Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH

PSIKOLOGI PERKEMBANGAN II
“HUBUNGAN KELUARGA, SEBAYA, MASYARAKAT
DENGAN REMAJA DALAM MASALAH PERILAKU
ANTI-SOSIAL DAN KENAKALAN REMAJA”

Dosen pengampu:
Muhammad Arsyad, M. Psi., Psikolog
Ririanti Rachmayanie J. S. Psi., M. Pd

Disusun Oleh :
Kelompok 10
Ayu Nur A’in (2010123320024)
Citra Aulia Safitri (2010123320003)
Iis Fitriani (2010123320004)

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
BANJARMASIN
2021
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI..................................................................................................1

BAB I PENDAHULUAN..............................................................................3

A. Latar Belakang.....................................................................................3

B. Rumusan Masalah................................................................................4

C. Tujuan..................................................................................................4

D. Manfaat Pembahasan.............................................................................5

BAB II PEMBAHASAN................................................................................6

A. Perilaku Antisosial...............................................................................6

a. Pengertian Anti-sosial......................................................................6

b. Ciri-Ciri Individu Yang Memiliki Kepribadian Anti-Sosial............8

c. Sebab-Akibat Dari Perilaku Anti-Sosial..........................................9

B. Kenakalan Remaja.............................................................................10

a. Pengertian Kenakalan Remaja.......................................................10

b. Penyebab Kenakalan Remaja.........................................................10

1. Faktor Internal............................................................................11

2. Faktor Eksternal.........................................................................11

c. Akibat Yang Ditimbulkan Karena Kenakalan Remaja.....................12

C. Hubungan Remaja.............................................................................14

a. Hubungan Keluarga.......................................................................14

1. Terhadap Perilaku Anti Sosial....................................................14

2. Terhadap Kenakalan Remaja.....................................................14

b. Hubungan Teman Sebaya..............................................................16

1. Terhadap Perilaku Anti-Sosial...................................................16

2. Terhadap Kenakalan Remaja.....................................................17

c. Hubungan masyarakat.......................................................................21

1
1. Terhadap Perilaku Anti-Sosial.......................................................21

2. Terhadap Kenakalan Remaja.........................................................21

BAB III PENUTUP......................................................................................25

A. Kesimpulan........................................................................................25

B. Saran..................................................................................................25

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................26

2
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Remaja adalah masa peralihan dari kanak-kanak ke dewasa.
Seorang remaja sudah tidak lagi dapat dikatakan sebagai kanak- kanak,
namun ia masih belum cukup matang untuk dapat dikatakan dewasa. Ia
sedang mencari pola hidup yang paling sesuai baginya dan ini pun
sering dilakukan melalui metoda coba-coba walaupun melalui banyak
kesalahan. Kesalahan yang dilakukannya sering menimbulkan
kekuatiran serta perasaan yang tidak menyenangkan bagi
lingkungannya, orangtuanya.
Kesalahan yang diperbuat para remaja hanya akan menyenangkan
teman sebayanya. Hal ini karena mereka semua memang sama-sama
masih dalam masa mencari identitas. Kesalahan-kesalahan yang
menimbulkan kekesalan lingkungan inilah yang sering disebut sebagai
kenakalan remaja.
Kenakalan pada remaja merupakan perilaku menyimpang yang
mengarah pada tindakan melanggar peraturan yang diakibatkan oleh
ketidakmampuan remaja dalam menjalankan tugas perkembangan.
Kenakalan pada remaja juga dianggap sebagai salah satu bentuk
gangguan kesehatan mental pada komunitas, yang secara langsung atau
tidak langsung dapat mempengaruhi tingkat kesehatan mental
masyarakat.
Perilaku Anti Sosial merupakan perilaku negatif atau perilaku
yang menyimpang dari norma-norma, baik aturan keluarga, sekolah,
masyarakat, maupun hukum. Jenis perilaku anti sosial pada anak
sekolah dasar diantaranya perilaku negativisme, agresi dan tingkah laku
menguasai. Faktor risiko yang menyebabkan perilaku anti sosial pada
anak-anak dapat dikategorikan sebagai faktor pribadi (personal risk
factors), keluarga (family risk factors), berkaitan dengan sekolah
(school-related risk factors) dan sosial (social risk factors).

3
Upaya penanganan anak dengan anti sosial dapat dilakukan
dengan upaya orang tua menerapkan pola asuh authoritative. Jika
terlanjur berperilaku anti sosial pada taraf melanggar hukum negara,
maka orang tua harus membawa anaknya untuk melakukan terapi
gangguan kepribadian, yang disebut Terapi Perilaku Dialektikal.
Sedangkan yang dapat diupayakan guru dalam menangani anak anti
sosial adalah dengan menerapkan metode pembelajaran kooperatif serta
memberikan perhatian Psikologi dan Perkembangan Multiple
Intelegensi Anak. Selain itu masyarakat dapat memberikan kontribusi
dalam penanganan anak anti sosial dengan cara menumbuhkan norma
sosial yang baik serta tersedianya tayangan media massa yang
memberikan tuntunan baik bagi anak.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Anti-Sosial
2. Apa saja Ciri-Ciri Individu Yang Memiliki Kepribadian Anti-
Sosial
3. Apa Sebab-Akibat Dari Perilaku Anti-Sosial
4. Apa Pengertian Kenakalan Remaja
5. Apa Penyebab Kenakalan Remaja
6. Apa Akibat Yang Ditimbulkan Akibat Kenakalan Remaja

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian Anti-Sosial.
2. Untuk mengetahui ciri-ciri individu yang memiliki kepribadian
Anti-Sosial.
3. Untuk mengetahui sebab-akibat dari perilaku Anti-Sosial.
4. Untuk mengetahui pengertian Kenakalan Remaja.
5. Untuk mengetahui penyebab Kenakalan Remaja.
6. Untuk mengetahui akibat yang ditimbulkan dari Kenakalan
Remaja.

4
D. Manfaat Pembahasan
Manfaat pembuatan makalah ini adalah dapat digunakan sebagai bahan
pengajaran di bidang Pendidikan dan sebagai penambah wawasan serta
pengetahuan.

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Perilaku Antisosial
a. Pengertian Anti-sosial
Menurut Oxford psychology, anti sosial adalah perilaku yang
merugikan orang lain dan merugikan masyarakat. Perilaku anti sosial terdiri
dari banyak bentuk. Salah satu contohnya bermusuhan (yang berarti
emosional, impulsif dan didorong oleh rasa sakit atau tertekan) dengan
menanggapi situasi secara langsung; atau dapat berperilaku anti sosial
dengan perencanaan yang disengaja dari waktu ke waktu. Dua jenis perilaku
anti-sosial yang sangat berbahaya bagi individu dan masyarakat yaitu agresi
dan prasangka.
Pendapat senada dijelaskan Kathleen Stassen Berger (2003 hal 302),
perilaku anti sosial sering dipandang sebagai sikap dan perilaku yang tidak
mempertimbangkan penilaian dan keberadaan orang lain ataupun
masyarakat secara umum di sekitarnya. Tindakan-tindakan antisosial ini
sering kali mendatangkan kerugian bagi masyarakat luas sebab pada
dasarnya si pelaku tidak menyukai keteraturan sosial (social order) yang
diinginkan oleh sebagian besar anggota masyarakat lain. Pendapat diatas
dipertegas Burt, Donnellan, Iacono & McGue (2011: 634) berpendapat
bahwa perilaku antisosial adalah sebagai perilaku-perilaku yang
menyimpang dari norma-norma, baik aturan keluarga, sekolah, masyarakat,
maupun hukum.
Menurut pandangan psikologi adalah perilaku yang kurang
pertimbangan untuk orang lain dan yang dapat menyebabkan kerusakan
pada masyarakat, baik sengaja atau melalui kelalaian, karena bertentangan
dengan perilaku pro-sosial, perilaku yang membantu atau bermanfaat bagi
masyarakat. hukum pidana dan hukum sipil di berbagai negara menawarkan

6
solusi untuk perilaku anti sosial. Secara sederhana, perilaku anti sosial bisa
digambarkan sebagai perilaku yang tidak
diinginkan sebagai akibat dari gangguan kepribadian dan merupakan lawan
dari perilaku prososial.
Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa perilaku anti sosial adalah
perilaku yang menyimpang dari norma-norma, baik aturan keluarga,
sekolah, masyarakat, maupun hukum, karena sipelaku tidak menyukai
keteraturan sosial (social order) oleh karenanya dalam berperilaku tidak
mempertimbangkan penilaian dan keberadaan orang lain ataupun
masyarakat secara umum di sekitarnya sehingga mendatangkan kerugian
bagi masyarakat.
Perilaku anti sosial bisa dilakukan oleh siapa saja tanpa ada batasan
usia, namun karena penyimpangan ini dikategorikan sebagai 'penyimpangan'
ringan dari tatanan sosial yang umum diterima bersama, secara umum
perilaku antisosial identik dengan anak-anak muda usia sekolah. Oleh
karena perilaku antisosial identik dengan anak-anak usia sekolah, lembaga-
lembaga pendidikan memiliki peran yang tidak kecil untuk memberikan
sumbangan agar perilaku ini tidak membesar sehingga merongrong
bangunan sosial yang telah ada.
Gangguan perilaku antisosial di Indonesia mempunyai prevalensi
pada tahun 2005, dian perkelahian antar pelajar di wilayah desa/kelurahan.
Pada Tahun 2008 semakin meluas terjadi sebanyak 108 desa/kelurahan di
seluruh Indonesia. Pada tahun 2010, perilaku antisosial tercatat dalam BPS
diantaranya adalah pencurian sekitar 60% dari seluruh remaja yang nakal,
penyalahgunaan narkoba 9,5%, pemerkosaan 6%, kecelakaan lalu lintas
yang menyebabkan kematian orang lain 5%, pengeroyokan 4%, dan
penganiayaan 4% (Profil kriminalitas remaja, 2010, dalam BPS, sebanyak
luruh 58 Indonesia 2011).

7
b. Ciri-Ciri Individu Yang Memiliki Kepribadian Anti-Sosial
Ciri individu yang memiliki kepribadian anti-sosial dapat dilihat dari
berbagai perilaku yang muncul yang mengindikasikan adanya kepribadian
anti-sosial, adapun bentuk perilaku anti-sosial pada anak - anak antara lain: 
1. Negativisme. Perlawanan terhadap tekanan dari pihak lain untuk
berperilaku tertentu
2. Agresi. Tindakan permusuhan yang nyata atau ancaman
permusuhan, dan biasanya tidak ditimbulkan oleh orang lain, dan
dilakukan pada anak yang lebih kecil.
3. Pertengkaran. Perselisihan pendapat yang mengandung kemarahan
yang umumnya dimulai apabila seseorang mengadakan penyerangan
yang tidak beralasan
4. Mengejek dan menggertak. Mengadakan serangan baik yang bersifat
lisan (mengejek) maupun fisik (menggertak)
5. Perilaku yang sok kuasa. Kecenderungan untuk mendominasi orang
lain atau menjadi "majikan"
6. Egosentrisme. Cenderung berfikir dan berbicara tentang diri mereka
sendiri
7. Prasangka. Biasanya dengan membedakan orang - orang yang ia
kenal
8. Antagonisme jenis kelamin. Biasanya dengan jalan menghindari
bergaul dengan anak perempuan dan tidak melakukan aktivitas yang
dianggap sebagai aktivitas anak perempuan
9. Antagonistic terhadap setiap orang. Perasaannya mudah tersinggung
dengan pandangan mencemooh
10. Merasa bosan dengan aktivitas sosial, misalnya enggan mengikuti
pertemuan keluarga dan mengikuti perayaan besar
11. Sebagian besar waktunya digunakan untuk menyendiri
12. Dengan sengaja menolak berkomunikasi dengan orang lain.

8
c. Sebab-Akibat Dari Perilaku Anti-Sosial
Sosial dan lingkungan rumah juga berperan dalam menunjang
perkembangan perilaku anti sosial. Orang tua dari anak-anak bermasalah
sering menunjukkan tingkat tinggi perilaku anti sosial sendiri. Dalam satu
penelitian besar, orang tua anak laki-laki lebih sering bermasalah alkohol
atau pidana, dan rumah mereka sering terganggu oleh perceraian, perpisahan
atau tidak adanya orangtua. Disiplin tidak menentu atau tidak patut dan
pengawasan yang tidak memadai telah dikaitkan dengan perilaku antisosial
pada anak-anak.
Melibatkan orang tua cenderung untuk memonitor perilaku anak,
menetapkan aturan dan melihat bahwa mereka mematuhi, memeriksa
keberadaan anak, dan mengarahkan mereka dari teman-teman bermain
bermasalah. pengawasan yang baik adalah kurang cenderung di rumah-
rumah yang rusak karena orang tua mungkin tidak tersedia, dan orang tua
sering antisosial kurangnya motivasi untuk mengawasi anak-anak mereka.
Pentingnya pengawasan orangtua juga ditekankan ketika antisocials tumbuh
dalam keluarga besar dimana setiap anak kurang mendapat perhatian secara
proporsional.
Seorang anak yang tumbuh di sebuah rumah terganggu dapat
memasukkan orang dewasa di dunia terluka secara emosional. Tanpa
memiliki ikatan yang kuat dikembangkan, dia egois dan tidak peduli kepada
orang lain. Kurangnya disiplin hasil konsisten dalam hal kecil untuk aturan
dan menunda kepuasan. Dia tidak memiliki model peran yang tepat dan
belajar untuk menggunakan agresi untuk memecahkan perselisihan. Dia
gagal untuk mengembangkan empati dan kepedulian bagi orang-orang di
sekitarnya.

9
B. Kenakalan Remaja
a. Pengertian Kenakalan Remaja
Remaja adalah saat dimana manusia tidak dapat disebut sudah
dewasa tetapi tidak dapat pula disebut anak-anak. Remaja merupakan masa
peralihan antara masa anak dan masa dewasa yang berjalan antara umur 12-
21 tahun. Santrock (2003) mengemukakan bahwa remaja (adolescene)
diartikan sebagai masa perkembangan transisi antara masa anak dan masa
dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial- emosional.
Dalam masa pencarian jati diri inilah biasanya para remaja mulai
mencari banyak hal baru yang menarik bagi dirinya, sehingga yang sering
terjadi adalah penyimpangan-penyimpangan yang sering dikenal sebagai
kenakalan remaja.Kenakalan remaja(juvenile delinquency) adalah perilaku
yang menyimpang dari norma-norma hukum pidana yang dilakukan oleh
remaja. 
Menurut Kartono ilmuwan sosiologi, Kenakalan Remaja atau dalam
bahasa Inggris dikenal dengan istilah juvenile delinquency merupakan
gejala patologis sosial pada remaja yang disebabkan oleh satu bentuk
pengabaian sosial. Akibatnya, mereka mengembangkan bentuk perilaku
yang menyimpang.

b. Penyebab Kenakalan Remaja


Ulah para remaja yang masih dalam tarap pencarian jati diri sering
sekali mengusik ketenangan orang lain. Kenakalan-kenakalan ringan yang
mengganggu ketentraman lingkungan sekitar seperti sering keluar malam
dan menghabiskan waktunya hanya untuk hura-hura seperti minum-
minuman keras, menggunakan obat-obatan terlarang, berkelahi, berjudi, dan
lain-lainnya itu akan merugikan dirinya sendiri, keluarga, dan orang lain
yang ada disekitarnya.
Cukup banyak faktor yang melatar belakangi terjadinya kenakalan
remaja. Berbagai faktor yang ada tersebut dapat dikelompokkan menjadi

10
faktor internal dan faktor eksternal. Berikut ini penjelasannya secara
ringkas:

1. Faktor Internal
a. Krisis identitas

Perubahan biologis dan sosiologis pada diri remaja memungkinkan


terjadinya dua bentuk integrasi. Pertama, terbentuknya perasaan akan
konsistensi dalam kehidupannya. Kedua, tercapainya identitas peran.
Kenakalan remaja terjadi karena remaja gagal mencapai masa integrasi
kedua.
b. Kontrol diri yang lemah

Remaja yang tidak bisa mempelajari dan membedakan tingkah laku


yang dapat diterima dengan yang tidak dapat diterima akan terseret pada
perilaku 'nakal'. Begitupun bagi mereka yang telah mengetahui perbedaan
dua tingkah laku tersebut, namun tidak bisa mengembangkan kontrol diri
untuk bertingkah laku sesuai dengan pengetahuannya.

2. Faktor Eksternal
a. Kurangnya perhatian dari orang tua, serta kurangnya kasih sayang
Keluarga merupakan unit sosial terkecil yang memberikan fondasi
primer bagi perkembangan anak. Sedangkan lingkungan sekitar dan
sekolah ikut memberikan nuansa pada perkembangan anak. Karena itu
baik- buruknya struktur keluarga dan masyarakat sekitar memberikan
pengaruh baik atau buruknya pertumbuhan kepribadian anak. 
Keadaan lingkungan keluarga yang menjadi sebab timbulnya kenakalan
remaja seperti keluarga yang broken-home, rumah tangga yang
berantakan disebabkan oleh kematian ayah atau ibunya, keluarga yang
diliputi konflik keras, ekonomi keluarga yang kurang, semua itu
merupakan sumber yang subur untuk memunculkan delinkuensi remaja.
b. Minimnya pemahaman tentang keagamaan

11
Dalam kehidupan berkeluarga, kurangnya pembinaan agama juga
menjadi salah satu faktor terjadinya kenakalan remaja. Dalam
pembinaan moral, agama mempunyai peranan yang sangat penting
karena nilai-nilai moral yang datangnya dari agama tetap tidak berubah
karena perubahan waktu dan tempat.
Pembinaan moral ataupun agama bagi remaja melalui rumah tangga
perlu dilakukan sejak kecil sesuai dengan umurnya karena setiap anak
yang dilahirkan belum mengerti mana yang benar dan mana yang salah,
juga belum mengerti mana batas-batas ketentuan moral dalam
lingkungannya. Karena itu pembinaan moral pada permulaannya
dilakukan di rumah tangga dengan latihan- latihan, nasehat-nasehat yang
dipandang baik.

c. Akibat Yang Ditimbulkan Karena Kenakalan Remaja


1. Bagi diri remaja itu sendiri

Akibat dari kenakalan yang dilakukan oleh remaja akan berdampak bagi
dirinya sendiri dan sangat merugikan baik fisik dan mental, walaupun
perbuatan itu dapat memberikan suatu kenikmatan akan tetapi itu semua
hanya kenikmatan sesaat saja. Dampak bagi fisik yaitu seringnya terserang
berbagai penyakit karena gaya hidup yang tidak teratur.
Sedangkan dampak bagi mental yaitu kenakalan remaja tersebut akan
mengantarnya kepada mental-mental yang lembek, berfikir tidak stabil dan
kepribadiannya akan terus menyimpang dari segi moral yang pada akhirnya
akan menyalahi aturan etika dan estetika. Dan hal itu kan terus berlangsung
selama remaja tersebut tidak memiliki orang yang membimbing dan
mengarahkan.
2. Bagi keluarga

Anak merupakan penerus keluarga yang nantinya dapat menjadi tulang


punggung keluarga apabila orang tuanya tidak mampu lagi bekerja. Apabila
remaja selaku anak dalam keluarga berkelakuan menyimpang dari ajaran

12
agama, akan berakibat terjadi ketidakharmonisan di dalam kekuarga dan
putusnya komunikasi antara orang tua dan anak.
Tentunya hal ini sangat tidak baik karena dapat mengakibatkan remaja
sering keluar malam dan jarang pulang serta menghabiskan waktunya
bersama teman-temannya untuk bersenang-senang dengan jalan minum-
minuman keras atau mengkonsumsi narkoba. Pada akhirnya keluarga akan
merasa malu dan kecewa atas apa yang telah dilakukan oleh remaja. Padahal
kesemuanya itu dilakukan remaja hanya untuk melampiaskan rasa
kekecewaannya terhadap apa yang terjadi dalam keluarganya.
3. Bagi lingkungan masyarakat

Apabila remaja berbuat kesalahan dalam kehidupan masyarakat,


dampaknya akan buruk bagi dirinya dan keluarga. Masyarakat akan
menganggap bahwa remaja itu adalah tipe orang yang sering membuat
keonaran, mabuk-mabukan ataupun mengganggu ketentraman masyarakat.
Mereka dianggap anggota masyarakat yang memiliki moral rusak, dan
pandangan masyarakat tentang sikap remaja tersebut akan jelek. Untuk
merubah semuanya menjadi normal kembali membutuhkan waktu yang
lama dan hati yang penuh keikhlasan.

13
C. Hubungan Remaja
a. Hubungan Keluarga
1. Terhadap Perilaku Anti Sosial
Gangguan kepribadian antisosial, yang bisa disebut sosiopati,
adalah masalah kejiwaan yang menyebabkan seseorang kerap
mengabaikan perasaan orang lain. Seseorang yang memiliki kelainan ini
mempunyai tekanan untuk memusuhi, memanipulasi, hingga
memperlakukan orang lain dengan tidak pantas. Rasa tidak peduli yang
ditimbulkan dapat terjadi bersamaan dengan tidak merasakan penyesalan
atau rasa bersalah telah melakukannya.
Seseorang yang mengidap gangguan kepribadian antisosial kerap
melanggar hukum dan menjadi seorang kriminal jika tidak mendapatkan
penanganan. Pengidap gangguan ini kerap berbohong, berperilaku kasar,
bahkan memiliki masalah tersendiri dengan narkoba serta alkohol. Meski
begitu, masalah yang ditimbulkan seseorang dengan masalah ini terbilang
bukan hal yang serius. Tanpa pengobatan, sosiopat mungkin saja
berkembang menjadi psikopat.
Lalu, benarkah jika gangguan kepribadian antisosial dapat
disebabkan oleh faktor genetik? dikatakan bahwa faktor genetik memang
berperan sekitar separuh dari kemungkinan seseorang mengidap
gangguan kepribadian antisosial. Maka dari itu, jika kamu memiliki salah
satu orangtua yang mengidap masalah ini, ada baiknya untuk selalu
berhati-hati. Hal itu karena kemungkinan untuk mengidap masalah
kejiwaan ini lebih besar dibandingkan dengan orang lain. Selain itu, anak
dengan orangtua yang alkoholik juga berisiko tinggi mengalami
gangguan tersebut.

14
Separuh lainnya dari dari risiko seseorang untuk mengidap
gangguan kepribadian antisosial adalah faktor lingkungan. Beberapa
contoh hal yang dapat menimbulkan gangguan jiwa tersebut adalah
pengalaman buruk atau trauma saat masih anak-anak, seperti pelecehan
seksual. Selain itu, kamu juga dapat mengidap masalah ini akibat pola
asuh keluarga yang kurang baik atau akibat perceraian orangtua.
2. Terhadap Kenakalan Remaja
Kenakalan pada remaja tidak sepenuhnya berasal dari individu
untuk melakukan suatu tindakan yang negatif, namun faktor eksternal
seperti keluarga juga ikut mempengaruhi. Keluarga seharusnya
memberikan dasar pembentukan tingkah laku, watak, moral, dan
pendidikan pada anak. Berhasil atau tidaknya peran orang tua dalam
mendidik anaknya terlihat ketika seorang anak dalam lingkungan
masyarakat.
Namun saat ini ketidaksiapan orangtua dalam membina anak-
anaknya sering dianggap sebagai pemicu terjadinya masalah sosial
seperti kenakalan pada remaja. Orangtua dinilai terlalu memanjakan dan
memberikan perhatian yang berlebihan (Kartono, 2006).
Menurut Allen dan Olson (2001) ada empat bentuk pola asuh yaitu
demokratis (democratic), otoriter (authoritarian), permisif (permissive),
dan penolakan (rejecting). Orang tua dengan pola asuh demokratis
membuat peraturan serta harapan yang jelas dan mendiskusikan hal
tersebut dengan anak-anak mereka.
Secara umum, pola asuh demokratis membentuk anak-anak yang
memiliki rasa percaya diri, bersifat periang, dan berorientasi pada
prestasi. Selain itu pola asuh ini juga dihubungkan dengan rendahnya
tekanan psikologis, tingginya harga diri, rendahnya tingkat penggunaan
obat-obatan terlarang, dan rendahnya perilaku kenakalan pada remaja.
Dalam pola asuh otoriter orang tua menetapkan peraturan serta harapan-
harapan yang kaku dan itu diterapkan juga secara kaku pada anak-anak.
Sebaliknya pola asuh permisif memberikan kebebasan kepada anak, tidak

15
terlalu memberi bimbingan dan kontrol, kurang perhatian, dan kendali
sepenuhnya ada pada anak untuk berbuat sesuka hatinya.
Anak-anak yang dibesarkan dengan pola asuh permisif dinilai lebih
ekstrim dalam kemampuan untuk menyesuaikan diri, memiliki lebih
banyak masalah perilaku, dan rendahnya prestasi akademis. Orang tua
yang permisif tidak memiliki aturan untuk pada remaja sehingga mereka
dapat melakukan apa yang diinginkan. Pola asuh permisif memanjakan
anak-anak sehingga itu bisa berbahaya bagi anak yang sedang
berkembang (Wittenborn, 2002).
Penelitian Sunaryanti, (2016) menunjukkan hasil yang signifikan
pada hubungan antara pola asuh permisif orangtua dengan kenakalan
pada remaja. Pada pola asuh permisif, orang tua memberikan kebebasan
yang sebebas-bebasnya kepada anak. Dengan kata lain, pola asuh
permisif memberikan kebebasan yang tinggi pada anak.
Sebenarnya jika kebebasan yang diberikan dapat digunakan oleh
anak secara bertanggung jawab, maka itu akan membuat mereka menjadi
individu yang mandiri, kreatif, inisiatif, dan mampu mewujudkan
aktualisasinya.
Dampak negatif lainnya yang ditimbulkan dari penerapan pola asuh
permisif adalah dapat menjadikan anak kurang disiplin dengan aturan-
aturan sosial yang berlaku. Penelitian Isnasari (2014) menunjukkan
bahwa semakin permisif pola asuh orang tua maka semakin tinggi tingkat
kenakalan yang terjadi pada remaja. Prihatin (2014) melihat bagaimana
pengaruh teman sebaya dan pola asuh orang tua terhadap perilaku
mengkonsumsi minuman keras. Hasil penelitiannya menggambarkan
bahwa remaja pria yang mempunyai pola asuh permisif lebih sering
mengkonsumsi minuman keras. Tidak adanya kontrol dari orang tua
membuat tingkat kenakalan pada remaja menjadi tinggi.
Orang tua yang menerapkan pola asuh permisif akan menghasilkan
anak yang tidak mengenal aturan dan norma serta tidak memiliki rasa
tanggung jawab. Remaja yang nakal seringkali berasal dari keluarga
dimana orangtua jarang memantau anak-anak mereka, memberi sedikit

16
dukungan dan mendisiplinkan mereka secara tidak efektif (Sarwono,
2011).
Selain itu Hurlock (2014) menambahkan bahwa semakin orang tua
memanjakan anaknya maka akan membuat anak tidak memiliki disiplin
dan cenderung tidak hormat kepada yang lebih tua. Pada akhirnya, anak
tidak akan belajar mengenai aturan, tidak terbiasa mengenal tanggung
jawab dan kedisiplinan, tumbuh menjadi sosok yang mudah menyerah,
dan akan mengalami kenakalan.

b. Hubungan Teman Sebaya


1. Terhadap Perilaku Anti-Sosial
Perilaku antisosial pada remaja bisa terjadi umumnya karena sebab
yang beruntun, yang berarti penyebab yang satu dapat menimbulkan
penyebab yang lain. Awalnya remaja meninggalkan rumah dan bergaul
secara lebih luas dalam lingkungan sosialnya. Dari pergaulan yang
meluas inilah kemudian terbentuk kelompok-kelompok teman sebaya
sebagai suatu wadah penyesuaian.
Didalamnya timbul persahabatan yang merupakan ciri khas
pertama dan sifat interaksinya dalam pergaulan. Dalam kelompok yang
lebih besar, persoalan bertambah dengan adanya pemimpin dan
kepemimpinan yang juga merupakan proses pembentukan, pemilihan dan
penyesuaian pribadi serta sosial. Hal yang penting dalam pergaulan ini
adalah didalamnya remaja mendapat pengaruh yang kuat dari teman
sebaya sehingga remaja mengalami perubahan tingkah laku sebagai salah
satu usaha penyesuaian.
Lingkungan sosial mempunyai peranan besar terhadap
perkembangan remaja. Lingkungan sosial sebagai bagian dari komunitas
sosial memegang peranan yang strategis bagi kehidupan sosial
masyarakat. Pada masa remaja lingkungan sosial yang dominan antara
lain dengan teman sebaya. Kelompok teman sebaya merupakan
lingkungan sosial pertama dimana remaja belajar untuk hidup bersama
orang lain yang bukan anggota keluarganya. Lingkungan teman sebaya

17
merupakan suatu kelompok baru yang memiliki ciri, norma, kebiasaan
yang jauh berbeda dengan apa yang ada di lingkungan rumah. Bahkan
apabila kelompok tersebut melakukan penyimpangan, maka remaja juga
akan menyesuaikan dirinya dengan norma kelompok. Remaja tidak
peduli dianggap nakal karena bagi mereka penerimaan kelompok lebih
penting, mereka tidak ingin kehilangan dukungan kelompok dan tidak
ingin dikucilkan dari pergaulan.
Kualitas pertemanan yang tinggi ditunjukan dalam penelitian yang
dilakukan oleh Terrion, Rocchi, & O’Rielly (2015) pada remaja dengan
ketergantungan zat. Tingginya kualitas pertemanan ini juga menunjukkan
perilaku antisosial yang tinggi pada kalangan remaja tersebut. Hal ini
membuktikan bahwa dengan siapa remaja itu bergaul dapat
mempengaruhi perilaku remaja tersebut, walaupun banyak penelitian
yang mengasumsikan bahwa kualitas pertemanan yang tinggi akan
memberi pengaruh positif bagi perilaku remaja. Namun ternyata seperti
yang telah disebutkan diatas dukungan dalam kelompok remaja itu dan
keinginan untuk diterima dalam kelompok membuat remaja kemudian
berperilaku seperti yang diinginkan oleh lingkungan kelompoknya.
Laird, Pettit, Dodge, & Bates, (1999) dalam penelitiannya
menemukan bahwa jika dalam salah satu kelompok terdapat satu saja
remaja yang berperilaku menyimpang, maka dapat dipastikan semua
anggota dalam kelompok tersebut juga memiliki perilaku yang sama.
Oleh karena itu dapat diasumsikan bahwa jika kualitas pertemanan
remaja tinggi maka perilaku antisosial remaja juga akan meningkat juga.
2. Terhadap Kenakalan Remaja
Santrock (2003) menerangkan bahwa salah satu faktor yang
mempengaruhi kenakalan remaja yaitu pengaruh teman sebaya bisa
membentuk perilaku remaja menjadi nakal karena disebabkan remaja
mendapatkan tekanan-tekanan yang kuat dari teman sebaya agar remaja
bersikap konform terhadap tingkah laku sosial yang ada dalam kelompok
tersebut.

18
Adanya keinginan untuk menjadi populer serta ketakutan akan
adanya pengabaian dan penolakan sosial dari teman sebaya akan
cenderung membuat remaja lebih konform terhadap tekanan kelompok.
Konformitas remaja bisa disebabkan karena remaja lebih banyak berada
di luar rumah bersama teman- teman sebaya dalam kelompok.
Sebagai konsekuensinya pengaruh teman sebaya lebih besar
daripada pengaruh keluarga karena kelompok teman sebaya menuntut
remaja agar bisa menyesuaikan diri (conform) dalam segala hal terhadap
kelompok (Mahdalela, 1998).
Konformitas menurut Baron dan Byrne (2005) adalah suatu jenis
pengaruh sosial dimana individu mengubah sikap dan tingkah laku
individu agar sesuai dengan norma sosial yang ada. Selanjutnya
berdasarkan definisi mengenai konformitas dari Baron dan Byrne (2005),
Kiesler dan Kiesler (Rakhmat, 2007), NewComb, dkk (1981), Sears, dkk
(2004), Willis (Sarwono, 1995) maka penulis berpendapat bahwa ciri-ciri
remaja yang me- lakukan konformitas terhadap teman sebaya yaitu:
1. Remaja akan berperilaku sama atau sesuai dengan kelompok
dan bersikap menerima sertamematuhinorma-norma yang ada
dalam kelompok,
2. Remaja akan lebih sering bertemu dan berkumpul bersama
dengan teman dalam kelompoknya daripada dengan orang di
luar kelompok,
3. Remaja akan menyepakati serta menyesuaikan pendapatnya
sendiri dengan pendapat yang dianutoleh
mayoritasanggotakelompok,
4. Remaja akan lebih mementingkan perannya sebagai anggota
dalam suatu kelompok dari- pada mengembangkan pola norma
sendiri,
5. Remaja akan mencari informasi tentang kelompoknya dengan
tujuan supaya remaja dapat berperilaku secara benar dan tepatdi
dalam kelompoknya.

19
Dari kelompok teman sebaya, remaja menerima umpan balik me-
ngenai kemampuan mereka. Remaja belajar tentangapakah yang mereka
lakukan lebih baik, sama baiknya, atau bahkan lebih buruk dari apa yang
dilakukan remaja lain. Salah satu fungsi utama dari kelompok teman se-
baya adalah untuk menyediakan berbagai informasi mengenai dunia di
luar keluarga (Santrock, 2003).
Kelompok teman sebaya menjadi sangat berarti dan berpengaruh
dalam kehidupan sosial remaja karena menjadi tempatuntuk belajar
kecakapan-kecakapan sosial serta mengambil berbagai peran. Di dalam
kelompok teman sebaya, remaja menjadi sangat bergantung kepada
teman sebagai sumber kesenangannya dan keterikatannyadengan
temansebaya begitukuat. Kecenderungan keterikatan(kohesi) dalam
kelompok tersebut akan bertambah dengan meningkatnya frekuensi
interaksidi antaraanggota-anggota- nya sehingga akan diikutidengan
adanya perilaku konformitas, dimana remaja akan ber- usaha untuk dapat
menyesuaikan dan menyatu dengan kelompok agar remaja dapatditerima
oleh kelompoknya (Soetjiningsih,2004).
Mappiare (1982) mengungkapkan bahwa remaja membutuhkan
suatu wadah sebagai cara untuk berinteraksi dengan teman sebayanya.
Tujuan remaja mencari wadah adalah untuk menjalin rasa setia kawan
yang akrab dan diikat oleh minat yang sama, kepentinganbersama, saling
tolong-menolong dan saling berbagi perasaan untuk memecahkan
masalah secara bersama-sama. Oleh karena itu, remaja selalu berusaha
untuk dapat diterima oleh kelompoknya.
Beberapa remaja akan melakukan apapun, agar dapat dimasukkan
sebagai anggota kelompok termasuk melakukan perbuatan nakal. Bagi
remaja, dikucilkan berarti stress, frustasi, dan kesedihan (Santrock,
2003). Hal ini sesuai dengan penelitian Haditono (dalam Mönks dkk,
2002) yang menemukan bahwa salah satu motif melakukan tingkah laku
nakal paling banyak adalah mengikuti ajakan teman.
Perilaku kenakalan remaja akibat dari konformitas terhadap teman
sebaya dapat terjadi karena remaja lebih banyak berada diluar rumah

20
bersama dengan teman-teman sebaya sebagai kelompok, maka dapatlah
dimengerti bahwa pengaruh teman-teman sebaya pada sikap,
pembicaraan, minat, penampilan, dan perilaku lebih besar daripada
pengaruh keluarga (Hurlock, 2004).
Keinginan remaja untuk menyesuaikan diri dengan tuntutan
kelompok agar dirinya diterima ke dalam kelompok teman sebaya
tersebut, membuat remaja berperilaku konform dengan kelompoknya.
Apabila kelompok berperilaku nakal maka remaja cenderung akan
berperilaku nakal pula. Jika kecenderungan suatu kelompok teman
sebaya menjadikan perilaku nakal tersebut sebagai norma kelompok,
maka remaja yang tergabung di dalamnya akan cenderung mengikuti,
apalagi jika pemimpin yang dominan dalam kelompok tersebut
mengarahkan remaja untuk berperilaku nakal.
Kecenderungan remaja untuk berperilaku nakal dapat muncul dan
menjadi bentuk kenakalan remaja apabila remaja tersebut berada dalam
situasiyang memaksanya serta memberinya kesempatan untuk bertingkah
laku nakal. Salah satu penyebab munculnya kecenderungan kenakalan
pada remaja adalah tekanan dari kelompok teman sebaya yang menuntut
remaja untuk berperilaku konform terhadap kelompoknya.
Di dalam kelompok teman sebaya ini para remaja mendapatkan
umpan balik dan kepuasan dari kelompoknya. Remaja merasa
mendapatkan bantuan materiil, dukungan moral, status sosial dan
perlindungan dari anggota kelom- poknya. Akan tetapi di sisi lain
kelompok teman sebaya tersebut memaksa dan menekan remaja untuk
mencoba berperilaku sesuai dengan norma kelompok termasuk perilaku
nakal.
Hal inilah yang mendorong remaja cenderung untuk berperilaku
nakal karena ingin diterimadalam kelompok teman sebaya tersebut
(Kartono, 2003).

21
c. Hubungan masyarakat
1. Terhadap Perilaku Anti-Sosial
Antisosial terdiri dari kata anti dan sosial, anti yang berarti
menentang atau memusuhi dan sosial yang berarti berkenaan dengan
masyarakat. Jadi, antisosial adalah suatu sikap yang melawan kebiasaan
masyarakat dan kepentingan umum.
Sikap antisosial memiliki definisi longgar, namun sebagian besar
setuju dengan ciri-ciri perilaku antisosial yang dikenal umum, seperti
mabuk-mabukan di tempat umum, vandalisme, mengebut di jalan raya,
dan perilaku yang dianggap menyimpang lainnya. “perilaku yang tidak
diinginkan sebagai akibat dari gangguan kepribadian dan merupakan
lawan dari perilaku prososial” (Millon et al dalam Setiyawati, 2010).
Dalam masyarakat ada beberapa bentuk sikap antisosial yang pada
tingkatan tertentu dapat menimbulkan keresahan dalam masyarakat
adalah
Sikap antisosial yang muncul karena deviasi individual Deviasi
individual bersumber pada faktor-faktor yang terdapat pada diri
seseorang, misalnya pembawaan, penyakit kecelakaan yang dialami oleh
seseorang, atau karena pengaruh sosiokultural yang bersifat unik
terhadap individu.
Adapun bentuk-bentuk sikap antisosial tersebut antara lain sebagai
berikut.
1) Pembandel, yaitu orang yang tidak mau tunduk kepada nasihat-nasihat
orang yang ada di sekelilingnya agar mau merubah pendiriannya.
2) Pembangkang, yaitu orang yang tidak mau tunduk kepada peringatan
orang-orang yang berwenang di lingkungan tersebut.

22
3) Pelanggar, yaitu orang yang melanggar norma-norma umum atau
masyarakat yang berlaku.
4) Penjahat, yaitu orang yang mengabaikan norma-norma umum atau
masyarakat, berbuat sekehendak hati yang dapat menimbulkan kerugian
kerugian harta atau jiwa di lingkungannya ataupun di luar
lingkungannya, sehingga para anggota masyarakat meningkatkan
kewaspadaan dan selalu bersiap-siap untuk menghadapinya.
2. Terhadap Kenakalan Remaja
Analisis bivariat dilakukan terhadap 2 variabel yaitu variabel
independen yaitu pengaruh lingkungan dan variabel dependen yaitu
perilaku kenakalan remaja dengan menggunakan uji statistic Spearman
rho untuk melihat hubungan antar variabel yang memiliki data yang
berskala numeric.
Berikut merupakan distribusi pengaruh lingkungan terhadap
kenakalan remaja diwilayah kerja Puskesmas Harapan Baru Samarinda:

Berdasarkan Tabel distribusi pengaruh lingkungan terhadap


kenakalan remaja dengan menggunakan uji statistic Spearman rho diatas
menunjukan bahwa mean 0,84 dan Std.daviation 1,272 dan min-max 0-6
dengan Pvalue = 0,000 < 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa terdapat
hubungan yang signifikan antara pengaruh lingkungan dengan kenakalan
remaja. Pada nilai r = 0,541 maka dapat dsimpulkan bahwa kekuatan
hubungan korelasi kuat dimana 0,541 berada diantara rentan antara 0,4-
0,599 kuat dan arah hubungan positif.
Berdasarkan analisis terhadap karakteristik responden, diperoleh
hasil bahwa mayoritas kenakalan remaja terjadi pada usia 13 tahun
(30,9%). Hal tersebut di karenakan pada usia tersebut, seseorang telah

23
memasuki masa pubertas, sehingga terjadinya perubahan, baik secara
hormonal, psikologi, maupun fisiologi maka hal tersebut memicu adanya
perubahan perilaku7.
Hal ini sejalan dengan penelitian skripsi Triyanto (2012) yang
menyatakan bahwa ada pengaruh masa pubertas terhadap
psikososial.Triyanto, Endang (2010).
Kenakalan remaja saat ini makin mengkhawatirkan bahkan bisa
juga sampai menyebabkan kehilangan nyawa, banyaknya terdapat
kenakalan seperti merokok, nglem dan free sex serta menonton film
porno yang terjadi di lingkungan masyarakat.
Kenakalan remaja yang sering terjadi dilingkungan ialah menonton
film porno hal ini disebabkan banyaknya remaja yang mempunyai gadget
namun tidak memanfaatkannya kearah yang positif seperti menonton
film porno dan membagikannya ke teman-teman yang lain, selain itu
lingkungan tempat tinggal remaja yang dekat area tempat hiburan malam
sehingga tidak menutup kemungkinan jenis kenakalan remaja tinggi
karena hal tersebut. Maka dari hasil penelitian gambaran kenakalan
remaja diperoleh bahwa mayoritas responden yang melakukan kenakalan
remaja sebanyak 116 respon dengan pada jenis kenakalan terbanyak
menonton film porno di wilayah kerja Puskesmas Harapan Baru
Samarinda, hal ini sejalan dengan penelitian Suyatno(2011) yang
menyatakan bahwa pornografi berpengaruh signifikan.Suyatno, Tri
(2011).
Pengaruh lingkungan adalah faktor yang paling mempengaruhi
perilaku dan watak remaja. Jika dia berkembangan di lingkungan yang
buruk, moralnya pun akan seperti begitu adanya. Sebaliknya jika ia
berada di lingkungan yang baik maka akan menjadi baik pula.
Pengaruh lingkungan terjadi karena banyak remaja yang
mencontoh perilaku orangtua dirumah seperti melihat orangtua merokok
maka remaja tersebut secara tidak langsung ingin mencoba rokok
tersebut, terdapat juga tempat hiburan malam yang dekat dengan
lingkungan sekolah membuat remaja tahu bahkan ada beberapa remaja

24
yang tinggal bersampingan dengan tempat hiburan malam sehingga
dengan mudahnya remaja menggunakan gadget untuk menonton situs
situs porno.
Pada pengaruh lingkungan ini remaja dengan mudahnya
menjangkau yang mereka inginkan dan mencontoh apa yang mereka
lihat. Maka berdasarkan hasil penelitian gambaran pengaruh lingkungan
diperoleh bahwa mayoritas responden yang terpengaruh pada lingkungan
yaitu pada “Perkembangan sosial media yang semakin maju membuat
situs porno mudah dijangkau sehingga saya sering menonton” sebanyak
103 responden di wilayah kerja Puskesmas Harapan Baru Samarinda. Hal
ini sejalan dengan penelitian Suyatno(2012) menyatakan bahwa
pornografi berpengaruh terhadap kenakalan siswa.Suyatno, Tri (2011)
Untuk uji statistic Spearman rho maka dapat disimpulkan bahwa
terdapat hubungan yang signifikan antara pengaruh lingkungan dengan
kenakalan remaja. Selain itu juga kekuatan hubungan korelasi kuat.
Dimana hasil penelitian ini sejalan dengan Sutha (2016) menyatakan
bahwa adanya hubungan yang signifikan antara analisis lingkungan
sosial terhadap perilaku merokok di kecamatan Pangarengan. Selain itu
penelitian ini juga sejalan oleh Widjanarko, Suryoputro dan Mustalia
(2016) menyatakan bahwa adanya perilaku seksual remaja di lingkungan
lokalisasi Kabupaten Sidoarjo.
Lingkungan masyarakat menganggap remaja ini sering membuat
keonaran,atau mengganggu ketentraman masyarakat. Masyarakat
menggap remaja tersebut memiliki moral yang rusak dan pandangan
masyarakat ke remaja akan selalu jelek.Sumara, D., Humaedi, S., &
Santoso, M. (2017).
Peran keluarga dianggap sebagai unit pertama dan paling penting
maka solusinyayaitu remaja dapat berorganisasi yaitu dari organisasi
sosial, ini adalah lembaga sosial anak pertama dan dianggap sebagai
lingkungan yang berpengaruh menentukan pembentukan perkembangan
kepribadian remaja. Hussainat, M., AL-Matalka, F.(2017). Pola asuh
orangtua berperan penting untuk mengajarkan anaknya mengendalikan

25
diri mana yang seharusnya dilakukan dan tidak dilakukan, kedua
orangtua saling bekerjasama kompak dalam memberikan penyangga
yang kuat terhadap kenakalan remaja pada jaman sekarang.
Tapia, B. M., Alarid, L. F., & Clare, C. (2018). Keterbatasan
penelitian ini adalah kemungkinan terjadinya bias informasi, hal ini
dikarenakan responden dimungkinkan tidak menjawab jujur pada lembar
kuesioner saat berlangsungnya penelitian, selain itu temporality yaitu
tidak bisa menganalisis mana yang penyebab mana akibat. 
Hasil penelitian menunjukan bahwa, pada karakteristik responden
kenakalan terbanyak 30,9% pada usia 13 tahun. Jenis kenakalan remaja
yang tinggi adalah menonton film porno sebanyak 34,4%. Faktor
lingkungan terbukti dengan memiliki korelasi dengan kenakalan remaja
adalah nilai p = 0,000 < 0,05 maka terdapat pengaruh yang signifikan
dengan korelasi kekuatan hubungan 0,541 artinya berkorelasi kuat dan
arah hubungan positif. 

26
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Menurut pandangan psikologi adalah perilaku yang kurang
pertimbangan untuk orang lain dan yang dapat menyebabkan kerusakan
pada masyarakat, baik sengaja atau melalui kelalaian, karena bertentangan
dengan perilaku pro-sosial, perilaku yang membantu atau bermanfaat bagi
masyarakat. hukum pidana dan hukum sipil di berbagai negara menawarkan
solusi untuk perilaku anti sosial. Secara sederhana, perilaku anti sosial bisa
digambarkan sebagai perilaku yang tidak diinginkan sebagai akibat dari
gangguan kepribadian dan merupakan lawan dari perilaku prososial.
Remaja adalah saat dimana manusia tidak dapat disebut sudah dewasa
tetapi tidak dapat pula disebut anak-anak. Remaja merupakan masa
peralihan antara masa anak dan masa dewasa yang berjalan antara umur 12-
21 tahun. Santrock (2003) mengemukakan bahwa remaja (adolescene)
diartikan sebagai masa perkembangan transisi antara masa anak dan masa
dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial- emosional.
Dalam masa pencarian jati diri inilah biasanya para remaja mulai
mencari banyak hal baru yang menarik bagi dirinya, sehingga yang sering
terjadi adalah penyimpangan-penyimpangan yang sering dikenal sebagai
kenakalan remaja. Kenakalan remaja (juvenile delinquency) adalah perilaku
yang menyimpang dari norma-norma hukum pidana yang dilakukan oleh
remaja.

27
B. Saran
Sebagai calon pendidik hendaknya kita mampu menciptakan suasana
belajar yang kondusif dan efektif, lalu menerapkan metode dan teori yang
tepat, sehingga proses belajar mengajar berjalan dengan baik. Oleh karena
itu sebagai calon pendidik (guru) hendaknya kita mempelajari teori-teori
pembelajaran yang ada, agar kita mampu menemukan kecocokan dalam
metode mengajar yang tepat.

DAFTAR PUSTAKA
Auladi, Irvan Nurul. 2019. Hubungan Perilaku Antisosial dengan
Keterbukaan Diri (Self Disclosure) Siswa Kelas XI SMA Negeri 2
Kebumen. Universitas Negeri Semarang.

Dewi, Ratna Sari. 2015. Perilaku Anti Sosial Pada Anak Sekolah Dasar.
Universitas Sultan Agung Tirtayasa.

Elizar, Lale Justin Amelinda. 2019. Pengaruh Kualitas Pertemanan


Terhadap Perilaku Antisosial Remaja yang Bermasalah Dimoderasi
oleh Kelekatan pada Orang Tua. Universitas Muhammadiyah
Malang.

Purwaningtyas, Fifin Dwi. 2020. Pengasuhan Permissive Orang Tua dan


Kenakalan pada Remaja. Universitas Wijaya Putra Surabaya
.
Saputro, Bayu Mardi. Soeharto, T.N.E.D. 2012. Hubungan antara
Konformitas terhadap Teman Sebaya dengan Kecenderungan
Kenakalan pada Remaja. Universitas Mercu Buana Yogyakarta.

Sumara, Dadan. Humaedi, Sahadi. Santoso, Meilanny Budiarti. 2017.


Kenakalan Remaja dan Penanganannya. Departemen Kesejahteraan
Sosial FISIP-Universitas Padjadjaran.

28
https://www.halodoc.com/artikel/gangguan-kepribadian-antisosial-
diturunkan-dalam-keluarga (Diakses 04 September 2021)

29

Anda mungkin juga menyukai