Anda di halaman 1dari 50

LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI

ILMU DASAR KEPERAWATAN

DI SUSUN OLEH :

ELLA SRI ARDINI

1903013

Bekerjasama Dengan :
FAKULTAS BIOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN DUTA WACANA YOGYAKARTA

PROGRAM STUDI SARJANA ILMU KEPERAWATAN ALIH JENJANG


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BETHESDA YAKKUM
YOGYAKARTA
2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
karena berkat dan rahmat-Nya sehingga kami dapat menyusun laporan
praktikum biologi sebagai tugas mata kuliah Ilmu Dasar Keperawatan
Program Studi Sarjana Keperawatan Alih Jenjang di Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Bethesda Yakkum Yogyakarta, sehingga laporan ini dapat
diselesaikan dengan baik.
Rasa terimakasih juga kami ucapkan kepada dosen pembimbing
yang selalu memberikan dukungan serta bimbingannya sehingga laporan
praktikum biologi ini dapat di susun dengan baik. Salah satu mata kuliah
yang akan menggunakan metode pembelajaran praktikum adalah mata
kuliah ilmu dasar keperawatan.. Untuk memenuhi tuntutan dan mengikuti
perkembangan yang terjadi, maka perawat perlu memiliki pengetahuan,
keterampilan, dan sikap professional termasuk perkembangan ilmu biologi
dan laboratorium.
Semoga laporan praktikum biologi yang telah kami susun dapat
memperkaya ilmu dan menambah ilmu pengetahuan dan pengalaman para
pembaca. Selayaknya kalimat yang menyatakan bahwa tidak ada sesuatu
yang sempurna. Kami juga menyadari bahwa Laporan praktikum biologi
ini juga masih banyak kekurangan. Maka dari itu kami mengharapkan
saran serta masukan dari pembaca sekalian demi penyusunan laporan
praktikum biologi yang lebih baik lagi.

Yogyakarta, 20 Desember 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar .................................................................................................. i


DAFTAR ISI .................................................................................................... ii
DAFTAR TABEL ........................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................ 1
1.2 Tujuan ........................................................................................................ 2
1.3 Manfaat ...................................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................... 3
A. Mikroskop ................................................................................................... 3
B. Struktur Sel ................................................................................................. 5
C. Spermatogenesis dan Oogenesis .................................................................. 9
D. Genetika ..................................................................................................... 13
E. Siklus Estrus .............................................................................................. 16
F. Test Kehamilan .......................................................................................... 19
BAB III METODE PRAKTIKUM ................................................................ 20
A. Mikroskop ................................................................................................. 20
B. Struktur Sel ............................................................................................... 21
C. Spermatogenesis dan Oogenesis ................................................................. 22
D. Genetika ..................................................................................................... 23
E. Siklus Estrus ............................................................................................... 25
F. Uji Kehamilan .......................................................................................... 26
BAB IV Hasil Praktikum dan Pembahasan ..................................................... 27
A. Mikroskop ................................................................................................. 27
B. Struktur Sel Epitel Rongga Mulut .............................................................. 29
C. Spermatogenesis dan Oogenesis ................................................................. 31
D. Kromosom Manusia dan Golongan Darah .................................................. 33
E. Siklus Estrus ............................................................................................... 37
F Uji Kehamilan ............................................................................................. 40
BAB V PENUTUP ......................................................................................... 43
A. Kesimpulan ............................................................................................... 43
B. Saran ......................................................................................................... 44
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 45

ii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Kecocokan golongan darah .............................................................. 15


Tabel 4.1 Hasil Pemeriksaan Golongan Darah ................................................ 34

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Struktur Sel.................................................................................... 5


Gambar 2.2 Spermatogenesis .......................................................................... 10
Gambar 2.3 Oogenesis .................................................................................... 12
Gambar 2.4 Siklus Estrus ................................................................................ 16
Gambar 4.1 Mikroskop ................................................................................. 27
Gambar 4.2 Hasil Pengamatan Sel Epitel Rongga Mulut ............................... 29
Gambar 4.3 Hasil Pengamatan Spermatogenesis ........................................... 31
Gambar 4.4 Hasil Pengamatan Oogenesis ....................................................... 32
Gambar 4.5 Hasil Pengamatan Golongan Darah ............................................ 35
Gambar 4.6 Hasil Pengamatan Sikus Estrus ................................................... 37
Gambar 4.7 Uji Kehamilan Menggunakan Test Pack ...................................... 40

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Praktikum merupakan suatu pembelajaran dengan siswa melakukan
percobaan dengan mengalami sendiri sesuatu yang dipelajari. Praktikum
memiliki kelebihan tersendiri dengan metode pembelajaran yang lainnya,
yaitu: siswa langsung memperoleh pengalaman dan keterampilan dalam
melakukan praktikum, mempertinggi partisipasi siswa baik secara individu
maupun kelompok, siswa belajar berfikir melalui prinsip-prinsip metode
ilmiah atau belajar mempratekkan prosedur kerja berdasarkan metode
ilmiah (Djamarah, 2010).
Pembelajaran dengan praktikum sangat efektif untuk mencapai seluruh
ranah pengetahuan secara bersamaan, antara lain melatih agar teori dapat
diterapkan pada permasalahan yang nyata (kognitif), melatih perencanaan
kegiatan secara mandiri (afektif), dan melatih penggunaan instrumen
tertentu (psikomotor). Salah satu kelebihan pembelajaran praktikum
(laboratorium) adalah mahasiswa dapat berlatih secara trial and error,
dapat mengulang-ulang kegiatan atau tindakan yang sama sampai benar-
benar terampil (Sumiatun, 2013).
Praktikum yang kami pelajari mengenai mikroskop, struktur sel,
spermatogenesis dan oogenesis,genetika (kromosom manusia dan
golongan darah), reproduksi (siklus ekstrus), dan uji kehamilan. Kami
belajar praktikum di laboratorium pendidikan biologi UKDW Yogyakarta.
Kegiatan praktikum diawali dengan kegiatan pembekalan praktikum.
Kegiatan pembekalan praktikum ini dilaksanakan sebelum kegiatan
praktikum. Kegiatan pembekalan ini berfungsi agar praktikan siap dalam
melaksanakan praktikum. Setelah kegiatan pembekalan selesai, setiap
praktikan wajib mengikuti post test pada hari yang sudah ditentukan.
Selanjutnya ialah kegiatan praktikum. Pada kegiatan ini praktikan diminta
agar mampu melihat dan mengamati anatomi pada preparat yang sudah di

1
sediakan dan di akhiri dengan responsi. Pelaksanaan praktikum biologi
yang dilakukan oleh mahasiswa program studi Sarjana Keperawatan
bertujuan agar proses belajar mengajar dapat berjalan lebih efektif dan
mahasiswa dapat lebih memahami serta menghayati tentang teori-teori
yang telah diberikan dalam praktikum biologi yang termasuk dalam mata
kuliah Ilmu Dasar Keperawatan.

B. Tujuan Praktikum
Setelah dilakukan praktikum biologi, mahasiswa diharapkan :
1. Mampu memahami tentang pengenalan dan penggunaan mikroskop
2. Mampu memahami tentang struktur sel
3. Mampu memahami tentang spermatogenesis dan oogenesis
4. Mampu memahami tentang genetika (kromosom manusia dan golongan
darah)
5. Mampu memahami tentang siklus ekstrus.
6. Mampu memahami tentang uji kehamilan.

C. Manfaat
Praktikum ini diharapkan dapat bermanfaat untuk :
1. Bagi peserta praktikum selanjutnya, dapat menjadi sumber referensi
guna memperbaiki kelemahan dari praktikum ini. Atau dapat dijadikan
sumber referensi untuk praktikum baru.
2. Bagi pembaca, dapat menambah informasi mengenai praktikum
anatomi hewan.
3. Bagi Laboratorium, laporan ini sebagai bahan evaluasi dalam
pelaksanaan praktikum.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Mikroskop
Mikroskop (bahasa Yunani: micros = kecil dan scopein = melihat) adalah
sebuah alat untuk melihat objek yang terlalu kecil untuk dilihat dengan
mata kasar. Ilmu yang mempelajari benda kecil dengan menggunakan alat
ini disebut mikroskopi, dan kata mikroskopik berarti sangat kecil, tidak
mudah terlihat oleh mata. Jenis paling umum dari mikroskop, dan yang
pertama diciptakan, adalah mikroskop optis. Mikroskop ini merupakan alat
optik yang terdiri dari satu atau lebih lensa yang memproduksi gambar
yang diperbesar dari sebuah benda yang ditaruh di bidang fokal dari lensa
tersebut. Berdasarkan sumber cahayanya, mikroskop dibagi menjadi dua,
yaitu, mikroskop cahaya dan mikroskop elektron. Mikroskop cahaya
sendiri dibagi lagi menjadi dua kelompok besar, yaitu berdasarkan
kegiatan pengamatan dan kerumitan kegiatan pengamatan yang dilakukan.
Berdasarkan kegiatan pengamatannya, mikroskop cahaya dibedakan
menjadi mikroskop diseksi untuk mengamati bagian permukaan dan
mikroskop monokuler dan binokuler untuk mengamati bagian dalam sel
(Tim Pengajar Jurusan Biologi, 2011).
Ada 2 prinsip dasar yang berbeda untuk mikroskop, yaitu mikroskop optik
dan mikroskop elektron. Mikroskop optik dapat dibedakan menjadi
mikroskop biologi dan mikroskop stereo. Mikroskop biologi umumnya
memiliki lensa okuler dan lensa objektif dengan kekuatan pembesaran
sebagai berikut :
1. Objektif 4x dengan okuler 10x, pembesaran 40x
2. Objektif 10 dengan okuler 10x, pembesaran 100x
3. Objektif 40x dengan okuler 10x, Pembesaran 400x
4. Objektif 100x dengan okuler 10x, pembesaran 1000x
Objektif yang paling kuat pada mikroskop optik 1000x disebut objektif
emersi, karena penggunaannya harus dengan minyak emersi dan cara
memakainya khusus pula. Baik lensa objektif maupun lensa okuler

3
keduanya merupakan lensa cembung. Secara garis besar lensa objektif
menghasilkan suatu bayangan sementara yang mempunyai sifat semu,
terbalik, dan diperbesar terhadap posisi benda mula-mula, lalu yang
menentukan sifat bayangan akhir selanjutnya adalah lensa okuler. Pada
mikroskop cahaya, bayangan akhir mempunyai sifat yang sama seperti
bayangan, semu, terbalik, dan lebih lagi diperbesar (Saras Dian Pramudita,
2012).
Menurut Anonim (2010), Mikroskop memiliki beberapa Komponen yang
terdiri dari :
1. Bagian-Bagian Optik adalah sebagai berikut :
a. Lensa Okuler, yaitu lensa yang terdapat di bagian ujung atas tabung
pada gambar, pengamat melihat objek melalui lensa ini. Lensa
okuler berfungsi untuk memperbesar kembali bayangan dari lensa
objektif. Lensa okuler biasanya memiliki perbesaran 6, 10, atau 12
kali.
b. Lensa Objektif, yaitu lensa yang dekat dengan objek. Biasanya
terdapat 3 lensa objektif pada mikroskop, yaitu dengan perbesaran
10, 40, atau 100 kali. Saat menggunakan lensa objektif pengamat
harus mengoleskan minyak emersi ke bagian objek, minyak emersi
ini berfungsi sebagai pelumas dan untuk memperjelas bayangan
benda, karena saat perbesaran 100 kali, letak lensa dengan objek
yang diamati sangat dekat, bahkan kadang bersentuhan.
c. Kondensor, yaitu bagian yang dapat diputar naik turun yang
berfungsi untuk mengumpulkan cahaya yang dipantulkan oleh
cermin dan memusatkannya ke objek.
d. Iris Diafragma, yaitu bagian yang berfungsi untuk mengatur
banyak sedikitnya cahaya yang masuk dan mengenai preparat.
e. Cermin, yaitu bagian yang berfungsi untuk menerima dan
mengarahkan cahaya yang diterima. Cermin mengarahkan cahaya
dengan cara memantulkan cahaya tersebut.
2. Bagian-Bagian Mekanik (Non-Optik) adalah sebagai berikut :

4
a. Revolver adalah untuk mengatur perbesaran lensa objektik oleh
pengamat.
b. Tabung Mikroskop adalah bagian yang fungsinya untuk
menghubungkan lensa objektif dengan lensa okuler pada
mikroskop.
c. Lengan mikroskop adalah bagian yang fungsinga untuk memegang
mikroskop.
d. Meja Benda adalah bagian yang digunakan untuk meletakkan objek
yang hendak diamati dan di meja benda terdapat penjepit yang
fungsinya untuk menjaga objek agar tetap pada posisinya.
e. Makrometer (pemutar kasar) adalah bagian yang fungsinya untuk
menaikkan atau menurunkan objek dengan cepat agar pengamat
dapat mengatur kejelasan gambaran objek yang didapatkan.
f. Micrometer (pemutar halus) adalah bagian yang fungsinya untuk
menaikkan atau menurunkan objek dengan lambat agar pengamat
dapat mengatur kejelasan gambaran objek yang didapatkan.
g. Kaki Mikroskop adalah bagian mikroskop yang fungsinya untuk
menyangga mikroskop menjaga agar tetap pada tempatnya.

B. Struktur Sel

Gambar 2.1 Struktur Sel

5
Menurut Purnomo (2012), Sel berasal dari kata latin cella, yang berarti
ruangan kecil, yang ditemukan oleh Robert Hooke, yang melakukan
pengamatan terhadap sayatan gabus (terdapat ruanganruangan kecil yang
meyusun gabus tersebut). Dalam biologi, sel merupakan kumpulan materi
paling sederhana yang dapat hidup dan merupakan unit penyusun semua
makhluk hidup. Sel mampu melakukan semua aktivitas kehidupan dan
sebagian besar reaksi kimia untuk mempertahankan kehidupan
berlangsung di dalam sel. Kebanyakan makhluk hidup tersusun atas sel
tunggal, atau disebut organisme uniseluler, misalnya bakteri dan amuba.
Makhluk hidup lainnya, termasuk tumbuhan, hewan, dan manusia,
merupakan organisme multiseluler yang terdiri dari banyak tipe sel
terspesialisasi dengan fungsinya masing-masing. Tubuh manusia,
misalnya, tersusun atas lebih dari 1013 sel. Namun demikian, seluruh tubuh
semua organisme berasal dari hasil pembelahan satu sel. Contohnya, tubuh
bakteri berasal dari pembelahan sel bakteri induknya, sementara tubuh
tikus berasal dari pada pembelahan sel telur induknya yang sudah dibuahi.
Sel terkecil yang dikenal manusia ialah bakteri Mycoplasma dengan
diameter 0,0001 sampai 0,001 mm, sedangkan salah satu sel tunggal yang
bisa dilihat dengan mata telanjang ialah telur ayam yang belum dibuahi.
Akan tetapi, sebagian besar sel berdiameter antara 1 sampai 100 µm
(0,001–0,1 mm) sehingga hanya bisa dilihat dengan mikroskop.
Menurut Zanita (2014), sel merupakan unit struktural terkecil dari
organisme hidup. Sel di kelilingi oleh selaput/membrane sel yang di
dalamnya terdapat cairan (protoplasma) atau matriks, dan bentuk-bentuk
subselular, organel sel, yang juga dikelilingi membran. Protoplasma terdiri
dari plasma sel (sitoplasma) dan inti sel (nucleus), Di dalam inti sel
terdapat plasma inti atau nukleoplasma. Secara struktural, sel merupakan
satuan terkecil mahluk hidup yang dapat melaksanakan kehidupan, yang
merupakan unit terkecil penyusun mahluk hidup. Secara fungsional, sel
berfungsi untu menjalankan fungsi kehidupan (menyelenggarakan
kehidupan jika sel-sel penyusunya berfungsi), kemudian membentuk
organisme. Sel berkembang biak dengan cara membelah diri (secara

6
mitosis). Selain itu sel juga mengandung materi genetik, yaitu materi
penentu sifat-sifat mahluk hidup, maka sifat mahluk hidup dapat
diwariskan kepada keturunannya. Setiap sel, pada tahap tertentu dalam
hidupnya, mengandung DNA sebagai materi yang dapat diwariskan dan
mengarahkan aktivitas sel tersebut. Selain itu, semua sel memiliki struktur
yang disebut ribosom yang berfungsi dalam pembuatan protein yang akan
digunakan sebagai katalis pada berbagai reaksi kimia dalam sel tersebut.
Sel mempunyai fungsi yang baik secara umum maupun secara khusus.
Berikut adalah fungsi-fungsi sel secara umum:
1. Mencari dan mendapatkan O2 serta zat gizi dari lingkungan internalnya.
2. Membuang zat sisa dan CO2 yang dihasilkan dari adanya reaksi kimia.
3. Melakukan berbagai reaksi kimia sedemikian rupa yang kemudian
merubah O2 dan dan zat-zat gizi menjadi energi bagi sel.
4. Sensitif dan responsif akan perubahan di lingkungan sekitar sel.
5. Sebagian besar sel dapat berproduksi hingga apabila terjadi kerusakan
pada sel, maka bisa diganti dengan sel yang baru.
6. Melakukan kontrol terhadap pertukaran zat yang terjadi antara sel dan
lingkungan internal.
Fungsi sel secara khusus dapat dicontohkan pada tubuh manusia yaitu: sel
otot bisa membuat gerakan intrasel. Secara umum sel terdiri atas 3 bagian
utama, yaitu membran sel, sitoplasma, dan Inti sel. Sel juga memiliki
komponen padat di dalam sitoplasma yang disebut organel sel.
Organel-organel sel memiliki fungsi masing-masing yaitu sebagai berikut:
1. Membran Sel / Membran plasma
Membran sel adalah bagian terluar yang menutupi atau membungkus
sel. Terdapat dua jenis membran sel yaitu membran sel dan dinding sel.
Yang memiliki fungsi sama, yaitu untuk melindungi sel, membungkus
sel, dan mengatur keluar masuknya zat.
a. Membran sel adalah pemisah antara ekstraseluler (bagian luar sel)
dan intraseluler (bagian dalam sel). Fungsi membran sel adalah
untuk membatasi sel dan sebagai media keluar masuknya zat ke
dalam maupun ke luar sel.

7
b. Dinding sel adalah lapisan kaku dan kuat di luar membran sel yang
mengelilingi beberapa jenis sel.
2. Sitoplasma (Cairan Sel)
Sitoplasma atau cairan sel adalah matriks yang terdapat di dalam
membran sel selain inti sel (nukleus). Penyusun utama dari sitoplasma
ada air yang berfungsi sebagai pelarut dan tempat terjadinya reaksi
kimia. Beberapa fungsi sitoplasma sel antara lain adalah sebagai
berikut:
a. Tempat berlangsungnya reaksi kimia dan metabolisme
b. Sebagai tempat menjaga fungsi kehidupan sel.
c. Menjaga keadaan di dalam sel.
d. Mengatur transpor zat di dalam sel.
e. Pembentukan energi.
f. Tempat mengontrol pergerakan sel.
Fungsi-fungsi tersebut akan dijalankan oleh organel-organel sel.
Beberapa Organel sel antara lain:
a. Mitokondria, berfungsi menghasilkan energi.
b. Lisosom, berfungsi melakukan pencernaan dalam sel.
c. Ribosom, berfungsi sebagai tempat sintesis protein.
d. Retikulum Endoplasma, berfungsi untuk Transportasi berbagai zat di
dalam sel.
e. Badan golgi, berfungsi untuk sintesi protein dan berhubungan
dengan kerja ribosom dan retikulum endoplasma.
f. Mikrotubulus, melindungi dan menjaga bentuk sel.
g. Mikrofilamen, berperan dalam proses pergerakan sel.
h. Kloroplas, berfungsi sebagai tempat berlangsungnya fotosintesis
pada tumbuhan.
i. Sentrosom (Sentriol), sebagai tempat pembelahan sel.
3. Inti Sel
Inti sel atau Nukleus mengandung sebagian besar gen yang
mengendalikan sel eukariota (sebagian lain gen terletak di dalam
mitokondria dan kloroplas) dengan diameter rata-rata 5 µm, organel ini

8
umumnya adalah organel yang paling mencolok dalam sel eukariota.
Kebanyakan sel memiliki satu nukleus, namun ada pula yang memiliki
banyak nukleus, contohnya sel otot rangka, dan ada pula yang tidak
memiliki nukleus, contohnya sel darah merah matang yang kehilangan
nukleusnya saat berkembang. Selubung nukleus melingkupi nukleus
dan memisahkan isinya (yang disebut nukleoplasma) dari sitoplasma.
Selubung ini terdiri dari dua membran yang masing-masing merupakan
lapisan ganda lipid dengan protein terkait. Membran luar dan dalam
selubung nukleus dipisahkan oleh ruangan sekitar 20–40 nm. Selubung
nukleus memiliki sejumlah pori yang berdiameter sekitar 100 nm dan
pada bibir setiap pori, kedua membran selubung nukleus menyatu. Di
dalam nukleus, DNA terorganisasi bersama dengan protein menjadi
kromatin. Sewaktu sel siap untuk membelah, kromatin kusut yang
berbentuk benang akan menggulung, menjadi cukup tebal untuk
dibedakan melalui mikroskop sebagai struktur terpisah yang disebut
kromosom. Struktur yang menonjol di dalam nukleus sel yang sedang
tidak membelah ialah nukleolus, yang merupakan tempat sejumlah
komponen ribosom disintesis dan dirakit. Komponen-komponen ini
kemudian dilewatkan melalui pori nukleus ke sitoplasma, tempat
semuanya bergabung menjadi ribosom. Kadang-kadang terdapat lebih
dari satu nukleolus, bergantung pada spesiesnya dan tahap reproduksi
sel tersebut. Nukleus mengedalikan sintesis protein di dalam sitoplasma
dengan cara mengirim molekul pembawa pesan berupa RNA, yaitu
mRNA, yang disintesis berdasarkan "pesan" gen pada DNA. RNA ini
lalu dikeluarkan ke sitoplasma melalui pori nukleus dan melekat pada
ribosom, tempat pesan genetik tersebut diterjemahkan menjadi urutan
asam amino protein yang disintesis.

9
C. Spermatogenesis dan Oogenesis
1. Spermatogenesis

Gambar 2.2 Spermatogenesis


Menurut Cahyadi (2013), spermatogenesis adalah proses pembentukan
dan pemasakan spermatozoa. Spermatogenesis terjadi di tubulus
seminiferus. Peralihan dari bakal sel kelamin yang aktif membelah ke
sperma yang masak serta menyangkut berbagai macam perubahan
struktur yang berlangsung secara berurutan. Spermatogenesis
berlangsung pada tubulus seminiferus dan diatur oleh hormon
gonadotropin dan testosterone. Spermatogenesis terjadi di testis. Di
dalam testis terdapat tublus seminiferus. Dinding tubulus seminiferus
terdiri dari jaringan epitel dan jaringan ikat, pada jaringan epithelium
terdapat sel – sel spermatogonia dan sel sertoli yang berfungsi member
nutrisi pada spermatozoa. Selain itu pada tubulus seminiferus terdapat
pula sel leydig yang mengsekresikan hormone testosterone yang
berperan pada proses spermatogenesis. Spermatogenesis mencakup

10
pematangan sel epitel germinal melalui proses pembelahan dan
diferensiasi sel, yang bertujuan untuk membentuk sperma fungsional.
Pematangan sel terjadi di tubulus seminiferus yang kemudian disimpan
di epididimis. Dinding tubulus seminiferus tersusun dari jaringan ikat
dan jaringan epitelium germinal (jaringan epitelium benih) yang
berfungsi pada saat spermatogenesis. Pintalan-pintalan tubulus
seminiferus terdapat di dalam ruang-ruang testis (lobulus testis). Satu
testis umumnya mengandung sekitar 250 lobulus testis.
Tubulus seminiferus terdiri dari sejumlah besar sel epitel germinal (sel
epitel benih) yang disebut spermatogonia (spermatogonium = tunggal).
Spermatogonia terletak di dua sampai tiga lapisan luar sel-sel epitel
tubulus seminiferus. Spermatogonia terus-menerus membelah untuk
memperbanyak diri, sebagian dari spermatogonia berdiferensiasi
melalui tahap-tahap perkembangan tertentu untuk membentuk sperma.
Pada tubulus seminiferus terdapat sel-sel induk spermatozoa atau
spermatogonium, sel Sertoli, dan sel Leydig. Sel Sertoli berfungsi
memberi makan spermatozoa sedangkan sel Leydig yang terdapat di
antara tubulus seminiferus berfungsi menghasilkan testosteron.
Proses spermatogenesis terjadi proses-proses dalam istilah sebagai
berikut : Spermatositogenesis (spermatocytogenesis) adalah tahap awal
dari spermatogenesis yaitu peristiwa pembelahan spermatogonium
menjadi spermatosit primer (mitosis), selanjutnya spermatosit
melanjutkan pembelahan secara meiosis menjadi spermatosit sekunder
dan spermatid. Istilah ini biasa disingkat proses pembelahan sel dari
spermatogonium menjadi spermatid. Hormon - Hormon Yang Berperan
Dalam proses Spermatogenesis
a. Kelenjer hipofisis menghasilkan hormon peransang folikel (Folicle
Stimulating Hormon / FSH) dan hormon lutein (Luteinizing
Hormon / LH).
b. LH merangsang sel leydig untuk menghasilkan hormon testosteron.
Pada masa pubertas, androgen/testosteron memacu tumbuhnya sifat
kelamin sekunder.

11
c. FSH merangsang sel Sertoli untuk menghasilkan ABP (Androgen
Binding Protein) yang akan memacu spermatogonium untuk
memulai spermatogenesis.
d. Hormon pertumbuhan, secara khusus meningkatkan pembelahan
awal pada spermatogenesis.
2. Oogenesis

Gambar 2.3 Oogenesis


Menurut Ferial (2013), Oogenesis adalah proses pembentukan sel telur
(ovum) pada wanita, yang terjadi di dalam ovarium (indung telur).
Ovarium yang ada di embrio memiliki sekitar 600 ribu sel oogonium
atau sel induk telur oogenesis dimulai dengan adanya mitosis dan
meiosis. Mitosis adalah proses pembelahan sel yang menghasilkan dua
gamet (sel anak) yang identik. Sementara itu, meiosis adalah
pembelahan sel yang menghasilkan empat gamet, yang masing-
masingnya memiliki jumlah kromosom setengah dari sel induknya
Oogonium atau sel induk telur akan matang dan bermitosis menjadi
oosit primer. Oosit primer sendiri nantinya akan bermieosis menjadi

12
dua bagian menghasilkan oosit sekunder pembelahan meiosis pertama
pada proses oogenesis mengalami perkembangan sitoplasma (bagian
sel) yang tidak seimbang. Proses pembentukan oogenesis dipengaruhi
oleh kerja beberapa hormon, diantaranya:
Pada wanita usia reproduksi terjadi siklus menstruasi oleh aktifnya
aksis hipothalamus -hipofisis - ovarium.
a. Hipothalamus menghasilkan hormon GnRH (gonadotropin releasing
hormone) yang menstimulasi hipofisis mensekresi hormon FSH
(follicle stimulating hormone) dan LH (lutinuezing hormone).
b. FSH dan LH menyebabkan serangkaian proses di ovarium sehingga
terjadi sekresi hormon estrogen dan progesteron. LH merangsang
korpus luteum untuk menghasilkan hormon progesteron dan
meransang ovulasi.
c. Pada masa pubertas, progesteron memacu tumbuhnya sifat kelamin
sekunder. FSH merangsang ovulasi dan meransang folikel untuk
membentuk estrogen, memacu perkembangan folikel. Hormon
prolaktin merangsang produksi susu.
D. Genetik
1. Kromosom
Agus dan Sjafaraenan (2013), kromosom adalah struktur nukleoprotein
yang membawa informasi genetik. Struktur ini terletak di dalam inti sel
dan berkumpul membentuk genom. Pada organisme terdapat dua
macam kromosom, yaitu kromosom seks (gonosom) yang menentukan
jenis kelamin dan kromosom tubuh (autosom) yang tidak menentukan
jenis kelamin. Kromosom memiliki dua fungsi utama, yakni untuk
memastikan DNA terpisah dalam porsi yang sama pada setiap
pembelahan sel dan untuk menjaga integritas dan ketepatan replikasi
genom pada setiap siklus sel. Elemen yang bertanggung jawab terhadap
proses ini adalah sentromer, telomer, dan unit replikasi. Kromosom
pada makhluk hidup biasanya ditemukan dalam keadaan berpasang-
pasangan, oleh karena itu disebut diploid. Kromosom diploid
dipertahankan dari generasi ke generasi dengan pemebelahan mitosis

13
(pembelahan yang menghasilkan dua anak yang bersifat sama dengan
induknya). Kromosom yang berpasangan (kromosom homolog)
memiliki bentuk, ukuran, dan komposisi yang sama. Pada manusia
setiap sel somatik berjumlah 46 (kecuali sel sperma dan ovum, karena
memiliki set tunggal kromosom) kromosom atau 23 pasang. Empat
puluh enam kromosom manusia ini merupakan dua set kromosom yang
terdiri dari masingmasing 23 kromosom, yaitu satu set maternal (dari
ibu) dan satu set paternal (dari ayah). Setiap kromosom manusia
mengandung rata-rata 100 juta pasang DNA.Sel yang memiliki jumlah
komplemen yang lengkap disebut diploid (2n). Sel germinal
(ovarium/sperm) disebut juga dengan sel haploid (1n) karena hanya satu
dari jumlah pasangan kromosom homolog yang tampak. Saat fertilisasi,
jumlah kromosom akan kembali berbentuk diploid (2n) hal ini terjadi
akibat penggabungan dari kedua inti sel germ. Setiap ikatan kromosom
paling tidak mengandung 5-10 juta pasang DNA dan memiliki pola
ikatan yang unik dalam setiap untaiannya. Ikatan kromosom juga
digunakan untuk menilai hubungan kariotipe antar spesies yang
memiliki tingkat kekerabatan yang cukup dekat. Contohnya hubungan
kekerabatan antara manusia dan primata lainnya. Berikut adalah
penjelasan dari bagian-bagian kromosom yaitu:
a. Kromatid merupakan bagian lengan kromosom yang terikat satu
sama lainnya, 2 kromatid kembar ini diikat oleh sentromer. Nama
jamak dari kromatid adalah kromonema.
b. Sentromer merupakan struktur yang sangat penting, di bagian inilah
lengan kromosom (kromatid) saling melekat satu sama lain pada
masing-masing bagian kutub pembelahan
c. Kromomer adalah struktur berbentuk manik-manik yang merupakan
akumulasi dari materi kromatid yang kadang-kadang terlihat pada
pembelahan masa interfase. Pada kromosom yang telah mengalami
pembelahan berkali-kali, biasanya kromomer ini sangat jelas terlihat.
d. Telomer adalah bagian berisi DNA pada kromosom, fungsinya untuk
menjaga stabilitas ujung kromosom agar DNA nya tidak terurai.

14
2. Golongan Darah

Tabel 2.1 Kecocokan Golongan Darah


Menurut Campbell (2010), Golongan darah terbagi menjadi 4 yaitu A,
B, AB dan O. Penggolongan ini sangat penting untuk kepentingan
transfusi darah, dimana tidak semua golongan darah dapat saling
menjadi donor ataupun resipien (penerima). Pembagian golongan darah
tidak lepas dari jasa besar seorang ilmuwan berkebangsaan Austria,
bernama Karl Landsteiner. Golongan darah adalah jenis golongan darah
yang diklasifikasikan berdasarkan keberadaan atau ketiadaan antibodi
dan juga keberdaaan atau ketiadaan antigen di sel darah merah. Antigen
ini dapat berupa protein, karbohidrat, glikoprotein, glikolipid,
tergantung dari jenis golongan darah. Antigen juga dapat ditemukan
pada sel-sel manusia lainnya. Golongan darah bersifat turun temurun,
yang artinya golongan darah orang tua akan diwariskan ke anaknya.
Sekarang, ada 35 sistem penamaan golongan darah yang sudah diakui
oleh dunia internasional. Yang paling terkenal dan sering digunakan
saat ini adalah sistem golongan darah ABO dengan rhesus antigen.
Seseorang dapat memiliki golongan darah A, B, AB, O, dengan faktor
rhesus positif (+), negatif (-), atau tanpa rhesus. Sel darah merah
manusia mengandung antigen dan antibodi. Antigen terdiri dari antigen

15
A dan B. Antibodi terdiri dari antibodi A dan B. Sistem golongan darah
ABO adalah sistem pengelompokkan jenis darah berdasarkan
keberadaan antigen pada permukaan sel darah merah. Berdasarkan
keberadaan antigen, golongan darah ABO dikelompokkan menjadi 4
jenis: darah dengan antigen A (golongan darah A), darah dengan
antigen B (golongan darah B), darah dengan antigen A dan B (golongan
darah AB), dan darah tanpa antigen (golongan darah O).Faktor rhesus
sering kali dikaitkan dengan proses transfusi darah. Darah Rh positif (+)
dapat menerima donor darah dari Rh positif (+) dan negatif (-). Darah
Rh negatif (-) dianjurkan untuk menerima donor dari darah Rh negatif
(-) saja, kecuali dalam situasi darurat.
E. Siklus Estrus

Gambar 2.4 Siklus Estrus


Menurut Hidayati dan Novianti (2014), siklus estrus terbagi dalam 4 fase
yaitu:
1. Fase Proestrus
Proestrus merupakan periode persiapan yang ditandai dengan pemacuan
pertumbuhan folikel oleh Follicle Stimulating Hormone (FSH). Folikel
yang sedang tumbuh menghasilkan cairan folikel dan estradiol yang
lebih banyak. Penelitian yang dilakukan pada sapi Peranakan Friesian
Holstein (PFH) dijelaskan bahwa pada fase ini terjadi peningkatan

16
dalam pertumbuhan sel sel dan lapisan bacillia pada tuba fallopi dalam
vaskularisasi mucosa uteri. Serviks mengalami relaksasi gradual dan
makin banyak mensekresikan mucus tebal dan berlendir dari sel-sel
goblet pada serviks dan vagina anterior. Mucus menjadi terang
transparan dan menggantung pada akhir proestrus. Fase proestrus ini
FSH yang dikeluarkan oleh kelenjar adenohipofisa akan memicu
perkembangan folikel di dalam ovarium, bersama Luteinizing Hormone
(LH) ovarium kemudian meningkatkan produksi estrogen melalui
peningkatan cairan folikel. Struktur histologis epitel vagina pada fase
proestrus adalah sebagi berikut :
a. Berlapis banyak (10-13)
b. Stratum korneum kornifikasi aktif.
c. Leukosit sedikit.
d. Mitosis aktif.
2. Fase Estrus
Periode estrus adalah masa puncak keinginan untuk kawin ditandai
dengan manifestasi birahi secara fisik. Dalam serviks jumlah lendir
maupun jumlah sekresi lendir dalam tiap-tiap kelenjar lendir bertambah.
Lendir ini bersifat transparan/tembus pandang, bening, dan dapat
mengalir ke vagina serta vulva hingga secara nyata terlihat
menggantung di ujung vulva. Pada fase strus keseimbangan hormon
hipofisa bergeser dari FSH ke LH. Pengaruh peningkatan LH terlihat
pada masa sesudah estrus, dimana LH membantu terjadinya ovulasi dan
pembentukan corpus luteum. Lama periode estrus pada ruminansia
kecil selama 2 - 3 hari. Tanda-tanda keberadaan ternak berada pada
siklus estrus dapat diamati adanya perubahan secara fisik salah satunya
adalah keluarnya lendir sampai ke vulva yang sangat jelas. Perubahan
fisik yang tampak dari luar tersebut dapat dijadikan dasar oleh peternak
untuk menentukan puncak berahi. Fase ini ditandai dengan :
a. Adanya sel-sel epitel menanduk.

17
b. Produksi estrogen akan bertambah dan terjadi ovulasi sehingga
dinding mukosa uterus akan menggembung dan mengandung sel-sel
darah.
c. Pada fase ini folikel matang dan terjadi ovulasi dan betina siap
menerima sperma dari jantan. Sel-sel epitel menanduk merupakan
indikator terjadinya ovulasi.
d. Menjelang ovulasi leukosit makin banyak menerobos lapisan
mukosa vagina kemudian ke lumen. Selama masa luteal pada
ovarium dengan pengaruh hormon progesteron dapat menekan
pertumbuhan sel epitel vagina.
3. Fase Metestrus
Fase metestrus ditandai dengan adanya perubahan sekresi lendir serviks
oleh kelenjar-kelenjar serviks dari carir menjadi kental, lendir serviks
ini berfungsi sebagai sumbat lumen serviks (Suharto, 2003). Metestrus
merupakan fase mulai tumbuhnya corpus luteum setelah terjadi ovulasi
atau sering disebut dengan fase luteal. Pada fase ini Luteotropic
Hormone (LTH) akan disekresikan oleh adenohipofisa guna
mempertahankan corpus luteum. Terjadi peningkatan sekresi
progesteron yang dihasilkan oleh corpus luteum dan sekresi estrogen
menurun. Progesteron akan menekan keberadaan FSH untuk
menghambat terjadinya perkembangan folikel selanjutnya dan
mencegah terjadinya estrus. Sekresi mucus menurun dan terjadi
pertumbuhan endometrium secara cepat. Metestrus adalah masa setelah
estrus yaitu masa dimana corpus luteum tumbuh cepat dari sel
granulosa. Metestrus terjadi setelah fase estrus berakhir, fase metestrus
berlangsung selama 2 - 3 hari.
4. Fase Diestrus
Diestrus merupakan fase yang berlangsung paling lama. Fase diestrus
merupakan fase pematangan corpus luteum dan progesteron secara
nyata mempengaruhi organ-organ reproduksi. Uterus mengalami
penebalan pada endometrium dan kelenjar-kelenjarnya berhipertrofi,
serta otot-otot mengendor. Serviks menutup dan lendir vagina menjadi

18
keruh dan lengket. Selaput mocusa vagina menjadi pucat. Fase diestrus
berlangsung kurang lebih selama 13 - 14 hari.
F. Uji Kehamilan
Menurut Renowati dan Suharlina (2018), Hormon Human Chorionic
Gonadotropin (HCG) adalah hormon yang ada dalam darah dan
dikeluarkan oleh sel plasenta/embrio/bakal janin, sebagai hasil pembuahan
sel telur oleh sperma. Karena kehadirannya yang spesifik sebagai hasil
pembuahan itulah, maka HCG dapat dijadikan penanda kehamilan. Namun
biasanya dibutuhkan 3-4 minggu sejak hari pertama menstruasi terakhir
(biasanya dokter menyebutnya HPHT : Hari Pertama Haid Terakhir) agar
jumlah HCG dapat dideteksi oleh uji kehamilan.
Kurang lebih sepuluh hari setelah sel telur dibuahi sel sperma di saluran
Tuba falopi, telur yang telah dibuahi itu bergerak menuju rahim dan
melekat pada dindingnya. Sejak saat itulah plasenta mulai berkembang dan
memproduksi HCG yang dapat ditemukan dalam darah serta air seni.
Keberadaan hormon protein ini sudah dapat dideteksi dalam darah sejak
hari pertama keterlambatan haid, kira-kira hari keenam sejak pelekatan
janin pada dinding rahim. Kadar hormon ini terus bertambah hingga
minggu ke 14-16 kehamilan, terhitung sejak hari terakhir menstruasi.
Sebagian besar ibu hamil mengalami penambahan kadar hormon HCG
sebanyak dua kali lipat setiap 3 hari. Peningkatan kadar hormon ini
biasanya ditandai dengan mual dan pusing yang sering dirasakan para ibu
hamil. Setelah itu kadarnya menurun terus secara perlahan, dan hampir
mencapai kadar normal beberapa saat setelah persalinan. Tetapi ada
kalanya kadar hormon ini masih di atas normal sampai 4 minggu setelah
persalinan atau keguguran.
Kadar HCG yang lebih tinggi pada ibu hamil biasa ditemui pada
kehamilan kembar dan kasus hamil anggur (mola). Sementara pada
perempuan yang tidak hamil dan juga laki-laki, kadar HCG di atas normal
bisa mengindikasikan adanya tumor pada alat reproduksi.

19
BAB III
METODE PRAKTIKUM

A. Mikroskop
1. Alat: Mikroskop
2. Langkah dalam menggunakan mikroskop:
a. Mengeluarkan mikroskop dari kotak
b. Mengeluarkan mikroskop dengan pelan-pelan dan hati-hati
kemudian letakkan di meja.
c. Memeriksa dan membersihkan mikroskop
d. Mengecek apakah ada bagian mikroskop yang hilang kemudian
bagian mekanik dibersihkan dengan kain bersih dan bagian optiknya
hanya boleh dibersihkan dengan kain khusus.
e. Mempersiapkan mikroskop dan mengatur cahaya
f. Tinggal geser tombol cahaya yang ada di samping bawah mikroskop.
Pertama tama naikkan tubus ke astas dengan memutar pengatur kasar
kearah badan kita, kemudian barulah saudara menaikkkan kondensor
ke aras hingga maksimal dengan cara memutar pengaturnya. Setelah
itu bukalah iris diafragma selebar-lebarnya.
g. Memasang sediaan/preparat dan mengamatinya lewat lensa okuler
h. Letakkan preparat di meja sediaan yang akan di periksa di meja
sediaan, dan jepitlah preparat tersebut agar tidak jatuh. Pergunakan
dulu lensa yang lemah (10x), kemudian turunkan tubus pelan-pelan
dengn cara memutar pengatur kasar kearah yang menjauhi bdan kita.
Setelah itu mengamati lensa okuler sambil memutar pengatur kasar
untuk menaikkan tubus secara perlaha-lahan kemudian perjelaslah
dengan pengatur halus.
i. Mengunakan perbesaran yang lebih tinggi
j. Bila saudar ingin mengamati objek secara terperinci maka ganti
lensa objektif dari 10x menjadi 45x (dengan cara memutar revolver
saja). Bila saudara ingin memperbesar objek tersebut maka
pergunakan lah lensa objektif 100x dengan susunan lensa perbesaran
1000x (100 x 10)

20
k. Mengakhiri pemeriksaan dan memasukkan mikroskop kekotaknya.
l. Bersihkan mikroskop dengan kain, periksa apakah ada bagian yang
hilang kemudian masukkan mikroskop kedalam kotak dan kunci.

B. Sel
1. Alat dan Bahan:
a. Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah mikroskop,kaca
benda, kaca penutup,pipet tetes, silet tajam dan tusuk gigi.
b. Bahan-bahan yang digunakan adalah preparat jadi bagian kulit
reptile yang mengelupas, preparat jadi otot polos dan lurik , sel
epitelium rongga mulut, preparat jadi sel darah merah dan eritrosit,
preparat jadi tulang keras dan tulang rawan, metilan blue dan
aquades.
2. Cara Kerja :
a. Tusuk gigi digarukkan dibagian pipi sebelah dalam kemudian pada
bagian gelas objek digoreskan
b. Objek ditetesi dengan metilen blue dan dibiarkan selama 5 menit dan
kemudian di tutupi dengan kaca penutup serta langsung diamati
dibawah mikrosko. Digambar dan diberi keteranagn bagian-bagian
sel yang terlihat.
c. Untuk preparat awetan, diperhatikan bentuk dan bagaimana sel
menyusun jaringan.
d. Dijelaskan bagimana hubungan antara bentuk dan bagaimana sel
menyusun jaringan dengan fungsi jaringan tersebut.

21
C. Spermatogenesis dan Oogenesis
1. Spermatogenesis
a. Tujuan: Mempelajari berbagai tingkat perkembangan sperma
pada proses spermatogenesis.
b. Sediaan: Potongan melintang testis tikus.
c. Petunjuk: Testis dibungkus/dilapisi oleh jaringan pengikat fibrosa
yang tipis dan transparan disebut tunika albuginea. Jaringan
tersebut masuk ke dalam testis membentuk septa (sekat) dan
membagi testis dalam beberapa lobus. Didalam tiap lobus
terdapat saluran yang berkelok-kelok disebut tubulus seminiferus.
Dinding tubulus seminiferus disusun oleh sel-sel epitel
seminiferus (epitel germinal) yang selalu membelah secara
mitosis dan meiosis dalam membentuk spermatozoa. Tubulus
seminiferus tersebut dibatasi oleh lapisan sel-sel gepeng yang
dinamakan membran basalis dan didalam tubulus seminiferus
terdapat lumen. Dari hasil pembelahan mitosis dan meiosis akan
berbentuk berbagai tingkat pekembangan sel kelamin, berturut-
turut dimulai dari sel spermatogonium A dan B, spermatosit I
(kedua diploid), spermatosit II, spermatid, dan spermatozoa
(keempatnya haploid). Perkembangan spermatid menjadi
spermatozoa disebut spermiogenesis. Pada perkembangan
tersebut, intisel spermatid yang mula-mula bentuknya bulat
berangsur-angsur berubah memanjang dan akhirnya berbentuk
sabit. Perubahan bentuk inti diikuti pula dengan pembentukan
flagelum (ekor). Bentuk inti seperti sabit tersebut merupakan
bagian kepala spermatozoa dewasa. Spermatozoa dapat dijumpai
disekitar sel sertoli atau didekat lumen tubulus. Di luar tubulus
seminiferus terdapat sel-sel interstitial atau disebut pula sel
Leyding yang merupakan sel endokrin menghasilkan hormon
testoteron. Hormn tersebut sangat berperan dalam kelangsungan
proses spermatogenesis.

22
2. Oogenesis
a. Tujuan: Mempelajari berbagai tingkat perkembangan ovum pada
proses oogenesis.
b. Sediaan: Potongan melintang ovarium tikus
c. Petunjuk: Bentuk dan besar ovarium seperti kacang hijau. Ovarium
dibungkus selapis sel kubis yaitu epitel germinativum. Dari epitel
inilah dihasilkan ovum dan sel folikel yang melapisi ovum. Ovarium
tikus terdiri dari jaringan korteks dibagian perifer dan jaringan
medula dibagian tengah. Pada jaringan korteks terdapat banyak sel
ovum yang dibungkus oleh sel-sel folikel berbagai tingkat
perkembangan ovum, korpus haemoragikum (rubrum) dan korpus
luteum. Pada tikus sulit ditemukan korpus albikans. Fenomena
oogenesis yang terjadi pada tikus mirip dengan fenomena yang
terjadi pada wanita. Jumlah sel folikel yang membungkus ovum
disesuaikan namanya dengan tingkat perkembangan ovum, seperti
folikel primer, folikel sekunder, folikel tertier de graaf. Selanjutnya
dapat ditemukan pula folikel atresia, yaitu folikel yang tidak
berkembang lebih lanjut, baik pada tingkat folikel primer, sekunder,
tertier maupun tingkat folikel de graaf dan selanjutnya folikel atresia
tersebut akan mengalami degenerasi.

D. Genetika
1. Kromosom
a. Tujuan: Mempelajari kromosom manusia normal
b. Sediaan: Kromosom manusia dan gambar kromosom dari hasil
analisis kromosom.
c. Petunjuk:
1) Setelah diwarnai, kromosom dapat dikenali dengan cara
memperhatikan ukuran, bentuk, letak sentromer, dan satelit.
2) Kromosom manusia diberi nomor berdasarkan urutan besar
kecilnya kromosom dan selanjutnya dikelompokkan mulai dari
golongan A sampai golongan G.

23
3) Kromosom autosom (22 pasang), diberi nomor 1 untuk
kromosom yang terbesar, sampai nomor 22 untuk kromosom
yang terkecil.
4) Kromosom seks jumlahnya sepasang terdiri dari XX atau XY.
Kromosom X digolongkan pada C, sedangkan kromosom Y
pada golongan G.
5) Tiap kromosom mempunyai lengan panjang (kodenya q) dan
lengan pendek (kodenya p).
6) Letak sentromer akan menentukan tipe kromosom. Kalau letak
sentromer pada kromosom menyebabkan lengan p sama panjang
dengan lengan q, maka tipe kromosomnya adalah metasentrik.
Jika lengan p lebih pendek sedikit (secara mikroskopis)
dibanding lengan q, maka tipe kromosomnya submetasentrik,
7) Selanjutnya bila lengan p jauh lebih pendek dibanding q (1/3-
1/4q) disebut tipe kromosom akrosentrik.
8) Biasanya kromosom tipe akrosentrik memiliki satelit, yaitu
bagian ujung lengan kromosom seperti terpisah yang
dihubungkan oleh bagian lengan yang sangat halus.
2. Golongan Darah
a. Tujuan:
1) Mengenal sifat keturunan pada manusia yang ditentukan oleh
alel ganda
2) Mencoba menentukan genotip diri sendiri berdasarkan golongan
darah ABO dan Rh
b. Alat dan Bahan:
1) Darahnya sendiri
2) Jarum steril
3) Alcohol 70%
4) Anti serum

24
Cara Kerja:
a. Menentukan golongan darah ABO dan Rh. Meskipun semua
praktikan sedah mengetahui golongan darah masing-masing, dalam
percobaan ini anda belajar menetapkan sendiri golongan darahnya.
b. Disediakan 3 macam antiserum yaitu antiserum A, antiserum B,
dan anti Rh.
c. Ambilah darah anda sendiri dengan jarum yang telah disediakan,
dan teteskan pada kertas yang telah disediakan.
d. Teteskan anti A dan anti B pada masing-masing tetesan darah,
kemudian aduklah dan perhatikan ada atau tidaknya agluinasi
e. Lakukan pula cara yang sama untuk mengetahui golongan darah
Rh. Catat semua hasilnya dalam lembar laporan.
f. Buatlah interaksi antara alel-alel IA,I B , dan I yang menyebabkan
terjadinya 4 golongan darah yaitu O, A, B, AB.
E. Siklus Estrus
1. Tujuan:
Membuat praparat apus sel dinding vagina mencit dengan pewarnaan
methylen blue Mengamati dan melihat sel dinding vagina mencit sebagi
indicator siklus estrus.
2. Alat dan Bahan:
a. Gelas benda dan penutup
b. Cotton swab
c. Methylen blue
d. Mikroskop
3. Cara Kerja:
a. Ambil secret dari vagina mencit dengan cotton swab
b. Tempatkan secret pada gelas benda
c. Teteskan beberapa tetes Methylen blue diamkan 15 menit
d. Amati dengan mikroskop
e. Gambar fase estrus yang terjadi. Perhatikan bentuk dan dominasi
lekosit, ephitel vagina yang berinti dan ephitel vagina yang tidak
berinti.

25
F. Uji Kehamilan
1. Tujuan:
Tes dilakukan untuk mengetahui diagnosa kehamilan berdasarkan pada
pendeteksian keberadaan human chorionic gonadotrophin (HCG) pada
darah dan urin wanita. HCG diproduksi oleh embrio yang lazimnya
tidak ada kecuali bila seorang wanita tersebut hamil. Tes urine dapat
dilakukan sendiri dengan alat test yang sudah tersedia di supermarket
ataupun apotik. Berupa test pack yang direndam dalam air seni untuk
mengetahui terjadinya kehamilan atau tidak, hanya dengan melihat
jumlah garis setelah 5 menit perendaman.
2. Cara Kerja:
Adapun langkah kerja uji kehamilan dengan menggunakan test pack
sebagai berikut :
a. Menyiapkan alat dan bahan yaitu tes pack dan urine
b. Mencelupkan test pack ke dalam urin yang akan diuji sampai pada
batas garis hitam (max) yang ditentukan.
c. Mendiamkannya selama 30 detik.
d. Mengangkat test pack dan membiarkannya selama 1 menit.
e. Mengamati jumlah garis merah yang muncul pada test pack, satu
garis menandakan negatif hamil dan dua garis menandakan positif
hamil.
f. Mendokumentasikan hasil pengamatan.

26
BAB IV
HASIL PRAKTIKUM DAN PEMBAHASAN

A. Mikroskop

Gambar 4.1 Mikroskop


Pembahasan:
Mikroskop dapat membantu kita melihat benda-benda yang sangat kecil
sehingga dapat terlihat oleh kita. Mikroskop cahaya dan mikroskop
elektron memiliki manfaat yang sangat penting.Mikroskop cahaya
merupakan suatu alat yang mempunyai bagian-bagian tertentu, yaitu terdiri
dari alat-alat optik dan non optik yang digunakan untuk mengamati benda-
benda yang mikroskopis dan transparan. Mikroskop cahaya mempunyai
keuntungan yaitu hemat terhadap penggunaan listrik. Daya pisah adalah
kemampuan mikroskop untuk secara jelas dan terpisah dalam
membedakan dua titik yang berdekatan yang tanpa mikroskop terlihat
sebagai satu titik dan dikatakan sebagai jarak terkecil diantara dua titik
yang terlihat sebagai dua titik bukannya satu titik. Hal inilah yang
membedakan mikroskop canggih dari mikroskop cahaya. Dari hasil
penelitian yang telah dilaksanakan maka diperoleh hasil yaitu, mikroskop
terdiri atas bagian-bagian yang masing-masing bagian tersebut mempunyai
fungsi tersendiri. Lensa okuler berfungsi untuk memperbesar bayangan

27
yang bersifat maya dan tegak. Lensa objektif berfungsi untuk mengatur
pembesaran ukuran untuk kekuatan 4x, 10x, 40x dan 100x. Kondensor
berfungsi untuk mengatur bayangan yang akan diamati atau untuk
menaikkan dan menurunkan kondensor. Reflektor berfungsi untuk
menerima cahaya yang masuk atau dapat memperjelas cahaya yang akan
datang. Tubuh mikroskop berfungsi untuk tempat terjadinya proses
bayangan antara lensa objektif dengan lensa okuler. Makrofokus berfungsi
untuk mengatur jarak okuler objektif sehingga tepat fokusnya secara kasar
dan jelas. Mikrofokus berfungsi untuk mengatur jarak okuler sehingga
tepat fokusnya secara tajam. Revolver berfungsi sebagai tempat lensa
objektif. Meja objek berfungsi untuk meletakkan preparat yang akan
diamati. Penjepit berfungsi untuk memperkokoh kedudukan preparat agar
tidak goyang. Pengatur kondensor berfungsi sebagai pengatur letak lensa
kondensor terhadap preparat. Pemegang(lengan) berfungsi untuk
memegang mikroskop. Diafragma berfungsi mengatur cahaya yang masuk
dalam mikroskop. Kaki atau dasar berfungsi untuk memperkokoh
kedudukan mikroskop.Dalam cara perawatan mikroskop pada prinsipnya
kita harus berhati-hati agar mikroskop dapat digunakan dengan
baik.Pertama yang harus diperhatikan adalah cara membawa mikroskop
dengan langkah sebagai berikut:
1. Pegang bagian pegangan mikroskop dengan tangan kanan dan
sanggahlah bagian kaki ke bawah dengan tangan kiri lalu letakkan pada
meja yang telah ditetapkan.
2. Setelah selesai menggunakan mikroskop,bersihkan segala kotoran yang
menempel pada mikroskop atau hasil pengamatan objek yang diamati
kemudian letakkan mikroskop dalam keadaan istirahat.
3. Lensa objektif pada posisi yang terkecil buat tegak lurus dengan lensa
okuler.
4. Buat cermin pengatur cahaya dalam posisi vertikal.
5. Matikan lampu jika tidak digunakan.

28
B. Struktur Sel Eptitel Rongga Mulut

Membran Sel

Nukleus

Sitoplasma

Gambar 4.2 Hasil Pengamatan Sel Epitel Rongga Mulut


Pembahasan :
Berdasarkan hasil pengamatan dan analisis, epithelium mukosa mulut
termasuk dalam epithelium skuamosa simpel atau epitel pipih selapis
karena terdiri dari satu lapis sel tunggal, pipih, nucleus sentral dan bulat
menyerupai telur goreng. Pewarnaan menggunakan methylene blue dalam
larutan NaCl fisiologis 0,9% karena pembuatan preparat menggunakan
metode supravital yang berarti hidup atau segar. Penggunaan larutan NaCl
fisiologis 0,9% bertujuan agar sel tetap hidup dan tidak lisis atau krenasi.
Inti sel epitel berwarna gelap dikarenakan inti sel bersifat asam sedangkan
methylene blue merupakan pewarna basa. Sel-sel epitel mukosa mulut
merupakan epitel tanpa keratin dan terdapat di permukaan basah. Selain di
dalam mulut, epitel ini juga terdapat di kapsula bowman, permukaan
dalam membrane tymphany, endotil yang membatasi permukaan sistem
peredaran dan alveoli paru-paru. Dalam sitoplasma sel-sel yang menyusun
epitel terdapat organelle yang berfungsi sebagai rangka penyokong,
diantaranya sebagai anyaman yang dinamakan “cell web” yang termasuk
dalam struktur kerangka sel. Bentuk khusus pada sisi sel epitel dibedakan
menjadi tiga yaitu Macula merupakan daerah kecil berupa bercak,
sedangkan Zonula dimaksudkan apabila daerah tersebut melingkari sel
sebagai gelang. Apabila daerahnya luas dinamakan fascia. Mukosa mulut

29
dapat dikelompokkan menjadi tiga tipe yaitu mukosa pengunyahan,
mukosa penutup, dan mukosa khusus. Mukosa pengunyahan terdapat di
region rongga mulut yang menerima tekanan kunyah seperti gusi dan
palatum durum. Jaringan epitelnya parakeratinized (mempunyai lapisan
keratin tipis yang beberapa selnya ada yang masih memiliki inti sel tidak
sempurna). Mukosa penutup terdapat pada dasar mulut, permukaan
inferior lidah, permukaan dalam bibir dan pipi, palatum molle dan mukosa
alveolaris kecuali gusi. Tipe epitelnya non keratinized (tidak memiliki
lapisan keratin). Mukosa khusus terdapat pada dorsum lidah, tipe epitelnya
ortokeratinized (memiliki lapisan keratin tebal yang terdiri dari sel –sel
yang sudah tidak berinti). Perbandingan antara sel-sel basal – prabasal, sel
intermediet, dan sel superficial disebut indeks maturasi. Pada kondisi
normal, jumlah sel pada lapisan superfisial sesuai dengan jumlah sel pada
lapisan sel basal. Berdasarkan proses pembuatan preparat supravital
merupakan preparat hidup atau segar, selnya masih dalam kondisi hidup
sehingga tidak dapat disimpan dalam waktu lama dan hanya bersifat
sementara. Pemberian zat warna methylen blue 0,25% dalam larutan
garam fisiologis (NaCl 0,9%) agar sel kontras sehingga dapat diamati dan
NaCl berfungsi agar sel tetap hidup. Pengambilan epitel menggunakan
tangkai scalpel atau tangkai sendok yang tumpul agar didapat epithel
dengan ukuran kecil, kemudian direntangkan dan diratakan dengan zat
warna agar sel tipis dan tidak saling bertumpuk.

30
C. Spermatogenesis dan Oogenesis

1. Spermatogenesis
Preparat testis Gambar Seharusnya

Gambar 4.3 Hasil Pengamatan Spermatogenesis


Pembahasan :
Pada pratikum yang sudah diamati adalah tentang sel sperma dan sel
folikel pada tikus. Pada preparat testis di temukan spermatogonium,
spermatosit primer, spermatosit sekunder, spermatid, spermatozoa, lumen
dan tubulus seminiferus. Hasil pengamatan tersebut sesuai dengan gambar
dengan pembesaran 40x10 sel-sel yang ada kurang jelas terlihat.
Spermatogenesis merupakan proses yang fundamental di dalam sistem
reproduksi pria yang melibatkan serangkaian peristiwa genetik dan
epigenetik tingkat tinggi di dalam sel-sel yang berperan penting merubah
spermatogonia di dalam ruangan interstisial di antara tubulus-tubulus
seminiferus. Sebagai respon terhadap LH, sel-sel Leydig menyekresian
testoteron dan androgen-androgen lain, yang mendorong spermatogenesis
di dalam tubulus. FSH mendorong aktivitas sel-sel sentroli, yang berfungsi
untuk memberikan nutrien pada sperma yang sedang berkembang.

31
2. Oogenesis
Preparat Ovarium Gambar Seharusnya

Gambar 4.4 Hasil Pengamatan Oogenesis


Pembahasan:
Pada pratikum yang sudah dilaksanakan hasil dari prer\parat yang sudah
diamati kurang jelas tampak bagian-bagiannya, hal ini mungkin karena
usia preparat yang sudah cukup lama. Ovarium sendiri itu terdiri dari :
Ovarium memiliki 3 lapisan utama, yaitu :
a. Bagian permukaan, merupakan bagian terluar dari ovarium yang
disusun oleh epitel kuboid selapis atau yang biasa disebut epitel
germinal.
b. Korteks, korteks merupakan bagian yang terletak setelah bagian
permukaan. Sebagian besar disusun oleh jaringan ikat. Korteks
merupakan tempat ditemukannya sel folikel dan oosit.
c. Medulla, medulla merupakan bagian terdalam dari ovarium yang
disusun oleh jaringan neurovaskular.
Proses pembentukan gamet betina terjadi di dalam ovarium yang
disebutoogenesis dengan tingkatan sebagai berikut :
a. Folikel primer, terdiri atas sebuah oosit yang dilapisi oleh selapis sel
folikel (sel granulosa)
b. Folikel sekunder, satu oosit dilapisi oleh beberapa lapis sel granulosa

32
c. Folikel tersier, sel granulosa bertambah banyak, terdapat celah antrum
diantara sel-sel granulosa, jaringan ikat yang berada di luar sel
granulosa membentuk sel teka.
d. Folikel De Graff, berukuran paling besaratrum menjadi rongga besar
yang berisi cairan folikel. Oosit dikelilingi oleh corona radiata
dihubungkan dengan sel granulosa oleh kumulus oforus.

D. Kromosom Manusia Dan Golongan Darah

1. Kromosom Manusia

Pembahasan :

Berdasarkann kariotipe kromosom manusia normal dapat di lihat


susunan kromosom manusia yang terdiri atas 22 pasang autosom dan 1
pasang kromosom seksual. Pada laki-laki XY pada perempuan XX.
Namun pada kehidupan manusia, susunan kromosom tersebut dapat
berubah karena di pengaruhi berbagai faktor. Berikut ini beberapa
kelainan yang di akibatkan kelainan kromosom :
a. Down syndrome
b. Patau syndrome
c. Edward syndrome
d. Turner syndrome
e. Klinefelter syndrome
f. Jacobs syndrome
g. Wanita super
h. Cry Du-Chat syndrome
i. Wolf-Hirschhorn syndrome
j. Dan lain-lain

33
2. Golongan Darah
Probandus Anti- Anti- Anti- Anti- Golongan Darah
A B AB D
Ongki + - + +/- Golongan darah A
Gracella - + + +/- Golongan darah B
Charni + + + +/- Golongan darah AB
Harun - - - +/- Golongan darah O

Tabel 4.1 Hasil Pemeriksaan Golongan Darah

Probandus Sampel Darah Serum Hasil Gol.


A B Darah
Ongki

+ - A

Gracella

- + B

Charni

+ + AB

Harun

- - O

34
Gambar 4.5 Hasil Pengamatan Golongan Darah
Pembahasan :
Secara umum penggolongan darah dapat dilakukan dengan mengencerkan
sel-sel darah dengan garam tertentu, lalu satu bagian ditetesi dengan aglutinin
(anti A) dan yang lain dicampur dengan aglutinin (anti B). Setelah beberapa
saat darah diamati apakah terjadi penggumpalan pada salah satu bagiannya.
Setelah itu darah probandus termasuk kedalam golongan darah apa. Golongan
darah A, jika memiliki aglutinogen A dan terjadi penggumpalan jika ditetesi
dengan serum A. B, jika memiliki aglutinogen B dan terjadi penggumpalan
jika ditetesi dengan serum B. AB, jika memiliki aglutinogen A dan B terjadi
penggumpalan jika ditetesi serum A dan B ataupun serum B O, jika tidak
memiliki aglutinogen A maupun B tidak terjadi penggumpalan saat ditetesi
serum A maupun serum B. Penggolongan darah pada manusia selain dengan
sistem ABO, juga dapat digolongkan berdasarkan sistem MN. Sistem ini
sama halnya dengan sistem ABO, apabila di dalam eritrosit seseorang
terdapat antigen M maka golongan darah orang tersebut disebut golongan
darah M, apabila di dalam eritrosit seseorang yang lain terdapat antigen N
maka golongan darah orang tersebut disebut golongan darah N, dan apabila
sesorang yang lain lagi memiliki kedua antigen tersebut (MN) maka orang
tersebut bergolongan darah MN. Di dalam eritrosit, antigen M dan N
dikendalikan oleh sebuah gen yang memiliki alel ganda, yaitu alel LM yang
mengendalikan antigen M dan alel LN yang mengendalikan antigen N. Pada
penggolongan darah MN ini tidak terdapat dominansi antara alel LM dan alel
LN, artinya apabila seseorang memiliki kedua antigen tersebut (M dan N)
maka orang itu bergolongan darah MN. Dalam praktikum kali ini kita
mempelajari tentang golongan darah pada manusia. Dengan sampel darah
segar manusia yang diambil dari sukarelawan kelas dan sampel yang telah
diambil kemudian diuji dengan serum A dan serum B. Dalam pengujian ini
digunakan 4 sampel darah.
Sempel darah milik Ongki yang telah diketahui bergolongan darah A diuji
kembali menggunakan serum A dan B, hasilnya ternyata pada darah yang

35
diberi serum A mengalami penggumpalan sementara pada yang diberi serum
B tidak (larut). Hal ini diakibatkan karena golongan darah A di dalam sel
darah merahnya mengandung aglutinogen A dan pada plasmanya
mengandung aglutinin anti B.
Sempel darah milik Gracella yang telah diketahui bergolongan darah B diuji
kembali menggunakan serum A dan B, hasilnya berkebalikan dari darah milik
Ongki (golongan darah A). Pada darah yang ditetesi dengan serum A tidak
mengalami penggumpalan,sementara pada darah yang diberi serum B
menggumpal.
Sampel darah milik Charni yang telah diketahui bergolongan darah AB diuji
kembali dengan metode yang sama dengan sebelumnya. Hasilnya
menunjukan bahwa baik darah yang ditetesi dengan serum A maupun yang
ditetesi dengan serum B semuanya mengalami penggumpalan. Penggumpalan
itu terjadi karena darah mempunyai aglutinogen A dan aglutinogen B yang
bereaksi dengan antibodi (aglutinin) yang dikenal dengan anti A dan anti B
tersebut.
Sampel darah milik Harun yang telah diketahui memiliki golongan darah O
juga diuji dengan metode yang sama. Dan hasil yang diperoleh yaitu baik
yang ditetesi serum A maupun serum B tidak mengalami penggumpalan
(larut).
Mekanisme penggumpalan darah, agglutinin –A dan agglutinin –B dalam
plasma (serum) bersifat bivalen atau polivalen, yaitu pada saat yang sama
setelah diteteskan pada sel darah merah dapat mengikat dua atau lebih sel
darah merah sekaligus ,sehingga dapat menyebabkan penggumpalan pada sel
darah merahnya. Misalnya, probandus dengan golongan darah A mengalami
penggumpalan pada darah yang ditetesi anti –A karena individu dengan A
pada sel darah merahnya memiliki anti B pada plasmanya sehingga didalam
plasma individu tersebut, anti -A bereaksi spesifik terhadap antibodi pada anti
–B sehingga terjadi penggumpalan.
Serum sebenarnya merupakan plasma tanpa fibrinogen dan protrombin
(protein). Apabila pembekuan dicegah maka perbandingan antara unsur
terbentuk yang sebagian besar merupakan sel-sel darah merah, dan plasma

36
adalah sekitar 40-50%. Pada laki-laki dewasa perbandingan ini tergantung
pada jenis kelamin dan umur individu.

E. Siklus Estrus

Gambar 4.6 Hasil Pengamatan Siklus Estrus


Pembahasan :
Praktikum ini bertujuan dapat membedakan sel-sel hasil apusan vagina dan
menentukan tahapan siklus estrus yang sedang dialami hewan betina dewasa
(mencit). Siklus reproduksi adalah perubahan siklus yang terjadi pada sistem
reproduksi (ovarium, oviduk, uterus, dan vagina) hewan betina dewasa yang
tidak hamil, yang memperlihatkan hubungan antara satu dengan yang lainnya.
Siklus reproduksi pada mamalia primata disebut siklus menstruasi. Sedangkan,
siklus reproduksi yang berlangsung pada hewan non primata betina dewasa
seksual yang tidak hamil pada mamalia non primata (contohnya mencit) disebut
siklus estrus. Siklus estrus ditandai dengan masa berahi atau estrus. Pada saat
estrus, hewan betina akan reseptif terhadap hewan jantan dan kopulasinya
kemungkinan besar akan vertil sebab di dalam ovarium sedang terjadi ovulasi
dan uterusnya berada pada fase yang tepat untuk implantasi. Siklus estrus adalah
waktu antara periode estrus atau jarak antara estrus yang satu sampai pada estrus

37
yang berikutnya. Metode yang dapat dilakukan untuk mengetahui fase estrus
pada mencit dengan metode Vaginal Smear. Metode vaginal smear lebih banyak
digunakan karena bisa menunjukkan hasil yang lebih akurat. Metode ini
menggunakan sel epitel dan leukosit sebagai bahan identifikasi. Sel epitel
merupakan sel yang terletak di permukan vagina, sehingga apabila terjadi
perubahan kadar estrogen maka sel epitel merupakan sel yang paling awal
terkena akibat dari perubahan tersebut. Leukosit merupakan sel antibodi yang
terdapat di seluruh bagian individu. Leukosit di vagina berfungsi membunuh
bakteri dan kuman yang dapat merusak ovum. Sel epitel berbentuk oval atau
polygonal, sedangkan leukosit berbentuk bulat berinti. Siklus estrus dibedakan
dalam 2 fase, yaitu fase folikular dan fase luteal. Fase folikular adalah fase
pembentukan folikel sampai masak, sedangkan fase luteal adalah fase setelah
ovulasi, kemudian terbentuk korpus luteum dan sampai pada dimulainya siklus.
Fase-fase pada siklus estrus diantaranya adalah estrus, metestrus, diestrus, dan
proestrus. Periode-periode tersebut terjadi dalam satu siklus dan serangkaiannya,
kecuali pada saat fase anestrus yang terjadi pada saat musim kawin. Menurut
Chakraborty (2013), berikut ini masing–masing fase birahi pada siklus estrus :
1. Fase Proestrus
Produksi estrogen meningkat di bawah stimulasi FSH (Folicle Stimulating
Hormon) dan adenohipofisis pituitary dan LH (Luteinizing Hormon) ovari
yang menyebabkan meningkatnya perkembangan uterus, vagina, oviduk, dan
volikel ovari. Fase yang pertama (proestrus) dari siklus estrus dianggap
sebagai fase penumpukan. Fase proestrus ini folikel ovary dengan ovumnya
yang menempel membesar terutama karena meningkatnya cairan folikel yang
berisi hormon–hormone estrogenik. Estrogen yang diserap dari folikel
kedalam aliran darah merangsang penaikan vesikularitas dan pertumbuhansel
genitalia tubular dalam persiapan untuk birahi dan kebuntingan yang akan
terjadi. Fase proestrus ditandai dengan adanya sel-sel epitel berinti berbentuk
bulat dan leukosit tidak ada atau sangat sedikit.
2. Fase Estrus
Fase estrus adalah tahap penerimaan seksual pada hewan betina, yang
terutama ditentukan oleh tingkat sirkulasi estrogen. Setelah periode itu

38
terjadilah ovulasi, ini terjadi dengan penurunan tingkat FSH dalam darah dan
peningkatan tingkat LH. Sesaat sebelum ovulasi folikel membesar dan
mengalami turgid, serta ovum yang mengalami pemasakan. Estrus berakhir
kira–kira pada saat pecahnya folikel ovary atau terjadinya ovulasi. Perilaku
mencit betina pada tahap ini sudah mulai gelisah namun keinginan untuk
kopulasi belum terlalu besar. Fase ini terjadi selama 12 jam. Fase estrus
ditandai dengan adanya sel-sel epitel menanduk yang sangat banyak dan
beberapa sel-sel epitel dengan inti yang berdegenerasi. Tahap Estrus adalah
tahap dimana folikel sudah matang dan siap berovulasi. Tidak terlihat sel
leukosit. Lebih banyak sel epitel yang terkornifikasi dan beberapa sel epitel
berinti. Fase estrus dapat terlihat dari perilaku mencit dan morfologi vagina
mencit. Pada saat estrus biasanya mencit terlihat tidak tenang dan lebih aktif,
dengan kata lain mencit berada dalam keadaan mencari perhatian kepada
mencit jantan.
3. Fase Metestrus
Fase metestrus adalah fase setelah ovulasi dimana korpus luteum mulai
berfungsi. Panjangnya metestrus dapat tergantung pada panjang waktu LTH
(Lutetropik Hormon) disekresi adenohipofisis. Selama periode ini terdapat
penurunan estrogen dan penaikan progesteron yang dibentuk oleh ovari. Fase
ini terjadi selama 6 jam. Pada tahap ini hormone yang terkandung paling
banyak adalah hormon progesteron yang dihasilkan oleh korpus leteum.
Metestrus ditandai dengan adanya sel-sel epitel menanduk dan leukosit yang
banyak.
4. Fase Diestrus
Fase diestrus adalah tahap yang relatif pendek antara siklus estrus pada
hewan-hewan yang tergolong poliestrus. Selama fase disetrus corpus luteum
bekerja dengan optimal, konsentrasi progesteron yang tinggi menghambat
pelepasan FSH dan LH. Jika betina tidak mengalami kehamilan selama fase
awal estrus, PGF2 akan dilepaskan dari uterus dan dibawa menuju ovarium.
Tahap ini terjadi selama 2-2,5 hari. Pada tahap ini terbentuk folikel-folikel
primer yang belum tumbuh dan beberapa yang mengalami pertumbuhan awal.
Hormon yang terkandung dalam ovarium adalah estrogen meski

39
kandungannya sangat sedikit. Fase diestrus ditandai adanya sel-sel epitel
berinti dalam jumlah yang sangat sedikit dan leukosit dalam jumlah yang
sangat banyak. Berdasarkan hasil pengamatan kelompok F ditemukan mencit
(Mus muculus) dengan perbesaran 10x10 terlihat mengalami fase estrus
terdiri dari sel epitel menanduk dan sel epitel tak berinti. Hasil pengamatan
dengan perbesaran lemah sehingga bagian-bagian kurang jelas. pada preparat
apusan vagina dengan pewarna metilen blue, sel epitel terlihat lebih jelas.
Pada pemngamatan selanjutnya ditemukan mencit (Mus muculus) dengan
perbesaran 10x45 terlihat mengalami fase metestrus terdiri dari sel epitel
menanduk, inti sel leukosit, dan leukosit. Hasil pengamatan dengan
perbesaran cukup kuat sehingga bagian-bagian kurang jelas namun dapat
teramati. Pada preparat apusan vagina dengan pewarna metilen blue, sel epitel
terlihat lebih jelas. Berdasarkan hasil pengamatan terakhir kelompok F
ditemukan mencit (Mus muculus) dengan perbesaran 10x10 terlihat
mengalami fase diestrus terdiri dari sel epitel menanduk, leukosit, sitoplasma,
berinti. Hasil pengamatan dengan perbesaran lemah 10x sehingga bagian-
bagian kurang jelas.

F. Uji Kehamilan
Sampel Urin Foto Hasil Pengamatan Keterangan

A + (Positif/Hamil)

Gambar 4.7 Uji Kehamilan Menggunakan Test Pack


Pembahasan :
Praktikum ini bertujuan agar mahasiswa terampil dalam melaksanakan
prosedur untuk prosedur menentukan kehamilan. Hormon seks merupakan zat
yang dikeluarkan oleh kelenjar pada organ seks dan kelenjar adrenalin
langsung kedalam aliran darah. Hormon seks yang bertanggung jawab dalam

40
menentukan jenis kelamin janin dan bagi perkembangan organ seks yang
normal. HCG atau Hormon Chorionic Gonadotropin merupakan suatu
hormon seks yang dapat digunakan untuk penentuan kehamilan secara
sederhana. Hormon ini dieksresikan melalui urin ibu yang sedang hamil.
Kadar HCG dalam darah ibu sedemikian tinggi sehingga sebagian
disekresikan di dalam urine dan dapat dideteksi dalam uji kehamilan. Puncak
produksi hormon tersebut dicapai dalam bulan kedua kehamilan. Jika telur
telah dibuahi dan tertanam di dalam endometrium, sel-sel tropoblas dalam
plasenta yang sedang berkembang mensekresi gonadotropin chorion. Human
Chorionic Gonadotropin (HCG) adalah sejenis Glikoprotein yang dihasilkan
oleh plasenta dalam kehamilan. Namun selama plasenta belum terbentuk,
hormon ini dihasilkan sel-sel fungsi tropoblas. Setelah umur kehamilan
memasuki 12-13 minggu, hormon HCG ini dihasilkan oleh plasenta. Di
dalam tubuh, hormon ini bersifat mempertahankan korpus luteum, yakni
jaringan di ovarium yang menghasilkan progesteron. Hormon progesteron ini
berfungsi untuk memelihara atau mempertahankan proses kehamilan,
sedangkan korpus luteum ini ditunjang keberadaannya oleh HCG. Alat tes
kehamilan yang praktis dan efisien dikenal dengan nama test pack. Dengan
test pack, uji kehamilan dapat dilakukan sendiri di rumah dan hasilnya dapat
ditunggu beberapa menit saja. Test pack sedikit berbeda dari tes kehamilan
yang dilakukan di laboratorium, yakni tes darah. Meski bekerja dengan cara
yang sama, yaitu mendeteksi kadar HCG (Human Chorionic Gonadotropin),
kelebihan tes darah adalah bisa lebih dini mendeteksi keberadaan hormon
tersebut sebagai pertanda telah terjadinya pembuahan. Bentuk test pack ini
ada dua macam, setrip dan compact. Bentuk setrip harus dicelupkan ke dalam
urine yang telah ditampung pada sebuah wadah atau disentuhkan pada urine
waktu buang air kecil. Sedangkan bentuk compact dengan meneteskan urine
langsung pada bagian tertentu dari alatnya. Tes urin bisa dilakukan di rumah
sendiri dengan alat test kehamilan yang tersedia di apotik dan lain-lain. Pada
praktikum kali ini melakukan test kehamilan pada warna urine wanita hamil.
Berdasarkan hasil pengamatan, wanita hamil memiliki urin berwarna kuning
pucat dan pekat. Tes kehamilan tidak harus dipagi hari, namun jika hasil lebih

41
akuratnya sebaiknya dilakukan setelah bangun tidur hal ini dikarenakan urine
masih dalam keadaan terkonsentrasi. Urine yang diuji tergantung
konsentrasinya. Hal ini dapat dipengaruhi dari cairan yang kita minum karena
air yang kita minum dapat mempengaruhi keenceran urine. Seseorang
dikatakan hamil apabila kadar hormon HCG diatas 25 mlu/ml. Kadar hormon
HCG akan naik secara dratis sepanjang kehamilan. Berdasarkan hasil
pengamatan diperoleh pada hasil sampel urine positif hamil. Karena dari uji
tes kehamilan menggunakan test pack didapatkan hasil yang menunjukan dua
buah garis merah, namun garis merah yang kedua terlihat, tetapi cenderung
kurang jelas. Sampel urine B merupakan urin dari respondent wanita hamil
dalam usia kehamilan kurang lebih 2 bulan. Hal ini menandakan terdapatnya
HCG dalam urin sehingga pada sampel urine B menunjukan positif hamil.

42
BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dari laporan di atas mahasiswa dapat mengetahui dan memahami tentang
Mikroskop yang merupakan alat untuk melihat objek yang terlalu kecil
untuk dilihat dengan mata kasar. Mikroskop terdiri dari bagian optik
yang meliputi kondensor, lensa objektif, dan lensa okuler serta bagian
non-optik yang meliputi kaki dan lengan mikroskop, diafragma, meja
objek, pemutar halus dan kasar, penjepit kaca objek, dan sumber cahaya.
Setiap organisme tersusun atas salah satu dari dua jenis sel yang secara
struktur berbeda: sel prokariotik atau sel eukariotik. Kedua jenis sel ini
dibedakan berdasarkan posisi DNA di dalam sel; sebagian besar DNA
pada eukariota terselubung membran organel yang disebut nukleus atau
inti sel, sedangkan prokariota tidak memiliki nucleus. Bagian umum dari
suatu sel adalah membrane plasma, nukleus dan sitoplasma.
Spermatogenesis adalah proses pembentukan sel spermatozoa (tunggal:
spermatozoon) yang terjadi di organ kelamin (gonad) jantan yaitu testis
tepatnya di tubulus seminiferus. Oogenesis adalah proses pembentukan
sel telur (ovum) di dalam ovarium. Oogenesis dimulai dengan
pembentukan bakal sel-sel telur yang disebut oogonia (tunggal:
oogonium). Pembentukan sel telur pada manusia dimulai sejak di dalam
kandungan, yaitu di dalam ovari fetus perempuan.
Kromosom adalah kromatin yang merapat, memendek dan membesar
pada waktu terjadi proses pembelahan dalam inti sel (nucleus), sehingga
bagianbagiannya dapat terlihat dengan jelas di bawah mikroskop biasa
dan Terdapat di dalam plasma nucleus, berupa benda-benda berbentuk
lurus seperti batang atau bengkok, dan terdiri dari bahan yang mudah
mengikat zat warna. Golongan darah manusia terbagi dalam dua
golongan besar yaitu ABO dan Rhesus. Golongan darah ABO pada
manusia merupakan satu contoh dari alel berganda dari sebuah gen
tunggal.

43
Siklus estrus terbagi dalam empat fase, yaitu fase Proestrus, Estrus,
Metestrus dan Disestrus.
Hormon Human Chorionic Gonadotropin (HCG) adalah hormon yang
ada dalam darah dan dikeluarkan oleh sel plasenta/embrio/bakal janin,
sebagai hasil pembuahan sel telur oleh sperma. Karena kehadirannya
yang spesifik sebagai hasil pembuahan itulah, maka HCG dapat dijadikan
penanda kehamilan. Namun biasanya dibutuhkan 3-4 minggu.
B. SARAN
Agar praktikum biologi dapat berjalan dengan efektif maka mahasiswa di
haruskan memahami materi yang akan di praktekkan dan mengikuti
arahan dari dosen dan dapat bekerja sama dengan mahasiswa lain
ataupun berdiskusi bersama dan dalam melakukan pratikum harus lebih
berhati-hati karena pratikum lebih membutuhkan ketelitian agar tidak
salah dalam melakukan tindakan dan bila memungkinkan waktu
pelaksanaan pratikum lebih lama agar mahasiswa dapat melakukan
pratikum lebih teliti sehingga dapat memahami materi yang di berikan.

44
DAFTAR PUSTAKA

Agus, R,. dan Sjafaraenan. 2013. Penuntun Praktikum Genetika Universitas


Hasanudin

Anonim. 2010. Pengenalan Mikroskop dan Cara Pemakaiannya. Jakarta:


Salemba Medika
Asra, Sumiati. 2013. Metode pembelajaran. Bandung: Wacana Prima

Cahyadi, A. 2013. Seksologi, dari Kompasiana


kesehatan.kompasiana/seksologi/2013/06/01/tidak-subur-atau-infertil-
salah-pria-atau-wanita.564932.htm Di akses pada 18 Desember 2019.

Campbell, N. A., dkk. 2010. Biologi Jilid 3 edisi kedelapan. Jakarta: Erlangga
Chakraborty P, Roy SK. 2013. Expression of Estrogen Receptor a 36 (ESR36) in
the Hamster Ovary throughout the Estrous Cycle: Effects of
Gonadotropins. PLoS ONE 8(3): e58291.
doi:10.1371/journal.pone.0058291

Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain. 2010. Strategi Belajar Mengajar.
Jakarta: Rineka Cipta.
Ferial, Eddyman. 2013. Biologi Reproduksi. Jakarta: Erlangga.

Hidayati, N.L.D dan T. Novianti. 2014. Penelusuran Siklus Asteus Tikus Putih.
Jurnal Kesehatan Tunas Husada. Vol 11 (1). Hal 94-103.
Pramudita, Saras Dian. 2012. Laporan Praktikum Biologi. Universitas
Muhammadiyah Prof Dr Hamka.
Purnomo, N. et al. 2012. Struktur Dan Perkembangan Sel Tumbuhan. Swadaya
Depok

Renowati dan sri Suharlina 2018. Uji Kesesuaian Pemeriksaan Kehamilan


Metode Strip Test Dengan Metode Aglutinasi. Prosiding Seminar
Kesehatan Perintis. Vol. 1 (1-5).
Tim Pengajar Jurusan Biologi. 2011. Penuntun Praktikum Biologi Dasar.
Universitas Negeri Makassar FMIPA. Makasar

Zanita. 2014. Gambar Sel Hewan dan Tumbuhan dengan Bagiannya dari
http://brainly.co.id/tugas/506253 Diakses pada 19 Desember 2019.

45

Anda mungkin juga menyukai