Anda di halaman 1dari 11

Revisi Tugas 6 Kania

Maulina

17 Bb 05

JENIS-JENIS PENELITIAN BERDASARKAN TUJUANNYA

Adapun beberapa jenis-jenis penelitian berdasarkan tujuannya menurut Sugiyono (2009)


adalah sebagai berikut:

1. Penelitian Murni/ Penelitian Dasar/ Kualitatif


Penelitian dasar yang sering disebut sebagai basic research atau pure research
dilakukan untuk memperluas batas-batas ilmu pengetahuan. Penelitian dasar ini tidak ditujukan
secara langsung untuk mendapatkan pemecahan dari suatu permasalahan khusus. Penelitian
dasar dilakukan untuk memverifikasi teori yang sudah ada atau mengetahui lebih jauh tentang
sebuah konsep. Hal pertama yang harus dilakukan dalam penelitian dasar adalah pengujian
konsep atau hipotesis awal dan kemudian pembuatan kajian lebih dalam serta kesimpulan
tentang fenomena yang diamati (Wibisono, 2002). Sudjana (2009) menyatakan bahwa
penelitian dasar (basic research) disebut juga penelitian murni (pure research) atau penelitian
pokok (fundamental research), diarahkan untuk pengujian teori dengan sedikit atau tanpa
menghubungkan hasilnya untuk kepentingan pratik, penelitian ini memberikan pengaruh besar
terhadap pengembangan dan pengujian teori-teori.
Tujuan penelitian dasar adalah untuk menambah pengetahuan dengan prinsip-prinsip
dasar, hukum-hukum ilmiah, serta untuk meningkatkan pencarian dan metodologi ilmiah
(Sukmadinata, 2005). Gay (dalam Sugiyono, 2009) menyatakan bahwa penelitian dasar
bertujuan untuk mengembangkan teori dan tidak memperhatikan kegunaan yang langsung
bersifat praktis. Senada dengan pendapat tersebut, Suriasumantri (dalam Sugiyono, 2009)
berpendapat bahwa penelitian dasar atau murni adalah  penelitian yang bertujuan  menemukan
pengetahuan baru yang sebelumnya belum pernah diketahui. 
Adapun menurut Sudjana (2009) tujuan dari penelitian murni atau dasar adalah sebagai
berikut yaitu:
a. Menambah pengetahuan kita dengan prinsip-prinsip dasar dan hukum-hukum ilmiah.
b. Meningkatkan pencarian metodologi ilmiah.
c. Penelitian dasar bertujuan untuk mengembangkan teori.
d. Penelitian dasar tidak memperhatikan kegunaan yang langsung bersifat praktis.
Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa penelitian murni atau dasar
adalah penelitian yang dilakukan hanya untuk memahami masalah, tanpa menerapkan hasilnya.
Penelitian kualitaif merupakan penelitian yang digunakan untuk menyelidiki kualitas
atau keistimewaan dari pengaruh sosial yang tidak dapat dijelaskan, diukur atau digambarkan
melalui pendekatan kuantitaif (Saryono, 2010). Penelitian kualitatif adalah konstruktivisme
yang berasumsi bahwa kenyataan itu berdimensi jamak, interaktif dan suatu pertukaran
pengalaman sosial yang diinterpretasikan oleh setiap individu (Sukmadinata, 2005). Menurut
Sugiono (2014) penelitian kualitatif adalah penelitian yang berlandaskan pada filsafat
postpositivisme, yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, dimana
peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulaan data dilakukan secara triangulasi
(gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih
menekankan makna dari pada generalisasi.
Tujuan dari penelitian kualitatif menurut Sukmadinata (2005) yaitu:
a. Mendeskripsikan suatu proses kegiatan pendidikan berdasarkan apa yang terjadi di
lapangan sebagai bahan kajian lebih lanjut untuk menemukan kekurangan dan kelemahan
pendidikan sehingga dapat ditentukan upaya penyempurnaannya.
b. Menganalisis dan menafsirkan suatu fakta, gejala dan peristiwa pendidikan yang terjadi di
lapangan sebagaimana adanya dalam konteks ruang dan waktu serta situasi lingkungan
pendidikan secara alami.
c. Menyusun hipotesis berkenaan dengan konsep dan prinsip pendidikan berdasarkan data dan
informasi yang terjadi di lapangan (induktif) untuk kepentingan pengujian lebih lanjut
melalui pendekatan kuantitatif.

Adapun tujuan dari penelitian kualitatif menurut Sugiyono (2009) antara lain:
a. Menguji hipotesis yang telah disampaikan.
b. Untuk meneliti populasi atau sampel tertentu
c. Untuk mendapatkan data yang akurat, berdasarkan fenomena yang empiris dan dapat di
ukur.
d. Untuk pengujian terhadap keraguan-keraguan tentang validitas pengetahuan, teori dan
produk tertentu.

Sukmadinata (2005) menjelaskan bahwa penelitian kualitatif dimanfaatkan untuk


keperluan sebagai berikut :
a. Pada penelitian awal dimana subjek penelitian tidak didefinisikan secara baik dan kurang
dipahami.
b. Pada upaya pemahaman penelitian perilaku dan penelitian motivasional.
c. Untuk penelitian konsultatif.
d. Memahami isu-isu rumit sesuatu proses dan isu-isu yang sensitif.
e. Memahami isu-isu rinci tentang situasi dan kenyataan yang dihadapi seseorang.
f. Untuk keperluan evaluasi.
g. Untuk meneliti latar belakang fenomena yang tidak dapat diteliti melalui penelitian
kuantitatif.
h. Digunakan untuk meneliti tentang hal-hal yang berkaitan dengan latar belakang subjek
penelitian.
i. Digunakan untuk lebih dapat memahami setiap fenomena yang sampai sekarang belum
banyak diketahui.
j. Digunakan untuk menemukan perspektif baru tentang hal-hal yang sudah banyak
diketahui.
k. Digunakan oleh peneliti bermaksud meneliti sesuatu secara mendalam.
l. Dimanfaat oleh peneliti yang berminat untuk menelaah sesuatu latar belakang misalnya
tentang motivasi, peranan, nilai, sikap, dan persepsi.
m. Digunakan oleh peneliti yang berkeinginan untuk menggunakan hal-hal yang belum
banyak diketahui ilmu pengetahuan.
n. Dimanfaat oleh peneliti yang ingin meneliti sesuatu dari segi prosesnya.

Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa penelitian kualitatif adalah


penelitian yang digunakan untuk menyelidiki kondisi objek yang alamiah dan menemukan,
menggambarkan serta menjelaskan kualitas atau keistimewaan dari pengaruh sosial.

2. Penelitian Terapan/ Kuantitatif


Penelitian terapan dapat diartikan sebagai studi sistematik dengan tujuan menghasilkan
tindakan aplikatif yang dapat dipraktekan dalam pemecahan masalah tertentu. Hasil penelitian
terapan tidak perlu dijadikan sebagai suatu penemuan baru tetapi merupakan aplikasi baru dari
penelitian yang sudah ada (Nazir, 1985). Penelitian terapan (applied research) berkenaan
dengan kenyataan praktis, penerapan dan pengembangan pengetahuan yang dihasilkan oleh
penelitian dasar dalam kehidupan nyata. Penelitian terapan biasanya dilakukan untuk
memecahkan masalah yang ada sehingga hasil penelitian harus segera dapat diaplikasikan.
Penelitian terapan dilakukan dengan tujuan menerapkan, menguji dan mengevaluasi
kemampuan suatu teori yang diterapkan dalam memecahkan masalah-masalah (Sudjana, 2009).
Penelitian terapan berfungsi untuk mencari solusi tentang masalah-masalah tertentu.
Tujuan utama penelitian terapan adalah pemecahan masalah sehingga hasil penelitian dapat
dimanfaatkan untuk kepentingan manusia baik secara individu atau kelompok maupun untuk
kepentingan berbagai bidang ilmu lainnya (Sukardi, 2003). Gay (dalam Sugiyono, 2009)
berpendapat bahwa penelitian terapan adalah penelitian yang dilakukan untuk menerapkan,
menguji dan mengevaluasi kemampuan suatu teori yang diterapkan dalam memecahkan
masalah-masalah praktis. Selain itu, Suriasumantri (dalam Sugiyono, 2009) menyatakan bahwa
penelitian terapan bertujuan untuk memecahkan masalah-masalah kehidupan praktis. Sehingga,
hubungan penelitian murni dan penelitian terapan sangat erat, karena penelitian murni/dasar
berkenaan dengan penemuan dan pengembangan ilmu, setelah ilmu tersebut digunakan untuk
memecahkan masalah, maka penelitian tersebut akan menjadi penelitian terapan.
Kasiram (2008) mendifinisikan penelitian kuantitatif adalah suatu proses menemukan
pengetahuan dengan menggunakan data berupa angka sebagai alat menganalisis keterangan
mengenai apa yang ingin diketahui.
Menurut Sugiyono (2009) metode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode
penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi
atau sampel tertentu.
Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa penelitian terapan adalah
penelitian yang dilakukan untuk mencari solusi tentang masalah-masalah tertentu yang
berkenaan dengan kenyataan praktis, penerapan dan pengembangan pengetahuan yang
dihasilkan oleh penelitian dasar dalam kehidupan nyata dan Hasilnya tidak perlu dijadikan
sebagai suatu penemuan baru tetapi merupakan aplikasi baru dari penelitian yang sudah ada.
Dan penelitian kuantitatif adalah proses penelitian yang menggunakan data berupa angka untuk
menganalisis keterangan yang diketahui.

3. Penelitian Evaluasi/ Pengembangan

Penelitian evaluasi yaitu suatu proses yang dilakukan dalam rangka menentukan
kebijakan dengan mempertimbangkan nilai-nilai positif dan keuntungan suatu program, serta
mempertimbangkan hal-hal lainnya yang berkaitan dengan proses penelitian (Arikunto, 2007).

Penelitian evaluatif pada dasarnya merupakan bagian dari penelitian terapan namun
tujuannya dapat dibedakan dari penelitian terapan. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengukur
keberhasilan suatu program, produk atau kegiatan tertentu (Danim, 2000). Penelitian ini
diarahkan untuk menilai keberhasilan, manfaat, kegunaan, sumbangan dan kelayakan suatu
program kegiatan dari suatu unit/ lembaga tertentu. Penelitian evaluatif dapat menambah
pengetahuan tentang kegiatan dan dapat mendorong penelitian atau pengembangan lebih lanjut,
serta membantu para pimpinan untuk menentukan kebijakan (Sukmadinata, 2005).

Menurut Arikunto (2007) penelitian evaluatif harus memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a. Proses kegiatan penelitian tidak menyimpang dari kaidah-kaidah yang berlaku bagi
penelitian ilmiah pada umumnya.
b. Dalam melaksanakan evaluasi, peneliti berpikir sistemik yaitu memandang program yang
diteliti sebagai sebuah kesatuan yang terdiri dan beberapa komponen atau unsur yang
saling berkaitan antara satu sama lain dalam menunjang keberhasilan kinerja dan objek
yang dievaluasi.
c. Agar dapat mengetahui secara rinci kondisi dan objek yang dievaluasi, perlu adanya
identifikasi komponen yang berkedudukan sebagai faktor penentu bagi keberhasilan
program.
d. Menggunakan standar, kriteria, dan tolok ukur yang jelas untuk setiap indikator yang
dievaluasi agar dapat diketahui dengan cermat keunggulan dan kelemahan program.
e. Agar informasi yang diperoleh dapat menggambarkan kondisi nyata secara rinci untuk
mengetahui bagian mana dari program yang belum terlaksana, perlu ada identifikasi
komponen yang dilanjutkan dengan identifikasi sub komponen, dan sampai pada indikator
dan program yang dievaluasi.
f. Dari hasil penelitian harus dapat disusun sebuah rekomendasi secara rinci dan akurat
sehingga dapat ditentukan tindak lanjut secara tepat.
g. Kesimpulan atau hasil penelitian digunakan sebagai masukan/rekomendasi bagi kebijakan
atau rencana program yang telah ditentukan. Dengan kata lain, dalam melakukan kegiatan
evaluasi program, peneliti harus berkiblat pada tujuan program kegiatan sebagai standar,
kriteria, atau tolak ukur.

Menurut Sukmadinata (2009) tujuan penelitian evaluative adalah:


a. Membantu perencanaan pelaksanaan program
b. Membantu penentuan keputusan penyempurnaan atau perubahan program
c. Membantu penentuan keputusan keberlanjutan atau penghentian program
d. Menentukan fakta-fakta pendukung atau penolak terhadap suatu program
e. Memberikan sumbangan dalam pemahaman proses psikologis, social dan politik dalam
pelaksanaan program serta factor yang mempengaruhinya
f. Menilai hubungan antar variable melalui pengujian maupun melalui analisis
Jadi penelitian evaluasi/pengembangan adalah penelitian yang dilakukan untuk
menentukan kebijakan dengan mempertimbangkan berbagai hal yang berkaitan dengan proses
penelitian yang tujuan utamanya adalah sebagai penyedia informasi berkaitan dengan program-
program pendidikan yang telah dilaksanan.

4. PTK
Pada awalnya PTK dilakukan dengan tujuan untuk mencari solusi terhadap masalah
sosial yang berkembang dalam masyarakat pada saat itu. PTK dilakukan dengan diawali oleh
suatu kajian terhadap masalah tersebut secara sistematik, kemudian hasil kajian itu dijadikan
dasar untuk mengatasi masalah tersebut (Sunendar, 2008). Sunendar (2008) menyebutkan
bahwa PTK pertama kali diperkenalkan oleh seorang ahli psikologi sosial Amerika yang
bernama Kurt Lewin pada tahun 1946. Inti gagasan Lewin inilah kemudian dikembangkan oleh
ahli-ahli lain seperti Stephen Kemmis, Robin Mc Taggart, John Elliot, dan Dave Ebbutt. Pada
awalnya, penelitian tindakan menjadi salah satu model penelitian yang dilakukan pada bidang
pekerjaan tertentu, dimana peneliti melakukan pekerjaannya, baik di bidang pendidikan,
kesehatan, maupun pengelolaan sumberdaya manusia. Salah satu contoh pekerjaan utama
dalam bidang pendidikan ialah mengajar di kelas, menangani bimbingan dan konseling, dan
mengelola sekolah. Dengan demikian, yang menjadi subjek penelitian adalah situasi di kelas
atau individu siswa dalam kelas. Para guru dapat melakukan kegiatan penelitiannya tanpa harus
pergi ke tempat lain seperti para peneliti konvensional pada umumnya.
Elliot (dalam Sulipan, 2008) menyatakan bahwa PTK adalah kajian tentang situasi sosial
untuk meningkatkan kualitas tindakan di dalamnya. Pendapat yang hampir senada
dikemukakan oleh Kemmis dan Mc Taggart (1988) yang mengatakan bahwa PTK adalah suatu
bentuk refleksi diri secara kolektif yang dilakukan oleh peserta-pesertanya dalam situasi sosial
untuk meningkatkan penalaran dan keadilan praktik-praktik tertentu maupun terhadap situasi
tempat dilakukan praktik-praktik tersebut. Adapun Mils (2000) mendefinisikan penelitian
tindakan sebagai “systematic inquiry” yang dilakukan oleh guru, kepala sekolah, atau konselor
sekolah untuk mengumpulkan informasi tentang berbagai praktik yang dilakukannya. Informasi
ini digunakan untuk meningkatkan persepsi serta mengembangkan “reflective practice” yang
berdampak positif dalam berbagai praktik persekolahan, termasuk memperbaiki hasil belajar
siswa. Sedangkan Menurut Wardhani dan Kuswaya (2013) PTK adalah penelitian yang
dilakukan oleh guru didalam kelasnya sendirimelalui refleksi diri, dengan tujuan untuk
memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa menjadi meningkat.
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa PTK adalah penelitian
yang dilakukan dalam rangka agar seorang guru bersedia untuk mengintrospeksi, bercermin,
merefleksi, atau mengevaluasi dirinya sendiri sehingga kemampuannya sebagai guru bisa
ditingkatkan.

Ditinjau dari karakteristiknya, Sunendar (2008) menyatakan bahwa PTK setidak-


tidaknya memiliki ciri-ciri (1) didasarkan pada masalah yang dihadapi oleh guru dalam
pembelajaran, (2) adanya kolaborasi dalam melaksanakannya, (3) peneliti sekaligus sebagai
praktisi yang melakukan refleksi, (4) bertujuan untuk memperbaiki dan atau meningkatkan
kualitas praktik pembelajaran, dan (5) dilaksanakan dalam serangkaian langkah dengan
beberapa siklus. Sulipan (2008) mencatat ada tujuh ciri PTK yaitu (1) didasarkan atas masalah
yang dihadapi guru dalam pembelajaran, (2) dilakukan secara kolaboratif melalui kerjasama
dengan pihak lain, (3) peneliti sekaligus sebagai praktisi yang melakukan refleksi, (4)
bertujuan memecahkan masalah atau meningkatkan mutu pembelajaran, (5) dilaksanakan
dalam serangkaian langkah yang terdiri dari beberapa siklus, (6) yang diteliti adalah tindakan
yang dilakukan; meliputi: efektivitas metode, teknik atau proses pembelajaran, termasuk:
perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian, dan (7) tindakan yang dilakukan adalah tindakan
yang diberikan oleh guru kepada peserta didik. Adapun Winter (dalam Suwarsih Madya, 2008)
mengidentifikasi ciri-ciri PTK ada enam yakni (1) kritik-reflektif, (2) kritik-dialektik, (3)
kolaboratif, (4) risiko, (5) susunan jamak, dan (6) internalisasi antara teori dan praktik. Untuk
lebih jelasnya, berikut ini dikemukakan secara singkat karakteristik PTK tersebut.

Kunandar (2008) menyatakan bahwa tujuan dari PTK adalah sebagai berikut:
a. Untuk memecahkan permasalahan nyata yang terjadi di dalam kelas yang dipahami
langsung dalam interaksi antara guru dengan siswa yang sedang belajar, meningkatkan
profesinalisme guru, dan menumbuhkan budaya akademik dikalangan guru.
b. Peningkatan kualitas praktik pembelajaran dikelas secara terus-menerus mengingat
masyarakat berkembang secara cepat.
c. Peningkatan relevansi pendidikan, hal ini mulai dicapai melalui peningkatan proses
pembelajaran.
d. Sebagai alat training in service, yang memperlengkapi guru dengan skill dan metode baru,
mempertajamkekuatan analitisnya dan mempertinggi kesadaran dirinya.
e. Sebagai alat untuk lebih inovatif terhadap pembelajaran.
f. Peningkatan mutu hasilpendidikan melalui perbaikan praktik pembelajaran di kelas dengan
mengembangkan berbagai jenis keterampilan dan meningkatkan motivasi belajar siswa.
g. Meningkatkan sifat profesional pendidik dan tenaga kependidikan.
h. Menumbuh kembangkan budaya akademik dilingkungan akademik.
i. Peningkatan efisiensi pengelolaan pendidikan, peningkatan dan perbaikan proses
pembelajaran disamping untuk meningkatkan relevansi dan mutu hasil pendidikan juga
untuk meningkatkan efisiensi pemanfaatan sumber-sumber daya yang terintegrasi di
dalamnya

Selanjutnya Mulyasa (2012) mengemukakan tujuan penelitian tindak kelas sebagai


berikut:
a. Memperbaiki dan meningkatkan kondisi-kondisi belajar serta kualitas pembelajaran
b. Meningkatkan layanan professional dalam konteks pembelajaran, khususnya layanan
kepada peserta didik sehingga tercipta layanan prima
c. Memberi kesempatan guru berimprovisasi dalam melakukan tindakan pembelajaran yang
direncanakan secara tepat waktu dan sasarannya.
d. Memberikan kesempatan kepada guru mengadakan pengkajian secara bertahap terhadap
kegiatan pembelajaran yang dilakukan sehingga tercipta perbaikan yang
berkesinambungan
e. Membiasakan guru mengembangkan sikap ilmiah, terbuka, dan jujur dalam pembelajaran.

Menurut Chein (dalam Suwarsih, 2008) dan Sulipan (2008) ada empat jenis PTK, yaitu
sebagai berikut:
a. PTK diagnostik adalah penelitian tindakan yang dirancang untuk menuntun peneliti ke
arah suatu tindakan tertentu. Dalam hal ini, peneliti mendiagnosis dan memasuki situasi
yang terdapat dalam latar penelitian. Misalnya, jika peneliti berupaya menangani
perselisihan, pertengkaran, atau konflik yang terjadi antarsiswa yang terdapat dalam suatu
sekolah atau kelas.
b. PTK partisipan. Suatu penelitian tindakan kelas disebut sebagai PTK partisipan apabila
orang yang melakukan penelitian terlibat secara langsung dalam proses penelitian sejak
awal sampai dengan hasil penelitian berupa laporan. Dengan demikian, sejak perencanaan,
peneliti senantiasa terlibat, demikian pula pada saat memantau, mencatat, mengumpulkan
dan menganalisis data, sampai penyusunan laporan.
c. PTK empirik adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dengan cara
merencanakan, mencatat pelaksanaan, dan mengevaluasi pelaksanaan dari luar arena kelas;
jadi dalam penelitian jenis ini, peneliti harus berkolaborasi dengan guru yang
melaksanakan tindakan dalam kelas.
d. PTK eksperimental. Suatu PTK dikategorikan sebagai PTK eksperimental jika PTK
dilaksanakan dengan cara menerapkan berbagai teknik, metode, dan atau strategi dalam
proses pembelajaran secara efektif dan efisien. Dalam kaitannya dengan proses
pembelajaran, teknik dan atau strategi yang diterapkan dimungkinkan terdapat lebih dari
satu strategi atau teknik yang dipilih untuk mencapai tujuan pembelajaran. Melalui PTK
eksperimen, diharapkan peneliti dapat menentukan cara atau strategi mana yang paling
efektif dalam rangka pencapaian tujuan pembelajaran.

Menurut Sulipan (2008) objek yang dapat diteliti melalui PTK dapat dikelompokkan
menjadi sejumlah unsur yakni (1) unsur siswa, (2) unsur guru, (3) unsur materi pembelajaran,
(4) unsur peralatan atau sarana pembelajaran, (5) unsur hasil pembelajaran, (6) unsur
lingkungan, dan (7) unsur pengelolaan.
Mundilarto (2004) menyarankan langkah-langkah dalam perencanaan PTK meliputi (1)
mengidentifikasi dan merumuskan masalah, (2) menganalisis masalah, (3) merumuskan
hipotesis tindakan, (4) membuat rencana tindakan dan pemantauannya, (5) melaksanakan
tindakan dan mengamatinya, (6) mengolah dan menafsirkan data, dan (7) melaporkan.
DAFTAR RUJUKAN

Arikunto, S. 2007. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta.

Danim, S. 2000. Menjadi Peneliti Kualitatif. Bandung: Pustaka Setia.

Kasiram, M. 2008. Metodologi Penelitian. Malang: UIN-Malang Pers. Kunandar.

Kunandar. 2008. Langkah Mudah Penelitian Tindak Kelas sebagai Pengembangan Profesi Guru.
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

M ills, G. E. 2000. Action Research: a guide for teacher researcher.London: Printice-Hall


International (UK) Limited.

Mc, T. R., & Kemmis, S. 1988. The Action Research. Planner. Victoria: Deakim University.
Margono.

Mulyasa. 2012. Praktek Penelitian Tindakan Kelas. 2012. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Mundilarto, Rustam. 2004. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Direktorat Pembinaan Pendidikan
Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan Tinggi, Ditjendikti, Depdiknas.
Nazir. 1985. Metode Penelitian. Jakarta : Ghalia Indonesia.

Saryono. 2010. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Alfabeta.

Sudjana, N . 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung : PT. Remaja

Sudjana, N. 2006. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif Kualitatif, dan R&D.
Bandung: ALFABETA.
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Penerbit Alfabeta.

Sukardi. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Prakteknya. Jakarta: Bumi
Aksara.

Sukmadinata, N. S. 2005. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Sukmadinata. 2009. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Rosdakarya.

Sulipan. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Tp.

Sunendar, T. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Tp.


Suwarsih, M. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Tp.

Wardhani, I., & Kuswaya, W. 2013. Penelitian Tindakan Kelas. Banten: Universitas Terbuka.

Wibisono. 2000. Metodologi Penelitian. Yogyakarta: BPFE.

Anda mungkin juga menyukai