Anda di halaman 1dari 11

TUGAS SOSIO ANTROPOLOGI

TENTANG KEDUDUKAN GURU SECARA ANTROPOLOGIS

Dosen Pembimbing : Krisnova Natasia, S. Psi, MM

Disusun oleh : Anggita Maharani Putri

20101157510129

Jurusan Psikologi

Fakultas Psikologi

Universitas Putra Indonesia "YPTK"

Padang

2020
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa karena telah memberikan kesempatan pada saya untuk
menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-Nya lah saya dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul Kedudukannya Guru secara Sosio Antropologis tepat waktu.

Makalah Kedudukan Guru secara Sosio Antropologis disusun guna memenuhi tugas Ibuk Krisnova Natasia, S.
Psi, MM pada mata kuliah Sosioantropologi di Universitas Putra Indonesia YPTK Padang. Selain itu, saya juga
berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca tentang Kedudukannya Guru secara
Sosio Antropologis. Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Ibuk Krisnova Natasia,S. Psi,
MM selaku dosen Sosioantropologi. Saya juga mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah
membantu proses penyusunan makalah ini.

Saya menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun akan saya terima demi kesempurnaan makalah ini.

Wassalamualaikum wr.wb

Penulis
DAFTAR ISI

Kata Pengantar...................................................................................i

Daftar Isi............................................................................................................... ii

BAB I : PENDAHULUAN

Latar Belakang..........................................,.............................................. 1

Rumusan Masalah................................................................................... 2

Tujuan Penulisan...................................................................................... 2

BAB II : PEMBAHASAN

A. Pengertian Guru

B. Guru sebagai Kedudukan Terhormat

C. Guru sebagai Profesi

D. Guru sebagai Status Sosial

E. Peranan dan Kedudukan Guru

1. Teori Fungsionalis

2. Teori Kelompok Status

3. Teori Para Sosiolog Muslim

BAB III : Penutup

Kesimpulan................................................................................................. 11

Saran........................................................................................................... 11
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Profesi ialah pekerjaan yang dilakukan untuk menghasilkan nafkah hidup dan mengandalakan
suatu keahlian. Ada banyak jenis profesi yang dapat dilakukan mulai dari pekerjaan dikantor,
lapangan, pabrik dan lainnya. Seperti polisi, tentara, pramugari, chef, pilot, guru dan masih banyak
lainnya. Diantara semua profesi itu ada julukan yang di berikan kepada seorang guru yaitu
pahlawan tanpa tanda jasa. Kenapa guru di beri julukan seperti itu? karena guru memberikan
semua yg beliau punya ke kita,mengajarkan kita membaca,menulis,menghitung sampai kita bisa
menjadi sekarang ini tanpa meminta balasan apapun dari kita. Guru merupakan salah satu unsur di
bidang kependidikan yang berperan serta secara aktif dan menempatkan kedudukannya sebagai
tenaga profesional, sesuai dengan tuntutan masyarakat yang semakin berkembang. Guru tidak
semata-mata sebagai “pengajar” yang melakukan transfer of knowledge, tetapi juga sebagai
“pendidik” yang melakukan transfer of values dan sekaligus sebagai “pembimbing” yang
memberikan pengarahan dan menuntun siswa dalam belajar. Dalam pendidikan guru sangatlah
penting untuk menunjang jalannya suatu proses pendidikan. Tanpa adanya seorang guru maka
pendidikan tidak bisa terealisasilkan. Seorang guru haruslah bisa menjadi penggerak berjalannya
pendidikan. Oleh karena itu, maka di dalam pendidikan seorang guru mempunyai kedudukan yang
khusus.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan guru?


2. Apakah guru sebagian kedudukan terhormat?
3. Apakah guru termasuk ke dalam profesi?
4. Bagaimana status sosial guru?
5. Apa peran dan kedudukan guru?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan guru.


2. Agar mengathaui peran dan kedudukan guru
3. Untuk mengetahui guru sebagai status sosial.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Guru.

Guru adalah seorang pengejar suatu ilmu. Dalam bahasa Indonesia, guru umunya merujuk pendidik
profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai
dan mengevaluasi peserta didik. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005: 377), yang dimaksud
dengan guru adalah orang yang pekerjaannya (mata pencahariannya, profesinya) mengajar.
Pengertian guru menurut KBBI di atas, masih sangat umum dan belum bisa menggambarkan sosok
guru yang sebenarnya, sehingga untuk memperjelas gambaran tentang seorang guru diperlukan
definisi-definisi lain. Dalam literatur lain dikatakan bahwa guru adalah pendidik yaitu orang yang
melaksanakan tugas mendidik atau orang yang memberikan pendidikan dan pengajaran baik secara
formal atau non formal. Menurut para ahli :

1. Menurut Purwanto (1997:138). Orang yang diserahi tanggung jawab sebagai pendidik di
lingkungan sekolah adalah guru.
2. Husnul Chotimah (2008). Mereka yang memfasilitasi transisi dari pengetahuan dari sumber
belajar ke peserta didik.
3. Dri Atmaka (2004:17). Pendidik adalah orang yang bertanggung jawab untuk memberikan
bantuan kepada siswa dalam pengembangan baik fisik dan spiritual.
4. Mulyasa (2003:53).Pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen
pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan
pendidikan nasional.
5. Ahmadi (1977:109). Pendidik adalah sebagai mengawasi peran dalam melaksanakan proses
pembelajaran.
6. Drs. Moh. Uzer Usman (1996:15). Guru adalah tugas semua orang dan otoritas dalam
pendidikan dan pengajaran di lembaga pendidikan formal.
7. Menurut Noor Jamaluddin (1978:1). Guru adalah pendidik, orang dewasa yang bertanggung
jawab untuk memberikan bimbingan atau bantuan kepada siswa dalam pengembangan tubuh
dan jiwa untuk mencapai kematangan, mampu berdiri sendiri dapat melaksanakan tugasnya
sebagai khalifah Allah di muka bumi, sebagai makhluk sosial dan individu yang mampu berdiri
sendiri.
8. Menurut Wikipedia. Pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik.
B. Guru sebagai Kedudukan Terhormat

Teori tentang guru sebagai profesi mulia dikembangkan oleh para penulis muslim klasik, seperti Al-
Ghazali dan Ibn Miskawaih. Mereka mengembangkan sebuah pandangan bahwa profesi guru memiliki
dimensi teologi dan memiliki keistimewaan spiritual. Menurut mereka, guru merupakan profesi
samawi (langit) yang datang sebagai anugerah (mauhibah) dan Tuhan kepada orang-orang yang
dikehendaki-Nya. Sebagai acuan normatif, guru termasuk dalam pernyataan dalam Al-Qur-an
sebagian sandaran pandangan, yaitu pernyataan bahwa orang-orang yang berilmu akan diangkat
derajatnya. Dengan demikian, keduduka istimewa mereka adalah anugerah, bukan diusahakan.
Mereka sengaja diposisikan oleh Tuhan dalam kedudukan terhormat dan mendapat tempat dihati
manusia (Jasjis, 1998: 267). Berikut ini pernyataan Al-Ghazali berkenaan dengan profesi guru :

1. Makhluk yang paling mulia adalah kalbunya.


2. Guru selalu menyempurnakan, menggunakan, dan menyucikan kalbu.
3. Serta menuntunya untuk dekat kepada Tuhan.

Sebagai pemangku jabatan yang mulia, menurut Al-Ghazali, guru harus memiliki tiga kompetensi
dasar :

1. Kompetensi ruhaniyyah, yaitu kemampuan dasar menyangkut perilaku batin dan


ketersambungan dengan Allah.
2. Kompetensi akhlaqiyyah, yaitu kemampuan dasar meyangkut perilaku moral, seperti kejujuran,
rendah hati, dan tidak tamak.
3. Kompetensi ijtima’iyyah, yaitu kemampuan dasar menyangkut kepeduliaan terhadap orang-orang
disekitarnya.

Kompetensi ini terjelma dalam sifat penuh kasih sayang, bijak, dan sabar. Ikhlas dalam pandangan Al-
Ghazali adalah sesuatu yang menyangkut nilai atau jiwa islam. Jadi ilmu apapun yang diajarkan oleh
guru harus dilandasi dengan nilai islami. Oleh karena itu, nilai islam itu harus dibentuk dan ditransfer
oleh guru (Al-Ghazali, 1998: 24). Al-Ghazali membagi keberadaan guru pada empat macam :

Pertama, guru yang hanya sebagai penyimpan ilmu tanpa dimanfaatkannya.

Kedua, menyimpan dan memanfaatkannya dengan tidak meninta-minta.

Ketiga, menyimpan dan memanfaatkannya hanya untuk dirinya sendiri.

Keempat, dengan ilmu itu dipergunakan untuk menolong orang lain.

Menurutnya, guru yang cerdas dan bermoral memiliki sifat-sifat sebagai berikut : Pertama, Kasih
sayang dan simpatik. Kedua, Jujur dan terpercaya. Ketiga, Tulus ikhlasKeempat, Lemah lembut dalam
memeberi nasihat, tidak berlaku kasar terhadap murid dalam mendidik tingkah laku.

Menurut Ibn Miskawaih tugas guru adalah pertama, meluruskan dan memandu manusia dengan ilmu-
ilmu rasional dengan melatih daya-daya analisis potensinya, kedua, memandu umat manusia dengan
keterampilan praktis sesuai dengan kemampuannya yang nantinya kemampuan tersebut akan
berguna bagi umat manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya (Ibn Miskawaih, 1997: 88).

C. Guru Sebagai Profesi

Salah seorang sosiolog yang mencoba membahas guru adalah Robinson. Dia menyebut guru sebagai
sebuah profesi. Dengan banyak mengutip pandangan dari Amitai Etzioni, Robinson memaparkan
aliran-aliran sosiologi pendidikan dalam mendefinisikan profesi guru. Profesi guru adalah suatu
pekerjaan yang didasarkan atas studi atau pendidikan khusus, yang tujuannya memeberikan
pelayanan kepada orang lain dengan imbalan atau gaji yang ditentukan, profesi lebih bersifat
pemberian pelayanan kepada orang lain.

Greenwood mengidentifikasikan lima tanda profesi :

Pertama, adanya perangkat teori yang sistematis.

Kedua, seorang profesional mengetahui hal-hal yang paling baik untuk kliennya.

Ketiga, seorang profesional memiliki otoritas dalam bidang kompetensinya. Otoritas ini diperkuat
oleh pengawasan persatuan profesi.

Keempat, adanya pengawasan terhadap otoritas kompetensi profesi.

Kelima, terdapat kode etik profesi yang disetujui.

Millerson mengidentifikasikan tiga ciri utama profesi, yaitu terorganisasi, keterampilan yang
didasarkan atas pengetahuan teoretis, dan keperluan latihan dan pendidikan ( Greenwood, 1957:
177). Teori profesi yang dikemukakan oleh Greenwood dan Millerson lebih dikenal dengan sebutan
teori atribut. Merekalah yang membagi profesi pada dua jenis, yaitu profesi tipe ideal dan profesi
tipe nonideal. Profesi tipe ideal didasarkan pada anggapan umum yang sudah mapan. Greenwood
dan Millerson menyebut kedokteran sebagai profesi tipe ideal karena merupakan satu profesi yang
sudah mapan, sedangkan guru atau mengajar bukan profesi yang mapan di masyarakat sehingga
tidak dimasukkan sebagai tipe profesi ideal. Adapun menurut tipenya, guru merupakan sebuah
profesi. Kedudukan guru sebagai profesi bukan karena cetakan sosial, melainkan karena guru
memiliki atribut. Pertama, guru mengandung suatu perangkat teori yang sistematis. Kedua, guru
memiliki otoritas terhadap anak dan para orangtua. Ketiga, guru memiliki klaim atas uang negara
berupa gaji yang diterima. Tiga atribut ini sebanding lurus dengan definisi profesi (Milerson, 1964:
17).

Secara sosio profesi, sertifikasi guru di Indonesia memiliki beberapa tujuan diantaranya adalah
sebagai berikut. Pertama melindungi profesi pendidik dan tenaga kependidikan. Kedua, melindungi
masyarakat dari praktik-praktik yang tidak kompeten, sehingga merusak citra pendidik dan tenaga
kependidikan. Ketiga, membantu dan melindungi lembaga penyelenggara pendidikan dengan
menyediakan rambu-rambu dan instrumen-instrumen untuk melakukan seleksi terhadap pelamar
yang kompeten. Keempat, membangun citra masyarakat terhadap profesi pendidik dan tenaga
kependidikan. Dan yang terakhir atau yang kelima adalah untuk memberikan soslusi dalam rangka
meningkatkan mutu pendidik dan tenaga kependidikan. Tujuan sertifikasi di Indonesia ini lebih
diarahkan untuk mengubah citra profesi guru sebagai profesi yang setara dengan profesi lainnya
(Mahmud, 2002: 181).

D. Guru sebagai Status Sosial.

Di kalangan masyarakat tradisional, guru terkadang digelari dengan sebutan sebutan tertentu
diantaranya : den guru, jang guru, mang guru, bahkan tuang guru dan panggilan lainnya. Panggilan
Ini merupakan pengakuan sosial terhadap gurugurusenagai profesi yang istimewa walaupun tidak
se istimewa sosio ekonominya.

Sebagai makhluk sosial yang tidak bisa lepas dari kehidupan sosial masyarakat dan lingkungan,
seorang guru di tuntut memiliki kompetesi sosial yang memadai, terutama katanya dalam
pendidikan yang terjadi dan berlangsung di masyarakat.

Keyakinan mereka terhadap guru sebagai orang yang meiliki standar kualitas inilah yang
mendorong mereka memposisikan guru sebagai petugas kemasyarakatan. Masayarakat menduga
bahwa guru memiliki kompetensi normative kependidiakan, yaitu selain memiliki bakat kecerdasan
dan kecapakan, guru juga memiliki itikad baik.

Sebagai kompenen sosial yang profesinya istimewa dibanding dengan profesi lainnya, guru diyakini
oleh masyarakat sebagai seseorang yang memiliki standar kualitaskualitaspribadi tertentu yang
memiliki tanggung jawab , wibawa, mandiri dan disiplin.

E. Peranan dan Kedudukan Guru.

Kedudukan (status) merupakan salah satu unsure baku dalam system lapisan, dan mempunyai arti
yang penting bagi system sosial.Sistem sosial adalah pola-pola yang mengatur hubungan timbal balik
antara individu dengan masyarakatnya, dan tingkah laku individu-indivudu tersebut (Linton, 1956:
105). Kedudukan sosial artinya tempat seseorang secara umum dalam masyarakatnya sehubungan
dengan orang-orang lain, dalam arti lingkungan pergaulannya, prestasinya, dan hak serta kewajiban.
Sementara itu, peranan (role) merupakan aspek dinamis kedudukan (status). Apabila seseorang
melaksanakan hak dan kewajiaban sesuai dengan kedudukannya, dia menjalankan suatu peranan.

Secara umum, peranan guru dalam dunia pendidikan dapat dikelompokan kedalam empat peranan.
Pertama, peranan dalam proses belajar mengajar; pendidik sebagai demonstratos, pengelola kelas,
mediator dan fasilitator dan evaluator. Kedua, peranan dalam pengadministrasian. Ketiga, peranan
secara pribadi. Keempat, peranan secara psikologis.

WF Connell (1972)membedakan beberapa peran guru, yaitu:

1) Peran guru sebagai pendidik.


2) Peran guru sebagai model atau contoh bagi anak.

3) Peran guru sebagai pengajar dan pembimbing dalam pengalaman belajar.

4) Peran guru sebagai pelajar (leaner).

5) Peran guru sebagai komunikator pembangunan masyarakat.

6) Guru sebagai administrator.

Peranan Guru dalam Masyarakat

Peranan guru dalam masyarakat tergantung pada gambaran masyarakat tentang kedudukan guru dan
ststus sosialnya di masyarakat. Kedudukan sosial guru berbeda di negara satu dengan negara lain dan
dari satu zaman ke zaman lain pula. Di negara-negara maju biasanya guru di tempatkan pada posisi
sosial yang tinggi atas peranan-peranannya yang penting dalam proses mencerdaskan bangsa. Namun
keadaan ini akan jarang kita temui di negara-negara berkembang seperti Indonesia

Menurut beberapa teori :

1. Teori fungsionalis diajukan oleh Kingsley Davis dan Wilbert Moore (Sanderson:278-279).
Penjelasan Davis dan Moore dikenal sebagai penjelasan fungsionalais karena menekankan
pada fungsi satatu dalam masyarakat yang dinilai menunjang kesinambungan masyarakat
(Sunarto, 1985: 231-238). Menurut teori ini stratifikasi timbul dari kebutuhan fungsional
dasar untuk terciptanya tatanan kehidupan sosial, sehingga stratifikasi sangat penting dan
mutlak dalam kehidupan bermasyarakat. Dengan demikian, stratifikasi sosial merupakan
system insentif, sebagai alat untuk memotivasi orang agar mengemban tanggung jawab
sosial. Bagi mereka yang berbakat dan mau bekerja keras, berkorban, dengan tujuan
mencapai jabatan penting, imbalan yang tinggi akan diperolehnya. Sebaliknya, bagi
mereka yang tidak mempuyai motivasi dan tidak terampil akan mempunyai peranan yang
kecil dengan imbalan kecil pula. Davis dan Moore berpendapat bahwa tingkatan posisi
sosial di masyarakat ditentukan oleh dua factor, yaitu

(1) kepentingan fungsional dan

(2) kelangkaan personal. Tidak semua posisi sosial itu penting untuk berfungsinya system
sosial. Suatu posisi lebih penting dibanding posisi lainnya sehingga ia dapat
melangsungkan kehidupan bermasyarakat.

2. Teori Kelompok Status digagas oleh Max Weber. Weber percaya bahwa ada dua tipe
kelompok stratifikasi sosial yang berperan penting dalam setiap system strafikasi
masyarakat, yaitu :
 Kelompok status didefinisikan oleh Weber sebagai kelompok yang anggotanya
mempunyai gaya hidup tertentu dan mempunyai tingkat penghargaan dan
kehormatan sosial tertentu.
 Partai adalah sebuah asosiasi politik yang anggotanya melakukan atau mempunyai
kekuatan sosial tertentu.

Dalam menganalisis stratifikasi sosial, Weber menggunakan konsep lain yang dikenal
dengan konsep batas sosial (social closure). Konsep batas sosial Weber merupakan
tambahan penting terhadap analisis Marxisme tentang system stratifikasi modern.
Pendekatan Weberian tidak berbeda dengan pendekatan Marxian. Keduanya saling
melengkapi. Akan tetapi, ada satu hal yang menempatkan pendekatan Weberian lebih
unggul, yaitu dalam analisisnya terhadap masyarakat sosialis. Karena masyarakat ini tidak
memiliki bentuk pemilikan kekayaan pribadi, teori Marxian klasik tidak menjelaskan
mengapa mereka terstratifikasi, tetapi system stratifikasi masyarakat ini dapat dijelaskan
dengan menggunakan pendekatan Weberian.

3. Teori Para Sosiolog Muslim ,kedudukan dan peranan dalam sosiolog Islam dikaji secara satu
paket oleh para sosiolog muslim dengan kajian stratifikasi sosial. Gagasan mengenai stratifikasi
sosial dalam ilmu sosiol Islam berbeda dengan gagasan mengenai stratifikasi sosial dalam ilmu
sosial Barat modern. Istilah Al-Quran, sebagai sumber teori stratifikasi sosial Islam, yang
berkenaan dengan makna stratifikasi sosial adalah darajah dan thabaqah. Istilah tersebut
digunakan untuk menunjukan suatu golongan masyarakat. Dalam kesustraan Arab klasik, kata
ini tidak mengandung arti suatu kelompok berpendapatan khusus, dan digunakan untuk
menyebut suatu masyarakat yang beragam kriteria pikirannya (Baalbaki, 2001: 540).
Sementara itu, gagasan tentang perbedaan dan stratifikasi sosial terisyarat dari Al-Quran,
Surat Az-Zukhruf ayat 32:

“ Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Tuhanmu? Kamilah yang menentukan


penghidupan mereka dalam kehidupan dunia, dan kami telah meninggikan sebagian mereka
atas sebagian yang lain beberapa derajat, agar sebagian mereka dapat memanfaatkan
sebagian yang lain. Dan rahmat Tuhanmu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan.”

Sebelum Islam datang, di Arab stratifikasi sosial- stratifikasi sosial sudah ada. Namun, yang
diajarkan oleh Islam adalah tidak ada stratifikasi sosial, kecuali ketakwaan. Seorang guru tidak
lantas memiliki keistimewaan menurut Islam, apabila tidak memiliki parameter ketakwaan
yang jelas, seperti berperilaku baik, senang membantu, dan berbudi luhu
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan.

Dalam bahasa Indonesia, guru umunya merujuk pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik. Menurut Al-
Ghazali dan Ibn Miskawaih guru merupakan profesi samawi (langit) yang datang sebagai anugerah
(mauhibah) dan Tuhan kepada orang-orang yang dikehendaki-Nya. Sebagai acuan normatif, guru
termasuk dalam pernyataan dalam Al-Qur-an sebagian sandaran pandangan, yaitu pernyataan bahwa
orang-orang yang berilmu akan diangkat derajatnya. Dengan demikian, kedudukan istimewa mereka
adalah anugerah, bukan diusahakan. Mereka sengaja diposisikan oleh Tuhan dalam kedudukan
terhormat dan mendapat tempat dihati manusia. ofesi guru adalah suatu pekerjaan yang didasarkan
atas studi atau pendidikan khusus, yang tujuannya memeberikan pelayanan kepada orang lain dengan
imbalan atau gaji yang ditentukan, profesi lebih bersifat pemberian pelayanan kepada orang lain

Anda mungkin juga menyukai