Anda di halaman 1dari 12

RESUME

PEMBELAJARAN TEMATIK TERPADU


“HAKEKAT, LATAR BELAKANG, RASIONAL, KONSEP-KONSEP,
KARAKTERISTIK DAN TUJUAN TEMATIK TERPADU”

OLEH

MAIDILLA HADIANA NST (19129129)

19 BKT 08

DOSEN PENGAMPU :
Dr. Hj. Yanti Fitria, S.Pd, M.Pd

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2022
A. Latar Belakang Lahirnya Pembelajaran Tematik Terpadu
Menurut Bell (dalam Abdul Majid (2014:84) pembelajaran terpadu berawal dari
pengembangan skema-skema pengetahuan yang ada di dalam diri siswa. Hal tersebut merupakan
salah satu pengembangan filsafat konstruktivisme. Salah satu pandangan tentang proses
kontruktivisme dalam pembelajaran adalah bahwa dalam proses belajar (perolehan pengetahuan)
diawali dengan terjadinya konflik kognitif ini hanya dapat diatasi melalui pengetahuan diri (self-
regulation). Pada akhir proses belajar, pengetahuan akan dibangun sendiri oleh anak melalui
pengalamannya dari hasil interaksi dengan lingkungannya
Pada dasarnya pembelajaran terpadu dikembangkan untuk menciptakan pembelajaran
yang di dalamnya siswa sendiri aktif secara mental membangun pengetahuannya yang dilandasi
oleh struktur kognitif yang telah dimilikinya. Pendidik lebih berperan sebagai fasilitator dan
mediator pembelajaran. Penekanan tentang belajar dan mengajar lebih berfokus pada suksesnya
siswa mengorganisasi pengalaman mereka, bukan ketepatan siswa dalam melakukan replikasi
atas apa yang dilakukan pendidik.
Pendukung gaya belajar dengan pendekatan terintegrasi berakar dari tradisi pendidikan
progresif, inspirasi dari tokoh filsafat yaitu Friedrich Froebel, Yohanes Dewey, Piaget Jean, dan
Rudolf Steiner (Compton, 2000). Menurut aliran progresif, anak merupakan satu kesatuan yang
utuh, perkembangan emosi dan sosial sama pentingnya dengan perkembangan intelektual.
Dewey mengungkapkan bahwaEducation is growth, development, and life. Hal ini berarti bahwa
proses pendidikan itu tidak mempunyai tujuan di luar dirinya, tetapi terdapat dalam pendidikan
itu sendiri. Proses pendidikan juga bersifat kontinu dan merupakan reorganisasi, rekonstruksi,
dan pengetahuan pengalaman hidup. (Sukmadinata, 2002).
Pembelajaran terpadu sebagai suatu konsep dapat dilakukan sebagai pendekatan belajar-
mengajar yang melibatkan beberapa bidng studi untuk memberikan pengalaman yang bermakna
kepada anak. Dikatakan bermakna karena dalam pembelajaran terpadu, anak akan memahami
konsep-konsep yang mereka pelajari itu melalui pengalaman langsung dan menghubungkannya
dengan konsep lain yang sudah mereka pahami. Kegiatan pembelajaran terpadu memadukan
materi beberapa mata pelajaran dalam satu tema. Dengan demikian, paling tidak pelaksanaan
belajar mengajar dengan cara ini dapat dilakukan dengan dua cara. Pertama, materi beberapa
mata pelajaran disajikan dalam tiap pertemuan sedangkan cara yang kedua, tiap kali pertemuan.
hanya menyajikan satu jenis mata pelajaran. Pada cara kedua ini, keterpaduannya diikat dengan
satu tema pemersatu.
Penetapan pendekatan tematik dalam pembelajaran di kelas rendah oleh Badan Standar
Nasional Pendidikan (BSNP) tidak lepas dari perkembangan akan konsep dari pendekatan
terpadu itu sendiri. Menilik perkembangan konsep pendekatan terpadu di Indonesia, pada saat ini
model pembelajaran yang dipelajari dan berkembang adalah model pembelajaran terpadu yang
dikemukakan oleh Fogarty (1990). Model pembelajaran terpadu dikemukakan oleh Fogarty ini
berawal dari konsep pendekatan interdisipliner yang dikembangkan oleh Jacob (1989)
Sedangkan menurut Ahmadi dan Amri (2014:75-76) dalam rencana penerapan
Kurikulum 2013 disajikan model pembelajaran Tematik Integratif. Ini mungkin yang berbeda
dengan kurikulum-kurikulum sebelumnya. Dengan pola Tematik Integratif ini, buku-buku siswa
SD tidak lagi dibuat berdasarkan mata pelajaran. Namun, berdasarkan tema yang merupakan
gabungan dari beberapa mata pelajaran yang relevan dengan kompetensi di SD. Kita ambil
contoh, dalam pelajaran kelas I SD ada 8 tematik, yakni diriku; kegemaranku; kegiatanku;
keluargaku; pengalamanku; lingkungan bersih, sehat, dan asri; benda, binatang, dan tanaman di
sekitarku;serta peristiwa alam. Ditambah lagi dengan pendidikan agama dan budi pekerti.
Dalam Kurikulum 2013 ini, siswa diarahkan untuk mampu mengeksplor dirinya sendiri
menuju arah perkembangan. Siswa tidak lagi belajar IPA, Bahasa Indonesia, Matematika, atau
mata pelajaran lainnya. Akan tetapi, siswa belajar tema yang didalam tema itu sudah mencakup
seluruh mata pelajaran dan kompetensinya. Dengan kata lain, tidak ada pemisahan antar mata
pelajaran. Eksplorasi pada pelajaran sistem tematik ini bertujuan agar peserta didik/siswa mampu
lebih baik dalam melakukan observasi, bertanya, bernalar, dan mengkomunikasikan
(mempresentasikan), apa yang mereka peroleh atau mereka ketahui setelah menerima materi
pembelajaran. Lantas untuk menjembatani hal tersebut, obyek yang menjadi pembelajaran dalam
penataan dan penyempurnaan Kurikulum 2013 menekankan pada fenomena alam, sosial, seni,
dan budaya.
Siswa diarahkan untuk memiliki kompetensi sikap, ketrampilan, dan pengetahuan jauh
lebih baik. Tujuan lainnya, agar siswa/peserta didik tidak menjadi sosok yang asal menerima
atau belajar untuk hafal. Ia diaharapkan lebih kreatif, inovatif, dan lebih produktif. Konsep
menjadi diri sendiri dengan mengembangkan aspek kognitif, apektif, dan psikomotorik pada diri
mereka dapat lebih digali. Diharapkan nantinya siswa/peserta didi mampu menghadapi berbagai
persoalan dan tantangan di zamannya. Tentunya hal ini dengan acuan mampu berkancah pada
tantangan global yang berakar pada lokaliras. Dalam sistem tematik integratif ini, indikator mata
pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dan Ilmu Pengetahuan Sosial akan muncul di kelas IV, V, dan
VI SD. Untuk mata pelajaran IPA dan IPS di SD tidak diajarkan secara terpisah, tetapi
indikatornya dibuat muncul atau diperjelas sejak kelas IV SD.

B. Rasional Pembelajaran Tematik Terpadu


Kusnandar (dalam Abdul Majid (2014:79) menyatakan bahwa peningkatan mutu
pembelajaran di sekolah akan selalu mendapatkan perbaikan-perbaikan secara berkelanjutan.
Perbaikan dan penyempuranaan pembelajaran di sekolah itu dilakukan melalui perubahan
kurikulum sekolah oleh pemerintah. Kurikulum itu memang bersifat dinamis, harus selalu
menyesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan. Di samping itu, melalui berbagai
observasi dan evaluasi pendidikan, masukan dari pakar pendidik serta masukan dari masyarakat
yang peduli pendidikan, pemerintah berusaha untuk memperbaiki kurikulum yang mereka
pandang perlu untuk diadakan perbaikan dan penyempurnaan. Meskipun masyrakat banyak yang
mengasumsikan bahwa setiap ganti menteri mesti ganti kurikulum, sebagai seorang guru yang
profesional sudah seharusnya cepat merespons perubahan kurikulum. Perubahan kurikulum yang
terjadi merupakan hal yang biasa dan merupakan suatu keniscayaan dalam rangka mengikuti
perkembangan masyarakat yang begitu cepat.
Pemerintah (Kemdikbud) mulai tahun ajaran baru (2013) akan menerapkan kurikulum
baru di semua jenjang pendidikan sekolah. Dari jenjang sekolah tingkat SD/MI, SMP/MTs,
SMA/MA/SMK mulai tahun ajaran 2013-2014, akan menerapkan kurikulum baru, terutama di
sekolah jenjang SD/MI akan mendapatkan porsi perubahan yang cukup banyak. Salah satu ciri
kurikulum tahun 2013 adalah bersifat tematik integrative pada level pendidikan dasar (SD).
Abdul Majid (2014: 95) menyatakan bahwa pada dasarnya bagi siswa, keterpaduan
pemahaman selalu berlangsung baik secara vertical maupun secara horizontal. Keterpaduan yang
bersifat vertical berlangsung mulai materi pelajaran kelas 1 sampai dengan materi kelas 6, dan
bahkan keterpaduan pemahaman berlangsung mulai TK sampai ke jenjang pendidikan yang lebih
tinggi, seperti sekolah lanjutan. Pemahaman pada topic/konsep kelas 2, dan begitu seharusnya.
Dengan demikian, pemahaman konsep selalu bersinergi melalui keterpaduan pemahaman.

Keterpaduan pemahaman secara horizontal merupakan keterpaduan tentang keluasan dan


kedalaman materi pembelajaran dalam satu mata pelajaran. Ketika mata pelajaran disajikan guru
dan dipahami siswa secara terpisah., diharapkan supaya dampak keterpaduan pemahaman
kumulatif ini akan berkembang menjadi dasar pemahaman topic/konsep yang terkait pada masa
mendatang.
Dalam pelaksanaan kegiatannya hanya mempelajari materi yang berhubungan dengan
mata pelajaran itu. Sesuai dengan tahapan perkembangan anak yang masih melihat segala
sesuatu sebagai suatu keutuhan (berpikir holistik), pembelajaran yang menyajikan mata pelajaran
secara terpisah akan menyebabkan kurang mengembangkan anak untuk berpikir holistik dan
membuat kesulitan bagi peserta didik.
Jadi, dengan adanya pemaduan itu, siswa akan memperoleh pengetahuan dan ketrampilan
secara utuh sehingga pembelajaran menjadi bermakna bagi siswa. Bermakna disini memberikan
makna bahwa pada pembelajaran terpadu siswa akan dapat memahami konsep-konsep yang
mereka pelajari melalui pengalaman langsung dan nyata yang menghubungkan antar konsep
dalam intra mata pelajaran maupun antar mata pelajaran.

C. Konsep-konsep Pembelajaran Tematik Terpadu


Menurut Goys Keraf (2001:107) kata tema berasal dari kata Yunani tithenai yang berarti
”menempatkan” atau ”meletakkan” dan kemudian kata itu mengalami perkembangan sehingga
kata tithenai berubah menjadi tema. Menurut arti katanya, tema berarti ”sesuatu yang telah
diuraikan” atau ”sesuatu yang telah ditempatkan”
Pengertian secara luas, tema merupakan alat atau wadah untuk mengenalkan berbagai
konsep kepada anak didik secara utuh. Dalam pembelajaran, tema diberikan dengan maksud
menyatukan isi kurikulum dalam satu kesatuan yang utuh, memperkaya perbendaharaan bahasa
anak didik dan membuat pembelajaran lebih bermakna. Penggunaan tema dimaksudkan agar
anak mampu mengenal berbagai konsep secara mudah dan jelas. Pembelajaran tematik
merupakan suatu strategi pembelajaran yang meliibatkan beberpa mata pelajaran untuk
memberikan pengalaman yang bermakna kepada siswa. Keterpaduan pembelajaran ini dapaat
dilihat dari aspek proses atau waktu, aspek kurikulum, dan aspek belajar-mengajar. Jadi
pembelajaran tematik adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan tema sebagai pemersatu
materi dalam beberapa mata pelajaran sekaligus dalam satu kali pertemuan..
Konsep pembelajaran tematik merupakan pengembangan dari pemikiran dua orang
totkoh pendidikan yakni Jacob tahun 1989 dengan konsep pembelajaran interdisipliner dan
Fogarty pada tahun 1991 dengan konsep pembelajaran terpadu. Pembelajaran tematik merupan
suatu
pendekatan dalam pembelajaran yang secara sengaja mengaitkan beberapa aspek baik
dalam intra mata pelajaran maupun antar mata pelajaran. Dengan adanya pemaduan itu peserta
didik akan memperoleh pengetahuan dan keterampilan secara utuh sehingga pembelajaran jadi
bermakna bagi peserta didik.
Bermakna disini memberikan arti bahwa pada pembelajaran tematik peserta didik akan
dapat memahami konsep-konsep yang mereka pelajari melalui pengalaman lansung dan nyata
yang menghubungkan antar konsep-konsep dalam intra maupun antar mata pelajaran. Jika
dibandingkan dengan pendekatan konvensional, maka pembelajaran tematik tampak lebih
menekankan pada keterlibatan peserta didik dalam proses pembelajaran, sehingga peserta didik
aktif terlibat dalam proses pembelajaran untuk pembuatan keputusan.
BNSP (2006:35) menyatakan bahwa pengalaman belajar peserta didik menempati posisi
penting dalam usaha meningkatkan kualitas lulusan. Untuk itu pendidik dituntut harus
mampu merancang dan melaksanakan pengalaman belajar dengan tepat. Setiap peserta didik
memerlukan bekal pengetahuan dan kecakapan agar dapat hidup dimasyarakat, dan bekal ini
diharapkan diperoleh melalui pengalaman belajar disekolah. Oleh sebab itu pengalam belajar di
sekolah sedapat mungkin memberikan bekal bagi peserta didik dalam mencapai kecakapan untuk
berkarya. Kecakapan ini disebut dengan kecapan hidup yang cakupannya lebih luas dibanding
hanya sekedar keterampilan.
Menurut Abdul Majid (2014:85-87) pengertian pembelajaran tematik dapat dijelaskan
sebagai berikut:
1. Pembelajaran yang berangkat dari suatu tema tertentu sebagai pusat yang digunakan
untuk memahami gejala-gejala, dan konsep-konsep, baik yang berasal dari bidang studi
yang bersangkutan maupun dari bidang studi lainnya.
2. Suatu pendekatan pembelajaran yang menghubungkan berbagai bidang studi yang
mencerminkan dunia riil di sekeliling dan dalam rentang kemampuan dan perkembangan
anak.
3. Suatu cara untuk mengembangkan pengetahuan dan keterampilan anak secara simultan.
4. Menggabungkan suatu konsep dalam beberapa bidang studi yang berbeda dengan
harapan anak akan belajar lebih baik dan bermakna.
Menurut Depdikbud (dalam Abdul Majid (2014:85) menyatakan bahwa pengembangan
pembelajaran terpadu di sekolah dasar didasari beberapa hal, yaitu:
1. Sesuai dengan penghayatan dunia kehidupan anak yang bersifat holistik.
2. Sesuai dengan potensi pengaitan mata pelajaran di sekolah dasar sehingga mampu
membuahkan penguasaan isi pembelajaran secara utuh.
3. Idealisasi pelaksanaan kurikulum yang selayaknya dikembangkan secara integratif.

Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran tematik adalah


pembelajaran yang dirancang berdasarkan tema-tema tertentu yang dalam pembahasannya tema
itu ditinjau dari berbagai mata pelajaran. Sebagai contoh, tema “keluarga” dapat ditinjau dari
mata pelajaran pkn, bahasa, matenatika. Lebih luas lagi, tema itu dapat ditinjau dari bidang studi
lain.
Jadi, pembelajara terpadu sebagai suatu konsep dapat dikatakan sebagai suatu pendekatan
belajar mengajar yang melibatkan beberapa bidang studi untuk memberikan pengalaman
bermakna pada anak didik. Dikatakan bermakna karena dalam pengajaran terpadu, anak akan
memahami konsep-konsep yang mereka pelajari itu melalui pengamatan langsung dan
menghubungkan dengan konseplain yang mereka pahami.

D. Karakteristik Pembelajaran Tematik Terpadu di SD


Abdul Majid (2014:89-91) menyatakan bahwa sebagai suatu model pembelajaran di
sekolah dasar, pembelajaran tematik memiliki karakteristik-karakteristik sebagai berikut.
1. Berpusat pada siswa
Pembelajaran tematik berpusat pada siswa (student centered). Hal ini sesuai dengan
pendekatan belajar modern yang lebih banyak menempatkan siswa sebagai subyek belajar,
sedangkan guru lebih banyak berperan sebagai fasilitator,yaitu memberikan kemudahan-
kemudahan kepada siswa untukmelakukan aktifitas belajar.

2. Memberikan pengalaman langsung


Pembelajaran tematik dapat memberikan pengalaman langsung kepada siswa
(direct experiences). Dengan pengalaman langsung ini,siswa di hadapkan pada sesuatu yang
nyata (konkret) sebagai asar untuk memahami hal-hal yang lebih abstrak.
3. Pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas
Dalam pelajaran tematik, pemisahan antar mata pelajaran menjadi tidak begitu jelas.
Fokus pembelajaran di arahkan kepada pembahasan tema-tema yang paling dekat berkaitan
dengan kehidupan siswa.
4. Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran
Pembelajaran tematik menyajikan konsep –konsep dari berbagai mata pelajaran dalam
suatu proses pembelajaran. Dengan demikian siswa mampu memahami konsep-konsep tersebut
secara utuh. Hal ini di perlukan untuk membantu siswa dalam memecahkan masalah-masalah
yang di hadapi dalam kehidupan sehari – hari .
5. Bersifat fleksibel
Pembelajaran tematik bersifat luwes (fleksibel) dimana guru dapat mengaitkan bahan ajar
dari satumata pelajaran dengan mata pelajaran yang laennya.
6. Menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan.
Sedangkan menurut Depdikbud (dalam Trianto (2010:61-63)), pembelajaran terpadu
sebagai suatu proses mempunyai beberapa karakteristik atau ciri-ciri, yaitu :holistic, bermakna,
otentik, dan aktif.
1. Holistik
Suatu gejala taua fenomena yang menjadi pusat perhatian dalam pembelajaran terpadu
diamati dan dikaji dari beberapa bidang kajian sekaligus, tidak dari sudut pandang yang
terkotak-kotak
Pembelajran terpadu memungkinkan siswa untuk memahami suatu fenomena dari segal
sisi. Pada gilirannya nanti hal ini kan membuat siswa menjadi lebih baik dan bijak didalam
menyikapi atau menghadapi kejadian yang ada di depan mereka.
2. Bermakna
Pengkajian suatu fenomena dari berbagai macam aspek seperti yang dijelaskan di atas,
memungkinkan terbentuknya semacam jalinan antar konsep-konsep yang berhubungan yang
disebut schemata. Hal ini kan berdampak pada kebermaknaan dari materi yang di pelajari.

Rujukan yang nyata dari segala konsep yang diperoleh, dan keterkaitanya dengan konsep-
konsep lainya akan menambah kebermaknaan konsep yang dipelajari. Selanjutnya ini akan
mengakibatkan pembelajaran yang fungsional. Siswa mampu menerapkan perolehan belajarnya
untuk memecahkan masalah-masalah yang muncul di dalam kehidupan.

3. Otentik

Pembelajaran terpadu memungkinkan siswa memahami secara langsung prinsip dan


konsep yang ingin dipelajarinya melalui kegiatan secara langsung. Mereka memahami dari hasil
belajarnya sendiri, bukan sekedar pemberitahuan guru. Informasi dan pengetahuan yang
diperoleh sifatnya jadi lebih otentik. Misalnya hukum pemantulan cahaya diperoleh siswa
melalui kegiatan eksperimen. Guru lebih banyak bersifat sebagai fasilitator dan katalisator,
sedangkan siswa bertindak sebagai aktor pencari informasi dan pengetahuan. Guru memberikan
bimbingan kearah mana yang dilalui dan memberikan fasilitas seoptimal mungkin untuk
mencapai tujuan tersebut.

4. Aktif

Pembelajaran terpadu menekankan keaktifan siswa dalam pembelajaran baik secar fisik,
mental, intelektual, maupun emosional guna tercapai hasil belajar yang optimal dengan
mempertimbangkan hasrat, minat, dan kemampuan siswa sehingga mereka termotovasi untuk
terus menerus belajar. Dengan demikian pembelajaran terpadu bukan semata-mata merangrang
aktivitas-aktivitas dari masing-masing mata pelajaran yang saling terkait. Pembelajaran terpadu
bisa saja dikembangkan dari suatu tema yang disepakati bersama dengan melirik aspek-aspek
kurikulum yang bisa dipelajari secara bersama melalui pengembangan tema tersebut.
Sedangkan menurut Kemendikbud (dalam Asep (2013;253-255)) ciri khas dari
pembelajaran tematik antara lain :

1. Pengalaman dan kegiatan belajar sangat relevan dengan tingkat perkembangan dan
kebutuhan anak usia Sekolah Dasar
2. Kegiatan-kegiatan yang dipilih dalam pelaksanaan pembelajaran tematik bertolak dari
minat dan kebutuhan siswa.
3. Hasil pembeljaaran sesuai dengan minta dan kebutuhan siswa
Siswa bisa mendalami pokok bahasan tertentu dalam sebuah tema sesuai minat dan
kebutuhannya tanpa harus mengganggu atau menghalangi minat dan kebutuhan siswa
yang lainnya
4. Menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan
Pembelajaran tematik memungkinkan siswa pada konteks belajar yang tidak
terstruktur secara ketat, sehingga mereka dapat melakukan tugas-tugas dalam
pembelajaran sambil melakukan interaksi social dan budaya dana ada di
lingkungannya.

Jadi, dapat disimpulkan karaktaeristik pembelajaran tematik yaitu, berpusat pada


siswa, memberikan pengalaman langsung, pemisahan mata pelajaran tidak begitu
jelas,menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran, bersifat fleksibel, menggunakan prinsip
belajar sambil bermain dan menyenangkan, holistic, bermakna, otentik, dan aktif, hasil
pembelajaran sesuai dengan minta dan kebutuhan siswa.

E. Tujuan Pelaksanaan Pembelajaran Tematik Terpadu


Pembelajaran tematik terpadu merupakan pembelajaran yang diterapkan pada kurikulum
2013. Tematik terpadu memiliki beberapa tujuan, Kemendikbud (2013: 193) tujuan tematik
terpadu sebagai berikut:
a) Mudah memusatkan perhatian pada satu tema atau topic tertentu
b) Mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai kompetensi mata pelajaran
dan tema yang sama
c) Memiliki pemahaman terhadap materi pelajaran yang lebih mendalam dan berkesan
d) Mengembangkan kompetensi berbahasa lebih baik dengan mengaitkan berbagai mata
pelajaran lain dengan pengalaman pribadi siswa
e) Lebih bergairah belajar karena mereka dapat belajar dalam situasi nyata
f) Lebih merasakan manfaat dan makna belajar karena materi yang disajikan dalam
konteks yang jelas
g) Guru dapat menghemat waktu, karena mata pelajaran yang disajikan secara terpadu
dapat dipersiapkan sekaligus dan di berikan dalam 2 atau 3 pertemuan bahkan lebih
dari satu pengayaan
h) Budi pekerti dan moral siswa dapat ditumbuh kembangkan dengan mengangkat
sejumlah nilai budi pekerti sesuai dengan situasi dan kondisi
DAFTAR RUJUKAN

Majid, Abdul.2014.Pembelajaran Teatik Terpadu. Bandung:Remaja Rosdakarya

Trianto.2014.Model Pembelajaran Terpadu:Konsep,Strategi dan Implementasinya dalam KTSP.


Jakarta: Bumi Aksara

Anda mungkin juga menyukai