Anda di halaman 1dari 23

TUGAS AKHIR SEMESTER PENGGANTI UJIAN AKHIR SEMESTER

(REVISI)

PETA KOGNITIF (MIND MAP)


10 PENDEKATAN KONSELING

Tugas Mata Kuliah Terid dan Pendekatan Konseling


Dosen Pengampu: Prof. Dr. DYP. Sugiharto, M.Pd, Kons.

Oleh:
Edris Zamroni, S.Pd., M.Pd.
NIM. 0105512037

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING


UNIVERSITAS MURIA KUDUS
2016
DAFTAR PENDEKATAN KONSELING

Sigmund Freud
Freiburg, 1856

TOKOH

Arnold Lazarus
B.F. Skinner Johanesberg, 1932
Pencylvenia, 20 Maret 1904
Thorensen
Albert Bandura D. Krumbolt
Mundare, 4 Desember 1925

Rollo May
Ohio, 21 April 1909
Victor Frankl
Wina, 26 Maret 1905

Alfred Adler
Wina, l 7 Februari 1870
Murid Dari Sigmund Freud Pendiri Psikoanalisis

Frederick S. Perls
(1893-1970)

Carl R. Rogers
Illionis, 8 Januari 1902
Erick Berne
(1910-1970)

Albert Ellis
Pittsburgh, 27 September 1913

William Glasser
Cleveland, 11 Mei 1925

E. G. Williamson
(1900-1979)
Sigmund Freud
Freiburg, 1856

❖ Pandangan tentang manusia Manusia cenderung pesimistik, deterministik, mekanistik dan reduksionistik
❖ Manusia dideterminasi oleh kekuatan-kekuatn irasional, motivasi-motivasi tidak sadar, kebutuhan dan
dorongan biologis dan naluriah oleh peristiwa psikoseksual yang terjadi pada masa lalu dari kehidupannya
❖ Tingkah laku manusia : (1) ditujukan untuk memenuhi kebutuhan biologis dan insting-instingnya, (2)
dikendalikan oleh pengalaman-pengalaman masa lampau dan ditentutkan oleh faktor-faltor interpersonal dan
intrapsikis
❖ Pandangan tentang Kepribadian Tingkatan Kesadaran Kesadaran ; Ambang sadar ; Ketidaksadaran
❖ Struktur Kepribadian Kepribadian manusia terdiri atas tiga sub sistem, yaitu id, ego dan super ego
❖ Dinamika Kepribadian organisme manusia sebagai sistem energi yang kompleks yang berasal dari makanan
(energi fisik) yang dapat berubah menjadi energi psikis bagaimana energi psikis itu didistribusikan dan
digunakan oleh id, ego, dan super ego
❖ Perkembangan Kepribadian terbentuk pada tahun-tahun pertama di masa kanak-kanak, umur 5 tahun struktur
dasar kepribadian individu telah terbentuk, pada tahun-tahun berikutnya hanya menghaluskan struktur dasar
tersebut
❖ Perkembangan kepribadian berkenaan dengan bagaimana individu belajar dengan cara-cara baru dalam
mereduksi ketegangan atau kecemasan dialami dalam kehidupannya bersumber pada empat unsur, yaitu (1)
proses pertumbuhan fisiologis, (2) frustasi, (3) konflik, dan (4) ancaman.

Tingkah laku bermasalah disebabkan oleh kekacauan dalam berfungsinya individu yang bersumber pada :
❖ Dinamika yang tidak efektif antara id, ego, dan super ego.
❖ Pengalaman traumatik pada masa lalu, terutama pada masa 5 tahun pertama.

❖ Membantu klien untuk membentuk kembali struktur karakternya dengan mejadikan hal-hal yang tidak disadari menjadi
disadari oleh klien.
❖ Secara spesifik : Membawa klien dari dorongan yang ditekan (ketidaksadaran) yang mengakibatkan kecemasan
kearah perkembangan kesadaran intelektual ; Menghidupkan kembali masa lalu klien dengan menembus konflik
yang direpres ; Memberikan kesempatan kepada klien untuk menghadapi situasi gagal diatasinya.

❖ Peran utama konselor adalah membantu klien dalam mencapai kesadaran diri, ketulusan hati dan hubungan pribadi
yang lebih efektif dalam menghadapi kecemasan melalui cara – cara yang realistis.
❖ Konselor membangun hubungan kerjasama dengan klien dan kemudian melakukan serangkaian kegiatan
mendengarkan dan menafsirkan.
❖ Konselor memberikan perhatian kepada rasistensi klien.

❖ Proses konseling diffokuskan pada usaha menghayarti kembali pengalaman-pengalaman masa kanak-kanak
❖ Pengalaman masa lamopau ditata, dianalisis, dan ditafsirkan dengan tujuan untuk merekonstruksi kepribadian
❖ Menekankan dimensi efektif dalam membuat pemahaman ketidaksadaran
❖ Pemahaman intelektual penting, tetapi yang lebih penting mengasosiasikan antara perasaan dan ingatan dengan
pemahaman diri.

❖ Mengembangkan suasana bebas tekanan, untuk menelusuri apa yang tepat dan tidak tepat pada tingkah lakunya dan
mengarahkan diri untuk membangun tingkah laku baru.
❖ Teknik dasar dalam konseling psikoanalisis, yaitu : (1) asosiasi bebas, (2) interpretasi, (3) analisis mimpi, (4) analisis
resistensi, dan (5) analisis transferensi.

✓ Kelebihannya terletak pada kemampuan untuk mengungkap masalah pribadi yang berat serta masa lalu klien yang
tertekan.
✓ Kelemahan→Pandangannya yang determistik dinilai terlalu merendahkan martabat kemanusiaan; Terlalu banyak
menekankan kepada masa kanak kanak dan menganggap kehidupan seolah-olah ditentukan oleh masa lalu. Cenderung
meminimalkan rasionalitas.
Baik diterapkan untukmasalahpribadi yang sangat berat seperti sakit jiwa dll, atau beberapa
permasalahan yang melibatkan aspek neurotis danmemberikan beban cukup berat pada klien. Terapi
Psikoanalisis menyajikan suatu dasar konseptual untuk memahami dinamika – dinamika tak sadar,
pentingnya perkembangan dini berkenaan dengan kesulitan – kesulitan sekarang, kecemasan dan
pertahanan ego sebagai cara mengatasi kecemasan, serta sifat transferensi dan transferensi balik.
Contohnya:
1. Seorang anak perempuan yang mengalami trauma masa lalu karena pada masa kecilnya sering
PENERAP diperlakukan dengan keras oleh ayahnya sehingga menjadi individu yang memiliki
kecenderungan menjauhi pria. Ia sangat membatasi pergaulannya dengan pria dan bahkan
AN
memiliki kecenderungan penyuka sesama jenis (lesbian).
2. Kasus lain adalah seorang balita laki-laki yang ditinggal merantau oleh ayahnya selama
bertahun-tahun. Selama itu anak tersebut hanya diasuh oleh ibu, kakek dan neneknya. Ketika
ayahnya pulang ia menjauhi sang ayah dan justru lebih dekat kepada sang kake dan
menganggap bahwa sang kakek adalah ayahnya. Sedangkan ayah yang sesungguhnya seperti
orang asing yang datang kepadanya. Jika berpijak pada pandangan psikoanalisis, anak tersebut
mengalami perkembangan kepribadian yang kurang baik diawal masa pertumbuhannya.
Pelaksanaan konseling bisa menerapkan teknik interpretasi, analisis resistensi dan analisis
transferensi.
TOKOH

Arnold Lazarus
B.F. Skinner Johanesberg, 1932
Pencylvenia, 20 Maret 1904
Thorensen

Albert Bandura D. Krumbolt


Mundare, 4 Desember 1925

❖ Tingkah laku manusia diperoleh melalui proses belajar dari lingkungan


❖ TIngkah laku manusia cenderung bersifat positif negatifTingkah laku manusia ditentukan oleh
perubahnnya di masa sekarang.
❖ Tingkah laku manusia yang diubah bersifat observable, spesifik terukur atau measurable.
❖ Pada dasarnya manusia adalah makluk yang reaktif sehingga muda terstimulasi oleh stimulus yang
diperoleh dari lingkungannya.

❖ Tingkah laku bermasalah adalah tingkah laku atau kebiasaan-kebiasaan negatif atau tingkah laku yang
tidak tepat, yaitu tingkah laku yang tidak sesuai dengan tuntutan lingkungan.
❖ Tingkah laku yang salah hakikatnya terbentu dari cara belajar atau lingkungan yang salah.
❖ Manusia bermasalah itu mempunyai kecenderungan merespon tingkah laku negatif dari lingkungannya.
Tingkah laku maladaptif terjadi juga karena kesalapahaman dalam menanggapi lingkungan dengan tepat.
❖ Seluruh tingkah laku manusia didapat dengan cara belajar dan juga tingkah laku tersebut dapat diubah
dengan menggunakan prinsip-prinsip belajar

❖ Mengubah tingkah laku yang tidak diharapkan bahkan cenderung malladaptive menjadi perilaku yang diharapkan dan
adaptive.
❖ Mengubah tingkah laku klien dalam proses belajar dengan konsep stimulus respon.
❖ Mengubah perilaku indisipliner (merupakan bagian perilaku Malladaptive) menjadi periaku yang berdisiplin tinggi.

❖ Konselor berperan sebagai guru yang memberikan bimbingan kepada klien yang berperan sebagai peserta
didik.
❖ Konselor juga berperan sebagai pelatih dan sekaligus orang tua bagi klien.
❖ Berperan dalam membantu klien untuk merumuskan secara spesifik proses belajar beserta stratetgi yang
digunakan untuk merubah tingkah laku klien..

❖ Tahap assesment, bertujuan untuk memahami klien, baik indivdunya maupun permasalahannya, dengan cara
menentukan apakah yang dilakukan klien saat ini mencakup aktivitas nyata, perasaan, nilai – nilai dan pikiran klien.
❖ Tahap Goal setting , yaitu konselor dan klien menentukan tujuan konseling ini berdasarkan analisis informasi..
❖ Tahap Tahigues Implementation, yaitu penerapan teknik – teknik konseling dalam rangka mencapai tujuan yang
telah ditetapkan bersama antara konselor dan klien.
❖ Tahapan Evaluasi dan Terminasi : Evaluasi merupakan prosedur untuk mengetahui keefektifan konseling, sedang
Terminasi merupakan penghentian konseling yang hanya stopping, tetapi juga untuk : a.) menguji apa yang dilakukan
oleh klien pada dekade terakhir, b.) Eksplorasi kemungkinan kebutuhan konseling tambahan, c.) membantu klien
mentransfer apa yang dipelajari klien, d.) memberi jalan untuk memantau secara terus – menerus tingkah laku klien.

❖ Aversi; memberikan stimulus yang tidak menggunakan aspek fisik sehingga tingkah laku maladaptive
tiak muncul.
❖ Punnishment: hukuman untuk memberikan efek jera bagi klien untuk todak mengulangi perilaku yang
telah dilakukan.
❖ Desensifiasi: menggunakan factor relaksasi fisik guna membantu klien menghadapi sumber
kecemasan yang paling rendah sampai paling tinggi secara berturut-turut.
❖ Asertive Training: yakni suatu teknik membantu klien yang sulit untuk mengemukakan dirinya menjadi
mampu dan bisa mengemukakan tentang dirinya.
❖ Reward: pemberian hadiah ketika perilaku welladjusted muncul.
❖ Economic Token: memberikan sesuatu yang bernilai ekonomi ketika perilaku welladjusted muncul.
❖ Pendekatanling: memberikan contoh langsung pada klien.
❖ Reinforcement: penguatan pada diri klien.
✓ Kelebihan metode ini adalah pada pokok masalah yang diselesaikan jelas yakni pengubahan tingkah laku bermasalah,
prosedurnya jelas dan sistematis, memliliki spesifikasi pemberian bantuan dan kekhasan, dan yang tidak kalah penting
adalah waktu yang dibutuhkan relative singkat.
✓ Kelemahan pendekatan ini terletak pada ketergantungan konseli kepada konselor, hanya terfokus pada perilaku yang
Nampak dan cenderung mengabaiakn aspek yang tak Nampak, dan seringkali tujuan konseling adalah tujuan koselor
sehingga konseli kadang terpaksa melakukannya

Pendekatan ini telah bisa diterapkan secara luas pada terapi individual dan kelompok lembaga –
lembaga, sekolah – seklah dan situasi – situasi belajar lainnya. Terapi konseling behavioral adalah
PENERAP pendekatan prakmatis yang berlandaskan keahlian eksperimental atas hasil – hasil kemajuan (
kegagalan ) bisa ditafsir, dan teknik – teknik baru bisa dikembangkan. Di sebuah sekolah, Kardun
AN seorang guru BK menemukan adanya indikasi ketidak disiplinan dari seorang siswa bernama Kirdun.
Sebagai seorang konselor yang sangat mempercayai bahwa perilaku Kirdun itu dapat diubah melalui
stimulan dari lingkungan kemudian Kardun memutuskan untuk menggunakan pendekatan konseling
Behavioristik dalam mengatasi kemalasan Kirdun. Untuk mengubah perilaku malas Kirdun, konselor
memilih untuk menggunakan pengkondisian operan dimana kirdun akan dikondisikan untuk menjadi
siswa yang rajin melalui stimulus hadiah dari setiap perilaku positif yang ditunjukkan. Misalnya Kirdun
mulai rajin masuk kelas, mulai sering mengerjakan PRnya sendiri serta ikut berpartisipasi aktif dalam
pembelajaran. Tujuannya agarr Kirdun tidak lagi malas dalam belajar.
Rollo May
Ohio, 21 April 1909
Victor Frankl
Wina, 26 Maret 1905

❖ Pada dasarnya manusia memiliki keasadaran terhadap dirinya sendiri dan tentang apa yang
dilakukannya.
❖ Manusia bebas melakukan sesuatu dan memiliki tanggung jawab atas apa yang dilakukannya.
❖ Manusia adalah makluk dinamis yang senantiasa melakukan aktualisasi diri.
❖ Klien Memiliki kebebasa berpikir untuk mengambil sebuah keputusan.
❖ Manusia memiliki keterbatasan dan arena keterbatasan yang dimiliki oleh manusia harus dapat
dipertanggung jawabkan.
❖ Perkembangan yang dialami oleh manusia selalu kearah aktualisasi diri.
❖ Manusia memiliki keunikan yang tidak diiliki manusia lainnya serta memilki kretifitasnya sendiri untuk
menyempurnakan esensi dan tujuan eksistensinya.
❖ Manusia mampu menentukan sendiri apa yang akan dilakukan atau tidak.

❖ Perkembangan kepribadian yang normal berlandaskan pada keunikan masing – masing


individu.
❖ Determinasi diri dan kecenderungan ke arah pertumbuhan adalah gagasan – gagasan sentral.
❖ Kondisi tingkah laku bermasalah merupakan akibat dari kegagalan dalam mengaktualisasikan
potensi diri yang ditandai dengan rasa bersalah eksistensi dan rasa bersalah neurotik, serta
antara kecemasan eksistensial dan kecemasan neurotik.

Membantu klien agar dapat berperilaku yang dapat dipertanggung jawabkan.


Membantu klien dalam melakukan aktualisasi diri secara positif dan berkembang secara optimal.
Menbantu klien agar menjadi manusia yang memahmi dirinya, karkter yang dimiliki serta keotentikan dirinya sehingga
ia benar – benar sadar akan potensi dan kemampuan yang dimiliki.
Membantu mengurangi tingkat hambatan dalam proses aktali sasi diri siswa.

❖ Mengembangkan kesadaran dari diri manusia (klien) dalam memahami dirinya dengan memandang
kelebihan dan kekurangan yang dimiliki.
❖ Sebagai fasilitator yang memberikan support, stimulus serta motivasi kepada klien agar ia memahami diri
dengan tanggung jawab pada realita.
❖ Memberikan kesempatan klien untuk menentukan keputusan akhir untuk menentukan pilihan.
❖ Konselor berperan sebagai pendekatan yang memberikan pandangan humanistiknya sebagai contoh bagi
klien dalam meningkatkan kretifitas dan potensi yangdimiliki.

Pendekatan eksistensial humanistik menekankan dan mendahulukan pemahaman (insight) dan merasakan tentang diri
sendiri alih – alih (bukannya ) teknik, sehingga pendekatan konseling ini bisa meminjam teknik – teknik dari pendekatan
lain. Prosedur diagnosis, testing serta pengukuran psikologis dan eksternal yang lain dipandang oleh pendekatan ini
tidak penting, membantu klien mentransfer apa yang dipelajari klien, d.) memberi jalan untuk memantau secara terus –
menerus tingkah laku klien.

➢ Client Centered : kegiatan berpust pada klien.


➢ Acceptance: penerimaan pada klien
➢ Respect: menghargai klien
➢ Understanding: memahami klien
➢ Reassurance: menentramkan hati klien
➢ Encouredgment: memberikan dorongan pada klien.
➢ Limited questioning: pertanyaan yang terbataspada klien.
➢ Refeclection: pemantulan kembali apa yang diungkapkan klien.
✓ Kelebihannya terletak pada pengikisan pada krisis percaya diri dengan member otonomi pada klien
dengan unsure penilaian dari konselor.
✓ Kelemahannya pada teknik yang kurang tegas pada aplikasi realnya di lapangan.

Model ini menyajikan suatu pendekatan bagi konseling dan terapi individual serta kelompok dan untuk
menangani anak – anak dan para remaja dan berguna untuk diintegrasikan ke dalam praktek – praktek
di sekolah. Sumbangan utamanya adalah penekanannya pada kebutuhan akan pendekatan subyektif
yang berlandaskan suatu pandangan yang lengkap mengenai apa artinya menjadi manusia.
Meningkatkan perlunya suatu pernyataan filosofis mengenai apa artinya menjadi pribadi. Bagaimana
memperlakukan seseorang dimulai dari bagaimana ia memandang orang tersebut.
Keberadaan otentik :
a. Mencari sepenuhnya keadaan sekarang
b. Memilih bagaimana hidup pada saat sekarang
c. Siap memikul tanggung jawab atas pilihannya sendiri
PENERAP James Bugental (1964) mengemukakan tentang 5 (lima) dalil utama dari psikologi humanistik,
AN yaitu : (1) keberadaan manusia tidak dapat direduksi ke dalam komponen-komponen, (2) manusia
memiliki keunikan tersendiri dalam berhubungan dengan manusia lainnya, (3) manusia memiliki
kesadaran akan dirinya dalam mengadakan hubungan dengan orang lain, (4) manusia memiliki pilihan-
pilihan dan dapat bertanggung jawab atas pilihan-pilihanya dan (5) manusia memiliki kesadaran dan
sengaja untuk mencari makna, nilai dan kreativitas.

Contoh Kasus:
Seorang siswa yang terpaksa memasuki jurusan IPA karena paksaan orang tuanya. Pada kasus ini anak
sebenarnya sudah mengetahui bahwa sbenarnya kemampuannya di program studi IPA tergolong rendah
sehingga sangat sulit untuk berprestasi jika dipaksakan untuk masuk IPA. Ia merasa bahwa dirinya jauh
lebih mampu untuk menempuh pendidikan di program studi IPS. Merujuk pada teori diatas sebenarnya
siswa sudah memiliki konsep diri yang baik, hanya saja karena pengalamannya mengenai konsep diri
tentang dirinya tertekan oleh keinginan orang tua, ia tidak dapat berkatualisasi sesuai dengan potensi
yang dimiliki. Jika merujuk pada teori diatas, sebenarnya siswa memiliki potensi untuk memilih dan
bertanggung jawab atas pilihannya. Akan tetapi, lingkungan menekan potensi ini sehingga tidak mampu
beraktualisasi sebagaimana mestinya. Jika acuanya adalah kondisi otentik siswa sesungguhnya siswa
hanya memerlukan dorongan dari konselor untuk lebih memahami kemampuan yang dimiliki serta
memaknai tekanan dari lingkungan sekitar terhadap pengalaman yang dimiliki menjadi sebuah dorongan
dalam beraktualisasi sesuai dengan potensinya. Misalnya jika orang tua ragu atas pilihan siswa saat ini,
siswa harus lebih terpacu untuk berkembang sehingga dapat berprestasi optimal.
Frederick S. Perls
(1893-1970)

❖ Individu memiliki kesadaran untuk menyelesaikan masalah dengan tanggung jawabnya.


❖ Individu memiliki tanggung jawab untuk berinteraksi dengan lingkungan dan hidup sepenuhnya
sebagai pribadi yang terpadu
❖ Manusia menurut pendekatan konseling ini adalah : (1) tidak dapat dipahami, kecuali dalam
keseluruhan konteksnya, (2) merupakan bagian dari lingkungannya dan hanya dapat dipahami
dalam kaitannya dengan lingkungannya itu, (3) aktor bukan reaktor, (4) berpotensi untuk
menyadari sepenuhnya sensasi, emosi, persepsi, dan pemikirannya, (5) dapat memilih secara
sadar dan bertanggung jawab, (6) mampu mengatur dan mengarahkan hidupnya

❖ Individu bermasalah karena terjadi pertentangan antara kekuatan “ top dog “ dan keberadaan “ under dog “.
“ top dog “ adalah kekuatan yang mengharuskan, menuntun, dan mengancam.
“ under dog “ adalah keadaan defensif, membela diri, tidak berdaya, lemah, pasif, ingin dimaklumi.
❖ Perkembangan yang tergantung kerena terjaadi ketidakseimbangan antara apa – apa yang harus ( self Image
) dan apa – apa yang diinginkan ( self ).
❖ Terjadi pertentangan antara keberadaan sosial dan biologis.
❖ Ketidakmampuan individu mengintegrasikan pikiran, perasaan, dan tingkah lakunya.
❖ Mengalami gap/kesenjangan sekarang dan yang akan datang.
❖ Melarikan diri dari kenyataan yang harus dihadapi

Klien berani menghadapi kenyataan dan tantangan kearah munculnya kesadaran diri.
Untuk memperoleh kesadaran diri klien harus mengubah kepribadiannya bergantung pada lingkungan dan percaya
dengan kemampuannya sendiri. Membantu klien menuju pencapaian integritas kepribadiannya
Mengentaskan klien dari kondisinya yang tergantung pada pertimbangan orang lain ke mengatur diri sendiri (to be true
to himself)

❖ Sebagai instrumen / alat yang peka terhadap dinamika kehidupan klien


❖ Membantu klien untuk menembus jalan buntu dengan cara-cara menghadirkan situasi yang
mendorong klien untuk berbuat sesuatu.

➢ Konselor menghindarkan diri pikiran – pikiran yang abstrak, keinginan – keinginannya untuk melakukan diagnosis,
interpretasi maupun memberi nasehat.
➢ Konselor sejak awal konseling sudah mengarahkan agar klien menjadi matang dan mampu menyingkirkan
hambatan – hambatan yang menyebabkan klien tidak dapat berdiri sendiri.
➢ Konselor membantu klien menghadapi transisi dari ketergantungannya terhadap faktor luar menjadi percaya akan
kekuatannya sendiri. Usaha ini dilakukan dengan menemukan dan membuka ketersesatan atau kebuntuan klien.
➢ Pada saat klien mengalami ketersesatan dan klien menyatakan kekalahannya terhadap lingkungan dengan cara
mengungkapkan kelemahannya, dirinya tidak berdaya, bodoh, atau gila.
➢ Konselor membantu membuat perasaan klien untuk bangkit dan mau menghadapi ketersesatannya sehingga
potensinya dapat berkembang lebih optimal.

➢ Menggunakan ungkapan0ungkapan verbal


➢ Teknik berkeliling melepaskan katarsis
➢ The Empty Chair dimana klien menghadapi kursi kosong merupakan gambaran dari figur seseorang yang
mungkin di kagumi atau ditakutinya.
➢ Permainan Dialog
➢ Bermain Proyeksi Proyeksi artinya memantulkan kepada orang lain perasaan-perasaan yang dirinya sendiri
tidak mau melihat atau menerimanya
➢ Teknik Pembalikan Dalam teknik ini konselor meminta klien untuk memainkan peran yang berkebalikan
dengan perasaan-perasaan yang dikeluhkannya.
➢ Tetap dengan Perasaan Teknik dapat digunakan untuk klien yang menunjukkan perasaan atau suasana hati
yang tidak menyenangkan atau ia sangat ingin menghindarinya.
Kelebihan
✓ Pendekatan konseling dimana konselor aktif menjemput bolanya(masalah klien)
✓ Menaruh perhatian pada bahasa verbal maupun bahasa tubuh
✓ Waktu yang digunakan relatif singkat
Kelemahan
✓ Pendekatan ini dibuat dengan landasan yang kurang kokoh
✓ Lebih menekankan aspek tindakan dan cenderung mengabaikan pikiran maupun perasaan
✓ Konselor dapat tergelincir dalam peran interpersonal. memakan waktu yang relatiflama serta konselor yang
bertipe ini relative sedikit.

Sebagai contoh : klien adalah seorang ibu rumah tangga yang terlalu keras mendidik anak gadisnya
yang berumur 13 tahun. Aturan keras dari ibu tersebut membuat anak merasa cemas, takut, trauma
bahkan beberapa hari lari dari rumah dan tanpa sepengetahuan ibunya ternya menginap dirumah nenek
( dari ibunya ). Suaminya prihatin dengan cara mendidik keras tersebut dan sudah kuwalahan menangani
istrinya dan minta cerai karena tidak tahan melihat penderitaan anaknya, jadi yang oleh suami dianggap
sebagai sumber konflik, sehingga meminta cerai adalah sikap istri yang terlalu keras sampai
PENERAP menyebabkan trauma anaknya dan lari dari rumah. Hal ini dilatar belakangi oleh kejadian dari ibunya
yang terlalu keras dari kecil sampai remaja. Istri sebenarnya merasa “sakit hati” dengan perlakuan itu
AN dan sangat merasa dendam. Dan didikan keras itulah yang diteruskan oleh putrinya.
Proses konseling dapat dilakukan dengan menggunakan teknik Empity Chair atau kursi kosong untuk
membantu konseli menumpahkan seluruh emosinya kepada ibunya terdahulu pada kursi tersebut.
Kemudian diarahkan pada permainan proyeksi dengan mengalihkan proyeksi kemarahan yang dulu
diarahkan pada anaknya kepada benda lain yang lebih aman dan tidak menyulut konflik. Kegiatan juga
diarahkan untuk mengikis tabiat keras yang ada dalam diri sang IBU.
Carl R. Rogers
Illionis, 8 Januari 1902

➢ Pada dasarnya manusia memiliki kesadaran atas dirinya sendiri serta memiliki sifat positif, konstruktif
dan kooperatif dengan dirinya maupun orang lain.
➢ Manusia bukan dibentuk oleh lingkungan tetapi membentuk lingkungan.
➢ Manusia memiliki otoritas dalam setiap pengambilan keputusan baik bagi dirinya sendiri maupun
yang berkaitan dengan orang lain.
➢ Setiap manusia memiliki pemahaman tentang dirinya sendiri sehingga dapat menentukan apa yang
baik dan tidak baik bagi dirinya sendiri

Incongruence atau incongruity adalah ketidak cocokan antara real self dengan ideal self yang menghambat
aktualisasi diri dengan gejala :
❖ Tidak mampu mempersepsi dirinya, orang lain dan berbagai peristiwa yang terjadi di lingkungannya secara
obyektif.
❖ Tidak terbuka terhadap semua pengalaman yang mengancam konsep dirinya.
❖ Tidak mampu menggunakan semua pengalamannya dengan baik.
❖ Tidak mampu mengembangkan dirinya ke arah aktualisasi diri.

➢ Membangun situasi yang kondusif bagi klien sihingga ia dapat memfungsikan komponen dalam dirinya secara
penuh.
➢ Membantu klien menjadi pribadi yang berfungsi secara penuh dengan menghilangkan kepura – puraan yang
selama ini dimainkan.
➢ Membantu klien dalam rangka mencari makna dirinya dengan diindikasikan kemampuan klien untuk terbuka,
percaya pada organisasi atau kelompok dengan kendali penuh terhadap semua tindakan yang dilakukannya,
mampu mengadakan introspeksi diri, serta tidak terpaku pada hal instan atau percaya pada proses.

❖ Konselor mencurahkan seluruh dirinya untuk klien sehingga dapat membangun kepercayaan dari diri klien.
❖ Mengarahkan klien agar menjadi dirinya sendiri seotentik mungkin, dengan penerapan empati yang dilakukan secara
tulus.
❖ Memeberikan kebebasan klien untuk mengeksplorasi dirinya.
❖ Konselor menjadikan dirinya seotentik mungkin (dengan batas tertentu) guna memancing keterbukaan dari klien.
❖ Mampu memberikan arahan bagi klien agar permasalahan yang dihadapi dapat
terselesaikan secara optimal.

Individu datang sendiri kepada konselor untuk meminta bantuan. Penentuan situasi yang ccok untuk memberikan
bantuan oleh konselor. Konselor menerima, mengenal dan memperjelas perasaan negatif klien. Konselor memberikan
kebebasan klien untuk mengemukakan masalahnya. Apabila perasaan negatif itu telah dinyatakan seluruhnya secara
berangsur – angsur timbul perasaan positif. Konselor menerima, mengenal dan memperjelas perasaan positif klien.
Pada diri klien timbul pemahaman diri ( self ). Pemahaman yang jelas pada diri klien kemungkinan menentukan
kepuasan dan berbuat. Timbul inisiatif pada diri klien untuk melakukan perbuatan yang positif. Adanya perkembangan
lebih lanjut pada diri klien tentang self. Timbul perkembangan tindakan positif dan integrative pada diri klien. Klien
secara berangsur – angsur merasa tidak membutuhkan lagi.

Belum ada teknik yang jelas dalam pendekatan ini namun beberapa teknik yang sangat penting pada pendekatan ini
adalah wawancara intensif, respect, empati, serta reinforcement yang menunjnag klien untuk mencapai otoritas bagi
dirinya sendiri. Atau Dengan menggunakan teknik dasar konseling sebagai berikut:
a. Acceptance ( penerimaan )
b. Respect ( rasa hormat )
c. Understanding ( mengerti, memahami )
d. Reassurance ( menentramkan hati, menyakinkan )
e. Encouragement ( dorongan )
f. Limited questioning ( pertanyaan terbatas )
g. Reflektion ( memantulkan petanyaan dan perasaan )
➢ Kelebihannya terletak pada kebebasan yang diberikan pada klien untuk mengambil
keputusan sehingga klien terlatih untuk mempunyai kepercayaan diri sehingga ia belajar
mempunyai otoritas untuk mengambil sebuah keputusan dan keputusan antara satu klien
dengan yang lain pasti berbeda.
➢ Kelemahan Pendekatan ini adalah tidak memiliki teknik yang jelas yang bisa diterapkan untuk
membantu klien.

W adalah seorang siswa yang terlalu terobsesi menjadi anak orang kaya, padahal dia berasal dari
keluarga yang sangat sederhana. Dia bersikap seolah – olah anak orang kaya. Bahkan dia tega
mengenalkan ibu kandungnya sebagai pembantu pada teman – temannya. Setiap hari dia berusaha
menutupi semua kekurangannya dengan hal – hal yang tidak baik seperti tidak membanyar uang
SPP. Untuk jalan – jalan, kemudian sampai menjual sepeda motor ayahnya untuk membeli
handphone Blackberry. Seringkali W merasa cemas kalau teman – temannya tahu siapa dia
PENERAPA sebenarnya, karena yang teman – temannya lihat bukan W yang sebenarnnya.
N Melalui pendekatan CCT, konselor memberi kesempatan dan kebebasan kepada individu untuk
mengekspresikan perasaan – perasaannya, membantu individu untuk sanggup berdiri sendiri dalam
mengadakan integrasi dengan lingkungannya dan bukan pada penyembuhan tingkah laku itu sendiri,
membantu W mengadakan perubahan agar W memiliki kepercayaan diri untuk melakukan proses
penilaian ( dapat menilai sikap, persepsi, dan perasaan baik terhadap dirinya, orang lain atau
peristiwa, tertentu secara tepat) dan akhirnya dia aan menemukan bahwa sistem yang lama itu tidak
perlu lagi
Erick Berne
(1910-1970)

Kepribadian sesorang dalam menetapkan suatu tindakan dibentuk oleh adanya tiga status ego Child
Ego State, Adult Ego, Parent Ego Manusia pada dasarnya dapat mengarahkan dan mengambi
keputusannya sendiri serta mengubah konsep lama yang tidak sesuai dengan kondisinya selama ini.
Dalam terapi ini hubungan Konselor dan Klien diapandang dalam suatu transaksional (interaksi,
tindakan yang diambil, tanya jawab) dimana masing-masing partisipan berhubungan satu sama lain.
Sebagai fungsi tujuan tertentu, transaksi menurut Berne merupakan manifestasi hubungan sosial.

Individu yang tidak sehat/bermasalah ditunjukkan pada tingkahlakunya dengan :


❖ Konsep diri negatif
❖ Hubungan dengan oramg lain negatif
❖ Posisi dasar hidupnya I am OK you are not OK atau I am not OK you are OK dan I am not OK you are not
OK
❖ Kontaminasi/ Pencemaran status ego merupakan suatu situasi dimana batas antara status ego yang satu
dengan status ego lainnya lemah, sehingga status ego tertentu mengalami pencemaran atau terpengaruh
oleh status ego yang lain (Berne, 1961). Kontaminasi dapat terjadi pada status ego Orangtua ke Dewasa
dan dari status ego Anak ke Dewasa. Kontaminasi juga dapat terjadi secara ganda, yaitu jika status ego
Orangtua dan Anak mencemari status Ego Dewasa secara bersamaan.

➢ Membantu klien agar dapat memerankan dirinya berdasarkan status ego yang paling sesuai dengan situasi yang
sedang dihadapinya.
➢ Membantu klien agar dapat mengubah konsep dirinya yang sudah tidk sesuai dengan keadaan sekarang dan tidak
terpaku pada pola lama yang tidak relevan lagi.

BH mempengaruhi langsung AT pada teknik yang dilakukan, sedangkan konsep dasar dipengaruhi
PA. Sehingga tugas dan peran konselor adalah sebagai guru/pendidik/pelath agar klien dapat
mewujudkan peran egonya yang sesuai dengan dirinya. Nah lebih jauh peran dari konselor adalah
sebagai pendidik dan pelatih bagi klien untuk bisa memilih ego yang cocok yang bisa diterapkan
untuk varisasi permasalahan yang dihadapinya.

Dalam situasi transaksional yang aktif antara konselor dengan klien, konselor memiliki tanggung jawab untuk
memlihara perhatian dan transaksi. Diutamakan klien membuat kontrak-kontrak dengan terapis untuk mencapai
perubahan-perubahan spesifik yang diinginkan, apabila kontrak telah selesai, maka terapi diakhiri. Transferensi dan
kebergantungan pada terapis ditiadakan. Selanjutnya berdasarkan analisis yang dibuat antara keduanya, konselor
dapat memberikan bantuan pemecahan masalah melalui :
➢ Permission (memberi kebebasan melakukan sesuatu yang dilrang orang tua)
➢ Protection (menciptakan rasa aman)
➢ Potention (konselor berusaha dengan cara mengembangkan kemampuannya untuk kepentingan
kesejahteraan klien)

a. Analisis struktural (status egonya) klien bercerita tentang masalah dirinya sendiri.
b. Didaktis (auto didak) konselor memberikan bahan bacaan yang berkaitan dengan masalah
yang dihadapi.
➢ Kelebihan
1. AT paling praktis diterapkan pada kehidupan sehari-hari.
2. paling praktis untuk membantu klien yang terjadi kesenjangan sosial
3. mengajari kliemn untuk memahami susunan permainan dan klien dapat membebaskan diri dari permainan
yang kurang baik
4. dapat membantu klien untuk merubah konsep diri yang kurang sesuai
➢ Kelemahan
1. Tidak adanya penekanan pada keotentikan hubungan terapis dengan klien Akan berbahaya apabila
mengutamakan intelektual klien.
2. Mengabaikan aspek-aspek emosional
3. Terlalu mengutamakan struktur dan terminologi sampai taraf tertentu.

Kondisi sekolah yang menunjang penerapan AT sebagai pendekatan penyuluhan kelompok ini, justru
sebaliknya bagi penyuluh individual. Harapan agar komunikasi atau transaksi antara konselor – klien
dapat terbentuk transaksi antara ego state dewasa-dewasa, justru sulit terbina. Karena adanya jarak
antara Konselor dengan Klien. Jarak itu adalah faktor usia. Konselor lebih cenderung jauh lebih tua
dari klien yang siswa ( 12 – 15 untuk SMTP, 15 – 19 tahun untuk SMTA). Karena itu transaksi yang
mungkin sering muncul adalah antara ego state Dewasa (Konselor) – Anak-anak (Pada siswa).
Kondisi ini didukung oleh faktor budaya kita. Indonesia sebagai bangsa yang berlandaskan pada
Pancasila bukanlah negara yang berfaham Liberal. Adat dan sopan santun ketimuran selalu
melengket pada masyarakat Indonesia. Cara berbicara dengan orang yang sama besar atau lebih
kecil tidak sama dengan cara berbicara dengan orang yang dihormati dan atau lebih besar.
a. Teknik-teknik pendekatan ini bisa diterapkan pada hubungan orang tua-anak, belajar di
PENERAPA
kelas, pada konseling dan terapi individual serta kelompok dan pada konseling perkawinan.
N b. Sumbangan utamanya adalah perhatiannya pada transaksi-transaksi berkenaan dengan
fungsi perwakilan-perwakilan ego.
c. Dalam kegiatan kelompok, keseluruhan mengamati proses dan orang lain yang tampil maju
dalam kecepatan serta tingkat perubahan yang berbeda-beda ini akan membenarkan tingkat
laju perubahan klien itu sendiri.
d. Interaksi dengan kelompok lain memberikan kepada mereka kesempatan yang amat luas
untuk mempraktekkan tugas dan memenuhi kontrak.
e. Memecahkan suatu permasalahan melalui kegiatan kelompok akan membawa para anggota
menghayati suatu titik di mana mereka membuat keputusan lebih awal, yang berada di
antaranya sudah tidak fungsional lagi dan mereka akan membuat keputusan baru yang
sesuai.

Contoh:
Armand siswa kelas 4 dia sering sekali membolos dalam pelajaran Sains. Dia sebenarnya bukan
siswa yang bodoh tetapi dari analisa Armand tidak begitu diperhatikan dalam pelajaran Sains.
Padahal ia sangat menyukai pelajaran itu. Sejak saat itu dia membolos karena tidak mau bertemu
guru. Untuk penugasan dia selalu mengerjakan.
Albert Ellis
Pittsburgh, 27 September 1913

➢ Manusia dilahirkan dengan potensi yang baik dengan pola pikir yang rasional dan jujur dalampoten ini
juga terselip poten si irrasional dab jahat.
➢ Manusia memiliki kecenderungan untuk memelihara dirinya, mencari kebahagiaan atau kesenangan
serta memliki kebutuhan berkelompok untuk melakukan proses aktualisasi diri.
➢ Manusia juga memiliki kecenderungan untuk melakukan perusakan pada dirinya sendiri yang
disebabkan oleh kecenderungan untuk menyalahkan diri sendiri atas perbuatan yang dilakukan yang
diikuti dengan sifat perfectsionis dari manusia namaun disisi yang lian juga inging menghindari
pertumbuhan untuk aktualisasi diri.

Tingkah laku bermasalah adalah tingkah laku yang didasarkan oleh cara berfikir yang irrasional ( IB ), Sebab – sebab
individu berfikir irrasional :
o Individu tidak berfikir jelas tentang saat ini dan yang akan datang, antara kenyataan dan imaginasi.
o Individu tergantung pada perencanaan dan pemikiran orang lain.
o Orang tua atau masyarakat memiliki kecenderungan berfikir irrasional yang diajarkan kepada individu melalui
berbagai media.

➢ Membantu klien untuk menghilangkan pandangan untuk menyakiti diri sendiri dengan senantiasa membantu
klien dalame untuk memperoleh filasafat hidup yang lebih realistis.
➢ Menunjukkan klien hal – hal yang bersifat verbalisasi yakni menunjukkan bahwa dirinya kurang benar jika ia
adalah penyebab gangguan emosional yang terjadi padanya. Sehingga ia harus didorong untuk mengikis
verbalisasi dalam dirinya.
➢ Meningkatkan tanggung jawab dari klien.

Konselor berperan dalam Membantu klien untuk membebaskan diri dari gagasan yang tidak logis serta berusaha
berpikir secara logis. Meyakinkan klien bahwa maslaahnya memiliki keterkaitan dengan pola pikirnya yang irrasional.
Membantu klien untuk mengambangakan nilai – nilai dan sikap yang positif untuk mencapau kesadaran realita yang
dihadapinya. Membantu klien untuk tetap mempertahankan diri dari gangguan emosional dan mempertahankan pola
pikir logis klien.

➢ Tahap I, menunjukkan kepada klien bahwa dia berfikir atau berpandangan tidak logis, mengapa demikian dan
menunjukkan hubungan antara gangguan yang irrasional dengan emosional emosional yang tidak
membahagiakan dirinya.
➢ Tahap II, membantu klien untuk menyadari diri akibat indoktrinasi diri tentang kenyakinan, pemikiran atau
pandangannya yang tidak rasional.
➢ Tahap III, membantu klien untuk mengubah dengan cara mendispute ( menantang/mendebatkan ) gangguan
kenyakinan yang tidak rasional yang dipertahankan selama ini menuju cara pandang atau pemikiran yang lebih
rasional dengan cara mengindoktrinasi diri dengan kenyakinan yang rasional termasuk bersikap yang rasional.
➢ Tahap IV, menantang klien untuk mengembangkan suatu filsafat hidup yang rasional sehingga dalam waktu
mendatang klien dapat menghindarkan diri dari menjadi korban dari kepercayaan tidak rasional yang lain.

a. Teknik Role Playing


b. Menggunakan humor untuk relaksasi.
c. Melakukan upaya Konfrontasi ketika perilaku yang tidak diharapkan muncul.
d. Membuat rencana yang spesifik dengan klien.
e. Berperan sebgai guru yang terkadang melakukan Terapi Kejut Verbal atau Sarkasme.
Kelebihannya terletak pada prosesnya yang relaitif pendek, tindakan driumuskan secara spesifik
serta dilakukan secara sadar dengan menekankan aspek kebebasan serta kebertangungjawaban
klien.
Kelemahannya terletak pada konselor yang cenderung mengabaikan alam bawah sadar klien
sehingga memicu campur tangan yang berlebihan dari klien hal ini juga yang akan memicu
pertumbuhan otonomi dari klien menjadi terganggu. Selain itu anggapan penyakit mental menjadi
isu yang ditanggapi terlau berlebihan karena tidak bertangung jawab sudah sama dengan
mentalnya sudah tidak sehat.

Lia ( nama samaran ) adalah siswa kelas 1 SMU favorit di salatiga yang baru saja naik kelas II. Ia
berasal dari keluarga petani yang terbilang cukup secara sosial ekonomi di desa pedalaman _ 17 km
diluar kota salatiga. Sebagai anak pertama, semula orang tuanya berkeberatan setamat SLTP
anaknya melanjutkan ke SMU di salatiga, orang tuanya sebetelnya berharap agar anaknya tidak
perlu susah – susah melanjutkan sekolah ke kota, tapi atas bujukan wali kelas anaknya tersebut saat
pengambilan STTB dengan berat hati mereka merelakan anaknya melanjutkan sekolah.
Pertimbangan wali kelasnya karena Lia terbilang cerdas diantara teman – teman yang lain sehingga
wajar jika bisa diterima di SMU favorit. Sejak diterima di SMU favorit disatu pihak Lia merasa bangga
sebagai anak desa, toh bisa diterima tetapi dipihak lain ia mulai minder dengan teman – temannya
yang sebagian besar dari keluarga kaya dengan pergaulan yang begitu beda dengan latar belakang
Lia.
Menurut pandangan rasional emotif, manusia memiliki kemampuan inheren untuk berbuat rasional
maupun irrasiona, manusia terlahir dengan kecenderungan yang luar biasa kuatnya berkeinginan
PENERAPAN dan mendesak agar segala sesuatu terjadi demi yang terbaik bagi kehidupannya dan mengalahkan
diri sendiri, orang lain dan dunia apabila tidak segera memperoleh apa yang diinginkannya. Ciri – ciri
irasional tidak dapat dibuktikan kebenarannya melainkan peranan Tuhan apa saja yang dimulai harus
terjadi dan mengontrol dunia jika tidak dapat melakukannya dianggap tidak berguna.
Terasingkan dan malu terhadap keluarga teman – teman sekampungnya. Dalam konseling konselor
lebih bernuansa otoritatif, dengan memanggil Lia, mengajaknya berdiskusi dan konfrontasi langsung
untuk mendorongnya beranjak dari pola pikir irrasional ke rasional/logis dan realistis melalui
persuasif, sugestif, pemberian nasehat secara tepat. Terapi dengan menerapkan prinsip – prinsip
belajar untuk PR serta bibliografi terapi. Secara kognitif konselor harus membongkar pla pikir
irrasional tentang konsep diri yang lebih bergaya mengajar, memberi nasehat, konfrontasi, langsung
sesuai dengan pola pikir rasional-irrasional, sugesti dan alternatif training dengan simulasi diri
menerapkan konsep diri yang benar dan sikap ketergantungan pada orang lain yang benar/rasional
dilanjutkan sebagai PR, mongobservasi dan evaluasi diri.
William Glasser
Cleveland, 11 Mei 1925

➢ Setiap individu memiliki kebutuhan untuk sendiri sehingga memiliki identitas dan otonomi bagi dirinya sendiri.
➢ Dalam diri Setiap orang memiliki kemampuan potensial untuk tumbuh dan berkembang sesuai pola-pola tertentu
menjadi kemampuan aktual. Karennya dia dapat menjadi seorang individu yang sukses.
➢ Setiap potensi harus diusahakan untuk berkembang dan terapi realitas berusaha membangun anggapan bahwa
tiap orang akhirnya menentukan nasibnya sendiri
➢ Manusia senantiasa berusaha untuk mencari kesuksesan namun yang didapat adalah kegagalan sehingga timbul
pesimisme dari manusia.

Individu yang bermasalah yaitu, yang bertingkah laku tidak tepat disebabkan oleh ketidak mampuannya dalam
memenuhi kebutuhannya, sehingga ia kehilangan sentuhan dengan realitas obyektif. Individu tidak mampu melihat
sesuatu sesuai dengan realitasnya, tidak dapat melakukan atas kebenaran tanggung jawab dan realitas. Individu
bermasalah jika ia tidak mampu memenuhi kebutuhannya ia akan kehilangan hubungan dengan kenyataan
persepsinya terhadap kenyataan menjadi kacau.

➢ Membantu klien untuk mencapai otonomi bagi dirinya sendiri atau dengan kata lain untuk mencapai
kematangan sehingga data mengubah dorongan eksternal menjadi dorongan internal.
➢ Mendorong konseli agar berani bertanggung jawab serta memikul segala resiko yang ada, sesuai dengan
kemampuan dan keinginannya dalam perkembangan dan pertumbuhannya.
➢ Mengembangkan rencana-rencana nyata dan realistik dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Rencana ini dibuat dan dilaksanakan klien sendiri.

✓ Membantu klien dalam upaya meningkatkan keterlibatannya dalam kehidupan nyata.


✓ Membantu klien agar dapat mengukur tingkatan nilai dari perilakunya sendiri dengan tolak ukur kehidupan nyata.
✓ Berperan sebagai guru sekaligus pelatih bagi klien.
✓ Berperan sebagai contractor yang menentukan batas kontrak onseling.
✓ Menjalankan tugas masing – masing sesuai dengan rencana awal.

Dalam menerapkan prosedur konseling realitas, Wubbolding (dalam Corey, 2005) mengembangkan sistem WDEP.
Setiap huruf dari WDEP mengacu pada kumpulan strategi: W = wants and needs (keinginan-keinginan dan
kebutuhan-kebutuhan, persepsi dan tingkat komitmennya), D = direction and doing (arah dan tindakan), E = self
evaluation (evaluasi diri), dan P = planning (perencanaan). Di samping itu, perlu untuk diingat bahwa dalam
konseling realitas harus terlebih dulu diawali dengan pengembangan keterlibatan. Oleh karenanya sebelum
melaksanakan tahapan dari sistem WDEP harus didahului dengan tahapan keterlibatan (involvement) (Rasjidan,
1994).

✓ Menggunakan teknik role playing atau permainan peran bagi konseli.


✓ Menggunakan aspek humoritas untuk relaksasi suasana konseling.
✓ Merencanakan kegatan yang memuat unsur mendidik klien.
✓ Menggunakan teknik kejut verbal untuk melakukan konfrontasi perilaku klien yang tak
diharapkan.
✓ Kelebihan Pendekatan TR terletak pada otoritas yang cukup besar bagi konselor untuk
mengarahkan kliennya. Selain itu TR juga cocok untuk diterapkan dalam situasi kelompok.
✓ Kekurangannya adalah konfrontasi yang dilakukan meningkatkan tingkat probabilitas bahaya
(karena ketersinggungan klien).

a. Pendekatan realitas cocok digunakan pada klien yang bermasalah (KES-T) nya memiliki
cara pandang / dan tingkah lakunya tidak realistik. Hal ini bisa digunakan dalam
menyelesaikan masalah seperti perpecahan rumah tangga akibat perselingkuhan yang
dilakukan oleh seorang suami yang kemudian menyebabkan sang istri tidak menerima
kenyataan dengan perselingkuhan suaminya tsb, menyebabkan terjadinya pembalasan
perilakunya dengan perselingkuhan dengan lelaki lain sebagai bentuk pelampiasan dendam
atau kekesalahannya terhadap suaminya tsb.
b. Karena itu upaya konselor adalah dengan cara membimbing klien kearah mempelajari TL
yang realistis dan bertanggungjawab serta mengembangkan “identitas keberhasilan”.
c. Karena itu konselor juga membantu klien dalam membuat pertimbangan-pertimbangan nilai
tentang tingkah lakunya sendiri dan dalam merencanakan tindakan bagi perubahan.

PENERAPAN Contoh:
Seorang siswa sering sekali merasa marah dengan kondisi keluarganya saat ini yang tidak bisa
memenuhi gaya hidupnya yang terbawa arus pergaulan dengan teman-temanya. Siswa ini
merasa bahwa seharusnya orang tua selalu bisa memenuhi apa yang diinginkannya, akan tetapi
kenyatannya ia harus sering berkonflik dengan orang tua karena merasa keinginnanya tidak
satupun yang dapat dipenuhi. Untuk memenuhi segala hasratnya akan gadget canggih yang
mahal akhirnya ia mencuri kalung berlian milik tantenya. Jika dianalisis sebenarnya awal perilaku
siswa ini adalah ketidakmampuan bersikap realistis dengan kondisinya saat ini sehingga ia
menuntut hal-hal yang sangat sulit diwujudkan oleh orang tuanya. Dalam pelaksanaan konseling,
konselor bisa membimbing dan mengarahkan konseli untuk lebih realistis dan bertanggung
jawab dalam kehidupanya.
E. G. Williamson
(1900-1979)

➢ Manusia merupakan sistem sifat atau faktor yang saling berkaitan antara satu dengan lainnya, seperti kecakapan,
minat, sikap, dan temperamen.
➢ Perkembangan kemajuan individu mulai dari masa bayi sampai dewasa diperkuat oleh interaksi sifat dan faktor.
Telah banyak dilakukan usaha untuk menyusun kategori individu atas dasar dimensi sifat dan faktor.
➢ Studi ilmiah yang telah dilakukan adalah : (1) mengukur dan menilai ciri ciri-ciri seseorang dengan tes psikologis,
(2) mendefinisikan atau menggambarkan keadaan individu, (3) membantu individu untuk memahami diri dan
lingkungannya, (4) memprediksi keberhasilan yang mungkin dicapai pada masa mendatang.

Individu yang bermasalah yaitu individu yang tidak mampu memahami kekuatan dan kelemahan yang ada pada dirinya
sehingga dia tidak bisa mengaktualisasikan dirinya secara optimal.

➢ Membantu individu mencapai perkembangan kesempurnaan berbagai aspek kehidupan manusia.


➢ Membantu individu dalam memperoleh kemajuan memahami dan mengelola diri dengan cara membantunya
menilai kekuatan dan kelamahan diri dalam kegiatan dengan perubahan kemajuan tujuan-tujuan hidup dan karir.
➢ Membantu individu untuk memperbaiki kekurangan, tidakmampuan, dan keterbatasan diri serta membantu
pertumbuhan dan integrasi kepribadian.
➢ Mengubah sifat-sifat subyektif dan kesalahan dalam penilaian diri dengan mengggunakan metode ilmiah..

➢ Konselor berperan sebagai guru, pelatih dan narasumber


➢ Sebagai guru, konselor menerangkan konsep-konsep seperti analisis struktural, analisis transaksional analisis
skenario, dan analisis permainan
➢ Sebagai pelatih, konselor mendorong dan mengajari agar klien mempercayai ego dewasanya sendiri.
➢ Membantu klien dalam hal menemukan kondisi masa lalu yg tdk menguntungkan
➢ Menolong klien mendptkan perangkat yg diperlukan untuk mendptkan perubahan
➢ Tugas kunci konselor adalah menolong klien untuk menemukan kekuatan internal guna mengambil keputusan yg
cocok

➢ Analisis
➢ Sintesis
➢ Diagnosis
➢ Prognosis
➢ Treatment
➢ Evaluasi dan follow up

✓ Acceptence Encouragement
✓ Respect Limited Questioning
✓ Understanding Refection
✓ Reassurance
Kelebihan
➢ Pemusatan Pada Klien
➢ Lebih menekankan pada sikap konselor dari pada teknik
➢ Penekanan emosi, perasaan dan afektif dalam konseling
➢ Identifikasi dan hubungan konseling sebagai wahana utama dalam mengubah kepribadian
Kelemahan :
➢ Konseling terpusat pada pribadi dianggap terlalu lemah
➢ Melupakan faktor intelektual, kognitif dan rasional
➢ Penggunaan informasi untuk membantu klien tidak sesuai dengan teori
➢ Sulit bagi konselor bersikap netral dalam situasi hubungan interpersonal

Pendekatan ini cocok digunakan untuk individu yang belum memngetahui kelebihan dan kekurangan
yang ada pada dirinya. Contoh: Ana adalah seorang siswa kelas X SMA Negeri di sebuah desa. Pada
Akhir semester menghadap konselor di sekolah untuk membicarakan kelanjutan studinya ketika nanti
kelas XI akan masuk Jurusan apa. Dalam wawancara menjadi jelas bahwa Ana bingung sekali
karena tidak tahu bagaimana menghadapi permasalahan yang dihadapinya. Kesulitan Ana adalah
dalam memutuskan Jurusan mana yang harus ia pilih agar dia bisa mengembangkan bakat dan
minatnya dan memperoleh prestasi yang membanggakan. Sebenarnya Ana ingin masuk ke jurusan
IPS karena Ana senang sekali dengan pelajaran ekonomi dan akuntansi juga segala hal yang
PENERAPAN berhubungan dengan ilmu sosial dan Ana bercita-cita ingin menjadi seorang Akuntan profesional.
Namun Ayah Ana menginginkan Ana untuk masuk Jurusan IPA karena ayahnya ingin Ana menjadi
seorang Dokter.
Dari proses wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa Ana belum memahami dirinya sendiri
sehingga bingung untuk menentukan pilihan. Dari data hasil tes psikologis yang dimiliki oleh konselor
juga menunjukkan bahwa potensi tertinggi siswa adalah pada mata pelajaran IPS. Kegiatan
konseling kemuidan disusun dengan tahap analsisis, diagnosis, prognosis, treatment, evaluasi dan
follow-up.
Alfred Adler
Wina, l 7 Februari 1870
Murid Dari Sigmund Freud Pendiri Psikoanalisis

❖ Bahwa perilaku manusia dipandang sebagai suatu kompensasi terhadap perasaan inferioritas
❖ Tujuan hidup dipandang untuk mengatasi felling of inferiority (FOI) menuju felling of superiority (FOS)
❖ Perasaan tidak mampu atau rasa rendah diri, berasal dari tiga sumber, yaitu kekurangan dalam organ fisik, anak
yang dimanja, anak yang mendapat penolakan. Kadang-kadang rasa rendah diri ini dapat menimbulkan kompensasi
yang berlebihan sehingga menyebabkan berbagai hambatan bagi individu itu sendiri.
❖ Masalah yang paling sering dialami adalah masalah kepercayaan diri (konsep diri).

Berdasarkan pandangan Adler, manusia mengalami masalah ketika individu memiliki


keyakinan yang keliru tentang hidup dan oleh karenanya lebih berpartisipasi secara penuh
dalam kehidupan sosial. Seorang individu cenderung memiliki kepercayaan diri yang rendah
bahkan memiliki self concept negatif atas dirinya sendiri akan tetapi tidak patah semangat
dalam kehidupan.

❖ Mengubah gaya hidup yang salah .


❖ Mengurangi intensitas inferior klien.
❖ Meningkatkan minat sosial klien.
❖ Mengkonfrontir mekanisme superioritas

❖ Sebagai Partner yang mendampingi Konseli


❖ Sebagai teman atau sahabat konseli yang harus bisa menjaga kerahasiaan, kepercayaan, hubungan hangat, saling
menghormati dan menjaga keselarasan dan kehaarmonisan hubungan konselor dan konseli

❖ Menciptakan hubungan terapeutik yang tepat dengan memberikan klien pertolongan oleh konselor agar bisa
menyadari asset dan kekuatan yang dimilikinya, dan bukan menangani kekurangannya serta kewajiban yang
harus dipikul.
❖ Menggali dinamika psikologi yang ada dalam diri klien yang bertujuan memahami gaya hidup mereka dan melihat
betapa itu semua memperngaruhinya dalam menjalankan tugas hidup yang dilakukan sekarang.
❖ Memberi semangat untuk pemahaman Pada dasarnya fase ini bersifat suka mendukung, mereka juga bersikap
konfrontif.
❖ Menolong agar bisa berorientasi ulang yaitu berorientasi pada tindakan yang disebut reorientasi dan reedukasi,
atau mengetrapakan wawasan dalam praktek.

❖ Analisa Gaya Hidup


❖ Interpretating Early Recollections
❖ Interpretasi
❖ Konsultasi Adlerian

1.Kelebihan
a) Pendekatan ini meningkatkan suatu suasana yang mendukung melalui Teknik positif yang digunakan konselor.
b) Pendekatan ini fleksibel untuk semua masa kehidupan.
c) Pendekatan ini berguna dalam perawatan berbagai penyimpangan, termasuk penyimpangan perilaku, penyimpangan
anti sosial, penyimpangan kegelisahan masa kanak-kanak dan dewasa, penyimpangan-penyimpangan beberapa
afektif, dan penyimpangan kepribadian (Seligman, 1997).
d) Pendekatan ini berkontribusi pada teori-teori pembantu lain dan pada pengetahuan umum dan pemahaman interaksi
manusia.
e) Pendekatan ini dapat digunakan secara selektif di dalam konteks kultural yang berbeda-beda
2.Keterbatasan
a) Pendekatan ini kekurangan suatu dasar penelitian yang suportif.
b) Pendekatan ini masih kabur dalam hubungannya dengan beberapa konsep dan istilah-istilah.
c) Pendekatan ini terlalu optimistik mengenai sifat manusia, khususnya dalam bidang kerjasama dan kepedulian sosial.
d) Prinsip dasar pendekatan ini, seperti struktur keluarga yang demokratis misalnya, tidak terlalu cocok dalam bekerja
dengan klien yang konteks kulturalnya menekankan pada hubungan sosial lineal.
Pendekatan Adlerian sangat cocok diterapkan pada konseli yang memiliki kecenderungan inferoir dan rendah percaya dirinya
yang terutama disebabkan oleh keterbatasan fisik yang dialami. Misalnya adalah kasus siswa wanita yang cenderung minder
dalam bergaul karena merasa terlalu gemuk dibanding teman-temannya yang lain. Perilaku mindernya merupakan dampak
PENERAP
a yang psikis dari panggilan teman-temannya yang sering memanggilnya “gembrot”. Mengacu pada teknik yang terdapat pada
pendekatan ini konselor harus peduli terhadap faktor yang klien yakini sebagai pengaruh yang sangat penting terhad ap
AN kepribadian. Selanjutnya konselor membimbing klien untuk mengingat kembali penggalan-penggalan kisah hidupnya yang
berharga. Kisah tersebut memberikan makna tersendiri dalam diri klien, dengan demikian konselor akan mampu memahami
kecenderungan kepribadian atau gaya hidup klien berdasar pada point-point yang klien anggap penting dalam hidupnya.
Setelah tahap tersebut terlampaui, selanjutnya konselor perlu menginterpretasi pengalamannya terhadap klien dengan
berbagai cara, sehingga klien akan menerima proses pemberitahuan tentang kesalahan dasar dalam hidupnya. Dengan
memahami titik-titik lemah atau kesalahan dari sisi kognitif klien, konselor dapat membimbing untuk meluruskan persepsi klien
yang keliru tersebut.

Anda mungkin juga menyukai