Anda di halaman 1dari 14

1

MAKALAH

EKSPEKTASI KINERJA KONSELOR DIKAITKAN DENGAN


JENJANG PENDIDIKAN

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah dasar-dasar BK

Dosen pengampu : Vesty Dwi Cahyaningrum, M.Pd

Disusun oleh :

1. Putri Nur Indah (230801064)


2. Lina Alfiyatul Magfiroh (230801046)
3. M. Isma’il Alzam Zami (230801035)

PROGRAM STUDI BIMBINGAN KONSELING

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SUNAN GIRI


2

BOJONEGORO

KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah senantiasa kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang


telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini guna memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah Dasar-dasar BK,
dengan judul “Ekspektasi Kinerja Konselor dikaitkan dengan jenjang pendidikan”

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari ba
ntuan banyak pihak yang dengan tulus memberikan doa dan juga saran sehingga
makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata sem
purna. Oleh karena itu, kami mengharapkan segala bentuk saran serta masukkan b
ahkan kritik yang membangun dari berbagai pihak. Kami berharap semoga makala
h ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca.

Bojonegoro, 21 november 2023

penyusun
3

DAFTAR ISI

BAB 1.......................................................................................................................4
PENDAHULUAN...................................................................................................4
1.1 Latar belakang....................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................5
1.3 Tujuan................................................................................................................5
BAB 2.......................................................................................................................6
PEMBAHASAN.....................................................................................................6
2.1 Ekspektasi Kinerja Konselor..............................................................................6
2.2 Konselor Pada Lingkup Pendidikan...................................................................7
2.3 Ekspektasi Kinerja Konselor dikaitkan dengan jenjang pendidikan.................9
2.4 Ekspektasi Kinerja Konselor Tidak Sama Dengan Guru................................12
BAB 3.....................................................................................................................13
PENUTUP.............................................................................................................13
KESIMPULAN......................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................14
4

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Keberadaan konselor dalam sistem pendidikan formal dinyatakan


sebagai salah satu kualifikasi pendidik. Konselor memiliki keunikkan
konteks tugas dan ekspektasi kinerja. Konteks tugas konselor berada
dalam kawasan pelayanan yang bertujuan mengembangkan potensi dan
memandirikan konseli dalam pengambilan keputusan dan pilihan untuk
mewujudkan kehidupan yang produktif serta sejahtera. Ekspektasi kinerja
konselor dalam menyelenggarakan pelayanan bimbingan dan konseling
senantiasa digerakan oleh motif suka rela, sikap empatik, menghormati
keragaman, serta mengutamakan kepentingan konseli dengan selalu
mencermati dampak jangka panjang dari pelayanan yang diberikan.
Namun dalam kaitan dengan ekspektasi kinerja, konselor tidak sama
dengan kinerja guru. Konselor bukanlah kegiatan pembelajaran dalam
konteks mengajar yang layaknya dilakukan oleh guru sebagi bahan
pembelajaran studi melainkan layanan ahli dalam konteks memandirikan
peserta didik.

Ekspektasi konselor yang semakin rancu dengan ekspektasi guru di


sekolah dimana diketahui seperti ekspektasi kinerja konselor yang tidak
menggunakan materi pembelajaran sebagai konteks layanan, dengan
ekspektasi kinerja guru yang menggunakan materi pembelajaran sebagai
konteks layanan, yang sudah terjadi sejak tahun 1995 melalui penerbitan
seri pemandu pelaksanaan layanan Bimbingan dan Konseling di sekolah
(1995) dengan mengacu kepada berbagai peraturan termasuk surat
Keputusan Mentri Pendayagunaan Aparatur Negara No.84 Tahun 1993
tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angkatan Kreditnya. Untuk itu
penulis mencoba mengkaji mengenai ekspektasi kinerja konselor di
5

pendidikan formal sehingga dapat menjadi refrensi dalam melaksanakan


tugas konselor di jenjang pendidikan formal.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa itu Ekspektasi Kinerja Konselor?

2. Mengapa Ekspektasi Kinerja Konselor dikaitkan dengan jenjang


pendidikan?

3. mengapa Ekspektasi Kinerja Konselor tidak sama dengan Guru?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui Ekspektasi Kinerja konselor

2. Mengetahui Ekspektasi Kinerja Konselor yang dikaitkan dengan


Jenjang pendidikan

3. Mengetahui kenapa Ekspektasi Kinerja Konselor tidak sama dengan


Guru
6

BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Ekspektasi Kinerja Konselor

Secara etimologis, kata ekspektasi berasal dari kata “expectation” dalam b


ahasa Inggris yang berarti harapan.Ekspektasi adalah “what is considered the most
likely to happen. An expectation, which is a belief that is centred on the future, ma
y or may not be realistic. A less advantageous result gives rise to the emotion of di
sappointment. If something happens that is not at all expected it is a surprise. An e
xpectation about the behavior or performance of another person, expressed to that
person, may have the nature of a strong request, or an order.” Dengan kata lain, ek
spektasi adalah apa yang dianggap paling mungkin terjadi, yang merupakan keper
cayaan yang berpusat pada masa depan, realistis atau mungkin tidak realistis tenta
ng perilaku atau kinerja seseorang yang sifatnya tuntutan, atau suatu perintah.

Pada pengertian ekspektasi di atas terdapat kata “kinerja”. Oleh karena itu,
kinerja menurut, John Whitmore (1997 :104) merupakan “pelaksanaan fungsi-fun
gsi yang dituntut dari seseorang, suatu perbuatan, suatu prestasi, dan Faustino Car
dosa Gomes dalam A.A. Anwar Prabu Mangkunegara, (2005: 9) mengemukakan d
efinisi kinerja sebagai ungkapan seperti output, efisiensi serta efektivitas sering di
hubungkan dengan produktivitas. Ekspektasi kinerja konselor dalam Departemen
Pendidikan Nasional 2008 (Departemen Pendidikan Nasional “Penataan Pendidik
an Profesional Konselor dan Layanan Bimbingan dan Konseling Dalam jalur Pend
idikan Formal” halaman 33), Ekspektasi kinerja lulusan program pendidikan profe
ssional termasuk lulusan Program Pendidikan Konselor Pra-Jabatan, lazim diejaw
antahkan dalam bingkai profesionalisasi.

Dengan kata lain, profesionalisasi suatu bidang layanan ahli termasuk laya
nan ahli di bidang bimbingan dan konseling menandakannya adanya ;

1.) Pengakuan dari masyarakat dan pemerintah bahwa kegiatannya merupakan lay
anan unik.
7

2.) Didasarkan atas keahlian yang perlu dipelajari secara sistematis dan sungguh
– sungguh serta memakan waktu yang cukup panjang, sehingga

3.) Pengampunya diberikan penghargaan yang layak, dan

4.) Untuk melindungi kemaslahatan pemakai layanan, otoritas publik dan organis
asi profesi, dengan dibantu oleh masyarakat khususnya pemakai layanan, waj
ib menjaga agar hanya pengampu layanan ahli yang kompeten dengan menge
depankan kemaslahatan pemakai layanan, yang diizinkan menyelenggarakan
layanan ahli kepada masyarakat.

Pada hal ini berarti bahwa, secara konseptual terapan layanan ahli termasu
k layanan ahli bimbingan dan konseling itu merupakan pengejawantahan seni yan
g berpijak pada landasan akademik yang kokoh (Gage, 1078). Penggunaan kerang
ka pikir seni yang berbasis penguasaan akademik yang kokoh atau seni yang berb
asis saintifik ini penting digaris bawahi karena dalam penyelenggaraan layanan ah
li disetiap bidang pertolongan atau pemfasilitasan (the helping professions). Seora
ng pengampu layanan ahli, tidak terkecuali konselor, selalu berfikir dan bertindak
dalam bingkai filosofik yang khas dibangunnya sendiri dengan mengintegrasikan
apa yang diketahui dari hasil penelitian dan pendapat ahli dalam kawasan keahlian
nya itu dengan apa yang dikehendaki oleh dirinya yang bisa sejalan akan tetapi ju
ga bisa tidak sejalan dengan dikehendaki oleh masyarakat (pilihan nilai).

2.2 Konselor Pada Lingkup Pendidikan

Bimbingan konseling memang memiliki peran dan kedudukan yang


penting bagi peserta didik. Peran bimbingan dan konseling itu sangat membantu
meningkatkan mutu pendidikan. Karena bimbingan dan konseling ini bisa
membantu mencari solusi atas masalah yang terjadi didunia pendidikan. Program
bimbingan dan konseling di sekolah–sekolah merupakan sebuah perkembangan m
engejutkan di dalam sejarah pendidikan Amerika Serikat abad XX, bahkan sampai
tahun–tahun belakangan masih menjadi monument unik system pendididkan Ame
rika Serikat dan Kanada. Hal yang sama juga bisa dirasakan kalau kita menengok
8

kepada program pelatihan bagi konselor, khususnya sejak tahun–tahun awal disah
kannya National Defence Education Act 1958 – 1960, jumlah maupun ukuran pro
gram pelatihan konselor tumbuh sangat cepat. Ditahun (1964:372 ) lembaga pendi
dikan tinggi mendukung program – program penyiapan konselor lewat 706 fakulta
s mereka. Clawson dkk., (2004, hlm. 38-39 ) diedisi ke -11 buku mereka, Counsel
or Preparation, mengidentifikasikan kalau diawal abad XXI ini 484 departemen ak
ademik menawarkan pelatihan konselor dengan 1.611 fakultas.

Prespektif yang benar mengenai hubungan antara tingkat pelatihan, pengal


aman dan ketrampilan yang dibutuhkan dengan tanggungjawab yang diizinkan unt
uk mengomunikasikan bimbingan dan konseling, lihat pada table berikut ini.

Tingkat-tingkat pelatihan dan tanggung jawabnya

TINGKA PELATIHAN TANGGUNG JAWAB


T

Pertama Memberikan pendidikan jenjan Memberi nasihat; member infor


g kesarjanaan dan/atau latar bel masi
akang pengalamanan kerja kuli
ah yang tepat

Kedua Gelar master dalam bimbingan Konseling perkembangan atau


dan konseling penyesuaian diri untuk pribadi
yang normal

Ketiga Pendidikan doktor bimbingan d Konseling untuk gangguan kep


an konseling, kesehatan mental ribadian seriuS
klinis atau psikologi konseling,
atau M.D. dengan spesialisasi p
sikiatri
9

2.3 Ekspektasi Kinerja Konselor dikaitkan dengan jenjang pendidikan

Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan


Nasional menyebutkan bahwa konselor adalah pendidik, tentunya dengan makna
agar para konselor itu melaksanakan kinerja profesional dalam kualitas yang
tinggi bagi suksesnya pengembangan potensi peserta didik secara optimal pada
segenap jalur, jenis dan jenjang pendidikan, baik dalam kelembagaan formal
persekolahan maupun di masyarakat luas.
Konselor adalah Sarjana Pendidikan (S-1) bidang bimbingan dan
konseling yang telah menyelesaikan program pendidikan profesi Konselor (PPK).
konselor merupakan pengampu pelayanan ahli bimbingan dan konseling. Bimbing
an dan Konseling sebagai sebuah profesi digambarkan dengan tampilnya konselor
yang dapat memberikan ketenteraman, kenyaman dan harapan baru bagi klien
atau konseli. Sedangkan individu yang menerima pelayanan bimbingan dan
konseling disebut konseli.

Walaupun sama-sama berada dalam jalur pendidikan perbedaan usia


peserta didik pada tiap jenjang pasti memicu tampilnya kebutuhan pelayanan
bimbingan dan konseling yang berbeda-beda pada tiap jenjang pendidikan. Batas
ragam kebutuhan antara jenjang yang satu dengan jenjang yang lainnya tidak
begitu berbeda. Perbedaan yang lebih signifikan juga tampak pada sisi lain
pengaturan birokratik, contohnya pada taman kanak-kanak tugas konselor
ditangani langsung oleh guru kelas taman kanak-kanak, sedangkan di jenjang
sekolah dasar meskipun memang ada permasalahan yang memerlukan
penanganan oleh konselor, namun cakupan pelayanannya belum menjustifikasi
untuk ditempatkannya konselor di setiap sekolah dasar, sebagaimana yang
diperlukan di jenjang sekolah menengah.

Berikut ini digambarkan secara umum perbedaan ciri khas ekspektasi kiner
ja konselor di tiap jenjang pendidikan.

a. Jenjang Taman Kanak-kanak (TK) Di jenjang Taman Kanak – kanak di


tanah air tidak ditemukan posisi struktural bagi konselor. Pada jenjang ini
fungsi bimbingan dan konseling lebih bersifat preventif dan developmental.
10

Secara pragmatik, komponen kurikulum pelaksanaan dalam bimbingan


konseling yang perlu dikembangkan oleh konselor jenjang Taman Kanak-
kanak membutuhkan alokasi waktu yang lebih besar dibandingkan dengan
yang dibutuhkan oleh siswa pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
Kegiatan konselor di jenjang Taman Kanak-kanak dalam komponen
responsive services, dilaksanakan terutama untuk memberikan layanan
konsultasi kepada guru dan orang tua dalam mengatasi perilaku-perilaku
mengganggu (disruptive) siswa Taman Kanak-kanak.

b. Jenjang Sekolah Dasar (SD) Sampai saat ini, di jenjang Sekolah Dasar-pun
juga tidak ditemukan posisi struktural untuk konselor. Namun demikian
sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik usia sekolah dasar,
kebutuhan akan pelayanannya bukannya tidak ada meskipun tentu saja
berbeda dari ekspektasi kinerja konselor di jenjang sekolah menengah dan
jenjang perguruan tinggi. Dengan kata lain, konselor juga dapat berperan
serta secara produktif di jenjang sekolah dasar, bukan dengan mempo
sisikan diri sebagai fasilitator pengembangan diri peserta didik yang tidak jela
s posisinya, melainkan dengan memposisikan diri sebagai Konselor Kunjung ya
ng membantu guru sekolah dasar mengatasi perilaku menganggu (disruptiv
e behavior), antara lain dengan pendekatan directive behavioral consultatio
n.

c. Jenjang Sekolah Menengah (SMP dan SMA) Secara hukum, posisi konsel
or (penyelenggara profesi pelayanan bimbingan dan konseling) di tingkat sekola
h menengah telah ada sejak tahun 1975, yaitu sejak diberlakukannya kurikulum b
imbingan dan konseling. Dalam sistem pendidikan Indonesia, konselor di se
kolah menengah mendapat peran dan posisi/ tempat yang jelas. Peran kons
elor, sebagai salah satu komponen student support services, adalah men-suport
perkembangan aspek-aspek pribadi, sosial, karier, dan akademik peserta didik,
melalui pengembangan program bimbingan dan konseling pembantuan kepa
da peserta didik dalam individual student planning, pemberian pelayanan re
sponsive, dan pengembangan system support. Pada jenjang ini, konselor menjala
nkan semua fungsi bimbingan dan konseling. Setiap sekolah menengah idealnya
diangkat konselor dengan perbandingan 1 : 100.
11

d. Jenjang Perguruan Tinggi Meskipun secara struktural posisi konselor Pergur


uan Tinggi belum tercantum dalam sistem pendidikan di tanah air, namun bimbin
gan dan konseling dalam rangka men-support perkembangan personal, sosia
l akademik, dan karier mahasiswa dibutuhkan. Sama dengan konselor pada jenj
ang pendidikan Taman Kanak-kanak, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah un
tuk mengembangkan dan mengimplementasikan kurikulum pelayanan dasar bim
bingan dan konseling, individual student planning, responsive services, serta s
ystem support. Namun, alokasi waktu konselor perguruan tinggi lebih banyak
pada pemberian bantuan individual student career planning dan penyel
enggaraan responsive services. Setiap perguruan tinggi menyelenggarakan pel
ayanan bimbingan dan konseling melalui suatu unit yang ditetapkan pimpinan per
guruan tinggi yang bersangkutan.

Konselor sekolah di semua tingkat membantu siswa untuk memahami dan


menangani masalah-masalah sosial, perilaku, dan pribadi. Ini konselor menekanka
n pencegahan dan pengembangan untuk meningkatkan pertumbuhan pribadi, sosia
l, dan akademis siswa serta untuk melengkapi siswa dengan kecakapan hidup yan
g diperlukan untuk menangani masalah. Konselor menyediakan layanan khusus, t
ermasuk program pencegahan alkohol dan obat – obatan dan resolusi konflik. Kon
selor juga mencoba untuk mengidentifikasi kasus-kasus kekerasan rumah tangga d
an masalah keluarga lainnya yang dapat mempengaruhi perkembangan siswa.

Konselor berinteraksi dengan siswa secara individu, dalam kelompok kecil,


atau sebagai seluruh kelas. Mereka berkonsultasi dan bekerja sama dengan orang
tua, guru, administrator sekolah, psikolog sekolah, profesional medis, dan pekerja
sosial untuk mengembangkan dan menerapkan strategi untuk membantu siswa ber
hasil.

2.4 Ekspektasi Kinerja Konselor Tidak Sama Dengan Guru

Ekspektasi kinerja konselor yang tidak sama dengan kinerja guru, yang ke
duanya merupakan pendidik yang diperjelas dengan pengertian pendidik berdasar
kan dalam Pasal 1 Undang-Undang tentang Sistem Pendidikan Nasional No.20 ta
12

hun 2003, yang menyatakan bahwa pendidik adalah tenaga kependidikan yang ber
kualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, inst
ruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpa
rtisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan. Terkait dengan penjelasan diatas m
aka, SK Mendikbud No. 25/O/1995 yang merujuk kepada SK Menpan No. 84/199
3 menegaskan adanya empat jenis guru, yaitu:

A. Guru kelas adalah guru yang mempunyai tugas, tanggung jawab, wewen
ang dan hak secara penuh dalam proses belajar mengajar seluruh mata p
elajaran di kelas tertentu di TK, SD, SDLB dan SLB tingkat dasar, kecuali
mata pelajaran pendidikan jasmani dan kesehatan serta agama.

B. Guru mata pelajaran adalah guru yang mempunyai tugas, tanggung jawab,
wewenang dan hak secara penuh dalam proses belajar mengajar pada satu
mata pelajaran tertentu di sekolah.

C. Guru praktik adalah guru yang mempunyai tugas, tanggung jawab, wewen
ang dan hak secara penuh dalam proses belajar mengajar pada kegiatan prakt
ek di sekolah kejuruan atau balai latihan pendidikan teknik.

D. Guru pembimbing adalah guru yang mempunyai tugas, tanggung jawab,


wewenang, dan hak secara penuh dalam kegiatan bimbingan dan konseling
terhadap sejumlah peserta didik.

Sebutan guru pembimbing ini diganti dengan “guru bimbingan dan konseli
ng atau konselor” yang terdapat di dalam Peraturan Pemerintah No. 74 Tahun 200
8 Tentang Guru, dan diperkuat dengan Permendiknas No. 27 Tahun 2008 Tentang
Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Konselor.
13

BAB 3

PENUTUP

KESIMPULAN

Ekspektasi kinerja konselor tidak sama dengan kinerja guru, walaupun ked
uanya merupakan pendidik yang terdapat dalam Pasal 1 Undang-Undang tentang
Sistem Pendidikan Nasional No.20 tahun 2003. Perbedaan yang paling krusial ada
lah dimana Konselor tidak menggunakan materi pembelajaran sebagai konteks lay
anan bimbingan dan koseling yang memandirikan, sedangkan Guru menggunakan
materi pembelajaran sebagai konteks layanan Pembelajaran yang mendidik. Ekspe
ktasi kinerja konselor juga dibedakan atas jenjang pendidikan yang dilayani pada
pendidikan formal, mulai dari tingkat Taman Kanak-kanak, Sekolah Dasar, Sekola
h Menengah, sampai pada Perguruan Tinggi yang masing-masing memiliki kebutu
hannya tersendiri.
14

DAFTAR PUSTAKA

Wiyono, Bambang Dibyo. "Ekspektasi Kinerja Konselor." (2003).

Sianturi, R., Luthfillah, N., Zakiyyah, H., & Wulandari, R. (2022). Status
Profesi Guru Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Journal of
Education Research, 3(2), 42-47.

Putri, Amallia. "Pentingnya kualitas pribadi konselor dalam konseling untuk


membangun hubungan antar konselor dan konseli." Jurnal Bimbingan
Konseling Indonesia 1.1 (2016): 10-13.

Suhendri, S. (2013, December). Ekspektasi Kinerja Konselor Pada Jalur


Pendidikan. In SEMINAR NASIONAL FAKULTAS ILMU
PENDIDIKAN 2013.

Anda mungkin juga menyukai