PENDAHULUAN
A. Deskripsi
Kehadiran modul ini sebagai salah satu sumber belajar bagi guru peserta
Pendidikan dan Pelatihan Profesi Guru (PLPG) yang diselenggarakan oleh
perguruan tinggi yang memiliki program pengadaan tenaga kependidikan
yang terakreditasi dan ditetapkan oleh Pemerintah. Sebagaimana amanat
dalam Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
serta Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru
mengharuskan bahwa guru profesional memiliki kualifikasi akademik
sekurang-kurangnya S1 atau Diploma IV dan bersertifikat pendidik. PLPG
merupakan salah satu pola yang diselenggarakan untuk memenuhi guru
yang memiliki kualifikasi dan kompetensi yang diharapkan sesuai dengan
regulasi tersebut.
Sebagai salah satu sumber belajar diharapkan modul ini memberi
pengayaan secara substansial maupun pedagogik kepada guru-guru
peserta PLPG, sehingga selesai mengikuti program pelatihan kompetensi
guru meningkat, sehingga memungkinkan guru dapat mengubah
paradigmanya dalam pembelajaran di kelas yang dalam jangka tertentu
dapat meingkatkan mutu pendidikan di Indonesia.
Modul ini pada bagian awal memuat tentang Kebijakan Pengembangan
Profesi Guru dari sudut pandang akademik. Bahan ajar secara lengkap
terkait dengan Kebijakan Pengembangan Profesi Guru pada tahun 2012
telah ditulis dan dikembangkan bersama oleh Tim Pusat Pengembangan
Profesi Pendidik dengan editor Prof. Dr. Sudarwan Danim. Pada bab-bab
berikutnya dibahas tentang Model-model dan Perangkat Pembelajaran yang
ditulis dalam Bab III (Kegiatan Pembelajaran I). Penguasaan dan pemilihan
terhadap model-model pembelajaran akan sangat membantu guru dalam
melaksanakan proses pembelajaran, sehingga pembelajaran di kelas tidak
membosankan.
Sudah saatnya siswa terlibat secara aktif dalam
pembelajaran, sehingga paradigma pembelajaran yang teacher oriented harus
sudah mulai ditinggalkan. Dengan menggunakan model pembelajaran
yang melibatkan siswa secara aktif maka pembelajaran menjadi
menyenangkan. Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan
yaitu model Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan
Menyenangkan (PAIKEM).
Demikian pula dengan atau tanpa
Modul PLPG_PAUD/TK_Unimed 2013
Hal 1
Hal 2
B. Prasyarat
Dalam mempelajari modul ini tidak memerlukan persyaratan secara
spesifik. Akan tetapi tidak ada salahnya jika para peserta pelatihan
memahami dengan baik terlebih dahulu dalam kaitannya dengan :
1. Regulasi penyelenggaraan PLPG
2. Teori-teori pembelajaran
3. Metodologi penelitian
4. Teknik penilaian.
D. Tujuan Akhir
Setelah mempelajari modul ini diharapkan para peserta PLPG dapat
meningkatkan kinerjanya menjadi guru yang professional sesuai dengan
tuntutan Undang-undang Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
serta Peraturan Pemerintah Nomor 74 tahun 2008 tentang kualifikasi guru,
Hal 3
BAB II
KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PROFESI GURU
A. Tujuan Antara
Setelah mempelajari bab ini diharapkan pesrta dapat menganalis kebijakankebijakan terkait dengan tugas dan tanggungjawabnya sebagai guru
professional, sehingga dapat meningkatkan kinerjanya sesuai dengan
hakikat tenga profesi yang pada akhirnya dapat meningkatkan mutu
pembelajaran/ pendidikan
B. Uraian Materi
1. Hakikat Guru Profesional
a. Pengertian Profesi
Kata profesi adalah kata benda yang diambil dari kata profession,
sedangkan profesional merupakan kata sifat yang berasal dari kata
professional. Menurut Hornby, profession, n. occupation, esp one
requiring advanced education and special training, eg the law, architecture,
medicine, accountancy; professional adj 1. of a profession (1): ~ skill; ~
etiquette, the special conventions, form of politeness, etc asociated with a
certain pofession: ~ men, eg doctors, lawyers. 2. Doing or practising
something as a full time occupation or to make a living.
Page & Thomas (1979) memberikan batasan tentang profesi sebagai
berikut: profession, evaluative term describing the most prestigious
occupations which may be termed professions if they carry out an essential
social service, are founded on systematic knowledge, require lengthy
academic and practical training, have high autonomy, a code of ethics, and
generate in-service growth. Teaching should be judged as a profession on
these criteria.
Pengertian profesi pada hakekatnya menunjuk kepada pekerjaan
atau jabatan. Tidak semua pekerjaan disebut sebagai profesi. Ada
sejumlah ciri atau persyaratan yang harus dipenuhi untuk
mengatakan suatu pekerjaan sebagai profesi.
Hal 4
b. Karakteristik Profesi
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia, Nomor 14 Tahun
2005 tentang Guru dan Dosen Pasal 1, pengertian guru professional
sebagai berikut.
Profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh
seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang
memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi
standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan
profesi. Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama
mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai,
dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur
pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.
1) Ciri Profesi
Menurut Ornstein & Lavine (1984), suatu pekerjaan dikatakan
sebagai profesi apabila memenuhi sejumlah ciri sebagai berikut:
melayani masyarakat, dan pekerjaan tersebut merupakan
karier yang dijalani seseorang dalam kurun waktu yang lama
(sepanjang hayat, tidak mudah berganti).
pekerjaan tersebut membutuhkan bidang ilmu dan
keterampilan yang khusus (tertentu), yang tidak semua
orang dapat melakukannya.
menggunakan hasil penelitian dan aplikasi teori ke dalam
praktik.
membutuhkan pelatihan (pendidikan) khusus dalam waktu
yang panjang.
terkendali berdasarkan lisensi baku dan/atau memiliki
persyaratan khusus (izin) untuk menduduki pekerjaan
tersebut.
otonomi dalam membuat keputusan dalam lingkup
pekerjaannya.
menerima tanggung jawab terhadap keputusan-keputusan
yang diambilnya.
memiliki komitmen terhadap jabatan dan klien, khususnya
berkaitan dengan layanan yang diberikannya.
menggunakan administrator untuk memudahkan profesinya,
dan relatif bebas dari supervisi jabatan (dokter menggunkan
tenaga administrasi untuk mengelola data klien, sementara
tidak ada supervisi dari luar terhadap pekerjaan dokter).
mempunyai organisasi yang diatur oleh anggota profesinya.
Hal 5
Ciri Tambahan
Ciri tambahan adalah ciri yang kehadirannya tidak mutlak harus
ada. Jika ciri-ciri tambahan ini dipenuhi maka akan semakin
memperkokoh kualitas atau eksistensi profesi dari pekerjaan
tersebut. Ada tiga yang termasuk dalam katagori ciri tambahan,
Hal 6
yaitu (1) Adanya proses lisensi atau sertifikat. Ciri ini lazim pada
banyak profesi namun tidak selalu perlu untuk status
profesional. Dokter diwajibkan memiliki sertifikat praktek
sebelum diizinkan berpraktek. Namun pemberian lisensi atau
sertifikat tidak selalu menjadikan sesuatu yang mutlak sebagai
syarat profesi; (2) Adanya organisasi profesi yang mewadahi
para anggotanya sebagai sarana komunikasi dan sarana
perjuangan untuk memajukan profesinya dan kesejahteraan
anggotanya; (3) Otonomi dalam pekerjaannya. Profesi memiliki
otonomi atas penyediaan jasanya dan tindakan-tindakan atas
pengambilan keputusan dalam profesinya. Kode etik juga
merupakan ciri tambahan dalam sebuah profesi. Kode etik
disusun oleh organisasi profesi. Jadi kehadirannya terkait dengan
keberadaan organisasi yang juga masuk dalam katagori ciri
tambahan.
2) Guru Sebagai Profesi
Apakah pekerjaan atau jabatan guru sebagai sebuah profesi?
Jawabannya ya. Hal ini didasarkan kepada beberapa karakteristik
sebagai berikut:
Pekerjaan guru memiliki fungsi dan signifikansi sosial yang
menentukan (penting) dalam masyarakat.
Untuk bekerja sebagai guru dibutuhkan keterampilan atau
keahlian tertentu (khusus).
Keahlian dalam pekerjaan guru didasarkan pada teori dan
metode ilmiah.
Ilmu keguruan memiliki batang tubuh disiplin ilmu yang
jelas, sistematik dan eksplisit.
Pekerjaan guru memerlukan pendidikan tingkat perguruan
tinggi dengan waktu yang cukup lama.
Guru memiliki organisasi profesi sebagai wadah untuk
memperkuat kualitas profesinya.
Guru memiliki kode etik sebagai landasan dalam bekerja.
Dalam menjalankan tugasnya, para pendidik/guru berpegang
teguh kepada kode etik yang dikontrol oleh organisasi
profesi.
Setiap anggota yang bekerja sebagai guru mempunyai
kebebasan dalam memberikan judgement terhadap masalah
profesi yang dihadapinya.
Hal 7
Hal 8
Hal 9
Hal 10
Hal 11
Hal 12
Hal 13
Hal 14
Hal 15
Hal 16
Hal 17
jika kita memiliki citra diri positif, maka kita akan mengalami
berbagai macam hal positif sesuai dengan apa yang kita pikirkan.
Banyak ahli percaya bahwa orang yang memiliki citra positif
adalah orang yang beruntung. Citra diri yang positif membuat
mereka menikmati banyak hal yang menguntungkan,
diantaranya orang sering diberi kepercayaan untuk mengemban
tugas tertentu dan sering pula mendapatkan pelayanan secara
khusus. Selanjutnya dengan citra diri positif akan dapat
membangun rasa percaya diri dan meningkatkan rasa juang.
Membangun Percaya Diri. Citra diri yang positif secara alamiah
akan membangun rasa percaya diri, yang merupakan salah satu
kunci sukses. Guru yang mempunyai citra diri positif tidak akan
berlama-lama menangisi nasibnya yang sepertinya terlihat
buruk. Citra dirinya yang positif mendorongnya untuk
melakukan sesuatu yang masih dapat ia lakukan. Ia akan fokus
pada hal-hal yang masih bisa dilakukan, bukannya pada hal-hal
yang sudah tidak bisa ia lakukan lagi. Dari sinilah, terdongkrak
rasa percaya diri orang tersebut.
Meningkatkan Daya Juang. Dampak langsung dari citra diri positif
adalah semangat juang yang tinggi. Guru yang memiliki citra
diri positif, percaya bahwa dirinya jauh lebih berharga daripada
masalah, ataupun penyakit yang sedang dihadapinya. Ia juga
bisa melihat bahwa hidupnya jauh lebih indah dari segala krisis
dan kegagalan jangka pendek yang harus dilewatinya. Segala
upaya dijalaninya dengan tekun untuk mengalahkan masalah
yang sedang terjadi dan meraih kembali kesuksesan yang
sempat. Inilah daya juang yang lebih tinggi yang muncul dari
guru dengan citra diri positif.
Manfaat Citra Diri Positif
Seseorang yang memiliki citra diri yang positif akan
mendapatkan berbagai manfaat, baik yang berdampak positif
bagi dirinya sendiri maupun untuk orang-orang di sekitarnya.
Manfaat-manfaat yang terasakan oleh si empunya citra diri
positif dan lingkungannya tersebut adalah:
Guru akan membawa Perubahan Positif
Hal 18
Hal 19
Persiapan
Salah satu cara membangun citra diri positif adalah melalui
persiapan. Dengan persiapan yang cukup, kita menjadi lebih
yakin akan kemampuan kita meraih sukses. Keyakinan ini
merupakan modal dasar meraih keberuntungan. Dengan
melakukan persiapan, kita sudah berhasil memenangkan
separuh dari pertarungan. Persiapan menuntun kita untuk
mengantisipasi masalah, mencari alternatif solusi, dan menyusun
strategi sukses. Persiapan dapat diwujudkan dengan mencari
ilmu pengetahuan yang mendukung kita dalam menyelesaikan
suatu masalah.
Berpikir Unggul
Untuk membangun citra diri yang positif, kita harus berpikir
unggul. Cara berpikir unggul seperti ini akan mendorong kita
untuk senantiasa berusaha menghasilkan karya terbaik. Mereka
tidak akan berhenti sebelum mereka dapat mempersembahkan
sebuah mahakarya. Semua ini dapat diraih guru jika selalu
berpikir unggul. Setiap kali akan berciptakarya , yang dipikirkan
guru adalah kemenangan atas keberhasilan belajar anak
didiknya. Selalu berpikir kreatif dan inovatif.
Belajar Berkelanjutan
Selain melalui persiapan yang tepat serta berpikir unggul, citra
diri positif juga bisa dibangun melalui komitmen pada
pembelajaran berkelanjutan. Hasil belajar akan membawa
perubahan positif dengan menambah nilai bagi orang yang
berhasil mendapatkan pengetahuan ataupun keterampilan baru,
yang bisa dijadikannya modal untuk maju meraih sukses. Tanpa
semangat untuk senantiasa mengembangkan diri, guru yang
sudah memiliki citra positif bisa saja lalu kehilangan citranya
tersebut karena tidak dianggap unggul lagi atau tidak
dianggap mampu menambah nilai bagi masyarakat sekitar
melalui karya-karya yangdihasilkannya.
Seringkali guru yang sudah lama mengajar maupun yang berada
di tingkat atas merasa tak perlu lagi untuk belajar. Ia memandang
remeh untuk belajar lagi, ia pikir, Toh, aku sudah sukses.
Tambahan, orang seperti ini lebih enggan lagi untuk belajar pada
orang yang lebih rendah dari dirinya. Hasilnya, ketika ia
Hal 20
Hal 21
Hal 22
Hal 23
Hal 24
Hal 25
Hal 26
Hal 27
Hal 28
Hal 29
Hal 30
Hal 31
Amanah;
adil,
benar,
jujur,
aman
terpecaya,
bertanggungjawab, pembangun,dan pengembang.
Panggilan; responsif, ekspresif, unik, khas, berintegrasi, tuntas,
tumbuh menjadi bigger-higher, dan better.
Ibadah; penuh cinta, sayang, setia, komitmen, berbakti,
mengabdi, berserah.
Seni; indah, estetik,artistik, imajinatif, kreatif,, inovatif,
Kehormatan; harkat,martabat, mulia, hebat, berkualitas,
unggul, excellent.
Pelayan; fokus pada pelangganan, sempurna, paripurna,
ramah, simpatik, memuaskan.
4) Komitmen
Makna Komitmen
Dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 tahun
2005 tentang Guru dan dosen, Pasal 7 dinyatakan bahwa salah
Hal 32
Hal 33
Hal 34
Hal 35
Hal 36
Hal 37
Ubaedi
mengelompokkan
a) Kemampuan menunggu
b) Kemampuan mempertahankan
c) Kemampuan menjalankan
Sikap-sikap tidak sabar, seperti mengambil jalan pintas yang
melanggar hukum, main seradak-seruduk, atau malah apatis dan
tidak melakukan apa-apa, hanya akan berakhir dengan
kegagalan dan penyesalan.
Komitnen kesabaran perlu ditingkatkan. Sabar dapat
mengundang kehadiran Allah bersama kita. Sabar sebagai cara
untuk meminta pertolongan Allah. Mendidik manusia tidaklah
mudah, guru sering kehilangan kesabaran, sehingga
komitmennya dalam menjalankan profesi sering berjalan tidak
mulus. Usaha untuk selalu memperbaiki diri, mencari jalan
terbaik dan doa kepada Allah merupakan kunci utama dalam
mencapai hasil kerja terbaik. Disamping itu, guru hendaklah
selalu berupaya menghadirkan Allah dan dipertahankan dalam
kehidupan sehari-hari, baik dalam lingkup individu maupun
komunitas, agar selalu menjadi orang yang beruntung.
Hal 38
5) Empati
Makna Empati
Empati dalam bahasa Yunani diartikan sebagai ketertarikan
fisik, yang didefinisikan sebagai kemampuan seseorang untuk
mengenali, mempersepsi dan merasakan perasaan orang lain.
Karena pikiran, kepercayaan, dan keinginan seseorang
berhubungan dengan perasaannya. Seseorang yang berempati
akan mampu mengetahui, pikiran dan mood orang lain. Empati
sering dianggap sebagai resonansi perasaan.
Empati adalah pondasi dari semua interaksi hubungan antara
manusia mampu merasakan emosi orang lain, yang akan
bermanfaat membina relationship yang akrab dengan orang lain..
Empati dan kecerdasan emosional
Empati adalah salah satu ciri kecerdasan emosional. Emosi
menurut Goleman (1996) merupakan suatu perasaan dan pikiranpikiran khas, suatu keadaan biologis dan psikologis, dan
serangkaian kecenderungan untuk bertindak. Sejumlah kritikus
mengelompokan emosi dalam beberapa golongan , sebagai
berikut:
Amarah; beringas, mengamuk, benci, jengkel, marah besar ,
terganggu, rasa pahit, bermusuhan tindak kekerasan
Kesedihan; sedih, pedih, muram, melankolis, mengasihani
diri, kesepian, ditolak, putus asa, depresi berat.
Rasa takut; cemas, takut, gugup, khawatir, waspada, pobia,
panic, tidak tenang.
Kenikmatan; bahagia, gembira, riang, puas, senang, terhibur,
bangga, senang sekali, dan batas ujungnya, mania.
Cinta; penerimaan, persahabatan, kepercayaan, kebaikan hati,
rasa dekat,, bakti, hormat, kasmaran, kasih.
Terkejut; takjub, terpana, terkejut, terkesiap.
Jengkel; hina, jijik muak, mual, benci tidak suka, mau muntah,
Malu; rasa salah, malu hati, kesal hasil, sesal, hina, aib, dan
hati hancur lebur.
Guru yang memiliki empati tinggi, mampu membaca dan
memahami kondisi emosi peserta didiknya pada waktu tertentu.
Guru akan berusaha membantu, memberi bimbingan cara
mengelola emosi mereka.
Hal 39
mulut cemberut
ringisan
mata berbinar-binar
irama suara
Hal 40
alis berkerut
senyum lebar
kelopak mata berat
nada suara melengking
cuping hidung mengembang
Hal 41
Artinya
Kepala manggut-manggut
Sangat memahami
Belum mengerti
Mengerutkan dahi
Susah memahami
Anda sukses
berkomunikasi dengan
siswa
Guru harus kreatif jika di kelas yang diajarnya ada siswa yang
ngobrol dengan temannya. Tidak melihat ke depan, atau kalau
ditanya tidak menjawab. Teramati tidak semangat mengikuti
pelajaran. Lakukan interaksi dengan memberi umpan balik. Guru
harus berusaha mencari akar permasalahannya, jangan hanya
fokus menyelesaikan program pembelajaran hari itu. Sikap
empati yang tinggi dari guru akan mampu mengatasi masalah
belajar siswanya.
C. Lembar Kerja
1. Baca dan analisis tujuan pendidikan nasional dan buatlah rancangan
profil guru yang akan mampu mewujudkan tujuan tersebut?
2. Lakukan evaluasi diri, apakah anda sebagai guru sudah memiliki profil
pendidik guru yang digambarkan seperti di atas?
3. Rancanglah kegiatan yang harus dilakukan guru untuk satu minggu
sesuai tanggung jawab profesi!
Hal 42
BAB III
MATERI PEMBELAJARAN 1
MODEL DAN PERANGKAT PEMBELAJARAN
A. Model Pembelajaran
1. Konsep Model Pembelajaran
a. Pengertian Model Pembelajaran
Untuk mengatasi berbagai problematika dalam pelaksanaan
pembelajaran, tentu diperlukan model-model mengajar yang
dipandang mampu mengatasi kesulitan guru melaksanakan tugas
mengajar dan juga kesulitan belajar peserta didik. Modeldiartikan
sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman
dalammelakukan kegiatan. Model dapat dipahami sebagai: (1) suatu
tipe atau desain; (2)suatu deskripsi atau analogi yang dipergunakan
untuk membantu proses visualisasisesuatu yang tidak dapat dengan
langsung diamati; (3) suatu sistem asumsi-asumsi, data-data, dan
inferensi-inferensi yang dipakai untuk menggambarkan secara
sistematis suatu objek atau peristiwa; (4) suatu desain yang
disederhanakan dari suatu sistem kerja, suatu terjemahan realitas yang
disederhanakan; (5) suatu deskripsidari suatu sistem yang mungkin
atau imajiner; dan (6) penyajian yang diperkecil agardapat menjelaskan
dan menunjukkan sifat bentuk aslinya (Komaruddin, 2000:152).
Model dirancang untuk mewakili realitas yang sesungguhnya,
walaupun model itu sendiri bukanlah realitas dari dunia yang
sebenarnya. Atas dasar pengertian tersebut, maka model mengajar
dapat difahami sebagai kerangka konseptual yang mendeskripsikan
dan melukiskan prosedur yang sistematik dalam mengorganisasikan
pengalaman belajar dan pembelajaran untuk mencapai tujuan belajar
tertentu, danberfungsi sebagai pedoman bagi perencanaan pengajaran
bagi para guru dalam melaksanakan aktivitas pembeiajaran.
Dalam mengajar, guru dapat mengembangkan model mengajarnya
yang dimaksudkan sebagai upaya mempengaruhi perubahan yang baik
dalam perilakusiswa, Pengembangan model-model mengajar tersebut
dimaksudkan untuk membantu guru meningkatkan kemampuannya
untuk lebih mengenal siswa dan menciptakan lingkungan yang lebih
bervariasi bagi kepentingan belajar siswa. Salah satu batasan tentang
model mengajar adalah :
Model of teaching can be defined as an instructional design which describes
theprocess of specifying and producing particular environmental situations
Modul PLPG_PAUD/TK_Unimed 2013
Hal 43
Hal 44
Hal 45
Hal 46
Hal 47
Hal 48
Hal 49
Kyle, 1987) model ini sangat efektif untuk mengajarkan konsep dan
keterampilan untuk anak-anakyang memiliki kemampuan kurang.
Jika lingkungan tidak mendukung untuk menggunakan model yang
berpusat pada siswa.
b. Prinsip-prinsip Penggunaan Model Pembeiajaran Ekspositori
Dalam penggunaan model pembeiajaran ekspositori terdapat beberapa
prinsip yang harus diperhatikan oleh setiap guru.
1) Berorientasi pada Tujuan
Walaupun penyampaian materi pelajaran merupakan ciri utama
dalam model pembeiajaran ekspositori melalui metode ceramah,
namun tidak berarti proses penyampaian materi tanpa tujuan
pembelajaran; justru tujuan itulah yang harus menjadi pertimbangan
utama dalam penggunaan model ini. Karena itu sebelum model
pembelajaran ini diterapkan terlebih dahulu guru harus merumuskan
tujuan pembelajaran secara jelas dan terukur.
2) Prinsip Komunikasi
Proses pernbelajaran dapat dikatakan sebagai proses komunikasi,
yangmenunjuk pada proses penyampaian pesan darr seseorang
(sumber pesan)kepada seseorang atau sekelompok orang (penerima
pesan), Pesan yang ingindisampaikan dalam hal ini adalah materi
pelajaran yang diorganisrr dan disusunsesuai dengan tujuan tertentu
yang ingin dicapai.Dalam proses komunikasiguru berfungsi sebagai
sumber pesan dan siswa berfungsi sebagai penerimapesan.
3) Prinsip Kesiapan
Dalam teori belajar koneksionisme, kesiapan rnerupakan salah satu
hukum belajar. Inti dari hukum belajar ini adalah bahwa setiap
individu akan merespons dengan cepat dari setiap stimulus
manakala dalam dirinya sudah memiliki kesiapan; sebaliknya, tidak
mungkin setiap individu akan merespon setiap stimulus yang
muncul manakala dalam dirinya belum memiliki kesiapan.
Yang dapat kita tarik dari dari hukum belajar ini adalah agar siswa
dapat menerima informasi sebagai stimulus yang kita berikan,
terlebih dahulu kitaharus memposisikan mereka dalam keadaan siap
baik secara fisik maupun psikis untuk menerima pelajaran, Jangan
mulai kita sajikan materi pelajaran, manakala siswa belum siap untuk
menerimanya.
Modul PLPG_PAUD/TK_Unimed 2013
Hal 50
4) Prinsip Berkelanjutan
Proses pembelajaran ekspositori harus dapat mendorong siswa untuk
mau mempelajari materi pelajaran lebih lanjut. Pembelajaran bukan
hanya berlangsung pada saat itu, akan tetapi juga untuk waktu
selanjutnya. Ekspositori yang berhasil adalah manakala melalui
proses penyampaian dapat membawa siswa pada situasi
ketidakseimbangan (disequilibrium), sehingga mendorong mereka
untuk mencari dan menemukan atau menambah wawasan melalui
proses belajar mandiri.
c. Prosedur Pelaksanaan Model Ekspositori
Sebelum diuraikan tahapan penggunaan model ekspositori
terlebihdahulu diuraikan beberapa hal yang harus dipahami oleh setiap
guru yang akan menggunakan model ini
1) Rumuskan tujuan yang ingin dicapai
2) Kuasai materi palajaran dengan baik
3) Kenali medan dan berbagai hal yang dapat mempengaruhi proses
penyampampaian
Keberhasilan penggunaan model ekspositori sangat tergantung pada
kemampuan guru untuk bertutur atau menyampaikan materi pelajaran.
Ada beberapa langkah dalam penerapan mode! ekspositori, yaitu :
1)
2)
3)
4)
5)
Persiapan (Preparation)
Penyajian (Presentation)
Korelasi (Correlation)
Menyimpulkan (Generalization)
Mengaplikasikan (Aplication)
Hal 51
Hal 52
Jika bahan pelajaran yang akan diajarkan tidak berbentuk fakta atau
konsep yang sudah jadi, akan tetapi sebuah kesimpulan yang perlu
pembuktian.
Jika proses pembelajaran berangkat dari rasa ingin tahu siswa
terhadap sesuatu.
Jika guru akan mengajar pada sekelompok siswa yang rata-rata
memiliki kemauan dan kemampuan berpikir. Model inkuiri akan
kurang berhasil diterapkan kepada siswa yang kurang memiliki
kemampuan untuk berpikir.
Jika jumlah siswa yang belajar tak terlalu banyak sehingga bisa
dikendalikan olehguru.
Jika guru memiliki waktu yang cukup untuk menggunakan
pendekatan yang berpusat pada siswa.
b. Prinsip-prinsip Penggunaan Model Pembelajaran Inkuiri
Model Pembelajaran inkuiri merupakan model yang menekankan
kepada pengembangan intelektual anak. Perkembangan mental
(intelektual) itu menurut Piaget dipengaruhi oleh 4 faktor, yaitu
maturation, physical experience, social experience, dan equilibrium. Atas
dasar tersebut, maka dalam penggunaan Model Pembelajaran Inkuiri
terdapat beberapa prinsip yang harus diperhatikan oleh setiap guru.
1) Berorientasi pada Pengembangan intelektual.
Tujuan utama dari model inkuiri adalah pengembangan
kemampuan berpikir.Dengan demikian, model pembelajaran ini
selain berorientasi kepada hasil belajar juga berorientasi pada
proses belajar. Karena itu, kriteria keberhasilan dari proses
pembelajaran dengan menggunakan model inkuiri bukan
ditentukan oleh sejauhmana siswa dapat menguasai materi
pelajaran, akan tetapi sejauh mana siswa beraktivitas mencari dan
menemukan sesuatu. Makna dari sesuatu yang harus ditemukan
oleh siswa melalui proses berpikir adalah sesuatu yang dapat
ditemukan, bukan sesuatu yang tidak pasti, oleh sebab itu setiap
gagasan yang harus dikembangkan adalah gagasan yang dapat
ditemukan.
2) Prinsip Interaksi
Proses pembelajaran pada dasarnya adalah proses interaksi, baik
interaksi antara siswa maupun interaksi siswa dengan guru,
bahkan interaksi siswa dengan lingkungan. Pembelajaran sebagai
proses interaksi berarti menempatkan guru bukan sebagai sumber
belajar, tetapi sebagai pengatur lingkungan atau pengatur interaksi
Hal 53
Hal 54
c.
Hal 55
Hal 56
Hal 57
Hal 58
Hal 59
Hal 60
c. Karakteristik MPPKB
Sebagai strategi pembelajaran yang diarahkan untuk nengembangkan
kemampuan berpikir, MPPKB memiliki tiga karakteristik utama, yaitu
sebagai berikut:
1) Proses pembelajaran melalui MPPKB menekankan kepada proses
mental siswasecara maksimal. MPPKB bukan model pembelajaran
yang hanya menuntut siswa sekedar mendengar dan mencatat,
tetapi menghendaki aktivitas siswa dalam proses berpikir. Hal ini
sesuai dengan latar belakang psikologis yang menjadi tumpuannya,
bahwa pembelajaran itu adalah peristiwa mental bukan peristiwa
behavioral yang lebih menekankan aktivitas fisik. Artinya, setiap
kegiatan belajar itu disebabkan tidak hanya peristiwa hubungan
stimulus-respon saja, tetapi juga disebabkan karena dorongan mental
yang diatur otaknya. Berkaitan dengan karakteristik tersebut, maka
dalam proses implementasi MPPKB perlu diperhatikan hal-hal
sebagai berikut:
Jika belajar tergantung pada bagaimana informasi diproses secara
mental, maka proses kognitif siswa harus menjadi kepedulian
utama guru. Artinya, guru harus menyadari bahwa proses
pembelajaran itu yang terpenting bukan hanya apa yang
dipelajari, tetapi bagaimana mereka mempelajarinya.
Guru harus mempertimbangkan tingkat perkembangan kognitif
siswa ketika merencanakan topik yang harus dipelajari secara
metoda apa yangakan digunakan.
Siswa harus mengorganisasi yang mereka pelajari. Dalam hal ini
guru harus membantu agar siswa belajar untuk melihat
hubungan antar bagian yang dipelajari.
Informasi baru akan bisa ditangkap lebih mudah oleh siswa
manakala
siswa
dapat
mengorganisasikannya
dengan
pengetahuan yang telah mereka miliki. Dengan demikian guru
harus dapat membantu siswa belajar dengan memperlihatkan
bagaimana gagasan baru berhubungan dengan pengetahuan
yang telah mereka miliki.
Siswa harus secara aktif merespon apa yang mereka pelajari.
Merespon dalam konteks ini adalah aktivitas mental bukan
aktivitas secara fisik.
2) MPPKB dibangun dalam nuansa dialogis dan proses tanya jawab
secara terus menerus. Proses pembelajaran melalui dialog dan tanya
jawab itu diarahkan untuk memperbaiki dan meningkatkan
kemampuan berpikir siswa, yang pada gilirannya kemampuan
Hal 61
Hal 62
2) Tahap Pelacakan
Tahap pelacakan adalah tahapan penjajakan untuk memahami
pengalaman dan kemampuan dasar siswa sesuai dengan tema atau
pokok persoalan yang akan dibicarakan. Melalui tahapan inilah
guru mengembangkan dialog dan tanya jawab untuk mengungkap
pengalaman apa saja yang telah dimiliki siswa yang diangap relevan
dengan tema yang akan dikaji. Dengan berbekal pemahaman itulah
selanjutnya guru rnenentukan bagaimana ia harus mengembangkan
dialog dan Tanya jawab pada tahapan-tahapan selanjutnya.
3) Tahap Kontrontasi
Tahap konfrontasi adalah tahapan penyajian persoalan yang harus
dipecahkan sesuai dengan tingkat kemampuan dan pengalaman
siswa. Untuk merangsang peningkatan kemampuan siswa pada
tahapan ini guru dapat memberikan persoalan-persoalan yang
dilematis yang memerlukan jawaban atau jalan keluar. Persoalan
yang diberikan sesuai dengan tema atau topik itu tentu saja
persoalan yang sesuai dengan kemampuan dasar atau pengalaman
siswa seperti yang diperoleh pada tahap kedua. Pada tahap ini guru
harus dapat mengembangkan dialog agar siswa benar-benar
memahami persoalan yang harus dipecahkan. Mengapa demikian?
Sebab, pemahaman terhadap masalah akan mendorong siswa untuk
dapat berpikir. Oleh sebab itu, keberhasilan pembelajaran pada
tahap selanjutnya akan ditentukan oleh tahapan ini.
4) Tahap Inkuiri
Tahap inkuiri adalah tahapan terpenting dalam MPPKB. Pada tahap
inilah siswa berpikir yang sesungguhnya. Melalui tahapan inkuiri,
siswa diajak untuk memecahkan persoalan yang dihadapi. Oleh
sebab itu, pada tahapan ini guru harus memberikan ruang dan
kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan gagasan dalam
upaya pemecahan persoalan. Melalui berbagai teknik bertanya guru
harus dapat menumbuhkan keberanian siswa agar mereka dapat
menjelaskan, mengungkap fakta sesuai dengan pengalamannya,
memberikan argumentasi yang meyakinkan, mengembangkan
gagasan, dan lain sebagainya
5) Tahap Akomodasi
Hal 63
Hal 64
Hal 65
Jika guru ingin menanamkan, bahwa siswa dapat belajar dari teman
lainnya, dan belajar dari bantuan orang lain.
Jika guru menghendaki untuk mengembangkan kemampuan
komunikasi siswa sebagai bagian dari isi kurikulum.
Jika guru menghendaki meningkatnya motivasi siswa dan
menambah tingkat partisipasi mereka.
Jika guru menghendaki berkembangnya kemampuan siswa dalam
memecahkan masalah dan menemukan berbagai solusi pemecahan.
b. Karakteristik Model Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif berbeda dengan model pembelajaran yang
lain. Perbedaantersebut dapat dilihat dari proses pembelajaran yang
lebih menekankan kepadakerja sama dalam kelompok. Tujuan yang
ingin dicapai tidak hanya kemampuanakademik dalam pengertian
penguasaan bahan pelajaran, tetapi juga adanyaunsur kerja sama untuk
penguasaan materi tersebut. Adanya kerja sama inilahyang menjadi ciri
khas dari pembelajaran kooperatif.
Slavin, Abrani, dan Chambers (1996) berpendapat bahwa belajar
melalui kooperatifdapat dapat dijelaskan dari beberapa perspektif, yaitu
perspektif motivasi,perspektif sosial, perspektif perkembangan kognitif,
dan perspektif elaborasikognitif. Perspektif motivasi artinya bahwa
penghargaan yang diberikan kepadakelompok memungkinkan setiap
angota kelompok akan saling membantu.
Dengan demikian, keberhasilan setiap individu pada dasarnya adalah
keberhasilankelompok. Hal semacam ini akan mendorong setiap
anggota kelompok untukmemperjuangkan keberhasilan kelompoknya.
Perspektif sosial artinya bahwa melalui kooperatif setap siswa akan
salingmembantu dalam belajar karena mereka menginginkan semua
anggota kelompokmemperoleh keberhasilan. Bekerja secara kelompok
dengan mengevaluasikeberhasilan sendiri oleh kelompok, merupakan
iklim yang bagus, di mana setiapanggota kelompok menginginkan
semuanya memperolah keberhasilan.Perspektif perkembangan kognitif
artinya bahwa dengan adanya interaksiantara anggota kelompok dapat
mengembangkan prestasi siswa untuk berpikirmengolah berbagai
informasi. Elaborasi kognitif, artinya bahwa setiap siswaakan berusaha
untuk memahami dan menimba informasi untuk menambah
pengetahuan kognitifnya. Dengan demikian, karakteristik model
pembelajarankooperatif adalah :
Hal 66
1)
2)
3)
4)
Hal 67
Hal 68
Hal 69
2)
3)
4)
5)
Hal 70
Hal 71
a) Konstruktivisme
Pembelajaran melalui CTL pada dasarnya mendorong agar siswa
bisa mengkonstruksi pengetahuannya melalui proses pengamatan
dan pengalaman. Mengapa demikian? Sebab, pengetahuan hanya
akan fungsional manakala dibangun oleh individu. Pengetahuan
yang hanya diberikan tidak akan menjadi pengetahuan yang
bermakna. Atas dasarasumsi yang mendasar itulah, maka
penerapan asas konstruktivisme dalam pembelajaran CTL, siswa
didorong untuk mampu mengkonstruksi pengetahuan sendiri
melalui pengalaman nyata
b) Inkuiri
Asas kedua dalam pembelajaran CTL adalah inkuiri. Artinya,
proses pembelajaran didasarkan pada pencarian dan peneluan
melalui proses berpikir secara sistematis. Pengetahuan bukanlah
sejumlah fakta hasildari rnengingat, akan tetapi hasil dari proses
menemukan sendiri. Dengandemikian dalam proses perencanaan,
guru bukanlah mempersiapkan sejumlah materi yang harus dihafal,
akan tetapi merancang pembelajaranyang memungkinkan siswa
dapat menemukan sendiri materi yang harus dipahaminya
Apakah inkuiri hanya bisa dilakukan untuk mata pelajaran tertentu
saja?Tentu tidak. Berbagai topik dalam setiap mata pelajaran dapat
dilakukanmelalui proses inkuiri. Secara umum proses inkuiri dapat
dilakukan melaluibeberapa langkah,yaitu :
a.
b.
c.
d.
e.
Merumuskan masalah
Mengajukan hipotesis
Mengumpulkan data
Menguji hipotesis berdasarkan data yang ditemukan
Membuat kesimpulan
c) Bertanya
Belajar pada hakikatnya adalah bertanya dan menjawab
pertanyaan. Bertanya dapat dipandang sebagai refleksi dari
keingintahuan setiap individu; sedangkan menjawab pertanyaan
mencerminkan kemampuan seseorang dalam berpikir. Dalam
proses pembelajaran melalui CTL, guru tidakmenyampaikan
informasi begitu saja, akan tetapi memancing agar siswadapat
menemukan sendiri. Karena itu peran bertanya sangat penting,
sebab melalui pertanyaan-pertanyaan guru dapat membimbing dan
Modul PLPG_PAUD/TK_Unimed 2013
Hal 72
Hal 73
Hal 74
Hal 75
Hal 76
LANGKAH KEGIATAN
Secara diagramatik, langkah pembelajaran dalam pertemuan ini
digambarkan sebagai berikut:
Hal 77
Komponen Pembelajaran
a.
Kegiatan Siswa
b.
c.
a.
Kegiatan Guru
b.
c
.a.
.
b.
c
.a.
Guru
b.
Jenis Pertanyaan
atau Penugasan Yang
Dikerjakan Siswa
Sumber Belajar Yang
Digunakan
Lainnya: .
c
.a.
.
b.
c
a.
b.
.
.
c.
.a.
.
.
b.
c
.
Hal 78
Hal 79
Hal 80
Hal 81
Hal 82
Hal 83
Hal 84
Hal 85
Hal 86
praktik ibadah
berceramah
membuat poster
membuat model (misal: kotak, silinder, kubus, segitiga, lingkaran)
menata pajangan
menata buku perpustakaan
membuat daftar pertanyaan untuk wawancara
melakukan wawancara
membuat denah
membuat catatan hasil penjelasan/hasil pengamatan
membaca kamus
mencari informasi dari ensiklopedi
melakukan musyawarah
mengunjungi dan menemukan alamat situs website
berorganisasi
mendiskusikan wacana dari media cetak/media elektronik
membuat cergam
membuat resensi buku
mengkritisi suatu artikel
mengkaji pola tulisan suatu artikel
menulis artikel ilmiah populer
membuat ensiklopedi
(tambahkan kegiatan lain yang mengerahkan keterampilan berpikir
danmengaplikasikan pengetuan yang sudah dimiliki siswa)
Pengelolaan KBM
Pengelolaan Tempat Belajar
Pengelolaan Siswa
Pengelolaan Kegiatan Pembelajaran
Pengelolaan Isi Pembelajaran
Pengelolaan Sumber Belajar
Pengelolaan Tempat Belajar
Bergantung strategi yang akan digunakan dan tujuan pembelajaran
yang akandicapai
Memperhatikan intensitas interaksi antarsiswa
Yang dikelola: pajangan (hasil kerja siswa, gambar peta, diagram,
model, benda asli,kumpulan puisi, karangan), meja kursi, perabot
sekolah, sumber belajar
Hal 87
Pengelolaan Siswa
Siswa dikelola secara individual, berpasangan, berkelompok, seluruh
kelas
Hal yang perlu menjadi pertimbangan
jenis kegiatan
tujuan kegiatan
keterlibatan siswa
waktu belajar
ketersediaan sarana/prasarana
karakteristik siswa
Tabel Keberagaman Karakteristik Siswa
Faktor Keberagaman
Isi(bycontent)
Pengelolaan Siswa
Hal 88
Arti
Contoh
Terbuka
Pertanyaanya memiliki
lebih dari satu jawaban
benar
Mengapa ibukota
Indonesia Jakarta?
Tertutup
Pertanyaanya memiliki
hanya satu jawaban
benar
Produktif
Tidak Produktif
Hal 89
Imajinatif dan
interpretatif
Jwb-nya diluar
benda/gambar/kejadia
n yg diamati
Faktual
(Diperlihatkan gb gadis
termenung dipinggir
laut). Diajukan
pertanyaan,Apa yang
sedang dipikirkan gadis
itu?
Apa yang dipakai gadis
itu?
Perilaku Siswa
Menurutmu bagaimana?
Meminta penjelasan,Dptkah
kamu jelaskan, mgp demikian?
Berargumentasi
Hal 90
Hal 91
Hal 92
Hal 93
Hal 94
Hal 95
Hal 96
Hal 97
Hal 98
Hal 99
1.
2.
3.
Hal 100
5.
6.
Hal 101
diskusi
dalam
peserta
untuk
Hal 102
Komponen
Pembelajaran
Percobaan
Diskusi kelompok
Memecahkan masalah
Mencari informasi
Menulis laporan/cerita/puisi
Berkunjung keluar kelas.
Guru memberi
kesempatan kepada
siswa untuk
mengembangkan
keterampilan.
Melakukan percobaan,
pengamatan,atauwawancara
Mengumpulkan data/jawaban
danmengolahnya sendiri
Menarik kesimpulan
Memecahkan masalah, mencari
rumus sendiri
Menulis laporan/hasil karya lain
dengan katakata sendiri
Hal 103
Guru memberi
kesempatan kepada
siswa untuk
mengungkapkan
gagasannya sendiri
secara lisan atau
tulisan.
Guru menyesuaikan
bahan dan kegiatan
belajar dengan
kemampuan siswa.
Guru mengaitkan
pembelajaran dengan
pengalaman siswa
sehari-hari.
Menilai pembelajaran
dan kemajuan belajar
siswa secara terus
menerus.
Melalui:
Diskusi
Lebih banyak pertanyaan terbuka
Hasil karya yang merupakan
pemikiran anak sendiri
Siswa dikelompokkan sesuai dengan
kemampuan (untuk kegiatan
tertentu)
Bahan pelajaran disesuaikan dengan
kemampuan kelompok tersebutt
Tugas perbaikan atau pengayaan
diberikan
Siswa menceritakan atau
memanfaatkan pengalamannya
sendiri.
Siswa menerapkan hal yang
dipelajari dalam kegiatan sehari-hari
h. Implikasi PAKEM
Dalam implementasi pembelajaran PAKEM di sekolah mempunyai
berbagaiimplikasi yang mencakup:
1) Implikasi bagi guru
Pembelajaran aktif, kretaif, efektif, dan menyenangkan memerlukan
guruyang kreatif baik dalam menyiapkan kegiatan/pengalaman
belajar bagi anak,juga dalam memilih kompetensi dari berbagai
mata pelajaran dan mengaturnya agar pembelajaran menjadi lebih
bermakna, menarik, menyenangkan dan utuh. Sebaliknya
pembelajaran yang berpusat pada guru harus dihindari. Adapun
ciri-ciri pembelajaran yang berpusat pada guru adalah
menggunakan buku paket, jawaban harus sama dengan guru, guru
mendiktekan apa yang harus dilakukan, guru memberi contoh,
Modul PLPG_PAUD/TK_Unimed 2013
Hal 104
Hal 105
Hal 106
temuan
Hal 107
Hal 108
Siswa
Siswa tidak takut bertanya;
Ada interaksi antara siswa untuk membahas dan memecahkan
masalah;
Siswa aktif bekerja;
Siswa dapat mengungkapkan dengan kata-kata sendiri;
Siswa melakukan kegiatan baca mandiri;
Siswa melakukan kegiatan proyek (teknologi sederhana,
menulisbiograpi tokoh).
Kelas
Ada pajangan yang merupakan hasil karya siswa;
Pajangan dimanfaatkan sebagai sumber belajar;
Penataan tempat duduk memudahkan interaksi guru dengan
siswa,siswa dan siswa;
Ada penataan sumber belajar (alat bantu belajar, poster, buku)
yangdimanfaatkan siswa.
i. Desain Pembelajaran PAKEM
1) Pengantar
Beberapa orang memandang bahwa PAKEM sama dengan kerja
kelompok. Jika dalam suatu kelas sedang berlangsung pembelajaran
dan di sana siswa tetap duduk seperti orang menonton bioskop,
semua menghadap ke depan, duduk berdua dengan satu bangku,
maka dengan mudah dan cepat dikatakan kelas itu tidak PAKEM.
Akan tetapi sebaliknya, jika di suatu kelas siswa sedang duduk
berkelompok, walau mereka hanya duduk dalam kelompok, tetapi
tidak semua siswa bekerja, maka dengan mudah kita mengatakan
kelas itu PAKEM.
Seharusnya menilai PAKEM tidaknya suatu pembelajaran tidak
cukup hanya dengan melihat pengaturan tempat duduk siswa, tetapi
harus diperhatikan pula intensitasketerlibatan siswa dalam belajar.
Usaha-usaha yang menawarkan sebuah pembaharuan, termasuk
penerapan PAKEM dikelas, biasanya akan menemui masalah.
Beberapa masalah yang masih sering ditemukan baik dalam
Hal 109
dalam
tugas
Hal 110
3) Langkah Kegiatan
4) Uraian Materi
A. Pelaksanaan PAKEM Bagi Guru
1. Identifikasi Kesulitan Belajar
a) Pengantar
Tugas utama seorang guru adalah membuat perencanaan,
melaksanakan dan dilaksanakan. Dalam proses pelaksanaan
rencana yang telah disusun, guru sering mengalami kendala
dan permasalahan sehingga kompetensi yang telah
ditetapkan di masing masing mata pelajaran tidak
mencapaihasil yang maksimal.
Faktor yang berasal dari luar diri guru dan memegang
pengaruh penting terhadap pencapaian kompetensi adalah
peserta didik. Keberadaan peserta didik, tingkat
kecerdasan, motivasi belajar, dan lainnya berpengaruh
terhadap keberhasilan sebuah pembelajaran.
b) Tujuan
Tujuan identifikasi Belajar diharapkan guru dapat :
1) Mengidentifikasi masalah yang dihadapi
pembelajaran padasetiap mata pelajaran
dalam
Hal 111
Hal 112
Hal 113
Indikator
Ya
Pengelolaan
Kelas
Tidak
Hal 114
Hal 115
Kualitas
Pertanyaan dan
Cara Guru
Bertanya
Refleksi
Hal 116
Keterlibatan
Peserta didik
Sumber
Belajar/Alat
Bantu
Hal 117
Tersedia sudut
baca/perpustakaan dan
dimanfaatkan oleh guru dan
seluruh peserta didik.
Keterlibatan
Peserta didik
Hal 118
Identifikasi
layanan khusus
serta individual
Hal 119
Kompetensi
Dasar
Menyusun
percakapan
tentang
berbagai topik
dengan
memperhatika
n penggunaan
ejaan.
Kegiatan Inti
Pembelajaran
Benda
berbicara
mendeskripsikan
benda yang dipilih
untuk menentukan
peran dalam
percakapan
menyusun
percakapan dengan
memperhatikan
ejaan
melakukan
percakapan
Hal 120
Percakapan
Rumpang
Menyusun
Percakapan
Acak
Alih Bentuk
bermain
melanjutkan
kalimat percakapan
yang belum selesai
diawali dari satu
kalimat kemudian
dilanjutkan oleh
teman yang
lainnya.
melengkapi
percakapan
rumpang
menyusun
percakapan dengan
memperhatikan
ejaan
bermain acak
kalimat tanyajawab
menyusun
percakapan acak
menyusun contoh
percakapan lainnya.
melakukan
percakapan
Membaca
prosa/cerita
pendek.
mengubah prosa ke
dalam bentuk
percakapan
(dialog).
melakukan
percakapan/bermai
n peran
Hal 121
Hal 122
: Bahasa Indonesia
Tema
: Lingkungan
Kelas / Semester
: VI (Enam) /1 (Satu)
Hari / Tanggal
Alokasi Waktu
: 2 x 35 menit (1XPertemuan)
1. Standar Kompetensi
Mengungkapkan pikiran, perasaan dan informasi secara
tertulis dalambentuk formulir, ringkasan, dialog, dan
paragraf.
2. Kompetensi Dasar
Menyusun percakapan tentang berbagai topik dengan
memperhatikan pengunaan ejaan.
3. Indikator
a. Mendeskripsikan benda untuk menentukan peran
dalam percakapan.
b. Menyusun percakapan dengan memperhatikan
penggunaan ejaan.
c. Melakukan percakapan.
4. Tujuan Pembelajaran
a. Melalui diskusi, peserta didik dapat menentukan peran
dalam percakapan dengan benar.
b. Melalui diskusi, peserta didik dapat menyusun
percakapan dengan memperhatikan penggunaan ejaan
dengan benar.
Hal 123
Kegiatan
Peserta
didik
Waktu
Kegiatan Awal
a. Mengkondisikan peserta didik
dengan bermaintebak tebakan.
b. Penjelasan tujuan pembelajaran
Hal 124
Kegiatan Inti
a. Membentuk kelompok
b. Wakil kelompok mengambil LK dan
buah - buahan
c. Diskusi kelompok menentukan
peran dalampercakapan
d. Diskusi kelompok membuat
percakapan dari sekelompok
benda
e. Dalam kelompok berlatih
memainkan peran
f. Melakukan percakapan
g. Menangggapi tampilan kelompok
lain dalam melakukan percakapan
15
13
10
Kegiatan akhir
a. Memberi penguatan
b. Memajang hasil karya peserta didik
9. Penilaian
a. Bentuk : Proses
Teknik : Kinerja
b. Bentuk : Produk
Teknik : Karya dua dimensi ( LK terlampir)
Surakarta, 10 Nopember
2009
Mengetahui
Guru Kelas
Kepala sekolah,
NIP.
Hal 125
Lampiran-lampiran
LEMBAR KERJA 1
( KELOMPOK )
Tema
Mata Pelajaran
: Bahasa Indonesia
Kompetensi Dasar
Kelas / Semester
: VI / 1
Hal 126
LEMBAR KERJA 2
( Individu )
Tema
Mata Pelajaran
Kompetensi Dasar
Kelas / Semester
Disediakan wacana :
Nama
: __________
No Absen
: __________
Hal 127
LEMBAR PENILAIAN
DISKUSI MENYUSUN PERCAKAPAN
Aspek yang di nilai
No
Nama
Kerja sama
Aktifitas
( 1-40 )
( 1-30 )
Menghargai
Nilai
Pendapat
( 1-30)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
LEMBAR PENILAIAN
HASIL KARYA DIDIK (KARYA DUA DIMENSI)
Aspek yang di nilai
No
Nama
Kelengkapan Kesesuaian
(4)
(4)
Ejaan
Nilai
(2)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Hal 128
Kriteria Penilaian
a. Kelengkapan
Jika jawaban lengkap
Jika jawaban hampir lengkap
Jika jawaban setengah lengkap
Jika jawaban kurang lengkap
Jika peserta didik tidak menjawab
4
3
2
1
0
b. Kesesuaian
Jika jawaban sesuai
Jika jawaban hampir sesuai
Jika jawaban setengah sesuai
Jika jawaban kurang sesuai
Jika peserta didik tidak menjawab
4
3
2
1
0
c. Ejaan
Jika ejaan seluruhnya benar
Jika ejaan hampir seluruhnya benar
Jika ejaan setengah benar
Jika ejaan hanya sedikit benar
Jika ejaan tidak ada yang benar
2
1,5
1
0,5
0
Hal 129
3. Pengelolaan Kelas
Selama pembelajaran konvensional, meja dan kursi diatur
menghadap ke papan tulis danpeserta didik duduk berjajar.
Dalam pembelajaran yang menggunakan pendekatanPAKEM
pengaturan tempat duduk peserta didik disesuaikan dengan
model pembelajaran yang akan dilaksanakan oleh guru,
misalnya pola tempat duduk berpasangan, pola tempat duduk
dalam bentuk U akan memudahkan peserta didik
berinteraksi dan melakukan aksi dalam proses pembelajaran.
Sebaiknya guru selalu mendesain pola tempat duduk yang
disesuaikan dengan skenario pembelajaran yang dirancang
dalam RPP
Contoh model tempat duduk
Hal 130
Hal 131
Gamba
r Contoh Pemberian Bantuan dan Umpan Balik
5. Alat/MediaSumber Belajar
a) Pengantar
Fungsi utama alat peraga adalah untuk membantu menanamkan
atau mengembangkankonsep yang abstrak, agar peserta didik
mampu memahami arti sebenarnya dari konseptersebut. Dengan
melihat, meraba dan memanipulasi objek/alat peraga, peserta
didikmemiliki pengalaman-pengalaman nyata dalam kehidupan
tentang arti suatu konsep
b) Tujuan
Ada beberapa tujuan penggunaan alat peraga/media
pembelajaran, antara lain:
1) Untuk mempermudah guru dalam menyampaikan materi
pelajaran
Hal 132
untuk
Hal 133
Hal 134
c) Contoh Pajangan
Hal 135
Hal 136
b) Tehnik Penilaian
Banyak cara atau teknik yang dapat digunakan untuk melakukan
penilaian terhadap peserta didik. Pada dasarnya, teknik penilaian
tersebut adalah cara penilaian kemajuanbelajar peserta didik
berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang
harusdicapai. Penilaian ini didasarkan pada indikator-indikator
pencapaian kompetensi yang memuat satu ranah atau lebih
(kognitif, afektif, dan psikomotor). Berdasarkan indikatorindikator ini dapat ditentukan cara penilaian yang sesuai, apakah
penilaian itu dilakukan dengan tes (tertulis atau lisan), observasi,
praktek, dan penugasan secara individu atau kelompok.
Di dalam Permendiknas No. 41 tahun 2007, penilaian dilakukan
secara konsisten, sistematik, dan terprogram dengan
menggunakan tes dan non tes dalam bentuk tertulis maupun
lisan, pengamatan kinerja, pengukuran sikap, penilaian hasil
karya berupa tugas,proyek dan atau produk, portofolio, dan
penilaian diri. Berikut ini sedikit gambaran masing-masing
teknik penilaian.
c) Penilaian melalui Tes
Penilaian melalui tes dilakukan secara tertulis atau lisan (tes
tertulis). Ada dua bentuk soal untuk penilaian tertulis ini, yaitu
memilih jawaban dan mensuplai jawaban. Memilih jawaban
dibedakan menjadi (1) pilihan ganda; (2) dua pilihan (benarsalah, ya-tidak); (3) menjodohkan; dan (4) sebab-akibat. Tes
tertulis yang berupa mensuplai jawaban, dibedakan menjadi (1)
isian atau melengkapi; (2) jawaban singkat ataupendek; dan (3)
uraian. Penyekoran pada penilaian tertulis harus jelas.
d) Penilaian Kinerja/Unjuk Kerja
Penilaian kinerja/unjuk kerja adalah penilaian berdasarkan hasil
pengamatan penilaiterhadap aktivitas (dalam melakukan
pekerjaan) peserta didik. Penilaian ini cocokuntuk menilai
ketercapaian kompetensi yang menuntut peserta didik
melakukan tugastertentu, misalnya presentasi hasil pengamatan
di desanya tentang erosi.
Hal 137
e) Penilaian Sikap
Objek sikap yang perlu dinilai dalam proses pembelajaran
Geografi di SMA antaralain (1) sikap terhadap materi pelajaran;
(2) sikap terhadap guru/pengajar; (3)sikap terhadap proses
pembelajaran; (4) sikap berkaitan dengan nilai atau normayang
berhubungan dengan suatu materi pelajaran, misalnya kasus
atau masalahlingkungan hidup, berkaitan dengan materi IPA;
dan (5) sikap berhubungan dengankompetensi afektif lintas
kurikulum yang relevan dengan mata pelajaran. Penilaianini
menggunakan skala sikap dari sangat setuju hingga sangat tidak
setuju.
f)
Hal 138
h) Penilaian Portofolio
Portofolio merupakan kumpulan hasil kerja peserta didik. Hasil
kerja ini disusunmenjadi sebuah portofolio. Jadi, potofolio
merupakan koleksi pribadi hasil kerja peserta didik yang
mencerminkan tingkat pencapaian, kegiatan belajar, kekuatan,
dan pekerjaan terbaiknya. Penilaian portofolio ini didasarkan
pada kumpulan hasilkerja peserta didik secara individu pada
satu periode untuk suatu mata pelajaran.
i)
j)
Hal 139
Hal 140
Hal 141
Hal 142
3) Isi Laporan
Pada umumnya orang tua menginginkan jawaban dari
pertanyaan sebagai berikut:(1) Bagaimana keadaan anak
waktu belajar di sekolah secara akademik, fisik, sosial,dan
emosional?; (2) Sejauh mana anak berpartisipasi dalam
kegiatan di sekolah?; (3)Kemampuan/kompetensi apa yang
sudah dan belum dikuasai dengan baik?; dan (4)Apa yang
harus orang tua lakukan untuk membantu dan
mengembangkan prestasi anak lebih lanjut?
4) Rekap Nilai
Rekap nilai merupakan rekap kemajuan belajar peserta didik,
yang berisi informasi tentang tingkat pencapaian kompetensi
peserta didik untuk setiap KD, dalam kurun waktu satu
semester. Rekap nilai diperlukan sebagai alat kontrol bagi
guru tentang perkembangan hasil belajar peserta didik,
sehingga diketahui kapan peserta didik memerlukan
remedial.
Bagian A: Pengantar
Kegiatan pada sesi ini diawali dengan pembukaan dari
instruktur membuka dan menyampaikan informasi yang
berkait dengan isu dalam kegiatan PAKEM. Kemudian
memberikan informasi tentang pengalaman belajar apa yang
akan dilaksanakan dalam sesi ini.
Bagian B: Keterampilan Bertanya (60 menit)
Instruktur membuka sesi dengan pertanyaan berikut untuk
menimbulkan gagasandari peserta:
Mengapa kita mengajukan pertanyaan kepada siswa?
Pertanyaan apa yang sering disampaikan oleh guru,
mengapa?
Mengacu kepada kegiatan modeling sebelumnya, peserta
diminta untukmengidentifikasi pertanyaan pertanyaan
yang
terdapat
pada
kegiatan
tersebut.Kemudian
mendiskusikannya.
Fasilitator memberi contoh bacaan (lihat Lampiran 10) dan
berbagai pertanyaanyang memuat/mengacu pada ketiga
jenis/sifat pertanyaan di bawah ini:
Modul PLPG_PAUD/TK_Unimed 2013
Hal 143
Mencari informasi
Memanfaatkan pengetahuan
Menciptakan sesuatu yang baru dan memberikan
pendapat
Hal 144
secara
klasikal,
Klas
klp indv
Alasan
Hal 145
Hal 146
Kegiatan
Belajar
Keterampilan
Bertanya
Pengorganisasian Kelas
Pembelajaran
Kooperatif
Hal 147
B. Lesson Study
1. Landasan Yuridis, teoritis dan empiris perlunya Lesson Study
a)
Mutu Pendidikan
Mutu pendidikan tercermin dari mutu SDM. SDM kita masih rendah
berarti mutu pendidikan pun masih rendah. Mengapa demikian?
Masyarakat beranganggapan bahwa keberhasilan pendidikan hanya
diukur oleh hasil tes. Apabila hasil nilai ujian nasional (UN) baik maka
dianggap sudah berhasil mendidik anak-anaknya. Atau kalau suatu
sekolah banyak meluluskan siswa ke perguruan tinggi melalui SPMB
maka dianggap sekolah itu pavorit dan banyak diserbu orang tua
untuk menyekolahkan anaknya. Rangking sekolah diurut berdasarkan
nilai UN. Akibatnya orang tua harus mengeluarkan uang ekstra untuk
menitipkan anaknya pada bimbingan belajar yang melakukan latihan
menjawab soal-soal UN atau SPMB, karena orang tua menginginkan
anaknya diterima di sekolah paforit atau perguruan tinggi top. Proses
pembelajaran di dalam kelas kurang mendapat perhatian dari orang
tua dan dari pemerintah, yang penting hasil UN (Ujian Nasional).
Umumnya pembelajaran dilakukan dalam bentuk satu arah, guru
lebih banyak ceramah dihadapan siswa sementara siswa
mendengarkan. Guru beranggapan tugasnya hanya mentransfer
pengetahuan yang dimiliki guru kepada siswa dengan target
tersampaikannya topik-topik yang tertulis dalam dokumen kurikulum
kepada siswa. Pada umumnya guru tidak memberi inspirasi kepada
siswa untuk berkreasi dan tidak melatih siswa untuk hidup mandiri.
Pelajaran yang disajikan guru kurang menantang siswa untuk
berpikir. Akibatnya siswa tidak menyenangi pelajaran. Proses
pembelajaran yang terjadi di dalam kelas tidak ada yang tahu kecuali
guru itu sendiri. Kebanyakan pengawas dari dinas pendidikan belum
berfungsi sebagai supervisor pembelajaran di kelas. Ketika datang di
sekolah, pengawas memeriksa kelengkapan administrasi guru berupa
dokumen renpel (rencana pelajaran). Pengawas sangat jarang masuk
kelas melakukan observasi terhadap pembelajaran dan menjadi nara
sumber pembelajaran bagi guru di sekolah. Begitu juga kepala sekolah.
Kepala sekolah umumnya lebih mementingkan dokumen administrasi
guru, seperti renpel dari pada masuk kelas melakukan observasi dan
supervisi terhadap pembelajaran oleh seorang guru. Akibatnya guru
tidak tertantang melakukan persiapan mengajar dengan baik,
memikirkan metoda mengajar yang bervariasi, mempersiapkan bahan
Hal 148
untuk percobaan IPA di laboratorium. Ini berarti bahwa selama ini kita
kurang memperhatikan pentingnya proses pembelajaran di dalam
ruang kelas. Semestinya, kita lebih memperhatikan proses
pembelajaran dan hasil tes merupakan dampak dari proses
pembelajaran. Secara internasional, mutu pendidikan di Indonesia
masih rendah, sebagai contoh dalam bidang MIPA, the Trends in
International Mathematics and Science Study (TIMSS, 2003) melaporkan
bahwa di antara 45 negara peserta TIMSS, peserta didik SMP kelas 2
Indonesia berada pada urutan ke-36 untuk IPA dan ke-34 untuk
Matematika. Siswa-siswa Indonesia hanya dapat menjawab soal-soal
hafalan tetapi tidak dapat menjawab soal-soal yang memerlukan nalar
atau keterampilan proses. Proses pembelajaran yang baik seharusnya
menghasilkan nilai tes yang baik. Paradigma yang hanya
mementingkan hasil tes harus segera diubah menjadi memperhatikan
proses pembelajaran, sementara hasil tes merupakan dampak dari
proses pembelajaran yang benar. Seiring dengan perkembangan
IPTEK, pengetahuan guru harus selalu disegarkan. Kegiatan seminar
atau forum diskusi ilmiah merupakan media untuk penyegaran
pengetahuan guru baik materi subyek maupun pedagogi. Sayangnya,
tidak sedikit kepala sekolah yang tidak mengijinkan guru untuk
berpartisipasi dalam kegiatan seminar atau forum diskusi dalam
kegiatan MGMP. Seharusnya kepala sekolah mendorong bahkan
memfasilitasi guru agar bisa berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan
ilmiah, seperti seminar untuk menambah wawasan guru. Selain itu,
sedikit guru yang sudah memanfaatkan fasilitas ICT (Information
Communication Technology) di sekolah untuk meningkatkan
pengetahuan padahal fasilitas itu sudah masuk ke sekolah, seperti
komputer dan telpon. Sementara, sekolah mampu menyediakan dana
untuk rekreasi ke tempat-tempat wisata.
Hal 149
Kompetensi
Kompetensi
Hal 150
Hal 151
Hal 152
Hal 153
Hal 154
Hal 155
Hal 156
Hal 157
Hal 158
Hal 159
Hal 160
Hal 161
Hal 162
Hal 163
Hal 164
tidak terduga. Jika materi ajar yang dirancang ternyata terlalu sulit bagi
siswa, maka kemungkinan alternatif intervensi guru untuk
menyesuaikan dengan tingkat kemampuan siswa perlu dipersiapkan
secara matang. Sebaliknya, jika ternyata materi ajar yang dirancang
terlalu mudah bagi siswa maka kemungkinan intervensi yang bersifat
pengembangan perlu juga dipersiapkan. Dengan demikian, sebelum
implementasi pembelajaran berlangsung guru telah memiliki kesiapan
yang mantap sehingga proses pembelajaran yang terjadi pada saat
lesson study dilaksanakan mampu mengoptimalkan proses dan hasil
belajar siswa sesuai dengan yang diharapkan. Gambar 4.1 di bawah ini
memperlihatkan sekelompok guru bersama beberapa orang dosen
sedang melakukan diskusi untuk mempersiapkan sebuah lesson study.
Selain aspek materi ajar, guru secara berkelompok perlu mendiskusikan
strategi pembelajaran yang akan digunakan yakni meliputi
pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan akhir. Analisis kegiatan
tersebut dapat dimulai dengan mengungkapkan pengalaman masingmasing dalam mengajarkan materi yang sama. Berdasarkan analisis
pengalaman tersebut selanjutnya dapat dikembangkan strategi baru
yang diperkirakan dapat menghasilkan proses belajar siswa yang
optimal. Strategi pembelajaran yang dipilih antara lain dapat meliputi
bagaimana melakukan pendahuluan agar siswa termotivasi untuk
melakukan proses belajar secara aktif; aktivitas-aktivitas belajar
bagaimana yang diharapkan dilakukan siswa pada kegiatan inti
pembelajaran; bagaimana rancangan interaksi antara siswa dengan
materi ajar, interaksi antar siswa, serta interaksi antara siswa dengan
guru; bagaimana proses pertukaran hasil belajar (sharing) antar siswa
atau antar kelompok harus dilakukan; bagaimana strategi intervensi
guru pada level kelas, kelompok, dan individu; serta bagaimana
aktivitas yang dilakukan siswa pada bagian akhir pembelajaran. Agar
proses pembelajaran dapat berjalan secara mulus, maka rangkaian
aktivitas dari awal sampai akhir pembelajaran perlu diperhitungkan
secara cermat termasuk alokasi waktu yang tersedia. Selain
mempersiapkan materi ajar dan strategi pembelajarannya, tidak kalah
penting untuk mempersiapkan fihak-fihak yang perlu diundang untuk
menjadi observer dalam implementasi pembelajaran yang dilanjutkan
dengan kegiatan refleksi. Disamping kelompok guru sebidang, dalam
pelaksanaan lesson study tidak tertutup kemungkinan untuk
mengundang guru-guru mata pelajaran lain, Kepala Sekolah, ahli
pendidikan bidang studi atau ahli bidang studi terkait, para pejabat
yang berkepentingan, atau masyarakat pemerhati pendidikan.
Kehadiran Kepala Sekolah dalam suatu lesson study sangatlah penting
Hal 165
Hal 166
Hal 167
Hal 168
Hal 169
Hal 170
Hal 171
Siswa
Ruangan kelas
Media
Silabus, RPP
Guru
Bahan Ajar
Evaluasi
Input
Lulusan
Umpan Balik
Gambar Interaksi Sistem Pembelajaran di Kelas
Hal 172
U
M
Materi Pembelajaran
A
N
Metode Pembelajaran
Media / Sumber
L
I
K
Modul PLPG_PAUD/TK_Unimed 2013
Hal 173
Hal 174
Penentuan
Materi
Penilaian
Perilaku Awal
Penyusunan
Tujuan Belajar
Alokasi
Waktu
Alokasi
Tempat
Evaluasi Hasil
Belajar
Pemilihan Sumber
Belajar
Analisis
Umpan Balik
Hal 175
1) Sistem
Desain sistem pembelajaran disusun dengan menerapkan pendekatan
sistem, di mana setiap komponen berinteraksi dengan komponen
lainnya dan saling ketergantungan guna mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Teori ini berimplikasi kepada setiap komponen
pembelajaran harus dikembangkan untuk mencapai komponen tujuan
pembelajaran. Apabila satu komponen tidak dikembangkan dengan
baik (konsisten dan memadai) akan mengakibatkan kualitas akan
menjadi rendah dan pengimplementasian di lapangan terganggu.
Implikasi lain adalah melalui pendekatan sistem ini adalah setiap
komponen dapat segera diperoleh umpan balik dapat direvisi setiap
saat. Hal ini tampak dalam model sistem dari Filbeck yang menjelaskan
bahwa sub sistem (komponen sistem) saling berhubungan atau
berintegrasi dalam menjalankan fungsinya.
Sebagai contoh dikemukakan adanya sistem dalam perencanaan
pembelajaran, tampak dalam model berikut ini.
Hal 176
Hal 177
Interpretasi data
Kegiatan tahap ini siswa diminta untuk melakukan:
Penerapan prinsip
Tahap ini merupakan aplikasi prinsip dan kesimpulan data yang
dirumuskan siswa dengan cara:
mengajukan permasalahan baru.
menjelaskan prediksi atau hipotesis, dan
menjelaskan dasar
hipotesisnya.
teori
untuk
memperkuat
argumen
Hal 178
4) Komunikasi
Merupakan pengiriman pesan dari sender kepada receiver. Konsep
komunikasi dari Berlo yang disebut S - M - C- R, Source- MessageChannel - Receiver menggambarkan betapa penting saluran
penyampaian pesan yaitu media. Implikasi dari teori ini, dalam
perencanaan pembelajaran komponen media menjadi sub sistem
pembelajaran yang berfungsi untuk mengurangi verbalisme dan dapat
membantu pemahaman siswa dengan persepsi yang sama.
Contoh:
Hal 179
dalam
merencanakan
langkah
Hal 180
Tujuan Umum
Tujuan Pembelajaran
Umum/Standar
Kompetensi/
Tujuan Kurikuler
Standar Kompetensi
Kompetensi
Atau
Tujuan Khusus
Tujuan Pembelajaran
Kompetensi Dasar
Khusus/Kompetensi
Dasar/Sub
Indikator
Kompetensi
Kriteria
Untuk Kerja
Indikator
Hal 181
Hal 182
Hal 183
Merangkai
(articulation):
siswa
diharapkan
untuk
menunjukkan serangkaian gerakan dengan akurat, urutan
yang benar, dan kecepatan yang tepat. Contoh: siswa dapat
menggunakan kalkulator untuk mengerjakan 10 soal
matematika dalam waktu 10 menit.
Naturalisasi (naturalization): siswa diharapkan melakukan
gerakan tertentu secara spontan dan otomatis. Siswa
melakukan gerakan tersebut tanpa berpikir lagi cara
melakukannya dan urutannya. Contoh: siswa dapat
mengoperasikan program data base dengan lancar.
Meniru
Mengamati
Mencontoh gerak
Menerapkan
Mengikuti
petunjuk
Menampilkan
gerak
Memantapkan
Mencermati
penampilan
Mengoreksi
kesalahan
Merangkai
Mengkoordi
nasikan gerak
Konsistensi
internal
Naturalisasi
Penampilan
alamiah
Efisiensi &
efektivitas
gerak
Hal 184
Hal 185
Menerima
Menyadari
Menampung
Memperhatik
an
Menghargai
Menerima
nilai
Menanggapi
Memihak
Mengikuti
pada nilai
Melibatkan
Komitmen
Memuaskan
pada nilai
Mengornisasi
kan
Mengkonsep
tualisasi
Merangkai
sistem
Mengamalkan
Menggeneraal
isasi sistem
nilai
Menginter
nalisasi nilai
dalam hidup
Hal 186
Tujuan Pembelajaran
Khusus/
Kompetensi Khusus 2
Tujuan Pembelajaran
Umum/
Kompetensi Umum
Hal 187
Tujuan Pembelajaran
Umum/
Kompetensi Umum
Tujuan Pembelajaran
Khusus/
Kompetensi Khusus 1
Tujuan Pembelajaran
Khusus/
Kompetensi Khusus 1
Tujuan Pembelajaran
Khusus/
Kompetensi Khusus 1
Tujuan Pembelajaran
Khusus/
Kompetensi Khusus 2
Tujuan Pembelajaran
Umum/
Kompetensi Umum
Tujuan Pembelajaran
Khusus/
Kompetensi Khusus 3
Tujuan Pembelajaran
Khusus/
Kompetensi Khusus 2
Tujuan Pembelajaran
Khusus/
Kompetensi Khusus 1
Hal 188
analisis
Hal 189
Materi Pembelajaran
Komponen materi pembelajaran pada sistem rancangan pembelajaran
merupakan salah satu isi pengalaman belajar, dirancang sebagai bahan
kajian yang disebut mata pelajaran. Hal ini dikemukakan dalam pasal 20
PP RI No 15 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, "setiap
perencanaan pembelajaran akan memuat antara lain materi ajar yang
dikelola secara sistematis setelah perumusan tujuan. Tyler dalam model
pengembangan kurikulum menyebut dengan istilah merinci konten dan
mengorganisasikan konten. Sedangkan Reigeluth menyebut dengan istilah
pengorganisasian isi mata pelajaran.
Materi pelajaran adalah konten atau isi pelajaran yang
sesuai dengan tujuan pembelajaran/kompetensi ya ng
didik. Isi pelajaran dalam perencanaan pembelajaran
bagian-bagian kecil agar memudahkan siswa untuk
diorganisasikan
dicapai peserta
dirinci menjadi
menyampaikan,
Hal 190
Hal 191
Memotret dengan
teknik pencahayaan
Sinar depan
Definisi
Sinar samping
Prasya
Prosed
rat
ur
Sinar belakang
Hal 192
o Dan seterusnya.
Empat tipe isi pelajaran seluruhnya atau sebagian dapat terkandung di
dalam materi pokok, dan biasanya terkait satu dengan lainnya.
Contoh:
Materi pokok
Fakta
Konsep
Prinsip
harus
Prosedur
Fakta
Obyek
Peristiwa
Simbol
Asosiasi
ketiganya
Konsep
Definisi
Klasifikasi
Ciri
Fungsi
Prinsip
Aturan
Hukum
Syarat
Prosedur
Urutan
Cara kerja
Langkah/tahapan
Hal 193
Strategi Pembelajaran
Tidak ada satupun strategi pembelajaran yang jitu untuk mencapai suatu
tujuan pembelajaran/kompetensi. Mengapa? Karena keberhasilan
pencapaian tujuan pembelajaran/kompetensi tergantung kepada banyak
faktor antara lain tipe isi pelajaran, tempat proses pembelajaran
berlangsung atau dari pelaksana pembelajaran itu sendiri. Oleh karena itu,
unit ini sebaiknya Anda cermati dengan seksama.
Pembelajaran merupakan proses mengupayakan peserta didik mencapai
tujuan pembelajaran/kompetensi yang telah ditetapkan atau kegiatan
memfasilitasi peserta didik berinteraksi dengan lingkungan sehingga
diperoleh pengalaman belajar. Upaya dan kegiatan ini direncanakan oleh
guru di dalam komponen strategi pembelajaran, sehingga proses
pembelajaran dapat dilaksanakan.
Strategi pembelajaran oleh sebagian ahli diidentikkan dengan sebutan
metode pembelajaran atau pendekatan dalam membelajarkan. Metode
Hal 194
Hal 195
Dengan teori belajar ini siswa bukan hanya mendengar atau melihat,
juga melakukan sehingga pengalaman belajarnya menjadi berkualitas.
Kedua contoh pandangan tersebut sejalan dengan definisi strategi
pembelajaran yang dikemukakan oleh Seels dan Richey yaitu spesifikasi
untuk memilih dan mengurutkan proses belajar atau kegiatan-kegiatan
pembelajaran dalam suatu pelajaran.
Mengorganisasi Pengalaman Belajar
Tujuan Pembelajaran
Strategi
Strategi
Pembelajaran
Pembelajaran
Materi Pembelajaran
METODE
Langkah Pembelajaran/ Urutan
Kegiatan Pembelajaran
Interaksi
Belajar Mengajar
Media
Interaksi
Belajar Mengajar
Hal 196
belajar (siswa) dan yang membelajarkan (guru). Dalam hal ini Percival
dan Ellington menjelaskan kedua hal tersebut sebagai berikut.:
-
Hal 197
siswa
melalui
penjelasan
guru
demonstrasi/atau contoh oleh guru.
atau
peragaan/
Penugasan kepada siswa dalam bentuk aplikasi atau tugastugas lain kedalam situasi yang sebenarnya sebagai tindak
lanjut dari pengalaman belajar.
Siswa ditugaskan oleh guru untuk mencari kasus yang baru dan
membuktikan melalui proses yang pernah dilakukannya
sebagai penguatan sehingga pengalaman belajar dapat
disimpan lebih lama.
Hal 198
- Orkestrasi Isi
Strategi ini merupakan langkah menyajikan materi pembelajaran
yang dapat direncanakan oleh guru sehingga proses pelaksanaan
pembelajaran berhasil. Kegiatan yang harus direncanakan adalah:
Penyajian prima
Artinya guru menyampaikan isi pelajaran dengan menggunakan
keterampilan mengajar mulai dari tahap pendahuluan, inti, dan
penutup. Selain itu kemampuan berkomunikasi baik verbal
(volume, kejelasan, kecepatan, jeda, tulisan) maupun nonverbal
(ekspresi, kontak mata, gerakan tubuh pakaian, posisi berdiri,
cara bersolek) sangat menentukan penyajian materi pembelajaran
menjadi prima.
Hal 199
Aktivitas
belajar
optimal
Tanggung
jawab
dilatih
Kebutuhan
/
potensi
individu
Kasus,
diskusi
kerja
kelompok
Tersedia
bahan
ajar/sumbe
r belajar
De Porter
Induktif
Suasana
belajar
Pemecahan
masalah
Ruang
kelas
Guru
fasilitator
Komunit
pembelajar
as belajar
an
Siswa aktif
Sumber
belajar tak
terbatas
Keteram
pilan
mengajar
Komunik
asi
Interaksi
belajar
mengajar
Hal 200
2) Sistem sosial
Mengkondisikan belajar dengan situasi masalah.
Modul PLPG_PAUD/TK_Unimed 2013
Hal 201
Hal 202
Hal 203
Tahap pelaksanaan
Tahap pelaksanaan terdiri dari tiga kegiatan yakni kegiatan
pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Pada kegiatan
pendahuluan, guru memberikan gambaran ringkas tentang
keseluruhan isi bahan pelajaran yang akan dipelajari, tujuan
pembelajaran yang akan dicapai(kompetensi dasar dan indikator)
dan mekanisme pelaksanaan pembelajaran.
Pada kegiatan inti guru mulai mengorganisasikan siswa ke dalam
kelompok-kelompok kecil dan memberikan penugasan yang harus
dikerjakan secara kelompok. Kemudian guru menyajikan pokokpokok materi dan tugas-tugas yang harus diselesaikan secara
kelompok.
Setelah mendapatkan penugasan, para siswa duduk berkelompok
dan mendengarkan penjelasan guru serta mulai mengerjakan tugas
yang diberikan. Masing-masing siswa dalam kelompok
mendapatkan tugas khusus dari kelompok untuk diselesaikan dan
kemudian disampaikan dalam forum yang lebih luas. Selama
kegiatan pembelajaran berlangsung, para siswa berkesempatan
untuk memanfaatkan sumber-sumber belajar yang tersedia di
sekolah (misalnya mencari rujukan atau materi yang perlu di
perpustakaan,
bertanya
kepada guru, berdiskusi dengan teman kelompok, dan sebagainya).
Guru selama proses ini berlangsung bertindak sebagai fasilitator
dan memberikan bantuan dan kemudahan kepada siswa untuk
bekerja.
Setelah semua kelompok menyelesaikan tugas yang diberikan,
kemudian diadakan panel hasil kelompok. Wakil dari setiap
Hal 204
Persiapan
Merumuskan tujuan studi lapangan.
Menentukan lokasi, waktu dan pembimbing.
Mengkondisikan
lapangan.
pengetahuan/keterampilan
siswa
di
Hal 205
ii.
Pelaksanaan
Menginformasikan tujuan studi lapangan.
Membagikan bahan tugas dan instrumen.
Mengobseruasi ke lapangan.
Memonitoring kesulitan yang dialami siswa.
Menyusun laporan.
Mempresentasikan laporan.
iii.
Penutup
Memberi umpan batik.
Tabel Strategi Pembelajaran Beberapa Ahli
Tujuan dari
ahli
Gagne
Dick Carey
Joyce & Weil
Slavin
Ide
Sintesis Kreasi
Peristiwa
pembelajaran
1. Persiapan
Strategi
pembelajaran
3. Evaluasi
2. Pelaksanaan
Model
pembelajaran
Pembelajaran
kooperatif
Rencana
pengembangan
strategi
pembelajaran
dapat
pula
menggunakan satu teori dari ahli yang bersifat operasional yang
dikemukakan Atwi Suparman, dan dapat digunakan untuk tingkat
perencanaan pembelajaran mikro (RPP). Sedangkan untuk komponen
metode, media dan waktu dapat digunakan untuk tingkat perencanaan
pembelajaran makro (silabus). Rencana pengembangan pembelajaran
dibuat dalam bentuk bagan beserta contohnya sebagai berikut:
Hal 206
Metode
Media
Waktu
Pendahuluan Relevensi:
TIK:
Uraian:
Penyajian
Contoh:
Latihan:
Tes Formatif:
Penutup
Umpan Balik
Tindak Lanjut.
Metode
Ceramah
Dokumentasi
Penampilan
Diskusi
Menganalisis/memecahkan masalah
Studi Mandiri
Menjelaskan/menerapkan/menganalisis/mensistensi
/mengevaluasi/ melakukan sesuatu baik yang
bersifat kognitif, psikomotorik.
Kegiatan
Instruksional
terprogram
Latihan
dengan teman
Simulasi
Hal 207
No
9
Metode
Sumbang
saran
10
Studi kasus
Menganalisis/memecahkan masalah
11
Computer
Assisted
Learning
Menjelaskan/menerapkan/menganalisis/mensistesis
/
mengevaluasi/melakukan
12
Insiden
Menganalisis/memecahkan masalah
13
Praktikum
14
Proyek
Melakukan
kegiatan
15
Bermain peran
16
Seminar
Menganalisis/memecahkan masalah
17
Simposium
Menganalisis masalah
18
Tutorial
Menjelaskan/menerapkan/menganalisis
konsep atau prinsip
suatu
19
Deduktif
Menjelaskan/menerapkan/menganalisis
konsep. Prinsip, prosedur
suatu
20
Induktif
sesuatu/menyusun
konsep,
laporan
suatu
Evaluasi Pembelajaran
Kata evaluasi pada tulisan ini diidentikkan dengan kata penilaian yaitu
proses kegiatan mengukur dan menentukan tingkat ketercapaian tujuan.
Hasil belajar adalah kemampuan yang dicapai peserta didik setelah
diberikan perlakuan dengan alat ukur tertentu. Kemampuan tersebut
meliputi:
Hal 208
Hal 209
TPK/Sub
Kompetensi/
Kompetensi
Khusus/
Kompetensi
Dasar
Penilaian
Batas lulus
minimal
60% - 100%
Indikator/
Kriteria Unjuk
Kerja
Pengukuran Tes/
Non Tes
Penilaian Penampilan/Kinerja
-
Hal 210
dengan
kemampuan
Penilaian Sikap
- Menggunakan nontes dengan ragam soal kemampuan siswa dalam
menilai terhadap objek, orang atau masalah tertentu. Kemampuan,
ini, terdiri dari afeksi.(perasaan), kognisi (kepercayaan/keyakinan)
dan konasi (kecenderungan berbuat). Alat penilaiannya adalah
skala sikap dari Likert, observasi (daftar cek).
- Butir soal adalah perilaku afeksi, kognisis, atau konasi (dapat
berdiri sendiri atau gabungan).
Misal:
Kebijakan tentang pembuangan sampah dengan kompetensi siswa
mampu menerima peraturan kesehatan lingkungan.
Hal 211
Menggunakan
acuan
mengajar/SKBM).
kriteria
(standar
kelulusan
belajar
Validitas (Kesahihan)
Kesesuaian pengukuran (pertanyaan, tes, atau alat ukur lainnya)
dengan tujuan penilaian dan perilaku yang akan dicapai.
Reliabilitas (Keterandalan)
Suatu ukuran konsistensi dari alat ukur menunjukkan hasil yang sarna
dari kondisi yang berbeda (setara untuk diperbandingkan).
sehingga
alat
Hal 212
Misal:
Kompetensi
Dasar
Indikator
Jenis Tagihan
Tes
Portofolio
Jumlah
Hal 213
Hal 214
tujuan
pembelajaran
berupa
Kegiatan Pembelajaran
Merupakan aktivitas yang dilakukan siswa selama pembelajaran untuk
mencapai indikator keberhasilan belajar.
Penilaian
Jenis-jenis penilaian yang akan dilakukan untuk
ketercapaian tujuan pembelajaran baik tes maupun non tes.
mengukur
Alokasi Waktu
Durasi pembelajaran selama pertemuan berlangsung untuk materi dan
indikator yang telah ditentukan, termasuk alokasi waktu penilaian yang
terintegrasi dengan pembelajaran.
Sumber/Bahan/Alat
Sumber belajar yang digunakan dalam pembelajaran dicantumkan
disini disertai bahan dan yang digunakan, misal antara lain: buku teks,
alat, nara sumber.
Silabus merupakan bagian terintegrasi dari KTSP dan merupakan
dokumen bagi guru dalam merencanakan berdasarkan Standar Isi yang
Modul PLPG_PAUD/TK_Unimed 2013
Hal 215
: .
Mata Pelajaran
: .
Kelas/Semester
: .
Standar Kompetensi
: .
Komponen identitas
Kompetensi Materi
Dasar
Pokok
Indikator
Kegiatan
Penilaian
Pembelajaran
Alokasi
Waktu
Sumber
Bahan/Alat
Komponen pengembangan/pokok
: .
Mata Pelajaran
: .
Kelas/Semester
: .
Komponen identitas
Hal 216
Standar Kompete
Kegiatan
Materi
Alokasi
Kompete
nsi
Indikator Pembelaja Penilaian
Pokok
Waktu
nsi
Dasar
ran
Sumbe
r
Bahan/
Alat
Komponen pengembangan/pokok
Mata Pelajaran
Komponen identitas
.
Kelas/Semester
1. Standar Kompetensi
: .
2. Kompetensi Dasar
: .
3. Materi Pokok
: .
4. Indikator
: .
5. Kegiatan Pembelajaran :.
6. Penilaian
: .
7. Alokasi Waktu
:.
8. Sumber/Bahan/Alat
:.
Komponen pengembangan/pokok
Hal 217
SD
Mata Pelajaran
Matematika
Kelas/Semester
V/1
Standar Kompetensi :
Kompetensi identitas
..
Hal 218
Mata Pelajaran
: Matematika
Kelas/Semester
: V/1
Standar Kompetensi
sudut,
masalah
Kompetensi
Dasar
Materi
Pokok
Kegiatan
Pembelajaran
Indikator
Penilaian
Alokasi
Waktu
2.1 Menuliskan
tanda waktu
dengan
menggunak
an notasi 24
jam
Hal 219
Sumber
/Bahan/
Alat
Mata Pelajaran
: Matematika
Kelas/Semester
: V/1
Standar Kompetensi
: 2.
Hal 220
Kompetensi
Dasar
Materi
Pokok
2.1 Menuliskan
tanda waktu
dengan
menggunak
an notasi 24
jam
Pengukuran
(waktu,
sudut, jarak,
dan
kecepatan
Kegiatan
Pembe
lajaran
Indikator
Penilaian
Alokasi
Waktu
Hal 221
Sumber
/Bahan/
Alat
Penilaian
Penilaian merupakan serangkaian untuk memperoleh menganalisis,
dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar peserta didik
yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan, sehingga
menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan.
Penilaian pencapaian kompetensi dasar peserta didik dilakukan
berdasarkan prosentase pemenuhan indikator. Berdasarkan pada
PP Nomor 19 tahun 2005 bahwa penilaian hasil belajar oleh
pendidik terdiri atas ulangan harian, ulangan tengah semester,
ulangan akhir semester, dan ulangan harian, ulangan tengah
semester, ulangan akhir semester, dan ulangan kenaikan kelas.
Penilaian dilakukan dengan menggunakan teknik tes dan non tes.
Penilaian dengan tes bentuk tertulis, lisan dan perbuatan (praktik).
Hal 222
Teknik/jenis
Tes Tertulis
Bentuk Instrumen
Tes isian
Hal 223
Tes uraian
Tes Pilihan Ganda
Menjodohkan
Jawaban singkat
Benar-Salah
Dan lain-lain
Daftar pertanyaan
Tes identifikasi
Tes Simulasi
Uji petik kerja produk
Uji petik kerja prosedur
Tugas rumah
Tugas proyek
Lembar observasi
Tes Lisan
Penugasan
Observasi
Wawancara
Pedoman wawancara
Portofolio
Alokasi Waktu
Penentuan alokasi waktu pada setiap kompetensi dasar didasarkan
pada jumlah efektif dan alokasi waktu mata pelajaran per minggu
dengan mempertimbangkan jumlah kompetensi dasar, keluasan,
kedalaman, tingkat kesulitan, dan tingkat kepentingan kompetensi
dasar" Alokasi waktu yang dicantumkan dalam silabus merupakan
perkiraan waktu rerata untuk menguasai kompetensi dasar yang
dibutuhkan oleh peserta didik yang beragam. Alokasi waktu
termasuk alokasi penilaian yang terintegrasi dalam pembelajaran.
Hal 224
Contoh :
Silabus untuk SMK Keahlian Administrasi Perkantoran
Nama
: SMK X
Mata Pelajaran
Kelas/Semester
: XI/1
Standar Kompetensi
Kompetensi
Dasar
Materi Pokok
Mendeskripsikan
pengertian bekerja
dalam suatu tim
Pengertian
bekerja dalam
satu tim
Indikator
Kegiatan
Pembelajaran
Penilaian
1. Menjelaskan arti
1. Mengamati
bekerja dalam satu tim
manajemen
koperasi sekolah
2. Menjelaskan tujuan
bekerja dalam satu tim 2. Mendeskripsikan
hasil pengamatan
3. Menyimpulkan
manfaat bekerja
dalam satu tim
1. Portofolio
laporan
pengamatan
Alokasi
Waktu
Sumber/
Bahan/Alat
2 jam
pelajaran
1. Modul
Bekerja
Sama
dengan
Pelanggan
2. Unjuk kerja
diskusi
kelompok
2. Latar
Koperasi
Mengetahui
Jakarta, .
Kepala SMK X
____________________
______________________
Hal 225
6.
Materi ajar
Materi ajar memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang relevan,
dan ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan indikator
pencapaian kompetensi.
Alokasi waktu
Alokasi waktu ditentukan sesuai dengan keperluan untuk pencapaian
KD dan beban belajar.
Metode pembelajaran
Metode pembelajaran digunakan oleh guru untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran indikator yang telah ditetapkan.
Pemilihan metode pembelajaran disesuaikan dengan situasi dan kondisi
peserta didik, serta karakteristik dari setiap indikator dan kompetensi
yang hendak dicapai pada setiap mata pelajaran. Pendekatan
pembelajaran tematik digunakan untuk peserta didik kelas 1 sampai
kelas 3 SD/MI.
Kegiatan pembelajaran
1) Pendahuluan
Pendahuluan merupakan kegiatan awal dalam suatu pertemuan
pembelajaran yang ditujukan untuk membangkitkan motivasi dan
memfokuskan perhatian peserta didik untuk berpartisipasi aktif
dalam proses pembelajaran.
2) Inti
Kegiatan inti merupakan pembelajaran untuk mencapai KD.
Kegiatan pembelajaran dilakukan secara interaktif, inspiratif,
menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk
berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi
prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat,
dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Kegiatan ini
dilakukan secara sistematis dan peserta didik. Kegiatan ini
dilakukan secara sistematis melalui proses eksplorasi, elobarasi, dan
konfirmasi.
3) Penutup
Penutup merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengakhiri
aktivitas pembelajaran yang dapat dilakukan dalam bentuk
rangkuman atau kesimpulan, penilaian dan refleksi, umpan balik,
dan tindak lanjut.
Bahan ajar adalah isi pelajaran dari suatu bidang ilmu yang disajikan dan
dikemas dalam bentuk cetak atau non cetak. Bahan ajar seperti modul dan
LKS yang sengaja dirancang sebagai sumber belajar untuk mencapai tujuan
pembelajaran, dilakukan melalui tahap perancangan dan tahap
pengembangan materi. Tahap produksi evaluasi dapat dilakukan oleh
pihak lain (tenaga khusus). Tahap perancangan, guru harus menyusun
garis besar isi modul dari jabaran isi modul/LKS. Sedangkan tahap
pengembangan, guru harus mengimplementasikan jabaran isi modul/LKS
sesuai sistematika penulisan dan prinsip-prinsip yang berkaitan dengan
keakuratan disiplin ilmu pengetahuan, bahasa dan ilustrasi.
a. Pengembangan Bahan Ajar Modul
Modul dalam kawasan teknologi pembelajaran merupakan sumber
belajar teknologi cetak. Sumber belajar ini berfungsi sebagai upaya
interaksi peseta didik dengan modul sehingga dapat terjadi perubahan
perilaku. Dengan demikian siswa berinteraksi secara tidak langsung
dengan guru melalui bahan ajar yang dikembangkan sehingga dapat
membuat siswa belajar.
Pengembangan modul berbeda dengan LKS dari aspek komponen, fisik
dan gaya bahasa. Bahasa yang digunakan lebih komunikatif, seolaholah guru hadir di kelas dan siswa memperhatikannya. Modul
merupakan kelengkapan dari buku teks, karena digunakan untuk
keperluan belajar secara mandiri sesuai dengan kecepatan belajarnya.
Sebelum modul dikembangkan, guru perlu merancang terlebih dahulu
garis besar isi modul. Garis besar isi modul dan jabaran isi modul
merupakan acuan guru dalam mengembangkan isi modul.
1) Garis Besar Isi Modul dan Jabaran Isi Modul (GBIM dan JIM)
Langkah pertama dari pengembangan modul, pola pikir Anda tidak
boleh terlepas dari bagaimana Anda melakukan pengembangan
tujuan pembelajaran, mengembangkan materi pembelajaran dan
menentukan pengalaman belajar. Hal-hal yang sudah Anda lakukan
pada kegiatan belajar 1 akan mempermudah penyusunan GBIM dan
JIM.
Garis Besar Isi Modul merupakan acuan isi materi yang akan
dijabarkan dan disusun dalam bentuk matriks. Komponenkomponennya terdiri dari identitas mata pelajaran, standar
kompetensi, kompetensi dasar, indikator, materi, metode, media,
waktu, tes dan pustaka. Komponen-komponen ini dikembangkan
tidak berbeda dengan silabus. Yang berbeda hanya pada bagian tes
karena fungsi tes untuk menilai sejauh mana penguasaan siswa
terhadap isi
diperhatikan.
modul.
Keterkaitan
antara
komponen
harus
:
:
:
Kompetensi
Dasar
Indikator
Materi
Pokok
dan Sub
Materi
Pokok
1.
1.1
1.2
1.1
1.2
Metode
Media
Waktu
2 jam
pelaja
ran
Tes
Evaluasi
Sumber
Pustaka
1. Latihan
1.
2. Tes
2.
f
o
4. r
m
5.
a
t
i
f
3.
Contoh:
JABARAN ISI MODUL
Mata Pelajaran
.......................................................................................
Kelas / Semester :
.......................................................................................
Nomor
Kegiatan
Belajar
1
Judul
Modul
Kompetensi
Dasar
Bekerjasama Mampu
dengan
bekerja
pelanggan
sama
dengan
pelanggan
Materi
Pokok dan
Sub Materi
Pokok
1.
Uraian
(Materi Esensial)
Evaluasi
(Butirbutir)
1.1
Latihan :
1.2
Tes
formatif 1:
1.1
1.2
memberikan tuntunan,
2.
3.
4.
memacu,
5.
mengingatkan,
6.
menanyakan,
7.
8.
9.
a) Bagian Awal
Penyusunan dan pengembangan bagian awal dilakukan dengan
langkah-langkah berikut.
Memberikan penjelasan umum tentang isi bahan pelajaran secara
keseluruhan sehingga memberikan gambaran tentang hal-hal
yang akan dipelajari serta kedalaman dan keluasan bahasannya.
Apabila diperlukan, disebutkan perilaku/pengetahuan awal
yang perlu dimiliki pemelajar sebelum mempelajari bahan
pelajaran itu.
Menyebutkan manfaat bahan pelajaran itu bagi pemelajar.
Manfaat yang dimaksud termasuk untuk belajar lebih lanjut
dan/atau dalam melakukan tugas profesional atau dalam
kehidupan sehari-hari.
Menguraikan tujuan umum bahan pelajaran secara jelas yang
menggambarkan kompetensi yang akan diperoleh.
Menggambarkan peta konsep bahan pelajaran secara lengkap
sehingga terlihat hubungan antar konsep.
Memberikan petunjuk dan langkah-langkah yang operasional
bagaimana cara menggunakan dan mempelajari bahan pelajaran
itu sehingga membantu dan memudahkan pemelajar
mempelajari dan menguasai bahan pelajaran itu. Dalam petunjuk
ini hendaknya pula diberitahu bagaimana cara mengerjakan
tugas, latihan, dan tes serta cara menggunakan kunci jawaban
yang disediakan.
Oleh karena bagian awal ini merupakan pembukaan kegiatan belajar,
maka dalam menyusun dan mengembangkan isi bahan awal ini
hendaknya memperhatikan hal-hal berikut.
b) Bagian Inti
Bagian inti disusun dalam bentuk unit-unit pelajaran yang masingmasing berdiri sendiri. Masing-masing unit diberi judul dan terdiri
atas pendahuluan, kegiatan belajar dan daftar pustaka.
1) Pendahuluan
Pendahuluan disusun dengan cara berikut.
Modul PLPG_PAUD/TK_Unimed 2013
Kegiatan belajar.
Kegiatan belajar memuat uraian yang merupakan bahan
pelajaran untuk unit yang bersangkutan. Kegiatan belajar ini
disajikan dalam bentuk uraian, contoh, latihan, rangkuman, tes
formatif, dan kunci jawaban.
Uraian bahan pelajaran dilakukan dengan cara berikut.
Menguraikan konsep-konsep dan teori-teori yang sesuai untuk
mencapai tujuan pembelajaran khusus (TPK).
Menyusun urutan konsep-konsep dan teori-teori secara
sistematis, mudah dipahami, serta sesuai dengan teori belajar
dan membelajarkan.
Memperjelas konsep-konsep dengan teori-teori, contoh-contoh
dan/atau ilustrasi seperti gambar, grafik, atau tabel.
Dalam menyusun dan mengembangkan bahan kegiatan belajar
hendaknya memperhatikan hal-hal berikut.
Tes formatif
Tes formatif diberikan pada akhir setiap unit atau pokok bahasan
dengan tujuan untuk mengukur Penguasaan pemelajar atas
(g) Jumlah kata atau panjang pilihan dibuat sama atau hampir
sama.
(h) Semua pilihan terkait dengan isi kalimat penggalan yang
mendahuluinya
(i) Sedapat mungkin dihindari kalimat dalam bentuk negatif.
Tes formatif dilengkapi dengan kunci jawaban yang dapat
ditempatkan pada halaman khusus/tersendiri. Pada awal unit
hendaknya sudah diberitahukan kepada pemelajar cara
mengerjakan tes formatif, cara menggunakan kunci jawabannya,
serta cara menghitung skor hasilnya.
4) Daftar Pustaka
Pada akhir unit diberikan daftar pustaka sebagai bacaan lebih
lanjut untuk memperkaya pengalaman belajar pemelajar. Dalam
membuat daftar pustaka tersebut hendaknya diperhatikan
kemungkinan pemelajar dapat memperoleh bahan bacaan
tersebut. Hendaknya diperioritaskan bahan bacaan yang mungkin
dapat diperoleh pemelajar di perpustakaan, toko buku, atau
tempat lain.
c) Bagian Akhir
Bagian akhir modul terdiri atas
Penutup
Tes sumatif
Kunci jawaban tes formatif dan tes sumatif
Glosarium
Lampiran-lampiran yang terkait dengan isi modul
Pada bahan belajar mandiri untuk SMU yang dikembangkan Pustekom
bekerjasama dengan Depdiknas (2002) bahwa modul terbagi atas:
1) Petunjuk guru, yang terdiri dari:
Gambaran umum modul, yang berisi tujuan pembelajaran,
pokok-pokok materi, dan tugas yang harus dikerjakan siswa.
Peran guru dalam membantu siswa menguasai materi
pembelajaran, berisi strategi pembelajaran, bantuan khusus,
2)
Contoh:
Pengembangan isi modul dari penulis Sri Endang R. dan Sri Mulyani
untuk SMK tampak pada daftar isi berikut.
vi
ix
I. PENDAHULUAN ........................................................................................
B. Prasyarat ....................................................................................................
17
26
30
32
37
52
Aktivitas .........................................................................................................
57
65
66
66
67
69
70
71
73
75
78
80
III.
Relationship) ................................................................................................
82
83
88
Aktivitas .........................................................................................................
93
96
EVALUASI
A. Uji Kompetensi Teori ............................................................................... 104
B. Uji Kompetensi Keterampilan ................................................................ 105
: ..........................................................................................................
Kelas / Semester
: ..........................................................................................................
Standar Kompetensi
: .........................................................................................................
...........................................................................................................
Kompetensi
Dasar
Indikator
1.
Materi Pokok
dan Sub
Materi
1.
1.1
1.1
1.2
1.2
Pengalaman
Belajar
Metode
Penugasan
Media
LKS
Waktu
Evaluasi
30 menit
Laporan
pengamatan
Berdasarkan GBI LKS kemudian disusun jabaran isi LKS dengan menguraikan isi dari komponen pengalaman
belajar dan evaluasi. Format JI LKS disusun dalam bentuk matriks. Komponen yang dikembangkan identitas
mata pelajaran, standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, materi pokok, pengalaman belajar (uraian)
dan evaluasi (uraian). Anda dapat memeriksa kembali perangkat pembelajaran RPP yang telah Anda buat.
Hal 247
Sumber
Pustaka
Contoh : JI LKS
Mata Pelajaran
: ..........................................................................................................
Kelas / Semester
: ..........................................................................................................
No.
LKS
1.
Judul LKS
Kompetensi
Dasar
Materi Pokok
dan Sub Materi
Pokok
Pengalaman
Belajar
Mengamati ciriciri makhluk
hidup di
lingkungan
sekolah.
Uraian
- Bahan,
Alat
- Prosedur
kerja
Evaluasi
Uraian
Laporan
- Judul
Pengamatan
- Proses
Pengamatan
- Hasil
Pengamatan
- Kesimpulan
Hal 248
Bagian Awal
Judul LKS
Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
Bagian Inti
Pendahuluan
: Rangkuman Materi
Petunjuk belajar
Pengamatan 1. ..
2.
Penutup
: Daftar Pustaka
Proses Pengamatan
2.
Hasil Pengamatan
3.
Kesimpulan
Contoh :
Petunjuk Belajar dalam LKS
250
Tulislah sebuah cerita pendek. Kamu dapat menuliskan sesuai gaya bahasa kamu masingmasing. Tulislah apa yang kamu pikirkan.
Contoh :
Kegiatan belajar dalam LKS
Tulislah cerpen yang akan kamu kembangkan pada halaman ini,
Menulislah dengan gaya bahasamu. Ingat! Gaya bahasamu adalah apa yang kamu tulis.
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
Jika LKS dikembangkan dalam bentuk buku biasanya terintegrasi dengan buku
pelajaran dan disebut buku kerja. Di lapangan, buku kerja pada bagian inti berisi
tugas-tugas dan bagian akhir berisi evaluasi seperti tes formatif 1. Kreativitas
pengembangan isi LKS oleh guru harus ditingkatkan dengan tetap memperhatikan
kesesuaian dengan kurikulum (Silabus dan RPP).
251
Contoh:
Lembar kerja siswa untuk menunjang tugas latihan akan pemahaman materi dengan
ragam pengalaman prinsip matematika (sumber skripsi mahasiswa Teknologi
Pendidikan). Sebagian prototipe bagian awal dan bagian inti dari LKS. Bahasa untuk
bahan ajar LKS lebih formal.
252
253
254
255
256
257
258
Guru
Materi
Media
Seni
Nada
Piano
Guru
Matematika
Materi
Bangun Ruang
Siswa
Media
Siswa
Model
Bangun
Ruang
Guru
Materi
Media
Siswa
Biologi
Sistem Imun
Gambar
Pasien Lupus
Pasien Aids
259
informasi seperti realia, replika, modul, benda tiruan. Media interaktif yaitu
media yang memungkinkan untuk berinteraksi selama mengikuti
pembelajaran. Misal scrabble, puzzle, simulator, laboratorium, atau
komputer.
Jika guru dihadapkan pada pilihan media yang banyak sekali, maka guru
perlu mempelajari klasifikasi media yang memberikan ciri kemampuan
media seperti tabel berikut.
Tabel Pemilihan media menurut tujuan belajar, menurut Allen
Tujuan
Belajar Media
Info
Faktual
Pengenalan
Visual
Prinsip
Konsep
Prosedur
Keteram
pilan
Visual diam
Sedang
Tinggi
Sedang
Sedang
Rendah
Rendah
Film
Sedang
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Sedang
Sedang
Televisi
Sedang
Sedang
Tinggi
Sedang
Sedang
Sedang
Objek 3-D
Rendah
Tinggi
Rendah
Rendah
Rendah
Rendah
Rekaman
Audio
Sedang
Rendah
Rendah
Rendah
Rendah
Sedang
Pelajaran
Terprogram
Sedang
Sedang
Sedang
Rendah
Rendah
Sedang
Demonstrasi
Rendah
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Buku teks
cetak
Sedang
Rendah
Rendah
Rendah
Rendah
Sedang
Sajikan lisan
Sedang
Rendah
Sedang
Rendah
Rendah
Sedang
Sikap
Klasifikasi media ini penting dipertimbangkan karena tidak ada satu jenis
media yang terbaik untuk mencapai satu tujuan pembelajaran. Oleh karena
itu masing-masing media memiliki kelebihan dan kekurangan. Antara satu
media dengan media lainnya saling melengkapi.
Selain taksonomi media pembelajaran yang harus diperhatikan oleh guru,
kriteria dalam memilih media juga harus diperhatikan. Kriteria tersebut
adalah:
1) Media cetak
a. Buku-buku atau buku pelajaran yang sudah beredar di toko buku, atau
buku pelajaran yang khusus ditulis dan kembangkan sendiri.
b. Panduan belajar bagi peserta didik khusus di kembangkan untuk
mendampingi buku pelajaran.
c. Kliping koran/majalah/artikel/tulisan lepas tentang mata pelajaran
yang di susun sendiri.
d. Poster, peta, label, gambar-gambar cetak, foto, grafik, formulir, brosur,
pamphlet,
yang
diperlukan
untuk
memperjelas
konsep/teori/prinsip/prosedur yang disajikan dalam bahan ajar.
e. Lembar kegiatan peseta didik khusus dikembangkan untuk memandu
peserta didik melakukan latihan, tugas, praktek, praktikum, dan
digunakan untuk melengkapi buku pelajaran.
2)
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
Media audio/visual
Kaset audio/CD audio
Siaran radio (radio broadcasts)
Slide (film bingkai)
Film
Kaset video/CD video
Tayangan TV (TV broadcasts)
Video interaktif
Pembelajaran berbantuan komputer (simulasi, Computer Assisted
Instruction)
3)
Media Praktek/Demonstrasi
a. Flora atau fauna asli yang ada di sekitar sekolah Model atau realita
b. Laboratorium dan peralatannya
c. Alat atau model yang dibuat instruktur bersama peserta didik dari
material atau barang bekas yang tersedia di sekitar sekolah
d. Alat atau model yang tersedia di toko (alat-alat musik, dll)
e. Laboratorium alam (hutan atau kebun buatan, kebun raya, sawah,
kolam, kandang ternak, dll).
f. Laboratorium yang ada di sentra industri pabrik, atau perusahaan
Herbarium buatan peserta didik.
g. Pasar
h. Museum
4)
Media lainnya
a. Game atau perangkat permainan yang dijual di toko, seperti scrabbles
untuk mengajarkan vocabulary bahasa Inggris, kartu tambah-kurang
263
No. 2
No. 3
Judul
Lembar Balik
Tujuan
Pembelajaran
Presiden Soekarno
Gambar
Gambar Presiden:
dan
Presiden
Dan seterusnya
Soeharto
sampai
Jasanya
Evaluasi
Presiden SBY
264
No. 4
No. 5
No. 6
a.
PEMBELAJARAN KUANTUM
(QUANTUM TEACHING)
267
Prosedur Pembelajaran
1. Peserta mengamati penjelasan nara sumber tentang
relevansi materi pelatihan,
2. Peserta aktif berpikir, bertanya tentang materi pelatihan
yang sedang di pelajarinya,
3. Peserta aktif memberikan contoh peragaan sebagai
instruktur yang memanfaatkan pembelajaran kuantum,
4. Peserta menindak lanjuti dengan membaca buku
Quantum Teaching
268
Definisi
Mengupayakan siswa belajar melalui orkestrasi bermacammacam yang ada di dalam dan
di sekitar momen belajar.
Asas
Bawalah dunia mereka ke dunia kita, antarkan dunia kita ke
dunia mereka.
1. Segalanya bicara,
2. Segalanya bertujuan,
3. Pengalaman sebelum pemberian nama,
4. Akui setiap usaha,
5. Jika layak dipelajari, maka layak pula dirayakan.
Tujuan
1. Memudahkan proses belajar,
2. Meningkatkan kualitas pembelajaran.
269
2. Isi
Kegiatan menyajikan isi dan fasilitas untuk mempermudah
proses: penyajian, fasilitas, keterampilan belajar, dan
keterampilan hidup.
AKU TAHU
KUNCI KEUNGGULAN
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Terima Kasih
Semoga Bermanfaat
271
Latihan
Instruktur
Siswa
Instruktur
Siswa
: Kami cerdas
Instruktur
: Seberapa cerdas ?
Siswa
: Sangat cerdas ?
Instruktur
Siswa
Instruktur
Siswa
: Hormat
Instruktur
Siswa
DAFTAR PUSTAKA
272
273
Contoh:
Jadwal Mata
Pelajaran
Mempelajari
Silabus dan RPP
buku petunjuk
Mengikuti
Siaran Televisi
Pendidikan
Jadwal Siaran
Televisi
Pendidikan
Memperhatikan
mencatat
Menanggapi
Bertanya
T
E
S
Latihan
274
275
Tujuan pembelajaran/
SK-KD dan Indikator
Komponen penilaian
dalam silabus:
SK dan KD
Metode dan
Teknik
Komponen Penilaian
Indikator
(Perangkat)
Komponen
Identitas
Komponen
Pokok
Sekolah
Kelas/Semester
Standar Kompetensi
Jenis Soal/Kinerja
Jumlah butir
No
Kompetensi
Dasar
Materi
Indikator
No.
Soal/
Kinerja
278
279
280
BAB IV
MATERI PEMBELAJARAN 2
PENELITIAN TINDAKAN KELAS
A. Materi Penelitian Tindakan Kelas
1. Prinsip Penelitian Tindakan Kelas
a. Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas
Di Indonesia PTK tergolong masih baru dibandingkan dengan penelitianpenelitian formal yang sudah banyak dilakukan. Metode penelitian
deskriptif, eksperimen, dan ex post facto adalah tiga penelitian formal yang
sudah banyak kita kenal. PTK mempunyai karakteristik yang berbeda
dengan penelitian-penelitian itu.
Beberapa karakteristik PTK antara lain:
Masalahnya nyata, tidak dicari-cari, bersifat kontekstual.
Berorientasi pada pemecahan masalah, bukan hanya mendeskripsikan
masalah.
Data diambil dari berbagai sumber.
Bersifat siklik: penelitian-tindakan-penelitian-tindakan-... dst.
Partisipatif, dilakukan sendiri.
Kolaboratif, dibantu rekan sejawat.
Perbedaan antara PTK dengan penelitian formal adalah sebagai berikut:
PTK:
Analogi Guru-Dokter
Cara yang paling mudah untuk memulai PTK adalah dengan
menganalogikan kegiatan Anda sebagai guru peneliti PTK dengan
kegiatan seorang dokter . Perhatikan Tabel berikut ini.
Tabel Analogi Guru dengan Dokter
No
Dokter
Guru Peneliti PTK
1 Menanyakan gejala penyakit
Mendeskripsikan masalah
2 Mendiagnosis penyakit
Menemukan akar masalah
3 Menulis resep
Menyusun hipotesis tindakan
Menentukan tema pengobatan,
Menuliskan judul penelitian
4
misalnya Mengobati sakit perut
Mendeskripsikan Masalah
Apakah Anda ingat pertanyaan dokter ketika Anda sudah berada di
hadapannya? Ia akan bertanya: "Kenapa Pak?" atau "Kenapa Bu?"
Maksudnya adalah untuk meminta Anda mendeskripsikan keluhan-keluhan
yang Anda rasakan. Ia berusaha menggali sebanyak mungkin dengan
berbagai pertanyaan: Bagian mana yang sakit? Waktu-waktu apa saja
terasanya? Sudah berapa lama? Sudah minum obat apa? Bagaimana
282
dalam kasus di atas, diubah sedikit saja mereka sudah bingung. Apa rahasia
penanaman konsep yang mantap tentang kursi itu?
Dalam menanamkan konsep, pemberian "contoh" yang terbatas jenisnya akan
membuat siswa mengalami under-generalization atau generalisasi yang terlalu
sempit. Sebaliknya lupa memberikan "noncontoh" akan membuat siswa
mengalami over-generalization atau generalisasi yang terlalu luas. Baik undergeneralization maupun over-generalization dua-duanya akan mengganggu
pemahaman konsep siswa secara mantap. Pemberian contoh yang cukup
banyak dan disertai dengan noncontoh diduga akan dapat memantapkan
pemahaman siswa ketika diterangkan. Dalam literatur, cara itu dikenal
dengan metode concept attainment atau metode pencapaian konsep.
Hipotesis-tindakan penelitian ini menjadi: "Metode concept attainment akan
meningkatkan hasil belajar fisika siswa kelas I SMA X Jakarta."
Secara operasional tindakan yang akan dilakukan peneliti adalah sebagai
berikut:
1. Tiap konsep-baru yang esensial ditanamkan menggunakan metode
concept attainment, dengan pemberian contoh-contoh yang cukup banyak
dan disertai dengan noncontoh.
2. Contoh soal yang diberikan harus cukup banyak dan barvariasi, disertai
dengan jawaban.
3. Dihindarkan pemberian contoh yang terbatas tetapi pemberian soal
latihan dan PR yang terlalu banyak.
Catatan: Penggunaan alat-alat untuk demonstrasi/praktikum tetap
dilakukan karena merupakan karakteristik pembelajaran fisika. Program
remedial bagi siswa-siswa yang lambat juga terus dilakukan karena
merupakan prinsip pembelajaran yang sudah baku. Jadi tindakan dalam PTK
tidak dimaksudkan untuk menggantikan metode dan prinsip sudah baku,
melainkan menambahkan metode-metode baru.
Aspek-aspek
Penelitian
Uraian
Kalimat Masalah
Akar Masalah
Hipotesis Tindakan
Judul Penelitian
Dengan berbekal proposal sederhana ini Anda sudah dapat mulai melakukan
PTK di kelas Anda. Tindakan yang akan Anda lakukan sudah jelas karena
bersifat operasional. Ukuran operasional adalah dapat dilakukan oleh orang
lain yang membaca hipotesis itu. Analoginya dengan dunia kedokteran,
hipotesis tindakan "Metode concept attainment akan meningkatkan hasil
belajar fisika siswa kelas I SMA X Jakarta" adalah sebagai obat, sedangkan
tindakan operasional yang terdiri dari tiga butir itu adalah cara meminum
atau dosisnya.
Contoh Proposal Sederhana Lainnya
Tabel Proposal Sederhana dalam Mata Pelajaran IPS SMP
No
Aspek-aspek
Penelitian
Kalimat Masalah
Akar Masalah
Hipotesis Tindakan
Uraian
Para siswa cepat lupa dalam pelajaran IPS Kelas VII
SMP Y Bekasi.
Siswa kurang berkesan dalam tiap peristiwa
pembelajaran.
"Cerita-cerita yang aneh akan meningkatkan daya
ingat siswa dalam pelajaran IPS Kelas VII SMP Y
Bekasi."
Tindakan Operasional:
a. Tiap pembelajaran tatap muka, guru menyiapkan
beberapa cerita aneh yang relevan, dapat diambil
dari surat kabar atau artikel internet.
b. Dalam membahas konsep penting, cerita aneh itu
287
Judul Penelitian
Aspek-aspek
Penelitian
Kalimat Masalah
Akar Masalah
Hipotesis
Tindakan
Uraian
Siswa yang lemah tidak peduli dengan nilai
rendah dalam mata pelajaran matematika di
Kelas VI SD Z Depok.
Persepsi diri siswa rendah, merasa dirinya
sebagai siswa yang bodoh.
"Pemberian
Pengalaman
Sukses
akan
Meningkatkan Kepedulian Siswa terhadap Nilai
Matematika Kelas VI SD Z Depok."
Tindakan Operasional:
Judul Penelitian
a. Dalam
pembelajaran,
guru
memberi
perhatian lebih besar kepada siswa-siswa
yang lemah.
b. Tiap pertemuan tatap muka, satu dua orang
siswa yang lemah diberi tugas yang mudah.
Setelah yakin dapat mengerjakan, mereka
diminta maju ke papan tulis, diikuti dengan
pujian.
c. Siswa yang pandai tetap diberi tugas, seperti
biasanya.
Peningkatan Kepedulian Siswa terhadap Nilai
Matematika melalui Pemberian Pengalaman
Sukses dalam Pelajaran Matematika Kelas VI SD
Z Depok
288
Profesionalisme Guru
Pertanyaan "Upaya apa yang sudah dilakukan?" pada bagian
Mendeskripsikan Masalah di atas penting untuk dikemukakan. Hal itu
menandakan bahwa Anda seorang guru profesional, yang telah menerapkan
berbagai metode secara kreatif tetapi belum berhasil. Bagian yang belum
berhasil itulah yang Anda teliti melalui PTK. Analogi dengan tanaman di pot
tadi, jika telah disiram dan dipupuk tetapi tanaman masih tetap layu, barulah
itu merupakan masalah penelitian yang sangat menarik.
Setelah beberapa kali melakukan PTK, Anda akan terbiasa memberikan
tindakan secara sistematis. Anda juga akan merasakan bahwa PTK tidak
banyak berbeda dengan pembelajaran biasa. Secara tidak sadar Anda akan
melakukan PTK setiap saat; dan Anda akan mendapat predikat sebagai guru
profesional yang reflektif.
b. Metode Penelitian
Anda perlu menegaskan metode penelitian yang Anda gunakan, yaitu PTK,
disertai model yang digunakan. Biasanya PTK di sekolah menggunakan
Model Kemmis & Taggart seperti gambar di bawah ini.
289
Hal itu dilakukan agar data yang diperoleh bersifat jenuh, artinya lengkap.
Kalau perlakukan hanya dilakukan satu kali dan hasilnya baik, ada
kemungkinan hal itu hanya kebetulan. Tetapi kalau perlakuan sudah
dilakukan tiga kali dan hasilnya baik, kita dapat mengambil kesimpulan
bahwa hasil itu memang benar-benar baik, bukan karena kebetulan.
Perencanaan
Perencanaan pada siklus pertama tidak lain adalah hipotesis-tindakan yang
telah Anda tetapkan sebelumnya. Perencanaan adalah variabel bebas
penelitian Anda. Perencanaan pada siklus kedua, ketiga, dan selanjutnya
belum dapat ditentukan karena harus dibuat berdasarkan hasil refleksi
terhadap siklus sebelumnya. Dalam RPP, hipotesis-tindakan itu harus dapat
dilihat posisinya, bisa di pembelajaran pendahuluan, pembelajaran inti,
dan/atau di pembelajaran penutup. Ada baiknya dalam RPP hipotesis
tindakan itu Anda cetak tebal agar posisinya dalam pembelajaran-biasa
terlihat dengan jelas. Seperti telah disinggung sebelumnya, sebaiknya hanya
bagian tertentu dari pembelajaran yang Anda diperbaiki melalui PTK.
Analoginya dengan badan kita, hanya bagian-bagian tertentu yang diobati
oleh dokter.
Pelaksanaan
Pelaksanaan adalah uraian tentang implementasi perencanaan Anda, masih
berbicara tentang variabel bebas. Kalau seluruh perencanaan dapat
dilaksanakan dengan baik sepanjang siklus, Pelaksanaan hanya akan berisi
satu kalimat, yaitu: "Seluruh perencanaan dapat dilaksanakan dengan baik."
Tetapi hal itu jarang terjadi; yang sering terjadi adalah sebaliknya:
"Perencanaan sih boleh, tetapi pelaksanaannya?" Analoginya dengan dokter,
pelaksanaan adalah uraian tentang kegiatan minum-obat pasien. Mungkin
saja pertama kali minum obat pasien merasa mual dan muntah, sehingga
obat belum bisa masuk. Yang kedua dan ketiga masih mengalami hal serupa.
Baru pada peminuman keempat, pada hari kedua, obat itu bisa masuk. Cerita
yang ingin didengar dokter dalam Pelaksanaan berkisar pada hal itu, belum
berbicara tentang peningkatan kesehatan pasien.
Uraian Pelaksanaan sifatnya holistik, mencakup ketiga pertemuan dalam
satu siklus, tetapi tidak menceritakan pertemuan per pertemuan. Agar uraian
menjadi sistematis dan tidak terjebak pada pertemuan per pertemuan, Anda
perlu membuat unsur-unsur variabel bebas itu, kemudian diuraikan
keberhasilan dan kegagalannya. Dalam hal penggunaan metode concept
attainment misalnya, unsur-unsurnya adalah langkah-langkah metode itu
sendiri. Contoh uraian Pelaksanaan Siklus 1: "Ketika diberikan dua kolom
berisi daftar istilah fisika, yang satu diberi judul YA dan satu lagi BUKAN,
291
Insrumen Penelitian
Karena PTK mengandung unsur inovasi, biasanya ada hal-hal tertentu yang
perlu dipersiapkan secara khusus. Salah satunya adalah instrumen
penelitian, yang berbeda dengan instrumen yang biasa Anda pakai seharihari. Tes hasil belajar yang biasanya cukup dengan C1, C2, ... s.d. C6
misalnya, sekarang akan terfokus pada C2 saja, tetapi dirinci menjadi tujuh
komponen, yaitu: (1) menginterpretasi, (2) memberi contoh, (3)
mengklasifikasi, (4) merangkum, (5) menginferensi, (6) membandingkan, dan
(7) menjelaskan. Wawancara dengan siswa yang biasanya Anda lakukan
secara spontan, sekarang dibuat pedomannya dulu agar lebih terfokus;
demikian juga kegiatan observasi, Anda buat lembar observasinya. Catatan
lapangan perlu Anda siapkan dulu penulisannya; ini paling mudah karena
tidak perlu ada instrumen khusus. Catatan lapangan tidak lain adalah catatan
harian atau diary, untuk menuangkan hal-hal yang sangat berkesan. Kalau
penelitian dilakukan dengan penuh antusiasme, Anda akan menemukan halhal yang sangat berkesan dan secara mudah dapat dituliskan dalam catatan
lapangan.
Agar lebih sederhana kita sepakati dulu bahwa yang dimaksud dengan
instrumen dalam PTK adalah alat untuk mengukur keberhasilan tindakan
pada variabel yang ingin Anda tingkatkan, yaitu variabel terikat. Agar lebih
ilmiah, setiap instrumen yang Anda buat harus dibuat kisi-kisinya dulu; dan
kisi-kisi itu dibuat berdasarkan teori yang ada di bagian Kajian Pustaka. Oleh
karena itu, teori dalam Kajian Pustaka hendaknya sedemikian rupa sehingga
dapat mengarahkan pembuatan instrumen. Sangat kurang baik teori yang
293
Menjelaskan
Membandingkan
Menginferensi
Merangkum
Mengklasifikasi
Memberi Contoh
Kompetensi
dan Indikator
Menginterpretasi
KD 1
Indikator 1
Indikator 2
KD 2
Indikator 1
Indikator 2
Kriteria
Sangat
Kurang
Kurang
Baik
Sangat
Baik
KD 1
Indikator 1
Interpretasi tentang
Indikator 1
Indikator 2
Kemampuan
klasifikasi tentang
indikator 2
KD 2
Indikator 3
Inferensi tentang
indikator 3
Indikator 4
Kemampuan
membandingkan
tentang indikator 4
Indikator 5
Kemampuan
menjelaskan
tentang indikator 5
296
Indikator
Pemahaman
Menginterpretasi
Memberi contoh
Mengklasifikasi
Merangkum
Menginferensi
Membandingkan
Menjelaskan
Sangat
Kurang
Kurang
Baik
Sangat
Baik
Kolaborasi
Perlu dikemukakan jumlah dan latar belakang pendidikan kolaborator, dan
waktu pertemuan. Misalnya kolaborator internal adalah teman sejawat, guru
semata pelajaran. Pertemuan dilakukan secara intensif pada penulisan
proposal dan pembuatan instrumen. Pada saat implementasi, pertemuan
dilakukan seminggu sekali pada akhir pekan untuk membicarakan masalahmasalah yang ditemukan pada minggu berjalan, dan rencana untuk minggu
berikutnya. Kolaborator internal juga membantu melakukan pengukuran
menggunakan instrumen-instrumen yang tersedia pada akhir siklus.
Kolaborator ekternal adalah dosen perguruan tinggi yang membantu pada
penulisan proposal.
Deskripsi Teori
Hasil Penelitian yang Relevan
Kerangka Berfikir
Hipotesis Tindakan
A.
B.
C.
D.
E.
F.
G.
H.
Setting Penelitian
Metodologi Penelitian
Siklus Penelitian
Kriteria Keberhasilan
Instrumen Penelitian
Anallisis Data
Kolaborasi
Jadual Penelitian
Daftar Pustaka
Judul PTK
Sebagaimana telah disinggung sebelumnya, judul penelitian harus singkat
tetapi jelas. Isinya sama dengan hipotesis tindakan tetapi dengan rumusan
yang berbeda. Judul harus mengandung variabel bebas (tindakan yang
diberikan) dan variable terikat (variabel yang akan ditingkatkan). Contohnya
adalah sebagai berikut:
Peningkatan Hasil Belajar Fisika SMA Kelas I SMA X Jakarta
Melalui Metode Concept Attainment
Variabel bebasnya metode concept attainment dan variabel terikatnya hasil
belajar sejarah. Jumlah kata sebaiknya tidak lebih dari 15. Topik atau pokok
bahasan kurang perlu untuk dicantumkan dalam judul karena keterangan
Fisika Siswa Kelas I SMA sudah cukup spesifik. Jika topik dicantumkan,
misalnya Kemagnetan, seolah-olah metode concept attainment itu hanya
berlaku pada topik Kemagnetan. Masalah yang dipecahkan dalam PTK
seharusnya yang bersifat lintas pokok bahasan, seperti: hasil belajar,
motivasi, dan kreativitas. Dengan demikian penggunaan siklus akan lebih
leluasa, tanpa dibatasi oleh topik.
Judul sebaiknya menampilkan hal-hal yang inovatif untuk menarik pembaca;
pertama kali orang membaca hasil penelitian Anda adalah pada judulnya.
PTK pada dasarnya adalah sarana untuk melakukan inovasi pembelajaran.
Sejak munculnya PTK orang menganggap bahwa cooperative learning
merupakan pembelajaran inovatif. Hampir semua peneliti PTK memilih
judul itu kalau diminta membuat proposal. Akibatnya cooperative learning
sudah diteliti oleh banyak orang, dan menjadi hal yang biasa. Sayangnya
PTK yang mereka lakukan bersifat semu; setelah selesai PTK mereka kembali
ke pembelajaran biasa.
Pendahuluan (Bab 1)
Fungsi utama pendahuluan adalah untuk menjelaskan mengapa penelitian
299
Selain variabel bebas dan variabel terikat, Anda perlu mencari teori yang
berkenaan dengan pembelajaran khusus, untuk mata pelajaran Anda.
Gunanya agar temuantemuan yang Anda peroleh nanti tidak menyimpang
dari karakteristik mata pelajaran yang Anda ampu. Sebaiknya penyajian
hakikat variabel bebas didahulukan agar pembaca langsung dapat
mengetahui inovasi yang ditawarkan pada kesempatan pertama. Berikut ini
adalah contoh deskripsi teori untuk judul Peningkatan Hasil Belajar Sejarah
Siswa Kelas I SMA X Jakarta melalui Metode Concept Attainment.
304
sistematis seiring dengan proses menggabunggabungkan atribut-atribut esensial dari konsep yan
dituju. (Reid, 2010).
Rerata hasil belajar kelas yang diajar menggunakan
model concept attainment berbantuan CD Interaktif yaitu
X1= 75,83 jauh lebih besar dari kelas yang diajar
menggunakan model konvensional yaitu X2 = 67,93.
Berdasarkan hal tersebut maka dapat diperoleh bahwa
kelas yang diajar menggunakan model concept
attainment berbantuan CD Interaktif lebih baik dari pada
kelas yang diajar menggunakan model konvensional
(Winasmadi, 2011).
Setelah mendeskripsikan berbagai teori tentang concept attainment
berdasarkan buku teks dan temuan-temuan terbaru dari artikel jurnal, Anda
perlu mengemukakan kerangka berfikir. Isinya adalah uraian singkat, sekitar
23 paragraf, untuk meyakinkan pembaca bahwa metode concept attainment
memang efektif untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Kerangka berfikir
merupakan hasil pemikiran Anda sendiri, yang merupakan sintesis dari
berbagai teori yang Anda rujuk sebelumnya. Kerangka berfikir yang baik
dapat membuat pembaca mengemukakan sendiri kesimpulannya sebelum
Anda menuliskan di bagian akhir. Berikut ini adalah contohnya:
C. Kerangka Berfikir
Siswa akan memperoleh pemahaman yang mantap jika
dilibatkan secara aktif dalam pembelajaran, menemukan
sendiri konsep-konsep yang dipelajari. Contoh-contoh
yang cukup banyak akan menghindarkan siswa dari
under-generalization atau penyimpulan terlalu sempit.
Sementara penyajian noncontoh akan menghindarkan
siswa dari overgeneralization atau penyimpulan terlalu
luas. Baik under-generalizatin maupun over-generalization
dua-duanya akan membuat pemahaman konsep siswa
menjadi lemah.
Metode concept attainment memberi contoh yang cukup
banyak kepada siswa, disertai dengan noncontohnya.
Siswa diberi kesempatan yang luas untuk berfikir secara
aktif dalam mengelompokkan contoh-contoh itu ke
dalam konsep-konsep yang dipelajari. Karena masingmasing siswa mempunyai pendapat sendiri yang
dipercayai kebenarannya, proses pengelompokkan itu
306
A. Setting
Penelitian ini akan dilakukan dalam mata pelajaran
sejarah pada semester ke ... tahun ... di SMA X Jakarta.
Subyek penelitian adalah siswa kelas I yang berjumlah
32 orang siswa. Sekolah ini merupakan Sekolah Standar
Nasional yang berukuran besar, mempunyai 27 kelas.
Gurunya 80% berkualifikasi S1 dengan program studi
yang relevan dengan mata pelajaran yang diampu. Yang
sudah memperoleh Sertifikat Pendidik Profesional
sekitar 50%.
B. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan
kelas (PTK) model Kemmis dan McTaggart yang
prosesnya disajikan seperti pada Gambar berikut.
C. Siklus Penelitian
Plan yang tidak lain adalah hipotesis tindakan akan
dilaksanakan secara berulang-ulang dalam siklus I,
sebanyak beberapa kali pertemuan tatap muka.
Pelaksanaan tindakan akan diamati dan dicatat dengan
seksama.
Pada akhir siklus pengamatan terhadap variabel terikat
dilakukan dengan tes. Data hasil tes dianalisis atau
direfleksi untuk
mengetahui keberhasilan dan
kegagalannya. Refleksi diakhiri dengan merencanakan
tindakan alternatif atau revised plan, yang akan
diterapkan pada siklus II.
Plan untuk siklus II sepenuhnya tergantung pada hasil
refleksi siklus I; demikian juga plan untuk siklus III
sepenuhnya tergantung pada hasil refleksi siklus II.
D. Kriteria Keberhasilan
Siklus plan-act-observe-reflect akan berlangsung terus
sampai criteria keberhasilannya tercapai, yaitu skor ratarata kelas mencapai 75, yang disebut kriteria ketuntasan
minimal (KKM). Walaupun penelitian telah berlangsung
sebanyak tiga siklus, akan terus dilanjutkan selama KKM
belum tercapai.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen untuk mengukur peningkatan hasil belajar
siswa (variable yang ditingkatkan) akan dilakukan
dengan tes hasil belajar. Kisi-kisinya adalah sebagai
berikut:
Tabel. Kisi-kisi Tes Hasil Belajar
Kreasi
Evaluasi
Analisis
Aplikasi
Pemahaman
Kompetensi dan
Indikator
Ingatan
Proses Kognitif
KD 1
Indikator 1.1
309
Indikator 1.2
KD 2
Indikator 2.1
Indikator 2.2
Di samping itu peningkatan hasil belajar akan diukur
juga dengan menggunakan lembar observasi dan
pedoman wawancara atau tes lisan. Kedua instrumen itu
akan dibuat berdasarkan kisi-kisi pada Tabel di atas.
Tujuannya adalah untuk melakukan triangulasi, yaitu
melihat satu variabel dari berbagai instrumen yang
berbeda. Pengukuran akan dilakukan secara sampling,
yaitu terhadap beberapa orang siswa yang dipilih secara
acak. Teknik ini dipilih karena jika dilakukan terhadap
seluruh siswa akan memakan waktu yang lama; peneliti
praktis akan sangat sibuk dan kehilangan waktu untuk
membimbing siswa secara intensif.
Pelaksanaan metode concept attainment, sebagai
variabel bebas atau tindakan yang diberikan, tidak akan
diukur secara kuantitatif, tetapi cukup secara kualitatif
menggunakan catatan lapangan. Sifatnya lebih global
dan fleksibel dengan memperhatikan hal-hal yang
penting, yaitu:
1. Kemampuan siswa menambahkan nama-benda baru
pada kolom ya dan Tidak
2. Kemampuan siswa menemukan konsep yang ada
pada kolom Ya dan Tidak
3. Kemampuan siswa berargumentasi dalam diskusi
kelompok atau diskusi kelas.
Data tidak akan ditabulasi seperti halnya skor hasil
belajar, tetapi cukup dituliskan secara naratif berupa
catatan lapangan, seperti telah
disinggung di atas, sebanyak --1 halaman tiap akhir
pertemuan tatap muka.
F. Analisis Data
Data hasil belajar siswa akan dianalisis dengan statistik
deskriptif, seperti rata-rata dan persentase. Peningkatan
hasil belajar akan dilihat dari kecenderungan kenaikan
skor rata-rata dari siklus ke siklus. Data dari lembar
observasi dan pedoman wawancara akan dianalisis
310
secara
kualitatif,
kemudian
dilihat
kecenderungannya dari siklus ke siklus.
juga
G. Kolaborasi
Kolaborator penelitian adalah teman sejawat, semata pelajaran,
di SMA X Jakarta. Proses kolaborasi dilakukan pada saat
penulisan proposal penelitian dan pengembangan perangkatperangkat pembelajaran. Pada saat-saat tertentu, kolaborator
ikut masuk kelas untuk membantu mengamati pelaksanaan
metode concept attainment, sebagai variable bebas atau
tindakan dalam PTK, dan pada akhir pembelajaran diadakan
diskusi singkat. Pada akhir minggu pertemuan kolaborasi
kembali dilakukan untuk menganalisis keberhasilan dan
kegagalan penelitian dalam satu minggu, dan merencanakan
tindakan untuk minggu berikutnya.
H. Jadual Penelitian
Tabel Jadual Penelitian
No
Minggu Ke
Kegiatan
1
10
11
Persiapan
a. Menyusun RPP
b. Membuat Perangkat
Pembelajaran
c. Membuat Media
d. Menyusun Jadual
e. Menyusun
Instrumen
2
Pelaksanaan
a. Menyiapkan Siklus 1
b. Membuat Laporan
Siklus 1
c. Melaksanakan Siklus
2
d. Membuat Laporan
Siklus 2
e. Melaksanakan Siklus
3
311
f. Membuat Laporan
Siklus 3
3
Pelaporan
a. Membuat Laporan
Gabungan Siklus 1, 2,
dan 3
b.Membuat Makalah
Seminar
c. Seminar hasil
penelitian
d. Merevisi Laporan
Berdasarkan Hasil
Seminar
e. Menulis Artikel
Jurnal
f. Mengirimkan Artikel
Jurnal Ke Pengelola
Jurnal
312
DAFTAR LAMPIRAN
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
BAB 2 KAJIAN PUSTAKA
A. Deskripsi Teori
B. Hasil Penelitian Yang Relevan
C. Kerangka Pikir
D. Hipotesis Tindakan
BAB 3 METODE PENELITIAN
A. Settin Penelitian
B. Metodologi Penelitian
C. Siklus Penelitian
D. Kriteria Penelitian
E. Instrumen Penelitian
F. Analisis Data
G. Kolaborasi
H. Jadual Penelitian
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
B. Pembahasan
BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
1.
2.
3.
4.
5.
314
Penelitian
Tindakan
Kelas
pada
315
Bab 1 Pendahuluan
A. Latar Belakang Masalah
Masa usia dini merupakan masa anak mulai mengenal diri dan
lingkungan. Masa usia dini merupakan masa berlangsungnya proses
pendidikan, yaitu sejak anak berada dalam kandungan, masa bayi hingga
anak berumur delapan tahun. Masa usia dini merupakan masa keemasan
untuk mengembangkan berbagai aspek kemampuan anak dengan
memberikan berbagai rangsangan atau stimulasi yang positif. Usia dini
merupakan usia anak membutuhkan berbagai stimulasi positif yang dapat
diberikan baik dari keluarga maupun lingkungan sekitarnya. Anak usia
dini memiliki pertumbuhan dan perkembangan yang berbeda dengan
anak yang usianya berada di atas delapan tahun, baik dari segi fisik,
intelektual, emosi, kreativitas, bahasa dan sosial.
Banyak aspek kemampuan dalam diri anak yang perlu mendapat
stimulasi agar dapat teraktualisasikan. Kemampuan berbahasa merupakan
salah satu kemampuan yang harus dikembangkan pada usia dini
disamping aspek kemampuan yang lain, seperti kognitif, motorik dan
sosial emosional. Kemampuan berbahasa memungkinkan manusia untuk
dapat saling berkomunikasi, baik itu mengkomunikasikan pikiran,
perasaan maupun sikap dan dengan bahasa pula manusia dapat
meningkatkan kemampuan intelektual. Tanpa memiliki kemampuan
berbahasa, maka kegiatan berpikir secara sistematis dan teratur tidak akan
dapat dilakukan. Tanpa bahasa manusia juga tidak akan dapat
mengembangkan diri dan lingkungannya, karena tanpa bahasa tidak
dapat mengkomunikasikan pengetahuan yang dimiliki pada orang lain.
Bahasa memiliki banyak fungsi dalam kehidupan. Bahasa merupakan
salah satu alat komunikasi. Semiawan menyatakan bahwa bahasa
berfungsi untuk menyatakan diri (fungsi ekspresi), menyampaikan
pendapat, menangkap pikiran dan perasaan orang lain (fungsi sosial).1
Fungsi tersebut dapat dimiliki seseorang terutama jika anak mempunyai
ragam kemampuan terutama kemampuan berbahasa. Mampu berbahasa,
berarti mampu mengekspresikan suatu hal dengan mempergunakan kosa
kata yang dimiliki. Semakin banyak kosa kata yang dimiliki anak, semakin
besar kemungkinan anak mampu berbicara. Pengembangan dan
penguasaan berbagai macam kosa kata merupakan sarana untuk
membantu anak untuk terampil berbahasa terutama dalam terampil
berbicara, maka tidaklah mengherankan jika anak-anak banyak
mengajukan pertanyaan-pertanyaan pada orang di sekitarnya (misalnya:
orang tua, guru) tentang hal-hal yang dilihat, serta akan memberikan
wawasan yang lebih luas keberagamannya, yang membuat belajar dalam
segala hal akan lebih mudah.
1
Conny R Semiawan, Belajar dan Pembelajaran dalam Taraf Usia Dini (Jakarta: PT Prenhalindo, 2002), h. 49
317
318
Robyn Gee dan Susan Meredith, Entertaining and Educating Your Preschool Child (London: Usborne
Publishing Ltd, 1997), h. 94
2
319
322
Bahasa merupakan sesuatu yang berlaku umum dan dimiliki setiap orang.
Bahasa merupakan kesepakatan bersama yang berlaku secara universal. Bahasa
merupakan kemampuan yang harus dikembangkan untuk menunjang kemampuan
berkomunikasi. Pengembangan kemampuan bahasa dapat dilakukan melalui
permainan-permainan yang sifatnya menyenangkan bagi anak.
b. Fungsi Bahasa
Bahasa memiliki banyak fungsi dalam kehidupan. Dengan bahasa manusia dapat
berpikir dan belajar dengan lebih baik. Bahasa memungkinkan manusia dapat
mengekspresikan sikap dan perasaan. Dengan bahasa manusia dapat memberi nama
kepada segala sesuatu, baik yang kelihatan maupun yang tidak kelihatan dan dapat
mengkomunikasikannya kepada orang lain.
Menurut Bromley, bahasa adalah an ordered system of symbols for transmitting
meaning. Language is a refinement of communication that involves a specified symbol system
recognized and used by a certain group to communicate ideas and information.7 Pendapat ini
mengandung arti bahwa bahasa adalah sistem simbol yang ditata untuk menyampaikan
arti. Bahasa adalah suatu kehalusan tutur kata dalam komunikasi yang meliputi suatu
simbol yang telah ditetapkan, dikenali dan digunakan oleh kelompok tertentu untuk
mengkomunikasikan ide-ide dan informasi. Bahasa sebagai sistem yang mengandung
simbol, tanda aturan tertentu disusun secara sistematis dan telah disepakati dalam
suatu kelompok tertentu yang menggunakannya. Bahasa yang digunakan dalam suatu
kelompok sosial dapat berbeda dengan kelompok lainnya.
Bahasa mempunyai banyak fungsi dalam kehidupan. Lubis menjelaskan bahwa
bahasa mempunyai tiga fungsi, yaitu: alat untuk menyatakan ekspresi, alat untuk
mempengaruhi orang lain, alat untuk memberi nama.8 Berdasarkan fungsi di atas dapat
dikatakan bahwa bahasa berfungsi untuk menyatakan ekspresi seseorang akan suatu
hal, mempengaruhi orang lain, dan memberikan nama untuk mewakili benda.
Bahasa memungkinkan seseorang untuk dapat menyatakan ekspresi, keinginan,
permohonan, alasan, perasaan atau empati, menunjukkan kepunyaan, mempengaruhi
orang lain, berfantasi, dan sebagai alat penghubung sosial. Heyster berpendapat bahwa
fungsi bahasa bagi anak dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu bahasa sebagai
pernyataan jiwa, bahasa sebagai peresapan atau mempengaruhi orang lain dan bahasa
sebagai alat untuk menyampaikan pandapat.9 Selanjutnya Michel yang dikutip Chaer
mengemukakan bahwa fungsi bahasa terdiri dari fungsi ekspresi, fungsi informasi,
fungsi eksplorasi, fungsi persuasi, dan fungsi entertainmen.10 Dari dua kutipan tersebut
diketahui bahwa terdapat beberapa fungsi bahasa. Fungsi tersebut berkaitan dengan
diri sendiri dan diri orang lain di lingkungannya. Fungsi tersebut berguna untuk
Karen D. Bromley, Language Arts: Exploring Connections Second Edition (New York: Simon and Schuster,
1992), h. 15
8 Zulkifli Lubis, Psikologi Perkembangan (Bandung : Remaja Rosdakarya, 1999), h. 34
9 RP. Tambunan, Ilmu Jiwa Berkembang (Jakarta: IKIP,1978), h.13
10 Abdul Chaer, op. cit., h. 33
7
323
c. Komponen Bahasa
Keterampilan berbahasa berkaitan erat dengan komponen bahasa. Seperti yang
telah dipaparkan sebelumnya, keterampilan berbahasa adalah kemampuan seseorang
dalam menggunakan pengetahuan tentang bahasa. Pengetahuan tentang bahasa
mencakup diantaranya komponen bahasa dan kosa kata. Pada aliran linguistik mana
pun bahasa selalu dikatakan memiliki tiga komponen, yaitu sintaktik, fonologi dan
semantik.11 Fonologi atau suara adalah sistem suara yang membentuk kata. Sintaktik
adalah tata bahasa atau susunan kata yang membentuk kalimat. Sematik merupakan
hubungan antara ide dan kata yang membentuk arti dari kata-kata yang disusun.
Pendapat di atas mengandung arti bahwa fonem merupakan suara atau bunyi
untuk membentuk kata atau unit bahasa terkecil yang disebut morfem. Morfem dapat
berupa keseluruhan kata atau bagian dalam satu kata. Morfem disusun dalam susunan
kata atau sintaksis sehingga menjadi kalimat yang disusun oleh kata-kata. Dengan
demikian dapat dideskripsikan secara singkat bahwa bahasa memiliki tiga komponen,
yaitu fonologi (suara), semantik (arti), dan sintaksis (aturan tata bahasa). Ketiga
komponen bahasa saling berkaitan dalam penggunaannya sebagai alat berkomunikasi
dengan lingkungan sosial.
324
interaksi antara orang tua (ayah dan ibu) dan anak dalam proses pengasuhan. Semua
anak mempelajari bahasa ibu. Pada usia yang kira-kira sama, anak mewujudkan pola
perkembangan bicara yang hampir sama, walaupun berbeda latar belakang budaya.
Tugas-tugas perkembangan bahasa tidak hanya meliputi pengendalian
mekanisme suara tetapi juga kemampuan untuk memperluas arti dan
menghubungkannya dengan kata-kata yang berfungsi sebagai simbol arti. Tugas-tugas
perkembangan ini jauh lebih sulit daripada apa yang tampak mula-mula, maka dapat
dimengerti bahwa yang akan diletakkan hanyalah dasar-dasar keterampilan yang
terlibat dalam bicara. Pola perkembangan bahasa secara umum, yaitu belajar mengenal
suara baik vokal maupun konsonan, belajar penggabungan suara, belajar kata-kata,
belajar fungsi kata yaitu kata benda, kata kerja, dan kata sifat lalu dilanjutkan dengan
belajar penggabungan kata dan yang terakhir adalah membuat kalimat. Pola
perkembangan bahasa dimulai dari urutan yang termudah yaitu, belajar mendengar
sampai pada kemampuan berbicara yang melibatkan kemampuan mendengar dan
membuat kata-kata dalam sebuah kalimat.
Tugas dan pola perkembangan bahasa masing-masing individu memiliki irama
dan waktu yang berbeda. Namun, secara umum beberapa pakar dapat mengidentifikasi
dalam beberapa tahap. Dalam pola belajar berbicara biasanya terdapat empat bentuk
prabicara: menangis, bergumam (bubling), berceloteh, isyarat, dan mimik serta untuk
pengungkapan emosi. Menangis amat sering dilakukan selama bulan-bulan pertama,
meskipun dari sudut pandang jangka panjang, mengoceh atau berceloteh merupakan
tindakan yang paling penting karena sebenarnya inilah yang mengembangkan
kemampuan berbicara.
Belajar berbicara mencakup tiga tugas yang sulit dan tidak saling berhubungan.
Bayi belajar bagaimana mengucapkan kata-kata, menggunakan kosa kata dengan
rnenghubungkan pengertiannya dengan kata-kata yang dapat dipergunakan untuk
menyampaikan maksudnya pada orang lain, dan menggabungkan kata-kata menjadi
kali mat yang dimengerti oleh orang lain.
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas, dapat dirumuskan bahwa
tahapan perkembangan bahasa terdiri dari pengucapan huruf, membangun kosakata,
dan membangun kalimat. Pengucapan dimulai dari saat bayi belajar mengucapkan
kata-kata sebagian melalui coba-coba tetapi terutama dengan meniru ucapan orang
dewasa. Huruf mati dan campuran huruf mati lebih sulit diucapkan bayi daripada
huruf hidup dan diftong. Anak-anak sulit belajar mengucapkan bunyi tertentu dan
kombinasi bunyi, seperti dua huruf mati , w, d, s, dan g dan kombinasi huruf rnati st- str,
dr, dan fl. Ada anak usia dua tahun telah dapat membunyikan huruf [p], [b], [t], [d], [h],
fm], [n], [1L [wj, [y], [k], [s], [rj]. Banyak ucapan bayi yang tidak dapat dimengerti
sampai usia delapan belas bulan, setelah itu berangsur-angsur terjadi kemajuan yang
mencolok.
325
Membangun kosa kata dimulai saat bayi mulai belajar nama-nama orang dan
benda. Sesaat sebelum masa bayi belajar beberapa kata sifat seperti "manis" dan "nakal,"
dan juga beberapa kata keterangan. Kata depan, kata penghubung dan kata ganti
umumnya belum dipelajari sampai awal masa kanak-kanak. Kosa kata meningkat
dengan bertambahnya usia. Kosa kata anak-anak rneningkat pesat ketika ia belajar katakata baru dan arti-arti baru untuk kata-kata lama. Peningkatan kosa kata yang pesat
selama awal rnasa kanak-kanak. Dalam menambah kosa kata anak-anak mudah belajar
kata-kata yang umum seperti "baik" dan "buruk," "memberi" dan "menerima" dan juga
banyak kata-kata dengan penggunaan khusus seperti bilangan dan nama-nama warna.
Anak usia tiga tahun telah dapat menyebutkan kata sebagai berikut dengan bunyi
[datal] "gatal", [ladi] "lagi", [dalpu] [galpu] "garpu", [dulita] [gulita] "gurita".
Menyusun kalimat dengan "kalimat" bayi yang pertama muncul antara usia dua
belas dan delapan belas bulan, biasanya terdiri dari satu kata yang disertai dengan
isyarat. Lambat laun kata-kata merambat dalam kalimat, tetapi isyarat masih banyak
digunakan sampai memasuki masa kanak-kanak. Kalimat biasanya terdiri dari tiga atau
empat kata sudah mulai disusun oleh anak usia dua tahun dan biasanya oleh anak usia
tiga tahun. Kalimat ini banyak yang tidak lengkap, terutama terdiri dari kata benda dan
kurang kata kerja, kata depan dan kata penghubung. Sesudah usia tiga tahun, anak
membentuk kalimat yang terdiri dari enam sampai delapan kata.
Pada mulanya, isi pembicaraan anak-anak bersifat egosentris dalam arti ia
terutama bicara tentang dirinya sendiri, berkisar pada minat, keluarga, dan miliknya.
Menjelang akhir awal masa kanak-kanak mulailah pembicaraan yang bersifat sosial dan
anak berbicara tentang orang lain di samping dirinya sendiri. Namun banyak dari
pembicaraan sosial awal ini sebenarnya tidak bersifat sosial karena isinya lebih banyak
mengarah pada kritik kepada orang lain dalam bentuk pengaduan atau keluhan.
Kebanyakan anak-anak juga memberi komentar buruk, komentar yang merendahkan
orang lain, mengenal perilaku dan miliknya.
Lain halnya dengan Piaget dalam Sinolungan mengajukan pola perkembangan
bahasa sebagai berikut :
(1) Tahap sensori motor usia 0-2 tahun, bergantung para refleks dan bawaan, (2)
Tahap fungsi semiotis usia 2 4 tahun, dengan kemampuan berpikir simbolis, (3)
Tahap egosentris 4 7 tahun, yang berpusat pada aku (ego) dimana anak belum
memperhatikan pendapat orang lain. Mereka yang berusia 7 tahun atau lebih
mampu berkomunikasi secara verbal.12
Secara umum setiap anak pada usia tertentu mempunyai pola perkembangan
bahasa yang sama meskipun ada perbedaan individu. Pola tersebut meningkat secara
A. E. Sinolungan, Psikologi Perkembangan Peserta Didik (Manado: Universitas Negeri Manado, 2001), h.
139
12
326
Jayne Sower, Language Art in Early Education (Georgia: George Fox University, 2000), h. 2
Mary Renck Jalongo, Early Childhood Language Arts (USA: Pearson Education, Inc., 2007), h. 76
15 Ibid., h. 102
13
14
327
tersebut ada dalam setiap kegiatan yang dilakukan anak usia dini, seperti sains dan
pelajaran sosial, serta juga dapat terintegrasi dengan kegiatan seni.16
Aspek dalam kemampuan berbahasa tidak bisa dipisahkan antara satu dengan
yang lain. Mengenai hubungan antara kemampuan berbahasa, Zuchdi dan Budiasih
menyatakan bahwa empat kemampuan berbahasa, yaitu menyimak, berbicara,
membaca, dan menulis memiliki hubungan yang sangat erat, meskipun masing-masing
keterampilan memiliki ciri tertentu. Oleh karena itu, adanya hubungan yang sangat erat
ini, pembelajaran dalam satu jenis keterampilan sering meningkatkan keterampilan
lain.17 Kemampuan berbahasa adalah kemampuan seseorang dalam menggunakan
pengetahuan tentang bahasa berdasarkan aspek-aspek kemampaun bahasa.
Pengetahuan tentang bahasa mencakup komponen bahasa dan kosakata. Semua
keterampilan berbahasa bergantung pada kekayaan kosa kata yang diperlukan untuk
berkomunikasi yang dimiliki seseorang.
Weafer, Constance, Reading Process and Practice: From Socio-psycholinguistic to Whole Language
(Portsmouth, N.H.: Heinemann, 1988), h. 44-45
17 Darmiyati Zuchdi dan Budiasih, Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonsia di Kelas Rendah (Jakarta:
Depertemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1997), h. 100
18 Diane E Papilaya, A Child World Infancy Through Adolescence (New York: Mc Graw Hill, 1982), h. 318
19 Elizabeth Hurlock, op. cit., h. 189
16
328
George W. Maxim, The Very Young (USA: Macmillan Publishing Company, 1993), h. 144
Seto Mulyadi, Bermain dan Kreativitas (Jakarta: Papas Sinar Sinanti, 2004), h. 54
22 F.J. Monks, A.M.P. Knoers dan Siti Rahayu, op.cit., h. 129
23 Elizabeth B. Hurlock, Perkembangan Anak, Jilid I, Edisi Keenam (Jakarta: Erlangga, 1997), h. 320
20
21
329
330
331
332
Semakin jelas bahwa bermain pada masa usia sekolah juga dapat dijadikan
sebagai situasi belajar. Bahan-bahan material yang digunakan untuk memunculkan
kegiatan bermain yang mendukung perkembangan aspek motorik, perseptual kognitif
dan sosial linguistik kelompok masih tetap sama. Namun jenis dan jumlahnya sudah
semakin bervariasi. Hal ini tentu disesuaikan dengan tingkat perkembangan aspek
motorik, perseptual kognitif dan sosial linguistik yang dikembangkan.
31
32
Rieber, L P., Smith, L, & Noah, D.. The Value of Serious Play. Educational Technology (1998), h. 29-37
Ibid. p. 34
333
Pada aspek motorik rentang kegiatan yang diharapkan dilaksanakan anak berada
pada kegiatan melibatkan diri dalam aktivitas yang berkaitan dengan otot besar, seperti
melompat, memanjat, main bola dan lainnya sampai anak termotivasi untuk aktif
terlibat dalam kegiatan pertandingan atau peningkatan keterampilan. Pada aspek
perseptual kognitif berbagai kegiatan dilakukan antara lain mulai dari dapat
memusatkan perhatian secara langsung pada satu objek dalam beberapa tahapan
kegiatan sampai menunjukkan perhatian yang besar pada berbagai waktu dan tempat.
Pada aspek sosial linguistik ditunjukkan dalam kegiatan yang menaruh minat pada
teman sebaya dan merasa bagian dari kelompok itu, memiliki teman spesial dalam
kelompok, ada kecocokan antar kelompok dan simbol-simbol khusus kelompok sampai
mulai menunjukkan minat yang besar pada masyarakat dan merasa menjadi bagian dari
masyarakat.
Bahan bermain digunakan untuk kegiatan yang berkaitan dengan
pengembangan konsep, seperti adanya kegiatan menimbang untuk mengetahui ukuran
berat, menentukan mana yang lebih berat dan lainnya. Pada aspek seni juga
ditunjukkan dengan melakukan aktivitas yang menghasilkan karya seni yang lebih
membutuhkan perhatian dan ketelitian yang lebih banyak. Kegiatan ini selain melatih
imajinasi juga melatih perkembangan motorik halus dan perseptual kognitif. Dengan
demikian, semakin banyak bahan atau objek bermain yang dapat dieksplorasi anak
maka akan semakin banyak aspek kemampuan yang dapat dikembangkan.
334
35
36
335
Materi kegiatan permainan bahasa pada masa usia dini merupakan dasar
pengembangan dari kemampuan dasar berbahasa yang dijadikan pedoman guru
dalam rangka kegiatan permainan bahasa pada masa usia dini. Menyusun materi
kegiatan permainan bahasa berorientasi pada kemampuan-kemampuan dan
kebutuhan anak di usianya. Kemampuan-kemampuan yang dikembangkan
disesuaikan dengan prinsip dasar pembelajaran pada masa usia dini yaitu bermain
sambil belajar.
Persiapan kegiatan pelaksanaan permainan bahasa yang melatih motorik
anak antara lain menjejak huruf, kata dan kalimat sederhana, menjejak dan
menjiplak huruf, mengurutkan dan menceritakan gambar seri, bercerita secara
sederhana melalui gambar yang diperlihatkan, menirukan kembali urutan kata,
menyebutkan sebanyak-banyaknya nama benda, binatang, tanaman yang
mempunyai warna, bentuk atau ciri-ciri tertentu, bicara lancar dengan kalimat
sederhana, bernyanyi dan mengucapkan syair.
Bentuk permainan bahasa meliputi mencontoh dan melukis bentuk huruf
secara bertahap, menjiplak huruf dan kata yang sesuai dengan gambar,
mengurutkan dan menceritakan gambar seri, menyebutkan kembali kata-kata
melalui gambar yang diperlihatkan, bercerita gambar yang dibuat sendiri, mengenal
suara huruf awal dari kata yang berarti, menyebutkan sebanyak-banyaknya nama
benda, binatang, tanaman yang mempunyai warna, bentuk atau ciri-ciri tertentu,
memberikan keterangan, bicara lancar dengan kalimat sederhana, bernyanyi dan
mengucapkan syair.37 Dengan demikian, variasi kegiatan pembelajaran yang
diterapkan dapat menghindarkan anak dari kejenuhan dalam belajar.
Semua aspek perkembangan anak pada masa usia dini dikembangkan melalui
tema yang berdekatan dengan lingkungan anak, termasuk juga dalam kegiatan
permainan bahasa. Decker and Decker menerangkan bahwa tema pembelajaran harus
berkaitan dengan pengalaman kehidupan anak setiap harinya, pembelajaran yang
diberikan harus meliputi objek yang nyata.38 Pemilihan tema yang dekat dengan
kehidupan anak akan memudahkan anak dalam memahami materi.
2) Metode
Dalam pelaksanaan pengembangan kemampuan berbahasa dapat
menggunakan beberapa metode/teknik mengajar, seperti metode bercerita,
sandiwara boneka, bercakap-cakap, dramatisasi, bermain peran/sosiodrama,
mengucapkan syair, dan karyawisata. 39
Ibid., h. 15-16
Anita Decker and John Decker, Administering Early Childhood Programs
Company, 1988), h. 248
39 Departemen Pendidikan Nasional, op.cit., h.28
37
38
336
Ibid., h. 20
Harjanto, Perencanaan Pengajaran (Jakarta: Rineka Cipta, 1997), h. 238-239
337
338
45
46
Ibid., h. 40
Ibid., h. 41
339
ada unsur permainan dan daya tarik, maka kemungkinan teka-teki akan berpengaruh
terhadap prestasi belajar.47
Susanti pada skripsinya mengemukakan bahwa terdapat pengaruh yang positif
permainan teka-teki silang pada penguasaan kosakata bahasa Indonesia dengan
menunjukan bahwa penguasaan kosakata siswa yang dibelajarkan dengan teka-teki
silang lebih tinggi dari pada siswa yang tidak dibelajarkan teka-teka teki silang.48
Dengan demikan bahwa permaianan teka-teki silang dapat berpengaruh positif untuk
mengembangkan kosakata siswa sekolah dasar.
Teka-teki silang dapat digunakan juga sebagai media peningkatan kemampuan
verbal dalam menulis. Purwatiningsih dalam skripsinya menyimpulkan bahwa media
teka-teki silang berpengaruh pada penalaran verbal dalam penulisan karangan.49
Untuk meningkatkan penalaran verbal dalam menulis karangan, guru perlu
mengefektifkan penggunaan media teka-teki silang.
340
E. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan pengembangan konseptual perencanaan tindakan, maka
hipotesis tindakan dari penelitian ini adalah jika permainan teka teki
diberikan, maka kemampuan berbahasa anak dapat ditingkatkan. Dengan
kata lain permainan teka teki dapat meningkatkan kemampuan berbahasa
anak usia 6-7 tahun.
Metodologi Penelitian (Bab 3)
Metodologi penelitian diawali dengan mendeskripsikan setting; sebagaimana
sudah disinggung sebelumnya. Gunanya adalah untuk memberikan
gambaran kepada pembaca tentang konteks penelitian Anda. Setelah itu
uraian Bab 3 ini disusul berturut-turut dengan: metode penelitian, siklus
penelitian, kriteria keberhasilan, instrumen penelitian, analisis data,
kolaborasi, dan jadual penelitian. Berikut ini adalah contohnya.
Bab 3 Metodologi Penelitian
A. Setting
341
Penelitian ini akan dilaksanakan di SD Negeri 05 Utan Kayu, Jakarta Timur pada
bulan April-Juni 2007. Peneliti memilih SD tersebut karena masalah pada penelitian
ini ditemukan pada anak-anak kelas 1 SD Negeri 05 Utan Kayu, Jakarta Timur.
B. Metode dan Disain Intervensi Tindakan/Rancangan Siklus Penelitian
1. Metode Intervensi Tindakan/Rancangan Siklus Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah metode action research atau penelitian
tindakan. Menurut Ebbut, seperti dikutip oleh Rochiati menjelaskan penelitian tindakan
adalah kajian sistematik dari upaya perbaikan pelaksanaan praktek pendidikan oleh
sekelompok guru dengan melakukan tindakan-tindakan dalam pembelajaran,
berdasarkan refleksi mereka mengenai hasil dari tindakan-tindakan tersebut.50 Dari
pengertian tersebut dapat diterangkan bahwa dalam penelitian tindakan dilakukan
upaya perbaikan suatu praktek pendidikan melalui pemberian tindakan berdasarkan
refleksi dari pemberian tindakan tersebut.
Arikunto menjelaskan lebih lanjut bahwa dalam penelitian tindakan ini, peneliti
melakukan suatu tindakan, eksperimen yang secara khusus diamati terus menerus,
dilihat kelebihan dan kekurangannya, kemudian diadakan pengubahan terkontrol
sampai pada upaya maksimal dalam bentuk tindakan yang paling tepat.51 Bentuk
penelitian tindakan pada penelitian ini yaitu dengan memberikan suatu tindakan pada
subjek yang diteliti dalam bentuk permainan teka teki (variabel bebas) untuk diketahui
pengaruhnya dalam bentuk kemampuan berbahasa (variabel terikat) yang timbul
karena adanya pemberian tindakan yang dilakukan.
50
Rochiati Wiriaatmadja, Metode Penelitian Tindakan Kelas (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005) h. 12
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Edisi revisi V (Jakarta: Rineka
Cipta, 2002), h. 2
52
Wiriaatmadja, op. cit., h. 66
51
342
1) Membuat satuan perencanaan tindakan yang akan diberikan pada anak pada
siklus I. Pada siklus I ini ditekankan pada pemberian tindakan, yaitu kegiatan
permainan teka teki dengan menggunakan benda konkret (tebak benda) dan
dengan menggunakan kartu kata (tebak kata). Satuan perencanaan disusun
berdasarkan tujuan, kegiatan, media, dan alat pengumpul data yang terbagi
dalam 4 kali pertemuan yang direncanakan.
2) Menyiapkan media yang sesuai dengan tindakan yang akan diberikan, yaitu
alat permainan tebak benda yang terdiri dari si mulut besar dan bendabenda konkret dan alat permainan tebak kata, yaitu kartu kata.
3) Menyiapkan alat yang akan digunakan sebagai alat pengumpul data, yaitu
catatan lapangan dan lembar pedoman observasi.
b. Tindakan (acting)
Dalam tahapan ini peneliti bersama dengan kolaborator melaksanakan
satuan perencanaan tindakan yang telah dibuat, yaitu permainan teka teki yang
mencakup permainan tebak benda dan tebak kata.
2.Pertemuan ke-2
(9 Mei 2007)
Kegiatan
Media
Benda tiruan si
mulut besar dan
benda konkret
Benda Tiruan si
mulut besar dan
benda konkret
Alat Pengumpul
Data
Pedoman
Observasi
Catatan
Lapangan
Tape recorder
Kaset
Kartu kata
3.Pertemuan ke-3
(10 Mei 2007)
4.Pertemuan ke-4
(11 Mei 2007)
Kartu kata
Permainan Tebak Kata
c. Pengamatan (observing)
Selama kegiatan permainan teka teki berlangsung, peneliti dan
kolaborator mengamati jalannya kegiatan untuk melihat apakah tindakantindakan tersebut sesuai dengan yang direncanakan. Hasil pengamatan dicatat
dalam bentuk uraian pada lembar catatan lapangan berdasarkan pengamatan
yang dilakukan peneliti dan kolaborator secara langsung. Selain itu mengamati
setiap kemampuan berbahasa yang muncul baik pada saat pemberian tindakan
maupun di luar tindakan selama waktu pembelajaran berlangsung dengan
memberi tanda cek list () pada lembar pedoman observasi kemampuan bahasa.
d. Refleksi (reflecting)
Setelah dilakukan perencanaan, tindakan dan pengematan, peneliti
bersama kolaborator mengadakan refleksi dari tindakan-tindakan yang telah
dilakukan, yaitu permainan teka teki yang mencakup permainan tebak benda
dan tebak kata, apakah kegiatan permainan tersebut dapat meningkatkan
kemampuan berbahasa anak. Peneliti melakukan perbandingan antara
kemampuan berbahasa anak sebelum diberikan tindakan dengan sesudah
diberikan tindakan pada akhir siklus I. Hasil dari pengamatan tersebut kemudian
dianalisis dan dievaluasi sehingga dapat diperoleh kesimpulan dari seluruh
pelaksanaan siklus I. Refleksi tersebut selanjutnya dijadikan dasar untuk
merevisi perencanaan yang telah dilakukan pada siklus I guna merencanakan
tindakan lanjutan pada siklus selanjutnya.
2. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian tindakan ini adalah anak-anak kelas 1 dan guru
kelas 1 SD Negeri 05 Utan Kayu, Jakarta Timur, hasil observasi kemampuan anak
sebelum diberikan tindakan, hasil observasi pelaksanaan tindakan dan hasil
observasi kemampuan anak setelah diberikan tindakan.
347
53
54
Aspek
Indikator
Subindikator
Sebaran
348
Kemampuan
1
2.
Kemampuan
Menyimak
Kemampuan
Berbicara
Soal
Mengenal bunyi
Membedakan
bunyi
Memberi tanda
sesuai dengan
informasi
2.Mengidentifikasi kata Menentukan
kunci
nama benda
Meniru atau
mengulang
deskripsi benda
Mendeskripsika
n benda lain
3. Menggunakan kata
Melafalkan
kunci
bunyi kata
kunci
Menyebutkan
nama benda
Menyebutkan
4. Membunyikan
ciri benda
deskripsi benda
1.Menangkap isi
5. Menggunakan
kalimat sederhana
Menyebutkan
benda dengan
kalimat
sederhana
6. Menggunakan
intonasi
Membunyikan
kalimat dengan
intonasi berita
1, 2, 4
5, 7, 8
3, 6, 9
10, 15
11, 13
12, 14, 18
20, 23
21, 24
17, 25
19, 22
16
M. Ngalim Purwanto, Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2001), h. 149.
349
tindakan ini, maka jenis observasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah observasi
partisipan. Dalam observasi partisipan, pengamat ikut serta dalam kegiatan-kegiatan
yang dilakukan oleh subjek yang diteliti atau yang diamati, seolah-olah merupakan
bagian dari mereka.56 Teknik observasi yang digunakan adalah observasi berstruktur
(structured or controlled observation), yaitu observasi yang direncanakan dan terkontrol.
Pada observasi berstruktur, biasanya pengamat blanko-blanko daftar isian yang
tersusun dan di dalamnya telah tercantum aspek-aspek atau pun gejala-gejala apa saja
yang perlu diperhatikan pada waktu pengamatan itu dilakukan.57 Dengan teknik
seperti ini observasi yang dilakukan lebih terarah dan pencatatan hasil observasi
partisipan menjadi lebih teliti.
Dalam pengisian lembar observasi, pengamat memberikan tanda check list ()
pada skala kemunculan kemampuan berbahasa yang sesuai. Model yang digunakan
adalah model skala Likert, yaitu untuk mengukur sikap seseorang terhadap objek-objek
tertentu. Setiap butir indikator diberikan tanda check list () pada kolom baik, cukup
dan kurang. Setiap butir indikator diberi skor 1-3 sesuai dengan tingkat jawabannya.
Tabel 4. Skala Kemunculan Kemampuan Bahasa
No.
Pilihan Jawaban
Skor
1.
Baik
2.
Cukup
3.
Kurang
56
Irawan Soehartono, Metode Penelitian Sosial (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1998), h. 70.
Purwanto, log. cit.
58
Wasty Soemanto, Pedoman Teknik Penulisan Skripsi (Jakarta: Bumi Aksara, 2002), h. 14.
57
350
yang digunakan pada penelitian ini adalah tes isian, sehingga terlihat dengan jelas
kemampuan anak dalam menyimak dan menebak suatu benda.
59
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi (Bandung; Remaja Rosdakarya, 2004), h.
324
351
berupa permainan teka teki terhadap peningkatan kemampuan berbahasa anak usia
6-7 tahun.
tindakan
dilakukan
dengan
menggunakan
Semiawan, Conny R. Belajar dan Pembelajaran dalam Taraf Usia Dini. Jakarta: PT
Prenhalindo, 2002.
Sinolungan, A.E. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Manado: Universitas Negeri
Manado, 2001.
Soehartono, Irawan. Metode Penelitian Sosial. Bandung: Remaja Rosdakarya, 1998.
Soemanto,Wasty. Pedoman Teknik Penulisan Skripsi. Jakarta: Bumi Aksara, 2002.
Soeparno. Media Pengajaran Bahasa. Jakarta: Intan Pariwara, 1988.
Sower, Jayne. Language Art in Early Education. Georgia: George Fox University, 2000.
Tambunan, RP. Ilmu Jiwa Berkembang. Jakarta: IKIP,1978.
Tedjasaputra, Mayke S. Bermain, Main dan Permainan. Jakarta: Grasindo Widia Sarana
Indonesia, 2001.
Wiriaatmadja, Rochiati. Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Remaja Rosdakarya,
2005.
Zuchdi, Darmiyati dan Budiasih, Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonsia di Kelas Rendah.
Jakarta: Depertemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1997.
354
BAB V
MATERI PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
PLPG PAUD
A. Profesionalisme Guru Anak Usia Dini
1. Tujuan Pembelajaran
Secara khusus sesuai dengan kompetensi yang hams dimiliki oleh seorangpendidikan
akusia dini menunjukkan hasil belajar dengan indikator sebagai berikut:
a. Peserta PLPG memahami gambaran tentang profesi guru, seperti: mengapa
gurudibutuhkandiIndonesia,mengapakualitasguruperluditingkatkan, mengapap
erluadanyapersiapanbaikmentalpengetahuanmaupunfisiksertadanaatauyanglebi
h penting lagi adanya itikad baik tinimbang profesi-profesi lainnya.
b. Peserta PLPG mampu menjelaskan pengetahuan (knowledge) guru dalam
beragambidangkeilmuandenganspesifikasibidanganakusiadini (early child hood ed
ucation).
c. Peserta PLPG memahami konsep yang utuh tentangpersiapan
persiapanyangharusdijalankandalamprosesKBMmulaidariperencanaansampaid
enganevaluasi.
2. Uraian Materi
Pendahuluan
Guru adalah kata yang sangat akrab dikalangan anak didik, demikian
juga kata murid akra dikalangan guru ,dengan demikian ada keterpaduan yang
harmonis antara guru dan murid . Di zaman dulu, guru adalah sosok yang
disegani bukan saja oleh murid namun juga oleh masyarakat, kondisi saat itu
membentuk opini masyarakat bahwa guru adalah sosok yang serba tahu
sehingga menjadi tempat bertanya bagi masyarakat, namun seiring berjalannya
waktu serta berkembanganya zaman memasuki era globalisasi ,maka tuntutan
masyarakat juga mengalami perubahan. Sekarang guru diharapkan memiliki
kompetensi, keterampilan, berwawasan serta kreatif disamping secara
normatif tetap sebagai sosok yang digugu dan ditiru
mampu
membangun citra guru yang baik, seperti yang tertera didalam undangundang guru dan dosen pasal 1 ayat 1 tahun 2005, yang menyatakan bahwa
guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,
membimbing atau mengarah, melatih , menilai dan mengevaluasi peserta
didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, dasar dan
menengah. Dengan demikian guru diharapkan melaksanakan
tugas
kependidikan yang tidak semua orang dapat melakukannya ,artinya hanya
mereka yang memang khusus telah bersekolah Untuk Menjadi Guru yang Dapat
menjadi guru profesional. Guru adalah profesi yang mulia, pada hakikatnya
setara dengan jabatan profesilainnya, seperti kata pepatah, guru dapat
duduk sama rendah dan berdiri sama tinggi dengan profesi lainnya, seperti
355
dokter, pengacara, apoteker dll, yang bersifat profesi, bernomor registrasi dan
memiliki kode etik profesi. Profesionalisme seorang guru bukan hal yang
mustahil terjadi walaupun data hasil survey the political and economicrisk
country (PERC), yakni sebuah lembaga konsultan di Singapura yang pada
tahun 2001 menempatkan Indonesia diurutan ke 12 dari 12 negara di asia
dalam hal kualitas guru. Dengan demikian menciptakan guru profesional
adalah suatu hal yang mendesak diberlakukan negara kita, karena
memposisikan guru seperti itu akan memperbaiki nasib guru yang selama ini
termarjinalkan
(terpinggirkan),
guru
juga
akan
menjadi
lebih
bertanggung jawab pada pekerjaannya. Sementara itu dalam Perpu 19 tahun
2005 dikatakan bahwa seorang guru haruslah memiliki
4 kompetensi, Yakni
kompetensi paedagogi, kepribadian, sosial, dan profesional. Adapun untuk
kompetensi guru PAUD di Indonesia sudah dibuatkan standart tersendiri ,
diantaranya seorang guru PAUD hendaknya memiliki rasa seni
(sense of art) dan berbagai
bentuk
disiplin
agar
dapat
mengenali
pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan anak, selain itu seorang
guru PAUD diharapkan memiliki pemahaman teori perkembangan dan
implikasinya secara praktis terlebih lagi guru PAUD harus memahami Bahwa
anak belajar dalam bermain. Dari uraian diatas tampak bahwa menjadi guru
PAUD ternyata tidak hanya berdasarkan naluri keibuan atau kebapakan semata,
namun
diharapkan
dapat
memahami
tentang
peraturan perundang undangan, organisasi profesi,
teman
sejawat,
anak didik, tempat kerja dll. Semua itu hendaknya dilakukan dengan ikhlas,
karena guru PAUD diharapkan ikut serta membentuk manusia indonesia
seutuhnya dengan beragam pendekatan seperti Montessori, Regio Emilio,
High Schoop ataupun pendekatan dari Indonesia sendiri seperti metode dari
Taman Siswa, INS Kayu Tanam, dan KH Ahmad Dahlan ketiganya
menanamkan nilai-nilai moral dan budi pekerti sejak awal anak mengenal
pendidikan
formal.
Guru
juga diminta agar dapat menciptakan suasana belajar yang nyaman dan Aman
serta gembira demi untuk menunjang keberhasilan proses belajar
mengajar (PBM),serta dapat bekerja sama dengan orang tua serta
masyarakat
(komite sekolah) dalam mengambil prakarsa sekolah. Modul
profesionalisme guru PAUD ini hendaknya dipelajari lebih awal dari mata
kuliah lain agar mahasiswa PLPG sejak awal memiliki gambaran tentang
profesi guru. Modul ini ada dua satuan kegiatan (workshop) keduanya harus
dipelajari secara berurutan adapun modul profesionalisme guru ini sebagian
besar terdiri dari kegiatan praktek dengan demikian urutannya adalah
satuan
kegiatan satu hendaknya dibaca, dipelajari,
didikusikan
serta
dipraktekan melalui metode sosio drama (bermain peran) setelah itu
dilakukan juga dengan urutan yang sama pada satuan kegiatan dua.
a. Pengertian Profesionalisme Guru P.G PAUD
1) Persiapan
356
Persiapan yang dimaksud disini adalah persiapan teknis dan non teknis.Persiapa
n non teknis adalah persiapan mental yang mengarah kepada pembentukan konsep
diri sebagai guru melalui pertanyaan pertanyaan yang secara jujur hendaknya bisa
dijawab oleh masing masing peserta . Adapun pertanyaan pertanyaan tersebut
antara lain adalah
a) Sudah siapkah aku menjadi guru AUD?
b) Bisakah aku menghadapi anak-anak?
c) Bisakah aku mengajar anak-anak dengan benar?
d) Apakah aku mampu membuat suasana belajar yang menyenangkan bagi
anak?
e) Apakah aku mampu memotivasi anak-anak untuk mengembangkan
kemampuan mereka?
f) Apakah aku bisa diterima oleh rekan sejawat?
g) Apakah aku sanggup mengahadapi orang tua murid?
Pembentukkan konsep diri sebagai guru dimaksudkan agar guru tersebut
memiliki kepercayaan diri (self confidence) sebelum melaksanakan tugasnya, karena
Guru yang tidak memiliki rasa percaya diri akan menghambat pekerjaannya sebaga i
guru yang profesional. Persiapan teknis adalah persiapan yang hendaknya dilakukan
oleh seorang guru sebelum menjalankan tugasnya yang bertujuan untuk
melancarkan pekerjannya sebagai guru. Adapun persiapan teknis tersebut adalah:
a) Menyelesaikan urutan administrasi
a) Membuat persiapan KBM sesuai dengan kurikulum serta visi dari masing-masing
sekolah. Hal yang dilakukan adalah membuat rapat kecil dengan kepala sekolah
juga teman sejawat agar ada keterpaduan dalam pelaksanaan program KB
yang disesuaikan dengan rencana sekolah.
b) Merancang kegiatan belajar mengajar sesuai dengan tema yang telah
direncanakan dan dipersiapkan.
c) Membuat satuan kegiatan tahunan sesuai dengan tema yang direncanakan,
seperti satuan kegiatan harian (SKH) satuan kegiatan mingguan.
b) Menyiapkan model pembelajaran yang akan dilakukan
c) Menyiapkan media guna mendukung kegiatan beajar mengajar
d) Menyiapkan setting kelas-ruangan.
d) Menyiapkan metode yang akan digunakan berikut kegiatan penunjangnya
seperti gerak dan lagu, yel-yel dll.
2) Performance
Perfomance yang dimaksud disini adalah : bagaimana kita berpenampilan yangsebagai gu
ru AUD dalam hal:
a) Perawatan tubuh
Guru AUD diharapkan dapat merawat dan membersihkan tubuh sehingga
terkesan berenergi, bersih, wangi, dan tidak kusam.
b) Berpakaian
Melalui pakaian dapat menampakkan ekspresi seluruh kepribadian hendaknya
guru AUD berpakaian sesuai dengan budaya Indonesia, yakni sopan, namun
dapat menunjang aktivitas
357
lagu-lagu anak serta yelyel sangat dibutuhkan bagi seorang guru anak usia
dini yang senantiasa membutuhkan suasana gembira dalam kegi
atan belajar
mengajar.
j) Guru anak usia dini sebagai pencerita :
Bercerita adalah metode salah satu metode yang dibutuhkan bagi
anak usia dini
dalam menyampaikan pesan, nasehat, tentang makna kehidupan.
k) Guru anak usia dini sebagai entertainment :
Guru AUD memang dituntut serba bisa (multi peran ) salah satu
nya adalah
menjadi entertainment, maka akan diperoleh nilainilai kreatif, inovatif dalam
suasana yang menyenangkan dan gembira bagi anak usia dini.
Latihan 1
1) Diskusikanlah secara berkelompok dengan beberapa kawan anda, apa
hakikat guru
dalam kaitannya dengan pendidikan usia dini.
2) Coba telaah lebih lanjut tentang tugas guru dan kesiapan yang harus
dilakukan jika
hendak menjadi guru AUD yang profesional.
3) Apakah kendala utama bagi kita jika ingin menjadi guru AUD yang p
rofesional.
b. Persiapan Pembelajaran
1) Pengertian Profesionalisme Guru P.G PAUD
a) PROFESI adalah bidang pekerjaan dan pengabdian tertentu yang karen
a sifatnya
membutuhkan persyaratan dasar, ketrampilan teknis dan sikap kepriba
dian.
b) Menurut EVERETT HUGHES merupakan simbol dari suatu pekerjaan
dan selanjutnya
menjadi pekerjaan itu sendiri.
c) PROFESIONAL adalah suatu pekerjaan yang memerlukan kepandaian
khusus untuk
melaksanakannya.
d) PROFESIONALISASI adalah suatu proses menjadi seseorang ya
ng memiliki
profesi.
e) PROFESIONALISME adalah mutu, kualitas dan tindak tanduk yang m
erupakan ciri
suatu profesi atau orang yang profesional.
2) Ciri-Ciri Guru Sebagai Profesi
360
an
362
Indikator
1. Kompetensi kepribadian
Indikator
1. Memahami kesinambungan tingkat
perkembangan anak usia 0-6 tahun.
2. Memahami standar tingkat pencapaian
perkembangan anak.
3. Memahami bahwa setiap anak
mempunyai tingkat ketepatan
pencpaian perkembangan yang
berbeda.
4. Memahami faktor penghambat
dan pendukung tingkat pencapaian
perkembangan.
365
Indikator
3. Komptensi Pedagogik
366
4. Kompetensi Sosial
1. Menyesuaikan diri dengan teman
sejawat.
2. Menaati aturan lembaga
3. Menyesuaikan diri dengan masyarakat
sekitar
4.1 Beradaptasi dengan lingkunga
4. Akomodatif terhadap anak didik, oran
g
tua, teman sejawat dari berbagai latar
belakang budaya dan social ekonomi.
n
367
Indikator
Latihan 2
1)
Ajaklah dua orang teman anda untuk melakukan observasi di dua sekolah
TK untuk
melihat kegiatan belajar mengajar yang dilakukan oleh sekolah tersebut.
2)
Kembali dri observasi lakukanlah kegiatan FGD (Focus Group Discussio
n) dengan
teman dari kelompok anda.
3) Setelah FGD presentasikan di depan kelas dari masing-masing kelompok
4) Pada waktu presentasi,hendaknya dilakukan tanya jawab dengan peserta d
ari kelompok
lainnya
3. Evaluasi
Berilah tanda silang (X) pada jawaban yang anda anggap benar!
1. Keberhasilan kegiatan belajar mengajar pada anak usia dini pada umum
nya sangat
ditentukan oleh...
a. Media dan metode yang digunakan
b. Area bermain yang luas
c. Gedung sekolah yang memadai
d. Guru yang memiliki kemampuan mengajar
368
2. Seorang guru PAUD hendaknya memilki pemahaman dua ilmu dasar yak
ni :
4. Daftar Pustaka
Brewer, Jo Ann, Introduction To Early Childhood education, Allyn and Bacon: Bos
ton, 2006
Gestwicki, Carol., Development Appropriate Practice Curricullum and Developme
nt in Early
Education 3rd Ed, Thomson Delmar: New York, 2007
Gordon, Ann Miles & Kathryn W. Browne, Beginnings & Beyond Foundations In
Early Chilhood
Education, Thomson Delmar : New York, 2004
Hohmann, Mary & David P.Weikart, Education Young Children, High Scope: M
ichigan, 1995
Mulyasa, Menjadi Guru Profesional, Bandung, 2005, PT. Remaja Rosda karya
W.S Wimkel, Psikologi Pengajaran, Yogyakarta, 2004 PT Media Abadi
B. Pembelajaran Inovatif Pendidikan Anak Usia Dini
1. Tujuan Pembelajaran
Secara khusus sesuai dengan kompetensi yang harus dimiliki ole
h seorang pendidik
anak usia dini menunjukkan hasil belajar dengan indikator sebaga
i berikut:
a. Mengetahui berbagai model pembelajaran anak usia dini
b. Menganalisis masingmasing model pembelajaran anak usia dini
c. Mengaplikasikan model pembelajaran anak usia dini dalam pe
mbelajaran sehari-hari
di sekolah
d. Memodifikasi model pembelajaran agar sesuai dengan situasi
dan kondisi yang
dihadapi
2. Uraian Materi
369
Pendahuluan
Proses pendidikan dan pembelajaran pada anak usia dini hen
daknya dilakukan
dengan memberikan konsepkonsep dasar yang memiliki kebermaknaan bagi anak
melalui pengalaman nyata. Hanya pengalaman nyatalah yang me
mungkinkan anak
untuk menunjukkan aktivitas dan rasa ingin tahu (curiousity) seca
ra optimal dengan
menempatkan posisi pendidik sebagai pendamping, pembimbing
serta fasilitator bagi
anak. Melalui proses pendidikan seperti ini diharapkan dapat me
nghindari bentuk
pembelajaran yang hanya berorientasi pada kehendak guru yang
menempatkan anak
secara pasif dan guru menjadi dominan.
Proses pendidikan mempunyai peranan penting dalam upaya pe
ngembangan individu
secara khusus dan pengembangan bangsa secara umum. Proses pen
didikan memberikan
kesempatan kepada setiap individu untuk mengembangkan selur
uh kemampuan dan
keterampilan secara optimal. Oleh karena itu, pendidikan hendak
nya diberikan sedini
mungkin agar upaya pngembangan kemampuan da keteramp
ilan individu dapat
berlangsung optimal.
Pada rentang usia dini anak mengalami masa keemasan (the golden a
ge) yang merupakan
masa dimana anak mulai peka/sensitif untuk menerima berbagai
rangsangan. Masa
peka pada masingmasing anak berbeda, seiring dengan laju pertumbuhan dan
perkembangan anak secara individual. Masa peka adalah masa ter
jadinya kematangan
fungsi fisik dan psikis yang siap merespon stimulasi yang diberikan
oleh lingkungan. Masa
ini juga merupakan masa peletak dasar pertama untuk mengemb
angkan kemampuan
kognitif, afektif, psikomotorik, bahasa, sosio emosional dan spiritu
al.
370
2. Isi/Paparan Materi
a. Model Pembelajaran High/scope
Pendekatan high scope pada awalnya dikembangkan untuk anak anak luar
biasa dari lingkungan miskin di Ypsilanti, Michingan. Pada tahun 1962, David
P. Weikart, direktur pelayaan khusus dari Ypsilanti Public School, yang
menamakan Perry Preschool Project (yang kemudian dikenal sebagai
High/Scope Preschool Project). Weikart mendesain proyek ini untuk merespon
371
kegagalan yang senantiasa terjadi pada murid SMA dari lingkungan miskin
Ypisilanti. Sepanjang tahun tersebut, anak-anak secara konsisten dinilai dalam
tingkat bawah dalam tes kecerdasaan dan tes prestasi akademik. Ditandai oleh
tren atau situasi ini, Weikart mencari penyebab dan penyelesaiannya. Weikart
menyimpulkan bahwa rendahnya skor IQ direfleksikan oleh terbatasnya
kesempatan bagi sekolah untuk melakukan persiapan daripada karena
kecerdasaan bawaan anak. Weikart juga menyimpulkan bahwa pencapaian
siswa yang rendah di sekolah menengah berkorelasi dengan keadaannya di
sekolah dasar.
keterlambatan
perkembangan,
bukan
sebagai
penyimpangan.
Berdasarkan pada tugas mereka dalam tujuan ini, guru kemudian berinisatif
menggunakan
pendeatan
yang
sesuai
dengan
perkembangan
dan
anak anak, guru akan dipandu oleh beberapa kunci pengalaman bahwa
seluruh anak perlu untuk memiliki bagian dari kecerdasan motorik, fisik
sosial dan perkembangan emosi. Terdapat 10 kunci kategori, antara lain:
representasi kreatif, bahasa dan keaksaraan, hubungn sosial dan inisiatif,
gerak, musik, klasifikasi, serasi, angka, ruang, dan waktu. Kunci pengalaman
ini akan sangat berperan dalam pemerolehan sosial saat ini dan yang akan
datang serta kemampuan akademik yang dibuthkan agar suksesdi sekolah.
2) Interaksi Anak dengan Orang Dewasa
Orang dewasa mengamati dan berinteraksi dangan anak anak pada level
mereka untuk menemukan bagaimana setiap anak berpikir dan mencari
alasan. Orang dewasa mengzinkan anak untuk mengambil kontrol dalam
pembelajarn individual mereka. Mereka juga mendukung motivasi dari
dalam diri anak dalam pembelajaran dengan cara mengatur jadual dan
lingkungan, memperhatikan iklim sosial yang kondusif, mendukung
penyelesaian konflik yang konstruktif, menginterpretasi tindakan anak anak
dalam bagian kunci pengalaman, merencanakan pendalaman pembelajaran
aktif yang berdasarkan pada minat
3) Lingkungan Pembelajaran
Ruang kelas disusun dalam lima atau lebih pusat minat. Area area ditandai
dengan nama sederhana sehingga dapat memberikan pengertian kepasa
anak, seperti area buku,area rumah dan didefinisikan secara jelas.Variasi
bahan bahan
374
Selain itu, peralatan, permainan anak, dan furniture dalam sekolah High/Scope
harus memenuhi kriteria sebagai berikut harus menyediakan/ mengatur
peralatan yang cukup, baik mainan anak, alat-alat, dan furniture untuk
memfasilitasi partisipasi antara anak dan orang dawasa. Karena itu sekolah
harus: (a) mendukung objeksivitas pendidikan yang spesifk dan program lokal,
(b) mendukung latar belakang budaya dan etnis anak, (c) sesuai dengan usia,
aman, dan mendukung kemampuan dan perkembangan setiap anak, (d) mudah
dijangkau, atraktif, dan mendorong minat penemuan anak, (e) didesain untuk
menyediakan berbagai jenis pegalaman belajar dan menyemangati setiap anak
untuk melakukan eksperimen dan eksplorasi,(f) aman, tahan lama, dan tetap
terjaga dalam kondisi yang baik, (g) disimpan dalam tempat yang aman dan
tetap dalam petunjuk yang rapi dalam kondisi yang baik.
Sasaran
jangka
panjang
kurikulum
High/Scope
adalah
keseimbangan
akademik, sosial, emosional dan aspek fisik. Yang termasuk dalam aspek sosialemosional
adalah
kemampuan
interpersonal
dan
kemampuan
kemampuan
berempati,
kemampuan
bekerjasama,kemampuan
Untuk membantu anak anak agar mereka sukses dalam pembelajaran dan
belajar bertanggung jawab terhadap sekolah dan kehidupannya maka sekolah
High/scope akan menyediakan suatu daftar kegiatan harian yang seimbang
antara kegiatan yang merupakan atas inisiatif anak dangan aktivitas yang
melbatkan orang dewasa secara langsung termasuk kegiatan yang bersifat
individual maupun kegiatan kelompk. kegiatan kelompok juga harus
mendukung perkembangan sosial-emosi anak dengan merencanakan kegiatan
rutin dan transisi yang tepat sehingga anak anak dapat memperkiran cara
yang akan dilakukan. Setiap harinya program High/Scope
memiliki
376
semester. Catatan catatan ini juga digunakan sebagai keterangan orang tua
untuk membantu agar lebih baik mengerti perkembangan anak.
dengan
pendekatan
konsep
pembelajaran
konstruktivis
merupakan
sebuah
rumah, sebuah bis, atau alat pemadam kebakaran. Unit balok-balok ini
menyediakan
sebuah
kekayaaan
mengizinkan
anak-anak
untuk
dalam
belajar
mendapatkan
aktivitas
ini
konsep-konsep
yang
dalam
matematika, pengetahuan alam, geometri, ilmu sosial, dan banyak lagi. Balok
kayu adalah kebutuhan yang alami untuk anak kecil karena balok-balok itu
halus, keras dan simetris. Anak-anak suka untuk mengembangkan karakter
fisik balok-balok itu dengan menyentuhnya, mengusapnya, dan memukul
balok-balok itu bersama untuk mendengarkan suara balok-balok itu. Balok
kayu adalah permaianan material yang mengajak anak-anak untuk
menciptakan sesuatu yang mau. Di sini tidak ada cara yang benar atau salah
untuk
meciptakan
sesuatu
dengan
balok-balok
itu-anak-anak
dapat
pikiran yang abstrak. Terlebih lagi, karena balok-balok didesain dalam unit
matematika, anak-anak bermain dengan itu mendapat pengertian yang nyata
dari konsep yang penting untuk berpikir logis. Mereka belajar tentang
378
ukuran, bentuk, jumlah, jenis, area, panjang, dan berat sebagai apa yang
mereka pilih, ciptakan, dan membersihkan balok-balok. Balok-balok
permainan
yang
bernilai
untuk
perkembangan
fisikal.
Anak-anak
mereka,
379
Menggunakan
kecil
dan
besar
(memegang,
mengangkat,
kemampuan
otot
menempatkan
dan
menyeimbangkan balok-balok)
b) Mengembangkan koordinasi antara mata dan tangan (menempatkan balok
pada pola yang benar)
c) Mengontrol tempat objek-objek (bawah, atas, di atas, di bawah, di atas,
dari, dan di sebelah saat berkontraksi dengan balok-balok)
2) Area Seni
Sebagian besar anak kecil biasanya menyenangi seni. Mereka menyukai
proses penggunaan cat ke kertas, menempel-nempelkan, memukul-mukul
lilin. Bekerja dengan material seni menawarkan anak-anak kesempatan untuk
bereksperimen dengan warna, bentuk, rancangan, dan tektur. Menggunakan
material seni seperti lukisan, lilin, spidol, krayon, kanji dari tepung jagung,
380
mempengaruhi
kesehatan
dan
kebahagiaannya.
Kegiatan
memasak
Salah satu aspek yang paling mempengaruhi dalam memasak bagi anak-anak
adalah ternyata dalam memasak anak-anak diizinkan melakukan kegiatan
lebih sedikit dibandingkan dengan kegiatan yang bisa dilakukan oleh orang
dewasa. Pada sudut balok, mereka membuat jalan dan jembatan bohongan.
Pada sudut rumah mereka membayangkan menjadi orang tua, guru, dan
dokter. Dalam memasak mereka hanya memiliki kesempatan untuk
bertingkah laku hanya seperti anak-anak yang dalam masa pertumbuhansebuah perlakuan yang jarang bagi anak-anak. Banyak guru anak-anak usia
dini merasa bahwa pengalaman memasak merupakan program yang alami
383
Jagalah agar anak-anak sehat dan aman adalah yang utama. Prioritaskan
untuk memulai program memasak dengan mengetahui dengan baik tentang
alergi makanan yang diidap anak-anak, sebaik anda mempercayai dan
memilih keluarga untuk ikut terlibat dalam program ini. Konsultasikan data
anak dan orang tua untuk informasi ini. Ulangi semangat dalam modul ini
ketika anda memiliki waktu dan menemukan satu atau dua ide yang anda
rasa siap untuk dicoba. Keberhasilan anda dalam mengimplementasikan
sebuah pengalaman memasak atau mendirikan sebuah area memasak , dan
antusias anak-anak untuk memilih kegiatan ini , mungkin memberi anda
inspirasi untuk
386
Namun bagaimanapun, permainan pasir dan air penting karena dua alasan.
Pertama, pasir dan air adalah keduanya benda alam yang menjadi kesukaan
bagi anak, yang menimbulkan jenis ekplorasi dan belajar. Kedua, permaina
pasir dan permaian air meningkat ketika keduanya menjadi satu untuk
membentuk tiga tipe permainan - permainan pasir basah. Anda tentunya
dapat menggunakan permainan air dan pasir sebagai aktivitas tersendiri.
Namun bagaimanapun, dengan menggabungkan kedua tipe permainan
dalam satu area bisa mengembangkan manfaat terpisah dari keduanya.
Permainan pasir basah membuat anak anak mengalami dasar matematika
dan sains tangan pertama. Ketika anak anak mencampurkan pasir dan air,
mereka mendapatkan bahwa mereka telah mengubah sifat keduanya, pasir
yang kering menjadi kuat dan airnya terserap. Tekstur/ bentuk kedua benda
itu berubah juga. Tidak seperti pasir yang kering atau air cair, pasir yang
kering bisa di bentuk. Secara individual dan bersama sama permainan pasir
dan air dapat secara efektif menarik dan menyejukan otak dan raga anak.
Anak mendapat manfaat paling banyak dari permaian pasir dan air apabila
guru guru membimbing interaksi mereka. Dengan membuat polapola
pengajaran yang spesifik bagi anak anak, anda dapat mengasuh
pertumbuhan dan perkembangan mereka. Daftar berikut ini menunjukan
beberapa sasaran yang dianjurkan bagi permaianan anak anak di area.
Kompetensi pembelajaran dalam permainan area dan pasir adalah
Kompetensi Pengembangan Sosial Emosional
a) Bermain secara bekerja sama (berbagi alat alat yang di gunakan untuk
permainan air bersama dengan anak anak yang lain)
b) Menjajaki peran social (memandikan boneka dan mencuci piring)
c) Mengembangkan rasa bangga atas karya yang dibuatnya (meminta agar
bangunan benteng yang dibuat didalam bak pasir tidak dirobohkan pada
akhir permainan)
387
d) Mengawasi
anak
yang
bermain
sampai
selesai
(mengaduk
dan
paling tidak seorang anak yang lain dalam sebuah episode permainan. Anakanak menggunakan area rumah tangga untuk mengambil peran jauh lebih
luas di balik adegan keluarga yang familiar dan untuk menciptakan
lingkungan seasing dan semenarik ruang angkasa atau setipe dengan gudang
sepatu. Meskipun lingkungan rumah familiar adalah sebuah tema yang
masuk akal untuk permainan aksi, anak-anak juga melakukan peran karakter
nyata dan imajinasi. Dinosaurus dan setan dapat ditemukan di area rumah
tangga semudah menemukan peran ibu, ayah, dokter, dan penjaga toko.
Anak-anak suka bermain khayalan. Kami telah melihat kesenangan anak
ketika berakting sebagai orang tua, memperlihatkan perbuatan super seperti
pahlawan di televisi, atau menjadi bayi. Kenyataannya, anak-anak terlihat
sangat membutuhkan aktivitas ini. Pada satu penelitian mengenai topik ini,
peneliti menghilangkan area rumah tangga dari sebuah kelas pra sekolah dan
mengamati bagaimana reaksi anak-anak. Dalam tiga hari, anak-anak telah
membentuk area mereka sendiri untuk permainan aksi menggunakan kubuskubus, meja, dan benda-benda kelas lain untuk menciptakan sebuah seting
untuk permainan berpura-pura. Anak-anak sangat merindukan area rumah
tangga yang mereka hilangkan hingga mereka sendiri membangunnya
kembali.
Mengapa permainan aksi sangat penting bagi anak-anak kecil? Ketika anakanak
mengambil
sebuah
peran
di
area
rumah
tangga,
mereka
390
bagaimana
harus
bertingkah
dalam
situasi
baru
ketakutan
dan
kecemasan
(mencoba
peran
dan
6) Area Perpustakaan
Sentra perpustakaan meliputi ruangan untuk melihat buku-buku, ruangan
untuk mendengarkan musik/rekaman dan ruangan untuk menulis. Ada
yang menempatkan ketiga kegiatan ini dalam satu ruangan yang sama; ada
juga yang menggabungkan kegiatan menulis di dalam area seni dan
mendengarkan rekaman atau kaset menjadi bagian dari area musik. Lepas
dari penempatan tadi yang paling penting adalah bagaimana nanti guru
menata ruangan dengan perlengkapannya. Sebagaimana di area area lain,
penataan area perpustakaan memainkan peranan besar dalam memfasilitasi
pembelajaran anak.
suatu
pemahaman
terhadap
symbol
symbol
(menghubungkan gambar anak laki laki dengan kata yang tertulis anak
laki laki).
392
sasaran/kompetensi
pembelajaran.
Tidak
semua
sasaran
yang
disebutkan tadi tepat untuk setiap anak, anda bisa memilih sasaran mana
yang paling tepat digunakan sesuai dengan tingkat perkembangan anak
anak dalam kelompok anda. Model pembelajaran aktif dalam kegiatan
sehari-harinya
mendesain
agar
setiap
kejadian
merupakan
suatu
pembelajaran
Montessori
mengacu
pada
pembelajaran
yang
pembawaan atau potensi yang akan berkembang sangat pesat pada waktuwaktu tertentu. Potensi ini akan mati dan tidak akan muncul lagi apabila tidak
diberikan kesempatan untuk berkembang, tepat pada waktunya. Montessori
memberikan panduan periode sensitif atau masa peka ini dalam sembilan
tahapan sebagai berikut:
USIA
Lahir 3 tahun
1,5
1,5
- 3
- 4
tahun
tahun
- 4
tahun
2,5
3
3,5
4
4,5
6 tahun
6 tahun
4,5 tahun
4,5 tahun
5,5 tahun
PERKEMBANGAN
Masa penyerapan toral (absorbed mind), perkenalan
dan pengalaman sensoris/ panca indera.
Perkembangan bahasa
Perkembangan dan koordinasi antara mata dan ototototnya.
Perhatian pada benda-benda kecil.
Perkembangan dan penyempurnaan gerakan-gerakan.
Perhatian yang besar pada hal-hal yang nyata.
Mulai menyadari urutan waktu dan ruang
395
alat-alat
indera.
Model
pembelajaran
Montessori
secara
bebas.
Langkah
pembelajaran
dalam
model
dibangun
berdasarkan
minat
anak-anak.
Topik
untuk
terhadap
gagasan
dan
minat
yang
muncul
dalam
3) Kerja sama/kolaborasi
Kerja sama/kolaborasi dipertimbangkan dalam model pembelajaran Reggio
Emilia untuk membantu pemahaman koksep pada anak. Anak-anak
diarahkan untuk melaksanakan diskusi, dialog, kritik, membandingkan,
membuat hipitesis dan memecahkan masalah. Model pembelajaran Reggio
Emilia
memfokuskan
pada
keseimbangan
antara
pengembangan
dan
sebagai
peneliti
guru
harus
dengan
seksama
5) Dokumentasi
Serupa dengan portofolio, dokumentasi merupakan perekaman semua bukti
proses pembelajaran yang memberikan gambaran ketika anak-anak sedang
terlibat dalam pembelajaran atau ketika sedang melakukan sesuatu,
penggunaan kata-kata yang mereka ucapkan, perasaan dan pemikiran anakanak. Dokumentasi digunakan sebagai asesmen dan pertimbangan bagi guru
untuk melakukan sesuatu.
6) Lingkungan
Dalam model pembelajaran Reggio Emilia, lingkungan dipertimbangkan
sebagai guru yang ketiga. Para guru sangat berhatihati dalam menata
ruangan untuk pembelajaran anak baik dalam kelompok kecil maupun
kelompok besar, sekaligus ruangan untuk penataan hasil karya anak.
Kompetensi pembelajaran dalam model pembelajaran Reggio Emilia adalah:
398
3. Latihan
a. Lakukanlah observasi pada salah satu lembaga pendidikan anak usia dini untuk
melihat model pembelajaran yang diterapkan.
b. Buatlah satu disain kegiatan pembelajaran dengan mengaplikasikan model
pembelajaran aktif.
c. Buatlah satu disain kegiatan pembelajaran dengan mengaplikasikan model
pembelajaran keterampilan hidup.
d. Buatlah satu disain kegiatan pembelajaran dengan mengaplikasikan model
pembelajaran berbasis masyarakat
400
1) Belajar aktif
Anak anak terlibat secara langsung dalam pembelajaran, peng
alaman bersentuhan
langsung dengan orang orang, benda benda gagasan gagasa
n dan peristiwa.
Pengalaman pembelajaran aktif akan membantu anak an
ak membengun
pengetahuan mereka, seperti: belajar konsep, membentuk ga
gasan, menciptakan
simbol dan abstraksi mereka sendiri. Sebagai fasilisator, yang
akan mengobservasi
dalam berpartisipasi dalam kegiatan anak anak, guru akan di
pandu oleh beberapa
kunci pengalaman bahwa seluruh anak perlu untuk memiliki b
agian dari kecerdasan
motorik, fisik sosial dan perkembangan emosi.
Terdapat 10 kunci kategori, antara lain:
a) Representasi kreatif,
b) Bahasa dan Keaksaraan,
c) Hubungn Sosial dan Inisiatif,
d) Gerak,
e) Musik,
f) Klasifikasi,
g) Serasi,
h) Angka,
i) ruang, dan
j) Waktu
Kunci pengalaman ini akan sangat berperan dalam pemerol
ehan sosial saat ini
403
masing-masing anak.
Seolah harus menyediakan ruang yang layak untuk melakukan sel
uruh program
kegiatan.
Pusat ruang harus disusun dalam area yang fungsional yang dapa
t dikenali oleh
anak dan mengizinkan terjadinya interaksi sosial dan aktifitas in
dividual.
Selain itu, peralatan, permainan anak, dan furniture dalam sek
olah High/
Kemampuan intrapersonal:
Percaya diri
Kreatif
Jiwa sosial kebijakan
Kemandirian
Kritis
Untuk membantu anak anak agar mereka sukses dalam pem
belajaran dan belajar
bertanggung jawab terhadap sekolah dan kehidupannya mak
a sekolah High/scope
akan menyediakan suatu daftar kegiatan harian yang seimb
ang antara kegiatan
yang merupakan atas inisiatif anak dangan aktivitas yang mel
batkan orang dewasa
secara langsung termasuk kegiatan yang bersifat individual
maupun kegiatan
kelompk. Kegiatan kelompok juga harus mendukung perke
mbangan sosial-emosi
anak dengan merencanakan kegiatan rutin dan transisi yang
tepat sehingga anak
anak dapat memperkiran cara yang akan dilakukan. Setiap harinya progr
am High/
Scope memiliki perencanaan kegiatan yang sama, menyediak
an kerangka kerja
yang kosisten untuk orang dewasa dan anak. Rangkaian per
encanaan-tindakanreview (plan-doreview) harian adalah sebuah kegiatan inti High/Scope yang
memberikan kebebasan kepada anak untuk:
mempertimbangkan minatnya
membuat rencana
mengikuti kehendaknya
menggambarkan pengalaman
Dibalik rangkaian rencana-pelaksanaanreview di atas, pengaturan jadwal
sehari hari juga mengizinkan anak beertemu dan berku
mpul dalam sebuah
kelompok kecil atas inisatif orang dewasa yang didasari
oleh minat anak,
kebutuhan, dan tingkat perkembangan mental anak dan mel
ibatkannya dalam
sebuah aktivitas berdasarkan kelompok dalam berinteraksi
sosial, musik dan
pergerakan fisik.
406
dengan orang dewasa, kejadian dan ide-ide. Ruangruang kelas ditata sedemikian
rupa dengan sangat selektif, berhatihati agar pembelajaran aktif pada anak dapat
terjadi. Area dibagi berdasarkan area minat anak yang diatur dalam p
ermainan yang
spesifik, seperti area balok, area perpustakaan, area rumah tangga, ar
ea memasak,
area pasir dan air, area seni.
1) Area Balok
Balok adalah peralatan yang standar untuk kelas anakanak yang pertama
dan itu penting untuk mengimplementasikan Kurikulum Kreatif.
Balok-balok
kosong cocok untuk anakanak yang menyukai permainan dramatik. Dalam
waktu yang singkat balokbalok yang besar ini menjadi sebuah boneka, rumah,
sebuah bis, atau alat pemadam kebakaran. Unit balokbalok ini menyediakan
sebuah kekayaaan dalam belajar aktivitas ini yang mengizinkan an
ak-anak untuk
mendapatkan konsepkonsep dalam matematika, pengetahuan alam, geometri,
ilmu sosial, dan banyak lagi.
Balok kayu adalah kebutuhan yang alami untuk anak kecil karen
a balok-balok
itu halus, keras dan simetris. Anakanak suka untuk mengembangkan karakter
fisik balokbalok itu dengan menyentuhnya, mengusapnya, dan memukul balokbalok itu bersama untuk mendengarkan suara balokbalok itu. Balok kayu
adalah permaianan material yang mengajak anakanak untuk menciptakan
sesuatu yang mau. Di sini tidak ada cara yang benar atau salah unt
uk meciptakan
sesuatu dengan balok-balok itu-anakanak dapat membuatnya semau mereka.
Kadang-kadang anakanak memulai dengan sebuah idea apa yang mereka ingin
buat, dan juga desain tiga dimensi ini berkembang sesuai bagaim
ana anakanak menempatkan balok bersama secara acak atau dengan pola.
Seperti seni
408
ur)
uas)
3) Area Memasak
Memasak memperkenalkan anakanak kepada pengalaman di dunia makanan
untuk pertama kalinya. Mereka tidak hanya mempelajari b
agaimana makanan
disiapkan tetapi juga bagaimana makanan itu mempen
garuhi kesehatan
dan kebahagiaannya. Kegiatan memasak menawarkan k
epada anak-anak
kesempatan untuk bereksperimen dengan makanan, kes
empatan menjadi
kreatif dan kesempatan untuk menyiapkan makanan ringa
n bernutrisi. Hal ini
413
berambisi.
ngkin untuk
Kompetensi Pembelajaran
Ketika berpikir tentang memasak, Kompetensi utama kita mu
enyediakan
p dari mulai
lalui gambar
erja dengan
kebudayaan
sep keluarga)
ngan yang
ngisi cetakan
tambah tinggi)
bisa di bentuk. Secara individual dan bersama sama permainan pasir dan air dapat
secara efektif menarik dan menyejukan otak dan raga anak.
Anak mendapat manfaat paling banyak dari permaian pasir dan air
apabila guru guru membimbing interaksi mereka. Dengan membuat pola
pola pengajaran yang
spesifik bagi anakanak, anda dapat mengasuh pertumbuhan dan perkembangan
mereka. Daftar berikut ini menunjukan beberapa sasaran yang dianj
urkan bagi
permaianan anak - anak di area.
Kompetensi Pembelajaran
a) Kompetensi Pengembangan Sosial Emosional
Bermain secara bekerja sama (berbagi alat alat yang di gunakan untuk
permainan air bersama dengan anak - anak yang lain)
Menjajaki peran social (memandikan boneka dan mencuci piri
ng)
Mengembangkan rasa bangga atas karya yang dibuatnya (me
minta agar
bangunan benteng yang dibuat didalam bak pasir tidak dirob
ohkan pada
akhir permainan)
Mengawasi anak yang bermain sampai selesai (mengaduk dan
menggunakan
gelembung dan kemudian membersihkannya)
b) Kompetensi Pengembangan Kognitif
Perhatikan bahan bahan untuk bagaimana mereka membandingkan dan
mempertentangkan (menambahkan air pada pasir kering unt
uk melihat
bagaimana itu berubah)
Mengerti hubungan sebab dan akibat (memperkirakan apa yan
g terjadi bila
serpihan sabun ditambahkan ke air)
Memperhatikan konserpasi dari isi suatu benda (tuangkan
pasir, air
atau pasir basah ke dalam wadah yang tidak sama bentu
knya dan
membandingkannya)
Pengembangan kemahiran penyelesaian masalah (bayangkan
bagaimana
419
runtuh)
di berbagai
ncing, dan
meresleting).
Menggunakan koordinasi matatangan (memakaikan pakaian pada boneka
dan mencocokkan pancipanci dengan tempat cetakkan pada rak di mana
benda tersebut disimpan).
Menggunakan keterampilan membedakan secara visu
al (mencocokkan
dan mengelompokkan bendabenda seperti peralatan dan perlengkapan
makan).
6) Area Perpustakaan
Sentra perpustakaan meliputi ruangan untuk melihat bu
ku-buku, ruangan
untuk mendengarkan musik/ rekaman dan ruangan untuk
menulis. Ada yang
menempatkan ketiga kegiatan ini dalam satu ruangan yang sam
a; ada juga yang
menggabungkan kegiatan menulis di dalam area seni dan mend
engarkan rekaman
atau kaset menjadi bagian dari area musik. Lepas dari penempat
an tadi yang paling
penting adalah bagaimana nanti guru menata ruangan dengan p
erlengkapannya.
Sebagaimana di area area lain, penataan area perpustakaan memainkan peranan
besar dalam memfasilitasi pembelajaran anak.
Kompetensi Pembelajaran
Sentra perpustakaan dapat membantu anak dalam meng
embangkan aspek
kognitif dan fisik. Penjelasannya dijabarkan dalam butirbutir berikut ini:
a) Pengembangan Kognitif
Mengembangkan
suatu
pemahaman
terhadap
symbol-symbol
(menghubungkan gambar anak laki laki dengan kata yang tertulis anak laki
- laki).
Menambah perbendaharaan kata (mempelajari namanama binatang yang
ada di Afrika).
Memperkirakan suatu kejadian (memperkirakan apa yan
g terjadi selanjutnya
424
(COR) untuk memantau kemajuan perkembangan anak. Halhal yang diobservasi oleh
guru adalah :
Inisiatif (cara anak mengekspresikan pilihannya)
Hubungan sosial (cara berhubungan dengan teman)
Representasi kreatif (membangun, berpura-pura)
Musik dan gerakan (memiliki inisiatif gerakan saat mendengarkan te
mpo lagu)
Bahasa dan literatur (menghitung objek, menjabarkan jarak waktu).
c. Model Pembelajaran Montessori
Model pembelajaran Montessori mengacu pada pembelajaran yang dike
mbangkan
Maria Montessori, seorang dokter wanita Italia pertama yang lahir di Chiar
avalle, sebuah
propinsi kecil di Ancona, Italia pada thaun 1870. Reputasinya di bidang p
endidikan anak
dimulai setelah Montessori lulus dari sekolah kedokteran dan mulai bek
erja di sebuah
klinik psikiatri Universitas Roma. Perkerjaan tersebut membuat Mon
tessori sering
berinteraksi langsung dengan masalah cacat mental. Montessori meyakini
bahwa definisi
mental lebih merupakan masalah pedagogik daripada gangguan medis
dan merasa
bahwa dengan latihan pendidikan khusus, orangorang cacat tersebut dapat terbantu.
Pemikiran Montessori tersebut sangat membantu dan memberikan sum
bangsih yang
sangat besar dalam pengembangan kemampuan anak yang memiliki cac
at mental.
Pemikiran Montessori yang berkaitan dengan anak cacat mental dilanjut
kan dengan
pendirian Casai Dei Bambini atau childrens house di daerahdaerah kumuh Roma pada
tahun 1907.
Model pembelajaran Montessori meyakini bahwa pendidikan sudah dim
ulai ketika anak
lahir. Model pembelajaran Montessori mempunyai landasan pemikiran
bahwa bahwa
dalam tahuntahun awal seorang anak mempunyai sensitive periods (masa peka).
Masa peka dapat digambarkan sebagai sebuah pembawaan atau potensi
yang akan
426
berkembang sangat pesat pada waktuwaktu tertentu. Potensi ini akan mati dan tidak
akan muncul lagi apabila tidak diberikan kesempatan untuk berkemban
g, tepat pada
waktunya. Montessori memberikan panduan periode sensitif atau masa p
eka ini dalam
sembilan tahapan sebagai berikut:
Lahir 3
tahun
1,5
tahun
tahun
USIA
1,5
- 3
- 4
USIA
2,5
tahun
- 6
tahun
3,5
4,5
tahun
- 4,5 tahun
- 4,5 tahun
- 5,5 tahun
Mulai mencorat-coret.
427
budaya, seminar, dan kursuskursus dalam isu pendidikan dan budaya anak usia dini.
Peranan guru dalam pendidikan dengan model pembelajaran R
eggio Emilia adalah
untuk:
membantu bagi anak dalam pengalaman belajar anak.
mendorong agar anak mengeluarkan ideide, cara pemecahan masalah dan konflik.
Mengatur kelas dan bendabenda yang ada di kelas agar menjadi tempat yang
menyenangkan.
Mengatur jenis barangbarang di kelas agar dapat membantu anak membuat
keputusan mengenai benda-benda yang akan digunakan.
Mendokumentasikan perkembangan anak melalui visual, video
tape, tape recorder,
dan portfolio.
Membantu anak melihat hubungan yang ada antara pembelajar
an dan pengalaman
yang didapatnya.
Membantu anak mengekspresikan pengetahuan yang mereka d
apatkan atau miliki
melalui bentuk-bentuk presentasi.
Membentuk hubungan yang baik dengan guruguru lainnya dan para orang tua.
Membuat dialog dan diskusi mengenai projekprojek yang dilakukan dengan para
orang tua dan guru lainnya.
Menjaga bentuk hubungan yang sudah terbentuk dalam diri anak anta
ra rumahnya,
sekolah, dan komunitas lainnya.
Pandangan model pembelajaran Reggio Emilia terhadap suatu proyek pe
mbelajaran
adalah:
Memunculkan ide-ide yang diberikan anak atau dari minat anak.
Projek dapat diprovokasi oleh guru untuk membantu perkembangan a
nak.
Projek dapat diperkenalkan oleh guru melalui halhal yang menjadi minat anak.
Misalnya: gedung-gedung tinggi, bentuk bangunan.
Projek harus merupakan sesuatu yang membutuhkan banyakw
aktu dalam
pengerjaannya agar dapat berkembang dalam pengerjaannya, sehingg
a anak dapat
432
433
434
2. Isi/Paparan Materi
Pendahuluan
Masa usia dini adalah periode penting yang memberikan pengala
man awal dalam
rentang kehidupan manusia. Pengalaman awal yang diperole
h anak pada masa
tersebut akan mempengaruhi sikap, perasaan, pikiran dan pe
rilaku anak pada
tahap selanjutnya. Pelatihan dan pengkondisian yang diberikan p
ada anak secara
berkelanjutan akan membantu anak mencapai berbagai tugas per
kembangannya
secara optimal. Pemahaman terhadap perkembangan anak adalah f
aktor penting yang
harus dimiliki guru dalam rangka optimalisasi potensi anak. Pem
ahaman terhadap
perkembangan anak meliputi berbagai aspek diantaranya fisikmotorik, emosi-sosial,
kognitif/intelektual, bahasa, dan pemahaman nilainilai moral dan agama. Guru yang
memiliki pemahaman terhadap perkembangan anak diharapkan
dapat memberikan
stimulasi yang sesuai dengan karakteristik anak dan memiliki har
apan yang realistis
terhadap anak didiknya. Pemahaman terhadap perkembangan an
ak juga perlu diiringi
dengan pemahaman guru terhadap perkembangan dirinya sendir
i yang berperan
sebagai tauladan bagi anak didik.
Salah satu tugas perkembangan yang perlu dimiliki anak adalah
ketrampilan dalam
belajar untuk menghasilkan gagasan melalui eksplorasi terhadap
lingkungan. Tugas
perkembangan tersebut terkait erat dengan perkembangan ko
gnitif anak yang
435
juga mengkarakterisasi
Asimilasi
berarti
memasukkan/menerima.
Dalam
lingkup
keberadaan
benda
itu.
Seiring
dengan
pertumbuhan
dan
Pada usia sekitar 18 bulan, kemampuan permanensi objek pada anak (usia
toddler) sudah relatif mantap. Imajinasi mental (mental imagery) dan penalaran
deduktif mulai berkembang. Anak sudah memiliki kemampuan untuk mencari
benda-benda yang disembunyikan di beberapa tempat.Mereka juga dapat
mengingat perilaku orang di sekitarnya , mengingat kejadian yang lalu, dan
mulai meniru.
1) Tahap Perkembangan Kognitif anak usia dini (lahir-8 tahun) menurut Piaget:
a) Tahap Sensorimotor (lahir-18 bulan)
Pada tahap ini, bayi hanya bergantung pada gerak dan indera dalam
mengetahui sesuatu. Berpikir pada bayi dalam tahap ini, sangat berbeda
dengan berpikir pada orang dewasa. Pada tahap ini, berpikir terkait erat
440
dengan gerakan fisik dan indera bayi. Inteligensi adalah kemampuan untuk
memperoleh apa yang diinginkan melalui gerakan dan persepsi. Piaget
menyebut struktur aksi bayi dengan istilah skema. Sebuah skema dapat
berupa
pola
aksi
untuk
menghadapi
lingkungan,
seperti
melihat,
Di usia 0-1 bulan, gerakan bayi sangat terbatas, namun bayi mengalami
perkembangan yang signifikan, dimana terjadi proses dan pengaturan
refleks-refleks. Di usia 1-4 bulan, bayi melakukan gerakan yang terjadi secara
kebetulan, kemudian dilakukan berulang-ulang karena menimbulkan kesan
yang menarik bagi bayi. Gerakan vokalisasi juga dilakukan berulang-ulang.
Di usia 4-8 bulan, gerakan bayi sudah melibatkan objek di luar dirinya ,
seperti mainan, pakaian, dan juga orang-orang di dekatnya. Di usia 8 -12
bulan,
terjadi
perkembangan
yang
signifikan,
dimana
bayi
sebuah
Usia
Refleks-refleks
0 1 bulan
Reaksi-reaksi
sirkular primer
1 4 bulan
Reaksi-reaksi
sirkular
sekunder
4 8 bulan
Koordinasi
reaksi-reaksi
sirkular
sekunder
8 12 bulan
Reaksi-reaksi
sirkular tertier
12 18 bulan
Keterangan
Bayi melakukan gerakan sederhana
dan refleks refleks spontan , contoh :
refleks hisap
Bayi melakukan reaksi yang berulangulang dengan bagian tubuh mereka.
Contoh: mengepak-ngepakan tangan,
memegang-megang
rambut
dan
sebagainya Pada sub tahap ini bayi
belum paham sebab akibat..
Bayi melakukan reaksi berulang yang
melibatkan objek lain di luar dirinya.
Contoh:
menggoyang-goyangkan
mainannya yang berbunyi gemerutuk,
Pada sub tahap ini, bayi masih belum
mengerti sebab-akibat.
Bayi
melakukan berbagai macam
gerakan yang telah dilakukan pada
tahap
sebelumnya.
Contoh:
menggoyangkan mainan, membanting,
dan menggigit mainannya.
Bayi mencoba berbagai cara baru,
yang
belum
pernah
dicoba
sebelumnya,
untuk
memecahkan
masalah. Contoh: menarik kursi untuk
mengambil sesuatu yang tinggi,
mengetuk-ngetuk meja yang agak
tinggi dengan mainannya, agar benda
di atas meja jatuh
dan bisa
diperolehnya.
Usia 18-24 bulan ini ditandai dengan internalized thought. Anak pada tahap
ini mulanya memecahkan masalah dengan memikirkannya terlebih dahulu
melalui kesan mental. Pada tahap ini anak mempelajari masalah sebelum
bertindak dan terlibat dalam kegiatan trial dan error secara fisik. Pada anak
usia pra sekolah, mereka dapat menggunakan simbol dan pikiran internal
dalam memecahkan masalah. Pikiran mereka masih terkait dengan objek
konkret saat ini dan sekarang.
Tabel 17.Kogniif Pra Operasional
Sub tahapan
Kombinasikombinasi
Mental
Usia
18 24 bulan
Keterangan
Bayi dapat memecahkan beberapa
masalah dengan menggunakan mental
image. Mereka melakukan suatu
tindakan dengan berpikir, sekalipun
tidak selalu pernah dilakukan. Mereka
dapat belajar meniru perilaku orang
lain.
Tabel 18. Karakteristik berpikir pra operasional pada anak pra sekolah
Karakteristik
Contoh
Berpikir
berdasarkan Seorang anak melihat dua buah mangkuk yang
persepsi
(Perception- masing-masing berisi 10 biji salak. Pada salah
based thinking)
satu mangkuk, biji-biji itu letaknya tersebar.
Anak tersebut berpendapat bahwa di dalam
mangkuk itu terdapat biji salak yang lebih
banyak.
Berpikir Unidimensi
Seorang bapak sedang membuat kolam ikan dan
(
Unidimensional meminta anaknya untuk mencari batu besar
thinking)
berbentuk persegi. Anak itu berusaha mencari
batu yang diinginkan, dan datang ke bapaknya
dengan membawa batu kecil berbentuk persegi.
Bapaknya mengatakan bahwa batu yang
diberikan
anaknya
terlalu
kecil,
dan
menyuruhnya mencari yang besar. Tak lama
kemudian sang anak kembali membawa batu
yang besar tapi dengan bentuk yang bundar.
Irreversibilitas
Seorang anak TK membongkar proyek sains
(Irreversibility)
milik kakaknya. Sang ayah marah padanya dan
444
memintanya
untuk
memasang
kembali
potongan-potongan yang telah dia bongkar.
Namun anak tersebut tidak tahu
cara
mengembalikan dan menempatkan potonganpotongan itu seperti semula.
Penalaran transduktif Seorang anak mendorong adiknya kemudian
(Transductive
mengambil boneka beruang yang sedang
reasoning)
dimainkan
adiknya. Sang anak mencium
boneka beruang tersebut dan kemudian bersinbersin. Tak lama ibunya datang dan marah
padanya, lalu mengambil boneka beruang
tersebut dari pelukan sang anak, dan
mengembalikannya pada adiknya. Anak
tersebut menyangka bahwa dia
dihukum
ibunya karena telah bersin.
Egosentrisme
Seorang anak yang memakai sepatu
baru
berpapasan dengan teman sebayanya yang
memakai sepatu dengan model dan warna yang
sama. Anak tersebut sangat marah dan meminta
temannya untuk memberikan sepatu yang
dipakainya
kepadanya.
Anak
tersebut
berpendapat bahwa sepatu yang dikenakan
temannya adalah sepatu miliknya juga,
sekalipun anak itu tahu bahwa dirinya sedang
mengenakan sepatu tersebut.
Tabel 19. Eksperimen Piaget tentang kemampuan berpikir pra operasional
pada anak
Tugas
Piaget
tentang
kategorisasi,
anak
diminta
untuk
446
saat
Keterangan
datang
dari
dalam
dan
mungkin
Mengetahui
mengingat
mereka
mempunyai
kesulitan
membedakan konsep-konsep tsb.
dalam
Outcome Perkembangan kognitif dan belajar anak usia 6 tahun antara lain:
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
Memahami konsep sains sederhana (contoh: apa yang terjadi jika warna
dicampur)
(6)
(7)
(8)
(9)
448
: _____________-
Tgl.
Jenis
Lahir:_____________________
Kelamin:
Motivasi dan
Memecahkan Masalah
1. Mengamati dan
menyelidiki
Menyelidiki bahanbahan mainan dan
benda-benda lain
yang baru
Memanipulasi
benda untuk
memahami
fungsinya
Menggunakan
lebih dari satu
indera untuk
memperoleh
informasi tentang
proyek
2. Menunjukkan
keingintahuan dan
hasrat untuk
memecahkan
masalah
Menunjukkan
minat terhadap
apa yang terjadi
di kelas
Mencoba untuk
menemukan
Tidak
teramati
Tahap
awal
Berke
m
bang
Kons
is
ten
KOMENTAR
449
penyebab dan
akibat
Bertanya tentang
lingkungan,
kejadian/peristiw
a dan bahanbahan
Mengulang
kegiatan yang
pernah dilakukan
sebelunya
Tekun
memecahkan
masalah sampai
selesai (contoh:
permainan logika
dan puzzle)
3. Menunjukkan
pikiran yang
konstruktif
Menggunakan
pengetahuan dan
pengalaman di
berbagai pusat
kegiatan
Menerapkan
informasi atau
pengalaman baru
ke konteks baru
Mencari bendabenda dengan cara
yang sistematis
Menemukan lebih
dari satu cara
dalam
memecahkan
sebuah masalah
4. Membuat perkiraan
dan rencana
Menyatakan apa
yang akan
direncanakan dan
dilakukan
450
Menggunakan
perencanaan
dalam melakukan
sebuah tugas atau
kegiatan
Mencoba
membuat dugaan
dan perkiraan
Memperkirakan
serangkaian
kejadian
Cara Berpikir Logis dan
Matematis
1.
Mengklasifikasik
an sesuai atribut
Mengklasifikasikan
benda sesuai
warna, bentuk,
ukuran dan lainlain
Mengumpulkan
sekumpulan benda
menurut fungsi
dan label
kelompok
Mengklasifikasikan
benda-benda ke
dalam dua atau
lebih subkelompok
menurut bentuk,
warna, ukuran, dan
lain-lain dan
memberi label
pada kelompok
Menemukan satu
benda dalam
sebuah kelompok
yang tidak pada
tempatnya dan
memberikan
komentar
2.Mengurutkan benda
Melihat adaya
451
kesalahan dalam
suatu penyusunan
Mengatur benda
dari yang terkecil
sampai yang
terbesar
Menyisipkan
sebuah benda baru
d iantara bendabenda yang telah
diurutkan
3. Memproduksi
kembali pola-pola
dalam berbagai cara
Mengulang pola,
dan menambah
pola sederhana
dari sebuah irama,
balok-balok dan
lain-lain
Menggambarkan
pola ketika diminta
dengan
menggunakan
kata-kata deskriptif
Menciptakan polapola sendiri
dengan
menggunakan
berbagai bahan
4. Merekonstruksi dan
mengingat kembali
urutan kejadian
Mengingat kembali
lebih dari 3
langkah dalam
melakukan
kegiatan rutin
Merekonstruksi
urutan kejadian
yang telah lalu
Mengatur 4-5
gambar dalam
452
sebuah urutan
yang logis &
menceritakan
sebuah cerita
5. Memahami hubungan
kuantitatif
Menghitung dari
satu sampai ______
di luar kepala
Menggunakan
hubungan satu-satu
Membandingkan
yang lebih besar
dan yang lebih
kecil, yang banyak
dan yang sedikit
Menggunakan katakata perbandingan
untuk menjelaskan
ukuran
Menggunakan
peralatan untuk
mengukur panjang,
berat atau isi
Menambah dan
mengurangi di
bawah 10
Menghitung
kelipatan 2 dan
kelipatan 3 sampai
20
6. Menunjukkan
kesadaran akan
bentuk-bentuk
geometris dan
menggunakannya
dengan benar
Mengenali,
memberi label dan
menggambar
bentuk-bentuk
453
dasar geometris
Mengenali bentukbentuk di
lingkungan
sekitarnya
Dapat
menyelesaikan
puzzle sederhana
7. Memahami hubungan
ruang dasar
Mengerti kata-kata
yang menunjukkan
posisi dan arah
dengan mengi kuti instruksi
Menggunakan
kata-kata yang
menunjukkan
posisi dan arah
secara tepat
Menyelesaikan
berbagai macam
puzzle
8.Menunjukkan
kesadaran akan
konsep waktu
Mengetahui jadwal
harian
Mengetahui
konsep-konsep
waktu
(siang/malam,
pagi/sore)
Mengerti kata-kata
kemarin, besok,
bulan lalu,
sebelum, sesudah,
pertama, nanti dll.
Mengetahui urutan
hari dalam
seminggu, musim
dan bulan
454
Pengetahuan dan
Informasi
1. Menunjukkan
pengetahuan umum
Mengetahui warna
dan sebutannya
Menyebutkan
nama banyak
benda di
lingkungan
sekitarnya
Menceritakan
tentang rumahnya,
sekolah, mesjid
dan lokasi-lokasi
lainnya di
sekitarnya
Menerangkan
pokok pikiran dari
profesi-profesi
yang berbeda di
lingkungannya
Menunjukkan
kesadaran akan
beberapa tradisi
nasional (perayaan
hari kemerdekaan)
2. Mencari informasi
dari berbagai
sumber
Bertanya
berusia pra sekolah. Kesiapan membaca pada anak dapat terlihat anta
ra lain dari
kemampuan anak untuk (1) mendengar dan membedakan bunyi bah
asa; (2) memahami
konsep tulisan; (3) memberi arti pada bacaan; (4) memahami dan men
ginterpretasi tulisan
sederhana dan sebagainya. Kegiatan membaca merupakan sebuah p
roses berpikir yang
perlu dipelajari dan dilatih, karena tidak terjadi secara otomatis. Dala
m mengajarkan anak
membaca, diperlukan bimbingan yang bersifat individual, waktu ya
ng tidak sedikit, dan
kesabaran pendidik dalam memotivasi anak. Kesiapan membaca da
pat mengembangkan
pemahaman anak tentang hubungan antara bahasa lisan dan si
mbol-simbol tulisan.
Dengan memiliki kesiapan membaca, anak dapat meningkatkan ke
mampuannya dalam
menggunakan berbagai kosa kata.
Kesiapan menulis berawal dari ide/gagasan yang muncul, yang aka
n dituliskan di atas
kertas. Dalam melatih anak kesiapan menulis, pendidik perlu membe
rikan kebebasan pada
anak untuk mengutarakan idenya secara alamiah, sebagaimana keti
ka anak berbicara.
Anak perlu dimotivasi agar tidak perlu cemas atau khawatir saat me
nulis. Pendidik perlu
menjelaskan secara eksplisit bahwa jika ada tulisan yang salah, anak
memiliki kesempatan
untuk menghapus atau merubahnya. Ideide yang muncul juga masih dapat disusun
kembali, demikian pula jika ada pengejaan yang salah. Anak perlu d
ijelaskan pula tentang
manfaat memiliki ketrampilan menulis yang akan sangat berguna dal
am kehidupan seharihari. Kesiapan menulis dapat membantu anak untuk menulis denga
n tujuan yang jelas,
menulis kalimat secara benar, menggunakan tanda baca yang tepat,
menulis dengan jelas
dan relative rapi, merangkai ide dengan baik serta memilih katakata yang tepat.
Kesiapan berhitung terkait erat dengan kemampuan anak dalam ma
tematika. Anak perlu
459
nya
461
Berikut ini beberapa refleksi yang harus dipikirkan oleh para pendidi
k anak usia dini, antara
lain:
1. Seberapa pentingkah bagi guru untuk menerapkan variasi metode
untuk merangsang
perkembangan kognitif pada anak?
2. Sependapatkah Anda bahwa anak usia dini diberikan pelajaran ny
ang menekankan
pada aspek akademi?
3. Apakah selama ini guru di lapangan banyak menuntut anak untuk
memahami hal-hal
yang sebenarnya sulit bagi mereka untuk dijangkau?
4. Bagaimanakah pengalaman Anda sebagai guru ketika anak akan
masuk SD dan harus
mengikuti seleksi yang bersifat akademik?
5. Bagaimanakah pengalaman Anda sebagai guru ketika harus mem
berikan tes yang
menekankan pada kemampuan intelektual pada anakanak yang baru saja menyelesaikan
TK?
menyangkut
pikiran. Tindakan
kognitif menyangkut
tindakan
penataan
dan
464
Terdapat kesesuaian sempurna antara stimulus dengan skema yang sudah ada
dalam pikiran anak.
Terdapat kecocokan yang tidak sempurna, antara stimulus dengan skema yang
ada dalam pikiran anak.
Memberi tanggapan terhadap stimulus baru itu baik berupa tanggapan secara
fisik maupun mental. Bila ini dilakukan anak mengubah pandangannya atau
skemanya sebagai akibat dari tindakan mental yang dilakukannya terhadap
stimulus itu. Peritiwa ini disebut akomodasi.
dan
melakukan
tindakan
tentang
objek
yang
diketahuinya
dan
tiga
proses
fundamental;
asimilasi,
akomodasi,
dan
equilibrasi
anak itu sampai dia mampu melakukan asimilasi atau akomodasi terhadap informasi
baru yang pada akhirnya mampu mencapai keseimbangan (equilibrium). Ada beberapa
macam equilibrium antara asimilasi dan akomodasi yang berbeda menurut tingkat
perkembangan dan perbagai persoalan yang diselesaikan. Bagi Piaget, equilibrasi
adalah faktor utama dalam menjelaskan mengapa beberapa anak inteligensi logisnya
berkembang
lebih
cepat
dari
pada
anak
yang
lainnya.
metode yang
memberikan
semangat
belajar,
membina,
dan
mengarahkan
siswa.
Anda perlu membaca rangkuman yang disajikan dalam tiap akhir modul untuk
membantu Anda mengingat kembali pokok-pokok pembahasan yang telah Anda
pelajari sebelumnya. Selain itu, diharapkan Anda juga mengerjakan latihan soal
yang telah disiapkan, sehingga pemahaman Anda akan lebih komprehensif.
Latihan soal dikembangkan dengan maksud membantu Anda mengukur tingkat
pemahaman Anda terhadap materi yang dipaparkan. Akhirnya selamat belajar,
semoga kesuksesan selalu menyertai Anda!
2. Isi/Paparan Materi
Pendahuluan
Anak usia dini (lahir8 tahun) yang sehat fisiknya adalah anak yang aktif atau banyak
bergerak. Saat terjaga hampir seluruh waktu anak dipergunakan u
ntuk bergerak
gerak kasar yang menggunakan sebagian besar tubuhnya seperti b
erlari, memanjat,
melompat, melempar atau gerakan yang hanya melibatkan sebagian
kecil tubuh seperti
mendorong mobilmobilan, menggunting, menempelkan kertas, memakaikan baju
boneka atau menggambar. Gerakan yang pertama dikenal sebagai ke
trampilan gerakan/
motorik kasar atau gross motor skills dan yang kedua adalah geraka
n/motorik halus
atau fine motor skills. Kedua macam gerakan ini memungkinkan ana
k untuk bermain
sepanjang waktu, karena itu pulalah masa ini merupakan masa ber
main. Pada awal
usia dini (lahir 3 tahun), koordinasi fisik setiap bagian tubuh anak belum sempurna.
Dalam hal melakukan aktivitas motorik, anak masih menggerakkan
otot-otot yang tidak
469
sendiri. Oleh karena itu agar anak dapat mencapai dan melewati perkem
bangannya
dengan optimal, perlu diperhatikan tahaptahap perkembangan motorik anak dengan
stimulasinya yang tepat dan sesuai dengan usia perkembangannya. Disa
mping itu perlu
kiranya dilakukan evaluasi terhadap perkembangan fisik anak agar dapat
terdeteksi
secara dini jika dalam proses perkembangannya terjadi penyimpangan at
au hambatan
yang akan mengganggu optimalisasi perkembangannya.
Modul ini membahas tentang landasan dan tahap perkembangan motorik
anak usia dini,
teknik analisis perkembangan motorik motorik anak usia dini serta berba
gai strategi
dalam mengemas perangkat pengembangan motorik anak usia dini melal
ui kegiatan
menyusun perencanaan dan mengembangkan kegiatan serta media peng
embangan
motorik anak usia dini.
HAKIKAT DAN PERKEMBANGAN MOTORIK ANAK USIA DINI
1. Tujuan Pembelajaran
Secara khusus sesuai dengan kompetensi yang harus dimiliki oleh s
eorang pendidik anak
usia dini melalui modul ini menunjukkan hasil belajar dengan indi
kator sebagai berikut:
a. Memahami perkembangan motorik anak usia dini
1) Memahami landasan dan tahap perkembangan motorik anak
usia dini
2) Melakukan analisis perkembangan motorik anak usia dini
b. Membuat perangkat pengembangan aspek perkembangan motor
ik anak usia dini
1) Menyusun perencanaan pengembangan aspek perkembanga
n motorik anak usia
dini
2) Mengembangkan kegiatan dan media pengembangan asp
ek perkembangan
motorik anak usia dini
3) Pengemasan perangkat pengembangan motorik anak usia din
i
471
Untukmemudahkanmempelajarimodulinisehinggapendidikdapat
mempraktekkannya di
lapangan maka pendidik sebaiknya melakukan halhal sebagai berikut:
a. Baca dan pahami secara mendalam kompetensi dan indikator ya
ng tercantu di atas
b. Bacalah uraian materi secara seksama dan berurutan.
c. Jangan berpindah kepada materi berikutnya sebelum materi aw
al dapat dipahami
oleh anda dengan baik.
d. Diskusikan atau konsultasikan materimateri yang belum dipahami dengan teman/
sumber belajar atau orang yang dianggap ahli dalam bidang ini.
e. Carilah sumber atau bacaan lain yang relevan untuk menunjang
pemahaman dan
wawasan tentang materi ini.
f. Lakukan tugas yang diperintahkan dalam modul ini sebagai
tindak lanjut untuk
mengukur tingkat pemahaman dan ketrampilan dari hasil pemb
elajaran.
2. Uraian Materi
Pendahuluan
Anak usia dini (lahir8 tahun) yang sehat fisiknya adalah anak yang aktif atau banyak
bergerak. Saat terjaga hampir seluruh waktu anak dipergunakan u
ntuk bergerak
gerak kasar yang menggunakan sebagian besar tubuhnya seperti b
erlari, memanjat,
melompat, melempar atau gerakan yang hanya melibatkan sebagian
kecil tubuh seperti
mendorong mobilmobilan, menggunting, menempelkan kertas, memakaikan baju
boneka atau menggambar. Gerakan yang pertama dikenal sebagai ke
trampilan gerakan/
motorik kasar atau gross motor skills dan yang kedua adalah geraka
n/motorik halus
atau fine motor skills. Kedua macam gerakan ini memungkinkan ana
k untuk bermain
sepanjang waktu, karena itu pulalah masa ini merupakan masa ber
main. Pada awal
usia dini (lahir 3 tahun), koordinasi fisik setiap bagian tubuh anak belum sempurna.
Dalam hal melakukan aktivitas motorik, anak masih menggerakkan
otot-otot yang tidak
472
sendiri. Oleh karena itu agar anak dapat mencapai dan melewati perkem
bangannya
dengan optimal, perlu diperhatikan tahaptahap perkembangan motorik anak dengan
stimulasinya yang tepat dan sesuai dengan usia perkembangannya. Disa
mping itu perlu
kiranya dilakukan evaluasi terhadap perkembangan fisik anak agar dapat
terdeteksi
secara dini jika dalam proses perkembangannya terjadi penyimpangan at
au hambatan
yang akan mengganggu optimalisasi perkembangannya.
Modul ini membahas tentang landasan dan tahap perkembangan motorik
anak usia dini,
teknik analisis perkembangan motorik motorik anak usia dini serta berba
gai strategi
dalam mengemas perangkat pengembangan motorik anak usia dini melal
ui kegiatan
menyusun perencanaan dan mengembangkan kegiatan serta media peng
embangan
motorik anak usia dini.
HAKIKAT DAN PERKEMBANGAN MOTORIK ANAK USIA DINI
a. Pengertian
Motorik adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan gerakangerakan tubuh.
Secara umum, kemampuan motorik terbagi menjadi dua macam, yaitu
ketrampilan
motorik kasar atau gross motor skills dan ketrampilan motorik halus ata
u fine motor
skills. Motorik kasar adalah gerakan yang dilakukan dengan melibatka
n sebagian
besar bagian tubuh. Gerakan motorik kasar memerlukan cukup tenaga
dan dilakukan
oleh otototot besar. Contoh gerakan motorik kasar adalah gerakan berjalan, berlari,
melompat dan sebagainya. Sementara motorik halus adalah gerakan ya
ng hanya
melibatkan bagian- bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan oleh otototot kecil.
Karena itu, gerakan motorik halus tidak terlalu membutuhkan tenaga,
akan tetapi
membutuhkan koordinasi yang cermat serta ketelitian. Contoh gera
kan motorik
halus adalah gerakan mengambil sebuah benda dengan menggunakan
ibu jari dan
474
a. Pengertian
Perubahan yang terjadi pada anak, ketika mereka bertambah tinggi, sistem
syaraf yang semakin kompleks, pertumbuhan tulang dan otot pada intinya
mengacu pada perkembangan motorik. Menurut Meggitt (2002: 2), istilah
perkembangan
motorik
merujuk
pada
makna
perkembangan
fisik.
dalam tubuh, khususnya lengan dan kaki secara sadar dan berhati-hati.
Sedangkan pencapaian kontrol motorik halus mencakup penggunaan dan
koordinasi otot kecil pada tangan, pergelangan tangan dengan tangkas.
Gallauhe menjelaskan bahwa perkembangan motorik merupakan perubahan
perilaku motorik yang terjadi terus-menerus sepanjang siklus kehidupan.
Perilaku motorik (motor behavior) dapat diartikan sebagai perubahan pada
pembelajaran
dan
perkembangan
motorik
dalam
mewujudkan
faktor
477
Perkembangan dari otot besar menuju ke otot kecil mengacu pada penggunaan
otot di dalam tubuh. Otot-otot besar (large muscles) meliputi perkembangan di
leher, batang tubuh, lengan dan kaki. Sementara otot-otot kecil meliputi jari,
tangan, pergelangan tangan. Hal ini dapat dilihat pada kondisi dimana bayi
lebih mampu berjalan terlebih dahulu sebelum mereka dapat menjumput
benda-benda yang berukuran kecil. Pola perkembangan cephalocaudal berasal
dari bahasa Latin, from head to tail. Pada pola perkembangan cephalocaudal,
perkembangan struktur dan fungsi tubuh berawal dari kepala, kemudian
menuju badan dan akhirnya menyebar menuju ke kaki. Adapun pola
478
motorik
merupakan
cara
tubuh
untuk
meningkatkan
Terdapat tiga jenis gerakan dasar yang perlu dikembangkan kepada anak, yaitu:
gerakan lokomotor, manipulatif dan stabilitas. Gerakan lokomotor mencakup
gerakan berjalan, berlari, melompat, meloncat, melompat-lompat, mendaki.
Sementara gerakan manipulatif mencakup gerakan melempar, menangkap,
menendang,
memasukkan.
Selanjutnya
gerakan
stabilisasi
mencakup
domain tersebut perlu dikembangkan sejak dini. Koordinasi mata tangan perlu
distimulasi agar anak dapat mempelajari kemampuan manipulasi objek,
kemampuan memproyeksi objek (melempar, menangkap dan memukul),
kemampuan motorik halus (mencoret-coret, menggambar dan menulis), serta
kemampuan megikuti jejak secara visual. Kemampuan lokomotor perlu
dikembangkan dengan tujuan membantu anak mengembangkan kemampuan
menggunakan otot-otot besar untuk berpindah (menggunakan semua anggota
tubuh) secara horizontal dan proykesi tubuh seperti melompat, meloncat,
berlari cepat, berjingkrak dan meluncur. Kemampuan non lokomotor perlu
dikembangkan dengan tujuan untuk membantu anak melatih kemampuan
berpindah (dengan sebagian atau semua anggota tubuh) dan manipulasi seperti
gerakan menarik, mengangkat, memutar, mengulurkan tangan, berguling,
melipat dan membungkuk.Kemampuan pengendalian dan pengaturan tubuh
perlu distimulasi dengan tujuan agar anak mampu mengatur kemampuan
motorik setiap hari dan membantu anak mempelajari keseimbangan dan
kesadaran
temporal,
ketangkasan
dan
koordinasi
(berkaitan
dengan
Otak dan
Pusat Kontrol Syaraf
Fungsi
481
Cerebral Cortex
(Otak Besar)
Basal Ganglia
Cerebellum
(otak Kecil)
Batang Otak
Jaringan Syaraf
483
2) Gerakan dasar, yaitu pola gerakan yang diwarisi yang terbentuk ber
dasarkan
campuran gerak refleks dan gerakan yang lebih kompleks. Contoh : M
enggenggam,
mencengkram, mencekal, menyambar.
3) Gerakan tanggap perseptual. Merupakan penafsiran terhadap segal
a rangsang
yang membuat seseorang mampu menyesuaikan diri terhadap ling
kungan. Hasil
belajarnya dapat berupa kewaspadaan berdasarkan perhitungan dan
kecermatan.
Contoh : Bermain tali, menangkap, menyepak.
4) Kegiatan fisik, yaitu kegiatan yang memerlukan kekuatankekuatan mental,
ketahanan, kecerdasan, kegesitan dan kekuatan suara. Contoh : Sem
ua kegiatan
fisik yang memerlukan usaha dalam jangkauan panjang dan berat,
pengerahan
otot, gerakan sendi yang cepat.
5) Komunikasi tidak berwacana. Merupakan komunikasi melalui g
erakan tubuh.
Gerakan tubuh merentang dari ekspresi mimik muka sampai gerak
an koreografi
yang rumit.
e. Faktorfaktor yang Mempengaruhi Perkembangan Motorik Anak Usia Dini
Perkembangan motorik seorang anak tidak selalu berjalan dengan sem
purna. Ada
beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan motorik anak,
baik faktor
internal maupun faktor eksternal. Berikut ini akan diuraikan faktorfaktor tersebut:
1) Sifat dasar genetik
Faktor ini merupakan faktor internal yang berasal dari dalam d
iri anak dan
merupakan sifat bawaan dari orangtua anak. Faktor ini ditandai den
gan beberapa
kemiripan fisik dan gerak tubuh anak dengan salah satu anggota kel
uarganya,
apakah ayah, ibu kakek, nenek atau keluarga lainnya. Sebagai conto
h anak yang
memiliki bentuk tubuh tinggi kurus seperti ayahnya, padahal sang a
nak sangat
suka makan (dianggap dapat membuat anak menjadi gemuk) tetapi k
enyataannya
486
5) IQ
Kecerdasan intelektual turut mempengaruhi perkemban
gan motorik anak.
Kecerdasan intelektual yang ditandai dengan tinggi rendahny
a skor IQ secara tidak
langsung membuktikan tingkat perkembangan otak anak
dan perkembangan
otak anak sangat mempengaruhi kemampuan gerakan ya
ng dapat dilakukan
oleh anak, mengingat bahwa salah satu fungsi bagian otak ad
alah mengatur dan
mengendalikan gerakan yang dilakukan anak. Sekecil apaun ge
rakan yang dilakukan
anak, merupakan hasil kerjasama antara 3 unsur yaitu otak, u
rat saraf dan otot,
yang berinteraksi secara positif.
6) Adanya stimulasi, dorongan dan kesempatan
Perkembangan motorik anak sangat tergantung pada seberap
a banyak stimulasi
dan dorongan yang diberikan. Hal ini disebabkan karena otot
-otot anak baik otot
halus maupun kasar belum mencapai kematangan. Gerakan
otot yang dilakukan
anak masih sangat kasar. Dengan latihanlatihan yang cukup akan membantu anak
untuk mengendalikan gerakan ototnya sehingga mencapai ko
ndisi motoris yang
sempurna yang ditandainya dengan gerakan yang lancar dan
luwes.
7) Pola asuh
Ada tiga pola asuh yang dilakukan oleh orangtua yaitu pola asu
h otoriter, demokratis
dan permisif. Pola asuh otoriter cenderung tidak memberikan
kebebasan kepada
anak, dimana anak dianggap sebagai robot yang harus taat pa
da semua aturan dan
perintah yang diberikan. Sedangkan Pola asuh permisif sangat
berlawanan dengan
otoriter, yaitu orangtua cenderung akan memberikan kebebas
an tanpa batas pada
anak dan cenderung membiarkan anak untuk bertumbuh dan berke
mbang dengan
488
n berbagai
macam media/alat dan bahan, oleh karena itu perlu kiranya anak
mendapatkan
contoh dan menguasai berbagai cara menggunakan alat alat terseb
ut, sehingga
anak merasa yakin akan kemampuannya dan tidak mengala
mi kegagalan.
Latihan menggunakan alat ini dapat dilakukan dengan berba
gai gerakan
sederhana misalnya bermain jari (finger plays).
d)Pupuk keberanian anak dan hindarkan petunjuk yang dapat merus
ak keberanian
dan perkembangan anak.
Hindari komentar negatif ketika melihat hasil karya motorik
halus anak,
begitu pula katakata yang membatasi berupa larangan atau petunjuk yang
terlalu banyak serta labeling kepada anak. Halhal tersebut dapat menyebabklan
anak berkecil hati, kurang percaya diri dan frustasi dengan kema
mpuannya.
Berikan motivasi dengan katakata positif, pujian, dorongan dan reward lainnya
sehingga anak termotivasi untuk terus menungkatakan kemamp
uannnya.
e) Bimbing anak sesuai dengan kemampuan dan taraf perkembanga
n anak.
Dalam perkembangan anak terdapat karakteristik perkemb
angan yang
berbedabeda untuk tiap usia. Karena itu perlu kiranya memperhatikan apa dan
bagaimana bimbingan dan stimulai yang dapat diberikan
kepada anak sesuai
dengan usia perkembangan anak.
f) Berikan rasa gembira dan ciptakan suasana yang menyena
ngkan pada anak.
Anak akan melakukan kegiatan dengan seoptimal mu
ngkin jika ia berada
dalam kondisi psikologis yang baik, yaitu dalam suasana
yang menyenangkan
hatinya tanpa ada tekanan. Karena itu ciptakan suasana y
ang memberikan
kenyamanan psiklogis da anak dalam berkarya motorik ha
lus.
490
kegiatan.
492
Fisik atau tubuh manusia merupakan system organ yang komples dan sangat
mengagumkan. Semua organ ini terbentuk pada periode prenatal (dalam
kandungan). Kuhlen dan Thomshon. 1956 (Yusuf, 2002) mengemukakan bahwa
perkembangan fisik individu meliputi empat aspek, yaitu (1) system syaraf yang
sangat mempengaruhi perkembangan kecerdasan dan emosi; (2) otot-otot yang
mempengaruhi perkembangan kekuatan dan kemampuan motorik; (3) kelenjar
endokrin, yang menyebabkan munculnya pola-pola tingkah laku baru, seperti
pada remaja berkembang perasaan senang untuk aktif dalam suatu kegiatan
yang sebagian anggotanya terdiri atas lawan jenis; dan (4) struktur fisik/tubuh
yang meliputi tinggi, berat dan proposi.
Usia emas dalam perkembangan motorik adalah middle childhood atau masa anakanak, seperti yang diungkapkan Petterson (1996)
During middle childhood, the body and brain undergo important growth changes, leading
to better motor coordinator, greater strength and more skilfull problem-solving. Health
and nutrition play an important part in these biological developments.
Pada usia ini, kesehatan fisik anak mulai stabil. Anak tidak mengalami sakit
seperti uasia sebelumnya. Hal ini menyebabkan perkembangan fisik jadi lebih
maskimal dari pada usia sebelumnya.
The period of middle childhood, from age six to age twelve is, also remarkably free from
desease. The average child suffers fewer bouts of illness than during the years before
school entry, and the risk of death for a contemporary Australian or New Zealand child is
lower than at any earlier or later period during the life span. (Petterson, 1996).
Perkembangan fisik sangat berkaitan erat dengan perkembangan motorik anak.
Motorik merupakan perkembangan pengendalian gerakan tubuh melalui
kegiatan yang terkoordinir antara susunan saraf, otot, otak, dan spinal cord.
Perkembangan motorik meliputi motorik kasar dan halus. Motorik kasar adalah
493
gerakan tubuh yang menggunakan otot-otot besar atau sebagian besar atau
seluruh anggota tubuh yang dipengaruhi oleh kematangan anak itu sendiri.
Contohnya kemampuan duduk, menendang, berlari, naik-turun tangga dan
sebagainya.
Sedangkan motorik halus adalah gerakan yang menggunakan otot-otot halus
atau sebagian anggota tubuh tertentu, yang dipengaruhi oleh kesempatan untuk
belajar dan berlatih. Misalnya, kemampuan memindahkan benda dari tangan,
mencoret-coret, menyusun balok, menggunting, menulis dan sebagainya. Kedua
kemampuan tersebut sangat penting agar anak bisa berkembang dengan optimal.
Perkembangan motorik sangat dipengaruhi oleh organ otak. Otak lah yang
mensetir
setiap
gerakan
yang
dilakukan
anak.Semakin
matangnya
mereka
dapat
menciptakan
kemampuan
motorik
yang
baru,
495
Kemampuan memperkirakan,
persepsi dan control tentang ukuran
ukuran dan bentuk
dan bentuk dengan menggegam
Koordinasi mata dan tangan(eye-hand Ketepatan koordinasi mata dan
tangan dalam melihat dan
coordination)
mengerjakan sesuatu dengan tangan.
Kelancaran
lengan
ketika Pergerakan tubuh antara bahu,
tangan, tungkai dan jari jari lancar
memindahkan
(fluency
of
arm
dan ketepatan menggerakkan tubuh
transport)
sesuai dengan tugas yang diminta.
Pengendalian kekuatan (force control)
Kemampuan mengendalikan
kekuatan yang digunakan dalam
kegiatan manipulatif
Kecepatan manipulatif (manipulation Pengendalian terhadap kecepatan
gerakan (tidak terlalu cepat dan tidak
speed)
terlalu lambat)
Kestabilan tangan(hand steadiness)
Kestabilan gerakan tangan
(mengurangi gemetar)
Kepekaan
kinestetik
(kinesthetic Umpan balik dari otot, sendi, kulit
dan tendon/urat daging yang
sensitivity)
digunakan untuk membantu dalam
memperhalus gerakan
Pemisahan jari-jari (finger isolation)
Kemampuan memilih dan
menggerakkan jari yang digunakan
untuk tugas tertentu secara tepat .
Kecermatan dalam menggenggam Kemampuan untuk mengambil dan
memanipulasi objek; melibatkan
(precision grip)
penggunaan ibu jari dan telunjuk dan
seringkali jari tengah.
Pelepasan genggaman (grip release)
Kecepatan dan ketepatan dalam
melepas benda dari genggaman.
Manipulatif
Olahraga-kaitan
dengan gerak
Mengelak
Menulis sambung
(Sport)
Bermain voli
Menangkap
Memantulkan bola
Memukul
Menendang
Melempar sampai di atas
kepala
Lompat tali
Fundamental
Seimbang berjalan di
Menyisir rambut
5 tahun
papan titian
Memotong makanan
Mengayuh pedal
dengan pisau
Membuka resleting
Berjingkrak
Memanjat
Melompat-lompat
jari
Memegang gunting dg 2
tangan
Puzzle: jumlahnya
meningkat,
ukurannya makin kecil
Belum sempurna
(Rudimentary)
2 tahun
Refleks (Reflexive)
1 tahun
Menjelajah
Menarik
Duduk
Merambat
Merangkak
Mengancingkan baju
Belajar memegang alat
tulis
Memasang resleting
Melepaskan terkontrol
Menggenggam terkontrol
Melepas baju
Melepaskan
Menggenggam
Menjepit
Menjangkau
Merenggut
Refleks
Menggenggam
Usia
Keterampilan
Jika berkonsentrasi
4 3
dengan sungguhsungguh, 3anak dapat
memegang benda kecil
dengan tangan
yang
mantap dan
menggerakkannya
t
dengan cukup
a
tepat
tanpa menjatuhkan
h
dari
Letakkan setumpuk
balok kayu di depannya
dan mintalah anak
untuk menyusunnya,
yang satu di atas yang
lain. Anak mungkin
berhasil menjaga
keseimbangan delapan
atau Sembilan buah
499
3 3.5 tahun
genggamannya.
u
Anak lebih
n mahir
menggunakan gunting,
sebagian karena ukuran
jari-jari dan tangannya
yang bertambah besar
tetapi juga karena
genggamannya lebih
matang.
Mengenakan kancing
dan membukanya
kembali. Anak ingin
melakukan sendiri
berbagai hal dan
bersedia bekerja keras
untuk tugas ini.
Keterampilan 3
menggambar
mengalami kemajuan
demikian pesat
4
sehingga anak dapat
meniru secara akurat
banyak garis dasart
a
yang menjadi bagian
dari huruf tertulis,h
u
walaupun anak belum
dapat membentukn
huruf dengan lengkap
Koordinasi mata-tangan
bertambah baik
sehingga dapat
menggunakan alat
3.5 4 tahun
harus menggunakan
peralatan makan.
Berikan segenggam
manic-manik kayu
warna warni yang
tengahnya mempunyai
lubang. Minta anak
untuk membuat kalung
dengan memasukkan
beberapa ke dalam
benang.
Tunjukkan kepada anak
saat kita menulis
namanya dengan
ukuran huruf yang
besar dan jelas. Minta
anak untuk berlatih
mengikuti tulisan
tersebut di bawahnya.
Dorong anak agar
mandiri dalam
kebersihan diri sendiri
dan kebersihan di
lingkungan sekitarnya.
Sediakan berbagai
peralatan seperti cat,
kapur tulis, krayon,
pensil untuk melatih
keterampilan menulis.
Berikan sehelai kertas
dan minta anak untuk
membagi dua dan
kembangkan dengan
menggunting bagian
sisanya menjadi dua.
502
Contoh checklist untuk anak prasekolah (3-6 tahun) dapat juga berupa tanda
cek seperti contoh berikut ini (Coughin, 2000):
Nama Anak
Usia Anak
Jenis Kelamin
Guru
Indikator
Tidak
teramati
Tahap
Awal
Berkem
bang
Konsisten
1. Menunjukkan
kontrol
Menunjukkan
kecenderungan
penggunaan
tangan (kanan
atau kiri)
Mengambil dan
menjumput
benda dengan
mudah
Memegang alat
tulis, gunting
dengan pegangan
yang benar
2. Menggunakan
gerakan
terkoordinasi
Menunjukkan
koordinasi mata
tangan
(memasukkan
benang ke lubang
jarum)
Memasangkan
dan
mencocokkan
kembali kepingan
benda kecil
Menutup
503
resleting dan
mengancingkan
baju
Memotong
menurut garis
Menggambar
atau menulis
dengan
terkontrol
3. Latihan
a. Amatilah perilaku salah satu anak yang sedang bermain di TK dari awal masuk
sekolah hingga pulang sekolah!
b. Rekam dan catatlah perkembangan motorik halus anak secara detail
menggunakan berbagai teknik asesmen!
c. Buatlah laporan perkembangan anak secara lengkap mencakup aspek dan
indicator perkembangan motorik halus, komentar dan kesimpulan, dan tindak
lanjut/stimulasi!
508
2. Isi/Paparan Materi
Pendahuluan
Bahasa merupakan alat yang penting untuk berkomunikasi bagi se
tiap orang. Seorang
anak akan mengembangkan kemampuan bergaul (social skill) den
gan orang lain.
Penguasaan keterampilan bergaul dalam lingkungan sosial dimulai
dengan penguasaan
kemampuan berbahasa.
Tanpa bahasa seseorang tidak akan dapat berkomunikasi dengan
orang lain. Anak
dapat mengekspresikan pikirannya menggunakan bahasa, sehing
ga orang lain dapat
menangkap apa yang dipikirkan oleh anak. Melalui berbahasa, ko
munikasi antar anak
dapat terjalin dengan baik sehingga anak dapat membangun hubu
ngan. Tidak heran
bahasa dianggap sebagai salah satu indikator kesuksesan seorang
anak. Anak yang
dianggap banyak berbicara, kadang merupakan cerminan anak ya
ng cerdas.
Bahasa dapat dimaknai sebagai suatu system tanda, baik lisan mau
pun tulisan. Bahasa
merupakan system komunikasi antar manusia. Bahasa mencakup
komunikasi non
verbal dan komunikasi verbal. Bahasa dapat dipelajari secara terat
ur tergantung pada
kematangan serta kesempatan belajar yang dimiliki seseorang.
Bahasa merupakan landasan seorang anak untuk mempelajari halhal lain. Sebelum
dia belajar pengetahuanpengetahuan lain, dia perlu menggunakan bahasa agar
dapat memahami dengan baik . Anak akan dapat mengembangkan kemampuannya
dan memotivasi.
509
mengimplementasikan teori
Behavioristist
Pendidik perlu memberikan penguatan dalam bentuk pujian atau hadiah
terhadap bicara anak walaupun belum lancar atau jelas pengucapannya.
Hal ini akan mendorong anak untuk mau berbicara dengan siapapun.
Guru
menyiapkan
perkembangan
kondisi
kelas
atau
sekolah
yang
mendorong
yang disebut Tata Bahasa Umum atau Universal Grammar. Teori ini
mengatakan bahwa meskipun pengetahuan yang ada di dalam diri anak
tidak
mendapatkan
banyak
rangsangan,
anak
akan
tetap
dapat
mengimplementasikan teori
Nativist
Pendidik tidak memaksa kehendak pada anak, bahwa anak memiliki
kemampuan. Mereka bukan makhluk Tuhan yang kosong tetapi makhluk
yang sudah memiliki potensi tinggal dikembangkan. Peran pendidik
adalah menjadi model, memfasilitasi dan memotivasi.
3) Teori Constructive dari Piaget, Vygotsky, Gardner
a) Teori Constructive
Perkembangan kognisi dan bahasa dibentuk dari interaksi dengan orang
lain. Dengan berinteraksi dengan orang lain, maka pengetahuan, nilai dan
sikap anak akan berkembang. Anak memiliki perkembangan kognisi yang
terbatas pada usia- usia tertentu, tetapi melalui interaksi social, anak akan
mengalami peningkatan kemampuan berpikir.
b) Aktivitas pemerolehan bahasa yang
mengimplementasikan teori
Contructive
Anak akan dapat belajar dengan optimal jika diberikan kegiatan.
Sementara anak melakukan kegiatan, anak perlu didorong untuk sering
berkomunikasi. Adanya anak yang lebih tua usianya atau orang dewasa
yang mendampingi pembelajaran dan mengajak bercakap-cakap
akan
yang
interaktif,
menantang
anak
untuk
meningkatkan
semua
menyadari
bahwa bahasa
merupakan
orang lain. Berkomunikasi sebagai kebutuhan dasar bagi setiap anak karena
merupakan mahkluk sosial yang harus hidup berdampingan dengan sesamanya.
Anak selalu
Universal
dengan
kedua
teori
sebelumnya,
teori
konstruktivisme
lebih banyak arti. Seorang anak berusia 5 tahun pada umumnya dapat
memberikan kontribusi yang baik pada percakapan apapun dengan anak-anak
lain dan orang dewasa.
e) Semangati anak untuk menceritakan pengalaman dan mendeskripsikan ide dan kejadian
yang penting bagi mereka.
f) Anak
prasekolah
memiliki
peningkatan
pengalaman
yang
lebih
luas
perkembangan
mendengar
anak
(yang
sesuai
dan
yang
mengkuatirkan/red flags).
516
Mengingat permainan
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
517
Usia
1.
Lahir -3 bulan
2.
4-6 bulan
Proses Berbicara
- anak membuat suara yang menyenangkan
- anak akan mengulangi suara yang sama
secara berulang-ulang (seperti ocehan)
- anak akan menangis dengan cara berbeda
untuk menunjukkan kebutuhannya yang
berbeda-beda pula (misal : menangis dengan
melengking tinggi jika kesakitan)
- anak akan berceloteh ketika sendirian
- anak akan melakukan sesuatu (dengan bunyi
atau gerakan tubuh) secara berulang ketika
bermain
- anak akan berbicara secara sederhana (tanpa
tangisan) untuk menarik perhatian orang
518
3.
7-12 bulan
4.
12-24 bulan
5.
24-36 bulan
6.
4-6 tahun
dewasa di sekitarnya
anak akan berbicara secara sederhana (tanpa
tangisan) untuk menarik perhatian orang
dewasa di sekitarnya
anak akan melakukan imitasi untuk berbagai
jenis bunyi/ suara
anak akan berceloteh dengan kata-kata
sederhana : ma-mam, da-da tapi masih
belum jelas pengucapannya
anak telah dapat menggunakan berbagai
bunyi huruf konsonan pada awal kata
anak sudah bisa menyusun dua kata. Contoh
: mau minum, mama maem, dll.
Anak dapat bertanya dengan 2 kata
sederhana, misal : mana kucing?, itu
apa?
Anak bisa bertanya dan mengarahkan
perhatian orang dewasa dengan mengatakan
nama benda yang dimaksud.
Cara anak berbicara sudah dapat dipahami
secara keseluruhan
Anak sudah dapat menghafal kata-kata
untuk keseharian
Anak memahami tata bahasa secara
sederhana, misal aku mau naik sepeda
Anak sudah bisa menggunakan kata secara
lebih rumit
Misal : Ibu, aku lebih suka baju yang
berwarna merah. Yang hijau tidak bagus.
519
selanjutnya
dalam
perkembangan
menulis
adalah
tahap
pengulangan secara linear. Pada tahap ini, anak menelusuri bentuk tulisan
yang horizontal. Tulisan yang dihasilkan anak seperti membuat gambar
rumput. Orangtua dan guru memberi kegiatan yang berkaitan dengan
tulisan, misalnya bermain peran di restoran, dimana seorang pramusaji
menuliskan menu yang akan dipesan oleh pelanggan, atau seorang dokter
yang akan menulis resep obat. Kegiatan tersebut akan membantu anak
untuk menyenangi menulis. Biasanya anak akan ingat kata apa saja yang
ditulis walaupun bentuk tulisannya seperti rumput.
c) Random letter stage (Tahap Menulis secara random)
Pada tahap ini, anak belajar tentang berbagai bentuk yang dapat diterima
sebagai suatu tulisan walaupun huruf yang muncul masih acak. Pada
tahap ini orangtua dan guru dapat memberi kegiatan menceritakan
gambar yang dibuat oleh anak. Kegiatan ini membantu anak untuk
menuangkan ide pada gambar menjadi tulisan walaupun kata yang
muncul tidak utuh (hurufnya acak), contoh: anak ingin menulis kata aku
pergi ke taman safari tetapi yang muncul aku pgi k tmn sfri.
d) Letter Name writing or phonetic writing Stage (tahap menulis tulisan
nama)
520
Pada tahap ini, anak mulai menyusun hubungan antara tulisan dan bunyi.
Permulaan tahap ini sering digambarkan sebagai menulis tulisan nama
karena anak-anak menulis tulisan nama dan bunyi secara bersamaan.
Sebagai contoh, anak menulis kata dua dengan duwa, pergi dengan
pegi, sekolah dengan skola. Pada tahap ini anak menulis sesuai
dengan apa yang ia dengar.
521
Pada tahap ini anak dapat membaca berbagai jenis buku yang berbeda
secara bebas, menyusun pengertian dari tanda, pengalaman dan isyarat
yang dikenalnya, dapat membuat perkiraan bahan-bahan bacaan. Bahanbahan yang berhubungan secara langsung dengan pengalaman anak
semakin mudah dibaca.
Usia
Lahir-3 bulan
4-6 bulan
Proses Mendengar/
Memahami
bayi terbangun ketika
mendengar suara yang
keras (biasanya
reaksinya adalah
menangis)
bayi mendengar orang
lain berbicara dengan
cara memperhatikan
orang yang berbicara
bayi tersenyum ketika
diajak bicara
bayi mengenali suara
pengasuhnya dan
menjadi berhenti
menangis ketika diajak
ngobrol
anak sudah dapat
merespon nada suara
(lembut ataupun keras)
anak akan melihat
sekeliling untuk mencari
sumber bunyi (contoh :
bunyi bel, telepon atau
benda jatuh)
anak akan
memperhatikan bunyi
yang dihasilkan dari
mainannya (misal :
memukul-mukul
mainan ke lantai)
Proses Berbicara
anak membuat suara
yang menyenangkan
anak akan mengulangi
suara yang sama secara
berulang-ulang (seperti
ocehan)
anak akan menanagis
dengan cara berbeda
untuk menunjukkan
kebutuhannya yang
berbeda-beda pula (misal
: menangis dengan
melengking tinggi jika
kesakitan)
522
7-12 bulan
anak menyukai
permainan ciluk-ba
anak akan
mendengarkan ketika
diajak berbicara
anak mengenali katakata yang sering ia
dengar, misal : susu,
mama, dll.
12-24 bulan
24-36 bulan
memahami berbagai
sumber bunyi (misal :
suara TV, pintu ditutup,
dll)
Anak telah memahami
perbedaan makna dari
4-6 tahun
1. Latihan
a. Amatilah perilaku salah satu anak yang sedang bermain di TK dari awal masuk
sekolah hingga pulang sekolah!
b. Rekam dan catatlah perkembangan bahasa anak secara detail menggunakan
berbagai teknik asesmen!
c. Buatlah laporan perkembangan anak secara lengkap mencakup aspek dan
indicator perkembangan bahasa, komentar dan kesimpulan, dan tindak
lanjut/stimulasi!
dengan
cepat.
Karena
itu
di
lembaga
PAUD
perlu
anak
lebih
tinggi
yang
tentunya
akan
terucap
melalui
percakapannya dengan pendidik. Pendidik menggali dengan pertanyaanpertanyaan terbuka sehingga anak dapat berpikir aktif. Karena itu perlu
pendidik yang aktif akan memberikan pengalaman pada anak dalam
menggunakan bahasa yang tepat. Pendidik juga perlu mengucapkan kalimat
dengan bahasa yang benar. Jika orang dewasa memberikan contoh kata-kata
yang keliru, maka anak akan meniru kata-kata tersebut.
Berikut ini beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh orang dewasa untuk
memfasilitasi pembelajaran bahasa anak, antara lain:
a) Pembelajaran bahasa bagi anak-anak menjadi mudah apabila mereka
memiliki lingkungan dan stimulasi yang tepat.
b) Bayi belajar dan mendapat ide untuk bicara dari mendengar orangorang disekitarnya bercakap-cakap.
c) Anak siap belajar untuk membuat suara dari bahasa yang ia pelajari. Bila
seorang anak hidup dalam lingkungan dimana dua bahasa dipakai maka
ia akan dapat membunyikan suara kedua bahasa tersebut.
d) Pertama-tama kita harus menjadi pendengar yang baik. Bicaralah
sebanyak mungkin dengan bayi dan mencoba membuat percakapan
pribadi dengan mereka. Usahakan agar anak melihat bahasa tubuh anda.
e) Biarkan anak memahami perkataan dan perasaan kita dengan cara
mencocokkan apa yang kita katakan dengan apa yang kita lakukan atau
yang kita katakan dengan ekspresi wajah kita.
f) Sangatlah penting untuk mengaitkan antara perkembangan bahasa
dengan perkembangan lingkungan dan sosial anak-anak. Kurikulum
seharusnya diletakkan pada kerangka budaya.
g) Belajar membaca dan menulis akan terserap jauh lebih cepat dan efektif
oleh anak-anak yang sudah memiliki latar belakang pemahaman dan
kemampuan verbal.
525
Dan
kata-kata
tersebut
hendaknya
bermakna
dan
dengan anak atau kelompok anak. Dibawah ini ada tips memilih buku untuk
anak yang merujuk pada perkembangan karakteristik anak.
2) Tips memilih buku yang tepat untuk anak usia dini.
a) 0-2 tahun
Pengembangan karakteristik: menjelajahi dunia lewat sensorik input dan
aktivitas
motorik
(Piaget);
berhubungan
dengan
permasalahan
3.Evaluasi
a. Buatlah perencanaan pembelajaran bahasa untuk anak usia 3 sampai 6 tahun.
b. Buatlah media pembelajaran bahasa yang sesuai dengan perencanaan yang
anda buat.
c. Persiapan draf pengaturan kelas yang akan disediakan untuk anak sesuai
dengan perencanaan.
d. Daftar Pustaka
Brewer, Jo Ann, Introduction To Early Childhood Education, Allyn and Bacon : B
oston, 2006
Bromley, Karen DAngelo., Language Arts: Exploring Connections 2nd Ed, Allyn
& Bacon:Boston,
1992
Gestwicki, Carol., Developmentally Appropriate Practice Curriculum and Develop
ment in Early
Education 3rd Ed, Thomson Delmar : New York, 2007
Gordon, Ann Miles & kathryn W. Browne, Beginnings & Beyond Foundations in
Early Childhood
Education, Thomson Delmar : New York, 2004
Hohmann, Mary & David P. Weikart, Educating Young Children, High Scope :
Michigan, 1995
Jalonggo, Mary Renck, Early Childhood Language Arts 4th Ed, Pearson Educati
on : Boston,
2007
Morrison, George S, Early Childhood Education Today, Pearson Prentice Hall : N
ew Jersey,
2007
528
emosi anak
6. Mengetahui peran lingkungan, termasuk pengaruh sosial dan budaya dalam
pengembangan kemampuan sosial dan emosi anak
2. Isi/Paparan Materi
b. Latar Belakang
Masa usia dini adalah periode penting yang memberikan pengalaman awal
dalam rentang kehidupan manusia. Pengalaman awal yang diperoleh anak
pada masa tersebut akan mempengaruhi sikap, perasaan, pikiran dan perilaku
anak pada tahap selanjutnya. Pelatihan dan pengkondisian yang diberikan pada
anak secara berkelanjutan
Masa usia dini adalah periode terbaik bagi anak untuk belajar mengembangkan
kemampuan sosialisasi dan mengekspresikan emosi secara positif. Untuk
mencapai hal ini, dibutuhkan keterlibatan pendidik , dalam hal ini guru untuk
memfasilitasi anak dalam belajar proses sosial. Berkaitan dengan hal tersebut,
diharapkan materi tentang pengembangan sosial dan emosi anak pada modul
ini dapat menambah wawasan guru tentang tahapan perkembangan emosi dan
sosial pada anak dalam ragka membimbing anak untuk mengekspresikan emosi
dan beradaptasi
530
Erikson
menyatakan
bahwa
individu,
termasuk
anak,
tidak
hanya
Selain itu
perkembangan sosialisasi dan emosi pada anak juga dipengaruhi oleh faktor
kematangan dan belajar. Pada usia pra sekolah, anak sudah mulai menyadari
bahwa tidak semua keinginannya dapat dipenuhi. Namun demikian, hal ini
bukan berarti anak sudah mampu mengendalikan perasaan atau emosinya saat
harapannya tak dapat diperoleh. Kemampuan sosialisasi dan emosi anak akan
berkembang seiring dengan penambahan usia dan pengalaman yang
diperolehnya. Aspek kognitif juga berperan penting dalam hal ini dimana
dengan kematangan di segi kognitif, anak dapat membedakan hal yang baik
dan buruk berdasarkan nilai-nilai yang ada di masyarakat.
d. Pengertian Sosialisasi
Dalam bersosialisasi, anak mengalami suatu proses untuk berperilaku sesuai
dengan norma atau adat istiadat di lingkungan sosialnya. Proses sosialisasi
pada anak tidak selalu berjalan lancar karena anak memiliki keterbatasan.
Seiring
dengan
bertambahnya
usia
anak
dan
meningkat
tahap
532
beberapa
factor
yang
mempengaruhi
kemampuan
anak
dalam
f. Proses Sosialisasi
Dalam bersosialisasi, anak membutuhkan keterampilan agar dapat melakukan
proses sosialisasi yaitu 1) proses imitasi; 2) proses identifikasi; 3) proses
internalisasi. Proses imitasi adalah proses dimana anak belajar meniru perilaku
yang dapat diterima secara sosial. Proses imitasi ini dilakukan ketika anak
melihat secara langsung perilaku orang lain yang dijadikan contoh/model.
Setelah melakukan proses imitasi, anak melakukan proses identifikasi. Proses
identifikasi adalah proses terjadinya pengaruh sosial pada anak , dimana anak
ingin menjadi seperti orang yang dicontoh. Dalam proses identifikasi, anak
berusaha berperilaku sesuai dengan orang yang ditirunya. Proses internalisasi
adalah proses penanaman serta penyerapan nilai-nilai. Dalam proses ini
diperlukan pemahaman anak untuk membedakan nilai-nilai sosial yang baik
dan buruk.
meniru perilaku yang dapat mereka lihat sendiri ( misalnya gerakan tangan),
disbanding tindakan yang tidak dapat mereka lihat sendiri (misalnya
mengeluarkan lidah).
Aksi meniru yang terlambat mungkin terjadi sebelum usia 2 tahun. Seorang
anak berusia 15 bulan, memandang dengan diam pada ibunya yang sedang
memutar telpon,beberapa menit,jam atau minggu kemudian anak itu akan
mengulangi tindakan tersebut diatas. Koordinasi motor yang diperlukan akan
memutar nomor telepon telah lama ada didalam daftar pikiran anak sebelum
tindakan meniru terjadi. Hal serupa terjadi jika seorang anak usia 20 bulan,
melihat pada seorang peneliti laboraturium yang meletakan sebuah balok kayu
pada sebuah tempat kayu dan berkata, boneka ini amat lelah dan kita harus
meletakkannya ditempat tidur. Selama tidur boneka. Anak itu gagal meniru
sebagian kejadian itu selama 20 menit berikutnya. Tetapi jika ia memasuki
ruang yang sama sebulan kemudian dan melihat mainan yang sama, ia segera
akan
meletakkan
balok
kayu
itu
pada
sebuah
tempat
kayu
dan
mengatakan,selamat tidur.
Aksi meniru meningkat frekusensinya antara usia 1 dan 3 tahun, namun
kemungkinan meniru suatu tanggapan tertentu tergantung dari jenis perilaku.
Jenis perilaku ini ada 3 bentuk , yaitu :
a) Meniru sejumlah variasi dari gerakan. Contoh bentuk ini adalah jika ada seorang
dewasa menggerakkan sebuah balok sepanjang meja.
b) Meniru perilaku social. Misalnya seorang dewasa meletakkan sebuah tirai
didepan wajahnya dan mengintip dari samping dua kali.
c) Meniru yang membutuhkan koordinasi dua tindakan terpisah di dalam satu
deretan gerak motorik. Contohnya adalah orang dewada yang mengangkat
sebuah cangkir kuningan dengan sebuah tali dan memukulnya tiga kali dengan
tangkai baja.
535
kesimplan bahwa ia termasuk suatu kategori yang sama dengan laki- laki lain.
Hal serupa terjadi pada anak gadis yang berkesimpulan bahwa mereka termasuk
kategori yang sama dengan wanita lain. Pengetahuan ini membangkitkan usaha
setiap anak yang aktif dalam mencari kemiripan tambahan dengan orang lain,
sebagai usaha menegeskan kedalam jenis kategori apa mereka termasuk. Mereka
melakukan hal ini dengan meniru tindakan orang-orang tersebut.
kekuasaan
untuk
menimbulkan
emosi
anak,
apakah
itu
mengamati secara seksama anak atau orang lain yang membangun struktur
serupa untuk kemudian menirunya. Anak usia 3 tahun akan meniru perilaku
yang menganggu dari anak lain, karena dengan perilaku tersebut ia berhasil
mendapatkan mainan yang dinginkannya dari anak lain. Dasar dari meniru ini
khususnya timbul setelah tahun ke dua. Kini tepat untuk mengatakan bahwa
anak-anak mempunyai motivasi untuk meniru orang lain, karena mereka
mempunyai gagasan dalam mencapai suatu tujuan melalui tindakan meniru.
2). Arah Perkembangan Identifikasi
Sejalan dengan perkembangannya, anak mendapatkan banyak sifap dan pola
perilaku yang sama dengan sikap perilaku orang tua mereka. Kadang-kadang
persamaan mereka ditunjukkan dalam karakteristik seperti cara berjalan,gerak
tangan, serta perubahan lagu suara yang cukup mencolok. Dalam hal demikian
anak dikatakan identik dengan ibu atau ayahnya.
Kondisi identifikasi berasal dari aliran Psikoanalisa dan memegang memegang
peranan penting dalam teori Freud. Dalam teori Psikoanalitik, identifikasi
dihubungkan dengan proses tidak disadari yang dilalui seseorang dalam meniru
karakteristik ( sikap, pola, perilaku, emosi) orang lain. Anak-anak, dengan
meniru sikap serta ciri orang tua mereka, akan merasa bahwa mereka telah
menyerap sebahagian kekuatan dan persyaratan yang dimiliki orang tuanya.
Identitifasi menurut pandangan Psikioanalitik, lebih dari penjiplakan perilaku
orang tua; anak itu memberi respon seolah-olah ia adalah ibu atau ayah. Jadi
seorang anak perempuan yang mengidentifikasikan dirinya dengan ibunya,
merasa bangga jika ibunya menerima penghargaan atau kehormatan seolah-olah
ia sendiri yang menerimanya. Melalui proses identifikasi,anak memperolah
perilaku yang berbeda-beda yang terlibat dalam perkambangan kontrol diri,
pertimbangan yang baik buruk dibentuk dengan cara menggabungkan standar
perbuatan orang tua sehingga anak berbuat menurut standar tersebut meskipun
539
pada waktu ibu atau ayah sedang tidak ada, dan anak akan merasa berdosa jika
melanggar standar itu.
Beberapa
ahli
psikologi
meragukan
pandangan
psikoanalitik
mengenai
seorang
anak
perempuan
mungkin
akan
mencoba
menyamai
kemampuan bergaul dan rasa humor seperti ibunya., tetapi bukan nilai-nilai
moralnya. Para ahli psikologi memandang identifikasi sebagai suatu bentuk
kegiatan belajar ; anak-anak menirukan perilaku tertentu dari orang tua mereka,
karena mereka diberi ganjaran untuk melakukan itu. Saudara kandung, teman
sebaya, guru dan tokoh TV merupakan model lain yang berperan sebagai sumber
imitasi atau identifikasi. Menurut pandangan ini, identifikasi merupakan proses
yang berkesinambungan pada saat respon baru diperoleh sebagai hasil
pengalaman langsung dan tidak langsung bersama orang tua atau model lain.
Sebagian
besar
ahli
psikologi
tanpa
memandang
cara
mereka
hangat dan inti, dengan ibu mereka daripada anak perempuan yang dinilai
kurang feminism (Mussen dan Rutherford, 1963).
2. Kekuasaan
orang
dewasa
dalam
mengontrol
lingkungan
anak
juga
lebih
besar
dalam
menyamakan
dirinya
dengan
ibunya
yang
543
dengan
pekerjaan
orang
dewasa;
(7)
belajar
membina
544
i. Pengertian emosi
Emosi berperan penting bagi anak . Pada usia dini, anak telah belajar tentang
emosi, walaupun di usia tersebut anak belum dapat menginterpretasi
serangkaian emosi negatif yang diekspresikan orang lain. Sebagaimana
dinyatakan oleh Sroufe: By the preschool period, children have learned a great deal
about emotion and emotional expression. Although preschoolers are still not very good
at interpreting the range of negative emotions that others may express. Emosi
menunjukkan kondisi perasaan anak. Anak yang sedang gembira akan
menunjukkan emosi dengan cara tertawa atau tersenyum. Anak yang sedang
sedih akan menunjukkan emosi dengan menangis atau merengutkan wajah.
Berbagai emosi yang diekspresikan anak menunjukkan pada orang lain, apa
yang anak rasakan atau anak inginkan pada saat tertentu.
Kata emosi berasal dari bahasa latin yang berarti mengeluarkan (to move out),
menstimulasi dan memotivasi (to excite). Arti yang sepadan sering digunakan
oleh para psikolog yaitu perasaan (affect, feeling), yang dikontraskan dengan
kognisi (cognition) ataupun tindakan (action). Menurut Lindgren, pada
dasarnya emosi adalah keadaan antusiasme umum yang diekspresikan dengan
perubahan pada perasaan dan kondisi tubuh. Essentially, emotion is a state of
generalized excitement that expresses itself in changes in feeling tone and body
condition. Santrock memandang emosi dari segi psikologis dan gejala yang
timbul. Emosi adalah perasaa afeksi yang melibatkan kombinasi stimulasi
psikologis (seperti jantung yang berdetak lebih kencang) dan ekspresi perilaku
(seperti senyuman atau menyeringai). Emotion as feeling of affect that involves a
545
grimace).
situasi tertentu.
atau masalah. Sedangkan cinta yaitu dimana anak bergerak menuju ke sumber
kesenangan.
Pembiasaan,
yang
kurang
peniruan
dan
ingatan
menyenangkan,
anak
terhadap
berkontribusi
terhadap
tanda
ini
melalui
berbagai
ekspresi
wajah
yang
dapat
Menurut Piaget, anak yang berada pada tahap perkembangan kognitif pra
operasional (2-7 tahun) ditandai dengan egosentrisme yang kuat, gagasan
imajinatif, bertindak berdasarkan pemikiran intuitif atau tidak berdasarkan
pemikiran yang rasional. Kroh menyatakan bahwa emosi anak usia 4-5 tahun
berada pada masa kegoncangan atau biasa disebut sebagai trotz period. Pada
masa ini muncul gejala kenakalan yang umum terjadi pada anak, dimana anak
menunjukkan
sikap
menentang
pada
kehendak
orang
tua,
kadang
ledakan emosi yang kuat, disertai rasa marah, serangan yang bersifat agresif,
menangis, menjerit, melempar, berguling atau menghentakan kaki. Tenper
tantrum adalah ungkapan kemarahan anak yang disertai dengan tindakan
negative atau destruktif. Temper tantrum terjadi karena anak belum memahami
cara yang tepat
Tantrum pada anak dapat menguji batasan apakah pendidik menyatakan atau
menerapkan sesuatu secara sungguh-sungguh. Anak akan melihat reaksi atau
respon pendidik saat menghadapi tantrum.Di satu sisi, tantrum dapat
memungkinkan anak untuk menyatakan kemandiriannya, mengekspresikan
individualitasnya,
menyuarakan
pendapatnya,
melepaskan
dengan
cara
yang
dapat
diterima
oleh
lingkungan.
Penyebab tantrum antara lain sebagai berikut: (1) frustasi; (2) kelelahan;
549
(3) lapar; (4) sakit; (5) kemarahan; (6) kecemburuan; (7) perubahan dalam
rutinitas; (8) tekanan di rumah (misalnya akibat ketidakharmonisan orang tua,
pindah rumah, kematian, sakit atau masalah keuangan); (9) tekanan di sekolah;
dan (10) rasa tidak nyaman. Dalam penanganan tantrum, pendidik tidak
diharapkan untuk menetapkan harapan yang tinggi pada anak sebagaimana
standar orang dewasa. Pendidik tidak menafsirkan kemampuan berbicara anak
sebagai ketrampilan menalarnya. Hal ini dikarenakan terkadang anak mampu
mengatakan hal-hal yang sebenarnya tidak mereka pahami. Langkah-langkah
untuk meminimalkan munculnya temper tantrum pada anak : (1) mengenali
pola tantrum pada anak. (2) Memberikan kegiatan yang menyenangkan dan
positif bagi anak serta dan pujian/hadiah untuk usaha anak; (3) memberi label
emosi pada anak; (4)mengajarkan kontrol diri : (5)mengajarkan relaksasi;
(6)menentukan batasan yang wajar untuk anak. Respon pendidik saat anak
tantrum : (1) memastikan keamanan untuk anak; (2) bersikap tenang dalam
menghadapi tantrum: (3) mengabaikan tantrum jika itu dimaksudkan untuk
mencari
perhatian;
(4)
membendung
kekacauan;
(5)
memaafkan
dan
melupakan.
a. Kecerdasan Emosi
Salovey dan Mayer mendefinisikan kecerdasan emosional sebagai bagian dari
kecerdasan social yang melibatkan kemampuan emosi diri dalam berhubungan
dengan orang lain, kemampuan memilah dan menggunakan informasi dalam
berpikir dan berperilaku. Dengan demikian, kecerdasan emosional berada
dalam wilayah kecerdasan social. Sebagai contoh, dalam berinteraksi dengan
orang
lain,
emosi
dan
perasaan
individu
ikut
berperan.
Goleman
dan emosi
contoh
kegiatan
dalam
mengembangkan
ketrampilan
yang
ketrampilan
yang
contoh
kegiatan
dalam
mengembangkan
sekolah. Pada usia 4 tahun perkembangan moral anak semakin luas di usia in
i pengetahuan
anak tentang nilai dan norma sebagai dasar perilaku moral berke
mbang luas. Anak
belajar mengetahui tentang apa yang seharusnya ia lakukan dalam
berinteraksi dengan
temanteman dan guru mereka di sekolah. Selain itu anak dapat membedakan
apa
yang berlaku di rumah dan di sekolah, hal ini membuat anak agar
dapat berlaku sopan
dimanapun ia berada.
Tahapan Perkembangan Moral
Menurut Piaget dalam pengamatan dan wawancara pada ana
k usia 4-12 tahun
menyimpulkan bahwa anak melewati dua tahap yang berbeda dal
am cara berpikir
tentang moralitas yaitu :
1. Tahap Moralitas Heteronom
Anak usia 47 tahun menunjukkan moralitas heteronom, yaitu tahap pertama dari
perkembangan moral. Anak berpikir bahwa keadilan dan perat
uran adalah properti
dunia yang tidak bisa diubah dan dikontrol oleh orang. A
nak berpikir bahwa
peraturan dibuat oleh orang dewasa dan terdapat pembatasanpembatasan dalam
bertingkah laku.
Pada masa ini anak menilai kebenaran atau kebaikan tingkah l
aku berdasarkan
konsekuensinya, bukan niat dari orang yang melakukan. Anak
juga percaya bahwa
aturan tidak bisa diubah dan diturunkan oleh sebuah otori
tas yang berkuasa.
Anak berpikir bahwa mereka tidak berhak membuat peratura
n sendiri, melainkan
dibuatkan aturan oleh orang dewasa. Orang dewasa perlu mem
berikan kesempatan
pada anak untuk membuat peraturan, agar anak menyadari bah
wa peraturan berasal
dari kesepakatan dan dapat diubah.
2. Tahap Moralitas Otonomi
557
Usia 710 tahun, anak berada dalam masa transisi dan menujukkan sebagian ci
riciri dari tahap pertama perkembangan moral dan sebagian ciri
dari tahap kedua
yaitu moralitas otonom. Anak mulai sadar bahwa peraturan da
n hukum dibuat oleh
manusia, dan ketika menilai sebuah perbuatan, anak akan me
mpertimbangkan
niat dan konsekuensinya. Moralitas akan muncul dengan adan
ya kerjasama atau
hubungan timbal balik antara anak dengan lingkungan dimana
anak berada.
Pada masa ini anak percaya bahwa ketika mereka melakukan
pelanggaran, maka
otomatis akan mendapatkan hukumannya. Hal ini seringkali m
embuat anak merasa
khawatir dan takut berbuat salah. Namun, ketika anak m
ulai berpikir secara
heteronom, anak mulai menyadari bahwa hukuman terjadi ap
abila ada bukti dalam
melakukan pelanggaran. Piaget yakin bahwa dengan semakin
berkembang cara
berpikir anak, anak akan semakin memahami tentang persoala
n-persoalan sosial
dan bentuk kerjasama yang ada di dalam lingkungan masyara
kat.
Selain Piaget, Kohlberg juga menekankan bahwa cara berpikir
anak tentang moral
berkembang dalam sebuah tahapan. Kohlberg menggambarka
n 3 (tiga) tingkatan
penalaran tentang moral, dan setiap tingkatannya memiliki 2 (
dua) tahapan, yaitu :
1. Moralitas Prakonvensional,
Penalaran prakonvemsional adalah tingkat terendah dari
penalaran moral,
pada tingkat ini baik dan buruk diinterpretasikan melalui r
eward (imbalan) dan
punishment (hukuman) eksternal. Tahap satu, Moralitas
Heteronom adalah
tahap pertama pada tingkat penalaran prakonvensional. Pada tah
ap ini, anak
558
2. Moralitas Konvensional
Penalaran konvensional adalah tingkat kedua atau menengah dala
m tahapan
Kohlberg. Pada tahapan ini, individu memberlakukan standar tert
entu, tetapi
standar ini ditetapkan oleh orang lain, misalnya oleh orangtua ata
u pemerintah.
Moralitas atas dasar persesuaian dengan peraturan untuk me
ndapatkan
persetujuan orang lain dan untuk mempertahankan hubungan
baik dengan
mereka.
Tahap satu, ekspektasi interpersonal, hubungan dengan orang lai
n, pada tahap
ini anak menghargai kepercayaan, perhatian, dan kesetiaan terhad
ap orang lain
sebagai dasar penilaian moral. Pada tahap ini, seseorang menyesu
aikan dengan
peraturanuntukmendapatkanpersetujuanoranglaindanuntukmem
pertahankan
hubungan baik dengan mereka. Contohnya adalah mengembalika
n krayon ke
559
sesuai dengan peraturan itu agar terhindar dari keamanan dan ket
idaksetujuan
sosial. Contohnya adalah bersamasama membersihkan kelas, semua anggota
kelompok wajib membawa alat kebersihan (nilai moral = gotong r
oyong).
3. Moralitas Pascakonvensional
Penalaran pascakonvensional merupakan tahapan tertinggi dalam t
ahapan moral
Kohlberg, pada tahap ini seseorang menyadari adanya jalur moral
alternatif,
dapat memberikan pilihan, dan memutuskan bersama tentang per
aturan, dan
moralitas didasari pada prinsipprinsip yang diterima sendiri. Ini mengarah pada
moralitas sesungguhnya, tidak perlu disuruh karena merupakan
kesadaran dari
diri orang tersebut.
Tahap satu, hak individu, pada tahap ini individu menalar bahwa
nilai, hak, dan
prinsip lebih utama. Seseorang perlunya keluwesan dan adanya m
odifikasi dan
perubahan standar moral apabila itu dapat menguntungka
n kelompok secara
keseluruhan. Contoh pada tahun ajaran baru sekolah mem
perkenankan orang
tua menunggu anaknya selama lebih kurang satu minggu, s
etelah itu anak harus
berani ditinggal.
Tahap kedua, prinsip universal, pada tahap ini seseorang m
enyesuaikan dengan
560
standar sosial dan citacita internal terutama untuk menghindari rasa tidak
puas dengan diri sendiri dan bukan untuk menghindari kec
aman sosial (orang
yang tetap mempertahankan moralitas tanpa takut dari kec
aman orang lain).
Contohnya adalah anak secara sadar merapikan kamar tidu
rnya segera setelah
ia bangun tidur dengan harapan agar kamarnya terlihat sel
alu dalam keadaan
rapih.
Pengembangan Moral pada Anak Usia Dini
Membentuk moral anak bisa dilakukan sejak dini, bahkan k
etika anak memasuki
tahun pertama usianya. Dengan pengetahuan moral, anak
diajak berpikir dan
membangun etika dan karakter dirinya yang baik. Orangtu
a memiliki peran
penting dalam upaya pengembangan moral anak sejak usia
dini. Pada tahuntahun pertama dari kehidupan anak, orang tua hendaknya
menanamkan dasar
mempercayai orang lain. Misalnya anak harus dilindungi d
an mendapatkan rasa
aman dari orang tuanya terutama saat mengalami rasa saki
t, cemas dan takut
demikian pula apabila orang tua menjanjikan sesuatu henda
knya berusaha untuk
menepatinya, sehingga orang tua tidak dicap sebagai pem
bohong. Orangtua
dan guru di sekolah dapat saling bekerja sama dalam penge
mbangan moral anak
usia dini. Anak diajarkan tentang interaksi sosial dan perbed
aan dalam lingkungan
masyarakat. Agar perkembangan moral anak berkembang d
engan optimal harus
dirangsang oleh lingkungan usahausaha yang aktif. Pentingnya pengembangan
moral pada anak usia dini :
Mempelajari apa saja yang diharapkan kelompok sosial da
ri anggotanya sesuai
hukum, kebiasaan dan peraturan yang diberlakukan.
Belajar mengalami perasaan bersalah dan rasa malu bila
perilaku anak tidak
sesuai dengan harapan kelompok.
561
uk sabar,
iri. Hal ini
emimpin doa
at, dan anak
2. Bergiliran
Bergiliran perlu dijarkan kepada anak agar mereka belajar unt
memahami aturan, dan tidak memaksakan kehendaknya send
dapat diajarkan misalnya, anak mendapatkan giliran untuk m
di depan kelas, anak bergiliran untuk memberikan pendap
bergiliran untuk mencuci tangan sebelum makan.
3. Disiplin diri
Disiplin dapat dibangun dalam diri anak melalui banyak cara,
salah satunya
melalui kegiatan pembiasaan seharihari di sekolah. Disiplin diajarkan kepada
anak agar anak memahami aturan dan tepat waktu. Disiplin d
apat diajarkan
563
sepatunya
ali peralatan
4. Kejujuran
Kejujuran perlu dibangun dalam diri anak sejak usia dini. Sik
ap jujur dapat
ditanamkan dalam diri anak melalui kegiatan pembiasaan
sehari-hari.
Kejujuran diajarkan kepada anak dengan tujuan agar anak ma
mpu berprilaku
sesuai dengan norma yang ada dan berani mengakui kesalahan
nya. Kejujuran
dapat diajarkan dengan cara misalnya, ketika anak melakukan k
esalahan atau
berbuat salah, guru dapat mengajak anak tersebut untuk
berbicara berduaguru bertanya dengan cara yang lembut kepada anak a
gar si anak mau
mengakui kesalahannya.
5. Tanggung jawab
Rasa tanggung jawab dapat dibangun dalam diri anak
sejak usia dini. Salah
satunya melalui kegiatan pembiasaan seharihari, misalnya anak dibiasakan
bertanggung jawab atas barang miliknya. Salah satu
bentuk tanggung
jawab anak terhadap barang miliknya adalah merapika
n kembali mainannya
setelah selesai digunakan.
6. Bersikap sopan dan berbahasa yang santun
Hal yang paling penting ketika anak berada dalam ling
kungan sosialnya
adalah anak mampu bersikap sopan dan berbahasa
yang santun agar
mereka bisa diterima di lingkungannya. Sikap sopan da
n bahasa yang santun
dapat dibangun dalam diri anak melalui contoh perilak
u yang ditunjukaan
oleh orang dewasa yang ada di sekitar mereka, salah sa
tunya dari pendidik
di sekolah. Pendidik harus selalu menunjukkan sikap s
ayang dan berkata
564
keimanan kepada anak perlu berhatihati baik dalam contoh hiasan, tulisan
maupun perbuatan. Penanaman kemampuan pada anakanak bertujuan agar
dalam jiwa anak berangsurangsur tertanam perasaan cinta kepada Tuhan dan
agama.
Agama merupakan pondasi awal untuk menanamkan rasa keima
nan pada diri
u keyakinan
anak. Dalam agama terdapat dua unsur yang sangat penting yait
dan tata cara yang mana kedua unsur ini tidak dapat dipisahkan s
atu sama lain.
Pada usia 02 tahun, merupakan masa ketergantungan terhadap orang tua,
anakanak kecil memperoleh tingkah lakunya hampir seluruhnya mel.alui pola
peniruan. Walaupun anak kecil itu tidak mengerti arti perbuatan
tersebut, ia
menirukan apa yang dilihatnya dan belajar menentukan pola hid
upnya untuk
yang baik atau yang buruk. Konsepsi anak kecil tentang Allah se
bagian besar
ditentukan oleh konsep dan sikap orang tua terhadap Allah.
Anak yang berumur 2-3 tahun dapat mengerti bahwa AlKitab datangnya dari
566
Allah, Yesus adalah anak Allah, Gereja adalah rumah Allah, dan
Allah mencintai
dan memelihara dia. Oleh karena ingatan mereka belum dapat di
andalkan dan
perbendaharaan katanya terbatas maka konsepsi harus diajarkan
berulangulang dengan berbagai cara. Anak balita menyukai pengalaman in
i. Cerita-cerita
AlKitab harus selalu disebut sebagai kebenaran dan diajarkan dari Al-Kitab yang
terbuka. Anak balita meniru orang tuanya, guru, dan kakaknya. M
ungkin ia tidak
mengerti maksud tindakantindakan tersebut, tetapi ia meniru apa yang dilihat
dan akhirnya hidupnya ikut teladan orangorang yang ditirunya, hal ini sering
kali menyangkut perasaan anak kepada Tuhannya.
Pada usia 46 tahun, anak dapat belajar mencintai Allah sebagaimana ia belajar
mencintai orangorang dalam rumahnya. Mungkin ia tidak mengerti sepenuhnya
tentang Allah sebagai Pencipta atau Yang Maha Tinggi, tetapi ia da
pat merasakan
rasa terima kasih, cinta, dan penghormatan serta mengungkapka
n perasaanperasaan itu. Pujian dan doa anak usia ini harus diutarakan dala
m kata-kata
yang dapat dimengerti dan hendaknya mengungkapkan perasaa
nnya sendiri.
Hidup doanya itu hendaknya menuntun dia untuk menaikkan u
capan syukur
maupun permintaan doa kepada bapa di surga. Dengan mudah
guru dapat
mempengaruhi anak pada usia ini. Ia percaya segala sesuatu yan
g diucapkan
kepadanya. Ia pun perlu menyadari pengetahuan orang tua dan
guru terbatas
juga walaupun mereka telah hidup lebih lama dari dia.
Usia 68 tahun, kemampuan anak untuk mengenal Allah bertambah ketika dunia
lingkungannya bertambah luas dan pengalamannya bertambah b
anyak. Anak
memperoleh manfaat bila ia beribadah sesuai dengan tingkat pen
gertiannya
567
Tujuan
n
Media
Evaluasi
Deskripsi Kegiatan:
Ibu guru membagikan kue, setiap anak mendapat satu poto
ng. Secara bergiliran
anak menerima kue dari bu guru. Ibu guru mengurutkan
anak berdasarkan
posisi mereka, misalnya berjajar ke belakang. Ingatkan an
ak untuk tidak saling
berebutan atau saling mendahului. Selalu katakan semu
a pasti dapat ....
kita dapat makan bersama
Kiat Keberhasilan:
Biasakan anak untuk belajar melakukan kegiatan sep
erti ini disemua
kesempatan, dimana saja, kapan saja dan siapa saja harus
antri.
2. Nama Kegiatan : MARI BERDOA BERSAMA
Sasaran
: Usia 4-5 tahun
Tujuan
: Berdoa sebelum dan sesudah kegiatan
Media
: Diri sendiri
Evaluasi
: Anak mampu membaca doa sebelum dan se
sudah melakukan
khiri kegiatan.
kegiatanDeskripsi Kegiatan:
Biasakan anak untuk berdoa setiap sebelum memulai dan menga
yang berbedabeda. Anak adalah pemimpin alami bagi permainan mereka sendiri.
Millestone perkembangan anak dapat didukung melalui penataan
lingkungan bermain
yang baik. Menjadi tugas orang tua dan pendidik untuk menyajika
n lingkungan bermain
yang kondusif yang mampu membantu proses stimulasi bagi optim
alisasi perkembangan
anak usia dini.
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas, maka da
pat disimpulkan
bahwa kegiatan bermain memiliki arti yang sangat penting b
agi anak usia dini
dalam kehidupannya. Oleh karena itu perlu kiranya dilakukan be
rbagai usaha untuk
menyajikan kegiatan bermain yang kondusif bagi perkembangan
anak. Orangtua dan
guru perlu memahami hakikat bermain dan permainan yang meli
puti makna bermain,
berbagai jenis permainan, syarat bermain yang baik, perkembanga
n bermain anak
usia dini serta bagaimana merancang kegiatan bermain dan al
at permainan yang
edukatif (APE) Disamping itu hendaknya orangtua dan pendi
dik dapat berperan
sebagai pendamping atau teman bermain yang baik bagi anak, yai
tu sebagai fasilitator
dan motivator sehingga dapat mengarahkan kegiatan bermain
yang edukatif.
A. Definisi/pengertian Bermain dan Permainan
James Sully dalam bukunya Essay on Laughter menyatakan bah
wa tertawa adalah
tanda dari kegiatan bermain dan tertawa ada di dalam aktivitas
sosial yang dilakukan
bersama sekelompok teman. Artinya kegiatan bermain mempun
yai manfaat tertentu.
Hal yang penting dan perlu ada di dalam kegiatan bermain adal
ah rasa senang dan
rasa senang ini ditandai oleh tertawa. Karena itu, suasana hati da
ri orang yang sedang
melakukan kegiatan bermain, memegang peran untuk menentu
kan apakah orang
tersebut sedang bermain atau bukan.Plato adalah orang pertama yang
menyadari
571
PENGGAGAS
Schiller/Spencer
TUJUAN
Mengeluarkan energi
berlebih
572
Rekreasi
Lazarus
Memulihkan energi/
tenaga
Rekapitulasi
G. Stanley Hall
Memunculkan instink
nenek moyang
Praktis
Groos
Menyempurnakan
instink
PENGGAGAS
TUJUAN
Surplus energi
Schiller/Spencer
Mengeluarkan energi
berlebih
Rekreasi
Lazarus
Memulihkan energi/
tenaga
Rekapitulasi
G. Stanley Hall
Memunculkan instink
nenek moyang
Praktis
Groos
Menyempurnakan
instink
TEORI
Kognitif-Piaget
Kognitif-Vygotsky
Bateson
574
bayi, masa kanakkanak dan masa anak pra sekolah hingga masa anak sekolah kelas
awal. Selanjutnya Jean Piaget mengemukanan tahap perkembangan
bermain anak
yang lebih menekankan pada aspek perkembangan intelektual anak
sebagaimana
terlihat pada bagan berikut ini :
BERMAIN
BERMAIN
BERMAIN DENGAN
PRAKTIS
SIMBOLIS
PERATURAN
Anak mengeksplorasi
menggunakan
aemua kemungkinan
aturannya
dari satu
Anak Mulai
Anak
Menggunakan
aturan
makna simbolis
benda-benda
sendiri
Mulai
termasuk
B.
2. Isi/Paparan Materi
a. Landasan Pembelajaran Matematika Anak usia Dini
Pembelajaran matermatika pada anak usia dini merupakan proses yang akan
terus terjadi sepanjang kehidupan anak. Anak membangun pengetahuan dan
keterampilan melalui interaksi langsung dengan lingkungan dan orang lain
yang berada disekitar anak. Oleh karena itu anak harus diberikan kesempatan
yang seluas-luasnya untuk berinteraksi sehingga anak dapat mengembangkan
kemampuan dan keterampilan dalam menemukan dan mempelajari fakta,
menemukan konsep, dan membuat hubungan antara satu konsep dengan
konsep lainnya sehingga bermakna dan bermanfaat bagi kehidupan anak kelak.
Adapun landasan pembelajaran matematika pada anak usia dini, yaitu: anak
dapat mempelajari fakta fakta, berpikir kritis, anak mampu untuk
memecahkan masalah, dan bermakna bagi anak.
Konsep matematika anak usia dini sebenarnya dipelajari oleh anak sejak bayi
melalui kegiatan sehari hari. Misalnya pada saat bayi sudah dapat membedakan
mana suara ibunya dengan orang lain. Pada usia dua tahun anak mulai dapat
memilih pasangan pakaiannya sendiri, melalui kegiatan ini anak mulai
membangun konsep mencocokan (matching).
b. Prinsip Pembelajaran Matematika Anak Usia Dini
1) Untuk menyelenggarakan pembelajaran matematika yang bermakna bagi
anak terdapat beberapa prinsip yang harus diperhatikan, yaitu:
a) Rencanakan pengalaman yang nyata sehingga anak dapat terlibat secara
aktif.
584
b) Observasi atau amati anak untuk memahami kemampuan dan minat anak.
c) Berikan kesempatan anak belajar sesuai cara belajar anak.
d) Pendidik sebagai fasilitator, bukan sekedar pemberi pengetahuan, karena
beberapa konsep dalam matematika perlu dipahami dengan cara
dilakukan langsung oleh anak.
e) Berikan anak permasalahan dan konflik untuk memunculkan kemampuan
berpikir, akomodasi dan adaptasi.
f) Merancang aktivitas yang sesuai dengan tingkat perkembangan hingga
anak mencapai area perkembangan proximal (zone proximal development).
g) Berikan aktivitas matematika yang bermakna, sehingga anak dapat
menggunakan pengetahuan matematika tersebut dalam kehidupan sehari
hari.
h) Buatlah pertanyaan yang menarik anak atau mengundang rasa ingin tahu
anak.
i) Doronglah anak
pembelajaran
matematika
berdasarkan
pembelajaran
sebelumnya.
m) Gunakan berbagai macam alat atau benda yang berbeda untuk membantu
anak mempelajari berbagai konsep matematika.
diberikan
pengalaman
matematika
permulaan
yaitu
mencocokan,
586
b) Mengelompokan (Classification)
Pada
masa
usia
dini
anak
mengembangkan
kemampuan
untuk
menyatakan
bahwa
anak
dapat
mengelompokan
benda
dimulai
berdasarkan warna, bentuk, dan kemudian ukuran (Papalia & Olds, 2008).
Kemampuan anak untuk melakukan klasifikasi merupakan kemampuan
dasar untuk memahami nilai tempat pada bilangan, misalnya konsep
puluhan dan satuan bilangan 25 terdiri atas dua puluhan dan lima satuan
(Henniger, 2009).
seperti warna gelap hingga terang, tekstur kasar hingga halus, posisi
terdekat hingga terjauh, kapasitas isi dari banyak hingga sedikit, dan
mengurutkan bilangan ordinal seperti pertama, kedua, ketiga, dan
seterusnya. Ada dua jenis pengurutan yaitu pengurutan 1 1, dan
pengurutan 2 2 (set) yang disebut dengan dobel seriasi (double seriation)
Dobel Seriasi
589
Gb. 9 Kegiatan dobel seriasi diambil dari cerita beruang dan goldilocks papa
beruang mangku besar, mamberuang mangkuk sedang dan anak
beruang mangkuk kecil.
2) Konsep Bilangan
a) Pemahaman Bilangan (Number Sense)
Berdasarkan pernyataan NCTM (2000) kemampuan pemahaman bilangan
atau berhitung dan mengenal angka meliputi kemampuan untuk
memahami bilangan, menghubungkan bilangan dengan angka, dan sistem
urutan bilangan. Anak juga diharapkan memahami arti dari operasi
bilangan dan hubungan antar bilangan, serta mampu untuk membilang
dan membuat perkiraan. Menurut Piaget ada 2 cara mengajarkan
berhitung pada anak, yaitu berhitung berurutan secara ordinal (count in
sequence) dan berhitung berdasarkan nilai bilangan atau kardinal(count in
the set of number).
(1) Count in sequence
590
Cara ke 2 lebih mudah dipahami anak, karena dua adalah 1 lebih, tiga
adalah 2 lebih 1. Empat artinya 3 lebih 1. Lima artinya 4 lebih 1, dan
seterusnya. Awalnya ajarkan anak menghitung secara berurutan,
misalnya diri kiri ke kanan, atau dari atas ke bawah. Setelah itu baru
diajarkan dengan cara acak, yang memiliki kesulitan lebih tinggi. Anak
perlu menguasai arah membaca dengan baik dari kiri ke kana dari atas
ke bawah.
beberapa sub set bilangan, misalnya bilangan 5 dapat terdiri atas 1+4, 2+3,
3+2, 4+1 atau 1+2+2, 1+3+1, dan seterusnya.
b) Aritmatika
Kegiatan aritmatika merupakan kegiatan yang kaya akan pemecahan
masalah. Untuk memecahkan suatu masalah merupakan proses untuk
menemukan jawaban yang tepat dengan menggunakan berbagai cara.
Polya (1962) menyatakan bahwa terdapat empat langkah untuk
memecahkan masalah, yaitu; memahami masalah, membuat perencanaan
592
Penjumlahan
Komutatif
Penjumlahan asosiatif
Penjumlahan transitif
Keterangan
1+0 = 1
Atau jika saya memiliki 1 buah mangga
ditambah nol buah mangga, maka saya
hanya punya 1 buah mangga
8+5 =13 sama dengan 5+8=13
6+8 = 6+6+2 = 14
Untuk mendapatkan jumlah 6, maka dapat
diperoleh dari penjumlahan 1+5, 2+4, 3+3,
dst.
593
Gb.13 Contoh buku cerita yang dengan konsep penjumlahan dan pengurangan
594
3) Aljabar Permulaan
Aljabar permulaan mengarah pada hubungan antar jumlah dan bagaimana
jumlah dapat berubah dikarenakan adanya hubungan satu dengan lainnya.
a) Pola (Patterning)
Pola merupakan cara yang digunakan oleh anak untuk mengenal urutan
untuk membuat prediksi atau perkiraan mana yang muncul terlebih
dahulu dan kemudian secara berurutan. Fungsi anak mempelajari untuk
membuat pola yaitu pertama untuk mengenal pola urutan bilangan.
Kedua yaitu mengajarkan kepada anak untuk berpikir secara berurut
sebagai bentuk dari kegiatan memecahkan masalah. Mempelajari pola
dapat membantu anak untuk melihat dan menemukan pola hubungan,
membuat generalisasi, dan prediksi. Terdapat beberapa jenis pola, yaitu:
(1) Pola berulang misalnya AB-AB-AB, AAB-AAB-AAB, ABC-ABC-ABC,
dan seterusnya.
595
(3) Pola hubungan, misalnya satu anak memiliki dua mata, dua anak ada
empat mata, dst.
(4) Pola simetris
596
b) Fungsi
Konsep fungsi dibangun berasal dari data pada pola yang berkembang.
Misalnya 1 mobil memliki 4 roda, jika ada 4 empat mobil maka ada berapa
roda?
grafik bagi anak yaitu anak dapat melihat dan membandingkan perbedaan
dan persamaan, menuangkan perbendaan yang ada pada grafik dan
membuat
keputusan,
mendiskusi
berbagai
perkiraan,
dan
598
a) Ruang
Konsep yang akan dikembangkan pada anak yaitu anak memahami posisi
dan arah (atas, bawah, luar, dalam, kiri, kanan, depan, belakang, jauh, dan
dekat). Untuk mengembangkan kemampuan pemahaman ruang, kegiatan
bermain dapat dilaksanakan didalam dan diluar ruang. Kegiatan didalam
ruang sebaiknya tidak menggunakan ruang yang sempit dan tidak terlalu
banyak barang didalamnya. Kegiatan pemahaman ruang dapat berupa
bermain ular naga, balok, kucing dan tikus, gobaksodor (galah asin), dan
lain sebagainya.
b) Bentuk
Tujuan mempelajari konsep bentu yaitu agar anak dapat mengenali
berbagai bentuk yang di temui sehari hari, misalnya lingkaran pada jam
dinding, persegi pada jendela rumah, sehingga anak mampu membuat
hubungan antara satu bentuk dengan bentuk lainnya.
599
c) Geometri
Tujuan anak mempelajari geometri dari jenjang pra-sekolah hingga SD
kelas rendah yaitu:
(1) Mengenal bentuk
(2) Memahami bentuk
(3) Mengenal bentuk berdasarkan ciri cirinya
(4) Memahami bentuk kurva tertutup dan terbuka
(5) Mengenali bentuk geometri yang bergerak
600
(10) Pengukuran
d) Pengukuran
Pengukuran menggunakan nilai angka untuk mengukur benda fisik
maupun non fisik.
e) Pengukuran Fisik
(1) Panjang dan tinggi
(2) Luas area
601
Gb. 20 Contoh buku cerita tentang konsep waktu dengan The grouchy lady
bug
a) Kumpulkan alat dan bahan main sesuai dengan konsep yang akan dibahas
bersama anak.
b) Tata alat dan bahan main anak.
c) Pada waktu tertentu berikan anak kesempatan untuk bereksplorasi
dengan alat dan bahan mainan baru.
d) Lakukan kegiatan belajar dengan tahapan sebagai berikut:
(1) Perkenalkan konsep matematika didalam kelompok besar
(2) Atur anak menjadi kelompok kelompok kecil untuk melakukan
aktivitas matematika.
(3) Guru mengamati anak pada saat kegiatan berlangsung dan lakukan
pencatatan. Sesekali berikan pertanyaan pada anak untuk merangsang
kemampuan berpikir dan untuk mengetahui sejauh mana anak
memahami konsep matematika dari satu kegiatan main.
(4) Pisahkan anak yang mengalami kesulitan dalam melakukan kegiatan.
Buatlah kelompok kecil yang terdiri dari anak anak yang mengalami
kedulitan tersebut.
(5) Lakukan review dengan melakukan tanya jawab pada anak setelah
setiap kegiatan dilakukan.
Kegiatan
: Sate Buah
Usia
Tujuan:
Anak mampu untuk mengidentifikasi nama, warna, tekstur dan
rasa dari buah buahan yang digunakan untuk Sate Buah
Anak mampu untuk membuat Sate Buah mengikuti suatu pola
Anak dapat mengurutkan pola-pola yang dibuat pada selembar
kertas
604
rasa,
tekstur,
warna
dari
buah-buah
tersebut.Guru
3.Latihan
Rancanglah kegiatan belajar matematika anak usia dini berdasarkan konsep
matematika. Dengan komponen sebagai berikut:
a) Tentukan tujuan kegiatan belajar matematika AUD.
b) Rancanglah kegiatan bermain yang mengembangkan kemampuan tersebut.
c) Buatlah langkah langkah kegiatan bermain
d) Buatlah media alat permainan yang menudukung kegiatan tersebut.
e) Integrasikan kegiatan tersebut ke dalam sentra/ area/ sudut kegiatan anak.
f) Buatlah rancangan setting lingkungan dan penataan alat dan bahan
g) Rencanakan bentuk asesmen yang akan digunakan sebagai bukti bahwa anak
telah menguasai suatu konsep dari matematika.
4. Daftar Pustaka
Carruthersand, Elizabeth dan Maulfry Worthington, Childrens Mathematics
Making Marks
Making Meaning, London: Sage Publication, 2006.
Charlesworth, Rosalind, Experience in Math For Young Children, 5th Edition. N
ew York:
Thomson Delmar Learning, 2005.
Cooke, Heathet, Mathematics for Primary and Early Years, London: Sage Public
ation, 2007.
Copley, Juanita V., The Young Child and Mathematics, Washington D.C: NAEY
C, 2000
Dodge, Diene Trister, Creative Curriculum for PreSchool 4th Editition, Washinton DC:
Teaching Strategies, 2007.
Haylock, Dereck dan Fionna Thangata, Key Concepts in Teaching Primary Mat
hematics,
London: Sage Publication, 2007
606
2. Isi/Paparan Materi
All the flowers of all tomorrows are in the seeds of today (Chinese proverb). Kandungan
makna yang tersirat dari proverb Cina tersebut sangat benar adanya, bahwa biji
yang ditanam hari ini suatu saat atau esok akan menjadi bunga. Anak-anak kita
hari ini terutama untuk anak usia dini akan menjadi seseorang nantinya, kita
harus memberikan suatu proses yang terbaik bagi anak-anak agar dapat tumbuh
dan kembang secara sempurna
607
Usia dini adalah masa emas untuk memberikan stimulasi dalam rangka
mengoptimalkan fungsi otak, dimana kisaran usia dini adalah 0-8 tahun.
Perkembangan otak pada usia dini bukanlah suatu proses yang berjalan
sebagaimana adanya, melainkan suatu proses aktif yang membutuhkan stimulasi
melalui alat-alat indera (sebagai reseptor-reseptor otak diseluruh bagian tubuh).
Perkembangan otak manusia dapat terbagi dalam 4 tahapan berdasarkan usia
yaitu : 0 - 4 tahun mencapai 50 %; 4 8 tahun, mencapai 80 %; 8 - 18 tahun
mendekati 100%.
a. Landasan Pembelajaran Sains Anak usia Dini
1) Pengertian Sains
Sains didefinisikan dalam webster new collegiate dictionary
yakni
bahwa
ia
telah
melakukan
penelitian.
Penelitian
secara
individuals
(Albert
Einstein).
Sains
adalah
kerangka
pengetahuan.
Pembelajaran sains itu penting karena: (1) Sains adalah bagian penting dari
budaya manusia, yang mempunyai nilai tertinggi dari kapasitas berpikir
manusia; (2) Adanya laboratorium yang ditindaklanjuti dengan penelitian
dapat digunakan untuk mengembangkan bahasa, logika, serta kemampuan
memecahkan masalah dalam kelas; (3) Untuk jangka waktu panjang, dapat
diciptakan saintis-saintis muda; (4) Negara sangat tergantung kepada
kemampuan teknis dan saintifik dari masyarakatnya untuk persaingan
ekonomi global serta keperluan nasional.
Ada 3 area sains yang diajarkan dalam kurikulum, yaitu:
1) sains kehidupan: Biologi (tubuh manusia), Zoologi (hewan), Botani
(tumbuhan), 2) sains bumi, meliputi: Geologi (kulit keras bumi),
astronomi (langit, musim, luar angkasa),
609
3) Fisika: ilmu kimia (benda padat dan cair), ilmu fisika (keseimbangan dan
gerakan)
topic, aktifitas dan orang secara positif. Seorang anak yang tidak siap atau
ragu-ragu karena alasan apapun juga akan kurang kemauannya untuk
berinteraksi dengan orang dan hal-hal yang berhubungan dengan sains.
b) Sik ap buk an pembawaan dari lahir at au bak at. Ahli ke jiwaan
berpendapat bahwa sikap itu dipelajari dan disusun lewat pengalaman
selagi anak-anak berkembang (Halloran, 1970; Oskamp,1977), sikap
seorang anak dapat berubah melalui pengalaman. Guru dan orangtua
mempunyai pengaruh terbesar atas sikap sains (George & Kaplan, 1998)
c) Sikap adalah hasil yang dinamis dari pengalaman yang bertindak
sebag ai fak t o r pe ng ar uh k et ik a anak memasuk i pe ng alaman
pengalaman baru. Akibatnya sikap membawa suatu emosional dan
intelektual, yang keduanya mengarah kepada pembentukan keputusan
dan membent uk ev a luasi . K eput usa n dan ev aluasi in i dapat
menyebabkan seorang anak menetapkan prioritas dan memegang
pilihan-pilihan yang berbeda.
Selain pembentukan sikap, pembelajaran sains yang produktif juga
dapat
mengembangkan
tiga
aspek
penting
lainnya
yakni: (1)
dan
koordinasi
ketrampilan
mata
dan
kinestetik (motorik
tangan,
kasar,
halus
serta
611
Sikap mental dari saintis muda (Martin, Sexton, Franklin & Gerlovich, 2005)
Emosional
Dari keingintahuan yang besar
anak-anak untuk belajar dan
memperoleh pengalaman baru,
kita dapat meningkatkan mereka
untuk membangun:
1. Rasa ingintahu yang besar
2.
3.
4.
5.
Intelektual
Dari pengalaman pembelajaran yang
positip pada anak-anak, kita dapat
mengembangkan mereka:
Sikap mental dari saintis muda (Martin, Sexton, Franklin & Gerlovich, 2005)
Emosional
Intelektual
Menolak untuk mempercayai dalam
superstition
atau
menerima
klaim
tanpa bukti
Terbuka
terhadap
perubahan
terhadap
pertanyaan
berdebat dalam masalah ini, tidak hanya didasari pada fakta dasar behavior
anak-anak, tetapi lebih pada hubungan antara behavior dan aspek penting dari
pemikiran saintifik.
Anak usia dini pada tingkatan taman bermain, TK A dan B maupun anak
usia sekolah dasar sampai kelas dua belum saatnya diberikan pelajaran
tentang kemampaun penelitian ilmiah, konsep-konsep ilmiah ataupun
prinsip-prinsip penelitian. Karena memang pada anak usia dini (0 -8
tahun) mereka baru mempelajari tentang kemampuan dasar yang
613
Pada kelas tiga SD, anak sudah diajarkan mengenai kemampuan dasar
dan
kemampuan
mengidentifikasikan
terpadu.
variabel,
Kemampuan
terpadu
mengontrol
terdiri
variabel,
dari
definisi
mengenai
pengetahuannya,
kemahiran
dan
konsep,
juga
614
Bagan Kemahiran Proses Sains (Martin, Sexton, Franklin & Gerlovich, 2005)
Kemahiran Dasar
Observasi
Klasifikasi
Komunikasi
Pengukuran
Estimasi
Prediksi
Kesimpulan
X
X
X
X
X
X
Taman KanakKanak
X
X
X
X
X
X
X
Proses Kemahiran
Observasi
Klasifikasi
Memanipulasi material
Mengkomunikasikan
Mencatat/menyusun data
Prediksi
Inferensi
Mengestimasi
Penyelidikan
Pemecahan
masalah/membuat
keputusan
yang
potensial,
dan
untuk
memilih
kerjasama
sebagai
dapat mengerjakan tugas dengan cepat maka dapat membantu kelompok lain
yang belum selesai. Tujuan dari pendidikan sains pada anak usia dini
adalah
membantu mereka menjadi terpelajar secara saintifik; (2) Membimbing anakanak saat mereka mempelajari kandungan arti dan membangun indera
berdasarkan pengalaman oleh pemahaman terfokus dengan menggunakan ide
sains, kemahiran, dan sikap mental; (3) Berbagi tanggungjawab dengan anakanak terhadap apa yang mereka pelajari; (4) Mengadaptasi kurikulum,
mengatur waktu dan mengatur praktek, termasuk untuk tema pelajaran yang
mengambil waktu beberapa hari atau minggu; (5) Menguji kemajuan dalam
berbagai cara untuk mengelompokkan mana yang anak-anak ketahui dan dapat
lakukan.
Hewan
mereka sendiri.
(2) Nafas,
menghirup
oksigen
untuk
bernapas.
Mengeluarkan
karbondioksida
(3) Respirasi, mencerna makanan untuk menghasilkan energI
(4) Pembuangan,
melepaskan
zat-zat
sisa
yang
beracun
seperti
617
Dengan
keragaman yang besar dari organisme di sekeliling kita ini, kita hanya
mengerti lingkungan kita dengan membaginya ke dalam kelompok dan
dikenal dengan dengan istilah The 5 Kingdom
THE 5 KINGDOM
Sistem pembagian Kingdom dikembangkan oleh ahli Biologi Amerika yakni
Robert H. Whitaker (1969). Sistem ini memiliki kelebihan dan kelemahan.
Kelebihan yang dimiliki adalah penggolongan jamur yang dimasukan ke
618
eukariotik
(inti
Pembentukan
kingdom
pertimbangan
adanya
selnya
ini
sudah
diusulkan
memiliki
oleh
organisme-organisme
selaput
inti).
Ernst
Haeckel
atas
yang
memiliki
ciri
Pada dasarnya
Tidak memiliki
3.
Ascomycotina;
4.
Oomycotina; 2.
Basidiomycotina;
5.
Deuteromycotina
(4) Tumbuhan.
yaitu
protozoa,
porifera,
coelenterata,
plathyhelminthes,
Protozoa
dapat hidup diair atau dalam tubuh mahluk hidup atau organisme
lain sebagai parasit. Hidupnya dapat sendiri (soliter) atau beramairamai (koloni). Contoh: Amuba (amoeba)
(b) Phylum Porifera.
Nemathelminthes.
Nemathelminthes
atau
cacing
gilik.
Setiap kingdom lebih jauh lagi dibagi ke dalam kelompok yang lebih kecil
dan lebih kecil lagi seperti: filum, kelas, ordo, famili, genus, dan spesies.
Ikan
adalah kelompok parafiletik artinya setiap kelas yang memuat semua ikan
akan mencakup pula tetrapoda yang bukan ikan. Ikan terbagi dalam ikan
tanpa rahang (kelas Agnatha, 75 persen termasuk lamprey dan ikan hag),
ikan bertulang rawan (kelas Chondricthyes, 800 spesies termasuk hiu dan
pari), dan sisanya tergolong ikan bertulang keras (kelas Osteichthyes). Ikan
621
bertulang keras atau sejati inilah yang mencakup hampir semua ikan pada
masa kini. Ekologi Ikan. Ikan dapat ditemukan dihampir semua genangan
air yang berukuran besar baik air tawar, air payau maupun air asin pada
kedalaman yang bervariasi, dari yang dekat permukaan hingga ke beberapa
ribu meter di bawah permukaan. Namun demikian, ada satu danau yang
kadar asinnya terlalu tinggi yakni Great Salt Lake tidak bisa didiami oleh
ikan. Ada beberapa spesiesn ikan yang dibudidayakan untuk dipelihara dan
dipamerkan dalam akuarium. Ikan Mas (Cyprinus carpio).
Ikan mas
: HEWAN PELIHARAAN
: IKAN
: II/1
: 2 x PERTEMUAN (70 MENIT)
I. STANDAR KOMPETENSI
Pembiasaan/moral
Menyayangi mahluk cipataan Tuhan
Bahasa
Mengungkapkan pikiran, perasaan, dan pengalaman secara lisan melalui
kegiatan bertanya, bercerita dan deklamasi
Mengenal bentuk ikan dan bagian-bagiannya
Menulis kata-kata dengan menjawab pertanyaan sederhana
Melaksanakan perintah sederhana secara lisan atau tertulis
622
asa Inggris
Moral/pembiasaan
- Menyayangi mahluk ciptaan Tuhan
IV. LANGKAH PEMBELAJARAN
Kegiatan Awal
Kegiatan Inti
Kegiatan Penutup
V. Alat dan Sumber
LCD, CD, Komputer/laptop
Lembar kerja siswa
Ikan, piring, garpu, pisau/cutter, Tray
KTSP
Metode yang digunakan : demonstrasi, observasi, tan
ya jawab, inkuiri,
bercerita, pemberian tugas
is ikan?
kan?
VI. PENILAIAN
Penilaian Lisan
Pengamatan
Penilaian Produk
Penilaian Portofolio
Evaluasi yang dilakukan oleh guru adalah:
Apakah anak dapat menyebutkan bentuk, bagian dan jen
Apakah anak dapat menyebutkan alat pernapasan pada i
2) Asesmen
Tujuan dari asesmen berdasarkan kurikulum adalah untuk melihat kompetensi
anak dari bidang akademik. Saat ini pendidik menginginkan dan memerlukan
625
8 9
3.Latihan
627
a. Kembangkan minimal dua alat asesmen untuk pembelajaran sains bagi anak
usia dini dengan menggunakan tematik dan beri alasan mengapa menggunakan
alat tersebut.
b. Jelaskan kemahiran dasar yang harus diberikan pada pembelajaran sains anak
usia dini?
c. Buatlah satu perencanaan (lesson plan) untuk pembelajaran sains yang
terintegrasi.
Dua tujuan utama dari ilmu sosial yaitu menyiapkan anak untuk m
engasumsikan
kewarganegaraan dan untuk mengintegrasi pengetahuan, ketrampilan dan
etika dengan
dan melalui disiplin ilmu. Kedua tujuan tersebut dapat membedakan ilm
u sosial dengan
ilmu yang lain. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa ilmu sosial me
miliki cirri khas
tersendiri.
A. Budaya
Kebudayaan adalah uraian pertama dari sepuluh uraian tematik yang
dikembangkan
oleh National Council for the Social Studies (NCCS, 1994) yang berfun
gsi sebagai
kerangka untuk program pengetahuan sosial k12. Kebudayaan adalah sentral untuk
kita sebagai individu dan sebagai masyarakat. Kebudayaan adalah sal
ah satu unsur
yang sangat melekat dan tidak dapat dipisahkan dari masyarakat.
Kebudayaan adalah cara hidup, lingkungan buatan manusia, n
ilai-nilai dan
kepercayaan, symbol, interpertasi, sudut pandang yang diberikan oleh ke
lompok sosial
(Banks, 2008). Kebudayaan menetapkan cara bagaimana berpikir, mer
asakan, dan
berperilaku. Budaya kelompok dibuktikan melalui nilainilai, komunikasi nonverbal,
bahasa, hubungan interpersonal, dress codes, parenting, peran gender,
kebiasaan,
adat istiadat sosial, dan hiburan. Berbagi kebudayaan membuat kita d
apat tinggal
berkelompok, dan inilah cara suatu kelompok beradaptasi dengan lingk
ungan di mana
ia tinggal. Karakter penting lain mengenai kebudayaan adalah bahwa k
ebudayaan itu
berubah secara konstan. Ringkasnya, kebudayaan itu mengikat dan m
embagi atau
memisahkan masyarakat. Mengerti dan menerima perbedaan dan kes
amaan dapat
dilakukan pada masa usia dini. Upaya untuk mengenalkan perbedaan
dan kesamaan
serta penerimaan terhadap perbedaan tersebut dapat dilakukan denga
n konsep
pembelajaran ilmu sosial yang menarik dan bermakna.
629
Ingat terus pemikiran anakanak usia dini, anda dapat membantu anak-anak
membangunkonsepyanglebihakurattentangbumidenganmemberika
npengalaman
terstruktur yang langsung dan konkrit dilingkungan mereka. Dalam
merencanakan
pengalaman penelitian bumi, anda harus bertanya pada diri sendiri,
Apa yang
telah anakanak melalui pengalaman mereka tentang cara bumi berfungsi? Apa
yang telah mereka pelajari tentang fenomena alam kekuatan bumi, bagaimana air
mengali menuruni bukit, efek pertumbuhan tanaman dan binatang?
Anda dapat
menggunakan jawabannya untuk merencanakan pengalaman unt
uk anak-anak
berdasarkan konsep kunci identifikasi geografi, pengetahuan tentan
g bumi. Kita
hidup, dan kita tinggal dibumi. Ide yang sungguh sederhanakecuali anda adalah
anak kecil yang yakin bahwa semua yang bergerak itu hidup dan ba
hkan beberapa
benda yang tidak bergerak, seperti racun, yang dapat membunuh an
da, juga hidup
(Piaget, 1965). Bagi anakanak mobil, perahu, awan, sungai dan seluruh benda yang
bergerak memiliki nyawa dan kesadaran.
Saat anakanak menggali lingkungan anda, anda dapat memberikan pertanyaan
untuk membantu anakanak membedakan benda hidup dan benda tidak hidup.
Tanyakan pada mereka apakah benda yang mereka mainkan hidup a
tau tidak
hidup. Berdasarkan jawaban mereka, anda dapat memberikan perta
nyaan lain
atau memberikan saransaran. Usahakan memperluas pemikiran anak-anak
dengan bertanya, apakah menurutmu ini hidup? kenapa menurut
mu ini hidup?
bagaimana kamu tahu? apakah Kamu hidup? benda apalagi ya
ng hidup?
benda apa yang tidak hidup?
636
Eksplorasi anak anak dengan air pasir dan lumpur dapat membantu mereka
mengetahuibahwabahanbahaninimengambilbentuktempatpenampungannya
dan mempraktekan ide bahwa jumlah bahan tersebut tetap
sama, bahkan saat
dimasukkan ke dalam penampung yang berbeda bentuknya
. Pada sebuah grafik,
anakanak usia primer dapat menghitung dan mengingat berapa jumlah cangk
ir
pasir, air atau tanah yang dibutuhkan untuk mengisi pena
mpung yang besar.
Minta mereka menuangkan isi cangkir kedalam penampu
ng lain dan untuk
memperkirakan apakah jumlah air tetap sama. Mereka dap
at menguji hipotesa
mereka dengan bahan tersebut kembali ke kontainer awal.
Ingatlah bahwa pengalaman ini bersifat eksplorasi dan har
us konkrit. Konsep
abstrak dari sifat tanah dan air seperti evaporasi, haru diaj
arkan dengan cara
konkrit. Walaupun begitu, pemahaman anakanak mungkin tetap parsial. Peneliti
menyarankan bahwa bahkan setelah instruksi yang meliba
tkan pengalaman
langsung anak-anak usia 78 tahun yakin bahwa air telah berevaporasi (menguap)
dari makanan sebenarnya terserap kedalam makanan.
Apalagi, spons dan
handuk menyerap air, jadi kenapa makanan tidak. (Landry
dan Forman, 1997)
Di sekolah atau lingkungan sekitar, anakanak dapat menemukan permukaan
tanah yang berbeda. Tempat bermain mungkin berump
ut, atau memiliki
daerah berpasir. Anakanak dapat merasakan permukaan yang berbeda dan
pengelompokkan sebagai keras, lunak, kasar atau halus da
n mendiskusikan
tujuan dan penggunaan masingmasing. Tanyakan, kenapa jalan raya keras?
638
berikut:
Membuat dua lukisan dinding dengan label Di bumi, Di air da
n memasukkan
gambar dari halhal yang hidup di darat atau di air, ditempatkan dengan
benar
Mengklasifikasikan gambar kelompok bidang tanah,
perbukitan,
pegunungan, lembah, padang pasir dan sekelompok gambar
permukaan
sungai, air terjun, danau, laut dan air. Anakanak dapat mengurutkan dua
kelompok gambar ke dalam kotak yang sesuai label
Membahas dan menggambar jenis kegiatan yang terjadi di dar
at dan di air,
membuat buku kecil atau grafik untuk kelas. Berenang, mema
ncing dan
berperahu diklasifikasikan sebagai kegiatan air, berkemah, be
rmain bola
dan kegiatan berkebun diklasifikasikan sebagai kegiatan di da
rat
b. Merawat Bumi Kita
Hal ini sangat mengkhawatirkan bahwa banyak anakanak tidak berhubungan
dari apa yang kita sebut alam. Kita sendiri adalah bagian dari ala
m, berevolusi
bersama dengan hewan dan tumbuhan lain. Kita sebaiknya
memberikan
perhatian lebih untuk habitat kita, mengetahui bahwa kehilangan
mereka adalah
penyebab utama kepunahan spesies (Rivkin, 1995) dan iklim, meng
etahui bahwa
perubahan iklim merupakan penyebab utama dari pemanasan glo
bal.
Setiap individu, dimulai dari anakanak, harus belajar untuk peduli terhadap
tempat tinggal kita dibumi. Setiap orang harus peduli dengan rat
ai kehidupan,
kekayaan akan burung, serangga, rumput dan pohonpohon dan kondisi udara,
air dan tanah.
Berdasarkan beberapa studi, belajar untuk merawat bumi (a) adal
ah proses
640
harus sesuai
a coklat gelap
Melihat melewati
Mencatat tingi dan berat badan anak. kasir kaset atau strip panja
ng kertas,
648
655
tari anak bersifat alami. Gerakan tari pada anak usia dini umumnya bersifa
t pengulangan
dari 56 gerakan, dengan ditambah variasi formasi yang sederhana. Hal pentin
g yang
perlu diperhatikan oleh pendidik adalah memperhatikan kondisi fisik
dan psikologis
anak saat ingin menari. Memaksakan atau menekan anak untuk menu
njukkan suatu
gerakan tari, terlebih harus sempurna, hanya akan membuat kondisi a
nak menjadi
semakin buruk dan tidak mengembangkan kreativitas mereka.
Kegiatan kreatif tari dapat berupa:
- Bergerak bebas mengikuti irama lagu atau instrument
- Bergerak bebas menyesuaikan dengan tempo musik/lagu
- Bergerak dan berhenti
Menari dengan menggunakan gerakan hewan, tumbuhan, robot, ke
ndaraan, dan
sebagainya
- Menari dengan pola yang bervariasi
- Menari dengan gerakan formasi
2. Bermain Musik
Musik adalah kombinasi suara dan atau instrumen untuk mengkreasi
melodi dan
bunyi yang teratur. Musik memiliki tujuan untuk memahami dan me
ngulang pola,
menunjukkan kesadaran akan konsep dan urutan, memahami angka
dan hitungan,
menyimak dan membedakan suara, memahami instruksi lisan dan lai
n-lain.
Bermain musik serta mendengarkan musik merupakan salah satu keg
iatan yang
sangat digemari oleh anakanak. Hampir setiap anak akan dengan mudah mengikuti
kegiatan ini. Sering kita lihat seorang anak yang berhenti sejenak
dengan kegiatannya
hanya karena ada suara lagu di televisi kemudian ia fokus me
mperhatikan TV. Ada
pula anak-anak yang dengan asyiknya menyanyikan lagulagu yang sering ia dengar
661
toskop, dan
sebagainya.
Menggunakan balok-balok untuk bermain makebelieve seperti: suasana
perkotaan, kebun binatang, suasana rumah, mall, dan sebagainya.
- Bermain sosiodrama dengan tema keluarga, market/pasar, rumah sakit, perjalanan
dengan pesawat atau bus, sekolah, cerita ksatria dan penjahat, dan s
ebagainya.
-
665
Membuat bermacam bentuk dengan stik es cream, lidi atau batang kore
k api
Membuat alat permainan, hiasan, maupun ragam kreasi lainnya denga
n bendabenda yang sudah tak terpakai.
Berikut ini beberapa contoh kegiatan seni dan kerajinan tangan
yang bisa dilakukan
oleh anak usia dini.
Tabel 26. contoh kegiatan seni dan kerajinan tangan yang bisa di
lakukan oleh anak usia dini
Nama Karya
Cara Membuat
).
666
a
segitiga. Kemudian tempelkan
warna di atas busa (spons
guntingan segitiga tersebut pa
tipis). Kemudian ambillah
da
Tuangkan cairan sabun ke dala
sebuah balon dan bantulah
sisi piring kertas yang lainnya
Gelembung Ceria
m
anak untuk meniupnya, cukup
sehingga membentuk ekor.
mangkuk plastik. Bimbinglah
dengan ukuran kecil saja.
Selanjutnya mintalah anak
anak untuk meniup cairan sab
Selanjutnya ajaklah anak untuk
mewarnai ikan tersebut denga
un
menempelkan salah satu sisi
n
tersebut sehingga menghasilka
balon dan cap/stempelkan pad
menggunakan kertas kref, atau
667
.
Ambillah sebuah tutup kaleng
Bimbing anak untuk merobek
Lukisan kelereng
Stempel Tangan
668
da
2. Kesimpulan
Seni adalah suatu bagian penting dalam kurikulum anak usia dini. Setiap har
i, anak-anak cairan pewarna tersebut. Satu
akan menemukan beragam alat dan bahan yang ia jumpai dalam kegiatan se
hari-hari, yang
menyediakan peluang untuk melakukan aktivitas seni. Melalui kegiatan seni,
anak dapat buah benang untuk satu cairan
menyatakan perasaan dan gagasan, meningkatkan koordinasi mata dan tang
an mereka,
mengembangkan ketrampilan otot yang kecil, belajar untuk mengenali warn
pewarna. Minta anak untuk
a, ukuran dan
bentuk suatu benda serta mengembangkan kreativitas dengan cara mengeks
plorasi dan
menggunakan
alat dan bahan-bahan
seni.
menggoreskan
celupan benang
3. Latihan
Pikirkanlah sebuah tema kecil. Kemudian buatlah rancangan kegiatan se
tersebut pada kertas putih.
ni yang dapat
memberikan pemahaman pada anak tentang tema kecil tersebut. Buatlah rancan
gan kegiatan
seninya yang meliputi komponen seni menari, bermain musik, dramatisasi dan kegi
atan seni
& kerajinan tangannya.
4.Daftar Pustaka
Dockett, Sue, Marilyn Fleer. (2002). Play and Pedagogy in Early Childhood Educati
on: Bending
The Rules., Australia: Thomson.
Fox, Jill Englebright & Stacey Berry. (2011). Art in Early Childhood: Curriculum Co
nnections,
669
jaran anak usia dini, pendidik dapat menentukan salah satu atau seti
daknya dua fungsi,
yaitu teknologi sebagai alat (tools) dan/atau sekaligus sebagai bahan
untuk stimuasi dalam pencapaian perkembangan tertentu. Namun untuk pemanfaata
n TIK dalam PAUD
yang layak bagi anak tentu harus mempertimbangkan prinsip dalam
penyediaan sarana
dan prasarana pembelajaran bagi anak usia dini, sekalipun dalam pra
ktiknya dapat dikendalikan oleh atau di bawah pengawasan pendidik. Selain itu perang
kat TIK yang digunakan pun disesuaikan dengan memperhatikan perkembangan anak.
Efektif tidaknya pemanfaatan TIK bagi proses tumbuh kembang ana
k usia dini mutlak
menjadi pertimbangan para guru sebelum menentukan untuk memi
lih jenis perangkat yang tepat. Oleh sebab itu, pemanfaatan TIK dalam pembelajara
n perlu dirancang,
direncanakan, dilaksanakan, dan selalu dievaluasi dari waktu ke wa
ktu.
Agar pamanfaatan TIK dalam pembelajaran PAUD dapat benarbenar optimal dari segi
dukungannya pada pelaksanaan fungsi dan tercapainya tujuan dalam ran
gka menyiapkan generasi bangsa yang cerdas dan ceria, perlu mengoptimalkan kemanf
aatannya dan
meminimalkan dampak negatifnya. Oleh sebab itu, pemanfaatan TIK perlu
dilandasi oleh
prinsip. Suwarsih (2011) mengusulkan kerangka pikir dan lima prinsip d
alam pemanfaatan TIK dalam pembelajaran sebagai berikut.
a.
Pemanfaatan TIK dalam pendidikan hendaknya mempertimbangkan
karaktersitik
peserta didik, pendidik, dan tenaga kependidikan dalam keseluruhan
pembuatan
keputusan TIK.
b.
Pemanfaatan TIK hendaknya dirancang untuk memperkuat minat dan
motivasi pengguna untuk menggunakannya semata guna meningkatkan dirinya, ba
ik dari segi intelektual, spiritual (rohani), sosial, maupun ragawi.
673
c.
media audio
k menghabis-
yang dimiliki secara online; (e) mengatur komunikasi secara teratur; dan
(f) berpartisipasi dalam forum dengan rekan sejawat baik lokal maupun internasio
nal (Rekdale
dalam Nurdin Noni, makalah, 2011).
Dalam kaitannya dengan sumber bahan mengajar, guru dapat (a) menga
kses rencana
belajar mengajar & metodologi baru, (b) memperoleh bahan baku & bah
an jadi yang
cocok untuk segala bidang pelajaran, dan (c) mengumumkan dan berbag
i sumber.
Untuk peserta didik, internet menawarkan kesempatan untuk belajar se
ndiri secara
cepat untuk (a) meningkatkan pengetahuan (b) belajar berinteraktif, dan
(c) mengembangkan kemampuan di bidang penelitian. Selain itu, internet juga men
awarkan kesempatan untuk memperkaya diri dengan meningkatkan komunikasi de
ngan peserta
didik lain dan meningkatkan kepekaan akan permasalahan yang ada di seluruh dunia
Manfaat internet dalam dunia pendidikan tidak diragukan lagi dengan t
ersedianya informasi dalam berbagai bidang dalam jumlah yang melimpah. Kekayaan
akan informasi
yang sekarang tersedia di internet harus benarbenar dimanfaatkan oleh para penentu
kebijakan dalam pendidikan, baik oleh kepala sekolah, guru maupun sta
f administrasi
dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan.
Dalam kaitannya dengan kelebihan internet bagi guru, Rekdale mengem
ukakan bahwa
internet sangat potensial untuk mendukung pengembangan profesional
guru karena
internet menawarkan beberapa kesempatan untuk diraih, yakni (a) meni
ngkatkan
pengetahuan; (b) berbagi sumber di antara rekan sejawat; (c) bekerjasama
dengan guruguru dari luar negeri; (d) kesempatan untuk menerbitkan/mengumumkan gag
asan
yang dimiliki secara online; (e) mengatur komunikasi secara teratur; dan
(f) berparti677
sipasi dalam forum dengan rekan sejawat baik lokal maupun internasio
nal (Rekdale
dalam Nurdin Noni, makalah, 2011).
Dalam kaitannya dengan sumber bahan mengajar, guru dapat (a) menga
kses rencana
belajar mengajar & metodologi baru, (b) memperoleh bahan baku & bah
an jadi yang
cocok untuk segala bidang pelajaran, dan (c) mengumumkan dan berbag
i sumber.
Untuk peserta didik, internet menawarkan kesempatan untuk belajar se
ndiri secara
cepat untuk (a) meningkatkan pengetahuan (b) belajar berinteraktif, dan
(c) mengembangkan kemampuan di bidang penelitian. Selain itu, internet juga men
awarkan kesempatan untuk memperkaya diri dengan meningkatkan komunikasi de
ngan peserta
didik lain dan meningkatkan kepekaan akan permasalahan yang ada di seluruh dunia
N. Pemanfaatan Dan Pemilihan Media Pembelajaran
1. Tujuan Pembelajaran
Standar Kompetensi
Peserta PLPG mampu membuat perangkat pembelajaran dari ma
ta pelajaran yang
diampunya.
Kompetensi Dasar
Peserta di PLPG mampu mengembangkan media pembelajaran d
ari mata pelajaran
yang diampunya.
lajaran
Indikator
Peserta PLPG mampu
a. Memilih media pembelajaran yang sesuai dengan tujuan pembe
penyaji, media objek dan media interaktif. Media penyaji yaitu media y
ang mampu
menyajikan informasi. Misal gambar, poster, foto (yang digunakan
sebagai alat
peraga), transparansi, radio, telepon, film, video, televisi, multimedia (kit
). Media objek
yaitu media yang mengandung informasi seperti realia, replika, modul,
benda tiruan.
Media interaktif yaitu media yang memungkinkan untuk berinteraksi sel
ama mengikuti
pembelajaran. Misal scrabble, puzzle, simulator, laboratorium, atau ko
mputer.
Jika guru dihadapkan pada pilihan media yang banyak sekali, ma
ka guru perlu
mempelajari klasifikasi media yang memberikan ciri kemampuan medi
a seperti tabel
berikut.
Tabel 32. Pemilihan media menurut tujuan belajar, menu
rut Allen
3) Media Praktek/Demonstrasi
a. Flora atau fauna asli yang ada di sekitar sekolah Model atau realit
b. Laboratorium dan peralatannya
c. Alat atau model yang dibuat instruktur bersama peserta didi
k dari material atau
barang bekas yang tersedia di sekitar sekolah
d. Alat atau model yang tersedia di toko (alat-alat musik, dll)
e. Laboratorium alam (hutan atau kebun buatan, kebun raya,
sawah, kolam,
kandang ternak, dll).
f. Laboratorium yang ada di sentra industri pabrik, atau peru
sahaan Herbarium
buatan peserta didik.
g. Pasar
h. Museum
flashcard, perma
4) Media lainnya
a. game atau perangkat permainan yang dijual di toko, sepert
i scrabbles untuk
mengajarkan
vocabulary bahasa Inggris, kartu tambah
-kurang kali-bagi,
684
pembelajaran tertentu.
2) Pemanfaatan media di luar kelas situasi kelas, pemanfaatan ini di
bagi menjadi
dua kelompok utama.
a) pemanfaatan secara bebas, ialah media digunakan sesuai kebut
uhan
masingmasing, biasanya digunakan secara perorangan. Dalam
pemanfaatan secara bebas, kontrol atau kendali berada pada in
dividual,
dimana penggunaannya disesuaikan dengan kebutuhannya.
b) Pemanfaatan secara terkontrol, ialah bahwa media itu digunak
an dalam
suatu rangkaian kegiatan yang diatur untuk mencapai tujuan
pembelajaran.
Supaya media dapat dimanfaatkan secara efektif dan efisien, ada tiga l
angkah dalam
menggunakannya, yaitu:
a) Persiapan sebelum menggunakan media
Sebelum menggunakan media, persiapan yang dilakukan
dapat berupa
mempelajari petunjuk penggunaan, mempersiapkan
peralatan, serta
menetapkan tujuan yang akan dicapai.
b) Kegiatan selama menggunakan media
Kegiatan disesuaikan dengan kebutuhan dan jenis media yang
digunakan.
c) Kegiatan tindak lanjut
Tindak lanjut dilakukan untuk menjajagi apakah tujuan telah te
rcapai dan untuk
memantapkan pemahaman terhadap materi instruksional yang d
isampaikan melalui
media bersangkutan.
Prosedur pemanfaatan tersebut dapat diterapkan oleh guru ses
uai dengan pola
pemanfaatan.
Sebagai contoh, perhatikan ilustrasi berikut ini.
1. Tahap persiapan
a. Kepala sekolah menentukan tujuan penggunaan media pe
mbelajaran, misal
untuk menjelaskan konsep pembelajaran kuantum, denga
n sasaran guru di
686
sekolah.
b. Kepala sekolah menyiapkan penggandaan media power p
oint yang telah
disusun (misal power point terlampir).
c. Kepala sekolah memeriksa, ruangan, alat, listrik sebel
um pelaksanaan
pelatihan.
2. Tahap pelaksanaan
a. Kepala sekolah menyajikan sesuai dengan metode dan wa
ktu tersedia
b. Kepala sekolah meminta peran serta peserta pelatihan
sesuai dengan
prosedur pembelajaran.
3. Tindak lanjut
a. Guru sebagai peserta pelatihan diminta mempraktekkan.
b. Kepala sekolah memberikan umpan balik.
Contoh:
1. Penyajian media power point. Pada saat penjelasan materi, k
epala sekolah tidak
boleh membaca pada laptop tetapi menggunakan pen pointe
r yang ditunjukkan
pada layar.
2. Materi tidak dibaca tetapi dijelaskan dengan ilustrasi . Tetap
menjaga kontak
mata antara kepala sekolah dengan guru pada saat penyajia
n.
687
1. Tahap persiapan
a. Kepala sekolah menentukan tujuan penggunaan media pe
mbelajaran, misal
untuk menjelaskan konsep pembelajaran kuantum, denga
n sasaran guru di
sekolah.
b. Kepala sekolah menyiapkan penggandaan media power p
oint yang telah
disusun (misal power point terlampir).
c. Kepala sekolah memeriksa, ruangan, alat, listrik sebel
um pelaksanaan
pelatihan.
2. Tahap pelaksanaan
a. Kepala sekolah menyajikan sesuai dengan metode dan wa
ktu tersedia
b. Kepala sekolah meminta peran serta peserta pelatihan
sesuai dengan
prosedur pembelajaran.
3. Tindak lanjut
a. Guru sebagai peserta pelatihan diminta mempraktekkan.
b. Kepala sekolah memberikan umpan balik.
Contoh:
1. Penyajian media power point. Pada saat penjelasan materi, k
epala sekolah tidak
boleh membaca pada laptop tetapi menggunakan pen pointe
r yang ditunjukkan
pada layar.
2. Materi tidak dibaca tetapi dijelaskan dengan ilustrasi . Tetap
menjaga kontak
mata antara kepala sekolah dengan guru pada saat penyajian
689
690
691
692
693
694
695
Contoh:
1) Beraktivitas dengan perangkat TIK, harus siap dengan halhal yang tidak terduga.
Perlu persiapan yang matang sehingga pada saat pelaksanaann
ya, dapat dihindari
halhal tak terduga yang dapat mengakibatkan tidak efektifnya waktu berma
in
anak. Jika perangkat tidak dipersiapkan dengan baik dan d
iperiksa sebelum
digunakan, kemungkinan kaset kusut bisa terjadi dan ini akan
menghambat prose
pembelajaran.
2) Perlu antisipasi jika terjadi halhal yang tidak diinginkan, misalnya kaset kusut. Guru
harus mengantisipasinya dengan menyiapkan rencana cadanga
n jika terjadi kaset
kusut, atau komputer error.
Berikut adalah contoh pemanfaatan teknologi untuk pembelajaran
pada anak usia
5
6 tahun: Pada usia ini, pemanfaatan TIK sudah bisa dilakukan lebih meni
ngkat.
Bahkan bila memungkinkan guru sudah dapat memperkenalkan k
epada anak tentang
perangkat TIK, misalnya pengenalan perangkat keras (hardware) y
ang bisa dilihat dan
dipegang langsung oleh anak, misalnya: CPU, monitor, mouse, ke
yboard dan printer.
3. Rangkuman
Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang digunakan untuk me
nyalurkan materi
pembelajaran. Tiap jenis media memiliki kegunaan masingmasing dengan karakteristik
media.
Pemilihan media pembelajaran didasarkan beberapa kriteria seperti, tu
juan pembelajaran,
peserta didik, kemampuan media, dan lain-lain.
Media pembelajaran yang akan digunakan dalam sistem pembelaj
aran dengan pola
kurikulum guru media
siswa dikategorikan media yang dirancang dan media jadi.
698
5. Tes Formatif 3
1. Media pembelajaran dalam sistem komunikasi merupakan kompon
en:
699
a. Sumber
b. Pesan
c. Saluran
d. Penerima
2. Kriteria utama dalam memilih media:
a. Kemampuan media
b. Tujuan pembelajaran
c. Jumlah siswa
d. Kemudahan penggunaan
3. Media yang merupakan objek pengganti, kecuali:
a. Mock up
b. Simulator
c. Model
d. Realia
4. Media yang dapat dengan mudah membangkitkan efek emosi:
a. Audio
b. Film
c. Video
d. Radio
5. Kriteria pertama pemilihan media yang berbasis teknologi komputer
a. Akses
b. Biaya
c. Kemudahan penggunaan
d. Kecepatan
6. Komponen media yang dibuat sendiri oleh guru, kecuali:
a. Tujuan
b. Materi
c. Strategi
d. Evaluasi
7. Prosedur memanfaatkan media kecuali:
a. Pengumpulan bahan
b. Persiapan
c. Pelaksanaan
d. Tindak lanjut
8. Scrabble, puzzle tergolong media pembelajaran:
a. Penyaji
b. Objek
c. Permainan
d. Interaktif
9. Jika tujuan pembelajaran adalah siswa mampu mendeskripsikan
komponen mesin
700
a. Realia
b. Model
c. Foto
d. Gambar
10.Manfaat media pembelajaran kecuali:
a. Meningkatkan perhatian siswa
b. Memberikan kesamaan persepsi materi pembelajaran
c. Memberikan hiburan kepada siswa
d. Memberikan rangsangan pada indera siswa.
Cocokanlah jawaban Anda dengan kunci jawaban tes formatif 3. Jika jawaba
n Anda kurang
tepat bacalah kembali kegiatan belajar modul ini. Analisislah alasan jawaba
n yang Anda
pilih, mengapa tepat dan kurang tepat. Jika jawaban Anda benar 80% lanjutk
an pada modul
kegiatan belajar 4.
6. Kunci Jawaban
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
c
b
c
d
b
a
c
d
a
c
7. Daftar Pustaka
Arif S. Sadiman, dkk (1986), Media Pendidikan: Pengertian, Pengemba
ngan, dan
Pemanfaatanya. Jakarta: Rajawali.
701
702
lingkungan
pendidikan
yang
dihadapi
seseorang
dalam
proses
melumpuhkan kemelitan (rasa ingin tahu) alamiah, merusak, motivasi, harga diri
dan kreativitas anak, namun juga sebaliknya guru dapat melatih ketrampilan bidang
pengetahuan dan ketrampilan teknis dalam bidang khusus, seperti bahasa,
matematika, atau seni. Pada umumnya orang melihat ini sebagai pekerjaan dan tugas
guru. Sampai batas tertentu, guru juga dapat mengajarkan ketrampilan kreatif cara
berpikir menghadapi masalah secara kreatif, atau teknik teknik untuk memunculkan
gagasan-gagasan orisinal. Keterampilan seperti ini dapat diajarkan secara langsung,
tetapi paling baik disampaikan melalui contoh.
Sekolah yang bagus dan ideal adalah sekolah yang tenang dan menyenangkan bagi
anak usia dini. Tingkat kreativitas akan selalu meningkat sesuai dengan tingkat
pendidikan anak, hal ini seiring dengan tingkat kematangan, kecerdasan dan
pengalaman anak.
3. Lingkungan Masyarakat
Lingkungan
masyarakat
lebih
luas
dan
kompleks,
sehingga
agak
sulit
Tempat tinggal
b. Tempat Kerja
c.
Organisasi
d. Tempat Bergaul
bisa berupa apa saja yang dipergunakan untuk bermain. Berdasarkan bahannya APE
dapat digolongkan menjadi: APE buatan, APE alami, APE bahan campuran. APE
buatan adalah APE yang pembentukannya di buat oleh manusia, baik dengan cara
manual maupun dibuat oleh pabrik. APE alami adalah segala sesuatu yang berasal dari
alam yaitu air, pasir, tanah liat, daun, pantai. Hal-hal yang syarat utama media yang
sesuai dengan kebutuhan anak :
a. Aman.
APE harus aman artinya bahan maupun bentuknya tidak berbahaya bagi anak,
misalnya : bahan cat tidak beracun, tidak lancip, tidak tajam.
b. Mengembangkan kemampuan anak.
APE harus mengembangkan kemampuan anak yaitu meliputi 8 jenis kecerdasan:
kecerdasan logika, kecerdasan matematika, kecerdasan spasial, kecerdasan kinestetik,
kecerdesan musik, kecerdasan naturalistik, intrapersonal, interpersonal, linguistik,
dan spiritual.
c. Sesuai bentuk dan ukuran
Bentuk dan ukuran APE yang digunakan untuk anak harus sesuai dengan
pertumbuhan dan perkembangan anak usia dini yaitu tidak terlalu besar/ tinggi,
atau tidak terlalu kecil sesuai dengan usia anak.
d. Menarik
APE sebaiknya didesain sedemikiam rupa sehingga anak tertarik untuk mengambil,
dan kemudian memainkannya. Pada umumnya APE dibuat dengan warna-warni
yang mencolok, kemudian pada bentuk dan kemudian pada cara bermain bahan
tersebut.
e. Tidak bertentangan dengan nilai sosial dan agama
705
Area ruang konseling, terdiri dari: televisi, video, cermin besar, sofa, tempat
tidur, dll.
Area penyimpanan (gudang), terdiri dari: peralatan dan perlengkapan yang
sudah tidak terpakai.
PRINSIP-PRINSIP PENGEMBANGAN
Penyediaan lingkungan sebagai pendukung dalam proses pengembangan potensi
anak usia dini membutuhkan kaidah-kaidah yang tepat, sehingga apa yang telah
direncanakan dapat direalisasikan dengan baik dan sesuai dengan tujuan yang
diharapkan. Pengembangan tersebut memiliki beberapa prinsip:
-
Yakin bahwa masing-masing anak melihat atau mudah menemukan alat atau
material yang memang disediakan untuk mereka.
Proses pengembangan sarana dan prasarana pada lembaga PAUD dilakukan
kembali,
perencanaan
budget,
serta
perencanaan
waktu
untuk
merealisasikannya.
707
Menyiapkan suatu kegiatan sekolah untuk pendidikan anak usia dini, dapat
diumpamakan bila akan main sandiwara, guru mempunyai tugas mempersiapkan
panggung, tempat pertunjukan akan dilakukan. Ruang kelas harus dipersiapkan, semua
perabotan, peralatan dan perlengkapan harus di susun sedemikian rupa yang akan
diperuntukan kegiatan belajar mengajar sepanjang tahun ajaran yang akan datang.
Lingkungan fisik diatur agar dapat menarik bagi anak untuk bisa berkreativitas, hal ini
dapat diatur dengan adanya tempat buku, seni, meja-meja untuk kepentingan
permainan anak. Lingkungan kelas mempunyai nilai tertentu bagi anak didik. Ruangan
yang tidak rapih akan memberikan kesan kepada anak bahwa tidak apa-apa kalau ia
meninggalkan kertas di sembarang tempat. Sehari-hari di sekolah, kegiatan anak dapat
dilakukan dalam kelompok besar, kecil atau individual. Untuk hal tersebut, setiap kali
guru harus mengorganisasikan ruang dan material sesuai dengan kegiatan yang akan
dilakukan.
Ruang kelas hendaknya ditata sedemikian rupa sehingga mudah dipergunakan
untuk melaksanakan program. Bila memungkinkan lantai ruang diberi alas sehingga
bersih. Dinding harus ditata agar lebih menarik. Berikan ruang di dinding untuk
menempel berita yang aktual dan menarik bagi anak. Papan tulis dan kapur perlu
bergantung pada sebagian dinding. Jendela ruang dapat membantu penyinaran di
dalam ruang. Apabila memungkinkan sebaiknya ada kran air diperlukan apabila anak
mencuci tangan atau untuk membersihkan ruang. Kamar mandi atau kamar kecil perlu
di dalam sarana ruang kelas.
Ruang kelas anak usia dini biasanya merupakan kelas yang di organisasikan
sesuai dengan pusat-pusat kegiatan. Masing-masing pusat kegiatan memiliki program
tertentu. Pusat kegiatan tersebut selalu berorientasi pada anak sebagai pusat bukan
orang dewasa. Setiap kali diharapkan agar anak selalu aktif dalam mengikuti kegiatan
baik yang bersifat kelompok-kelompok besar, kecil ataupun dalam kegiatan individual.
Pengadaan ruang tenang juga diperlukan oleh anak agar anak yang ingin menyendiri,
dapat memisahkan diri dari kelompok dan teman. Tempat tersebut dapat berubah kursi
708
goyang bantal besar yang ada di lantai, kotak karton besar yang dipotong atau sisinya
sehingga anak dapat masuk ke dalamnya.
Setelah direncanakan, harus segera direalisasikan dengan baik. Kepala lembaga
PAUD atau koordinator dapat menunjuk orang yang dapat diamanatkan dalam
pengadaan sarana ini. Penempatan sarana dan prasarana yang sudah tersedia atau
dimiliki disesuaikan dengan kebutuhan dan rencana awal. Anak-anak perlu
disosialisasikan dan diberi pengertian akan penggunaannya, kemudian mereka pun
dibiasakan untuk merasa memiliki sarana yang sudah disediakan, baik yang berupa
media, alat peraga, alat permainan, sumber belajar dan lain sebagainya
Pengawasan
Selama anak-anak menggunakan sarana dan prasarana tersebut para tutor ataupun
pendidik wajib melakukan pengawasan kepada mereka. Anak-anak diajak untuk
bertanggung jawab dan memperlakukan sarana pembelajaran tersebut dengan baik. Di
samping itu, guru juga selalu memerhatikan beberapa sarana yang mudah rusak
sehingga segera ada tindak lanjut untuk mengganti atau memperbaikinya.
Pemeliharaan
Setiap sarana dan prasarana perlu dirawat dan dipelihara, terutama pada alat-alat
permainan dan media pembelajaran perlu ada wadah atau tempat penyimpanannya.
Setiap benda yang telah digunakan harus dikembalikan ke tempat semula. Guru dan
anak-anak harus terbiasa berdisiplin dalam merawat berbagai sarana yang digunakan.
Penggunaan alat sebaiknya sesuai dengan fungsinya, tidak dirusak. Jika anak
berimajinasi untuk menggunakan sarana di luar kebiasaan fungsinya, tetap
diperkenankan dengan catatan tidak membahayakan diri, orang lain dan juga alatnya.
Evaluasi
Setiap guru ataupun pengelola dapat mengevaluasi setiap sarana dan prasarana
pembelajaran yang telah tersedia atau digunakan oleh anak. Sejauh mana sarana
tersebut dapat membantu menstimulasi perkembangan anak. Keamanan dari sarana
709
tersebut pada saat digunakan oleh anak. Observasi juga dapat dilakukan oleh guru
dalam mengidentifikasi fungsi sarana dan prasarana dari segi estetika atau
kemenarikannya. Serta menjadi acuan dalam melakukan revisi, perbaikan, penggantian,
atau bahkan peniadaan jika sarana tersebut tidak memberi pengaruh positif dan
memberi dampak negatif bagi anak.
Untuk memastikan keefektifan ruang bermain anak, anda harus mengamati dan
mengevaluasi bagaimana anak menggunakan ruang-ruang tersebut. Anda dapat
melakukannya selama bekerja atau proses pembelajaran/bermain, ketika anak memilih
sendiri
aktivitas
bermain
kesukaan
mereka.
Pengamatan
yang
berlangsung
Apakah area dan alat permainan memungkinkan anak bermain dengan aman?
Apakah anak memilih benda yang sama, mirip atau berbeda setiap hari?
Apakah anak menunjukkan adanya pemilihan benda atau mainan yang sesuai
dengan jenis kelamin atau latar budaya?
Apa yang sebenarnya mereka lakukan dengan benda-benda yang mereka pilih?
Apakah
anak memiliki
kemampuan untuk
dengan baik?
Apakah anak yang berbeda bermain dengan cara berbeda dengan benda yang
sama
Apakah ada benda yang cukup sehingga anak tetap terlibat dengan serius?
Apakah benda yang ada menggambarkan latar belakang anak dan kehidupan
keluarga?
Sekat setiap ruangan dengan menggunakan lemari buku atau perabot lain
711
a.
Ruang Kelas
Perbedaan yang mencolok dalam gaya pengaturan kelas sekitar tiga puluh tahun
yang lalu adalah antara kelas yang terbuka dan kelas yang tradisional. Pada umumnya
kelas terbuka mempunyai struktur yang tidak kaku, kurang ada tekanan terhadap
kinerja siswa, dan lebih banyak pada perhatian individual. Gerakan kelas terbuka yang
diprakarsai seputar tahun 1960 dinyatakan sebagai cara yang baik untuk memupuk
belajar yang bermakna dan kreativitas pada anak. Manfaat penting dari kelas terbuka
adalah penekanannya pada pembelajaran Individualized. Anak akan belajar lebih baik
jika program disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan anak serta gaya belajar anak
yang berbeda-beda. Pembelajaran yang diindividualisasikan didasarkan pada minat
dan pengalaman unik siswa. Di samping itu, ruang kelas hendaknya merangsang secara
visual, tanpa mengganggu perhatian. Ruangan kelas penuh dengan berbagai produk
hasil karya anak yang beragam. Ada lukisan foto, karangan, patung, dan karya-karya
lain. Bahan pendidikan yang beragam tersedia dalam jumlah yang banyak. Pusat sains
di dalam kelas mengandung berbagai material yang memungkinkan melakukan banyak
kegiatan dan eksperimen. Pusat membaca menampilkan buku dan artikel untuk tingkat
membaca yang berbeda-beda. Terutama untuk anak kecil pusat aktivitas dimana
mereka dapat bermain dan bereksprerimen dengan macam-macam bahan, akan sangat
merangsang kreativitas. Anak-anak dapat mengusahakan bahan-bahan untuk kelas
mereka. Mereka dapat membawa objek-objek dari rumah, atau berbagi material.
Pengaturan ruang kelas yang luwes dan tidak konvensional merupakan tantangan bagi
siswa untuk mewujudkan bakat dan kemampuannya secara kreatif.
712
2.
3.
4.
5.
Belajar menggunakan berbagai informasi dari: orang, bahan-bahan cetak dan bahanbahan visual
6.
kenyamanan bagi anak, terutama pada rentang usia 24 tahun. Kelas tidak harus diisi
dengan bangku dan meja dalam jumlah yang banyak, jikapun ada sebaiknya diletakkan
di sudut ruangan. Ventilasi dan kebersihan ruang selalu dalam kondisi yang baik.
Anak-anak kelompok bermain dapat duduk di atas karpet dengan beragam formasi,
seperti lingkaran, segitiga, setengah lingkaran, dan lain sebagainya. Selain itu, kelas juga
perlu mendapat pencahayaan yang cukup terutama pencahayaan dari sinar matahari.
Hal penting lainnya adalah kelas harus jauh dari kebisingan. Penataan lingkungan dan
alat permainan juga hendaknya mudah diubah-ubah sesuai dengan aktivitas
pembelajaran yang akan dilaksanakan.
Jika memungkinkan di dalam ruang kelas dapat disediakan perlengkapan,
seperti rak penyimpanan sarana belajar yang seukuran dengan tinggi anak, wadahwadah tempat penyimpanan media dan alat permainan edukatif, meja putar atau
berbentuk kotak di salah satu sudut ruangan. Serta dapat ditambahkan pula papan
display, penjadualan, papan prestasi, papan ekspresi, dan beberapa hiasan ruangan baik
yang digantung maupun yang ditempel di dinding atau di jendela. Dinding ruangan
sebaiknya dicat dengan warna-warna carah atau terang, demikian pula dengan
713
pemilihan ubin lantai. Sedangkan pada bagian pintu, guru dapat menempelkan figura
yang kreatif yang di dalamnya terdapat foto-foto wajah anak, kemudian menuliskan
nama kelasnya. Warna yang digunakan pada pintu dapat berupa warna carah atau yang
disesuaikan dengan warna dinding.
b. Sentra atau Area
Setiap ruang kelas sebaiknya dilengkapi dengan area-area atau sentra
pengembangan, seperti area balok, area dramatisasi, area art craft, area pustaka, serta
area manipulatif. Hal ini juga harus didasari oleh analisa kebutuhan dan
ketepatsasarannya dalam proses pembelajaran di satuan PAUD nonformal.
Area Balok dan Manipulatif
Dalam area balok dapat disediakan berbagai macam jenis balok, dapat berupa
balok-balok warna, balok dengan warna standard, balok dengan berbagai bentuk.
Puzzle dengan 34 keping, lego, lotto, lassy, alat-alat permainan bongkar pasang
lainnya, menara gelang, miniatur rumah, gedung-gedung bangunan serta berbagai
miniatur kendaraan dapat disertakan pula di dalamnya. Untuk persiapan ke tingkat
pendidikan selanjutnya, anak-anak dapat distimulasi dengan kartu-kartu huruf
bergambar, bentuk-bentuk angka 110, manik-manik, kancing, karet gelang, penjepit
kertas, serta media lainnya yang dapat dimanipulasikan oleh anak.
Area Sosiodrama
Sementara di area dramatisasi, guru-guru maupun lembaga penyelenggara
PAUD dapat menyiapkan berbagai sarana yang terkait. Hal ini dapat direalisasikan
dengan pengadaan media-media seperti beragam jenis boneka, baik boneka binatang,
boneka miniatur manusia, boneka tangan, atau boneka lainnya. Ditambahkan pula
dengan alat-alat permainan dramatisasi, seperti miniatur alat-alat rumah tangga,
miniatur kitchen set, miniatur peralatan dan perlengkapan berbagai profesi, pakaianpakaian profesi, pakaian-pakaian beberapa daerah, serta ditambahkan dengan cermin
seukuran anak atau lebih yang ditempelkan pada dinding.
714
Area Seni
Pada area art craft sarana yang perlu disiapkan antara lain, satu paket crayon
untuk setiap anak, cat-cat air, wadah bermain cat air, plastisin atau play dough, kertas
warna origami, kertas asturo, kertas cref, kertas folio, kertas gambar, lem, gunting,
spidol berbagai warna dan ukuran, serta peralatan lainnya.
Area Perpustakaan
Usia 23 tahun adalah awal bagi seorang anak untuk mengenal dan bereksplorasi
dengan buku, sehingga sangatlah tepat jika aktivitas keseharian anak di dalam kelas
disertai dengan interaksi mereka dengan berbagai buku yang sesuai dengan
karakteristik, kematangan, serta keberminatan mereka. Buku-buku tersebut ditata
dengan rapi pada rak-rak buku yang didisain dengan menarik, seukuran atau lebih
rendah dari tinggi anak. Perbendaharaan buku ini dapat berupa buku-buku bergambar
seri pengetahuan alam, buku gambar profesi, buku gambar kendaraan, buku
pengenalan warna, buku pengenalan bentuk, buku gambar tubuh dan panca indera,
buku-buku cerita, dan buku-buku lain yang dapat menambah kewacaan anak akan
tema yang dilaksanakan oleh mereka.
Area Circle time
Area ini biasanya digunakan untuk kegiatan koordinasi atau pengembangan
apersepsi. Sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa anak-anak dapat
berkumpul dan berdiskusi tanpa harus menggunakan kursi dan meja. Anak-anak dan
guru dapat melakukan aktivitas bersama di atas karpet berbentuk lingkaran dengan
gambar yang menarik yang disertakan bantal-bantal kecil. Area ini akan lebih baik jika
diletakkan di tengah-tengah kelas.
c. Ruang Bermain Indoor
Dalam ruang indoor, disediakan secara khusus area untuk bermain yang
dilengkapi beberapa alat permainan seperti rumah-rumahan, mobil-mobilan, papan
715
seluncur indoor, meja lego dengan APE lego beragam bentuk dan warna. Bola-bola
karet, area mandi bola, panggung bongkar pasang, hiasan dinding.
d. Ruang Audio-Visual
Pengembangan kemampuan bahasa, visual, musikal dan kinestetik anak dapat
dieksplorasi lebih luas di dalam ruang audio-visual ini. Ruangan ini dilengkapi dengan
televisi, VCD/DVD player, keping CD, tape radio, kaset-kaset lagu anak, alat-alat musik
seperti keyboard, gitar, tamborin, rebana dan sebagainya.
e. Ruang Ibadah
Aktivitas latihan beribadah pada dasarnya dapat dilakukan di area klasikal di
dalam kelas, akan tetapi untuk bisa mengakomodasi sarananya maka dibutuhkan ruang
khusus terkait dengan hal ini. Sarana yang dimaksud adalah beberapa locker atau rakrak yang digunakan untuk menyimpan sejadah, sarung, mukena, atau perlengkapan
ibadah lainnya yang sesuai dengan agama. Dalam ruang ini disediakan pula hiasanhiasan kelas yang bernuansa agama, dapat berupa hiasan gantung, hiasan tempel atau
alat-alat permainan yang mendukung.
f. Kamar mandi
Kamar mandi atau toilet adalah salah satu ruangan yang cukup penting di
lingkungan di mana aktivitas anak berlangsung. Kamar mandi untuk orang dewasa
sebaiknya dibedakan dengan kamar mandi untuk anak. Toilet yang digunakan anak
tidak diperkenankan dalam kondisi yang licin, sehingga perlu menggunakan lantai
yang kasat, atau menggunakan karpet kamar mandi yang cukup keras atau kasat.
Wastuffle yang digunakan harus di bawah tinggi anak, lebih tepatnya seukuran di
bawah dada anak. Demikian pula dengan penggunaan kloset yang disesuaikan dengan
kebutuhan anak. Kemudian yang tak kalah pentingnya adalah keset di depan kamar
mandi sehingga meminimalisir keberbahayaan pada anak.
716
g. Dapur
Penggunaan dapur biasanya terbagi menjadi dapur bersih dan dapur kotor.
Dapur yang dapat digunakan oleh anak sebaiknya adalah dapur bersih, di mana anak
dapat belajar mengolah beberapa makanan atau minuman sederhana pada kegiatan
Cooking Day. Di dapur bersih anak dapat menemukan peralatan seperti gelas-gelas
plastik berbagai ukuaran, piring-piring plastik berbagai ukuran, kitchen set, sendok dan
garpu plastik, kulkas, dispenser, meja berukuran sedang di sudut ruangan, juga lemari
kecil untuk menyimpan celemek.
h. Ruang Komputer
Pengenalan komputer sejak dini adalah sebuah pilihan yang bijak dalam
mengembangkan keterampilan dan IPTEK pada anak. Penyediaan komputer untuk
memenuhi kebutuhan di atas tentunya dibarengi dengan ruangan yang cukup
representative, artinya ruangan disesuaikan dengan jumlah komputer yang digunakan.
Selain itu, guru perlu menyiapkan berbagai CD interaktif juga video edukatif yang
bervariasi.
i. Ruang Administrasi
Ruangan administrasi perlu untuk dialokasikan khusus sehingga tidak
bergabung dengan ruang-ruang yang digunakan anak dalam berbagai aktivitas.
Seorang staff administrasi membutuhkan sarana computer, meja administrative, meja
penerima tamu, locker yang digunakan untuk penyimpanan file. Telepon, nota, buku
telepon, kalkulator, papan penjadualan, dan laci arsip.
717
718
2. Lingkungan Outdoor
Kegiatan bermain di luar ruangan penting bagi anak untuk mendukung
pertumbuhan dan perkembangan anak. Area luar ruangan memberikan kesempatan
pada anak untuk memanjat, berlari, melompat, berloncat-loncat, melempar, menangkap
dan menggunakan suara luar mereka (berteriak) sehingga menjadikan anak sehat,
bebas dan keluar dari aktivitas yang tenang di dalm kelas. Dengan berada di luar,
memungkinkan anak untuk melatih otot-otot, menghirup udara yang segar
dan
indera mereka untuk belajar tentang dunia. Seni, musik, membaca, bermain peran,
permainan membangun, permainan sosial, dan merawat binatang peliharaan,
semuanya dapat juga dilakukan di luar ruangan.
Apakah lokasi tempat tersebut dekat dengan WC atau toilet. Apakah area tersebut
luas terbuka ataukah ada daerah yang memang akan dipergunakan anak untuk
bersembunyi.
Bagaimanakah kondisi tanah permukaan, apakah berumput, pasir atau tanah liat?
dapatkah daerah tersebut dipergunakan untuk mengendarai sepeda atau peralatan
lain yang dipergunakan anak-anak.
Apakah daerah yang dipergunakan panas atau terlindung karena banyak pohon.
Area yang akan dipergunakan sebaiknya seimbang antara daerah panas dan daerah
terlindungnya.
Perlu dibuat tempat menyimpan alat yang akan dipergunakan diluar gedung.
Tempat penyimpanan tersebut sebaiknya dapat dipindah-pindahkan.
Adanya pagar pengaman untuk melindungi anak dari bahaya jalan dan air.
Jarak area bermain misalnya bermain pasir dari alat ayunan, panjatan dan alat yang
bergerak lain (jungkat-jungkit).
Alat bermain sebaiknya dirancang sedemikian rupa sehingga tidak ada bagian yang
tajam, runcing dan mudah rusak.
722
723
E. AKTIVITAS BERKEBUN
Untuk sains, lingkungan luar ruangan adalah laboraturium yang sempurna. Area
berkebun menawarkan kesempatan untuk dapat belajar dan mengeksplorasi banyak
hal, seperti tumbuhan, tanah dan bumi..
725
726
F. AKTIVITAS BETERNAK
Memiliki binatang peliharaan mengajarkan anak untuk dapat memelihara binatangbinatang dan mereka juga belajar bertanggung jawab memelihara kelinci, hamster dan
binatang peliharaan lainnya. Pendampingan dalam area ini dibutuhkan, agar dapat
mengajarkan mereka bagaimana cara memegang, memeluk dan membelai binatang
tanpa menyakitinya. Anak dapat mengembangkan kemampuannya di berbagai aspek
perkembangan dengan mengamati pertumbuhan, perubahan, dan kebiasaan binatang.
Anak juga dapat belajar tentang kelahiran, cara hidup, dan kadang-kadang kematian.
G. AKTIVITAS PERTUKANGAN
Aktivitas yang dapat dilakukan dalam area ini bisa sangat sederhana, misalnya
memukul paku ke batang pohon yang lebar atau bekerja di meja panjang dengan alatalat, kayu dan menyusun objek-objek untuk dekorasi bangunan. Hendaknya area ini
727
ditempatkan di lokasi yang tenang, agar anak merasa tidak terganggagu. Peralatan
harus dipastikan aman dan dalam kondisi yang baik untuk digunakan anak, misalnya
jika menggunakan meja panjang, guru harus memastikan bahwa meja itu kokoh, sesuai
dengan berat dan tinggi anak serta penyimpanan peralatan bermain pertukangan
dikotak yang aman.
Alat-alat dasar yang ada di sentra ini meliputi:
- Palu, kikir dan amplas
- Gergaji
- Gunting dari kayu yang halus
- Paku dengan ujung yang besar
- Bor tangan
- Penggaris
728
Rasa aman terhadap lingkungan bermain di luar ruangan yang direncanakan dengan
hati-hati, dapat meningkatkan kesadaran diri, emosi, sosialisasi, komunikasi, kognitif,
dan ketrampilan motorik perseptual anak usia dini. Stone (1970) yang dikutip oleh
Brewer, dalam bukunya Introduction to Early Childhood Education Preschool Through
Primary Grades 6th ed (2007 : 78). memandang permainan di luar ruangan sebagai bagian
yang integral dari pengalaman pendidikan. Range (1979) dengan sumber yang sama,
menyebutkan perhatian yang berupa perilaku dengan perkembangan nilai-nilai yang
sedikit terhadap anak.
Lingkungan adalah segala sesuatu yang bersifat eksternal terhadap diri individu,
karena lingkungan itu merupakan sumber informasi yang diperoleh melalui
pancaindera. Semua informasi diteruskan ke otak melalui saluran-saluran neuro
fisiologis, semula sebagai impuls elektro kimiawi yang menjadi isyarat tertentu,
kemudian dimodifikasi dalam bentuk bahasa tertentu. Selanjutnya bahwa Lingkungan
pendidikan merupakan lingkungan atau keadaan, kondisi tempat yang ada disekitar
anak yang mempengaruhi berlangsungnya proses pendidikan. Lingkungan pendidikan
secara umum dibagi menjadi tiga macam yaitu lingkungan keluarga, lingkungan
sekolah dan lingkungan masyarakat. Ketiga lingkungan pendidikan ini mempunyai
peranan yang besar dalam proses pertumbuhan dan perkembangan anak menuju
terbentuknya kepribadian anak. Prinsip terbentuknya kepribadian anak ditentukan dua
faktor yaitu faktor dalam dan faktor luar. Faktor dalam yang dimaksud adalah bakat
atau pembawaan, sedangkan faktor luar adalah lingkungan dimana anak dididik dan
dibesarkan. Lingkungan yang bersifat langsung adalah pengaruh yang diperoleh dari
alam, manusia, tempat bergaul di sekitarnya. Lingkungan yang tepat bagi anak adalah
yang
memberikan
pengaruh
yang
kondusif,
maksudnya
dapat
mendorong
berkembangnya kreativitas.
Empat jenis kreativitas sesuai dengan empat bidang dalam struktur intelek Guilford
(1975) yang dikutip oleh Dodge dan Diane Trister, dan Laura J. Colker dalam buku
Creative Curriculum for Early Childhood (2000 : 77) yaitu figural, simbolis, semantic, dan
729
sosial (perilaku). Pengaruh ini menyenangkan, sesuai dengan perkembangan anak yang
memungkinkan timbulnya inovasi dan kemauan anak untuk mencoba. Selain pengaruh
yang bersifat positif dan negatif ada pula pengaruh yang berkualitas rendah dan tinggi,
biarpun keduanya bersifat positif. Pendidik sepantasnya memilih pengaruh yang positif
dan berkualitas tinggi.
kedua
yang
mempengaruhi
perencanaan
adalah
pengelompokan.
berbagai
dalam
setiap
sentra,
pendidik
hendaknya
731
Setiap anak berbeda dalam kebutuhan dan minatnya. Berdasarkan pengetahuan ini,
pendidik PAUD merumuskan tujuan belajar untuk masing-masing murid. Untuk
anak yang satu, tujuannya adalah partisipasi dalam kegiatan di dalam kelas dan
belajar bernegosiasi dengan anak lain. Untuk anak yang lain tujuannya adalah
berhitung hingga sepuluh dan lebih aktif dalam diskusi di waktu makan dan dalam
kegiatan kelompok. Perkembangan sosial, emosional, kognitif, berbahasa, kebiasaan
dan lainnya harus menjadi bahan pertimbangan.
Memenuhi kebutuhan anak akan kebutuhannya untuk kegiatan dan gerak fisik,
interaksi sosial, kemadirian, konsep diri yang positif.
Memberikan
kesempatan
menggunakan
permainan
untuk
mewujudkan
Pengetahuan sosial
Misalnya: keluarga, rumah, teman, binatang peliharaan, kepedulian diri, pakaian,
kesehatan gigi, kendaraan.
Konsep matematika
Misalnya: bank, toko, kantor pos
d. Peran Tema
Tema dalam pembelajaran anak usia dini memiliki peran yang cukup penting karena
dengan tema anak akan lebih mudah dalam mengenal suatu konsep pengetahuan.
Beberapa kelebihan dalam pembelajaran tematik adalah sebagai berikut:
Anak mudah memusatkan perhatian pada satu tema atau topik tertentu
Anak lebih merasakan manfaat dan makna belajar karena materi disajikan dalam
konteks tema yang jelas
Anak lebih bergairah belajar karena mereka dapat berkomunikasi dalam situasi
yang nyata, misalnya bertanya, bercerita, menulis deskripsi, menulis surat, dan
sebagainya untuk mengembangkan keterampilan berbahasa, sekaligus untuk
bidang kemampuan lain.
734
Tema di mulai dengan apa yang anak lihat dan anak tahu setiap hari. Tema
binatang di perkotaan mungkin termasuk di dalamnya, kucing, anjing, burung, dll.
Tema yang sama di daerah pertanian bisa terdiri dari sapi, kuda, ayam, dan bebek.
Guru pada masing-masing lokasi tadi bisa memilih hewan yang cocok untuk
ditunjukkan dengan gambar yang dipajang, buku yang dibaca, barang-barang yang
mereka taruh di pojok balok, dan aktivitas yang mereka rencanakan.
Tema bisa berkembang dari kejadian yang tidak diharapkan yang memberi
kesempatan
untuk
dieksplorasi.
Andaikata,
sebagai
contoh,
sebuah
proyek
Pilih tema yang sesuai Dengan perkembangan mental dan kemampuan anak
akan memberikan kesempatan eksplorasi dan penemuan
Familiar dengan subjek (bahan ajar). Guru adalah juga orang yang belajar. Belajar
tentang subjek yang berhubungan perjalanan, meletakkan buku dengan dan
material, serta berbicara dengan orang.
Mengeksplorkan lingkungan
pertanyaan
lebih
dulu
yang
guru
mengantipasi
membantu
sesuai
dengan
keluarga
untuk
membawa
736
gambar tentang tema pastikan mereka memberi rasa hormat kepada etnis tertentu,
gaya hidup, dan hubungan dengan gender.
Rencana dalam Kurikulum
Hal ini berarti memikirkan bagaimana guru akan menterjemahkan tujuan akhir
utnuk anak-anak ke dalam perkembangan belajar mereka. Rencana yang efektif aakn
membuat guru selalu dalam jalur. Tim kerja sangat berpengaruh di dalam perencanaan.
Dengan kerja sama guru, siste, dan sukarelawanbisa merubah gagasan, sharing
pengamatan tentang anakdan mendiskusiakn strategi baru.
Rencana jangka panjang
Rencana jangka panjang mendorong guruutnuk berpikir tentang sebulan ke
depan. Ini dibutuhkan jika guru inginmengatur periode tema secara berkala, Hal ini
memfasilitasi pengaturanuntuk mengisi perjalanan dan event khusus
Rencana perjalanan
Ide yang baik utnuk berkunjung ke suatu tempat bersama anak-anak. Akan
memungkinkan guruuntuk menentukan arah untuk anak, rule dan tempat yang paling
diminati oleh anak. Sebelum melakukan perjalanan, ide yang bagus jika guru
merembuk bersama dalam kelas.
Rencana mingguan
Dalam kurikulum yang berbasis lingkungan, focus pada rencana mingguan
adalah bagaimana merancang apa yang dilakukan kelompok ketika dalam area minat.
Rencana mingguan memungkinkan anda untuk mengumpulkan dan mebyiapkan
materi yang dibutuhkan. Pengamatan adalah dasardari perencanaan. Dengan
pengamatan, anda bisa menemukan materi sesuai dengan keinginan anak. Kami
merekomendasikan tim pengajar mendiskusikan rencana mingguan setiap hari untuk
memastikan semua dipersiapkan dan disetujui.
737
Rencana harian
Berdasarkan perencanaan program aktivitas harian pendidik, maka secara garis
besar aktivitas pembelajaran harian dirancang sebagai berikut:
Tidur/istirahat
Membantu
menguasai
keahlian-keahlian
pribadi
seperti:
buang
air
Bersih-bersih
Pentingnya Konsistensi
Konsistensi merupakan karakteristik penting jadwal harian. Anak-anak lebih
merasa aman ketika mereka bisa memprediksi susunan kegiatan dan memiliki kontrol
atas kegiatan mereka. Di samping itu, prediktibilitas memberi anak-anak perasaan
mendasar terhadap waktu karena mereka mulai belajar apa saja kegiatan hari ini,
kegiatan kedua, selanjutnya dan terakhir. Jadwal yang konsisten juga dapat
membangun
kepercayaan.
Walau
bagaimanapun
juga,
konsistensi
tidak
Waktu Berkumpul
Waktu berkumpul memberi kesempatan kepada anak untuk mengambangkan
rasa memiliki terhadap kelompok. Kemampuan bersosialisasi meningkat ketika anak
belajar untuk membagi ide dan mendengarkan ide orang lain. Waktu berkumpul lebih
berhasil ketika yang direncanakan sesuai dengan usia dan waktu yang disedikan
dengan mempertimbangkan rentang perhatian ketertarikan dan kemampuan anak.
Merencanakan waktu berkumpul yang efektif
Jika memungkinkan, bagi kelompok besar ke dalam dua kelompok kecil, hal ini
dapat Iebih mengajak anak turut berpartisipasi.
Gunakan transisi yang tertib untuk mempermudah anak masuk dan keluar dari
waktu berkumpul mulai dengan bernyanyi untuk mengumpulkan anak bersamasama disatu area.
Beri anak petunjuk anak yang jelas tentang aktivitas dan apa yang anak lakukan.
Waktu Transisi
Perhatian terhadap waktu transisi sangat penting untuk mengefektifkan
pengaturan ruang kelas. Waktu transisi bisa menjadi kacau juga bisa santai dan
mengusahakan kesempatan untuk mempelajari dan memperkuat konsep dan keahlian.
Beberapa cara untuk membuat transisi berjalan lancar yaitu:
Bedakan prosesnya. Hindarkan anak-anak agar tidak berpindah dari satu aktivitas
keaktivitas lain, sebagai sebuah keiompok.
739
Beri pengumuman pada anak. Lima samapi sepuluh merit sebelum beres-beres
bicaralah pada anak-anak di tempat masing-masing.
Berikan waktu yang secukupnya. Berikan cukup waktu pada anak-anak untuk
berbenah sehmgga mereka tidak dihuru-buru waktu
Berikan tugas, Libatkan anak dalam merapihkan tempat untuk makan, merapihkan
bekas menggamhar dan mengumpulkan sampah setelah makan.
Harus jelas dan konsisten. Beri arahan pada anak selama masa transisi dan yakinkan
semuanya sesuai usia. Tetapkan rutinitas setiap harinya agar anak tahu apa yang
hams dilakukannya sendiri.
Harus fleksibel. Jika memungkinkan beri anak waktu ekstra untuk melengkapi
proyek tertentu atau aktivitas yang mereka lakukan.
Waktu Makan
Ada banyak cara dimana guru dapat membuat waktu makan menyenangkan dan
membantu mengembangkan perilaku positif. Pertama, fokus pada aktivitas makan dan
bersantai dengan kelompok daripada memaksa anak untuk mencoba makanan tertentu.
Adab makan juga hal yang sekunder, mereka akan mempelajarinya sesuai dengan
bertambahnya usia. Saran-saran untuk mrenjadikan waktu makan menjadi hal yang
menyenangkan bagi anak untuk belajar dan berkembang:
Buat acara makan lebih nyaman
Dorong anak agar mengatakan apa yang sedang mereka makan, bagaimana
makan itu disiapkan, atu sesuai dengan lingkungan sosial (percakapan yang
menyenangkan)
Sediakan tempat susu dan alat-alat lainnya agar anak dapat menuangkan susu
mereka dan menyajikan makanan mereka sendiri
Waktu Istirahat
Lamanya waktu istirahat berbeda tergantung pada berapa lama anak mengbabiskan
waktu dalam program pendidikan setiap harinya. Ingat juga bahwa anak memiiiki pola
dan cara tidur yang berbeda. Pendidik harus memnggunakan cara yang berbeda pula
untuk mereka beristirahat. Berikut ini saran-saran untuk membuat waktu istirahat
berjalan lancar
Persiapan Tidur
Buat aktivitas tenang tepat sebelum istirabat seperti dongeng, permainan jari
tangan, lagu santai atau mendcngarkan musik
Izinkan anak untuk membawa mainan saat tidur atau selimutkhusus dari rumah
untuk dipakai pada saat istirahat
Awasi waktu istirahat. Orang dewasa wajib berada didekat anak pada saat
istirahat
Pendidik harus mempunyai rencana untuk anak yang bangun sebelum waktu
istirahat habis dan untuk anak yang tidak mau tidur
741
Membiarkan anak bangun sendiri, dengan harapan mereka bangun dengan cepat
atau merasa senang dan bangun tidur.
Anak yang mengikuti proses pembelajaran adalah seorang individu yang
membangun
kekuatan
mereka
dan
membantu
mereka
memperoleh
bagian dari kelompok, mereka akan melihat nilai utama berbagi. Mendorong anak
untuk bermain bersama merupakan salah satu cara memperkenalkan anak untuk
berbagi.
MembuatAnak Lebih Mudah untuk Menerima Giliran
Menunggu giliran adalah bagian dari berbagi. "Lima menit lagi giliranmu"
namun bagi anak lima tahun bisa terasa seperti selamanya. Bukan hanya karena anak
sering merasa tidak sabaran namun juga mereka belum memahami konsep waktu.
Berikut ini adalah strategi agar anak belajar mengenai koteks waktu secara konkret:
Gunakan Stopwatch yang biasa digunakan di dapur. Dengan suara belnya yang dapat
digunakan oleh anak untuk mengetahui kapan giliran mereka.
Buat daftar tunggu/giliran di bagian mainan yang paling diminati., dan buat daftar
tunggu bai anak-anak.
744
secara
jelas
arti
dari
kesuksesan
tersebut.
Salah
satu
cara
untuk memikirkan diri sendiri, menyelesaikan masaiah, dan bergaul dengan sesama.
Untuk mengimplemenlasikan kurikulum ini secara efektif, guru, administrator, dan
orang tua mengetahui nilai dari permainan yang bisa membantu mereka dala
mengembangkan keterampilan, pemahaman dan sikap mereka yangh bisa menentukan
keberhasilan mereka.
"Kamu
bangunamu".
"baimana kau memutuskan untuk membentuk lempung dengan cara seperti itu?"
"apa saja yang bisa kita buat dengan pasir hari ini?"
Pernyataan dan pertanyaan ini mengundang anak untuk mengatakan apa yang
dan mengontrol prilaku mereka agar sesuai dengan peraturan permainan. Permainan
ini juga mengajari anak untuk berlomba dan berhubungan dengan kesuksesan dan
kegagalan.
Permainan Drama
Model permainan yang keempat adalah drama, yang melibatkan anak untuk
berinteraksi dalam sebuah episode (jeda), permainan drama social. Dalam permainan
ini anak mengambil sebuah peran, berpura-pua menjadi orang lain dan menggunakan
benda nyata atau khayalan untuk memainkan perannya. Permainan drama mempunyai
kaitan erat dengan kesuksesan akademik dan proses pengaktualisasian potensi anak.
Penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan langsung antara kemampuan untuk
bermain peran dengan kesuksesan akademik anak. Berpikir secara abstrak berarti
menciptakan gambaran mental atau symbol yang mewakili benda atau peristiwa nyata.
Jika mareka sudah terbiasa menciptakan hal-hal yang abstrak seolah-plah menjadi
nyata, maka mental mereka akan lebih siap mempelajari sejarah, kesanggupan
membaca dan menulis, ilmu penetahuan dan matematika, dsb karena semua itu perlu
penyelama dan peniptaan symboi-simbol dalam pikiran mereka.
Setiap anak dilahirkan dengan kecenderungan untuk terlibat dalm drama, tapi
tidak semua anak memperoleh kesempatan melakukan hal tersebut. Ketika guru
memberikan sebuah aturan dalam aktivitas di lingkup ruangan, mereka membantu
anak mengembangkan kemampuan keterampilan dan kemampuan belajar mereka.
cara
berpikir.
Implementasi
kurikulum
kreatif
membantu
anda
749
Menunjukan kata-kata dalam halaman buku saat cerita dibacakan dengan lantang
Mendorong anak untuk menulis pesan kepada anda atau kepada teman
Menggunakan pertanyaan pembuka dan penutup dan pernyataan untuk
membantu anakmengekspresikan perasaan.
Penelitian menunjukan bahwa anak-anak belajar sangat baik ketika tulis-menulis
digunakan secara fungsional bukan semata pembahasan. Dalam pembelajaran tulis
menulis yang fungsional, pengalaman didapat oleh anak ketikanlenyelesaikan sebuah
pekerjaan yang berarti. Dalam pelajaran tulis-menulis yang sebatas pemahaman, guru
menerangkan apa yang akan terjadi. Berikut contohnya :
Pembelajaran tulis-menulis yang fungsional : seorang anak berusia 4 tahun membuat
beberapa garis dan bentuk pada selembar kertas, kemudian dia akan bilang ke gurunya
"Ini adalah surat untuk ibuku. Bisakah anda menuliskan 'ibu' untuk saya di luar sini?"
750
dia menunjuk ke bagian atas kertas. Berikutnya, guru akan melihat bahwa anak tadi
akan berusaha menulis huruf "I" secara capital.
Pembelajaran tulis-menulis secara pemahaman : seorang guru menjelaskan kepada anak
usia 4 tahun untuk membuat kartu ucapan hari ibu dan menunjukkan kapada rnereka
cara menulis "Ibu". Unsur yang hilang disini adalah inisiatif dari seorang anak. Buku
kelas bisa membantu pembelajaran tulia-menulis dalam kelas kurikulum kreatif.
Membuat buku, membacanya ketika waktu bercerita, dan memajang dalam rak terbuka
yang membiarkan anak melihat bagaimana sebuah cetakan digunakan untuk
mendokumentasikan kegiatan sebagaimana ia melihat buku tersebut. Berikut ini ada
dua saran :
Ambil foto aktivitas anak yang dalam era minat berbeda dalam ruang kelas.
Letakkan foto dalam kertas berwarna. Biarkan anak membuat catatan singkat
dalam foto tersebut, kemudian laminating kertas atau beri cover. Pasang kertas
kecil tadi dalam sebuah binder.
Tiap kali anak-anak mengadakan perjalanan atau ada kejadian khusus, seperti
pindah ruang kelas atau ada tamu yang berkunjung, buatlah sebuah buku
dengan foto yang diberi catatan atau gambar oleh anak.
Meskipun sangat penting, ruangan pepustakaan bukanlah satu-satunya tempat
seni,
anada
bisa
menmbantu
anakmngembangkan
keterampilan
Mengenal pola
752
Menggambar
Menaksirkan
Mengukur
Kemungkinan
Mengenal Pola
Pola menujukan bermacam-macam hubungan, urutan, pengulangan, pengaturan
atau sebab akibat. Pola adalah bagian dari kehidupan anak di rumah dan di kelas.
Pengenalan pola mengembangkan keterampilan penting dalam menyelesaikan masalah.
Mengidentifikasi, menjabarkan dan membuat poal, anak harus bisa mengatur informasi,
membedakan persamaan dan perbedaan, dan mernbuat keputusan.
Mengelompokkan dan Mengklasifikasi
Adalah awal yang baik untuk belajar matematika karena hal itu membantu anak
mengembangkan keterampilan berpikir. Anak senang membuat dan menggunakan
koleksi. Mereka mungkin mulai menyortir tanpa pikiran atau tujuan. Kemudian mereka
mulai menyortis sesuia dengan tujuan, seperti kesamaan warna, bentuk dan ukuran.
Grafiks
Grafik adalah bentuk langsung dari menyotir dan mengelompokkan, Sebuah
grafik memberikan informasi dalam sebuah cara pengaturan. Sebagai sebuah tampilan
penyajian dari data, hal ini membantu anak melihat hubungan. Grafik adalah sebuah
cara untuk anak melihat berbagai perbdaan dari bermacam informasi dalam sebuah
form. Sebuah grafik sederhana tentang macam-macam sesuatu yang dipakai anak bisa
dibuat dengan urutan sbb :
contoh konkrit sepatu bertali, Velcro atau sepatu kancing bergambar : ganbar yang
menyajikan bermacam tipe sepatu simbolik : symbol abstrak ynag menyajikan
753
bermacam tipe sepatu Setelah anak belajar bagaimana melihat dat dalam bentuk grafik,
mereka kemudian
bisa
menganalisa
dan
menggabungkan
data.
Hal
ini
kemungkinan
membantu
anak
untuk
mengembangkan
keterampilan
melihat,
mencium
dan
mendengar
serta
mereka
menemukan
754
anak
membuat
koleksi,
guru
bisa
mendorong
mereka
untuk
mengklasifikasikan sesuai dengan kesamaan dan perbedaan dan menjabarkan apa yang
mereka lihat dengan menggambar, grafik dan diskusi. Ketika guru mengajak anak
untuk meneliti sesuatu dan menjabarkan apa yang mereka lihat, guru membiarkan
mereka mengetahui bahwa guru tertarik dengan apa yang mereka pikirkan. Membantu
anak menjadi peneliti yang hati-hati yang bisa menjabaran apa yang mereka lihat
membuat mereka menjadi percaya diri dan kompeten menjadi pemikir sains, seperti
ilusrasi berikut:
Ketika bermain di luar ruangan, guru mengusulkan sekelompok anak-anak, "Ayo
berbaring di tanah lihat ke langit, Apa yang kalian pikir dan yang akan kita lihat?".
Anak-anak dengan semangat berbaring dan menunjuk burung-burung, awan, pesawat
terbang, dan sarang di pohon yang tinggi. Guru bertanya, "Seperti apa bentuk awan
itu?", Setelah mendengar dengan seksama, sang guru member! nasehat, "Apakah kalian
mau menjadi seperti seorang ilmuan dan mengingatkan apa yang kalian lihat? Ayo seua
masuk ke dalam untuk mengambil kertas hitam dan kapur. Kalian bisa mengambar
bentuk awan yang terlihat hari ini", Ketika mereka mengerjakan , guru bertanya, "Jika
kalian menggambar awan pada hari minggu ini, apakah menurut kalian awan terlihat
sama?". Sang guru mengajak anak untuk berspekulasi. Ketika proses dijalankan selama
seminggu, anak-anak terlihat dalam kegiatan tersebutmenggambar apa yang dilihat dan
didiskusikan.
Ketika guru mengajak anak-anak untuk membuat prediksi, ujilah ide mereka,
teliti basil akhirnya dan akan berpikir secara ilmiah. Adapun metode ilmiah meliputi :
Identifikasi masalah
Membuat prediksi
Eksperimen dan menemukan solusi
755
Menentukan Tema
Tema merupakan alat atau wadah untuk mengenalkan berbagai konsep kepada
anak didik secara utuh. Dalam pembelajaran, tema diberikan dengan maksud
menyatukan
isi
kurikulum
dalam
satu
kesatuan
yang
utuh,
memperkaya
lebih sulit dan rumit. 3) Kemenarikan; artinya tema dipilih mulai dati tema-tema yang
menarik minat anak ke arah tema-tema yang kurang menarik minat anak, dan 4)
Keinsidentalan; maksudnya tema yang dipilih berdasarkan peristiwa atau kejadian
yang ada disekitar anak (sekolah) yang terjadi pada saat pembelajaran berlangsung
hendaknya dimasukkan dalam pembelajaran walaupun tidak sesuai dengan tema yang
dipilih hari itu.
2.
adalah : (1) Mengidentifikasi tema yang sesuai denga hasil belajar dan indikator dalam
kurikulum. (2) Menata dan mengurutkan tema berdasarkan prinsip-prinsip pemilihan
tema. (3) Penjabaran tema kedalam sub-sub tema agar cakupan tema tidak terlalu luas.
Dan (4) Memilih sub tema yang sesuai.
Adapun tema yang dapat digunakan pada Taman Kanak-kanak dijabarkan dalam
perencanaan semester adalah sebagai berikut:
Tema Semester
No
Tema Semster 2
1.
Diri Sendiri
Rekreasi
2.
Lingkunganku
Pekerjaan
3.
Kebutuhanku
4.
Binatang
Alat komunikasi
5.
Tanaman
Tanah airku
6.
3.
Tema Semester 1
Alam Semesta
TEMA
ALOKASI WAKTU
ASPEK PENGEMBANGAN
Kompetensi Dasar
Hasil Belajar
Indikator
758
Masing-masing kompetensi bisa terdapat lebih dari satu hasil belajar maupun indikator
dalam sebuah aspek pengembangan yang dihubungkan dengan tema. Hasil belajar
dan indikator dalam aspek pengembangan yang dijabarkan tergantung dengan
relevansinya terhadap tema.
A. Perencanaan Semester
Perencanaan semester merupakan program yang berisikan jaringan tema, bidang
pengembangan, kompetensi dasar, hasil belajar dan indikator yang ditata secara urutan
dan sistematis, alokasi waktu yang diperlukan untuk setiap jaringan tema dan
sebarannya kedalam semester 1 dan 2.
Adapun langkah-langkah pengembangan program semester sebagai berikut : (1)
Mempelajari dokumen kurikulum, yaitu kerangka dasar dan standar kurikulum. (2)
Menentuka tema-tema yang dapat mempersatukan kompetensi-kompetensi tersebut
kedalam setiap kelompok dalam 1 semester. (3) Membuat matrik hubungan
kompetensi dasar dengan tema. Dalam langkah ini adalah memasukkan hasil belajar
dan/ indakator kedalam jaringan tema. (4) Menetapkan alokasi waktu untuk setiap
jaringan tema dengan memperhatikan keluasan cakupan pembahasan tema dn minggu
efektif sekolah.
759
Contoh penyajian tema yang menyatu denga alokasi waktu dalam bentuk satuan
semester.
Tema semester 1
No
Tema
Alokasi Waktu
Diri Sendiri
3 minggu
Lingkunganku
4 minggu
Kebutuhanku
4 minggu
Binatang
3 minggu
Tanaman
3 minggu
JUMLAH
17 minggu
Tema Semester 2
No.
Tema
Alokasi Waktu
Rekreasi
4 minggu
Pekerjaan
3 minggu
2 minggu
Alat komunikasi
2 minggu
760
Tanah airku
3 minggu
Alam semesta
3 minggu
JUMLAH
17 minggu
Catatan :
Antara minggu ke 8 dan 9 pada semester 1 dan 2 dilakukan kegiatan tengah semester
selam kurang lebih 4 hari. Kegiatan tengah semester berisikan kegiatan-kegiatan yang
bertujuan mengembangkan bakat, kepribadian, prestasi dan kreativitas anak didik
dalam rangka pendidikan anak seutuhnya. Kegiatan tersebut seperti: pekan olahraga
dan seni, karyawisata/rekreasi, lomba kreativitas, praktek pembelajaran, bazar, atau
kegiatan lainya.
761
DIRI SENDIRI
3 Minggu
Perkembangan Nilai Moral dan Agama
Standar Kompetensi :
Anak mampu mengucapkan bacaan
doa/lagu keagamaan, meniru gerakan
beribadah, dan mengikuti aturan serta
dapat mengendalikan emosi.
Kompetensi Dasar:
Dapat berdoa sebelum dan sesudah
kegiatan
Kompetensi Dasar :
Dapat menyanyikan lagu keagamaan
secara sederhana
762
B. Perencanaan Mingguan
Perencanaan mingguan dibuat dalam bentuk satuan kegiatan mingguan (SKM).
SKM merupakan penjabaran dari perencanaan semester yang berisi kegiatan-kegiatan
dalam rangka mencapai keluasan pembahasan tema dan subtema. SKM dibuat
berdasarkan SKM model pembelajaran kelompok dan pembelajaran berdasarkan minat.
Aspek
Pengembangan
Aspek
Pengembangan
Sosial-Emosi
Bahasa
TEMA
Alokasi Waktu
Aspek
Pengembangan
Aspek
Pengembangan
Aspek
Pengembangan
Fisik/Motorik
Kognitif
763
Minggu Kedua
Kebiasaanku
Hobiku
Minggu Ketiga
Minggu Kelima
Keluargaku
764
Minggu Keenam
Minggu Ketujuh
Rumahku
Tetanggaku
Siapa tetanggaku; sebayaku dan
keluarganya jumlah keluarga
dan kebiasaannya
Tempat-tempat (fasilitas) umum
di sekitar tempat tinggalku
Minggu Kesembilan
Makanan
Minuman
Minggu Kesepuluh
Minggu Kesebelas
Pakaian
Kesehatan
765
Ciri-ciri
Makanan dan tempat hidupnya
Cara berkembang biak
Ciri-ciri
Makanan dan tempat hidupnya
Cara berkembang biak
766
Sayuran
dalam
pembelajaran
terpadu.
Dengan
mengangkat
tiga
model
pada
akhir
pembelajaran
melalui
membacakan
cerita
buku,
makan
merupakan
kegiatan
rileksasi
sekaligus
mengenalkan
dan
membiasakan tentang pola makan yang seimbang dan bergizi, serta melatih anak
bertanggungjawab dan mandiri pada saat makan bersama. Kegiatan akhir merupakan
kegiatan penutup yang berisikan penenangan dan review dari kegiatan yang
dilaksanakan selama satu hari itu, biasanya dilaksanakan secara klasikal.
768
: TK A
Semester/Minggu : I/pertama
Hari/tanggal
Alokasi Waktu
Tema
: Aku
Sub tema
: Indentitasku
Pembukaan:
-. Salam pagi hari : menyambut kedatangan setiap anak dengan kehangatan dan cinta
-. Ikrar dan berdoa : anak bersama guru, boleh dipimpin oleh salah satu anak yang bersedia
-. Jurnal pagi : menanyakan situasi dan kondisi anak pada pagi ini, membicarakan kegiatan kemarin dan kegiatan yang akan
dilakukan hari ini (appersepsi)
Kegiatan inti:
Aspek Pengembangan dan
Indikator
Anak dapat bernyayi (seni)
Strategi Pengembangan
Materi
Lagu
Aku
Sehat
Metode
anak Praktek
Anak langsung
Media
Piano
Asessmen
Perkembangan
Anak
769
identitas
diri siswa
Praktek
langsung
Bercakapcakap.
demonstrasi
Gambar diri
Praktek
langsung
Foto
keluarga
Guru
menjelaskan
tentang
maksud dari identitas diri
secara sederhana.
Guru mencontohkan dengan
menceritakan identitasnya di
depan
siswa
dengan
menunjukkan foto keluarganya.
Guru meminta siswa untuk
mengeluarkan foto keluarganya
masing-masing.
Guru meminta salah satu siswa
untuk maju dan menceritakan
identitasnya.
Lisan
Perbuatan
Portofolio
Anecdotal
record
percaya
Kertas
gambar
(A4)
Pensil
warna
Krayon
Guru
membagikan
kertas Perbuatan
gambar
dan
pensil Portofolio
warna/crayon kepada siswa.
hasil karya
Guru
meminta
siswa
anak.
menggambar dirinya sendiri
dengan cita-citanya
Penutup :
-. Jurnal siang : review kegiatan satu hari, umpan balik dan informasi tentang kegiatan esok hari sebagai motivasi bagi anak
770
Mengetahui
Jakarta, .........................
Kepala TK
Guru Kelas,
---------------------
---------------------------
771
: TK A
Semester/Minggu : I/pertama
Hari/Tanggal
Alokasi Waktu
Tema
: Aku
Sub tema
: Tubuhku
Pembukaan:
-. Salam pagi hari : menyambut kedatangan setiap anak dengan kehangatan dan cinta
-. Ikrar dan berdoa : anak bersama guru, boleh dipimpin oleh salah satu anak yang bersedia
-. Jurnal pagi : menanyakan situasi dan kondisi anak pada pagi ini, membicarakan kegiatan kemarin dan kegiatan yang akan
dilakukan hari ini (appersepsi)
Kegiatan inti:
Aspek Pengembangan dan
Indikator
Anak dapat bernyayi (seni)
Strategi Pengembangan
Materi
Lagu anak
Metode
Praktek
langsung
Media
Asessmen
Perkembangan
Anak
Piano
Guru mengajak anak untuk Lisan
berdiri di samping meja masing- perbuatan
Lagu anak
masing.
772
Dapat menggunakan bahasa Anggota
isyarat
seperti
seperti tubuh
anggukan
kepala,
gerkan
tubuh, tangan dan mata
Dapat mendengarkan
menyimak
guru
temannya. (bahasa)
Mampu
beberapa
berurutan
(bahasa)
Praktek
langsung
Bercakapcakap
Lagu
tunjuk
aku
dan
dan
melaksanakan
perintah
secara
dengan
benar
Dapat bertanggung
(pembiasaan)
Terbiasa
untuk
(pembiasaan)
jawab Anggota
tubuh
disiplin
Cara merawat
Dapat berkomunikasi secara anggota tubuh
lisan dengan lafal yang benar (rambut,
(bahasa)
hidung, mata)
Praktek
langsung
Gambar
anggota
tubuh
(rambut,
hidung,
mata)
lagu
Guru mengulang lagu tersebut
dua kali.
Guru mengajak anak untuk
menyebutkan aggota tubuh
yang ada.
Guru mengajak anak bermain
tunjuk aku
Guru akan menyanyikan lagu
tunjuk
aku
dan
akan
menyebutkan
salah
satu
anggota tubuh.
Dan siswa akan membalas lagu
tersebut
dengan
menunjuk
anggota tubuh yang diminta
guru.
Guru mengeluarkan gambar
anggota tubuh (rambut, hidung,
mata)
Guru meminta anak untuk
menyebutkan bagaimana cara
mereka dalam merawat rambut,
mata, dan hidung
Lisan
Perbuatan
Anecdotal
Record
Lisan
Perbuatan
Dapat
menyebutkan
perbedaan dua buah benda
(kognitif)
773
Penutup :
-. Jurnal siang : review kegiatan satu hari, umpan balik dan informasi tentang kegiatan esok hari sebagai motivasi bagi anak
-. Doa pulang dan salam perpisahan
Mengetahui
Jakarta, .........................
Kepala TK
Guru Kelas,
---------------------
---------------------
774
A. EVALUASI
1.
2.
3.
4.
Anak sudah mulai belajar membilang dengan benda pada usia 4 tahun
karena
a. Anak tidak bisa berpikir abstrak
b. anak sudah mulai tertarik dengan angka
c. anak baru bisa menghitung benda
d. anak mulai berpikir melalui benda konkrit
5.
6.
8.
9.
10. Cara mengenalkan membaca pada tahapan membaca gambar yang paling
efektif adalah
a. membacakan buku cerita bergambar pada anak
b. menunjukkan gambar dan mengeja suku kata gambar tersebut
c. menempelkan gambar di dinding rumah atau sekolah
d. menempatkan suku kata/kata di sebelah gambar
11. Berikut ini yang bukan termasuk faktor yang mempengaruhi aspek sosial
dan emosi anak adalah:
a. Belajar
b. Kematangan
c. Pola asuh
d. Keturunan
12. Proses terjadinya pengaruh sosial pada anak , dimana anak ingin menjadi
seperti orang yang dicontoh disebut dengan istilah:
a. Imitasi
b. Identifikasi
c. Klarifikasi
d. Internasilisasi
13. Berikut ini adalah karakteristik emosi pada anak:
a. Emosi anak berlangsung singkat
b. Emosi anak jarang muncul
c. Respon emosi anak tidak beragam
d. Kekuatan emosi anak tetap konstan
14. Cara yang perlu dihindari guru dalam mengembangkan program untuk
optimalisasi ketrampilan sosialisasi dan emosi anak , adalah
a. Memberikan kesempatan pada anak untuk mengeksplorasi lingkungan
b. Mendorong anak untuk bekerja secara mandiri
c. Menghargai ide/gagasan anak
d. Memberitahu anak solusi pemecahan masalah
15. Berikut ini adalah hal yang perlu diperhatikan pendidik
dalam
c. 4 - 5 tahun
d. 5-6 tahun
21. Model pembelajaran high scope adalah
a. pembelajaran yang mengutamakan anak-anak miskin dan berkebutuhan
khusus agar menjadi anak yang mandiri
b. pembelajaran berbasis masyarakat
c. pembelajaran yang mengutamakan interaksi anak dengan orang dewasa
d. pembelajaran yang menyediakan pusat-pusat minat anak
22. Area memasak pada pembelajaran kreatif mampu mengembangkan
kognitif anak dengan cara sebagai berikut, kecuali
a. mengenal warna dan bentuk makanan
b. menggunakan peralatan masak
c. mengenalkan anak pada gizi yang terkandung dalam makanan
d. mengetahui perbedaan makanan sebelum dan sesudah di masak
23. Montessori menekankan pada masa peka anak dalam belajar karena
a. saat itu anak sedang muncul mood-nya
b. anak sedang tertarik pada hal-hal tidak biasa
c. anak sudah mulai pada belajar akademik
d. fungsi-fungsi fisiknya mulai berkembang
24. Prinsip kurikulum emergent pada model Reggio Emilio dimaksudkan
adalah
a. kurikulum sudah ditetapkan dalam perencanaan pembelajaran
b. kurikulum dikembangkan sendiri oleh sekolah
c. materi yang disampaikan berdasarkan minat anak
d. materi pelajaran berdasarkan standar yang ditetapkan oleh kementerian
pendidikan nasional
25. Cara memunculkan minat anak dalam belajar adalah
a. melalui pemberian kesempatan seluasnya-luasnya/bermain bebas
b. melalui pembicaraan/percakapan ketika memulai pelajaran
c. melalui pemenuhan kebutuhan anak saat bermain
langkah-langkah
kegiatan
yang
mengembangkan
a. menyuruh anak untuk mengeja huruf, suku kata, kata, dan kalimat
b. menunjukkan gambar dan suku kata pada anak, lalu anak membaca
c. memberi kesempatan pada anak untuk bercerita sesuai dengan
pengalamannya
d. guru membacakan terlebih dahulu, setelah itu anak mengikuti
31. Pembelajaran Matematika adalah
a. rancangan
kurikulum
yang
mengajarkan
kemampuan
berhitung
permulaan
b. seperangkat
langkah-langkah
kegiatan
yang
mengembangkan
awal
mengenalkan
aljabar
permulaan
pada
anak
adalah
mengenalkan
a. pengelompokkan
b. warna dan bilangan
c. pola
d. bentuk dan ukuran
34. Cara mengenalkan bentuk geometri pada anak usia TK adalah
a. bercakap-cakap tentang konsep ruang dan posisi
b. menugaskan anak untuk mengisi lembar kerja tentang letak benda
KUNCI JAWABAN
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
a
10
30.
31.
32.
33.
34.
35.
36.
37.
38.
39.
40.
11
DAFTAR PUSTAKA
Amir, Antarina S.F. The High/Scope Early Childhood Edicational Model. Makalah
yang disajikan dalam Seminar dan Lokakarya Nasional Pendidikan
Anak Usia Dini. Bandung, 10 September 2003.
Ann S. Epstein. Is the High/Scope Educational Approach Compatible With the Revised
Head Start Performance Standart. High/Scope Educational Research
Foundation.
Brewer, Jo Ann. Introduction To Early Childhood Education. Allyn and Bacon:
Boston, 2006.
Bromley, Karen DAngelo. Language Arts: Exploring Connections 2nd Ed. Allyn &
Bacon: Boston, 1992.
Carruthersand, Elizabeth dan Maulfry Worthington. Childrens Mathematics
Making Marks Making Meaning. London: Sage Publication, 2006.
Catron, CE., JA. Early Childhood Curriculum A Creative-Play Model. New Jersey:
Prentice-Hall.Inc., 1999.
Charlesworth, Rosalind. Experience in Math For Young Children, 5th Edition. New
York: Thomson Delmar Learning, 2005.
Cooke, Heathet. Mathematics for Primary and Early Years. London: Sage
Publication, 2007.
Copley, Juanita V. The Young Child and Mathematics. Washington D.C: NAEYC,
2000.
Coughin, Pamela A, Kristen A Hansen, Dinah Heller (et.al). Menciptakan Kelas
yang Berpusat pada Anak (terj). Jakarta: Childrens Resources International,
Inc., 2000.
Crain, W. 2000. Theories of Development, Concepts and application, 4th ed.
Prentice Hall.
Dodge, Diane Tister (et.all. The Creative Curriculum for Family Childcare.
Washington D.C: Teaching Strategies, 2001.
12
Dodge, Diene Trister. Creative Curriculum for Pre-School 4th Editition. Washinton
DC: Teaching Strategies, 2007.
Erikson, Piaget and Vygotsky, 2000. St. Paul, MN, Redleaf Press.
Eun Mi, Dan. Aneka Kegiatan Seni dan Keterampilan Kertas. Jakarta: Koica, 2005.
Feeney, Stephanie, Doris Christensen dan Eva Moravcik. Who Am I in The Lives
of Children?, 7th ed. Ohio: Pearson, 2006.
Gee, Robyn. Menghibur dan Mendidik Anak Kecil (terj). Jakarta: Periplus, 1995.
Gestwicki, Carol. Developmentally Appropriate Practice Curriculum and
Development in Early Education 3rd Ed. Thomson Delmar: New York, 2007.
Gordon, Ann Miles & kathryn W. Browne. Beginnings & Beyond Foundations in
Early Childhood Education. Thomson Delmar: New York, 2004.
Hainstock, Elizabeth G. Metode Pengajaran Montessori untuk Anak Pra-sekolah.
Jakarta: Pustaka Delapratasa, 1999.
Haylock, Dereck dan Fionna Thangata. Key Concepts in Teaching Primary
Mathematics. London: Sage Publication, 2007.
Henniger, Michael L. Teaching Young Children. New Jersey: Thompson Delmar
Learning, 2009.
Hohmann, Mary & David P. Weikart. Educating Young Children. High Scope:
Michigan, 1995.
Hurlock, E.B. Child Development. New York: McGraw-Hill Book Company, 1999.
Hurlock, Elizabeth B. Perkembangan Anak Jilid 1. (terj). Jakarta: Erlangga, 1996.
Jalonggo, Mary Renck. Early Childhood Language Arts 4th Ed. Pearson Education:
Boston, 2007.
Jurnal Online www.proquest.com/pqdweb.
Koleksi Foto TIM NEST dan koleksi pribadi.
Landy, Joanne M & Keith R. Burridge. Fine Motor Skills and Handwriting
Activities for Young Children: Teaching, Remediation and Assesment. New
York: The Center for Applied Research in Education, 1999.
13
Mayesky, Mary. Creative Activities for Young Children, 4th ed. New York: Delmar
Publishers Inc., 1990.
Mooney, C.G. 2000. Theories of childhood: an introduction to Dewey,
Montessori,
Morrison, George S. Early Childhood Education Today. Pearson Prentice Hall:
New Jersey, 2007.
Nilsen, Barbara Ann. Week by Week: Documenting the Development of Young
Children, 3rd ed. USA: Thomson Delmar Learning, 2004.
Roopnarine, Jaipul L. & James E. Johnson. Approaches to EarlyChildhood Education
4th Ed. New Jersey: Pearson Prentice Hall, 2005.
Santrock, W.J. Child Development. 1996. Dallas: Brown & Benchmark
Publishers.
Smith, Susan Sperry. Early Childhood Mathematics International Edition. New
York: Pearson. 2009.
Sonawat, Reeta ang Jasmine M. Francis. Language Development for Preschool
Children. Mumbay : Multi Tech Publishing, 2007.
Sroufe, L.A. 1996. Child Development. Its Nature and Course. USA: The
McGraw Hill Companies. Inc
Walle, John. Matematika Pengembangan dan Pengajaran. Jakarta: Erlangga, 2007.
Warner, Laverne & Judith Sower. Educating Young Children. Boston: Pearson
Education, 2005.
Weaver, Constance. Understanding Whole Language. Irwin Publishing: Toronto,
1990.
Woolfson, Richard C. Anak yang Cerdas (terj). Batam: Karisma Publishing
Group, 2006.
Brewer, Jo Ann. Introduction Early Childhood Education-Preschool Through Primary
Grades-Sixth Edition. USA: Pearson Education Inc, 2007.
Catron, Carol E and Jan Allen. Early Childhood Curriculum A Creative Play Model.
New Jersey: Prentice Hall, 1999.
14
Dodge, Diane Trister, Laura J. Colker. The Creative Curriculum For Early
Childhood, Washington: Teaching Strategies, 1999.
ASSESMENT
A. Assesment Pembelajaran 1
1. Kompetensi Guru
Evaluasi :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
15
B. Assesment Pembelajaran 2
1. Teori dan Desain Pengembangan Pembelajaran
Tes Formatif 1:
1.
Teori ilmiah yang melandasi desain silabus dan RPP yang berkaitan
dengan proses belajar.
a. Teori analisis peserta didik
b. Teori pembelajaran
c. Teori belajar
d.Teori komunikasi
2.
3.
4.
5.
d.Teknik pembelajaran
6.
7.
8.
9.
17
Tes Formatif 2
1.
2.
3.
4.
Bagian penting dalam LKS yang membedakan antara LKS satu dan
lainnya adalah:
a. bagian inti
b. bagian penutup
c. bagian awal
d. bagian akhir
5.
6.
a. bahasa
b. ilustrasi
c. keakuratan ilmu pengetahuan
d. fisik modul/LKS
7.
8.
9.
memerlukan
tenaga
khusus
dalam
masalah
a. perancangan
b. pengembangan
c. produksi
d. evaluasi
19
Tes Formatif 3
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
21
Tes Formatif 4
1.
2.
3.
4.
5.
6.
22
b. hasil karya
c. proyek
d. kognisi
7.
8.
Bukan deskripsi lembar soal tes uraian yang akan dikerjakan siswa:
a. berisi petunjuk pengerjaan soal
b. berisi pertanyaan terbuka
c. berisi kolom untuk menjawab soal
d. berisi alokasi waktu pengerjaan soal
9.
23
C.Assesment Pembelajaran 3
1. Penelitian Tindakan Kelas
Evaluasi A:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
24
Evaluasi B:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
25
26
Kunci Jawaban
A. Assesment 1
B. Assesment 2
Evaluasi Formatif 1
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Evaluasi Formatif 2
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Evaluasi Formatif 3
1.
27
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Evaluasi Formatif 4
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
C. Assesmet 3
PTK Evaluasi A:
1. Guru yang selalu berusaha menemukan kelemahan dalam pembelajaran
yang telah dilakukan, dan berusaha untuk memperbaiki.
2. Guru profesional senantiasa melakukan PTK, walaupun tidak secara
formal.
3. Karena PTK bersifat kontekstual; hal yang ditemukan do satu kelas
belum tentu berlaku di tempat lain.
4. Peneliti tidak akan punya waktu untuk melakukan karena PTK
dilakukan sambil mengajar.
5. Mengidentifikasi kesulitan atau hambatan yang dihadapi, kemudian
mencari alternatif metode.
28
PTK Evaluasi B :
1. Siklus PTK dapat dianalogikan dengan resep dokter; satu resep adalah
satu siklus penelitian. Jika penyakit belum sembuh akan diberikan
resep berikutnya, sampai pasien sembuh.
2. Agar pembaca yang ingin menduplikasi hasil penelitian merasa yakin
bahwa kondisi kelasmya sama (atau tidak sama) dengan kondisi kelas
penelitian. Jika sama ia akan melanjutkan duplikasi; jika tidak mungkin
ia akan membatalkan.
3. Perencanaan dalam Siklus I tidak lain adalah hipotesis tindakan yang
sudah direncanakan sebelumnya. Perencanaan dalam siklus II dibuat
berdasarkan refleksi pada akhir siklus I; perencanaan dalam siklus III
dibuat berdasarkan refleksi pada akhir siklus II; dst. Analoginya
dengan pengobatan, Perencanaan adalah resep dokter.
29
30
Daftar Pustaka
31
Dick, W., Carey, L & Carey, J.O. (2005). The Systematic Design of instruction. New
York: Pearson Allyn and Bacon.
DPR RI. Undang-Undang Republik Indonesia nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru
dan Dosen
Ekojatmiko & Winarno. (2003). Perencanaan Pembelajaran, Jakarta: Depdiknas.
Era Sentanu.QUANTUM IKHLAS (Teknologi Aktivasi Kekuatan Hati) The power of
positive feeling
Fernandez, C., and Yoshida, M. (2004). Lesson Study: A Japanese Approach to
Improving Mathematics Teaching and Learning. New Jersey: Lawrence
Erlbaum Associates Publishers.
Fullan, Michael. 2007. The New Meaning of Educational Change. New York:
Teacher College Press
Goleman, Daniel.2000. Kecerdasan Emotional. Terjemahan T. Hermaya. Jakarta:
Gramedia
Hermawan. 1983.Etika Keguruan : Suatu Pendekatan terhadap Profesi dan Kode Etik
Guru Indonesia. Jakarta: Margi Rahayu
Indonesia (2005). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun2005
Tentang Standar Pendidikan Nasional.
Isyoni dan Suarman, 2003. Falsafah dan Sistem Pendidikan. Pekanbaru: Unri
Press
Khalifah, Mahmud, Usamah Khutub, 2009. Menjadi Guru yang Dirindu:
Bagaimana Menjadi Guru Yang Memikat dan Profesional. Terjemahan
Muhadi Kadi. Surakarta :Ziyad Visi Media
Komisi Perlindungan Anak Indonesia. Undang-undang Republik Indonesia Nomor
23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak
Koshy, K. (2005). Action Research for Improving Practice. London: Paul Chapman
Publishing
Lewis, C., Perry, R., and Hurd, J. (2004). A Deeper Look at Lesson Study.
Educational Leadership.
Made Putrawan, 2000. Bahan Ajar Mata Kuliah Penelitian Tindakan Kelas.
Universitas Negeri Jakarta.
Masnur Muslich (2008). KTSP: Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual.
Jakarta: Bumi Aksara.
32
Mathematics and Science Teacher Education Project. Improving School. 9 (1): 4759.
McCarty, Andrew. 2006. How to Positive Thingking (Mengembangkan Kepribadian
dengan Berpikir Positif) Terjemahan oleh R. Hikmah. Jakarta : Prestasi
Pustakaraya
McNiff, J and Whitehead, J. (2002). Action Research: Principles ang Practice.
London: Routledge Falmer
Miarso, Yusufhadi. (2004). Menyemai Benih Teknologi Pendidikan. Jakarta:
Kencana Prenada Media.
Momon Sulaeman. Bahan Seminar Mata Kuliah Seminar Teknologi Pendidikan
(tidak diterbitkan).
Muhibbin Syah. 2003. Psikologi Pendidikan: Dengan Pendekatan Baru. Bandung:
Rosda
Mulyana, E. 2010. Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan
Menyenangkan. Bandung: Rosda
Mulyasa,E.2010. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Rosda
Nonaka (2005). Knowledge Creation. Makalah Presentasi pada Seminar Nasional
yang diselenggarakan Universitas Indonesia.
Peraturan Pemerintah RI No. 19/2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
Peraturan Pemerintah tengtang Standar Pendidikan Nasional
Perceival, F. & Ellington, H. (1998). Teknologi Pendidikan (terjemahan). Jakarta:
Erlangga.
Porter, B.D. & Hernachi, M. (1999). Quantum Learning (terjemahan). Bandung:
Kaifa.
Prawiradilaga, D.S. (2007). Prinsip Dasar Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada
Media Group.
Pugach, Marleen C. 2008.Because Teaching Matters. Wilwaukee: Unversity of
Wiconsin John Wiley & Son, Inc
Reigeluth, C.M. (1983). Instructional Design: Theories and Models. New Jersey:
Lawrence Erlbauno Associaties Publ.
Republik Indonesia. (2006). Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005: Standar
Pendidikan Nasional. Jakarta: ASA Mandiri.
33
Perencanaan
Pembelajaran.
Jakarta:
FIP
UNJ
(tidak
34
35
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran 1
Modeling pembelajaran Konvensional dan PAKEM
1) Persiapan dan pengorganisasian kelompok
a. Persiapan
Selama kegiatan ini, fasilitator akan memberikan 2 contoh (model)
pembelajaran, yakni: pembelajaran konvensional, dan pembelajaran
PAKEM. Contoh tersebut mencakup mata pelajaran Bahasa Indonesia
(Lihat Lampiran 1- 4). Untuk melaksanakan tugas ini dengan baik,
fasilitator harus merencanakan dan menyiapkan pembelajaran yang
meliputi:
Mengorganisasikan
bahan-bahan
melaksanakan model pembelajaran
yang
diperlukan
untuk
b. Pengorganisasian kelompok
Pengorganisasian kelompok akan tergantung pada jumlah peserta dan
ketersediaan ruangan. Saran pengaturan diberikan tetapi Anda mungkin
menyesuaikannya dengan situasi setempat. Model ini didasarkan jumlah
peserta 100 orang peserta.
Kegiatan ini dilakukan dalam ruang sidang pleno dan melibatkan
setengah kelompok menjadi siswa dan setengahnya lagi menjadi
pengamat.
Pembagian kelompok dapat dilakukan secara acak dengan berbagai cara
misalnya: Peserta menghitung nomor urut dari satu, dua, tiga dst sampai
peserta terakhir. Kemudian Fasilitator memberitahukan bahwa peserta
dengan nomer ganjil menjadi siswa dan peserta nomer genap menjadi
pengamat.Cara lain misalnya dengan membagikan 2 buah gambar
yang berbeda, misalnya gambar burung dan kuda secara acak. Peserta
yang mempunyai gambar burung menjadi siswa dan gambar kuda
menjadi pengamat.
36
c.
Pembelajaran konvensional
Pembelajaran PAKEM
= Peserta
= Pengamat
37
Tugas terbuka
38
Lampiran 2
Tabel 1
Fakta, Pendapat Dan Perasaan
Fakta-fakta
Perasaan/pendapat
39
Lampiran 3
Tabel 2
Lembar Observasi PAKEM
No
Aspek
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Uraian/temuan
Lampiran 4
BAHAN UNTUK FASILITATOR
Bacaan
Dari Kompas Minggu 27 Februari 2005, H. 37.
Rahasia Segitiga Bermuda
Banyak cerita tentang hilangnya kapal laut beserta seluruh awaknya kala
berlayar di daerah yang disebut sebagai daerah Segitiga Bermuda. Kata segitiga
diambil dari titik-titik yang diproyeksikan di peta, bentuknya seperti segitiga,
dengan lokasi di Kepulauan Bermuda, Puerto Rico, dan Florida. Semuanya berada
di Samudra Atlantik!
Kapal yang tercatat hilang, antara lain, terjadi pada April 1925. Kapal
pengangkut barang Raifuku Maru dari Jepang tenggelam setelah mengirim berita,
"Seperti pisau raksasa! Cepat, tolong! Kami tak mungkin lolos!" Namun kapal itu
tak lagi menjawab, hilang membawa seluruh awaknya. Bulan Oktober 1951, kapal
tanker Southern Isles mengalami nasib yang sama. Ketika sedang berlayar dalam
konvoi, tiba-tiba ia menghilang. Kapal yang lain hanya sempat melihat cahaya
kecil yang dianggap sebagai cahaya yang ditinggalkan oleh kapal yang tenggelam
itu.
Sesudah itu, pada Desember 1954, kapal tanker kembarannya, Southern
Districts juga tenggelam dengan cara yang mirip. Ia lenyap tanpa meninggalkan
tanda SOS ketika berlayar melintasi wilayah itu ke utara menuju South Carolina.
Yang tercatat di atas hanya peristiwa-peristiwa yang mencolok saja.
Padahal, masih banyak kapal kecil yang hilang. Bahkan, pesawat terbang pun ikut
jadi korbannya. Pada 5 Desember 1945, tercatat lima pesawat pelemparan
torpedo Grumman TMB-3 Avenger lenyap.
Sebelum hilang kontak, mereka menyatakan tidak tahu arah. Padahal,
komandan penerbangan itu, Letnan Udara Charles Taylor, sudah mengantongi
2.500 jam terbang. Jadi, dia bukan penerbang yang tidak berpengalaman. Bahkan,
sebuah pesawat penyelamat yang dikirim pun lenyap ditelan "air putih".
UFO atau gas metana?
Menurut buku penulis Amerika Charles Berlitz, The Bermuda Triangle,
terbitan Doubleday & Co, New York 1974 disebutkan bahwa kapal laut dan
pesawat yang hilang itu diserang oleh makhluk ruang angkasa atau UFO yang naik
piring terbang bercahaya putih. Jadi, cahaya putih yang dilihat para korban
sebelum kehilangan kontak adalah cahaya piring terbang makhluk ruang angkasa.
Atau ada lagi ilmuwan yang mengatakan bahwa pesawat dan kapal laut itu
tersedot ke lubang lorong waktu seperti hilangnya semua materi kalau masuk
black hole. Menurut istilah astronomi, black hole itu sendiri adalah benda angkasa
yang memiliki gravitasi atau gaya tarik yang hebat, sampai-sampai bisa menarik
benda yang ada di sekitarnya dan dalam sekejap "menelannya". Bahkan cahaya
pun bisa "ditelannya".
Menurut Bill Dillon dari US Geological Survey, Woods Hole Field Center,
beberapa korban sebelum kehilangan kontak selalu menggambarkan ada cahaya
putih. Kemungkinan itu adalah semprotan gas metana dari dalam air. Seperti blow
out atau semburan air yang mendidih akibat dipanasi gas metana yang ada di
dalam laut. Asal kamu tahu saja, di daerah Segitiga Bermuda terdapat tambang
metana. Nah, kalau keluar saat dasar laut retak, gas itu akan mendorong air laut
ke atas. Dorongannya itu tidak tanggung-tanggung, berupa semburan kuat dan
mendidihkan air laut. Jadi, pesawat pun bisa terkena semburannya!
Teori lain sebagai penyebab hilangnya pesawat terbang di daerah itu
adalah rusaknya kompas. Karena para awak jadi tidak tahu posisinya, mereka lalu
berputar-putar sampai pesawat kehabisan bahan bakar, lalu jatuh laut! Rusaknya
kompas mereka pasti karena medan magnet.
Meskipun belum bisa dijelaskan medan magnet apa yang merusak kompas,
prof Yohanes Surya PhD, ahli fisika kita setuju dengan penulis asing, Larry Kusche,
dalam bukunya The Bermuda Triangle Mystery Solved. Tertulis di buku itu bahwa
hilangnya kapal di segitiga itu dapat dijelaskan secara rasional. Ada yang berupa
kecelakaan, cuaca buruk, kehabisan bahan bakar, dan sebagainya. Maka, kita tak
perlu penjelasan yang aneh-aneh dan bersifat takhayul.
Takhayul atau bukan, tidak jadi soal. Yang pasti, kalau harus lewat daerah
segitiga itu, kita jadi ngeri juga. Bagaimana kalau tiba-tiba... wuzzz! Lenyap deh
kita! Ih, jangan sampai deh!
Contoh pertanyaan :
1. Pertanyaan mencari informasi:
Di mana letak Segitiga Bermuda?
2. Pertanyaan memanfaatkan pengetahunan:
Penjelasan yang diberikan oleh penulis tentang peristiwa Segitiga Bermuda
mana yang menurutmu paling mungkin?
3. Pertanyaan yang menciptakan sesuatu yang baru/memberikan pendapat:
Sependapat atau tidak dengan kesimpulan yang ditarik oleh penulis artikel ini,
bahwa Takhayul atau bukan, tidak jadi soal? Berikan alasan atas
pendapatmu.
Lampiran 5
Tabel 3
Tugas/Kegiatan Yang Sesuai Untuk Masing-masing Jenis Organisasi
Pengorganisasian kelas
Tabel 4
Mengidentifikasi Kegiatan Yang Harus Dikerjakan Secara Klasikal,
Kelompok Atau Individu
Pengelolaan kelas
No
Kegiatan pembelajaran
Alasan
Klas
3.
Mendengarkan instruksi
guru
Menggunakan
thermometer
Mencari kota-kota di peta
4.
5.
6.
8.
9.
Menulis cerita
10.
Mengerjakan
soal-soal
matematika halaman 60
Memperkirakan
luas
ruang kelas
1.
2.
7.
11.
klp
indv
Lampiran 6
Lampiran 7
Bahan Pembelajaran Kooperatif
Fasilitator harus menekankan bahwa ini adalah salah satu jenis kerja kelompok, dimana
seluruh anggota kelompok terlibat dalam menghasilkan produk tersebut.
1. Menulis cerita kelompok.
a.
b.
Setiap anggota kelompok menulis judul cerita yang mereka pilih serta
tiga kalimat pertama untuk mengawali cerita.
c.
d.
Jika sudah selesai, kelompok berbagi cerita dan memilih salah satu
cerita untuk dibacakan di kelompok.
b.
c.
d.
Lampiran 8
Bahan untuk Menyusun Pertanyaan Secara Kooperatif
KISAH SUARSIH
Oleh Zackir El Makmur
Almarhum Pak Haji Metong mempunyai 8 rumah kontrakan. Setiap rumah
terdiri dari 3 kamar dan dikontrakkan tiap bulannya Rp. 65.000,00. Suarsih,
bersama anaknya berusia satu setengah tahun, tinggal di salah satu rumah itu.
Sambil mengasuh anaknya, ia membuka warung makanan dan jajanan gorenggorengan. Hasilnya lumayanlah, bisa membeli susu untuk anaknya.
Tetapi kini, sejak Pak Haji Metong meninggal dua bulan yang lalu, istrinya
menjual semua rumah, termasuk rumah inti yang ditempati keluarga tersebut.
Pembelinya, orang Kampung Baru yang biasa dipanggil Bu Tati. Halaman
rumah Bu Tati yang luas dan berpagar tinggi empat meter, yang berada persis
di samping rumah Pak Haji Metong itu, karuan saja bertambah luas.
Penduduk kampung banyak yang memuji-muji kekayaan Bu Tati, tetapi semua
orang belum pernah melihatnya karena dia selalu mengendarai mobil mewah
dengan kaca gelap.
Suarsih tidak peduli siapa pemilik rumah kontrakan itu. Toh buatnya, tetap saja
ia bakal menunaikan kewajibannya membayar uang kontrakan, dan dia bisa
menempatinya dengan nyaman. Dengan berdagang kecil-kecilan di rumah
kontrakan ini, dia bisa merawat Anto dengan lebih tertib daripada waktu dia
masih menjadi buruh cuci. Selain itu, ia juga bisa menyambut sang suami yang
kadang pulang, kadang gilir ke rumah istri tuanya.
Pokoknya, rumah dalam pengertian Suarsih adalah semacam sarang
menentramkan. Tidak peduli sekalipun rumah itu rombeng atau rumah
kontrakan. Pengertian Suarsih memang kelewat sederhana. Sebab ia tahu betul
bahwa tinggal di Jakarta kalau mau dapat lingkungan rumah mentereng harus
punya duit banyak. Tanpa itu cuma mimpi
Kadang-kadang, Suarsih juga sempat mengkhayal, seandainya ia jadi Bu Tati.
Rumah gedong, pembantunya empat, mau apa saja tinggal bilang, segalanya
ada yang melayani dan tersedia, dan dipuji-puji warga. Ketika sadar, segera
ditepiskan khayalannya itu. Dia sudah cukup bersyukur dapat menempati
rumah kontrakan yang sangat sederhana.
Tetapi, kenyamanan dan kebahagiaannya itu hanya sekejap. Sebab, apa yang
semula Suarsih anggap bahwa siapa pun pemilik rumah kontrakan yang ia
tempati itu tidak akan mengusik keadaannya, ternyata keliru. Bu Tati pemilik
baru rumah-rumah kontrakan itu mau meratakannya karena akan membangun
taman dan kolam renang di situ. Semua penghuni rumah kontrakan itu
menjadi gelisah dan risau.
Kenapa risau? Cari saja tempat lain. Ujar Bu Tati enteng saja. Suarsih cuma
tarik nafas. Baru kali ini dia bertemu muka dengan orang yang namanya di
puji-puji orang sekampung itu.
Setidaknya saya butuh waktu, Bu, jelas Suarsih pelan.
Secepatnya sajalah, gampang saja Bu Tati berkata.
Baik, Bu, jawabnya pelan.
Sambil menggendong anaknya Suarsih menelusuri wilayah itu untuk mencari
rumah kontrakan baru. Semua tempat yang banyak rumah kontrakan ia
datangi. Tidak ada yang cocok, yang sesuai dengan kemampuannya. Dan hal
ini membuatnya makin risau saja. Apalagi Bu Tati mendesak terus menyuruh
pindah karena ia dianggap mengulur-ulur waktu saja.
Lampiran 9
CONTOH RPP PAKEM DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Mata Pelajaran
: Matematika
Kelas/Semester
: IV / II
Waktu
: 2 x 35 menit
Kopentesi
antara
Kompetensi dasar
Indikator
Tujuan
Materi Pokok
: Jaring-jaring kubus
Alat/Sumber bahan
Metode
Langkah-langkah Pembelajaran
No
Kegiatan Pembelajaran
Siswa
Waktu
10
15
10
10
15
Kegiatan Awal
1. Sambil memperlihatkan bangun kubus, guru
meminta siswa untuk mengingat kembali namanama unsur dan ciri-ciri bangun kubus
2. Guru menyuruh siswa untuk membongkar
kubus dan mengenalkan jaring-jaring kubus.
II
KEGIATAN INTI
1. Siswa membentuk berbagai jaring-jaring kubus
dengan cara merangkai dari karton, menempelkan
pada koran bekas kemudian menggunting sesuai
bentuknya.
2. Siswa saling menukar hasil kerjanya dalam kelompok
untuk menemukan bentuk lain dari jaring-jaring
kubus
III
Kegiatan Penutup
Guru bersama-sama siswa memberi penguatan dan
memajang hasil karyanya
IV
Pengorganisasian
kelas
Penilaian
- Proses
- Unjuk kerja
Mengetahui
Sekolah
Guru kelas IV
Lampiran 10
LEMBAR KERJA SISWA
Atau
Tugas
Sebuah bangun kubus salah satu sisinya berukuran 4 x 4 cm
Buatlah jaring-jaring kubus dengan bentuk yang berbeda dari ukuran tersebut !
Lampiran 11
: VII
Waktu
: 90 menit
Tema
: Ulang Tahun
Komp.Dasar
Tanya jawab
Bangun-bangun datar apa sajakah yang kamu ketahui?
(K/5)
Tugas
Buatlah rancangan model undangan dari kertas manila yang berbentuk
bangun-bangun datar (tiga model), lalu tempel di kertas
(I/15)
Tugas
Diskusikan bersama kelompokmu model yang telah dibuat dan identifikasikan
(berbentuk apa, ukuran sisi-sisinya, sudutnya, kelilingnya dan luasnya)
(G/20)
Sharing
Tukarkan hasil pekerjaan kelompok dengan kelompok lain dan berikan
tanggapan pada kertas kerja kelompok itu. Kemudian masing-masing
kelompok memajangkan hasil
(G/20)
(K/10
Menulis refleksi dan meNULIS tugas rumah
Lampiran 12
CONTOH PENERAPAN PAKEM DALAM PEMBELAJARAN IPS
Mata pelajaran
: Pengetahuan Sosial
Kelas
:3
Skenario Kegiatan:
K / 15
Salah satu siswa diminta untuk
menjelaskan di depan kelas namanama anggota keluarga yang ada di
dalam fotonya.
K / 5
Beberapa hari sebelum pertemuan,
masing-masing siswa diminta untuk
membawa foto dirinya bersama
anggota keluarga lainnya.
P / 30
I / 20
Masing-masing siswa menuliskan
nama-nama anggota keluarga yang
ada di fotonya dan cerita peristiwa
yang terjadi dalam foto.
o
K / 10
o
o
Mata pelajaran
: Pengetahuan Sosial
Kelas
:3
Kompetensi Dasar
Skenario Kegiatan:
K / 5
Melanjutkan pertemuan sebelumnya,
masing-masing siswa tetap diminta
untuk membawa foto dirinya
bersama anggota keluarga lainnya.
I / 20
Masing-masing siswa menuliskan
nama-nama anggota keluarga dan
menceritakan kedudukan dan peran
anggota keluarga masing-masing.
o
K / 10
o
o
K / 15
Salah satu siswa diminta untuk
menjelaskan di depan kelas namanama anggota keluarga yang ada di
dalam fotonya.
P / 30
Secara berpasangan, siswa saling
menjelaskan nama-nama anggota
keluarga dan saling menceritakan
kedudukan dan peran anggota keluarga
siswa masing-masing.
o Jelaskan nama-nama anggota
keluargamu!
o Jelaskan pula kedudukan anggota
keluargamu!
o Jelaskan pula peran anggota
keluargamu!
Lampiran 13
CONTOH PENERAPAN PAKEM DALAM BAHASA INDONESIA
1. Komptensi Membaca
Mencocokkan Kata Pada Gambar
Kelas 1
Langkah Kegiatan :
Menyanyi dan gerak : lagu Matahariku
Guru menceritakan gambar halaman
demi halaman
Guru mengajukan pertanyaan kepada
siswa tentang gambar yang ada (misal :
warna daun, bentuk, menghitung dll)
Guru memperlihatkan kartu kata pada
saat menunjukkan gambar tersebut
Setelah selesai membacakan dan memperlihatkan gambar kartu
kata, anak diminta untuk mencocok sendiri
antara gambar dan kartu kata
Pengembangan
Bunga
Daun
Dahan
Lampiran 14
CONTOH PENERAPAN PAKEM DALAM PEMBELAJARAN IPA
RENCANA PEMBELAJARAN
SekolahDasar / MI :
SD
Sumber Belajar
Mata Pelajaran
Materi Pokok
Gaya gesekan
Kelas/Semester
Hasil Belajar
Waktu
2 x 40 menit
Indikator
Kompetensi Dasar :
Kegiatan awal
Jenis
Kegiatan/
Waktu
K (5
menit)
Kegiatan Inti
1. Melakukan percobaan
membandingkan gerak
benda pada permukaan
yang kasar dan halus
2. Diskusi kelebihan dan
kelemahan gerak benda
pada permukaan kasar
dan halus
Jenis
Kegiatan/
Waktu
15
Penutup Pemantapan
Jenis
Kegiatan/Waktu
Kelompok
(15 menit )
10
Tugas :
3. Melakukan percobaan
untuk menunjukkan cara
memperkecil atau
memperbesar gaya gesek
15
4. Membuat laporan
tentang manfaat gaya
gesekan dalam
kehidupan sehari hari
dan contoh
penerapannya
20
Alat / bahan :
-
Percobaan I
Langkah Kerja :
1. Ikat Balok kayu / bata seperti pada gambar
2. Letakkan balok kayu / bata diatas permukaan lantai, meja, kaca, kertas
gosok, halaman sekolah ( paving, tanah, aspal, berbatu ) dsb. Secara
bergantian, lalu tarik sampai bergerak
Karet / Pegas
Modul PLPG_TK/PAUD_Unimed_2013
Hal. 775
No.
1
Kondisi Permukaan
halus
Panjang Pegas
5 cm
dst
Kesimpulan :
Modul PLPG_TK/PAUD_Unimed_2013
Hal. 776
Penilaian
Kompetensi
Nama Siswa
A
3
B
0
C
3
NA
0
Keterangan :
A. Kelengkapan Alat
- Lengkap, sesuai dan bervariasi
- Kurang lengkap
- Tidak ada
:
:
:
3
2
0
Hal. 777
Modul PLPG_TK/PAUD_Unimed_2013
:
:
2
0
Hal. 778
b. Analisi Karya
No.
Nama siswa
Tulisan
Susunan
Kalimat /
Kata
Ketepatan
Isi kelompok
NA
dst
Keterangan ;
A. Tulisan
Bersih, tanda baca tepat
B. Kalimat
Menggunakan kata kata sains yang tepat
C. Isi
Sesuai dengan konsep dari hasil percobaan, pengamatan
Keterangan :
Modul PLPG_TK/PAUD_Unimed_2013
Hal. 779
Setiap siswa diberi umpan balik yang ditulis pada bagian bawah karyanya
Rangkuman
;Pembelajaran
Yang
Berpusat
kepada
Guru
( Teacher centered ) memiliki beberapa cirri: Siswa pasif Komunikasi satu
arah Pertanyaan tertutup, Hafalan siswa bekerja untuk memenuhi tujuan
guru, tidak ada kerjasama/interaksi social. Syarat-syarat melaksanakan
PAKEM, Memahami sifat yang dimiliki anak Mengenal anak secara
perorangan Memanfaatkan perilaku anak dalam pengorganisasian
belajar
Mengembangkan kemampuan berpikir kritis, kreatif, dan kemampuan
memecahkan masalah, Mengembangkan ruangan kelas sebagai
lingkungan belajar yang menarik ,Memanfaatkan lingkungan sebagai
sumber belajar Memberikan umpan balik yang baik untuk meningkatkan
kegiatan belajar ,Membedakan aktif fisik dengan aktif mental. Multi
Metode, Multi Media, Praktek dan Bekerja dalam Tim, Memanfaatkan
Lingkungan Sekitar ,Di Dalam dan Di Luar Kelas ,Multi aspek (logika,
praktika, etika,)
Latihan
Untuk menambah pemahaman Anda tentang PAKEM kerjakanlah latihan di bawah ini!
1. Jelaskan apa yang Anda pahami tentang PAKEM!
2. Jelaskan syarat-syarat melaksanakan PAKEM!
3. Buatlah contoh rancangan pembelajaran PAKEM!
Modul PLPG_TK/PAUD_Unimed_2013
Hal. 780
Contoh Soal
1. Salah satu ciri PAKEM adalah...
a. dominan menggunakan metode ceramah
b. sumber belajar utama adalah buku paket
c. lingkungan sebagai sumber belajar
d. pembelajaran berpusat pada guru
2. Salah sati ciri pembelajaran yang berpusat pada guru adalah...
a. siswa aktif
b. guru menciptakan pembelajaran yang menantang
c. jawaban siswa harus sama dengan guru
d. metode pembejaran bervariasi
3. Pembelajaran yang berpusat pada guru dapat mengakibatkan...
a. motivasi belajar anak meningkat
b. siswa kurang dapat bekerja sama
c. guru menjadi kreatif
d. pembelajaran bermakna
4. Hal yang harus diperhatikan dalam melaksanakan PAKEM adalah..
a. guru memahami anak secara perorangan
b. memanfaatkan buku paket sebagai sumber belajar
c. menyamakan aktif fisik dengan aktif mental
d. guru tidak memberikan umpan balik
5. Salah satu ciri pembelajaran yang berpusat pada siswa adalah...
a. pembelajaran lebih cenderung secara klasikal
b. pertanyaan yang diajukan guru tertutup
c. guru sebagai fasilitator
d. guru aktif
Kunci Jawaban
1.
2.
3.
4.
5.
C
C
B
A
C
Modul PLPG_TK/PAUD_Unimed_2013
Hal. 781
Modul PLPG_TK/PAUD_Unimed_2013
Hal. 782