Anda di halaman 1dari 6

PAPER DINAMIKA KELOMPOK

“Model Diskusi Kelompok“

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 1
Dhea Christy Mebinta = P10121098
Ayu Angraeni Saputri = P10121148
Rachel Diaz Kurniawan = P10121160
Ulvatur Rahma = P10121222
Rasna Pratiwi Ihsan = P10121234
Desy Wahyuni B. Poiyo = P10121257
Andi Ghufron Rifai = P10121262
Nurhasma = P10121317
Dian Saufani Salsabila = P10121321

Dosen Pengampuh:
Muhammad Zikra, SKM., M.Ph

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS TADULAKO
2022
MODEL DISKUSI KELOMPOK
A. Pengertian Diskusi
Menurut KBBI, Depdiknas Jakarta (2004: 332), menyebutkan bahwa
diskusi adalah:
1. Pertemuan ilmiah untuk bertukar pikiran mengenai suatu masalah
2. Diskusi adalah pertemuan yang dilakukan oleh sekelompok orang yang
membahas suatu topik yang menjadi perhatian umum di hadapan
khalayak, pendengar (siaran radio), atau penonton (siaran televisi),
khalayak diberi kesempatan untuk bertanya atau memberikan pendapat.
Mendiskusikan berarti membicarakan sesuatu dalam kelompok untuk
bertukar pikiran membahas suatu topik tertentu. Pendengar yang baik
senantiasa cerdik dalam menangkap pokok-pokok masalah yang
sedang/hangat didiskusikan. Bermula dari hal-hal penting itulah, isi diskusi
dapat disusun menjadi simpulan yang baik dengan mengaitkan satu masalah
dengan masalah lain.
Menurut Purwanto, dkk. (2005: 142), diskusi dapat didefinisikan
sebagai bentuk tukar pikiran yang dilakukan oleh dua orang atau lebih untuk
menghasilkan kesepakatan atau keputusan bersama. Diskusi dalam pengertian
di sini adalah diskusi kelompok di kelas. Kegiatan ini bertujuan untuk melatih
mengemukakan pendapat dengan tetap menjaga kekompakan dan
kebersamaan, bukan ajang untuk bersilat lidah.
B. Model Diskusi Kelompok
Ada beberapa model diskusi kelompok berbasis pembelajaran
kooperatif (Depdiknas 2005:41-42), antara lain sebagai berikut.
1. Student Teams-Achievement Divisions (STAD) yang menggunakan
langkah pembelajaran di kelas dengan menempatkan siswa ke dalam tim
campuran berdasarkan prestasi, jenis kelamin, dan suku.
2. Team-Assisted Individualization (TAI) yang lebih menekankan pengajaran
individual meskipun tetap menggunakan pola kooperatif.
3. Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) yang digunakan
untuk pembelajaran membaca dan menulis tingkat tinggi.
4. Jigsaw yang mengelompokkan siswa ke dalam tim beranggotakan enam
orang yang memelajari materi akademik yang telah dibagi-bagi menjadi
beberapa subbab.
5. Learning together (belajar bersama) yang melibatkan siswa untuk bekerja
dalam kelompok beranggotakan empat atau lima siswa heterogen untuk
menangani tugas tertentu.
6. Group Investigation (penelitian kelompok) berupa pembelajaran
kooperatif yang bercirikan penemuan.
C. Asas-asas Diskusi Kelompok
1. Kerahasian
Segala sesuatu yang dibicarakan anggota kelompok kepada pemimpin
kelompok tidak boleh disampaikan kepada orang lain, atau lebih-lebih hal
atau keterangan yang tidak boleh atau tidak layak diketahui orang lain.
2. Kesukarelaan
Proses bimbingan konseling harus berlangsung atas dasar kesukarelaan,
baik dari anggota kelompok, maupun dari pihak pemimpin kelompok.
Anggota kelompok diharapkan secara suka dan rela tanpa ragu-ragu
ataupun merasa terpaksa menyampaikan masalah yang dihadapinya, serta
mengungkapkan segenap fakta, data, dan seluk beluk, berkenaan dengan
masalahnya kepada pemimpin kelompok, dan pemimpin kelompok juga
hendaknya dapat memberikan bantuan dengan tidak terpaksa, atau dengan
kata lain pemimpin kelompok memberikan bantuan dengan ikhlas.
3. Keterbukaan
Dalam pelaksanaan bimbingan konseling sangat diperlukan suasana
keterbukaan dari pemimpin kelompok maupun keterbukaan dari anggota
kelompok. Keterbukaan bukan hanya sekedar bersedia menerima saran-
saran dari luar, bahkan lebih dari itu, diharapkan masing-masing pihak
yang bersangkutan bersedia membuka diri untuk kepentingan pemecahan
masalah. Individu yang membutuhkan bimbingan diharapkan dapat
berbicara sejujur mungkin dan berterus terang tentang dirinya sendiri
sehingga dengan keterbukaan penelaahan serta pengkajian berbagai
kekuatan dan kelemahan terbimbing dapat dilaksanakan.
4. Kekinian
Masalah individu yang ditanggulangi ialah masalah-masalah yang sedang
dirasakan bukan masalah yang sudah lampau, dan juga bukan masalah
yang mungkin sedang dialami di masa yang akan datang. Apabila ada hal-
hal tertentu yang menyangkut masa lampau dan masa yang akan datang
yang perlu dibahas dalam upaya bimbingan yang sedang diselenggarakan,
pembahasan langsung ke inti permasalahan yang dialami oleh anggota
kelompok supaya anggota kelompok tersebut cepat teratasi permasalahan
yang dialaminya. Sehingga masalah yang dialami dapat terselesaikan.
5. Kenormatifan
Usaha bimbingan dan konseling tidak boleh bertentangan dengan norma
norma yang berlaku, baik ditinjau dari norma agama, norma adat, norma
hukum/negara norma ilmu maupun kebiasaan sehari-hari. Asas
kenormatifan diterapkan terhadap isi maupun proses penyelenggaraan
bimbingan dan konseling. Seluruh isi layanan harus sesuai dengan norma-
norma yang ada. Demikian pula prosedur, teknik, dan peralatan yang
dipakai tidak menyimpang dari norma-norma yang digunakan.
D. Tujuan Diskusi Kelompok
Secara umum diskusi kelompok bertujuan untuk membantu para siswa
yang mengalami masalah melalui prosedur kelompok. Selain itu
mengembangkan pribadi masing-masing anggota kelompok melalui berbagai
suasana yang muncul dalam kegiatan ini, baik suasana yang menyenangkan
maupun menyedihkan. Menurut Nursalim (2002:59), tujuan diskusi kelompok
adalah sebagai berikut:
1. Memberi kesempatan kepada setiap peserta untuk mengambil suatu
pelajaran dari pengalaman-pengalaman teman-teman peserta yang lain
dalam mencari jalan keluar suatu masalah.
2. Memberikan suatu kesadaran bagi setiap peserta bahwa setiap orang itu
mempunyai masalah sendiri-sendiri.
3. Mendorong individu yang tertutup dan sukar mengatakan masalahnya
untuk berani mengutarakan masalahnya.
4. Kecenderungan mengubah sikap-sikap dan tingkah laku tertentu setelah
mendengarkan pandangan, kritikan atau saran dari teman anggota
kelompok.
E. Manfaat Penggunaan Metode Diskusi
1. Membantu untuk pengambilan keputusan yang lebih baik daripada
memutuskan sendiri.
2. Tidak terjebak kepada jalan pemikiran sendiri yang kadang-kadang salah,
penuh prasangka dan sempit.
3. Diskusi kelompok/kelas memberi motivasi terhadap berfikir dan
meningkatkan perhatian terhadap apa yang sedang dipelajari.
4. Diskusi juga membantu mengarahkan atau mendekatkan hubungan antara
kegiatan kelompok/kelas.
5. Untuk mencari suatu keputusan masalah.
6. Untuk menimbulkan kesanggupan pada anggota dalam merumuskan
pikirannya secara teratur sehingga dapat diterima orang lain.
7. Untuk membiasakan siswa mendengarkan pendapat orang lain sekalipun
berbeda dengan pendapatnya sendiri, dan membiasakan sikap toleran.
(Wilfred dalam Saddhono dan Slamet, 2014: 59-60).
Apabila dilaksanakan dengan cermat maka diskusi merupakan cara belajar
yang menyenangkan dan merangsang pengalaman, karena merupakan
pelepasan ide-ide, dan pendalaman wawasan mengenai sesuatu. Sehingga
dapat pula mengurangi ketegangan-ketegangan batin dan mendatangkan
keputusan dalam mengembangkan kebersamaan kelompok sosial. Jadi,
manfaat penggunaan metode diskusi ini sangat baik karena mengajarkan anak
dalam memecahkan suatu permasalahan dan mengambil keputusan secara
musyawarah/demokrasi bersama teman diskusi dengan menghargai semua
pendapat/masukan- masukan dari teman diskusi dan mempunyai manfaat yang
besar untuk meningkatkan kemampuan berbicaranya.
REFERENSI
Hayati, Yenni. 2021. Inovasi Perkuliahan Sejarah Sastra Indonesia dengan
Menggunakan Metode Diskusi Kelompok Model Kepala Bernomor,
11(1).
Mawaridz, Ahmad Dimyanti., Rosita, Tita. 2020. Bimbingan Kelompok Untuk
Siswa Smp yang Memiliki Minat Belajar Rendah, 2(4).
Sudiyono, S.Pd. 2020. Metode Diskusi Kelompok dan Penerapannya dalam
Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMP. Indramayu: Penerbit Adab.
Supriyanti, Ika. 2020. Penerapan Metode Diskusi dalam Pembelajaran
Keterampilan Berbicara pada Siswa Kelas VIII MTSN 4 PALU, 5(1).

Anda mungkin juga menyukai