Anda di halaman 1dari 19

KORUPSI DAN PENDIDIKAN ANTI KORUPSI DI INDONESIA

DI SUSUN OLEH KELOMPOK 3

NAMA ANGGOTA :

1. Aldo Junianto
2. Alviana Ummu Salamah
3. Afifah Dwi Nawa Tri
4. Muhammad Agis
5. Muhammad Aziz Kuswanto
6. Wardah Fauziah

PROGRAM STUDI : ADMINISTRASI NEGARA 2C

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK

UNIVERSITAS ISLAM SYEKH YUSUF TANGERANG

2018-2019
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat taufik
hidayah dan inayahnya kami dapat menyelesaikan tugas penyusunan makalah ini
tepat pada waktunya. Makalah ini membahas te ntang Pendidikan Anti Korupsi.

Kami juga mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan makalah ini. Kami menyadari bahwa makalah ini
masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk penyusunan maupun materinya.
Kritik konstruktif dari pembaca sangat kami harapkan untuk penyempurnaan
makalah selanjutnya.

Semoga makalah ini dapat membantu bagi semua pih ak untuk mendalami
Pendidikan Anti Korupsi terutama di Indonesia dan dalam lingkungan mahasiswa.

Tangerang, 23 juni 2019

Penyusun

ii
Daftar Isi

KATA PENGANTAR ..............................................................................................................ii

Daftar Isi ................................................................................................................................. iii

BAB I ......................................................................................................................................... 1

PENDAHULUAN .................................................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang .............................................................................................................................. 1


1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................................................... 2
1.3 Tujuan Pembahasan ...................................................................................................................... 2
BAB II ....................................................................................................................................... 3

PEMBAHASAN ....................................................................................................................... 3

2.1 Pengertian Korupsi........................................................................................................................ 3


2.2 Bentuk dan Faktor Penyebab Korupsi .......................................................................................... 4
2.3 Strategi dan Upaya Pemberantasan Korupsi ................................................................................. 8
BAB III.................................................................................................................................... 12

PENUTUP ............................................................................................................................... 12

3.1 Kesimpulan ................................................................................................................................. 12


DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 13

LAMPIRAN............................................................................................................................ 14

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Di mata internasional, bangsa Indonesia sebagai bagian dari


masyarakat dunia, citra buruk akibat korupsi menimbulkan kerugian. Kesan
buruk ini menyebabkan rasa rendah diri saat berhadapan dengan negara lain
dan kehilangan kepercayaan pihak lain. Ketidakper cayaan pelaku bisnis
dunia pada birokrasi mengakibatkan investor luar negeri berpihak ke
negara-negara tetangga yang dianggap memiliki iklim yang lebih baik.
Kondisi seperti ini merugikan perekonomian dengan segala aspeknya di
negara ini. Pemerintah Indonesia telah berusaha keras untuk memerangi
korupsi dengan berbagai cara.

KPK sebagai lembaga independen yang secara khusus menangani


tindak korupsi, menjadi upaya pencegahan dan penindakan tindak pidana.
Korupsi dipandang sebagai kejahatan luar biasa (extra ordinary crime) yang
oleh karena itu memerlukan upaya luar biasa pula untuk memberantasnya .
Upaya pemberantasan korupsi yang terdiri dari dua bagian besar, ya itu
penindakan dan pencegahan tidak akan pernah berhasil optimal jika hanya
dilakukan oleh pemerintah saja tanpa melibatkan peran serta masyarakat.
Oleh karena itu tidaklah berlebihan jika mahasiswa sebagai salah satu
bagian penting dari masyarakat yang merupakan pewaris masa depan
diharapkan dapat terlibat aktif dalam upaya pemberantasan korupsi di
Indonesia.

Keterlibatan mahasiswa dalam upaya pemberantasan korupsi tentu


tidak pada upaya penindakan yang merupakan kewenangan institusi penegak
hukum. Peran aktif mahasiswa diharapkan lebih difokuskan pada upaya
pencegahan korupsi dengan ikut membangun bu daya antikorupsi di
masyarakat. Mahasiswa diharapkan dapat berperan sebagai agen perubahan

1
dan motor penggerak gerakan anti korupsi di masyarakat. Untuk dapat
berperan aktif, mahasiswa perlu dibekali dengan pengetahuan yang cukup
tentang seluk beluk korupsi dan pemberantasannya.

Yang tidak kalah penting, untuk dapat berperan aktif mahasiswa


harus dapat memahami dan menerapkan nilai -nilai antikorupsi dalam
kehidupan sehari-hari.Upaya pembekalan mahasiswa dapat ditempuh
dengan berbagai cara antara lain melal ui kegiatan sosialisasi, kampanye,
seminar atau perkuliahan. Untuk keperluan perkuliahan dipandang perlu
membuat sebuah Buku Ajar yang berisikan materi dasar mata
kuliah Pendidikan Antikorupsi bagi mahasiswa . Pendidikan Antikorupsi
bagi mahasiswa bertujuan untuk memberikan pengetahuan yang cukup
tentang seluk beluk korupsi dan pemberantasannya serta menanamkan nilai -
nilai antikorupsi. Tujuan jangka panjangnya adalah menumbuhkan budaya
antikorupsi di kalangan mahasiswa dan mendorong mahasiswa untuk dapat
berperan serta aktif dalam upaya pemberantasan korupsi di Indonesia.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian korupsi ?

2. Bentuk dan Faktor Penyebab Korupsi ?

3. Bagaimana Strategi dan/atau Upaya dalam Pemberantasan Korupsi ?

1.3 Tujuan Pembahasan

1. Mengetahui Pengertian dari Korupsi .

2. Mengatahui dan Memahami Bentuk dan Faktor Penyebab Korupsi.

3. Mengerti Bagaimana Strategi dan/atau Upaya dalam Pemberantasan


Korupsi.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Korupsi

Kata “korupsi” berasal dari bahasa Latin “corruptio” atau “corruptus”


. Selanjutnya dikatakan bahwa “corruptio” berasal dari kata “corrumpere”,
suatu bahasa Latin yang lebih tua. Dari bahasa Latin tersebut kemudian
dikenal istilah “corruption, corrupt” (Inggris), “corruption” (Perancis) dan
“corruptie/korruptie” (Belanda). Dari asal usul bahasanya korupsi bermakna
busuk, rusak, menggoyahkan, memutarbalik, menyogok) adalah tindakan
pejabat publik, baik politisi maupun pegawai negeri, serta pihak lain yang
terlibat.

dalam tindakan itu yang secara tidak wajar dan tidak legal
menyalahgunakan kepercayaan publik yang dikuasakan kepada mereka
untuk mendapatkan keuntungan sepihak.Dari sudut pandang hukum, tindak
pidana korupsi secara garis besar mencakup unsur -unsur sebagai berikut:

 Perbuatan melawan hukum;

 Penyalahgunaan kewenangan, kesempatan, atau sarana;

 Memperkaya diri sendiri, orang lain, atau korporasi;

 Merugikan keuangan negara atau perekonomian negara;

Selain itu terdapat beberapa jenis tindak pidana korupsi yang lain, di
antaranya:

 Memberi atau menerima hadiah atau janji (penyuapan);

 Penggelapan dalam jabatan;

 Pemerasan dalam jabatan;

 Ikut serta dalam pengadaan (bagi pegawai negeri/penyelenggara


negara);

3
 Menerima gratifikasi (bagi pegawai negeri/penyelenggara negara).

Jika melihat dari pengertian korupsi diatas, bisa disimpulkan jika


korupsi adalah sejenis penghianatan, dalam hal ini adalah penghianatan
terhadap rakyat yang telah memberikan amanah dalam mengemban tugas
tertentu.

2.2 Bentuk dan Faktor Penyebab Korupsi

Bentuk-Bentuk Korupsi, antara lain :

 Penyuapan

Penyuapan merupakan sebuah perbuatan kriminal yang melibatkan


sejumlah pemberian kepada seorang dengan sedemikian rupa sehingga
bertentangan dengan tugas dan tanggungjawabnya. Sesuatu yang diberikan
sebagai suap tidak harus berupa uang, tapi bisa berupa barang berharga,
rujukan hak-hak istimewa, keuntungan ataupun janji tindakan, suara atau
pengaruh seseorang dalam sebuah jabatan public.

 Penggelapan (embezzlement) dan pemalsuan atau penggelembungan


(froud).

Penggelapan merupakan suatu bentuk korupsi yang melibatkan


pencurian uang, properti, atau barang berharga. Oleh seseorang yang diberi
amanat untuk menjaga dan mengurus uang, properti atau barang berharga
tersebut.

 Pemerasan (Extorion)

Pemerasan berarti penggunaan ancaman kekerasan atau penampilan


informasi yang menghancurkan guna membujuk seseorang agar mau
bekerjasama. Dalam hal ini pemangku jabatan dapat menjadi pemeras atau
korban pemerasan.

 Nepotisme (nepotism)

4
Kata nepotisme berasal dari kata Latin “n epos” yang berarti
“nephew” (keponakan). Nepotisme berarti memilih keluarga atau teman
dekat berdasarkan pertimbagan hubunga, bukan karena kemamuannya.

Faktor Penyebab Korupsi dibagi menjadi 2 bagian yaitu Faktor Internal dan Faktor
Eksternal.

1. Faktor internal, merupakan faktor pendorong korupsi dari dalam


diri, yang dapat dirinci menjadi:

Aspek Perilaku Individu :

a. Sifat tamak/rakus manusia.

Korupsi, bukan kejahatan kecil -kecilan karena mereka


membutuhkan makan. Korupsi adalah kejahatan orang profesional
yang rakus. Sudah berkecukupan, tapi serakah. Mempunyai hasrat
besar untuk memperkaya diri. Unsur penyebab korupsi pada
pelaku semacam itu datang dari dalam diri sendiri, yaitu sifat
tamak dan rakus. Maka tindakan keras tanpa kompromi, wajib
hukumnya.

b. Moral yang kurang kuat.

Seorang yang moralnya tidak kuat cenderung mudah


tergoda untuk melakukan korupsi. Godaan itu bisa berasal dari
atasan, teman setingkat, bawahannya, atau pihak yang lain yang
memberi kesempatan untuk itu.

c. Gaya hidup yang konsumtif.

Kehidupan di kota-kota besar sering mendorong gaya hidup


seseong konsumtif. Perilaku konsumtif bila tidak diimbangi
dengan pendapatan yang memadai akan membuka peluang
seseorang untuk melakukan berbagai tindakan untuk memenuhi
hajatnya. Salah satu kemungkinan tindakan itu adalah dengan
korupsi.

5
Aspek Sosial :

Perilaku korup dapat terjadi karena dorongan keluarga. Kaum


behavioris mengatakan bahwa lingkungan keluargalah yang secara kuat
memberikan dorongan bagi orang untuk korupsi dan mengalahkan sifat
baik seseorang yang sudah menjadi traits pribadinya. Lingkungan dalam
hal ini malah memberikan dorongan dan bukan memberikan hukuman
pada orang ketika ia menyalahgunakan kekuasaannya.

2. Faktor eksternal, pemicu perilaku korup yang disebabkan oleh fak tor
di luar diri pelaku.

Aspek sikap masyarakat terhadap korupsi :

Pada umumnya jajaran manajemen selalu menutupi tindak korupsi yang


dilakukan oleh segelintir oknum dalam organisasi. Akibat sifat tertutup ini
pelanggaran korupsi justru terus berjalan de ngan berbagai bentuk. Oleh karena
itu sikap masyarakat yang berpotensi menyuburkan tindak korupsi terjadi
karena :

 Nilai-nilai di masyarakat kondusif untuk terjadinya korupsi. Korupsi


bisa ditimbulkan oleh budaya masyarakat. Misalnya, masyarakat
menghargai seseorang karena kekayaan yang dimilikinya. Sikap ini
seringkali membuat masyarakat tidak kritis pada kondisi, misalnya dari
mana kekayaan itu didapatkan.

 Masyarakat kurang menyadari bahwa korban utama korupsi adalah


masyarakat sendiri. Anggapan masyarak at umum terhadap peristiwa
korupsi, sosok yang paling dirugikan adalah negara. Padahal bila negara
merugi, esensinya yang paling rugi adalah masyarakat juga, karena
proses anggaran pembangunan bisa berkurang sebagai akibat dari
perbuatan korupsi.

 Masyarakat kurang menyadari bila dirinya terlibat korupsi. Setiap


perbuatan korupsi pasti melibatkan anggota masyarakat. Hal ini kurang

6
disadari oleh masyarakat. Bahkan seringkali masyarakat sudah terbiasa
terlibat pada kegiatan korupsi sehari -hari dengan cara-cara terbuka
namun tidak disadari.

 Masyarakat kurang menyadari bahwa korupsi akan bisa dicegah dan


diberantas bila masyarakat ikut aktif dalam agenda pencegahan dan
pemberantasan. Pada umumnya masyarakat berpandangan bahwa
masalah korupsi adalahtanggung jawab pemerintah semata. Masyarakat
kurang menyadari bahwa korupsi itu bisa diberantas hanya bila
masyarakat ikut melakukannya.

Aspek ekonomi :

Pendapatan tidak mencukupi kebutuhan. Dalam rentang kehidupan ada


kemung-kinan seseorang mengalami situasi terdesak dalam hal ekonomi.
Keterdesakan itu membuka ruang bagi seseorang untuk mengambil jalan pintas
diantaranya dengan melakukan korupsi.

Aspek Politis :

Menurut Rahardjo (1983) bahwa kontrol sosial adalah suatu proses yang
dilakukan untuk mempengaruhi orang-orang agar bertingkah laku sesuai
dengan harapan masyarakat. Kontrol sosial tersebut dijalankan dengan
menggerakkan berbagai aktivitas yang melibatkan penggunaan kekuasaan
negara sebagai suatu lembaga yang diorganisasikan secara politik, melalui
lembaga-lembaga yang dibentuknya. Dengan demikian instabilitas politik,
kepentingan politis, meraih dan mempertahankan kekuasaan sangat potensi
menyebabkan perilaku korupsi.

Aspek Organisasi :

Kurang adanya sikap keteladanan pimpinan. Posisi pemimpin dalam


suatu lembaga formal maupun informal mempunyai pengaruh penting bagi
bawahannya. Bila pemimpin tidak bisa memberi keteladanan yang baik di

7
hadapan bawahannya, misalnya berbuat korupsi, maka ke mungkinan besar
bawahnya akan mengambil kesempatan yang sama dengan atasannya.

Tidak adanya kultur organisasi yang benar. Kultur organisasi biasanya


punya pengaruh kuat terhadap anggotanya. Apabila kultur organisasi tidak
dikelola dengan baik, akan menimbulkan berbagai situasi tidak kondusif
mewarnai kehidupan organisasi. Pada posisi demikian perbuatan negatif,
seperti korupsi memiliki peluang untuk terjadi.

Kurang memadainya sistem akuntabilitas. Institusi pemerintahan


umumnya pada satu sisi belum dirumusk an dengan jelas visi dan misi yang
diembannya, dan belum dirumuskan tujuan dan sasaran yang harus dicapai
dalam periode tertentu guna mencapai hal tersebut. Akibatnya, terhadap
instansi pemerintah sulit dilakukan penilaian apakah instansi tersebut berhasil
mencapai sasaranya atau tidak. Akibat lebih lanjut adalah kurangnya perhatian
pada efisiensi penggunaan sumber daya yang dimiliki. Keadaan ini
memunculkan situasi organisasi yang kondusif untuk praktik korupsi.

Kelemahan sistim pengendalian manajemen. Pengendalian manajemen


merupakan salah satu syarat bagi tindak pelanggaran korupsi dalam sebuah
organisasi. Semakin longgar/lemah pengendalian manajemen sebuah organisasi
akan semakin terbuka perbuatan tindak korupsi anggota atau pegawai di
dalamnya.

Lemahnya pengawasan. Secara umum pengawasan terbagi menjadi dua,


yaitu pengawasan internal (pengawasan fungsional dan pengawasan langsung
oleh pimpinan) dan pengawasan bersifat eksternal (pengawasan dari legislatif
dan masyarakat). Pengawasan ini kurang bisa efekt if karena beberapa faktor,
diantaranya adanya tumpang tindih pengawasan pada berbagai instansi,
kurangnya profesional pengawas.

2.3 Strategi dan Upaya Pemberantasan Korupsi

Berikut akan dipaparkan berbagai upaya atau strategi yang dilakukan untuk
memberantas korupsi :

1. Pembentukan Lembaga Anti-Korupsi

8
Salah satu cara untuk memberantas korupsi adalah dengan
membentuk lembaga yang independen yang khusus menangani korupsi.
Sebagai contoh di beberapa negara di -dirikan lembaga yang dinamakan
Ombudsman. Lembaga ini pertama kali didirikan oleh Parlemen Swedia
dengan nama Justitieombudsmannen pada tahun 1809. Peran lembaga
ombudsman yang kemudian berkembang pula di negara lain antara lain
menyediakan sarana bagi masyarakat yang hendak mengkomplain apa
yang dilakukan oleh Lembaga Pemerintah dan pegawainya.

Selain itu lembaga ini juga memberikan edukasi pada pemerintah


dan masyarakat serta mengembangkan standar perilaku serta code of
conduct bagi lembaga pemerintah maupun lembaga hukum yang
membutuhkan. Salah satu peran dari ombudsman adalah
mengembangkan kepedulian serta pengetahuan masyarakat mengenai
hak mereka untuk mendapat perlakuan yang baik, jujur dan efi sien dari
pegawai pemerintah (UNODC : 2004). Di Hongkong dibentuk lembaga
anti korupsi yang bernama Independent Commission against Corruption
(ICAC); di Malaysia dibentuk the Anti -Corruption Agency (ACA). Kita
sudah memiliki Lembaga yang secara khusus dibentuk untuk
memberantas korupsi. Lembaga tersebut adalah Komisi Pemberantasan
Korupsi (KPK).

Hal lain yang perlu diperhatikan adalah memperbaiki kinerja


lembaga peradilan baik dari tingkat kepolisian, kejaksaan, pengadilan
dan Lembaga Pemasyarakatan. Pengadilan adalah jantungnya penegakan
hukum yang harus bersikap imparsial (tidak memihak), jujur d an adil.
Banyak kasus korupsi yang tidak terjerat oleh hukum karena kinerja
lembaga peradilan yang sangat buruk. Bila kinerjanya buruk karena tidak
mampu (unable), mungkin masih dapat dimaklumi. Ini berarti
pengetahuan serta ketrampilan aparat penegak huku m harus
ditingkatkan. Yang menjadi masalah adalah bila mereka tidak mau
(unwilling) atau tidak memiliki keinginan yang kuat (strong political
will) untuk memberantas korupsi, atau justru terlibat dalam berbagai
perkara korupsi. Tentunya akan menjadi malape taka bagi bangsa ini
bukan? Dimana lagi kita mencari keadilan ?

9
2. Pencegahan Korupsi di Sektor Publik .

Salah satu cara untuk mencegah korupsi adalah dengan


mewajibkan pejabat publik untuk melaporkan dan mengumumkan jumlah
kekayaan yang dimiliki baik sebelum maupun sesudah menjabat. Dengan
demikian masyarakat dapat memantau tingkat kewajaran peningkatan
jumlah kekayaan yang dimiliki khususnya apabila ada peningkatan
jumlah kekayaan setelah selesai menjabat. Kesulitan timbul ketika
kekayaan yang didapatkan dengan melakukan korupsi dialihkan
kepemilikannya kepada orang lain misalnya anggota keluarga.

Untuk kontrak pekerjaan atau pengadaan barang baik di


pemerintahan pusat, daerah maupun militer, salah satu cara untuk
memperkecil potensi korupsi adalah dengan mel akukan lelang atau
penawaran secara terbuka. Masyarakat harus diberi otoritas atau akses
untuk dapat memantau dan memonitor hasil dari pelelangan atau
penawaran tersebut. Untuk itu harus dikembangkan sistem yang dapat
memberi kemudahan bagi masyarakat untu k ikut memantau ataupun
memonitor hal ini

Korupsi juga banyak terjadi dalam perekruitan pegawai negeri dan


anggota militer baru. Korupsi, kolusi dan nepotisme sering terjadi dalam
kondisi ini. Sebuah sistem yang transparan dan akuntabel dalam hal
perekruitan pegawai negeri dan anggota militer juga perlu
dikembangkan.

3. Pencegahan Sosial dan Pemberdayaan Masyarakat .

Salah satu upaya memberantas korupsi adalah memberi hak pada


masyarakat untuk mendapatkan akses terhadap informasi (access to
information). Sebuah sistem harus dibangun di mana kepada masyarakat
(termasuk media) diberikan hak meminta segala informasi yang
berkaitan dengan kebijakan pemerintah yang mempengaruhi hajat hidup
orang banyak. Hak ini dapat meningkatkan keinginan pemerintah untuk
membuat kebijakan dan menjalankannya secara transparan.Pemerintah
memiliki kewajiban melakukan sosialisasi atau diseminasi berbagai
kebijakan yang dibuat dan akan dijalankan.

10
4. Pencegahan dengan memasukan pendidikan anti korupsi di sekolah
/ perguruan tinggi.

Pendidikan antikorupsi bagi siswa mengarah pada pendidikan


nilai, yaitu nilai-nilai kebaikan. Suseno (dalam Djabbar, 2009)
berpendapat bahwa pendidikan yang mendukung orientasi nilai adalah
pendidikan yang membuat orang merasa malu apabila tergoda untuk
melakukan korupsi, dan marah bila ia menyaksikannya. Menurut Suseno,
ada tiga sikap moral fundamental yang akan membuat orang menjadi
kebal terhadap godaan korupsi. Ketiga sikap moral fundamental tersebut
adalah kejujuran, rasa keadilan, dan rasa tanggung jawab.

Melaui pendidikan karakter antikorupsi inilah yang pertama, para


siswa sejak usia dini sudah mengetahui tentang seluk -beluk praktek
korupsi sekaligus konsekuensi yang akan diterima oleh para pelaku.
Yang kedua, juga memberikan proses pembelajaran tentang kepa kaan
terhadap praktek-praktek korupsi yang ada disekitar kita. Ketiga,
mendidik para siswa dari usia dini tentang akhlak atau moral yang sesuai
dengan ajaran-ajaran sosial keagamaan. Keempat, menciptakan generasi
penerus yang bersih dari perilaku penyimpan gan, dan Kelima, membantu
seluruh cita-cita warga bangsa dalam menciptakan clean and good -
goverment demi masa depan yang lebih baik dan beradab.

11
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari berbagai penjelasan diatas kami menarik kesimpulan bahwa


korupsi adalah kejahatan yang sangat merugikan public. Korupsi adalah
penghianatan, dalam hal ini adalah penghianatan terhadap rakyat yang telah
memberikan amanah dalam mengemban tugas tertentu. Korupsi merupakan
perbuatan yang bertentangan dengan kaidah -kaidah umum yang berlaku di
masyarakat. Korupsi di Indonesia telah dianggap sebagai kejahatan luar
biasa.

Melihat realita tersebut timbul public judgement bahwa korupsi


adalah manisfestasi budaya bangsa. Telah banyak usaha yang dilakukan
untuk memberantas korupsi. Namun walaupun begitu dengan upaya apapun
memang harus terus dilakukan untuk memberantas korupsi .
Seperti yang sekarang ini kita lakukan di lingkungan mahasiswa
,memasukan Pendidikan Anti korupsi guna mengoptimalkan intelektual,
sifat kritis dan etika integritas mahasiswa agar kedepannya bisa
menghasilkan sosok pembangun bangsa yang berjiwa anti korupsi tentunya.

12
DAFTAR PUSTAKA

https://andicvantastic.blogspot.com/2015/08.html

https://mankaney.wordpress.com/2015/04/27/

Adry. 2012. “Prinsip-Prinsip Antikorupsi”. http://adrypu.blogspot.com/2012/02/prinsipprinsi-


antikorupsi.html. Anonim (2013). “Indeks Persepsi Korupsi Indonesia 2013”.

http://setagu.net/indekspersepsi-korupsi-indonesia-2013/ diakses 30 Maret 2013. Anwar,


Bagus. 2011. “Peran KPK dan Dampak Korupsi di Indonesia”.

http://bagusanwar. blogspot.com/ diakses 30 Maret 2013.

Kpk.go.id

13
LAMPIRAN

Daftar Pertanyaan kelompok 3 :

1. Sahrul Romadhon
Hal apa saja yang dilakukan pemerintah untuk menanggulangi korupsi?
 Berikut beberapa macam cara upaya pemerintah dalam melanjutkan tingkat
jumlah pemberantasan korupsi di Indonesia :
A. Upaya Pencegahan
Tindakan pencegahan ini dimaksudkan agar masyarakat
memiliki benteng diri yang kuat guna terhindar dari perbuatan yang
mencerminkan tindakan korupsi di dalam kehidupan sehari-hari mereka.
Upaya pencegahan tindakan korupsi dilakukan oleh permerintah
berdasarkan nilai-nilai dasar Pancasila agar dalam tindakan
pencegahannya tidak bertentangan dengan nilai-nilai dari Pancasila itu
sendiri. Adapun tindakan pencegahan yang dilakukan oleh pemerintah
diantaranya :
 Penanaman semangat nasional
 Melakukan penerimaan pegawai secara jujur dan terbuka
 Memberikan himbauan kepada masyarakat
 Pengusahaan kesejahteraan masyarakat
 Pencatatan ulang aset

B. Upaya Penindakan
Upaya penindakan dilakukan oleh pemerintah Indonesia
terhadap pelaku tindak pidana korupsi. Dalam pelaksanaan upaya
penindakan korupsi, pemerintah dibantu oleh sebuah lembaga
independen pemberantasan korupsi yaitu KPK (Komisi Pemberantasan
Korupsi) Penindakan yang dilakukan oleh KPK semenjak KPK berdiri
pada tahun 2002 telah membuahkan hasil yang dapat disebut sebagai
hasil yang memaksimalkan.

C. Upaya Edukasi
Upaya edukasi yang dilakukan pemerintah dalam usahanya
untuk memberantas korupsi adalah upaya yang dilakukan melalui proses
pendidikan. Proses pendidikan di Indonesia dilakukan dalam tiga jenis
yaitu pendidikan formal, informal, dan non formal. Melalui proses
edukasi, masyarakat diberikan pendidikan anti korupsi sejak dini agar
masyarakat sadar betul akan bahaya korupsi bagi negara-negara
khususnya negara Indonesia.

14
2. Lailiyah Kodariyah
Bagaimana peran mahasiswa dalam pencegahan korupsi?
 Adapun upaya-upaya yang bisa dilakukan oleh mahasiswa adalah :
 Menciptakan lingkungan bebas dari korupsi di kampus
 Memberikan pendidikan kepada masyarakat tentang bahaya melakukan
korupsi.
 Mahasiswa sebagai agen perubahan juga bertindak sebagai agen
pengontrol dalam pemerintahan.

3. Sarah Fatmawati
Bagaimana agar masyarakat dapat percaya terhadap kebijakan pemerintah?
 Menurut Kalla, ada tiga hal untuk membantu kepercayaan masyarakat terhadap
pemerintah
1) kehandalan dan daya tanggap.
Pemerintah harus menciptakan rasa aman bagi masyarakat dan
merespons kebutuhan warga secara efektif dan tepat waktu.

2) integritas dan kesetaraan.


Dalam hal ini, pemerintah dinilai harus menunjukkan integritas moral
yang tinggi dan memastikan semua orang setara di depan hukum.

3) keterbukaan, inklusivitas dan akuntabilitas.


Pemerintah harus transparan, mendorong partisipasi masyarakat dan
bertanggung jawab. "Indonesia menegaskan pentingnya memperhatikan
pesatnya arus informasi di era digital sehingga harus berhati-hati dalam
menyebarluaskan informasi dan menjaga komitmen kepada publik,"

4. Aulia Dhea Shapira


Apa pengertian dari nepotisme? Mengapa nepotisme bisa disebut korupsi?
 Nepotisme adalah memilih keluarga atau teman dekat berdasarkan
pertimbangan hubungan, bukan karena kemampuannya
Jadi dalam hal ini, korupsi tidak hanya berupa material atau uang saja,
penyalahgunaan wewenang atau jabatan juga merupakan salah satu tindakan
dari korupsi. Kemudian faktor lainnya adalah jika ingin memilih keluarga atau
orang yg dikenal agar mendapatkan jabatan, hal tersebut sebagian besar tidak
jauh dari memberikan uang untuk jasanya, itu juga merupakan salah satu dari
korupsi karna tidak memberikan kesempatan kepada orang lain yang benar
benar memiliki kemampuan serta menerima uang yang bukan haknya.

15
5. Risma Khairunnisa Lesmana
Di salah satu negara atau wilayah, terdapat kebijakan dimana koruptor akan
mendapatkan hukuman mati. Bagaimana pendapat kalian, dapatkah kebijakan
ini diberlakukan di Indonesia?
 Hukuman mati bagi para koruptor, ditinjau dari sudut pandang Hak Asasi
Manusia, berdasarkan Konvensi Internasional Second Optional Protocol of
ICCPR (1990): Aiming of The Abolition of Death Penalty telah melarang
adanya hukuman mati. Serta bertentangan UUD 1945 Pasal 28a dan 28i bahwa
hak untuk hidup tidak bisa dikurangi dengan alasan apapun. Pancasila dan UUD
adalah dasar hukum. Sehingga peraturan-peraturan yang dibuat tidak boleh
melanggar keduanya.

Selain itu, hukuman mati membutuhkan dana yang tidak sedikit. Hukuman mati
yang terjadi di Indonesia terbatas hanya untuk kasus narkoba dan kasus
pembunuhan berencana. Menimbang banyaknya kasus korupsi di Indonesia,
bayangkan berapa milyar yang harus dikeluarkan untuk mengeksekusi para
koruptor

16

Anda mungkin juga menyukai