Tujuan penelitian adalah suatu indikasi ke arah mana penelitian itu dilakukan atau data-data
serta informasi apa yang ingin dicapai dari penelitian itu. Tujuan penelitiandirumuskan dalam
bentuk pernyataan yang konkret, yang dapat diamati dan dapat di ukur. Jadi bukan kalimat
tanya.
Tujuan penelitian ini ada tiga macam. Penelitian pada umumnya bertujuan untuk menemukan
ilmu yang baru, mengembangkan pengetahuan yang sudah ada dan yang terakhir untuk
menguji pengetahuan yang ada.
Sedangkan menurut beberapa ahli mengatakan bahwa tujuan penelitian di bedakan menjadi:
Eksploratif ialah penelitian yang bertujuan untuk menemukan suatu pengetahuan baru yang
belum pernah ada.
Verifikasi yaitu penelitian yang bertujuan untuk menguji suatu teori yang sudah ada.
Sehingga di temukannya suatu hasil penelitian yang dapat menggugurkan atau memperkuat
pengetahuan atau teori yang sudah ada.
Development yaitu penelitian yang memiliki tujuan untuk mengembangkan penelitian yang
sudah ada.
Biasanya juga tujuan penelitian ini dibedakan menjadi dua yaitu tujuan umum dan tujuan
khusus. Tujuan umum adalah tujuan penelitian secara keseluruhan dari yang ingin dicapai
dalam penelitian itu sendiri. Tujuan khusus adalah tujuan yang lebih spesifik. Umumnya
tujuan khusus menggunakan kata-kata operasional sehingga lebih jelas untuk dicapai. Dan
tujuan khusus pada hakikatnya penjabaran dari tujuan umum. Apabila tujuan umum suatu
penelitian tidak bisa atau tidak perlu di spesifikasikan lagi maka tidak perlu adanya tujuan
umum dan tujuan khusus, cukup dibuat tujuan penelitian saja.
1. Penelitian Murni
Penelitian murni, disebut juga penelitian dasar, adalah jenis penelitian yang dilakukan untuk
meningkatkan kemampuan ilmiah atau menemukan bidang penelitian baru tanpa suatu tujuan
praktis tertentu. Artinya penelitian murni dilakukan tujuan untuk pengembangan ilmu
pengetahuan.
Penelitian murni digunakan untuk mengembangkan teori yang sudah ada atau menemukan
teori baru. Meski begitu, bukan tidak mungkin hasil penelitian murni akan digunakan untuk
keperluan praktis dalam jangka waktu yang panjang.
2. Penelitian Terapan
Penelitian terapan adalah jenis penelitian yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan
ilmiah dengan suatu tujuan praktis. Dengan kata lain, hasil dari penelitian terapan akan
langsung digunakan untuk keperluan praktis lain.
Macam-macam penelitian menurut jenis data dan analisisnya dibedakan menjadi 2 (dua),
yakni penelitian kualitatif dan penelitian kuantitatif.
1. Penelitian Kualitatif
Penelitian kualitatif adalah jenis penelitian yang menggunakan data-data kualitatif. Yang
termasuk data kualitatif adalah kalimat, kata, skema, pernyataan, gambar, dan indeks tertentu.
Asalkan bukan angka, maka termasuk data kualitatif.
Umumnya data kualitatif juga berkaitan dengan pendapat responden, seperti setuju atau tidak
setuju terhadap suatu kebijakan, puas atau tidak puas terhadap suatu layanan, atau penilaian
terhadap layanan tertentu, apakah baik atau buruk.
2. Penelitian Kuantitatif
Penelitian kuantitatif adalah jenis penelitian menggunakan data kuantitatif, yakni data yang
berupa angka atau data yang dapat dikonversi menjadi angka. Bisa berupa angka biasa seperti
1, 2, 3 dan seterusnya, atau bisa juga konversi skor untuk kriteria tertentu, misalnya seperti
baik sekali = 5, baik = 4, biasa = 3, buruk = 2, sangat buruk = 1.
Data kuantitatif juga bisa dibedakan menjadi data diskrit (nominal) dan data kontinum. Data
nominal adalah data dalam bentuk kategori atau diskrit, berkebalikan dengan data kontinum.
1. Penelitian Historis
Penelitian historis atau penelitian sejarah adalah jenis penelitian yang berkaitan dengan
analisis yang logis terhadap kejadian-kejadian yang telah terjadi dan berlangsung di masa
lalu. Kegiatan penelitian yang difokuskan untuk menyelidiki, memahami, dan menjelaskan
keadaan yang telah lalu.
2. Penelitian Survei
Penelitian surei adalah jenis penelitian yang dilakukan pada populasi besar atau kecil, tetapi
data yang dipelajari adalah data dari sampel yang diambil dari populasi. Artinya penelitian
dilakukan mengambil sampel tertentu untuk merumuskan keseluruhan populasi penelitian.
Dalam penelitian, pengambilan sampel menjadi poin penting yang harus diperhatikan.
Bagaimana caranya dengan pengambilan sampel pada jumlah tertentu mampu
menggeneralisir dan merumuskan kesimpulan dari keseluruhan populasi yang ingin diteliti.
Penelitian ex post facto adalah salah satu jenis penelitian yang bertujuan untuk meneliti
sebuah peristiwa atau kejadian yang telah terjadi untuk kemudian dapat mengetahui faktor-
faktor penyebab timbulnya kejadian tersebut.
Artinya dalam penelitian dicari apa saja faktor dan variabel yang mungkin dapat
mempengaruhi sebuah kejadian yang telah terjadi dan memiliki dampak signifikan.
4. Penelitian Eksperimen
Penelitian eksperimen adalah jenis penelitian yang bertujuan mencari pengaruh variabel
tertentu terhadap variabel lain dalam kondisi terkontrol secara ketat. Penelitian ini mendorong
dilakukannya eksperimen untuk mengetahui pengaruh variabel tertentu.
Jenis penelitian ini berupaya mengisolasi serta kontrol di masing-masing situasi-situasi yang
sesuai dengan situasi yang hendak diteliti lalu mengamati pada efek maupun pengaruhnya.
Terdapat 4 bentuk metode eksperimen ini, antara lain adalah pre experimental, true
experimental, factorial, dan quai experimental.
5. Penelitian Deskriptif
Selanjutnya juga ada jenis penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif ini adalah jenis
penelitian yang bertujuan untuk membuat deskripsi secara sistematis, faktual, dan akurat
mengenai fakta dan sifat populasi atau daerah tertentu.
Jenis penelitian ini mendeskripsikan peristiwa dan fakta yang ada, baik yang masih terjadi
sampai sekarang atau yang terjadi pada waktu yang lalu. Penelitian deksriptif sedikit berbeda
dengan eksperimen karena tidak melakukan perubahan terhadap variabel-variabel bebasnya.
6. Penelitian Pengembangan
Penelitian pengembangan atau research development adalah jenis penelitian yang dilakukan
dengan tujuan untuk mengembangkan produk sehingga produk tersebut menjadi lebih baik
dan lebih berkualitas. Biasanya jenis penelitian ini dilakukan oleh perusahaan produk
tertentu.
Tujuan penelitian ini adalah mendapatkan produk baru atau proses baru dalam menghasilkan
produk tertentu. Artinya penelitian bukan dilakukan untuk memformulasi atau menguji
hipotesis tertentu. Output yang dihasilkan adalah produk baru.
7. Penelitian Evaluasi
Penelitian evaluasi adalah jenis penelitian yang bertujuan untuk menjelaskan fenomena dari
suatu kejadian, kegiatan dan produk. Jenis penelitian diharapkan mampu memberi evaluasi
dari sebuah kejadian dan kegiatan tertentu.
Evaluasi yang dimaksud dapat berupa kritik, saran, masukan, atau bentuk evaluasi lain guna
mendukung pengambilan keputusan tentang kejadian serupa yang akan dilaksanakan.
8. Penelitian Naturalistik
Penelitian naturalistik adalah jenis penelitian yang bertujuan untuk meneliti pada kondisi
obyek alamiah. Jenis penelitian ini juga disebut sebagai metode kualitatif. Nantinya hasil
penelitian lebih menekankan makna, bukan sebuah generalisasi atau kesimpulan.
Dalam penelitian ini, peneliti bertindak sebagai instrumen kunci dimana teknik pengumpulan
data akan dilakukan secara triangulasi, serta analisis datanya bersifat induktif.
9. Penelitian Tindakan
Penelitian tindakan atau disebut juga dengan action research adalah penelitian yang bertujuan
untuk mengembangkan metode kerja yang paling efisien, sehingga biaya produksi dapat
ditekan dan produktivitas lembaga dapat meningkat.
Jenis penelitian ini dilakukan untuk memecahkan sebuah masalah dan problematikan tertentu
pada lingkup organisasi atau kelompok, bukan untuk tujuan mengembangkan ilmu
pengetahuan.
Selanjutnya ada jenis penelitian kebijakan atau policy research, yakni penelitian yang
dilakukan terhadap masalah-masalah sosial yang mendasar, sehingga temuannya dapat
direkomendasikan kepada pembuat keputusan untuk bertindak dalam menyelesaikan
masalah.
Dalam penelitian ini, umumnya meneliti aktivitas dan kegiatan pada masyarakat, biasanya
dilakukan oleh lembaga dan instansi pemerintah guna membantu pengambilan keputusan dan
pembuatan kebijakan berkaitan dengan masyarakat tersebut.
1. Penelitian Deskriptif
Penelitian deskriptif adalah jenis penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variable
mandiri, baik satu variable atau lebih (independent) tanpa membuat perbandingan, atau
menghubungkan antara varibel yang satu dengan yang lain.
Jenis penelitian ini dilakukan dengan metode mengumpulkan data untuk menguji hipotesis
atau menjawab pertanyaan penelitian mengenai status terakhir dari subyek penelitian tertentu,
guna memperoleh deskriptif lengkap dan akurat dari suatu situasi.
2. Penelitian Komparatif
Penelitian komparatif adalah jenis penelitian yang bertujuan untuk membandingkan objek
tertentu. Dalam penelitian ini akan dilakukan perbandingan atau komparasi mengenai dua
atau lebih objek tertentu yang akan diteliti.
Nantinya hasil penelitian akan menemukan manakah yang lebih efektif dan efisien sehingga
dapat digunakan untuk bahan pengambilan keputusan terkait topik yang sedang diteliti.
3. Penelitian Asosiatif
Penelitian asosiatif adalah jenis penelitian yang dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui
hubungan dua variable atau lebih. Jenis penelitian ini hanya akan hanya menjelaskan ada atau
tidaknya hubungan antara variabel yang diteliti.
Pada penelitian ini, hasilnya akan diketahui apakah variabel-variabel yang diteliti saling
terkait dan berkorelasi satu sama lain atau tidak. Jika iya, juga akan diketahui apakah
keterkaitan dan korelasi antara variabel tersebut signifikan atau tidak.
Nah itulah referensi lengkap mengenai jenis-jenis penelitian beserta contoh, ciri-ciri, dan
penjelasannya. Ada banyak cara untuk mengklasifikasi penelitian baik berdasarkan tujuan,
jenis data dan analisisnya, metode, serta tingkat eksplanasinya.
Karakteristik Penelitian
Terdapat beberapa soal untuk menyeleksi antara kegiatan penelitian dengan kegiatan yang
bukan penelitian ataupun kegiatan lain pada umumnya, yakni karakteristiknya. Maka,
penelitian hendaknya tercantum beberapa karakteristik kegiatan penelitian, yakni sebagai
berikut:
Penelitian ialah suatu kegiatan yang sitematis dan menyimpan elemen-elemen yang
merupakan bagian pandangan dan kegiatan. Elemen-elemen tersebut perlu menyingkap
secara berangkaian dan berangsur-angsur, sehingga tampak jelas alur pandangannya dan
lancar dipahami oleh pembaca.
Penelitian mempunyai alur akal yang benar, terdapat konsistensi antara media maupun proses
penelitian yang diperankan dengan produk penelitian yang diperoleh, sehingga mempunyai
alur akal yang benar dan logika. Setiap opsi dan kepastian harus logis dan rasional serta
mempunyai ukuran.
Penelitian harus mempunyai kegunaan efektif dalam kegunaan berada membagi rekomendasi,
saran kepada kelompok yang memiliki fungsi akademik untuk meningkatkan ilmu
pengetahuan.
Variabel penelitian dapat dikategorisasi ke dalam dua bentuk, yaitu variabel kuantitatif dan
kualitatif. Karakteristik penelitian kualitatif dan kuantitatif secara mudah bisa diidentifikasi
sebagai berikut: Kuantitatif menjolkan unsur numerik atau angka. Kualitatif menonjolkan
unsur deskripsi atau narasi tekstual.
Variabel penelitian kuantitatif, dengan demikian bisa dipahami sebagai variabel yang
memiliki nilai satuan yang dapat dinyatakan dengan angka, misalnya berat badan. Sedangkan
variabel kualitatif adalah variabel yang sulit atau tidak bisa dinyatakan dengan angka,
misalnya keindahan.
Sebenarnya dalam riset sosial, istilah variabel
lebih banyak digunakan dalam penelitian kuantitatif. Riset kualitatif lebih sering
menggunakan istilah konsep ketimbang variabel. Di sini kita akan sebutkan jenis variabel
penelitian sebagaimana digunakan dalam riset sosial, terutama riset kuantitatif.
Jenis variabel penelitian yang sering disebutkan ada dua yaitu variabel bebas (independen)
dan variabel terikat (dependen). Berikut penjelasan disertai contohnya:
Variabel bebas
Variabel bebas disebut juga variabel independen. Penelitian sosial selalu melibatkan
hubungan antara dua atau lebih variabel. Dalam hubungan antar variabel, variabel bebas
adalah variabel yang mempengaruhi variabel terikat.
Untuk mengidentifikasi mana variabel bebas dan mana variabel terikat, kita langsung saja
menyimak contohnya. Misal, penelitian tentang pengaruh jumlah anak dan tingkat
kebahagiaan rumah tangga. Jumlah anak di sini adalah variabel bebas. Sedangkan variabel
terikatnya adalah tingkat kebahagiaan rumah tangga.
Variabel terikat
Variabel terikat disebut juga variabel independen. Dari penjelasan di atas kita sudah bisa
memperoleh pemahaman bahwa variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi oleh
variebel bebas. Masih dengan contoh di atas, sekali lagi, variabel terikat yang bisa
diidentifikasi adalah tingkat kebahagiaan rumah tangga.
Untuk melengkapi pemahaman, saya beri contoh lain. Misal penelitian tentang hubungan
antara jumlah tugas sekolah dan tingkat stress siswa. Jumlah tugas sekolah adalah variabel
independen atau bebas. Sedangkan tingkat stress siswa adalah variabel dependen atau terikat.
Hubungan antar variabel bebas dan terikat sendiri terdiri dari tiga jenis: simetris, asimetris,
dan timbal balik. Hubungan simetris terjadi apabila variabel yang satu tidak dipengaruhi atau
disebabkan oleh variabel yang lain. Hubungan asimetris terjadi apabila satu variabel
mempengaruhi atau dipengaruhi variabel lainnya. Sedangkan hubungan timbal balik terjadi
apabila ada saling pengaruh antar variabel.
Untuk mengidentifikasi mana variabel bebas dan mana variabel terikat, kita harus jeli
mengidentifikasi jenis hubungan antar variabel seperti yang dijelaskan di atas.
Variabel penelitan sosial dalam konteks riset kuantitatif memiliki jenis yang lain, yaitu
variabel nominal dan variabel kontinum. Berikut ini perbedaannya:
Variabel nominal
Variabel ini biasa disebut juga variabel deskrit atau variebel kategori. Variabel deskrit hanya
dapat dikategorisasikan menjadi dua kutub. Contoh variabel deskrit atau nominal adalah jenis
kelamin. Jenis kelamin dalam banyak penelitian dikategorisasikan menjadi dua kutub: pria
dan wanita.
Variabel kontinum
Variabel kontnum terdiri dari tiga variabel sebagaimana dijelaskan di bawah ini:
» Variabel ordinal, yaitu variabel yang menunjukkan tingkatan. Sebagai contoh, kebahagiaan
yang bisa ditingkatkan menjadi sangat bahagia, bahagia, dan tidak bahagia.
» Variabel interval, yaitu variabel berupa jarak yang dapat diketahui melalui pengukuran.
Sebagai contoh, Saya ke Anda 5 meter, Anda ke Mereka 5 meter, maka Saya ke Mereka 10
meter.
» Variabel ratio, yaitu variabel perbandingan. Misalnya, masuk kepolisian butuh uang
sogokan 100 juta rupiah, jadi satpam butuh uang sogokan 50 juta. Maka uang sogokan untuk
jadi polisi 2 kali lipat uang sogokan untuk jadi satpam.
Menurut catatan Ari Fakhri istilah paradigma pertama kali diperkenalkan oleh Thomas Kuhn
(1962) dan kemudian dipopulerkan oleh Robert Friedrichs (1970). Menurut Kuhn, paradigma
adalah cara mengetahui realitas sosial yang dikonstruksi oleh mode of thought atau mode of
inquiry tertentu yang menghasilkan mode of knowing yang efektif.
Kemudian defenisi tersebut dipertegas oleh Friedrichs sebagai suatu pandangan yang
mendasar dari suatu disiplin ilmu tentang apa yang menjadi pokok persoalan yang semestinya
dipelajari.
Dalam buku yang berjudul “Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif Serta Kombinasinya
Dalam Penelitian Psikologi” (Asmani Alsa, 2003) menyatakan bahwa paradigma adalah
kumpulan tentang asumsi, konsep, atau proposisi yang secara logis dipakai peneliti.
Dalam penjelasan yang lain, seperti tulisan Fahri dalam
http://farelbae.wordpress.com/catatan-kuliah-ku/pengertian-masalah-variabel-paradigma-
penelitian/, mengungkapkan bahwa paradigma penelitianmerupakan kerangka berpikir yang
menjelaskan bagaimana cara pandang peneliti terhadap fakta kehidupan sosial dan perlakuan
peneliti terhadap ilmu atau teori. Paradigma penelitian juga menjelaskan bagaimana peneliti
memahami suatu masalah, serta criteria pengujian sebagai landasan untuk menjawab masalah
penelitian[1]. Secara umum, paradigma penelitian diklasifikasikan dalam 2 kelompok yaitu
penelitian kuantitatif dan penelitian kualitatif (Indiantoro & Supomo, 1999: 12-13). Masing-
masing paradigma atau pendekatan ini mempunyai kelebihan dan juga kelemahan, sehingga
untuk menentukan pendekatan atau paradigma yang akan digunakan dalam melakukan
penelitian tergantung pada beberapa hal di antaranya (1) jika ingin melakukan suatu
penelitian yang lebih rinci yang menekankan pada aspek detail yang kritis dan menggunakan
cara studi kasus, maka pendekatan yang sebaiknya dipakai adalah paradigma kualitatif. Jika
penelitian yang dilakukan untuk mendapat kesimpulan umum dan hasil penelitian didasarkan
pada pengujian secara empiris, maka sebaiknya digunakan paradigma kuantitatif, dan (2) jika
penelitian ingin menjawab pertanyaan yang penerapannya luas dengan obyek penelitian yang
banyak, maka paradigma kuantitaif yang lebih tepat, dan jika penelitian ingin menjawab
pertanyaan yang mendalam dan detail khusus untuk satu obyek penelitian saja, maka
pendekatan naturalis lebih baik digunakan. Hasil penelitian akan memberi kontribusi yang
lebih besar jika peneliti dapat menggabungkan kedua paradigma atau pendekatan tersebut.
Penggabungan paradigma tersebut dikenal istilah triangulation. Penggabungan kedua
pendekatan ini diharapkan dapat memberi nilai tambah atau sinergi tersendiri karena pada
hakikatnya kedua paradigma mempunyai keunggulan-keunggulan.
Perbedaan paradigma yang dianut para ilmuan ternyata tidak hanya berakibat pada perbedaan
skema konseptual penelitian, melainkan juga pada pendekatan yang melandasi semua proses
dan kegiatan penelitian.
Pendekatan ini memandang bahwa realitas sosial yang tampak sebagai suatu fenomena
dianggap sesuatu yang ganda (jamak). Artinya realitas yang tampak memiliki makna ganda,
yang menyebabkan terjadinya realitas tadi. McMillan dan Schumacher (2001:396) menyebut
realitas sosial dalam penelitian kualitatif ini sebagai: “…reality as multilayer, interactive, and
a shared social experience interpreted by indviduals”.
Pengertian Rumusan Masalah
Rumusan masalah adalah penjabaran dari identifikasi sebuah malasah dan pembatasan dalam
sebuah masalah. Maksudnya apa ? Jadi umumnya rumusan masalah merupakan sebuah
pertanyaan yang lengkap dan sangat rinci mengenai ruang lingkup masalah yang akan diteliti
berdasarkan identifikasi masalah.
A. Tinjauan Pustaka
Di lingkungan pendidikan tinggi, baik mahasiswa dan dosen tidak asing lagi dengan istilah
tinjauan pustaka. Pada tingkat Diploma (1-4) dan Strata 1 (S1) menggunakan istilah tinjauan
pustaka pada bab 2. Sedangkan pada tingkat pascasarjana (S2-S3) menggunakan istilah kajian
pustaka. Selanjutnya dalam tulisan ini akan menggunakan istilah tinjauan pustaka.
Istilah lain dari tinjauan pustaka yang sering digunakan para peneliti adalah studi literatur.
Studi literatur yang dibuat dengan membaca banyak buku, majalah kesehatan, artikel, jurnal
penelitian dan sumber lainnya akan mempermudah peneliti dalam merumuskan kerangka
konsep penelitian.1 Referensi lain menyebutkan istilah lain dari tinjauan pustaka adalah studi
kepustakaan yang mempunyai arti yang sama dengan yang telah dijelaskan di atas.2
Tinjauan pustaka diperlukan untuk memberikan pemantapan dan penegasan tentang ciri khas
penelitian yang hendak dikerjakan. Ciri khas penelitian ini akan tampak dengan melampirkan
referensi yang digunakan dalam daftar pustaka baik dari buku-buku ajar, artikel dan jurnal
penelitian sebelumnya. Suatu naskah penelitian yang berbobot harus terdiri dari 80%
artikel/jurnal penelitian, dan sisanya dapat dari buku ajar yang relevan dan sumber lain yang
membahas masalah penelitian yang diteliti.
Jika peneliti menggunakan karya orang lain tanpa menampilkan sumbernya, baik nama
author (penulis/peneliti), tahun, judul, tempat dan penerbit dan sebagainya yang dilampirkan
dalam daftar pustaka, atau nama dan tahun (Metode Harvard) pada naskah penelitian
merupakan praktik plagiat. Plagiarisme akan menjadikan seorang peneliti di tuntut secara
hukum dan mempunyai sejarah dalam hal akademik yang buruk, yang akan dipikul seumur
hidup.
Tinjauan pustaka dalam penelitian kesehatan tidak hanya membahas secara substansial
variabel dependen maupun variabel independen yang diteliti dari berbagai buku ajar
/texbook. Pada Tinjauan pustaka peneliti secara mendalam menggali teori yang berhubungan
dengan variabel yang diteliti, kemudian melakukan investigasi dari penelitian sebelumnya
yang relevan sehingga memahami secara mendalam masalah dan faktor penyebab masalah
penelitian yang akan diteliti.
Penelitian yang terdahulu yang dapat dipaparkan pada tinjauan pustaka antara lain hasil
penelitian baik deskriptif maupun analitik (kuantitatif/kualitatif). Selain itu yang perlu
didalami adalah metoda penelitian apakah sudah sesuai, dampak dari masalah peneltian
tersebut baik positif maupun negatif, sehingga dapat menjadi pedoman apakan hasil
penelitian tersebut dapat di aplikasikan di lingkungan / lokasi penelitian yang dipilih oleh
peneliti. Lebih lanjut Riyanto mengemukakan hal-hal yang perlu di muat dalam tinjauan
pustaka dalam penelitian kesehatan antara lain:3 Teori-teori yang berhubungan dengan
permasalahan yang akan diteliti.
Seluruh aspek penyakit yang diteliti tidak perlu ditulis dalam tinjauan pustaka, hal-hal yang
ditulis difokuskan pada aspek yang akan diteliti dengan penekanan utama pada hubungan
variabel yang dipermasalahkan (dependen) dengan variabel lain yang menjadi faktor
penyebab maupun perancu.
Buku sumber pustaka sebaiknya tidak terlalu lama tahunnya sehingga masih up to date (10
tahun) kecuali yang menjadi grand theory sebagai acuan kerangka teori di akhir bab 2, tetapi
setidaknya carilah terbitan yang terbaru.
Gunakan hasil penelitian dalam artikel / jurnal yang relevan yang dapat memperkuat teori
yang dibangun dengan sumber yang up to date.
Membuat kerangka teori sebagai dasar untuk mengembangkan kerangka konsep penelitian.
Dengan membuat kerangka toeri, maka peneliti dapat meletakkan masalah yang sedang
diteliti dalam konteks ilmu pengetahuan yang sedang didalami.
Tujuan utama membuat tinjauan pustaka adalah menjadi dasar pijakan atau fondasi untuk
memperoleh dan membangun landasan teori, kerangka pikir, menentukan hipotesis
penelitian, mengorganisasikan, dan kemudian menggunakan variasi pustaka dalam
bidangnnya.
Fungsi tinjauan pustaka antara lain untuk (1) mengetahui sejarah masalah penelitian, (2)
membantu memilih prosedur penyelesaiaan masalah penelitian, (3) memahami latar belakang
teori masalah penelitian, (4) mengetahui manfaat penelitian sebelumnya, (5) menghindari
terjadinya duplikasi penelitian, dan (6) memberikan pembenaran alasan pemilihan masalah
penelitian, yang akan dijelaskan secara rinci di bawah ini.4
Mengetahui Sejarah Masalah Penelitian. Berdasarkan sejarah masalah yang berkaitan dengan
masalah penelitiannya, peneliti akan mendapatkan informasi tentang hal-hal yang telah
dilakukan oleh para peneliti sebelumnya, aspek-aspek yang telah diteliti, prosedur-prosedur
yang telah diterapkan, hasil dan hambatan yang ditemukan di dalam penelitian, dan
perbedaan antara masalah yang hendak dipecahkan dengan masalah-masalah yang sudah
dipecahkan orang lain.
Memahami Latar Belakang Teori Masalah Penelitian. Berdasarkan latar belakang teori
masalah penelitian, peneliti dapat memetakan kedudukan masalah penelitiannya ke dalam
perspektif cakupan pengetahuan yang lebih luas, sehingga dapat membantu peneliti dalam
menjelaskan pentingnya penelitan itu dilakukan serta dampak dari hasil penelitiannya.
Melalui tinjauan pustaka, peneliti dapat memiliki pemahaman yang luas dan dalam tentang
masalah penelitian yang diteliti. Selanjutnya peran tinjauan pustaka menurut beberapa
sumber antara lain:2
Dapat menempatkan pertanyaan penelitian dari perspektif yang jelas dan komprehensif
Dapat membatasi pertanyaan penelitian yang diajukan dan menentukan konsep studi yang
berkaitan erat dengan permasalahan.
Dapat mengetahui dan menilai hasil-hasil penelitian yang sejenis yang bisa sama maupun
kontradiktif antara penelitian satu dengan penelitian lainnya.
Dapat menentukan metode penelitian yang tepat untuk memecahkan masalah penelitian.
Mencegah dan mengurangi replikasi yang kurang bermanfaat dengan penelitian sebelumnya.
Dapat lebih yakin dalam menginterpretasikan hasil penelitian yang hendak dilakukannya.
Adapun sumber-sumber yang dapat digunakan dalam menyusun tinjauan pustaka adalah
referensi ilmiah yang mempunyai ISBN untuk buku, ISSN untuk jurnal dan sedapat mungkin
dari jurnal ilmiah yang berbobot. Sumber-sumber referensi ilmiah yang dapat digunakan
dalam penelitian kesehatan antara lain:
Jurnal Penelitian : Jurnal penelitian yang dimaksud adalah jurnal ilmiah yang telah memiliki
ISSN, terakreditasi baik jurnal lokal, nasional maupun internasional. Akan lebih bagus lagi
jika jurnal yang di ambil sebagai referensi adalah jurnal yang sudah terindeks SCOPUS.
Sebagai contoh jurnal ilmiah dapat diakses melalui Proquest, EBSCO, WHO, Cochrane dan
lain sebagainya. Di Indonesia Kementrian Riset dan Pendidikan Tinggi (KEMENRISTEK
DIKTI) telah memfasilitasi seluruh civitas akademika baik di PTN maupun PTS untuk dapat
mengakses jurnal ilmiah yang bagus dengan berlangganan portal jurnal seperti EBSCO,
Proquest dll. Password jurnal tersebut data diperoleh dengan menghubungi pustakawan di
perguruan tinggi masing-masing. Penelitian yang berkualitas jika menggunakan sumber
pustaka dari jurnal ilmiah sebesar 80% dari seluruh referensi yang ada.
Buku Ajar : Buku ajar yang telah dipublikasi oleh penerbit baik dari dalam maupun luar
negeri. Buku yang sudah dipublikasi akan memiliki nomor ISBN. Sedapat mungkin gunakan
buku yang ditulis oleh author yang kompeten di bidangnya, baik sebagai pendidik maupun
praktisi kesehatan. Untuk melihat kualitas buku ajar tersebut, lihat bagian referensi yang
digunakan. Jika menggunakan referensi yang up to date dan dapat dipertangungjawabkan,
buku ajar tersebut adalah buku yang layak digunakan dan dapat menjadi koleksi peneliti.
Artikel dari Internet : artikel dari internet yang layak dijadikan sumber pustaka adalah artikel
yang dikeluarkan oleh pemerintah maupun institusi pendidikan. Peneliti harus mencantumkan
URL / alamat situs tersebut sebagai syarat penulisan referensi ilmiah. Contohnya artikel
elektronik dari WHO, Kemenkes, Harvard University, Universitas Indonesia, dan lain
sebagainya.
Narasumber : Menggunakan sumber pustaka dari narasumber dapat digunakan jika sumber
lainnya tidak ada atau waktu penerbitannya sudah lebih dari 10 tahun. Sebagai bukti harus
dicantumkan kapan dan dimana topik tersebut dibicarakan seperti seminar, workshop dan
pertemuan ilmiah lainnya. Untuk studi kualitatif, dapat dilampirkan bukti berupa transkrip
dari rekaman yang di rekam saat narasumber tersebut berbicara pada acara tersebut
dilaksanakan. Narasumber yang dimaksud adalah narasumber yang kompeten dan seorang
guru besar.
Majalah Kesehatan : sepanjang majalah kesehatan tersebut memiliki ISBN dan authornya
dapat di kontak untuk dimintai keterangan ataupun konfirmasi terkait masalah penelitian
yang diteliti, sumber tersebut dapat digunakan.
Para peneliti dari berbagai disiplin ilmu memiliki hak seluas-luasnya untuk mengembangkan
rasa ingintahunya. Namun demikian ada batasan yang harus dipatuhi yaitu harus berdasarkan
sistematika yang jelas dan sesuai dengan domain masing-masing peneliti. Hal ini disebabkan
karena penelitian yang dilakukan khusunya penelitian di dunia kesehatan, harus sesuai
dengan kode etik penelitian. Hak peneliti yang luas ini harus diimbangi juga dengan tanggung
jawab yang besar. Pengembangan ilmu harus mengacu kepada peningkatan kesejahteraan
umat manusia.5
Dengan kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi informasi dan komunikasi, segala hasil
penelitian yang dilakukan di berbagai negara dapat segera di ketahui hanya berbekal
komputer dan internet. Oleh karena itu tidak ada alasan bagi para peneliti untuk membatasi
sumber ilmiah yang relevan yang harus digunakan.
Seringkali para mahasiswa atau peneliti pemula bertanya tentang batasan jumlah referensi
ilmiah yang digunakan. Dalam hal kuantitas referensi yang digunakan, tidak ada batasan.
Tetapi dalam hal kualitas, ada batasan yang jelas yakni 80% dari seluruh referensi harus
berasal dari jurnal ilmiah.
Ada beberapa institusi pendidikan yang membuat batasan minimal referensi ilmiah yang
digunakan misalnya setiap variabel harus di ambil dari sekian referensi seperti di bawah ini:
Strata I ke bawah harus terdiri dari 5 jurnal penelitian / buku ajar dari luar negeri dan sisanya
boleh ditambahkan buku ajar atau jurnal penelitian dari dalam negeri
Strata II harus terdiri dari 8 jurnal penelitian / buku ajar dari luar negeri dan sisanya boleh
ditambahkan buku ajar atau jurnal penelitian dari dalam negeri.
Strata III harus terdiri dari 10 jurnal penelitian / buku ajar dari luar negeri dan sisanya boleh
ditambahkan buku ajar atau jurnal penelitian dari dalam negeri
Pembuatan kajian pustaka sebaiknya mengikuti langkah awal, sebagai berikut : 4
Mulai mencari sumber yang relevan baik dari buku ajar, jurnal cetak maupun jurnal
elektronik dan lain sebagainya.
Buatlah matriks untuk mengisi ringkasan referensi yang diperoleh baik jurnal, artikel, buku
ajar dan lain sebagainya agar saat menulis dengan segera dapat ditemukan sumber mana yang
dimaksud.
Ciptakan lingkungan yang tenang untuk dapat meningkatkan konsentrasi dan fokus pada saat
mulai menulis
Baca dahulu panduan penulisan, sehingga pada saat melakukan editing pada tulisan kita,
tidak terlalu banyak yang dirubah terkait penulisan.
Selain melakukan ringkasan dengan tools matriks yang digunakan, proses analisis juga kita
lakukan terhadap jurnal yang dibaca, apakah relevan dan layak digunakan atau tidak.
Kunsi sukses dalam menulis adalah niat dan aksi harus sejalan. Jika tidak pernah memulai,
maka tidak akan pernah selesai.
Lakukan refresh otak dan pikiran jika mulai jenih, munculkan motivasi pada diri sendiri baik
itu dari keluarga (ayah/ibu) jika berhasil dapat membuat mereka bangga, dapat menjadi role
model bagi keluarga dan lain sebagainya sehingga tetap semangat dalam menulis dan
menyelesaikan proyek tugas akhir
Selalu berdoa memohon tuntutan dan hikmat dari yang Maha Kuasa agar dapat
menyelesaikan tugas ini dengan baik dan tepat waktu.
B. Kerangka Teoritis
Kerangka Teori adalah hubungan antar konsep berdasarkan studi empiris.6 Kerangka teori
harus berdasarkan teori asal / grand theory. Sebagai contoh masalah perilaku ibu hamil dalam
memeriksakan kehamilannya dapat menggunakan kerangka teori dari Green yang sering
digunakan mahasiswa, atau dapat juga menggunakan kerangka teori reason action,Health
Believe Model, atau teori lain yang sesuai dengan masalah penelitian yang dapat di temukan
dalam buku ajar Health Behavior Theory for Public Health dan buku ajar lainnya.
Jika masalah yang diteliti berhubungan dengan penyakit tetapi yang di dalami adalah
pengetahuan tentang penyakit tersebut, maka dapat menggunakan teori pengetahuan
seperti tacit knowledge dan explicit knowledge. Contoh PERCEDE teori Green dapat dilibat
pada gambar berikut ini.7
Gambar 1. PERCEDE Teori Green.7
C. Kerangka Konsep
Kerangka Konsep adalah hubungan antara konsep yang dibangun berdasarkan hasil-hasil
studi empiris terdahulu sebagai pedoman dalam melakukan penelitian.6
Konsep merupakan abstraksi yang terbentuk oleh generalisasi dari hal-hal yang khusus. Oleh
karena konsep merupakan abstraksi, maka konsep tidak dapat langsung diamati atau diukur.
Konsep hanya dapat diamati dan diukur melalui konstruk yang dikenal dengan istilah
variabel.1
Variabel adalah sesuatu yang bervariasi. Variabel penelitian adalah sesuatu yang bervariasi
yang dapat diukur. Contoh variabel dalam penelitian kesehatan adalah Hb darah, tekanan
darah, berat badan, kunjungan ANC, jenis tenaga kesehatan, dan lain sebagainya. 1
Kerangka Konsep dapat berpijak pada kerangka teori yang dibentuk pada bab II. Kerangka
teori biasanya lebih kompleks dari kerangka konsep, karena tidak semua variabel dalam
kerangka teori diangkat menjadi variabel penelitian. Oleh karena itu pada BAB II sebelum
gambar kerangka konsep penelitian dipaparkan, peneliti wajib menjustifikasi mengapa
variabel lain tidak diteliti. Alasan yang disampaikan harus ilmiah, buka sekedar keterbatasan
waktu, dana, tenaga dan kemampuan penelitia saat itu. Contoh gambar kerangka konsep
dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
Gambar 2. Contoh Kerangka Konsep 1
D. Hipotesis
Pengertian Hipotesis
Hipotesis dalam suatu penelitian berarti jawaban sementara, patokan duga, atau dalil
sementara yang kebenarannya akan dibuktikan dalam penelitian tersebut.1
Hipo : di bawah
Thesis : dalil
Jadi Hipotesis adalah suatu dalil atau kaidah yang kebenarannya belum diketahui.
Hipotesis adalah penjelasan sementara yang diajukan tentang hubungan antara dua atau lebih
fenomena terukur/variabel untuk pembuktian secara empirik.6
Setelah melalui pembuktian dengan penelitian yang dilakukan, maka hipotesis yang dibuat
tentu saja dapat terbukti benar atau salah, dapat diterima atau ditolak. Jika diterima atau
terbukti benar, maka hipotesis tersebut menjadi tesis.1, 9
Kegunaan Hipotesis
Menuntun arah penelitian : hubungan dua fenomena atau lebih dari dua
Identifikasi variabel yang digunakan: Misalnya untuk meneliti status gizi dengan mengukur
berat badan yang dibandingkan dengan usia menggunakan KMS.
Petunjuk jenis analisis statistik yang digunakan : satu arah atau dua arah
Jenis Hipotesis
Seringkali terdapat dalam naskah penelitian hipotesis penelitian ditulis hipotesis kerja. Yang
harus muncul dalam naskah penelitian adalah hipotesis penelitian atau hipotesis
kerja.9 Dalam penelitian dikenal dua macam hipotesis yaitu:1, 9
Hipotesis kerja / hipotesis penelitian adalah suatu rumusan hipotesis dengan tujuan untuk
membuat ramalan tentang peristiwa yang terjadi apabila suatu gejala muncul. Ciri hipotesis
kerja adalah terdapat kata: ada, terdapat, jika, , maka, lebih dan sebagainya.
Angka kematian bayi lebih tinggi pada persalinan yang ditolong oleh dukun bayi.
Hipotesis Statistik
Hipotesis statistik adalah Hipotesis yang digunakan dalam analisis statistik, pertama kali
diperkenalkan oleh Fisher. Hipotesis statistik biasanya menggunakan rumus, contoh : H0 : x
= y.1
Hipotesis statistik bersifat universal, sedangkan hipotesis penelitian berifat individual, sesuai
dengan penelitian yang dikerjakan peneliti, tergantung pada dugaan si peneliti itu sendiri.
Dibawah ini adalah tabel perbedaan hipotesis penelitian dan hipotesis statistik.9
Hipotesis Penelitian
Selanjutnya hipotesis yang akan dibahas adalah hipotesis penelitian bukan hipotesis statistik.
Uji yang dilakukan adalah uji Z dan untuk SE karena sampel (mahasiswa) dan populasi yang
dipakai adalah populasi (masyarakat umum).
Rumus :
Sampel : x = 35, n = 75 p (Perokok) = 35/75 = 0,47
Kesimpulan : Ada perbedaan proporsi perokok antara sampel (mahasiswa) dengan populasi
(masyarakat umum).
Jenis hipotesis menurut arah hipotesis terdiri dari ada dua macam yaitu:
Hipotesis satu arah : Hipotesis yang sudah memberi arah. Ciri hipotesis satu arah terdapat
kata : “ lebih tinggi, lebih rendah.”
Contoh : “Proporsi kejadian spina bifida pada ibu hamil yang mengkonsumsi asam folat 3
bulan pra konsepsi lebih rendah dibandingkan dengan ibu hamil yang mengkonsumsi asam
folat hanya pada saat trimester pertama.”
Hipotesis dua arah : Hipotesis yang belum mempunyai arah, ciri hipotesis ini adalah terdapat
kata : “ ada hubungan, ada korelasi, ada perbedaan” Jadi belum mengarahkan dampak faktor
tertentu terhadap kejadian tertentu.
Ada juga jenis hipotesis positif dan hipotesis negatif. Hipotesis yang lazim ditemukan dalam
penelitian adalah hipotesis positif, namun jarang ditemukan hipotesis negatif. Contoh :
Hipotesis Negatif:
Tidak terdapat hubungan antara makanan cepat saji dengan penurunan densitas massa tulang
Tidak ada hubungan antara obat SF dengan kejadian perdarahan kala tiga
Hipotesis Positif:
Terdapat hubungan antara pemakaian kontrasepsi hormonal dengan kejadian kualitas hidup
akseptor
Terdapat hubungan antara masase perineum dengan robekan perineum tingkat III
Semakin teratur ibu hamil melakukan senam hamil, semakin cepat persalinan kala II.
Hipotesis hanya dibuat untuk penelitian analitik : Korelasi / hubungan antara dua atau lebih
variabel
Hipotesis dapat dibuat dalam bentuk Hipotesis positif dan hipotesis negatif
Hipotesis dapat terdir dari dua arah dan satu arah
Pengertian populasi
Populasi atau universe adalah jumlah keseluruhan dari satuan-satuan atau individu-individu
yang karakteristiknya hendak diteliti. Dan satuan-satuan tersebut dinamakan unit analisis, dan
dapat berupa orang-orang, institusi-institusi, benda-benda, dst. (Djawranto, 1994 : 420).
Pengertian Sampel
Sampel atau contoh adalah sebagian dari populasi yang karakteristiknya hendak diteliti
(Djarwanto, 1994:43). Sampel yang baik, yang kesimpulannya dapat dikenakan pada
populasi, adalah sampel yang bersifat representatif atau yang dapat menggambarkan
karakteristik populasi.
Kriteria Sampel
Ada dua kriteria sampel yaitu kriteria inklusi dan kriteria eksklusi. Penentuan kriteria sampel
diperlukan untuk mengurangi hasil peneliian yang bias.
Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari suatu populasi target yang
terjangkau yang akan diteliti (Nursalam, 2003: 96). Sedangkan yang dimaksud dengan
Kriteria eksklusi adalah meng-hilangkan/mengeluarkan subjek yang memenuhi kriteria
inklusi dari penelitian karena sebab-sebab tertentu (Nursalam, 2003: 97).
Sebab-sebab yang dipertimbangkan dalam menentukan kriteria ekslusi antara lain: a. subjek
mematalkan kesediannya untuk menjadi responden penelitian, dan b. subjek berhalangan
hadir atau tidak di tempat ketika pengumpulan data dilakukan.
Manfaat sampling
Teknik sampling boleh dilakukan bila populasi bersifat homogen atau memiliki karakteristik
yang sama atau setidak-tidaknya hampir sama. Bila keadaan populasi bersifat heterogen,
sampel yang dihasilkannya dapat bersifat tidak representatif atau tidak dapat menggambarkan
karakteristik populasi.
Teknik sampling probabilitas atau random sampling merupakan teknik sampling yang
dilakukan dengan memberikan peluang atau kesempatan kepada seluruh anggota populasi
untuk menjadi sampel. Dengan demikian sampel yang diperoleh diharapkan merupakan
sampel yang representatif.
Teknik sampling semacam ini dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut.
Cara paling populer yang dipakai dalam proses penarikan sampel rambang sederhana adalah
dengan undian.
Prosedur ini berupa penarikan sample dengan cara mengambil setiap kasus (nomor urut) yang
kesekian dari daftar populasi.
c) Teknik sampling secara rambang proportional.
Jika populasi terdiri dari subpopulasi-subpopulasi maka sample penelitian diambil dari setiap
subpopulasi. Adapun cara peng-ambilan- nya dapat dilakukan secara undian maupun
sistematis.
Ada kalanya peneliti tidak tahu persis karakteristik populasi yang ingin dijadikan subjek
penelitian karena populasi tersebar di wilayah yang amat luas. Untuk itu peneliti hanya dapat
menentukan sampel wilayah, berupa kelompok klaster yang ditentukan secara bertahap.
Teknik pengambilan sample semacam ini disebut cluster sampling atau multi-stage sampling.
Teknik sampling nonprobabilitas adalah teknik pengambilan sample yang ditemukan atau
ditentukan sendiri oleh peneliti atau menurut pertimbangan pakar.
Beberapa jenis atau cara penarikan sampel secara nonprobabilitas adalah sebagai berikut.
Penarikan sampel secara puposif merupakan cara penarikan sample yang dilakukan memiih
subjek berdasarkan kriteria spesifik yang dietapkan peneliti.
Penarikan sample pola ini dilakukan dengan menentukan sample pertama. Sampel berikutnya
ditentukan berdasarkan informasi dari sample pertama, sample ketiga ditentukan berdasarkan
informasi dari sample kedua, dan seterusnya sehingga jumlah sample semakin besar, seolah-
olah terjadi efek bola salju.
Dalam penelitian bisa saja terjadi diperolehnya sampel yang tidak direncanakan terlebih
dahulu, melainkan secara kebetulan, yaitu unit atau subjek tersedia bagi peneliti saat
pengumpulan data dilakukan. Proses diperolehnya sampel semacam ini disebut sebagai
penarikan sampel secara kebetulan.
Bila jumlah populasi dipandang terlalu besar, dengan maksud meng-hemat waktu, biaya, dan
tenaga, penelitili tidak meneliti seluruh anggota populasi. Bila peneliti bermaksud meneliti
sebagian dari populasi saja (sampel), pertanyaan yang selalu muncul adalah berapa jumlah
sampel yang memenuhi syarat. Ada hukum statistika dalam menentukan jumlah sampel, yaitu
semakin besar jumlah sampel semakin menggambarkan keadaan populasi (Sukardi, 2004 :
55).
Selain berdasarkan ketentuan di atas perlu pula penentuan jumlah sampel dikaji dari
karakteristik populasi. Bila populasi bersifat homogen maka tidak dituntut sampel yang
jumlahnya besar. Misalnya saja dalam pemeriksaan golongan darah.
Walaupun pemakaian jumlah sampel yang besar sangat dianjurkan, dengan pertimbangan
adanya berbagai keterbatasan pada peneliti, sehingga peneliti berusaha mengambil sampel
minimal dengan syarat dan aturan statistika tetap terpenuhi sebagaimana dianjurkan oleh
Isaac dan Michael (Sukardi, 2004 : 55). Dengan menggunakan rumus tertentu (lihat Sukardi,
2004 : 55-56), Isaac dan Michael memberikan hasil akhir jumlah sampel terhadap jumlah
populasi antara 10 – 100.000.
By Anwar Hidayat
Teknik ini dinamakan probabilitas karena dalam proses pengambilannya ada peluang yang
sama yang dimiliki individu untuk mendapakan kesempatan menjadi sampel penelitian.
Terdapat setidaknya empat macam teknik yang bisa dilakukan peneliti untuk mendapatkan
sampel melalui teknik probabilitas, antara lain:
Teknik sampling ini dianggap sebagai teknik dasar dalam statistik. Untuk mengumpulkan
random sample, pertama-tama peneliti memberi nomor urut pada setiap populasi dengan cara
membuat daftar. Masing-masing individu memiliki nomor yang berbeda. Setelah semua
nomor terkumpul. Peneliti mengacak secara random nomor berapa saja yang muncul.
Individu dengan nomor yang muncul itulah yang menjadi sampel penelitian.
Contohnya, misal seorang peneliti memiliki daftar 100 orang populasi dan ingin memilih 10
orang untuk menjadi sampel. Pertama, semua orang dalam populasi ditandai dengan nomor 1-
100. Nomor tersebut lalu diacak. Pengacakan bisa meniru model arisan atau sekarang bisa
menggunakan aplikasi acak nomor. 10 individu yang nomornya keluar menjadi sampel
penelitiannya. Teknik ini biasanya digunakan pada populasi yang homogen. Misal seseorang
ingin meneliti tentang proses belajar di kelas dalam satu kelas. Total muridnya berjumlah 100
orang. Peneliti tersebut bisa mewawancarai secara mendalam 10 orang sebagai sampel.
Baca juga: Metode Penelitian Kualitatif
Systematic sampling
Teknik sampling ini dilakukan secara sistematis dengan proses awal yang random. Pada
mulanya, mirip dengan random sampling, peneliti memberi nomor seluruh populasi. Daftar
nomor populasi tersebut diurutkan, lalu urutan nomor dalam daftar diacak. Setelah diacak,
pada setiap perhitungan tertentu, satu sampel diambil, dihitung lagi, satu sampel diambil lagi
untuk diteliti. Begitu seterusnya sampai jumlah sampel sesuai dengan rencana awal.
Sebagai contoh, seorang peneliti ingin meneliti pola konsumsi mahasiswa Fakultas Ekonomi
di suatu universitas. Jumlah total populasinya 1000 mahasiswa. Peneliti ingin melakukan
survei pada 100 mahasiswa saja. Teknik sampling yang dilakukan, pertama-tama peneliti
merencanakan, misal sampel yang diambil adalah daftar nomor urut ke 10 dan kelipatannya
(20,30,40, dst sampai 1000), lalu peneliti mengacak daftar 1000 nomor yang semula
berurutan. Setelah diacak, dilihat kembali, mereka yang namanya berada di urutan nomor 10
dan kelipatannya diambil sebagai sampel.
Stratified sampling
Teknik sampling ini juga mirip random sampling. Bedanya, peneliti membagi populasi ke
dalam beberapa strata atau tingkatan. Setelah populasi terbagi ke dalam beberapa strata,
random sampling dilakukan pada masing-masing strata atau tingkatan. Sampel yang diambil
di masing-masing tingkatan jumlahnya proporsional.
Teknik ini biasanya dipilih ketika keseluruhan daftar populasi tidak tersedia atau tidak
mungkin mengumpulkan daftar populasi yang akan diteliti. Pada umumnya, subpopulasi
sudah tersedia, hanya saja tidak ada daftar lengkap anggotanya yang akan diteliti.
Subpopulasi tersebut merupakan klaster.
Teknik ini dilakukan karena peneliti dihadapkan pada keberadaan subjek penelitian yang
sangat dinamis. Biasanya peneliti tidak mempunyai kontrol atas jumlah populasi yang diteliti.
Selain karena memang tidak ada datanya, sangat mustahil menentukan jumlah populasi
karena sangat dinamis, berubah-ubah dan fleksibel.
Contoh teknik ini adalah menghentikan orang dijalan untuk dimintai pendapatanya atau
dilakukan survei kecil-kecilan. Misal penelitian tentang preferensi fashion pengunjung event
Java Jazz pada akhir taun ini. Survei dilakukan pada pengunjung setempat ketika event
diselenggarakan. Waktu survei juga relatif singkat sehingga tidak mungkin dilakukan kepada
semuanya. Jumlah pengunjung juga tidak bisa diketahui karena tidak ada tiket masuk. Teknik
sampling ini biasanya dilakukan sebagai penelitian awal untuk mematangkan penelitian awal
yang lebih besar, misal hubungan antara penikmat Jazz dan selera terhadap fashion.
Purposive sampling
Teknik sampling ini dilakukan berdasarkan penilaian peneliti akan pengetahuan calon
informan atau responden untuk menjawab pertanyaan penelitian. Penilaian bahwa informan
tersebut mempunya pengetahuan dilakukan secara subjektif berdasarkan pengamatan peneliti.
Pada umumnya, sampel yang dinilai mampu menjawab pertanyaan penelitian adalah orang
yang berpengalaman atau memiliki pengetahuan terkait fokus penelitian.
Misal, penelitian tentang perilaku korup polisi lalu lintas. Peneliti menentukan sampling
dengan cara mengamati siapa saja orang-orang yang pernah merasa dirugikan oleh oknum
polisi lalu lintas, seperti ditilang tanpa alasan yang jelas, dipersulit dalam pembuatan SIM,
dan sebagainya. Teknik sampling ini disebut purposif karena pemilihan sampel dilakukan
dengan bertujuan.
Snowball sampling
Teknik sampling ini cocok dilakukan ketika jumlah populasi sulit ditentukan dan isu yang
dibahas cukup sensitif. Snowball sampling adalah teknik sampling berantai. Pengetahuan
informan tentang informan lain yang potensial untuk diteliti menjadi pijakan. Peneliti
biasanya kesulitan mencari individu yang layak dijadikan subjek penelitian tanpa informasi
dari informan sebelumnya.
Sebagi contoh, penelitian tentang imigran gelap di Malaysia atau pengemis di ibukota.
Peneliti biasanya kesulitan menemukan orang-orangnya, namun imigran atau pengemis
mengenal imigran atau pengemis lain yang berada dalam jaringannya. Informan atau
responden juga memiliki pengetahuan tentang siapa saja orang-orang yang potensial untuk
menjadi sampel penelitian. Teknik ini dinamakan snowball karena jumlahnya sedikit diawal
dan semakin besar diakhir, seperti bola salju yang menggelinding.
Quota sampling
Teknik sampling ini dilakukan dengan cara memberi kuota sampel secara proporsional pada
tiap kategori. Kategori dibuat berdasarkan pengetahuan awal tentang karakteristik populasi.
Karakteristik populasi diasumsikan memang ada sebelumnya.
Untuk penelitian survei, biasanya rumus yang bisa dipakai menggunakan proporsi binomunal
(binomunal proportions). Jika besar populasi (N) diketahui, maka dicari dengan
menggunakan rumus berikut:
Rumus Sampel Cross Sectional
Dengan jumlah populasi (N) yang diketahui, maka peneliti bisa melakukan
pengambilan sampel secara acak).
Namun apabila besar populasi (N) tidak diketahui atau (N-n)/(N-1)=1 maka besar sampel
dihitung dengan rumus sebagai berikut :
Keterangan :
= derajat kepercayaan
1- /2 = 1,962 atau dibulatkan menjadi 4, maka rumus untuk besar N yang diketahui kadang-
kadang diubah menjadi:
Penyederhanaan Rumus Lemeshow Atau Disebut Rumus
Slovin
Misalnya, kita ingin mencari sampel minimal untuk suatu penelitian mencari
faktor determinan pemberian ASI secara eksklusif. Untuk mendapatkan nilai p, kita
harus melihat dari penelitian yang telah ada atau literatur. Dari hasil hasil penelitian Suyatno
(2001) di daerah Demak-Jawa Tengah, proporsi bayi (p) yang diberi makanan ASI eksklusif
sekitar 17,2 %. Ini berarti nilai p = 0,172 dan nilai q = 1 – p. Dengan limit dari error (d)
ditetapkan 0,05 dan nilai Alfa = 0,05, maka jumlah sampel yang dibutuhkan sebesar:
Jika tidak diketemukan nilai p dari penelitian atau literatur lain, maka dapat dilakukan
maximal estimation dengan p = 0,5. Jika ingin teliti teliti maka nilai d sekitar 2,5 % (0,025)
atau lebih kecil lagi. Penyederhanaan Rumus diatas banyak dikenal dengan istilah Rumus
Slovin.
Rumus yang digunakan untuk mencari besar sampel baik case control maupun kohort adalah
sama, terutama jika menggunakan ukuran proporsi. Hanya saja untuk penelitian khohor, ada
juga yang menggunakan ukuran data kontinue (nilai mean).
Besar sampel untuk penelitian case control adalah bertujuan untuk mencari sampel minimal
untuk masing-masing kelompok kasus dan kelompok kontrol. Kadang kadang peneliti
membuat perbandingan antara jumlah sampel kelompok kasus dan kontrol tidak harus 1 : 1,
tetapi juga bisa 1: 2 atau 1 : 3 dengan tujuan untuk memperoleh hasil yang lebih baik.
Adapun rumus yang banyak dipakai untuk mencari sampel minimal penelitian case-control
adalah sebagai berikut:
Pada penelitian khohor yang dicari adalah jumlah minimal untuk kelompok exposure dan
non-exposure atau kelompok terpapar dan tidak terpapar. Jika yang digunakan adalah data
proporsi maka untuk penelitian khohor nilai p0 pada rumus di atas sebagai proporsi yang
sakit pada populasi yang tidak terpapar dan p1 adalah proporsi yang sakit pada populasi yang
terpapar atau nilai p1 = p0 x RR (Relative Risk).
Jika nilai p adalah data kontinue (misalnya rata-rata berat badan, tinggi badan, IMT dan
sebagainya) atau tidak dalam bentuk proporsi, maka penentuan besar sampel untuk kelompok
dilakukan berdasarkan rumus berikut:
Contoh kasus, misalnya kita ingin mencari sampel minimal pada penelitian tentang pengaruh
pemberian ASI eksklusif dengan terhadap berat badan bayi. Dengan menggunakan tingkat
kemaknaan 95 % atau Alfa = 0,05, dan tingkat kuasa/power 90 % atau ß=0,10, serta
kesudahan (outcome) yang diamati adalah berat badan bayi yang ditetapkan memiliki nilai
asumsi SD=0,94 kg, dan estimasi selisih antara nilai mean kesudahan (outcome) berat
badan kelompok tidak terpapar dan kelompok terpapar selama 4 bulan pertama kehidupan
bayi (U0 – U1) sebesar 0,6 kg (mengacu hasil penelitian Piwoz, et al. 1994), maka
perkiraan jumlah minimal sampel yang dibutuhkan tiap kelompok pengamatan, baik terpapar
atau tidak terpapar adalah:
Penelitian Eksperimental
j = jumlah replikasi
Contohnya: Jika jumlah perlakuan ada 4 buah, maka jumlah ulangan untuk tiap perlakuan
dapat dihitung:
r>6
Untuk mengantisipasi hilangnya unit ekskperimen maka dilakukan koreksi dengan 1/(1-f) di
mana f adalah proporsi unit eksperimen yang hilang atau mengundur diri atau drop out.
Demikian di atas telah dijelaskan Rumus Besar Sample Penelitian berdasarkan berbagai jenis
metode atau desain penelitian. Semoga bermanfaat.
Referensi:
By Anwar Hidayat
Skala pengukuran adalah sebuah acuan yang digunakan untuk menentukan panjang
pendeknya interval yang ada dalam satuan alat ukur.
cqeacademy.com
Dengan menggunakan skala pengukuran, maka alat ukur yang digunakan akan menghasilkan
data kuantitatif.
Setelah proses pengukuran yang menghasilkan data kuantitatif yang berupa angka-angka
tersebut baru lah kemudian ditentukan analisis statistik yang cocok untuk digunakan.
Di dalam ilmu statistik, skala pengukuran dibagi menjadi 4, yaitu sebagai berikut:
Telah dibuka!!!
rumadata.com
Menyediakan Jasa Olah Data dan konsultasi statistik untuk keperluan penelitian, tugas,
skripsi, tesis, dan disertasi. menawarkan pelayanan terbaik dengan hasil yang cepat, tepat,
dan akurat.
Skala Nominal
Skala nominal merupakan skala pengukuran paling sederhana atau tingkatannya paling
rendah di dalam suatu penelitian.
Baca Juga Dong Penulisan Angka Romawi Beserta Tabel Angka Romawi 1-10000 Lengkap
Skala ini hanya digunakan untuk memberikan kategori saja. Misalnya digunakan untuk
memberi label, simbol, lambang, atau nama pada sebuah kategori sehingga akan
mempermudah pengelompokan data menurut kategorinya.
cybra.com
Pada skala nominal ini, peneliti akan mengelompokkan objek, baik individu atau pun
kelompok kedalam kategori tertentu dan disimbolkan dengan label atau kode tertentu.
Kemudian, angka yang diberikan kepada objek hanya memiliki arti sebagai label atau
pembeda saja dan bukan untuk menunjukkan adanya tingkatan.
Contoh pertama, contoh yang paling umum digunakan yaitu variabel jenis kelamin. Jenis
kelamin akan dibedakan menjadi Laki-laki dan Perempuan.
Dalam hal ini, hasil pengukuran tidak memiliki tingkatan tertentu. Artinya laki-laki tidak
lebih tinggi daripada perempuan, atau sebaliknya.
Di dalam sebuah penelitian, biasanya akan diberi simbol angka sebagai pembeda, misal jenis
kelamin laki-laki diberi simbol angka 1, jenis kelamin perempuan diberi simbol 0. Simbol
angka disini hanya untuk membedakan saja, tidak menunjukkan bahwa 1 lebih besar dari 0
dan sebagainya.
Contoh kedua, misal nama kota lahir. Ada yang Bandung, Jakarta, Surabaya, Bogor, dan lain
lain. Hal ini hanya untuk pembeda saja, tidak menunjukkan tingkatan tertentu. Dengan kata
lain, orang yang lahir di Bandung bukan berarti lebih baik dari Bogor atau yang lainnya.
Contoh ketiga, misalnya menjelaskan agama, ada Islam, Kristen, Hindu, Budha, Katolik. Ini
hanya bersifat membedakan saja
Skala Ordinal
Skala ordinal merupakan skala pengukuran yang sudah menyatakan peringkat antar
tingkatan. Jarak atau interval antar tingkatan juga tidak harus sama.
dreamstime.com
Skala ordinal ini memiliki tingkatan yang lebih tinggi daripada skala nominal, karena skala
ini tidak hanya menunjukkan kategori saja tetapi juga menunjukkan peringkat.
Di dalam skala ordinal, objek atau kategorinya disusun berdasarkan urutan tingkatannya, dari
tingkat terendah ke tingkat tertinggi atau sebaliknya,
Baca Juga Dong Cara Menghitung Persen dengan Mudah, Simpel, dan Tidak Ribet
kategori data dapat disusun sesuai dengan besarnya karakteristik yang dimiliki.
Contoh pertama, contoh pada variabel sikap seseorang terhadap suatu pernyataan, sikap
tersebut berupa sangat setuju, setuju, biasa saja, tidak setuju, sangat tidak setuju.
Pada variabel sikap ini dari sangat setuju ke sangat tidak setuju menunjukkan kategori dan
memiliki tingkatan.
Di dalam sebuah penelitian, kategori tersebut bisa disimbolkan dengan angka, misal angka 5
untuk sangat setuju, angka 4 untuk setuju, angka 3 untuk biasa saja, angka 2 untuk tidak
setuju, dan angka 1 untuk sangat tidak setuju.
Contoh kedua, misal dalam variabel nilai huruf mutu pada perkuliahan, yaitu nilai A, B, C, D,
dan E. Pada nilai ini menunjukkan tingkatan bahwa nilai A lebih besar dari B, dan seterusnya.
Skala Interval
Skala Interval merupakan skala pengukuran yang bisas digunakan untuk menyatakan
peringkat untuk antar tingkatan. Jarak atau interval antar tingkatan pun sudah jelas, hanya
saja tidak memiliki nilai 0 (nol) mutlak.
irmasafitri07.wordpress.com
Skala interval ini bisa dikatakan berada diatas skala ordinal dan nominal. Besar interval atau
jarak satu data dengan data yang lainnya memiliki bobot nilai yang sama. Besar interval ini
bisa saja di tambah atau dikurang.
Kategori data ditentukan skalanya berdasarkan jumlah karaaktristik khusus yang dimilikinya.
Perbedaan karakteristik yang sama tergambar dalam perbedaan yang sama dalam jumlah
yang dikenakan pada kategori.
Angka nol hanya menggambarkan satu titik dalam skala (tidak memiliki nilai nol absolut).
Contoh pertama, contoh yang paling umum pada skala interval adalah suhu. Misalkan suatu
ruangan memiliki suhu 0C, ini bukan berarti bahwa ruangan tersebut tidak ada suhunya.
batam.tribunnews.com
Angka 0C disini merupakan suhu, hal ini dikarena pada skala interval 0 (nol) bukanlah nilai
yang mutlak.
Baca Juga Dong Cara Menghitung IPK | Arti Cum Laude dan Seberapa Pentingkah IPK
Contoh kedua, jam 00.00 bukan berarti waktunya kosong atau tidak ada nilainya, karena jam
00.00 sendiri masih menunjukkan waktu dimana jam 00.00 sama dengan jam 12 malam.
Skala Rasio
Skala rasio adalah skala pengukuran yang ditujukan pada hasil pengukuran yang bisa
dibedakan, diurutkan, memiliki jarak tertentu, dan bisa dibandingkan.
medium.com
Skala rasio merupakan tingkatan skala paling tinggi dan paling lengkap dibanding skala-skala
lainnya. Jarak atau interval antar tingkatan sudah jelas, dan memiliki nilai 0 (nol) yang
mutlak. Nilai nol mutlak berarti benar-benar menyatakan tidak ada.
Contoh pertama, misal tinggi badan Agung adalah 190 cm sedangkan tinggi badan Vatinson
adalah 95 cm. Pada situasi ini dapat dikatakan bahwa jarak tinggi badan Vatinson dengan
Agung adalah 95 cm. Bisa juga dikatakan bahwa tinggi badan Agung 2 kali tinggi badan
Vatinson.
Contoh kedua, misalkan nilai ujian matematika Tono adalah 50, sedangkan nilai Toni adalah
100. Ukuran rasionya dapat dinyatakan bahwa nilai Toni adalah 2 kali nilai Tono.
Ada empat jenis skala pengukuran sikap menurut Daniel J Mueller (1992), yaitu:
a. Skala Likert
Skala Likert di gunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan resepsi seseorang atau
sekelompok orang tentang fenomena social. Dalam penelitian, fenomena social ini telah di
tetapkan secara spesifik oleh peneliti, yang selanjutnya di sebut sebagai variable penelitian.
Contoh :.
Preferensi Preferensi Preferensi
1.Sangat Setuju 1.Setuju 1. Sangat Positif
2.Setuju 2.Sering 2. Positif
3.Ragu-ragu 3.Kadang-kadang 3. Netral
4.Tidak Setuju 4.Hampir tdk pernah 4. Negatif
5.Sangat Tdk Setuju 5.Tidak Pernah 5. Sangat Negatif
Untuk keperluan analisis kuantitatif, maka jawaban tersebut diberi nilai skor, Misalnya :
sangat setuju/setuju/sangat positif diberi skor 5, selanjutnya setuju/sering/positif diberi skor 4
dan seterusnya.
Dengan skala Likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel.
Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item
instrumen yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan, baik bersifat favorable (positif)
bersifat bersifat unfavorable (negatif).
Jawaban setiap item instrumen yang mengunakan skala Likert mempunyai gradasi dari sangat
positif sampai sangat negatif, yang berupa kata-kata antara lain:
b. Skala Thurstone
Skala Thurstone merupakan skala sikap yang pertama dikembangkan dalam pengukuran
sikap. Skala ini mempunyai tiga teknik penskalaan sikap, yaitu :
metode perbandingan pasangan
Ketiga metode ini menggunakan bahan pertimbangan jalur dugaan yang menganggap
kepositifan relatif pernyataan sikap terhadap suatu obyek.
c. Skala Guttman
Skala pengukuran dengan tipe ini, akan di dapat jawaban yang tegas, yaitu ya atau tidak,
benar atau salah, pernah atau tidak, positif atau negative dan lain - lain. Data yang di peroleh
dapat berupa data interval atau rasio dikhotomi (dua alternatif). Jadi kalau pada skala likert
terdapat 3,4,5,6,7 interval, dari kata “sangat setuju” sampai “sangat tidak setuju”, maka pada
dalam skala Guttman hanya ada dua interval yaitu “setuju atau tidak setuju”. Penelitian
menggunakan sakal Guttman di lakukan bila ingin mendapatkan jawaban yang tegas terhadap
suatu permasalahan yang di tanyakan.
Contoh :
Definisi mengenai instrumen penelitian menurut para ahli, antara lain adalah sebagai berikut;
Sukmadinata (2010)
Pengertian instrument penelitian menurutnya adalah sebuah tes yang memiiki karekatristik
mengukur informan dengan sejumlah pertanyaan dan pernyataan dalam penelitian, yang bisa
dilakukan dengan membua garis besar tujuan penelitian dilakukan.
Sugiono (2009)
Definisi instrument penelitian ialah alat bantu yang dipergunakan oleh peneliti dalam
mengukur fenomena alam serta sosial yang sesuai dengan variabel penelitian.
Dari pengertian instrument penelitian menurut para ahli diatas, dapatlah disimpulkan bahwa
instrument penelitian ialah metode penelitian yang dilakukan untuk mengukur dan
mengambil data primer (langsung dari lapangan) melalui kajian-kajian yang empiris serta
sistematis.
Macam-macam bentuk dalam instrument penelitian secara umum, adalah sebagai berikut;
Kuesioner/Angket
Wawancara
Observasi
Dokumentasi
Tes
Penjelasan mengenai instrument penelitian beserta contohnya antara lain adalah sebagai
berikut;
Kuesioner
Alat pengumpulan data yang pertama adalah kuesioner atau angket. Dalam instrument
penelitian kuesioner ini identik dengan penelitian kuantitatif karena data yang diberikan
kepada informan adalah data yang ada jawaban terbuka dan tertutup. Jenis pertanyaan yang
ada dalam kuesioner adalah jenis pertanyaan yang dibutuhkan dalam laporan penelitian.
Contoh kuesioner dalam instrument penelitian ini misalnya dalam kasus penelitian suvai atau
sensus yang dilakukan oleh lembaga daerah dan lembaga-lembaga atau perusahaan swasta
yang ingin mendapatkan data primer.
Wawancara
Jenis instrument penelitian yang kedua dalam pengumpulan data adalah wawancara yang
biasanya dilakukan dalam penelitian kualitatif. Wawancara ini memiliki tingkat kemudahan
sendiri dibandingkan dengan kuesioner karena jika wawancara tidak melakukan
penghitungan secara statistika, meskipun begitu kelemahan yang ada dalam wawancara
membutuhkan waktu penelitian yang relatif lama dibandingkan dengan penelitian
menggunakan angket.
Contoh penelitian yang menggunakan teknik wawancara misalnya adalah menyikapi tentang
pendidikan yang dipengaruhi oleh perubahan sosial lantaran seorang siswa atau pelajar
melakukan pencatatan dengan memotret menggunakan henphone. Peroelah data ini dengan
wawancara harus melakukan proses pewawancara dengan siswa dan juga gurunya.
Observasi
Kelebihan yang di daoatkan dari metode observasi, antara lain adalah sebagai berikut.
Cocok untuk orang yang tidak memiliki tingkat kesibukan tinggi karena tidak harus terpaku
pada waktu dan tempat tertentu.
Adapun untuk kekurangan yang terdapat dalam metode pengamatan atau observasi, antara
lain adalah sebagai berikut.
Dapat menimbulkan perilaku atau sikap yang berbeda dengan perilaku sehari-hari karena
merasa diamati.
Ada berbagai hal yang tidak terduga sehingga mengganggu proses pengamatan.
Ada kejadian atau keadaan informan yang sulit diamati karena bersifat terlalu pribadi dan
rahasia.
Teknik Observasi
Untuk teknik yang ada dalam observasi dalam instrument penelitian pada dasarnya dapatlah
dibedakan menjadi dua macam, antara lain adalah sebagai berikut;
Observasi partisipasi dilakukan dengan cara peneliti hadirdi tengah-tengah informan dan
melakukan berbagai kegiatan bersama sambil mencatat informasi yang dibutuhkan.
Kehadiran peneliti dapat diketahui oleh siapa pun sehingga observasi mi bersifat terbuka.
Dokumentasi
Cara lain untuk dapat memperoleh data dan responden dan informan adalah menggunakan
dokumentasi. Dengan dokumentasi, peneliti memperoleh infonmasi dan berbagai macam
sumber. Informasi tersebut antara lain tempat tinggal, alamat, dan latar belakang pendidikan.
Memberikan gambaran benbagai informasi tentang informan pada waktu lampau (yang
direkam atau di dokumentasikan).
Menyajikan informasi mengenai hubungan informasi pada masa lampau dengan kondisi
sekarang.
Merekam berbagai jenis data tentang informan atau responden seperti identitas responden,
identitas orang tua responden, keadaan dan latar belakang keluarga responden, Iingkungan
sosial, data psikis, prestasi belajar, data pendidikan dan data kesehatan jasmani.
Adapun kekurangan yang terdapat dalam instrument penelitian dengan metode dokumentasi
ini, antara lain adalah sebagai berikut;
Memerlukan validitas dokumentasi untuk mengetahui keabsahan dokumentas.
Sumber Dokumen
Sumber dokumen yang ada di dalam pengembilan dalam instrument penelitian, pada
umumnya dibedakan menjadi empat sebagai berikut.
Dokumen resmi, berupa dokumen atau berkas yang dikeluarkan oleh suatu lembaga secara
resmi, misalnya rapor, nilai akhir semester, dan arsip sejarah.
Dokumen tidak resmi, berupa dokumen yang diperoleh dan sumber tidak resmi tetapi
memberikan informasi penting terkait suatu kejadian.
Dokumen primer, berupa dokumen yang diperoleh dan sumber ash atau orang yang menjadi
informan dan penehitan. Dokumen mi mempunyai nilai keaslian dan bobot lebih valid
daripada dokumen lain.
Dokumen sekunder, berupa dokumen yang diperoleh selain dan sumber ash, bisa orang lain
atau berbagai media seperti surat kabar, laporan penehitian, makalah, dan publikasi lainnya.
Dokumen mi tidak memihiki nilai dan bobot keaslian sevahid dokumen primer.
Tes
Tes sebagai instrumen penelitian, khususnya dalam pengumpulan data penelitian merupakan
serangkaian pertanyaan yang digunakan untuk mengukur keterampihan, pengetahuan,
inteligensi, kemampuan, dan bakat.
Penjelasan mengenai tes ini, setidaknya terbagi menjadi lima bentuk, antara lainnya adalah
sebagai berikut;
Tes kepribadian, yaitu tes yang digunakan untuk mengungkap kepribadian seseorang.
Tes bakat, yaitu tes yang digunakan untuk mengukur atau mengetahul bakat seseorang.
Tes prestasi, yaitu tes yang digunakan untuk mengukur pencapaian seseorang dalam bidang
tertentu, misalnya akademik.
Tes inteliegensi, yaitu tes yang digunakan untuk membuat penaksiran tingkat intelektuah
seseorang.
Tes sikap, yaitu tes yang digunakan untuk mengukur kecenderungan sikap seseorang.
Daftar Isi
Sukmadinata (2010)
Sugiono (2009)
Kuesioner
Wawancara
Observasi
Teknik Observasi
Dokumentasi
Sumber Dokumen
Tes
Menurut Iskandar (2008) yang diperlukan dalam penyusunan instrumen penelitian antara lain
adalah sebagai berikut;
Membuat dan merancang petunjuk pengisian terhadap alat instrumen penelitian, baik
kuesionar, wawancara penelitian, dan lain sebaginya.
Uji Validitas adalah Uji ketepatan atau ketelitian suatu alat ukur dalam mengukur apa yang
sedang ingin diukur. Dalam pengertian yang mudah dipahami, uji validitas adalah uji yang
bertujuan untuk menilai apakah seperangkat alat ukur sudah tepat mengukur apa yang
seharusnya diukur.
Saya ambil contoh mudahnya saja, jika anda ingin mengukur berat badan, maka harus
menggunakan timbangan. Sedangkan jika anda ingin mengukur tinggi badan, maka harus
menggunakan meteran. Nah, itulah yang dimaksud dengan validitas. Jadi validitas dapat
diartikan sebagai tingkat kesahihan alat ukur ukur dalam mengukur apa yang seharusnya
diukur.
Dalam pengujian alat ukur pengumpulan data penelitian, validitas itu ada dua macam, yaitu
validitas faktor dan validitas item. Validitas faktor diukur apabila item yang disusun
menggunakan lebih dari sebuah faktor (antara faktor yang satu dengan faktor yang lain ada
kesamaannya).
Proses mengukur validitas faktor tersebut adalah dengan cara menghubungkan atau
mengkorelasikan antara skor faktor (penjumlahan dari semua item dalam satu faktor) dengan
skor total faktor (total keseluruhan dari faktor).
Sedangkan pengukuran validitas item adalah dengan cara mengkorelasikan antara skor item
dengan skor total dari semua item yang ada.
Dengan uraian diatas, para pembaca pasti sudah memahami, bahwa sebenarnya uji validitas
item adalah uji yang menilai apakah seperangkat soal yang terdiri dari beberapa item dapat
mendukung seperangkat item soal sebagai satu kesatuan yang tunggal.
Pada artikel lainnya kita telah membahas banyak perihal uji validitas, salah satunya adalah
Tutorial Uji Validitas Instrumen dengan SPSS. Disini kami akan coba menerangkan apa,
bagaimana dan rumus perhitungan uji validitas. Uji Validitas dilakukan untuk menilai apakah
soal sudah valid atau tidak untuk sebuah penelitian yang sesungguhnya.
Pada saat anda membaca paragraph awal artikel ini, anda jangan pergi kemana-mana dulu,
sebab yang anda cari pasti ada disini. Namun dalam bahasan ini, kami lebih fokus kepada
pengertian dan penjelasan tentang apa sebenarnya uji validitas dan manfaatnya. Berikut kami
sampai dulu singkat saja perihal perbedaan antara uji validitas dan reliabilitas:
Sebagian pembaca mungkin bertanya-tanya selama ini, apa sih perbedaan antara uji validitas
dan reliabilitas? keduanya adalah dua hal yang benar-benar berbeda, namun saling
melengkapi satu sama lain. Keduanya perlu dilakukan dengan tujuan agar alat ukur yang kita
gunakan dapat menghasilkan data yang benar-benar dapat digunakan untuk menjawab
permasalahan penelitian.
Alat ukur yang seperti itu, haruslah memenuhi kriteria, yaitu valid dan reliabel. Valid berarti
sahih atau tepat apa yang diukur sedangkan reliabel adalah handal, yaitu digunakan kapan
saja dan dimana saja maka hasilnya tetaplah sama.
Pada prakteknya, sebuah item soal dalam sebuah alat ukur haruslah valid terlebih dahulu,
baru kemudian diuji kehandalannnya. Jadi dapat dimaknai, bahwa: soal yang valid belum
tentu reliabel. Sedangkan soal yang reliabel, maka pastilah sudah valid. Demikian kiranya
perbedaan uji validitas dan reliabilitas.
Bagi anda yang ingin mencari referensi uji validitas butir, silahkan baca artikel kami yang
berjudul: Tutorial Uji Validitas Instrumen dengan SPSS. Dalam artikel tersebut dijelaskan
langkah demi langkah atau step by step tutorial melakukan analisis atau uji validitas butir,
baik menggunakan pearson product moment ataupun corrected item to total correlation.
Logika
Empirik.
Logika
Macam-Macam Logika:
Isi : untuk menguji apa tes ini representatif atau tidak (untuk sampel, populasi untuk
penelitian)
Empirik
Macam-macam Empirik:
Ramalan: suatu kondisi yang menunjukkan seberapa jauhkah sebuah tes telah dapat dengan
secara tepat menunjukkan kemampuannya untuk meramalkan apa yang bakal terjadi pada
masa mendatang. Contoh : penerimaan mahasiswa baru.
Bandingan: tes tersebut dalam kurun waktu yang sama dengan secara tepat telah mampu
menunjukkan adanya hubungan searah antara tes yang pertama dan kedua (validitas
sekarang/pengalaman).
Ada beberapa teknik atau rumus uji validitas yang dapat anda gunakan. Dibawah ini akan
kami jelaskan beberapa diantaranya.
Teknik pertama dan populer yang digunakan adalah teknik Korelasi Product Moment yang
dikemukakan oleh Pearson.
Bila dilihat pada kedua hitungan diatas terdapat perbedaan 0,003 lebih besar pada simpangan
ini wajar karena adanya pembulatan.
Koefisien Korelasi Dalam Uji Validitas
Misal:
IPA : 2 3 5 7 4 3 2
Matematika : 4 5 6 8 5 4 3
Kondisi nilai Matematika sejajar dengan IPA karena naik dan turunnya
nilai Matematika mengikuti naik dan turunnya nilai IPA.
Bahasa Indonesia : 5 6 8 4 3 2
Matematika : 8 7 5 1 2 3
Koefisien korelasi terdapat antara -1,00 sampai +1,00. karena dalam perhitungan sering
dilakukan pembulatan angka yang didapatkan 1,00
Dengan melihat harga r dan diinterprestasikan misalnya korelasi Tinggi, Cukup dan
sebagainya.
Tabel analisis item Untuk Perhitungan Uji Validitas Item atau validitas butir.
Untuk menghitung validitas item nomor 6, dibuat terlebih dahulu tabel persiapannya sebagai
berikut:
Dimasukkan ke Korelasi Product Moment dengan rumus angka kasar:
Koefisien validitas item nomor 6 adalah 0,421.Validitas items tersebut kurang meyakinkan,
validitas tidak tinggi.
Apabila item memili skor 1 dan 0 saja, bisa menggunakan Koefisien Korelasi Biserial.
Responden No.3 memiliki skor total hanya 4, sedangkan No.2 dan No. 4 memiliki nilai yang
sama yaitu 5.
Rumus:
Keterangan :
Demikian sudah dijelaskan secara singkat tentang tutorial uji validitas. Selanjutnya silahkan
baca artikel kami yang berjudul Tutorial Uji Validitas Instrumen dengan SPSS, Semoga
bermanfaat.
a. Secara etimologis, hipotesis berasal dari dua kata hypo yang berarti “kurang dari” dan
thesis yang berarti pendapat. Jadi, hipotesis merupakan suatu pendapat atau kesimpulan yang
belum final, yang harus diuji kebenarannya (Djarwanto, 1994 : 13).
b. Hipotesis merupakan suatu pernyataan sementara yang diajukan untuk memecahkan suatu
masalah, atau untuk menerangkan suatu gejala (Donald Ary, 1992 : 120).
Hipotesis (Bersumber
dari:https://www.simplypsychology.org/type_I_and_type_II_errors.html)
c. Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang kebenarannya harus
diuji secara empiris (Moh.Nazir, 1998: 182).
e. Secara statistik, hipotesis merupakan pernyataan mengenai keadaan parameter yang akan
diuji melalui statistik sample (Sumadi Suryabrata, 2000 : 69).
g. Ditinjau dalam hubungannya dengan teori ilmiah, hipotesis merupakan deduksi dari teori
ilmiah (pada penelitian kuantitatif) dan kesimpulan sementara sebagai hasil observasi untuk
menghasilkan teori baru (pada penelitian kualitatif).
Secara umum, definisi atau pengertian Hipotesis secara epistemologis adalah sebuah kata
yang berasal dari bahasa Yunani yaitu berasalah dari kata “hypo” yang artinya adalah di
bawah serta kata “thesis” yang artinya adalah pendirian, pendapat atau kepastian.
Dari pengertian secara epistemologis tersebut, kita dapat membuat sebuah gambaran bahwa
hipotesa adalah jawaban sementara terhadap suatu permasalahan yang sifatnya masih praduga
atau menduga-duga, sebab masih harus dibuktikan terlebih dahulu kebenarannya kemudian
melalui sebuah riset atau penelitian.
Pendapat lain tentang hipotesa menurut para ahli adalah: Hipotesis ialah sebuah pendapat
atau opini yang kebenarannya masih diragukan dan masih harus diuji untuk membuktikan
kebenarannya tersebut melalui sebuah percobaan. Jika kemudian percobaan yang dilakukan
tersebut terbukti kebenarannya, maka hipotesa tersebut dapat disebut sebagai teori.
Hipotesa Penelitian
Hipotesa Penelitian atau biasa disebut hipotesis penelitian adalah jawaban sementara terhadap
pertanyaan-pertanyaan penelitian. Jadi para peneliti akan membuat hipotesa dalam
penelitiannya, yang bertujuan untuk menjadikannya sebagai acuan dalam menentukan
langkah selanjutnya agar dapat membuat kesimpulan-kesimpulan terhadap penelitian yang
dilakukannya.
a. Hipotesis yang mempunyai dasar yang kuat menunjukkan bahwa peneliti telah mempunyai
cukup pengetahuan untuk melakukan penelitian pada bidang tersebut.
c. Hipotesis merupakan petunjuk tentang prosedur apa saja yang harus diikuti dan jenis data
apa saja yang harus dikumpulkan.
a. Harus menyatakan pertautan antara dua variabel atau lebih (dalam satu rumusan hipotesis
minimal terdapat dua variabel).
1) Hipotesa kerja, yaitu jawaban sementara “yang sebenarnya” yang merupakan sintesis dari
hasil kajian teoritis. Hipotesa kerja biasanya disingkat H1 atau Ha.
2) Hipotesa nol atau hipotesa statistik, merupakan lawan dari hipotesis kerja dan sering
disingkat Ho.
Ada kalanya peneliti merumuskannya dalam bentuk H1 dan Ho untuk satu permasalahan
penelitian. Hal ini didasari atas pertimbangan bahwa Ho “sengaja” dipersiapkan untuk
ditolak, sedangkan H1 “dipersiapkan” untuk diterima (Sudarwan Danim dan Darwis,
2003:171).
b. Ditinjau dari proses pemerolehannya, dibedakan menjadi:
2) Hipotesis deduktif, merupakan hipotesa yang dirumuskan berdasarkan teori ilmiah yang
telah ada (pada penelitian kuantitatif).
Hubungan antara hipotesa dengan observasi dan teori ilmiah pada hipotesis induktif dan
deduktif dapat divisualisasikan sebagai berikut (Trochim, 2005).
Hipotesis Penelitian
Hipotesis terdapat tiga macam atau jenis atau lebih tepatnya disebut dengan “istilah bentuk
hipotesis.”
Hipotesis Deskriptif
Hipotesis Deskriptif adalah dugaan atau jawaban sementara terhadap permasalahan yang
bersifat deskriptif atau persamasalahan yang berhubungan dengan variabel tunggal.
Contoh Hipotesis Deskriptif yaitu: Misalnya ada seorang peneliti yang ingin mengetahui
bahwa, apakah Jamu Merk A yang dijual di pasaran mengandung bahan kimia berbahaya.
Maka peneliti tersebut kemudian menyusun sebuah rumusan masalah sebagai berikut:
Apakah Jamu Merk A yang dijual di pasaran mengandung bahan kimia berbahaya?
Didalam penelitian tersebut, variabel yang digunakan ialah variabel tunggal, yaitu Jamu Merk
A yang dijual pasaran. Maka oleh karena itu, hipotesa yang digunakan dalam penelitian
tersebut adalah Hipotesis Deskriptif.
Selanjutnya ada dua pilihan yang dapat dibuat oleh peneliti tersebut sesuai dengan konsep
teori yang digunakannya, yaitu:
H0 : Jamu yang dijual di pasaran tersebut mengandung bahan kimia berbahaya. Atau:
H1 : Jamu yang dijual di pasaran tersebut tidak mengandung bahan kimia berbahaya.
Hipotesis Komparatif
Hipotesis Komparatif adalah sebuah dugaan atau jawaban sementara terhadap rumusan
masalah yang sifatnya untuk menjawab pertanyaan perbandingan atau komparasi antara 2
variabel.
Contoh Hipotesis Komparatif yaitu: Seorang peneliti ingin mengetahui adanya perbedaan
antara tingkat kematian kasus virus corona dan kasus virus flu burung. Apakah keduanya
mempunyai tingkat kematian yang sama atau berbeda.
Maka selanjutnya dalam penelitian tersebut, peneliti menggunakan variabel yang bersifat
jamak. Pada Variabel yang pertama digunakan untuk menilai tingkat kematian akibat virus
Corona, dan yang kedua adalah tingkat kematian akibat virus flu burung.
Maka oleh karena itu, dalam permasalahan tersebut, hipotesis yang digunakan ialah Hipotesis
Komparatif atau perbandingan, sebab didalamnya berisi tentang perbandingan antara dua
variabel yaitu tingkat kematian akibat virus corona dan tingkat kematian akibat virus flu
burung.
Selanjutnya ada dua pilihan yang dapat dibuat oleh peneliti tersebut yang sesuai dengan
konsep keilmuannya, yaitu:
H0 : Tingkat kematian akibat virus corona tidak berbeda dengan tingkat kematian akibat
virus flu burung. Atau:
H1 : Tingkat kematian akibat virus corona berbeda dengan tingkat kematian akibat virus flu
burung.
Hipotesis Asosiatif
Hipotesis Asosiatif adalah sebuah jawaban sementara terhadap rumusan masalah yang
didalamnya untuk menjawab pertanyaan adakah hubungan antara dua variabel penelitian.
Contoh Hipotesis Asosiatif yaitu: Ada seorang peneliti yang akan meneliti apakah tingkat
keparahan akibat infeksi virus corona berhubungan dengan jenis kelamin penderita?
Sehingga peneliti tersebut akan membuat rumusan masalah sebagai berikut: Apakah tingkat
keparahan akibat infeksi virus corona berhubungan dengan jenis kelamin penderita?
Maka dalam rumusan masalah tersebut, variabel yang digunakan dalam penelitian adalah
variabel jamak. Pada Variabel yang pertama adalah tingkat keparahan akibat infeksi virus
corona. Sedagkan variabel kedua adalah jenis kelamin penderita.
Maka oleh karena itu, dalam menjawab permasalahan tersebut, hipotesa penelitian yang
digunakan adalah Hipotesis Asosiatif, sebab didalamnya mengandung makna untuk menilai
adanya hubungan antara dua variabel penelitian.
Selanjutnya ada dua pilihan yang dapat dibuat oleh peneliti tersebut sesuai dengan konsep
teori yang digunakannya, yaitu:
H0: Tingkat keparahan akibat infeksi virus corona tidak dipengaruhi oleh jenis kelamin
penderita. Atau
H1: Tingkat keparahan akibat infeksi virus corona dipengaruhi oleh jenis kelamin penderita.
Dalam menyusun hipotesa, terdapat syarat-syarat yang harus dipatuhi, antara lain:
Harus menunjukkan adanya sebuah hubungan antara dua atau lebih variabel dalam penelitian.
Haruslah berdasarkan pada pendapat atau teori-teori dari para pakar atau hasil dari penelitian
lainnya yang relevan.
Berdasarkan penjelasan yang panjang di atas, mulai dari pengertian sampai dengan jenis-jenis
hipotesis, maka statistikian coba membuat kesimpulan tentang artikel Hipotesis atau yang
dalam Bahasa Indonesia lebih dikenal dengan istilah Hipotesa. Berikut kesimpulannya:
Hipotesa penelitian dibuat oleh peneliti sebagai acuan dalam menentukan langkah selanjutnya
yang harus dilakukan untuk membuat kesimpulan-kesimpulan penelitian. Jenis Hipotesis
Penelitian antara lain: Hipotesa kerja, hipotesa nol, hipotesa induktif dan hipotesa deduktif.
Hipotesis adalah jawaban yang masih bersifat sementara terhadap suatu masalah yang
sifatnya masih praduga sebab masih harus dibuktikan terlebih dahulu akan kebenarannya
melalui sebuah penelitian atau percobaan.
Hipotesis nol atau H0 adalah sebuah pernyataan yang didalamnya tidak ada perbedaan antara
parameter dengan statistik. Sedangkan, lawan dari Hipotesis Nol ialah hipotesis alternatif
atau biasa disebut H1 atau Ha, yang didalamnya menyatakan adanya perbedaan antara
parameter dan statistik.
Pertama ialah merumuskan masalah, artinya kita harus menentukan atau menetapkan masalah
yang akan diteliti sesuai dengan pertanyaan-pertanyaan atau fenomena di lapangan.
Setelah tahap pengumpulan data secara obyektif dalam bentuk fakta-fakta, selanjutnya adalah
membandingkan fakta-fakta yang didapat tersebut apakah benar-benar relevan ataukah tidak.
Seberapa besar rata-rata penurunan Hemoglobin pada penderita Demam Berdarah Dengue?
Rumusan: H0: rata-rata penurunan hemogolovin pada penderita Demam Berdarah Dengue
adalah 200.000.
Rumusan:
H0: Tidak terdapat pengaruh jumlah komisaris independen terhadap return saham.
Apakah terdapat perbedaan hasil belajar matematika antara metode konvensional dengan
metode modern?
H0: Tidak terdapat perbedaan hasil belajar matematika antara metode konvensional dengan
metode modern.
H1: Terdapat perbedaan hasil belajar matematika antara metode konvensional dengan metode
modern.
2. Apakah terdapat perbedaan kejadian pre eklampsia antara ibu primigravida dengan
multigravida?
H0: Tidak terdapat perbedaan kejadian pre eklampsia antara ibu primigravida dengan
multigravida.
H1: Terdapat perbedaan kejadian pre eklampsia antara ibu primigravida dengan multigravida.
H0: Tidak terdapat perbedaan kematian larva antara kadar larutan A dengan B.
Begitu saya kira kesimpulan yang dapat kita buat dalam memahami tentang konsep hipotesis
penelitian. Semoga bermanfaat bagi para pembaca, terutama yang sedang bersiap atau sedang
menyusun proposal penelitian.
Salam dari statistikian.com.
By Anwar Hidayat.
Daftar Isi
Agar anda lebih memahami tentang pengertian analisa data, berikut beberapa pengertian
analisa data menurut para ahli :
Pengertian analisa data menurut Lexy J, Moleong adalah proses untuk mengatur urutan data
dan mengorganisakan ke dalam satu kategori, pola dan satuan.
2. Taylor
Menurut Taylor, Pengertian analisa data adalah proses untuk menjelaskan usaha dengan
resmi dengan tujuan menemukan tema serta merumuskan hipotesis sebagai upaya untuk
memberikan bantuan pada hipotesis.
Secara umum, teknik analisa data dapat terbagi menjadi 2 (dua) kategori, yaitu analisa
kuantitatif dan kualititatif.
Yang menjadi perbedaan mendasar dari kedua teknik tersebut adalah pada jenis datanya.
Untuk data pada teknik yang bersifat kualitatif atau tidak dapat di angkakan maka andalisa
yang digunakan teknik analisa kualitatif.
Sedangkan data yang dapat di angkakan dapat di analisa dengan menggunakan analisa
kuantitatif atau bahkan dapat di analisa juga dengan kualitatif.
a. Statisik Deskriptif
Analisa statistik deskriptif adalah statistik yang dipergunakan untuk menganalisa data dengan
mendeskripsikan atau juga menggambarkan data yang sudah terkumpul tanpa ada maksud
mebuat kesimpulan yang berlakuk untuk umum.
Analisis ini hanya berupa akumulasi data dasar dalam bentuk deskripsi semata dalam arti
tidak mencari atau menerangkan hubungan, membuat ramalan, atau penarikan kesimpulan.
Teknik analisa statisik yang bersifat deskriptif ini biasanya digunakan dalam penelitian yang
bersifat eksplorasi seperti menganalisa tentang minat konsumen terhadap sebuah produk.
Secara umum, teknik analisa data statistik yang sering digunakan di antaranya adalah :
Menyajikan data dalam bentuk tabel, distribusi frekuensi dan tabulasi. Dengan teknik analisa
ini akan diketemukan kecenderungan hasil dari penelitian.
Menyajikan data dalam bentuk visual seperti diagram batang ,diagram lingkaran atau diagram
lambang.
b. Statistik Inferensial
Bila statistik deskriptif bersifat memaparkan data maka di dalam teknik analisa data
inferensial sudah melakukan usaha untuk menari kesimpulan dan menentukan keputusan
yang berlandaskan analisa yang telah dilakukan.
Pada umumnya, analisa statistik inferensial menggunakan sampel tertentu dari populasi yang
jumlah banyak.
Oleh sebab itu, jenis analisa statistik inferensial ini juga bisa disebut dengan statistik induktif.
Berdasarkan dari jenis analisisnya statistik inferensial dapat dibagi menjadi 2 (dua) bagian,
yaitu :
1. Analisa Korelasional
Analisa korelasional adalah analisa statistik yang berupaya mencari pengaruh atau hubungan
antara dua variabel atau lebih.
Didalam analisa korelasional ini, variabel dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu :
Variabel bebas (Independent Variable) : variabel yang tidak dipengaruhi oleh variabel
lainnya.
Variabel terikat ( Dependent Variable) : variabel yang dipengaruhi oleh variabel lainnya.
Banyak teknik analisa data yang dapat digunakan dalam analisa korelasional ini seperti
statistik parametrik atau non parametrik.
Penggunaaan teknik analisa tersebut tergantung pada jenis skala datanya yang terdiri dari :
Interval : data kuantitatif atau data yang berbentuk angka atau dapat di angkakan.
2. Analisa Komparasi
Analisa komparasi adalah teknik analisa data statistik yang memiliki tujuan untuk
membandingkan antara kondis dua kelompok atau lebih.
Teknik analisa yang digunakan cukup banyak tergantung dengan jenis skala data dan juga
banyaknya kelompok.
Pada umumnya, pengambilan sampel di lakukan secara acak dan proses pengumpulan data
menggunakan metode penelitian kuantitatif serta analisis data memiliki sifat kuantitatif yang
bertujuan untuk menguji hipotesa yang telah ditetapkan.
Cara ini juga sering disebut dengan metode dicovery karena teknik ini bisa ditempukan pada
penelitian iptek terbaru.
Baca juga | Pengertian Audit, Jenis-Jenis, Tujuan, Standar dan Proses Audit
Jenis Analisas kualitatif tidak bisa berproses secara linier dan bersifat kompleks karena tidak
memiliki standarisasi atau formulanya.
Tujuan dari analisa data kualitatif adalah mendapatkan arti dari korelasi antara variabel-
variabel sehingga dapat digunakan untuk menjawab atau mencari solusi dari permasalahan
yang telah dirumuskan di dalam penelitian.
Korelasi antara semantis sangatlah penting karena dalam analisa kualitatif, peneliti tidak
memakai angka seperti pada analisa kuantitatif.
Pada dasarnya teknik analisa data kualitatif adalah menganalisa dan mengolah data yang
terkumpul menjadi data yang terstruktur, sistematis dan memiliki makna.
Di dalam penelitan kualitatif, analisa data dilakukan dari awal penelitan dan selama proses
analisa berlangsung dan kemudian data-data tersebut diolah secara sismatis,
Dalam jenis analisa ini biasanya memiliki tahapan dan dimulai dari wawancara, observasi,
mengedit,mengklasifikasi, mereduksi dan kemudian menyimpulkan serta menyajuikan data.
Teknik pengumpulan data dalam analisa kualitatif terdapat beberapa jenis, yaitu
1. Wawancara
Cara wawancara yang dapat digunakan untuk analisa kualitatif adalah teknik wawancara
yang mendalam.
Arti dari wawancara mendalam adalah proses pengumpulan data dengan cara mendapatkan
keterangan secara langsung antara pewawancara dengan orang yang diwawancarai, baik
menggunakan panduan ataupun tidak.
2. Obeservasi
Terkadang pengumpulan data dalam analisa kualitatif dapat diperoleh dari obeservasi.
Salah satu alasan peneliti melakukan obeservasi adalah untuk menyajikan informasi yang
realistis dari perilaku atau kejadian, untuk menjawab pertanyaan dan memnbantu untuk
memahami perilaku manusia.
Jenis obeservasi yang dapat digunakan dalam teknik analisa data kualitatif adalah observasi
tidak tersruktur, observasi partisipasi dan observasi kelompok tidak terstruktur.
1. Reduksi Data
Pengertian reduksi data adalah bentuk analisa yang memiliki tujuan untuk mempertajam,
mengkategorikan, membuang hal yang tidak perlu, mengarahkan data sehingga kesimpulan
akhir dapat di ambil.
2. Penyajian Data
Penyajian data adalah aktivitas yang dilakukan ketika informasi disusun sehingga dapat
memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan.
Bentuk penyajian data kualitatif dapat berbentuk teks naratif, metrik, grafik atau bagan.
3. Penarikan Kesimpulan
Penarikan kesimpulan adalah hasil analisa yang dapat digunakan oleh peneliti untuk
mengambil tindakan.
Penyajian Data
Penyajian data adalah mekanisasi yang dipergunakan dalam sebuah laporan penelitian untuk
menyajikan rangkaian angka numeric agar mudah dibaca. Sehingga secara umumnya, data-
data penelitian tersebut dapat disajikan kepada khalayak umum dengan sangat mudah.
Pengertian penyajian data adalah aktivitas yang dilakukan oleh seseorang penelitian, baik
individu ataupun berkelompok untuk melengkapi proses pembuatan laporan atas hasil
penelitian kuantitatif/kualitataif yang telah dilakukan, sehingga senantianysa bisa dianalisis
sesuai dengan standar keilmiahanan.
Secara umum, pada proses penyajian data yang dilakukan untuk penelitian mengandung 3
jenis karaktristik yang berbeda, diantaranya macam penyajian data yang diperlakukan adalah
sebagai berikut;
Tabel
Grafik/diagram
Peta
Memperjelas tentang penjelasan akan soal penyajian data diatas, maka uaraian lebih lanjutnya
adalah sebagai berikut;
Tabel
Penyajian data dengan tabel merupakan cara yang paling mudah dilakukan dalam sejumlah
penelitian statistika. Penyajian dengan tabel ini biasanya dipergunakan untuk kepentingan
analisis perbandingan-perbendaingan yang diperlukan dalam teori penelitian sosial.
Contohnya saja yang tergolong dalam penyajian data bentuk tambel misalnya untuk
membandingkan tingkat kepadatan penduduk yang berada di suatu wilayah pada periode
waktu tertentu, dengan kepadatan penduduk di wilayah lainnya yang berbeda atau
sama. Selengkapnya, baca; Dinamika Penduduk: Pengertian, Faktor, dan Contohnya di
Indonesia
Grafik/Diagram
Jenis penyajian data yang dipergunakan dalam grafik atau diagram ini sudah mafhum
dilakukan dalam serangkaian penelitian-penelitian sosial ataupun eksperimen, yang secara
garis besarnya menjelaskan tentang visualisasi penelitian atau informasi tentang kegiatan
secara ringkas, menarik, dan jelas.
Contoh penggunaan dalam penyajian data ini sendiri misalnya saja tentang penggunaan data
kependudukan yang dilakukan oleh pemerintah untuk mengukur adanya persebaran
penduduk tidak merata yang ada diwilayah dan perwilayahan Indonesia.
Adapun beberapa kelebihan atas penyajian data dalam bentuk diagram atau grafik ini, antara
lain adalah sebagai berikut;
Pembaca lebih mudah dalam membandingkan data satu dengan data yang lain,
Selain memiliki kelebihan, sistem penghitungan dan penampilan data penelitian dengan
grafik mempunyai kelemahan dibandingkan dengan penyajian lainnya. Mislanya saja akan
karakteristknya yang terpaparkan hanya pendapatkan sedangkan detai terdapat dalam table.
Peristilah ini kerap kalian disebut dengan aprosimatif.
Grafik batang (bar graph) adalah grafik dalam penyajian data yang mafhumnya diwakili oleh
segi empat berbentuk batang, baik horizontal maupun vertikal
Grafik lingkaran (pie graph) adalah prosesi penyajidan yang dilakukan dengan gambaran
lingkaran dengan penjelasan persentase disetiap numeriknya.
Grafik garis (line graph) adalah bentuk penyajian data yang umumnya hanya dilakukan
penggabaran dalam garis/titik-titik.
Peta
Bentuk penyajian data selanjutanya yang kerapkali dilakukan oleh para penelitian, bisanya
dalam peta atau garis. Jenis data atau informasi ini lebih mengerucut pada data kependudukan
yang ditampilkan dalam bentuk peta, oleh lembaga pemerintahan ataupun masyarakat umum.
Alasannya penyajian data peta lebih pada kependudukan lantaran dinilai lebih menarik dan
mudah dibaca oleh banyak orang terutama tentang pununjukkan lokasinya. Penyajian data
atau informasi penduduk dalam bentuk peta menghasilkan konsep ini misalnya saja
dalam syarat peta penduduk. Selengkapnya, baca; Manfaat Peta di Indonesia dalam Berbagai
Bidang
Beberapa bentuk simbol ini bahkan bisa digunakan untuk menggambankan kondisi kepadatan
penduduk. Misalnya simbol piktorial atau dapat juga dengan arsiran bersifat kuantitatif serta
gradasi warna. Pemilihan simbol yang tepat menjadi hal penting dalam penyajian data dengan
tujuan agar tidak terjadi kesalahan dalam pembacaan.
Dari serangkaian penjelasan tentang pengertian, jenis penyajian data, dan contohnya diatas.
Maka dapatlah disimpulkan bahwa penyajian data penelitian akan lebih mudah dipahami jika
ditampilkan dalam bentuk grafik atau diagram.
Diagram yang berbentuk garis biasanya digunakan untuk melihat perkembangan data dalam
numerik statistik. Diagram ini memuat data-data yang berkesinambungan atau kontinu seperti
contohnya saja penghitungan dalam data jumlah penduduk dari tahun ke tahun.