Anda di halaman 1dari 19

ANALISIS KASUS

(BLIND CASE)

Dosen Pengampu:

Muhammad Arsyad, M. Psi, Psikolog

KESULITAN BERSOSIAL

Di Susun oleh Kelompok 2 :

Dea Ananda 2010123320018

Elva Nindia 2010123120006

Fauzi 2010123210002

Iis Fitriani 2010123320004

Jayanti Putri 2010123220010

Muhammad Abdur Rasyied Hakiem A 2010123210036

Rida Maulidia 2010123220008

Salma 2010123220024

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

BANJARMASIN

2022
DAFTAR ISI

Halaman Judul

DAFTAR ISI ...........................................................................................................ii

I. IDENTITAS ..........................................................................................1
II. PERMASALAHAN ..............................................................................1
III. PROSEDUR ASESMEN ......................................................................1
IV. RENCANA ASESMEN ........................................................................1
V. FORMULASI MASALAH ...................................................................1
A. Riwayat Kasus .................................................................................1
B. Analisis Kasus .................................................................................2
C. Diagnosis/Kesimpulan ....................................................................3
D. Prognosis .........................................................................................4
VI. USAHA BANTUAN (INTERVENSI) .................................................4
A. Target Intervensi .............................................................................4

B. Rencana Pemberian Bantuan (Intervensi) .......................................4


C. Prosedur Pelaksanaan Intervensi .....................................................4
D. Analisis Fungsi Permasalahan .........................................................6
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................7
LAMPIRAN ............................................................................................................8

DAFTAR LAMPIRAN ...........................................................................................8

1. Lampiran 1 Pedoman Observasi .................................................................8


2. Lampiran 2 Pedoman Wawancara Orang Tua.............................................9
3. Lampiran 3 Pedoman Wawancara Wali Kelas ..........................................10
4. Lampiran 4 Pedoman Wawancara Guru BK..............................................11
5. Lampiran 5 Pedoman Wawancara Teman Sekelas ...................................12
6. Lampiran 6 RPL Konseling Individual .....................................................13
7. Lampiran 7 RPL Bimbingan Klasikal .......................................................14
8. Lampiran 8 Laporan Hasil Konsultasi Orang Tua ....................................15
9. Lampiran 9 Pembagian Tugas ...................................................................16
10. Lampiran 10 Foto Kegiatan Diskusi...............................................................17

ii
I. IDENTITAS
A. Identitas Subjek
Nama : SP
Jenis Kelamin : Laki-laki
Usia : 17 Tahun
Pendidikan : Kelas XII MIA

B. Identitas Orang Tua

Ayah Ibu Kakak 1 Kakak 2


Usia 54 Tahun 53 Tahun - -
Pendidikan S3 S3 Kuliah Sastra Kuliah Sastra
Jepang Jepang
Pekerjaan Arsitek Dosen Arsitek - -

II. PERMASALAHAN
Subjek memiliki sifat pendiam dan tidak memiliki teman di sekolah karena ia pernah
dibully sebagai penjajah karena ia pernah tinggal di Jepang sehingga ia tidak memiliki
rasa percaya diri dan malu untuk bergaul dengan teman-temannya.

III. PROSEDUR ASESMEN

N Kegiatan Tujuan Metode Pemeriksaan


o
1 Wawancara  Orang Tua Wawancara semi
Subjek terstruktur
 Wali kelas
 Guru BK
 Teman sekelas
2 Observasi  Rumah Anekdotal record
 Sekolah

IV. RENCANA ASESMEN

Observasi
Sekolah  Aktivitas subjek di sekolah
 Interaksi subjek dengan teman
kelas
 Interaksi dan respon terhadap wali
kelas maupun guru BK
Rumah  Aktivitas subjek di rumah
 Interkasi subjek dengan orang tua
 Interaksi subjek dengan saudara
(kakak)

V. FORMULASI MASALAH
A. Riwayat Kasus
1. Domain Kognitif
Subjek merupakan anak yang kritis ketika sedang berdiskusi di kelas. Subjek juga
kreatif terlihat dari ia memiliki hobi bermain game dan menggambar. Di sekolah

1
pun subjek memiliki prestasi akademik rata-rata dan potensi kecerdasan IQnya
115 yaitu di atas rata-rata.

2. Domain Sosial
Subjek sulit bergaul dan berinteraksi di sekolah terlihat ia tidak memiliki teman,
duduk sendirian di kelas tepatnya duduk di depan meja guru. Di jam istirahat ia
juga sering menyendiri membeli makanan ke kantin.

3. Domain Emosi
Hasil asesmen menunjukkan subjek memiliki rasa malu yang dominan serta
memiliki pemikiran negatif dan ketakutan di tolak oleh teman di kelas.

4. Domain Perilaku
Subjek memiliki sikap pendiam, suka menyendiri, dan menghabiskan waktu
dengan bermain game dan menggambar.

B. Analisis Kasus

Faktor Internal : karakteristik Faktor Eksternal : Pola asuh orang tua dan
subjek teman sebaya

 Berdasarkan konsep Erikson,  Permisif yaitu orang tua yang


subjek sedang dalam tahap cenderung tidak mau terlibat dan tidak
identity vs identity confusion memperdulikan kehidupan anaknya
 Subjek memiliki sifat karena kesibukan orang tuanya masing-
pendiam, kurang bisa masing
menyesuaikan diri dan  Perilaku teman yang pernah membully
pemalu subjek

Pada kasus subjek, subjek sedang dalam tahap pencarian jati diri, yakni sedang berusaha mengatasi
kegagalan dalam krisis identitas nya. Di saat subjek sedang mengalami kebingungan dalam
pencarian identitas diri, subjek kekurangan perhatian dari orang tua dan keluarga di karenakan
orang tua subjek terlalu sibuk bekerja juga subjek di bully dan di tolak oleh teman-temannya .
Subjek pun menjadi pendiam dan tidak mempunyai teman di sekolah dan menjadi penyendiri .
Padahal potensi kecerdasan IQ 115 atau di atas rata”.

2
Perkembangan sosial anak adalah kemampuan seorang anak dalam menyesuaikan diri dengan
lingkungannya dengan di awali dari keluarga hingga orang yang belum pernah di kenalinya.
Pertumbuhan sosial bertujuan agar seorang anak bisa bersosialisasi dengan orang sekitarnya dan
membiasakan diri dengan area sosialnya. Orang tua menjadi tempat pertama kali seorang anak
berinteraksi dan bersosialisasi, orang tua dan keluarga menjadi faktor penting dalam mengembangkan
sosial anak usia dini. peran orang tua dalam mengembangkan sosial anak adalah mengejar
keterampilan bahasa, mengenalkan lingkungan, menanamkan nilai budaya dan norma yang ada
(Nandwijiwa & Aulia, 2020).
Teori Erik Erikson tentang perkembangan manusia dikenal dengan teori perkembangan psiko-
sosial. Teori perkembangan psikososial ini adalah salah satu teori kepribadian terbaik dalam
psikologi. Seperti Sigmund Freud, Erikson percaya bahwa kepribadian berkembang dalam beberapa
tingkatan. Salah satu elemen penting dari teori tingkatan psikososial Erikson adalah perkembangan
persamaan ego. Persamaan ego adalah perasaan sadar yang kita kembangkan melalui interaksi sosial.
Menurut Erikson, perkembangan ego selalu berubah berdasarkan pengalaman dan informasi baru
yang kita dapatkan dalam berinteraksi dengan orang lain. Erikson juga percaya bahwa kemampuan
memotivasi sikap dan perbuatan dapat membantu perkembangan menjadi positif, inilah alasan
mengapa teori Erikson disebut sebagai teori perkembangan psikososial.
Berdasarkan teori perkembangan psikososial menurut Erikson, subjek masuk pada tahap
Identity vs. Role Confusion (Identitas dan Kebingungan Peran) kisaran usia 12 - 18 tahun, yang mana
subjek sudah berada diusia 17 tahun. Dalam hal ini, yang membuat subjek kurang bisa menyesuaikan
diri yakni dari faktor eskternal yakni pola asuh orang tua. Orang tua merupakan sosok yang paling
kuat dalam memberikan pengaruh terhadap perkembangan anaknya saat fase remaja.
Keterlibatan orang tua menjadi penting agar mereka semakin menyadari akan pentingnya
peranan mereka dalam membesarkan, mengasuh dan mendidik anak, karena perkembangan
kepribadian anak sangat dipengaruhi oleh hubungan mereka dengan anak. (Kristianti & Nurwati,
2021). Pada subjek, pola asuh orangtua yang permisif yang mana kurangnya perhatian terhadap
subjek berpengaruh pada perilaku subjek disekolah seperti subjek yang kurang bisa menyesuaikan
diri. Pola permisif yaitu pola dimana orang tua tidak mau terlibat dan tidak mau pula pusing
mempedulikan kehidupan anaknya. Anak menganggap bahwa aspek-aspek lain dalam kehidupan
orang tuanya lebih penting daripada keberadaan dirinya. Walaupun tinggal di bawah atap yang sama,
orang tua tidak begitu tahu perkembangan anaknya sehingga menimbulkan dampak buruk terhadap
anak. Di antaranya anak akan mempunyai harga diri yang rendah, tidak punya kontrol diri yang baik,
kemampuan sosialnya buruk, serta terkadang anak merasa bukan bagian yang penting untuk orang
tuanya (Lidyasari 2013:8).
Kemampuan bersosialisasi merupakan suatu kemampuan untuk menjalin hubungan dengan
dua atau lebih individu ditandai dari proses yang membentuk individu untuk belajar menyesuaikan
diri, bagaimana cara hidup dan berfikir serta berfungsi dalam kelompoknya (Wahyuni 2016:4).
Sosialisasi merupakan suatu proses dalam pengetahuan,memperoleh mengembangkan kemampuan
sosial, kebiasaan sosial, kepribadian serta pembentukan standar individu tentang keterampilan untuk
adalah suatu kemampuan untuk menjalin hubungan dengan dua atau lebih individu yang ditandai
dengan kemampuan beradaptasi (Nora 2015:384-385). Anak yang mengalami kesulitan bersosialisasi
dengan teman sebaya perlu mendapat perhatian dan bimbingan, sebab jika dibiarkan begitu saja dapat
menimbulkan masalah yang baru sehingga masalahnya menjadi kompleks.

5. Diagnosis/kesimpulan
Berdasarkan hasil asesmen, dapat disimpulkan bahwa subjek mengalami
permasalahan dalam bidang pribadi dan sosial yakni kurangnya penyesuaian diri,

3
merasa rendah diri dan selalu berfikiran negatif. Permasalahan pada diri subjek
disebabkan faktor internal (krisis identitas) dan faktor eksternal (pola asuh orang tua
permisif dan kurang nya penyesuaian diri terhadap teman dan lingkungan.
6. Prognosis
Berdasarkan hasil asesmen, program intervensi akan dapat berjalan dengan baik
karena adanya faktor faktor pendukung sebagai berikut :
o Subjek mampu menyesuaikan diri
o Subjek mampu berfikir positif dan rasional
o Keterikatan subyek dengan orang tua teman keluarga dan sekitarnya

Disamping ada faktor pendukung, terdapat pula beberapa faktor penghambat


yang perlu diperhatikan dalam proses intervensi sehingga dapat diantisipasi
sebelumnya diantaranya:
o Oleh orang tua yang permisif
o Kurang nya perhatian dari guru bk
o Respon negatif dari subjek

VI. USAHA BANTUAN (INTERVENSI)


a. Target Intervensi

No. Intervensi
1. Subjek (SP)
2. Orang Tua
3. Teman Sekelas

b. Rencana Pemberian Bantuan (Intervensi)

No. Intervensi Layanan atau Teknik yang


Digunakan
1. Subjek (SP) Konseling Individual (Teknik
Kursi Kosong/ Empty Chair)
2. Orang Tua Konsultasi Terhadap Orang Tua
Mengenai Pola Asuh
3. Teman Sekelas Layanan Bimbingan Klasikal
tentang Dampak Bullying pada
Remaja

c. Prosedur Pelaksanaan Intervensi

No. Target Layanan atau Teknik Prosedur Pelaksanaan


Intervensi yang digunakan
1. Subjek (SP) Konseling Individual Menurut Safaria (2004 : 85)
(Teknik Kursi Kosong/ adapun tahap-tahap dalam kursi
Empty Chair) kosong adalah sebagai berikut:
a. Tahap pertama (the
beginning phase)
Pada tahap ini konselor
menggunakan metode
fenomenologi untuk
meningkatkan kesadaran

4
konseli, menciptakan
hubungan dialogis
mendorong keberfungsian
konseli secara sehat dan
menstimulasi konseli
untuk mengembangkan
dukungan pribadi
(personal support) dan
lingkungannya.
b. Tahap kedua (clearing the
ground)
Konseli mengeksplorasi
berbagai introyeksi,
berbagai modifikasi kontak
yang dilakukan dan
unfinished business.
c. Tahap ketiga (the
existential encounter)
Mengeksplorasi
masalahnya secara
mendalam dan membuat
perubahan-perubahan yang
cukup signifikan.
d. Tahap keempat
(integration)
Mengatasi krisis-krisis
yang dieksplorasi
sebelumnya dan mulai
mengintegrasikan
keseluruhan diri (self),
pengalaman dan emosi-
emosinya dalam perspektif
yang baru. Konseli telah
mampu menerima
ketidakpastian, kecemasan
dan ketakutannya serta
menerima tanggung jawab
atas kehidupannya sendiri.
e. Tahap kelima (ending)
Konseli siap untuk
memulai kehidupan secara
mandiri tanpa supervisi
konselor.
Teknik Kursi Kosong (Empty
Chair) ini akan diberikan sebagai
pemberian bantuan pada subjek
adalah 1 kali pertemuan dengan
mengacu pada langkah-langkah di
atas. Jikalau bantuan masih belum
maksimal maka diperlukan adanya
pertemuan tindak lanjut. Adapun
pada pertemuan tersebut
direncanakan dalam Rencana
Pemberian Layanan (RPL)
Konseling Individual BK. RPL

5
dalam program konseling
individual ini terlampir.
2. Orang Tua Konsultasi Terhadap Selain memberikan layanan
Orang Tua Mengenai individual kepada subjek, agar
Pola Asuh proses pemberian bantuan berjalan
lancara perlu adanya konsistensi
dari semua pihak yang terlibat
salah
satunya adalah orang tua. Maka
dari itu dilakukan konsultasi
dengan orang tua tentang pola asuh
orangtua.
3. Teman Layanan Bimbingan Permasalahan yang muncul pada
Sekelas Klasikal tentang subjek juga dipengaruhi oleh
Dampak Bullying pada teman
Remaja sebayanya sehingga pada teman
sebaya juga perlu diberikan
layanan
berupa layanan klasikal mengenai
bullying pada remaja.

f. Analisis Fungsi Permasalahan


Anak yang mengalami kesulitan bersosialisasi dengan teman sebaya perlu mendapat
perhatian dan bimbingan, sebab jika dibiarkan begitu saja dapat menimbulkan
masalah yang baru sehingga masalahnya menjadi kompleks. Pendekatan konseling
gestalt untuk mengatasi masalah ini. Konseling gestalt dipilih karena sasaran utama
terapi Gestalt menurut Perls (Dalam Corey,2005) adalah pencapaian kesadaraan.
Tanpa kesadaran, klien tidak memiliki alat untuk mengubah kepribadiannya.
Berdasarkan penelitian Hanif Fauzan (2018) mengatakan bahwa teknik kursi kosong
di gunakan untuk mengeksplorasi dan memperkuat konflik antara top dog dan under
dog di dalam diri konseli. Under god ini merupakan kiasan untuk menggambarkan
konflik internal dalam diri konseli antara mekanisme pertahan diri dan perlawanan
terhadap mekanisme pertahan diri tersebut. Top dog ini menggambarkan apa yang
wajib atau yang harus dilakukan sedangkan unde dog menggambarkan penolakan
atau pemberontakan terhadap introteyeksi atau mekanisme pertahanan diri tersebut.
Berdasarkan penelitian Susanti Dyastuti (2012), membuktikan bahwa teknik
kursi kosong dapat terihat perubahan perilaku dari konseli setelah mendapat
konseling yang mampu meningkatkan konsep dirinya ke arah yang lebih positif.

6
DAFTAR PUSTAKA

Fauzan, H. (2018). Pengaruh Teknik Kursi Kosong Terhadap Penurunan Kecemasan Korban


Bullying (Penelitian pada Siswa Kelas VIII F MTs Negeri Kota Magelang) (Doctoral
dissertation, Skripsi, Universitas Muhammadiyah Magelang).

Husaini, A., Lestari, S., & Purwanti, P. (2019). Studi kasus tentang siswa yang kesulitan bersosialisasi
dengan teman sebaya. Jurnal Pendidikan Dan Pembelajaran Khatulistiwa, 8(3).

Kristianti, D., & Nurwati, N. (2021). Dampak Perceraian Orang Tua Akibat Ketidakharmonisan
Hubungan Kedua Pihak Terhadap Pembentukan Identitas Anak Saat Remaja: Teori
Psikososial Erikson. Jurnal Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (JPPM), 2(2),
219-227.

Nandwijiwa, V., & Aulia, P. (2020). Studi Deskriptif Peran Orang Tua terhadap Perkembangan Sosial
Anak Usia Dini pada Masa Pandemi Covid-19. Jurnal Pendidikan Tambusai, 4(3), 3145-
3151.

POP, B. (2016). Panduan operasional penyelenggaraan bimbingan dan konseling Sekolah Menengah
Atas (SMA). Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Guru
dan Tenaga Kependidikan.

Solikhah, A. (2021). Optimalisasi Layanan Bimbingan Klasikal dengan Model Problem-Based


Learning untuk Mengatasi Perilaku Bullying Siswa SMP. JIRA: Jurnal Inovasi dan Riset
Akademik, 2(7), 1151-1168.

Warjono, P. A., Sultani, S., & Anisah, L. (2020). Layanan Konseling Individual Dengan Pendekatan
Gestalt Untuk Meningkatkan Kepercayaan Diri Siswa Introvert Pada Kelas VII Di SMP
Negeri 2 Martapura. Jurnal Bimbingan Dan Konseling AR-RAHMAN, 6(1), 50-54.

Zahara, F. (2018). Pengendalian Emosi Ditinjau Dari Pola Asuh Orangtua Pada Siswa Usia Remaja
Di SMA Utama Medan. Jurnal Psikologi Kognisi, 1(2), 94-109.

7
LAMPIRAN

1. Lampiran 1 Pedoman Observasi

LEMBAR OBSERVASI
(judul)
Hari, Tanggal Observasi : Senin, 24 Oktober 2022

Nama Siswa Yang Diamati : SP

Asal Sekolah : SMA XY

Kelas : XII MIA

Jenis Kelamin : Laki-laki

Tujuan Observasi : Untuk mengetahui perilaku subjek di lingkungan

sekolah maupun rumah

No. Aspek Yang Diamati Observasi

1 2 3 4

1. Aktivitas subjek di sekolah

2. Interaksi subjek dengan teman kelas

3. Interaksi dan respon terhadap wali kelas

maupun guru BK

4. Aktivitas subjek di rumah

5. Interkasi subjek dengan orang tua

6. Interaksi subjek dengan saudara (kakak)

Keterangan Poin:

Skor diperoleh
 1= Selalu Skala Penilaian: x 4=Skor Akhir
Skor Maksimal
 2= Sering
 3= Kadang-kadang

8
 4= Tidah pernah
2. Lampiran 2 Wawancara Orang Tua
LEMBAR WAWANCARA

Identitas Responden

Nama :

Jenis Kelamin :

PERTANYAAN

1. Apa saja aktivitas subjek saat ini ?

2. Apa yang subjek lakukan ketika jam pulang sekolah ?

3. Apa kegiatan yang subjek lakukan ketika di rumah ?

4. Apakah subjek sering bermain media sosial ?

5. Kalau pernah apa saja yang subjek lakukan ketika bermain media sosial ?

6. Apa yang biasanya subjek lakukan dengan anda (orang tua) ?

7. Apakah anda (orang tua) menanyakan kabar subjek ketika di sekolah ?

8. Apakah anda (orang tua) pernah memukul atau berkata kasar kepada subjek ?

9. Apa yang subjek lakukan ketika sedang mengalami masalah ?

10. Apa masalah terberat yang pernah subjek alami ?

9
3. Lampiran 3 Wawancara Wali Kelas

LEMBAR WAWANCARA

Identitas Responden

Nama :

Jabatan :

Jenis Kelamin :

PERTANYAAN

1. Apa saja aktivitas subjek saat di kelas ?


2. Bagaimana hubungan subjek dengan teman-teman di kelas ?
3. Apakah anda mengetahui subjek merupakan siswa bermasalahan di kelas ?
4. Apakah subjek merupakan siswa yang aktif dalam kegiatan-kegiatan kelas ?
5. Apakah anda mengetahui jika subjek tidak mempunyai teman di kelas ?
6. Bagaimana prestasi akademik subjek selama sekolah di sini ?

10
4. Lampiran 4 Wawancara Guru BK

LEMBAR WAWANCARA

Identitas Responden

Nama :

Jabatan :

Jenis Kelamin :

PERTANYAAN

1. Apakah anda pernah mendapat/menerima laporan tentang subjek ?


2. Apa langkah anda setelah mendapat laporan tentang masalah yang dialami subjek ?
3. Apakah subjek merupakan siswa yang aktif dalam kegiatan-kegiatan sekolah ?
4. Bagaimana hubungan antara subjek dengan orang tuanya ?
5. Bagaimana lingkungan pertemanan subjek selama di sekolah ?
6. Apakah subjek pernah melakukan pelanggaran peraturan sekolah ?
7. Apakah sebelumnya subjek sudah pernah masuk ke ruang BK atau menceritakan masalahnya
di ruang BK ?

11
5. Lampiran Wawancara Teman Sekelas (Salah Satu Teman Sekelas Subjek)

LEMBAR WAWANCARA

Identitas Responden

Nama :

Asal Sekolah :

Kelas :

Jenis Kelamin :

PERTANYAAN

1. Bagaimana perilaku atau kegiatan subjek saat di kelas ?


2. Apakah anda berteman dekat dengan subjek ?
3. Apakah anda atau teman-teman yang lain di kelas pernah mengganggu subjek ?
4. Bagaimana respon subjek saat dia diganggu ?
5. Siapakah orang yang paling dekat dengan subjek ?
6. Siapa yang sering mengganggu subjek sehingga dia takut dan tidak memiliki teman di kelas ?
7. Kenapa subjek diganggu di kelas ?
8. Bagaimana respon teman yang lain saat subjek di ganggu ?
9. Apa hal yang suka dilakukan subjek saat berada di dalam kelas atau di lingkungan sekolah ?
10. Apakah subjek aktif di kelas saat proses pembelajaran ?

12
6. Lampiran RPL Konseling Individual

13
7. Lampiran RPL Bimbingan Klasikal

14
8. Lampiran Laporan Konsultasi Orang Tua Subjek

1. Nama orang tua Orang tua SP


2. Hari/Tanggal Selas, 25 Oktober 2022
3. Waktu 60 Menit
4. Topik Pembahasan Perkembangan sosial dan pribadi
subyek yang kurang bisa
menyesuaikan diri, selalu rendah
diri, berpikiran negatif.
5. Konsultan/ Narasumber Guru BK, Orang tua
6. Peran guru BK Mengarahkan kepada orang tua
subyek agar bisa lebih perhatian
terhadap subyek, terlebih dengan
perilaku sosial dan pribadi subyek.
Meminta orang tua subyek untuk
lebih peduli dengan subyek, ajak
subyek untuk bertukar cerita agar
kepercayaan dan sisi positifnya
muncul

15
9. Lampiran 9 Pembagian Tugas
Dea Ananda_2010123320018_Membantu menganalisis data identitas sampai analisis fungsi
permasalahan, membuat RPL Konseling Individual
Elva Nindia_2010123120006_ Membantu menganalisis data identitas sampai analisis fungsi
permasalahan, membuat PPT
Fauzi_2010123210002_ Membantu menganalisis data identitas sampai analisis fungsi
permasalahan, membuat laporan wawancara dan pertanyaan wawancara.
Iis Fitriani_2010123320004_ Membantu menganalisis data identitas sampai analisis fungsi
permasalahan, membuat RPL Konseling Individual.
Jayanti Putri_2010123220010_ Membantu menganalisis data identitas sampai analisis fungsi
permasalahan, membuat RPL Bimbingan Klasikal.
Muhammad Abdur Rasyied Hakiem A_2010123210036_ Membantu menganalisis data
identitas sampai analisis fungsi permasalahan, membuat laporan wawancara dan pertanyaan
wawancara.
Rida Maulidia_2010123220008_ Membantu menganalisis data identitas sampai analisis
fungsi permasalahan, membuat RPL Bimbingan Klasikal.
Salma_2010123220024_ Membantu menganalisis data identitas sampai prognosis, membuat
laporan hasil konsultasi orang tua.

16
10. Lampiran 10 Foto Kegiatan Diskusi

17

Anda mungkin juga menyukai