Anda di halaman 1dari 7

Agen sosialisasi

Nama:Muhammad siddiq walhakim

Kelas:sosiologi 2

Pengertian

Agen sosialisasi atau media sosialisasi adalah pihak-pihak yang melaksanakan sosialisasi.
Menurut Jacobs dan Fuller ( 1973 ), mengidentifikasi 4 agen sosialisasi ata media sosialisasi
utama, yaitu keluarga, kelompok pertemanan, lembaga pendidikan, dan media massa. Para ahli
sosiologi juga menambahkan lingkungan kerja sebagai bagian dari media sosialisasi.
Berikut ini adalah penjelasan dari media sosialisasi atau agen sosialisasi :

1. Keluarga Sebagai Media Sosialisasi

Media awal dari seorang individu untuk mengenal lingkungannya adalah keluarga. Orang tua
memberikan perhatian dan pendidikan kepada anak agar memperoleh dasar-dasar pola pergaulan
hidup yang benar dan baik melalui penanaman disiplin, kebebasan, dan penyerasian.

Terdapat dua macam sosialisasi di dalam keluarga, yaitu sosialisasi partsipatif dan sosialisasi
represif. Keluarga merupakan media sosialisasi yang paling awal sehingga memiliki pengaruh
paling kuat.
Keluarga merupakan satuan sosial yang didasarkan pada hubungan darah. Keluarga sebagai agen
sosialisasi dapat berupa keluarga inti ( ayah, ibu, dan atau anak-anak, baik yang dilahirkan
maupun yang diadopsi ) dan keluarga luas, yaitu keluarga yang terdiri atas lebih dari satu
keluarga inti baik yang secara vertikal maupun horizontal.
Nilai dan norma yang disosialisasikan dalam keluarga adalah nilai norma dasar yang diperlukan
oleh seseorang agar nanti dapat berinteraksi dengan orang-orang dalam masyarakat yang lebih
luas. Pihak yang terlibat pada masa ini adalah:

1. Pada keluarga inti, misalnya ayah, ibu, dan saudara kandung.


2. Pada keluarga luas, misalnya nenek, kakek, pama, dan bibi.
3. Pada masyarakat menegah perkotaan sejalan dengan meningkatnya partisipasi kerja
perempuan, misalnya baby sitter, pembantu rumah tangga, petugas penitipan anak, guru
pada play group, dan sebagainya.

2. Kelompok pertemanan sebagai media sosialisasi

Dalam lingkungan kelompok bermain, seorang anak akan belajar untuk berinteraksi dengan
orang orang yang sederajat atau sebayanya. Tahap sosialisasi pada media sosialisasi kelompok
pertemanan adalah tahap dimana anak-anak akan mempelajari nilai-nilai keadilan, persahabatan,
dan kesetiakawanan.
Ketika berkembang ke masa remaja, kelompok pertemanan akan menjadi tempat dimana
seseorang belajar untuk mengembangkan keterampilan, mengungkapkan rasa kecewa, khawatir,
dan sebagainya. Dalam media sosialisasi pertemanan, seseorang bisa mendapatkan pengaruh
negatif ataupun positif.
Dalam lingkungan sosial pertemanan, sosialisasi yang terjadi umumnya adalah sosilisasi
equaliter. Seseorang belajar bersikap dan berperilaku terhadap orang-orang yang setara
kedudukannya, baik tingkat umum maupun pengalaman hidupnya.
Melalui lingkaran teman sepermainan, seseorang mempelajari nilai-nilai dan norma-norma yang
dan interaksinya dengan orang lain yang bukan anggota keluarganya. Pada media sosialisasi
inilah seseorang belajar mengenai keterampilan sosial seperti kerja sama, mengelola konflik,
jiwa sosial, kerelaan untuk berkorban, kemampuan untuk mengalah, keadilan dan solidaritas.
Pada kalangan remaja, kelompok persahabatan berfungsi sebagai penyaluran berbagai perasaan
dan aspirasi, bakat, minat, serta perhatian yang tidak mungkin disalurkan di lingkungan keluarga
atau yang lain.

1. Peran positif kelompok permainan adalah:Memberikan rasa aman dan rasa yang dianggap
penting dalam kelompok yang berguna bagi pengembangan jiwa.
2. Menumbuhkan dengan baik kemandirian dan kedewasaan tempat yang baik untuk
mencurahkan berbagai perasaan, misalnya kecewa, takut, khawatir, suka ria, dan cinta.
3. Merupakan tempat yang baik untuk mengembangkan keterampilan sosial, misalnya
kemamuan memimpin, menyamakan persepsi, mengelola konflik, dan sebagainya

3. Lingkungan sekolah sebagai media sosialisasi

Di lingkungan sekolah, guru memiliki peranan yang sangat penting untuk membentuk pola
perilaku anak. Siswa di lingkungan sekolah mempelajari hal-hal yang mungkin belum dipelajari
di lingkungan keluarga maupun lingkungan bermain. Lingkungan sekolah berperan sebagai
tempat bersosialisasi untuk mendapatkan ilmu pengetahuan dan teknologi serta nilai-nilai
kebudayaan yang dipandang luhur dan akan dipertahankan kelangsungannya dalam masyarakat
melalui pewarisan budaya dari generasi ke generasi berikutnya.
Sekolah mempunyai peran penting dalam media sosialisasi, antara lain:

1. Mengenali dan Mengembangkan karakteristik diri serta melestarikan kebudayaan.


2. Merangsang partisipasi demokrasi melalui pengeajaran keterampilan berbicara dan
pengembangan kemampuan berpikir kritis, analitis, rasional dan objektif.
3. Memperkaya kehidupan dengan cakrawala intelektual serta cita rasa keindahan.
4. Mengembangkan kemampuan menyesuaikan diri dan kemandirian.
5. Membelajarkan tentang hidup sehat, prestasi, universalisme,dan sebagainya

4. Lingkungan kerja sebagai agen sosialisasi


Lingkungan kerja berpengaruh terhadap pembentukan kepribadian individu. Dalam limgkungan
ini, individu mampu untuk membentuk kepribadiannya sesuai dengan lingkungan tempat dimana
ia bekerja.
Dalam lingkungan kerja, manusia akan belajar mengenai cara menghormati atasan dan
bagaimana menghargai bawahan. Selain itu, di lingkungan kerja juga manusia akan belajar
tentang nilai, norma dan cara hidup.

5. Media massa sebagai agen sosialisasi

Sebagai agen sosialisasi, media massa memiliki pengaruh yang cukup besar dalam pembentukan
kepribadian. Seseorang dapat medapatkan pengaruh baik maupun buruk dari media massa.
Beberapa penelitian menyatakan bahwa sebagian besar waktu anak-anak remaja dihabiskan
untuk menonton televisi, bermain game online, chatting di internet, dan lain-lain. Banyak pihak
yang mengakui bahwa media massa telah berperan dalam proses homogenisasi, bahwa akhirnya
masyarakat dari berbagai belahan dunia memiliki struktur dan kecendrungan cara hidup yang
sama.

Berikut ini merupakan penjabaran mengenai cara-cara sosialisasi beserta contoh-contohnya!


A. Tahap Sosialisasi Beserta Contohnya:

George Herbet Mead menyatakan bahwa sosialisasi berdasarkan mekanisme yang akan dilalui
seorang individu, dapat diklasifikasikan menjadi lima tahapan, diantaranya yakni tahapan
persiapan (preparatory Stage), Tahap Meniru (Play Stage), Tahap Siap Beritindak (Game Stage),
dan Tahap Penerimaan Norma Kolektif (Generakized Stage / Generalized Other). Berikut
penjelasannya!

1. Tahapan Persiapan (Preparatory Stage)

Tahapan jenis ini pernah dilalui oleh setiap warga masyarakat sejak dilahirkan. Ketika seorang
bayi baru saja dilahirkan, maka ia akan melakukan persiapan terhadap dirinya dalam rangka
mengenal dunia sosial yang akan ia jalani. Ketika ia beranjak dewasa, ia akan memulai sebuah
aktivitas yang cenderung meniru orang-orang disekelilingnya meskipun tidak secara menyeluruh.

Contoh :

Seorang anak menyebutkan kata “puyang” yang ia maksudkan ialah kata “pulang.” Kata-kata
tersebut ia tiru dari orang terdekatnya yakni orang tuanya serta keluarganya yang lain. Anak
tersebut belum sepenuhnya memahami makna kata yang ia ucapkan serta pelafalan yang kurang
begiru jelas, namun lambat laun ia akan memahami sesuatu yang ia tirukan tersebut dan mampu
melafalkannya dengan benar.

2. Tahap Persiapan (Play Stage)


Tahapan ini diindikasikan dengan makin utuhnya seorang anak dalam menirukan peranan orang
lain disekelilingnya. Pada tahapan ini seorang anak tersebut mulai menyadari tentang identitas
dirinya serta latar belakang keluarganya. Ia akan mulai memahami tentang segala aktivitas kedua
orang tuanya serta segala sesuatu yang orang tuanya harapkan terhadap dirinya. Dalam
pengertian lain bahwa kemampuan untuk memposisikan dirinya di tengah-tengah masyarakat
juga mulai terbagun pada tahapan ini. Lambat laun kesadaran akan dunia sosial serta
bermasyarakat akan mulai terbangun dan ia secara tidak langsung akan belajar bagaimana cara
bersosialisasi dengan benar dengan warga masyarakat di sekitarnya.

Contoh :

Seorang anak yang beranjak dewasa dengan keluarga yang beranggotakan ayah, ibu, serta kakak-
kakanya. Secara tidak langsung ia memperhatikan bagaimana karakter dari kedua orang tuanya
serta kakak-kakanya. Ia juga mulai menyadari siapa dirinya dan apa yang ia inginkan.
Dalamwaktu yang bersamaan, ia juga memahami bahwa ia berada di tengah-tengah lingkungan
masyarakat yang mengharuskannya untuk belajar bersosialisasi di lingkungan masyarakat di
mana ia tinggal.

3. Tahapan Bertindak (Game Stage)

Pada tahap ini peniruan yang selama ini dilakukan oleh seorang anak yang tumbuh dewasa sudah
mulai berganti dengan peranan secara langsung yang diperankan oleh dirinya sendiri secara
sadar. Dalam waktu yang bersamaan kelihaiannya dalam menirukan serta menempatkan dirinya
pada posisi orang lain juga semakin meningkat. Hal tersebut memungkinkan dirinya untuk dapat
bersosialisasi dengan baik dalam lingkungan masyarakatnya.

Contoh :

Seorang anak yang dalam kondisi ini akan mulai sadar akan pentingnya membela sebuah
keluarga yang dimilikinya. Selain itu ia juga akan mulai melakukan aktivitas bersama teman-
teman sebaya nya.
4. Tahapan Penerimaan Norma Kolektif (Generalized Stage / Generalized Other)

Pada Tahapan ini seorang individu yang masih beranjak dewasa tadi telah menjadi menjadi
seseorang yang benar-benar dewasa. Dalam aktivitasnya sehari-hari ia telah mampu beradaptasi
serta menempatkan dirinya di tengah masyarakat dengan baik. Ia mulai mampu bertoleransi
dengan masyarakat secara luas serta menyadari pentingnya setiap norma-norma yang berlaku di
masyarakat. Dalam waktu yang bersamaan ia telah mampu untuk saling bekerja sama dengan
teman-teman sebaya, keluarga besar, maupun warga masyarakat di sekitarnya.

Contoh :

Seorang pemuda yang telah melewati masa-masa remajanya, ia mulai memahami akan
pentingnya bekerja sama dengan orang lain baik dengan teman-temannya maupun dengan warga
masyarakat disekitarnya secara luas. Ia menempatkan dirinya di tengah-tengah masyarakat
dengan sangat baik dengan mengikuti segala kegiatan yang ada di masyarakat seperti keja bakti,
ronda bergilir, pengajian, dan lain sebagainya.

Anda mungkin juga menyukai