Anda di halaman 1dari 19

PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPS SISWA

MELALUI PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN


COOPERATIVE SCRIPT KELAS V SD NEGERI 200207
SITAMIANG PADANGSIDIMPUAN
TAHUN PELAJARAN 2020/2021

OLEH

NOVINA DITRA SIREGAR


NIM 856039269

UPBJJ PADANGSIDIMPUAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
S-1 PGSD
UNIVERSITAS TERBUKA
TAHUN 2021
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Pembelajaran


Pembelajaran merupakan suatu proses belajar mengajar yang terjadi disekolah
antara guru dan siswa. Menurut Winkel dalam Ihsana El Khuloqo (2017:51),”
Pembelajaran sebagai seperangkat tindakan yang dirancang untuk mendukung proses
belajar peserta didik, dengan memeperhitungkan kejadian kejadian eksternal yang
berperan terhadap rangkaian kejadian internal yangberlangsung dalam diri peserta
didik”. Selanjutnya menurut Miftahul 9 (2014:2) menyatakan “Pembelajaran dapat
dikatakan sebagai hasil dari memori, kognisi, dan metakognisi yang berPenerapan
terhadap pemahaman”. Kemudian Menurut El Khuloqo (2017:52)
menyakatan,”Pembelajaran itu adalah segala upaya yang dilakukan oleh pendidik agar
terjadi proses belajar pada diri peserta didik”. Kemudian Fathurrohman (2015:16)
menyatakan,” Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan
sumber belajar pada suatu lingkungan belajar atau proses untuk membantu peserta
didik agar dpat belajar dengan baik”. Dari definisi-definis Pembelajaran diatas dapat
disimpulkan pembelajaran adalah Segala usaha yang dirancang oleh pendidik agar
terjadinya proses belajarmengajar untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah
dirancang secara rinci.
2.2. Pengertian Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran diartikan sebagai cara atau jalan yang ditempuh. Jadi,
metode adalah suatu cara atau jalan yang ditempuh. Selanjutnya menurut Ihsana El
Khuluqo (2017:130) menyatakan, “metode ialah jalan atau cara-cara yang digunakan
pendidik dan peserta didik dalam proses pembelajaran”. Kemudian menurut Aqib dan
Ali (2017:9) menyatakan,”metode adalah suatu cara yang digunakan untuk mencapai
tujuan yang telah dicapai”. Ali Mudlofir Evi (2016:105) mengemukakan,”metode
pembelajaran adalah ilmu yang mempelajari cara-cara untuk melakukan aktivitas
yang tersistem dari sebuah lingkungan yang terdiri dari guru dan peserta didik untuk
saling berinteraksi dalam melakukan suatu kegiatan sehingga proses belajar berjalan
dengan baik dan tujuan dari proses pembelajaran dapat tercapai sesuai dengan yang
telah di rumuskan oleh guru”. Dari definisi diatas, dapat disimpulkan metode
pembelajaran adalah cara-cara yang telah disusun secara sistematis yang digunakan
oleh pendidik sebagai pedoman dalam proses belajar-mengajar di kelas.
2.3. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Latar Belakang IPS

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran pokok

yang diajarkan dari SD/MI/SDLB samapai SMP/MT/SMPLB. Pengetahuan sosial

mengkaji seperangkat fakta, peristiwa, konsepdan generalisasi yang berkaitan

dengan perilaku dan tindakan manusia untuk membangun dirinya, masyarakatnya,

bangsanya, dan lingkungannya berdasarkan pada pengalaman masa lalu yang

dapat dimaknai untuk masa kini, dan antisipasi untuk masa yang akan datang

(Depdiknas, 2003). Pada jenjang SD/MI mata pelajaran IPS membuat materi

Geografi, Sejarah, Sosiologi dan Ekonomi. Melalui mata pelajaran IPS, peserta

didik diarahkan untuk dapat menjadi warga negara Indonesia yang demokratis,

dan bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai.

Di masa yang akan datang peserta didik akan menghadapi tantangan b erat

karena kehidupan masyarakat global selalu mengalami perubahan setiap saat.

Oleh karena itu mata pelajaran IPS dirancang untuk mengembangkan

pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap kondisi sosial

masyarakat dalam memasuki kehidupan bermasyarakat yang dinamis.

Mata Pelajaran IPS disusun secara sistematis, komprehensif, dan terpadu

dalam proses pembelajaran menuju kedewasaan dan keberhasilan dalam

kehidupan di masyarakat. Dengan pendekatan tersebut diharapkan peserta didik

akan memperoleh pemahaman yang lebih luas dan mendalam pada bidang ilmu

yang berkaitan.
Tujuan Pembelajaran IPS

Mata pelajaran IPS bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai

berikut :

1. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan

lingkungannya

2. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu,

inkuiri, memecahkan masalaha, dan keterampilan dalam kehidupan sosial

3. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusian

4. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam

masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional dan global

Ruang Lingkup Pembelajaran IPS

Ruang lingkup mata pelajaran IPS meliputi aspek-aspek sebagai berikut :

1. Manusia, tempat dan lingkungan

2. Waktu, keberlanjutan dan perubahan

3. Sistem sosial dan budaya

4. Perilaku ekonomi dan kesejahteraan

2.4. Model Pembelajaran Cooperative Script

Model pembelajaran kooperatif pada dasarnya mengandung pengertian

sebagai suatu sikap atau perilaku bersama dalam kerja atau membantu diantara

sesama dalam struktur kerjasama yang teratur dalam kelompok yang terdiri dari dua

orang atau lebih dimana keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari

setiap anggota kelompok itu sendiri. Pola hubungan seperti itu memungkinkan

timbulnya persepsi yang positif tentang apa yang dapat mereka lakukan untuk

keberhasilannya, berdasarkan kemampuan dirinya sebagai individu atau peran serta

anggota lainnya selama mereka belajar secara bersama-sama dalam kelompok. Model
pembelajaran kooperatif memandang bahwa keberhasilan dalam belajar bukan

semata-mata harus diperoleh dari guru, melainkan dari pihak lain juga yang terlibat

dalam pembelajaran yaitu teman sebaya.

Dalam pembelajaran kooperatif, interaksi yang terjadi dalam proses

pembelajaran tidak hanya dari guru terhadap siswa atau dari siswa terhadap guru,

tetapi juga ada interaksi yang terjadi dari satu terhadap siswa yang lain dan

sebaliknya. Dalam pembelajaran kooperatif, para siswa dilatih untuk dapat bekerja

sam dan mengakui perbedaan pendapat dengan orang lain. Dari beberapa macam

Model pembelajaran kooperatif, model pembelajaran cooperatif script sangat tepat

digunakan dalam pembelajaran IPS dan sebagai strategi untuk meningkatkan hasil

belajar IPS siswa. Cooperative script adalah model belajar dimana siswa bekerja

berpasangan dan bergantian secara lisan mengihtisarkan bagian-bagian dari materi

yang dipelajari. Model pembelajaran Cooperative script ini dikembangkan oleh

Danserau dkk pada tahun 1985. Pembelajaran Cooperative script muncul dari konsep

bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit jika

mereka saling berdiskusi dengan temannya. Siswa secara rutin bekerja dalam

kelompok untuk saling membantu memecahkan maslah-masalah yang kompleks. Jadi,

hakikat sosial dan penggunaan kelompok sejawat menjadi aspek utama dalam

pembelajaran Cooperative script. Hal ini sejalan dengan teori belajar dari Vygotsky

yang berusaha mengembangkan model konstruktivistik belajar mandiri dan piaget

menjadi belajar kelompok. Dalam embangun sendiri kemampuannya, peserta didik

dapat memperoleh pengetahuan melalui kegiatan yang beraneka ragam dengan guru

sebagai fasilitator.

Menurut Schank dan Abelson, (2007), pembelajaran Cooperative script adalah

pembelajaran yang mengatur interaksi siwa seperti ilustrasi kehidupan sosial siswa
dengan lingkungannya sebagai individu, dalam keluarga, kelompok masyarakat dan

masyarakat yang lebih luas. Menurut Slavin (1995) mengemukakan bahwa

penggunaan pembelajaran Cooperative script dapat meningkatkan prestasi belajar

siswa sekaligus dapat meningkatkan kemampuan hubungan sosial, menumbuhkan

sikap menerima kekurangan diri dan orang lain serta dapat meningkatkan harga diri.

Menurut Spurlin, (2007) menyatakan bahwa Cooperative script dapat mendorong

siswa untuk mendapatkan kesempatan mempelajari bagian lain dari materi yang tidak

dipelajarinya.

Tugas guru adalah menyediakan atau mengatur lingkungan belajar siswa, dan

mengatur tugas-tugas yang harus dikerjakan siswa, serta memberikan dukungan

dinamis, sehingga setiap siswa bisa berkembang secara maksimal dalam zona

perkembangan proksimal masing-masing. Guru perlu mengupayakan supaya setiap

siswa berusaha agar siswa mengembangkan diri masing-masing secara maksimal,

yaitu mengembangkan kemampuan berpikir dan bekerja secara independen. Tetapi

dilain pihak guru juga perlu mengupayakan agar tiap-tiap siswa juga aktif berinteraksi

dengan siswa-siswa lain dan orang-orang lain dilingkungan masing-masing yang

sesuai dengan teori belajar Vygotsky. Jika kedua hal ini dilakukan, perkembangan

kognitif tiap-tiap siswa akan bisa terjadi secara optimal.

Setiap model pembelajaran mempunyai berbagai kelebihan dan kekurangan,

kelebihan dari model pembelajaran Cooperative script adalah : (1) melatih

pendengaran, ketelitian atau kecermatan, (2) setiap siswa mendapatkan peran (3)

melatih mengungkapkan kesalahan orang lain dengan lisan. Sedangkan kekurangan

dari model ini adalah (1) hanya digunakan untuk mata pelajaran tertentu, (2) hanya

dilakukan dua orang (tidak melibatkan seluruh kelas sehingga koreksinya hanya
terbatas pada dua orang tersebut). Dengan demikian siswa harus memiliki keaktifan

pada saat proses pembelajaran.

Selain kelebihan dan kekurangan, model pembalajaran Cooperative script juga

mempunyai banyak keunikan yang membedakan antara model pembelajaran

Cooperative script dengan pembelajaran konvensional. Menurut Ujang Sukandi

(dalam Sunarto 2009) ditandai dengan guru mengajar lebih banyak mengajar tentang

konsep-konsep bukan kompetensi, tujuannya adalah siswa mengetahui sesuatu bukan

mampu untuk melakukan sesuatu, dan pada saat proses pembelajaran siswa lebih

banyak mendengarkan. Model pembelajaran konvensional merupakan model

pembelajaran yang berpusat pada guru dimana hampir seluruh kegiatan pembelajaran

dikendalikan oleh guru. Jadi guru memegang peranan utama dalam menentukan

proses dan isi pembeajar dan termasuk dalam menilai kemajuan siswa (I Wayan

Sukra, 2009:83). Sedangkan menurut Nurhadi (2009:43) metode konvensional terlihat

pada proses siswa menerima informasi secara pasif, siswa belajar secara individual,

hadiah/penghargaan untuk perilaku baik adalah pujian atau nilai angka/rapor saja,

pembelajaran tidak memperhatikan pengalaman siswa , dan hasil belajar di ukur

hanya dengan tes.

Manfaat dari penggunaan model pembelajaran Cooperative script dalam

proses pembelajarannya adalah dapat mengurangi kesenjangan pendidikan khususnya

dalam wujud input pada level individual. Selain itu, dengan belajar kooperatif dapat

mengembangkan solidaritas sosial di kalangan siswa. Karena melalui kooperatif siswa

dilatih untuk dapat meningkatkan perasaan positif terhadap diri sendiri maupun orang

lain. Dapat memberikan efek yang sangat ampuh pada waktu singkat baik dalam

aspek pembelajaran akademik maupun aspek skill, memberikan seorang atau

beberapa orang sebagai pendamping belajar yang menyenangkan dan bersama-sama


mengembangkan skill bersosial serta berempati terhadap orang lain. Dengan belajar

kooperatif dharapkan kelak akan muncul generasi baru yang memilik prestasi

akademik yang cemerlang dan memiliki solidaritas sosial yang kuat.

Langkah-langkah Model Pembelajaran Cooperative Script

Langkah-langkah dalam pelaksanaan model pembelajaran Cooperative script

menurut Danserau, dkk (dalam Saminato, 1985) sebagai berikut :

a. Guru membagi siswa untuk berpasangan

b. Guru membagikan wacana atau materi kepada tiap-tiap siswa untuk dipelajari

dan dibuat ringkasan

c. Guru dan siswa menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai pembicara,

dan siapa yang berperan sebagai pendengar

d. Pembicara membacakan ringkasannya selengkap mungkin, dengan

memasukkan ide-ide pokok dalam ringkasannya.

e. Sementara pendengar menyimak atau mengoreksi atau menunjukkan ide-ide

pokok yang kurang lengkap dan membantu mengingat atau menghafal ide-ide

pokok dengan menghubungkan materi sebelumnya dengan materi lainnya

f. Bertukar peran, semula sebagai pembicara ditukar menjadi pendengar dan

sebaliknya. Serta lakukan seperti di atas

g. Siswa bersama-sama dengan guru membuat kesimpulan

h. Penutup

Pada langkah-langkah pembelajaran Cooperative script ini fokusnya siswa

berpasangan, ,eringkas materi, selanjurtnya pembagian peran pembaca dan

pendengar, diskusi siswa dan tukar peran.

Langkah-langkah pembelajaran Cooperative script yang kedua menurut

Agus Suprijono, (2009) adalah sebagai berikut :


1. Guru membagi siswa untuk kelompok berpasangan

2. Guru membagikan wacana/materi tiap siswa untuk dibaca dan membuat

ringkasan

3. Guru dan siswa menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai pembicara

dan siapa yang berperan sebagai pendengar

4. Pembicara membacakan ringkasannya selengkap mungkin dengan

memasukkan ide-ide poko dalam ringkasannya

5. Pendengar menyimak/mengoreksi/ menunjukkan ide-ide pokok yang kurang

lengkap, serta membantu mengingat/menghafal ide-ide pokok dengan

menghubungkan materi sebelumnya atau dengan materi lainnya

6. Bertukar peran, yang semula pembicara ditukar menjadi pendengar dan

sebaliknya

7. Kesimpulan siswa bersama-sama dengan guru

8. Penutup

Langkah-langkah pembelajaran Cooperative script yang ketiga menurut

Miftahul Huda, (2011) adalah sebagai berikut :

1. Guru membagi siswa untuk berpasangan (2 orang)

2. Guru membagikan wacana atau materi kepada tiap-tiap siswa untuk

dipelajari dan di buat ringkasannya sesuai dengan yang siswa kuasai

3. Guru dan siswa menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai pembicara

dan siapa yang berperan sebagai pendengar

4. Pembicara membacakan ringkasannya selengkap mungkin

5. Sementara Pendengar menyimak/mengoreksi/menunjukkan ide-ide pokok

yang kurang lengkap, serta membantu mengingat/menghafal ide-ide pokok

dengan menghubungkan materi sebelumnya atau dengan materi lainnya


6. Bertukar peran yang semula sebagai pembicara ditukar menjadi pendengar

dan sebaliknya

7. Siswa bersama-sama dengan guru membuat kesimpulan

8. Penutup

Fokus langkah-langkah pembelajaran Cooperative script yang ketiga ini masih

sama dengan langkah-langkah pembelajaran Cooperative script dari dua tokoh

sebelumnya yaitu siswa berpasangan, siswa meringkas materi, selanjutnya pembagian

peran pembaca dan pendengar, diskusi siswa, tukar peran dan kembali melaksanakan

diskusi berpasangan.

Penilaian juga dilakukan dengan cara yang tidak biasa. Setiap siswa mendapat

nilainya sendiri dan nilai kelompok. Nilai kelompok dibentuk dari sumbangan setiap

anggota kelompok. Untuk menjaga keadilan, setiap anggota menyumbangkan poin

diatas nilai rata-rata mereka. Misalnya nilai rata-rata A adalah 65 dan kali ini dia

mendapat nilai 72, maka dia akan menyumbangkan 7 poin untuk nilai kelompoknya.

Dengan demikian setiap siswa akan bisa mempunyai kesempatan untuk memberikan

sumbangan poin untuk nilai kelompok mereka.

Dari beberapa langkah-langkah pembelajaran Cooperative script menurut para

ahli, langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran Cooperative script yang akan

dilakukan dalam penelitian ini yaitu :

1. Siswa duduk berpasangan (2 orang)

2. Tiap-tiap siswa diberikan materi

3. Masing-masing siswa membuat ringkasan dari materi yang telah diterimanya

4. Siswa dan guru menetapkan siap yang pertama berperan sebagai pembicara dan

pendengar
5. Pembicara menjelaskan hasil ringkasannya kepada pendengar dengan

m,enambahkan informasi lain yang mereka punya

6. Pendengar menyimak dan mengoreksi jika ada kesalahan dari pembicara serta

membantu mengingat ide-ide pokok dari materi

7. Bertukar peran, semua siswa yang menjadi pembaca sekarang menjadi pendengar

dan sebaliknya

8. Siswa bersama dengan guru membuat kesimpulan

9. Penutup

Jadi model pembelajaran Cooperative script adalah suatu pola belajar kelompok

yang dilakukan oleh sepasang siswa dimana mereka saling bergantian peran sebagai

seorang pembicara dan pendengar yang melibatkan mereka secara aktif dan dominan

dalam proses pembelajaran agar tercipta keepektifan dalam proses belajar mengajar di

kelas.

2.6. Materi Perjuangan Melawan Penjajah

a. Jatuhnya Daerah-Daerah Nusantara dalam Kekuasaan Belanda

a. Perjuangan Sultan Agung (raja Mataram/Jogjakarta) Sultan Agung Senapati ing

Alogo Ngabdurrachman adalah raja Mataram Islam (sekarang Jogjakarta). Sultan

Agung memerintah Mataram dari tahun 1613-1645. Kerajaan Mataram mencapai

kejayaan dalam memerintah kerajaan, ia bertujuan mempertahankan seluruh tanah

Jawa dan mengusir Belanda dari Batavia. Pada masa pemerintahannya, Mataram

menyerah ke Batavia sebanyak dua kali, yaitu tahun 1628 dan tahun 1629. Kedua

serangan itu mengalami kegagalan.

b. Perjuangan Trunojoyo Trunojoyo adalah bupati Madura yang berkuasa di bawah

kerajaan Mataram. Beliau memimpin serangan ke VOC setelah pengganti Sultan

Agung malah bersekutu dengan Belanda. Tahun 1667, Trunojoyo menyerang


Mataram dan berhasil mendudukinya. Trunojoyo memindahkan pusat pemerintahan

dari Plared (Jogjakarta) ke Kediri, Jawa Timur.

c. Sultan Hasanuddin Sultan Hasanuddin adalah raja Gowa (Makassar). Karena

keberaniannya, ia dijuluki De Haantjes van Het Oosten oleh Belanda yang artinya

ayam jantan/jago dari Benua Timur. VOC pada awalnya terdesak. Namun setelah

VOC menambah kakuatan pasukannya, akhirnya Gowa terdesak dan semakin lemah,

maka pada tanggal 18 November 1667 Sultan Hasanuddin bersedia mengadakan

Perjanjian Bongaya. Isi Perjanjian Bongaya adalah Makassar menjadi kekuasaan

VOC, VOC memperoleh hak monopoli dagang, orang-orang eropa selain Belanda

harus meninggalkan Makassar, biaya perang ditanggung Makassar.

d. Sultan Ageng Tirtayasa Sejak pertama kali datang di Banten, orang-orang Belanda

sudah berselisih dengan rakyat Banten. Pertentangan Banten dan VOC berlanjut

karena memperebutkan selat Sunda. Setelah jatuhnya Malaka, perdagangan di Selat

Sunda sangat ramai. Untuk melumpuhkan perdagangan Banten, VOC memblokade

jalan menuju pelabuhan Banten. Di bawah pimpinan Sultan Ageng Tirtayasa, rakyat

Banten menghadai blokade VOC. Perjuangan Sultan Agung Tirtaysa dapat

dipadamkan karena terjadi konflik intern yang ditunggangi Belanda. Pada tahun xlvii

1683, Sultan Ageng Tirtayasa tertangkap. Beliau ditawan di Batavia sampai

meninggal.

2) Masa Pemerintahan Hindia Belanda

a. Perlawanan Pattimura/Ambon

Sebab perlawana yaitu Benteng Duurstede diduduki Belanda, rakyat dipaksa

menyerahkan ikan asin, dendeng, dan kopi, rakyat dipaksa kerja rodi menebang

kayu, membuat garam, dan membuka perkebunan pala, diberlakukannya hak

eksturpasi oleh Belanda, yaitu hak Belanda unruk membuang kelebihan hasil
panen ke laut. Tujuannya supaya harga penjualan tetap tinggi. Semua rakyat

Maluku bangkit menentang pasukan Belanda yang ingin menghancurkan Maluku

pada tanggal 16 Mei 1917 dibawah pimpinan Pattimura. Pattimura akhirnya dapat

ditangkap dan dijatuhi hukuman mati dengan cara digantung di depan benteng

Victoria pada tanggal 16 Desember 1817.

b. Perang Paderi

Perang dilatar belakangi oleh persekutuan antara kaum adat dengan kaum

Paderi (golongan ulama). Pemerintah Belanda ikut campur dengan membantu

kaum adat. Perang terjadi dua tahap, yaitu sebelum pecah parang Diponegoro

(1821-182), dan setelah pecah perang Diponegoro (1830-1837). xlviii Saat pecah

perang Diponegoro, Belanda mengajak Tuanku Imam Bonjol (pemimpin kaum

Paderi) berunding dan berdamai. Ternyata tujuan Belanda adalah untuk

menghimpun kekuatan guna memerangi Pangeran Diponegoro. Setelah perang

Diponegoro usai, Belanda mengkhianati perdamaian dan menggempur pasukan

paderi. Akhirnya Tuanku Imam Bonjol tertangkap, kemudian diasingkan ke

Cianjur sebelum kemudian ke Minahasa. Beliau meninggal dalam pengasingan.

c. Perang Diponegoro

Perang diponegoro terjadi oleh sebab-sebab berikut ini: wilayah Mataram

semakin dipersempit, pemerintah Hindia Belanda melarang keluarga bangsawan

menyewakan tanah kepada pengusaha-pengusaha perkebunan Belanda, peradaban

barat yang beetentangan dengan ajaran Islam mulai memasuki kalangan istana,

rakyat sangat menderita karena dibebani banyak pajak. Penyulut perang adalah

pembangunan jalan oleh Belanda yang melintasi makam leluhur pangeran

diponegoro. Awalnya pasukan pangeran diponegoro selalu dapat mengalahkan

pasukan Belanda yang dipimpin oleh Jendral De Kock. Setelah belanda


mendatangkan bala bantuan dari Sumatra dan Sulawesi, perlahan-lahan pasukan

Pangeran Diponegoro dapat dikalahkan. Belanda membujuk Pangeran Diponegoro

untuk berunding. Perundingan pun dilaksanakan tanggal 28 Maret 1830. Belanda,

tidak bermaksud berunding, melainkan hanya menjebak pangeran Diponegoro,

kemudian ditangkap dan diasingkan. Pangeran Diponegoro meninggal dalam

pengasingannya di Makassar.

d. Perlawanan Pangeran Antasari

Penyebab perang Banjarmasin adalah Belanda melakukan monopoli

perdagangan dan mencampuri urusan kerajaan. Perang Banjarmasin dipimpin oleh

Pangeran Antasari. Beliau didukung oleh Pangeran Hidayatullah. Pada tahun 1862

Hidayatullah ditahan Belanda dan dibuang ke Cianjur. Pangeran Antasari diangkat

rakyat menjadi sultan. Setelah itu perang meletus kembali. Dalam perang itu

Pangeran Antasari luka-luka dan wafat.

e. Perlawanan Raja-Raja Bali Belanda menyerang kerajaan-kerajaan Bali

menerapkan hak tawan karang. Hak tawan karang adalah hak raja bali untuk

merampas kapal-kapal asing yang terdampar diwilayahnya. Hak ini sangat

merugikan Belanda. Pertama Belanda mengultimatum raja buleleng. I Gusti

Ngurah Made yang patihnya bernama I Gusti Ketut Jelantik. Karena ultimatun itu

tidak dihiraukan, maka pada tanggal 27 Juni 1846 Belanda menggempur Buleleng

dan berhasil mengalahkannya. Yang l terakhir ditundukan Belanda adalah

kerajaan Badung yang diserang pada tanggal 20 September 1906.

f. Perang Aceh

Aceh adalah yang paling sulit ditundukkan Belanda. Pasukan Belanda yang

pertama dikirim ke Aceh dipimpin oleh Jendral Kohler. Ekspedisi pertama pada

tahun 1873 ini gagal total, bahkan Jendral Kohler tewas. Ekspedisi kedua dikirim
tahun 1874 di bawah pimpinan Mayor Jendral Van Swieten. Pasukan Aceh

dibawah pimpinan panglima polim melawan Belanda dalam pertempuran itu,

istana Aceh dapat direbut oleh Belanda. Perlawanan rakyat Aceh tidak pernah

berhenti. Perlawanan dilakukan oleh pejuang-pejuang Aceh dibawah pimpinan

para Tengku (para ulama) dan Tengku (para bangsawan Aceh). Diantara para

pemimpin itu adalah Tengku Umar, Tengku Cik Di Tiro, Cut Nyak Dien dan lain-

lain. Meski menguasai istana, Belanda tidak pernah menguasai Aceh. Jendral Pel

yang menggantikan Van Swienten malah tewas ditangan rakyat aceh. Akhirnya

belanda mengubah taktik. Belanda menyusupkan seorang misionaris yang

menyamar sebagai seorang ulama bernama Dr. Snouck Hurgronje. Ia diterima

baik oleh rakyat Aceh sehingga ia dapat mempelajari seluk beluk rakyat Aceh. Ia

berhasil memberikan informasi berharga untuk li mengalahkan rakyat Aceh

kepada pemerintah Belanda. Berbekal informasi dari Snouck Hurgroje, Belanda

perlahanlahan dapat mengimbangi perlawanan rakyat Aceh. Bahkan tahun 1899

Belanda berhasil menewaskan Teuku Umar Tahun 1904 Belanda mulai dapat

menguasai Aceh.

2.7. Hubungan antar PKP dan PTK

1. Pengertian PTK

Penelitian tindakan kelas adalah penelitian tindakan yang dilakukan oleh guru

di dalam kelas. Dalam bukunya Becoming Critical : Education, Knowledge, an Action

Research 1986. Kemmis dan Carr lebih jelas menyatakan penelitian tindakan adalah

bentuk penelitian refleksi diri yang dilakukan oleh partisipan (guru, siswa, atau kepala

sekolah, misalnya) dalam situasi-situasi sosial (termasuk pendidikan) untuk

memperbaiki rasionalitas dan kebenaran (a) praktek-praktek sosial atau pendidikan

yang dilakukan sendiri, (b) pengertian mengenai praktek-praktek ini, dan (c) situasi-
situasi (dan lembaga-lembaga) dimana praktek-praktek tersebut dilaksanakan.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa penelitian

tindakan kelas merupakan bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan

tindakan-tindakan tertentu agar dapat dapat memperbaiki atau meningkatkan praktek

pembelajaran di kelas secara professional.

langkah-langkah penelitian tindakan kelas sebagai berikut :

1. Adanya ide awal Seseorang yang melaksanakan penelitian, pasti diawali dengan

gagasan atau ide dan diharapkan dapat dilakukan atau dilaksanakan.

2. Praservei Untuk mengetahui secara detail kondisi yang terdapat dikelas yang akan

diteliti. Biasanya dilakukan oleh guru dan dosen.

3. Diagnosis Dilakukan oleh peneliti yang tidak terbiasa mengajar di kelas yang

dijadikan sasaran.

4. Perencanaan Dibagi menjadi dua, yaitu : perencanaan umum dan khusus. Perencanaan

umu dimaksudkan untuk menyusun rancangan yang meliputi keseluruhan aspek yang

terkait PTK. Perencanaan khusus Implementasi tindakan. Merupakan realisasi dari

suati tindakan yang sudah direncanakan sebelumnya. Strategi apa yang digunakan,

materi yang diajarkan dan sebagainya.

5. Pengamatan Pengamatan dapat dilakukan sendiri oleh peneliti. Pada saat monitoring

haryslah mencatat semua peristiwa atau hal yang terjadi di kelas peneliti.

6. Evaluasi dan refleksi Kegiatan merenung atau memikirkan sesuatu guna upaya

evaluasi yang dilakukian oleh para kolaborator atau partisipan yang berperan dalam

PTK. Dilakukan dengan kolaborasi, refleksi dilakukan sesudah implementasi tindakan

dan hasil observasi.


7. Penyusunan laporan PTK. Dilakukan setelah melakukan penelitian dilapangan.

Penelitian harus sistematis dan dilakukan sesuai acuan yang telah diberikan dalam

penelitian PTK.

2. Pengertian PKP

PKP merupakan mata kuliah yang wajib diambil semua mahasiswa seluruh

program Sarjana (S1) yang ada di FKIP-UT. Pada hakikatnya PKP merupakan mata

kuliah yang menyediakan pengalaman belajar bagi mahasiswa untuk meningkatkan

kemampuan profesional dalam mengelola pembelajaran. Sehubungan dengan

kompetensi yang harus dimiliki semua lulusan program S1 FKIP, yaitu meningkatkan

kualitas proses belajar melalui peningkatan kualitas kemampuan profesional guru

maka semua mahasiswa harus melalui proses pembelajaran yang memungkinkan

mereka menemukan dan memecahkan permasalahan pembelajaran di kelas masing-

masing berlandaskan pada kaidah penelitian tindakan kelas (PTK). Sebagai seorang

guru yang harus menguasai salah satu kompetensi utama guru yaitu pengembangan

kepribadian dan keprofesionalan, mahasiswa FKIP-UT juga harus dapat menilai

kinerjanya sendiri dengan strategi yang tepat. Mahasiswa FKIP-UT adalah para guru

yang masih aktif mengajar. Oleh karena itu, inti dari mata kuliah PKP, adalah untuk

meningkatkan kemampuan guru dalam mengajar, khususnya memperbaiki

pembelajaran dengan menerapkan kaidah-kaidah PTK. Para guru yang kini berstatus

sebagai mahasiswa sudah mempunyai segudang pengalaman dalam mengajar.

Pengalaman tersebut ada yang mencerminkan keberhasilan dan ada yang merupakan

kekurangberhasilan. Namun demikian, dalam konteks PTK, sesuatu yang belum

berhasil perlu diperbaiki sehingga kemampuan guru dalam mengajar benar-benar

menjadi mantap. Pada saat mahasiswa menempuh mata kuliah PKP, mahasiswa

dibimbing untuk melakukan (a) refleksi profesional tentang proses pembelajaran yang
dikelolanya, (b) menemukan akar permasalahan pembelajaran yang dihadapi, serta (3)

mengatasi masalah yang dihadapi melalui langkah-langkah yang sistematis dan

ilmiah. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa kegiatan PKP merupakan

realisasi dari PTK. 2. Tujuan dan Manfaat PKP Setelah menyelesaikan PKP,

diharapkan kemampuan mengajar mahasiswa akan semakin mantap. Dengan

demikian, mahasiswa akan tumbuh menjadi guru yang profesional, mampu

menerapkan kaidah-kaidah PTK untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Secara

lebih khusus, setelah melaksanakan PKP mahasiswa diharapkan mampu: a.

menemukan kelemahan/permasalahan dalam pembelajaran yang dilakukan melalui

refleksi; b. menemukan alternatif solusi untuk memperbaiki kelemahan dan atau

meningkatkan kualitas pembelajaran yang dilakukan berdasarkan PTK; c.

mempertanggungjawabkan keputusan/tindak perbaikan pembelajaran yang dilakukan

secara ilmiah, yang dapat disampaikan secara tulisan. Manfaat lain yang akan

diperoleh mahasiswa setelah mengikuti mata kuliah PKP adalah dapat menggunakan

laporan PKP sebagai karya ilmiah yang diajukan untuk kenaikan pangkat sebagai

seorang guru. Selanjutnya, dengan mengikuti kegiatan pembelajaran pada mata kuliah

PKP dengan baik, mahasiswa akan lebih menguasai konsep dan kaidah PTK serta

dapat menjadikannya sebagai kerangka berpikir untuk memperbaiki pembelajaran di

kelasnya, di samping mahasiswa akan lebih mantap dalam mengelola pembelajaran

dengan melakukan latihan terbimbing untuk memperbaiki pembelajaran di kelas yang

dilakukan berulang kali. Dampak pengiring yang akan diperoleh mahasiswa melalui

proses refleksi yang dilalui dengan merenung dan berdiskusi dengan teman sejawat

adalah meningkatnya kepekaan terhadap lingkungan pembelajaran yang dihadapi

sehari-hari. Selain itu, dengan diberi tugas membuat laporan yang bersifat ilmiah,

keterampilan membaca dan menulis mahasiswa akan makin terasah.


Sesuai dengan kompetensi yang harus dikuasai mahasiswa setelah menempuh

mata kuliah PKP, materi yang terkandung dalam PKP mencakup perencanaan,

pelaksanaan, dan penilaian pembelajaran. Semua komponen tersebut merupakan suatu

kesatuan sistem pembelajaran. Selain itu, materi yang harus dipelajari oleh mahasiswa

adalah konsep Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dan prosedur penerapannya sebagai

kerangka kerja PKP, serta Panduan Pemantapan Kemampuan Profesional (PKP)

kaidah penulisan karya ilmiah yang akan digunakan sebagai kerangka pembuatan

laporan PKP.

Oleh karena materi tersebut sudah dikaji pada saat mahasiswa menempuh

beberapa mata kuliah sebelumnya, seperti mata kuliah PTK, pengembangan

kurikulum dan pembelajaran, strategi belajar dan mengajar, dan metode penelitian

atau penulisan karya ilmiah maka pembahasan materi tersebut hanya bersifat

penyegaran dan pemantapan.

Anda mungkin juga menyukai