukasi masyarakat tentang menjaga lingkungan alam, mengajar anak-anak yang
kurang mampu, membuat kegiatan amal untuk disalurkan kepada masyarakat, dan masih
banyak lagi. Kenapasih kita sebagai mahasiswa harus repot-repot melakukan kegiatan
pengabdian masyarakat? Tentu saja karena kegiatan ini akan memberikan kamu banyak
manfaat, seperti:

1. Memberi dampak positif bagi masyarakat


Pengabdian masyarakat yang kamu lakukan dalam bentuk apapun akan memberikan dampak
positif bagi masyarakat, entah itu berdampak langsung atau tidak, besar atau kecil, banyak
atau sedikit, pengabdian masyarakat dapat menjadi sesuatu yang berharga bagi masyarakat
itu sendiri. Sebagai mahasiswa kita sudah selayaknya menebar hal yang positif bagi
masyarakat, siapa tau setelah kita melakukan pengabdian, karakteristik atau kebiasaan
orang-orang di daerah tersebut dapat berganti ke arah yang lebih baik.
2. Memperbanyak relasi
Saat melakukan pengabdian masyarakat mau tidak mau kamu akan berhubungan dengan
banyak orang, bukan hanya di tim kamu, atau tim lainnya, namun juga berhubungan langsung
dengan tokoh masyarakat, pengusaha, dan pemerintah setempat. Hal ini dapat kamu
manfaatkan untuk menjalin relasi yang luas, siapa tau setelah lulus kamu bisa
mengembangkan lagi daerah tempat kamu melakukan pengabdian masyarakat, dan mengubah
tempat tersebut menjadi lebih sejahtera.
3. Meningkatkan soft skill dalam berkomunikasi
Melakukan kegiatan pengabdian masyarakat, berarti kamu harus berinteraksi langsung dengan
masyarakat setempat, jika kamu melakukan pengabdian ini di luar kota, maka kamu harus
bisa berbicara bahasa mereka, walaupun kamu bisa menggunakan bahasa Indonesia untuk
berkomunikasi, bahasa daerah akan membuat kamu lebih dekat dengan masyarakat setempat,
selain itu kamu dipaksa untuk lebih komunikatif lagi dalam berinteraksi dengan masyarakat
yang datang dari berbagai usia dan latar belakang yang berbeda dengan kamu.
4. Belajar hal baru
Saat melakukan pengabdian masyarakat secara tidak langsung kamu akan belajar mengenai
adat istiadat, karakteristik dan kebiasaan orang di daerah tersebut. Hal tersebut dapat
memperkaya pengalaman serta wawasan kamu yang tidak bisa dimiliki atau dicuri oleh orang
lain, contonya, kamu bisa belajar bernegosiasi dengan orang yang lebih tua usianya dari
usiamu, belajar tentang menghargai pendapat orang lain, belajar untuk lebih peka dengan
lingkungan sekitar, dan masih banyak lagi yang bisa kamu pelajari.
5. Menumbuhkan sifat simpati dan sabar
Tidak dapat dipungkiri jika melakukan kegiatan seperti ini akan menumbuhkan kepekaan
terhadap jiwa sosialmu, dengan melihat keadaan masyarakat yang sebenarnya kamu bisa
menjadi lebih kritis dan peduli terhadap lingkungan sekitar sehingga menambahkan rasa
simpati dan empati dalam diri kamu. Dengan melakukan kegiatan ini kamu juga bisa belajar
untuk lebih bersabar, bersabar jika ide atau opini kamu ditolak, bersabar ketika apa yang
kamu inginkan tidak berjalan sesuai rencana, sifat-sifat ini sangat berguna bagi kamu untuk
menghadapi hidup di kemudian hari, sehingga kamu bisa lebih bijak dalam memilih
keputusan.
BERPIKIR KRITIS

A. Pengertian berpikir kritis

Berpikir menurut Plato adalah berbicara dalam hati. “Berpikir adalah meletakkan
hubungan antara bagian-bagian pengetahuan kita. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI) berpikir artinya menggunakan akal budi untuk mempertimbangkan dan
memutuskan sesuatu. Proses berpikir itu pada pokoknya ada tiga langkah, yaitu:
pembentukan pengertian, pembentukan pendapat, dan penarikan kesimpulan.
Kemampuan berpikir kritis merupakan kemampuan yang sangat esensial untuk
kehidupan, pekerjaan, dan berfungsi efektif dalam semua aspek kehidupan lainnya.
Kemampuan berpikir kritis merupakan kemampuan berpikir yang diawali dan diproses oleh
otak kiri. “Berpikir kritis telah lama menjadi tujuan pokok dalam pendidikan sejak 1942.
Penelitian dan berbagai pendapat tentang hal itu, telah menjadi topik pembicaraan dalam
sepuluh tahun terakhir ini.
Berpikir kritis merupakan salah satu proses berpikir tingkat tinggi yang dapat
digunakan dalam pembentukan sistem konseptual seseorang.

Menurut Ennis yang dikutip oleh Alec Fisher, “Berpikir kritis adalah pemikiran yang masuk
akal dan reflektif yang berfokus untuk memutuskan apa yang mesti dipercaya atau
dilakukan. Dalam penalaran dibutuhkan kemampuan berpikir kritis atau dengan kata lain
kemampuan berpikir kritis merupakan bagian dari penalaran.

Berpikir kritis adalah berpikir dengan baik dan merenungkan atau mengkaji tentang
proses berpikir orang lain. John Dewey mengatakan, bahwa sekolah harus mengajarkan cara
berpikir yang benar pada anak- anak. Kemudian beliau mendefenisikan berpikir kritis
(critical thinking), yaitu: “Aktif, gigih, dan pertimbangan yang cermat mengenai sebuah
keyakinan atau bentuk pengetahuan apapun yang diterima dipandang dari berbagai sudut
alasan yang mendukung dan menyimpulkannya.
Sementara Vincent Ruggiero mengartikan berpikir sebagai, “Segala aktivitas mental
yang membantu merumuskan atau memecahkan masalah, membuat keputusan atau
memenuhi keinginan untuk memahami: berpikir adalah sebuah pencarian jawaban, sebuah
pencapaian makna.” John Chaffee, direktur pusat bahasa dan pemikiran kritis di LaGuardi
College, City University of New York (CUNY), menjelaskan bahwa berpikir sebagai
“sebuah proses aktif, teratur dan penuh makna yang kita gunakan untuk memahami dunia”.
Chaffee mendefenisikan berpikir kritis sebagai “ berpikir untuk menyelidiki secara
sistematis proses berpikir itu

sendiri”. Kemudian ditambahkan oleh Elaine B. Johnson, Ph.D. “Maksudnya tidak hanya
memikirkan dengan sengaja, tetapi juga meneliti bagaimana kita dan orang lain
menggunakan bukti dan logika” secara sederhana menurut Robert Duron, critical thinking
dapat didefenisikan sebagai: the ability to analyze and evaluate information (kemampuan
untuk membuat analisis dan melakukan evaluasi terhadap data atau informasi).
Dari beberapa pendapat para ahli tentang definisi berpikir kritis di atas dapat
disimpulkan bahwa berpikir kritis (critical thinking) adalah proses mental untuk
menganalisis atau mengevaluasi informasi. Untuk memahami informasi secara mendalam
dapat membentuk sebuah keyakinan kebenaran informasi yang didapat atau pendapat yang
disampaikan. Proses aktif menunjukkan keinginan atau motivasi untuk menemukan jawaban
dan pencapaian pemahaman. Dengan berpikir kritis, maka pemikir kritis menelaah proses
berpikir orang lain untuk mengetahui proses berpikir yang digunakan sudah benar (masuk
akal atau tidak). Secara tersirat, pemikiran kritis mengevaluasi pemikiran yang tersirat dari
apa yang mereka dengar, baca dan meneliti proses berpikir diri sendiri saat menulis,
memecahkan masalah, membuat keputusan atau mengembangkan sebuah proyek.

B. Komponen berpikir kritis

Brookfield mendefinisikan lima aspek dan empat komponen berpikir kritis.


Menurutnya, berpikir kritis terdiri dari aspek-aspek, yaitu berpikir kritis adalah aktivitas
yang produktif dan positif, berpikir kritis adalah proses bukan hasil, perwujudan berpikir
kritis sangat beragam tergantung dari konteksnya, berpikir kritis dapat berupa kejadian yang
positif maupun negatif, dan berpikir kritis dapat bersifat emosional dan rasional. Sedangkan
komponen berpikir kritis, yaitu:
a. Identifikasi dan menarik asumsi adalah pusat berpikir kritis,

b. Menarik pentingnya konteks adalah penting dalam berpikir kritis,

c. Pemikir kritis mencoba mengimajinasikan dan menggali alternatif, dan


d. Mengimajinasikan dan menggali alternatif akan membawa pada skeptisisme
reflektif.
C. Karakteristik Berpikir Kritis

Berpikir kritis mencakup seluruh proses mendapatkan, membandingkan,


menganalisa, mengevaluasi, internalisasi dan bertindak melampaui ilmu pengetahuan dan
nilai-nilai. Berpikir kritis bukan sekedar berpikir logis sebab berpikir kritis harus memiliki
keyakinan dalam nilai- nilai, dasar pemikiran dan percaya sebelum didapatkan alasan yang
logis dari padanya.

Karakteristik yang berhubungan dengan berpikir kritis, dijelaskan Beyer secara


lengkap dalam buku Critical Thinking, yaitu:
a. Watak (Dispositions)
Seseorang yang mempunyai keterampilan berpikir kritis mempunyai sikap skeptis,
sangat terbuka, menghargai sebuah kejujuran, respek terhadap berbagai data dan
pendapat, respek terhadap kejelasan dan ketelitian, mencari pandangan-pandangan
lain yang berbeda, dan akan berubah sikap ketika terdapat sebuah pendapat yang
dianggapnya baik.
b. Kriteria (Criteria)
Dalam berpikir kritis harus mempunyai sebuah kriteria atau patokan. Untuk sampai
ke arah sana maka harus menemukan sesuatu untuk diputuskan atau dipercayai.
Meskipun sebuah argumen dapat disusun dari beberapa sumber pelajaran, namun
akan mempunyai kriteria yang berbeda. Apabila kita akan menerapkan standarisasi
maka haruslah berdasarkan kepada relevansi, keakuratan fakta-fakta, berlandaskan
sumber yang kredibel, teliti, tidak bias, bebas dari logika yang keliru, logika yang
konsisten, dan pertimbangan yang matang.

c. Argumen (Argument)
Argumen adalah pernyataan atau proposisi yang dilandasi oleh data-data.
Keterampilan berpikir kritis akan meliputi kegiatan pengenalan, penilaian, dan
menyusun argumen.
d. Pertimbangan atau pemikiran (Reasoning)
Yaitu kemampuan untuk merangkum kesimpulan dari satu atau beberapa premis.
Prosesnya akan meliputi kegiatan menguji hubungan antara beberapa pernyataan
atau data.
e. Sudut pandang (Point of view)
Sudut pandang adalah cara memandang atau menafsirkan dunia ini, yang akan
menentukan konstruksi makna. Seseorang yang berpikir dengan kritis akan
memandang sebuah fenomena dari berbagai sudut pandang yang berbeda.
f. Prosedur penerapan kriteria (Procedures for applying criteria)
Prosedur penerapan berpikir kritis sangat kompleks dan prosedural. Prosedur
tersebut akan meliputi merumuskan permasalahan, menentukan keputusan
yang akan diambil, dan mengidentifikasi perkiraan-perkiraan.

D. Indikator berpikir kritis


Menurut Carole Wade yang dikutip oleh Hendra Surya terdapat delapan indikator
berpikir kritis, yaitu:

a. Kegiatan merumuskan pertanyaan.


b. Membatasi permasalahan.
c. Menguji data-data.
d. Menganalisis berbagai pendapat dan bias.
e. Menghindari pertimbangan yang sangat emosional.
f. Menghindari penyederhanaan berlebihan.
g. Mempertimbangkan berbagai interpretasi.
h. Mentoleransi ambiguitas.

Pendapat wade yang dikutip oleh Hendra Surya ini dapat digunakan ketika kita
memberikan siswa suatu permasalahan yang dapat melatih kemampuan berpikir kritis siswa.
Ennis mengemukakan, “Definisi berpikir kritis adalah berpikir secara beralasan dan
reflektif dengan menekankan pembuatan keputusan tentang apayang harus dipercayai atau
dilakukan”. Oleh karena itu, indikator kemampuan berpikir kritis dapat diturunkan dari
aktivitas kritis siswa meliputi:
1) Mencari pernyataan yang jelas dari pertanyaan.
2) Mencari alasan.
3) Berusaha mengetahui infomasi dengan baik.
4) Memakai sumber yang memiliki kredibilitas dan menyebutkannya.
5) Memerhatikan situasi dan kondisi secara keseluruhan.
6) Berusaha tetap relevan dengan ide utama.
7) Mengingat kepentingan yang asli dan mendasar.
8) Mencari alternatif.
9) Bersikap dan berpikir terbuka.
10) Mengambil posisi ketika ada bukti yang cukup untuk melakukan sesuatu.
11) Mencari penjelasan sebanyak mungkin.
12) Bersikap secara sistematis dan teratur dengan bagian dari keseluruhan masalah.

Berdasarkan penjelasan indikator-indikator berpikir kritis diatas. Aspek kemampuan


berpikir kritis yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut.
1) Keterampilan memberikan penjelasan yang sederhana, dengan indikator: merumuskan
pertanyaan dan membatasi masalah.
2) Keterampilan memberikan penjelasan lanjut, dengan indikator: menguji data-data dan
menganalisis berbagai pendapat dengan bias.
3) Keterampilan mengatur strategi dan taktik, dengan indikator: menghindari
pertimbangan yang sangat emosional dan menghindari penyederhanaan berlebihan.

4) Keterampilan menyimpulkan dan keterampilan mengevaluasi, dengan indikator:


mempertimbangkan berbagai interprestasi dan mentoleransi ambiguitas.

E. Langkah-langkah berpikir kritis


Untuk menjadi pemikir kritis yang baik dibutuhkan kesadaran dan keterampilan
memaksimalkan kerja otak melalui langkah-langkah berpikir kritis yang baik, sehingga
kerangka berpikir dan cara berpikir tersusun dengan pola yang baik. Walau memang belum
ada rumusan langkah-langkah berpikir kritis yang dapat dijadikan tolak ukur atau parameter
yang baku. Sebab, berpikir kritis bias sangat sulit untuk diukur karena berpikir kritis bias
sangat sulit untuk diukur karena berpikir kritis adalah proses yang sedang berlangsung bukan
hasil yang mudah dikenali. Keadaan berpikir kritis berarti bahwa seorang terus
mempertanyakan asumsi, mempertimbangkan konteks (kejelasan makna), menciptakan dan
mengeksplorasi alternative dan terlibat dalam skeptisisme reflektif (pemikiran yang tidak
mudah percaya) atas informasi yang diterimanya.
Menurut Kneedler dari The Statewide History-social science Assesment Advisory
committee, mengemukakan bahwa langkah- langkah berpikir kritis itu dapat dikelompokkan
menjadi tiga langkah:
1. Mengenali masalah (defining and clarifying problem)
a. Mengidentifikasi isu-isu atau permasalahan pokok.

b. Membandingkan kesamaan dan perbedaan-perbedaan.


c. Memilih informasi yang relevan.
d. Merumuskan/memformulasi masalah.
2. Menilai informasi yang relevan
a. Menyeleksi fakta, opini, hasil nalar (judgment).
b. Mengecek konsistensi.
c. Mengidentifikasi asumsi.
d. Mengenali kemungkinan faktor stereotip.
e. Mengenali kemungkinan bias, emosi, propaganda, salah penafsiran kalimat
(semantic slanting).
f. Mengenali kemungkinan perbedaan orientasi nilai dan ideologi.
3. Pemecahan Masalah/ Penarikan kesimpulan
a. Mengenali data yang diperlukan dan cukup tidaknya data.
b. Meramalkan konsekuensi yang mungkin terjadi dari keputusan atau pemecahan
masalah atau kesimpulan yang diambil
KASTRATISASI
Apa yang dimaksut dengan kastrat? Kastrat merupakan suatu aktivitas
menganalisis suatu hal dan menjadikan hal tersebut sebagai landasan untuk
merencanakan suatu kegiatan untuk mencapai sasaran yang telah ditetapkan.
Disamping itu, bidang kastrat merupakan bagian dari organisasi mahasiswa yang turut
berkontribusi dalam pergerakan mahasiswa melalui peran dan fungsi kastrat.
Sedangkan, kastratisasi merupakan proses pengadaan dan pengembangan bidang
kastrat dalam sebuah organisasi, atau biasa disebut inisiasi bidang kastrat.
Apa sebenernya tugas utama dari bidang kastrat? Bidang kastrat berkewajiban
untuk mengkaji isu tertentu menjadi suatu kajian, yang nantinya kajian tersebut akan
menjadi poros pergerakan mahasiswa dalam melakukan aksi (langkah nyata) seperti
propaganda (pencerdasan) kepada publik (artikel, opini, sosialisasi), kepada pemilik
kepentingan (aliansi), dan kepada stakeholder (petisi, audiensi, demonstrasi, mediasi,
negosiasi). Fungsi lain bidang kastrat juga untuk mengevaluasi dengan melakukan
pengawasan secara terus menerus terhadap keterlaksanaan hasil kajian dan
penindaklanjutan hasil pengkajian oleh pihak yang terkait.
Berikut merupakan langkah-langkah bidang kastrat dalam menjalankan fungsi

kastrat:

Terdapat 3 fungsi utama kastrat, yaitu:

• Sebagai pendorong dalam membangun pemikiran kritis mahasiswa terhadap


isu-isu strategis, kebijakan publik, dan fenomena sosial-politik.
• Sebagai ujung tombak pencerdasan mahasiswa terhadap isu-isu, kebijakan,
dan fenomena sosial-politik yang ada.
• Sebagai pengawas akan keterlaksanaan hasil kajian dan penindaklanjutan
hasil pengkajian oleh pihak-pihak bersangkutan.

Adapun baiknya kastrat memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

• Bersifat spontanitas

• Bercorak nonstruktural

• Bukan agen politik di luar kampus

• Mempunyai jejaring yang luas


Dengan dilaksanakannya fungsi kastrat, akan timbul pergerakan mahasiswa
yang dapat membawa perubahan-perubahan positif. Adapun perubahan yang dapat
timbul dapat dalam cakupan institusi, regional, maupun nasional sesuai dengan tujuan
awal pergerakan tersebut. Adapun skema bagaimana pergerakan mahasiswa dapat
mempengaruhi lingkungan:
Untuk mencapai tujuan serta fungsi kastrat dengan efektif, diperlukan sifat-
sifat unggulan dalam diri para kastrater, adapun sifat-sifat unggulan yang diharapkan
dimiliki oleh para kastrater yaitu:
• Komitmen

• Visioner kritis

• Analisator

• Pemikir-pekerja

• Solutif

• Berani

• Peka

• Terbuka – friendly

• Public speaker

Selain sifat-sifat unggulan yang perlu dimiliki para kastrater, diharapkan para

kastrater juga membudayakan hal-hal berikut:

• Membaca

• Menulis

• Berdiskusi

Mengapa diperlukan bidang kastrat dalam suatu organisasi kemahasiswaan?


Saat ini mahasiswa kedokteran bersifat apatis, tidak peka, tidak terpapar dengan
fenomena kesehatan diluar akademik, tidak kritis, dan hal-hal lainnya. Sedangkan,
mahasiswa kedokteran yang nantinya akan menjadi dokter memerlukan hati nurani
yang peka terhadap sekitar untuk dapat menjadi dokter yang baik. Diperlukan suatu
aktivitas yang mampu menjadi wadah serta pendorong bagi mahasiswa untuk berubah
menjadi lebih peka, peduli, kritis, dan berwawasan luas terhadap isu-isu nasional,
terutama isu kesehatan. Bidang kastrat, melihat dari fungsi dan jobdesk nya, dapat
memicu perubahan positif tersebut pada mahasiswa kedokteran. Bidang kastrat mampu
menumbuhkan rasa peka mahasiswa terhadap keadaan sekitar dan mengembangkan
pola pikir kritis mahasiswa. Selain itu, kastrat juga berjalan berdampingan dengan UU
no. 40 th. 2009, mengenai kepemudaan bab V pasar 18 yang menyatakan pemuda
berperan aktif sebagai kekuatan moral, kontrol sosial, dan agen perubahan dalam
pembangunan.
Untuk melakukan kastratisasi pada suatu organisasi, perlu diketahui langkah-
langkah untuk menginisiasi bidang kastrat. Adapun langkah-langkah untuk melakukan
kastratisasi sebagai berikut:
• Mengajak pengurus organisasi untuk berdikusi

• Rekomendasi membentuk bidang kastrat

• Konsultasi ke pihak dekanat

• Keputusan oleh ketua terpilih


Teknik Pembuatan Kajian

1. Metode Pengambilan Data

Data yang diambil untuk melakukan kajian ini terdiri dari data primer dan data
sekunder. Data primer dilakukan dengan pengambilan data-data terkait pengelolaan
perikanan berkelanjutan di lapangan. Daerah yang menjadi lokasi survei untuk
pengambilan data primer adalah Propinsi Sumatera Barat, Jawa Tengah, Sulawesi
Tenggara dan Kalimantan Barat. Pemilihan lokasi ini karena dianggap telah memenuhi
sebagai purposive sampling untuk memperoleh informasi dan data yang dibutuhkan.
Data primer yang dikumpulkan di lapangan diperoleh dari hasil observasi, baik dalam
bentuk kuesioner, FGD (focus group discussion), wawancara pada pihak terkait dan
dokumentasi. Data primer lebih difokuskan pada kinerja sektor perikanan baik sektor
ekonomi, sosial, lingkungan maupun kelembagaan serta permasalahan yang dihadapi
oleh tiap sektor. Data primer ini diperlukan untuk mengetahui kondisi eksisting
pengelolaan perikanan di lapangan. Sedangkan data sekunder sudah mulai dilakukan
sebelum turun ke lapangan berupa kajian desk study untuk mengumpulkan informasi
mengenai penelitian yang telah dilakukan sebelumnya maupun perkembangan terkini
mengenai pengelolaan perikanan secara umum. Selain itu pada saat turun ke lapangan
juga dilakukan pengambilan data-data sekunder yang terkait dengan kajian yang
dilakukan. Data sekunder yang dikumpulkan antara lain mengenai data time series
produksi perikanan, peraturan daerah yang terkait pengelolaan perikanan dan
sebagainya.

2. Metode Analisis Analisis

Data yang digunakan pada kajian ini terdiri dari 4 (empat) tahapan. Tahap pertama
adalah identifikasi kondisi eksisting di lapangan. Hal ini dilakukan untuk mengetahui
kondisi riil yang terjadi di lapangan. Tahap kedua adalah mencari sumber
permasalahan yang menjadi penghambat pengelolaan perikanan berkelanjutan. Tahap
ini dilakukan dengan menggunakan analisis diagram tulang ikan (fishbone analysis).
Tahap ketiga adalah melakukan analisis kesenjangan (gap analysis) antara kondisi saat
ini dengan kondisi ideal atau seharusnya pada aspek-aspek yang masih menjadi
penghambat atau masalah utama dalam pengelolaan perikanan berkelanjutan.
Selanjutnya pada tahap keempat dilakukan perumusan strategi dan kebijakan untuk
mengelola perikanan yang berkelanjutan. Setiap tahapan analisis dijelaskan sebagai
berikut :

1) Analisis kondisi/situasi dan permasalahan pengelolaan perikanan Analisis status


digunakan untuk melihat kondisi pengelolaan perikanan berkelanjutan. Poin-poin
yang dilakukan meliputi: (1) kinerja, isu dan permasalahan sektor ekonomi ; (2)
kinerja, isu dan permasalahan sektor sosial ; (3) kinerja, isu dan permasalahan sektor
lingkungan dan (4) kinerja, isu dan permasalahan sektor kelembagaan. Status ini akan
menggambarkan kondisi pada masing-masing sektor serta faktor-faktor yang
mempengaruhi pengelolaan perikanan secara berkelanjutan. Analisis kondisi / status
dilakukan dengan mengumpulkan data primer dan data sekunder. Pengumpulan data
sekunder merupakan penelusuran laporan-laporan atau dokumen-dokumen dan
peraturan serta kebijakan yang terkait dengan pengelolaan perikanan berkelanjutan.
Sedangkan data primer dikumpulkan pada saat survei di lapangan untuk menangkap
informasi dan persepsi secara akurat dengan menggunakan kuesioner yang telah
disiapkan untuk para pemangku kepentingan yang terkait dengan pengelolaan
perikanan.

2) Penelusuran sumber masalah menggunakan Fishbone Analysis Tahap kedua adalah


penyusunan definisi permasalahan. Akar permasalahan akan dirunut secara terperinci
dengan mencakup pandangan tertentu terhadap situasi masalah sesuai dengan
perspektif yang relevan. Dalam tahap ini digunakan analisis data berupa diagram
tulang ikan (fishbone analysis). Diagram tulang ikan (fishbone analysis) adalah
diagram yang menunjukkan sebab akibat yang berguna untuk mencari atau
menganalisis sebab-sebab timbulnya masalah sehingga memudahkan cara
mengatasinya. Penggunaan diagram tulang ikan dilakukan untuk menganalisis
beberapa kondisi sebagai berikut :
• untuk mengenal penyebab yang penting
• untuk memahami semua akibat dan penyebab
• untuk membandingkan prosedur kerja
• untuk menemukan pemecahan yang tepat
• untuk memecahkan hal apa yang harus diilakukan
• untuk mengembangkan proses

Untuk mengetahui sebab akibat dalam bentuk yang nyata dapat diiliustrasikan dalam
sebuah diagram tulang ikan, dimana sebab sama dengan faktor dan akibat sama dengan
karakteristk kualitas. Dalam bentuk umum, faktor harus ditulis lebih rinci untuk
membuat diagram menjadi bermanfaat (Ishikawa 1989). Langkah-langkah membuat
diagram sebab akibat adalah sebagai berikut:

Langkah 1: Menggambar sebuah garis horizontal dengan suatu tanda panah pada ujung
sebelah kanan dan suatu kotak didepannya. Akibat atau masalah yang ingin Dianalisis
ditempatkan dalam kotak

Langkah 2: Menulis penyebab utama (manusia, bahan, mesin dan metode) dalam
kotak yang ditempatkan sejajar dan agak jauh dari garis panah utama. Hubungan kotak
tersebut dengan garis panah yang miring ke arah garis panah utama. Mungkin
diperlukan untuk menambahkan lebih dari empat macam penyebab utama.

Langkah 3: Menulis penyebab kecil pada diagram tersebut di sekitar penyebab utama,
yang penyebab kecil tersebut mempunyai pengaruh terhadap penyebab utama.
Hubungkan penyebab kecil tersebut dengan sebuah garis panah dari penyebab utama
yang bersangkutan Mesin Mesin Manusia Metode Metode Mesin Mesin Manusia
Metode Metode

Digram tulang ikan akan memperlihatkan secara menyeluruh kondisi dan akar
permasalahan dari suatu kegiatan. Lebih jelasnya, diagram tulang ikan dapat dilihat
pada Gambar 3.1 ini
3) Analisis Perbandingan Model dengan Kondisi Riil (Gap Analysis) Selanjutnya
dilakukan perbandingan antara model yang diinginkan yang sudah ditentukan
dengan kondisi riil atau kondisi eksisting di lapangan. Hal ini dilakukan untuk
menemukan kesenjangan (gap analysis) dimana akan dihasilkan perdebatan
mengenai persepsi dan pembahasan perubahan yang dianggap menguntungkan.
Checkland dan Poulter (2006) menggambarkan empat cara untuk membandingkan
model dengan kondisi riil, yaitu dengan (1) diskusi formal, (2) pertanyaan formal, (3)
membuat skenario berdasarkan pengoperasian model dan (4) mencoba model pada
kondisi riil yang sama strukturnya dengan model konseptual. Apabila model
konseptual tidak menggambarkan dunia nyata, maka bisa dilakukan dua hal yaitu:
(1) apa yang tidak ditemukan pada realitas bisa menjadi rekomendasi bagi
perubahan dan (2) apa yang tidak ditemukan pada realitas dan pembuat analisis
merasa kurang puas karena tidak menjawab pertanyaan penelitian maka bisa
kembali ke tahap kedua untuk kembali pada proses pengumpulan data, dilanjutkan
dengan tahap-tahap berikutnya.
4) Rekomendasi Strategi dan Kebijakan Dari data survei dan analisis data yang telah
dilakukan kemudian dirumuskan strategi dan kebijakan yang akan dilakukan untuk
melakukan pengelolaan perikanan berkelanjutan yang lebih baik ke depannya.
Selanjutnya dilakukan review bersama antara tenaga ahli, tim TPRK Bappenas dan
pihak-pihak terkait untuk memperbaiki strategi dan kebijakan yang diajukan.
Pengambilan langkah tindakan berikutnya implementasi ataupun revisi kembali
strategi dan kebijakan dikembalikan pada lembaga/stakeholders yang dalam hal ini
berperan untuk mengintervensi pengelolaan perikanan berkelanjutan.

3. Lokasi Pelaksanaan Kajian


Kajian ini dilaksanakan di beberapa wilayah yang dianggap dapat mewakili gambaran
umum tentang kondisi riil perikanan nasional. Lokasi yang dipilih untuk kegiatan
survei dari kajian ini diantaranya adalah: Provinsi Sumatera Barat, Kalimantan Barat,
Jawa Tengah, dan Sulawesi Tenggara.
MANAJEMEN AKSI
Mahasiswa bukan hanya seorang yang belajar dikampus saja. Namun mahasiswa harus tahu
peran nya untuk bangsa kedepannya. Seorang mahasiswa tidak sekedar “kuliah pulang kuliah
pulang” tapi seorang mahasiswa perlu ada nya jiwa aksi dalam setiap menanggapi krisis dalam
bangsa ini. Mahasiswa-lah yang bisa membangkitkan semangat perlawanan rakyat terhadap
rezim tiran. Mahasiswa-lah yang bisa mengawal reformasi hingga ke titik tujuan. Rakyat
menaruh harapan atas kekuatan intelektual dan kekuatan aksi yang mahasiswa miliki

Sejarah telah menyaksikan berbagai peristiwa besar di dunia yang tidak lepas dari aktor
intelektual di belakangnya. Kaum intelektual yang diwakili masyarakat kampus termasuk juga
mahasiswa sering menjadi penggagas utama dalam setiap perubahan. (Deddy Yanwar Elfani)

Gerakan mahasiswa telah membuktikan bahwa pergerakan mereka mampu menumbangkan


keotoriteran
penjajah dan para kaum elit atas rakyatnya. Gerakan mahasiswa inilah yang kemudian menjadi
motor perjuangan dan kontribusi nyata kaum intelektual atas tanggung jawab moral dan social
mereka kepada rakyat. Itu semua dapat dilihat dari dinamika pergerakan mahasiswa yang sudah
menjadi tuntunan zaman yang masing-masing bangsa berusaha menata kehidupan negaranya
menjadi lebih baik.

Mahasiswa pernah menjadi salah satu bagian dari gerakan pemuda yang pertama kali membuka
mata rakyat Indonesia untuk memperjuangkan kemerdekaan bangsanya, sejak terjadinya
kebangkitan pemuda tahun 1908 silam, mahasiswa senantiasa dituntut menjadi bagian dari
masyarakat sebagai intelektual muda yang dapat menjadi pendobrak cara pandang masyarakat
dengan ide-ide solutif dan konstruktif dalam menanggulangi segala permasalahan ditengah-
tengah masyarakat.

Kepentingan pertama dan terutama yang diperjuangkannya oleh Mahasiswa adalah nilai-nilai
(values) atau sistem nilai (values system) yang sifatnya universal seperti keadilan sosial,
kebebasan, kemanusiaan, demokrasi dan solidaritas kepada rakyat yang tertindas. (Fadjroel
Rahman)

Namun,sekarang ini banyak sekali kegundahan rakyat terhadap aktivitsme gerakan


mahasiswa. Mitos mahasiswa sebagai agent of change, social control, dan iron stock menjauh
dari realita yang ada dan seakan mengalami degradasi, hingga tren stigma masyarakat yang
terus terbangun atas “ keresahan bersama “ yang diaktualisasikan melalui media aksi massa
yang tidak jarang berujung kepada tindak anarkisme. Sehingga yang terbentuk adalah stigma
negatif terhadap setiap gerakan yang dilakukan oleh mahasiswa. kadang aksi mahasiswa di
tolak oleh masyarakat dan tidak sedikit aksi mahasiswa justru dibubarkan secara paksa oleh
aparat kepolisian karena dianggap melanggar ketertiban umum di lingkungan masyarakat.

Permasalahan itu ditambah dengan gerakan mahasiswa dalam organisasi kemahasiswaan


cenderung tersandera dengan isu-isu elit yang menyetir media nasional, selain itu paradigm
dimana prestasi terbaik bagi mereka (mahasiswa) adalah ketika berhasil membuat event besar
dengan mendatangkan artis ataupun pembicara
dalam sebuah seminar. Kalau begitu apa bedanya mahasiswa dengan event organizer ?.
permasalahan yang ahistoris inilah menimbulkan kesan mahasiswa bukan lagi terjebak dengan
romantisme gerakan mahasiswa dimasa lalu, melainkan sejarah perjuangan tersebut perlahan-
lahan akan dilupakan, dan kini mahasiswa telah dihadapkan dengan budaya komersialisasi
pendidikan yang interdisipliner dan multidisipliner sehingga mahasiswa hanya dituntut untuk
terus mengasah dirinya untuk dapat menjadi agent og change dalam menghasilkan ide inovatif,
namun perlahan kepekaan sosial mulai luntur, dan lama kelamaan pengaruh tersebut menjadi
habitus dikalangan mahasiswa.

Pemerintahan sekarang ini, menghadapi berbagai masalah yang cukup rumit bahkan hampir di
seluruh aspek di negeri ini bermasalah. Bidang pendidikan masih banyak usia yang tidak bias
mengenyam pendidikan, pangan masih banyak yang impor,IPTEK tertinggal jauh dari Negara
lain dan sosial budaya yang kian terkikis dengan budaya luar, bahkan kemudahan akses dan
pelayanan kesehatan yang masih belum merata di seluruh elemen masyarakat. Permasalahan
yang kompleks inilah yang tentunya membutuhkan penyelesaian yang bukan hanya inovatif
tapi juga konstruktif. Maka mahasiswa sebagai insan akademis diharapkan peka terhadap hal
tersebut dengan memberikan solusi yang tepat. Sekalipun memang banyak sekali tantangan
mahasiswa dalam menyampaikan aspirasinya ke birokrasi ataupun pemerintahan.

Inilah alasan mengapa gerakan mahasasiwa sangat dibutuhkan namun setiap langkah dan
tindakan harus diperhitungkan dan pikirkan dengan baik. Dalam melakukan gerakan
mahasiswa perlu diskusikan metode dan perisapan apa sajayang perlu dilakukan dalam
melaksanakan aksi sebagai aktualisasi gerakan mahasiswa, sehingga aksi yang dilakukan dapat
dilaksanakan dan tujuan aksi dapat tercapai, karena aksi tanpa teori adalah anarki, teori tanpa
aksi adalah omong kosong.

Pengantar Manajemen Aksi

Dari sudut pandang psikososial, terjadinya aksi adalah sebagai akibat dari keinginan akan
perubahan. Tidak bisa dipungkiri penyampaian aspirasi dalam bentuk aksi seperti demonstrasi
mahasiswa, aksi-aksi ormas dan gerakan lain dan kelompok kepentingan memiliki tujuan untuk
mrwujudkan perubahan yang diharapkan. Salah satu bentuk penyampaian aspirasi kepada
pemerintah serta penyampaian pesan kepada masyarakat adalah dengan melakukan aksi massa
secara damai. Dalam Negara yang berdemokrasi aksi menjadi cara yang dilegalkan, oleh karena
itu mahasiswa juga harus berperan sebagai guardian of value dari pemerintah serta masyarakat.
Mengapa cara yang dipilih adalah aksi ? karena aksi berdampak pada dua sisi, yakni sisi
ketersampaian pesan kepada pihak yang diinginkan serta penyadaran masyarakat atas sebuah
isu atau permasalahan. Sehingga aksi masih menjadi cara yang relevan untuk dilakukan.

Sebelum berbicara arti manajemen aksi secara luas, kita harus terlebih dahulu memahami arti
dari kata manajemen dan aksi. Manajemen secara bahasa diartikan sebagai “mengatur ataupun
mengelola”, namun secara struktur manajemen berasal dari bahasa inggris yaitu “management”
dari asal kata “manage” diartikan sebagai “mengatur” sehingga manajemen dapat diartikan
sebagai suatu proses yang mengatur atau mengarahkan. Sedangkan kata Aksi, dalam bahasa
inggris yaitu “action” yang berarti tindakan atau pergerakan, sehingga dari segi istilah diartikan
sebagai suatu bentuk gerakan atau tindakan. Sehingga Manajemen aksi merupakan sebuah
sistem dan mekanisme (persiapan, waktu aksi, evaluasi serta tindak lanjut) secara jelas dan
konkret yang berisi tahapan yang utuh dan komprehensif. Aksi memiliki arti yang sama dengan
demonstrasi, namun demonstrasi lebih memiliki persepsi yang negatif dan selalu dihubungkan
dengan hal yang berbau kekerasan dan anarkis.Aksi ditujukan sebagai bentuk penyampaian
aspirasi kepada masyarakat, pemerintah maupun stakeholder lainnya. Aksi menjadi cara yang
dilegalkan karena merupakan bentuk penyampaian pendapat sebagaimana diatur dalam UUD
1945 pasal 28. Selain sebagai tempat penyampaian aspirasi, aksi juga berfungsi sebagai
ungkapan ketidak setujuan terhadap suatu kebijakan, sebagai perigatan serta advokasi.
Terdapat dua jenis aksi, yaitu aksi informasi dan aksi massa. Aksi informasi berupa pamflet,
spanduk, poster, baliho, dll. Sedangkan aksi massa berupa aksi mogok dan demonstrasi.
Tujuan Aksi
Setiap hal apapun yang kita lakukan di dunia ini pasti memiliki tujuan serta esensinya
masing – masing. Begitu pula dengan aksi yang kerap kali kita lakukan ketika kita
benar - benar berada dalam rasa pilu melihat kondisi bangsa ini. Adapun beberapa
tujuan aksi yaitu sebagai berikut :
1. Komunikasi
2. Teguran
3. Peringatan
4. Ekspresi
5. Advokasi

Landasan hukum aksi

Dasar Hukum Menyapaikan Pendapat Di Muka Umum :

1. Pasal 28 Undang-Undang Dasar 1945 yang berbunyi: “Kemerdekaan berserikat dan


berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan
Undang-undang".
2. Pasal 19 Deklarasi Universal Hak-hak Asasi Manusia yang berbunyi: "Setiap orang berhak
atas kebebasan mempunyai dan mengeluarkan pendapat, dalam hak ini termasuk kebebasan
mempunyai pendapat dengan tidak mendapat gangguan dan untuk mencari, menerima, dan
menyampaikan keterangan dan pendapat dengan cara apa pun juga dan dengan tidak
memandang batas-batas".
3. Undang Undang No 9 Tahun 1998 Tentang Kemerdekaan Menyampaikan Pendapat Di
Muka Umum

Persiapan Aksi
Dalam melakukan aksi, ada beberapa hal yang harus dipersiapkan, yaitu :
1. Mencari supporter dan koalisi.

Aksi akan lebih didengar bila kekuatan yang dikeahkan bukan hanya dari satu sisi. Akan lebih
berdampak bila mengikutsertakan organisasi kemahasiswaan lain, universitas lain, ataupun
pihak-pihak yang dirasa ikut berkontribusi terhadap topik aksi yang diangkat.
2. Menentukan peran.

Menentukan peran dalam perencanaan maupun pelaksanaan aksi merupakan salah satu upaya
untuk membagi beban kerja persiapan aksi. Selain itu, pembagian peran dapat memantau
keadaan untuk menjadi lebih kondusif.
3. Menetapkan dan menyepakati kajian.

Dalam melakukan aksi, massa dan koalisi yang tergabung harus memiliki satu tujuan. Untuk
itu perlu adanya rapat koordinasi membahas isi dan poin tuntutan selama aksi.
4. Membuat timeline.

5. Pengurusan izin.
Undang-undang No. 9 tahun 1998 menyatakan, dalam melaksanakan aksi yang baik, pelaksana
aksi wajib mengirimkan surat pemberitahuan kepada kepolisian perihal pelaksanaan aksi,
sehingga pihak kepolisian dapat mengamankan pelaksanaan aksi. Selain itu, perlu adanya
pemberitahuan terkait tempat pelaksanaan aksi.
6. Publikasi.

Publikasi dilakukan dalam meningkatkan penyebaran isu dan aksi yang akan dilaksanakan.
7. Persiapan properti.

Properti serta yel-yel akan menarik perhatian bagi masyarakat terutama media. Adanya yel-yel
juga dapat menjaga semangat massa maupun koalisi yang ikut turun ke jalan agar tetap
antusias.
8. Mengundang media.

Mengundang media dapat membuat publisitas yang luas ke masyarakat. Hal ini dapat
memperluas penyebaran isu atau permasalahan sehingga dapat menjadi bahasan nasional.
Namun, perlu diingat bahwa media merupakan pedang bermata dua sehingga dalam
melaksanakan aksi harus sesuai hukum yang ada dan bersifat etis.

Pembagian Peran dalam Aksi


Untuk melaksanakan aksi yang terorganisir diperlukan pembagian tugas yang jelas, yang
berupa pembagian tugas dalam perencanaan dan pelaksanaan aksi.
1. Penanggung Jawab Aksi
Penanggung jawab aksi merupakan pemimpin yang memperjuangkan isu, bertanggung jawab
terhadap pelaksanaan aksi. Penanggung jawab memilik komando langsung kepada coordinator
lapangan.
2. Koordinator Lapangan
Koordinator lapangan merupakan orang yang bertugas mempersiapkan dan mengatur jalannya
aksi. Koordinator lapangan memiliki komando penuh untuk eksekusi aksi.
3. Orator.
Orator merupakan orang yang mengorasikan kajian ataupun poin-poin yang sudah dalam rapat
koordinasi.
4. Tim Negosiator.
Tim negosiator terdiri dari beberapa orang yang memahami permasalahan dan perjuangan aksi.
Tim negosiator memiliki tanggung jawab untuk menghasilkan kesepakatan dalam negosiasi
bersama stakeholder. Kesepakatan dalam negosiasi tidak hanya berupa solusi langsung dari
permasalahan, namun juga dapat berupa Memorandum of Understanding yang harus di follow-
up.
5. Humas.
Humas bertugas untuk menjaga komunikasi antara pelaksana aksi dengan pihak-pihak terkait
misalnya kepolisian, keamanan tempat dilaksanakannya aksi, media dan masyarakat.
6. Tim Logistik.
Tim logistik bertugas mempersiapkan perangkat aksi seperti, poster, pamflet, spanduk, speaker,
pick-up, dan lain-lain.
7. Kesehatan
Kesehatan bertugas untuk menangani apabila terdapat peserta yang sakit, tidak mampu
melanjutkan aksi dan yang mengalami cedera.
8. Keamanan
Keamanan bertugas untuk mengamankan aksi selain kepolisian, Keamanan sangat penting
untuk menjaga kondisi yang kondusif, mencegah provokasi dan hal-hal yang tidak diinginkan.
Yah, pada akhirnya semua ini hanya teori, maka cara terbaik untuk memahami aksi
itu adalah, maka kita harus berAKSI !!!
Karena hakikatnya, aksi tanpa teori pasti anarki, sedangkan teori tanpa aksi adalah
omong kosong !!!
“Perjuangan memang tak kenal batas waktu, ia akan terus mengalir seiring dengan
berjalannya kehidupan, karena berjuang memang pahit dan karena surga itu manis “
PANJANG UMUR PERJUANGAN !!!___HIDUP MAHASISWA
PERGERAKAN MAHASISWA
“Perjuangan-perjuangan membawa kesulitan-kesulitan. Perjuangan besar tidak hanya
menuntut pengalaman tetapi juga menuntut keberanian.”

-Bung Karno

“proses demokrasi menyediakan perubahan sosial dn politik tanpa kekerasan”

- Aung San Suu Kyi

Mahasiswa sebagai kelompok elit terdidik memiliki peran penting dalam sejarah suatu negara.
Melalui kekuatan ideologi dan intelektualnya, mahasiswa menciptakan sebuah gerakan
perubahan yang dikenal dengan nama Gerakan mahasiswa. Banyak perubahan dilakukan
dalam tatanan kehidupan, baik pada tatanan sosial maupun politik. Keadaan itu terjadi pada
hampir seluruh mahasiswa di setiap negara, begitu pula dengan mahasiswa Indonesia. Sejarah
mencatat, beberapa peristiwa besar di Indonesia melibatkan mahasiswa di dalamnya. Seperti
berdirinya Orde Baru, yang kemudian mahasiswanya dikenal dengan sebutan angkatan 66,
peristiwa Malari tahun 1974 dan reformasi tahun 1998.

Beberapa peristiwa yang disebutkan di atas menjelaskan bahwa gerakan mahasiswa di


Indonesia mencoba untuk mengambil peran pada sebuah proses perubahan. Dalam prosesnya
banyak cara yang ditempuh oleh mahasiswa Indonesia untuk memperbaiki suatu keadaan, baik
dengan cara berdemonstrasi atau menyuarakan aspirasi mereka melalui aksi tulisan dan
informasi.

Gerakan mahasiswa merupakan gerakan sosial yang menjadi faktor menentukan dalam situasi
perubahan sosial yang terjadi pada suatu bangsa dan Negara. Sejarah mencatat bahwa dalam
setiap perubahan sosial yang terjadi di Indonesia dipicu dan dipelopori oleh gerakan
mahasiswa. Gerakan mahasiswa bertekad untuk mempersatukan bangsa dan Negara dengan
senantiasa menjunjung tinggi keadilan, kejujuran serta hadir dengan ketegasan dan keberanian.

Pada tanggal 1 Oktober 1965 di Jakarta terjadi kudeta dari PKI. Terjadi kepanikan yang hebat
dalam kehidupan masyarakat yang ditandai dengan kekacauan politik dan krisis ekonomi.
Kepanikan yang terjadi dalam kehidupan masyarakat membuat agen-agen gelap PKI semakin
leluasa bergerak. Pemerintah melakukan politik kenaikan harga beratus-ratus persen dalam
waktu seminggu sehingga membuat rakyat kecil terpukul dan tertindas. Tujuan dari Tindakan
pemerintah ini yaitu untuk menyabot usaha-usaha masyarakat yang melakukan pembasmian
PKI.

Ketimpangan akses ekonomi antar kelompok antar kelompok masyarkat semakin tajam.
Dengan mudah kita menemukan pengemis, pengamen, dan juru parkir diantara gedung mewah,
menunjukan angkatan kerja sektor informal masih besar. Negara sebagai penjaga nilai
moralitas tidak memiliki fungsi di ranah praktis masyarakat indonesia. Malah menegaskan
sebagai alat sebagian kelompok masyarakat yang cenderung berasal dari masyarakat yang
kaya.

Bahkan tumpuan amanah yang yang diemban oleh elit negara ternyata ditelikungi dengan
menjdikannya sebagai alat pengumpulan modal melalui berbagai modus korupsi.Sebut saja
kasus Century, kasus Nazaruddin, dan lain sebagainya. Menjadi relevan, jika mengingat
Machiavelli yang menyatakan bahwa

“ kekuasaan harus diperoleh dan dipertahankan dengan segala cara, termaksud cara-cara yang
melanggar moralitas dan agama.”

Sejarah Pergerakan Mahasiswa

1908

Boedi Oetomo, adalah suatu wadah perjuangan yang pertama kali memiliki struktur
pengorganisasian modern. Didirikan di Jakarta, 20 Mei 1908 oleh pemuda-pelajar-mahasiswa
dari lembaga pendidikan STOVIA, wadah ini merupakan refleksi sikap kritis dan keresahan
intelektual terlepas dari primordialisme Jawa yang ditampilkannya.

Pada kongres yang pertama di Yogyakarta, tanggal 5 Oktober 1908 menetapkan tujuan
perkumpulan: Kemajuan yang selaras buat negeri dan bangsa, terutama dengan memajukan
pengajaran, pertanian, peternakan dan dagang, teknik dan industri, serta kebudayaan.

Dalam 5 tahun permulaan Budi Oetomo sebagai perkumpulan, tempat keinginan-keinginan


bergerak maju dapat dikeluarkan, tempat kebaktian terhadap bangsa dinyatakan, mempunyai
kedudukan monopoli dan oleh karena itu BU maju pesat, tercatat akhir tahun 1909 telah
mempunyai 40 cabang dengan lk.10.000 anggota.

Disamping itu, para mahasiswa Indonesia yang sedang belajar di Belanda, salah satunya
Mohammad Hatta yang saat itu sedang belajar di Nederland Handelshogeschool di Rotterdam
mendirikan Indische Vereeninging yang kemudian berubah nama menjadi Indonesische
Vereeninging tahun 1922, disesuaikan dengan perkembangan dari pusat kegiatan diskusi
menjadi wadah yang berorientasi politik dengan jelas. Dan terakhir untuk lebih mempertegas
identitas nasionalisme yang diperjuangkan, organisasi ini kembali berganti nama baru menjadi
Perhimpunan Indonesia, tahun 1925.

Berdirinya Indische Vereeninging dan organisasi-organisasi lain,seperti: Indische Partij yang


melontarkan propaganda kemerdekaan Indonesia, Sarekat Islam, dan Muhammadiyah yang
beraliran nasionalis demokratis dengan dasar agama, Indische Sociaal Democratische
Vereeninging (ISDV) yang berhaluan Marxisme, menambah jumlah haluan dan cita-cita
terutama ke arah politik. Hal ini di satu sisi membantu perjuangan rakyat Indonesia, tetapi di
sisi lain sangat melemahkan BU karena banyak orang kemudian memandang BU terlalu
lembek oleh karena hanya menuju "kemajuan yang selaras" dan terlalu sempit keanggotaannya
(hanya untuk daerah yang berkebudayaan Jawa) meninggalkan BU. Oleh karena cita-cita dan
pemandangan umum berubah ke arah politik, BU juga akhirnya terpaksa terjun ke lapangan
politik.

Kehadiran Boedi Oetomo,Indische Vereeninging, dll pada masa itu merupakan suatu episode
sejarah yang menandai munculnya sebuah angkatan pembaharu dengan kaum terpelajar dan
mahasiswa sebagai aktor terdepannya, yang pertama dalam sejarah Indonesia: generasi 1908,
dengan misi utamanya menumbuhkan kesadaran kebangsaan dan hak-hak kemanusiaan
dikalangan rakyat Indonesia untuk memperoleh kemerdekaan, dan mendorong semangat
rakyat melalui penerangan-penerangan pendidikan yang mereka berikan, untuk berjuang
membebaskan diri dari penindasan kolonialisme.

1928

Pada pertengahan 1923, serombongan mahasiswa yang bergabung dalam Indonesische


Vereeninging (nantinya berubah menjadi Perhimpunan Indonesia) kembali ke tanah air.
Kecewa dengan perkembangan kekuatan-kekuatan perjuangan di Indonesia, dan melihat
situasi politik yang di hadapi, mereka membentuk kelompok studi yang dikenal amat
berpengaruh, karena keaktifannya dalam diskursus kebangsaan saat itu. Pertama, adalah
Kelompok Studi Indonesia (Indonesische Studie-club) yang dibentuk di Surabaya pada tanggal
29 Oktober 1924 oleh Soetomo. Kedua, Kelompok Studi Umum (Algemeene Studie-club)
direalisasikan oleh para nasionalis dan mahasiswa Sekolah Tinggi Teknik di Bandung yang
dimotori oleh Soekarno pada tanggal 11 Juli 1925.

Diinspirasi oleh pembentukan Kelompok Studi Surabaya dan Bandung, menyusul kemudian
Perhimpunan Pelajar Pelajar Indonesia (PPPI), prototipe organisasi yang menghimpun seluruh
elemen gerakan mahasiswa yang bersifat kebangsaan tahun 1926, Kelompok Studi St.
Bellarmius yang menjadi wadah mahasiswa Katolik, Cristelijke Studenten Vereninging (CSV)
bagi mahasiswa Kristen, dan Studenten Islam Studie-club (SIS) bagi mahasiswa Islam pada
tahun 1930-an.

Dari kebangkitan kaum terpelajar, mahasiswa, intelektual, dan aktivis pemuda itulah,
munculnya generasi baru pemuda Indonesia yang memunculkan Sumpah Pemuda pada tanggal
28 Oktober 1928. Sumpah Pemuda dicetuskan melalui Kongres Pemuda II yang berlangsung
di Jakarta pada 26-28 Oktober 1928, dimotori oleh PPPI.

1945

Dalam perkembangan berikutnya, dari dinamika pergerakan nasional yang ditandai dengan
kehadiran kelompok-kelompok studi, dan akibat pengaruh sikap penguasa Belanda yang
menjadi Liberal, muncul kebutuhan baru untuk menjadi partai politik, terutama dengan tujuan
memperoleh basis massa yang luas. Kelompok Studi Indonesia berubah menjadi Partai Bangsa
Indonesia (PBI), sedangkan Kelompok Studi Umum menjadi Perserikatan Nasional Indonesia
(PNI).

Secara umum kondisi pendidikan maupun kehidupan politik pada zaman pemerintahan Jepang
jauh lebih represif dibandingkan dengan kolonial Belanda, antara lain dengan melakukan
pelarangan terhadap segala kegiatan yang berbau politik; dan hal ini ditindak lanjuti dengan
membubarkan segala organisasi pelajar dan mahasiswa, termasuk partai politik, serta insiden
kecil di Sekolah Tinggi Kedokteran Jakarta yang mengakibatkan mahasiswa dipecat dan
dipenjarakan.
Praktis, akibat kondisi yang vacuum tersebut, maka mahasiswa kebanyakan akhirnya memilih
untuk lebih mengarahkan kegiatan dengan berkumpul dan berdiskusi, bersama para pemuda
lainnya terutama di asrama-asrama. Tiga asrama yang terkenal dalam sejarah, berperan besar
dalam melahirkan sejumlah tokoh, adalah Asrama Menteng Raya, Asrama Cikini, dan Asrama
Kebon Sirih. Tokoh-tokoh inilah yang nantinya menjadi cikal bakal generasi 1945, yang
menentukan kehidupan bangsa.

Salah satu peran angkatan muda 1945 yang bersejarah, dalam kasus gerakan kelompok bawah
tanah yang antara lain dipimpin oleh Chairul Saleh dan Soekarni saat itu, yang terpaksa
menculik dan mendesak Soekarno dan Hatta agar secepatnya memproklamirkan kemerdekaan,
peristiwa ini dikenal kemudian dengan peristiwa Rengasdengklok.

1966

Sejak kemerdekaan, muncul kebutuhan akan aliansi antara kelompok-kelompok mahasiswa, di


antaranya Perserikatan Perhimpunan Mahasiswa Indonesia (PPMI), yang dibentuk melalui
Kongres Mahasiswa yang pertama di Malang tahun 1947.

Selanjutnya, dalam masa Demokrasi Liberal (1950-1959), seiring dengan penerapan sistem
kepartaian yang majemuk saat itu, organisasi mahasiswa ekstra kampus kebanyakan
merupakan organisasi dibawah partai-partai politik. Misalnya, GMKI Gerakan Mahasiswa
kristen Indonesia, PMKRI Perhimpunan Mahasiswa Katholik Republik Indonesia dengan
Partai Katholik,Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) dekat dengan PNI,
Consentrasi Gerakan Mahasiswa Indonesia (CGMI) dekat dengan PKI, Gerakan Mahasiswa
Sosialis Indonesia (Gemsos) dengan PSI, Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII)
berafiliasi dengan Partai NU, Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) sebagai organisasi
mahasiswa independen secara organisatoris, dan lain-lain.

Di antara organisasi mahasiswa pada masa itu, CGMI lebih menonjol setelah PKI tampil
sebagai salah satu partai kuat hasil Pemilu 1955. CGMI secara berani menjalankan politik
konfrontasi dengan organisasi mahasiswa lainnya, bahkan jauh lebih berusaha memengaruhi
PPMI, kenyataan ini menyebabkan perseteruan sengit antara CGMI dengan HMI dan, terutama
dipicu karena banyaknya jabatan kepengurusan dalam PPMI yang direbut dan diduduki oleh
CGMI dan juga GMNI-khususnya setelah Kongres V tahun 1961.
Mahasiswa membentuk Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI) tanggal 25 Oktober
1966 yang merupakan hasil kesepakatan sejumlah organisasi yang berhasil dipertemukan oleh
Menteri Perguruan Tinggi dan Ilmu Pendidikan (PTIP) Mayjen dr. Syarief Thayeb, yakni
PMKRI, HMI,PMII,Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI), Sekretariat Bersama
Organisasi-organisasi Lokal (SOMAL), Mahasiswa Pancasila (Mapancas), dan Ikatan Pers
Mahasiswa (IPMI). Tujuan pendiriannya, terutama agar para aktivis mahasiswa dalam
melancarkan perlawanan terhadap PKI menjadi lebih terkoordinasi dan memiliki
kepemimpinan.

Munculnya KAMI diikuti berbagai aksi lainnya, seperti Kesatuan Aksi Pelajar Indonesia
(KAPI), Kesatuan Aksi Pemuda Pelajar Indonesia (KAPPI), Kesatuan Aksi Sarjana Indonesia
(KASI), dan lain-lain.

Pada tahun 1965 dan 1966, pemuda dan mahasiswa Indonesia banyak terlibat dalam
perjuangan yang ikut mendirikan Orde Baru. Gerakan ini dikenal dengan istilah Angkatan '66,
yang menjadi awal kebangkitan gerakan mahasiswa secara nasional, sementara sebelumnya
gerakan-gerakan mahasiswa masih bersifat kedaerahan. Tokoh-tokoh mahasiswa saat itu
adalah mereka yang kemudian berada pada lingkar kekuasaan Orde Baru, di antaranya Cosmas
Batubara (Eks Ketua Presidium KAMI Pusat), Sofyan Wanandi, Yusuf Wanandi ketiganya
dari PMKRI,Akbar Tanjung dari HMI dll. Angkatan '66 mengangkat isu Komunis sebagai
bahaya laten negara. Gerakan ini berhasil membangun kepercayaan masyarakat untuk
mendukung mahasiswa menentang Komunis yang ditukangi oleh PKI (Partai Komunis
Indonesia). Setelah Orde Lama berakhir, aktivis Angkatan '66 pun mendapat hadiah yaitu
dengan banyak yang duduk di kursi DPR/MPR serta diangkat dalam kabibet pemerintahan
Orde Baru.

1974

Realitas berbeda yang dihadapi antara gerakan mahasiswa 1966 dan 1974, adalah bahwa jika
generasi 1966 memiliki hubungan yang erat dengan kekuatan militer, untuk generasi 1974 yang
dialami adalah konfrontasi dengan militer.Sebelum gerakan mahasiswa 1974 meledak, bahkan
sebelum menginjak awal 1970-an, sebenarnya para mahasiswa telah melancarkan berbagai
kritik dan koreksi terhadap praktik kekuasaan rezim Orde Baru, seperti:
- Golput yang menentang pelaksanaan pemilu pertama pada masa Orde Baru pada 1972
karena Golkar dinilai curang.
- Gerakan menentang pembangunan Taman Mini Indonesia Indah pada 1972 yang
menggusur banyak rakyat kecil yang tinggal di lokasi tersebut.

Diawali dengan reaksi terhadap kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM), aksi protes
lainnya yang paling mengemuka disuarakan mahasiswa adalah tuntutan pemberantasan
korupsi. Lahirlah, selanjutnya apa yang disebut gerakan "Mahasiswa Menggugat" yang
dimotori Arif Budiman yang progaram utamanya adalah aksi pengecaman terhadap kenaikan
BBM, dan korupsi.

Menyusul aksi-aksi lain dalam skala yang lebih luas, pada 1970 pemuda dan mahasiswa
kemudian mengambil inisiatif dengan membentuk Komite Anti Korupsi (KAK) yang diketuai
oleh Wilopo. Terbentuknya KAK ini dapat dilihat merupakan reaksi kekecewaan mahasiswa
terhadap tim-tim khusus yang disponsori pemerintah, mulai dari Tim Pemberantasan Korupsi
(TPK), Task Force UI sampai Komisi Empat.

Berbagai borok pembangunan dan demoralisasi perilaku kekuasaan rezim Orde Baru terus
mencuat. Menjelang Pemilu 1971, pemerintah Orde Baru telah melakukan berbagai cara dalam
bentuk rekayasa politik, untuk mempertahankan dan memapankan status quo dengan
mengkooptasi kekuatan-kekuatan politik masyarakat antara lain melalui bentuk perundang-
undangan. Misalnya, melalui undang-undang yang mengatur tentang pemilu, partai politik, dan
MPR/DPR/DPRD.

Muncul berbagai pernyataan sikap ketidakpercayaan dari kalangan masyarakat maupun


mahasiswa terhadap sembilan partai politik dan Golongan Karya sebagai pembawa aspirasi
rakyat. Sebagai bentuk protes akibat kekecewaan, mereka mendorang munculnya Deklarasi
Golongan Putih (Golput) pada tanggal 28 Mei 1971 yang dimotori oleh Arif Budiman, Adnan
Buyung Nasution, Asmara Nababan.

Dalam tahun 1972, mahasiswa jtyang bernama aji uga telah melancarkan berbagai protes
terhadap pemborosan anggaran negara yang digunakan untuk proyek-proyek eksklusif yang
dinilai tidak mendesak dalam pembangunan,misalnya terhadap proyek pembangunan Taman
Mini Indonesia Indah (TMII) di saat Indonesia haus akan bantuan luar negeri.

Protes terus berlanjut. Tahun 1972, dengan isu harga beras naik, berikutnya tahun 1973 selalu
diwarnai dengan isu korupsi sampai dengan meletusnya demonstrasi memprotes PM Jepang
Kakuei Tanaka yang datang ke Indonesia dan peristiwa Malari pada 15 Januari 1974. Gerakan
mahasiswa di Jakarta meneriakan isu "ganyang korupsi" sebagai salah satu tuntutan "Tritura
Baru" disamping dua tuntutan lainnya Bubarkan Asisten Pribadi dan Turunkan Harga; sebuah
versi terakhir Tritura yang muncul setelah versi koran Mahasiswa Indonesia di Bandung
sebelumnya. Gerakan ini berbuntut dihapuskannya jabatan Asisten Pribadi Presiden.

1977-1978

Setelah peristiwa Malari, hingga tahun 1975 dan 1976, berita tentang aksi protes mahasiswa
nyaris sepi. Mahasiswa disibukkan dengan berbagai kegiatan kampus disamping kuliah
sebagain kegiatan rutin, dihiasi dengan aktivitas kerja sosial, Kuliah Kerja Nyata (KKN), Dies
Natalis, acara penerimaan mahasiswa baru, dan wisuda sarjana. Meskipun disana-sini aksi
protes kecil tetap ada.

Menjelang dan terutama saat-saat antara sebelum dan setelah Pemilu 1977, barulah muncul
kembali pergolakan mahasiswa yang berskala masif. Berbagai masalah penyimpangan politik
diangkat sebagai isu, misalnya soal pemilu mulai dari pelaksanaan kampanye, sampai
penusukan tanda gambar, pola rekruitmen anggota legislatif, pemilihan gubernur dan bupati di
daerah-daerah, strategi dan hakikat pembangunan, sampai dengan tema-tema kecil lainnya
yang bersifat lokal. Gerakan ini juga mengkritik strategi pembangunan dan kepemimpinan
nasional.

Awalnya, pemerintah berusaha untuk melakukan pendekatan terhadap mahasiswa, maka pada
tanggal 24 Juli 1977 dibentuklah Tim Dialog Pemerintah yang akan berkampanye di berbagai
perguruan tinggi. Namun, upaya tim ini ditolak oleh mahasiswa. Pada periode ini terjadinya
pendudukan militer atas kampus-kampus karena mahasiswa dianggap telah melakukan
pembangkangan politik, penyebab lain adalah karena gerakan mahasiswa 1978 lebih banyak
berkonsentrasi dalam melakukan aksi diwilayah kampus. Karena gerakan mahasiswa tidak
terpancing keluar kampus untuk menghindari peristiwa tahun 1974, maka akhirnya mereka
diserbu militer dengan cara yang brutal. Hal ini kemudian diikuti oleh dihapuskannya Dewan
Mahasiswa dan diterapkannya kebijakan NKK/BKK di seluruh Indonesia.

Soeharto terpilih untuk ketiga kalinya dan tuntutan mahasiswa pun tidak membuahkan hasil.
Meski demikian, perjuangan gerakan mahasiswa 1978 telah meletakkan sebuah dasar sejarah,
yakni tumbuhnya keberanian mahasiswa untuk menyatakan sikap terbuka untuk menggugat
bahkan menolak kepemimpinan nasional.

Gerakan bersifat nasional namun tertutup dalam kampus, Oktober 1977

Gerakan mahasiswa tahun 1977/1978 ini tidak hanya berporos di Jakarta dan Bandung saja
namun meluas secara nasional meliputi kampus-kampus di kota Surabaya, Medan, Bogor,
Ujungpandang (sekarang Makassar), dan Palembang. [1] 28 Oktober 1977, delapan ribu anak
muda menyemut di depan kampus ITB. Mereka berikrar satu suara, "Turunkan Suharto!".
Besoknya, semua yang berteriak, raib ditelan terali besi. Kampus segera berstatus darurat
perang. Namun, sekejap kembali tenteram.

Peringatan Hari Pahlawan 10 November 1977, berkumpulnya mahasiswa kembali

10 November 1977, di Surabaya dipenuhi tiga ribu jiwa muda. Setelah peristiwa di ITB pada
Oktober 1977, giliran Kampus ITS Baliwerti beraksi. Dengan semangat pahlawan, berbagai
pimpinan mahasiswa se-Jawa hadir memperingati hari Pahlawan 1977. Seribu mahasiswa
berkumpul, kemudian berjalan kaki dari Baliwerti menuju Tugu Pahlawan.

Sejak pertemuan 28 Oktober di Bandung, ITS didaulat menjadi pusat konsentrasi gerakan di
front timur. Hari pahlawan dianggap cocok membangkitkan nurani yang hilang. Kemudian
disepakati pusat pertemuan nasional pimpinan mahasiswa di Surabaya.Sementara di kota-kota
lain, peringatan hari Pahlawan juga semarak. Di Jakarta, 6000 mahasiswa berjalan kaki lima
kilometer dari Rawamangun (kampus IKIP) menuju Salemba (kampus UI), membentangkan
spanduk,"Padamu Pahlawan Kami Mengadu". Juga dengan pengawalan ketat tentara.

Acara hari itu, berwarna sajak puisi serta hentak orasi. Suasana haru-biru, mulai membuat
gerah. Beberapa batalyon tempur sudah ditempatkan mengitari kampus-kampus Surabaya.
Sepanjang jalan ditutup, mahasiswa tak boleh merapat pada rakyat. Aksi mereka dibungkam
dengan cerdik.Konsolidasi berlangsung terus. Tuntutan agar Soeharto turun masih menggema
jelas, menggegerkan semua pihak. Banyak korban akhirnya jatuh. Termasuk media-media
nasional yang ikut mengabarkan, dibubarkan paksa.

Pimpinan Dewan Mahasiswa (DM) ITS rutin berkontribusi pada tiap pernyataan sikap secara
nasional. Senat mahasiswa fakultas tak henti mendorong dinamisasi ini. Mereka bergerak satu
suara. Termasuk mendukung Ikrar Mahasiswa 1977. Isinya hanya tiga poin namun berarti.
"Kembali pada Pancasila dan UUD 45, meminta pertanggungjawaban presiden, dan bersumpah
setia bersama rakyat menegakan kebenaran dan keadilan".[2]

Peringatan Tritura 10 Januari 1978, dihentikannya gerakan oleh penguasa

Peringatan 12 tahun Tritura, 10 Januari 1978, peringatan 12 tahun Tritura itu jadi awal
sekaligus akhir. Penguasa menganggap mahasiswa sudah di luar toleransi. Dimulailah
penyebaran benih-benih teror dan pengekangan. Sejak awal 1978, 200 aktivis mahasiswa
ditahan tanpa sebab. Bukan hanya dikurung, sebagian mereka diintimidasi lewat interogasi.
Banyak yang dipaksa mengaku pemberontak negara.

Tentara pun tidak sungkan lagi masuk kampus. Berikutnya, ITB kedatangan pria loreng
bersenjata. Rumah rektornya secara misterius ditembaki orang tak dikenal.Di UI, panser juga
masuk kampus. Wajah mereka garang, lembaga pendidikan sudah menjadi medan perang.
Kemudian hari, dua rektor kampus besar itu secara semena-mena dicopot dari jabatannya.
Alasannya, terlalu melindungi anak didiknya yang keras kepala.

Di ITS, delapan fungsionaris DM masuk "daftar dicari" Detasemen Polisi Militer. Sepulang
aksi dari Jakarta, di depan kos mereka sudah ditunggui sekompi tentara. Rektor ITS waktu itu,
Prof Mahmud Zaki, ditekan langsung oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan untuk segera
membubarkan aksi dan men-drop out para pelakunya. Sikap rektor seragam, sebisa mungkin
ia melindungi anak-anaknya.

Beberapa berhasil tertangkap, sisanya bergerilya dari satu rumah ke rumah lain. Dalam proses
tersebut, mahasiswa tetap "bergerak". Selama masih ada wajah yang aman dari daftar, mereka
tetap konsolidasi, sembunyi-sembunyi. Pergolakan kampus masih panas, walau Para Rektor
berusaha menutupi, intelejen masih bisa membaca jelas.

1990

Memasuki awal tahun 1990-an, di bawah Mendikbud Fuad Hasan kebijakan NKK/BKK
dicabut Setelah ada aksi mahasiswa di Yogyakarta yang bernama FKMY (Forum Komunikasi
Mahasiswa yogyakarya). Aksi tersebut adalah menuntut pencabutan NKK/BKk di depan
mendikbud Fuad Hasan saat membuka pameran purna tugas mengajar seniman Widayat di ISI
Yogyakarta. Adapaun FKMY sendiri adalah perwakilan mahasiswa dari ISI, Janabadra, UMY,
UGM, UII dan IAIN Sunan Kalijaga. Seperti aksi mahasiswa sebelumnya, aksi ini menjadi
pelopor gerakan mahasiswa paska 77/78 yang dimatikan dengan NKK/BKK oleh Mendikbud
Daoed Joesoef dan aksi tersebut dikavulkan NKK/BKK dibubarkan sebagai gantinya keluar
Pedoman Umum Organisasi Kemahasiswaan (PUOK). Melalui PUOK ini ditetapkan bahwa
organisasi kemahasiswaan intra kampus yang diakui adalah Senat Mahasiswa Perguruan
Tinggi (SMPT), yang didalamnya terdiri dari Senat Mahasiswa Fakultas (SMF) dan Unit
Kegiatan Mahasiswa (UKM).

Dikalangan mahasiswa secara kelembagaan dan personal terjadi pro kontra, menamggapi SK
tersebut. Oleh mereka yang menerima, diakui konsep ini memiliki sejumlah kelemahan namun
dipercaya dapat menjadi basis konsolidasi kekuatan gerakan mahasiswa. Argumen mahasiswa
yang menolak mengatakan, bahwa konsep SMPT tidak lain hanya semacam hiden agenda
untuk menarik mahasiswa ke kampus dan memotong kemungkinan aliansi mahasiswa dengan
kekuatan di luar kampus.

Dalam perkembangan kemudian, banyak timbul kekecewaan di berbagai perguruan tinggi


karena kegagalan konsep ini. Mahasiswa menuntut organisasi kampus yang mandiri, bebas dari
pengaruh korporatisasi negara termasuk birokrasi kampus. Sehingga, tidaklah mengherankan
bila akhirnya berdiri Dewan Mahasiswa di UGM tahun 1994 yang kemudian diikuti oleh
berbagai perguruan tinggi di tanah air sebagai landasan bagi pendirian model organisasi
kemahasiswaan alternatif yang independen.

Dengan dihidupkannya model-model kelembagaan yang lebih independen, meski tidak persis
serupa dengan Dewan Mahasiswa yang pernah berjaya sebelumnya upaya perjuangan
mahasiswa untuk membangun kemandirian melalui SMPT, menjadi awal kebangkitan kembali
mahasiswa pada tahun 1990-an.

Gerakan yang menuntut kebebasan berpendapat dalam bentuk kebebasan akademik dan
kebebasan mimbar akademik di dalam kampus pada 1987 - 1990 sehingga akhirnya
demonstrasi bisa dilakukan mahasiswa di dalam kampus perguruan tinggi. Saat itu demonstrasi
di luar kampus termasuk menyampaikan aspirasi dengan longmarch ke DPR/DPRD tetap
terlarang.

Pada tahun 1993 ditangkapnya 21 mahasiswa dari berbagai daerah karena melakukan aksi di
DPR/MPR dengan spanduk ungu "Seret Soeharto ke Sidang Istimewa" dan 21 Mahasiswa yang
mengatasnamaka FAMI (Front Aksi Mahasiswa Indonesia) mendapatkan pidana penjara dari
9 bulan samapai 3 tahun. Disitulah awal gerakan mahasiswa terkonsolidasi dengan baik dan
dalam persidanganpun dilalui dengan berbagai aksi mahasiswa secata berturut-turut, sampai
aksi penuntutan mahasiswa di gelar di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat telah ditangkap
beberapa mahasiswa di pagi hari karena melakukan aksi alegorisnya. Mereka di tangkap oleh
polres Jakarta Pusat, waktu itu Kasat sersenya Tito Karnavian karena dianggap mengganggu
ketertiban. Walaupun akhirnua dilepas setelah mengalami BAP.

1998

Gerakan 1998 menuntut reformasi dan dihapuskannya "KKN" (korupsi, kolusi dan nepotisme)
pada 1997-1998, lewat pendudukan gedung DPR/MPR oleh ribuan mahasiswa, akhirnya
memaksa Presiden Soeharto melepaskan jabatannya. Berbagai tindakan represif yang
menewaskan aktivis mahasiswa dilakukan pemerintah untuk meredam gerakan ini di
antaranya: Peristiwa Cimanggis, Peristiwa Gejayan, Tragedi Trisakti, Tragedi Semanggi I dan
II, Tragedi Lampung. Gerakan ini terus berlanjut hingga pemilu 1999.
Manajemen Konflik

Konflik yaitu akibat situasi dimana keinginan atau kehendak yang berbeda atau berlawanan
antara satu dengan yang lain, sehingga salah satu atau keduanya saling terganggu.
a. Persaingan atau pertentangan antara pihak-pihak yang tidak cocok satu sama lain.
b. Keadaan atau perilaku yang bertentangan

Manajemen konflik suatu pendekatan yang berorientasi pada proses komunikasi (termasuk
tingkah laku) dari pelaku dan pihak luar dan bagaimana mereka mempengaruhi kepentingan
(interests) dan interpretasi.
Ciri-ciri konflik

a. Minimum ada dua pihak secara perseorangan maupun kelompok yang terlibat dalam suatu
interaksi yang saling bertentangan.
b. Adanya pertentangan antara dua pihak secara perorangan maupun kelompok dalam
mencapai tujuan, memainkan peran dan ambisius atau adanya nilai-nilai atau norma yang
saling berlawanan.
c. Munculnya interaksi dengan gejala-gejala perilaku yang direncanakan untuk saling
meniadakan, mengurangi, dan menekan terhadap pihak lain agar dapat memperoleh
keuntungan seperti: status, pemenuhan kebutuhan fisik, atau pemenuhan kebutuhan sosio-
psikologis .
d. Munculnya tindakan yang saling berhadap-hadapan sebagai akibat pertentangan yang
berlarut-larut.
e. Munculnya ketidakseimbangan akibat usaha masing-masing pihak yang terkait dengan
kedudukan, status sosial, pangkat, golongan, kewibawaan, kekuasaan, harga diri, prestise
dan sebagainya.

Tahap-tahap terjadinya konflik

1. Konflik masih tersembunyi (laten) Berbagai macam kondisi emosional yang dirasakan sebagai
hal yang biasa dan tidak dipersoalkan sebagai hal yang mengganggu dirinya.
2. Konflik yang mendahului (antecedent condition) Tahap perubahan dari apa yang dirasakan
secara tersembunyi yang belum
mengganggu dirinya, kelompok atau organisasi secara keseluruhan, seperti timbulnya tujuan
dan nilai yang berbeda, perbedaan peran

3. Konflik yang dapat diamati (perceived conflicts) dan yang dapat dirasakan (felt conflict),
muncul sebagai akibat antecedent condition yang tidak terselesaikan.

Sumber-sumber konflik

A. Konflik Dalam Diri Individu

1. Approach-approach conflict, orang didorong untuk melakukan pendekatan positif terhadap


dua persoalan atau lebih,
2. Approach-Avoidance Conflict, orang didorong melakukan pendekatan terhadap persoalan
yang mengacu pada satu tujuan dan dapat mengandung nilai positif dan negatif bagi orang
yang mengalami konflik tersebut.
3. Avoidance-Avoidance Conflict, orang didorong menghindari dua atau lebih hal yang negatif
tetapi tujuan-tujuan yang dicapai saling terpisah satu sama lain.
B. Konflik yang berkaitan dengan peran dan ambisius

Di dalam organisasi, konflik seringkali terjadi karena adanya perbedaan peran dan ambisius
dalam tugas dan tanggung jawab terhadap sikap-sikap, nilai-nilai dan harapan-harapan yang
telah ditetapkan dalam suatu organisasi.
Konflik peran dalam organisasi, dipengaruhi oleh empat variabel pokok

1. Mempunyai kesadaran akan terjadinya konflik peran.

2. Menerima kondisi dan situasi bila muncul konflik yang membuat tekanan- tekanan dalam
pekerjaan
3. Memiliki kemampuan untuk mentolerir stres.

4. Memperkuat sikap/sifat pribadi lebih tahan menghadapi konflik yang muncul

Strategi mengatasi komflik

1) Pengenalan

Kesenjangan antara keadaan yang ada diidentifikasi dan bagaimana keadaan yang seharusnya.
Yang menjadi perangkap adalah kesalahan dalam mendeteksi (tidak mempedulikan masalah
atau menganggap ada masalah padahal tidak ada).
2) Diagnosis

Inilah langkah yang terpenting. Metode yang benar dan telah diuji mengenai siapa, apa,
mengapa, dimana, dan bagaimana berhasil dengan sempurna. Pusatkan perhatian pada masalah
utama dan bukan pada hal-hal sepele

3) Menyepakati Suatu Solusi


Kumpulkanlah masukan mengenai jalan keluar yang memungkinkan dari mereka yang terlibat
.Hindari penyelesaian yang tidak praktis. Carilah yang terbaik.
4) Pelaksanaan
Ingatlah bahwa akan selalu ada keuntungan dan kerugian. Hati-hati, jangan biarkan
pertimbangan ini terlalu mempengaruhi pilihan dan arah kelompok.
5) Evaluasi
Penyelesaian itu sendiri dapat melahirkan serangkaian masalah baru. Jika penyelesaiannya
tampak tidak berhasil, kembalilah ke langkah-langkah sebelumnya dan cobalah lagi.
Ketika mengalami konflik, ada hal-hal yang tidak boleh dilakukan di tengah-tengah konflik,
1. Jangan hanyut dalam perebutan kekuasaan dengan orang lain. Ada pepatah berbunyi:
bila wewenang bertambah maka kekuasaan pun berkurang, demikian pula sebaiknya.
2. Jangan terlalu terpisah dari konflik. Dinamika dan hasil konflik dapat ditangani secara paling
baik dari dalam, tanpa melibatkan pihak ketiga.
3. Jangan biarkan visi dibangun oleh konflik yang ada. Tetaplah berkonsentrasi pada masalah-
masalah penting. Masalah yang paling mendesak belum tentu merupakan kesempatan yang
terbesar.

Strategi Mengatasi Konflik Organisasi


Beberapa strategi yang bisa dipakai untuk mengantisipasi terjadinya konflik organisasi
1. Konflik muncul karena adanya hubungan birokratis yang terjadi secara vertikal dan untuk
menghadapi konflik vertikal, manajer cenderung menggunakan struktur hirarki dalam
hubungannya secara otokritas. Pendekatan birokratis dalam organisasi bertujuan
mengantisipasi konflik vertikal (hirarkie) didekati dengan cara menggunakan hirarki
struktural
2. Pendekatan Intervensi Otoritatif Dalam Konflik Lateral
Bila terjadi konflik lateral, biasanya akan diselesaikan sendiri oleh pihak-pihak yang terlibat
konflik. Kemudian jika konflik tersebut ternyata tidak dapat diselesaikan secara konstruktif,
biasanya manajer langsung melakukan intervensi secara otoratif kedua belah pihak.
3. Pendekatan Sistem
Model pendekatan perundingan menekankan pada masalah-masalah kompetisi dan model
pendekatan birokrasi menekankan pada kesulitan-kesulitan dalam kontrol, Pendekatan
sistem adalah mengkoordinasikan masalah-masalah konflik yang muncul.danmenekankan
pada hubungan lateral dan horizontal antara fungsi-fungsi pemasaran dengan produksi dalam
suatu organisasi.

4. Reorganisasi Struktural
Cara pendekatan dapat melalui mengubah sistem untuk melihat kemungkinan terjadinya
reorganisasi struktural guna meluruskan perbedaan kepentingan dan tujuan yang hendak
dicapai kedua belah pihak, seperti membentuk wadah baru dalam organisasi non formal untuk
mengatasi konflik yang berlarut-larut

Anda mungkin juga menyukai