Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya,
penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "paradigma
psikoanalisis & psikologi analitik ( carl gustav jung)" dengan tepat waktu.
Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Psikologi Kepribadian.
Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk memperluas wawasan mengenai
psikologi.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu,
saran dan kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
1.1 Latar Belakang.......................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................... 1
1.3 Tujuan ....................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN 2
2.1 Struktur Kepribadian ................................................................ 2
2.2 Dinamika Kepribadian.............................................................. 3
2.3 Perkembangan Kepribadian...................................................... 5
2.4 Aplikasi dalam Keilmuan BK .................................................. 7
BAB III PENUTUP 11
3.1 Kesimpulan ............................................................................... 11
3.2 Saran ......................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA 12
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
Carl gustay jung lahir pada tanggal 26 juli 1875 di keswil dan
meninggal pada 6 juni 1961 di kusnacht, swiss. Ia adalah seorang psikolog
yang berasal dari swis dan seorang yang merintis dan mengembangkan
konsep psikologi analitik atau psikoanalisi. Bagi Jung, kepribadian
merupakan kombinasi yang mencakup perasaan dan tingkah laku manusia,
baik di dalam keadaan sadar maupun tidak sadar sehingga kepribadian
seseorang dibentuk oleh banyak aspek.
Teori kepribadian Carl Gustav Jung yang terbagi menjadi tiga
bagian yaitu ego sadar, ketidaksadaran persona dan ketidaksadaran
kolektif. Jung melandasi teorinya pada gagasan bahwa terdapat dua level
dalam psyche, yakni kesadaran dan ketidaksadaran. Kesadaran merupakan
pengalaman yang bersifat personal sedangkan ketidaksadaran berkaitan
dengan keberadaan masa lalu.
1. Struktur Kepribadian ?
2. Dinamika Kepribadian ?
3. Perkembangan Kepribadian ?
4. Aplikasi dalam Keilmuan BK?
1.3 Tujuan
1. Harapan penulis Makalah ini dapat menjadi sebuah ilmu yang nantinya
akan diturunkan kepada anak cucu dari si pembaca, dan nantinya
menjadi amal jariyah.
2. Supaya pembaca mengetahui betapa pentingnya memiliki sebuah
pengetahuan tentang psikologi kepribadian.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
kumpulan archetype lainnya dan membentuk satu sistem sendiri. Empat archetype
yang penting dalam membentuk kepribadian sescorang adalah
1. Persona yang merupakan topeng yang dipakai manusia sebagai respon
terhadap tuntutan-tuntutan kebiasaan dan tradisi masyarakat serta terhadap
kebutuhan archetypal sendiri.
2. Anima & Animus merupakan elemen kepribadian yang secara psikologis
berpengaruh terhadap sifat bisexual manusia. Anima adalah archetype sifat
kewanitaan / feminine pada laki-laki, sedangkan Animus adalah archetype
sifat kelelakian / maskulin pada perempuan.
3. Shadow adalah archetype yang terdiri dari insting-insting binatang yang
diwarisi manusia dalam evolusinya dari bentuk-bentuk kehidupan yang
lebih rendah kebentuk yang lebih tinggi.
4. Self, yang secara bertahap menjadi titik pusat dari kepribadian yang secara
psikologis didefinisikan sebagai totalitas psikis individual dimana semua
elemen kepribadian terkonstelasi disekitarnya. Self membimbing manusia
kearah self-actualization, merupakan tujuan hidup yang terusmenerus
diperjuangkan manusia tetapi jarang tercapai
3
atas tema-tema insting sampai ajal menjelang. Bagi Jung, dalam hidup ini ada
perkembangan yang konstan dan sering kali kreatif, pencarian ke arah yang lebih
sempurna serta kerinduan untuk lahir kembali.
Jung menyelidiki sejarah manusia untuk mengungkap tentang asal ras dan
evolusi kepribadian. Ia meneliti mitologi, agama, lambing, upacara kuno, adat
istiadat, kepercayaan manusia primitive, mimpi, penglihatan, simtom orang
neurotic, halusinasi dan delusi para penderita psikosis dalam mencari akar dan
perkembangan kepribadian manusia.
Motivasi berasal dari masa lalu dan tujuan teleologis. Kausalitas berisi
keyakinan bahwa peristiwa masa kini memiliki asal usul pengalaman
sebelumnya. Freud sangat meyakini dan berpegang pada kausalitas, namun
Jung tidak sependapat pada Freud, karena Jung berpendapat bahwa
teleologis juga mengambil tempat dalam mempengaruhi motivasi.
Teleologis berisi keyakinan bahwa peristiwa masa kini dimotivasikan oleh
tujuan dan aspirasi kedepan yang mengarahkan tujuan seseorang.
Jung mempunyai pandangan yang sama terhadap mimpi yang berasal dari
pengalaman masa lalu. Namun Jung juga menambahkan bahwa mimpi
dapat membantu orang dalam menentukan masa depan seseorang.
4
mengenali psikenya yang tidak disadari. Jung meyakini bahwa langkah
regresif dibutuhkan untuk menciptakan sebuah kepribadian yang seimbang
dan tumbuh menuju perealisasian diri.
1. Masa Kanak-kanak
Subtahapan masa kanak-kanak:
a. Fase Anarkis (0 sampai 6 tahun), mempunyai ciri-ciri kesadaran yang khaos dan
sporadif. Pengalaman fase anarkis kadang masuk kedalam kesadaran sebagai
gambaran primitif dan tidak dapat diungkapkan verbal secara akurat.
b. Fase Monarkis (6 sampai 8 tahun), memiliki ciri-ciri perkembangan ego dan oleh
permulaan pemikiran logis dan verbal. Anak mulai melihat dirinya secara objektif
dan menyebut diri mereka sebagai orang ketiga. Meskipun ego dipahami sebagai
sebuah objek namun anak belum menyadari dirinya sebagai aktor yang
memahami.
c. Fase Dualistik (8 sampai 12 tahun), cirinya yaitu ego yang mulai muncul terbagi
menjadi subjektif dan objektif. Anak mulai menyebut dirinya dengan kata ganti
orang pertama, dan menyadari bahwa ia berbeda dengan orang lain.
2. Masa Muda
Masa muda mempunyai periode yaitu mulai dari pubertas sampai paruh baya.
Jung berpendapat bahwa masa muda merupakan sebuah periode dimana seseorang
seharusnya meningkatkan aktivitas, mengalami kematangan seksual, dan dapat
5
menempatkan diri di lingkungannya. Kesulitan pada fase ini adalah dalam
mengurangi kecenderungan alamiah untuk mengandalkan kesadaran sempit
kanak-kanak agar terhindar dari masalah yang terus mengganggu seumur hidup.
Terkadang seseorang mengalami suatu keadaan dimana ia merasa bahwa ia ingin
kembali ke masa lalu saat masalah tidak datang menghampirinya, ini disebut
prinsip konservatif.
3. Paruh Baya
Carl Gustav Jung mengatakan bahwa masa paruh baya adalah seseorang yang
berumur sekitar 35 sampai 40 tahun. Jika orang paruh baya mempertahankan
moral dan nilai sosial hidup mereka yang sebelumnya maka ia akan sulit dalam
mempertahankan daya tarik fisik dan ketangkasan mereka. Orang yang menjalani
masa muda mereka tanpa nilai kanak-kanak ataupun nilai masa muda akan siap
menghadapi dan mengembangkan kehidupan pada masa paruh baya. Mereka
sanggup menyerahkan tujuan ekstraversi masa muda dan bergerak kearah
perluasan kesadaran secara introversi.
4. Usia Senja
Pada tahap ini manusia mengalami penyusutan kesadaran, mereka cenderung
merasa takut akan kematian. Pada tahap ini menggunakan interpretasi mimpi,
mimpi orang-orang tua biasanya dipenuhi simbol kelahiran kembali, seperti
perjalanan panjang atau perubahan dalam lokasi. Simbol yang muncul pada
mimpi tersebut digunakan oleh Jung untuk menentukan sikap bawah sadar
terhadap kematian.
5. Realisasi Diri
Realisasi diri (individuasi) atau kelahiran kembali secara psikologis adalah
proses untuk menjadi seorang individu atau pribadi seutuhnya. Realisasi diri
menginterpretasikan kutub-kutub yang berlawanan pada individu yang homogen
yang dipelajari pada psikologi analitik. Orang yang telah melalui proses menjadi
diri sendiri, sudah mencapai realisasi diri, mengurangi persona, mengetahui anima
dan animusnya, serta mampu menyeimbangkan introversi dan ekstraversi.
Menguasai alam bawah sadar adalah proses yang sangat sulit terutama dalam
menghadapi shadow untuk menerima sifat-sifat pada dirinya. Proses ini tidak akan
bisa sempurna apabila seseorang masih mengedepankan ego yang dominan
terhadap kepribadiannya. Orang yang berhasil sampai pada tahap realisasi diri
tidak didominasi oleh proses bawah sadar atau ego alam sadarnya, namun ia
sudah bisa menyeimbangkan semua aspek kepribadian dalam dirinya.
Manusia yang berhasil memasuki tahap ini sanggup mengembangkan dunia
eksternal maupun internal. Mereka dapat menyambut gambaran-gambaran bawah
6
sadar mereka tersebut ketika muncul dalam mimpi dan refleksi introspektif
mereka.
Carl Gustav Jung menyatakan bahwa manusia selalu maju atau mengejar
kemajuan, dari taraf perkembangan yang kurang sempurna ke taraf yang lebih
sempurna. Manusia juga selalu berusaha mencapai taraf diferensiasi yang lebih
tinggi.
a. Tujuan perkembangan : aktualisasi diri
Menurut Jung, tujuan perkembangan kepribadian adalah aktuali-sasi diri, yaitu
diferensiasi sempurna dan saling hubungan yang selaras antara seluruh aspek
kepribadian.
b. Jalan perkembangan
Progresi dan regresi Dalam prose perkembangan kepribadian dapat terjadi
gerak maju (progresi) atau gerak mundur (regresi). Progresi adalah terjadinya
penyesuaian diri secara memuaskan oleh aku sadar baik terhadap tuntutan dunia
luar mapun kebutuhan-kebutuhan alam tak sadar. Apabila progesi terganggu oleh
sesuatu sehingga libido terha-langi untuk digunakan secara progresi maka libido
membuat regresi, kembali ke fase yang telah dilewati atau masuk ke alam tak
sadar.
c. Proses individuasi
Untuk mencapai kepribadian yang sehat dan terintegrasi secara kuat maka
setiap aspek kepribadian harus mencapai taraf diferensiasi dan perkembangan
yang optimal. Proses untuk sampai ke arah tersebut oleh Jung dinamakan proses
individuasi atau proses penemuan diri.
Tahap Perkembangan Kepribadian Jung Tahap perkembangan kepribadian
Jung terdiri dari 4 tahap, yaitu childhood, youth dan young adulthood, middle age
dan old age. Pada tahap kedua menekankan akan adaptasi terhadap kehidupan
social dan ekonomi. Jung memperlihatkan ketertarikannya pada tahap
perkembangan kepribadian ketiga yaitu middle age, karena disini terdapat proses
yang penting dari puncak dari individuation dan orang mulai merubah kepedulian
terhadap materi menjadi kepedulian spiritual.
7
potensi, kemampuankemampuan sekaligus kelemahannya. MBTI menyediakan
informasi yang lengkap mengenai manusia. Jung dan para pengikutnya percaya
bahwa pengetahuan yang lengkap tentang diri akan membantu manusia untuk
keluar dari masalah-masalah psikologis yang dihadapi setiap hari dan sekaligus
mendorong orang untuk mencapai individuasi. Tipe kepribadian Jung dalam
MBTI digunakan dalam konseling, ditempuh dengan memberikan tes MBTI
kepada peserta didik sebagai bagian atau salah satu dari asesmen tes yang ada
dalam dunia Bimbingan dan Konseling.
Meski banyak menuai kritik serta banyak polesan, teori Jung ini punya
kontribusi besar bagi perkembangan ilmu psikologi. Teorinya merupakan gerbang
pembuka bagi para ilmuwan untuk membedah lebih dalam tentang sisi
kepribadian manusia, teorinya ini bahkan berimplikasi hingga sekarang dimana
ada lagi versi barunya dari McCrae dan Costa yang terkenal dengan nama Five
Factor Trait Theory. Pada praktiknya, teori ini banyak digunakan oleh pebisnis
untuk pendekatan brainstorming buat tim yang cenderung introvert atau
ekstrovert; terus pendidik untuk menyadari keunikan siswanya, hingga perusahaan
untuk membuat tes/asesmen kepribadian yang menyeleksi calon karyawannya.
Pada perkembangannya teori psikoanalisis banyak diimplementasikan dalam
dunia pendidikan. Beberapa di antaranya diurai pada jabaran berikut ini.
Kedua, dalam ranah yang lebih luas, teori psikoanalisis juga digunakan pada
proses pendidikan yang berbasis kecerdasan majemuk. Setiap individu memiliki
kecerdasan yang berbeda-beda. Tidak akan ada dua pribadi berbeda walaupun
anak kembar memiliki kecerdasan yang sama. Kecerdasan bukanlah berpatokan
pada angka-angka yang berkaitan dengan IQ. Menurut Garner, ada beberapa
kecerdasan yang ada pada manusia, yaitu kecerdasan matematik, linguistik,
kinestetik, visual-spasial, musik, intra-personal, inter-personal, naturalistik, dan
eksistensial. Sebuah pendidikan seharusnya menjembatani setiap kecerdasan yang
dimiliki oleh peserta didik. Mengembangkan bakat dan minat sesuai dengan
kebutuhannya tentu sejalan dengan teori Freud yang menyebut bahwa manusia
sebagai makhluk yang memiliki keinginan dan kebutuhan dasar.
8
Ketiga, konsep psikoanalisis yang menyatakan bahwa manusia merupakan
makhluk yang memiliki kebutuhan dan keinginan dasar. Dengan konsep ini,
pengajar dapat mengimplementasikannya ke dunia pendidikan. Berbagai elemen
dalam pendidikan dapat dikembangkan dengan berbasis pada konsep ini.
Kurikulum atau perangkat pembelajaran misalnya, pendidik harus melakukan
berbagai analisis kebutuhan dan tujuan agar apa yang diajarkannya nanti sesuai
dengan kebutuhan dan perkembangan peserta didik. Hal ini sudah lumrah
digunakan dalam berbagai proses pendidikan dan penelitian pengembangan.
9
kebutuhansekssual secara langsung. Berhubung kebutuhannya tidak terpenuhi
maka terjadilah sublimasi dan akhirnya muncullah imajinasi.
10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
11
DAFTAR PUSTAKA
Jati Rinakri Atmaja, "Perkembangan kepribadian carl gustav jung", 2017, jati-
rinakriatmaja.blogspot.com
http://jatirinakriatmaja.blogspot.com/2017/01/perkembangan-kepribadian-carl-
gustav.html?m=1 Diakses pada tanggal 23 februari 2022
12